bab ii pendekatan teoritis

advertisement
7
BAB II
PENDEKATAN TEORITIS
2.1.
Tinjauan Pustaka
2.1.1
Public Relations (PR)
2.1.1.1 Pengertian PR
Institute of Public Relations dalam Jefkins (2003) menyatakan definisi PR
adalah keseluruhan upaya yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan
dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik (good will) dan saling
pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya. Pernyataan Meksiko
(The Mexican Statement) dalam Jefkins (2003) menyatakan bahwa praktik PR adalah
sebuah seni sekaligus ilmu sosial yang menganalisis berbagai kecenderungan,
memperkirakan setiap kemungkinan konsekuensinya, memberi masukan masukan
dan saran-saran kepada para pemimpin organisasi, serta menerapkan programprogram tindakan yang terencana untuk melayani kebutuhan organisasi dan
kepentingan khalayaknya.
Definisi PR menurut Jefkins (2003) adalah semua bentuk komunikasi yang
terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi dengan semua
khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada
saling pengertian. Public Relation News yang dikutip oleh Cutlip dkk (2005)
mendefinisikan PR secara oprasional yaitu fungsi manajemen yang mengevaluasi
sikap masyarakat, mengenali kebijakan dan prosedur individu atau organisasi dalam
kepentingan masyarakat dan merencanakan serta melaksanakan program tindakan
untuk mendapatkan pengertian dan penerimaan masyarakat.
8
2.1.1.2.Peranan PR
Ada empat peranan utama yang dituntut dari petugas PR menurut Ruslan
(2008) yaitu sebagai berikut:
1. Communicator
Sebagai juru bicara organisasi, PR berkomunikasi secara intensif melalui
media dan kelompok masyarakat. Hampir semua teknik komunikasi antar
personal
(personal
communication)
dipergunakan,
komunikasi
lisan,
komunikasi tatap muka sebagai mediator maupun persuasif.
2. Relationship
Kemampuan PR membangun hubungan positif antara lembaga yang
diwakilinya dengan publik internal maupun eksternal. Relationship yang tidak
harmonis beresiko menimbulkan ketidakpuasan publik yang pada akhirnya
mengancam kelangsungan bisnis perusahaan. Selain itu, relationship juga
berupaya menciptakan saling pengertian, kepercayaan, dukungan, kerjasama
dan toleransi antara kedua belah pihak.
3. Backup management
Melaksanakan dukungan manajemen atau menunjang kegiatan departemen lain
dalam perusahaan demi terciptanya tujuan bersama dalam suatu kerangka
tujuan pokok perusahaan.
4. Good image maker
Menciptakan citra perusahaan dan publisitas positif merupakan prestasi,
reputasi dan menjadi tujuan utama aktivitas PR dalam melaksanakan
manajemen kehumasan membangun citra perusahaan.
9
2.1.1.3 Kegiatan-kegiatan PR
Kegiatan-kegitan yang dilakukan PR merupakan langkah penting dalam
menjaga eksistensi perusahaan. Kegiatan yang dilakukan seorang PR tersebut dapat
berupa kegiatan internal dan eksternal perusahaan. Suhandang (2004) menyebutkan
bahwa titik berat kegiatan PR adalah kepentingan dan kepercayaan publiknya.
Praktisi PR harus berusaha menciptakan dan memelihara hubungan yang bermanfaat
bagi publiknya. Kegiatan PR bertujuan untuk menanamkan dan memperoleh
pengertian, jasa baik, kepercayaan dan penghargaan dari publik khususnya serta
masyarakat pada umumnya. Usaha yang dapat dilakukan adalah dengan bersikap
simpatik, terbuka dalam menerima saran, kritik atau opini publik. Jika hal ini dapat
dilakukan akan memberikan keuntungan bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Salah satu kegiatan eksternal PR yang dapat dilakukan perusahaan untuk
meningkatkan citra perusahaan adalah program CSR. CSR merupakan program
tanggung jawab sosial perusahaan kepada publiknya terutama masyarakat.
2.1.2
Corporate Social Responsibility (CSR)
2.1.2.1 Pengertian CSR
Tanudjaja (2006) mengatakan bahwa CSR dapat diartikan sebagai komitmen
industri untuk mempertanggungjawabkan dampak operasi dalam dimensi sosial,
ekonomi dan lingkungan, serta menjaga agar dampak tersebut menyumbang manfaat
kepada masyarakat dan lingkunganya. Melaksanakan CSR secara konsisten dalam
jangka panjang akan menumbuhkan penerimaan masyarakat terhadap kehadiran
perusahaan.
