pengaruh likuiditas, efisiensi penggunaan modal kerja dan leverage

advertisement
Agus Rahman dan Zainul M : Pengaruh Likuiditas, Efisiensi Penggunaan Modal Kerja ................ ...1
PENGARUH LIKUIDITAS, EFISIENSI PENGGUNAAN MODAL KERJA DAN
LEVERAGE
TERHADAP
PROFITABILITAS
PADA
PERUSAHAAN
MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
Agus Rahman Alamsyah
Zainul Muchlas
Dosen STIE ASIA Malang
Abstract
This study aims to determine how much influence the liquidity proxied current ratio (CR), the efficiency of
working capital is proxied working capital turnover (WCT) and the leverage that proxy debt to equity ratio
(DER) to profitability that proxy return on investment (ROI) on companies Manufacturing Sector Consumer
Goods Industry listed in the Indonesia Stock Exchange. The results showed that the variable current ratio (CR)
partially no effect on the return on investment (ROI), variable working capital turnover (WCT) partially
significant effect on return on investment (ROI) variable debt to equity ratio (DER) is partial no significant
effect on return on investment (ROI). Variable current ratio (CR), working capital turnover (WCT), debt to
equity ratio (DER) simultaneously affect the return on investment (ROI) at manufacturing consumer goods
industry
sectors
listed
on
the
Jakarta
Stock
Exchange
Keywords: liquidity, working capital efficiency, leverage, profitability
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh likuiditas yang diproksikan current ratio
(CR), efisiensi modal kerja yang diproksikan working capital turnover (WCT) dan leverage yang diproksikan
debt to equity ratio (DER) terhadap profitabilitas yang diproksikan return on investment (ROI) pada
Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Variabel current ratio (CR) secara parsial tidak berpengaruh terhadap
terhadap return on investment (ROI), Variabel working capital turnover (WCT) secara parsial berpengaruh
signifikan terhadap return on investment (ROI) Variabel debt to equity ratio (DER) secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap return on investment (ROI). Variabel current ratio (CR), working capital
turnover (WCT), debt to equity ratio (DER) secara simultan berpengaruh terhadap return on investment (ROI)
pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI.
Kata kunci: likuiditas, efisiensi modal kerja, leverage, profitabilitas
Pendahuluan
Menurut Harahap (2011:304) profitabilitas
menggambarkan
kemampuan
perusahaan
mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan
sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas,
modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan
sebagainya. Persaingan yang semakin ketat
menuntut perusahaan untuk mempunyai daya saing
yang tinggi sehingga dapat menghasilkan laba yang
diharapkan. Dasar penilaian profitabilitas adalah
laporan keuangan yang terdiri dari laporan neraca
dan rugi-laba perusahaan. Berdasarkan kedua
laporan keuangan tersebut akan dapat ditentukan
hasil analisis sejumlah rasio dan selanjutnya rasio
ini digunakan untuk menilai beberapa aspek
tertentu dari operasi perusahaan. Analisis
profitabilitas
bertujuan
untuk
mengukur
kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba,
baik dalam hubungannya dengan penjualan, assets,
maupun modal sendiri. Jadi hasil profitabilitas
dapat dijadikan sebagai tolak ukur ataupun
gambaran tentang efektivitas kinerja manajemen
ditinjau dari keuntungan yang diperoleh
dibandingkan dengan hasil penjualan dan investasi
perusahaan.
Rasio profitabilitas (profitability ratio)
menurut Horne dan Wachowicz (2005:222) adalah
“rasio yang menghubungkan laba dari penjualan
dan investasi”, dari rasio profitabilitas dapat
diketahui
bagaimana
tingkat
profitabilitas
perusahaan. Setiap perusahaan mengharapkan
tingkat profitabilitas yang tinggi. Untuk dapat
melangsungkan hidupnya, perusahaan harus berada
dalam keadaan yang menguntungkan (profitable).
Apabila perusahaan berada dalam kondisi yang
tidak menguntungkan, maka akan sulit bagi
perusahaan untuk memperoleh pinjaman dari
kreditor maupun investasi dari pihak luar.
Perusahaan yang bergerak dalam bidang
manufaktur memerlukan perhatian yang lebih
terhadap pengelolaan aktiva lancarnya agar lebih
efisien. Hal ini karena proporsi aktiva lancar
perusahaan manufaktur biasanya lebih dari
setengah total aktiva. Oleh karena itu, return on
investment (ROI) menghubungkan keuntungan
yang diperoleh dari operasi perusahaan (net
operating income) dengan jumlah investasi atau
aktiva yang digunakan untuk menghasilkan
2
Jurnal JIBEKA Volume 10, Nomor 1 Agustus 2016 : 1 - 10
keuntungan operasi tersebut (net operating assets).
Sebutan lain untuk ROI adalah “net operating
profit rate of return” atau “operating earning
power” (Munawir, 1995:89). Efisiensi modal kerja
adalah ketepatan cara (usaha dan kerja) dalam
menjalankan sesuatu yang tidak membuang waktu,
tenaga, biaya dan kegunaan berkaitan penggunaan
modal kerja yaitu mengupayakan agar modal kerja
yang tersedia tidak kelebihan dan tidak
kekurangan. Pengelolaan modal kerja yang efisien
dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Efisiensi modal kerja dipengaruhi oleh perputaran
modal kerja. Perputaran modal kerja yang rendah
menunjukkan adanya kelebihan modal kerja yang
disebabkan rendahnya turnover persediaan dan
piutang atau adanya saldo kas yang terlalu besar.
Penurunan laba menunjukkan pendapatan yang
menurun atau naiknya biaya-biaya yang digunakan
untuk menghasilkan laba. Perusahaan yang efisien
dalam penggunaan modal kerjanya dinilai dengan
membandingkan modal kerja dengan hasil laba
yang didapatkan. Jika dinaikkan modal kerja yang
digunakan sedangkan hasil laba yang didapatkan
semakin berkurang maka perusahaan tersebut
penggunaan modal kerjanya tidak efisien begitu
pula sebaliknya (Riyanto, 2010:28).
