PEMBENTUKAN KELUARGA SAKINAH PADA KELUARGA PASANGAN KARIR DI DUSUN KARANG, DESA NGALANG, KECAMATAN GEDANGSARI, KABUPATEN GUNUNGKIDUL SKRIPSI DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI‟AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA STRATA SATU ILMU HUKUM ISLAM OLEH MUHAMMAD FAHMI 09350012 PEMBIMBING Drs. SUPRIATNA, M.Si JURUSAN AL-AHWAL ASY-SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARI‟AH DAN HUKUM UNIVERSITAS SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2015 i ABSTRAK Keluarga adalah pasangan suami istri baik mempunyai anak atau tidak sama sekali, artinya sumi istri yang terbentuk melalui perkawinan, hidup bersama dari seorang pria dan wanita, dari hal itu terletak pula segala kewajiban dan hak masing-masing setiap individu dalam keluarga. Pencapaian yang amat luar biasa ketika sebuah keluarga dapat mewujudkan keluarganya menjadi keluarga yang sakinah. Melalui perkawinan diharapkan mampu menjadi sarana untuk menghasilkan keturunan yang dapat menjamin kelangsungan eksitensi manusia di muka bumi. Masyarakat Dusun Karang adalah mayoritas penduduknya bekerja (karir) keluar kota/merantau, denagan adanya hubungan yang jarak jauh tidak menutup kemungkinan bahwa permasalahan keluarga bisa muncul setiap saat. Pembentukan keluarga sakinah pada keluarga pasangan karir yang penyusun bahas di sini sangatlah penting guna meminimalisir terjadinya kelalaian pada perceraian. Pembentukan keluarga sakinah adalah suatu keharusan dan merupakan tujuan yang harus dicapai bagi setiap pasangan. Pokok masalah yang diangkat yaitu untuk mengetahui upaya-upaya yang telah dilakukan oleh suami istri pasangan karir dalam mempertahankan kesakinahan keluarga dan mengetahui tinjauan Hukum Islam terhadap upaya membentuk keluarga sakinah pada keluarga pasangan karir di Dusun Karang, Desa Ngalang, Kecamatan Gedangsari, Kabupatan Gunungkidul. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research), sifat dari penelitian deskriptif-analitis, pengumpulan subjek sampel, pengumpulan data (Observasi, wawancara, dokumentasi), memakai pendekatan normatif, metode analisis data yang digunakan analisis data kualitatif dengan menggunakan kerangka berfikir deduktif-induktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwasannya, usaha yang dilakukan keluarga pasangan karir adalah: 1. Berkomunikasi dengan baik, menerima apa adanya, rutin mengirim biaya ke rumah, memberikan pengertian kepada anak ketika suami pergi, pasrah kepada Allah, bekerja secara maksimal, menanamkan pondasi terhadap anak tentang agama, memperkuat kepercayan antara suami istri, selalu menjaga keharmonisan keluarga, mencari nafkah secara bersama-sama, saling permasalahan rumah tangga diselesaikan bersama, meminta nasehat orang tua, berusaha selalu jujur dengan pasangan, mencintai dengan kondisi apa adanya, mengutamakan musyawarah, tidak ada kekerasan dalam rumah tangga. 2. Tinjauan hukum Islam keluarga pasangan karir di Dusun Karang, Desa Ngalang, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul adalah bahwa keluarga pasangan yang ada tidak bertentangan dengan hukum Islam, karena antara suami istri bekerja di luar kota/merantau merupakan sudah kesepakatan bersama dan hal itu dilakukan karena kondisi ekonomi yang tidak mencukupi. ii MOTTO هب أمسم الٌسبء اال مسين و هب اهبًهي اال لعيي “ Hanya orang terhormatlah yang bisa menghormati wanita dan hanya mereka yang terlaknatlah yang selalu merendahkan wanita” v PERSEMBAHAN Karya ini kupersembahkan kepada : Kedua Orang Tua, Kakak Adik dan Semua Guruku vi PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam penelitian ini menggunakan pedoman transliterasi dari keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no. 0543 b/U/1987. Tertanggal 12 Januari 1988.Secara garis besar uraiannya adalah sebagai berikut: A. Konsonan Tunggal Huruf Arab Nama Tidak dilambangkan Ba„ Huruf Latin Tidak dilambangkan b ا ب ت ث ج ح خ د ذ ز ش س ش ص ض ط ظ ع غ alief Ta' t - sā´ ŝ ŝ (dengan titik di atas) jim j - ha„ ḫ ḫ(dengan titik di bawah) kha' kh - dal d - zai ż ż (dengan titik di atas) ra„ r - zai z - sin s - syin sy - Sād ṣ ṣ (dengan titik di bawah) Dād ḓ ḓ (dengan titik di bawah) Ta' ṯ ṯ (dengan titik di bawah) Za' ẕ ẕ (dengan titik di bawah) „ain „ koma terbalik Gain g - vii Keterangan - ف ق ك ل م ن و هـ fa„ f - Qaf q - Kaf k - Lam l - Mim m - Nun n - Wawu w - ha‟ h ء Hamzah ‟ ي ya' y apostrof (tetapi tidak dilambangkan apabila terletak di awal kata) - B. Konsonan Rangkap Konsonan rangkap, termasuk tanda syaddah, ditulis lengkap. أحمدية: ditulis Ahmadiyyah. C. Ta’ Marbutah di akhir kata 1. Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap menjadi bahasa Indonesia. جماعة: ditulis jamā‟ah 2. Bila dihidupkan karena berangkai dengan kata lain. وعمة هللا: ditulis ni„matullāh. شكاة الفطس: ditulis zakātul-fitri. D. Vokal Pendek Fathah ditulis a, kasrah ditulis i, dan dammah ditulis u. E. Vokal Panjang 1. A panjang ditulis ā, i panjang ditulis ī, u panjang ditulis ū, masing-masing dengan tanda (ˉ) di atasnya. 2. Fathah + ya‟ tanpa dua titik yang dimatikan ditulis ai, dan fathah +wawu mati ditulis au. viii F. Vokal-vokal Pendek berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof (‘). أأوتم: ditulis a‟antum. مؤوج: ditulis mu’annas˙ G. Kata Sandang Alif+Lam 1. Bila diikuti huruf al-Qamariyyah. القسآن: ditulis al-Qur‟an. 2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah, huruf i diganti dengan huruf syamsiyyah yang diikutinya. الشيعة: ditulis as-Syī„ah. H. Huruf besar Penulisan huruf besar menyesuaikan dengan EYD. I. Kata dalam rangkaian Frase dan Kalimat 1. Ditulis kata perkata, atau 2. Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya dalam rangkaian tersebut. شيد اإلسالم: ditulis syaikh al-Islām atau syaikhul-Islām J. Syaddah (Tasydid) Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda syaddah, dalam transliterasi ini tanda syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Contoh: زتّىا- rabbanā K. Hamzah Sebagaimana dinyatakan di depan, hamzah ditransliterasikan dengan apostrof. Namun itu hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata.Bila terletak di awal kata, hamzah tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab berupa alif. Contoh : الىىء- an-nau‟u تأذرون- ta‟khużȗna L. Penulisan Kata Pada dasarnya setiap kata, baik fi‟il (kata kerja), isim atau huruf, ditulis terpisah. Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain, karena ada huruf Arab atau harkat ix yang dihilangkan, maka dalam transliterasi ini penulisan kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata lain yang mengikutinya. Contoh: وان هللا لهى ذيس الساشقيه- wa innallāha lahuwa khair ar-rāziqīn Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam transliterasi ini huruf tersebut digunakan juga. Penggunaan huruf kapital seperti yang berlaku dalam EYD, diantaranya = huruf kapital digunakan untuk menuliskan huruf awal nama diri dan permulaan kalimat. Bila nama diri itu didahului oleh kata sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap harus awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Contoh : ومامح ّمد االّ زسىل - wa mā Muhammadun illā Rasūl Penggunaan huruf kapital untuk Allah hanya berlaku bila dalam tulisan Arabnya memang lengkap demikian dan kalau penulisan itu disatukan dengan kata lain sehingga ada kata lain sehingga ada huruf atau harkat yang dihilangkan, maka huruf kapital tidak dipergunakan. Contoh : وصس مه هللا وفتح قسية- nas{run minallāhi wa fathun qorīb x KATA PENGANTAR بسن هللا السحوٌبلسحين أشهد أى ال اله اال هللا وأشهد اى هحود زسىل هللا لل الحود يب هللا اذا زضيت و لل. صالة و سالهب لل يب حبيب هللا, حودا و ثٌبء لل يب هللا الحود حتى تسضى و لل الحود بعد السضى و لل الحود هأل السوبوات و هأل األزض و هأل ًحودك اللهن زبٌب. ال ًحصى ثٌبء عليل اًت موب أثٌيت على ًفسل.هب شئت هي شيئ بعد موب أهستٌب أى ًحود و ًصلى و ًسلن على سيدًب هحود و على اله و صحبه و هي تبعه هي .