ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH MENERAPKAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL (Corporate Social Responsibility_CSR) (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia) Disusun Oleh: RINI SHINTAWATI 105081002587 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M i ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH MENERAPKAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL (Corporate Social Responsibility_CSR) (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Disusun Oleh: RINI SHINTAWATI 105081002587 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M ii DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS PRIBADI Nama : Rini Shintawati Tempat Tanggal Lahir : Bekasi, 23 Juni 1987 Alamat Asal : Jl. Sultan Agung Km.28 Pondok Ungu Rt 04/04 No.38 Kel./Kec. Medan Satria Kota Bekasi 17132 Jenis Kelamin : Perempuan Status : Belum Menikah Anak ke dari : 2 dari 2 bersaudara Hobby : Membaca, dengar musik, nonton, jalan-jalan Telepon/HP : (021) 95132431 / 081288875166 Email : [email protected] IPK Terakhir : 3.47 II. PENDIDIKAN FORMAL 2005-2009 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Manajemen Keuangan 2002-2005 : MA. Negeri 8 Kota Jakarta Timur 1999-2002 : MTs. Negeri 1 Kota Bekasi 1993-1999 : SDN Pondok Ungu V Bekasi III. PENGALAMAN ORGANISASI LK. I HMI Cabang Ciputat (2006) Diklat KSR PMI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2006) Tim Kesehatan KSR PMI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2007) Tim Juri Pertolongan Pertama Tingkat Wira/Madya Se DKI Jakarta (2007) Kadiv PubHum KSR PMI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2007/2008) i IV. SEMINAR DAN PELATIHAN o Workshop “ Kiat Sukses Menghadapi Dunia Kerja” (2008) o Workshop “ Menjelajah Dunia Kerja Korea Selatan” (2007) o Seminar Ekonomi Islam “ Urgensitas Perekonomian Syari’ah Di Indonesia dalam Arus Global” (2007) o Visit Company To Bank Indonesia (BI), Obsevasi Ekonomi (2007) o Seminar “ Audit Investigatif dan Perannya dalam pemberantasan Korupsi” (2007) o Seminar “ Cara Mudah Mahasiswa Menjadi Entrepreneur” (2006) o Seminar Nasional “ Quo Vadis Perekonomian Indonesia” (2006) ii ABSTRACT The entitled of this research is "Analyzing of financial firm performance before and after implementation Corporate Social Responsibility (CSR)". This researched to find out how much financial difference in performance before and after implementing corporate social responsibility (CSR). The sample used in this research 15 companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX). Research used the quantitative method measuring of the ratio as a financial performance. Used Ratio are: liquidity ratio, activity ratio, solvability ratio, the ratio of profitability, growth ratio, and the ratio of market value. The nonparametric test equipment wilcoxon test and kruskal wallis test using the SPSS program at alpha 5%. The calculation show, the wilcoxon test with Z-table of 1.96. In alpha stage and 5% overall Ho received as output Z <Z-table consisting of a current ratio, Fixed Asset turnover, Total Asset turnover, Debt Ratio, Return on Assets, Return on Equity, earning per Share, and Price to Book value. The conclusion of variable is the influence of responsibility (Corporate Social Responsibility) to the financial performance of companies before and after implementation Corporate Social Responsibility not significantly different. Meanwhile, a quick test for the variable ratio is the value of Z-output (-2840)> Z-Table (1.96) then Ho rejected. Thus, these variables can conclusion that there is a significant difference before and after implementation CSR. Apart from the value of Z, to make decisions can be based on the probability can be a whole have a value Asymp Sign > 0.05 so that it can be concluded that overall the variables have no significant differences between before and after CSR. Implementation but a quick test on a variable ratio that have a value of 0.005 Sign Asymp <0.05. Thus, for the variable ratio quick concluded that there are significant differences between before and after implementation CSR. However, the test for Kruskal Wallis Test that the column is 0005 or Asymp.Sig probability under 0.05 (0,005 <0.05). Thus Ho rejected or there is significant difference between the average of the ninth ratio of the implementation of CSR. Keywords: Financial performance, liquidity ratio, activity ratio, solvability ratio, profitability ratio, growth ratio, market value ratio, Corporate Social Responsibility. iii ABSTRAK Penelitian ini berjudul “ Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah menerapkan Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility_CSR)”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah menerapkan corporate social responsibility (CSR). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini 15 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif yaitu dengan perhitungan rasio-rasio sebagai alat pengukur kinerja keuangan. Rasio yang digunakan yaitu: rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, rasio pertumbuhan, dan rasio nilai pasar. Dengan alat uji nonparametric menggunakan wilcoxon test dan kruskal wallis test dengan mengunakan program spss pada alpha 5%. Perhitungan dengan Wilcoxon Test menunjukkan dengan Z-tabel sebesar 1.96. Pada taraf alpha 5% maka secara keseluruhan H0 diterima karena Z output < Z-tabel yang terdiri dari Current Ratio, Fxed Asset Turnover, Total Asset Turnover, Debt Ratio, Return on Asset, Return on Equity, earning per Share, dan Price to Book Value. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh tanggung jawab (Corporate Social Responsibility) terhadap kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah diterapkannya Corporate Social Responsibilty tidak berbeda secara nyata. Sedangkan untuk variable quick Ratio diperoleh nilai Z-output (-2.840) > Z-Tabel (1,96) maka H0 ditolak. Dengan demikian variabel tersebut dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang nyata sebelum dan sesudah diterapkannya CSR. Namun, dengan alat uji kruskal wallis test terlihat bahwa pada kolom Asymp.Sig adalah 0.005 atau probabilitas di bawah 0.05 (0.005 < 0.05). Dengan demikian H0 ditolak atau terdapat perbedaan yang nyata dari rata-rata kesembilan rasio terhadap penerapan CSR. Kata kunci: kinerja keuangan, rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, rasio pertumbuhan, rasio nilai pasar, Corporate Social Responsibility. iv HALAMAN PERSEMBAHAN Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat tak terhingga kepada penulis, sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada panutan kita Nabi Muhammad SAW yang telah mengajarkan agama ini dengan benar dan sempurna……………………. Karya kecil ini, kupersembahkan untuk: Papa- mamaku tercinta dan tersayang Kakak-kakak ku tersayang Ponakanku, Zaidan Z,H Abi ku “Fajri Wijayanto …I love U”! Sahabat-sahabat terbaik ku. v KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan seru sekalian alam atas berkat rahmat, taufiq, hidayah, dan limpahan petunjuk-Nyalah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul:“ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH MENERAPKAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY_CSR)”. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para Sahabatnya yang telah membawa petunjuk dan pedoman hidup bagi manusia. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana jenjang Strata 1 (S1) program Manajemen pada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta bagi penulis tugas ini merupakan tugas yang berat, karena perjalanan tidak selamanya menyenangkan ada suka ada duka dan ketika seribu rasa kecemasan dan rasa enggan datang menyelimuti penulis dalam penyelesaian skripsi ini, bantuan dari berbagai pihak penulis rasakan sangat begitu berarti. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada mereka yang telah berjasa memberi bantuannya baik secara moril maupun materiil dalam penyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada: • Allah SWT atas Segala Berkah dan Nikmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan tulisan ini tepat pada waktu yang telah direncanakan. • Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. • Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM. Selaku Dosen Pembimbing I Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan saran yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini. • Bapak Indo Yama Nasarudin, SE. MAB. Selaku Kepala Jurusan Manajemen dan selaku Dosen Pembimbing II yang dengan segala kesungguhan dan keikhlasannya telah banyak mengorbankan waktu, pikiran, dan tenaga untuk vi memberikan nasehat, bimbingan serta pengarahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. • Para dosen yang telah memberikan Ilmu kepada penulis di Fakultas Ekonomi dan Ilmu sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. • Yang paling Utama untuk kedua orang tuaku tercinta, yang menaruh harapan besar kepada penulis yang tak pernah berhenti memeras keringat dan air mata untuk merawat, membesarkan dan memberikan penulis pendidikan terbaik. Sehingga penulis mempunyai kesadaran dan semangat yang besar untuk menyelesaikan skripsi ini, dan doa kalian yang tiada akhir untuk keberhasilan penulis. Terimakasih atas segalanya, apa yang telah kalian berikan tidak akan terbalas sepanjang hidupku. Terima kasih Pa, Ma. • Teristimewa dalam hati kakak ku tersayang alm. Lia Herawati yang telah memotivasi penulis untuk menyelesaikan kuliah. • My sisters, my brothers, my uncle and my lovely families, Wiwi Kusumawati, SE dan Budiman, S.Sos I, pa’le Kaseno, ponakanku “Zaidan Zidana Hidayat”. Terima kasih atas segala bantuannya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Jasa baik kalian tidak akan terlupa seumur hidupku. Thanks For All. • Buat saudara-saudaraku di Bekasi Khususnya nenek dan kakek ku tersayang. Terima kasih penulis ucapkan atas segala doanya dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah ini. • Buat calon pendamping hidupku tercinta Fajri Wijayanto, Amd yang telah memberikan semangat tersendiri kepada penulis terima kasih atas segala kesabaran dan kesetiaanya kepada penulis, ditengah kesibukannya masih mau menemani penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Doaku selalu demi harapan kita bersama. • Untuk orang - orang terdekat penulis, sahabatku Devi, Anis, Eva, Ria, Nay, Ibah, Lina, Amy, Rahma, Intan, Echa, Chama, Desie, CeuCeu Firda Miftah. Terima kasih atas segala bantuan dan nasehatnya. Kenangan manis yang pernah terukir selama kuliah tak akan pernah ku lupakan. Thanks for sharing vii selama ini yang telah mengurangi kebimbangan penulis saat menyeselaikan skripsi ini. • Teman-teman seperjuangan di Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen khususnya Manajemen E dan Manajemen Keuangan angkatan 2005. Empat tahun kita bersama menimba ilmu, semoga ilmu yang telah kita dapat bermanfaat. • Yang tak terlupakan anak-anak kosan Manda Khususnya teman sekamarku, Eva, Nay, Ummi, dan yang lainnya Ria, Lina, Sari, Icha, Upi, Farah, Mimi, Ema, dll. Terima kasih atas segala pengertiannya. Suka duka hidup dikosan takkan pernah terlupakan. • Dan terima kasih pula kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu oleh penulis. Terima kasih. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi salah satu bahan literatur untuk Khazanah keilmuan. Kepada Allah SWT penulis kembalikan segalanya, semoga usaha yang mulia ini selalu dalam keridhaan-Nya. Amin. Jakarta, 22 juni 2009 Penulis, Rini Shintawati viii DAFTAR ISI Daftar Riwayat Hidup ................................................................................... i Abstract........................................................................................................... iii Abstrak............................................................................................................ iv Kata Pengantar .............................................................................................. vi Daftar Isi ......................................................................................................... x Daftar Tabel.................................................................................................... xii Daftar Gambar ............................................................................................... xiii Daftar Lampiran ............................................................................................ xiv BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................ 