Pendanaan dengan utang secara langsung
meningkatkan leverage perusahaan. Menurut
Sjahrial (2007:147), leverage adalah penggunaan
aktiva dan sumber dana oleh perusahaan yang
memiliki biaya tetap (beban tetap) berarti sumber
dana yang berasal dari pinjaman karena memiliki
bunga sebagai beban tetap. Ada dua tipe leverage
yaitu operating leverage (leverage operasi) dan
financial leverage (leverage keuangan). Operating
leverage
terjadi
pada
saat
perusahaan
menggunakan aktiva yang menimbulkan beban
tetap yang harus ditutup dari hasil operasinya.
Financial leverage terjadi pada saat perusahaan
menggunakan aktiva yang menimbulkan beban
tetap yang harus ditutup dari hasil operasinya.
Financial leverage adalah penggunaan sumber
dana yang memiliki beban tetap dengan harapan
bahwa akan memberikan tambahan keuntungan
yang lebih besar daripada beban tetapnya sehingga
akan meningkatkan keuntungan yang tersedia bagi
pemegang saham (Sartono, 2010:263). Pembiayaan
dengan utang atau leverage keuangan menurut
Brigham dan Houston (2001:84) memiliki tiga
implikasi penting, yaitu: Pertama, memperoleh
dana melalui utang membuat pemegang saham
dapat
mempertahankan
pengendalian
atas
perusahaan dengan investasi yang terbatas. Kedua,
kreditur melihat ekuitas atau dana yang disetor
pemilik untuk memberikan marjin pengaman,
sehingga jika pemegang saham hanya memberikan
sebagian kecil dari total pembiayaan, maka risiko
perusahaan sebagian besar ada pada kreditur.
Ketiga, jika perusahaan memperoleh pengembalian
yang lebih besar atas investasi yang dibiayai
dengan dana pinjaman dibanding pembayaran
bunga, maka pengembalian atas modal pemilik
akan lebih besar. Pada dasarnya, jika perusahaan
meningkatkan jumlah utang sebagai sumber
dananya hal tersebut dapat meningkatkan risiko
keuangan. Jika perusahaan tidak dapat mengelola
dana yang diperoleh dari utang secara produktif,
hal tersebut dapat memberikan pengaruh negatif
dan berdampak terhadap menurunnya profitabilitas
perusahaan. Sebaliknya jika utang tersebut dapat
dikelola dengan baik dan digunakan untuk proyek
investasi yang produktif, hal tersebut dapat
memberikan pengaruh yang positif dan berdampak
terhadap peningkatan profitabilitas perusahaan.
Likuiditas sebagai alat pengukur seberapa
besar kemampuan perusahaan didalam memenuhi
kebutuhan kas untuk membayar kewajiban jangka
pendek maupun untuk membayai operasional
sehari-hari sebagai modal kerja. Likuiditas
mempunyai hubungan yang erat dengan
profitabiltas, karena likuiditas menunjukkan tingkat
ketersediaan modal kerja yang dibutuhkan dalam
kegiatan operasional. Menurut Horne dan
Machowicz (2005:313) dalam bukunya prinsipprinsip manajemen keuangan dikatakan bahwa
kemampuan memperoleh laba berbanding terbalik
dengan likuiditas. Hal ini menjadi permasalahan
dalam perusahaan yang dihadapkan pada persoalan
bertolak belakangnya likuiditas dan profitabilitas
perusahaan. Bilamana perusahaan menetapkan aset
yang besar, kemungkinan yang terjadi pada tingkat
likuiditas akan aman, akan tetapi harapan untuk
mendapatkan laba yang besar akan turun yang
kemudian akan berdampak pada profitabilitas
perusahaan ataupun sebaliknya. Makin tinggi
likuiditas, maka makin baik posisi perusahaan
dilihat dari kreditur oleh karena terdapat
kemungkinan yang lebih besar bahwa perusahaan
akan dapat membayar kewajibannya tepat pada
waktunya. Di lain pihak, ditinjau dari segi sudut
pemegang saham, likuiditas yang tinggi tak selalu
menguntungkan karena berpeluang menimbulkan
dana–dana yang menganggur yang sebenarnya
dapat digunakan untuk berinvestasi dalam proyekproyek yang menguntungkan perusahaan.
Penelitian Telasih (2014) meneliti tentang
Pengaruh Efisiensi Modal Kerja, Likuiditas dan
Size Perusahaan terhadap Tingkat Return on
Investment pada Perusahaan Manufaktur Sektor
Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Daftar
Efek Syariah Periode 2009-2012 menunjukkan
bahwa WCT, CR dan Size berpengaruh signifikan
dan mempunyai koefisien positif terhadap ROI.
Berbeda dengan penelitian Ima (2007) meneliti
tentang Analisis Pengaruh Efisiensi Modal Kerja,
Likuiditas dan Solvabilitas terhadap Profitabilitas
menunjukkan
bahwa
hanya
WCT
yang
berpengaruh signifikan terhadap ROI dan
Agus Rahman dan Zainul M : Pengaruh Likuiditas, Efisiensi Penggunaan Modal Kerja ................ ...3
pengaruhnya adalah positif. Penelitian Sari (2010)
meneliti tentang Pengaruh Efisiensi Modal Kerja,
Leverage, Likuiditas dan Firm Size terhadap
Profitabilitas menunjukkan WCT, DER, CR dan
Firm Size berpengaruh secara simultan dan parsial
terhadap ROA.
Landasan teori
1. Likuiditas
Menurut Sartono (2010:116) likuiditas
adalah “menunjukan kemampuan untuk membayar
kewajiban finansial jangka pendek tepat pada
waktunya, likuiditas perusahaan ditunjukkan oleh
besar kecilnya aktiva lancar yaitu yang mudah
untuk di ubah menjadi kas yang meliputi kas, surat
berharga, piutang, persediaan”. Menurut Riyanto,
(2010:25-26)
“masalah
likuiditas
adalah
berhubungan dengan masalah kemampuan suatu
perusahaan
untuk
memenuhi
kewajiban
finansialnya yang segera harus di penuhi. Jumlah
alat-alat pembayaran (alat-alat likuid) yang dimiliki
oleh perusahaan pada suatu saat tertentu merupakan
kekuatan membayar dari perusahaan yang
bersangkutan”.