10
Definisi CSR sangatlah beragam, bergantung pada visi dan misi perusahaan
yang disesuaikan dengan needs, desire, wants dan interest komunitas. Berikut ini
beberapa definisi CSR yang dikutip oleh Rahman (2009):
a) Melakukan tindakan sosial (termasuk kepedulian terhadap lingkungan hidup,
lebih dari batas-batas yang dituntut peraturan undang-undang (Chanbers
dalam Iriantara, 2004).
b) Komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal, dan
berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan
kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal, dan masyarakat
yang lebih luas (Trinidad & Tobacco Bureau of Standarts).
c) Komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan, bekerja dengan karyawan perusahaan, keluarga karyawan
tersebut, berikut komunitas setempat (local) dan masyarakat secara
keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup (The World Bussiness
Council for Suistanable Development).
2.1.2.2.Tahap-tahap Penerapan CSR
Menurut Wibisono (2007) umumnya terdapat empat tahapan CSR yang
diterapkan perusahaan yaitu:
1. Tahap perencanaan
Tahap ini terdiri dari tiga langkah utama, yaitu Awareness Building, CSR
Assessement, dan CSR Manual Building. Awareness Building merupakan
11
langkah utama membangun kesadaran pentingnya CSR dan komitmen
menejemen, upaya ini dapat berupa seminar, lokakarya dan lain-lain. CSR
Assessement
merupakan
upaya
memetakan
kondisi
perusahaan
dan
mengidentifikasikan aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian
dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang
kondusif bagi penerapan CSR secara efektif. Langkah selanjutnya
membangun CSR Manual Building, dapat melalui benchmarking, menggali
dari referensi atau meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar
perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu memberikan kejelasan dan
keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna
tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif dan efisien.
2. Tahap implementasi
Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang penting diperhatikan, yaitu
pengorganisasian
(organizing)
sumber
daya,
penyusunan
(staffing),
pengarahan (direction), pengawasan atau koreksi (controlling), pelaksanaan
sesuai rencana dan penilaian (evaluation) tingkat pencapaian tujuan. Tahap
implementasi terdiri dari tiga langkah utama, yaitu sosialisasi, pelaksanaan
dan internalisasi. Sosialisasi diperlukan untuk memperkenalkan kepada
komponen perusahaan mengenai berbagai aspek yang terkait dengan
implementasi CSR. Agar efektif, upaya ini perlu dilakukan dengan suatu tim
khusus yang dibentuk langsung berada di bawah pengawasan salah satu
direktur atau CEO yang ditunjuk sebagai CSR Champion di perusahaan.
Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada dasarnya harus sejalan dengan pedoman
12
CSR yang ada. Internalisasi mencakup upaya-upaya untuk memperkenalkan
CSR di dalam seluruh proses bisnis perusahaan.
3. Tahap evaluasi
Tahap evaluasi perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk
mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR.
4. Tahap pelaporan
Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik untuk
keperluan pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi
material dan relevan mengenai perusahaan.
2.1.2.3.Manfaat CSR
CSR mendatangkan berbagai manfaat bagi perusahaan dan masyarakat yang
terlibat dalam menjalankannya. Menurut Wibisono (2007) manfaat bagi perusahaan
yang berupaya menerapkan CSR, yaitu dapat mempertahankan atau mendongkrak
reputasi dan brand image perusahaan, layak mendapatkan social licence to operate,
mereduksi risiko bisnis perusahaan, melebarkan akses sumberdaya, membentangkan
akses menuju market, mereduksi biaya, memperbaiki hubungan dengan stakeholders,
memperbaiki hubungan dengan regulator, meningkatkan semangat dan produktivitas
karyawan, serta berpeluang mendapatkan penghargaan.
Menurut Sukada (2007), manfaat CSR diantaranya bagi perusahaanperusahaan yang memiliki CSR yang baik berkesempatan mendapatkan sumber daya
manusia terbaik, produktivitas pekerja di perusahaan bereputasi baik dicatat lebih
tinggi dibandingkan perusahaan yang bereputasi lebih rendah selain juga jauh lebih
13
loyal, mendapatkan kesempatan investasi yang lebih tinggi di masa depan dan
sebagainya. Manfaat CSR bagi komunitas menurut Ambadar (2008), yaitu dapat
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, kelembagaan, tabungan, konsumsi dan
investasi dari rumah tangga warga komunitas.