1 A. Latar Belakang Penelitian............................................................ 1 B. Perumusan Masalah.................................................................... 13 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.................................................... 15 1. Tujuan Penelitian...................................................................... 15 2. Manfaat Penelitian.................................................................... 15 BAB II : TINJAUAN PUSTAkA.................................................................... 17 A. Pengertian Pengukuran Kinerja.................................................... 17 B. Laporan Keuangan........................................................................ 18 C. Rasio Keuangan............................................................................ 23 D. Tata Kelola Perusahaan( Corporate governance)........................ 32 1. Latar Belakang Tata Kelola Perusahaan Di Indonesia.............. 32 2. Definisi Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance)...... 33 3. Perkembangan Konsep Corporate Governance ...................... 36 4. Prinsip-Prinsip OECD 2004 Mengenai Corporate Governance..40 E. Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility – CSR)................................................................... 47 1. Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility)......................................... 47 2. Evolusi Corporate Social Reponsibilit..................................... 49 3. Penerapan CSR di Indonesia..................................................... 51 ix 4.Hubungan Corporate Social Responsibility dengan Good Corporate Governance............................................ 52 F. Penelitian Terdahul...................................................................... 53 G. Kerangka Pemikiran.................................................................... 55 H. Hipotesis..................................................................................... 58 BAB III : METODOLOGI PENELITIAN................................................... 59 A. Ruang Lingkup Penelitian......................................................... 59 B. Pemilihan Sampel...................................................................... 59 C. Metode Pengumpulan Data........................................................ 60 D. Metode Analisis Data................................................................ 61 1. Menghitung rasio-rasio......................................................... 61 2. Uji Statistik............................................................................ 63 E. Operasional Variabel Penelitian................................................. 65 BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN................................................ 68 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian................................ 68 1. Sejarah Singkat CSR................................................................ 68 B. Analisa dan Pembahasan............................................................. 70 1. Analisa Rasio Keuangan........................................................ 71 2. Pengujian Statistik Untuk Hipotesa Pertama......................... 88 3. Pengujian Statistik Untuk Hipotesis kedua ........................... 91 BAB V : KESIMPULAN DAN IMPLIKASI................................................ 94 A. Kesimpulan................................................................................... 94 B. Implikasi...................................................................................... 98 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 100 LAMPIRAN-LAMPIRAN.............................................................................. 104 x DAFTAR TABEL Nomor Keterangan Halaman 3.1 Data Perusahaan Sampel 60 4.1 Prinsip-Prinsip Berkelanjutan 70 4.2 Perusahaan Yang Menerapkan CSR 71 4.3 Perhitungan Current Ratio Pada Perusahaan Sampel 72 4.4 Perhitungan Quick Ratio 73 4.5 Perhitungan Fixed Asset Turnover Ratio 75 4.6 Perhitungan Total Asset Turnover Ratio 77 4.7 Perhitungan Debt Ratio 79 4.8 Perhitungan ROA Ratio 81 4.9 Perhitungan ROE Ratio 83 4.10 Perhitungan EPS Ratio 85 4.11 Perhitungan PBV Ratio 87 4.12 Hasil Uji Wilcoxon Test 89 4.13 Descriptive Statistics 91 4.14 Test Statistic (a,b) 92 xi DAFTAR GAMBAR Nomor Keterangan Halaman 2.1 Strategi Pengelolaan Tanggung Jawab Perusahaan 48 2.2 Kerangka Pemikiran 57 xii DAFATAR LAMPIRAN Nomor Keterangan Halaman 1. Hasil Uji Wilcoxon Test Current Ratio 104 2. Hasil Uji Wilcoxon Test Quick Test Ratio 105 3. Hasil Uji Wilcoxon Test FATO Ratio 106 4. Hasil Uji wilcoxon Test TATO Ratio 107 5. Hasil Uji wilcoxon Test Debt Ratio 108 6. Hasil Uji wilcoxon Test ROA Ratio 109 7. Hasil Uji wilcoxon Test ROE Ratio 110 8. Hasil Uji wilcoxon Test EPS Ratio 111 9. Hasil Uji wilcoxon Test PBV Ratio 112 10 Hasil Uji Kruskal Wallis 113 xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era reformasi yang ditunjukkan dengan semakin meningkatnya keterbukaan dan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan yang semakin meningkat. Perusahaan yang tidak memiliki kepedulian sosial dengan lingkungan sekitarnya akan banyak menemui berbagai kendala. Selain itu juga, globalisasi telah mendorong dan membawa dampak kepada semakin kompetitifnya persaingan di dunia bisnis. Akhir-akhir ini terdapat kecenderungan (trend) meningkatnya tuntutan publik atas transparansi dan akuntabilitas perusahaan sebagai wujud implementasi good corporate governance (GCG). Salah satu prinsip GCG adalah masalah pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat (Daniri, 2007:11). Selain itu juga, terdapat tiga (3) kepentingan publik yang oleh perusahaan cenderung terabaikan. Pertama, perusahaan hanya bertanggung jawab secara hukum terhadap pemegang sahamnya (shareholder), sedangkan masyarakat tempat di mana perusahaan tersebut berdomisili kurang diperhatikan. Kedua, dampak negatif yang ditimbulkan oleh perusahaan semakin meningkat dan harus ditanggung oleh masyarakat sekitar. Sementara itu, sebagian besar keuntungan manfaat hanya dinikmati oleh pemilik saham perusahaan saja. Ketiga, masyarakat sekitar perusahaan yang menjadi korban 1 sebagian besar mengalami kesulitan untuk menuntut ganti rugi kepada perusahaan. Hal ini, terjadi karena belum adanya hukum (regulasi) yang mengatur secara jelas tentang akuntabilitas dan kewajiban perusahaan kepada publik. Setiap manajer perusahaan tentunya menginginkan perusahaan yang mereka kelola selalu berkembang, dari skala perusahaan yang kecil menjadi skala perusahaan yang lebih besar. Ketika skala perusahaan masih terbilang kecil, dimana perusahaan yang pemilik sahamnya merangkap manajer perusahaan, jumlah konstituen yang berhubungan dengan perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya dapat dikatakan relatif sedikit. Namun, ketika perusahaan mulai berkembang jumlah konstituen pun mulai berkembang. Konstituen atau pihak-pihak lain yang berhubungan dengan perusahaan ini mempunyai kepentingan yang berbeda-beda terhadap perusahaan. Contoh investor atau pemilik perusahaan menginginkan laba yang tinggi, karyawan perusahaan menginginkan gaji yang besar serta keamanan dan kenyamanan dalam pekerjaan. Pelanggan menginginkan produk yang berkualitas dan ramah lingkungan, dan pemerintah menginginkan perusahaan membayar pajak tepat pada waktunya serta mematuhi semua peraturan yang telah mereka buat. Pihak-pihak lain ini disebut dengan istilah stakeholder atau pemangku kepentingan. Kini, tekanan-tekanan yang diberikan oleh pemangku kepentingan semakin meningkat, serta masyarakat yang takut akan konsekuensi lokal atau global dari aktivitas perusahaan yang tidak bertanggung jawab atau investor 2 yang tidak ingin menerima resiko kehilangan reputasi dan penurunan profit serta harga saham perusahaan (Collier, 2005 dalam Kodrat, 2008). Karena tekanan dari pemangku kepentingan perusahaan tidak dapat hanya memprioritaskan kepentingan satu pihak saja dengan mengorbankan atau merugikan kepentingan pihak lain. Pemangku kepentingan mempunyai kekuatan dalam mempengaruhi jalannya perusahaan sehingga ketika perusahaan tidak melakukan apa yang harus dilakukan akan mengakibatkan ancaman bagi perusahaan. Misalnya, kelompok pekerja dapat mempengaruhi operasi perusahaan, yaitu ketika perusahaan memotong gaji karyawan demi mencapai target laba tertentu, karyawan akan melakukan mogok kerja dan menuntut perusahaan untuk menaikan gaji. Hal ini tentu saja dapat merugikan perusahaan karena produksi barang akan terhenti sehingga mungkin saja perusahaan tidak dapat mencapai target tertentu. Atas kondisi diatas, dewasa ini konsep Sustainability Development dan Corporate Social Responsibility_CSR sedang berkembang. Menurut ketua komisi lingkungan dan pembangunan dunia Dr. Gro Harlem Brundhand (Wibisono, 2007: 15) Sustainability Development adalah pembangunan yang mencukupi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sedangkan Corporate Social Responsibility menurut World Bank Group adalah komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum 3 untuk meningkatkan kualitas hidup, dengan cara-cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan (Kiroyan, 2006). Konsep CSR tidak dapat dipandang sebelah mata, konsep ini penting karena apabila dijalankan oleh semua perusahaan, tidak hanya perusahaan yang berhubungan langsung dengan alam seperti perusahaan tambang, gas dan minyak bumi, perikanan, pertanian, perkebunan dan perhutanan. Perusahaan akan dapat bertahan lama dalam indusri dimana perusahaan beroperasi sehingga perusahaan akan dapat menjadi Sustainable Corporate. Para pemangku kepentingan membutuhkan informasi yang lebih jelas dan lengkap mengenai apakah kepentingan mereka telah terpenuhi atau apakah mereka tidak dirugikan oleh perusahaan. Terkait dengan tiga elemen dalam Good Corporate Governance, yaitu transparansi, akuntabilitas, dan pertanggungjawaban kepada para pemangku kepentingan, perusahaan harus melaporkan informasi-informasi ini (Daniri, 2006:9). Informasi yang dibutuhkan pun beragam karena kepentingan para stakeholder yang berbeda. Informasi ini dapat berupa informasi finansial seperti kinerja keuangan perusahaan maupun non finansial seperti aktivitas-aktivitas CSR. Pelaporan informasi-informasi kauntitatif telah diakomodir oleh PSAK no.1 sehingga pemangku kepentingan dapat melihatnya pada laporan keuangan perusahaan yang terdiri dari komponen-komponen seperti neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Informasi non finansial seperti aktivitas CSR juga dapat dilihat dilaporan keuangan tahunan perusahaan namun sifatnya terbatas. Hal ini 4 disebabkan belum ada peraturan yang mengharuskan perusahaan untuk mengungkapkan hal tersebut dan standar untuk mengungkapkan laporan tentang aktivitas CSR tersebut. Kini, perusahaan yang peduli akan aktivitas-aktivitas CSR mulai melaporkan aktivitas tersebut dalam laporan tahunan perusahaan bahkan beberapa perusahaan ada yang melaporkanNya terpisah dari laporan tahunan. Laporan yang terpisah ini biasanya disebut dengan sustainability reporting atau laporan berkelanjutan. Laporan ini merefleksikan aktivitas CSR dalam proses bisnis perusahaan dan terdiri tidak hanya dari kinerja ekonomi, namun juga kinerja sosial dan juga kinerja lingkungan. Selain itu, pelaporan ini diperkuat lagi dengan peran pemerintah sebagai salah satu pemangku kepentingan perusahaaan yaitu dengan cara membuat peraturan. Dengan adanya laporan berkelanjutan, perusahaan ingin menunjukan kepada pemangku kepentingan, baik internal maupun eksternal bahwa perusahaan mereka adalah perusahaan yang bertanggung jawab kepada lingkungan dan sosial. Bagi para pemangku kepentingan sendiri, laporan berkelanjutan ini dapat digunakan untuk menilai apakah kepentingan-kepentingan mereka telah terpenuhi oleh perusahaan karena laporan ini tidak hanya mengungkapkan bukti aktivitas perusahaan. Selain tanggung jawab perusahaan kepada pemegang saham tanggung jawab lainnya menyangkut tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-CSR) dan tanggung jawab atas kelestarian lingkungan hidup (sustainable environtment responsibility). Dalam era globalisasi, 5 kesadaran akan penerapan CSR menjadi penting seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat terhadap produk (barang) yang ramah lingkungan (Wibisono, 2007: xix). Menurut Jackie Ambadar (2008:10), dalam bukunya : CSR dalam praktek di Indonesia, wujud kepeduliaan usaha, menurutnya ada empat (4) manfaat yang diperoleh bagi perusahaan dengan mengimplementasikan CSR, yaitu : 1. Keberadaan perusahaan dapat tumbuh dan berkelanjutan dan perusahaan mendapatkan citra (image) yang positif dari masyarakat luas. 2. Perusahaan lebih mudah memperoleh akses terhadap kapital (modal). 