Untitled - Library Binus

advertisement
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Sebelumnya (State of the Art)
Penelitian sebelumnya menjadi landasan bagi penelitian yang dilakukan,
untuk mengangkat masalah yang berkaitan dengan pengelolaan Hubungan
AntarPribadi melalui konteks Komunikasi AntarPribadi. Berikut beberapa
penelitiannya :
Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya
Nama Peneliti
No
& Judul
Penelitian
1.
Alessandra
Lokasi
Tahun
Metode
Hasil
Penelitian
Penelitian
Penelitian
Penelitian
Italy
2011
Kualitatif
Penelitian
ini
Mazzei & Silvia
bertujuan untuk
Ravazzani
mengetahui
bagaimana
(Manager-
efektivitas
employee
komunikasi
communication
internal
during a crisis :
krisis.
the missing link)
penelitian
selama
Hasil
menunjukkan
bahwa
terjadi
ketidakselarasan
antara apa yang
disampaikan
oleh
pihak
perusahaan
dengan apa yang
karyawan
rasakan.
3
Perusahaan telah
merencanakan
komunikasi yang
baik,
menggunakan
instrumen resmi,
namun karyawan
mengeluh karena
kurang
dalam
mendengarkan
dan pesan yang
kurang
jelas,
serta
tidak
menyukai
komunikasi yang
hirarkis.
2.
Saodah Wok &
Junaidah Hashim
Malaysia
2013
Kuantitatif
Penelitian
ini
bertujuan untuk
mengkaji
(Communicating
persepsi
and
karyawan muda
sharing
working
pada
kepuasan
relationship with
kerja sama tim
older employees)
dan pengambilan
keputusan
dengan
karyawan
tua.
Hasil penelitian
menunjukkan
adanya
hubungan
kerjasama yang
positif
dengan
karyawan
yang
lebih
tua.
Pembelajaran
dengan
karyawan
yang
lebih
tua
membantu dalam
pengambilan
keputusan
dan
membantu dalam
memberi umpan
balik positif.
3.
Tuti Bahfiarti
Makassar
2014
Kualitatif
Penelitian
ini
bertujuan untuk
(Pengembang
menemukan dan
an
mengkategorisas
Hubungan
dalam
ikan
Komunikasi
pengembangan
AntarPribadi
Hubungan
Mantan
AntarPribadi
Narapidana
serta
Perempuan
tahapannya.
Bugis-Makassar)
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa
Hubungan
AntarPribadi
yakni
terbuka,
semi
terbuka,
dan
tertutup
dikembangkan
dengan
cara
komunikasi yang
5
berbeda
dan
adanya
faktor
internal
dan
faktor eksternal
dari narapidana.
4.
Felicia Setyono
Surabaya
2013
Kuantitatif
Penelitian
ini
dilakukan untuk
(Pengaruh
mengetahui ada
Kualitas
tidaknya
Komunikasi
pengaruh antara
Interpersonal
kualitas
Pemimpin
komunikasi
Kelompok
Sel
interpersonal
Terhadap
pemimpin
Komitmen
kelompok
Organisasi
kepada anggota
Anggota
kelompok
Kelompok Sel di
terhadap
Satelit
Holy
komitmen
Gereja
Mawar
organisasi
sel
sel
Sharon
anggota
Surabaya)
kelompok.
Dengan melihat
kualitas
komunikasi
interpersonal
melalui empati,
keterbukaan diri,
sikap
positif,
maka
hasil
penelitian
menunjukkan
adanya pengaruh
antara
keterampilan
komunikasi
interpersonal
tersebut dengan
keterikatan
anggota
untuk
berkomitmen
terhadap
organisasi.
5.
Vivin Ayu Dwi
L
Surabaya
2013
Kuantitatif
Penelitian
ini
bertujuan untuk
mengetahui
(Hasil
Belajar
adanya
hasil
Mahasiswa
belajar dari para
Terhadap
mahasiswa
Hubungan
terhadap
Interpersonal)
hubungan
interpersonalnya
. Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa tidak ada
pengaruh antara
hasil
belajar
dengan
hubungan
interpersonal.
Berdasarkan penelitian sebelum dan yang sedang dilakukan, maka
terdapat persamaan dan perbedaan di dalamnya. Persamaan penelitian terdapat
pada bagaimana hubungan dalam Komunikasi AntarPribadi. Dan untuk
perbedaan penelitian, difokuskan pada tujuan dan hasil penelitian.
7
Penelitian yang dilakukan oleh Alessandra Mazzei & Silvia Ravazzani
(2011), penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana efektivitas komunikasi
internal
selama
krisis.
Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
terjadi
ketidakselarasan antara apa yang disampaikan oleh pihak perusahaan dengan apa
yang karyawan rasakan. Perusahaan telah merencanakan komunikasi yang baik,
menggunakan instrumen resmi, namun karyawan mengeluh karena kurang dalam
mendengarkan dan pesan yang kurang jelas, serta tidak menyukai komunikasi
yang hirarkis. Fokus penelitian ini mengarah pada bagaimana Komunikasi
AntarPribadi yang terjadi pada saat krisis.
Penelitian yang dilakukan oleh Saodah Wok & Junaidah Hashim (2013),
penelitian bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan yang terjadi pada
karyawan muda dan karyawan tua dalam bekerja di sebuah tim. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif, dimana karyawan muda
merasa mendapatkan pengalaman dan pengetahuan selama berkomunikasi
dengan karyawan tua di dalam sebuah kelompok.
Penelitian yang dilakukan oleh Tuti Bahfiarti (2014), penelitian bertujuan
untuk
menemukan
dan
mengkategorikan
Hubungan
AntarPribadi
dan
tahapannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antar mantan
narapidana wanita terkait faktor internal dan eksternal, dimana proses tahapan
dalam menciptakan hubungan pun berbeda. Fokus dalam penelitian in adalah
untuk mengetahui tahapan dan kategori pada pengembangan Hubungan
AntarPribadi.
