efektivitas edukasi kesehatan perawatan diare terhadap

advertisement
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6 (1); Januari 2014
EFEKTIVITAS EDUKASI KESEHATAN PERAWATAN DIARE TERHADAP
KEMAMPUAN IBU DALAM MERAWAT AREA PERIANAL ANAK BALITA
DENGAN DIARE
Helena Golang Nuhan 1
1
Program studi S1 Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas MH. Thamrin
Alamat Korespondensi :
Program studi keperawatan, Fakultas Kesehatan, Universitas MH.Thamrin, Jln. Raya Pondok Gede No. 23-25 Kramat Jati Jakarta Timur 13550
Telp : 8096411 ext 1208
ABSTRAK
Penyakit diare
penyebab utama kematian anak balita di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi efektifitas edukasi kesehatan perawatan diare terhadap kemampuan ibu dalam merawat area
perianal anak balita dengan diare. Desain penelitian menggunakan quasi eksperimen dengan rancangan pre
test and post test with control group. Tehnik pengambilan sampel dengan consecutive sampling menggunakan
responden di RSUD. Budhi Asih Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh edukasi kesehatan perawatan
diare terhadap kemampuan ibu pengetahuan, sikap dan
ketrampilan kelompok intervensi (p < 0,05)
dibandingkan dengan kelompok kontrol. Ada hubungan yang bermakna antara karakteristik ibu pendidikan dan
pengetahuan dalam merawat anak balita dengan diare. Disarankan agar edukasi kesehatan dilakukan terus
menerus dan terstruktur untuk meningkatkan kemampuan orang tua dalam merawat anak balita diare dan
area perianal.
Kata Kunci : Edukasi Kesehatan, Diare, Kemampuan ibu, Pengetahuan, Sikap, Keterampilan.
Pendahuluan
Anak merupakan harapan bagi setiap keluarga,
dan sebagai generasi penerus suatu keluarga, bangsa dan
negara. Artinya kehidupan anak saat ini menentukan
kualitas generasi penerus keluarga dan bangsa dimasa
mendatang. Untuk itu kesehatan anak menjadi hal yang
penting dan perlu mendapatkan perhatian yang serius dari
keluarga
maupun
pemerintah.
World Health
Organization (WHO) memberikan perhatian khusus
pada
negara
yang sedang berkembang untuk
memasukkan penyakit diare dan pneumonia dalam
program kesehatan nasional karena penyebab utama
kematian balita di negara yang sedang berkembang
disebabkan oleh kedua penyakit itu (Tadda, 2010).
Oleh karena itu arah kebijakan pembangunan
kesehatan di Indonesia tahun 2009 sampai dengan 2014
adalah peningkatan akses dan kualitas pelayanan
kesehatan dalam mempercepat target Millenium
Develoment Goals (MDGs) dengan fokus kebijakan
antara lain menurunkan angka kematian ibu, bayi dan
anak serta pengendalian penyakit dan penyehatan
lingkungan (Dirjen Bina Gizi
dan KIA, 2012).
Penurunan angka kematian bayi dan anak serta
pengendalian penyakit
dan penyehatan lingkungan
dapat menurunkan angka kesakitan bayi dan balita
akibat penyakit infeksi maupun non infeksi.
Diare adalah frekuensi buang air besar lebih
dari 3 kali sehari dengan konsistensi feses encer atau
cair
dapat bercampur lendir dan darah yang
menyebabkan kekurangan cairan dan kematian anak
(Ngastiyah, 2005).
Akibat lanjut yang dapat terjadi pada anak
balita yang menderita diare adalah kekurangan cairan
(dehidrasi) yang menyebabkan shock hipovolemic,
kekurangan elektrolit
hiiponatremia, hipokalemia
hipokalsemia, kurang gizi, gangguan dalam pertumbuhan
dan perkembangan anak, dan dapat menyebabkan
kematian. Anak usia dibawah lima tahun (balita)
sangat rentan terhadap penyakit infeksi. Hal ini
disebabkan oleh berbagai faktor yaitu faktor dari anak
seperti daya tahan tubuh anak yang masih rendah, status
gizi dan anak tidak mencuci tangan. Faktor lingkungan
sarana air bersih yang kurang dan jamban keluarga yang
tidak memenuhi syarat kesehatan serta faktor ibu antara
lain pengetahuan ibu yang kurang, perilaku dan hygiene
ibu yang kurang baik (Adisasmito, 2007).
Berdasarkan hasil survey Sub Unit Diare
Departemen Kesehatan RI tahun 2000 sampai dengan
tahun 2010, menunjukkan kejadian penyakit diare
mengalami peningkatan 36% yaitu
301 per 1000
penduduk meningkat menjadi
411 per 1000
penduduk. Menurut
Hasil
Survey
Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) dan Riset Kesehatan
Dasar (RisKesdas) tahun 2007,menyatakan bahwa
kejadian diare meningkat pada usia bayi dan balita
dan kejadian ini
berhubungan erat dengan status
ekonomi serta merupakan penyebab utama kematian
penyakit
menular. 25,2 %, pneumonia 15,5%,
necrotizing
entero colitis (NEC) 10,7%, dengan
prevalensi diare klinis tertinggi di provinsi Nanggroe
Aceh Darussalam (18,9%) dan terendah di provinsi DI
6
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6 (1); Januari 2014
Yogjakarta (4,2%). Melihat hasil survey tersebut, DKI
Jakarta termasuk didalam propinsi
yang memiliki
angka kejadian diare yang masih tinggi dibandingkan
dengan provinsi DI Yogjakarta yaitu 8%.
Data statistik Dinas Kesehatan Provinsi DKI
Jakarta tahun 2012, menunjukkan
3 (tiga) penyakit
infeksi yang banyak melanda penduduk DKI Jakarta
adalah diare, infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dan
demam thypoid. Hal ini disebabkan karena sumber air
tanah di Jakarta tercemar limbah bakteri coliform dan
koli tinja. Angka kejadian diare di DKI Jakarta tahun
2010 menunjukkan 18,470 kasus dengan 8.455 kasus
diare dengan dehidrasi dan 10,015 diare tanpa dehidrasi.