3. Perusahaan dapat mempertahankan sumber daya manusia (human resources) yang berkualitas. 4. Perusahaan dapat meningkatkan pengambilan keputusan pada hal-hal yang kritis (critical decision making) dan mempermudah pengelolaan manajemen risiko (risk management). Pada saat ini CSR dapat dianggap sebagai investasi masa depan bagi perusahaan. Minat para pemilik modal dalam menanamkan modal di perusahaan yang telah menerapkan CSR lebih besar, dibandingkan dengan yang tidak menerapkan CSR. Melalui program CSR dapat dibangun komunikasi yang efektif dan hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan masyarakat. Selain hal tersebut, dalam menjalankan kegiatan usaha, setiap perusahaan tidak pernah lepas dari masalah finansial hal ini diharapkan karena 6 adanya sistem keuangan di setiap perusahaan, tanpa adanya sistem keuangan di dalam suatu perusahaan maka seluruh kegiatan usaha tidak akan berjalan dengan baik dalam mencapai tujuan perusahaan. Pelaksanaan sistem keuangan sendiri secara garis besar terdiri dari Neraca (balance sheet), laporan laba rugi (income statement), laporan arus kas (cash flow). Dimana neraca menggambarkan posisi aktiva, hutang, dan ekuitas para pemilik perusahaan pada waktu tertentu. Sedangkan laporan laba rugi menggambarkan pendapatan, beban-beban, serta keuntungan dan kerugian perusahaan selama satu periode tertentu. Dan laporan arus kas menggambarkan kas selama periode tertentu. Laporan keuangan tersebut digunakan sebagai bahan untuk mengelola data dalam menganalisis keuangan. Data-data yang terdapat dalam laporan keuangan merupakan hasil kinerja perusahaan dalam melakukan kegiatan usahanya. Pentingnya hasil analisis keuangan, dapat dipakai sebagai alat bantu dalam pengambilan keputusan bagi para pemilik perusahaan, para investor dan pihak-pihak lain yang memerlukan laporan keuangan. Dengan analisis laporan keuangan akan dapat diketahui keadaan dan perkembangan finansial dari perusahaan yang telah dicapai diwaktu yang lalu dan berjalan, sehingga dapat diketahui kelemahan-kelemahan dari perusahaan serta hasil-hasil yang dianggap cukup baik. Hasil analisis tersebut merupakan suatu alat ukur bagi pimpinan perusahaan dalam mengambil suatu keputusan atau kebijakan dimasa yang akan datang. 7 Penganalisaan dan penginterpretasian laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu cara untuk dapat memberikan penilaian yang dapat dipertanggungjawabkan baik terhadap kondisi keuangan maupun hasil usaha perusahaan sehingga dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. Adapun alat untuk menganalisis dan menginterpretasikan laporan keuangan adalah rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan dapat memberikan dasar ukuran bagi penilaian surat-surat berharga dan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan. Rasio keuangan digunakan untuk membandingkan kinerja suatu perusahaan dan status perusahaan baik dengan perusahaan lain maupun dengan perusahaan itu sendiri dalam kurun waktu yang berbeda. Rasio keuangan dikelompokan dalam enam kelompok yaitu: (1) rasio likuiditas, rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek yang telah jatuh tempo, (2) rasio aktivitas, rasio yang digunakan untuk memperkirakan kecepatan dimana current account (inventory, account receivable, account payable) diubah menjadi dalam bentuk cash, (3) rasio Solvabilitas (leverage), rasio yang menunjukan tingkat hutang dan kemampuan dalam membayar hutang, dan (4) rasio profitabilitas, rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan dalam memaksimalkan profit. (5) Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio), digunakan untuk mengukur seberapa baik perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya dalam pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dan industri. (6) Rasio nilai Pasar (Market Value Ratio), adalah sekumpulan rasio yang 8 menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba dan nilai buku perusahaan. (Sofyan Harahap, 2008 : 301). Berbagai penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa jumlah perusahaan yang melakukan pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial (Corporate Social Responsibility) dalam laporan tahunannya semakin bertambah. Demikian juga dengan jumlah dan jenis informasi CSR yang diungkapkan semakin meningkat (Ernst & Ernst, 1978; Trotman, 1979; Kelly, 1981; Pang, 1982; Guthrie, 1982; Gray, 1990; Gray et al, 1993; Sayekti, 1994 dalam sayekti, 2007). Banyak perusahaan semakin menyadari pentingnya menerapkan program CSR sebagai bagian dari strategi bisnisnya. Survey global yang dilakukan oleh The Economist Intelligence Unit menunjukkan bahwa 85% eksekutif senior dan investor dari berbagai organisasi menjadikan CSR sebagai pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan (Warta Ekonomi, 2006). Penelitian Basamalah dan Jermias (2005) dalam sayekti (2007), menunjukkan bahwa salah satu alasan manajemen melakukan pelaporan sosial adalah untuk alasan strategis. Meskipun belum bersifat compulsory, tetapi dapat dikatakan bahwa hampir semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta sudah mengungkapkan informasi mengenai CSR dalam laporan tahunannya dalam kadar yang beragam (Sayekti, 2007). Perusahaan semakin menyadari bahwa kelangsungan hidup perusahaan juga tergantung dari hubungan perusahaan dengan masyarakat dan lingkungannya tempat perusahaan beroperasi. Hal ini sejalan dengan legitimacy theory yang menyatakan bahwa perusahaan memiliki kontrak 9 dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya berdasarkan nilai-nilai justice, dan bagaimana perusahaan menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan (Tilt, 1994, dalam Haniffa et al, 2005 dalam Sayekti 2007). Jika terjadi ketidakselarasan antara sistem nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat, maka perusahaan akan kehilangan legitimasinya, yang selanjutnya akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan (Lindblom, 1994, dalam Haniffa et al, 2005 dalam Sayekti 2007). Pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan merupakan salah satu cara perusahaan untuk membangun, mempertahankan, dan melegitimasi kontribusi perusahaan dari sisi ekonomi dan politis (Guthrie dan Parker, 1990 dalam Sayekti 2007). Penelitian Basamalah et. al, 2005 yang melakukan review atas social and environmental reporting and auditing dari dua (2) perusahaan di Indonesia, yaitu PT. Freeport Indonesia dan PT. Inti Indorayon, mendukung prediksi legitimacy theory tersebut (Sayekti, 2007). Pengungkapan informasi CSR itu sendiri merupakan suatu hal yang bersifat endogeneous (Core, 2001; Healy dan Palepu, 2001 dalam Sayekti, 2007). Berbagai penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor determinan yang mempengaruhi perusahaan dalam melakukan pengungkapan informasi CSR telah banyak dilakukan. Ukuran perusahaan, profitabilitas, dan profil industri berkorelasi positif dengan pengungkapan informasi CSR (Haniffa et al, 2005; Cowen et al, 1997; Trotman et al, 1981; Kelly, 1981; Sembiring, 2003; Sembiring, 2005; Sayekti, 2006; McGure et al, 1988; Roberts, 1992, Utomo 2000, dan Anggraini, 2006 dalam Sayekti, 2007). Penelitian sebelumnya 10 menemukan bahwa tingkat leverage juga berkorelasi dengan tingkat pengungkapan informasi CSR, meskipun hasilnya beragam. Roberts (1992) dalam Sayekti (2007) menemukan korelasi yang positif, sedangkan Sembiring (2003) dan Sayekti (2006) menemukan korelasi yang negatif. Selanjutnya, Haniffa et al (2005) dan Sembiring (2005) dalam Sayekti (2007) tidak menemukan korelasi antara tingkat leverage dan pengungkapan CSR. Faktorfaktor corporate governance juga dikorelasikan dengan tingkat pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan perusahaan. Ukuran dewan komisaris, ukuran komite audit, kualitas auditor eksternal, dan struktur kepemilikan berkorelasi positif dengan pengungkapan CSR (Haniffa et al, 2005; Sembiring, 2005; Anggraini, 2006; Sayekti, 2006 dalam Sayekti, 2007). Ambar Retno (2007) yang melakukan analisis pengaruh corporate social reporting terhadap corporate social responsibility dengan menganalisis pengaruh ROE dan ROA terhadap corporate social reporting perusahaan terbukti berpengaruh positif. Hal ini terjadi karena kinerja keuangan yang baik mempunyai sumber daya berlebih yang dapat digunakan untuk aktivitas CSR sehinggga nilai corporate social reporting perusahaan relatif lebih besar. Hal ini juga menunjukan bahwa perusahaan yang mengimplementasikan CSR yang dapat dilihat dari corporate social reporting akan mendapat banyak keuntungan seperti kesetiaan pelanggan dan kepercayaan kreditor serta investor. Semua ini memicu keuangan perusahaan menjadi lebih baik sehingga perusahaan akan mendapatkan laba yang meningkat dimana ROE dan ROA juga akan meningkat. Dapat disimpulkan bahwa salah satu cara untuk 11 meningkatkan kesejahteraan pemegang saham adalah dengan melakukan aktivitas CSR. Lely dahlia (2008) juga melakukan analisis pengaruh CSR terhadap kinerja keuangan, hasil pengujian menunjukan bahwa tingkat pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh positif terhadap ROE satu tahun kedepan (ukuran kinerja keuangan perusahaan). Sedangkan hasil yang diperoleh dari pengujian kinerja saham menunjukan bahwa tingkat pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel Cumulative Abnormal Return/CAR (ukuran kinerja saham perusahaan). Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka laporan keuangan dapat dijadikan bahan analisis. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility-disingkat CSR) terhadap laporan kinerja keuangan perusahaan. Untuk itu, peneliti mencoba menelitinya dalam sebuah bentuk skripsi dengan judul : “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum Dan Sesudah Menerapkan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social ResponsibilityCSR). “ (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia_BEI). Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti mencoba mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) memberi dampak terhadap kinerja keuangan dalam hal ini adalah rasio 12 likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, rasio pertumbuhan dan rasio nilai pasar. 2. Apakah penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) memberi dampak terhadap investasi, pertumbuhan, dan keberlanjutan (sustainability) perusahaan. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi pembahasannya dalam ruang lingkup sebagai berikut: 1. Ukuran kinerja keuangan digambarkan oleh rasio-rasio yang dikelompokan sebagai berikut: rasio kiluiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas (leverage), rasio profitabilitas, rasio pertumbuhan, dan rasio nilai pasar. 2. Penelitian dilakukan pada perusahaan yang menerapkan program corporate social responsibility (CSR). B. Perumusan Masalah Corporate social responsibility_CSR merupakan konsep yang sulit dinilai sehingga diperlukan suatu laporan yang mengungkapkan aktivitas CSR tersebut. laporan ini nantinya akan digunakan oleh para pemangku kepentingan perusahaan untuk menilai apakah perusahaan telah memuaskan pemangku kepentingan yang satu tanpa merugikan atau mengorbankan pemangku kepentingan lainnya. Perusahaan yang telah memutuskan akan mengalokasikan sejumlah dana untuk aktivitas CSR, biasanya memiliki sumber daya yang berlebih yang disebabkan oleh kinerja keuangan yang baik. Dengan adanya alokasi dana ini, 13 laba akan diterima oleh para pemegang saham sebagai pemilik perusahaan yang menurun. Namun dengan adanya aktivitas CSR yang direprentasikan dalam laporan berkelanjuatan, reputasi perusahaan akan meningkat karena dianggap sebagai perusahaan yang peduli terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar. Nantinya diharapkan para pelanggan akan tetap setia menggunakan produk perusahaan bahkan perusahaan mungkin akan mendapat pelanggan baru. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan pokok permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan dilihat di rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, pertumbuhan, rasio nilai pasar rasio profitabilitas, rasio sebelum dan sesudah menerapkan Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility- CSR) . 2. Berapa besar pengaruh Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility- CSR) terhadap kinerja rasio keuangan perusahaan dilihat di rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, rasio pertumbuhan, rasio nilai pasar sebelum dan sesudah menerapkan Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility- CSR). 