studi kasus asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan mencintai

advertisement
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
MENCINTAI DAN MEMILIKI
PADA TN. D
DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
DI RUANG MAESPATI RSJD
SURAKARTA
DI SUSUN OLEH:
BAGUS WICAKSONO
NIM. P.09008
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
MENCINTAI DAN MEMILIKI PADA TN. D
DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
DI RUANG MAESPATI RSJD
SURAKARTA
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DI SUSUN OLEH:
BAGUS WICAKSONO
NIM. P.09008
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama
: Bagus Wicaksono
NIM
: P. 09008
Program Studi
: Diploma III Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah
: ASUHAN
KEPERAWATAN
PEMENUHAN
KEBUTUHAN MENCINTAI DAN MEMILIKI
PADA TN. D DENGAN RESIKO PERILAKU
KEKERASAN DI RUANG MAESPATI RSJD
SURAKARTA
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, 25 April 2012
Yang membuat Pernyataan
Bagus Wicaksono
NIM. P09008
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh:
Nama
: Bagus Wicaksono
NIM
: P. 09008
Program Studi
: Diploma III Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah
: ASUHAN
KEPERAWATAN
PEMENUHAN
KEBUTUHAN MENCINTAI DAN MEMILIKI
PADA TN. D DENGAN RESIKO PERILAKU
KEKERASAN DI RUANG MAESPATI RSJD
SURAKARTA
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan
: SURAKARTA
Hari / Tanggal
: KAMIS / 26 MEI 2012
Pembimbing : Amalia Senja S.Kep., Ns
NIK. 201189090
iii
(…………………….)
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh:
Nama
: Bagus Wicaksono
NIM
: P. 09008
Program Studi
: Diploma III Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah
: ASUHAN
KEPERAWATAN
PEMENUHAN
KEBUTUHAN MENCINTAI DAN MEMILIKI
PADA TN. D DENGAN RESIKO PERILAKU
KEKERASAN DI RUANG MAESPATI RSJD
SURAKARTA
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan
Hari / Tanggal
: SURAKARTA
: RABU/ 02 MEI 2012
DEWAN PENGUJI
Penguji I
Penguji II
Penguji III
: Amalia Senja, S.Kep., Ns
NIK 201189090
: Setiyawan, S.Kep.,Ns
NIK 201084050
: Nurul Devi Ardiani, S.Kep., Ns
NIK 201186080
(…………………….)
(…………………….)
(…………………….)
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII keperawatan
STIKES Kusuma Husada Surakarta
Setiyawan, S.Kep., Ns.
NIK. 201084050
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN MENCINTAI DAN MEMILIKI PADA TN. D DENGAN
RESIKO
PERILAKU
KEKERASAN
DI
RUANG
MAESPATI
RSJD
SURAKARTA.”
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1.
Bapak Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program Studi DIII keperawatan
yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes
Kusuma Husada Surakarta.
2.
Ibu Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi
DIII keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba
ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta.
3.
Ibu Amalia Senja S.Kep.,Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai
penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukanmasukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi
demi sempurnanya studi kasus ini.
v
4.
Bapak Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku penguji II yang telah memberikan
masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta
memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
5.
Ibu Nurul Devi Ardiani, S.Kep., Ns, selaku penguji III yang telah
memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan
serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
6.
Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.
7.
Kedua orang tuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat
untuk menyelesaikan program pendidikan.
8.
Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril
dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, 25 April 2012
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .....................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN ..........................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................
iv
KATA PENGANTAR ..................................................................
v
DAFTAR ISI ................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………...
ix
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN ..................................................
A. Latar Belakang.....................................................
1
B. Tujuan Penulisan .................................................
3
C. Manfaat penulisan ................................................
4
LAPORAN KASUS ................................................
A. Pengkajian............................................................
5
B. Perumusan Masalah Keperawatan................... ....
8
C. Perencanaan Keperawatan....................................
9
D. Implementasi Keperawatan................................ ..
13
E. Evaluasi Keperawatan........................................ ..
14
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan .........................................................
16
B. Simpulan .............................................................
24
C. Saran ...................................................................
25
Daftar Pustaka
Lampiran
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.
Pohon Masalah ...................................................
viii
8
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2. Lembar Konsultasi
Lampiran 3. Log Book
Lampiran 4. Format Pendelegasian
Lampiran 5. Surat Selesai Pengambilan Kasus
Lampiran 6. Asuhan Keperawatan
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Di dalam kehidupan modern yang semakin kompleks, maka akan
terjadi peningkatan stress apabila seseorang kurang mengadaptasi
keinginan-keinginan dengan kenyataan-kenyataan yang dimiliki, baik
kenyataan yang ada di dalam maupun di luar dirinya. Gaya hidup dan
persaingan hidup menjadi semakin tinggi, hal ini disebabkan karena
tuntutan akan kebutuhan ekonomi, sandang, pangan dan papan, pemenuhan
kebutuhan kasih sayang, rasa aman, dan aktualisasi diri dapat berakibat
tingginya tingkat stress di kalangan masyarakat. Jika individu kurang atau
tidak mampu dalam menggunakan mekanisme koping dan gagal dalam
beradaptasi maka individu akan mengalami berbagai penyakit baik fisik
maupun mental (Rasmun, 2004 ).
Menurut hasil Survei Kesehatan Mental 2005 ditemukan 185 per 1000
penduduk di Indonesia menunjukan adanya gejala gangguan jiwa. Hal ini
didukung data dari Depkes RI yang melaporkan bahwa di Indonesia jumlah
penderita penyakit jiwa berat sekitar 6 juta orang atau sekitar 2,5% dari total
penduduk di Indonesia. Perilaku kekerasan merupakan salah satu penyakit
jiwa yang ada di Indonesia, dan hingga saat ini diperkirakan jumlah
penderitanya mencapai 2 juta orang. Hal ini didukung oleh data dari catatan
medical record RSJD Surakarta tahun 2002 (Lukmanul, 2009 ).