Untuk menilai likuiditas perusahaan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Current
ratio sebagai alat untuk menganalisa dan menilai
posisi likuiditas perusahaan. Menurut Riyanto,
(2010:28) “current ratio adalah perbandingan
antara aktiva lancar dengan utang lancar , maka
setiap transaksi yang mengakibatkan perubahan
jumlah aktiva lancar atau utang lancar baik masingmasing
atau
kedua-duanya,
akan
dapat
mengakibatkan perubahan current ratio, yang ini
berarti akan mengakibatkan perubahan tingkat
likuiditas”. Current ratio yang tinggi menunjukkan
posisi yang baik bagi para kreditor, oleh karena
terdapat kemungkinan yang lebih besar bahwa
utang perusahaan itu akan dapat dibayar pada
waktunya. Hal ini terutama berlaku bila pimpinan
perusahaan menguasai pos-pos modal kerja dengan
ketat/dengan semestinya. Di lain pihak, ditinjau
dari sudut pemegang saham suatu current ratio
yang tinggi tak selalu paling menguntungkan,
terutama bila terdapat saldo kas yang lebih dan
jumlah piutang dan persediaan adalah terlalu besar.
Pada umumnya suatu current ratio yang rendah
lebih banyak mengandung risiko dari pada suatu
current ratio yang tinggi, tetapi kadang-kadang
suatu current ratio yang rendah menunjukkan
pimpinan perusahaan menggunakan aktiva lancar
sangat efektif yaitu bila saldo disesuaikan dengan
kebutuhan minimum saja dan perputaran piutang
dari persediaan ditingkatkan sampai pada tingkat
maksimum. Jumlah kas yang diperlukan tergantung
dari besarnya perusahaan dan terutama dari jumlah
uang yang diperlukan untuk membayar utang
lancar, berbagai biaya rutin dan pengeluaran
darurat (Tunggal, 2005:157). Munawir (2001:72)
menyatakan “current ratio 200% kadang sudah
memuaskan bagi suatu perusahaan, tetapi jumlah
modal kerja dan besarnya rasio tergantung pada
beberapa faktor, suatu standar atau rasio yang
umum tidak dapat ditentukan untuk seluruh
perusahaan”. Current ratio 200% hanya merupakan
kebiasaan atau rule of thumb dan akan digunakan
sebagai titik tolak untuk mengadakan penelitian
atau analisa yang lebih lanjut. Current ratio ini
menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety)
kreditor jangka pendek atau kemampuan
perusahaan untuk membayar hutang-hutang
tersebut. Tetapi suatu perusahaan dengan current
ratio yang tinggi belum tentu menjamin akan dapat
dibayarnya hutang perusahaan yang sudah jatuh
tempo karena proporsi atau distribusi dari aktiva
lancar yang tidak menguntungkan, misalnya jumlah
persediaan yang relatif tinggi dibandingkan
taksiran tingkat penjualan yang akan datang
sehingga tingkat perputaran persediaan rendah dan
menunjukkan adanya over investment dalam
persediaan tersebut atau adanya saldo piutang yang
besar yang mungkin sulit untuk ditagih. Rasio ini
bisa dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut (Sawir, 2001:10):
CR
Aktiva Lancar
x 100%
Kewajiban Lancar
2. Modal kerja
a. Pengertian modal kerja
Menurut Kasmir (2010:250) Pengertian modal
kerja secara mendalam terkandung dalam
konsep modal kerja yang dibagi menjadi tiga
macam, yaitu:
1) Konsep kuantitatif, menyebutkan bahwa
modal kerja adalah seluruh aktiva lancar.
Dalam konsep ini adalah bagaimana
mencukupi kebutuhan dana untuk membiayai
operasi perusahaan jangka pendek. Konsep ini
sering disebut dengan modal kerja kotor
(gross working capital).
2) Konsep kualitatif, merupakan konsep yang
menitikberatkan kepada kualitas modal kerja.
Konsep ini melihat selisih antara jumlah
aktiva lancar dengan kewajiban lancar.
Konsep ini disebut modal kerja bersih atau net
working capital.
3) Konsep fungsional, menekankan kepada
fungsi dana yang dimiliki perusahaan dalam
memeroleh laba. Artinya sejumlah dana yang
dimiliki dan digunakan perusahaan untuk
meningkatkan laba perusahaan. Semakin
banyak dana yang digunakan sebagai modal
kerja seharusnya dapat meningkatkan
perolehan laba. Demikian pula sebaliknya,
jika dana yang digunakan sedikit, labapun
4
Jurnal JIBEKA Volume 10, Nomor 1 Agustus 2016 : 1 - 10
akan menurun. Akan tetapi, dalam
kenyataannya terkadang kejadiannya tidak
selalu demikian.
b. Siklus modal kerja
Proses pemutaran modal kerja akan selalu
berjalan selama perusahaan masih beroperasi,
modal kerja berputar terus-menerus dalam
perusahaan karena dipakai untuk membiayai
operasi seharihari. Proses pemutaran modal kerja
itu dinamakan lingkaran modal kerja, yang akan
selalu berputar selama perusahaan merupakan
going concern atau masih berjalan (Tunggal,
2005:91).
Analisis tentang lingkaran modal kerja
dimulai dengan kas, uang kas ditanam dalam
persediaan dan berbagai alat dan jasa, di samping
dibiayai dari para pemasok dengan kredit, yang
kemudian memerlukan pembiayaan dengan kas.
Maka
proses
kas,
persediaan-piutang-uang
merupakan lingkaran modal kerja, dan akan
berputar terus-menerus selama perusahaan itu
berjalan.
c. Efisiensi modal kerja
Efisiensi modal kerja adalah pemanfaatan
modal kerja dalam aktivitas operasional perusahaan
secara optimal sehingga mampu meningkatkan
kemakmuran bagi perusahaan sendiri (Hakim,
2010:80). Manajemen atau pengelolaan modal
kerja merupakan hal yang sangat penting agar
kelangsungan usaha sebuah perusahaan dapat
dipertahankan (Hanafi dan Halim, 2005:125).
Kesalahan atau kekeliruan dalam pengelolaan
modal kerja akan menyebabkan buruknya kondisi
keuangan perusahaan sehingga kegiatan perusahaan
dapat terhambat atau terhenti sama sekali.