14 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah peneliti paparkan di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk menganalisis kinerja keuangan perusahaan dilihat di rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, rasio pertumbuhan, rasio nilai pasar sebelum dan sesudah menerapkan Corporate Social Responsibility_CSR. b. Untuk menganalisis besarnya pengaruh tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility_CSR) terhadap kinerja keuangan perusahaan dilihat di rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, rasio pertumbuhan, rasio nilai pasar . 2. Manfaat Penelitian Sedangkan manfaat yang ingin di peroleh dari penelitian ini adalah : a. Bagi Investor, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan yang dapat digunakan sabagai bahan pertimbangan dalam menentukan investasi yang lebih menguntungkan. b. Bagi Perusahaan, perusahaan yang belum menerapkan tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility-CSR), penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menerapkan program CSR, dan hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. 15 c. Bagi Para Akademis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan perbandingan untuk penelitian-penelitian ilmiah yang lain atau penelitian sejenis serta dapat menambah pengetahuan dan wawasan, menambah pengalaman dalam mempraktekkan berbagai teori yang pernah diterima selama kuliah terutama yang berhubungan dengan manajemen keuangan. 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pengukuran Kinerja Arti kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan kerja, sedangkan pengertian kinerja adalah suatu prestasi yang diperlihatkan suatu perusahaan. Kinerja perusahaan adalah hasil dari semua keputusan manajemen yang dilakukan secara terus menerus. Oleh karena itu, untuk menilai kinerja perusahaan perlu mengkaitkannya dengan kinerja kumulatif dan ekonomi dari keputusan-keputusan tersebut. Analisis kinerja keuangan ini didasarkan pada data keuangan yang dipublikasikan seperti tercermin dalam laporan keuangan yang dibuat sesuai dengan PrinsipPrinsip Akuntansi yang lazim digunakan (Christina, dkk 2001: 244). Ada beberapa alternatif metode untuk menganalisis kinerja keuangan yang biasa digunakan oleh perusahaan-perusahaan, antara lain : analisis laporan keuangan (financial report), analisis arus kas (cash flow), neraca (balance sheet), dan laporan rugi laba (income statement). Untuk mengukur kinerja perusahaan dapat menggunakan beberapa indikator, salah satunya indikatornya adalah menggunakan rasio keuangan. Analisis rasio-rasio keuangan menjadi penting karena dapat digunakan sebagai alat ukur yang akan menggambarkan kondisi dan prestasi yang dicapai oleh perusahaan sekaligus akan menjawab pertanyaan kondisi perusahaan (Arifin, 2004: 8). 17 B. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Menurut Dewi Astuti (2004:29), ”Laporan Keuangan adalah segala sesuatu yang menyangkut penggunaan informasi akuntansi untuk membuat keputusan bisnis dan investasi”. Sedangkan menurut Dermawan Sjahrial (2007:64), ”Laporan Keuangan adalah suatu gambaran dari suatu perusahaan pada waktu tertentu (biasanya 1 periode akuntansi) dan memberikan gambaran tentang kondisi keuangan yang dicapai perusahaan dalam waktu tersebut.” Menurut Bambang Riyanto (2001:261), ”Laporan Keuangan (Financial Statement) memberikan ikhtisar mengenai keadaan finansial suatu perusahaan, dimana neraca mencerminkan nilai aktiva, hutang dan modal sendiri pada suatu saat tertentu, dan laporan laba rugi mencerminkan hasilhasil yang dicapai selama suatu periode tertentu biasanya meliputi periode satu tahun. Dari pengertian-pengertian tersebut bahwasannya laporan keuangan yang utama adalah neraca dan laporan rugi laba. Tetapi sering kali di temukan laporan-laporan keuangan lainnya, seperti (TotoPrihadi, 2007:110). • Laporan Perubahan Modal • Laporan Arus Kas • Laba ditahan • Laporan Sumber dan Penggunaan Dana • Laporan Modal Kerja 18 2. Sifat Laporan Keuangan Sebelum mengetahui sifat laporan keuangan dan untuk lebih memahami sifat-sifat laporan keuangan maka perlu diketahui bahwa ada 3 (tiga) hal dalam proses akuntansi (Kasmir, 2008:11), yakni: a. Fakta yang dicacat (recorded fact), angka-angka atau jumlah-jumlah yang tercantum dalam laporan rugi laba atau neraca merupakan kumpulan dan ringkasan dari catatan historis, yakni catatan yang benar-benar terjadi pada masa lampau/lalu. b. Prinsip dan kebiasaan dalam akuntansi (accounting convertion & postulate), untuk memudahkan pencatatan dalam proses akuntansi berdasarkan anggapan-anggapan yang lazim (GAAP). c. Pendapatan pribadi (personal judgment), contohnya : mencatat nilai persediaan (dimana masalah dapat dipilih apakah dengan menggunakan metode FIFO, LIFO, atau Average), menaksir umur aktiva, menentukan metode penyusunan (apakah straight line method atau declining method, dan dalam mencadangkan kerugian atas piutang apakah menggunakan balance Sheet atau Income Approach). Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan maksud untuk memberikan informasi dari posisi keuangan dan perubahan posisi keuangan pada periode akuntansi sebagai hasil kegiatan usaha yang telah dilaksanakan pada periode bersangkutan. Oleh karena itu, laporan keuangan memiliki 2 (dua) sifat, yaitu (Toto Prihadi,2007:7): 19 a. Historis, karena laporan merupakan akumulasi dari transaksi-transaksi yang telah terjadi dalam suatu perusahaan pada masa yang bersangkutan. b. Menyeluruh, karena merupakan akumulasi dari keseluruhan kegiatan usaha yang diukur atau dinyatakan dengan satuan uang. Laporan keuangan dibuat untuk menggambarkan perkembangan kinerja suatu perusahaan. Dimana laporan keuangan bersifat historis dan menyeluruh, yang dicatat berdasarkan fakta-fakta yang telah dicatat (recorded fact), prinsip-prinsip kebiasaan atau anggapan-anggapan didalam akuntansi (accounting convertion & postulate) dan pendapat pribadi (personal judment) (Toto Prihadi,2007:7). . 3. Jenis Laporan Keuangan Menurut Brealey dkk (2008:56) laporan keuangan yang biasa digunakan oleh perusahaan dalam menggambarkan kondisi keuangan dan kinerja perusahaan adalah Neraca (Balance Sheet), laporan rugi laba (Income Statement), dan laporan Arus Kas (cash Flow). a. Neraca (Balance Sheet) Menurut Toto Prihadi (2007:37), neraca (Balance Sheet) adalah yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu, tentang aktiva, kewajiban, dan ekuitas para pemilik perusahaan. Bentuk laporan mengikuti persamaan neraca sebagai berikut: Aktiva = Kewajiban + Equitas pemegang saham. Aktiva mewakili seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan. Di mana aktiva terdiri dari 3 (tiga) kategori, yakni: 20 1) Aktiva Lancar (Current assets) yang terdiri atas kas, surat berharga yang mudah dijual, piutang dagang, persediaan barang dagang serta beban dibayar dimuka. 2) Aktiva Tetap atau jangka panjang (fixed or long term assets), yang terdiri atas peralatan, bangunan, serta tanah, dan 3) Aktiva Lain (other assets), aktiva yang tidak termasuk dalam aktiva lancar maupun tetap perusahaan, seperti hak paten, investasi jangka panjang dalam surat berharga, dan goodwill. Sedangkan kewajiban dan ekuitas pemegang saham (passiva) menunjukkan bagaimana seluruh sumber daya perusahaan tersebut didanai. Kewajiban (liabilities) mencakup kredit dari pemasok (kewajiban dagang) atau pinjaman dari bank (termasuk wesel bayar atau hipotek). Ekuitas pemegang saham terdiri dari investasi para pemegang saham dalam perusahaan (nilai par + agio saham) serta saldo laba. Adapun bentuk penyajian neraca dapat dilakukan dengan 2 (dua) bentuk, yaitu: bentuk skontro dan bentuk stafel (Brealey dkk, 2008:56). b. Laporan Rugi Laba (Income Statement) Menurut Brealey dkk (2008:61) laporan Rugi Laba menggambarkan pendapatan bersih (net income) perusahaan pada periode tertentu. Laporan ini menunjukan pendapatan dari penjualan, berbagai biaya, dan laba yang diperoleh oleh perusahaan selama periode tertentu. 21 c. Laporan Arus Kas (Cash Flow) Dan menurut Brealey dkk (2008:56) Laporan Arus Kas merupakan laporan keluar masuknya kas/dana. Informasi yang digunakan pada laporan ini dari neraca dan laporan rugi laba untuk menggambarkan sumber dan penggunaan kas pada periode tertentu dalam perusahaan. Menurut Toto Prihadi (2007:68) Terdapat 3 (tiga) kelompok utama dalam menghasilkan arus kas, yaitu: 1) Arus Kas Operasional, arus kas dihasilkan dari pengumpulan kas yang berasal dari konsumen, pembayaran kepada pemasok, arus kas keluar dari kegiatan operasi lainnya, seperti beban pemasaran dan administrasi, serta pembayaran bunga dan pembayaran tunai untuk pajak. 2) Arus Kas investasi, arus kas yang dikeluarkan untuk investasi, seperti pembelian aktiva tetap, aktiva lancar, dan hak paten. 3) Arus Kas Transaksi Pendanaan, arus kas yang berkaitan dengan pendanaan, termasuk semua arus kas baik masuk (inflow) maupun keluar (outflow) kepada ataupun dari para investor perusahaan, baik pemberi pinjaman maupun pemilik. 4. Pihak-Pihak Yang Membutuhkan Laporan Keuangan Adapun pihak-pihak yang keuangan adalah (Toto Prihadi, 2007:5): 22 membutuhkan informasi laporan a. Para pemilik perusahaan, yang berguna untuk menilai hasil kerja, sukses atau tidaknya manajer yang diberi kepercayaan oleh pemegang saham dalam mengendalikan perusahaan. b. Manajer perusahaan, dimana untuk menyusun suatu rencana dan kebijakan yang lebih baik, memperbaiki kepemimpinan yang lalu dan lain sebagainya. c. Investor, Bankers dan kreditor, untuk menentukan prospek keuntungan perusahaan di masa yang akan datang, mengetahui jaminan kerja investasinya, kondisi kerja pimpinan perusahaan dan kondisi keuangan baik jangka pendek maupun jangka panjang. d. Pemerintah, dimana untuk kepentingan pajak, dan masalah-masalah tenaga kerja serta kebijaksanaan lain yang dapat menunjang peningkatan ekonomi secara nasional. C. Rasio Keuangan 1. Pengertian Rasio Keuangan Menurut Bambang Riyanto (2001:263), ”Rasio Keuangan adalah alat yang dinyatakan dalam ”Arithmatical Term” yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data finansial.” Rasio Keuangan merupakan alat utama untuk menganalisis keuangan. Analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan yang ditunjukan untuk menunjukan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi dimasa lalu dan membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut, kemudian 23 menunjukan resiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang bersangkutan. Makna dan kegunaan rasio keuangan dalam praktek bisnis pada kenyataannya bersifat subyektif tergantung kepada untuk apa suatu analisis dilakukan dalam konteks apa analisis tersebut diaplikasikan. Dari pengertian tersebut, bahwa analisis rasio merupakan suatu metode perhitungan untuk menilai kinerja keuangan dan status suatu perusahaan (Arifin, 2004: 7). 