pembentukan keluarga sakinah pada keluarga pasangan karir di

advertisement
PEMBENTUKAN KELUARGA SAKINAH PADA KELUARGA PASANGAN
KARIR DI DUSUN KARANG, DESA NGALANG, KECAMATAN
GEDANGSARI, KABUPATEN GUNUNGKIDUL
SKRIPSI
DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI‟AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR
SARJANA STRATA SATU ILMU HUKUM ISLAM
OLEH
MUHAMMAD FAHMI
09350012
PEMBIMBING
Drs. SUPRIATNA, M.Si
JURUSAN AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH
FAKULTAS SYARI‟AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015
i
ABSTRAK
Keluarga adalah pasangan suami istri baik mempunyai anak atau tidak
sama sekali, artinya sumi istri yang terbentuk melalui perkawinan, hidup bersama
dari seorang pria dan wanita, dari hal itu terletak pula segala kewajiban dan hak
masing-masing setiap individu dalam keluarga. Pencapaian yang amat luar biasa
ketika sebuah keluarga dapat mewujudkan keluarganya menjadi keluarga yang
sakinah. Melalui perkawinan diharapkan mampu menjadi sarana untuk
menghasilkan keturunan yang dapat menjamin kelangsungan eksitensi manusia di
muka bumi. Masyarakat Dusun Karang adalah mayoritas penduduknya bekerja
(karir) keluar kota/merantau, denagan adanya hubungan yang jarak jauh tidak
menutup kemungkinan bahwa permasalahan keluarga bisa muncul setiap saat.
Pembentukan keluarga sakinah pada keluarga pasangan karir yang penyusun
bahas di sini sangatlah penting guna meminimalisir terjadinya kelalaian pada
perceraian. Pembentukan keluarga sakinah adalah suatu keharusan dan merupakan
tujuan yang harus dicapai bagi setiap pasangan. Pokok masalah yang diangkat
yaitu untuk mengetahui upaya-upaya yang telah dilakukan oleh suami istri
pasangan karir dalam mempertahankan kesakinahan keluarga dan mengetahui
tinjauan Hukum Islam terhadap upaya membentuk keluarga sakinah pada keluarga
pasangan karir di Dusun Karang, Desa Ngalang, Kecamatan Gedangsari,
Kabupatan Gunungkidul.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field
research), sifat dari penelitian deskriptif-analitis, pengumpulan subjek sampel,
pengumpulan data (Observasi, wawancara, dokumentasi), memakai pendekatan
normatif, metode analisis data yang digunakan analisis data kualitatif dengan
menggunakan kerangka berfikir deduktif-induktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwasannya, usaha yang dilakukan
keluarga pasangan karir adalah:
1. Berkomunikasi dengan baik, menerima apa adanya, rutin mengirim biaya ke
rumah, memberikan pengertian kepada anak ketika suami pergi, pasrah kepada
Allah, bekerja secara maksimal, menanamkan pondasi terhadap anak tentang
agama, memperkuat kepercayan antara suami istri, selalu menjaga
keharmonisan keluarga, mencari nafkah secara bersama-sama, saling
permasalahan rumah tangga diselesaikan bersama, meminta nasehat orang tua,
berusaha selalu jujur dengan pasangan, mencintai dengan kondisi apa adanya,
mengutamakan musyawarah, tidak ada kekerasan dalam rumah tangga.
2. Tinjauan hukum Islam keluarga pasangan karir di Dusun Karang, Desa
Ngalang, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul adalah bahwa
keluarga pasangan yang ada tidak bertentangan dengan hukum Islam, karena
antara suami istri bekerja di luar kota/merantau merupakan sudah kesepakatan
bersama dan hal itu dilakukan karena kondisi ekonomi yang tidak mencukupi.
ii
MOTTO
‫هب أمسم الٌسبء اال مسين و هب اهبًهي اال لعيي‬
“ Hanya orang terhormatlah yang bisa menghormati wanita dan hanya mereka
yang terlaknatlah yang selalu merendahkan wanita”
v
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada :
Kedua Orang Tua, Kakak Adik dan Semua Guruku
vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam penelitian ini menggunakan
pedoman transliterasi dari keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no. 0543 b/U/1987.
Tertanggal 12 Januari 1988.Secara garis besar uraiannya adalah sebagai berikut:
A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab
Nama
Tidak dilambangkan
Ba„
Huruf Latin
Tidak
dilambangkan
b
‫ا‬
‫ب‬
‫ت‬
‫ث‬
‫ج‬
‫ح‬
‫خ‬
‫د‬
‫ذ‬
‫ز‬
‫ش‬
‫س‬
‫ش‬
‫ص‬
‫ض‬
‫ط‬
‫ظ‬
‫ع‬
‫غ‬
alief
Ta'
t
-
sā´
ŝ
ŝ (dengan titik di atas)
jim
j
-
ha„
ḫ
ḫ(dengan titik di bawah)
kha'
kh
-
dal
d
-
zai
ż
ż (dengan titik di atas)
ra„
r
-
zai
z
-
sin
s
-
syin
sy
-
Sād
ṣ
ṣ (dengan titik di bawah)
Dād
ḓ
ḓ (dengan titik di bawah)
Ta'
ṯ
ṯ (dengan titik di bawah)
Za'
ẕ
ẕ (dengan titik di bawah)
„ain
„
koma terbalik
Gain
g
-
vii
Keterangan
-
‫ف‬
‫ق‬
‫ك‬
‫ل‬
‫م‬
‫ن‬
‫و‬
‫هـ‬
fa„
f
-
Qaf
q
-
Kaf
k
-
Lam
l
-
Mim
m
-
Nun
n
-
Wawu
w
-
ha‟
h
‫ء‬
Hamzah
‟
‫ي‬
ya'
y
apostrof (tetapi tidak
dilambangkan apabila
terletak di awal kata)
-
B. Konsonan Rangkap
Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis lengkap. ‫ أحمدية‬: ditulis
Ahmadiyyah.
C. Ta’ Marbutah di akhir kata
1. Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap
menjadi bahasa Indonesia. ‫ جماعة‬: ditulis jamā‟ah
2. Bila dihidupkan karena berangkai dengan kata lain. ‫ وعمة هللا‬: ditulis
ni„matullāh. ‫ شكاة الفطس‬: ditulis zakātul-fitri.
D. Vokal Pendek
Fathah ditulis a, kasrah ditulis i, dan dammah ditulis u.
E. Vokal Panjang
1. A panjang ditulis ā, i panjang ditulis ī, u panjang ditulis ū, masing-masing
dengan tanda (ˉ) di atasnya.
2. Fathah + ya‟ tanpa dua titik yang dimatikan ditulis ai, dan fathah +wawu
mati ditulis au.
viii
F. Vokal-vokal Pendek berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan
apostrof (‘).
‫ أأوتم‬: ditulis a‟antum. ‫ مؤوج‬: ditulis mu’annas˙
G. Kata Sandang Alif+Lam
1. Bila diikuti huruf al-Qamariyyah. ‫ القسآن‬: ditulis al-Qur‟an.
2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah, huruf i diganti dengan huruf syamsiyyah
yang diikutinya. ‫ الشيعة‬: ditulis as-Syī„ah.
H. Huruf besar
Penulisan huruf besar menyesuaikan dengan EYD.
I. Kata dalam rangkaian Frase dan Kalimat
1. Ditulis kata perkata, atau
2. Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya dalam rangkaian tersebut.
‫ شيد اإلسالم‬: ditulis syaikh al-Islām atau syaikhul-Islām
J. Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda syaddah, dalam transliterasi ini tanda syaddah tersebut
dilambangkan dengan huruf yang sama dengan
huruf yang diberi tanda
syaddah itu.
Contoh: ‫ زتّىا‬- rabbanā
K. Hamzah
Sebagaimana dinyatakan di depan, hamzah ditransliterasikan dengan
apostrof. Namun itu hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan di
akhir kata.Bila terletak di awal kata, hamzah tidak dilambangkan, karena dalam
tulisan Arab berupa alif.
Contoh :
‫ الىىء‬- an-nau‟u
‫ تأذرون‬- ta‟khużȗna
L. Penulisan Kata
Pada dasarnya setiap kata, baik fi‟il (kata kerja), isim atau huruf,
ditulis terpisah. Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab
sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain, karena ada huruf Arab atau harkat
ix
yang dihilangkan, maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut
dirangkaikan juga dengan kata lain yang mengikutinya.
Contoh:
‫ وان هللا لهى ذيس الساشقيه‬- wa innallāha lahuwa khair ar-rāziqīn
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal,
dalam transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital
seperti yang berlaku dalam EYD, diantaranya = huruf kapital digunakan
untuk menuliskan huruf awal nama diri dan permulaan kalimat. Bila nama diri
itu didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap
harus awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya.
Contoh :
‫ومامح ّمد االّ زسىل‬
- wa mā Muhammadun illā Rasūl
Penggunaan huruf kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam
tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan
dengan kata lain sehingga ada kata lain sehingga ada huruf atau harkat yang
dihilangkan, maka huruf kapital tidak dipergunakan.
