Persepsi Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1
Persepsi Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Unit 1 Yogyakarta terhadap
Kualitas Obat Generik Ditinjau dari Dimensi
Safety, Efficacy, dan Acceptability
*Nurul Mardiati1, Sampurno2, Chairun Wiedyaningsih3
1
Sekolah Tinggi Farmasi Borneo Lestari, Banjarbaru
2
Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta
3
Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
*Email: [email protected]
ABSTRAK
Roadmap upaya peningkatan penggunaan obat generik sebenarnya sudah
dilakukan pemerintah jauh sebelum resmi memberlakukan skema Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN). Akan tetapi persepsi pasien terhadap obat generik di masa penerapan
JKN ini dinilai oleh banyak pengamat masih buruk. Obat generik masih dianggap
sebagai obat murah sehingga mutunya diragukan. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui persepsi pasien terhadap kualitas obat generik ditinjau dari dimensi safety,
efficacy, dan acceptability. Rancangan penelitian ini adalah penelitian deskriptif-analitik
dengan pendekatan kuantitatif, desain survey cross sectional. Jumlah sampel sebanyak
150 responden. Alat penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Analisis data yaitu
analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi pasien terhadap
kualitas obat generik mayoritas tergolong baik yaitu sebesar 113 responden (75,3%).
Rata-rata skor mulai dari yang terbesar berturut-turut safety (3,02); efficacy (2,75); dan
acceptability (2,73). Seluruh rata-rata skor jawaban responden pada item-item
pernyataan dimensi safety, efficacy, dan acceptability menunjukkan persepsi yang baik
pasien terhadap kualitas obat generik.
Kata kunci: Persepsi Pasien, Kualitas, Obat Generik
ABSTRACT
Roadmap for improving the use of generik drugs actually has been done long
before the government commit officially JKN scheme. However, the patient's perception of
generik drugs is still bad in JKN era by considering many observers. Generic drugs are still
regarded as a cheap drug so its quality is doubtful.This study was conducted to determine
the patient’s perception about quality of generik drugs which was studied based on safety,
efficacy, and acceptability dimensions. The design of this research is descriptive-analytic
study with a quantitative approach, cross-sectional survey. The sample size was 150
respondents. Research of tools used was questionnaire. Data analysis was descriptive test.
The results of the research showed that the majority of patients (75,3%) have good
perception to the quality of generic drugs. Average score from the largest sequentially
safety (3,02), efficacy (2,75), and acceptability (2,73). All of average score of respondents'
answers on items safety, efficacy, and acceptability dimensions showed good perception of
patients on the quality of generic drugs.
Keywords: Patient’s perception, Quality, Generik drug
25
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1
2012). Salah
I. PENDAHULUAN
Semua warga negara berhak atas
satu
implikasi yang
diharapkan dari kebijakan tersebut adalah
kesehatannya termasuk masyarakat miskin.
meningkatnya penggunaan obat generik.
Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem
Mayoritas
konsumen
Indonesia
yang mengatur pelaksanaan bagi upaya
menganggap obat generik sebagai obat
pemenuhan hak warga negara untuk tetap
berkualitas rendah dengan harga rendah
hidup sehat dengan mengutamakan pada
(Jakarta Post, 2010). Persepsi tersebut
pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
pada dasarnya tidak benar sebab industri
Sebagaimana diamanatkan konstitusi dan
farmasi merupakan salah satu industri
Undang-undang Republik Indonesia No.
yang regulasinya paling ketat. Pemerintah
40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
menerapkan standar manufaktur nasional
Sosial Nasional, dalam rangka memenuhi
ketat yang dikenal sebagai CPOB (Cara
hak masyarakat memasuki tahun 2014
Pembuatan Obat yang Baik) atau c-GMP
pemerintah
resmi
(Current Good Manufacturing Practice)
menggulirkan skema Jaminan Kesehatan
(Priyambodo, 2007). Setiap obat baik obat
Nasional (JKN).
generik maupun obat branded generik dan
Sistem
menciptakan
telah
secara
jaminan
ini
perubahan
mendasar
akan
paten harus memenuhi standar kualitas
di
sebelum diluncurkan ke pasar. Dimensi
bidang sistem jaminan kesehatan seperti
kualitas
penataan
menggunakan dimensi yang sesuai dengan
standardisasi
pelayanan,
obat
dimensi
dan penggunaan obat
yang
seluruh dunia oleh pemerintah dalam
berdampak pada kendali mutu dan kendali
menilai kualitas obat. Pemerintah di
biaya. Upaya-upaya tersebut pada aspek
seluruh dunia menilai kelayakan obat yang
pelayanan obat sendiri, maka seluruh
diluncurkan ke pasar berdasarkan pada
fasilitas kesehatan diwajibkan mengacu
safety, efficacy, dan acceptability (Firth,
pada Formularium
2001).
Nasional (Fornas).
Obat-obatan dalam Fornas ini sebagian
Roadmap
upaya
digunakan
di
meningkatkan
besar merupakan obat generik. Hal ini
penggunaan
berkaitan dengan keputusan pemerintah
sudah dilakukan pemerintah jauh sebelum
agar
obat
resmi menggulirkan skema JKN, dimulai
generik karena obat generik berkhasiat
dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri
baik dengan harga ekonomis (Anonim,
Kesehatan No. 085/Menkes/PER/I/1989
dibudayakan
penggunaan
26
obat
yang
konsumen
standardisasi tarif, penataan formularium,
rasional
kualitas
menurut
generik
sebenarnya
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1
tentang Kewajiban Menuliskan Resep
ditinjau dari dimensi safety, efficacy, dan
dan/atau Menggunakan Obat Generik di
acceptability.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah
(dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
digantikan
dengan
Kesehatan
Republik
Peraturan
II. METODE PENELITIAN
Menteri
Indonesia
A. Jenis Penelitian
No.