يىهٌب هرا الى يىم لقبء هللا االحد الصود Alhamdulillah, dengan pertolongan Allah SWT penyusun dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Pembentukan Keluarga Sakinah Pada Keluarga Pasangan Karir Di Dusun Karang, Desa Ngalang, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, sebagai sebua karya ilmiah untuk memenuhi sebagian syarat untuk meraih gelar Sarjana Hukum Islam pada Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dengan penuh kesadaran, penyusun mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya karya ini baik berupa bantuan moril maupun materiil. Oleh sebab itu pantaslah kami ucapkan terima kasih pada : 1. Kedua orang tua atas semuanya. Athāla Allahu baqā’akuma fī rahmatillah. 2. Semua mbak, mas, adik yang selalu memberikan dorongan untuk menyelesaikan tulisan ini. Kalian semua adalah orang-orang yang luar xi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL............................................................................................ i ABSTRAK .......................................................................................................... ii HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ...........................................................iii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv MOTTO .............................................................................................................. v HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vi HALAMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ............................................. vii KATA PENGANTAR ....................................................................................... xi HALAMAN DAFTAR ISI ..............................................................................xiii BAB I : PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 B. Pokok Masalah ............................................................................ 9 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................... 10 D. Telaah Pustaka ........................................................................... 11 E. Kerangka Teoritik ...................................................................... 15 F. Metode Penelitian ...................................................................... 26 G. Sistematika Pembahasan ........................................................... 29 BAB II : KETENTUAN UMUM TENTANG KELUARGA SAKINAH DAN KELUARGA PASANGAN KARIR ..................................... 30 A. Tentang Keluarga Sakinah ........................................................ 30 1. Pengertian dan Dasar Hukum ................................................ 30 xiii 2. Keluarga Sakinah Sesuai Tuntunan Rasulullah ..................... 32 3. Faktor Terciptanya Keluarga Sakinah ................................... 40 B. TENTANG KELUARGA PASANGAN KARIR ..................... 47 1. Pengertian dan Dasar Hukum ................................................ 47 2. Hak dan Kewajiban Suami Istri ............................................. 56 3. Pengaruh Keluarga Pasangan Karir Terhadap Keharmonisan Rumah Tangga ....................................................................... 64 BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG DUSUN KARANG, DESA NGALANG, KECAMATAN GEDANGSARI, KABUPATEN GUDUNGKIDUL ............................................................................ 68 A. Deskripsi Dusun Karang............................................................ 68 1. Geografis dan Demografis Dusun Karang ............................ 68 2. Jumlah Penduduk .................................................................. 69 3. Mata Pencaharian Penduduk................................................. 70 4. Pendidikan ............................................................................ 71 5. Sosial Ekonomi ..................................................................... 72 6. Potret Keagamaan Dusun Karang ......................................... 73 B. Pandangan Masyarakat Tentang Pembentukan Keluarga Sakinah Pada Keluarga Pasangan Karir .................................................. 75 C. Upaya Pembentukan Keluarga Sakinah Pada Masyarakat Dusun Karang ....................................................................................... 77 xiv BAB IV : ANALISIS TENTANG PEMBENTUKAN KELUARGA SAKINAH PADA KELUARGA PASANGAN KARIR .................................... 89 A. Analisis tentang Usaha Yang Dilakukan Suami Istri Keluarga Pasangan Karir dalam Membentuk Keluarga Sakinah ................ 89 B. Analisis Hukum Islam tentang Pembentukan Keluarga Sakinah Pada Keluarga Pasangan Karir ........................................................... 103 BAB V : PENUTUP .................................................................................... 113 A. Kesimpulan .............................................................................. 113 B. Saran-Saran.............................................................................. 114 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 116 LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Terjemahan ...................................................................................I 2. Biografi Tokoh dan Ulama ......................................................... V 3. Curriculum Vitae ..................................................................... XII 4. Lain-lain. xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pernikahan merupakan penyatuan dua insan antara lakilaki dengan perempuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang harmonis dan sudah menjadi fitrah manusia untuk saling berpasangan. Perkawinan yang diajarkan oleh Islam meliputi multi aspek yang menyiratkan banyak hikmah di dalamnya. Salah satu dari sekian banyak hikmah tersebut adalah bahwa perkawinan dapat melahirkan ketentraman dan kebahagiaan hidup yang penuh dengan kasih sayang. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat ar-Rūm ayat 21: 1 Tujuan perkawinan dalam aspek kerohanian, yaitu ketenangan hidup yang dapat menumbuhkan ikatan rasa mawaddah dan rahmah (cinta dan kasih sayang) di antara para anggota keluarga.2 Tetapi dalam mengarungi bahtera rumah tangga akan banyak mengalami kegagalan dalam rumah tangganya. 1 Ar-Rūm, (30): 21 2 Ahmad Azhar Basyir, Keluarga Sakinah Keluarga Surgawi, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1994), hlm. 11. 1 2 Kenyataan kehidupan menunjukan bahwa membangun keluarga itu mudah, namun memelihara dan membina keluarga hingga mencapai taraf kebahagiaan dan kesejahteraan yang selalu didambakan setiap pasangan suami istri sangatlah sukar.3 Hal ini disebabkan adanya persoalan yang sering muncul dalam suatu perkawinan, yakni menyatukan dua pribadi yang berlainan jenis, watak, pembawaan, pendidikan dan pandangan sifat, dengan adanya perbedaan-perbedaan hidup, sehingga tersebut sering menimbulkan kerenggangan dan perselisihan.4 Sakinah yang didahului oleh gejolak menunjukan bahwa ketenangan yang dimaksud adalah ketenangan dinamis. Pasti dalam setiap rumah tangga terjadi gejolak dan kesalahpahaman. Namun, rumah tangga dapat segera tertanggulangi lalu melahirkan sakinah, rumah tangga tertanggulangi bila agama, yakni tuntunan-tuntunannya dipahami dan dihayati oleh anggota keluarga, dengan kata lain, bila agama berperan dengan baik dalam kehidupan keluarga.5 Salah satu prinsip hukum perkawinan Islam adalah menguatkan ikatan perkawinan agar berlangsung selama-lamanya, karena itu segala usaha harus dilakukan agar persekutuan itu dapat terus berkelanjutan. Kenyataan demikian tidak akan terjadi perselisihan dan perceraian bila ada komitmen yang kuat antara suami dan isteri untuk menjaga cinta kasih dan saling membantu memecahkan 3 Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam (Yogyakarta: UII Press, 2000), hlm. 1. 