2.1.2.4.Pandangan Perusahaan terhadap CSR
Wibisono (2007) menjelaskan bahwa perusahaan memiliki berbagai cara
pandang dalam memandang CSR. Berbagai cara pandang perusahaan terhadap CSR,
yaitu:
1. Sekedar basa-basi atau keterpaksaan
Perusahaan mempraktekan CSR karena external driven (faktor eksternal),
environmental driven (karena terjadi masalah lingkungan dan reputation
driven (karena ingin mendongkrak citra perusahaan).
2. Sebagai upaya memenuhi kewajiban (compliance)
CSR dilakukan karena terdapat regulasi, hukum dan aturan yang memaksa
perusahaan menjalankannya.
3. Dorongan yang tulus dari dalam (internal driven)
CSR diimplementasikan karena adanya dorongan yang tulus dari dalam
(internal driven). Perusahaan menyadari bahwa tanggung jawabnya bukan
sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi kelangsungan
bisnisnya saja, melainkan juga tanggung jawab sosial dan lingkungan. Ini
karena dalam kegiatan CSR itu ada nuansa member dan berkomunikasi
14
dengan masyarakat. Jadi semata-mata tulus karena niat berbuat baik saja.
Bahwa kemudian efek positif ke arah pembentukan citra itu sudah seharusnya.
2.1.2.5.Model CSR
Merujuk pada Saidi dan Abidin (2004) dalam Suharto (2006), ada empat
model CSR yang umumnya diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, yaitu:
2. Keterlibatan langsung
Perusahaan
menjalankan
program
CSR
secara
langsung
dengan
menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menyerahkan sumbangan
kepada masyarakat tanpa perantara. Untuk menjalankan tugas ini, sebuah
perusahaan biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya, seperti
Corporate Secretary atau Public Affairs Manager atau menjadi bagian dari
tugas pejabat PR.
3. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan
Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau grupnya.
Model ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaanperusahaan di negara maju. Biasanya perusahaan menyediakan dana awal dan
dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur bagi kegiatan
yayasan.
4. Bermitra dengan pihak lain
Perusahaan menyelenggarakan CSR melalui kerjasama dengan lembaga sosial
atau organisasai non-pemerintah, instansi pemerintah, universitas atau media
15
massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan
sosialnya.
5. Mendukung atau bergabung dalam suatu lembaga
Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu
lembaga sosial yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan
dengan model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah
perusahaan yang bersifat hibah pembangunan. Pihak konsorsium atau
lembaga semacam itu yang dipercaya oleh perusahaan-perusahaan yang
mendukungnya secara pro aktif mencari mitra kerjasama dari kalangan
lembaga operasional dan kemudian mengembangkan program yang disepakati
bersama.
2.1.3. Citra Perusahaan
2.1.3.1.Pengertian Citra
Citra adalah cara bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan.
Setiap perusahaan mempunyai citra. Citra perusahaan didapat dari semua publiknya,
baik yang internal maupun eksternal. Tugas perusahaan dalam rangka membentuk
citranya adalah dengan mengidentifikasi citra seperti apa yang ingin dibentuk di mata
masyarakat. Jefkin (2003) menyimpulkan bahwa citra diartikan sebagai kesan
seseorang atau individu tentang sesuatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan
dan pengalaman yang dimilikinya.
Citra adalah kesan yang diperoleh berdasarkan pengetahuan dan pengertian
seseorang tentang fakta-fakta atau kenyataan. Rakhmat (2000) menyebutkan bahwa
16
citra adalah penggambaran tentang realitas dan tidak harus sesuai dengan realitas,
citra adalah dunia menurut persepsi. Solomon dalam Rakhmat (2000) mengemukakan
sikap pada seseorang atau sesuatu bergantung pada citra tentang obyek tersebut.
2.1.3.2.Jenis-jenis Citra
Jefkins dan Yadin (2003) mengungkapkan tentang lima jenis citra, sebagai
berikut:
1. Citra bayangan (mirror image)
Citra bayangan adalah citra yang terdapat pada pihak internal mengenai
anggapannya terhadap pihak eksternal. Namun citra ini seringkali tidak tepat
karena hanya merupakan fantasi pihak internal.