Rancangan penelitian ini adalah
HK.02.02/MENKES/068/I/2010).
penelitian
Demikian pula dengan dikeluarkannya
pendekatan kuantitatif, desain survey cross
Peraturan
sectional. Alat yang digunakan dalam
Menteri
Kesehatan
988/MENKES/SKNIII/2004
No.
tentang
deskriptif-analitik
pelaksanaan
penelitian
dengan
ini
adalah
pencantuman nama generik pada label obat
kuesioner. Jumlah sampel yang digunakan
(dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
dalam penelitian ini dihitung dengan
digantikan dengan Keputusan Menteri
menggunakan rumus Slovin, diperoleh 150
Kesehatan Menteri Kesehatan Republik
responden.
Cara
Indonesia No. 068/MENKES/SK/II/2006.
dilakukan
dengan
simple
sampling.
Subyek
penelitian
Akan
tetapi
persepsi
pasien
pengambilan
sampel
random
yang
terhadap obat generik di masa penerapan
digunakan dalam penelitian ini adalah
JKN ini dinilai oleh banyak pengamat
pasien
masih
yang
Muhammadiyah unit 1 Yogyakarta.
menyatakan bahwa masih ada persepsi
B. Tempat dan Waktu Penelitian
buruk,
salah
satunya
rawat
jalan
di
RS
PKU
yang salah tentang obat generik, yaitu obat
Penelitian ini dilakukan di RS PKU
generik dianggap sebagai obat murah
Muhammadiyah unit 1 Yogyakarta. Waktu
sehingga
penelitian dilaksanakan pada bulan Januari
mutunya
Kementerian
Persepsi
diragukan
Kesehatan
pasien
yang
RI,
(Binfar
2014).
2015-Februari 2015.
buruk terhadap
C. Analisis Data
obat generik dapat mengakibatkan sugesti
yang
buruk
sehingga
Analisis deskriptif digunakan untuk
mempengaruhi
mendeskripsikan persepsi pasien terhadap
pengalaman kesembuhan pasien (Waber
obat generik diinjau dari dimensi safety,
et al., 2008).
efficacy, dan acceptability berdasarkan
Tujuan penelitian ini adalah untuk
skor jawaban responden. Persepsi pasien
mengetahui persepsi pasien rawat jalan di
terhadap obat generik diinjau dari dimensi
RS
safety,
PKU
Muhammadiyah
unit
1
Yogyakarta terhadap kualitas obat generik
efficacy,
dan
acceptability
digolongkan ke dalam empat kategori
27
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1
yaitu sangat baik, baik, buruk, dan sangat
terhadap kualitas obat generik ditinjau dari
buruk.
dimensi safety dapat dilihat tabel 2.
Dimensi safety merupakan syarat
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
kualitas yang menyangkut keamanan obat
A. Analisis Deskriptif Persepsi Pasien
terhadap Kualitas Obat Generik
termasuk
efek
samping
yang
ditimbulkannya (Departemen Kesehatan
Persepsi pasien rawat jalan di RS
RI, 1983). Safety menurut konsumen
PKU Muhammadiyah unit 1 Yogyakarta
didefinisikan sebagai tingkat konsekuensi
terhadap kualitas obat generik dapat dilihat
atau resiko atas penggunaan obat, merujuk
pada tabel I.
kepada potensi adanya efek samping dan
kontraindikasi (Urbanus, 2013).
Berdasarkan
Tabel I. Persepsi Pasien Rawat Jalan di RS PKU
Muhammadiyah Unit 1 Yogyakarta terhadap Kualitas Obat
Generik
Persepsi Pasien terhadap
Kualitas Obat Generik
Sangat baik
Baik
Buruk
Sangat buruk
Jumlah
Persentase
11
113
26
0
7,3%
75,3%
17,3%
0%
diketahui
tabel
bahwasanya
II,
dapat
rata-rata
skor
jawaban responden terkait dimensi safety
adalah 3,02. Hal ini bermakna bahwasanya
kualitas obat generik dari dimensi safety
secara rata-rata dipersepsikan dengan baik
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwasanya
dari
150
responden,
persepsi
oleh responden. Pasien secara umum
pasien
percaya dengan safety obat generik. Skor
terhadap kualitas obat generik mayoritas
rata-rata jawaban responden dari dimensi
yaitu sebesar 113 responden (75,3%)
safety berdasarkan analisis data yang
tergolong baik. Secara umum baik dari
dimensi
safety,
efficacy,
dilakukan merupakan skor yang tertinggi
maupun
dibandingkan
acceptability mayoritas pasien memiliki
dengan
kedua
dimensi
lainnya, yaitu efficacy dan acceptability.
persepsi yang baik terhadap kualitas obat
Hal ini bermakna bahwa safety
generik.
merupakan
dimensi
kualitas
yang
dipersepsikan paling baik oleh pasien
B. Persepsi Pasien Rawat Jalan di RS
PKU
Muhammadiyah
Unit
1
Yogyakarta terhadap Kualitas Obat
Generik Ditinjau dari Dimensi Safety
dibandingkan dengan dimensi kualitas
lainnya.