Penelitian yang dilakukan oleh Felicia Setyono (2013), penelitian
bertujuan untuk mengetahui apakah kualitas dari komunikasi interpersonal
mempengaruhi komitmen para anggota organisasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kualitas dari komunikasi interpersonal melalui keterbukaan diri, sikap
positif, empati, kerjasama telah mempengaruhi komitmen anggota dalam sebuah
organisasi. Ketika kualitas komunikasi interpersonal menjadli lebih baik, maka
anggota organisasi akan merasa lebih terikat dan lebih berkomitmen terhadap
organisasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Vivin Ayu Dwi L (2013), penelitian
bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara hasil belajar
mahasiswa dengan hubungan interpersonal. Hasil penelitian memperlihatkan
bahwa tidak ada pengaruh antara keduanya. Mahasiswa dalam berpartisipasi di
kegiatan, saling mendukung, bekerja sama merupakan cara untuk menunjukkan
bahwa seseorang berusaha mencapai kepuasan agar disukai orang lain, dan tidak
berkaitan dengan hasil belajar yang dicapai guna membina hubungan
interpersonal.
Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat terlihat bahwa perbedaan
penelitian berfokus pada konten masalah dan obyek yang diteliti. Peneliti
pertama mengkaji tentang bagaimana mengelola komunikasi antar manajer dan
karyawan pada saat krisis, dan apakah terjadi keselarasan komunikasi selama
terdapat pertentangan atau masalah. Kemudian peneliti kedua lebih melihat
bagaimana hubungan karyawan tua dan muda dalam melakukan proses
komunikasi di sebuah tim sehingga dapat membantu dalam penyelesaian masalah
atau pengambilan keputusan. Peneliti ketiga, mengkaji mengenai pendekatan
hubungan yang dilakukan melalui kemampuan Komunikasi AntarPribadi yang
berbeda. Peneliti keempat, mengkaji mengenai pengaruh yang terjadi antara
kualitas komunikasi terhadap keterikatan orang-orang dalam organisasi dan
peneliti kelima, mengkaji mengenai apakah hasil belajar menjadi salah satu
faktor yang berpengaruh dalam membina Hubungan AntarPribadi.
Bila dilihat dari berbagai konten penelitian yang dilakukan sebelumnya,
maka perbedaan pada penelitian yang dilakukan saat ini, mengacu pada
bagaimana mengelola hubungan yang harmonis pada karyawan antar divisi suatu
Departemen Komunikasi sebagai Humas. Cara-cara yang dilakukan untuk
mengelola hubungan ini dilihat dari konteks Komunikasi AntarPribadi seperti
dialog dalam pertentangan, pola hubungan, komunikasi efektif dan aktivitas
bersama yang dilakukan. Penelitian ini bukan merupakan pengembangan dari
penelitian sebelumnya, namun merupakan suatu penelitian baru yang tidak
terlepas dari konteks Komunikasi AntarPribadi, hanya saja penelitian ini
mengkaji lebih dalam bagaimana cara yang digunakan profesi Humas dalam
mengelola Hubungan AntarPribadinya guna mencapai suatu harmonisasi.
2.2 Landasan Konseptual
9
2.2.1 Komunikasi AntarPribadi
Pemahaman mengenai Komunikasi AntarPribadi dapat dilihat dari
berbagai pandangan, mulai dari pandangan komponen yakni Komunikasi
AntarPribadi merupakan proses mengirim dan menerima informasi yang
terjadi antara dua orang atau lebih dengan adanya umpan balik dan efek
yang diberikan. Selain itu, pandangan pengembangan yang memaknai
Komunikasi AntarPribadi merupakan suatu proses yang berkembang baik
dari komunikasi yang dapat menciptakan hubungan impersonal hingga
menjadi hubungan antarpribadi. Dan Pandangan ketiga mengenai
Komunikasi AntarPribadi yakni komunikasi berlangsung di antara dua
orang. (Riswandi, 2009: 86)
Pandangan
di
atas
juga
didukung
dengan
pemahaman
Komunikasi AntarPribadi yang diutarakan oleh DeVito(2013: 5) yang
menyatakan bahwa “Interpersonal Communication is the verbal dan
nonverbal interaction between two(or sometimes more than two)
interdependent people.” Komunikasi AntarPribadi merupakan interaksi
verbal dan non-verbal antara dua atau lebih orang-orang yang saling
bergantung. Komunikasi AntarPribadi dapat terjadi mulai dari orang tua
dan anak, teman sebaya dan rekan kerja bergantung pada bagaimana pola
komunikasi yang diciptakan dan jenis hubungan yang dibentuk.
Pada saat Komunikasi AntarPribadi dilakukan, maka pihak-pihak
yang terlibat saling terhubung dan bergantung satu sama lain. Hal ini
terlihat adanya dampak dan umpan balik yang diberikan atau diharapkan
pada saat komunikasi dilakukan. Sehingga Komunikasi AntarPribadi
menjadi dasar dalam membentuk dan mengelola Hubungan AntarPribadi.
Komunikasi AntarPribadi yang baik dapat menciptakan Hubungan
AntarPribadi yang baik, begitu pula sebaliknya. (DeVito, 2013: 17)
2.2.2 Interpersonal Relationship (Hubungan AntarPribadi)
Hubungan AntarPribadi merupakan hubungan yang terjadi antara
dua atau lebih orang dengan adanya jangka waktu tertentu. Hubungan
AntarPribadi menjadi amat penting mengingat manusia adalah makhluk
sosial dan bergantung pada orang
lain dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Salah satu cara untuk memulai suatu Hubungan AntarPribadi
adalah dengan menanyakan pada diri sendiri, mengapa membina
hubungan dan keuntungan apa yang didapat dengan membina hubungan
tersebut. Hal ini dapat dipertanyakan secara umum ketika seseorang
membina hubungannya baik dengan teman, kekasih, keluarga dan rekan
kerja. (DeVito, 2013: 229)
Menurut DeVito(2013: 230) Terdapat beberapa keuntungan dan
kerugian dalam membina dan mengelola Hubungan AntarPribadi yaitu :
a. Keuntungan Hubungan AntarPribadi
1. Membantu mengurangi rasa kesepian, dimana seseorang dapat
merasa diperhatikan, dilindungi dan dicintai oleh orang lain
2. Dengan berkomunikasi bersama orang lain, maka seseorang
dapat mengetahui bagaimana dirinya dari berbagai perspektif
yang ada, sehingga seseorang dapat merasa hubungannya
mengarah pada ranah yang sehat dan adanya kesadaran diri
3. Hubungan AntarPribadi berkontribusi dalam kesehatan emosi
dan menciptakan kesenangan secara personal. Tanpa adanya
kedekatan Hubungan AntarPribadi, seseorang dapat merasa
depresi dan terisolasi.