2. Jenis Rasio Keuangan Menurut Harahap Sofyan (2008:301), ada beberapa rasio keuangan yang sering digunakan antara lain adalah: a. Rasio Likuiditas Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang sudah jatuh tempo. Menurut Harahap Sofyan (2008:301), pengertian likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Menurut Suad Husnan dan Enny Pudjiastuti, rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek. Menurut Johar Arifin (2004:8), rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Rasio yang mungkin digunakan adalah Modal kerja Netto dengan total aktiva, jadi, likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi segala kewajibannnya yang sudah jatuh tempo dengan menggunakan pembayaran yang likuid. Alat-alat likuid ini merupakan suatu kekuatan untuk membayar 24 utang-utang jangka pendek, maka perusahaan itu dalam keadaan likuid. Rasio likuiditas dapat dihitung dengan menggunakan rumus: likuiditas = aktiva lancar hu tang lancar x 100 % Ada beberapa rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas perusahaan antara lain adalah Current Ratio, Cash Ratio, dan Quick (Acid test) Ratio (Toto Prihadi, 2007:118). Current ratio atau Rasio Lancar adalah perbandingan antara jumlah aktiva lancar (current ratio) dengan hutang lancar (current liabilities). Current ratio merupakan ukuran yang sangat berharga untuk mengukur kesanggupan suatu perusahaan untuk memenuhi current obligation-nya. Perhitungan rasio ini bertujuan untuk mengetahui sampai seberapa jauh sebenarnya jumlah aktiva lancar perusahaan dapat menjamin utang kepada kreditur jangka pendek. Semakin tinggi rasio berarti semakin terjamin utang-utang perusahaan kepada kreditor. Current Ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Current Ratio = Current Asset x 100% Current Liabilities Cash Ratio (Ratio of Immediate Solvency) adalah kemampuan perusahaan untuk menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang harus dipenuhi dengan menggunakan kas atau setara dengan kas, misalnya surat berharga yang dapat segera diuangkan. Rasio ini untuk mengukur 25 jumlah kas tersedia dibanding dengan utang lancar. Cash Ratio di hitung dengan rumus : Cash Ratio = Cash+ Efek x 100% Current Liabilities Quick Ratio merupakan Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang yang harus segera dilunasi dengan aktiva lancar yang lebih likuid tanpa memperhitungkan persediaan yang telah jatuh tempo. Quick Ratio di hitung dengan rumus : Quick Ratio = Quick Cash + Efek + Account Re ceivable x 100% Current Liabilities b. Rasio Aktivitas (Activity Ratio) Rasio aktivitas menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan asset-asset untuk memperoleh penjualan. Rasio Aktivitas mengukur tingkat efektivitas penggunaan asset perusahaan. Rasio ini juga sering disebut rasio perputaran atau turnover. Secara umum semakin tinggi perputaran berarti semakin efektif tingkat penggunaan asset perusahaan. (Toto Prihadi, 2007:115). Adapun Ratio aktivitas ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus-rumus berikut ini : 26 Fixed Asset Turnover = Sales x100% Net Fixed Asset Total Asset Turnover = Sales x100% Net Total Asset c. Rasio Solvabilitas (Solvency Ratio) Rasio Solvabilitas (Solvency Ratio) bisa dikenal juga dengan istilah Ratio Leverage. Menurut Harahap Sofyan (2008:303), Rasio Solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Menurut Toto Prihadi (2007:123), Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio) adalah rasio hubungan antara utang aset dan resiko. Rasio ini menunjukkan kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik jangka pendek maupun jangka panjang. Menurut Bambang Riyanto (2001:331), Rasio Solvabilitas adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang (debt to total asset ratio). Sedangkan menurut Martono, Ratio Leverage merupakan rasio hutang dengan total aktiva. Dalam hal ini, maka rasio tersebut menunjukan proporsi hutang yang dipergunakan untuk membiayai perusahaan. Tujuan dari rasio solvabilitas merupakan tujuan jangka pendek maupun jangka panjang perusahaan dalam arti untuk mengantisipasi agar investor dan pihak-pihak yang berpiutang pada suatu perusahaan dapat 27 menarik dananya dengan baik bila suatu perusahaan harus dibubarkan atau dilikuidasi. Rasio solvabilitas akan sangat berpengaruh pada resiko tingkat kreditur pada suatu perusahaan, oleh karena itu mempunyai tingkat solvabilitas lebih dari 100% dapat dikatakan perusahaan itu cukup solvable, karena apabila perusahaan terpaksa harus dilikuidasi maka akan dapat membayar hutang-hutang jangka pendek maupun jangka panjang. Dasar pendekatannya adalah neraca atau laba rugi. Perhitungan rasio ini dengan mengunakan rumus berikut: Debt Ratio = Total Liabilitie s x 100 % Total Asset d. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) Menurut Johar Arifin (2004:13), rasio profitabilitas merupakan rasio ynag digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dengan menggunakan modal tertentu. Profitabilitas dianggap sebagai alat yang valid dalam mengukur hasil pelaksanaan operasi perusahaan, karena profitabilitas merupakan alat pembandingan pada berbagai alternatif investasi yang sesuai dengan tingkat risiko. Semakin besar risiko investasi, diharapkan profitabilitas yang diperoleh semakin tinggi pula. Menurut Harahap Sofyan (2008:304) Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. 28 Menurut Toto Prihadi (2007:119), Profitabilitas adalah kemampuan menghasilkan laba. Dalam analisis rasio, kemampuan menghasilkan laba dapat dikaitkan dengan penjualan, aset, atau modal Adapun perhitungan Rasio Profitabilitas ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus-rumus berikut : Return On Asset = EBIT Total Asset Re turn on Equity = x100% Net Income x100% Stockholder ' s Equity e. Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio) Rasio Pertumbuhan digunakan untuk mengukur seberapa baik perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya dalam pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dan industri. Sehingga yang dimaksud pertumbuhan dalam hal ini adalah pertumbuhan yang timbul sebagai pencerminan produktivitas perusahaan. Menurut Harahap Sofyan (2008:309), Rasio Pertumbuhan adalah rasio yang menggambarkan persentasi pertumbuhan pos-pos perusahaan dari tahun ke tahun. Salah satu bagian dari rasio ini adalah rasio Earning Per Share (EPS). Rasio ini sering kali disebut pula sebagai jumlah kali dari pembelian hasil lancar dengan harga pasar. Jadi, Earning Per Share (EPS) adalah pendapatan bersih dengan jumlah saham yang dikeluarkan. EPS menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham. Semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk mendistribisikan pendapatan kepada pemegang 29 saham, mencerminkan semakin besar keberhasilan usaha yang dijalankan. EPS perusahaan digunakan untuk mengukur pendapatan yang dapat dinikmati pemegang saham setelah dikurangi pajak (Toto Prihadi,2007:125). Laba merupakan alat pengukur utama kesuksesan suatu perusahaan, namun dianalisis harus menghubungkan laba dengan total aktiva dan equitas saham biasa untuk menghindari adanya kerancuan. Penentuan EPS adalah pengembalian atas equitas pemegang saham dan nilai buku perlembar saham. Tujuan perhitungan EPS adalah untuk melihat progress dari operasi perusahaan, menentukan harga saham dan menentukan besarnya deviden yang akan dibagikan. Pada umumnya pemegang saham tertarik pada EPS yang besar karena hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu perusahaan. Dengan demikian EPS adalah pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap jumlah lembar saham yang beredar dengan tujuan untuk melihat progress dari operasi perusahaan yang menentukan harga pasar saham dan menentukan besarnya deviden yang akan dibagikan. EPS dapat di hitung dengan rumus(Harahap, 2008:309) : EPS= Laba bersih x 100 % Jumlahsaham yang beredar f. Rasio Nilai Pasar (Market Value Ratio) Menurut Dewi astuti (2004:38), Rasio Nilai Pasar adalah sekumpulan rasio yang menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba dan nilai buku per saham. Sedangkan menurut Toto Prihadi (2007:125), rasio ini untuk mengetahui hubungan antara harga saham terhadap laba dan nilai buku saham. 30 Rasio ini juga digunakan untuk indikasi investor dalam melihat masa lalu dan prospek di masa depan. Rasio nilai pasar merupakan ukuran yang paling lengkap tentang prestasi perusahaan, karena mencerminkan rasio resiko dan rasio pengembalian. Salah satu bagian dari rasio ini adalah price book value (PBV). Rasio PBV digunakan untuk mengetahui seberapa besar harga saham yang ada di pasar dibandingkan dengan nilai buku sahamnya (Sofyan Harahap, 2008:311). Semakin tinggi resiko ini semakin besar tambahan wealth (kekayaan) yang dimiliki oleh pemilik kekayaan. 3. Cara Menganalisis Rasio Keuangan Menurut bambang Riyanto (2001:236), “cara menganalisis rasio keuangan dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara perbandingan, yaitu: 1. Membandingkan rasio sekarang (Present Ratio) dengan rasio-rasio dari waktu-waktu yang lalu (Rasio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama. 2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (company Ratio) dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri untuk waktu yang sama. Dengan membandingkan rasio perusahaan dengan rasio industri akan dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan dalam aspek finansial tertentu berada diatas rata-rata industri average) atau sebaliknya below average. 31 (above D. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) 1. Latar Belakang Tata Kelola Perusahaan Di Indonesia Perusahaan membutuhkan modal untuk menjalankan aktivitas operasionalnya. Modal ini dapat berasal dari pinjaman melalui hutang atau melalui penjualan saham. Oleh karena itu, perusahaan harus memastikan kepada pemberian dana bahwa dana tersebut digunakan sesuai dengan perjanjian dan seefisien mungkin. Intinya manajemen akan melakukan yang terbaik bagi perusahaan. Dengan adanya sistem tata kelola perusahaan (Corporate Governance) manajemen dapat memberikan kepastian tersebut. Sistem tata kelola perusahaan yang baik dapat memberikan perlindungan efektif kepada para pemegang saham dan pihak kreditor sehingga mereka yakin dapat memperoleh kembali investasinya dengan wajar dan bernilai tinggi. Oleh karena itu, sistem tersebut harus juga membantu menciptakan lingkungan yang kondusif terhadap pertumbuhan sektor usaha yang efisien dan berkesinambungan (forum for governence in indonesia dalam Daniri, 2006:4). Konsep tata kelola perusahaan mulai dikenal setelah terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1997-1998. Tata kelola perusahaan yang pernah dikatakan sebagai salah satu penyebab krisis yang telah membuat banyak masyarakat menderita (Kiroyan, 2006). Mulai dari harga-harga yang meningkat drastis sampai krisis kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah yang dirasa tidak mampu melakukan perubahan kearah yang lebih baik. 32 Atas dasar inilah pada bulan Agustus 1999 didirikanlah komite nasional kebijakan Corporate Governance dengan Surat MenkoEKUIN. Kemudian, pada bulan maret 2001 untuk pertama kalinya diterbitkan pedoman Good Corporate Governance (Kiroyan, 2006). Sedangkan menurut Syakhroza (2002) terdapat beberapa pemacu keburukan tata kelola perusahaan, antara lain: • Perubahan lingkungan yang sangat cepat dan berdampak pada perubahan peta kompetisi pasar global. Kompetisi ini terus meningkat karena dipacu oleh kecanggihan teknologi dan deregulasi ekonomi dan pada gilirannya memberikan implikasi terhadap eksistensi perusahaan melalui privatisasi dan restrukturisasi. • Semakin banyak dan kompleksnya pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan termasuk kompleksnya pola struktur kepemimpinan sehingga berimplikasi terhadap manajemen pemangku kepentingan. 2. Definisi Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance) Istilah Corporate Governance dapat didefinisikan dari berbagai disiplin ilmu (Turnbull, 2000 dalam Tim study penerapan Prinsip-prisip OECD 2004, Bapepam, 2006); misalnya hukum, pisikologi, ekonomi, manajemen, keuangan, akuntansi, filsafat bahkan dalam disiplin ilmu agama. Oleh karena itu, seringkali kita melihat beberapa pakar mendenifisikan Corporate Governance secara eksplisit berbeda. Adapun beberapa definisi Corporate Governance yang dapat dihimpun dari berbagai sumber antara lain sebagai berikut : 33 Menurut Sir Adrian Cadbury dalam Daniri (2006:7) “Global Corporate Governance Forum – World Bank, 2000”, menjelaskan Corporate Governance sebagai berikut: "Corporate Governance is concerned with holding the balance between economic and social goals and between individual and communal goals. The corporate governance framework is there to encourage the efficient use of resources and equally to require accountability for the stewardship of those resources. The aim is to align as nearly as possible the interests of individuals, corporations and society" . Penjelasan ini menekankan bahwa Corporate Governance merupakan keseimbangan antara tujuan ekonomi dan tujuan sosial serta tujuan individu dan tujuan komunitas. Disamping itu juga menekankan akuntabilitas dalam pengelolaan segala sumber daya yang memperhatikan seluruh kepentingan baik individu, perusahaan dan masyarakat. Menurut Shann Turnbull (2000 Turnbull, 2000 dalam Tim study penerapan Prinsip-prisip OECD 2004, Bapepam, 2006) mendefinisikan Corporate Governance sebagai berikut: “Corporate Governance describes all the the influences affecting the institutional processes including those for appointing the controllers and/or regulators, involved in organizing the production and sale of goods and services”. Turnbull lebih menekankan bagaimana melakukan tata kelola dalam sebuah organisasi dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kepada proses organisasi dalam rangka menghasilkan dan menjual barang atau jasa. Disamping itu, Turnbull juga berpendapat bahwa penunjukkan 34 “controllers dan regulators” merupakan juga substansi penting dalam membangun Good Corporate Governance. Sedangkan Achmad Syakhroza (2002) mendefinisikan Corporate Governance secara lebih gamblang, mudah dan jelas dimana ia mengatakan bahwa: “Corporate Governance adalah suatu sistem yang dipakai “Board” untuk mengarahkan dan mengendalikan serta mengawasi (directing, controlling, and supervising) pengelolaan sumber daya organisasi secara efisien, efektif, ekonomis, dan produktif – E3P dengan prinsip-prinsip transparan, accountable, responsible, independent, dan fairness – TARIF dalam rangka mencapai tujuan organisasi”. Kemudian definisi Corporate Governance sesuai dengan Surat Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan praktik GCG pada BUMN adalah: “Suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika”. Definisi ini menekankan pada keberhasilan usaha dengan memperhatikan akuntabilitas yang berlandaskan pada peraturan perundangan dan nilai-nilai etika serta memperhatikan stakeholders yang tujuan jangka panjangnya adalah untuk mewujudkan dan meningkatkan nilai pemegang saham. 