Rasio-rasio
yang
digunakan
untuk
mengukur efisiensi modal kerja dalam penelitian
ini adalah Perputaran Modal Kerja (Working
Capital Turnover). Rasio ini menunjukkan
banyaknya penjualan (dalam rupiah) yang dapat
diperoleh perusahaan untuk tiap rupiah modal
kerja. Formulasi dari working capital turnover
(WCT) adalah sebagai berikut (Sawir, 2001:16):
WCT
3.
Penjualan
x 100%
Aktiva Lancar - Utang Lancar
Leverage
Menurut
Brigham
dan
Houston
(2009:101) “leverage adalah, seberapa jauh
perusahaan menggunakan pendanaan melalui
hutang”. Menurut Sutrisno (2009:217) “rasio
leverage adalah rasio yang menunjukkan seberapa
besar kebutuhan dana perusahaan dibelanjai dengan
hutang”. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur
sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai
oleh hutang. Rasio ini menunjukkan indikasi
tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman
(bank) (Salno dan Baridwan, 2000:103).
Dalam arti luas dikatakan bahwa rasio ini
digunakan
untuk
mengukur
kemampuan
perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya,
baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila
perusahaan dibubarkan (dilikuidasi). Leverage
suatu perusahaan menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban
finansialnya, apabila perusahaan
sekiranya
dilikuidasikan (Riyanto, 2010:32). Pengertian
leverage dimaksudkan sebagai kemampuan
perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya
(baik jangka pendek dan jangka panjang). Menurut
Munawir (2002:32) “leverage adalah kemampuan
perusahaan
untuk
memenuhi
kewajiban
keuangannya
apabila
perusahaan
tersebut
dilikuidasikan, baik kewajiban jangka pendek
maupun jangka panjang”.
Semakin tinggi rasio leverage maka
semakin tinggi pula resiko kerugian yang dihadapi,
tetapi juga ada kesempatan mendapatkan laba yang
besar. Sebaliknya apabila perusahaan memiliki
rasio leverage yang rendah tentu mempunyai risiko
kerugian yang lebih kecil. Dampak ini juga
mengakibatkan
rendahnya
tingkat
hasil
pengembalian (return) pada saat perekonomian
tinggi.
Adapun rasio yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Debt to equity ratio. Menurut
Kasmir (2010:156) “debt to equity merupakan rasio
yang digunakan untuk menilai utang dan ekuitas.
Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara
seluruh utang lancar dengan seluruh utang ekuitas”.
Husnan dan Pudjiastuti (2006:70) berpendapat
bahwa “debt to equity ratio (DER) merupakan rasio
yang menunjukan perbandingan antara hutang
dengan modal sendiri”. Berdasarkan pendapat di
atas, debt to equity ratio (DER) digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menutup
sebagian atau seluruh hutang-hutangnya baik
jangka panjang maupun jangka pendek dengan
dana yang berasal dari total modal dibandingkan
besarnya hutang. Oleh karena itu, semakin rendah
DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan
untuk membayar seluruh kewajibannya. Semakin
besar proporsi hutang yang digunakan untuk
struktur modal suatu perusahaan, maka akan
semakin besar pula jumlah kewajibannya.
Adapun perhitungan ratio ini adalah
sebagai berikut (Kasmir, 2010:158):
DER
4.
Total Utang
x 100%
Ekuitas
Profitabilitas
Menurut
Harahap
(2011:304)
“profitabilitas
menggambarkan
kemampuan
perusahaan mendapatkan laba melalui semua
Agus Rahman dan Zainul M : Pengaruh Likuiditas, Efisiensi Penggunaan Modal Kerja ................ ...5
kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan
penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah
cabang, dan sebagainya”. Rasio profitabilitas
merupakan rasio untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini
juga memberikan ukuran tingkat efektivitas
manajemen suatu perusahaan (Kasmir, 2012:196).
Rasio profitabilitas menurut Brigham and
Houston (2009:107) adalah sekelompok rasio yang
menunjukkan gabungan efek-efek dari likuiditas,
manajemen aktiva, dan utang pada hasil operasi.
Rasio ini meliputi margin laba atas penjualan, rasio
kemampuan dasar untuk menghasilkan laba, tingkat
pengembalian atas total aktiva, dan tingkat
pengembalian ekuitas saham biasa. Menurut
Kasmir (2012:197), tujuan penggunaan rasio
profitabilitas bagi perusahaan maupun pihak lain
adalah:
a. Mengukur atau menghitung laba yang
diperoleh perusahaan dalam satu periode
tertentu.
b. Menilai posisi laba perusahaan tahun
sebelumnya dengan tahun sekarang.
c. Menilai perkembangan laba dari waktu ke
waktu.
d. Menilai besarnya laba bersih sesudah pajak
dengan modal sendiri.
e. Mengukur produktivitas seluruh dana
perusahaan yang digunakan baik modal
pinjaman maupun modal sendiri.
f. Mengukur produktivitas dari seluruh dana
perusahaan yang digunakan baik modal
sendiri.
Menurut Kasmir (2012:198) manfaat
pengukuran rasio profitabilitas yang diperoleh
adalah:
a. Mengetahui besarnya tingkat laba yang
diperoleh perusahaan dalam satu periode.
b. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun
sebelumnya dengan tahun sekarang.
c. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke
waktu.
d. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah
pajak dengan modal sendiri.
e. Mengetahui produktivitas dari seluruh dana
perusahaan yang digunakan baik modal
pinjaman maupun modal sendiri.
Adapun rasio yang diigunakan dalam
penelitian ini adalah Return on investment (ROI).
Rasio return on investment (ROI) atau ditulis juga
dengan return on total asset (ROA). Rasio ini
melihat sejauh mana investasi yang telah
ditanamkan mampu memberikan pengembalian
keuntungan sesuai dengan yang diharapkan.
Investasi tersebut sebenarnya sama dengan asset
perusahaan yan ditanamkan atau ditempatkan
(Fahmi: 2011:135). Dengan mengetahui rasio ini,
akan dapat diketahui apakah perusahaan efisien
dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan
operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan
ukuran yang lebih baik atas profitabilitas
perusahaan karena menunjukkan efektifitas
manajemen dalam menggunakan aktiva untuk
memperoleh pendapatan.