1
2
Tingkah laku perilaku kekerasan dipengaruhi oleh berbagai faktor
antara lain model teori importation yang mencerminkan kedudukan klien
dalam membawa atau mengadopsi nilai-nilai tertentu. Model teori yang
kedua yaitu model situasionism, amuk adalah respon terhadap keunikan,
kekuatan dan lingkungan rumah sakit yang terbatas yang membuat klien
merasa tidak berharga dan tidak diperlakukan secara manusiawi. Model
selanjutnya yaitu model interaksi, model ini menguraikan bagaimana proses
interaksi yang terjadi antara klien dan perawat dapat memicu atau
menyebabkan terjadinya tingkah laku amuk. Amuk merupakan respon
marah terhadap adanya stress, cemas, harga diri rendah, rasa bersalah,
putusasa dan ketidak berdayaan. Respon ini dapat diekspresikan secara
internal maupun eksternal. Secara internal dapat berperilaku yang tidak
asertif dan merusak diri, sedangkan secara eksternal dapat berupa perilaku
destruktif agresif. Adapun respon marah diungkapkan melalui 3 cara yaitu
secara verbal, menekan dan menantang. (Keliat, 2006)
Menurut kebutuhan Maslow, maslow menentukan prioritas diagnosa
yang akan direncanakan berdasarkan kebutuhan di antaranya kebutuhan
fisiologi, keselamatan dan keamanan, mencintai dan dicintai, harga diri dan
aktualisasi diri. Kebutuhan mencintai dan dicintai meliputi masalah kasih
sayang, seksualitas, afiliasi dalam kelompok, hubungan dengan teman ,
keluarga, teman sebaya, dan masyarakat. Sehingga pada perilaku kekerasan
kebutuhan mencintai dan memiliki kurang terpenuhi. (Hidayat, 2008).
3
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis akan
melakukan asuhan keperawatan dengan studi kasus pemenuhan kebutuhan
mencintai dan memiliki pada Tn.D dengan resiko perilaku kekerasan di
RSJD Surakarta.
B.
Tujuan Penulisan
1.
Tujuan Umum
Melaporkan kasus pemenuhan kebutuhan mencintai dan memiliki
pada Tn. D dengan resiko perilaku kekerasan di bangsal Maespati
RSJD Surakarta.
2.
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penulisan karya tulis ini adalah agar
penulis mampu :
a.
Melakukan pengkajian pemenuhan kebutuhan mencintai dan
memiliki pada Tn.D dengan resiko perilaku kekerasan.
b.
Menentukan diagnosa keperawatan pemenuhan kebutuhan
mencintai dan memiliki pada Tn.D dengan resiko perilaku
kekerasan.
c.
Menyusun rencana asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan
mencintai dan memiliki pada Tn.D dengan resiko perilaku
kekerasan.
d.
Melakukan implementasi pemenuhan kebutuhan mencintai dan
memiliki pada Tn.D dengan resiko perilaku kekerasan.
4
e.
Melakukan evaluasi pemenuhan kebutuhan mencintai dan
memiliki pada Tn.D dengan resiko perilaku kekerasan.
f.
Menganalisa pemenuhan kebutuhan mencintai dan memiliki
pada Tn.D dengan resiko perilaku kekerasan.
C.
Manfaat Studi Kasus
1.
Bagi Penulis
Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai kebutuhan
mencintai dan memiliki dengan resiko perilaku kekerasan sehingga
penulis
mampu
memberikan
asuhan
keperawatan
pemenuhan
kebutuhan mencintai dan memiliki pada pasien dengan resiko perilaku
kekerasan.
2.
Bagi Profesi
Menambah ilmu pengetahuan bagi tenaga kesehatan sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan mencintai dan
memiliki pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan dengan tepat
sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
5
BAB II
LAPORAN KASUS
Dalam laporan kasus ini, penulis akan mengulas tentang asuhan
keperawatan pemenuhan kebutuhan mencintai dan memiliki pada klien
dengan resiko perilaku kekerasan yang terdiri dari pengkajian pada klien,
analisa dari data yang diperoleh, intervensi yang akan dilakukan untuk
mengatasi resiko perilaku kekerasan, implementasi keperawatan serta
evaluasi dari hasil implementasi keperawatan.
A.
Pengkajian
Pengkajian dilakukan di RSJD Surakarta pada tanggal 02 April 2012
11.00 WIB. Dari pengkajian pada rekam medik didapatkan data klien Tn.D,
umur 54 tahun, beragama Islam, jenis kelamin laki-laki, tanggal masuk 28
Februari 2012, No.RM : 046xxx, tingkat pendidikan SMP, klien tidak
bekerja, cara masuk lewat IGD, diagnosa medis skizofrenia, alamat Dusun
Playaran Rt 05/ Rw 05, Kendal-Ngawi. Yang menjadi penanggung jawab
klien adalah Tn.K alamat Dusun Playaran Rt 05/ Rw 05, Kendal-Ngawi,
pekerjaan swasta, hubungan dengan klien adalah tetangga klien.
Klien dibawa oleh tetangganya dengan alasan klien di rumah ngamukngamuk, memukul orang, mudah tersinggung, bicara kotor, mengamuk dan
merusak barang – barang di rumahnya. Keluarga tidak pernah membawa
klien kontrol sehingga klien sering marah dan mengamuk. Klien
sebelumnya sudah memiliki riwayat gangguan jiwa dimasa lalu.
5
6
Sebelumnya pernah dirawat di RSJD Surakarta sebanyak 2 kali ini, yang
pertama sekitar bulan Oktober 2011 dengan masalah yang sama yaitu klien
mengamuk dan memukul orang karena siomay yang di jualnya di tuduh
memakai daging babi. Pengobatan sebelumnya tidak berhasil kerena klien
kurang mampu beradaptasi di masyarakat dan masih ada gejala gangguan
jiwa. Klien mengatakan di rumah sering merasa bingung dan marah karena
di tinggal cerai istrinya sekitar 2 bulan yang lalu. Tidak ada anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
Klien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, klien gagal
berumah tangga (cerai) dan masih tinggal bersama ibunya, bapaknya telah
meninggal. Dalam keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit jiwa.