4. Membantu memaksimalkan kebahagiaan dan meminimalisir
kesedihan
5. Adanya
Hubungan
AntarPribadi
menciptakan
suatu
rangsangan positif dalam diri seseorang dan orang lain
sehingga seseorang merasa memiliki hubungan yang baik
dalam kehidupannya.
b. Kerugian Hubungan AntarPribadi
11
1. Kedekatan hubungan dapat menciptakan adanya tekanan
dalam diri seseorang untuk mengungkapkan dan rentan dalam
bercerita. Walaupun terkadang orang lain dapat mendukung
dan mempererat hubungan, namun hal ini dapat dijadikan
kelemahan yang menyerang diri seseorang
2. Kedekatan
hubungan
membuat
kewajiban
seseorang
meningkat terhadap orang lain. Hal ini seperti meluangkan
waktu lebih banyak untuk orang yang memiliki hubungan
dekat dan terkadang hal ini dapat membuat seseoran menjadi
tidak senang
3. Kedekatan hubungan dapat mengarahkan seseorang untuk
meninggalkan hubungan lainnya. Terkadang seseorang dapat
mengurangi kedekatan hubungan bersama orang lain, pada
saat pihak lain tidak menyukai hubungannya bersama orang
tersebut
4. Kedekatan hubungan membawa dampak emosional. Pada saat
seseorang sedang mengalami kerusakan hubungan, maka
seseorang dapat merasa depresi dan tertekan
5. Kerusakan hubungan dapat membuat seseorang menyakiti
orang lain dan begitu pula sebaliknya. Sehingga seseorang
harus mampu memberikan diskusi atau komunikasi yang baik
sehingga tidak ada pengalaman yang menyakitkan.
2.2.3 Relational Dialetics Theory (Teori Dialektika Relasional)
Teori
Dialektika
Relasional
menyatakan
bahwa
kehidupan
berhubungan dengan adanya ketegangan-ketegangan yang berkelanjutan
antara impuls-impuls yang kontradiktif. Leslie Baxter dan Barbara
Montgomery (dalam West & Turner, 2010: 202) membentuk adanya
pemikiran visi dialektis. Terdapat 2 pendekatan yang digunakan untuk
menjelaskan tujuan perilaku manusia yaitu,monologis dan dualistik.
Pendekatan monologis menggambarkan bahwa kontradiksi hanya
terjadi pada satu kondisi sedangkan pendekatan dualistik menggambarkan
adanya dua bagian dari kontradiksi secara terpisah dan tidak berhubungan
satu sama lainnya. Menurut ahli lain, terdapat pendekatan dialektik yakni
pandangan bahwa terdapat banyak sudut pandang yang saling menandingi
satu sama lainnya dalam setiap kontradiksi. (West & Turner, 2010: 203)
2.2.3.1 Asumsi Teori Dialektika Relasional
Dalam Teori Dialektika Relasional terdapat empat asumsi pokok
mengenai hidup berhubungan yaitu pertama, hubungan tidak bersifat
linear. Maksud dari asumsi pertama ini adalah hubungan tidak terdiri atas
bagian-bagian yang bersifat linear melainkan terdiri atas fluktuasi yang
terjadi antara keinginan-keinginan yang kontradiktif.
Asumsi kedua adalah hidup berhubungan ditandai dengan adanya
perubahan. Maksud dari asumsi kedua ini adalah bahwa hubungan
ditandai dengan adanya proses atau perubahan. Menurut Baxter dan
Montgomery (dalam West & Turner, 2010: 204) menyatakan bahwa
proses atau perubahan suatu hubungan merujuk pada pergerakan
kuantitatif dan kualitatif sejalan dengan waktu dan kontraksi-kontraksi
yang terjadi, pada bagian mana suatu hubungan dikelola.
Asumsi ketiga adalah kontradiksi merupakan fakta fundamental
dalam hidup berhubungan. Maksud dari asumsi ini adalah kontradiksi atau
ketegangan merupakan suatu hal yang berlawanan dan tidak akan pernah
hilang dan berhenti dalam sebuah hubungan. Dan setiap orang berbeda
dalam mengelola ketegangan yang ada.
Asumsi keempat adalah komunikasi sangat penting dalam
mengelola dan menegosiasikan kontradiksi-kontradiksi dalam hubungan.
Secara khusus, teori ini memberikan posisi utama pada komunikasi. Pada
dasarnya manusia dianggap sebagai seorang aktor yang bertindak dalam
menciptakan kontradiksi-kontradiksi yang ada serta bagaimana mengelola
kontradiksi yang ada juga terdapat pada praktik-praktik manusia itu
sendiri.
2.2.3.2 Dialektika Relasi Dasar
13
Menurut Baxter (dalam West & Turner, 2010: 206) , terdapat tiga hal
yang paling relevan dalam dialektika interaksi, dimana orang-orang saling
berhubungan atau berkomunikasi yakni:
1. Dialektika Otonomi dan Keterikatan
Dialektika antara otonomi dan keterikatan merujuk pada keinginankeinginan seseorang yang selalu muncul untuk menjadi tidak tergantung
pada orang-orang yang penting bagi kita, dan juga menemukan keintiman
dengan mereka. Atau dapat dikatakan merupakan ketegangan hubungan
yang penting dengan menunjukkan keinginan-keinginan seseorang yang
saling berkonflik untuk menjadi dekat maupun menjadi jauh.
2. Dialektika Keterbukaan dan Perlindungan
Dialektika Keterbukaan dan Perlindungan berfokus pada kebutuhankebutuhan seseorang untuk terbuka dan menjadi rentan, membuka semua
informasi personal pada orang lain, serta bertindak strategis dan
melindungi diri sendiri dalam komunikasi dengan orang lain. Menurut
Katherin Dindia (dalam West & Turner, 2010: 208) menyatakan
“dialektika interpersonal” dari pembukaan diri. Ia menyatakan bahwa
pembukaan diri terjadi secara bertahap mulai dari sedikit demi sedikit
hingga terbuka secara keseluruhan. Kemudian untuk perlindungan sendiri
terdiri berdasarkan pemilihan topik, pengubahan waktu, penarikan diri,
penyelidikan, strategi antisosial dan kebohongan.
3. Dialektika Hal yang baru dan hal yang dapat diprediksi
Dialektika ini merujuk pada konflik-konflik antara kenyamanan stabilitas
perubahan. Posisi dialektika ini melihat interaksi antara kepastian dan
ketidakpastian dalam hubungan.