4 Djamil Latif, Aneka Perceraian di Indonesia (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982), hlm. 29. 5 Quraish Shihab, Perempuan ( Tangerang: Lentera Hati, 2005), hlm. 154. 3 persoalan rumah tangga. Sehingga mereka akan memiliki cara sendiri dalam menghadapi problematika rumah tangga. Pada realitanya kehidupan rumah tangga tidak sepi dari adanya konflik yang muncul karena perbedaan pendapat antara pasangan suami istri, namun yang paling penting bagaimana mempertahankan keluarga tetap utuh. Walaupun pada awalnya perkawinan mereka dilandasi dengan rasa saling mencintai, kenyataannya banyak yang kandas di tengah jalan. Dengan demikian pernikahan yang mengandalkan rasa cinta saja belum cukup untuk dijadikan sebagai modal dalam berumah tangga. Setiap pasangan suami istri memerlukan bekal dan landasan tentang teknik membina dan mengelola rumah tangga yang baik. Pada umumnya pengetahuan tentang keluarga diperoleh secara naluriah saja dan belum ada pendidikan khusus yang memadai bagi pembinaan keluarga. Sehingga tak heran setiap keluarga akan sering mengalami perselisihan bahkan perceraian. Perlu dicatat bahwa sakinah bukan sekedar apa yang terlihat pada ketenangan lahir yang tercermin pada kecerahan raut muka karena yang ini bisa muncul karena keluguan, ketidaktahuan, atau kebodohan. Akan tetapi, sakinah terlihat pada kecerahan raut muka yang disertai dengan kelapangan dada, budi bahasa yang halus, yang dilahirkan oleh ketenangan batin akibat menyatunya pemahaman dan kesucian hati, serta bergabungnya kejelasan pandangan dengan tekat yang kuat. Itulah makna sakinah secara umum dan 4 makna-makna tersebut yang diharapkan dapat menghiasi setiap keluarga yang hendak menyandang nama keluarga sakinah. 6 Seiring dengan laju pesatnya feminisme yang mengusung perjuangan kesetaraan jender, semakin banyak pula dijumpai kaum perempuan yang turut andil dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga. Struktur manajemen perusahaan semakin banyak diisi nama-nama perempuan, terlebih dalam posisi sekertaris. Di sisi lain, tidak sedikit pula wanita yang bekerja di pabrik sebagai pekerja kasar. Fenomena ini tidak mendapat penolakan dari suami mereka; dengan arti kebanyakan suami mengizinkan istri mereka berkerja. Bahkan, tidak jarang dijumpai para istri menjadi sumber utama pemenuhan kebutuhan rumah tangganya padahal itu tugasnya laki-laki.7 Keluarnya seorang perempuan dari rumah berarti melalaikan anak keturunannya, dan inilah yang menyebabkan rusaknya pendidikan bagi generasi-generasi mendatang, tak tercapainya negeri yang baik. Seorang sosiolog Amerika sebagaimana dikutip oleh As-Sayyid Muhammad Ibn „Alwi al-Maliki al-Hasan, mengatakan: riset membuktikan pentingnya ibu untuk tinggal di rumah melaksanakan pendidikan bagi anaknya. Perbedaan besar antara kesetabilan moral masa lalu adalah 6 7 Ibid., hlm. 154-155. Team Kodifikasi Bahtsul Masa-iel Tamatan Abad Pertama( Kautsar), Santri Lirboyo Menjawab, ( Kediri: Pustaka GerbangLama, 2010), hlm. 241-242. 5 bertumpunya pada ibu yang meninggalkan rumah melalikan serta menyerahkan anak pada orang yang tidak baik pendidikannya.8 Sebenarnya tersitanya waktu perempuan (ibu) dengan berbagai kegiatan di luar yang jelas memiliki akses negatif dan melampaui apa yang kita bayangkan, kecenderungan bergaul dengan laki-laki yang bukan mahramnya, satu hal yang berpeluang menghilangkan keutamaan perempuan yakni malu. Sayyid Muhammad Ibn „Alwi al-Maliki al-Hasan mengutip komentar ilmuan besar Rusia Anthon-seorang komunis yang menyarankan secara keras adanya bahaya besar akibat terjunnya perempuan (ibu) dalam dunia kerja. Dalam aspek sosial, perginya perempuan dari rumah menimbulkan keresahan. Anaknya merasa kehilangan kasih sayang yang dampaknya bisa sangat fatal. Sepulang dari bekerja sang suami berharap bahwa sang istri siap menerima keluhan-keluhannya dalam bekerja, akan tetapi yang ia dapatkan justru sebaliknya yakni keluhannya lebih keras lagi dari istrinya yang juga pulang bekerja. Sementara wanita setiap bulannya sangat memungkinkan berkurang produktivitasnya, mengingat rata-rata selama sepekan dalam satu bulannya perempuan menderita sakit bulanan. Belum lagi, untuk cuti hamil dan melahirkan serta konsekunsi-konsekunsi 8 lain setelah melahirkan dimana fisiknya Sayyid Muhammad Ibn „Alwi al-Maliki al-Hasani, Fiqh Keluarga “ Seni Berkeluarga Islami”, Terjemahan, kitab Adab al-Islāmi fī Nidam al-Usrah, Penerjemah: Rumadi, (Yogyakarta: Bina Media, 2005), hlm. 173. 6 memerlukan waktu yang cukup lama agar pulih kesehatannya seperti sedia kala.9 Berdasarkan beberapa realita yang terjadi sebagaimana keterangan di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud sakinah adalah keluarga yang tercukupi kebutuhan finansial dan spiritual. Secara minimal, kebutuhan finansial ditandai dengan terpenuhinya sandang, pangan, dan papan. Kebutuhan sepiritual ditandai dengan ketakwaan kepada Allah, sehingga memancarkan kebahagian batin dari keluarga tersebut. Kebutuhan spiritual ini bersifat abstrak, sehingga untuk mengukurnya hanya bisa dilihat dari ucapan maupun tindakan-tindakan positif. Parameter kesakinahan sebuah keluarga berbeda pada setiap keluarga, setidaknya dapat ditinjau dari segi pendidikan masing-masing keluarga. Tanggungjawab yang diemban seorang suami banyak sekali, namun ada yang terpenting dan harus dilakukan, yaitu memenuhi kebutuhan lahir batin keluarga yang merupakan modal hakiki dalam membina rumah tangga, sehingga tercipta suasana yang harmonis. Kewajiban suami yang hakiki dan benar-benar menjadi tanggungjawab yang besar yang harus dipikul di pundaknya adalah kewajiban memberi nafkah kepada istri dan anak-anaknya, baik istrinya berasal dari keluarga kaya apalagi dari keluarga miskin. Dalil yang dijadikan argumen adalah firman Allah SWT, yang termaktub dalam Al-Qur‟an: 9 Ibid., hlm, 174. 7 10 Ayat al-Qura‟an di atas sangat jelas tentang tanggungjawab seorang suami kepada istrinya. Hal yang menjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama mazhab adalah besarnya tanggungjawab itu disesuaikan kepada keberadaan suami atau istri.11 Berdasarkan uraian di atas peneliti bermaksud meneliti salah satu dusun yang ada di Gunungkidul yaitu Dusun Karang, Desa Ngalang, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, yang mayoritas penduduknya beragama Islam, dari beberapa desa yang ada di Kecamatan Gedangsari. Dusun Karang adalah satu-satunya dusun yang dapat julukan dusun toleran, karena di dusun ini sangat menjunjung tinggi kebersamaan dan kekeluargaan antara tetangga yang satu dengan tetangga lainnya. Areal persawahan dan pegunungan, menjadikan penduduknya bermata pencaharian bertani dan berladang. Dengan mengandalkan hasil panen masyarakat Dusun Karang bisa mencukupi kebutuhan finansialnya. Akan tetapi ada faktor lain yang menjadikan banyak penduduk Dusun Karang kurang puas dalam mencari penghidupan di tempat kelahirannya sendiri, misalnya pola hidup konsumtif, ingin menjadi pusat perhatian tetangga, untuk mencari kesenangan hidup yang selama ini telah menjadi virus di 10 11 Al-Baqarah (2): 233. Mohammad Asnawi, Nikah dalam Perbincangan dan Perbedaan, cet. ke-1, (Yogyakarta: Penerbit Darussalam, 2004), hlm. 199-200. 