Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39 Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin ISBN: 978-602-73121-1-1 Persepsi Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Unit 1 Yogyakarta terhadap Kualitas Obat Generik Ditinjau dari Dimensi Safety, Efficacy, dan Acceptability *Nurul Mardiati1, Sampurno2, Chairun Wiedyaningsih3 1 Sekolah Tinggi Farmasi Borneo Lestari, Banjarbaru 2 Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta 3 Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta *Email: [email protected] ABSTRAK Roadmap upaya peningkatan penggunaan obat generik sebenarnya sudah dilakukan pemerintah jauh sebelum resmi memberlakukan skema Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Akan tetapi persepsi pasien terhadap obat generik di masa penerapan JKN ini dinilai oleh banyak pengamat masih buruk. Obat generik masih dianggap sebagai obat murah sehingga mutunya diragukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi pasien terhadap kualitas obat generik ditinjau dari dimensi safety, efficacy, dan acceptability. Rancangan penelitian ini adalah penelitian deskriptif-analitik dengan pendekatan kuantitatif, desain survey cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 150 responden. Alat penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Analisis data yaitu analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi pasien terhadap kualitas obat generik mayoritas tergolong baik yaitu sebesar 113 responden (75,3%). Rata-rata skor mulai dari yang terbesar berturut-turut safety (3,02); efficacy (2,75); dan acceptability (2,73). Seluruh rata-rata skor jawaban responden pada item-item pernyataan dimensi safety, efficacy, dan acceptability menunjukkan persepsi yang baik pasien terhadap kualitas obat generik. Kata kunci: Persepsi Pasien, Kualitas, Obat Generik ABSTRACT Roadmap for improving the use of generik drugs actually has been done long before the government commit officially JKN scheme. However, the patient's perception of generik drugs is still bad in JKN era by considering many observers. Generic drugs are still regarded as a cheap drug so its quality is doubtful.This study was conducted to determine the patient’s perception about quality of generik drugs which was studied based on safety, efficacy, and acceptability dimensions. The design of this research is descriptive-analytic study with a quantitative approach, cross-sectional survey. The sample size was 150 respondents. Research of tools used was questionnaire. Data analysis was descriptive test. The results of the research showed that the majority of patients (75,3%) have good perception to the quality of generic drugs. Average score from the largest sequentially safety (3,02), efficacy (2,75), and acceptability (2,73). All of average score of respondents' answers on items safety, efficacy, and acceptability dimensions showed good perception of patients on the quality of generic drugs. Keywords: Patient’s perception, Quality, Generik drug 25 Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39 Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin ISBN: 978-602-73121-1-1 2012). Salah I. PENDAHULUAN Semua warga negara berhak atas satu implikasi yang diharapkan dari kebijakan tersebut adalah kesehatannya termasuk masyarakat miskin. meningkatnya penggunaan obat generik. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem Mayoritas konsumen Indonesia yang mengatur pelaksanaan bagi upaya menganggap obat generik sebagai obat pemenuhan hak warga negara untuk tetap berkualitas rendah dengan harga rendah hidup sehat dengan mengutamakan pada (Jakarta Post, 2010). Persepsi tersebut pelayanan kesehatan bagi masyarakat. pada dasarnya tidak benar sebab industri Sebagaimana diamanatkan konstitusi dan farmasi merupakan salah satu industri Undang-undang Republik Indonesia No. yang regulasinya paling ketat. Pemerintah 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan menerapkan standar manufaktur nasional Sosial Nasional, dalam rangka memenuhi ketat yang dikenal sebagai CPOB (Cara hak masyarakat memasuki tahun 2014 Pembuatan Obat yang Baik) atau c-GMP pemerintah resmi (Current Good Manufacturing Practice) menggulirkan skema Jaminan Kesehatan (Priyambodo, 2007). Setiap obat baik obat Nasional (JKN). generik maupun obat branded generik dan Sistem menciptakan telah secara jaminan ini perubahan mendasar akan paten harus memenuhi standar kualitas di sebelum diluncurkan ke pasar. Dimensi bidang sistem jaminan kesehatan seperti kualitas penataan menggunakan dimensi yang sesuai dengan standardisasi pelayanan, obat dimensi dan penggunaan obat yang seluruh dunia