Persepsi pasien rawat jalan di RS
PKU Muhammadiyah unit 1 Yogyakarta
28
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1
Tabel II. Distribusi Jawaban Responden tentang Persepsi
Pasien Rawat Jalan di RS PKU Muhammadiyah
Unit 1 Yogyakarta terhadap Kualitas Obat
Generik Ditinjau dari Dimensi Safety
Pernyataan
Label berisi informasi obat yang jelas
memastikan bahwa obat generik aman
digunakan ketika sampai di tangan saya
sebagai konsumen
Proses produksi obat generik mampu
memastikan bahwa obat generik aman dan
layak dikonsumsi ketika sampai di tangan
saya sebagai konsumen
Dibandingkan dengan obat branded, obat
generik memiliki efek samping yang lebih
banyak
Saya percaya keamanan obat generik
karena mencantumkan label yang lengkap
(nama obat/zat aktif, tanggal kadaluarsa,
indikasi, dosis/aturan pakai, nama &
alamat pabrik, no batch, dan no registrasi)
Proses distribusi obat generik mampu
memastikan bahwa obat generik aman dan
layak dikonsumsi ketika sampai di tangan
saya sebagai konsumen
Saya kurang yakin dengan keamanan obat
generik
Obat generik disetujui peredarannya oleh
BPOM sebagaimana obat branded di
Indonesia
Rata-rata Skor
Sub
dimensi
Label obat
n
2
STS
%
1,3%
n
4
%
2,7%
n
90
%
60,0%
n
54
%
36,0%
3,31
Keamanan
0
0%
10
6,7%
101
67,3%
39
26,0%
3,19
Efek
samping
9
6,0%
106
70,7%
31
20,7%
4
2,7%
2,80
Label obat
1
0,7%
17
11,3%
110
73,3%
22
14,7%
3,02
Keamanan
1
0,7%
12
8,0%
125
83,3%
12
8,0%
2,99
Keamanan
12
8,0%
121
80,7%
16
10,7%
1
0,7%
2,96
Keamanan
3
2,0%
20
13,3%
118
78,7%
9
6,0%
2,89
dan
responden
mulai
dari
obat
efficacy
pada
mampu
generik aman serta
yakin dengan keamanan obat generik.
Hasil
dan
penelitian
Excellus
(2007)
ini
sejalan
yang
dengan
menyatakan
bahwasanya mayoritas 90% responden
dilihat pada tabel 3 dan 4. Rata-rata skor
responden
generik
responden yaitu 121 (80,7%) menyatakan
yang
acceptability. Data selengkapnya dapat
jawaban
Rata-rata
pasien sebagai konsumen. Sebagian besar
tertinggi hingga yang terendah berturutsafety,
SS
layak dikonsumsi ketika sampai ditangan
obat generik berdasarkan rata-rata skor
yaitu
distribusi
memastikan bahwa
Persepsi pasien terhadap kualitas
turut
S
3,02
Keterangan:
STS: Sangat tidak setuju
TS : Tidak setuju
S : Setuju
SS : Sangat setuju
jawaban
TS
yakin bahwasanya obat generik sama
item-item
amannya dengan obat branded.
pernyataan dimensi safety menunjukkan
Mayoritas 118 (78,7%) responden
persepsi yang baik pasien terhadap kualitas
juga setuju bahwasanya obat generik
obat generik. Mayoritas responden yaitu
disetujui
101 (67,3%) dan 125 (83,3%) berturut-
peredarannya
oleh
Balai
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
turut menyatakan setuju proses produksi
sebagaimana obat branded di Indonesia.
Hasil
29
penelitian
ini
sejalan
dengan
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1
Excellus
(2007)
mayoritas
90%
bahwasanya
obat
yang
menyatakan
responden
generik
no batch, dan no registrasi. Label pada
setuju
produk farmasi mempunyai peran yang
disetujui
amat penting terutama untuk kepentingan
peredarannya oleh FDA (Food and Drug
dan
Administration)
obat
marketing tool. Salah satu aspek yang
branded. Terkait pernyataan ini, langkah
dinilai sebelum suatu obat diizinkan untuk
mudah yang dapat dilakukan pasien yaitu
boleh dipasarkan, adalah kelengkapan dan
melakukan pemeriksaan nomor registrasi
kebenaran informasi yang terdapat pada
yang tercantum pada kemasan ketika
label obat (Sampurno, 2011).
sebagaimana
keselamatan
konsumen
sekaligus
membeli atau menerima obat. Nomor
Pernyataan “label berisi informasi
registrasi merupakan nomor identitas yang
obat yang jelas memastikan bahwa obat
dikeluarkan oleh BPOM setelah proses
generik aman digunakan ketika sampai di
registrasi obat tersebut disetujui. Bila tidak
tangan
tercantum nomor registrasi, obat tersebut
berdasarkan
kemungkinan ilegal atau bahkan palsu.
responden yaitu 3,31. Berdasarkan survei
Nomor
dicantumkan
yang dilakukan, pada item pernyataan
sebagai tanda izin edar absah yang
tersebut diketahui mayoritas yaitu 90
diberikan oleh pemerintah pada setiap
responden (60,0%) menyatakan setuju.
registrasi
yang
saya
konsumen”
sebagai
rata-rata
skor
jawaban
kemasan obat dipersepsikan konsumen
Sejalan dengan hasil penelitian
sebagai bentuk pemastian bahwasanya
tersebut, item pernyataan terkait label obat
obat generik disetujui peredarannya oleh
yang lain yaitu pada pernyataan “saya
BPOM sebagaimana obat branded.