2.2.3.3 Respons terhadap Dialektika
Dalam menghadapi ketegangan atau pertentangan yang ada pada
hubungan dengan orang lain baik dalam konteks persahabatan maupun
tempat kerja, terdapat beberapa cara untuk mengelola dialektika yang
terjadi. Baxter (Dalam West &Turner, 2010: 212) mengidentifikasi
adanya empat strategi untuk mengelola hubungan atau pertentangan
yaitu :
1. Cyclic alternation (Pergantian bersiklus)
Strategi
pergantian
bersiklus
merupakan
respon
untuk
menghadapi sebuah ketegangan yang terjadi bergantung pada
perubahan waktu yang berjalan. Seiring berjalannya waktu, maka
ketegangan dapat berkurang dikarenakan masing-masing pihak
telah memiliki identitas yang lebih baik dan dapat memahami
makna dialektika dengan baik.
2. Segmentation (Segmentasi)
Strategi segmentasi merupakan respon untuk menghadapi sebuah
ketegangan yang terjadi dengan memisahkan beberapa wilayah
untuk menekankan dua hal yang berbeda. Strategi ini dapat
dikatakan bahwa respon dialektika dapat dikelola dengan melihat
situasi dan konteks dari ketegangan yang ada.
3. Selection (Seleksi)
Strategi seleksi merupakan respon untuk menghadapi sebuah
ketegangan yang terjadi dengan membuat keputusan yang menjadi
prioritas atau memilih salah satu ketegangan yang perlu
diselesaikan terlebih dahulu dan mengesampingkan ketegangan
yang lainnya.
4. Integration (Integrasi)
15
Strategi integrasi merupakan respon untuk menghadapi sebuah
ketegangan yang terjadi dengan menggabungkan ketegangan atau
dialektika yang terjadi. Terdapat tiga buah strategi dalam integrasi
ini yaitu :
a. Neutralizing (Menetralisasi)
Strategi integrasi yaitu
dengan
diadakannya
sebuah
kompromi dari pihak-pihak yang berdialek dengan tujuan
untuk menemukan titik tengah dalam kompromi yang
dilakukan.
b. Reframing (Membingkai ulang)
Strategi integrasi yaitu dengan mengulang keteganganketegangan yang ada dan mencoba untuk berpikir bahwa
tidak terjadi ketegangan, namun dibutuhkan informasi yang
mendukung dan menciptakan tidak adanya dialektika dalam
hubungan.
c. Disqualifying (Mendiskualifikasi)
Strategi integrasi yaitu dengan melakukan kesepakatan
mengenai beberapa masalah atau dialektika yang dianggap
umum terkecuali beberapa hal yang memang tidak dapat
dikelola atau diungkapkan.
2.2.4 Coordinated Management of Meaning Theory (Teori Manajemen Makna
Terkoordinasi)
Teori Manajemen Makna Terkoordinasi merupakan teori yang membahas
bahwa manusia sebagai seorang aktor yang berusaha untuk bagaimana mencapai
koordinasi dan memaknai atau menginterpretasi sebuah pesan yang ada pada
orang lain. Teori ini juga menyebutkan adanya sebuah aturan yang disepakati
bersama untuk nantinya diinterpretasikan dan aturan tersebut dijalani dalam
sebuah bentuk komunikasi, dimana makna dan koordinasi dilakukan didalamnya.
Seseorang mungkin saja dapat bertentangan terkait makna yang berbeda dalam
penafsirannya dan oleh karenanya komunikasi untuk membuat suatu kesepakatan
menjadi bagian penting untuk memiliki persamaan makna.(West & Turner,
2010: 93)
Teori ini dianggap sebagai sebuah pendekatan komprehensif terhadap
interaksi sosial yang memaknai tata cara kompleks dari tindakan dan makna yang
selaras dalam komunikasi. Teori ini termasuk salah satu teori yang berorientasi
pada hubungan, perputaran dan bagaimana seseorang berusaha memaknai
perilaku dan pesan dari orang lain. Teori ini sangat membantu penelitian dalam
melihat sebuah proses pemaknaan dan tindakan. (Littlejhon & Foss, 2009: 255)
2.2.4.1 Asumsi Teori Manajemen Makna Terkoordinasi
Teori Manajemen Makna Terkoordinasi berfokus pada diri sendiri dan
hubungannya bersama orang lain. Dan Teori ini memiliki tiga asumsi yakni
asumsi pertama, manusia hidup dalam berkomunikasi. Asumsi pertama ini
menekankan bahwa sebuah komunikasi menjadi hal yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Ketika seseorang bertemu dengan orang lain, maka proses
komunikasi selalu berbeda dan menciptakan suatu realitas atau pemahaman akan
sikap yang berbeda juga. Situai sosial yang terjadi dalam kehidupan manusia
dianggap terjadi karena adanya proses komunikasi didalamnya.
Asumsi kedua adalah manusia saling menciptakan realitas sosial. Pearce
(dalam West & Turner, 2010: 95) menyebutkan bahwa lebih penting untuk
menanyakan mengenai “apa yang kita ciptakan” dibandingkan dengan “apa yang
kamu maksud”. Hal yang dimaksud ini adalah manusia memiliki sebuah
kepercayaan untuk menciptakan realitas sosial dalam sebuah proses komunikasi.
Realitas sosial merupakan pandangan seseorang mengenai bagaimana makna
dan tindakan sesuai dengan interaksi antar pribadinya. Ketika seseorang
berkomunikasi dengan orang lain, maka ada pengalaman yang dibawanya dan
pada akhirnya hubungan komunikasi membentuk suatu realitas yang baru.
Kemudian asumsi ketiga adalah transaksi informasi bergantung kepada
makna pribadi dan antar pribadi. Makna pribadi merupakan makna yang dicapai
oleh seseorang pada saat mereka melakukan komunikasi dengan orang lain
sambil membawa pengalamannya ke dalam proses interaksi. Makna pribadi ini
membantu seseorang untuk tidak hanya menemukan informasi mengenai diri
17
sendiri melainkan juga membantu untuk menemukan informasi terkait orang
lain. Adapun makna antar pribadi merupakan kesepakatan antar kedua pihak
untuk memaknai sebuah pesan atau informasi satu sama lainnya. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa seseorang dan orang lain harus berusaha untuk sering
berkomunikasi memaknai pesan atau informasi untuk menciptakan interpretasi
yang sama. Hal ini menjadi sedikit sulit karena adanya simbol pesan yang
terkadang tidak dikomunikasikan, namun dengan dapat diberlakukannya
komunikasi yang intens dan makna yang sama, maka sebuah aturan pribadi
dapat berubah menjadi aturan standar dalam membina hubungan. (West &
Turner, 2010: 97)
2.2.4.2 Hierarki dari Makna yang Terorganisir
Dalam Teori Manajemen Makna Terkoordinasi, manusia dianggap
melakukan organisasi sebuah makna secara bertingkat dengan berusaha saling
memahami satu sama lain pesan apa yang sesungguhnya disampaikan. Pearce
dan Cronen (dalam West & Turner, 2010: 98-101) menjelaskan adanya 6 tingkat
atau hierarki sebuah makna yakni :
1. Isi
Isi merupakan cara seseorang dalam menafsirkan sebuah makna dan
mencoba mengartikan simbol-simbol kedalam bagian yang terpisah atau
menyatu. Secara sederhana, isi merupakan bahan materi untuk nantinya
dimaknai oleh seseorang dalam berkomunikasi.