Kejadian diare tahun 2011 terdapat 16.938 dengan
dehidrasi 6.652 kasus dan tanpa dehidrasi 10.286 kasus .
Pada tahun 2012 terdapat 18.964 kasus dengan
dehidrasi 6.754 dan tanpa dehidrasi 12.210 kasus
(http//dinkes.dki.go.id.diundu
tanggal
26/10/2013).
Melihat data tersebut menunjukkan bahwa angka
kejadian penyakit diare mengalami peningkatan dan
merupakan salah satu penyebab morbiditas anak balita
di Jakarta.
Anak balita yang menderita diare dimana
pengeluaran tinja lebih dari 3 kali sehari menyebabkan
kontak kulit yang lama dengan popok yang basah dan
adanya asam laktat dalam feses dapat mengakibatkan
iritasi jaringan kulit disekitar anus, genitalia dan bokong
yang menyebabkan infeksi di area perianal (Wong,
2009). Iritasi pada area perianal
bila
tidak
ditanggulangi dengan baik dapat menyebabkan infeksi
sekunder oleh bakteri dan jamur seperti candida albicans
(Fermaline, 2003) yang
dapat mempengaruhi
morbiditas, dan mempengaruhi lama rawat anak balita
yang dirawat dirumah sakit.
Iritasi jaringan kulit area perianal
dapat
menimbulkan ketidaknyamanan pada anak seperti nyeri
yang mempengaruhi kesakitan anak, dan memerlukan
perawatan secara individual setiap anak. Iritasii jaringan
kulit di area perianal dapat menimbulkan demam atau
infeksi lanjut sehingga akan memperpanjang lama hari
rawat anak dengan diare. Iritasi area perianal dapat
disebabkan oleh dermatitis popok. Menurut penelitian
Marty (2009) teridentifikasi bahwa beberapa penyebab
terjadinya dermatitis popok adalah overhidration, iritasi,
gesekan, peningkatan PH kulit, diit, diare dan
penggunaan
antibiotika.
Penelitian
ini
merekomendasikan
perawatan
bertujuan untuk
mengurangi dehidrasi dan melindungi kulit dari iritasi
oleh komponen feses..
Gangguan integritas kulit di area perianal
akibat diare pada anak balita dapat dicegah apabila ibu
pasien mempunyai pengetahuan, sikap dan keterampilan
dalam merawat area perianal anak balita dengan diare.
Perawatan anak balita dengan diare adalah rehidrasi
cairan melalui oral maupun parenteral untuk mencegah
syock hipovolemic, pemenuhan kebutuhan nutrisi untuk
proses pertumbuhan dan perkembangan anak, dan
perawatan di area perianal l yang baik dan benar untuk
mencegah infeksi lebih lanjut, meningkatkan rasa
nyaman dengan meminimalkan nyeri akibat iritasi
jaringan kulit area
perianal, serta
peningkatan
pengetahuan, sikap, dan ketrampilan ibu dalam hal
perawatan anak balita dengan diare.
Penelitian Shrifired, Kamran, Mirkarini dan
Farahani (2011)
tentang efektifitas
pendidikan
menyusui ibu terhadap berat badan anak dengan
menggunakan metode quasi eksperimen menunjukkan
bahwa kelompok eksperimen secara signifikan lebih
baik dalam hal pengetahuan dan sikap dibandingkan
dengan kelompok kontrol dan pemberian ASI eksklusif
secara signifikan lebih tinggi dibanding
dengan
kelompok kontrol. Penelitian ini merekomendasikan
perlunya memproduksi paket pendidikan kesehatan
untuk meningkatan pengetahuan dan sikap yang baik
terhadap masalah kesehatan. Penelitian yang dilakukan
oleh Lesrari, Krisdiana dan Suwarni (2012) tentang
hubungan pengetahuan dan perilaku ibu dalam
pemberian makanan pengganti (MP) ASI dengan
kejadian gastroenteritis pada anak usia 0-6 tahun,
menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dan perilaku ibu dengan kejadian
gastroenteritis yaitu 80% ibu kurang tahu/tidak tahu
terhadap hubungan kejadian diare dengan pemberian
makanan pengganti (MP) ASI serta 77% perilaku ibu
yang memberikan makanan tambahan sebelum 6 bulan.
Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa
pentingnya pemberian pendidikan/promosi
kesehatan
tentang perawatan anak dengan diare merupakan salah
satu intervensi keperawatan untuk meningkatkan
kemampuan pengetahuan, sikap dan keterampilan orang
tua dalam merawat anak dengan diare.
Menurut Pender yang dikenal dengan Health
Promotion Model (HPM) mengembangkan promosi
kesehatan dalam hal peningkatan dan pencegahan
terhadap penyakit dari pada pengobatan yang berfokus
pada 3 (tiga) hal
utama yaitu karakteristik dan
pengalaman individu,
perilaku spesifik termasuk
pengetahuan dan sikap serta perilaku yang diharapkan
(outcome) dari perilaku promosi kesehatan yakni
peningkatan derajat kesehatan yang optimal. Model
promosi kesehatan ini menjelaskan perilaku promotion
dan preventive untuk meningkatkan status kesehatan.
Salah satu strategi promosi kesehatan yang bisa
digunakan adalah dengan
memberikan
edukasi
kesehatan.