percaya keamanan obat generik karena
Item
dengan
skor
mencantumkan label yang lengkap (nama
persepsi
yang
obat/zat aktif, tanggal kadaluarsa, indikasi,
sangat baik terhadap kualitas obat generik,
dosis/aturan pakai, nama & alamat pabrik,
yaitu terkait label obat. Hampir semua
no batch, dan no registrasi)”, berdasarkan
informasi
yang
rata-rata skor jawaban responden yaitu
dibutuhkan oleh konsumen secara ilmiah
3,02. Berdasarkan survei yang dilakukan,
dapat ditemukan di label pada kemasan
pada
obat
diketahui mayoritas yaitu 110 responden
tertinggi
pernyataan
menunjukkan
keselamatan
(Urbanus,
2013).
obat
Label
obat
umumnya memuat informasi seperti nama
item
pernyataan
tersebut
juga
(73,3%) menyatakan setuju.
obat/zat aktif, tanggal kadaluarsa, indikasi,
Sebagian besar responden yang
dosis/aturan pakai, nama & alamat pabrik,
menyatakan
30
kesetujuan
dengan
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1
tercantumnya label yang lengkap dan jelas
cenderung hanya ketika mendapati efek
dalam pemastian keamanan obat, secara
samping saat mengonsumsi obat. Selain itu
tidak langsung menyiratkan bahwasanya
pada pasien dengan kondisi penyakit akut
konsumen memiliki minat yang baik
atau kronis, pasien yang merasa tidak
dalam mendapatkan informasi obat dari
mendapatkan pengobatan yang efektif, dan
label. Sementara itu, minoritas responden
pasien yang pada saat yang bersamaan
yang
mengonsumsi beberapa obat sekaligus.
menyatakan
ketidaksetujuannya
dengan tercantumnya label yang lengkap
Sejalan
dengan
laporan
secara
menyiratkan
menyatakan bahwasanya konsumen di
kelompok pasien dengan minimnya minat
beberapa negara berkembang memiliki
konsumen dalam mendapatkan informasi
trust terhadap dokter dan apoteker dalam
obat dari label.
penyedian obat yang berkualitas baik.
langsung
Minoritas
responden
et
tersebut,
dan jelas dalam pemastian keamanan obat
tidak
Syhakhang
hal
al.,
(2004)
ini
Kecenderungan tersebut pada kelompok
menggambarkan kelompok pasien yang
pasien ini juga karena mengingat sebagian
kecenderungannya memiliki trust yang
besar
tinggi dengan tenaga kesehatan baik itu
kesehatan baik itu dokter maupun apoteker
dokter maupun apoteker. Setiap obat yang
sebagai
diberikan oleh tenaga kesehatan oleh
mengenai obat-obatan.
responden
sumber
menjadikan
pengetahuan
tenaga
utama
pasien langsung dipercaya sebagai obat
Trust yang tinggi terhadap dokter
dengan kualitas yang baik dan pasien
dan apoteker di satu sisi memang positif,
merasa cukup dengan penjelasan informasi
tetapi seringkali dalam praktiknya tenaga
singkat dari tenaga kesehatan. Pasien
kesehatan baik itu dokter maupun apoteker
cenderung merasa kurang perlu untuk
tidak
memeriksa label yang berisi informasi
memberikan informasi mengenai obat
obat. Padahal label yang berisi informasi
yang akan digunakan oleh pasien yang
komprehensif mengenai informasi produk
bersangkutan.
obat
oleh
konsumen dalam mendapatkan informasi
(2013),
obat dari label secara mandiri menjadi hal
tersebut
konsumen.
pasien
perlu
Menurut
pada
menunjukkan
diketahui
Urbanus
kelompok
minoritas
minatnya
punya
ini
yang penting.
untuk
Minat
cukup
Oleh
waktu
sebab
konsumen
itu
untuk
minat
dalam
mendapatkan informasi obat dari label
mendapatkan informasi obat dari label
sebagai bentuk evaluasi keamanan obat
secara mandiri yang rendah tidak dapat
31
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1
sepenuhnya dipersalahkan kepada pasien
sebelumnya para dokter dan apoteker di
semata, informasi obat yang terdapat di
Amerika Serikat tidak punya cukup waktu
label
terlalu
untuk memberikan konseling mengenai
complicated bagi pasien awam sehingga
obat yang akan digunakan oleh pasien
pasien sangat malas untuk membacanya.
yang bersangkutan (Sampurno, 2011).
seringkali
dirasakan
Padahal label tersebut telah dipersiapkan
secara
serius
oleh
produsen
yang
Berbagai
temuan
yang
dilaporkan
Serikat
di
antara
lain
standar
dan
bersangkutan dan dievaluasi secara cermat
menyatakan
oleh Tim Evaluasi yang ada di Badan
regulasi terkait labelling obat merupakan
Regulatori Obat. Informasi yang ada dalam
akar
kemasan itu sebenarnya sangat bermanfaat
medication error. Dibutuhkan praktik
bagi pasien (Sampurno, 2011).
evidence-based yang seharusnya berperan
Menurut
laporan
penyebab
misunderstanding
dan
of
sebagai guide konten dan format labelling.