8 masyarakat Dusun Karang. Masyarakat Dusun Karang kebanyakan hanya lulus sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP), sehingga sering sekali pola pikir mereka hanya berorientasi pada materi (sandang, pangan, papan). Banyak di antara mereka yang hijrah meninggalkan kampung halaman untuk mengundi nasib di daerah lain. Maka tidak akan banyak persoalan, jika yang bekerja adalah orangorang yang belum berkeluarga. Masalah yang muncul kemudian adalah ketika seorang istri yang biasanya mempunyai tanggung jawab melayani suami dan mengasuh anak, kini setiap hari harus meninggalkan sebagian yang menjadi kewajibannya sebagai istri. Dampak bila seorang suami bekerja di luar daerah dan jarang pulang sedangkan seorang istri setiap harinya juga menjadi buruh, mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan biologis dan kurangnya perhatian dan kasih sayang terhadapa anak. Seorang anak yang kurang kasih sayang dan tidak adanya perhatian dari orang tua akan berakibat sangat buruk, misalnya: tidak berakhlak mulia, tidak patuh sama orang tua, tidak mau diatur dan sebagainya. Bagi seorang istri yang setiap harinya menjadi seorang pekerja dia akan merasa bahwa dirinya lebih mampu dari pada suaminya, maka seorang istri tidak akan lagi hormat maupun patuh terhadap seorang suami selain itu juga seorang istri maupun suami tidak akan hidup berdampingan secara harmonis dikarenakan mereka saling merasa mampu terhadap dirinya masing-masing tanpa adanya bantuan antara keduanya. Hal ini sangatlah rentan dalam memicu keretakan, bahkan perceraian antara suami istri. Seperti halnya 9 yang terjadi di Dusun Karang. Cukup banyak keluarga yang suaminya bekerja di luar daerah dan istri juga harus keluar rumah setiap harinya, karena bekerja sebagai buruh atau pekerjaan lainnya. Masalah inilah yang menjadi kosentrasi peneliti untuk mengkaji mengenai kondisi pembentukan keluarga sakinah pada keluarga pasangan karir. Karir tidak harus difahami sebagai pekerja di kantor, akan tetapi setiap orang yang bekerja di luar domestik dimanapun tempatnya, apa pun pekerjaannya asalkan pekerjaan itu menghasilkan uang, maka bisa disebut sebagai karir. Berangkat dari permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dan dituangkan dalam judul “ Pembentukan Keluarga Sakinah Pada Keluarga Pasangan Karir di Dusun Karang, Desa Ngalang, Kecamatan Gedangsari, Kabupatan Gunungkidul. B. Pokok Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka ada masalah yang sangat penting untuk dikaji dan dilakukan penelitian secara mendalam, yaitu: 1. Upaya apa saja yang telah dilakukan oleh suami istri pasangan karir dalam mempertahankan kesakinahan keluarga mereka? 2. Bagaimanakah tinjauan Hukum Islam terhadap upaya membentuk keluarga sakinah pada keluarga pasangan karir di Dusun Karang, Desa Ngalang, Kecamatan Gedangsari, Kabupatan Gunungkidul? 10 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Adapun tujuan diadakan penelitian ini, antara lain: 1. Untuk mendeskripsikan dan mengetahui upaya apa saja yang telah dilakukan oleh suami istri pasangan karir dalam mempertahankan kesakinahan keluarga mereka 2. Untuk memberi penilaian bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap keluarga pasangan karir di Dusun Karang, Desa Ngalang, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul. Adapun kegunaan penelitian ini adalah: 1. Secara akademis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah kontribusi dalam rangka memperkaya ilmu pengetahuan kepada masyarakat, khususunya yang berkaitan dengan hukum pernikahan yang berlaku di Indonesia. 2. Dapat memberikan pengembangan alternatif bagi permasalahanpermasalahan keluarga yang berkembang di masyarakat. 3. Sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat dalam menjalankan sistem hukum, khususnya yang berkaitan hukum keluarga demi terciptanya kepastian hukum, sehingga bisa meminimalisir permasalahan-permasalahan keluarga dikemudian hari. 4. Secara ilmiah penelitian ini diharapkan dapat memberikan wacana kepada mahasiswa dalam upaya pengembangan pemikiran dalam 11 bidang hukum keluarga dari berbagai perspektif hukum pernikahan yang berlaku di Indonesia. D. Telaah Pustaka Kehidupan suami istri ibarat sebuah lembaga atau perusahaan yang harus mempunyai visi, tujuan, dan prinsip. Ketiga hal itu harus jelas dimengerti oleh semua anggota keluarga, tanpa ada yang ditutup-tutupi. Islam juga meletakkan batasan-batasan prisip yang jelas, yaitu tujuan utama pernikahan adalah surga. Hal itu tidak akan tercapai tanpa taat kepada Allah SWT, menjadikan Al-Qur‟an sebagai undang-undang dan ucapan-ucapan Rasulullah sebagai perintah.12 Hasil pengamatan dan penelusuran ditemukan beberapa literatur sebagai bahan telaah yang akan mendukung dalam penelitian yang sudah peneliti susun, yaitu beberapa di antaranya: Skripsi yang disusun oleh Miftahul Munir, berjudul “ Konsep Nafkah Dalam Keluarga (Analisis Nafkah Keluarga dari Istri Karir dalam Perspektif Hukum Islam)”, dalam skripsi ini yang dimaksud dengan wanita karir adalah wanita yang giat, aktif bekerja dan berkarya di luar domestik dengan berbagai motivasi yang menyertainya, baik untuk membantu suami dalam mencari nafkah keluarga, mengaktulisasikan dan menyalurkan kemampuan yang dimilikinya, atau untuk kepentingan sosial lainnya. 12 21. Akram Ridho, Kado Pernikahan Terindah ,( Surakarta: Ziyad Visi Media, 2011), hlm. 12 Miftahul Munir menegaskan bahwa Islam membenarkan seorang perempuan melakukan pekerjaan untuk membantu atau menambah penghasilan suami. Hasil nafkah yang berasal dari perempuan (istri) karir dalam pandangan Islam dianggap sebagai sedekah istri terhadap suami dan keluarganya, asalkan istri rela memberikannya.13 Skripsi yang disusun oleh Dyah Nur Hikmah Purwaningsih, dengan judul “ Fenomena Suami Bekerja di Luar Kota Terhadap Pembentukan Keluarga Sakinah Dalam Tinjauan Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Kedungpoh, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul)”, dijelaskan bahwa ada beberapa problem yang muncul sebagai akibat suami bekerja di luar kota yaitu: komunikasi yang terhambat, dari komunikasi inilah awal mulanya satu persoalan dimana komunikasi adalah cara paling efektif untuk menyelesaikan suatu persoalan, namun karena jarak dan keadaan tidak memungkinkan terjadinya komunikasi sehingga muncul problem-problem yang baru yang menjurus pada persoalan rumah tangga yang lebih besar. Dalam skripsi ini menjelaskan bahwa selain problem terhambatnya komunikasi, ada problem lain yakni kurang terpenuhinya kebutuhan biologis, krisis kepercayaan, perhatian, dan pendidikan anak yang kurang 13 Miftahul Munir, “ Konsep Nafkah Dalam Keluarga ( Analisis Nafkah Keluarga dari Istri Karir dalam Persepktif Hukum Islam”, Skripsi Pada: Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010. 13 tercukupi, kewajiban yang terabaikan dan hak yanag tidak terpenuhi, serta pelanggaran taklik talak.14 Skripsi yang berjudul “Istri Sebagai Penanggung Jawab Nafkah Keluarga dalam Perspektif Hukum Islam (Analisis Terhadap Pasal 34 Ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974)”, yang ditulis oleh Widodo, menguraikan sebagai berikut. Dalam Pasal 34 ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974 Tentang perkawinan menyebutkan bahwa suami adalah kepala keluarga yang harus bertanggung jawab terhadap keperluan hidup rumah tangga, dengan demikin tanggung jawab mencari nafkah keluarga menjadi tanggung jawab suami. Tanggung jawab mencari nafkah dapat dilaksanakan bersama-sama atau bergantian antara suami istri, berdasarkan musyawarah kedua belah pihak, sehingga dapat terwujud apa yang diinginkannya. Dalam perspektif Islam, ketentuan yang terdapat dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, khususnya pasal 34 ayat (1), (2), dan (3) tentang pembagian peran dan wilayah kerja suami istri, belum sepenuhnya mengakomodasi nilai-nilai keadilan, maka masih terjadi tindak kesewenang-wenangan suami terhadap istri karena ketentuan peraturan yang memposisikan sebagai pemimpin. Widodo mengatakan bahwa dalam kacamata hukum Islam, peran seorang istri yang membantu suami atau karena ia telah ditinggal mati suami, telah dicerai, tahu suami yang pemalas, 14 Diyah Nur Hikmah Purwaningtyas,” Fenomena Suami Bekerja di Luar Kota Terhadap Pembentuakan keluarga Sakinah dalam Tinjauan Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Kedungpoh, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul),” Skripsi Pada: Fakultas Syar‟ah UIN Suanan Kalijaga Yogyakarta, 2009. 