Edukasi kesehatan adalah suatu usaha sadar
dan secara terus menerus dilakukan yang bertujuan
mengubah perilaku individu, kelompok masyarakat
dari kehidupan tidak sehat menjadi sehat (sugihartono,
2007). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di
ruang anak RSUD Budhi Asih Jakarta, selama 1 tahun
terakhir (Januari sampai dengan Desember 2012)
teridentifikasi ada 5 (lima) penyakit utama yang dirawat
diruang anak RSUD Budhi Asih yaitu penyakit Diare,
7
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6 (1); Januari 2014
Dengue Hemorrargic Fever (DHF), Tuberkulosis (TBC)
paru, Thypoid. dan Broncho Pneumonia Wawancara
yang dilakukan terhadap kepala ruangan dan perawat
ruangan anak RSUD Budhi Asih
menunjukkan
bahwa di ruang rawat belum terstrukturnya program
pemberian edukasi kesehatan tentang perawatan
penyakit diare terhadap pasien anak yang dirawat.
Pemberian informasi kesehatan sudah dilakukan oleh
perawat ruangan selama pasien dirawat dan apabila
pasien diperbolehkan pulang dari ruang rawat namun
masih berbentuk lisan sehingga mudah dilupakan oleh
keluarga ,tidak ada lembar balik/ leaflet yang tersedia
untuk memberikan edukasi kesehatan, anak balita yang
menderita diare. Selain itu juga didapatkan bahwa
sebagian besar anak dengan diare mengalami gangguan
integritas kulit di sekitar area perianal. Mencermati
angka kejadian diare yang setiap tahun mengalami
peningkatan dan merupakan penyebab utama kematian
balita (Rikesdas, 2007) serta sebagian besar anak
balita yang dirawat di ruang anak RSUD Budhi Asih
mengalami gangguan integrritas kulit di area perianal
maka peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan
judul efektivitas edukasi kesehatan perawatan diare
terhadap kemampuan ibu dalam merawat area perianal
anak balita dengan diare.
Tujuan penelitian ini agar
teriidentifikasi
efektivitas edukasi kesehatan perawatan diare terhadap
kemampuan (pengetahuan, sikap dan keterampilan) ibu
dalam merawat area perianal, yang kedua
adalah
teridentifikasi karakteristik responden (berdasarkan
usia, tingkat pendidikan ibu, usia dan jenis kelamin
anak, pengalaman ibu merawat anak dengan diare dan
merawat area perianal) dan terakhir teridentifikasi
perbedaan pengetahuan, sikap dan keterampilan ibu
dalam melakukan perawatan area perianal anak balita
pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol idalam
melakukan perawatan area perianal anak balita dengan
diare. Manfaat penelitian untuk pelayanan kesehatan
dapat
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
khususnya perawatan anak balita dengan diare, dan
dapat menetapkan program pendidikan kesehatan,
sebagai suatu kebijakan yang harus dilakukan khususnya
pada keluarga dan anak dengan diare sehingga angka
kesakitan dan kematian akibat diare menurun. Manfaat
untuk perawat ruangan dalam memberikan perawatan
diare
kepada balita
untuk mencegah terjadinya
gangguan integritas kulit di area perianal.
Manfaat yang lain untuk pasien dan keluarga
yaitu menambah pengetahuan, sikap dan keterampilan
keluarga tentang perawatan diare khususnya perawatan di
area perianal agar dapat mencegah terjadinya gangguan
integritas kulit disekitar area perianal dan pencegahan
terhadap berulangnya kejadian diare bagi anak., sehingga
dapat menurunkankan angka kesakitan, kematian dan
lama rawat anak dengan diare.
Metode
Jenis penelitian yang digunakan
adalah
kuantittatif
dengan
desain quasi eksperimen.
Pendekatan yang digunakan adalah pre test and post
test
control group design. Sebelum penelitian
dilakukan pre test pada kelompok intervensi dan
kelompok
kontrol kemudian
diberikan edukasi
kesehatan pada kelompok
intervensi, setelah itu
dilakukan post test. baik pada kelompok intervensi
maupun kelompok kontrol. . Sesudah itu dilakukan
perbandingan antara hasil pre test dan post test
kelompok intervensi maupun kelompok
kontrol.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang
anaknya dirawat di rumah sakit RSUD Budhi Asih
dengan diare.
Tehnik pengambilan sampel dengan pendekatan
consecutive sampling yaitu dengan cara memilih subyek
yang ditemui sesuai dengan kriteria inklusi sampai pada
jumlah sampel yang diinginkan (Dharma, 2011). dengan
kriteria inklusif : Anak yang dirawat dengan diagnosa
medis diare , usia 0 -59 bulan, Ibu atau keluarga
bersedia menjadi responden, Ibu atau keluarga
menunggu anaknya selama dirawat serta Ibu bisa
membaca dan menulis. Besarnya sampel dalam
penelitian ini ditentukan dengan menggunakan uji
hipotesis beda mean 2 kelompok dengan rumus
sebagai berikut ( Dharma, 2011).
n = 2σ² ( Z 1-α/2 + Z 1-β )²
(ų1 - ų2)²
Total sampel adalah 44 ibu yang mempunyai
anak balita yang dirawat dengan diare yang terdiri
dari kelompok intervensi 22 ibu dan kelompok
kontrol 22 ibu yang mempunyai anak balita yang
dirawat dengan diare.
Etika penelitian yang perlu diperhatikan adalah
menghormati harkat dan martabat manusia, responden
berhak mendapatkan informasi yang lengkap tentang
pelaksanaaan penelitian (informed concent) dan apabila
setuju ikut dalam penelitian maka responden
menandatangani lembaran persetujuan untuk menjadi
responden dari penelitian. Menghormati privasi dan
kerahasiaan subyek/responden.Menghormati keadilan
dan inklusivitas serta memperhitungkan manfaat dan
kerugian yang ditimbulkan terhadap responden.
Hasil
Karakteristik responden (usia ibu, usia anak,
jenis kelamin anak dan tingkat pendidikan ibu.
1. Usia ibu
Berdasarkan tabel 1 dapat dijelaskan bahwa ratarata usia responden pada kelompok intervensi adalah
27,14 dengan standar deviasi 4,098 Usia responden
termuda 21 dan usia tertua 35. Rata – rata usia
responden pada kelompok kontrol 28,68 dengan
standar deviasi 5, 402 Usia responden termuda 19
8
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6 (1); Januari 2014
dan usia responden yang tertua 42.