35 Organization of Economic Cooperation and Development (OECD) mendefiniskan Corporate Governance sebagai berikut: “Corporate Governance is the system by which business corporations are directed and controlled. The Corporate Governance structure specifies the distribution of the right and responsibilities among different participants in the corporation, such as the board, managers, shareholders, and other stakeholders, and spells out the rules and procedures for making decisions on corporate affairs. By doing this, it also provides this structure through which the company objectives are set, and the means of attaining those objectives and monitoring performance”. OECD melihat Corporate Governance sebagai suatu sistem dimana sebuah perusahaan atau entitas bisnis diarahkan dan diawasi. Sejalan dengan itu, maka struktur dari Corporate Governance menjelaskan distribusi hak-hak dan tanggung jawab dari masing-masing pihak yang terlibat dalam sebuah bisnis, yaitu antara lain Dewan Komisaris dan Direksi, Manajer, Pemegang saham, serta pihak-pihak lain yang terkait sebagai stakeholders. Selanjutnya, struktur dari Corporate Governance juga menjelaskan bagaimana aturan dan prosedur dalam pengambilan dan pemutusan kebijakan sehingga dengan melakukan itu semua maka tujuan perusahaan dan pemantauan kinerjanya dapat dipertangungjawabkan dan dilakukan dengan baik. 3. Perkembangan Konsep Corporate Governance Selama 10 (sepuluh) tahun terakhir ini, istilah Good Corporate Governance (GCG) kian populer. Tak hanya populer, tetapi istilah tersebut 36 juga ditempatkan di posisi terhormat. Hal itu, setidaknya terwujud dalam 2 (dua) keyakinan yang pertama, GCG merupakan salah satu kunci sukses perusahaan untuk tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang, sekaligus memenangkan persaingan bisnis global, terutama bagi perusahaan yang telah mampu berkembang sekaligus menjadi terbuka. Kedua, krisis ekonomi dunia di kawasan Asia dan Amerika Latin yang diyakini muncul karena kegagalan penerapan GCG. Di antaranya, Sistem Regulatory yang payah, Standar Akuntansi dan Audit yang tidak konsisten, praktek perbankan yang lemah, serta pandangan Board of Directors (BOD) yang kurang peduli terhadap hak hak pemegang saham minoritas (Daniri, 2006:3). Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka tidak mengherankan jika selama dasawarsa 1990-an, tuntutan terhadap penerapan GCG secara konsisten dan komprehensif datang secara beruntun. Mereka yang menyuarakan hal itu di antaranya adalah berbagai lembaga investasi baik domestik maupun mancanegara, termasuk institusi sekaliber World Bank, IMF, OECD, dan APEC. Dengan melontarkan beberapa prinsip umum dalam Corporate Governance seperti fairness, transparency, accountability, stakeholder concern, dapat disimpulkan bahwa penerapan GCG diyakini akan menolong perusahaan dan perekonomian negara yang sedang tertimpa krisis bangkit menuju ke arah yang lebih sehat, maju, mampu bersaing, dikelola secara dinamis serta profesional. Ujungnya adalah dayasaing yang tangguh, yang diikuti pulihnya kepercayaan investor. Sangat jelas bahwa perhatian terhadap corporate governance belakangan ini terutama dipicu oleh skandal 37 spektakuler perusahaan-perusahaan publik di Amerika dan Eropa, seperti Enron, Worldcom, Tyco, London & Commonwealth, Poly Peck, Maxwell, dan lain-lain (Daniri, 2006:4). Dalam tim studi pengkajian prinsip-prinsip OECD 2004, Cadbury Report (UK) dan Treadway Report (US) secara mendasar menyebutkan bahwa keruntuhan perusahaan-perusahaan publik tersebut dikarenakan oleh kegagalan strategi maupun praktik curang dari manajemen puncak yang berlangsung tanpa terdeteksi dalam waktu yang cukup lama karena lemahnya pengawasan yang independen oleh Corporate Boards. Isu Corporate Governance itu sendiri muncul sejak diperkenalkannya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Namun, istilah Corporate Governance itu sendiri secara eksplisit muncul pertama kali pada tahun 1984 dalam tulisan Robert I. Tricker berjudul “Corporate Governance – Practices, Procedures, and Power in British Companies and Their Board of Directors”. Di dalam bukunya tersebut Tricker memandang Corporate Governance memiliki 4 (empat) kegiatan utama, kegiatan utama itu adalah : a. Direction, formulating the strategic direction from the future of the enterprise in the long term. b. Executive action, involvement in crucial executive decisions. c. Supervision, monitoring and oversight of management performance. d. Accountability, recognizing responsibilities to those making legitimate demand for accountability. 38 Sedangkan dalam konsep Corporate Governance terdapat 2 (dua) teori utama yang terkait yaitu stewardship theory dan agency theory (Mas Achmad Daniri, 2006:5). Stewardship theory dibangun diatas asumsi filosofis mengenai sifat manusia yakni bahwa manusia pada hakekatnya dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki integritas, dan kejujuran terhadap pihak lain. Inilah yang tersirat dalam hubungan fidusia yang dikehendaki para pemegang saham. Dengan kata lain, stewardship theory memandang manajemen sebagai dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan publik pada umumnya maupun shareholders pada khususnya. Sementara itu, agency theory yang dikembangkan oleh Michael Johnson, seorang professor dari Harvard, memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai ‘agents’ bagi para pemegang saham, akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil terhadap pemegang saham sebagaimana diasumsikan dalam stewardship model. Bertentangan dengan stewardship theory, agency theory memandang bahwa manajemen tidak dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaikbaiknya bagi kepentingan publik pada umumnya maupun shareholders pada khususnya. Dalam perkembangan selanjutnya, agency theory mendapat respons lebih luas karena dipandang lebih mencerminkan kenyataan yang ada. Berbagai pemikiran mengenai Corporase Governance berkembang dengan bertumpu pada agency theory dimana pengelolaan perusahaan harus diawasi 39 dan dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku. Upaya ini menimbulkan apa yang disebut sebagai agency costs, yang menurut teori ini harus dikeluarkan sedemikian rupa sehingga biaya untuk mengurangi kerugian yang timbul karena ketidakpatuhan setara dengan peningkatan biaya enforcement-nya. Agency costs ini mencakup biaya untuk pengawasan oleh pemegang saham; biaya yang dikeluarkan oleh manajemen untuk menghasilkan laporan yang transparan, termasuk biaya audit yang independen dan pengendalian internal, serta biaya yang disebabkan karena menurunnya nilai kepemilikan pemegang saham sebagai bentuk ‘bonding expenditures’ yang diberikan kepada manajemen dalam bentuk opsi dan berbagai manfaat untuk tujuan menyelaraskan kepentingan manajemen dengan pemegang saham. 4. Prinsip-Prinsip OECD 2004 Mengenai Corporate Governance Prinsip-prinsip OECD 2004 mengenai Coporate Governance ini menjadi acuan masyarakat internasional dalam pengembangan Corporate Governance, namun OECD menjelaskan tidak satu modal pengembangan Corporate Governance yang cocok untuk semua negara, masing-masing negara memiliki karakteristik yang berbeda. Salah satu contoh adalah perbedaan sistem yang digunakan dalam perusahaan. Beberapa negara menggunakan one tier system dimana pengawas perusahaan disebut “Board” dan pengurus perusahaan disebut “Key Executives”. Sementara itu banyak juga negara yang menggunakan two tier system dimana pengawasan 40 perusahaan dilakukan oleh “Board of Commisoner” dan pengurusan perusahaan dilakukan oleh “Directors”. Oleh karena itu, penerjemahan yang dilakukan dalam studi ini adalah mengikuti sistem dimana Indonesia menggunakan two tier system, sehingga istilah “Board” dalam OECD diartikan sebagai “Dewan Komisaris, dan “Key Executives” sebagai “Direksi”. Secara umum terdapat 6 (enam) prinsip Corporate Governance dalam Prinsip-prinsip OECD 2004 mengenai Corporate Governance. Keenam prinsip ini menjelaskan hal-hal yang mencakup, kerangka dasar Corporate Governance, hak pemegang saham, kesetaraan perlakuan pemegang saham, peranan stakeholders, keterbukaan dan transparansi, serta tanggung jawab dewan komisaris (Tim studi pengkajian prinsip-prinsi OECD 2004, 2006). Keenam prinsip-prinsip OECD 2004 mengenai Corporate Governance itu dapat dijelaskan sebagai berikut : • Prinsip I: Menjamin Kerangka Dasar Corporate Governance yang Efektif Prinsip I OECD ini menekankan pada hal-hal untuk memastikan bahwa dasar atau basis bagi pengembangan kerangka Corporate Governance yang efektif. Secara umum prinsip I menyatakan bahwa “Corporate Governance harus dapat mendorong terciptanya pasar yang transparan dan efisien, sejalan dengan perundangan dan peraturan yang berlaku, dan dapat dengan jelas memisahkan fungsi dan tanggungjawab otoritas-otoritas yang memiliki pengaturan, pengawasan, dan penegakan hukum”. Dalam rangka 41 memastikan terciptanya kerangka Corporate Governance yang efektif diperlukan kerangka hukum yang efektif. Selanjutnya, pengaturan dan kelembagaan yang ada juga harus dapat menjamin semua pihak dalam menjalankan kegiatannya. Kerangka Corporate Governance ini biasanya mengandung unsur-unsur perundang-undangan, peraturan pelaksana, peraturan lain yang disusun berdasarkan aturan SelfRegulatory, komitmen-komitmen antar pihak yang disepakati, dan paktik bisnis yang lazim di suatu negara atau wilayah. Selanjutnya, unsur-unsur tersebut sangat dipengaruhi oleh keadaan suatu negara terkait dengan sejarah dan budaya negara tersebut. Oleh karena itu, kerangka Corporate Governance ini tentunya juga akan memerlukan penyesuaian berdasarkan keadaan dan latar belakang negara yang bersangkutan. Bagi negara yang akan menerapkan prinsip-prinsip Corporate Governance perlu kiranya memperhatikan hal-hal tersebut di atas. Hal ini, bertujuan untuk menjaga dan memperkuat kontribusi kepada integritas pasar dan kinerja ekonomi secara umum. • Prinsip II: Hak-hak Pemegang Saham dan Fungsi-fungsi Penting Kepemilikan Saham Prinsip Corporate Governance yang kedua dari OECD pada dasarnya mengatur mengenai Hak-hak Pemegang Saham dan fungsi-fungsi kepemilikan saham. Hal ini terutama mengingat investor saham dari suatu perusahaan publik, memiliki hak-hak khusus seperti saham tersebut dapat dibeli, dijual ataupun ditransfer. Pemegang saham tersebut juga berhak atas keuntungan perusahaan sebesar porsi kepemilikannya. Selain itu, kepemilikan atas suatu 42 saham mempunyai hak atas semua informasi perusahaan dan mempunyai hak untuk mempengaruhi jalannya perusahaan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). • Prinsip III: Perlakuan yang sama terhadap Pemegang Saham Pada prinsip ke-3 ini ditekankan perlunya persamaan perlakuan kepada seluruh pemegang saham termasuk pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing. Prinsip ini menekankan pentingnya kepercayaan investor di pasar modal. Untuk itu, industri pasar modal harus dapat melindungi investor dari perlakuan yang tidak benar yang mungkin dilakukan oleh manajer, dewan komisaris, dewan direksi atau pemegang saham utama perusahaan. Pada praktiknya pemegang saham utama perusahaan mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk memberikan pengaruhnya dalam kegiatan operasional perusahaan. Dari praktik ini, seringkali transaksi yang terjadi memberikan manfaat hanya kepada pemegang saham utama atau bahkan untuk kepentingan direksi dan komisaris. Dari kemungkinan terjadinya usaha-usaha yang dapat merugikan kepentingan investor, baik lokal maupun asing, maka prinsip ini menyatakan bahwa untuk melindungi investor, perlu suatu informasi yang jelas mengenai hak dari pemegang saham, seperti hak untuk memesan efek terlebih dahulu, hak pemegang saham utama untuk memutuskan suatu keputusan tertentu, dan hak untuk mendapatkan perlindungan hukum jika suatu saat terjadi pelanggaran atas hak pemegang saham tersebut. 