oleh pemerintah dalam berdampak pada kendali mutu dan kendali menilai kualitas obat. Pemerintah di biaya. Upaya-upaya tersebut pada aspek seluruh dunia menilai kelayakan obat yang pelayanan obat sendiri, maka seluruh diluncurkan ke pasar berdasarkan pada fasilitas kesehatan diwajibkan mengacu safety, efficacy, dan acceptability (Firth, pada Formularium 2001). Nasional (Fornas). Obat-obatan dalam Fornas ini sebagian Roadmap upaya digunakan di meningkatkan besar merupakan obat generik. Hal ini penggunaan berkaitan dengan keputusan pemerintah sudah dilakukan pemerintah jauh sebelum agar obat resmi menggulirkan skema JKN, dimulai generik karena obat generik berkhasiat dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri baik dengan harga ekonomis (Anonim, Kesehatan No. 085/Menkes/PER/I/1989 dibudayakan penggunaan 26 obat yang konsumen standardisasi tarif, penataan formularium, rasional kualitas menurut generik sebenarnya Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39 Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin ISBN: 978-602-73121-1-1 tentang Kewajiban Menuliskan Resep ditinjau dari dimensi safety, efficacy, dan dan/atau Menggunakan Obat Generik di acceptability. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah (dicabut dan dinyatakan tidak berlaku digantikan dengan Kesehatan Republik Peraturan II. METODE PENELITIAN Menteri Indonesia A. Jenis Penelitian No. Rancangan penelitian ini adalah HK.02.02/MENKES/068/I/2010). penelitian Demikian pula dengan dikeluarkannya pendekatan kuantitatif, desain survey cross Peraturan sectional. Alat yang digunakan dalam Menteri Kesehatan 988/MENKES/SKNIII/2004 No. tentang deskriptif-analitik pelaksanaan penelitian dengan ini adalah pencantuman nama generik pada label obat kuesioner. Jumlah sampel yang digunakan (dicabut dan dinyatakan tidak berlaku dalam penelitian ini dihitung dengan digantikan dengan Keputusan Menteri menggunakan rumus Slovin, diperoleh 150 Kesehatan Menteri Kesehatan Republik responden. Cara Indonesia No. 068/MENKES/SK/II/2006. dilakukan dengan simple sampling. Subyek penelitian Akan tetapi persepsi pasien pengambilan sampel random yang terhadap obat generik di masa penerapan digunakan dalam penelitian ini adalah JKN ini dinilai oleh banyak pengamat pasien masih yang Muhammadiyah unit 1 Yogyakarta. menyatakan bahwa masih ada persepsi B. Tempat dan Waktu Penelitian buruk, salah satunya rawat jalan di RS PKU yang salah tentang obat generik, yaitu obat Penelitian ini dilakukan di RS PKU generik dianggap sebagai obat murah Muhammadiyah unit 1 Yogyakarta. Waktu sehingga penelitian dilaksanakan pada bulan Januari mutunya Kementerian Persepsi diragukan Kesehatan pasien yang RI, (Binfar 2014). 2015-Februari 2015. buruk terhadap C. Analisis Data obat generik dapat mengakibatkan sugesti yang buruk sehingga Analisis deskriptif digunakan untuk mempengaruhi mendeskripsikan persepsi pasien terhadap pengalaman kesembuhan pasien (Waber obat generik diinjau dari dimensi safety, et al., 2008). efficacy, dan acceptability berdasarkan Tujuan penelitian ini adalah untuk skor jawaban responden. Persepsi pasien mengetahui persepsi pasien rawat jalan di terhadap obat generik diinjau dari dimensi RS safety, PKU Muhammadiyah unit 1 Yogyakarta terhadap kualitas obat generik efficacy, dan acceptability digolongkan ke dalam empat kategori 27 Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39 Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin ISBN: 978-602-73121-1-1 yaitu sangat baik, baik, buruk, dan sangat terhadap kualitas obat generik ditinjau dari buruk. dimensi safety dapat dilihat tabel 2. Dimensi safety merupakan syarat III. HASIL DAN PEMBAHASAN kualitas yang menyangkut keamanan obat A. Analisis Deskriptif Persepsi Pasien terhadap Kualitas Obat Generik termasuk efek samping yang ditimbulkannya (Departemen Kesehatan Persepsi pasien rawat jalan di RS RI, 1983). Safety menurut konsumen PKU Muhammadiyah unit 1 Yogyakarta didefinisikan sebagai tingkat konsekuensi terhadap kualitas obat generik dapat dilihat atau resiko atas penggunaan obat, merujuk pada tabel I. kepada potensi adanya efek samping dan kontraindikasi (Urbanus, 2013). Berdasarkan Tabel I. Persepsi Pasien Rawat Jalan di RS PKU Muhammadiyah Unit 1 Yogyakarta terhadap Kualitas Obat Generik Persepsi Pasien terhadap Kualitas Obat Generik Sangat baik Baik Buruk Sangat buruk Jumlah Persentase 11 113 26 0 7,3% 75,3% 17,3% 0% diketahui tabel bahwasanya II, dapat rata-rata skor jawaban responden terkait dimensi safety adalah 3,02. Hal ini bermakna bahwasanya kualitas obat generik dari dimensi safety secara rata-rata dipersepsikan dengan