2. Tindak Tutur
Tindak tutur merupakan cara seseorang dalam berkomunikasi misalnya
bertanya, memberikan sebuah pujian dan mengancam,. Sehingga dapat
dikatakan tindak tutur seperti sebuah respons terhadap apa yang dikatakan
atau dilakukan orang lain. Dan oleh karenanya, dalam berkomunikasi untuk
menciptakan sebuah hubungan yang baik, maka tindak tutur perlu menjadi
perhatian karena pemaknaan dalam setiap orang berbeda dan hal ini
bertujuan untuk menghindari adanya kesalahan interpretasi.
3. Episode
Episode merupakan rutinitas atau kegiatan komunikasi yang dilakukan dari
awal, pertengahan hingga akhir dan dapat membantu seseorang untuk
menjelaskan bagaimana tindakan, sikap orang lain melalui kegiatan
komunikasi yang dilakukan. Pearce (dalam West & Turner, 2010: 100)
menyatakan bahwa sebuah episode menjadi hal yang tidak pasti karena
setiap episode yang dimiliki seseorang memiliki perbedaan makna dan
episode-episode yang terjadi begitu beragam ketika bertemu dengan orang
yang sama ataupun berbeda.
4. Hubungan
Hubungan merupakan kesepakatan dan pengertian antara dua orang yang
menyadari batasan dalam mencari makna dimana sebuah hubungan itu
berada. Hubungan dapat dilihat pula seperti sebuah kontrak yang di masa
depan, hubungan tersebut dapat bersifat baik ataupun tidak. Hubungan
menciptakan adanya perbedaan baik antara atasan dan bawahan, rekan
kerja, pasangan, sehingga memiliki makna berbeda ketika seseorang
melakukan komunikasi.
5. Naskah Kehidupan
Naskah kehidupan merupakan kelompok-kelompok episode baik masa lalu
atau masa kini yang menciptakan suatu sistem makna yang dapat dikelola
bersama dengan orang lain. Hal ini berarti bahwa cara berkomunikasi
seseorang dan membina hubungan bersama orang lain, bergantung pada
bagaimana cara seseorang memaknai episode yang telah terjadi dan akan
menentukan bagaimana sikap dan komunikasinya bersama orang lain untuk
episode berikutnya.
6. Pola Budaya
Pola budaya merupakan gambaran mengenai sebuah dunia dan bagaimana
hubungan seseorang dengan hal tersebut. Hal ini berarti hubungan
seseorang bersama orang lain bergantung pada bagaimana cara mereka
memaknai dunia dan hal tersebut terkait dengan budaya apa yang terbentuk
19
sehingga
hal tersebut menjadi pengalaman pada
saat seseorang
berkomunikasi dan berhubungan.
Melalui keenam hierarki diatas, maka seseorang dapat memahami
bagaimana sebuah makna dapat dikoordinasikan dan dikelola. Pada saat
melakukan komunikasi dan memaknai suatu hal, tidak dipungkiri muncul
ketidakselarasan yang dapat memicu adanya pertentangan. Sehingga
komunikasi tersebut hanya dapat diperbaiki ketika seseorang mampu untuk
menelusuri semua perbedaan dan pertentangan yang ada dengan menggali
naskah kehidupan yang telah terjadi.
2.2.4.3 Koordinasi Makna
Koordinasi makna merupakan usaha dari dua orang atau lebih untuk
mengartikan sebuah pesan yang berurutan dalam percakapan mereka. Pada saat
melakukan percakapan, koordinasi dapat saja tercapai, tidak tercapai atau
tercapai namun dalam tingkatan tertentu. Hal ini berarti bahwa dalam memaknai
sebuah pesan atau informasi dari orang lain, maka seseorang perlu menjadi
pembicara atu komunikator yang baik, membuat suatu kisah yang berkaitan
sehingga ketika tujuan tercapai dan kebutuhan dirasa sama, maka koordinasi
sudah dikatakan baik.
Pearce (dalam West & Turner, 2010: 104) membahas mengenai
bagaimana koordinasi dapat mudah dilakukan. Koordinasi akan lebih mudah
untuk dipahami, pada saat seseorang tidak terlalu banyak menjelaskan,
melainkan mengamati sikap dari orang lain yang berinteraksi dengan sesamanya.
Pengamatan dianggap menjadi lebih baik, karena mencapai koordinasi
merupakan hal yang sulit ketika setiap orang memiliki perbedaan dalam
memaknai suatu hal.
2.2.4.4 Aturan dan Pola Berulang yang Tidak Diinginkan
Aturan
merupakan
salah
satu
cara
untuk
mengelola
dan
mengkoordinasikan makna yang ada. Aturan disini bukan merupakan aturan
yang baku dan harus ditaati, melainkan aturan disini lebih kepada bagaimana
setiap orang mampu untuk fleksibel, memahami realitas sosial dan
mengintegrasikan aturan ketika mereka memutuskan bagaimana harus bertindak
dalam situasi tertentu. (West & Turner, 2010: 106)
Menurut Pearce dan Cronen (dalam West & Turner, 2010: 107) terdapat
dua jenis aturan yakni aturan konstitutif dan aturan regulatif. Aturan konstitutif
merupakan bagaimana seseorang memahami sebuah peristiwa atau pesan dalam
konteks yang ada. Seseorang dapat memiliki pemahaman yang berbeda terkait
peristiwa yang sama karena perbedaan konteks yang menjadikan seseorang
harus menciptakan makna yang berbeda dan tidak memaksa seseorang untuk
berperilaku. Sedangkan aturan regulatif merupakan tindakan yang dilakukan dan
penyampaian pesan yang diberikan dalam sebuah percakapan. Sehingga dapat
dikatakan bahwa aturan ini merujuk pada bagaimana cara seseorang dalam
menanggapi dan berperilaku.