43 • Prinsip IV: Peranan Stakeholders dalam Corporate Governance Prinsip IV (keempat) OECD ini membahas mengenai peranan Stakeholders dalam Corporate Governance (CG). Secara umum, prinsip ini menyatakan bahwa: “Kerangka Corporate Governance harus mengakui hak stakeholders yang dicakup oleh perundang-undangan atau perjanjian (mutual agreements) dan mendukung secara aktif kerjasama antara perusahaan dan stakeholders dalam menciptakan kesejahteraan, lapangan pekerjaan, dan pertumbuhan yang bekesinambungan (sustainibilitas) dari kondisi keuangan perusahaan yang dapat diandalkan”. Pernyataan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: para pemangku kepentingan (stakeholder) seperti investor, karyawan, kreditur dan pemasok memiliki sumberdaya yang dibutuhkan oleh perusahaan. Sumberdaya yang dimiliki oleh stakeholder tersebut harus dialokasikan secara efektif untuk meningkatkan efisiensi dan kompetisi perusahaan dalam jangka panjang. Alokasi yang efektif dapat dilakukan dengan cara memelihara dan mengoptimalkan kerja sama para stakeholder dengan perusahaan. Hal tersebut, dapat tercapai dengan penerapan kerangka Corporate Governance dalam pengelolaan perusahaan yaitu dengan adanya jaminan dari perusahaan tentang perlindungan kepentingan para pemangku kepentingan baik melalui perundang-undangan maupun perjanjian. • Prinsip V: Keterbukaan dan Transparansi Pada prinsip ke-5 ini ditegaskan bahwa kerangka kerja Corporate Governance harus memastikan bahwa keterbukaan informasi yang tepat waktu 44 dan akurat dilakukan atas semua hal yang material berkaitan dengan perusahaan, termasuk di dalamnya keadaan keuangan, kinerja, kepemilikan dan tata kelola perusahaan. Dalam rangka perlindungan kepada pemegang saham, perusahaan berkewajiban untuk melakukan keterbukaan (disclosure) atas informasi atau perkembangan yang material baik secara periodik maupun secara insindentil. Pengalaman di banyak negara yang mempunyai pasar modal yang aktif menunjukkan bahwa keterbukaan menjadi alat yang efektif dalam rangka mempengaruhi perilaku perusahaan dan perlindungan investor. Keyakinan yang kuat di pasar modal dengan sendirinya akan menarik investor untuk menanamkan modalnya. Namun demikian, persyaratan mengenai pengungkapan keterbukaan yang diminta oleh regulator diharapkan tidak akan menimbulkan cost yang membebani perusahaan, atau membahayakan kepentingan perusahaan terkait dengan posisi dalam persaingan. Untuk menentukan batasan minimum informasi yang harus di-disclose, konsep materialitas perlu diterapkan. Informasi material dapat didefinisikan sebagai informasi yang apabila tidak disajikannya informasi tersebut akan dapat mempengaruhi keputusan ekonomis bagi pengguna informasi. • Prinsip VI: Tanggung Jawab Dewan Komisaris dan Direksi Prinsip GCG dari OECD yang terakhir (ke-enam) berkaitan dengan tanggung jawab dewan komisaris dan direksi perusahaan. Dalam prinsip ini dinyatakan bahwa kerangka kerja tata kelola perusahaan harus memastikan pedoman strategis perusahaan, monitoring yang efektif terhadap manajemen 45 oleh dewan, serta akuntabilitas dewan terhadap perusahaan dan pemegang saham. Berkaitan dengan adanya dua macam struktur pengawasan dan pengelolaan perusahaan di antara anggota OECD, yaitu two tier boards dan unitary board, prinsip ini secara umum dapat diterapkan baik pada perusahaan yang memisahkan fungsi dewan komisaris sebagai pengawas (non-executive director) dan dewan direksi sebagai pengurus perusahaan (executive director), maupun pada perusahaan yang menyatukan antara pengawas dan pengurus perusahaan dalam satu dewan. Menurut prinsip ini, tanggung jawab dewan yang utama adalah memonitor kinerja manajerial dan mencapai tingkat imbal balik (return) yang memadai bagi pemegang saham. Di lain pihak, dewan juga harus mencegah timbulnya benturan kepentingan dan menyeimbangkan berbagai kepentingan di perusahaan. Agar dewan dapat menjalankan tanggung jawab tersebut secara efektif, maka dewan perlu dapat melakukan penilaian yang obyektif dan independen. Selain itu, tanggung jawab lain yang tidak kalah penting yaitu memastikan bahwa perusahaan selalu mematuhi ketentuan peraturan hukum yang berlaku, terutama di bidang perpajakan, persaingan usaha, perburuhan, dan lingkungan hidup. Dewan perlu memiliki akuntabilitas terhadap perusahaan dan pemegang saham serta bertindak yang terbaik untuk kepentingan mereka. Dewan juga diharapkan bertindak secara adil kepada pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya, seperti kepada karyawan, kreditur, pelanggan, pemasok dan masyarakat sekitar perusahaan. 46 E. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social esponsibility_CSR) 1. Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Konsep tanggung jawab social (Corporate Social Responsibilitydisingkat CSR) sendiri sebenarnya bukanlah baru dan pengertiannya tidaklah statis. CSR pertama kali muncul dalam diskursus resmi-akademik sejak munculnya tulisan Howard Bowen, Social Responsibility of the Businessmen pada 1953 (Harper & Row, New York dalam Wibisono, 2007: 4). CSR yang dimaksudkan Bowen mengacu pada kewajiban pelaku bisnis untuk membuat dan melaksanakan kebijakan, keputusan, dan berbagai tindakan-tindakan yang harus mengikuti tujuan dan nilai-nilai dalam suatu masyarakat. World Bank Group mendefinisikan tanggung jawab sosial sebagai The commitment of businesses to behave ethically and to contribute to sustainable economic development by working with all relevant stakeholders to improve their lives in ways that are good for business, the sustainable development agenda, and society at large. Merupakan komitmen perusahaan dalam bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan eksternal perusahaan melalui berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka penjagaan lingkungan, norma masyarakat, partisipasi pembangunan, serta berbagai bentuk tanggung jawab sosial lainnya (Wibisono, 2007: 7). Dalam pandangan Falck dan Heblich (2007) dalam Teguh Kurniawan 2008, CSR merupakan perangkat sebuah perusahaan untuk menciptakan ketertiban masyarakat sekaligus memperoleh keuntungan, CSR dipertimbangkan sebagai strategi manajemen yang efisien bagi perusahaan 47 untuk mempromosikan kecenderungan sosial baru dalam masyarakat melalui aktivitas baik yang bersifat jangka pendek seperti donasi dalam kegiatan sosial maupun melalui sejumlah aktivitas lainnya yang bersifat investasi sosial jangka panjang. Pengertian tersebut diatas, dapat menimbulkan strategi dalam pengelolaan tanggung jawab sosial (corporate social responsibility-CSR) dalam perusahaan. Menurut sumber Robert Kreitner, 5th edition, Houghton Mifflin Company, 1992, strategi pengelolaan tanggung jawab perusahaan digambarkan sebagai berikut: Akomodatif Melakukan tanggung jawab sosial untuk menghindari tekanan dari masyarakat Reaktif Cenderung Menolak tanggung Jawab Sosial Rendah ----------------Tingkat Tanggung Jawab Sosial--------------Tinggi Proaktif Mengambil inisiatif dalam tanggung jawab sosial; Membentuk model industri yang bertanggung jawab sosial Defensif Cenderung membela diri dalam menghindari tanggung jawab sosial Gambar 2.1 Strategi Pengelolaan Tanggung Jawab Perusahaan Sumber: www.csrindonesia.com Philip Kotler, dalam buku CSR: “Doing the Most Good for Your Company and Your Cause”, membeberkan beberapa alasan tentang perlunya perusahaan menggelar aktivitas itu. Disebutkannya, CSR bisa membangun positioning merek, mendongkrak penjualan, memperluas pangsa pasar, 48 meningkatkan loyalitas karyawan, mengurangi biaya operasional, serta meningkatkan daya tarik korporat di mata investor. 2. Evolusi Corporate Social Reponsibility Awal pembahasan mengenai CSR dimulai pada tahun 1953. Berdasarkan literature dan penelitian terdahulu, Howard R. Bowen dipercaya sebagai peneliti yang mengawali pembahasan tentang CSR secara ilmiah lewat karyanya yang berjudul “Social Responsibility of The Businessman”. Dalam karyanya itu, Bowen mengatakan bahwa CSR adalah “…Obligation of businessman to pursue those policies, to make those decision or to follow those lines of action which are desinable in term of the objectives and values of our society (Bowen, 1953)”. Sejak karya Bowen mengenai CSR muncul, pada tahun 1950-an banyak peneliti yang berusaha untuk memberikan definisi yang lebih formal mengenai CSR. David 1971 dalam wibisono 2007 mengutarakan Iron law of Responsibility yang mengatakan bahwa : “ in the long run, those who don’t use power in a way that society considers to be responsible will tend to have their power taken from them.” Yang intinya adalah tanggung jawab sosial perusahaan berbanding lurus dengan power (kekuatan) yang dimiliki oleh perusahaan tersebut (Wibisono, 2007). Dengan kata lain, semakin besar power yang dimiliki oleh perusahaan maka harapan stakeholder terhadap pelaksanaan CSR perusahaan tersebut juga akan semakin besar. Oleh sebab itu, perusahaan yang tidak menggunakan kekuasaannya dengan cara yang disetujui oleh masyarakat, maka perusahaan 49 tersebut akan kehilangan kekuasaannya. Selain itu juga, David memberi cara pandang dari sudut yang berbeda, David menggunakan istilah corporate atau perusahaan pada masa ini. McGuire, dalam penelitiannya memberi istilah corporate citizenship yang menyatakan the idea of social responsibilities supposes that the corporation has not only economic and legal obligations but also sertain responsibilities to society which extent beyond there obligations”. Dengan kata lain, kewajiban perusahaan tidak hanya terbatas dalam profit ekonomi dan legalitas usaha, namun perusahaan juga harus bertanggung jawab pada seluruh permasalahan sosial kemasyarakatan lainnya. Oleh karena itu, perusahaan harus bertindak dan berkelakuan “baik” sebagaimana warga negara (citizent) yang baik pula. Dalam pandangan McGuire, perusahaan dianggap sebagai warga negara. Pembahasan yang signifikan sehubungan dengan konsep profit, people, and planet yang disingkat 3P disumbangkan oleh Elkington (2005) dituangkan dalam bukunya yang berjudul “cannibal with forks, the triple bottom line of twentienht century business”. Pendapat dari Elkington sebenarnya hampir sama dengan pendapat Thurow, namun Elkington menyebutkan faktor-faktor yang harus diperhatikan oleh perusahaan dalam menjalankan CSR. Pertumbuhan dari konsep CSR dari waktu kewaktu tidaklah berjalan semulus itu. Terdapat beberapa golongan yang tidak setuju dengan pengadaan aktivitas CSR pada perusahaan. Pandangan ini mengatakan bahwa masalah sosial bukanlah tujuan utama dari berhasil atau tidaknya sebuah bisnis. 50 Preston dan O’bannon berpendapat bahwa golongan tersebut mengatakan bahwa CSR akan mengurangi maksimalisasi laba karena biaya yang akan digunakan untuk melakukan investasi membutuhkan modal awal yang sangat besar, dengan mengurangi biaya untuk investasi maka akan mengurangi kemampuan perusahaan untuk bersaing dalam alokasi biaya yang dapat diinvestasikan. 3. Penerapan CSR di Indonesia Di antara negara-negara di Asia, pertumbuhan CSR di Indonesia dapat dikategorikan sebagai yang terendah. Pada tahun 2005, perusahaan yang memberikan laporan atas pertanggung jawaban sosial yang telah mereka lakukan hanya sejumlah 27 perusahaan, perhitungan ini dilakukan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) yang pada tahun 2005 hingga sekarang menyelenggarakan Indonesia Sustainability Report Award (ISRA). Penghargaan ini diberikan pada perusahaan di Indonesia yang mendaftarkan diri serta membuat laporan terbaik mengenai aktivitas CSR. Pada tahun 2007, diadakan perubahan kategori dengan menghilangkan kategori impressive dan progressive, namun menambahkan penghargaan khusus berupa commendation for sustainability reporting: first time sustainability report. Sampai dengan ISRA 2007, perusahaan tambang, otomotif, dan BUMN mendominasi keikutsertaan perusahaan yang terdaftar dalam ISRA. Perusahaan yang menerima penghargaan-pengharagaan tersebut akan dinilai baik oleh para pemangku kepentingan , baik internal maupun 51 eksternal. Beberapa perusahaan yang telah mengikuti kontes CSR ini adalah TELKOM, Bukit Asam, Astra Argo Lestari, dan lain-lain (www.csrindo.com). 