baik Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwasanya dari 150 responden, persepsi oleh responden. Pasien secara umum pasien percaya dengan safety obat generik. Skor terhadap kualitas obat generik mayoritas rata-rata jawaban responden dari dimensi yaitu sebesar 113 responden (75,3%) safety berdasarkan analisis data yang tergolong baik. Secara umum baik dari dimensi safety, efficacy, dilakukan merupakan skor yang tertinggi maupun dibandingkan acceptability mayoritas pasien memiliki dengan kedua dimensi lainnya, yaitu efficacy dan acceptability. persepsi yang baik terhadap kualitas obat Hal ini bermakna bahwa safety generik. merupakan dimensi kualitas yang dipersepsikan paling baik oleh pasien B. Persepsi Pasien Rawat Jalan di RS PKU Muhammadiyah Unit 1 Yogyakarta terhadap Kualitas Obat Generik Ditinjau dari Dimensi Safety dibandingkan dengan dimensi kualitas lainnya. Persepsi pasien rawat jalan di RS PKU Muhammadiyah unit 1 Yogyakarta 28 Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39 Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin ISBN: 978-602-73121-1-1 Tabel II. Distribusi Jawaban Responden tentang Persepsi Pasien Rawat Jalan di RS PKU Muhammadiyah Unit 1 Yogyakarta terhadap Kualitas Obat Generik Ditinjau dari Dimensi Safety Pernyataan Label berisi informasi obat yang jelas memastikan bahwa obat generik aman digunakan ketika sampai di tangan saya sebagai konsumen Proses produksi obat generik mampu memastikan bahwa obat generik aman dan layak dikonsumsi ketika sampai di tangan saya sebagai konsumen Dibandingkan dengan obat branded, obat generik memiliki efek samping yang lebih banyak Saya percaya keamanan obat generik karena mencantumkan label yang lengkap (nama obat/zat aktif, tanggal kadaluarsa, indikasi, dosis/aturan pakai, nama & alamat pabrik, no batch, dan no registrasi) Proses distribusi obat generik mampu memastikan bahwa obat generik aman dan layak dikonsumsi ketika sampai di tangan saya sebagai konsumen Saya kurang yakin dengan keamanan obat generik Obat generik disetujui peredarannya oleh BPOM sebagaimana obat branded di Indonesia Rata-rata Skor Sub dimensi Label obat n 2 STS % 1,3% n 4 % 2,7% n 90 % 60,0% n 54 % 36,0% 3,31 Keamanan 0 0% 10 6,7% 101 67,3% 39 26,0% 3,19 Efek samping 9 6,0% 106 70,7% 31 20,7% 4 2,7% 2,80 Label obat 1 0,7% 17 11,3% 110 73,3% 22 14,7% 3,02 Keamanan 1 0,7% 12 8,0% 125 83,3% 12 8,0% 2,99 Keamanan 12 8,0% 121 80,7% 16 10,7% 1 0,7% 2,96 Keamanan 3 2,0% 20 13,3% 118 78,7% 9 6,0% 2,89 dan responden mulai dari obat efficacy pada mampu generik aman serta yakin dengan keamanan obat generik. Hasil dan penelitian Excellus (2007) ini sejalan yang dengan menyatakan bahwasanya mayoritas 90% responden dilihat pada tabel 3 dan 4. Rata-rata skor responden generik responden yaitu 121 (80,7%) menyatakan yang acceptability. Data selengkapnya dapat jawaban Rata-rata pasien sebagai konsumen. Sebagian besar tertinggi hingga yang terendah berturutsafety, SS layak dikonsumsi ketika sampai ditangan obat generik berdasarkan rata-rata skor yaitu distribusi memastikan bahwa Persepsi pasien terhadap kualitas turut S 3,02 Keterangan: STS: Sangat tidak setuju TS : Tidak setuju S : Setuju SS : Sangat setuju jawaban TS yakin bahwasanya obat generik sama item-item amannya dengan obat branded. pernyataan dimensi safety menunjukkan Mayoritas 118 (78,7%) responden persepsi yang baik pasien terhadap kualitas juga setuju bahwasanya obat generik obat generik. Mayoritas responden yaitu disetujui 101 (67,3%) dan 125 (83,3%) berturut- peredarannya oleh Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) turut menyatakan setuju proses produksi sebagaimana obat branded di Indonesia. Hasil 29 penelitian ini sejalan dengan Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39 Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin ISBN: 978-602-73121-1-1 Excellus (2007) mayoritas 90% bahwasanya obat yang menyatakan responden generik no batch, dan no registrasi. Label pada setuju produk farmasi mempunyai peran yang disetujui amat penting terutama untuk kepentingan peredarannya oleh FDA (Food and Drug dan Administration) obat marketing tool. Salah satu aspek yang branded. Terkait pernyataan ini, langkah dinilai sebelum suatu obat diizinkan untuk mudah yang dapat dilakukan pasien yaitu boleh dipasarkan, adalah kelengkapan dan melakukan pemeriksaan nomor registrasi kebenaran informasi yang terdapat pada yang tercantum pada kemasan ketika label obat (Sampurno, 2011). sebagaimana keselamatan konsumen sekaligus membeli atau menerima obat. Nomor Pernyataan “label berisi informasi registrasi merupakan nomor identitas yang obat yang jelas memastikan bahwa obat