Tabel 1.
Distribusi Usia Ibu di RSUD. Budhi Asih
Variabel
Intervensi
Kontrol
Mean
SD
Min - Max
27,14
28,68
4,098
5,402
21 - 35
19 - 42
perineal pada anak balita dengan diare.
Tabel 4
Distribusi Pendidikan, Pengalaman Merawat Anak
Diare, Mendapatkan Pendidikan Kesehatan dan
Pengalaman merawat Area Perianal
Di RSUD. Budhi Asih Jakarta
Intervensi
(n=22)
Variabel
2. Usia anak balita.
Tabel 2.
Distribusi Usia (dalam bulan) Anak Balita Diare
Di RSUD. Budhi Asih Jakarta
Variabel
Mean
SD
Min - Max
20,05
14,68
15,77
11,08
03 -56
03 -50
Usia Anak
Intervensi
Kontrol
Intervensi
n=22
F
Jenis Kelamin
laki-laki
Perempuan
%
Kontrol
n=22
F
%
Total
n=44
F
SLTP(rendah)
SLTA (sedang)
Tinggi
59
41
10
12
45
55
23
21
F
%
F
%
5
17
22.7
77.3
14.5
6
15
27.3
68.2
11
32
25
72.7
%
6
1
27.3
72.7
8
36
6
4
14
30
31.8
8.2
12
54.5
4
18,2
16
36,4
10
45.5
18
81.8
28
63.6
27.3
72.7
11
33
25
75
Pendidikan Kesehatan
Pernah
Tidak Pernah
Pengalaman Ibu merawat area perianal
Pengalaman
tidak pengalaman
5
17
22.7
77.3
6
16
5. Analisis perbedaan pengetahuan responden pre
test dan post test kelompok intervensi dan kontrol.
Tabel 5
Hasil Analisis Perbedaan Pengetahuan Responden Pre
Test dan Post tes tKelompok Intervensi dan Kelompok
Kontrol Di RSUD. Budhi Asih Jakarta
Variabel
13
9
%
Pendidikan Ibu
Pengalaman
Tidak pengalaman
Jenis kelamin anak balita
Tabel 3
Distribusi Jenis Kelamin Anak Balita
Di RSUD. Budhi Asih
Variabel
Total
(n=22)
Pengalaman Ibu merawat Diare
Hasil analisis tabel 2. menjelaskan bahwa
rata- rata usia anak balita pada kelompok intervensi
20 bulan dengan standar deviasi 15,77, usia termuda 3
bulan dan usia terbesar 56 bulan. Usia balita pada
kelompok kontrol rata-rata 15 bulan dengan standar
deviasi 11,08, usia balita termuda 3 bulan dan tertua 50
bulan.
3.
F
Kontrol
Mean
52
48
SD
SE
Pvalue
Selisih Mean
Pengetahuan
Intervensi
Berdasarkan tabel 3 dapat dijelaskan bahwa
jenis kelamin anak balita yang menderita diare
sebanyak 52 % berjenis kelamin laki – laki dan 48 %
berjenis kelamin perempuan.
4.
Tingkat Pendidikan Ibu, Pengalaman Merawat
Anak Diare, Mendapatkan Pendidikan Kesehatan
dan Pengalaman Merawat Area Perineal Anak
Balita Diare
Berdasarkan tabel 4 dapat dijelaskan bahwa
tingkat pendidikan responden (ibu) sebagian besar
yaitu 72,7 % memiliki latar belakang pendidikan
sekolah menegah atas (SLTA).
Sebesar 68,2 %
responden tidak memiliki pengalaman dalam merawat
anak balita dengan diare. Sebagian besar responden
63,6 % tidak pernah mendapatkan pendidikan
kesehatan tentang perawatan diare dan sebesar 75
% tidak mempunyai pengalaman dalam merawat area
Pre test
Post test
54,77
79,32
28,38
6,951
6,052
1,482
0
24,545
44,32
61,82
28,96
6,994
6,175
1,491
0,01
17,5
Kontrol
Pre test
Post test
Analisis Tabel 5. menjelaskan bahwa rata –
rata pengetahuan pre test kelompok intervensi adalah
54,77 dengan standar deviasi 28,38 mengalami
peningkatan setelah diberikan pendidikan kesehatan
adalah 79,32 dengan standar deviasi 6,951. Hasil analisis
lebih lanjut menunjukkan nilai p 0,000 yang berarti
bahwa ada perbedaan yang signifikan antara skor rata –
rata pengetahuan responden sebelum dan sesudah
diberikan pendidikan kesehatan. Rata-rata pengetahuan
pre test kelompok kontrol adalah 44,32 dengan standar
deviasi 28,96 mengalami peningkatan (p:0,007 < 0,005)
9
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6 (1); Januari 2014
setelah diberikan booklet tentang perawatan diare dan
perineal anak balita dengan diare adalah 61,82 dengan
standar deviasi 6,994 menunjukkan ada peningkatan
yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan booklet
perawatan diare.
6.
Analisis Perbedaan Sikap Responden Pre Test
dan Post test Kelompok Intervensi dan Kelompok
Kontrol.