14 diperbolehkan asal tidak melanggar kodrat kewanitaannya. Jadi seorang istri boleh bekerja untuk kemaslahatan keluarga, dimana diharapkan terjaganya kebaikan dan menghindarkan dari mafsadat.15 Adapun Skripsi yang dibahas oleh Peneliti adalah terkait dengan pembentukan keluarga sakinah pada pasangan karir, yaitu dimana suami bekerja di luar daerah dan istri setiap harinya bekerja sebagai buruh ataupun petani untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap harinya. Bedanya dengan skripsinya saudra Miftahul Munir adalah bahwa dalam Islam membenarkan seorang perempuan melakukan pekerjaan untuk membantu atau menambah penghasilan suami. Hasil nafkah yang berasal dari perempuan (istri) karir dalam pandangan Islam dianggap sebagai sedekah istri terhadap suami dan keluarganya, asalakan istri rela memberikannya. Skripsi yang disusun saudari Dyah Nur Hikmah Purwaningsih adalah bahwa ada beberapa problem yang muncul sebagai akibat suami bekerja di luar kota yaitu: komunikasi yang terhambat, kurang terpenuhinya kebutuhan biologis, krisis kepercayaan, perhatian, dan pendidikan anak yang kurang tercukupi, kewajiban yang terabaikan dan hak yanag tidak terpenuhi, serta pelanggaran taklik talak, sedangkan peneliti menyusun skripsi tentang suami istri yang kedunya merupakan seorang karir, dimana suami bekerja di luar daerah yang jarang bisa pulang setiap bulannya, akan 15 Widodo, “ Istri Sebagai Penanggung Jawab Nafkah Keluarga dalam Persepektif Hukum Isalam (Analisis Terhadap Pasal 34 Ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974,” (Yogyakarta: Fakultas Syari‟ah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2003). 15 tetapi komunikasi dengan keluarga yang di rumah tetap terjaga dengan baik dan istri merupakan seorang pekerja buruh setiap harinya. Adapun skripsi yang dibahas oleh Widodo menguraikan bahwa dalam kacamata hukum Islam, peran seorang istri yang membantu suami atau karena ia telah ditinggal mati suami, telah dicerai, tahu suami yang pemalas, diperbolehkan asal tidak melanggar kodrat kewanitaannya. Jadi seorang istri boleh bekerja untuk kemaslahatan keluarga, dimana diharapkan terjaganya kebaikan dan menghindarkan dari mafsadat, bedanya dengan skripsi yang peneliti susun adalah bahwasannya istri bekerja sebagai buruh dengan tujuan untuk memenuhi kehidupan keluarganya dan memperingan suami yang sedang berusaha bekerja di luar daerah yang belum tentu setiap bulannya mengirimkan uang untuk mencukupi kehidupan keluarganya yang ada di rumah. Oleh karena itu pembahasan yang dilakukan peneliti ini diharapkan akan menjadi pelengkap terhadap pembahasan tentang kedisiplinan yang telah ada. E. Kerangka Teori Al-Qur‟anul Karim adalah mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnya selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Ia diturunkan Allah kepada Rasulullah Muhammad SAW untuk mengeluarkan manusia dari suasana yang gelap menuju yang terang, serta membimbing mereka ke jalan yang lurus. Rasulullah SAW menyampaikan Qur‟an itu 16 kepada para sahabatnya (orang-orang Arab asli), sehingga mereka dapat memahaminya berdasarkan naluri mereka.16 Kalam Allah adalah hukum baik langsung, seperti ayat-ayat hukum dalam Al-Qur‟an atau secara tidak langsung seperti hadis-hadis hukum dalam sunnah Rasulullah yang mengatur amal perbuatan manusia. Hadis hukum dianggap sebagai kalam Allah secara tidak lansung karena apa yang diucapkan oleh Rasulullah di bidang tasyri‟ tidak lain adalah petunjuk dari Allah SWT, maka Allah memerintahkan menaati hukum yang ditetapkan oleh Rasul-Nya, dalam hadis-hadis ahkam.17 Perempuan diciptakan Allah untuk mendampingi lelaki, demikian pula sebaliknya. Ciptaan Allah itu pastilah yang paling baik dan sesuai buat masing-masing. Perempuan pastilah yang terbaik untuk mendampingi lelaki, sebagaimana pasti pula lelaki adalah yang terbaik untuk menjadi pendamping perempuan, karena tidak ada ciptaan Tuhan yang tidak sempurna dalam potensinya saat mengemban tugas serta fungsi yang diharapkan dari ciptaan itu. Sang Pencipta pasti Maha Mengetahui kebutuhan lelaki dan perempuan serta apa yang terbaik lagi sesuai bagi masing-masing. Dia pula yang memberi petunjuk untuk tercapainya 16 Manna‟ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’ani, cet. ke-1, Terjemahan, Mudzakir AS (Jakarta: PT. Mitra Kerjaya Indonesia, 1973), hlm. 1. 17 Makhrus Munajat, Studi Islam di Perguruan Tinggi, cet. ke-1, (Yogyakarta: Pesantren Nawesea Press, 2008), hlm. 43. 17 dambaan kedua jenis kelamin itu, antara lain berupa ketenangan dan ketentraman hidup.18 Dasar-dasar atau pengambilan hukum pernikahan dalam Al-Qur‟an diantaranya: 19 Dasar tujuan dari perkawinan terdapat dalam QS. Ar-Rum 20 Dasar tentang kewajiban suami terhadap istri dalam hal memperlakukan istri secara baik, yaitu: 21 Dasar kewajiban istri terhadap suami yaitu: 18 M. Quraish Shihab, Perempuan, Seri 03, (Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2006), hlm. vii. 19 An-Nisā‟ (4): 25. 20 Ar-Rūm (30): 21 21 Al- Baqarah (3): 228. 18 22 Dasar yang menerangkan tentang nafkah terdapat dalam QS. al-Baqarah yaitu: 23 Di dalam hadis dasar nafkah terhadap keluarga diterangkan: 24 Pemberian nafkah suami pada keluarga, menurut Rasulullah dalam hadis di atas tidak hanya dipandang sebagai kewajiban suami tapi juga dinilai sedekah, dan setiap sedekah yang ikhlas adalah ibadah. Sabda Rasul di atas juga menjadi pemacu seorang suami untuk berlomba-lomba memberi nafkah dan membahagiakan keluarga secara ma‟ruf.25 22 An-Nisā‟ (4): 34. 23 Al-Baqarah (3): 233. 24 Abū „Abdillāh Muhammad Ibn Ismāil al- Bukhārī, Sahīh al-Bukhārī, Libanaun: Dār alFiker, 2006), III: 308. 25 Imam Ghozali, Teladan Rasulullah Keluarga Sakinah, (Yogyakarta: PT. LKIS Printing Cemerlang, cet 1,2011), hlm. 50 19 Diterangkan juga dalam hadis tentang tanggung jawab orang tua adalah: أ 26 Setiap orang memiliki hak sekaligus juga tanggungjawab. Pelaksanaan atas hak dan tanggungjawab dalam kehidupan seseorang, kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Suami istri dalam lingkungan nanti juga akan dimintai pertanggungjawabannya soal merawat dan mendidik anak-anaknya. Keberhasilan membina keluarga harmonis merupakan tanggungjawab bersama antara suami dan istri, dan kegagalannya juga menjadi tanggungjawab. Oleh karena itu, Rasulullah meningkatkan kepada kita bahwa suami dan istri samasama akan dimintai pertanggungjawabannya dalam membangun, membina, dan mengelola keluarga.27 Dasar dan tujuan menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan tersebut dalam pasal 1 dan 2. Dalam pasal 1 dijelaskan sebagai berikut: Perkawinan ialah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) 26 Abi „Abdullah Muhammad Ibnu Isma‟il Al-Bukhārī, Al-Bukhārī (Dārul Fiker: Bairut Libanun, 1995) , hlm., 489. 27 Imam Ghozali, Teladan Rasulullah Keluarga Sakinah,………hlm, 62-63. 20 yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Selanjutnya pada pasal 2 dinyatakan bahwa: 1. Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. 2. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.28 Hak dan kewajiban suami istri menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan tercantum pada Pasal 30 dan 31 adalah: Dalam pasal 30 dinyatakan bahwa suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat. Kemudian dalam pasal 31 dinyatakan: 1. Hak dan kedudukan suami istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat. 2. Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum. 3. Suami adalah kepala keluarga dan istri adalah ibu rumah tangga. Mengenai kewajiban suami istri selanjutnya dijelaskan dalam Pasal 33: Suami istri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain. Dalam Pasal 34 dinyatakan : 1. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesui dengan kemampuannya. 2. Istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya. 3. Jika suami atau istri melalaikan kewajibannya masing-masing dapat mengajukan gugatan kepada pengadilan.29 Kelurga ialah masyarakat kecil sekurang-kurangnya terdiri dari pasangan suami istri sebagai sumber intinya berikut anak-anak yang lahir dari mereka. Jadi setidak-tidaknya keluarga adalah pasangan suami istri baik mempunyai anak atau tidak sama sekali. Keluarga yang dimaksud ialah suami istri yang terbentuk melalui perkawinan. hidup bersama dari seorang peria dan seorang wanita, tidak 28 Pasal 1 dan 2 Undang-Undang No.1/1974, Tentang Perkawinan. 29 Pasal 31 Undang-Undang No.1/1974, Tentang Perkawinan. 21 dinamakan keluarga jika keduanya tidak diikat oleh perkawinan. Karena ini perkawinan deperlukan untuk membina keluarga.30 Adapun yang dimaksud sakinah berasal dari susunan kata سكينة, يسكن,سكن yang berarti rasa tentram, aman, dan damai. Seorang akan merasa sakinah apabila terpenuhi unsur-unsur hajat hidup spiritual dan material secara layak dan seimbang.31 Pengertian sakinah mengandung unsur: 1. Bahagia Bahagia yaitu rasa tentram, rasa aman, serta rasa damai, seseorang akan merasakan bahagia apabila terpenuhi unsur-unsur tersebut dalam kehidupannya. Sebaliknya apabila sebagian atau salah satu dari yang disebut tadi tidak terpenuhi, maka orang tersebut akan merasa kecewa, resah dan gelisah, mudah sekali menjadi putus asa dan tidak jarang ada yang mengambil jalan pintas dengan cara mengakhiri hidupnya. 2. Sejahtera Sejahtera adalah keadaan lahiriyah yang diperoleh dalam kehidupan duniawiyah yang meliputi: kesehatan, sandang, pangan, keguyuban perlindungan hak asasi dan sebagainya. Seseorang yang sejahtra hidupnya adalah orang yang terpelihara kesehatannya, cukup sandang, pangan dan papannya, diterima dalam pergaulan masyarakat yang beradab, serta hak30 Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm. 4. 31 Ibid., hlm. 4. 22 hak asasinya terlindungi oleh norma agama, norma hukum dan norma susila. 3. Kekal Kekal dalam kehidupan keluarga adalah kelangsungan hubungan suami istri yang diliputi saling kasih sayang, serta saling pengertian dan setia, sehingga antara suami istri itu lahiriyah tidak terputus ikatan perkawinannya, kecuali karena salah seorang dari mereka meninggal dunia, sedang batiniyahnya tetap merupakan pasangan yang bahagia di dunia sampai akhirat. Berdasarkan pada pengertian-pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan keluarga sakinah adalah keluarga yang dibina atas ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi hajat hidup spiritual dan material secara layak dan seimbang, diliputi suasana kasih sayang antara anggota keluarga dan lingkungannya dengan selaras, serasi serta mampu menghayati dan mengamalkan nilai-nilai keimanan, ketakwaan, akhlakul karimah dengan baik.32 Pada prinsipnya seorang suami dan istri merupakan kesatuan yang tidak dapat terpisahkan, keculai karena kematian, Akan tetapi permasalahan disini adalah ketika seorang suami yang bekerja di luar daerah dan sering tak pulang, sedangakan seorang istri yang setiap harinya bekerja sebagai buruh, hal tersebut sangatlah menimbulkan dampak buruk terhadap keluarga terutama anak turunnya dan masyarakat sekitar. Dengan demikian, tujuan perkawinan untuk mewujudkan 32 Ibid., hlm. 4-6. 23 keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah tidak dapat terealisasi dalam sebuah kehidupan berumah tangga. Adapun kiat-kiat untuk mempererat cinta kasih suami istri dan menjaga keharmonisan di antara keduanya adalah:33 1. Hendaknya saling memenuhi hak dan kewajibannya masing-masing. Jika masing-masing menjalankan kewajibannya niscaya keharmonisan akan terjalin, Rasul yang mulia Shallallahu „alaihi wa sallam juga pernah memberikan bimbingan kepada sahabatnya, Abdullah bin „Amr ibnul „Ash Radhiyallahu „anhuma, untuk menjaga keseimbangan di antara hak-hak yang ada termasuk hak istri dan antara hak-hak istri yang harus ditunaikan suami: a) Mendapatkan nafkah, sebagaimana Allah Subhanahu wata‟ala berfirman, 34 b) Seorang suami harus bergaul dengan istrinya secara patut (ma‟ruf) dan dengan akhlak mulia, Allah Subhanahu wa Ta‟ala berfirman: 35 33 http://sunniy.wordpress.com/2010/02/20/menjaga-keharmonisan-dalam-rumahtangga-bagian-1. htm, akses Oktober 2013. 34 Al-Baqarah (3): 233. 35 An Nisā`(4): 19 24 2. Hendaklah suami dapat menjaga keharmonisan di rumah tangganya Di antara beberapa hal yang dapat dilakukan suami untuk menjaga keharmonisan di dalam rumah tangga dan juga untuk memperkuat ikatan cinta adalah: Pada saat datang dari bepergian jangan mengejutkan istrinya masuk ke rumah tanpa pemberitahuan terlebih dahulu (kabarkan kalau engkau ingin pulang). Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam menuntunkan kepada para suami yang sekian lama berada di rantau atau safar keluar kota agar tidak mendadak pulang ke keluarga mereka tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, apalagi datang tiba-tiba di waktu malam. 3. Sang suami dan juga istri hendaknya menunjukkan wajah yang berseri-seri (bermuka manis) 4. Di antara menjaga keharmonisan rumah tangga adalah saling memberi hadiah kepada pasangan hidupnya 5. Panggil istrimu dengan nama yang ia sukai 6. Jangan sering keluar rumah (sering bepergian meninggalkan rumah) Luangkan waktu untuk berduaan dengan istri di rumah. Demikian pula istri berupaya bagaimana caranya agar suami betah di rumah. Keberadaan suami di rumah adalah zhahir dan bathin, artinya jangan hanya fisiknya di rumah namun ia tetap bekerja di rumah, sibuk dengan bisnis di rumah, ini juga tercela. Dengan demikian keberadaan suami di rumah adalah untuk bercengkerama dengan keluarga dan bermain-main bersama mereka. 25 7. Saling memberikan pujian Terkadang manusia itu senangnya dipuji dan ini termasuk kebutuhan (tabiat). Hendaknya suami sering memuji istri demikian pula sebalilknya. Demikian pula hendaknya memuji pasangannya di hadapan orangtuanya, kerabatnya dan semisalnya dengan kebaikan-kebaikan yang dimilikinya. Misalnya memuji masakannya yang enak, dan semacamnya. Anak-anak juga perlu diberikan pujian agar anak-anak senang kepada keluarganya. 8. Janganlah membanding-bandingkan pasangan hidupmu dengan orang lain. 9. Hendaknya saling membantu dalam pekerjaan rumah tangga. Untuk menjaga keharmonisan suami istri hendaknya saling ada pengertian, dan saling membantu dalam pekerjaan rumah tangga. 10. Sekali-kali ajak istri jalan-jalan, piknik, atau rekreasi. Tentu pergi ke tempat-tempat yang dihalalkan, pergi berdua dan bersenangsenang berduaan. Terkadang berdua butuh untuk rihlah, kasihan istri sumpek di rumah terus. 11. Hendaklah saling memiliki empati (perhatian) 12. Saling menutup aib keluarga 13. Saling memberikan wasiat dan nasihat antara keduanya. Ketika suami hendak pergi kerja atau bepergian hendaknya saling mengingatkan dengan membaca doa naik kendaraan, membaca doa akan keluar rumah, dan berbagai bentuk nasihat dan wasiat lainnya antara suami istri. 26 14. Hendaknya suami berhias di hadapan istrinya sebagaimana ia menyukai istrinya berhias untuk dirinya. Allah Subhanahu wata‟ala berfirman: 36 F. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan hal yang penting sebagai alat untuk mendapatkan kebenaran objektif dan tersistem. 1. Jenis Penelitian Penelitan ini merupakan penelitian lapangan (field research). Penelitian ini berusaha menggambarkan dan menyajikan data dan fakta secara sistematik tentang keadaan obyek yang sebenarnya.37 Penelitian ini akan dilakukan di Dusun Karang, Desa Ngalang, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul. 2. Sifat Penelitian Sifat dari penelitian ini adalah deskriptif-analitis. Dalam penelitian ini, penyusun menggambarkan fakta seorang suami yang bekerja di luar daerah dan seorang istri yang setiap harinya bekerja sebagai buruh, serta pengaruhnya terhadap pembentukan keluarga sakinah, dengan menganalisis fakta-fakta tersebut menggunakan teori-teori dalam hukum Islam. 