dikeluarkan oleh BPOM setelah proses generik aman digunakan ketika sampai di registrasi obat tersebut disetujui. Bila tidak tangan tercantum nomor registrasi, obat tersebut berdasarkan kemungkinan ilegal atau bahkan palsu. responden yaitu 3,31. Berdasarkan survei Nomor dicantumkan yang dilakukan, pada item pernyataan sebagai tanda izin edar absah yang tersebut diketahui mayoritas yaitu 90 diberikan oleh pemerintah pada setiap responden (60,0%) menyatakan setuju. registrasi yang saya konsumen” sebagai rata-rata skor jawaban kemasan obat dipersepsikan konsumen Sejalan dengan hasil penelitian sebagai bentuk pemastian bahwasanya tersebut, item pernyataan terkait label obat obat generik disetujui peredarannya oleh yang lain yaitu pada pernyataan “saya BPOM sebagaimana obat branded. percaya keamanan obat generik karena Item dengan skor mencantumkan label yang lengkap (nama persepsi yang obat/zat aktif, tanggal kadaluarsa, indikasi, sangat baik terhadap kualitas obat generik, dosis/aturan pakai, nama & alamat pabrik, yaitu terkait label obat. Hampir semua no batch, dan no registrasi)”, berdasarkan informasi yang rata-rata skor jawaban responden yaitu dibutuhkan oleh konsumen secara ilmiah 3,02. Berdasarkan survei yang dilakukan, dapat ditemukan di label pada kemasan pada obat diketahui mayoritas yaitu 110 responden tertinggi pernyataan menunjukkan keselamatan (Urbanus, 2013). obat Label obat umumnya memuat informasi seperti nama item pernyataan tersebut juga (73,3%) menyatakan setuju. obat/zat aktif, tanggal kadaluarsa, indikasi, Sebagian besar responden yang dosis/aturan pakai, nama & alamat pabrik, menyatakan 30 kesetujuan dengan Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39 Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin ISBN: 978-602-73121-1-1 tercantumnya label yang lengkap dan jelas cenderung hanya ketika mendapati efek dalam pemastian keamanan obat, secara samping saat mengonsumsi obat. Selain itu tidak langsung menyiratkan bahwasanya pada pasien dengan kondisi penyakit akut konsumen memiliki minat yang baik atau kronis, pasien yang merasa tidak dalam mendapatkan informasi obat dari mendapatkan pengobatan yang efektif, dan label. Sementara itu, minoritas responden pasien yang pada saat yang bersamaan yang mengonsumsi beberapa obat sekaligus. menyatakan ketidaksetujuannya dengan tercantumnya label yang lengkap Sejalan dengan laporan secara menyiratkan menyatakan bahwasanya konsumen di kelompok pasien dengan minimnya minat beberapa negara berkembang memiliki konsumen dalam mendapatkan informasi trust terhadap dokter dan apoteker dalam obat dari label. penyedian obat yang berkualitas baik. langsung Minoritas responden et tersebut, dan jelas dalam pemastian keamanan obat tidak Syhakhang hal al., (2004) ini Kecenderungan tersebut pada kelompok menggambarkan kelompok pasien yang pasien ini juga karena mengingat sebagian kecenderungannya memiliki trust yang besar tinggi dengan tenaga kesehatan baik itu kesehatan baik itu dokter maupun apoteker dokter maupun apoteker. Setiap obat yang sebagai diberikan oleh tenaga kesehatan oleh mengenai obat-obatan. responden sumber menjadikan pengetahuan tenaga utama pasien langsung dipercaya sebagai obat Trust yang tinggi terhadap dokter dengan kualitas yang baik dan pasien dan apoteker di satu sisi memang positif, merasa cukup dengan penjelasan informasi tetapi seringkali dalam praktiknya tenaga singkat dari tenaga kesehatan. Pasien kesehatan baik itu dokter maupun apoteker cenderung merasa kurang perlu untuk tidak memeriksa label yang berisi informasi memberikan informasi mengenai obat obat. Padahal label yang berisi informasi yang akan digunakan oleh pasien yang komprehensif mengenai informasi produk bersangkutan. obat oleh konsumen dalam mendapatkan informasi (2013), obat dari label secara mandiri menjadi hal tersebut konsumen. pasien perlu Menurut pada menunjukkan diketahui Urbanus kelompok minoritas minatnya punya ini yang penting. untuk Minat cukup Oleh waktu sebab konsumen itu untuk minat dalam mendapatkan informasi obat dari label mendapatkan informasi obat dari label sebagai bentuk evaluasi keamanan obat secara mandiri yang rendah tidak dapat 31 Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39 Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin ISBN: 978-602-73121-1-1 sepenuhnya dipersalahkan kepada pasien sebelumnya para dokter dan apoteker di semata, informasi obat yang terdapat di Amerika Serikat tidak punya cukup waktu label terlalu untuk memberikan konseling mengenai complicated bagi pasien awam sehingga obat yang akan digunakan oleh pasien pasien sangat malas untuk membacanya. yang bersangkutan (Sampurno, 2011). seringkali dirasakan Padahal label tersebut telah dipersiapkan secara serius oleh produsen yang Berbagai temuan yang dilaporkan Serikat di antara lain standar dan bersangkutan dan dievaluasi secara cermat menyatakan oleh Tim Evaluasi yang ada di Badan regulasi terkait labelling obat merupakan Regulatori Obat. Informasi yang ada dalam akar kemasan itu sebenarnya sangat bermanfaat medication error. Dibutuhkan praktik bagi pasien (Sampurno, 2011). evidence-based yang seharusnya berperan Menurut laporan penyebab misunderstanding dan of sebagai guide konten dan format labelling. Medicine (IOM) Amerika Serikat tahun Petunjuk penggunaan obat pada label 2006 yang bertopik Preventing Medication sangat Errors, disebutkan bahwa di Amerika seharusnya ringkas serta jelas. Bahasa Serikat setiap tahun terjadi lebih dari 1,5 yang digunakan harus distandarisasi untuk juta kejadian efek samping obat lebih dari meningkatkan pemahaman pasien guna sepertiganya adalah pasien rawat jalan pengobatan yang dengan nilai kerugian sekitar US$ 1 milyar Labelling obat seharusnya dipandang tiap tersebut sebagai bagian sistem yang terintegrasi menyatakan penyebab utamanya label obat dari informasi pasien (Sampurno, 2011). yang menyebabkan terjadinya kesalahan Menurut Engel et al. (1995) harapan yang medikasi (medication errors) dan Adverse diciptakan oleh label cukup kuat untuk Drug Event (ADEs) karena pasien tidak mengubah persepsi konsumen atas produk. tahunnya. Institute kurangnya Amerika Laporan memahami dengan benar instruksi yang penting Item untuk pasien efektif pernyataan dan dengan dan aman. skor terdapat pada label obat. Oleh karena itu terendah pada dimensi safety ditunjukkan kemampuan pasien untuk mengerti dan item terkait efek samping obat. Menurut paham terhadap instruksi yang terdapat definisi pada kritikal. merupakan segala sesuatu khasiat yang Disamping adanya fakta bahwa informasi tidak diinginkan untuk tujuan terapi yang yang ada pada label kurang dipahami dimaksudkan pada dosis yang dianjurkan. oleh pasien, sebagaimana diungkapkan Obat yang ideal bekerja secara selektif label adalah sangat 32 WHO, efek samping obat Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39 Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin ISBN: 978-602-73121-1-1 artinya hanya berkhasiat terhadap keluhan yang sama oleh Al-Gedadi et al. (2008) atau gangguan tertentu tanpa aktivitas lain. menunjukkan persentase yang lebih tinggi, Semakin selektif suatu obat terhadap target yaitu 127 responden (31,2%) menyatakan aksi efek bahwasanya obat generik lebih banyak sampingnya dengan demikian semakin efek samping dibandingkan dengan obat aman obat tersebut (Tjay dan Rahardja, branded. Hasil penelitian oleh Mainar dan 2002). Arteida tertentu, semakin kecil (2012) bahkan menunjukkan Pernyataan “dibandingkan dengan persentase yang lebih tinggi dibandingkan obat branded, obat generik memiliki efek studi sebelumnya, yaitu 42,3% responden samping yang lebih banyak”, berdasarkan menyatakan bahwasanya obat generik rata-rata skor jawaban responden yaitu lebih banyak efek samping dibandingkan 2,80. Berdasarkan survei yang dilakukan, dengan obat branded. pada item pernyataan tersebut diketahui C. Persepsi Pasien Rawat Jalan di RS PKU Muhammadiyah Unit 1 Yogyakarta terhadap Kualitas Obat Generik Ditinjau dari Dimensi Efficacy meski mayoritas responden menyatakan setuju tetapi menunjukkan persentasenya 70,7%. hanya Hal ini menggambarkan masih cukup banyaknya Persepsi pasien rawat jalan di RS pasien yang meragukan keamanan obat PKU Muhammadiyah unit 1 Yogyakarta generik ditinjau dari sisi efek samping terhadap kualitas obat generik ditinjau dari obat. dimensi efficacy dapat dilihat tabel 3. Akan tetapi penilaian ini juga memungkinkan Dimensi efficacy berarti obat yang sebagai penilaian orang berkualitas harus dapat memberikan efek awam terhadap efek samping obat. Jika tidak jantung ada keluhan-keluhan berdebar-debar, terapi yang diinginkan sesuai dengan misalnya mulut indikasi terasa (Departemen kering, dan mual sebelum minum obat kemungkinan besar pasien dasarnya tidak mudah telah Kesehatan ditentukan RI, 1983). Efficacy merupakan respon maksimal yang memang dihasilkan suatu obat. Efficacy menurut mengalami efek samping obat. Akan tetapi pada yang konsumen didefinisikan sebagai potensi untuk obat untuk menyembuhkan penyakit atau membedakan apakah hal tersebut suatu meredakan gejala penyakit (Syhakhang et efek samping atau gejala penyakit lain al., 2004). pasien, apalagi jika hal tersebut secara bersamaan. Hasil penelitian terkait hal 33 Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39 Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin ISBN: 978-602-73121-1-1 Berdasarkan dapat tersebut, sebagian besar responden yaitu skor 100 responden (66,7%) juga menyatakan jawaban responden terkait dimensi efficacy bahwasanya obat generik memberikan adalah 2,75. Hal ini bermakna bahwasanya hasil kualitas obat generik dari dimensi efficacy menyembuhkan masalah kesehatan yang secara rata-rata dipersepsikan dengan baik dialami. Item pernyataan dengan skor oleh responden. tertinggi ditunjukkan pernyataan diketahui tabel bahwasanya 3, rata-rata yang memuaskan dalam Tabel III. Distribusi Jawaban Responden tentang Persepsi Pasien Rawat Jalan di RS PKU Muhammadiyah Unit 1 Yogyakarta terhadap Kualitas Obat Generik Ditinjau dari Dimensi Efficacy Pernyataan Dibandingkan dengan obat branded, obat generik bekerja kurang efektif Obat generik merupakan obat yang manjur dan ampuh untuk mengobati gangguan kesehatan yang saya alami Dibandingkan dengan obat branded, bagi saya obat generik membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memberikan efek yang saya inginkan Obat generik memberikan hasil yang memuaskan dalam menyembuhkan masalah kesehatan yang saya alami Rata-rata Skor Sub dimensi STS TS Kemanjuran % 81,3% n 14 % 9,3% n 0 % 0% 3,00 Kemanjuran 8 5,3% 30 20,0% 101 67,3% 11 7,3% 2,77 Onset obat 4 2,7% 88 58,7% 45 30,0% 13 8,7% 2,55 Kemanjuran 8 5,3% 38 25,3% 100 66,7% 4 2,7% 2,67 2,75 “dibandingkan dengan obat branded, obat generik kurang efektif”, berdasarkan ratarata skor jawaban responden yaitu 3,00. Berdasarkan survei yang dilakukan, pada pada item-item pernyataan efficacy Rata-rata N 122 Seluruh rata-rata skor jawaban dimensi SS % 9,3% Keterangan: STS: Sangat tidak setuju TS : Tidak setuju S : Setuju SS : Sangat setuju responden S n 14 juga item menunjukkan pernyataan tersebut diketahui persepsi yang baik pasien terhadap kualitas mayoritas responden yaitu 122 (81,3%) obat generik. Hal ini secara umum menyatakan tidak setuju. bermakna pasien percaya dengan efficacy Menurut sebuah studi di bagian obat generik. Mayoritas responden yaitu utara New York yang melibatkan 2003 101 responden (67,3%) menyatakan setuju responden oleh Excellus (2007), mayoritas bahwasanya obat generik merupakan obat 83% responden setuju obat generik sama yang manjur dan ampuh untuk mengobati efektifnya dengan obat branded. Studi oleh gangguan kesehatan. Sejalan dengan hal Igbinovia (2007) menunjukkan hal yang 34 Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39 Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin ISBN: 978-602-73121-1-1 sama, mayoritas reponden yaitu 55% generik dan obat branded generik responden menyatakan bahwasnya obat kemungkinan sama dan kemungkinan juga generik sama efektifnya dengan obat berbeda. Hal ini tidak dapat terlepas dari branded. Demikian juga dengan hasil beragam faktor yang mempengaruhinya penelitian oleh Shrank et al. (2009) yang salah satunya zat tambahan obat misalnya menunjukkan minoritas responden setuju zat pengisi, pembawa, dan penghancur bahwasanya obat branded lebih efektif (IAI Bali, 2013). dibandingkan dengan obat generik. Onset merupakan kecepatan obat D. Persepsi Pasien Rawat Jalan di RS PKU Muhammadiyah Unit 1 Yogyakarta terhadap Kualitas Obat Generik Ditinjau dari Dimensi Acceptability untuk mendapatkan efek terapi, waktu obat dikonsumsi sampai menimbulkan efek terapi. Item pernyataan dengan terendah ditunjukkan item terkait skor onset Persepsi pasien rawat jalan di RS obat. Pernyataan “dibandingkan dengan PKU Muhammadiyah unit 1 Yogyakarta obat branded, bagi saya obat generik terhadap kualitas obat generik ditinjau dari membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memberikan inginkan”, efek berdasarkan yang saya rata-rata skor dimensi acceptability dapat dilihat pada tabel 4. Dimensi acceptability berarti obat jawaban responden yaitu 2,55. yang berkualitas harus dapat diterima oleh Berdasarkan survei yang dilakukan, konsumen. pada item pernyataan tersebut diketahui kemasan yang menarik serta sesuai dengan (58,7%) menyatakan tidak setuju. Terkait keinginan hal ini, hasil penelitian oleh Mainar dan dibandingkan waktu obat yang sama branded untuk satisfaction) (Departemen Kesehatan RI, Acceptability keinginan 1983) obat untuk konsumen. memenuhi Acceptability merupakan tingkat kepuasan konsumen membutuhkan beragam parameter dan menjelaskan dapat (costumer performansi Onset obat pada faktanya masih yang sehingga menurut konsumen didefinisikan sebagai memberikan efek yang diinginkan. pengujian konsumen memberikan kepuasan kepada konsumen 36,1% pasien menyatakan setuju obat generik membutuhkan menyangkut bentuk