Medicine (IOM) Amerika Serikat tahun
Petunjuk penggunaan obat pada label
2006 yang bertopik Preventing Medication
sangat
Errors, disebutkan bahwa di Amerika
seharusnya ringkas serta jelas. Bahasa
Serikat setiap tahun terjadi lebih dari 1,5
yang digunakan harus distandarisasi untuk
juta kejadian efek samping obat lebih dari
meningkatkan pemahaman pasien guna
sepertiganya adalah pasien rawat jalan
pengobatan
yang
dengan nilai kerugian sekitar US$ 1 milyar
Labelling
obat seharusnya dipandang
tiap
tersebut
sebagai bagian sistem yang terintegrasi
menyatakan penyebab utamanya label obat
dari informasi pasien (Sampurno, 2011).
yang menyebabkan terjadinya kesalahan
Menurut Engel et al. (1995) harapan yang
medikasi (medication errors) dan Adverse
diciptakan oleh label cukup kuat untuk
Drug Event (ADEs) karena pasien tidak
mengubah persepsi konsumen atas produk.
tahunnya.
Institute
kurangnya
Amerika
Laporan
memahami dengan benar instruksi yang
penting
Item
untuk
pasien
efektif
pernyataan
dan
dengan
dan
aman.
skor
terdapat pada label obat. Oleh karena itu
terendah pada dimensi safety ditunjukkan
kemampuan pasien untuk mengerti dan
item terkait efek samping obat. Menurut
paham terhadap instruksi yang terdapat
definisi
pada
kritikal.
merupakan segala sesuatu khasiat yang
Disamping adanya fakta bahwa informasi
tidak diinginkan untuk tujuan terapi yang
yang ada pada label
kurang dipahami
dimaksudkan pada dosis yang dianjurkan.
oleh pasien, sebagaimana diungkapkan
Obat yang ideal bekerja secara selektif
label
adalah
sangat
32
WHO,
efek
samping
obat
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1
artinya hanya berkhasiat terhadap keluhan
yang sama oleh Al-Gedadi et al. (2008)
atau gangguan tertentu tanpa aktivitas lain.
menunjukkan persentase yang lebih tinggi,
Semakin selektif suatu obat terhadap target
yaitu 127 responden (31,2%) menyatakan
aksi
efek
bahwasanya obat generik lebih banyak
sampingnya dengan demikian semakin
efek samping dibandingkan dengan obat
aman obat tersebut (Tjay dan Rahardja,
branded. Hasil penelitian oleh Mainar dan
2002).
Arteida
tertentu,
semakin
kecil
(2012)
bahkan
menunjukkan
Pernyataan “dibandingkan dengan
persentase yang lebih tinggi dibandingkan
obat branded, obat generik memiliki efek
studi sebelumnya, yaitu 42,3% responden
samping yang lebih banyak”, berdasarkan
menyatakan bahwasanya obat generik
rata-rata skor jawaban responden yaitu
lebih banyak efek samping dibandingkan
2,80. Berdasarkan survei yang dilakukan,
dengan obat branded.
pada item pernyataan tersebut diketahui
C. Persepsi Pasien Rawat Jalan di RS
PKU
Muhammadiyah
Unit
1
Yogyakarta terhadap Kualitas Obat
Generik Ditinjau dari Dimensi
Efficacy
meski mayoritas responden menyatakan
setuju
tetapi
menunjukkan
persentasenya
70,7%.
hanya
Hal
ini
menggambarkan masih cukup banyaknya
Persepsi pasien rawat jalan di RS
pasien yang meragukan keamanan obat
PKU Muhammadiyah unit 1 Yogyakarta
generik ditinjau dari sisi efek samping
terhadap kualitas obat generik ditinjau dari
obat.
dimensi efficacy dapat dilihat tabel 3.
Akan tetapi penilaian ini juga
memungkinkan
Dimensi efficacy berarti obat yang
sebagai penilaian orang
berkualitas harus dapat memberikan efek
awam terhadap efek samping obat. Jika
tidak
jantung
ada
keluhan-keluhan
berdebar-debar,
terapi yang diinginkan sesuai dengan
misalnya
mulut
indikasi
terasa
(Departemen
kering, dan mual sebelum minum obat
kemungkinan
besar
pasien
dasarnya
tidak
mudah
telah
Kesehatan
ditentukan
RI,
1983).
Efficacy merupakan respon maksimal yang
memang
dihasilkan suatu obat. Efficacy menurut
mengalami efek samping obat. Akan tetapi
pada
yang
konsumen didefinisikan sebagai potensi
untuk
obat untuk menyembuhkan penyakit atau
membedakan apakah hal tersebut suatu
meredakan gejala penyakit (Syhakhang et
efek samping atau gejala penyakit lain
al., 2004).
pasien, apalagi jika hal tersebut secara
bersamaan. Hasil penelitian terkait hal
33
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1
Berdasarkan
dapat
tersebut, sebagian besar responden yaitu
skor
100 responden (66,7%) juga menyatakan
jawaban responden terkait dimensi efficacy
bahwasanya obat generik memberikan
adalah 2,75. Hal ini bermakna bahwasanya
hasil
kualitas obat generik dari dimensi efficacy
menyembuhkan masalah kesehatan yang
secara rata-rata dipersepsikan dengan baik
dialami. Item pernyataan dengan skor
oleh responden.