Contoh :
‫ وصس مه هللا وفتح قسية‬- nas{run minallāhi wa fathun qorīb
x
KATA PENGANTAR
‫بسن هللا السحوٌبلسحين‬
‫أشهد أى ال اله اال هللا وأشهد اى هحود زسىل هللا‬
‫ لل الحود يب هللا اذا زضيت و لل‬.‫ صالة و سالهب لل يب حبيب هللا‬, ‫حودا و ثٌبء لل يب هللا‬
‫الحود حتى تسضى و لل الحود بعد السضى و لل الحود هأل السوبوات و هأل األزض و هأل‬
‫ ًحودك اللهن زبٌب‬.‫ ال ًحصى ثٌبء عليل اًت موب أثٌيت على ًفسل‬.‫هب شئت هي شيئ بعد‬
‫موب أهستٌب أى ًحود و ًصلى و ًسلن على سيدًب هحود و على اله و صحبه و هي تبعه هي‬
.‫يىهٌب هرا الى يىم لقبء هللا االحد الصود‬
Alhamdulillah, dengan pertolongan Allah SWT penyusun dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul Pembentukan Keluarga Sakinah Pada
Keluarga Pasangan Karir Di Dusun Karang, Desa Ngalang, Kecamatan
Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul,
sebagai sebua karya ilmiah untuk
memenuhi sebagian syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum Islam pada
Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Dengan penuh kesadaran, penyusun mengucapkan banyak terima kasih
pada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya karya ini baik berupa
bantuan moril maupun materiil. Oleh sebab itu pantaslah kami ucapkan terima
kasih pada :
1. Kedua orang tua atas semuanya. Athāla Allahu baqā’akuma fī rahmatillah.
2. Semua mbak, mas, adik yang selalu memberikan dorongan untuk
menyelesaikan tulisan ini. Kalian semua adalah orang-orang yang luar
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
ABSTRAK .......................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ...........................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv
MOTTO .............................................................................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vi
HALAMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ............................................. vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... xi
HALAMAN DAFTAR ISI ..............................................................................xiii
BAB I : PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Pokok Masalah ............................................................................ 9
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................... 10
D. Telaah Pustaka ........................................................................... 11
E. Kerangka Teoritik ...................................................................... 15
F. Metode Penelitian ...................................................................... 26
G. Sistematika Pembahasan ........................................................... 29
BAB II : KETENTUAN UMUM TENTANG KELUARGA SAKINAH
DAN KELUARGA PASANGAN KARIR ..................................... 30
A. Tentang Keluarga Sakinah ........................................................ 30
1. Pengertian dan Dasar Hukum ................................................ 30
xiii
2. Keluarga Sakinah Sesuai Tuntunan Rasulullah ..................... 32
3. Faktor Terciptanya Keluarga Sakinah ................................... 40
B. TENTANG KELUARGA PASANGAN KARIR ..................... 47
1. Pengertian dan Dasar Hukum ................................................ 47
2. Hak dan Kewajiban Suami Istri ............................................. 56
3. Pengaruh Keluarga Pasangan Karir Terhadap Keharmonisan
Rumah Tangga ....................................................................... 64
BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG DUSUN KARANG, DESA
NGALANG, KECAMATAN GEDANGSARI, KABUPATEN
GUDUNGKIDUL ............................................................................ 68
A. Deskripsi Dusun Karang............................................................ 68
1. Geografis dan Demografis Dusun Karang ............................ 68
2. Jumlah Penduduk .................................................................. 69
3. Mata Pencaharian Penduduk................................................. 70
4. Pendidikan ............................................................................ 71
5. Sosial Ekonomi ..................................................................... 72
6. Potret Keagamaan Dusun Karang ......................................... 73
B. Pandangan Masyarakat Tentang Pembentukan Keluarga Sakinah
Pada Keluarga Pasangan Karir .................................................. 75
C. Upaya Pembentukan Keluarga Sakinah Pada Masyarakat Dusun
Karang ....................................................................................... 77
xiv
BAB IV : ANALISIS TENTANG PEMBENTUKAN KELUARGA SAKINAH
PADA KELUARGA PASANGAN KARIR .................................... 89
A. Analisis tentang Usaha Yang Dilakukan Suami Istri Keluarga
Pasangan Karir dalam Membentuk Keluarga Sakinah ................ 89
B. Analisis Hukum Islam tentang Pembentukan Keluarga Sakinah Pada
Keluarga Pasangan Karir ........................................................... 103
BAB V
: PENUTUP .................................................................................... 113
A. Kesimpulan .............................................................................. 113
B. Saran-Saran.............................................................................. 114
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 116
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1.
Terjemahan ...................................................................................I
2.
Biografi Tokoh dan Ulama ......................................................... V
3.
Curriculum Vitae ..................................................................... XII
4.
Lain-lain.
xv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya pernikahan merupakan penyatuan dua insan antara lakilaki dengan perempuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang
harmonis dan sudah menjadi fitrah manusia untuk saling berpasangan.
Perkawinan yang diajarkan oleh Islam meliputi multi aspek yang menyiratkan
banyak hikmah di dalamnya. Salah satu dari sekian banyak hikmah tersebut
adalah bahwa perkawinan dapat melahirkan ketentraman dan kebahagiaan
hidup yang penuh dengan kasih sayang. Sebagaimana Allah SWT berfirman
dalam surat ar-Rūm ayat 21:
1
Tujuan perkawinan dalam aspek kerohanian, yaitu ketenangan hidup
yang dapat menumbuhkan ikatan rasa mawaddah dan rahmah (cinta dan kasih
sayang) di antara para anggota keluarga.2 Tetapi dalam mengarungi bahtera
rumah tangga akan banyak mengalami kegagalan dalam rumah tangganya.
1
Ar-Rūm, (30): 21
2
Ahmad Azhar Basyir, Keluarga Sakinah Keluarga Surgawi, (Yogyakarta: Titian Ilahi
Press, 1994), hlm. 11.
1
2
Kenyataan kehidupan menunjukan bahwa membangun keluarga itu mudah,
namun memelihara dan membina keluarga hingga mencapai taraf kebahagiaan
dan kesejahteraan yang selalu didambakan setiap pasangan suami istri
sangatlah sukar.3 Hal ini disebabkan adanya persoalan yang sering muncul
dalam suatu perkawinan, yakni menyatukan dua pribadi yang berlainan jenis,
watak, pembawaan, pendidikan dan pandangan
sifat,
dengan
adanya
perbedaan-perbedaan
hidup,
sehingga
tersebut sering menimbulkan
kerenggangan dan perselisihan.4
Sakinah
yang
didahului
oleh
gejolak
menunjukan
bahwa
ketenangan yang dimaksud adalah ketenangan dinamis. Pasti dalam setiap
rumah tangga terjadi gejolak dan kesalahpahaman. Namun, rumah tangga
dapat segera tertanggulangi lalu melahirkan sakinah, rumah tangga
tertanggulangi bila agama, yakni tuntunan-tuntunannya dipahami dan
dihayati oleh anggota keluarga, dengan kata lain, bila agama berperan
dengan baik dalam kehidupan keluarga.5 Salah satu prinsip hukum
perkawinan Islam adalah menguatkan ikatan perkawinan agar berlangsung
selama-lamanya, karena itu segala usaha harus dilakukan agar persekutuan
itu dapat terus berkelanjutan. Kenyataan demikian tidak akan terjadi
perselisihan dan perceraian bila ada komitmen yang kuat antara suami dan
isteri untuk menjaga cinta kasih dan saling membantu memecahkan
3
Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam (Yogyakarta: UII Press, 2000), hlm. 1.
4
Djamil Latif, Aneka Perceraian di Indonesia (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982), hlm. 29.
5
Quraish Shihab, Perempuan ( Tangerang: Lentera Hati, 2005), hlm. 154.
3
persoalan rumah tangga. Sehingga mereka akan memiliki cara sendiri dalam
menghadapi problematika rumah tangga.
Pada realitanya kehidupan rumah tangga tidak sepi dari adanya
konflik yang muncul karena perbedaan pendapat antara pasangan suami
istri, namun yang paling penting bagaimana mempertahankan keluarga tetap
utuh. Walaupun pada awalnya perkawinan mereka dilandasi dengan rasa
saling mencintai, kenyataannya banyak yang kandas di tengah jalan.
Dengan demikian pernikahan yang mengandalkan rasa cinta saja belum
cukup untuk dijadikan sebagai modal dalam berumah tangga. Setiap
pasangan suami istri memerlukan bekal dan landasan tentang teknik
membina dan mengelola rumah tangga yang baik. Pada umumnya
pengetahuan tentang keluarga diperoleh secara naluriah saja dan belum ada
pendidikan khusus yang memadai bagi pembinaan keluarga. Sehingga tak
heran setiap keluarga akan sering mengalami perselisihan bahkan
perceraian.