sediaan obat, warna, rasa, dan mayoritas responden yaitu 88 responden Arteida (2012) menunjukkan Acceptability terhadap serta obat (Urbanus, 2013). Berdasarkan tabel IV, dapat diketahui membuktikan hal tersebut. Onset obat 35 Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39 Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin ISBN: 978-602-73121-1-1 bahwasanya rata-rata skor jawaban menunjukkan persepsi buruk terhadap responden terkait dimensi acceptability kualitas adalah 2,73. Hal ini bermakna bahwasanya tampilan obat. kualitas obat generik dari dimensi obat generik, Secara yaitu tradisional terkait kemasan acceptability secara rata-rata dipersepsikan dimaknai untuk mewadahi dan melindungi dengan baik oleh responden. produk (Sampurno, 2011). Pernyataan Tabel IV. Distribusi Jawaban Responden tentang Persepsi Pasien Rawat Jalan di RS PKU Muhammadiyah Unit 1 Yogyakarta terhadap Kualitas Obat Generik Ditinjau dari Dimensi Acceptability “obat generik memiliki kemasan yang Pernyataan Sub dimensi Obat generik memiliki warna yang meyakinkan bagi saya sebagai konsumen Saya enggan menggunakan obat generik karena rasanya tidak enak Obat generik memiliki bentuk yang meyakinkan bagi saya sebagai konsumen Obat generik memiliki kemasan yang meyakinkan bagi saya sebagai konsumen Tampilan obat generik kurang menarik bagi saya Rata-rata Skor meyakinkan bagi saya sebagai konsumen”, Warna % 0% n 37 % 24,7% n 110 % 73,3% n 3 SS % 2,0% Rata-rata n 0 STS TS S Rasa 11 7,3% 117 78,0% 22 14,7% 0 0% 2,93 Bentuk 0 0% 17 11,3% 131 87,3% 2 1,3% 2,90 Kemasan 11 7,3% 29 19,3% 107 71,3% 3 2,0% 2,68 Tampilan 5 3,3% 55 36,7% 81 54,0% 9 6,0% 2,37 2,77 2,73 berdasarkan rata-rata skor jawaban Rata-rata skor jawaban responden pada responden yaitu 2,68. Berdasarkan survei item-item pernyataan dimensi acceptability yang dilakukan, pada item pernyataan menunjukkan persepsi yang baik pasien tersebut diketahui mayoritas yaitu 107 terhadap kualitas obat generik. Mayoritas responden (71,3%) menyatakan setuju. responden yaitu 110 (73,3%) dan 131 Dapat dinyatakan fungsi kemasan yang (87,3%) berturut-turut menyatakan setuju secara bahwasanya obat generik memiliki warna mewadahi dan melindungi produk dengan dan bentuk yang meyakinkan bagi pasien demikian telah terpenuhi dengan baik sebagai menurut persepsi responden. konsumen. Sebagian besar responden yaitu 117 (78,7%) menyatakan ketidakengganan dimaknai untuk Akan tetapi, lebih dari sekedar obat fungsi kemasan yang secara tradisonal generik karena rasanya. Akan tetapi yang dimaknai untuk mewadahi dan berbeda dengan dimensi kualitas obat melindungi lainnya, acceptability memiliki banyak fungsi untuk memberi diketahui terdapat item pernyataan yang nilai tambah bagi attractiveness produk pada menggunakan tradisional dimensi 36 produk; kemasan juga Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39 Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin ISBN: 978-602-73121-1-1 dengan desain warna yang menarik serta kadang mendapatkan obat tanpa identitas deskripsi nama obat sama sekali (Urbanus, 2013). produk yang elegan sehingga mengundang orang untuk membeli dan menggunakannya (Sampurno, Terkait tampilan obat generik yang 2011). sangat sederhana ini, Direktur Jenderal (1993) Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, produk yang kemasannya dirancang untuk Dra. Maura Linda Sitanggang, Apt., Ph.D memperbaiki produknya dan merangsang menyatakan bahwasanya tampilan obat pelanggan sehingga menambah customer generik merupakan salah satu faktor satisfaction. penting yang menentukan keinginan pasien Menurut Hague dan Jika Jackson kemasan membuat produk itu lebih menarik, kemasan itu untuk memberinya nilai tambah. Menurut Peter kemasan yang berupa botol-botol besar dan Olson (2000) warna kemasan bahkan yang berisi obat dalam jumlah besar juga dianggap memiliki dampak yang seharusnya sudah ditiadakan. Jika obat penting terhadap afeksi, kognisi, dan branded generic atau paten dikemas dalam perilaku konsumen. Dampak ini lebih dari bentuk strip, maka obat generik seharusnya sekedar juga demikian. Tampilan menarik perhatian konsumen memilihnya. obat generik perlu menarik perhatian. demikian diharapkan citra obat generik dengan hal tersebut, responden yaitu dengan (Kartika, 2013). menarik bagi saya” berdasarkan rata-rata jawaban menarik, akan menjadi lebih baik di masyarakat pernyataan “tampilan obat generik kurang skor lebih tampilan dengan cara menggunakan warna yang Terkait dibuat Bentuk Hasil studi terdahulu oleh Urbanus 2,37. (2013) bahkan menyebutkan kemasan obat Berdasarkan survei yang dilakukan, pada generik item diketahui menyebabkan konsumen