Pengkajian yang penulis lakukan meliputi pengkajian fungsional 11
pola gordon tetapi penulis hanya fokus pada pola koping-toleransi stress.
Hasil pengkajian pola koping-toleransi stress adalah sebagai berikut koping
adaptif: klien kadang membantu ibunya menyapu dan mencuci baju.
Sedangkan koping maladaptif: klien mengatakan masih sering merasa kesal,
marah, merasa mudah tersinggung dan dirinya tidak berguna karena di
tinggal cerai oleh istrinya. Di rumah sering membanting kursi, piring. Klien
merasa bingung dalam cara menyelesaikan masalahnya. Klien kurang aktif
dalam berinteraksi di lingkungan masyarakat maupun di Rumah Sakit.
Orang yang sangat berarti dalam hidupnya yaitu ibu klien. Klien tidak
mempunyai peran dalam bermasyarakat atau berkelompok karena merasa
7
malu. Klien ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain karena
sering mengamuk sehingga klien di kucilkan di masyarakat.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan data yaitu TD: 130/90 mmHg,
N: 80 x/menit, RR : 24 x/menit, TB : 168 cm, BB : 58 kg. Tidak ada
kenaikan dan penurunan berat badan selama di rumah sakit. Klien tidak
mengalami keluhan fisik dan klien mengatakan badannya baik-baik saja.
Rambut pendek, hitam, bersih (tidak berketombe). Mata simetris kanan-kiri,
sklera putih, conjungtiva tidak anemis. Hidung simetris, bersih, tidak ada
polip. Mulut simetris, tidak sianosis dan tidak ada stomatitis. Telinga
simetris kanan-kiri, serumen sedikit. Leher tidak kaku kuduk, tidak ada
pembesaran kelenjar tiroid. Dinding dada simetris kanan-kiri. Ektremitas
lengkap dan tidak ada oedema.
Dari hasil pengkajian status mental didapatkan pembicaraan klien
cepat dan keras, pembicaraan koheren, dan pandangan matanya tajam dan
terlihat gelisah. Klien terlihat sedih dan mengatakan bosan di rumah sakit.
Data penunjang diagnosa medis mendapat terapi Heloperidol 2 x 1
mg, Trihexypenidile 3 x 1 mg dan Chlorpormazine 100 mg. Salah satu
gejala skizofrenia adalah gangguan proses pikir, emosional, dan cemas.
Didukung terapi obat Heloperidol yang mempunyai indikasi memperbaiki
gejala positif skizofrenia seperti kecurigaan dan rasa permusuhan,
sedangkan Trihexypenidile menetralkan efek dari Halloperidol dan
Chlorpormazine.
8
Pemeriksaan penunjang, hasil laboratorium 27 maret 2012. Gula darah
sewaktu 120 mg/dl , nilai normal < 130. Cholesterol total 150 mg/dl , nilai
normal < 200 mg/dl. Triglycerid 59 mg/dl , nilai normal < 200 mg/dl.
Ureum 24 mg/dl , nilai normal 10-50 mg/dl. Creatinine 1.1 mg/dl , nilai
normal 0.7-1.1 mg/dl. SGOT 30 U/L , nilai normal < 37 U/L. SGPT 37 U/L
, nilai normal < 42
B.
Daftar Perumusan Masalah.
Setelah melakukan pengkajian, penulis merumuskan diagnosa
keperawatan. Penulis mengangkat
prioritas diagnosa resiko perilaku
kekerasan dengan data subyektif : Klien mengatakan merasa ingin marah
dan bingung karena di tinggal cerai istrinya. Sedangkan data obyektif :
pembicaraan cepat dan keras, pandangan mata tajam, terlihat gelisah.
Penulis menyusun pohon masalah dari satu kasus yaitu sebagai
berikut:
Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Resiko perilaku kekerasan
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Gambar.1. Pohon Masalah
(akibat)
(core problem)
(penyebab)
9
Klien mengalami harga diri rendah di sebabkan karena tidak
mempunyai istri lagi, merasa malu dan tidak berharga sehingga timbul core
problem resiko perilaku kekerasan, klien merasa bingung, ingin marah,
ingin memukul orang dan barang di sekitarnya. Akibatnya klien mengalami
kerusakan interaksi sosial yaitu kadang menyendiri di lingkungan
masyarakat.
C.
Intervensi
Berdasarkan hasil pengkajian, dirumuskan rencana keperawatan
pada Tujuan Umum (TUM): Klien tidak melakukan tindakan kekerasan.
Tujuan Khusus (TUK 1): Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Dengan kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan klien tampak: Menunjukan
tanda - tanda percaya pada perawat, wajah cerah (tersenyum), mau
berkenalan, bersedia menceritakan perasaannya. Intervensi yang akan
dilakukan bina hubungan saling percaya dengan, memberi salam setiap
berinteraksi, perkenalkan nama perawat dan tujuan perawat berinteraksi,
tanyakan dan panggil nama kesukaan klien, tunjukan sikap empati jujur dan
menepati janji setiap kali berinteraksi, tanyakan perasaan klien dan masalah
yang dihadapi klien, buat kontrak interaksi yang jelas, dengarkan dengan
penuh perhatian ungkapan perasaan klien.
TUK 2: Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
yang dilakukannya. Dengan kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan klien
menceritakan
penyebab
perilaku
kekerasan
yang
dilakukannya,
menceritakan penyebab perasaan kesal (jengkel), baik dari diri sendiri
10
maupun lingkungannya. Intervensi yang akan dilakukan, bantu klien
mengungkapkan perasaan marahnya, motivasi klien untuk menceritakan
penyebab rasa kesal (jengkel), dengarkan tanpa mencela atau memberi
penilaian setiap ungkapan perasaan klien.