Tabel 6
Hasil analisis Perbedaan Sikap Responden Pre
Test dan Post test Kelompok Intervensi
dan Kelompok Kontrol
Di RSUD. Budhi Asih Jakarta
Variabel
Mean
SD
SE
Pvalue
Selisih
Mean
Pengetahuan
Intervensi (n=22)
Pre test
Post test
Kontrol
(n=22)
Pre test
Post test
54.4
66.4
45.32
55.86
17.44
10.60
11.85
8.073
3.718
2.261
2.526
1.721
0.005
0.000
12.04
10.54
Pada Tabel 6. menunjukkan bahwa rata-rata skor
sikap kelompok intervensi pre test adalah 54,41
dengan standar deviasi 17,44 mengalami peningkatan
sebesar nilai post test adalah 66,45 dan standar
deviasi 10,60 setelah diberikan pendidikan kesehatan
dengan nilai p 0,005. Rata-rata skor sikap kelompok
kontrol pre test adalah 45,32 dengan standar deviasi
11,85 mengalami peningkatan setelah diberikan booklet
perawatan diare dan perawatan perineal anak balita
dengan diare adalah 55,86 dengan standar deviasi
8,073. (p : 0,000)
7. Analisis
observasi
ketrampilan
responden
kelompok intervensi dan kelompok kontrol
terhadap perawatan area perianal balita diare.
Pada tabel 7. menjelaskan bahwa rata-rata
keterampilan responden pada kelompok intervensi
mengalami peningkatan dari hari pertama sampai
dengan hari ke tiga perawatan anak balita dengan diare.
Terlihat dari hari pertama rata –rata keterampilan yang
dilakukan dengan benar 8,23 dan pada hari ketiga 11
keterampilan dapat dilakukan dengan baik dan benar
dengan nilai p 0,000. Dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan keterampilan hari pertama
dan hari ketiga. Hasil analisis kelompok kontrol
didapatkan bahwa rata-rata keterampilan responden
dihari pertama perawatan 6,50 dan pada hari ketiga
perawatan anak balita dengan diare adalah 6,68 atau 7
keterampilan yang dapat dilakukan dengan baik dengan
nilai p 0,213 tidak ada perbedaan yang signifikan
antara hari pertama dan hari ketiga.
Tabel 7
Hasil Analisis Observasi Keterampilan Responden
Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol terhadap
Perawatan Area Perineal Balita Diare Di RSUD.
Budhi Asih Jakarta.
Variabel
Ketrampilan
Intervensi
(n=22)
Hari pertama
Hari Kedua
Hari ketiga
Kontrol
(n=22)
Hari pertama
Hari Kedua
Hari ketiga
Mean
SD
SE
MinMax
8.23
10.00
11.00
1.602
1.48
0.82
0.341
0.167
0.174
06-11
07-12
09-12
0.000
6.5
6.59
6.68
1.66
1.79
1.7
0.353
0.358
0.363
04-10
04-10
04-10
0.213
P Value
Pembahasan
Karakteristik responden dalam penelitian ini
meliputi usia, tingkat pendidikan, pengalaman merawat
anak dengan diare, pernah mendapatkan pendidikan
kesehatan tentang diare dan
pengalaman
dalam
merawat area perianal anak balita dengan diare.
Usia responden dalam penelitian kelompok intervensi
dibawah 27 tahun adalah 63,6% dan usia diatas 27
tahun 36,4%. Kelompok kontrol usia dibawah 27
tahun 41% dan usia diatas 27 tahun 59%. Menurut
Wong (2009) usia orang tua yang paling ideal
(memuaskan) untuk membesarkan anak adalah antara
19 sampai 35 tahun dimana pada usia tersebut orang tua
(ibu) dalam kondisi kesehatan yang optimum untuk
merawat anak. Pada rentang usia ini merupakan usia
dewasa muda (Notoatmodjo, 2009) ibu dalam keadaan
sehat dan produktif dan dapat mengurus semua
kebutuhannya maupun keluarga dalam merawat anak.
Pada usia dewasa muda, mulai terjadi proses
pembentukan keluarga baru dimana responden (ibu)
belum mempunyai pengalaman secara khusus dalam
merawat
anak
diare
sehingga pembentukan
pengetahuan,sikap dan keterampilan dalam merawat
anak diare belum maksimal.
Usia anak balita yang mengalami diare dalam
penelitian ini rata-rata 14,68 sampai 20,05 bulan dan
jenis kelamin anak yang dirawat yakni 52 % laki-laki
dan 48% perempuan. Menurut penelitian Yilgwan
(2012) rata-rata usia anak balita mengalami diare
adalah 6 -11 bulan berbeda
dengan hasil temuan
dalam penelitian ini yakni rata – rata usia anak yang
mengalami diare 14 – 20 bulan. Bila dianalisis lebih
lanjut usia minimal anak terkena diare dalam
penelitian ini adalah 3 bulan. Hal ini disebabkan
karena terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan
yang dialami anak, dimana menurut Freud dalam
10
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6 (1); Januari 2014
Wong (2009) terjadi fase oral yakni anak sering
memasukan tangan atau mainan kedalam mulut sehingga
dapat terjadi infeksi, atau dapat disebabkan oleh karena
kekebalan pasif yang didapat anak dari ibunya mulai
berkurang. Penyebab lain membuat anak mengalami
diare adalah paparan agen infeksius meningkat
terhadap anak dan
mulai
diberikan makanan
pendamping ASI (Juffrie, 2011). Tingkat pendidikan
responden yang anaknya dirawat di RSUD Budhi
Asih
dengan
diare
sebagian
besar (72,7%)
berpendidikan sekolah
menengah atas
sehingga
pemberian pendidikan kesehatan maupun pemberian
booklet perawatan diare pada anak tidak mengalami
hambatan karena seluruh responden dapat membaca
dan memahami dengan baik. Pengalaman responden
dalam merawat anak balita yang menderita diare
dalam penelitian ini
menjelaskan bahwa
31,8%
responden mempunyai pengalaman dalam merawat
anak dengan diare dan sebagian besar responden
yakni 68,2% tidak mempunyai pengalaman dalam
merawat anak balita
dengan diare. Mayoritas
responden tidak mempunyai pengalaman (75%) dalam
merawat area perianal pada anak balita dengan diare
dan 25% responden mempunyai pengalaman dalam
merawat anak balita dengan diare. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa rata-rata ibu masih berusia
dewasa muda dan sebagian besar responden baru
mulai hidup berkeluarga sehingga kurang terpapar
dengan keadaan anak yang mengalami diare. Tidak
berpengalamannya
sebagian besar
responden
memungkinkan mereka untuk melakukan sesuai
pengetahuan mereka, sehingga perlu diberikan
pendidikan
kesehatan
yang
merubah
perilaku
responden dari tidak tahu tentang masalah kesehatan,
menjadi tahu dan melaksanakan dengan baik dan
benar sehingga terbentuk pengalaman hidup dalam
merawat anak dengan diare.