Perlu dicatat bahwa sakinah bukan sekedar apa yang terlihat pada
ketenangan lahir yang tercermin pada kecerahan raut muka karena yang ini
bisa muncul karena keluguan, ketidaktahuan, atau kebodohan. Akan tetapi,
sakinah terlihat pada kecerahan raut muka yang disertai dengan kelapangan
dada, budi bahasa yang halus, yang dilahirkan oleh ketenangan batin akibat
menyatunya pemahaman dan kesucian hati, serta bergabungnya kejelasan
pandangan dengan tekat yang kuat. Itulah makna sakinah secara umum dan
4
makna-makna tersebut yang diharapkan dapat menghiasi setiap keluarga
yang hendak menyandang nama keluarga sakinah. 6
Seiring
dengan
laju
pesatnya
feminisme
yang
mengusung
perjuangan kesetaraan jender, semakin banyak pula dijumpai kaum
perempuan yang turut andil dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga.
Struktur
manajemen
perusahaan
semakin
banyak
diisi
nama-nama
perempuan, terlebih dalam posisi sekertaris. Di sisi lain, tidak sedikit pula
wanita yang bekerja di pabrik sebagai pekerja kasar. Fenomena ini tidak
mendapat penolakan dari suami mereka; dengan arti kebanyakan suami
mengizinkan istri mereka berkerja. Bahkan, tidak jarang dijumpai para istri
menjadi sumber utama pemenuhan kebutuhan rumah tangganya padahal itu
tugasnya laki-laki.7 Keluarnya seorang perempuan dari rumah berarti
melalaikan anak keturunannya, dan inilah yang menyebabkan rusaknya
pendidikan bagi generasi-generasi mendatang, tak tercapainya negeri yang
baik. Seorang sosiolog Amerika sebagaimana dikutip oleh As-Sayyid
Muhammad Ibn „Alwi al-Maliki al-Hasan, mengatakan: riset membuktikan
pentingnya ibu untuk tinggal di rumah melaksanakan pendidikan bagi
anaknya. Perbedaan besar antara kesetabilan moral masa lalu adalah
6
7
Ibid., hlm. 154-155.
Team Kodifikasi Bahtsul Masa-iel Tamatan Abad Pertama( Kautsar), Santri Lirboyo
Menjawab, ( Kediri: Pustaka GerbangLama, 2010), hlm. 241-242.
5
bertumpunya pada ibu yang meninggalkan rumah melalikan serta
menyerahkan anak pada orang yang tidak baik pendidikannya.8
Sebenarnya tersitanya waktu perempuan (ibu)
dengan berbagai
kegiatan di luar yang jelas memiliki akses negatif dan melampaui apa yang
kita bayangkan, kecenderungan bergaul dengan laki-laki yang bukan
mahramnya,
satu
hal
yang
berpeluang
menghilangkan
keutamaan
perempuan yakni malu. Sayyid Muhammad Ibn „Alwi al-Maliki al-Hasan
mengutip komentar ilmuan besar Rusia Anthon-seorang komunis yang
menyarankan secara keras adanya bahaya besar akibat terjunnya perempuan
(ibu) dalam dunia kerja. Dalam aspek sosial, perginya perempuan dari
rumah menimbulkan keresahan. Anaknya merasa kehilangan kasih sayang
yang dampaknya bisa sangat fatal. Sepulang dari bekerja sang suami
berharap bahwa sang istri siap menerima keluhan-keluhannya dalam
bekerja, akan tetapi yang ia dapatkan justru sebaliknya yakni keluhannya
lebih keras lagi dari istrinya yang juga pulang bekerja. Sementara wanita
setiap
bulannya
sangat
memungkinkan
berkurang
produktivitasnya,
mengingat rata-rata selama sepekan dalam satu bulannya perempuan
menderita sakit bulanan. Belum lagi, untuk cuti hamil dan melahirkan serta
konsekunsi-konsekunsi
8
lain
setelah
melahirkan
dimana
fisiknya
Sayyid Muhammad Ibn „Alwi al-Maliki al-Hasani, Fiqh Keluarga “ Seni Berkeluarga
Islami”, Terjemahan, kitab Adab al-Islāmi fī Nidam al-Usrah, Penerjemah: Rumadi, (Yogyakarta:
Bina Media, 2005), hlm. 173.
6
memerlukan waktu yang cukup lama agar pulih kesehatannya seperti sedia
kala.9
Berdasarkan beberapa realita yang terjadi sebagaimana keterangan
di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud sakinah
adalah keluarga yang tercukupi kebutuhan finansial dan spiritual. Secara
minimal, kebutuhan finansial ditandai dengan terpenuhinya sandang,
pangan, dan papan. Kebutuhan sepiritual ditandai dengan ketakwaan kepada
Allah, sehingga memancarkan kebahagian batin dari keluarga tersebut.
Kebutuhan spiritual ini bersifat abstrak, sehingga untuk mengukurnya hanya
bisa dilihat dari ucapan maupun tindakan-tindakan positif. Parameter
kesakinahan sebuah keluarga berbeda pada setiap keluarga, setidaknya
dapat ditinjau dari segi pendidikan masing-masing keluarga.
Tanggungjawab yang diemban seorang suami banyak sekali, namun
ada yang terpenting dan harus dilakukan, yaitu memenuhi kebutuhan lahir
batin keluarga yang merupakan modal hakiki dalam membina rumah
tangga, sehingga tercipta suasana yang harmonis. Kewajiban suami yang
hakiki dan benar-benar menjadi tanggungjawab yang besar yang harus
dipikul di pundaknya adalah kewajiban memberi nafkah kepada istri dan
anak-anaknya, baik istrinya berasal dari keluarga kaya apalagi dari keluarga
miskin. Dalil yang dijadikan argumen adalah firman Allah SWT, yang
termaktub dalam Al-Qur‟an:
9
Ibid., hlm, 174.
7
10
Ayat al-Qura‟an di atas sangat jelas tentang tanggungjawab seorang
suami kepada istrinya. Hal yang menjadi perbedaan pendapat di kalangan
ulama mazhab adalah besarnya tanggungjawab itu disesuaikan kepada
keberadaan suami atau istri.11
Berdasarkan uraian di atas peneliti bermaksud meneliti salah satu
dusun yang ada di Gunungkidul yaitu Dusun Karang, Desa Ngalang,
Kecamatan
Gedangsari,
Kabupaten
Gunungkidul,
yang
mayoritas
penduduknya beragama Islam, dari beberapa desa yang ada di Kecamatan
Gedangsari. Dusun Karang adalah satu-satunya dusun yang dapat julukan
dusun toleran, karena di dusun ini sangat menjunjung tinggi kebersamaan
dan kekeluargaan antara tetangga yang satu dengan tetangga lainnya. Areal
persawahan
dan
pegunungan,
menjadikan
penduduknya
bermata
pencaharian bertani dan berladang. Dengan mengandalkan hasil panen
masyarakat Dusun Karang bisa mencukupi kebutuhan finansialnya. Akan
tetapi ada faktor lain yang menjadikan banyak penduduk Dusun Karang
kurang puas dalam mencari penghidupan di tempat kelahirannya sendiri,
misalnya pola hidup konsumtif, ingin menjadi pusat perhatian tetangga,
untuk mencari kesenangan hidup yang selama ini telah menjadi virus di
10
11
Al-Baqarah (2): 233.
Mohammad Asnawi,
Nikah dalam Perbincangan dan Perbedaan, cet. ke-1,
(Yogyakarta: Penerbit Darussalam, 2004), hlm. 199-200.
8
masyarakat Dusun Karang. Masyarakat Dusun Karang kebanyakan hanya
lulus sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP), sehingga
sering sekali pola pikir mereka hanya berorientasi pada materi (sandang,
pangan, papan). Banyak di antara mereka yang hijrah meninggalkan
kampung halaman untuk mengundi nasib di daerah lain.
Maka tidak akan banyak persoalan, jika yang bekerja adalah orangorang yang belum berkeluarga. Masalah yang muncul kemudian adalah
ketika seorang istri yang biasanya mempunyai tanggung jawab melayani
suami dan mengasuh anak, kini setiap hari harus meninggalkan sebagian
yang menjadi kewajibannya sebagai istri. Dampak bila seorang suami
bekerja di luar daerah dan jarang pulang sedangkan seorang istri setiap
harinya juga menjadi buruh, mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan
biologis dan kurangnya perhatian dan kasih sayang terhadapa anak.
Seorang anak yang kurang kasih sayang dan tidak adanya perhatian
dari orang tua akan berakibat sangat buruk, misalnya: tidak berakhlak
mulia, tidak patuh sama orang tua, tidak mau diatur dan sebagainya. Bagi
seorang istri yang setiap harinya menjadi seorang pekerja dia akan merasa
bahwa dirinya lebih mampu dari pada suaminya, maka seorang istri tidak
akan lagi hormat maupun patuh terhadap seorang suami selain itu juga
seorang istri maupun suami tidak akan hidup berdampingan secara harmonis
dikarenakan mereka saling merasa mampu terhadap dirinya masing-masing
tanpa adanya bantuan antara keduanya.