TUK 3: Klien dapat mengidentifikasi tanda - tanda perilaku
kekerasaan. Dengan kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan klien
menceritakan tanda - tanda saat terjadi perilaku kekerasan, tanda fisik mata
merah, tangan mengepal, ekspresi wajah tegang, tanda emosional, perasaan
marah jengkel marah bicara kasar, tanda sosial bermusuhan yang dialami
saat terjadi perilaku kekerasan. Intervensi yang akan dilakukan, bantu klien
mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan yang dialaminya, motivasi
klien menceritakan kondisi fisik saat perilaku kekerasan terjadi, motivasi
klien menceritkan kondisi emosinya saat terjadi perilaku kekerasan,
motivasi klien menceritakan kondisi hubungan dengan orang lain saat
terjadi perilaku kekerasan.
TUK 4: Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang
pernah dilakukanya. Dengan kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan klien
menjelaskan, jenis - jenis ekspresi kemarahan yang selama ini telah
dilakukanya, perasaannya saat melakukan kekerasan, efektifitas cara yang
dipakai dalam menyelesaikan masalah. Intervensi yang akan dilakukan,
diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukan selama ini,
motivasi klien menceritakan jenis - jenis tindakan kekerasan yang selama ini
pernah dilakukannya, motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah
11
tindakan kekerasan tersebut terjadi, diskusikan apakah dengan tindakan
kekerasan yang dilakukanya masalah yang dialami teratasi.
TUK 5: Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.
Dengan kriteria evaluasi setelah 1x pertemun klien menjelaskan akibat
tindakan kekerasan yang dilakukannya, diri sendiri (luka, dijauhi teman),
orang lain (keluarga luka, tersinggung, ketakutan), lingkungan (barang atau
benda rusak). Intervensi yang akan dilakukan, diskusikan dengan klien
akibat negatif (kerugian) cara yang dilakukan pada, diri sendiri, orang lain,
keluarga, lingkungan.
TUK 6: Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam
mengungkapkan kemarahan. Dengan kriteria evaluasi 2x pertemuan klien,
menjelaskan cara sehat mengungkapkan marah, Intervensi diskusikan
dengan klien apakah klien mau mempelajari cara mengungkapkan marah
yang sehat, jelaskan berbagai alternatif pilihan untuk mengungkapkan
marah, jelaskan cara sehat untuk mengungkapkan marah, cara fisik: nafas
dalam pukul bantal dan olahraga, verbal mengungkapkan bahwa dirinya
sedang kesal pada orang lain, sosial: latihan asertif dengan orang lain.
TUK 7: Klien dapat mendemontrasikan cara mengontrol perilaku
kekerasan.
Dengan
memperagakan
kriteria
evaluasi setelah 2X
pertemuan
klien
cara mengontrol perilaku kekerasan, fisik: tarik nafas
dalam, memukul bantal, verbal: mengungkapkan perasaan kesal pada orang
lain tanpa menyakiti, spiritual zikir doa. Intervensi diskusikan cara mungkin
dipilih untuk mengungkapkan kemarahannya, latih klien memperagakan
12
cara yang dipilih, jelaskan manfaat cara tersebut, anjurkan klien menirukan
peragaan yang sudah dilakukan, anjurkan klien menggunakan cara yang
sudah dilatih saat jengkel muncul.
TUK 8: Klien mendapatkan dukungan keluarga untuk mengontrol
perilaku kekerasan. Dengan kriteria evaluasi setelah 3x pertemuan keluarga:
menjelaskan
cara
merawat
klien
dengan
perilaku
kekerasan,
mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien. Intervensi diskusikan
pentingnya paran serta keluarga sebagai pendukung klien untuk mengatakan
perilaku kekerasaan, jelaskan pengertian penyebeb, akibat, dan cara
merawat klien perilaku kekerasan, peragakan klien menangani parilaku
kekerasan, beri kesempatan keluarga untuk memperagakan ulang, beri
pujian kepada keluarga setelah peragakan, tanyakan perasaan keluarga
setelah mencoba cara yang dilatih.
TUK 9: Klien menggunakan obat sesuai program yang telah
ditetapkan.
Dengan kriteria
evaluasi setelah
1x pertemuan
klien
menjelaskan: manfaat minum obat, keinginan tidak minum obat, nama obat,
bentuk dan warna obat, dosis yang diberikan kepadanya, waktu penakaran,
cara penakaran, efek yang dirasakan, setelah 1x pertemuan klien
mengungkapkan obat sesusi program. Intervensi jelaskan manfaat
menggunaan obat secara teratur dan kerugian jika tidak menggunakan obat,
jelaskan kepada klien: jenis obat (nama, warna dan bentuk obat), dosis yang
tepat untuk klien, waktu pemakain, efek yang dirasakan klien, anjurkan
klien: minta dan menggunakan obat tepat waktu, lapor keperawat atau
13
dokter jika mengalami efek yang tidak biasa, beri pujian terhadap
kedisiplinan klien menggunakan obat.
D.
Implementasi
Proses keperawatan yang dilakukan selama 3 hari pada klien Tn.D
dengan masalah utama resiko perilaku kekerasan mencakup tindakan
keperawatan yang diberikan antara lain di bawah ini :
Pada tanggal 02 April 2012 melakukan implementasi diagnosa
keperawatan resiko perilaku kekerasan yaitu pada pukul 11.00 WIB
melakukan membina hubungan saling percaya dengan/ menerapkan prinsip
komunikasi terapeutik, mengidentifikasi penyebab marah, mengidentifikasi
tanda - tanda perilaku kekerasan, mengidentifikasi perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan, mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan yang
dilakukan oleh klien dengan cara membicarakan akibat dari perilaku
kekerasan, mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap
kernarahan.