Kemudian perbedaan dalam memaknai suatu hal dan tindakan dalam
merespons sebuah makna akan menciptakan sebuah pola komunikasi, dimana
dalam hubungan terjadi permasalahan yang tidak diinginkan dan hal tersebut
terjadi secara berulang. Sehingga dalam melakukan makna koordinasi sebuah
pesan, perdebatan dan permasalahan dapat saja muncul dan oleh karenanya hal
ini berkaitan dengan teori selanjutnya terkait pertentangan dalam hubungan.
Dalam penelitian ini, Teori Manajemen Makna Terkoordinasi tidak secara
spesifik dibahas dan digali lebih dalam karena teori ini sebagai teori pendukung
yang ditemukan dalam hasil penelitian. Sehingga teori ini digunakan sebagai
pengantar makna dari sebuah hubungan dan cara mengelola hubungan yang
dilakukan oleh karyawan antar divisi dalam Departemen Komunikasi Bank
Indonesia. Kemudian untuk Teori Dialektika Relasi sendiri akan dibahas lebih
dalam untuk pengelolaan pertentangan yang terjadi dalam sebuah hubungan.
Dengan adanya sebuah pertentangan dalam hubungan, juga respons yang
dihadapi maka terdapat beberapa konsep yang terkait dengan pengelolaan dan
penyelesaian pertentangan, salah satunya melalui sebuah dialog. Pola hubungan
yang diciptakan dan komunikasi efektif untuk mengembangkan hubungan juga
menjadi konsep yang mendukung untuk pengelolaan hubungan.
21
2.2.5 Exploring Interpersonal Communication (Mengembangkan Komunikasi
AntarPribadi)
Dalam
membentuk
suatu
hubungan
komunikasi,
diperlukan
membuat suatu keputusan dalam menentukan kata yang akan digunakan
dan tindakan dalam dunia kerja. Salah satu pembahasan dalam Exploring
Interpersonal Communication ini berkaitan dengan adanya prinsip dari
dialog yang juga berkaitan dengan dialektika pada bagian sebelumnya.
Menurut Anderson, Cissna dan Arnett (dalam Goodall, Goodall &
Schiefelbein, 2010: 109) Dialog lebih menekankan pada penemuan atau
cara dibandingkan dengan menyebarkan informasi. Peter Kellet (dalam
Goodall, Goodall & Schiefelbeik, 2010: 109) menerapkan gagasan
dialektika relasional untuk menciptakan dialog dalam organisasi yang
terdiri atas tiga hal yakni :
1. Fokus satu sama lain
Kedua pasangan dalam dialog harus menggunakan pengalamannya
untuk belajar dan bertumbuh. Masing-masing komunikator secara
sadar harus mencoba untuk membantu orang lain.
2. Menemukan daripada mengungkapkan
Komunikator harus mengajukan pertanyaan yang bertujuan untuk
meningkatkan pemahaman tentang posisi, sudut pandang, dan
perspektif orang lain. Hindari untuk melakukan pengungkapan diri
yang dapat mengurangi penemuan akan makna.
3. Lebih tertarik pada akses daripada di dominasi
Komunikator harus menghindari strategi yang dirancang untuk
merendahkan perspektif yang ditawarkan oleh orang lain. Setiap
orang harus tetap terbuka untuk perbedaan pendapat, nilai-nilai, dan
keyakinan.
Pertukaran
pembicaraan
harus
bertujuan
mengungkapkan perbedaan agar tercipta saling pengertian.
untuk
Baxter (Dalam Littlejhon & Foss, 2009: 302) menyatakan “Dialog
merupakan percakapan yang mendefinisikan ulang hubungan ketika
hubungan muncul dalam situasi sebenarnya”. Baxter menulis bahwa
hubungan adalah dialektis dan dialogis yang berarti bahwa tekanan hubungan
ditangani melalui pembicaraan yang selaras. Baxter menilai adanya beberapa
proses dialog sebuah hubungan yakni :
1. Hubungan dihasilkan melalui dialog
Dalam pandangan ini, melalui dialog seseorang dapat mendefinisikan
hubungannya dengan orang lain. Gagasan mengenai diri sendiri, orang
lain dan hubungan terbentuk dalam pembicaraan yang terjadi dalam
beberapa cara. Baxter menyebut bahwa pada saat yang sama,
seseorang dapat mengenali perbedaan antara dirinya dan orang lain
dalam hubungan.
2. Dialog menghasilkan sebuah kesempatan untuk mencapai sebuah
persatuan dalam perbedaan.
Melalui dialog, seseorang dapat mengatur dinamika pertentangan yang
ada pada dirinya dan bersama-sama mengatur pertentangan yang ada
melalui pemahaman secara bersama.
3. Dialog adalah wacana.
Sebuah gagasan bahwa praktik dan estetika bukanlah sesuatu yang
langsung ada, tetapi perlu adanya komunikasi. Baxter mengingatkan
bahwa dialog adalah percakapan, dimana hubungan itu tidak pernah
tunggal, tetapi merupakan proses maju mundur yang berjalan seiring
dengan waktu.
2.2.6 Pola Hubungan
Pola
hubungan
merupakan
aturan
bersama
yang
telah
dikembangkan oleh orang-orang yang terlibat dalam sebuah hubungan.
Pada saat hubungan berkembang, maka pola komunikasi atau karakter
sebuah komunikasi juga berkembang. Dalam Ruben(2006:261-263)
23
terdapat beberapa pola komunikasi guna mengembangkan atau
mengurangi sebuah hubungan yakni :
1. Supportive and Defensive Climates
Pola komunikasi dapat menciptakan sebuah iklim, dimana iklim
dan perilaku dapat dicirikan secara berkala mulai dari yang
sifatnya mendukung hingga defensif. Iklim mendukung cenderung
dicirikan dengan pola komunikasi yang lebih banyak menjelaskan
atau mengevaluasi dibandingkan dengan menghakimi seseorang,
fokus dalam menyelesaikan masalah, bersikap empati dan cepat
dalam merespons suatu masalah. Sedangkan iklim yang bersifat
defensif terlihat dari pola komunikasi yang dibentuk dengan selalu
menghakimi
orang lain,
mengontrol perilaku
orang
lain,
menegaskan apa yang ada dalam benak seseorang.