Hal ini sangatlah rentan dalam
memicu keretakan, bahkan perceraian antara suami istri. Seperti halnya
9
yang terjadi di Dusun Karang. Cukup banyak keluarga yang
suaminya
bekerja di luar daerah dan istri juga harus keluar rumah setiap harinya,
karena bekerja sebagai buruh atau pekerjaan lainnya. Masalah inilah yang
menjadi kosentrasi peneliti untuk mengkaji mengenai kondisi pembentukan
keluarga sakinah pada keluarga pasangan karir. Karir tidak harus difahami
sebagai pekerja di kantor, akan tetapi setiap orang yang bekerja di luar
domestik dimanapun tempatnya, apa pun pekerjaannya asalkan pekerjaan
itu menghasilkan uang, maka bisa disebut sebagai karir.
Berangkat dari permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut dan dituangkan dalam judul “
Pembentukan Keluarga Sakinah Pada Keluarga Pasangan Karir di Dusun
Karang, Desa Ngalang, Kecamatan Gedangsari, Kabupatan Gunungkidul.
B. Pokok Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka ada
masalah yang sangat penting untuk dikaji dan dilakukan penelitian secara
mendalam, yaitu:
1. Upaya apa saja yang telah dilakukan oleh suami istri pasangan karir
dalam mempertahankan kesakinahan keluarga mereka?
2. Bagaimanakah tinjauan Hukum Islam terhadap upaya membentuk
keluarga sakinah pada keluarga pasangan karir di Dusun Karang, Desa
Ngalang, Kecamatan Gedangsari, Kabupatan Gunungkidul?
10
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan diadakan penelitian ini, antara lain:
1. Untuk mendeskripsikan dan mengetahui upaya apa saja yang telah
dilakukan oleh suami istri pasangan karir dalam mempertahankan
kesakinahan keluarga mereka
2. Untuk memberi penilaian bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap
keluarga pasangan karir di Dusun Karang, Desa Ngalang, Kecamatan
Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul.
Adapun kegunaan penelitian ini adalah:
1. Secara akademis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
kontribusi dalam rangka memperkaya ilmu pengetahuan kepada
masyarakat, khususunya yang berkaitan dengan hukum pernikahan
yang berlaku di Indonesia.
2. Dapat memberikan pengembangan alternatif bagi permasalahanpermasalahan keluarga yang berkembang di masyarakat.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat dalam menjalankan
sistem hukum, khususnya yang berkaitan hukum keluarga demi
terciptanya
kepastian
hukum,
sehingga
bisa
meminimalisir
permasalahan-permasalahan keluarga dikemudian hari.
4. Secara ilmiah penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana
kepada mahasiswa dalam upaya pengembangan pemikiran dalam
11
bidang hukum keluarga dari berbagai perspektif hukum pernikahan
yang berlaku di Indonesia.
D. Telaah Pustaka
Kehidupan suami istri ibarat sebuah lembaga atau perusahaan yang
harus mempunyai visi, tujuan, dan prinsip. Ketiga hal itu harus jelas
dimengerti oleh semua anggota keluarga, tanpa ada yang ditutup-tutupi.
Islam juga meletakkan batasan-batasan prisip yang jelas, yaitu tujuan utama
pernikahan adalah surga. Hal itu tidak akan tercapai tanpa taat kepada Allah
SWT, menjadikan Al-Qur‟an sebagai undang-undang dan ucapan-ucapan
Rasulullah sebagai perintah.12
Hasil pengamatan dan penelusuran ditemukan beberapa literatur
sebagai bahan telaah yang akan mendukung dalam penelitian yang sudah
peneliti susun, yaitu beberapa di antaranya:
Skripsi yang disusun oleh Miftahul Munir, berjudul “ Konsep
Nafkah Dalam Keluarga (Analisis Nafkah Keluarga dari Istri Karir dalam
Perspektif Hukum Islam)”, dalam skripsi ini yang dimaksud dengan wanita
karir adalah wanita yang giat, aktif bekerja dan berkarya di luar domestik
dengan berbagai motivasi yang menyertainya, baik untuk membantu suami
dalam mencari nafkah keluarga, mengaktulisasikan dan menyalurkan
kemampuan yang dimilikinya, atau untuk kepentingan sosial lainnya.
12
21.
Akram Ridho, Kado Pernikahan Terindah ,( Surakarta: Ziyad Visi Media, 2011), hlm.
12
Miftahul
Munir
menegaskan
bahwa
Islam
membenarkan
seorang
perempuan melakukan pekerjaan untuk membantu atau menambah
penghasilan suami. Hasil nafkah yang berasal dari perempuan (istri) karir
dalam pandangan Islam dianggap sebagai sedekah istri terhadap suami dan
keluarganya, asalkan istri rela memberikannya.13
Skripsi yang disusun oleh Dyah Nur Hikmah Purwaningsih, dengan
judul “ Fenomena Suami Bekerja di Luar Kota Terhadap Pembentukan
Keluarga Sakinah Dalam Tinjauan Hukum Islam (Studi Kasus di Desa
Kedungpoh, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul)”, dijelaskan
bahwa ada beberapa problem yang muncul sebagai akibat suami bekerja di
luar kota yaitu: komunikasi yang terhambat, dari komunikasi inilah awal
mulanya satu persoalan dimana komunikasi adalah cara paling efektif untuk
menyelesaikan suatu persoalan, namun karena jarak dan keadaan tidak
memungkinkan terjadinya komunikasi sehingga muncul problem-problem
yang baru yang menjurus pada persoalan rumah tangga yang lebih besar.
Dalam skripsi ini menjelaskan bahwa selain problem terhambatnya
komunikasi, ada problem lain yakni kurang terpenuhinya kebutuhan
biologis, krisis kepercayaan, perhatian, dan pendidikan anak yang kurang
13
Miftahul Munir, “ Konsep Nafkah Dalam Keluarga ( Analisis Nafkah Keluarga dari Istri
Karir dalam Persepktif Hukum Islam”, Skripsi Pada: Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2010.
13
tercukupi, kewajiban yang terabaikan dan hak yanag tidak terpenuhi, serta
pelanggaran taklik talak.14
Skripsi yang berjudul “Istri Sebagai Penanggung Jawab Nafkah
Keluarga dalam Perspektif Hukum Islam (Analisis Terhadap Pasal 34 Ayat
(1) UU No. 1 Tahun 1974)”, yang ditulis oleh Widodo, menguraikan
sebagai berikut. Dalam Pasal 34 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974 Tentang
perkawinan menyebutkan bahwa suami adalah kepala keluarga yang harus
bertanggung jawab terhadap keperluan hidup rumah tangga, dengan
demikin tanggung jawab mencari nafkah keluarga menjadi tanggung jawab
suami. Tanggung jawab mencari nafkah dapat dilaksanakan bersama-sama
atau bergantian antara suami istri, berdasarkan musyawarah kedua belah
pihak, sehingga dapat terwujud apa yang diinginkannya.
Dalam perspektif Islam, ketentuan yang terdapat dalam UU No. 1
Tahun 1974 tentang perkawinan, khususnya pasal 34 ayat (1), (2), dan (3)
tentang pembagian peran dan wilayah kerja suami istri, belum sepenuhnya
mengakomodasi
nilai-nilai
keadilan,
maka
masih
terjadi
tindak
kesewenang-wenangan suami terhadap istri karena ketentuan peraturan
yang memposisikan sebagai pemimpin. Widodo mengatakan bahwa dalam
kacamata hukum Islam, peran seorang istri yang membantu suami atau
karena ia telah ditinggal mati suami, telah dicerai, tahu suami yang pemalas,
14
Diyah Nur Hikmah Purwaningtyas,” Fenomena Suami Bekerja di Luar Kota Terhadap
Pembentuakan keluarga Sakinah dalam Tinjauan Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Kedungpoh,
Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul),” Skripsi Pada: Fakultas Syar‟ah UIN Suanan
Kalijaga Yogyakarta, 2009.
14
diperbolehkan asal tidak melanggar kodrat kewanitaannya. Jadi seorang istri
boleh bekerja untuk kemaslahatan keluarga, dimana diharapkan terjaganya
kebaikan dan menghindarkan dari mafsadat.15
Adapun Skripsi yang dibahas oleh Peneliti adalah terkait dengan
pembentukan keluarga sakinah pada pasangan karir, yaitu dimana suami bekerja
di luar daerah dan istri setiap harinya bekerja sebagai buruh ataupun petani untuk
memenuhi kebutuhan hidup setiap harinya. Bedanya dengan skripsinya saudra
Miftahul Munir adalah bahwa dalam Islam membenarkan seorang
perempuan melakukan pekerjaan untuk membantu atau menambah
penghasilan suami. Hasil nafkah yang berasal dari perempuan (istri) karir
dalam pandangan Islam dianggap sebagai sedekah istri terhadap suami dan
keluarganya, asalakan istri rela memberikannya.