meragukan safety mayoritas responden yaitu 81 (54,0%) dan efficacy obat. Akan tetapi, hal ini tidak menyatakan setuju. Obat branded generic tergambar dalam pelaksanaan penelitian tampilan kemasannya berwarna-warni dan ini. Meskipun berdasarkan survei yang menarik konsumen. Dibandingkan dengan dilakukan persepsi tentang tampilan dan obat branded generic, tampilan obat kemasan (desain) obat generik termasuk generik sangat sederhana. Obat generik kategori buruk responden tetap memiliki dalam praktiknya seringkali diserahkan ke persepsi yang baik terhadap kualitas obat pasien tanpa kemasan. Konsumen bahkan generik ditinjau dari dimensi safety dan pernyataan tersebut 37 yang sangat sederhana Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39 Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin ISBN: 978-602-73121-1-1 efficacy obat. Kemasan di-pasaran/ Diakses tanggal 12 Agustus 2014 Departemen Kesehatan RI, 1983. Kebijakan Obat Nasional. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Engel, J.F., Blackweel, R.D., dan Miniard, P.W., 1995. Perilaku Konsumen. Binarupa Aksara, Jakarta. Excellus. 2007. Survey of Consumer AttitudesToward Generic Drugs. Excellus Blue Cross Blue Shield. 1– 22. Firth, J.D. 2001. Scientific Background of Medicine 2: Medical Masterclass. Royal college of physicians, London. Hague, P. dan Jackson, P., 1993. Riset Pemasaran Dalam Praktik. Pustaka Binaman Pressindo, Jakarta. IAI Bali. 2013. Salah Persepsi Obat Paten dan Obat Generik <http://www.ikatanapotekerindonesi abali.com/main/index.php/berita/beri ta-terbaru/86-salah-persepsi-obatpaten-dan-obat-generik//>. Diakses pada 23 Maret 2015 Igbinovia, M.E.. 2007. The Perceived Benefits of Generic Versus Branded Medicines. Tesis. Pretoria. Jakarta Post. 2010. Distrust Keeps Generic Drug Use Low. Jakarta Post edisi 3 Agustus 2010. Kartika, U., 2013. Cerdas Pilih Obat Generik Sukseskan JKN 2014, diakses pada 27Januari2015<http://health.kompas. com/read/2013/12/29/2046228/Cerd as.Pilih.Obat.Generik.Sukseskan.JK N.2014>. Mainar, A.S. dan Arteida, N., 2012. Physicians’ and Patients’ Opinions on The Use of Generic Drugs. J Pharmacol Pharmacother, 3 (3): 268–270. Peter, J.P. dan Olson, J.C., 2000. Consumer Behavior Perilaku Konsumen Dan Strategi Pemasaran. Erlangga, Jakarta. obat generik sebagai indikator oleh pasien dalam melakukan penilaian kualitas obat generik juga sesuai dengan studi oleh Babar et al. (2010). IV. KESIMPULAN Kesimpulan yang didapat berdasarkan penelitian yang dilakukan adalah persepsi pasien rawat jalan RS PKU Muhammadiyah Unit 1 Yogyakarta terhadap kualitas obat generik ditinjau dari dimensi safety, efficacy, dan acceptability secara umum baik. DAFTAR PUSTAKA Al-Gedadi, N.A., Hassali, M.A., dan Shafie, A.A., 2008. A pilot survey on perceptions and knowledge of generic medicines amongconsumers in Penang Malaysia. Pharmacy Practice, 6 (2): 93–97. Anonim. 2012. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Babar, Z.U.D., Stewart, J., Reddy, S., Alzaher, W., Vareed, P., Yacoub, N., 2010. An Evaluation of Consumers’ Knowledge, Perceptions, and Attitudes Regarding Generic Medicines in Auckland. Pharm World Sci, 32, 440–448. Binfar Kementerian Kesehatan RI. 2014. Wawancara RCTI tentang Peredaran Obat Generik di Pasaran. http://www.binfar.org/wawancararcti-tentang-peredaran-obat-generik38 Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian, Hal: 25-39 Sabtu, 8 Oktober 2016, Hotel Aria Barito Banjarmasin ISBN: 978-602-73121-1-1 Priyambodo, B. 2007. Manajemen Farmasi Industri. Global Pustaka Utama, Yogyakarta. Sampurno, 2011. Manajemen Pemasaran Farmasi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Shrank, W.H., Cox, E., Fischer, M.A., Mehta, J., dan Choudhry, N.K.. 2009. Patients’ Perceptions Of Generic Medications. Health Aff (Millwood). Vol. 28 (2): 546–556. Syhakhang, L., Freudenthal, S., Tomson, G., dan Wahlstrom, R., 2004. Knowledge and Perception of Drug Quality among Drugs Seller and Consumers in Lao PDR. Health Policy and Planning, 19 (6): 391– 401. Syhakhang, L., Freudenthal, S., Tomson, G., dan Wahlstrom, R.. 2004. Knowledge and Perception of Drug Quality among Drugs Seller and Consumers in Lao PDR. Health Policy and Planning. Vol. 19 (6): 391–401. Tjay, T. dan Rahardja, K., 2002. ObatObat Penting: Khasiat, Penggunaan, Dan Efek-Efek Sampingnya. Elex Media Komputindo, Jakarta. Urbanus, C.B., 2013. 'Price and Brand Name as Indicators of Quality Dimensions for Generic Drugs', Tesis, MM, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Waber, R.L., Shiv, B., dan Carmon, Z. 2008. Commercial features of placebo and therapeutic efficacy. JAMA, Vol. (9): 1016–1 39