tertinggi ditunjukkan pernyataan
diketahui
tabel
bahwasanya
3,
rata-rata
yang
memuaskan
dalam
Tabel III. Distribusi Jawaban Responden tentang Persepsi
Pasien Rawat Jalan di RS PKU Muhammadiyah
Unit 1 Yogyakarta terhadap Kualitas Obat Generik
Ditinjau dari Dimensi Efficacy
Pernyataan
Dibandingkan dengan obat
branded,
obat
generik
bekerja kurang efektif
Obat generik merupakan
obat yang manjur dan ampuh
untuk mengobati gangguan
kesehatan yang saya alami
Dibandingkan dengan obat
branded, bagi saya obat
generik membutuhkan waktu
yang lebih lama untuk
memberikan efek yang saya
inginkan
Obat generik memberikan
hasil
yang
memuaskan
dalam
menyembuhkan
masalah kesehatan yang saya
alami
Rata-rata Skor
Sub dimensi
STS
TS
Kemanjuran
%
81,3%
n
14
%
9,3%
n
0
%
0%
3,00
Kemanjuran
8
5,3%
30
20,0%
101
67,3%
11
7,3%
2,77
Onset obat
4
2,7%
88
58,7%
45
30,0%
13
8,7%
2,55
Kemanjuran
8
5,3%
38
25,3%
100
66,7%
4
2,7%
2,67
2,75
“dibandingkan dengan obat branded, obat
generik kurang efektif”, berdasarkan ratarata skor jawaban responden yaitu 3,00.
Berdasarkan survei yang dilakukan, pada
pada item-item pernyataan
efficacy
Rata-rata
N
122
Seluruh rata-rata skor jawaban
dimensi
SS
%
9,3%
Keterangan:
STS: Sangat tidak setuju
TS : Tidak setuju
S : Setuju
SS : Sangat setuju
responden
S
n
14
juga
item
menunjukkan
pernyataan
tersebut
diketahui
persepsi yang baik pasien terhadap kualitas
mayoritas responden yaitu 122 (81,3%)
obat generik. Hal ini secara umum
menyatakan tidak setuju.
bermakna pasien percaya dengan efficacy
Menurut sebuah studi di bagian
obat generik. Mayoritas responden yaitu
utara New York yang melibatkan 2003
101 responden (67,3%) menyatakan setuju
responden oleh Excellus (2007), mayoritas
bahwasanya obat generik merupakan obat
83% responden setuju obat generik sama
yang manjur dan ampuh untuk mengobati
efektifnya dengan obat branded. Studi oleh
gangguan kesehatan. Sejalan dengan hal
Igbinovia (2007) menunjukkan hal yang
34
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1
sama, mayoritas reponden yaitu 55%
generik
dan
obat
branded
generik
responden menyatakan bahwasnya obat
kemungkinan sama dan kemungkinan juga
generik sama efektifnya dengan obat
berbeda. Hal ini tidak dapat terlepas dari
branded. Demikian juga dengan hasil
beragam faktor yang mempengaruhinya
penelitian oleh Shrank et al. (2009) yang
salah satunya zat tambahan obat misalnya
menunjukkan minoritas responden setuju
zat pengisi, pembawa, dan penghancur
bahwasanya obat branded lebih efektif
(IAI Bali, 2013).
dibandingkan dengan obat generik.
Onset merupakan kecepatan obat
D. Persepsi Pasien Rawat Jalan di RS
PKU
Muhammadiyah
Unit
1
Yogyakarta terhadap Kualitas Obat
Generik Ditinjau dari Dimensi
Acceptability
untuk mendapatkan efek terapi, waktu obat
dikonsumsi sampai menimbulkan efek
terapi.
Item
pernyataan
dengan
terendah ditunjukkan item terkait
skor
onset
Persepsi pasien rawat jalan di RS
obat. Pernyataan “dibandingkan dengan
PKU Muhammadiyah unit 1 Yogyakarta
obat branded, bagi saya obat generik
terhadap kualitas obat generik ditinjau dari
membutuhkan waktu yang lebih lama
untuk
memberikan
inginkan”,
efek
berdasarkan
yang
saya
rata-rata
skor
dimensi acceptability dapat dilihat pada
tabel 4.
Dimensi acceptability berarti obat
jawaban responden yaitu 2,55.
yang berkualitas harus dapat diterima oleh
Berdasarkan survei yang dilakukan,
konsumen.
pada item pernyataan tersebut diketahui
kemasan yang menarik serta sesuai dengan
(58,7%) menyatakan tidak setuju. Terkait
keinginan
hal ini, hasil penelitian oleh Mainar dan
dibandingkan
waktu
obat
yang
sama
branded
untuk
satisfaction)
(Departemen
Kesehatan
RI,
Acceptability
keinginan
1983)
obat
untuk
konsumen.
memenuhi
Acceptability
merupakan tingkat kepuasan konsumen
membutuhkan beragam parameter dan
menjelaskan
dapat
(costumer
performansi
Onset obat pada faktanya masih
yang
sehingga
menurut konsumen didefinisikan sebagai
memberikan efek yang diinginkan.
pengujian
konsumen
memberikan kepuasan kepada konsumen
36,1%
pasien menyatakan setuju obat generik
membutuhkan
menyangkut
bentuk sediaan obat, warna, rasa, dan
mayoritas responden yaitu 88 responden
Arteida (2012) menunjukkan
Acceptability
terhadap
serta
obat
(Urbanus,
2013).