36 Al Baqarah (2): 228 37 Saifudin Anwar, Metode Penelitian, Cet. IV, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hlm, 7. 27 3. Pengumpulan Subjek Sampel Pengambilan sampel pada penelitian ini diambil dengan cara porposive sampel. Sampel dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata atau random, tetapi didasarkan atas tujuan tertentu. Karena penelitian ini bersifat kualitatif maka sebagaimana yang disampaikan oleh Nasution (1988) bahwa penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain dari pada menjadikan manusia sebagai instrument penelitian utama.38 4. Pengumpulan Data Adapun metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah: a. Observasi Metode ini digunakan untuk mengamati dari dekat mengenai keluarga yang suami bekerja di luar daerah sedangkan seorang istri yang setiap harinya bekerja sebagai buruh, pedagang dan pembantu rumah tangga, yaitu dengan mengamati keadaan religiusitas, ekonomi, pendidikan, dan sosial. b. Wawancara Wawancara (interview) adalah metode pengumpulan data yang dilakukan secara lisan dan pertemuan tatap muka baik secara individu maupun kelompok.39 Hal ini digunakan untuk memperoleh keterangan (data) secara eksklusif yang diambil dari kepala KUA kecamatan setempat, tokoh masyarakat, tokoh agama dan 8 keluarga pasangan karir. 38 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm, 306. 39 Nana Syaaodih Sukamadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm, 216. 28 c. Dokumentasi adalah sesuatu yang tertulis, tercetak atau terekam yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan. Data tersebut biasanya berupa letak geografis, demografis, maupaun kondisi penduduk serta hal-hal lain yang sifatnya mendukung. 5. Pedekatan Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif, yaitu berpegang teguh pada norma, menurut norma atau kaidah yang berlaku. Artinya, pembahasan dalam penelitian ini secara normatif didasarkan pada teori-teori, konsep-konsep hukum Islam, untuk mengetahui konsep dan ketentuan hukum Islam mengenai keluarga sakinah. 6. Analisis Data Metode analisis data yang penyusun gunakan adalah analisis data kualitatif dengan menggunakan kerangka berfikir induktif. Analisis data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, dan gambar terhadap data yang sudah terkumpul. Kerangka berfikir induktif adalah menggunakan data sebagai pijakan awal melakukan penelitian.40 Dengan mempelajari arah penalaran dari sejumlah hal yang khusus untuk dibawa pada suatu kesimpulan yang umum. Dengan metode ini, peneliti berusaha mempelajari dan menganalisis pembentukan keluarga sakinah pada keluarga karir, kemudian dibangun satu sintesis yang berupa kesimpulan konsepsional yang bersifat umum. 40 M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, cet. ke-4, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2010), hlm. 27. 29 G. Sistematika Pembahasan Untuk mempermudah dalam memahami isi skripsi dan mengetahui hubungan antar bagian, maka peneliti membaginya menjadi lima bagian yaitu: Bagian Pertama, berisi gambaran umum tentang skripsi yang akan ditulis. Pada bab ini terdiri dari enam sub bab, yaitu latar belakang masalah, rumusan masalah, tujun dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian dan diakhiri sistematika pembahasan. Bagian kedua, terdiri dari dua sub bab. Sub bab pertama membahas gambaran umum tentang keluarga sakinah yang meliputi pengertian dan dasar hukum. Sub bab kedua membahas seputar gambaran umum tentang pasangan keluarga karir dan dasar hukumnya. Bagian ketiga, adalah gambaran kehidupan keluarga pasangan karir di Dusun Karang, Desa Ngalang, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul. Bab keempat, merupakan hasil analisis data yang membahas tentang pembentukan keluarga sakinah pada keluarga pasangan karir di Dusun Karang, Desa Ngalang, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul. Bab kelima, yaitu penutup yang berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran sebagai tindak lanjut dari penelitian. Diakhiri mencantumkan daftar pustaka sebagi rujukan dalam penyusunan skripsi dan lampiran-lampiran guna menguji validitasi data. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Usaha yang telah dilakukan keluarga pasangan karir di Dusun Karang adalah: a. Saling percaya antar suami istri b. Saling pengertian walaupun jarang bertemu c. Saling berkomunikasi dengan baik d. Bisa menerima kenyataan yang ada e. Mengirim biaya ke rumah setiap bulannya f. Menghibur anak ketika suami pergi g. Saling menjaga diri dan perasaan h. Semuanya di kembalikan kepada Allah i. Bekerja secara maksimal j. Menanamkan pondasi terhadap anak tentang agama k. Memperkuat kepercayan antara suami istri l. Selalu menjaga keharmonisan keluarga m. Memperkuat rasa cinta dan kasih sayang n. Mencari nafkah secara bersama-sama o. Saling mengalah ketika ada masalah p. Permasalahan rumah tangga diselesaikan bersama q. Meminta nasehat orang tua r. Berusaha selalu jujur dengan pasangan 113 114 s. Mencintai dengan kondisi apa adanya t. Mengutamakan musyawarah u. Tidak ada kekerasan dalam rumah tangga 2. Tinjaun hukum Islam terhadap keluarga pasangan karir di Dusun Karang, Desa Ngalang, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul adalah bahwa keluarga pasangan yang ada tidak bertentangan dengan hukum Islam, karena antara suami istri bekerja di luar kota/merantau merupakan sudah kesepakatan bersama dan hal itu dilakukan karena kondisi ekonomi yang serba pas-pasan. B. Saran-saran Hidup berkeluarga berarti harus hidup pula dengan masyarakat yang memiliki berbagai perbedaan sifat maupun idiologi. Keadaan separti inilah yang seharusnya disikapi dengan bijaksana. Dua individu yang disatukan dalam sebuah ikatan perkawinan hendaknya setiap pribadi mampu untuk menyesuaikan diri. Sebuah keluarga tidak cukup dibangun dengan teori-teori ilmu pengetahuan saja, namun persiapan yang matang baik lahir maupun batin hendaknya sudah dimiliki bagi setiap pasangan yang akan membentuk sebuah keluarga yang sakinah. Setiap pasangan seharusnya menyadari bahwa semakin lama sebuah keluarga terbina semakin besar pula kasih sayang yang dibutuhkan untuk memupuknya. Kasih sayang yang ada akan menumbuhkan rasa saling menghormati, menghargai dan mengerti. Dalam membina rumah tangga yang berkeinginan untuk menjadi keluarga yang sakinah hendaknya ditanamkan dalam pribadi setiap pasangan . 115 bahwa dalam kehidupan keluarga yang mereka jalani, keduanya memiliki kewajiban yang menyangkut hak pasanganya. Kewajiban suami sebagai pemimpin maka menjadi hak seorang istri untuk dibimbing dan dididik oleh suaminya. Hak dan kewajiban adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, saling berkesinambungan dan salaing mempengaruhi. Diperlukan adanya keikhlasan hati dan kerelaan dalam menjalankannya. Setiap problem yang dihadapi dalam keluarga sebaiknya selalu dikomunikasikan dengan anggota keluarga yang lain, sehingga problem yang dihadapi bisa diselesaikan bersma-sama dan tidak menimbulkan kesalahpahaman. Setiap pasangan yang ingin membina sebuah keluarga, hendaknya mempertimbangkan kesiapan ekonomi, mental lahir batin, berfikir kretif dan inovatif dalam menghadapi tantangan hidup. Masyarakat Dusun Karang seharusnya mampu merubah pola berpikir mereka dalam memandang sebuah pekerjaan. Jika sebelumnya mereka berpendapat bahwa mencari nafkah atau uang untuk mencukupi kelurganya harus bekerja membanting tulang pergi jauh dari keluarganya, maka hendaknya lebih berpikir bagaimana mengembangkan sebuah potensi yang ada di Dusun Karang menjadi sebuah potensi yang menghasilkan dan menjadi sumber penghidupan yang lebih layak dari pada keluar jauh-jauh dari tepat tinggal namun belum tentu hasil yang didapatkan mencukupi kebutuhan rumah tangga. . DAFTAR PUSTAKA A. Kelompok Qur’an/Tafsir