2. Dependencies and Counterdependencies
Dalam sebuah hubungan yang terjadi, terdapat dinamika antara
ketergantungan
dan
kontra
ketergantungan.
Hubungan
ketergantungan ada ketika satu individu dalam hubungan yang
sangat tergantung pada yang lain untuk memenuhi kebutuhan dan
individu cenderung akan mengandalkan orang lain dalam
berbagai keadaan yang tak berhubungan. Sedangkan kontra
ketergantungan merupakan suatu pola hubungan yang tidak
bergantung pada orang lain, dengan menunjukkan bentuk
komunikasi yang percaya diri, yakin namun pada dasarnya di
dalam diri individu tersebut tetap merasa adanya keraguan.
Kontra ketergantungan juga dapat diartikan sebagai kondisi
individu yang berhubungan dengan orang lain namun bukan
karena bergantung, melainkan adanya topik atau pesan yang
sesuai.
3. Progressive and Regressive Spirals
Pada saat tindakan individu dalam hubungan bersifat konsisten
dengan tujuan serta kebutuhan, maka hubungan akan progresif
dalam peningkatan secara terus menerus menjadi harmonis dan
puas. Dalam hubungan yang progresif ini, pengolahan umpan
balik dari interaksi makna menyebabkan rasa positif dalam
pengalaman mereka. Sedangkan pola hubungan juga dapat
berubah karenan berkurangnya kepuasan dan harmoni. Hal ini
dikarenakan
hubungan
ketidaknyamanan,
regresif
ketidakpuasan,
yakni
meningkatnya
frustasi
pada
saat
berkomunikasi dengan orang lain.
2.2.7 Communicating in Developing Relationships (Komunikasi dalam
Mengembangkan hubungan)
Komunikasi AntarPribadi berkembang dan menciptakan hubungan
yang baik bergantung pada bagaimana seseorang dapat mengembangkan
dan
mengelola
komunikasi
yang
dilakukan.
DeVito(2013:
247)
memberikan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengelola dan
mengembangkan komunikasi untuk menciptakan hubungan yang efektif
yaitu :
1. Bersikap baik
Komunikasi
dapat
dilakukan
secara
sopan,
penuh
senyum,
bersahabat, berbagi pengalaman masa depan bersama-sama.
2. Berkomunikasi
Mulailah dengan komunikasi kecil seperti mengucapkan salam yang
pada
akhirnya
dapat
membangun
hubungan
awal.
Ketika
berkomunikasi, katakan segala sesuatu secara jujur dan terbuka dalam
hubungan dan bagikan perasaan yang ada pada diri anda.
3. Terbuka
Ketika berada dalam situasi diskusi, maka lebih baik banyak
mendengarkan orang lain, berikan saran yang membuat orang lain
merasa nyaman.
25
4. Memberi Kepastian
Ketika membina hubungan, buatlah hubungan yang pasti dan
meyakinkan seperti nyatakan pentingnya keberadaan orang lain
sehingga orang lain merasa bahwa anda mengakui keberadaannya.
5. Berbagi aktivitas bersama
Dalam mengelola hubungan yang baik, habiskan waktu bersama
dengan orang lain seperti berolahraga, mengunjungi beberapa teman,
perayaan ulang tahun.
6. Bersikap positif
Buatlah
sebuah
bentuk
interaksi
atau
komunikasi
yang
menyenangkan dan tidak bermusuhan kepada orang lain. Anda dapat
juga menghindari sesuatu yang dapat memicu perdebatan.
7. Fokus dalam meningkatkan diri sendiri
Ketika membina hubungan dengan orang lain, seseorang tidak hanya
memikirkan bagaimana menyenangkan orang lain melainkan juga
bagaimana dirinya sendiri dapat menjadi baik, positif dan disenangi.
8. Bersikap empati
Merupakan pemahaman terhadap apa yang dirasakan oleh orang lain
dan menunjukkan adanya kesamaan dalam diri dengan apa yang
dirasakan oleh orang lain.
2.2.8 Public Relations
2.2.8.1 Definisi Public Relations
Menurut John E.Marston (dalam Nurjaman & Umam, 2012:
105) definisi Public Relations menjadi lebih spesifik adalah seni untuk
membuat perusahaan anda disukai dan dihormati oleh para karyawan,
konsumen, dan penyalurnya.
Definisi yang berkaitan dengan
manajemen dikeluarkan oleh Public Relations News, yaitu “Public
Relations adalah fungsi manajemen yang melakukan evaluasi terhadap
sikap-sikap
publik,
mengidentifikasi
kebijakan
dan
prosedur
seseorang/perusahaan terhadap publiknya, menyusun rencana, serta
menjalankan program komunikasi untuk memperoleh pemahaman dan
penerimaan publik”.
“Public Relations is the management function that establish and
maintains mutually beneficial relationships between an organization
and the publics on whom its success or failure depends”.(Cutlip,
Center & Broom, 2013: 29).
Public Relations adalah fungsi manajemen yang membangun
dan mempertahankan hubungan yang saling menguntungkan antara
organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau
kegagalan organisasi.
Dalam pemahaman ini, Public Relations dikaitkan dengan
fungsi manajemen, dan diyakini bahwa setiap organisasi akan
berhubungan dengan publik baik internal maupun eksternal, sehingga
Public Relations akan melaksanakan fungsi manajemen dalam rangka
menciptakan keuntungan namun dapat juga merugikan organisasi, jika
tidak dikelola dengan baik.
Sebuah satuan tugas bentukan “PRSA”, Public Relations Society
of America, mengemukakan bahasan mengenai Public Relations yakni
“Public Relations adalah upaya organisasi untuk meraih kerja sama
dengan sekelompok orang. Public Relations membantu organisasi
berinteraksi dan berkomunikasi secara efektif dengan publik utama
mereka”. (Butterick, 2012: 9)
Public
Relations
berdasarkan
pemahaman
teori
yang
disampaikan beberapa ahli, maka dapat dirumuskan bahwa Public
Relations adalah pihak yang mampu bekerja sama dengan pihak lain
dalam organisasi guna merencanakan, menyusun strategi maupun
membina hubungan. Keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh Public
Relations adalah untuk kepentingan organisasi baik publik internal
maupun eksternal, untuk memperoleh dampak positif bagi organisasi.