Berdasarkan tabel IV, dapat diketahui
membuktikan hal tersebut. Onset obat
35
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1
bahwasanya
rata-rata
skor
jawaban
menunjukkan persepsi buruk terhadap
responden terkait dimensi acceptability
kualitas
adalah 2,73. Hal ini bermakna bahwasanya
tampilan obat.
kualitas
obat
generik
dari
dimensi
obat
generik,
Secara
yaitu
tradisional
terkait
kemasan
acceptability secara rata-rata dipersepsikan
dimaknai untuk mewadahi dan melindungi
dengan baik oleh responden.
produk (Sampurno, 2011). Pernyataan
Tabel IV. Distribusi Jawaban Responden tentang Persepsi
Pasien Rawat Jalan di RS PKU Muhammadiyah
Unit 1 Yogyakarta terhadap Kualitas Obat
Generik Ditinjau dari Dimensi Acceptability
“obat generik memiliki kemasan yang
Pernyataan
Sub dimensi
Obat generik memiliki warna
yang meyakinkan bagi saya
sebagai konsumen
Saya enggan menggunakan
obat generik karena rasanya
tidak enak
Obat generik memiliki bentuk
yang meyakinkan bagi saya
sebagai konsumen
Obat
generik
memiliki
kemasan yang meyakinkan
bagi saya sebagai konsumen
Tampilan obat generik kurang
menarik bagi saya
Rata-rata Skor
meyakinkan bagi saya sebagai konsumen”,
Warna
%
0%
n
37
%
24,7%
n
110
%
73,3%
n
3
SS
%
2,0%
Rata-rata
n
0
STS
TS
S
Rasa
11
7,3%
117
78,0%
22
14,7%
0
0%
2,93
Bentuk
0
0%
17
11,3%
131
87,3%
2
1,3%
2,90
Kemasan
11
7,3%
29
19,3%
107
71,3%
3
2,0%
2,68
Tampilan
5
3,3%
55
36,7%
81
54,0%
9
6,0%
2,37
2,77
2,73
berdasarkan
rata-rata
skor
jawaban
Rata-rata skor jawaban responden pada
responden yaitu 2,68. Berdasarkan survei
item-item pernyataan dimensi acceptability
yang dilakukan, pada item pernyataan
menunjukkan persepsi yang baik pasien
tersebut diketahui mayoritas yaitu 107
terhadap kualitas obat generik. Mayoritas
responden (71,3%) menyatakan setuju.
responden yaitu 110 (73,3%) dan 131
Dapat dinyatakan fungsi kemasan yang
(87,3%) berturut-turut menyatakan setuju
secara
bahwasanya obat generik memiliki warna
mewadahi dan melindungi produk dengan
dan bentuk yang meyakinkan bagi pasien
demikian telah terpenuhi dengan baik
sebagai
menurut persepsi responden.
konsumen.
Sebagian
besar
responden yaitu 117 (78,7%) menyatakan
ketidakengganan
dimaknai
untuk
Akan tetapi, lebih dari sekedar
obat
fungsi kemasan yang secara tradisonal
generik karena rasanya. Akan tetapi
yang dimaknai untuk mewadahi dan
berbeda dengan dimensi kualitas obat
melindungi
lainnya,
acceptability
memiliki banyak fungsi untuk memberi
diketahui terdapat item pernyataan yang
nilai tambah bagi attractiveness produk
pada
menggunakan
tradisional
dimensi
36
produk;
kemasan
juga
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1
dengan desain warna yang menarik serta
kadang mendapatkan obat tanpa identitas
deskripsi
nama obat sama sekali (Urbanus, 2013).
produk yang elegan sehingga
mengundang orang untuk membeli dan
menggunakannya
(Sampurno,
Terkait tampilan obat generik yang
2011).
sangat sederhana ini, Direktur Jenderal
(1993)
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan,
produk yang kemasannya dirancang untuk
Dra. Maura Linda Sitanggang, Apt., Ph.D
memperbaiki produknya dan merangsang
menyatakan bahwasanya tampilan obat
pelanggan sehingga menambah customer
generik merupakan salah satu faktor
satisfaction.
penting yang menentukan keinginan pasien
Menurut Hague dan
Jika
Jackson
kemasan
membuat
produk itu lebih menarik, kemasan itu
untuk
memberinya nilai tambah. Menurut Peter
kemasan yang berupa botol-botol besar
dan Olson (2000) warna kemasan bahkan
yang berisi obat dalam jumlah besar
juga dianggap memiliki dampak yang
seharusnya sudah ditiadakan. Jika obat
penting terhadap afeksi, kognisi, dan
branded generic atau paten dikemas dalam
perilaku konsumen. Dampak ini lebih dari
bentuk strip, maka obat generik seharusnya
sekedar
juga demikian. Tampilan
menarik
perhatian
konsumen
memilihnya.
obat generik
perlu
menarik perhatian.
demikian diharapkan citra obat generik
dengan
hal
tersebut,
responden
yaitu
dengan
(Kartika, 2013).
menarik bagi saya” berdasarkan rata-rata
jawaban
menarik,
akan menjadi lebih baik di masyarakat
pernyataan “tampilan obat generik kurang
skor
lebih
tampilan
dengan cara menggunakan warna yang
Terkait
dibuat
Bentuk
Hasil studi terdahulu oleh Urbanus
2,37.
(2013) bahkan menyebutkan kemasan obat
Berdasarkan survei yang dilakukan, pada
generik
item
diketahui
menyebabkan konsumen meragukan safety
mayoritas responden yaitu 81 (54,0%)
dan efficacy obat. Akan tetapi, hal ini tidak
menyatakan setuju. Obat branded generic
tergambar dalam pelaksanaan penelitian
tampilan kemasannya berwarna-warni dan
ini. Meskipun berdasarkan survei yang
menarik konsumen. Dibandingkan dengan
dilakukan persepsi tentang tampilan dan
obat branded generic, tampilan obat
kemasan (desain) obat generik termasuk
generik sangat sederhana. Obat generik
kategori buruk responden tetap memiliki
dalam praktiknya seringkali diserahkan ke
persepsi yang baik terhadap kualitas obat
pasien tanpa kemasan. Konsumen bahkan
generik ditinjau dari dimensi safety dan
pernyataan
tersebut
37
yang
sangat
sederhana
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1
efficacy
obat.