Pada tanggal 03 April 2012 melakukan implementasi pada pukul
09.00 WIB melakukan Strategi Pelaksanaan ( SP I ) yaitu membantu klien
dalam mendemonstrasikan cara yang konstruktif dengan cara yang pertama
yaitu tehnik nafas dalam, yaitu dengan ambil nafas melalui hidung lalu
tahan sebentar kemudian keluarkan melalui mulut dan ulangi sampai 5 kali,
menganjurkan klien untuk dilakukan 3 kali sehari terutama jika klien sedang
marah.
Pada tanggal 4 April 2012 melakukan implementasi pada pukul 09.00
WIB melakukan SP II yaitu membantu klien dalam mendemonstrasikan cara
14
yang konstruktif dengan cara yang kedua yaitu memukul bantal, yaitu
dengan ambil nafas melalui hidung lalu tahan sebentar kemudian keluarkan
melalui mulut bersamaan itu sambil meluapkan rasa emosi dengan cara
memukul bantal, menganjurkan klien untuk dilakukan 3 kali sehari terutama
jika klien sedang marah.
E.
Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi atau tindakan keperawatan, maka
langkah selanjutnya dalam proses keperawatan adalah evaluasi. Adapun
evalusi dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada tanggal 2-4
April 2012 adalah dibawah ini.
Evaluasi pada tanggal 2 April 2012 pukul 12.00 WIB dengan
melakukan tindakan keperawatan diagnosa keperawatan resiko perilaku
kekerasan, evaluasi secara subyektif: klien menyebutkan nama dan mau
berjabat tangan. Klien mengatakan sering marah dan bingung karena di
tinggal cerai istrinya Klien mengatakan saat marah klien memukul orang
dan merusak barang disekitarnya. Klien mengatakan akibat jika klien marah
tangannya sakit karena memukul dan barang-barang di sekitarnya menjadi
rusak. Klien mengatakan cara yang di gunakan mengontrol marah dengan
cara tarik nafas dalam, memukul bantal dan berbincang-bincang dengan
teman. Evaluasi obyektif klien mau berkenalan dengan berjabat tangan,
ekspresi wajah tegang, pandangan tajam, mata sedikit melotot. Dari evaluasi
subyektif dan obyektif maka penulis menganalisa bahwa klien mampu
mengungkapkan
terjadinya
perilaku
kekerasan,
sehingga
rencana
selanjutnya SP I, yaitu mengajarkan ,mengontrol marah dengan cara nafas
dalam.
15
Evaluasi pada tanggal 3 April 2012 pukul 09.30 WIB dengan
melakukan tindakan keperawatan diagnosa keperawatan resiko perilaku
kekerasan, evaluasi SP I secara subyektif klien mengatakan mau mencoba
cara mengontrol marah dengan nafas dalam. Dari evaluasi obyektif klien
mampu mendemonstrasikan cara konstrutif yang pertama yaitu dengan tarik
nafas dalam, klien tampak tenang. Dari evaluasi subyektif dan obyektif
maka penulis menganalisa bahwa SP I tercapai yaitu klien mampu
mendemonstrasikan cara konstruktif dalam mengontrol kemarahan dan klien
mau berlatih SP I tarik nafas dalam, sehingga rencana selanjutnya adalah
melanjutkan SP II yaitu mendemonstrasikan cara konstrutif dengan cara
yang kedua, dengan cara memukul bantal dan evaluasi SP I.
Evaluasi pada tanggal 4 April 2012 pukul 09.30 WIB dengan
melakukan tindakan keperawatan diagnosa keperawatan resiko perilaku
kekerasan, evaluasi SP II secara subyektif klien mengatakan kemarin telah
mencoba sendiri SP I tehnik nafas dalam, klien mengatakan bersedia di ajari
cara mengontrol marah dengan cara memukul bantal. Dari evaluasi obyektif
klien mampu mendemonstrasikan cara konstrutif yang ke dua yaitu dengan
memukul bantal. Dari evaluasi subyektif dan obyektif maka penulis
menganalisa bahwa SP II tercapai yaitu klien mampu mendemonstrasikan
cara konstruktif dalam mengontrol kemarahan dan klien mau berlatih SP II
memukul bantal, sehingga rencana selanjutnya adalah melanjutkan SP III
yaitu mendemonstrasikan cara konstrutif dengan cara yang ke tiga, dengan
melakukan kegiatan positif dan memasukkan ke jadwal harian dan evaluasi
SP II.
16
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
Pada bab pembahasan penulis akan membahas mengenai kesenjangan
yang terdapat pada konsep dasar (teori) dan studi kasus pada klien dengan
resiko perilaku kekerasan yang dimulai dengan membahas pengkajian,
intervensi, implementasi dan evaluasi.
A.
Pembahasan
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan
perumusan kebutuhan, atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi
data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Data pada pengkajian jiwa
dapat dikelompokkan menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi,
penilaian terhadap, stressor, sumber koping dan kemampuan koping yang
dimiliki klien. Cara pengkajian lain berfokus pada 5 (lima) dimensi, yaitu
fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual (Keliat, 2005, : 3). Dalam
pengkajian pasien, penulis menggunakan teori proses perawatan jiwa yaitu
pengkajian identitas klien, identitas penanggung jawab, alasan masuk, faktor
predisposisi, pemeriksaaan fisik, psikososial, status mental, kebutuhan
persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan,
data penunjang dan terapi medis. Menurut Nursalam. (2002, : 19) data dapat
dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu : Data subyektif adalah data yang
didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi dan
16
17
kejadian. Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur.