Skripsi yang disusun saudari Dyah Nur Hikmah Purwaningsih
adalah bahwa ada beberapa problem yang muncul sebagai akibat suami
bekerja di luar kota yaitu: komunikasi yang terhambat, kurang terpenuhinya
kebutuhan biologis, krisis kepercayaan, perhatian, dan pendidikan anak
yang kurang tercukupi, kewajiban yang terabaikan dan hak yanag tidak
terpenuhi, serta pelanggaran taklik talak, sedangkan peneliti menyusun
skripsi tentang suami istri yang kedunya merupakan seorang karir, dimana
suami bekerja di luar daerah yang jarang bisa pulang setiap bulannya, akan
15
Widodo, “ Istri Sebagai Penanggung Jawab Nafkah Keluarga dalam Persepektif Hukum
Isalam (Analisis Terhadap Pasal 34 Ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974,” (Yogyakarta: Fakultas
Syari‟ah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2003).
15
tetapi komunikasi dengan keluarga yang di rumah tetap terjaga dengan baik
dan istri merupakan seorang pekerja buruh setiap harinya.
Adapun skripsi yang dibahas oleh Widodo menguraikan bahwa
dalam kacamata hukum Islam, peran seorang istri yang membantu suami
atau karena ia telah ditinggal mati suami, telah dicerai, tahu suami yang
pemalas, diperbolehkan asal tidak melanggar kodrat kewanitaannya. Jadi
seorang istri boleh bekerja untuk kemaslahatan keluarga, dimana diharapkan
terjaganya kebaikan dan menghindarkan dari mafsadat, bedanya dengan
skripsi yang peneliti susun adalah bahwasannya istri bekerja sebagai buruh
dengan tujuan untuk memenuhi kehidupan keluarganya dan memperingan
suami yang sedang berusaha bekerja di luar daerah yang belum tentu setiap
bulannya mengirimkan uang untuk mencukupi kehidupan keluarganya yang
ada di rumah. Oleh karena itu pembahasan yang dilakukan peneliti ini
diharapkan akan menjadi pelengkap terhadap pembahasan tentang kedisiplinan
yang telah ada.
E. Kerangka Teori
Al-Qur‟anul Karim adalah mukjizat Islam yang kekal dan
mukjizatnya selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Ia
diturunkan Allah kepada Rasulullah Muhammad SAW untuk mengeluarkan
manusia dari suasana yang gelap menuju yang terang, serta membimbing
mereka ke jalan yang lurus. Rasulullah SAW menyampaikan Qur‟an itu
16
kepada para sahabatnya (orang-orang Arab asli), sehingga mereka dapat
memahaminya berdasarkan naluri mereka.16
Kalam Allah adalah hukum baik langsung, seperti ayat-ayat hukum
dalam Al-Qur‟an atau secara tidak langsung seperti hadis-hadis hukum
dalam sunnah Rasulullah yang mengatur amal perbuatan manusia. Hadis
hukum dianggap sebagai kalam Allah secara tidak lansung karena apa yang
diucapkan oleh Rasulullah di bidang tasyri‟ tidak lain adalah petunjuk dari
Allah SWT, maka Allah memerintahkan menaati hukum yang ditetapkan
oleh Rasul-Nya, dalam hadis-hadis ahkam.17
Perempuan diciptakan Allah untuk mendampingi lelaki, demikian
pula sebaliknya. Ciptaan Allah itu pastilah yang paling baik dan sesuai buat
masing-masing. Perempuan pastilah yang terbaik untuk mendampingi
lelaki, sebagaimana pasti pula lelaki adalah yang terbaik untuk menjadi
pendamping perempuan, karena tidak ada ciptaan Tuhan yang tidak
sempurna dalam potensinya saat mengemban tugas serta fungsi yang
diharapkan dari ciptaan itu. Sang Pencipta pasti Maha Mengetahui
kebutuhan lelaki dan perempuan serta apa yang terbaik lagi sesuai bagi
masing-masing. Dia pula yang memberi petunjuk untuk tercapainya
16
Manna‟ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’ani, cet. ke-1, Terjemahan, Mudzakir AS
(Jakarta: PT. Mitra Kerjaya Indonesia, 1973), hlm. 1.
17
Makhrus Munajat, Studi Islam di Perguruan Tinggi, cet. ke-1, (Yogyakarta: Pesantren
Nawesea Press, 2008), hlm. 43.
17
dambaan kedua jenis kelamin itu, antara lain berupa ketenangan dan
ketentraman hidup.18
Dasar-dasar atau pengambilan hukum pernikahan dalam Al-Qur‟an
diantaranya:
19
Dasar tujuan dari perkawinan terdapat dalam QS. Ar-Rum
20
Dasar tentang kewajiban suami terhadap istri dalam hal memperlakukan istri
secara baik, yaitu:
21
Dasar kewajiban istri terhadap suami yaitu:
18
M. Quraish Shihab, Perempuan, Seri 03, (Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2006), hlm. vii.
19
An-Nisā‟ (4): 25.
20
Ar-Rūm (30): 21
21
Al- Baqarah (3): 228.
18
22
Dasar yang menerangkan tentang nafkah terdapat dalam QS. al-Baqarah yaitu:
23
Di dalam hadis dasar nafkah terhadap keluarga diterangkan:
24
Pemberian nafkah suami pada keluarga, menurut Rasulullah dalam hadis
di atas tidak hanya dipandang sebagai kewajiban suami tapi juga dinilai sedekah,
dan setiap sedekah yang ikhlas adalah ibadah. Sabda Rasul di atas juga menjadi
pemacu
seorang
suami
untuk
berlomba-lomba
memberi
nafkah
dan
membahagiakan keluarga secara ma‟ruf.25
22
An-Nisā‟ (4): 34.
23
Al-Baqarah (3): 233.
24
Abū „Abdillāh Muhammad Ibn Ismāil al- Bukhārī, Sahīh al-Bukhārī, Libanaun: Dār alFiker, 2006), III: 308.
25
Imam Ghozali, Teladan Rasulullah Keluarga Sakinah, (Yogyakarta: PT. LKIS Printing
Cemerlang, cet 1,2011), hlm. 50
19
Diterangkan juga dalam hadis tentang tanggung jawab orang tua adalah:
‫أ‬
26
Setiap orang memiliki hak sekaligus juga tanggungjawab. Pelaksanaan
atas hak dan tanggungjawab dalam kehidupan seseorang, kelak akan dimintai
pertanggungjawaban di hadapan Allah. Suami istri dalam lingkungan nanti juga
akan dimintai pertanggungjawabannya soal merawat dan mendidik anak-anaknya.
Keberhasilan membina keluarga harmonis merupakan tanggungjawab bersama
antara suami dan istri, dan kegagalannya juga menjadi tanggungjawab. Oleh
karena itu, Rasulullah meningkatkan kepada kita bahwa suami dan istri samasama akan dimintai pertanggungjawabannya dalam membangun, membina, dan
mengelola keluarga.27
Dasar dan tujuan menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
perkawinan tersebut dalam pasal 1 dan 2. Dalam pasal 1 dijelaskan sebagai
berikut:
Perkawinan ialah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
26
Abi „Abdullah Muhammad Ibnu Isma‟il Al-Bukhārī, Al-Bukhārī (Dārul Fiker: Bairut
Libanun, 1995) , hlm., 489.
27
Imam Ghozali, Teladan Rasulullah Keluarga Sakinah,………hlm, 62-63.
20
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Selanjutnya pada
pasal 2 dinyatakan bahwa:
1. Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing
agamanya dan kepercayaannya itu.
2. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku.28
Hak dan kewajiban suami istri menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun
1974 tentang perkawinan tercantum pada Pasal 30 dan 31 adalah:
Dalam pasal 30 dinyatakan bahwa suami istri memikul kewajiban yang luhur
untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan
masyarakat. Kemudian dalam pasal 31 dinyatakan:
1. Hak dan kedudukan suami istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan
suami dalam kehidupan dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.
2. Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.
3. Suami adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu rumah tangga.
Mengenai kewajiban suami istri selanjutnya dijelaskan dalam Pasal 33:
Suami istri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi
bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain. Dalam Pasal 34 dinyatakan :
1. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan
hidup berumah tangga sesui dengan kemampuannya.
2. Istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.
3. Jika suami atau istri melalaikan kewajibannya masing-masing dapat
mengajukan gugatan kepada pengadilan.29
Kelurga ialah masyarakat kecil sekurang-kurangnya terdiri dari pasangan
suami istri sebagai sumber intinya berikut anak-anak yang lahir dari mereka. Jadi
setidak-tidaknya keluarga adalah pasangan suami istri baik mempunyai anak atau
tidak sama sekali. Keluarga yang dimaksud ialah suami istri yang terbentuk
melalui perkawinan. hidup bersama dari seorang peria dan seorang wanita, tidak
28
Pasal 1 dan 2 Undang-Undang No.1/1974, Tentang Perkawinan.
29
Pasal 31 Undang-Undang No.1/1974, Tentang Perkawinan.