Analisa return on investment (ROI) dalam
analisa keuangan mempunyai arti yang sangat
penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan
yang bersifat menyeluruh/komprehensif. Analisa
return on investment (ROI) ini sudah merupakan
tehnik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan
perusahaan untuk mengukur efektivitas dari
keseluruhan operasi perusahaan. Return on
investment (ROI) itu sendiri adalah salah satu
bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan
untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan
dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam
aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan
untuk menghasilkan keuntungan. Oleh karena itu,
return on investment (ROI) menghubungkan
keuntungan yang diperoleh dari operasi perusahaan
(net operating income) dengan jumlah investasi
atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan
keuntungan operasi tersebut (net operating assets).
Sebutan lain untuk ROI adalah “net operating
profit rate of return” atau “operating earning
power” (Munawir, 1995:89).
Rasio ini dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut (Munawir, 2001:89):
ROI
Laba Setelah Pajak
x 100%
Total Aktiva
Kerangka konseptual dan Hipotesis
1. Kerangka konseptual
2. Hipotesis
a. Current ratio (CR) terhadap return on
investment (ROI)
Current ratio (CR) termasuk ke
dalam rasio likuiditas. Perusahaan yang likuid
adalah perusahaan yang mempunyai kekuatan
besar untuk membayar, sehingga mampu
memenuhi kewajiban finansialnya yang
segera jatuh tempo (Moeljadi, 2006:68). Hasil
penelitian dari Telasih (2014) secara parsial
likuiditas
berpengaruh
positif
dengan
6
Jurnal JIBEKA Volume 10, Nomor 1 Agustus 2016 : 1 - 10
profitabilitas
yang
artinya
apabila
profitabilitas meningkat maka perusahaan
akan dapat segera memenuhi kewajiban
finansial jangka pendeknya, dari uraian di atas
maka hipotesis pertama penelitian ini adalah:
H1: diduga current ratio (CR) berpengaruh
terhadap return on investment (ROI)
b. Working capital turnover (CR) terhadap
return on investment (ROI)
Penelitian Ima (2007) dan Penelitian
Putri (2013) menunjukkan bahwa secara
parsial efisiensi modal kerja berpengaruh
positif terhadap profitabilitas, dari uraian di
atas maka hipotesis kedua penelitian ini
adalah:
H2: diduga working capital turnover (WCT)
berpengaruh terhadap return on investment
(ROI)
c. Debt to equity ratio (DER) terhadap return
on investment (ROI)
Penelitian Sari (2010) debt to equity
ratio memiliki pengaruh positif terhadap
return on investment (ROI), sehingga sesuai
dengan teori yang diungkapkan Riyanto
(2005:) yang menyatakan bahwa semakin
tingginya
return on asset maka akan
menurunkan debt equity ratio karena debt
equity ratio menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam membayar hutang, dari
uraian di atas, maka hipotesis ketiga
penelitian ini adalah:
H3: diduga debt to equity ratio (DER)
berpengaruh terhadap return on investment
(ROI)
d. Current ratio (CR), working capital turnover
(WCT) dan debt to equity ratio (DER)
terhadap return on investment (ROI)
Penelitian Husaini, et al. (2014)
menunjukkan variabel WCT, CR, DTA secara
simultan signifikan pengaruhnya terhadap
ROI, penelitian Telasih (2014) menunjukkan
bahwa variabel WCT, CR dan ukuran
perusahaan berpengaruh signifikan dan
mempunyai koefisien positif terhadap ROI.
Hal ini menunjukkan jika terjadi peningkatan
WCT, CR dan ukuran perusahaan maka akan
diikuti oleh kenaikan tingkat ROI, dari uraian
di atas, maka hipotesis keempat penelitian ini
adalah:
H4: diduga current ratio (CR), working
capital turnover (WCT) dan debt to equity
ratio (DER) terhadap return on investment
(ROI) berpengaruh secara simultan
terhadap return on investment (ROI)
Metode Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
dokumentasi. Dokumentasi merupakan
teknik dengan mempelajari catatan atau
dokumentasi yang berhubungan dengan
permasalahan. Menurut Indriantoro dan
Supomo (1999:146) menjelaskan bahwa
dokumentasi adalah jenis data penelitian
yang antara lain berupa: faktur, jurnal,
surat-surat, notulen hasil rapat, memo, atau
dalam bentuk laporan program. Dalam
penelitian ini menggunakan data dari
periode 2010 sampai 2014. Data keuangan
perusahaan
pada
periode
tersebut
merupakan data terakhir yang dapat
diakses oleh peneliti yang disajikan pada
Tabel 1 di bawah ini:
Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Analisis Regresi Berganda
Adapun
rekapitulasi
pengujian
analisis regresi disajikan pada tabel 2 di
bawah ini:
Analisis regresi linier berganda
digunakan untuk menguji pengaruh dua lebih
variabel independen satu variabel dependen.
Dengan melihat tabel dapat disusun
persamaan regresi linier sederhana sebagai
berikut.
Agus Rahman dan Zainul M : Pengaruh Likuiditas, Efisiensi Penggunaan Modal Kerja ................ ...7
Y = 3.593 + 0,009X1 + 0,025X2 - 0,045 X3 + e
Dari persamaan regresi
yang
terbentuk di atas, penjelasan yang dapat
diberikan adalah sebagai berikut:
a. Konstanta dihasilkan sebesar 3.593. Hasil
ini menunjukkan apabila diasumsikan
semua variabel independen bernilai nol,
maka ROI akan memiliki nilai sebesar
3.593
b. Koefisien regresi dari variabel CR (X1)
diperoleh sebesar 0,009. Hasil ini
menunjukkan apabila variabel nilai CR
naik sebesar 1 satuan dengan asumsi
variabel independen lain tetap maka
akan diikuti oleh kenaikan ROI sebesar
0,009 satuan.
c. Koefisien regresi dari variabel WCT (X2)
diperoleh sebesar 0,045. Hasil ini
menunjukkan apabila variabel WCT naik
sebesar 1 satuan dengan asumsi variabel
independen lain tetap, maka akan diikuti
oleh kenaikan ROI sebesar 0,045 satuan.
d. Koefisien regresi dari variabel DER (X3)
diperoleh sebesar -0,025. Hasil ini
menunjukkan apabila variabel tersebut
naik sebesar 1 satuan dengan asumsi
variabel independen lain tetap, maka
akan diikuti oleh penurunan ROI sebesar
0,025 satuan.