2. Citra yang berlaku (current image)
Citra ini berkebalikan dengan citra bayangan. Citra yang berlaku merupakan
pandangan pihak ekstrenal terhadap organisasi. Citra tersebut juga tidak selalu
tepat karena terbatasnya pengetahuan pihak eksternal sehingga seringkali
pandangannya bersifat negatif.
3. Citra yang diharapkan (wish image)
Citra yang diharapkan adalah citra yang diharapkan oleh pihak manajemen.
Citra tersebut juga tidak selalu sama dengan kenyataan namun berkonotasi
lebih baik.
4. Citra perusahaan (corporate image)
Citra perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan. Citra
perusahaan terbentuk oleh banyak hal. Hal-hal positif yang dapat
17
meningkatkan citra suatu perusahaan antara lain adalah sejarah atau riwayat
hidup perusahaan yang gemilang, keberhasilan-keberhasilan di bidang
keuangan yang pernah diraihnya, keberhasilan ekspor, hubungan industri yang
baik, reputasi sebagai pencipta lapangan kerja dalam jumlah besar, kesediaan
turut memikul tanggung jawab sosial dan komitmen mengadakan riset.
5. Citra majemuk (multiple image)
Citra majemuk seringkali muncul karena banyaknya pegawai dan cabang
perusahaan yang kemungkinan bisa melunturkan citra perusahaan. Untuk
mengatasinya, maka upaya perusahaan adalah menyeragamkan setiap pakaian
pegawai, logo dan warna perusahaan pada alat transportasi dan aksesoris
lainnya.
2.1.3.3 Proses Pembentukan Citra
Citra
merupakan
kesan
seseorang
tentang
suatu
objek
setelah
dipertimbangkan dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimilikinya. Kesan
terhadap suatu objek akan membentuk sikap orang tersebut pada objek dan sikap
kemudian akan terwujud dalam tindakan. Sikap dan tindakan yang terjadi didasarkan
pada penyelidikan tentang dasar-dasar kognitif.
Efek kognitif komunikasi dapat ikut mempengaruhi proses pembentukan citra.
Danasaputra dalam Soemirat dan Ardianto (2002) menjelaskan tentang proses
pembentukan citra dalam struktur kognitif yang sesuai dengan pengertian sistem
komunikasi seperti digambarkan dalam Gambar 1. Gambar 1 terlihat bahwa PR
dalam pembentukan citra merupakan sebuah proses input dan output. Input yang
18
diberikan berupa stimulus rangsang dan output yang diberikan adalah respon
perilaku. Proses pembentukan citra terjadi dalam melalui persepsi, kognisi, motivasi
dan sikap.
Respon yang terjadi atas stimulus bisa positif ataupun negatif. Respon negatif
mengakibatkan proses berhenti sedangkan respon positif akan mengakibatkan sebuah
bentuk komunikasi yang berkelanjutan. Persepsi, kognisi, motivasi dan sikap dapat
dikatakan sebagai sebuah tahapan yang memiliki definisi berbeda. Persepsi dalam
hal ini diartikan sebagai sebuah pemaknaan karena telah melakukan pengamatan pada
lingkungan. Persepsi seseorang akan positif jika stimulus memenuhi kognisi orang
itu. Kognisi merupakan keyakinan diri seseorang terhadap stimulus karena telah
mengerti. Pada akhirnya, motivasi dan sikap yang akan menentukan tindakan orang
tersebut. Motivasi adalah dorongan untuk melakukan sesuatu agar tujuannya
tercapai. Sikap bukanlah perilaku melainkan kecenderungan cara-cara berperilaku
karena telah memiliki persepsi. Jadi sikap merupakan sebuah proses evaluasi, namun
masih bisa diubah atau diperkuat. Proses pembentukan citra pada akhirnya akan
menghasilkan sikap, pendapat, tanggapan atau perilaku tertentu.
Gambar 1 Model Pembentukan Citra (Pengalaman mengenai Stimulus)
Kognisi
Stimulus
Rangsang
Persepsi
Sikap
Motivasi
Sumber: Soemirat dan Ardianto (2002)
Respon
Perilaku
19
Proses pembentukan citra akan menghasilkan sikap seseorang atau
masyarakat terhadap organisasi atau perusahaan. Sikap masyarakat terhadap suatu
perusahaan diketahui dengan melakukan suatu penelitian agar perusahaan mengetahui
dan dapat memenuhi keinginan masyarakat sebagai salah satu publiknya.