21
dinamakan keluarga jika keduanya tidak diikat oleh perkawinan. Karena ini
perkawinan deperlukan untuk membina keluarga.30
Adapun yang dimaksud sakinah berasal dari susunan kata ‫ سكينة‬,‫ يسكن‬,‫سكن‬
yang berarti rasa tentram, aman, dan damai. Seorang akan merasa sakinah apabila
terpenuhi unsur-unsur hajat hidup spiritual dan material secara layak dan
seimbang.31 Pengertian sakinah mengandung unsur:
1. Bahagia
Bahagia yaitu rasa tentram, rasa aman, serta rasa damai, seseorang akan
merasakan
bahagia
apabila
terpenuhi
unsur-unsur
tersebut
dalam
kehidupannya. Sebaliknya apabila sebagian atau salah satu dari yang disebut
tadi tidak terpenuhi, maka orang tersebut akan merasa kecewa, resah dan
gelisah, mudah sekali menjadi putus asa dan tidak jarang ada yang
mengambil jalan pintas dengan cara mengakhiri hidupnya.
2. Sejahtera
Sejahtera adalah keadaan lahiriyah yang diperoleh dalam kehidupan
duniawiyah yang meliputi: kesehatan, sandang, pangan, keguyuban
perlindungan hak asasi dan sebagainya. Seseorang yang sejahtra hidupnya
adalah orang yang terpelihara kesehatannya, cukup sandang, pangan dan
papannya, diterima dalam pergaulan masyarakat yang beradab, serta hak30
Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Daerah Istimewa
Yogyakarta, hlm. 4.
31
Ibid., hlm. 4.
22
hak asasinya terlindungi oleh norma agama, norma hukum dan norma
susila.
3. Kekal
Kekal dalam kehidupan keluarga adalah kelangsungan hubungan suami istri
yang diliputi saling kasih sayang, serta saling pengertian dan setia, sehingga
antara suami istri itu lahiriyah tidak terputus ikatan perkawinannya, kecuali
karena salah seorang dari mereka meninggal dunia, sedang batiniyahnya
tetap merupakan pasangan yang bahagia di dunia sampai akhirat.
Berdasarkan pada pengertian-pengertian di atas, maka yang dimaksud
dengan keluarga sakinah adalah keluarga yang dibina atas ikatan perkawinan yang
sah, mampu memenuhi hajat hidup spiritual dan material secara layak dan
seimbang, diliputi suasana kasih sayang antara anggota keluarga dan
lingkungannya dengan selaras, serasi serta mampu menghayati dan mengamalkan
nilai-nilai keimanan, ketakwaan, akhlakul karimah dengan baik.32
Pada prinsipnya seorang suami dan istri merupakan kesatuan yang tidak
dapat terpisahkan, keculai karena kematian, Akan tetapi permasalahan disini
adalah ketika seorang suami yang bekerja di luar daerah dan sering tak pulang,
sedangakan seorang istri yang setiap harinya bekerja sebagai buruh, hal tersebut
sangatlah menimbulkan dampak buruk terhadap keluarga terutama anak turunnya
dan masyarakat sekitar. Dengan demikian, tujuan perkawinan untuk mewujudkan
32
Ibid., hlm. 4-6.
23
keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah tidak dapat terealisasi dalam sebuah
kehidupan berumah tangga.
Adapun kiat-kiat untuk mempererat cinta kasih suami istri dan menjaga
keharmonisan di antara keduanya adalah:33
1. Hendaknya saling memenuhi hak dan kewajibannya masing-masing.
Jika masing-masing menjalankan kewajibannya niscaya keharmonisan akan
terjalin, Rasul yang mulia Shallallahu „alaihi wa sallam juga pernah
memberikan bimbingan kepada sahabatnya, Abdullah bin „Amr ibnul „Ash
Radhiyallahu „anhuma, untuk menjaga keseimbangan di antara hak-hak yang
ada termasuk hak istri dan antara hak-hak istri yang harus ditunaikan suami:
a) Mendapatkan nafkah, sebagaimana Allah Subhanahu wata‟ala berfirman,
34
b) Seorang suami harus bergaul dengan istrinya secara patut (ma‟ruf) dan
dengan akhlak mulia, Allah Subhanahu wa Ta‟ala berfirman:
35
33
http://sunniy.wordpress.com/2010/02/20/menjaga-keharmonisan-dalam-rumahtangga-bagian-1. htm, akses Oktober 2013.
34
Al-Baqarah (3): 233.
35
An Nisā`(4): 19
24
2. Hendaklah suami dapat menjaga keharmonisan di rumah tangganya
Di antara beberapa hal yang dapat dilakukan suami untuk menjaga
keharmonisan di dalam rumah tangga dan juga untuk memperkuat ikatan cinta
adalah: Pada saat datang dari bepergian jangan mengejutkan istrinya masuk ke
rumah tanpa pemberitahuan terlebih dahulu (kabarkan kalau engkau ingin
pulang). Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam menuntunkan kepada para
suami yang sekian lama berada di rantau atau safar keluar kota agar tidak
mendadak pulang ke keluarga mereka tanpa pemberitahuan terlebih dahulu,
apalagi datang tiba-tiba di waktu malam.
3. Sang suami dan juga istri hendaknya menunjukkan wajah yang berseri-seri
(bermuka manis)
4. Di antara menjaga keharmonisan rumah tangga adalah saling memberi hadiah
kepada pasangan hidupnya
5. Panggil istrimu dengan nama yang ia sukai
6. Jangan sering keluar rumah (sering bepergian meninggalkan rumah)
Luangkan waktu untuk berduaan dengan istri di rumah. Demikian pula istri
berupaya bagaimana caranya agar suami betah di rumah. Keberadaan suami di
rumah adalah zhahir dan bathin, artinya jangan hanya fisiknya di rumah namun
ia tetap bekerja di rumah, sibuk dengan bisnis di rumah, ini juga tercela.
Dengan demikian keberadaan suami di rumah adalah untuk bercengkerama
dengan keluarga dan bermain-main bersama mereka.
25
7. Saling memberikan pujian
Terkadang manusia itu senangnya dipuji dan ini termasuk kebutuhan (tabiat).
Hendaknya suami sering memuji istri demikian pula sebalilknya. Demikian
pula hendaknya memuji pasangannya di hadapan orangtuanya, kerabatnya dan
semisalnya dengan kebaikan-kebaikan yang dimilikinya. Misalnya memuji
masakannya yang enak, dan semacamnya. Anak-anak juga perlu diberikan
pujian agar anak-anak senang kepada keluarganya.
8. Janganlah membanding-bandingkan pasangan hidupmu dengan orang lain.
9. Hendaknya saling membantu dalam pekerjaan rumah tangga.
Untuk menjaga keharmonisan suami istri hendaknya saling ada pengertian, dan
saling membantu dalam pekerjaan rumah tangga.
10. Sekali-kali ajak istri jalan-jalan, piknik, atau rekreasi.
Tentu pergi ke tempat-tempat yang dihalalkan, pergi berdua dan bersenangsenang berduaan. Terkadang berdua butuh untuk rihlah, kasihan istri sumpek
di rumah terus.
11. Hendaklah saling memiliki empati (perhatian)
12. Saling menutup aib keluarga
13. Saling memberikan wasiat dan nasihat antara keduanya.
Ketika suami hendak pergi kerja atau bepergian hendaknya saling
mengingatkan dengan membaca doa naik kendaraan, membaca doa akan
keluar rumah, dan berbagai bentuk nasihat dan wasiat lainnya antara suami
istri.
26
14. Hendaknya suami berhias di hadapan istrinya sebagaimana ia menyukai
istrinya berhias untuk dirinya. Allah Subhanahu wata‟ala berfirman:
36
F. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan hal yang penting sebagai alat untuk
mendapatkan kebenaran objektif dan tersistem.
1. Jenis Penelitian
Penelitan ini merupakan penelitian lapangan (field research). Penelitian ini
berusaha menggambarkan dan menyajikan data dan fakta secara sistematik
tentang keadaan obyek yang sebenarnya.37 Penelitian ini akan dilakukan di
Dusun
Karang,
Desa
Ngalang,
Kecamatan
Gedangsari,
Kabupaten
Gunungkidul.
2. Sifat Penelitian
Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif-analitis. Dalam penelitian ini,
penyusun menggambarkan fakta seorang suami yang bekerja di luar daerah dan
seorang istri yang setiap harinya bekerja sebagai buruh, serta pengaruhnya
terhadap pembentukan keluarga sakinah, dengan menganalisis fakta-fakta
tersebut menggunakan teori-teori dalam hukum Islam.
36
Al Baqarah (2): 228
37
Saifudin Anwar, Metode Penelitian, Cet. IV, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm, 7.
27
3. Pengumpulan Subjek Sampel
Pengambilan sampel pada penelitian ini diambil dengan cara porposive sampel.
Sampel dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata
atau random, tetapi didasarkan atas tujuan tertentu. Karena penelitian ini
bersifat kualitatif maka sebagaimana yang disampaikan oleh Nasution (1988)
bahwa penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan
manusia sebagai instrument penelitian utama.38
4. Pengumpulan Data
Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah:
a. Observasi
Metode ini digunakan untuk mengamati dari dekat mengenai keluarga yang
suami bekerja di luar daerah sedangkan seorang istri yang setiap harinya
bekerja sebagai buruh, pedagang dan pembantu rumah tangga, yaitu dengan
mengamati keadaan religiusitas, ekonomi, pendidikan, dan sosial.
b. Wawancara
Wawancara (interview) adalah metode pengumpulan data yang dilakukan
secara lisan dan pertemuan tatap muka baik secara individu maupun
kelompok.39 Hal ini digunakan untuk memperoleh keterangan (data) secara
eksklusif yang diambil dari kepala KUA kecamatan setempat, tokoh
masyarakat, tokoh agama dan 8 keluarga pasangan karir.