27
2.2.8.2 Tujuan Public Relations
Menurut Rosady Ruslan (dalam Nurjaman & Umam, 2012: 113)
menyebutkan bahwa tujuan Public Relations adalah sebagai berikut :
1. Menumbuhkembangkan citra perusahaan yang positif untuk publik
eksternal atau masyarakat dan konsumen;
2. Mendorong tercapainya saling pengertian antara publik sasaran
dengan perusahaan;
3. Mengembangkan sinergi fungsi pemasaran dengan Public Relations;
4. Efektif dalam membangun pengenalan merk dan pengetahuan merk;
5. Mendukung bauran pemasaran.
2.2.8.3 Fungsi Public Relations
Menurut Nurjaman & Umam (2012: 114-115) dalam bukunya
Komunikasi & Public Relations membahas banyak fungsi Public Relations
menurut beberapa pandangan salah satunya adalah Maria(2002: 31) yang
menyatakan fungsi Public Relations, yaitu sebagai berikut :
1. Kegiatan yang bertujuan memperoleh itikad baik, kepercayaan, saling
pengertian, dan citra yang baik dari publik atau masyarakat pada
umumnya.
2. Memiliki sasaran untuk menciptakan opini publik yang bisa diterima
dan menguntungkan semua pihak.
3. Unsur penting dalam manajemen guna mencapai tujuan yang spesifik,
sesuai harapan publik, tetapi merupakan kekhasan suatu organisasi
atau perusahaan. Organisasi memiliki warna, budaya, citra, suasana,
yang
kondusif
dan
menyenangkan,
kinerja
meningkat,
dan
produktivitas yang bisa dicapai secara optimal.
4. Usaha menciptakan hubungan yang harmonis antara organisasi atau
perusahaan dengan publiknya, sekaligus menciptakan opini publik
sebagai efeknya, yang sangat berguna sebagai input bagi organisasi
atau perusahaan yang bersangkutan.
Berdasarkan pemaparan teori dan konsep yang ada, maka
Komunikasi AntarPribadi merupakan pertukaran informasi atau pesan
yang terjadi antara satu orang dengan orang lain dalam berbagai
konteks dan menciptakan sebuah Hubungan AntarPribadi yang dapat
terus berlanjut atau berhenti bergantung pada bagaimana cara
seseorang mengelola hubungannya. Teori Manajemen Makna
Terkoordinasi merupakan teori yang membahas mengenai bagaimana
seseorang dalam melakukan hubungan komunikasi terdapat suatu
proses memahami sebuah pesan yang bertujuan untuk menciptakan
persamaan makna, agar hubungan dapat terus berjalan baik tanpa
adanya perbedaan makna. Selain itu teori ini juga menjelaskan
bagaimana seseorang harus mengatur tindakannya dan memahami
perbedaan konteks yang ada.
Dalam memaknai sebuah hubungan, pertentangan ternyata
juga menjadi bagian yang tidak dapat dihilangkan dalam mengelola
sebuah hubungan. Teori Dialektika Relasional merupakan teori yang
memaparkan
bahwa
dalam
Hubungan
AntarPribadi
terdapat
ketegangan yang ada pada diri individu dan dibawa ketika
berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi AntarPribadi menjadi
penting
karena
dalam
ketegangan
yang
terjadi,
dibutuhkan
pengelolaan ketegangan yang dilakukan oleh individu yang
bersangkutan. Kemudian adanya konsep dialog yang merupakan salah
satu cara dalam mengelola pertentangan yang ada yakni melalui
beberapa cara komunikasi yang baik dengan tidak hanya memikirkan
diri sendiri.
Pola hubungan juga tercantum, dimana hubungan terkait
dengan cara berkomunikasi. Seiring dengan berjalannya waktu,
hubungan dapat berubah bergantung pada bagaimana cara seseorang
dalam membentuk pola komunikasi. Kemudian konsep komunikasi
dalam mengembangkan hubungan berisi mengenai bagaimana cara
komunikasi yang efektif untuk dapat mengembangkan sebuah
hubungan yang baik.
Konsep terakhir Public Relations disebutkan bahwa Public
Relations merupakan sebuah seni dan bagaimana menjembatani
29
antara organisasi dengan publik baik internal maupun eksternal guna
menciptakan persamaan makna dan tujuan organisasi.
Bila dikaitkan dengan penelitian yang dilakukan yakni
pengelolaan harmonisasi karyawan antar divisi oleh Departemen
Komunikasi Bank Indonesia, maka teori dan konsep yang digunakan
memiliki kaitan. Teori Manajemen Makna Terkoordinasi membahas
mengenai makna sebuah pesan, dimana penelitian yang dilakukan
mencoba mengetahui bagaimana para karyawan dalam memaknai
hubungannya dan bertindak untuk mengelola hubungan. Teori
Dialektika Relasional membahas mengenai ketegangan dalam
Hubungan AntarPribadi. Pada fenomena yang ada di lapangan,
ditemukan bahwa Komunikasi AntarPribadi dalam hubungannya baik
antar karyawan maupun antar divisi, terkait dengan masalah saling
tumpang tindih dalam komunikasi sehingga menimbulkan ketegangan
dalam Hubungan AntarPribadi. Kemudian dialog, pola hubungan dan
komunikasi dalam mengembangkan hubungan menjadi beberapa cara
untuk mengetahui dan mendukung konsep pengelolaan hubungan
yang dilakukan dalam Departemen Komunikasi.
Departemen Komunikasi sebagai Humas(Public Relations)
tentu terkait dengan bagaimana mengelola hubungan baik internal
maupun eksternal. Dengan berfokus pada pengelolaan hubungan
karyawan antar divisi, maka konsep Public Relations tidak dapat
terlepas dalam penelitian. Berdasarkan penelitian atau masalah yang
ingin diteliti, maka teori dan konsep yang digunakan dirasa sesuai
untuk mendukung penelitian yang dilakukan.
2.3 Kerangka Pemikiran
Pentingnya
mengembangkan
Komunikasi
AntarPribadi
dalam
menciptakan Hubungan AntarPribadi
yang harmonis dalam organisasi.
Departemen Komunikasi Bank Indonesia
sebagai Humas mengelola Hubungan
untuk menciptakan harmonisasi, sebagai
bagian profesionalisme
-
Teori Dialektika Relasi
-
Teori Manajemen Makna Terkoordinasi
-
Dialog
-
Pola Hubungan
-
Komunikasi
Hubungan
-
Public Relations
dalam
Mengembangkan
-
Pendekatan kualitatif
-
Jenis penelitian deskriptif
-
pengumpulan data wawancara,
observasi dan dokumentasi
Interpretasi
hasil
penelitian,
pembahasan, dan Laporan Penelitian.
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Download