Gambar 2 menunjukkan orientasi dari PR yaitu membangun citra (image
building) yang dapat dilihat sebagai model komunikasi dalam PR.
Gambar 2 Model Komunikasi dalam PR
Sumber
Perusahaan
Lembaga
Organisasi
Komunikator
Pesan
Bidang/
divisi
Public
Relation
Kegiatankegiatan
Komunikan
Publikpublik
PR
Efek
Citra
publik
terhadap
perusahaan
Sumber: Soemirat dan Ardianto (2002)
2.2.
Kerangka Pemikiran
Implementasi program CSR yang dilakukan suatu perusahaan mempunyai
hubungan dengan citra perusahaan tersebut. Implementasi program CSR, yaitu
program TML 2010 dipengaruhi oleh model program CSR, yaitu keterlibatan
langsung, berbentuk yayasan atau organisasi, bermitra dan bergabung dengan
yayasan lain serta pandangan terhadap program CSR yang terdiri dari eksternal
driven, compliance dan internal driven. Implementasi program CSR juga melalui
tahap-tahap, yaitu tahap perencanaan, implementasi, evaluasi dan pelaporan.
Implementasi program CSR tersebut akan berhubungan dengan citra perusahaan
melalui proses pembentukan citra. Proses pembentukan citra terdiri dari tingkat
20
persepsi, kognisi, motivasi dan sikap peserta terhadap program. Maka terbentuklah
citra perusahaan dikalangan peserta program apakah citra perusahaan yang terbentuk
positif atau negatif.
Gambar 3 Kerangka Pemikiran
Implementasi Program CSR
(Program TML 2010)
Proses Pembentukan Citra:
-Tingkat persepsi peserta terhadap program
-Tingkat kognisi peserta terhadap program
-Tingkat motivasi peserta terhadap program
-Tingkat sikap peserta terhadap program
Citra Perusahaan:
-Positif
-Negatif
Pandangan terhadap Program CSR:
-External Driven
-Compliance
-Internal Driven
Model Program CSR:
-Keterlibatan Langsung
-Yayasan atau Organisasi
-Bermitra
-Bergabung dengan Lembaga
Tahap-Tahap Penerapan Program CSR:
-Tahap Perencanaan
-Tahap Implementasi
-Tahap Evaluasi
-Tahap Pelaporan
Keterangan:
: mempengaruhi
2.3.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis
pengarah penelitian adalah diduga ada hubungan antara implementasi program CSR
dan citra perusahaan.
Dalam menguji data kuantitatif, dibuatlah hipotesis uji yaitu:
1. Semakin tinggi atau positif tingkat persepsi peserta terhadap program maka
semakin positif citra perusahaan yang terbentuk.
21
2. Semakin tinggi tingkat kognisi peserta terhadap program maka semakin
positif citra perusahaan yang terbentuk.
3. Semakin tinggi tingkat motivasi peserta terhadap program maka semakin
positif citra perusahaan yang terbentuk.
4. Semakin tinggi atau positif tingkat sikap peserta terhadap program maka
semakin positif citra perusahaan yang terbentuk.
2.4.
Definisi Operasional
Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Jenis kelamin dinyatakan dari jenis kelamin peserta program TML 2010.
Jenis kelamin dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
- Laki-laki
:1
- Perempuan
:2
2. Tingkat pengalaman organisasi adalah seberapa banyak peserta program TML
2010 bergabung dengan organisasi selama di universitas.
Perhitungan tingkat pengalaman organisasi, sebagai berikut:
Max= 5
Min= 1
Σk= 3
N= Max - Min = 5 – 1 = 4 = 1
Σk
3
3
Sehingga skor tingkat pengalaman organisasi dibagi menjadi tiga kategori,
dengan skor sebagai berikut:
‐ Tidak : 0
‐ Rendah : 1
‐ Sedang : 2
22
‐ Tinggi : 3 ≤ x ≤ 5
3. Tingkat keterlibatan peserta dalam program adalah seberapa jauh peran serta
responden pada program TML 2010.