38
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2011), hlm, 306.
39
Nana Syaaodih Sukamadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2005), hlm, 216.
28
c. Dokumentasi adalah sesuatu yang tertulis, tercetak atau terekam yang dapat
dipakai sebagai bukti atau keterangan. Data tersebut biasanya berupa letak
geografis, demografis, maupaun kondisi penduduk serta hal-hal lain yang
sifatnya mendukung.
5. Pedekatan
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
normatif, yaitu berpegang teguh pada norma, menurut norma atau kaidah
yang berlaku. Artinya, pembahasan dalam penelitian ini secara normatif
didasarkan pada teori-teori, konsep-konsep hukum Islam, untuk mengetahui
konsep dan ketentuan hukum Islam mengenai keluarga sakinah.
6. Analisis Data
Metode analisis data yang penyusun gunakan adalah analisis data kualitatif
dengan menggunakan kerangka berfikir induktif. Analisis data kualitatif
adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, dan gambar terhadap data
yang sudah terkumpul. Kerangka berfikir induktif adalah menggunakan data
sebagai pijakan awal melakukan penelitian.40 Dengan mempelajari arah
penalaran dari sejumlah hal yang khusus untuk dibawa pada suatu
kesimpulan yang umum. Dengan metode ini, peneliti berusaha mempelajari
dan menganalisis pembentukan keluarga sakinah pada keluarga karir,
kemudian dibangun satu sintesis yang berupa kesimpulan konsepsional yang
bersifat umum.
40
M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, cet. ke-4, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Grup, 2010), hlm. 27.
29
G. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam memahami isi skripsi dan mengetahui
hubungan antar bagian, maka peneliti membaginya menjadi lima bagian yaitu:
Bagian Pertama, berisi gambaran umum tentang skripsi yang akan ditulis.
Pada bab ini terdiri dari enam sub bab, yaitu latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujun dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, kerangka teoritik, metode
penelitian dan diakhiri sistematika pembahasan.
Bagian kedua, terdiri dari dua sub bab. Sub bab pertama membahas
gambaran umum tentang keluarga sakinah yang meliputi pengertian dan dasar
hukum. Sub bab kedua membahas seputar gambaran umum tentang pasangan
keluarga karir dan dasar hukumnya.
Bagian ketiga, adalah gambaran kehidupan keluarga pasangan karir di
Dusun Karang, Desa Ngalang, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul.
Bab keempat, merupakan hasil analisis data yang membahas tentang
pembentukan keluarga sakinah pada keluarga pasangan karir di Dusun Karang,
Desa Ngalang, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul.
Bab kelima, yaitu penutup yang berisi kesimpulan hasil penelitian
dan
saran-saran
sebagai
tindak
lanjut
dari
penelitian.
Diakhiri
mencantumkan daftar pustaka sebagi rujukan dalam penyusunan skripsi dan
lampiran-lampiran guna menguji validitasi data.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Usaha yang telah dilakukan keluarga pasangan karir di Dusun Karang
adalah:
a. Saling percaya antar suami istri
b. Saling pengertian walaupun jarang bertemu
c. Saling berkomunikasi dengan baik
d. Bisa menerima kenyataan yang ada
e. Mengirim biaya ke rumah setiap bulannya
f. Menghibur anak ketika suami pergi
g. Saling menjaga diri dan perasaan
h. Semuanya di kembalikan kepada Allah
i. Bekerja secara maksimal
j. Menanamkan pondasi terhadap anak tentang agama
k. Memperkuat kepercayan antara suami istri
l. Selalu menjaga keharmonisan keluarga
m. Memperkuat rasa cinta dan kasih sayang
n. Mencari nafkah secara bersama-sama
o. Saling mengalah ketika ada masalah
p. Permasalahan rumah tangga diselesaikan bersama
q. Meminta nasehat orang tua
r. Berusaha selalu jujur dengan pasangan
113
114
s. Mencintai dengan kondisi apa adanya
t. Mengutamakan musyawarah
u. Tidak ada kekerasan dalam rumah tangga
2. Tinjaun hukum Islam terhadap keluarga pasangan karir di Dusun Karang,
Desa Ngalang, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul adalah
bahwa keluarga pasangan yang ada tidak bertentangan dengan hukum
Islam, karena antara suami istri bekerja di luar kota/merantau merupakan
sudah kesepakatan bersama dan hal itu dilakukan karena kondisi ekonomi
yang serba pas-pasan.
B. Saran-saran
Hidup berkeluarga berarti harus hidup pula dengan masyarakat yang
memiliki berbagai perbedaan sifat maupun idiologi. Keadaan separti inilah yang
seharusnya disikapi dengan bijaksana. Dua individu yang disatukan dalam sebuah
ikatan perkawinan hendaknya setiap pribadi mampu untuk menyesuaikan diri.
Sebuah keluarga tidak cukup dibangun dengan teori-teori ilmu pengetahuan saja,
namun persiapan yang matang baik lahir maupun batin hendaknya sudah dimiliki
bagi setiap pasangan yang akan membentuk sebuah keluarga yang sakinah.
Setiap pasangan seharusnya menyadari bahwa semakin lama sebuah
keluarga terbina semakin besar pula kasih sayang yang dibutuhkan untuk
memupuknya. Kasih sayang yang ada akan menumbuhkan rasa saling
menghormati, menghargai dan mengerti.
Dalam membina rumah tangga yang berkeinginan untuk menjadi
keluarga yang sakinah hendaknya ditanamkan dalam pribadi setiap pasangan
.
115
bahwa dalam kehidupan keluarga yang mereka jalani, keduanya memiliki
kewajiban yang menyangkut hak pasanganya. Kewajiban suami sebagai
pemimpin maka menjadi hak seorang istri untuk dibimbing dan dididik oleh
suaminya. Hak dan kewajiban adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, saling
berkesinambungan dan salaing mempengaruhi. Diperlukan adanya keikhlasan hati
dan kerelaan dalam menjalankannya.
Setiap problem yang dihadapi dalam keluarga sebaiknya selalu
dikomunikasikan dengan anggota keluarga yang lain, sehingga problem yang
dihadapi bisa diselesaikan bersma-sama dan tidak menimbulkan kesalahpahaman.
Setiap pasangan yang ingin membina sebuah keluarga, hendaknya
mempertimbangkan kesiapan ekonomi, mental lahir batin, berfikir kretif dan
inovatif dalam menghadapi tantangan hidup. Masyarakat Dusun Karang
seharusnya mampu merubah pola berpikir mereka dalam memandang sebuah
pekerjaan. Jika sebelumnya mereka berpendapat bahwa mencari nafkah atau uang
untuk mencukupi kelurganya harus bekerja membanting tulang pergi jauh dari
keluarganya, maka hendaknya lebih berpikir bagaimana mengembangkan sebuah
potensi yang ada di Dusun Karang menjadi sebuah potensi yang menghasilkan
dan menjadi sumber penghidupan yang lebih layak dari pada keluar jauh-jauh dari
tepat tinggal namun belum tentu hasil yang didapatkan mencukupi kebutuhan
rumah tangga.
.
DAFTAR PUSTAKA
A. Kelompok Qur’an/Tafsir Al-Qur’an/Ulumul Qur’an
Al-Asfahany, Al-Husain ibn Muhammad ibn Al-Mufadhilah, Mufradat Alfad
Al-Quran, Damsiq: Dar Al-Quran, tt.
Departemen Agama, Al-Qur‟ān dan Terjemahnya, Kudus: Menara Kudus,
2006.
Al-Qattan, Manna‟ Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Qur‟ani, cet. ke-1, Terjemah:
Mudzakir AS, Jakarta: PT. Mitra Kerjaya Indonesia, 1973.
Shihab, Quraish, Tafsir Al-Misbah, Vol 5, Jakarta: Lentera Hati, 2003.
B. Hadis/Syarah Hadis/Ulumul Hadis
Al-Bukhārī, Abū „Abdillāh Muhammad Ibn Ismāil, Sahīh Bukhārī, Libanon:
Dār al-Fikr, 2006.
Al-Bukhari, Abi„Abdullah Muhammad Ibnu Isma‟il, Al-Bukhārī, Dārul Fiker:
Bairut Libanun, 1995.
C. Fiqh/Usul Fiqh
Abbas, Ŝyahrijal, Mediasi Dalam Persfektif Hukum Syariah, Hukum Adat,
dan Hukum Nasional, Jakarta: Kencana, 2009
Abu Malik, Kamal bin As-Sayyid Salim, Sahih Fiqh AsSunnah Wa
Adillatuhu Wa Taudhih Madzahib Al„Aimmah, diterjemahkan oleh
Khairul Amru Harahap dkk. dengan judul Shahih Fiqih Sunnah,
JakSel: Pustaka Azzam, 2007.