2.
a.
Pengujian Hipotesis
Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2)
Koefisien determinasi berfungsi untuk
melihat sejauh mana keseluruhan variabel
independen dapat menjelaskan variabel
dependen. Koefisien ini menunjukkan
seberapa besar persentase variasi varibel
independen yang digunakan dalam model
mampu menjelaskan variabel independen.
Besarnya nilai koefisien determinasi dapat
dilihat pada tabel 3 di bawah ini:
dibebaskan dari pengaruh derajat kebebasan yang
berarti
nilai
tersebut
telah
benar-benar
menunjukkan bagaimana pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen.
Berdasarkan hasil perhitungan SPSS seperti
pada tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa
koefisien determinasi (adjusted R²) yaitu sebesar
0,129 atau 12,9%. Hal ini menunjukkan variasi dari
variabel independen yaitu nilai CR,WCT, DER
mampu menjelaskan 12,9% variasi variabel
dependen ROI, sedangkan sisanya sebesar 100%12,9% = 82,1% dijelaskan oleh sebab-sebab lain
diluar model. Dengan kata lain, masih ada variabelvariabel lain yang juga berperan dalam
memberikan pengaruh terhadap ROI sebesar
82,1%.
b.
Uji statistik F pada dasarnya
menunjukkan apakah semua variabel
independent mempunyai pengaruh secara
bersama-sama
terhadap
variabel
dependen
(Ghozali, 2006:88). Pengujian dilakukan dengan
menggunakan significance level 0,05 (α=5%).
Pengujian ini akan menguji apakah CR, WCT,
DER secara simultan mempengaruhi ROI.
Berdasarkan hasil analisis regresi dapat
diketahui bahwa secara bersama-sama berpengaruh
simultan variabel independen memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap variabel dependen. Hal ini
dapat dibuktikan dari Fhitung 4,659 lebih besar
dibandingkan Ftabel sebesar 2,73 (4,659 > 2,73) dan
nilai signifikansi senilai 0,005 lebih kecil dari
tingkat keyakinan (α) sebesar 0.050 (0,005 <
0,050). Dengan demikian, ada pengaruh secara
signifikan antara CR, WCT, DER terrhadap ROI.
c.
Adjusted R2 adalah suatu indikator yang
digunakan
untuk
mengetahui
pengaruh
penambahan suatu variabel independen ke dalam
suatu persamaan regresi. Nilai Adjusted R2 telah
Uji F
Uji t
Uji t merupakan uji yang dilakukan untuk
mengetahui pengaruh signifikansi dari variabelvariabel independen yaitu CR (X1), WCT (X2),
DER (X3) secara parsial terhadap ROI, sebagai
berikut:
8
Jurnal JIBEKA Volume 10, Nomor 1 Agustus 2016 : 1 - 10
kewajiban lancarnya dengan aktiva lancar
yang
dimilikinya
sehingga
tidak
mempengaruhi profitabilitas yang diperoleh
perusahaan.
Berdasarkan hasil uji t yang dilakukan
diperoleh bahwa nilai ttabel sebesar 1,99394. Hasil
analisis pengaruh dari masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen, sebagai
berikut:
1) Current ratio (CR) mempunyai thitung sebesar
1,563 lebih kecil dari ttabel sebesar 1,99394
(1,563 < 1,99394) dan nilai signifikansi
senilai 0,122 lebih besar dari tingkat
keyakinan (α) sebesar 0,050 (0,122 > 0,050).
Hal ini menunjukkan bahwa Ha ditolak yang
artinya CR tidak berpengaruh signifikan
terhadap ROI .
2) Working capital turnover mempunyai thitung
sebesar 3,632 lebih besar dari ttabel sebesar
1,99394 (3,632 >1,99394) dan nilai
signifikansi senilai 0,001 lebih kecil dari
tingkat keyakinan (α) sebesar 0,050 (0,001 <
0,050). Hal ini menunjukkan bahwa Ha
diterima yang artinya WCT berpengaruh
signifikan terhadap ROI.
3) Debt to equity ratio (DER) mempunyai thitung
sebesar -1,517 lebih kecil dari ttabel sebesar
1,99394 (-1,517 < 1,99394) dan nilai
signifikansi senilai 0,134 lebih besar dari
tingkat keyakinan (α) sebesar 0,050 (0,134 >
0,050). Hal ini menunjukkan bahwa Ha
ditolak yang berarti DER tidak berpengaruh
signifikan terhadap ROI.
Pembahasan
1. Pengaruh
Likuiditas
terhadap
Profitabilitas
Berdasarkan hasil analisis regresi uji
parsial menunjukkan bahwa likuiditas
(current ratio) tidak berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas (return on investment).
Hal ini ditunjukkan pada thitung sebesar 1,563
lebih kecil dari ttabel sebesar 1,99394 (1,563 <
1,99394) dan nilai signifikansi senilai 0,122
lebih besar dari tingkat keyakinan (α) sebesar
0,050 (0,122 > 0,050). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan
manufaktur sektor industri barang konsumsi
dalam hal likuiditas tidak mampu memenuhi
Likuiditas tidak hanya berkenaan dengan
keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi
juga berkenaan dengan kemampuannya untuk
mengubah aktiva lancar menjadi uang kas. Jumlah
kas, jumlah persediaan dan piutang yang akan
menjadi uang kas merupakan sumber daya yang
dimiliki perusahaan untuk membayar kewajiban
lancar kepada kreditor jangka pendek. Untuk
mengukur
likuiditas
perusahaan
dengan
current
ratio
dimana
menggunakan
membandingkan aktiva lancar dengan kewajiban
lancar yang harus dilunasi. Berdasarkan hasil
laporan keuangan perusahaan manufaktur sektor
industri barang konsumsi menunjukkan bahwa
jumlah persediaan dalam memiliki nilai yang besar
pada aktiva lancar. Jumlah persediaan itu sendiri
sebagian besar berupa persediaan barang jadi.
Jumlah persediaan yang cukup besar tidak
menguntungkan bagi perusahaan.