Pengukuran keterlibatan diukur dengan menggunakan skala likert, yaitu:
- Ya
:3
- Ragu-ragu
:2
- Tidak
:1
Perhitungan tingkat keterlibatan peserta dalam program, sebagai berikut:
Max= 15
Min= 9
Σk= 3
N= Max - Min = 15 – 9 = 6 = 2
Σk
3
3
Sehingga skor tingkat keterlibatan peserta dalam program dibagi menjadi tiga
kategori, dengan skor sebagai berikut:
‐ Rendah : x ≤ 10
‐ Sedang : 11 ≥ x ≥ 12
‐ Tinggi : 13 ≤ x ≤ 15
4. Tingkat persepsi peserta terhadap program adalah sebuah pemaknaan peserta
karena telah melakukan pengamatan pada program TML 2010.
Pengukuran persepsi diukur dengan menggunakan skala likert, yaitu:
- Ya
:3
- Ragu-ragu
:2
- Tidak
:1
Perhitungan tingkat persepsi peserta terhadap program, sebagai berikut:
Max= 15
Min= 9
Σk= 3
23
N= Max - Min = 15 – 9 = 6 = 2
Σk
3
3
Sehingga skor tingkat persepsi peserta terhadap program dibagi menjadi tiga
kategori, dengan skor sebagai berikut:
‐ Rendah : x ≤ 10
‐ Sedang : 11 ≥ x ≥ 12
‐ Tinggi : 13 ≤ x ≤ 15
5. Tingkat kognisi peserta terhadap program merupakan keyakinan diri peserta
terhadap pengetahuan yang diberikan pada program TML 2010.
Pengukuran kognisi diukur dengan menggunakan skala likert, yaitu:
- Tahu
:3
- Ragu-ragu
:2
- Tidak Tahu
:1
Perhitungan tingkat kognisi peserta terhadap program, sebagai berikut:
Max= 15
Min= 9
Σk= 3
N= Max - Min = 15 – 9 = 6 = 2
Σk
3
3
Sehingga skor tingkat kognisi peserta terhadap program dibagi menjadi tiga
kategori, dengan skor sebagai berikut:
‐ Rendah : x ≤ 10
‐ Sedang : 11 ≥ x ≥ 12
‐ Tinggi : 13 ≤ x ≤ 15
6. Tingkat motivasi peserta terhadap program adalah dorongan peserta untuk
melakukan sesuatu agar tujuan dari program TML 2010 tercapai.
Pengukuran motivasi diukur dengan menggunakan skala likert, yaitu:
24
- Setuju
:3
- Ragu-ragu
:2
- Tidak Setuju
:1
Perhitungan tingkat motivasi peserta terhadap program, sebagai berikut:
Max= 15
Min= 9
Σk= 3
N= Max - Min = 15 – 9 = 6 = 2
Σk
3
3
Sehingga skor tingkat kognisi peserta terhadap program dibagi menjadi tiga
kategori, dengan skor sebagai berikut:
‐ Rendah : x ≤ 10
‐ Sedang : 11 ≥ x ≥ 12
‐ Tinggi : 13 ≤ x ≤ 15
7. Tingkat sikap peserta terhadap program adalah kecenderungan cara-cara
berperilaku peserta.
Pengukuran sikap diukur dengan menggunakan skala likert, yaitu:
- Setuju
:3
- Ragu-ragu
:2
- Tidak Setuju
:1
Perhitungan tingkat sikap peserta terhadap program, sebagai berikut:
Max= 15
Min= 9
Σk= 3
N= Max - Min = 15 – 9 = 6 = 2
Σk
3
3
Sehingga skor tingkat sikap peserta terhadap program dibagi menjadi tiga
kategori, dengan skor sebagai berikut:
‐ Rendah : x ≤ 10
25
‐ Sedang : 11 ≥ x ≥ 12
‐ Tinggi : 13 ≤ x ≤ 15
8. Tingkat citra perusahaan adalah cara pandang peserta terhadap perusahaan.
Pengukuran citra diukur dengan menggunakan skala likert, yaitu:
- Setuju
:3
- Ragu-ragu
:2
- Tidak Setuju
:1
Perhitungan tingkat citra perusahaan, sebagai berikut:
Max= 15
Min= 9
Σk= 3
N= Max - Min = 15 – 9 = 6 = 2
Σk
3
3
Sehingga skor tingkat citra perusahaan dibagi menjadi tiga kategori, dengan
skor sebagai berikut:
‐ Rendah : x ≤ 10
‐ Sedang : 11 ≥ x ≥ 12
‐ Tinggi : 13 ≤ x ≤ 15
Download