Adapun data yang diperoleh setelah melakukan pengkajian pada klien Tn.D
Yang berupa data subyektif antara lain klien mengatakan merasa inign
marah dan bingung karena di tinggal cerai istrinya, klien mengatakan saat
merasa marah rasanya ingin memukul orang dan barang di sekitarnya dan
data obyektifnya antara lain : tampak tegang, bingung, nada bicara agak
tinggi, mata sedikit melotot, bicara kotor. Klien terlihat gelisah, emosi klien
akan tampak bila ada stimulus yang kuat. Disini yang dimaksud stimulus
yang kuat adalah pada saat mengingatkan klien pada masa lalu (Keliat,
2005, : 21). Dalam pembahasan penulis akan mempertegas lagi yang
menjadi faktor pencetus dan pendukung gangguan jiwa yang dialami klien
Tn.D yaitu sebagai pencetusnya klien merasa kesal, marah, mudah
tersinggung, sering mengamuk karena tidak mempunyai istri lagi.
Sedangkan faktor pendukungnya adalah klien pernah mengalami gangguan
jiwa sebelumnya dan ini merupakan ke dua kalinya klien dirawat di RSJ.
Selain itu klien mengalami putus obat. Peran keluarga disini tidak terlaksana
dengan baik.
Dari pohon masalah menurut Keliat (2005, : 27) disebutkan bahwa
perilaku kekerasan disebabkan oleh faktor psikologis, sosial budaya,
bioneurologis, faktor klien dan lingkungan. Pada kasus nyata yang terjadi
pada klien yaitu disebabkan faktor dari klien, lingkungan dan sosial budaya.
Faktor dari klien yaitu klien merasa tidak berguna karena di tinggalkan oleh
istrinya. Faktor sosial budaya yaitu klien merasa diejek, diremehkan dan di
18
kucilkan. Faktor lingkungan yaitu lingkungan keluarga yang tidak
mendukung
kesembuhan
klien,
dan
lingkungan
masyarakat
yang
menganggap rendah klien. Pada pohon masalah bahwa yang menjadi core
problem resiko perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu
mengalami perilaku yang dapat membahayakan orang lain, diri sendiri dan
lingkungan serta penyebab dari resiko perilaku kekerasan adalah harga diri
rendah (Stuard dan Sudden, 2005). Data yang diperoleh dari Tn.D sesuai
dengan teori yang ada diatas yaitu resiko perilaku kekerasan yang dilakukan
Tn.D disebabkan oleh harga diri rendah yang dapat menimbulkan kerusakan
interaksi sosial, hal ini berkaitan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
mencintai dan memiliki yaitu keadaan pasien yang sudah tidak mempunyai
istri lagi dan menyebabkan resiko perilaku kekerasan pada Tn.D dapat
muncul ketika dirinya sedang marah.
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu
atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga statu kesehatan
menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah. (Nursalam, 2002, : 35).
Diagnosa keperawatan dirumuskan setelah data – data yang didapat
dikumpulkan
dari
tahap
pengkajian.
Menurut
Gordon,
diagnosa
keperawatan adalah diagnosis yang dibuat oleh perawat profesional yang
menggambarkan tanda dan gejala yang menunjukkan masalah kesehatan
yang dirasakan klien dimana perawat yang berdasarkan pendidikan dan
19
pengalaman mampu menolongnya (Ali Z, 2002). Schultz dan Videbeck
(dalam
Intansari
Nurjannah,
2004)
menyatakan
bahwa
diagnosa
keperawatan berbeda dari diagnosa psikiatrik medis dimana diagnosa
keperawatan adalah respon klien terhadap masalah medis atau bagaimana
masalah mempengaruhi fungsi klien sehari – hari yang merupakan perhatian
utama diagnosa keperawatan. Pernyataan diagnosa terdiri dari masalah atau
respon klien dan satu atau lebih faktor yang berhubungan yang
mempengaruhi atau berkontribusi pada masalah atau respon klien. Tanda
dan gejala atau batasan karakteristik adalah pengkajian subyektif dan
obyektif yang mendukung diagnosa keperawatan, ini biasanya ditulis
sebagai bagian dari pernyataan diagnosis. Bagian kedua dari pernyataan
diagnosa ditulis untuk mengkomunikasikan persepsi perawat dari faktor
yang berhubungan atau berkontribusi untuk etiologinya (Intansari
Nurjannah, 2004). Tetapi pada kasus penulis sudah menggunakan diagnosa
tunggal yang telah disepakati sejak Konas III di Semarang yang menyatakan
rumusan diagnosa keperawatan jiwa hanya menyebutkan problem tanpa
perlu dituliskan etiologi. Rumusan diagnosa tanpa menyebutkan etiologi
atau dikenalkan sebagai diagnosa tunggal keperawatan jiwa ini mengacu
pada North American Diagnosis Association (NANDA) 2005-2006. Data
yang memperkuat penulis mengangkat diagnosa resiko perilaku kekerasan
yaitu data subyektif : Klien mengatakan merasa ingin marah dan bingung
karena di tinggal cerai istrinya. Klien mengatakan saat merasa marah
rasanya ingin memukul orang dan barang di sekitarnya. Sedangkan data
20
obyektif : tampak tegang, bingung, nada bicara agak tinggi, mata sedikit
melotot, bicara kotor. Kebutuhan mencintai dan memiliki merupakan salah
satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi berdasarkan hirarki
maslow. Kebutuhan mencintai dan memiliki meliputi masalah kasih sayang,
seksualitas, afiliasi dalam kelompok, hubungan dengan teman, keluarga,
teman sebaya, dan masyarakat. (Hidayat, 2008). Sehingga dalam kasus ini
penulis akan menyusun perencanaan, implementasi dan evaluasi untuk
mengatasi core problem yaitu resiko perilaku kekerasan dengan alasan
apabila resiko perilaku kekerasan dapat teratasi maka masalah yang dialami
klien akan berkurang sehingga dapat memenuhi/mencapai kebutuhan
mencintai dan memiliki.