Penelitian yang dilakukan Supono (2008)
menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara
pengalaman kontak balita dengan diare dan persepsi
ibu terhadap diare pada balita. Hasil penelitian ini
menunjukkan 63,6%
responden belum
pernah
mendapatkan edukasi kesehatan dan 36,4% pernah
mendapatkan edukasi kesehatan. Belum terpaparnya
edukasi kesehatan tentang diare terhadap responden
karena tidak sesuai dengan kebutuhan responden,
sehingga edukasi kesehatan dirasakan tidak penting.
Jika sesuai dengan kebutuhan responden maka edukasi
kesehatan tersebut menjadi penting. Hasil penelitian
ini menjelaskan kemampuan responden pada saat post
test kelompok intervensi mengalami peningkatan
pengetahuan dan sikap secara signifikan dengan hasil
yang ditunjukkan yaitu pengetahuan nilai rata – rata
79,32
dibandingkan dengan kelompok kontrol
dengan nilai rata-rata 61,82 dan variabel sikap
kelompok intervensi rata-rata 66, 45 dan kelompok
kontrol 55, 86.
Hasil penelitian ini menjelaskan adanya
peningkatan pada saat post test variabel kelompok
intervensi setelah diberikan edukasi kesehatan serta
booklet perawatan diare dan demonstrasi cara perawatan
area perianal anak balita dengan diare, dan kelompok
kontrol setelah diberikan booklet tentang perawatan
diare dan perawatan perianal pada anak balita dengan
diare. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan Riyantini (2010) tentang pengaruh
pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan, sikap dan
keterampilan ibu serta kejadian bayi hiperbilirubin
dengan menggunakan booklet didapatkan hasil ada
pengaruh yang bermakna terhadap pengetahuan, sikap
dan keterampilan ibu.
Keterampilan merawat area perianal pada anak
balita yang mengalami diare pada pre test hari
pertama, hari kedua dan hari ketiga yang merupakan
post test pada kelompok intervensi mengalami
peningkatan
secara
signifikan (91,6%) setelah
diberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan
diare dan demonstrasi perawatan area perianal pada
anak balita dengan diare dibandingkan dengan
kelompok kontrol yang hanya meningkat 1,8 %
setelah
diberikan
booklet perawatan diare dan
perawatan area perianal pada anak balita dengan
diare.
Implikasi hasil penelitian terhadap edukasi
kesehatan keluarga adalah untuk
meningkatkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan keluarga dalam
merawat anak balita dengan diare. Mayoritas keluarga
dalam penelitian ini
(Ibu) tidak mempunyai
pengetahuan dan pengalaman yang cukup dalam
merawat anak dengan diare atau masalah kesehatan
yang lain, oleh karena itu edukasi kesehatan penting
dilakukan secara terstruktur dan berkelanjutan (terus
menerus) untukmeningkatkan kemampuan keluarga
dalam merawat anak dengan diare. Implikasi hasil
penelitian ini terhadap pelayanan keperawatan agar
setiap perawat
menyadari pentingnya edukasi
kesehatan yang diberikan secara terstruktur, terus
menerus dan sesuai
dengan kebutuhan pasien
sehingga dapat meningkatkan kemampuan keluarga
dalam merawat anak dengan diare ataupun anak sakit
dengan berbagai masalah kesehatan. Implikasi hasil
penelitian ini terhadap pembuat kebijakan agar dapat
menyiapkan sarana dan fasilitas untuk menunjang
pelaksanaan proses pembelajaran keluarga dan pasien
terhadap berbagai masalah kesehatan di rumah sakit
khususnya penyakit diare.
Kesimpulan
Karakteristik responden pada penelitian ini
meliputi usia kedua kelompok responden (Intervensi
dan Kontrol) memiliki rata-rata 27,91 tahun dengan
tingkat pendidikan mayoritas pendidikan sekolah
menengah atas. Responden kedua kelompok sebagian
besar belum memiliki pengalaman dalam merawat
11
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6 (1); Januari 2014
anak dengan diare. 63,6% dari responden kedua
kelompok belum pernah mendapatkan edukasi
kesehatan tentang diare dan mayoritas responden
tidak mempunyai pengalaman dalam merawat area
perianal anak balita dengan diare.
Kemampuan responden pengetahuan, sikap dan
keterampilan sebelum diberikan pendidikan kesehatan
baik kelmmpok intervensi maupun kelompok kontrol
tidak jauh berbeda karena belum terpapar dengan
edukasi kesehatan dan booklet perawatan anak balita
diare.
Ada perbedaan yang signifikan kemampuan
pengetahuan, sikap dan keterampilan responden (Ibu)
sesudah diberikan edukasi kesehatan diare dan booklet
perawatan
diare
pada
kelompok
intervensi
dibandingkan dengan kelompok kontrol
Ada perbedaan yang signifikan kemampuan ibu
(pengetahuan, sikap dan keterampilan) pada kelompok
intervensi dibandingkan dengan kelompok kcontrol
dalam merawat area perianal
pada anak balita
dengan diare.
Ada hubungan yang bermakna antara karakteristik
ibu
usia dengan pengetahuan responden pada
kelompok intervensi dan pendidikan ibu dengan
pengetahuan ibu kelompok intervensi dan kelompok
kontrol.