Persediaan yang cukup besar pada aktiva
lancar menjadikan likuiditas tidak berpengaruh
terhadap profitabilitas yang diproksikan return on
(ROI)
karena
persediaan
investement
membutuhkan waktu dan proses yang panjang
untuk dapat diubah menjadi uang kas dan
memberikan pengembalian keuntungan yang
diharapkan. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Husaini (2014), Putri (2013) dan Ima
(2007). Menurut Husaini (2014) likuiditas yang
tinggi tidak selalu menguntungkan karena
berpeluang
menimbulkan
dana-dana
yang
menganggur yang sebenarnya dapat digunakan
untuk berinvestasi dalam proyek-proyek yang
menguntungkan. Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan hasil dari penelitian Telasih (2014)
menunjukkan bahwa likuiditas (CR) berpengaruh
secara parsial terhadap profitabilitas (ROI).
Menurut Telasih (2014) menyatakan bahwa apabila
tingkat profitabilitas meningkat maka perusahaan
akan dapat segera memenuhi kewajiban finansial
jangka pendeknya dan investor akan menilai
perusahaan dalam keadaaan likuid.
2.
Pengaruh Efisiensi Modal Kerja (WCT)
terhadap Profitabilitas (ROI)
Berdasarkan hasil analisis regresi uji
parsial menunjukkan bahwa efisiensi modal
kerja (working capital turnover) berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas (return on
investment). Hal ini ditunjukkan pada thitung
sebesar 3,632 lebih besar dari ttabel sebesar
1,99394 (3,632 >1,99394) dan nilai
signifikansi senilai 0,001 lebih kecil dari
tingkat keyakinan (α) sebesar 0,050 (0,001 <
0,050). Hal ini menunjukkan bahwa efisiensi
modal kerja mutlak dilakukan sehingga
profitabilitas yang diperoleh perusahaan
meningkat.
Modal kerja diartikan sebagai
investasi yang ditanamkan dalam aktiva
lancar, seperti kas, bank, surat-surat berharga,
Agus Rahman dan Zainul M : Pengaruh Likuiditas, Efisiensi Penggunaan Modal Kerja ................ ...9
piutang, persediaan dan aktiva lancar lainnya.
Dalam penelitian ini, untuk mengukur
efisiensi modal kerja dengan menggunakan
perputaran modal kerja dimana diukur dengan
menbandingkan
antara penjualan dengan
modal kerja bersih (aktiva lancar dikurang
hutang lancar). Tingkat perputaran modal
kerja mengukur berapa kali aktiva lancar
mampu
berputar
untuk
menghasilkan
penjualan. Semakin cepat modal kerja
berputar semakin banyak penjualan yang
berhasil tercipta.
Perputaran modal kerja yang
semakin cepat menunjukkan aktiva lancar
yang diterima oleh perusahaan semakin cepat.
Aktiva lancar yang cepat diterima perusahaan
perusahaan manufaktur sektor industri barang
konsumsi menunjukkan kinerja penjualan
pada perusahaan tersebut tinggi untuk
menghasilkan uang kas. Nilai penjualan yang
besar sangat menguntungkan bagi perusahaan
dan profitabilitas yang diterima perusahaan
akan semakin besar.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Telasih (2014), Husaini (2014) dan
Sari (2010). Menurut Telasih (2014)
perusahaan yang dikatakan memiliki tingkat
profitabilitas tinggi berarti tinggi pula
efisiensi penggunaan modal kerja yang
digunakan perusahaan tersebut. Hal ini sesuai
dengan teori Du Pont, yang menyatakan
bahwa perubahan laba dipengaruhi oleh
perputran
aktiva,
semakin
cepat
perkembangan aktiva berarti semakin efektif
perusahaan dengan akibat meningkatnya laba
yang diperoleh. Hasil penelitian ini tidak
sejalan dengan penelitian Putri (2013) bahwa
working capital turnover tidak berpengaruh
disebabkan karena perusahaan belum efisie
dalam mengelola modal kerja yang dimiliki
dan dana yang diinvestasikan ke dalam aktiva
tetap yang berlebih.
3.
Pengaruh leverage (DER) terhadap
profitabilitas (ROI)
Berdasarkan hasil analisis regresi uji
parsial menunjukkan bahwa leverage (debt to
equity ratio) tidak berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas (return on investment).
Hal ini ditunjukkan pada thitung sebesar -1,517
lebih kecil dari ttabel sebesar 1,99394 (-1,517 <
1,99394) dan nilai signifikansi senilai 0,134
lebih besar dari tingkat keyakinan (α) sebesar
0,050 (0,134 > 0,050). Hal ini berarti leverage
(DER) tidak berdampak terhadap perubahan
profitabilitas (ROI).
Leverage menggambarkan sebagai
kemampuan perusahaan untuk membayar
hutangnya dengan menggunakan ekuitas yang
dimilikinya. Leverage dapat dipahami sebagai
penaksir dari risiko yang melekat pada suatu
perusahaan, artinya leverage yang semakin
besar menunjukkan risiko investasi yang
semakin besar pula. Dalam penelitian ini,
untuk
mengukur
leverage
dengan
mengunakan debt to equity ratio dimana
membandingkan antara total hutang dengan
ekuitas
yang
dimiliki
perusahaan.
Berdasarkan hasil laporan keuangan, ekuitas
yang dimiliki perusahaan manufaktur industri
barang konsumsi lebih rendah daripada total
hutang yang dimilikinya. Akibatnya nilai
DER yang dimiliki perusahaan tinggi.
Pada
dasarnya
perusahaan
menambah jumlah utang untuk menambah
modal untuk mengembangkan perusahaan.
Ketidakseimbangan antara total hutang dan
ekuitas yang terlihat pada nilai DER yang
tinggi memiliki risiko yang tinggi pada
perusahaan.
Semakin
tinggi
hutang
perusahaan maka perusahaan akan semakin
besar beban yang ditanggung perusahaan
dimana hutang selalu disertai dengan bunga
pinjaman. Hal inilah yang mempengaruhi
profitabilitas yang diperoleh perusahaan sebab
ekuitas yang seharusnya juga digunakan untuk
mengembangkan
perusahaan
untuk
mendapatkan profitabilitas yang lebih besar,
harus beralih digunakan untuk menutupi utang
yang harus dipenuhi.
Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian Sari (2010) bahwa leverage
berpengaruh terhadap profitabilitas. Semakin
besar jumlah modal pinjaman yang digunakan
untuk berinvestasi, semakin besar kemampuan
perusahaan untuk memperoleh laba karena
dana yang tersebdia perusahaan untuk
kegiatan operasional semakin besar.
4.
Pengaruh secara simultan likuiditas (CR),
efisiensi modal kerja (WCT), leverage
(DER) terhadap profitabilitas (ROI)
Secara simultan dapat diketahui
bahwa variabel independen yang digunakan
yaitu variabel efisiensi modal kerja (WCT),
likuiditas (CR), dan leverage (DER)
berpengaruh secara simultan terhadap
profitabilitas (ROI). Hal ini dapat dibuktikan
dari nilai signifikansi senilai 0,005 lebih keci
dari tingkat keyakinan (α) sebesar 0.050 (0,005 >
0,050) dan koefisien determinasi (adjusted R²)
yaitu sebesar 0,129 atau 12,9%. Hal ini
menunjukkan variasi dari variabel independen
yaitu nilai CR,WCT, DER mampu menjelaskan
12,9% variasi variabel dependen ROI, sedangkan
sisanya sebesar 100%-12,9% = 82,1% dijelaskan
oleh sebab-sebab lain diluar model. Hal ini
menunjukkkan bahwa likuiditas, efisiensi modal
kerja dan leverage secara bersama-sama
berpengaruh terhadap profitabilitas.
10
Jurnal JIBEKA Volume 10, Nomor 1 Agustus 2016 : 1 - 10
Pengelolaan likuditas, modal kerja dan
leverage dalam perusahaan manufaktur harus
dilakukan dengan baik untuk menghasilkan
profitabilitas yang tinggi. Dalam penentuan modal
kerja uang efisien, perusahaan dihadapkan pada
masalah pertukaran (trade off) antara faktor
likuditas dan profitabilitas. Jika perusahaan ingin
memaksimalkan profitabilitas, kemungkian dapat
meningkatkan tingkat likuiditas perusahaan namun
dapat menimbulkan dana-dana yang menganggur
sebaliknya jika memutuskan menetapkan modal
kerja dalam jumlah besar, kesempatan untuk
memperoleh profitabiltas menurun. Selain itu,
pendanaan dengan utang lebih besar dari modal
sendiri tentu akan beresiko karena beban bunga
yang
meningkat
sehingga
menurunkan
profitabilitas.
Simpulan dan saran
Simpulan.
Pengaruh secara simultan antara likuiditas
(CR), efisiensi modal kerja (WCT), leverage (DER)
terhadap profitabilitas (ROI) menunjukkan hasil
pengaruh yang sangat besar dan signifikan,
sedangkan pengaruh secara persial antara likuiditas
(CR) dan efisiensi modal kerja (WCT),
berpengaruh secara signifikan dan leverage (DER)
terhadap profitabilitas (ROI) berpengaruh tetapi
tidak signifikan.
Saran
Hasil penelitian ini memberikan indikasi
bahwa keuntungan perusahaan bisa dicapai jika
perusahaan lebih mempertimbangkan keunggulan
likuiditas dan pengefisiensian modal kerja. Bagi
investor yang berminat berinvestasi sebaiknya
mempertimbangkan
pada
aspek
likuilitas
perusahaan dan modal kerja perusahaan yang
listing di Bursa Efek.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Brigham, Eugene F. dan Houston, Joel F.
2001. Manajemen Keuangan. Jakarta:
Salemba Empat.
__________. 2009. Manajemen Keuangan.
Jakarta: Salemba Empat.
Fahmi, Irham. 2011. Analisis Laporan
Keuangan. Bandung : Alfabeta.
Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis
Multivariate
Dengan
Program
SPSS.
Semarang: Universitas Diponegoro.
Hakim, Abdul dkk. 2010. Analisis Laporan
Keuangan Jangka Panjang. Yogyakarta:
Liberty.
Hanafi, M Mahmud dan Halim, Abdul. 2005.
Analisi Laporan Keuangan, Yogyakarta:
AMP, YKPN.
Harahap, Sofyan Syafri. 2011. Analisis Kritis
Atas Laporan Keuangan. Jakarta: Raja
grafindo Persada.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Horne, James C. Van dan Wachowicz, John
M. 1997. Management Prinsip-Prinsip
Manajemen Keuangan. Jakarta: Salemba
Empat.
___________. 2005. Management PrinsipPrinsip Manajemen Keuangan. Jakarta:
Salemba Empat.
Husnan, Suad dan Enny Pudjiastuti. 2006.
Dasar-Dasar
Manajemen
Keuangan.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Indriantoro dan Supomo. 1999. Metodologi
Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan
Manajemen. Yogyakarta: BPFE.
______. 2010. Pengantar Manajemen
Keuangan. Jakarta: Prenada Media Group.
______. 2012. Analisis Laporan Keuangan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Muljadi. 2006. Manajemen Keuangan
Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif.
Yogyakarta: BFFE
Munawir. 1995. Analisis Laporan Keuangan.
Yogyakarta: Liberty Jogya
_______, 2001. Akuntansi Keuangan dan
Manajmen, Yogyakarta: BFFE.
_______. 2002. Analisis Laporan Keuangan,
Yogyakarta: YPKN.
Riyanto, Bambang. 2010. Dasar-Dasar
Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:
BPFE.
Salno, H. M. & Z. Baridwan. 2000. Analisis
Perataan Penghasilan (Income Smoothing):
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi dan
Kaitannya
dengan
Kinerja
Saham
Perusahaan Publik di Indonesia. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada. Tesis Program
Sarjana Master of Science.
Sartono, Agus. 2010. Manajemen Keuangan
Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: BFFE.
Sawir, Agnes. 2001. Analisis Kinerja
Keuangan dan Perencanaan Keuangan
Perusahaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Sjahrial, Dermawan. 2007. Manajemen
Keuangan. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Sutrisno. 2009. Manajemen Keuangan Teori,
Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ekonisia.
Tunggal, Amin Widjaja. 2005. Dasar-Dasar
Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT.
Rineka Cipta
Download