Abu Zahrah, Imam Muhammad, Usūl al- Fiqhi, Dārul al-Fikri Al-A‟rabi, t.t,
Asnawi, Mohammad, Nikah dalam Perbincangan dan Perbedaan, cet. ke-1,
Yogyakarta: Penerbit Darussalam, 2004
Azhar Basyir, Ahmad, Keluarga Sakinah Keluarga Surgawi, Yogyakarta:
Titian Ilahi Press, 1994
116
117
___________________, Hukum Perkawinan Islam, Yogyakarta: UII Press,
2000
Basri, Hasan, Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologi dan Agama, Yogyakarta;
Pustaka pelajar, 2002.
Dewi, Gemala,dkk. Hukum Perikatan Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada
Media Group, 2006.
Dradjat, Zakiah, Ketenangan dan Kebahagiaan Dalam Keluarga, Jakarta:
Bulan Bintang, 1975.
Ghaffar, Abdul Hasan dan Abdur Rasul, Wanita Islam dan Gaya Hidup
Modern, Terjemah: Suyitno, Jakarta: Pustaka Hidayah, 1993.
Ghozali, Imam, Teladan Rasulullah Keluarga Sakinah, Yogyakarta: PT.
LKIS Printing Cemerlang, cet 1,2011.
Hakim, Abdul Hamid, Mabadiul al- Awaliyah Fi~ Ushulu al-Fiqh Wa
Qawai‟dul al- Fiqhiyah, Jakarta: Sa‟adiyah Putra, t.t.
Hasani, Sayyid Muhammad Ibn „Alwi al-Maliki, Fiqh Keluarga “ Seni
Berkeluarga Islami”, kitab Adab al-Islamifi Nidzam al-Usrah,
Terjeamah: Rumadi, Yogyakarta: Bina Media, 2005
Latif, Djamil, Aneka Perceraian di Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia,
1982
Manan, Abdul, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta:
Kencana, 2006.
Mazhari, Husain, Membangun Surga Dalam Rumah Tangga, Bogor: Cahaya,
2004.
Muhammad, Abdul dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat,
Terjemah: Abdul Majid Khon, Jakarta: AMZAH, 2009.
Muhammad, Husein, Fiqh Perempuan Refleksi Kiai Atas Wacana Agama dan
Gender, Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2001.
Musa, Kamil, Suami Istri Islam, cet ke-1, Bandung: Rosdakarya, 1997.
Mutawalli, As-Sya‟rawi, Fiqh Al Mar‟ah Al Muslimah, diterjemahkan oleh
Yessi HM. Basyaruddin dengan judul Fiqih Perempuan
(Muslimah); Busana dan Perhiasan, Penghormatan atas
Perempuan,Sampai Wanita Karir, JakSel: Amzah, 2005.
118
Qaimi, Ali, Menggapai Langit Masadepan Anak, Bogor: Cahaya, 2002.
Rahmat, Jalaludin dan Muhtar Ganda Atmajaya, Kelurga Muslim Dalam
Masyarakat Moderen, Bandung: Remaja Rosdakarya Ofiset, 1993.
Ridho, Akram, Kado Pernikahan Terindah , Surakarta: Ziyad Visi Media,
2011
Sarwono, Sarlito Wirawan, Menuju Keluarga Bahagia 2, Jakarta: Bhatara
Karya Aksara, 1982.
Shihab, Quraish, Perempuan, Seri 03, Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2006.
_____________, Perempuan, Tangerang: Lentera Hati, 2005
Soelaeman, Pendidikan Dalam Keluraga, Bandung: Alfabet, 1994.
Subki, Ali Yusuf, Fiqh Keluarga, cet ke-1, Jakarta: AMZAH, 2010.
Suharto, Dedi, Keluarga Qur‟ani, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2011.
As-Suyuthi, Jalaludin, Al-Asybah Wa Al-Nadha-ir- Fi Al-Furu‟, Surabaya:
Maktabah Ihya‟ Al-Kutub Al-„Arobiyyah, Tth.
Ŝyarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada
Media, 2006.
Thalib, Muhammad, Solusi Islam Terhadap Dilema Wanita Karir,
Yogyakarta: Wihdah Press, 1999.
Yasid, Abu (ed), Fiqh Realitas; Respon Ma‟had Aly Terhadap Wacana
Hukum IslamKontemporer, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Yusuf, Zainul Muttaqin, The Power Of Sakinah, Agar Engkau Tenang,
Banten: Firma Rodheta, 2009.
119
D. Kelompok Lain-lain
Anwar, Saifudin, Metode Penelitian, Cet. IV, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005.
Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Daerah
Istimewa Yogyakarta, Keluarga Sakinah, 2004.
Burhan Bungin, Muhammad, Penelitian Kualitatif,
Kencana Prenada Media Grup, 2010
cet. ke-IV, Jakarta:
Fathullah Gulen, Muhammad, Cahaya Abadi Muhammad SAW Kebanggan
Umat Manusia, Jakarta: Republika Penerbit, 2012.
________________, Kehidupan Rasulallah Muhammad SAW, Terjemah,
Fuad Saefuddin, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.
Gunarsa, Singgih D dan Yulia Singgih D. Gunarsa, Psikologi untuk Keluarga,
Jakarta: Gunung Mulia. 1986.
________________,. Gunarsa. Psikologi Praktis Anak Remaja dan Keluarga.
Jakarta: Gunung Mulia. 1991.
________________,Psikologi Praktis Anak Remaja, Jakarta: Gunung Mulia.
1991.
Hawari, Dadang, Al-Qur‟an Ilmu Kedokteran Jiwa Dan Kesehatan Jiwa,
Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima Yasa, 1997.
Hoetomo, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya : Mitra Pelajar, 2005.
http://sunniy.wordpress.com/2010/02/20/menjaga-keharmonisan-dalamrumah-tangga-bagian-1. htm, akses Oktober 2013.
Hurlock, EB. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan, Jakarta: Erlangga,1999.
Khan, Saniyasnain dan Muhammad Iqbal, Kisah-kisah Teladan Nabi
Muhammad SAW, Jakarta: Intimedia & Ladang Pustaka, 2004.
Kompilasi Hukum Islam Pasal. 81.
Kompilasi Hukum Islam pasal. 83.
120
Lasunandi, Komunikasi Mengena, Yogyakarta: Kanisius, 1987.
Al-Mahalli, Abu Iqbal, Muslimah Moderen dalam Bingkai Al-Qura‟an dan
Hadis, Yogyakarta: LeKPIM, 2000.
Al-Maliky Sayyid Muhammad Alwy, Insan Kamil, Terjemah: Rumadi,
Surabaya: Bina Ilmu, 1999.
Munajat, Makhrus , Studi Islam di Perguruan Tinggi, cet. ke-1, Yogyakarta:
Pesantren Nawesea Press, 2008.
Munandar, Utami S.C., Wanita Karir Tantangan dan Peluang: Wanita
Dalam Masyarakat Indonesia Akses, Pemberdayaan dan
Kesempatan, Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press, 2001.
Munir, Miftahul, “ Konsep Nafkah Dalam Keluarga ( Analisis Nafkah
Keluarga dari Istri Karir dalam Persepktif Hukum Islam”, Skripsi
Pada: Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2010.
Pasal 1 dan 2 Undang-Undang No.1/1974, Tentang Perkawinan.
Pasal 31 Undang-Undang No.1/1974, Tentang Perkawinan.
Purwaningtyas, Diyah Nur Hikmah,” Fenomena Suami Bekerja di Luar Kota
Terhadap Pembentuakan keluarga Sakinah dalam Tinjauan Hukum
Islam (Studi Kasus di Desa Kedungpoh, Kecamatan Nglipar,
Kabupaten Gunungkidul),” Skripsi Pada: Fakultas Syar‟ah UIN
Suanan Kalijaga Yogyakarta, 2009.
Rahmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarta,
2003.
Salim, Peter dan Yeni Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer,
Jakarta: English Press, 1991.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif
dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2011.
Sukamadinata, Nana Syaaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2005.
Syafi‟i, Ahmad, Kamus Arab Annur, Surabaya: Halim Jaya Surabaya, t.t,
121
Team Kodifikasi Bahtsul Masa-iel Tamatan Abad Pertama( Kautsar),
Santri Lirboyo Menjawab, Kediri: Pustaka GerbangLama, 2010
Rahmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Remaja
Rosdakarta, 2003.
Widodo, “ Istri Sebagai Penanggung Jawab Nafkah Keluarga dalam
Persepektif Hukum Isalam (Analisis Terhadap Pasal 34 Ayat (1)
UU No. 1 Tahun 1974,” Yogyakarta: Fakultas Syari‟ah IAIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2003.
www.gembala.co.id, www.lifestyle.com, www. psikologi.pernikahan.co.id,
Diunduh Pada Tanggal 19 Februrai 2014.
Lasunandi, Komunikasi Mengena, Yogyakarta: Kanisius, 1987.
.
Download