Kemasan
di-pasaran/ Diakses tanggal 12
Agustus 2014
Departemen
Kesehatan
RI,
1983.
Kebijakan
Obat
Nasional.
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Engel, J.F., Blackweel, R.D., dan Miniard,
P.W., 1995. Perilaku Konsumen.
Binarupa Aksara, Jakarta.
Excellus. 2007. Survey of Consumer
AttitudesToward Generic Drugs.
Excellus Blue Cross Blue Shield. 1–
22.
Firth, J.D. 2001. Scientific Background of
Medicine 2: Medical Masterclass.
Royal college of physicians, London.
Hague, P. dan Jackson, P., 1993. Riset
Pemasaran Dalam Praktik. Pustaka
Binaman Pressindo, Jakarta.
IAI Bali. 2013. Salah Persepsi Obat Paten
dan
Obat
Generik
<http://www.ikatanapotekerindonesi
abali.com/main/index.php/berita/beri
ta-terbaru/86-salah-persepsi-obatpaten-dan-obat-generik//>. Diakses
pada 23 Maret 2015
Igbinovia, M.E.. 2007. The Perceived
Benefits of Generic Versus Branded
Medicines. Tesis. Pretoria.
Jakarta Post. 2010. Distrust Keeps Generic
Drug Use Low. Jakarta Post edisi 3
Agustus 2010.
Kartika, U., 2013. Cerdas Pilih Obat
Generik Sukseskan JKN 2014,
diakses
pada
27Januari2015<http://health.kompas.
com/read/2013/12/29/2046228/Cerd
as.Pilih.Obat.Generik.Sukseskan.JK
N.2014>.
Mainar, A.S. dan Arteida, N., 2012.
Physicians’ and Patients’ Opinions
on The Use of Generic Drugs. J
Pharmacol Pharmacother, 3 (3):
268–270.
Peter, J.P. dan Olson, J.C., 2000.
Consumer
Behavior
Perilaku
Konsumen Dan Strategi Pemasaran.
Erlangga, Jakarta.
obat
generik sebagai indikator oleh pasien
dalam melakukan penilaian kualitas obat
generik juga sesuai dengan studi oleh
Babar et al. (2010).
IV.
KESIMPULAN
Kesimpulan
yang
didapat
berdasarkan penelitian yang dilakukan
adalah persepsi pasien rawat jalan RS PKU
Muhammadiyah
Unit
1
Yogyakarta
terhadap kualitas obat generik ditinjau dari
dimensi safety, efficacy, dan acceptability
secara umum baik.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Gedadi, N.A., Hassali, M.A., dan
Shafie, A.A., 2008. A pilot survey
on perceptions and knowledge of
generic medicines amongconsumers
in Penang Malaysia. Pharmacy
Practice, 6 (2): 93–97.
Anonim. 2012. Peraturan Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor 40 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Jaminan
Kesehatan Masyarakat. Kementerian
Kesehatan Republik
Indonesia,
Jakarta
Babar, Z.U.D., Stewart, J., Reddy, S.,
Alzaher, W., Vareed, P., Yacoub, N.,
2010. An Evaluation of Consumers’
Knowledge,
Perceptions,
and
Attitudes
Regarding
Generic
Medicines in Auckland. Pharm
World Sci, 32, 440–448.
Binfar Kementerian Kesehatan RI. 2014.
Wawancara
RCTI
tentang
Peredaran Obat Generik di Pasaran.
http://www.binfar.org/wawancararcti-tentang-peredaran-obat-generik38
Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39
Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin
ISBN: 978-602-73121-1-1
Priyambodo, B. 2007. Manajemen
Farmasi Industri. Global Pustaka
Utama, Yogyakarta.
Sampurno, 2011. Manajemen Pemasaran
Farmasi. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Shrank, W.H., Cox, E., Fischer, M.A.,
Mehta, J., dan Choudhry, N.K..
2009. Patients’ Perceptions Of
Generic Medications. Health Aff
(Millwood). Vol. 28 (2): 546–556.
Syhakhang, L., Freudenthal, S., Tomson,
G., dan Wahlstrom, R., 2004.
Knowledge and Perception of Drug
Quality among Drugs Seller and
Consumers in Lao PDR. Health
Policy and Planning, 19 (6): 391–
401.
Syhakhang, L., Freudenthal, S., Tomson,
G., dan Wahlstrom, R.. 2004.
Knowledge and Perception of Drug
Quality among Drugs Seller and
Consumers in Lao PDR. Health
Policy and Planning. Vol. 19 (6):
391–401.
Tjay, T. dan Rahardja, K., 2002. ObatObat Penting: Khasiat, Penggunaan,
Dan Efek-Efek Sampingnya. Elex
Media Komputindo, Jakarta.
Urbanus, C.B., 2013. 'Price and Brand
Name as Indicators of Quality
Dimensions for Generic Drugs',
Tesis,
MM, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Waber, R.L., Shiv, B., dan Carmon, Z.
2008. Commercial
features of
placebo and therapeutic efficacy.
JAMA, Vol. (9): 1016–1
39
Download