Rencana
keperawatan
ditulis
atau
dibuat
setelah
diagnosa
keperawatan. Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian
tindakan yang dapat mencapai tiap tujuan, tindakan, dan penilaian rangkaian
asuhan keperawatan pada klien berdasarkan analisis pengkajian agar
masalah kesehatan dan keperawatan klien dapat diatasi (Ali Z, 2002).
Rencana tindakan disesuaikan dengan standar asuhan keperawatan jiwa
Indonesia atau standar keperawatan Amerika yang membagi karakteristik
tindakan berupa : tindakan konseling/psikoterapeutik, pendidikan kesehatan,
perawatan mandiri dan aktivitas hidup sehari – hari, terapi modalitas
keperawatan, perawatan berkelanjutan (continuity – care), tindakan
kolaborasi (terapi somatik dan psikofarmaka). Pada dasarnya tindakan
keperawatan terdiri dari tindakan observasi dan pengawasan (monitoring),
21
terapi keperawatan, pendidikan kesehatan dan tindakan kolaborasi
(Kurniawati, 2004). Namun pada rencana yang dibuat oleh penulis tidak
mencantumkan pendidikan kesehatan, yang penulis cantumkan meliputi
observasi dan pengawasan (monitoring), terapi keperawatan dan tindakan
kolaborasi. Rencana keperawatan yang penulis lakukan sama dengan
landasan teori yang sudah penulis jabarkan dalam BAB II, hal ini karena
rencana tindakan keperawatan tersebut telah sesuai dengan SOP (Standart
Operasional Prosedur) yang telah ditetapkan. Kekuatan dari intervensi pada
SOP menurut keliat (2006) tersebut telah disusun untuk memudahkan
penulis dalam melaksanakan intervensi tersebut dimana tahap perencanaan
yang ada pada konsep dasar sudah sesuai dengan kondisi klien.
Implementasi adalah tahap dimana perawat memulai kegiatan dan
melakukan tindakan – tindakan perawatan dalam mengatasi masalah klien,
tugas perawat pada saat ini adalah melaksanakan kegiatan yang telah
direncanakan pada tahap pra interaksi dan melanjutkan tahap orientasi
(Erlinafsiah, 2010). Untuk diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan,
implementasi yang dapat dilaksanakan adalah: Implementasi tanggal 02
April 2012 pukul 11.00 WIB Melakukan interaksi untuk TUK I yang
mempunyai tujuan klien dapat membina hubungan saling percaya. Penulis
melakukan kontak dengan klien, duduk berhadapan dengan klien,
mempertahankan kontak mata, mengucapkan salam dan berjabat tangan,
memperkenalkan diri, menanyakan nama klien dan nama panggilannya yang
disukai. Melakukan interaksi untuk TUK 2 yang mempunyai- tujuan klien
22
dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan. Klien dalam interaksi
dengan klien kemampuan cukup kooperatif dalam mendiskusikan tentang
penyebab marah yang dialami klien hal ini dikarenakan penulis
menggunakan teknik pertanyaan terbuka menurut Stuart (2006, : 16) yaitu
mendorong pasien untuk memilih topik diskusi. Melakukan interaksi untuk
TUK 3 yang mempunyai tujuan klien dapat mengidentifikasi tanda – tanda
perilaku kekerasan. Dalam interaksi ini klien mampu mengungkapkan tanda
– tanda saat klien marah atau jengkel karena penulis menggunakan teknik
komunikasi pengulangan pernyataan yaitu mengulangi pikiran utama yang
telah diungkapkan klien.(Stuart, 2006, : 16) Selanjutnya penulis melakukan
TUK 4 yang mempunyai tujuan klien dapat mengidentifikasi perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan. Selanjutnya penulis melakukan interaksi
untuk TUK 5 yang mempuyai tujuan klien dapat mengidentifikasi akibat
perilaku kekerasan Melakukan interaksi untuk TUK 6 yang mempunyai
tujuan klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon
terhadap kemarahan. Implementasi tanggal 03 April 2012 pukul 09.00 WIB
Pada TUK 7 ( SP I ) klien kooperatif karena bersedia mendemonstrasikan
cara mengontrol marah yaitu dengan tarik nafas dalam sebanyak lima kali.
Dengan memberi contoh terlebih dahulu dan memberi kesempatan klien
untuk mencoba. Implementasi tanggal 04 April 2012 pukul 09.00 WIB ( SP
II ) klien kooperatif karena bersedia mendemonstrasikan cara mengontrol
marah yaitu dengan cara memukul bantal. Dengan memberi contoh terlebih
dahulu dan memberi kesempatan klien untuk mencoba. Sedangkan
23
intervensi dan implementasi yang belum dapat dilaksanakan adalah TUK 8
dan 9 yang mempunyai tujuan yaitu klien mendapat duk ungan keluarga
dalam mengontrol perilaku kekerasan dan dapat menggunakan obat dengan
benar sesuai program pengobatan. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan
waktu penulis dalam melakukan proses keperawatan. Alasan lain yang
menyebabkan tindakan keperawatan TUK 8 dan 9 tidak dapat dilaksanakan
karena selama penulis melakukan proses keperawatan keluarga klien tidak
menjenguk klien sehingga tindakan keperawatan ini belum dapat dilakukan
karena sasaran utamanya adalah keluarga. Tindakan keperawatan pada
keluarga sangat penting untuk dilakukan karena keterlibatan keluarga sangat
mendukung terhadap proses perubahan perilaku klien. Keluarga berperan
penting dalam peristiwa terjadinya gangguan jiwa dan proses penyesuaian
kembali setiap klien. Oleh karena itu peran serta keluarga dalam proses
pemulihan dan pencegahan kambuh kembali klien gangguan jiwa sangat
diperlukan. (Keliat 2005, : 2)
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus-menerus pada
respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
(Keliat, 2005, : 15)
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai
berikut: S: Respon subyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang
telahdilaksanakan. O: Respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan. A: Analisa data subyektif dan obyektif untuk
24
menyimpulkan apakah masalah masih tetap muncul atau muncul masalah
baru atau data-data yang kontra indikasi dengan masalah yang ada. P:
Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien.