Saran
1. Bagi keluarga dan masyarakat
Agar setiap keluarga dan masyarakat memahami
dengan baik pentingnya upaya pencegahan penyakit
dari pada mengobati penyakit dengan cara hidup
sehat, lingkungan bersih dan nyaman, pemberian ASI
secara eksklusif dan mencuci tangan dengan
menggunakan sabun, makan makanan bergizi. Hal ini
dapat dilakukan melalui paparan media masa baik
televisi, radio maupun majalah sehingga kelurga dan
masyarakat tahu tentang perawatan dan pencegahan
penyakit diare. Bagi keluarga yang mempunyai anak
dirawat di rumah sakit karena diare sebaiknya pulang
dari rumah sakit jika telah diperbolehkan pulang oleh
dokter, sehingga dapat sembuh dengan baik.
2. Bagi institusi pelayanan.
Rumah sakit sebagai pemegang
kebijakkan
sebaiknya menyiapkan saran dan fasilitas yang
memadai dalam proses pembelajaran untuk edukasi
kesehatan seperti ruang untuk edukasi kesehatan atau
terapy bermain, menyiapkan leaflet maupun booklet,
tentang semua masalah kesehatan yang dapat
digunakan
perawat
dalam
memberikan edukasi
kesehatan kepada pasien dan dapat dibaca oleh
keluarga pasien sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan keluarga tentang berbagai masalah
kesehatan khususnya
diare. Pemberian
edukasi
kesehatan yang
berkaitan
dengan
keterampilan
merawat pasien anak sebaiknya dikelompokkan
menurut tingkat perkembangannya (bayi, batita, balita)
sehingga
lebih
efektif
dan
efisien
dalam
pelaksanaanannya.
3. Bagi institusi pendidikan
Kurikullum institusi
pendidikan
yang dapat
menyiapkan peserta didik yang kompeten dalam
melakukan edukasi
kesehatan melalui latihan,
persiapan media dan kemampuan dalam memberikan
edukasi kesehatan.
Daftar Pustaka
Adisastono,W.(2007)Faktorsikodiarepadabayi dan balita
di Indonesia : systematic review penelitian akademik di
bidang kesehatan masyarakat. Makara, kesehatan, vol 11
no. 1, Juni 2007 : 1 -10 di unduh tanggal 21 Oktober
2013 jam 14.00 Wib dari http://lontar,ui.ac.id.
Adriana, D. (2011). Tumbuh Kembang dan terapi
bermain pada anak. Jakarta : Salemba Medika.
Arikunto, S. (2006). Dasar-dasar evaluasi pendidikan.
Jakarta : Rineka Cipta
Betz L.C dan Sowden L.A. (2002). Keperawatan
Pediatri. Ed 3. Jakarta : EGC
Bockowski, S. (2004). Diaper rash care and managemen.
Journal Nursing Pediatric. Diundu Tanggal 21 Oktober
2013 jam 15.00 wib http//search, proquest.com
Dahlan,Sopiyudin,M. (2010). Langkah-langkah membuat
proposal penelitian bidang kedokteran dan kesehatan.
Jakarta : Sagung seto
Depkes RI. (2010). Profil kesehatan Indonesia 2009.
Jakarta : Depkes. RJ. Depkes RI. (2008). Manajemen
Terpadu Balita Sakit. Jakarta : Dep.Kes.RI
Dharma, Kelana K. ( 2011 ). Metodologi penelitian
keperawatan. Jakarta : Trans Info Media
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta (2012). Penyakit
Diare di Jakarta MasihTinggi. Diundu tanggal 26
Oktober 2013, jam 14.30 wib dari dinkesdkijakarta.com
Fayas, et.al. ( 2007). Management of diarrhea in under
fives at home and health facilitie Kashmir. Di unduh
tanggal 20 Oktober 2013pkl 20.00 wib
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (2005). Buku
Kuliah llmu Kesehatan Anak. Buku I. Jakarta : Bagian
llmu Kesehatan Anak FKUI
Hariandja, M. (2007) Manajemen sumber daya manusia.
Jakarta : Grasindo Hastono, S.P. (2007). Analisis data
kesehatan. Jakarta : Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Heather, M. (2012). Getting to the botton of nappy rash:
The Journal of The Health Visitor Association. 85 (2) 3742.
Heimall, LM, Storey Beth, Stellar, Judith J, and Finn
O.K. (2012). Beginning at the botton evidence based care
of diaper dermatitis. American journal of maternal child
12
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6 (1); Januari 2014
nursing Vol. 37, number 1, pages 10-16
Hidayat,A.A. (2005). Pengantar ilmu keperawatan anak I.
Jakarta : Salemba Medika
Hossein, M, Nadrian, H, Rahaei, Z. (2009). The effects
of education on formula and bottle feeding behaviors.
Yazd : Journal of nursing mothers bassed on model.
Ijaz, S.M, Afzal M. and Ahraf S ( 2012). Controlled Trial
of Hypo Osmolar versus WHO ORS: Solution in
Children with acute watery diarrhea. Departemen of
Pediatric Mayo Hospital University Lahore. Di undu
tanggal 21 Oktober
2013 jam15.15Darihttp
//proquest.Nursing.Com.
Julfrie, M. (2011). Gastroenterologi hepatologi. Jilid 1.
Jakarta : IDAI.
Kholdi, et.al. (2012). A study of grouth failure and its
related factors in children from 0 to 2 years in Teheran.
Iran. University of medical sciences Teheran
The
Turkish Journal Pediatrics. January - february 33-44
Kompyang, NL. (2011). Efektifitas pendidikan kesehatan
keluarga terhadap peningkatan kemampuan ibu dalam
merawat anak diare di RSUP Sanglah dan RSUD
Wangayah Denpasar. Tesis FIK.UI (tidak dipublikasikan)
Langermo, D, Hanson, D, Hunter, S., Thomson, P.
(2011). Advance in skin & wound care. The journal for
prevention and Healing. Vol 24 number 3, pages 126140.