Al-Qur’an/Ulumul Qur’an Al-Asfahany, Al-Husain ibn Muhammad ibn Al-Mufadhilah, Mufradat Alfad Al-Quran, Damsiq: Dar Al-Quran, tt. Departemen Agama, Al-Qur‟ān dan Terjemahnya, Kudus: Menara Kudus, 2006. Al-Qattan, Manna‟ Khalil, Studi Ilmu-Ilmu Qur‟ani, cet. ke-1, Terjemah: Mudzakir AS, Jakarta: PT. Mitra Kerjaya Indonesia, 1973. Shihab, Quraish, Tafsir Al-Misbah, Vol 5, Jakarta: Lentera Hati, 2003. B. Hadis/Syarah Hadis/Ulumul Hadis Al-Bukhārī, Abū „Abdillāh Muhammad Ibn Ismāil, Sahīh Bukhārī, Libanon: Dār al-Fikr, 2006. Al-Bukhari, Abi„Abdullah Muhammad Ibnu Isma‟il, Al-Bukhārī, Dārul Fiker: Bairut Libanun, 1995. C. Fiqh/Usul Fiqh Abbas, Ŝyahrijal, Mediasi Dalam Persfektif Hukum Syariah, Hukum Adat, dan Hukum Nasional, Jakarta: Kencana, 2009 Abu Malik, Kamal bin As-Sayyid Salim, Sahih Fiqh AsSunnah Wa Adillatuhu Wa Taudhih Madzahib Al„Aimmah, diterjemahkan oleh Khairul Amru Harahap dkk. dengan judul Shahih Fiqih Sunnah, JakSel: Pustaka Azzam, 2007. Abu Zahrah, Imam Muhammad, Usūl al- Fiqhi, Dārul al-Fikri Al-A‟rabi, t.t, Asnawi, Mohammad, Nikah dalam Perbincangan dan Perbedaan, cet. ke-1, Yogyakarta: Penerbit Darussalam, 2004 Azhar Basyir, Ahmad, Keluarga Sakinah Keluarga Surgawi, Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1994 116 117 ___________________, Hukum Perkawinan Islam, Yogyakarta: UII Press, 2000 Basri, Hasan, Keluarga Sakinah Tinjauan Psikologi dan Agama, Yogyakarta; Pustaka pelajar, 2002. Dewi, Gemala,dkk. Hukum Perikatan Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada Media Group, 2006. Dradjat, Zakiah, Ketenangan dan Kebahagiaan Dalam Keluarga, Jakarta: Bulan Bintang, 1975. Ghaffar, Abdul Hasan dan Abdur Rasul, Wanita Islam dan Gaya Hidup Modern, Terjemah: Suyitno, Jakarta: Pustaka Hidayah, 1993. Ghozali, Imam, Teladan Rasulullah Keluarga Sakinah, Yogyakarta: PT. LKIS Printing Cemerlang, cet 1,2011. Hakim, Abdul Hamid, Mabadiul al- Awaliyah Fi~ Ushulu al-Fiqh Wa Qawai‟dul al- Fiqhiyah, Jakarta: Sa‟adiyah Putra, t.t. Hasani, Sayyid Muhammad Ibn „Alwi al-Maliki, Fiqh Keluarga “ Seni Berkeluarga Islami”, kitab Adab al-Islamifi Nidzam al-Usrah, Terjeamah: Rumadi, Yogyakarta: Bina Media, 2005 Latif, Djamil, Aneka Perceraian di Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982 Manan, Abdul, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana, 2006. Mazhari, Husain, Membangun Surga Dalam Rumah Tangga, Bogor: Cahaya, 2004. Muhammad, Abdul dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Munakahat, Terjemah: Abdul Majid Khon, Jakarta: AMZAH, 2009. Muhammad, Husein, Fiqh Perempuan Refleksi Kiai Atas Wacana Agama dan Gender, Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2001. Musa, Kamil, Suami Istri Islam, cet ke-1, Bandung: Rosdakarya, 1997. Mutawalli, As-Sya‟rawi, Fiqh Al Mar‟ah Al Muslimah, diterjemahkan oleh Yessi HM. Basyaruddin dengan judul Fiqih Perempuan (Muslimah); Busana dan Perhiasan, Penghormatan atas Perempuan,Sampai Wanita Karir, JakSel: Amzah, 2005. 118 Qaimi, Ali, Menggapai Langit Masadepan Anak, Bogor: Cahaya, 2002. Rahmat, Jalaludin dan Muhtar Ganda Atmajaya, Kelurga Muslim Dalam Masyarakat Moderen, Bandung: Remaja Rosdakarya Ofiset, 1993. Ridho, Akram, Kado Pernikahan Terindah , Surakarta: Ziyad Visi Media, 2011 Sarwono, Sarlito Wirawan, Menuju Keluarga Bahagia 2, Jakarta: Bhatara Karya Aksara, 1982. Shihab, Quraish, Perempuan, Seri 03, Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2006. _____________, Perempuan, Tangerang: Lentera Hati, 2005 Soelaeman, Pendidikan Dalam Keluraga, Bandung: Alfabet, 1994. Subki, Ali Yusuf, Fiqh Keluarga, cet ke-1, Jakarta: AMZAH, 2010. Suharto, Dedi, Keluarga Qur‟ani, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2011. As-Suyuthi, Jalaludin, Al-Asybah Wa Al-Nadha-ir- Fi Al-Furu‟, Surabaya: Maktabah Ihya‟ Al-Kutub Al-„Arobiyyah, Tth. Ŝyarifuddin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia, Jakarta: Prenada Media, 2006. Thalib, Muhammad, Solusi Islam Terhadap Dilema Wanita Karir, Yogyakarta: Wihdah Press, 1999. Yasid, Abu (ed), Fiqh Realitas; Respon Ma‟had Aly Terhadap Wacana Hukum IslamKontemporer, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005. Yusuf, Zainul Muttaqin, The Power Of Sakinah, Agar Engkau Tenang, Banten: Firma Rodheta, 2009. 119 D. Kelompok Lain-lain Anwar, Saifudin, Metode Penelitian, Cet. IV, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005. Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Daerah Istimewa Yogyakarta, Keluarga Sakinah, 2004. Burhan Bungin, Muhammad, Penelitian Kualitatif, Kencana Prenada Media Grup, 2010 cet. ke-IV, Jakarta: Fathullah Gulen, Muhammad, Cahaya Abadi Muhammad SAW Kebanggan Umat Manusia, Jakarta: Republika Penerbit, 2012. ________________, Kehidupan Rasulallah Muhammad SAW, Terjemah, Fuad Saefuddin, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002. Gunarsa, Singgih D dan Yulia Singgih D. Gunarsa, Psikologi untuk Keluarga, Jakarta: Gunung Mulia. 1986. ________________,. Gunarsa. Psikologi Praktis Anak Remaja dan Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia. 1991. ________________,Psikologi Praktis Anak Remaja, Jakarta: Gunung Mulia. 1991. Hawari, Dadang, Al-Qur‟an Ilmu Kedokteran Jiwa Dan Kesehatan Jiwa, Yogyakarta: PT Dana Bhakti Prima Yasa, 1997. Hoetomo, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya : Mitra Pelajar, 2005. http://sunniy.wordpress.com/2010/02/20/menjaga-keharmonisan-dalamrumah-tangga-bagian-1. htm, akses Oktober 2013. Hurlock, EB. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Jakarta: Erlangga,1999. Khan, Saniyasnain dan Muhammad Iqbal, Kisah-kisah Teladan Nabi Muhammad SAW, Jakarta: Intimedia & Ladang Pustaka, 2004. Kompilasi Hukum Islam Pasal. 81. Kompilasi Hukum Islam pasal. 83. 120 Lasunandi, Komunikasi Mengena, Yogyakarta: Kanisius, 1987. Al-Mahalli, Abu Iqbal, Muslimah Moderen dalam Bingkai Al-Qura‟an dan Hadis, Yogyakarta: LeKPIM, 2000. Al-Maliky Sayyid Muhammad Alwy, Insan Kamil, Terjemah: Rumadi, Surabaya: Bina Ilmu, 1999. Munajat, Makhrus , Studi Islam di Perguruan Tinggi, cet. ke-1, Yogyakarta: Pesantren Nawesea Press, 2008. Munandar, Utami S.C., Wanita Karir Tantangan dan Peluang: Wanita Dalam Masyarakat Indonesia Akses, Pemberdayaan dan Kesempatan, Yogyakarta: Sunan Kalijaga Press, 2001. Munir, Miftahul, “ Konsep Nafkah Dalam Keluarga ( Analisis Nafkah Keluarga dari Istri Karir dalam Persepktif Hukum Islam”, Skripsi Pada: Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2010. Pasal 1 dan 2 Undang-Undang No.1/1974, Tentang Perkawinan. Pasal 31 Undang-Undang No.1/1974, Tentang Perkawinan. Purwaningtyas, Diyah Nur Hikmah,” Fenomena Suami Bekerja di Luar Kota Terhadap Pembentuakan keluarga Sakinah dalam Tinjauan Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Kedungpoh, Kecamatan Nglipar, Kabupaten Gunungkidul),” Skripsi Pada: Fakultas Syar‟ah UIN Suanan Kalijaga Yogyakarta, 2009. Rahmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarta, 2003. Salim, Peter dan Yeni Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: English Press, 1991. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2011. Sukamadinata, Nana Syaaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005. Syafi‟i, Ahmad, Kamus Arab Annur, Surabaya: Halim Jaya Surabaya, t.t, 121 Team Kodifikasi Bahtsul Masa-iel Tamatan Abad Pertama( Kautsar), Santri Lirboyo Menjawab, Kediri: Pustaka GerbangLama, 2010 Rahmat, Jalaludin, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarta, 2003. Widodo, “ Istri Sebagai Penanggung Jawab Nafkah Keluarga dalam Persepektif Hukum Isalam (Analisis Terhadap Pasal 34 Ayat (1) UU No. 1 Tahun 1974,” Yogyakarta: Fakultas Syari‟ah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2003. www.gembala.co.id, www.lifestyle.com, www. psikologi.pernikahan.co.id, Diunduh Pada Tanggal 19 Februrai 2014. Lasunandi, Komunikasi Mengena, Yogyakarta: Kanisius, 1987. .