Keliat ( 2005, : 15).
Dalam proses evaluas penulis sudah melakukan
evaluasi sesuai dengan teori yang di atas. Karena keterbatasan waktu penulis
dalam melakukan asuhan keperawatan maka untuk TUK 8 dan 9 diagnosa
keperawatan resiko perilaku kekerasan didelegasikan pada perawat ruangan
untuk melanjutkan proses keperawatan pada klien Tn.D. Hal tersebut
penulis lakukan agar asuhan keperawatan yang penulis terapkan pada klien
terdapat kesinambungan, sehingga asuhan keperawatan tersebut dapat
terselesaikan.
Menurut Nursalam
(2002)
delegasi
dapat
diartikan,
penyelesaian suatu pekerjaan melalui orang lain dan sebagai kolaborasi
untuk mencapai suatu tujuan ( p. 105 ). Yang dimaksud disini yaitu
melakukan pendelegasian kepada perawat ruangan untuk melanjutkan
tindakan keperawatan.
B. Kesimpulan
Kesimpulan penulis dapatkan setelah melakukan asuhan keperawatan
pemenuhan kebutuhan mencintai dan memiliki pada Tn.D dengan resiko
perilaku kekerasan, dari hasil pengkajian didapatkan data meliputi data
subyektif dan data obyektif. Data subyektif Klien mengatakan merasa ingin
marah dan bingung karena di tinggal cerai istrinya. Klien mengatakan saat
merasa marah rasanya ingin memukul orang dan barang di sekitarnya.
Sedangkan data obyektif : tampak tegang, bingung, nada bicara agak tinggi,
25
mata sedikit melotot, bicara kotor. Sehingga dapat diambil diagnosa
keperawatan resiko perilaku kekerasan. Rencana keperawatan meliputi TUM:
Klien tidak melakukan tindakan kekerasan. TUK 1: Klien dapat membina
hubungan saling percaya. TUK 2: Klien dapat mengidentifikasi penyebab
perilaku kekerasan yang dilakukannya. TUK 3: Klien dapat mengidentifikasi
tanda - tanda perilaku kekerasaan. TUK 4: Klien dapat mengidentifikasi jenis
perilaku kekerasan yang pernah dilakukanya. TUK 5:
Klien dapat
mengidentifikasi
Klien
akibat
perilaku
kekerasan.
TUK
6:
dapat
mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan. TUK 7:
Klien dapat mendemontrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan. sedangkan
untuk implementasi hanya bisa dilakukan penulis dari TUK 1 – TUK 7 karena
keterbatasan waktu sehingga tidak semua TUK bisa dilakukan. Setelah
dilakukan
implementasi
didapatkan
hasil/evaluasi,
klien
mampu
mengungkapkan resiko perilaku kekerasan yang dialami dan klien mampu
mengontrol resiko perilaku kekerasan dengan cara tarik nafas dalam dan
memukul bantal. Analisa pemenuhan kebutuhan mencintai dan memiliki pada
Tn.D dengan resiko perilaku kekerasan sudah dapat terpenuhi sebagian.
C. Saran
Penulis memberikan saran yang mungkin dapat diterima sebagai
bahan pertimbangan guna meningkatkan kualitas asuhan keperawatan
pemenuhan kebutuhan mencintai dan memiliki pada klien
perilaku kekerasan berikut :
dengan resiko
26
1. Bagi Perawat
a. Perawat mampu meningkatkan kualitas dalam memberikan asuhan
keperawatan pemenuhan kebutuhan mencintai dan memiliki pada klien
dengan resiko perilaku kekerasan karena banyak perawat yang
melakukan
tindakan
keperawatan
bukan
berdasarkan
rencana
keperawatan tetapi berdasarkan intuisi.
b. Perawat mampu melakukan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan
mencintai dan memiliki pada klien dengan resiko perilaku kekerasan
sesuai dengan SOP (Standart Operasional Prosedur).
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan Rumah Sakit mampu memberikan pelayanan yang baik kepada
setiap pasien, khususnya pada penderita gangguan jiwa dengan gangguan
resiko perilaku kekerasan.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Z. 2002. Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Penerbit Airlangga University
Press.
Erik Saut H Hutahaean. 2008. Jurnal Psikologi Volume 2, No. 1.
http://www.ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/psiko/article/viewFile/246/187.
Diakses tanggal 06 April 2012
Erlinafsiah. 2010. Modal Perawat Dalam Praktik Keperawatan Jiwa. Jakarta: CV
Trans Info Media
Hakim, Lukmanul. (2009 ). Asuhan Keperawatan Jiwa. (http: //www. Jurnal
Penelitian Sains & Teknologi.com, diakses tanggal 09 April 2012)
Julianto Saleh. 2003. Hirarki Kebutuhan Manusia. Menurut Abraham Maslow :
Aplikasi terhadap Klasifikasi Mad'u dalam Proses Dakwah. Al – Bayan,
Vol 7 No 7. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/77035774.pdf------jurnal.
Diakses tanggal 06 April 2012
Keliat. 2005 . Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa (terjemahan). Jakarta EGC
Keliat, Budi Anna. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi 2. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Kurniawati. (2004). Pelatihan Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Jiwa.
Semarang : RSJ dr. Amino gondo hutomo
Nurjannah, Intansari. 2004. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa
Manajemen, Proses Keperawatan Dan Hubungan Terapeutik Perawat –
Klien. Yogyakarta: Penerbit Mocomedia
Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta : Salernba, Medika
Rasmun. 2005. Keperawatan Kesehatan Psikiatri Terintegrasi dengan Keluarga.
Jakarta : CV. Sagung Seto
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005 – 2006
Definisi Dan Klasifikasi. Bandung: Penerbit Prima Medika
Sheila L. Videbeck. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Sundeen dan Stuart. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Download