Lestari, Krisdiana, Suwarni. (2012). Hubungan
pengetahuan dan perilaku ibu tentang pemberian MP.ASI
dengan kejadian gastroenteritis pada anak usia 0-6 tahun
di RS. Dr. R. Soeprapto Cepu. Jurnal Keperawatan
Indonesia. Vol 1, No 2 Juli 2012.
Lia Dewi,V. (2010). A$uhan Neonatus Bayi dan Anak
Balita. Jakarta : Salemba Medika
Lukacik,M, Ronald, T and Aranda, J. (2007). A meta
analysis of the effects and zinc in the Treatment of a cut
and persisten diarrhea American Journal of Pediatrics
121 ~ 126
Markum.A.H. (1991/ Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :
FKUI
Marty C, Visscher . (2009). Recent advances in diapper
dermatitis, etiology and treatment. Cincinati.USA.
Journalpediatric health.issue I, pages 81-98
Mohamed. S.A. & Wafa, A.M. (2011). The effects of an
educational program nurse Knowledge and practice
related to hepatitis C virus : A pretest and posttest Quasi
eksperimental design. Australian Journal of basic &
apllide science 5 (11) 564-570
Mulyana A. Nugraha P, & Adi S. (2008). Faktor-faktor
ibu balita yang berhubungan dengan kepatuhan follow up
penderita pneumonia balita di puskesmas Cisage ciamis,
Jawa barat. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia. I (2).
120-128
Nelson dkk. (2000). Ilmu Kesehatan Anak. Ed. 15.
Jakarta : EGC
Ngatiyah (2005). PerawatanAnakSakit. Ed 2. Jakarta :
EGC
Notoatmodjo. Soekidjo. Prof.Dr.( 2007 ). Promosi
kesehatan dan ilmuperilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam, Susilaningrum, Utami. (2005). Asuhan
keperawatan bayi dan anak. Jakarta : Salemba medika
Pumamasari, E. R.W. (2012). Pengaruh pendidikan
kesehatan pada orangtua
terhadap Pengetahuan dan
kepatuhan kunjungan ulang balita dengan pneumonia di
Puskesmas kecamatan Pasar Minggu. Tesis : FIK UI
(tidak dipublikasikan).
Riantini,Y. (2010). Pengaruh
pendidikan kesehatan
terhadap pengetahuan, sikap dan Keterampilan ibu serta
kejadian hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir di
RSAB Harapan Kita. Tesis : FIK UI (tidak
dipublikasikan).
Rudolph. A.M, Hoffman.J.I.E, Rudolph C.D (2006).
Buku Ajar Pediatri. Vol 1 Ed .20. Jakarta : EGC
Rudolph. A.M, Hoffman.J.I.E, Rudolph C.D (2006).
Buku Ajar Pediatri. Vol 1 Ed .20. Jakarta : EGC
Salzrman, Warren, Lioyd.S, Otupiri, Hale. (2012).
Limitations of health education barriers to oral
rehydration use among Ghana mothers. University of
Utah. Departemen of infections disease
Shah,D. et.al. ( 2009). Promoting appropriate
management diarrhea.: a systematic review of literature
for advocacy and action UNICEF. Departement of
pediatrics university of New Delhi, diundu tanggal 15
Oktober 2013.
Shrifirad, G , Kamran, A Mirkarim, S.R and Faraham, A
(2012). Effectiveness of breast feeding education on the
weight of child and self efficacy of mothers. Journal
health education. Iran Department of health Isfahan
University
Soetjiningsih (2005). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta :
EGC
Suddaby E.G., Barrnet,S and Facteau L. (2005). Skin
Breakdowns in Acute Care Pediatrics Journal nursing
Pediatric. Di undu tanggal 5 Oktober 2013 jam 14.00
wib dari http:// issue.com.
Sugiyono. (2011).
Bandung : Alfabeta
Metode
Penelitian
Kombinasi.
Sugiono (2007). Metode Penelitian Ktujntitatiffdan
Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
13
Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6 (1); Januari 2014
Sujaeweni, V.M., Endaryanto P. (2012). Statistik untuk
penelitian. Jogjakarta : Graha Ilmu
Supartini, Y. (2004). Konsep dasar Keperawatan Anak.
Jakarta : EGC
Supono, J. (2008). Faktor prediksi persepsi ibu tentang
diare pada balita. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2 (4).
179 - 185.
Suraatmaja (2007). Gastroenterologi Anak. Jakarta :
Sagung Seto
Suriadi , Yulianni Rita. ( 2006 ). Asuhan Keperawatan
pada Anak. Jakarta : Penebar Swadaya
Tomey. Ann M, Alligood. Martha R. ( 2004). Nursing
Theorist and Their Work. 6.ed. Post Mosby
Winlar, W. (2002). Faktor-faktor yang mempengaruhi
kejadian diare pada anak usia 0-2 tahun di kelurahan
turangga. Diundu tanggal 13 Oktober 2013, pkl 19.30.
wib.http//litbang.depkes.go.id.2002.
Wulandari, J.P. (2009). Hubungan antara faktor
lingkungan dan factor sosiodemografi Dengan kejadian
diare pada balita di desa blimbing, kecamatan sambirejo
Sragen. Di unduh tgl 12 Oktober 2013 pk 18.30 dari
hpht//sprints.ums.ac.id.
Wong, Donna L (2004). Pedoman klinis keperawatan
pediatric. Ed 4. Jakarta : EGC
Wong, Donna L, Hockenberry M, Wilson D,
Winkelstein, M.L. & Schwartz P. (2009). Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik vol 2. Jakarta : EGC
Xue, Y. (2010). Perineal care clinician information.
Adelaide : Joanna Briggs Institute. Diundu tanggal 5
Oktober
2013 jam15.00 dari hpht://search,
proquest.com.
Yilgwan, Christopher. Okolo S. (2012). Prevalence of
diarrhea disease and risk factor . Jos university teaching
hospital Nigeria. Journal of african medicine
14
Download