4. Hubungan Corporate Social Responsibility Dengan Good Corporate Governance Menurut Wibisono (2007:9) dalam menjalankan usahanya perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban yang bersifat ekonomis dan legal, namun juga kewajiban yang bersifat etis. Etika bisnis merupakan tuntutan perilku bagi dunia usaha untuk bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan. Dalam keadaan bersaing ketat memperebutkan pasar demi mengejar keuntungan semaksimal mungkin, tentu mudah terjadi pelanggaran etika, yaitu pelanggaran asas-asas etika umum atau kaidah-kaidah dasar moral, diantaranya: a. kewajiban berbuat kebaikan. b. menghormati otonomi manusia. c. berlaku adil. Untuk itu, diperlukan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) agar perilaku para pelaku bisnis mempunyai arahan yang bisa dirujuk. Dalam dasawarsa terakhir ini Good Corporate Governance (CGC) telah menjadi istilah dan gerakan yang begitu hangat diperbincangkan. Dalam takaran praktis, di Indonesia telah memiliki pedoman GCG yang disusun Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance. Perusahaan yang menerapkan GCG telah merasakan betapa besarnya manfaat yang bisa dipetik 52 setelah mempraktekkian konsep tersebut secara konsisten. Selain kinerja perusahaan terus membaik, harga saham dan citra perusahaan terus terdongkrak. Bahkan, kredibilitas perusahaan terus terkerek melampaui batasbatas negara, baik di mata investor, mitra atau kreditor dan stakeholder lainnya (Wibisono, 2007:10). F. PENELITIAN TERDAHULU Berbagai penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa jumlah perusahaan yang melakukan pengungkapan informasi pertanggungjawaban sosial (CSR– Corporate Social Responsibility) dalam laporan tahunannya semakin bertambah. Demikian juga dengan jumlah dan jenis informasi CSR yang diungkapkan semakin meningkat (Ernst & Ernst, 1978; Trotman, 1979; Kelly, 1981; Pang, 1982; Guthrie, 1982; Gray, 1990; Gray et al, 1993; Sayekti, 1994 dalam Sayekti, 2007). Banyak perusahaan semakin menyadari pentingnya menerapkan program CSR sebagai bagian dari strategi bisnisnya. Survey global yang dilakukan oleh The Economist Intelligence Unit menunjukkan bahwa 85% eksekutif senior dan investor dari berbagai organisasi menjadikan CSR sebagai pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan (Warta Ekonomi, 2006). Penelitian Basamalah dan Jermias (2005) menunjukkan bahwa salah satu alasan manajemen melakukan pelaporan sosial adalah untuk alasan strategis. Meskipun belum bersifat compulsory, tetapi dapat dikatakan bahwa hampir semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta sudah mengungkapkan informasi mengenai CSR dalam laporan tahunannya dalam kadar yang beragam (Sayekti, 2007). 53 Perusahaan semakin menyadari bahwa kelangsungan hidup perusahaan juga tergantung dari hubungan perusahaan dengan masyarakat dan lingkungan tempat perusahaan beroperasi. Hal ini, sejalan dengan legitimacy theory yang menyatakan bahwa perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya berdasarkan nilai-nilai justice, dan bagaimana perusahaan menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan (Tilt, 1994, dalam Haniffa et al, 2005 dalam Sayekti, 2007). Jika terjadi ketidakselarasan antara sistem nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat, maka perusahaan dalam kehilangan legitimasinya, yang selanjutnya akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan (Lindblom, 1994, dalam Haniffa et al, 2005). Pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan merupakan salah satu cara perusahaan untuk membangun, mempertahankan, dan melegitimasi kontribusi perusahaan dari sisi ekonomi dan politis (Guthrie dan Parker, 1990). Penelitian Basamalah et al (2005) yang melakukan review atas social and environmental reporting and auditing dari 2 (dua) perusahaan di Indonesia, yaitu PT. Freeport Indonesia dan PT. Inti Indorayon, mendukung prediksi legitimacy theory tersebut (Sayekti, 2007). Pengungkapan informasi CSR itu sendiri merupakan suatu hal yang bersifat endogeneous (Core, 2001; Healy dan Palepu, 2001). Berbagai penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor determinan yang mempengaruhi perusahaan dalam melakukan pengungkapan informasi CSR telah banyak dilakukan. Ukuran perusahaan, profitabilitas, dan profil industri berkorelasi 54 positif dengan pengungkapan informasi CSR (Haniffa et al, 2005; Cowen et al, 1997; Trotman et al, 1981; Kelly, 1981; Sembiring, 2003; Sembiring, 2005; Sayekti, 2006; McGure et al, 1988; Roberts, 1992, Utomo 2000, dan Anggraini, 2006). Penelitian sebelumnya menemukan bahwa tingkat leverage juga berkorelasi dengan tingkat pengungkapan informasi CSR, meskipun hasilnya beragam. Roberts (1992) menemukan korelasi yang positif, sedangkan Sembiring (2003) dan Sayekti (2006) menemukan korelasi yang negatif. Selanjutnya, Haniffa et al (2005) dan Sembiring (2005) tidak menemukan korelasi antara tingkat leverage dan pengungkapan CSR. Faktor-faktor Corporate Governance juga dikorelasikan dengan tingkat pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan perusahaan. Ukuran dewan komisaris, ukuran komite audit, kualitas auditor eksternal, dan struktur kepemilikan berkorelasi positif dengan pengungkapan CSR (Haniffa et al, 2005; Sembiring, 2005; Anggraini, 2006; Sayekti, 2006 dalam Sayekti 2007). G. Kerangka Pemikiran Kinerja perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan, maka dari itu setiap perusahaan tidak terlepas dari laporan keuangan (Financial Report), yang setiap waktu atau periode dapat melaporkan kegiatan-kegiatan yang bersifat historis dan menyeluruh. Laporan Keuangan (Financial Report) sendiri disajikan berupa neraca (Balance Sheet) yang menggambarkan aktiva, hutang, dan ekuitas pemegang 55 saham. Laporan rugi laba (income statement) menggambarkan pendapatan, biaya dan laba/rugi perusahaan. Sedang laporan arus kas (cash flow) sendiri memberikan gambaran masuk dan keluarnya kas/dana perusahaan. Dengan laporan keuangan (financial report), berbagai pihak yang membutuhkan dapat melihat dan mengetahui bahwa perusahaan dinilai likuid atau tidak, profitnya besar atau tidak, terutama bagi para investor, kreditur atau bankers. Bagi pihak manajemen atau perusahaan, untuk menyusun planning dan kebijakan-kebijakan yang lebih baik lagi, memperbaiki system pengawasan intern dan lain sebagainya. Adapun ukuran yang digunakan dalam analisa laporan keuangan adalah rasio keuangan. Didalam rasio keuangan terdapat 6 (enam) rasio,rasiorasio tersebut yaitu Rasio Likuiditas, Rasio Aktivitas, Rasio Leverage, Rasio Profitabilitas, Rasio Pertumbuhan, dan Rasio Penilaian Pasar. Dengan memakai laporan-laporan keuangan akan dihitung dengan menggunakan rumus-rumus dari rasio-rasio tersebut dan hasil-hasil perhitungan akan diketahui apakah kinerja perusahaan baik atau buruk yang dapat menjadi suatu informasi bagi investor untuk mengambil keputusan dalam investasi. Untuk memudahkan memahami penelitian ini, maka peneliti membuat kerangka pemikiran penelitian. Kerangka tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.2. berikut ini : 56 Laporan Keuangan Sebelum Dan Sesudah Menerapkan CSR Neraca Laporan Rugi Laba Laporan Arus Kas Rasio Keuangan Likuiditas CR, QR Aktivitas FATO, TATO Solvabilitas (leverage) DEBT RATIO Profitabilitas ROA, ROE Analisis Wilcoxon Test, Analisis Kruskal wallis 1. Kinerja rasio keuangan 2. Perbedaan yang signifikan antara rasio keuangan sebelum & sesudah menerapkan CSR Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran 57 Pertumbuhan EPS Penilaian Pasar PBV H. Hipotesis Dengan adanya deskripsi teoritis dan kerangka pemikiran yang telah peneliti paparkan diatas tentang rasio keuangan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut: Ho: µ1 = µ2 : Tidak terdapat perbedaan CR, QR, FATO, TATO, DR, ROA, ROE, EPS, PBV sebelum dan sesudah menerapkan CSR. Hi: μ2 ≠ µ2 : Terdapat perbedaan CR, QR, FATO. TATO. DR, ROA, ROE, EPS, PBV Sebelum dan sesudah menerapak CSR. Ho : Tidak terdapat perbedaan rata-rata dari kesembilan rasio (CR, QR, FATO, TATO, DR, ROA,ROE, EPS, PBV) terhadap penerapan CSR. Hi : Terdapat perbedaan rata-rata dari kesembilan rasio (CR, QR, FATO, TATO, DR, ROA,ROE, EPS, PBV) terhadap penerapan CSR. 58 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Objek penelitian ini terbatas pada perusahaan yang telah menerapkan tanggung jawab social (corporate social responsibility,disingkat CSR). Hal ini menarik untuk diteliti mengenai kinerja keuangannya sebelum dan sesudah menerapkan tanggung jawab social (corporate social responsibility-CSR). Ruang lingkup penelitian ini membahas perbandingan kinerja : Current Ratio, (CR), Quick Ratio (QR), Fixed Asset Turnover (FATO), Total Asset Turnover (TATO), Debt Ratio (DR), Return on Asset (ROA) , Return on Equity, (ROE), Earning Per Share (EPS), Price to Books Value (PBV) sebelum dan sesudah penerapan tanggung jawab social perusahaan (corporate social responsibility-CSR). B. Pemilihan Sampel Metode pemilihan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposisve judgement sampling, yaitu tipe pemilihan sample secara tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu. Adapun kriteria yang digunakan dalam penentuan sampel adalah: 1). Masih tercatat sebagai Emiten di Bursa Efek Indonesia tahun 2008. 2). Laporan tahunan perusahaan sampel secara fisik tersedia lengkap dan utuh di Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) Bursa Efek Indonesia. 3). Perusahaan telah menerapkan corporate social responsibility-CSR. 59 Dari kriteria diatas dapat diambil sampel sebanyak 15 perusahaan, perusahaan-perusahaan tersebut terdapat dalam Tabel 3.1 berikut ini: TABEL 3.1 DATA PERUSAHAAN SAMPEL (PERUSAHAAN YANG MENERAPKAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY_CSR) No. Nama Perusahaan KodePerusahaan PT. Alfa Retailindo, Tbk ALFA 1. PT. Aneka Tambang, Tbk ANTAM 2. PT. Asia Plast Industries, Tbk APLI 3. PT. Astra Argo Lestari, Tbk AALI 4. PT. Astra Otopart, Tbk AUTO 5. PT. Fajar Surya Wisesa, Tbk FJSW 6. PT. Gudang Garam, Tbk GGRM 7. PT. HM Sampoerna, Tbk. HMSP 8. PT. Indah Kiat Pulp & Paper Corp, Tbk IKPP 9. PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk INTP 10. PT. Indosat, Tbk ISAT 11. PT. Metro Data Elektronoc, Tbk MTDL 12. PT. Semen Gresik, Tbk SMGR 13. PT. Unilever Indonesia, Tbk UNVR 14. PT. Ultra Jaya Milk Industri, Tbk ULTJ 15. Sumber: Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) Bursa Efek Indonesia (BEI). C. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam pengumpulan data guna melengkapi penelitian ini dilakukan serangkaian kegiatan sebagai berikut: 1. Metode Kepustakaan (Library research). Penelitian dilakukan untuk memperoleh data yang bersifat teoritis dan dapat menunjang materi pembahasan penelitian. Data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah data yang diperoleh dengan membaca literature, majalah, buku, Koran, artikel, dan hal lain yang berhubungan dengan aspek yang diteliti guna 60 memperoleh data yang valid. Sumber informasi ini dimaksudkan sebagai landasan untuk menganalisa dan membahas permasalahan penelitian ini. 2. Penelitian Lapangan (field research), penelitian dilakukan dengan cara pengambilan data perusahaan-perusahaan yang telah menerapkan CSR, dengan mendatangi Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia. Peneliti pencari data beberapa variabel keuangan antara lain variabel yang berhubungan dengan rasio likuiditas, aktivitas, solvabilitas (leverage), profitabilitas, pertumbuhan dan penilaian pasar yang terdapat pada laporan keuangan, serta gambaran umum perusahaan. D. Metode Analisis Data Dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan rumusanrumusan untuk menentukan variabel-variabel penelitian. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: 1. Menghitung rasio-rasio diantaranya: a. Menghitung Rasio lancar (Current Ratio) Current Ratio = Current Asset x 100% Current Liabilities b. Menghitung Rasio Cepat (Quick Ratio) Quick Ratio = Quick Cash + Efek + Account Re ceivable x 100% Current Liabilities 61 c. Menghitung Fixed Asset Turnover Fixed Asset Turnover = Sales x100% Net Fixed Asset d. Menghitung Total Asset Turnover Total Asset Turnover = Sales x100% Net Total Asset e. Menghitung Debt Ratio Debt Ratio = Total Liabilitie s x 100 % Total Asset f. Menghitung Return on Asset Re turn On Asset = EBIT x100% Total Asset g. Menghitung Return On Equity Re turn on Equity = Net Income x100% Stockholder ' s Equity 62 h. Menghitung Earning Per Share (EPS) EPS = Laba bersih x 100 % Jumlah saham yang beredar i. Menghitung Price to Books Value (PBV) PBV = Pr ice per Share BV Equity per Share 2. Uji Statistik Pengujian hipotesa untuk membandingkan rasio likuiditas, aktivitas, solvabilitas, profitabilitas, pertumbuhan, dan rasio penilaian pasar, pada saat sebelum dan sesudah penerapan Corportare Sosial Responsibility (CSR) pada perusahaan sampel, yaitu dengan alat uji nonparametrik menggunakan (Stanislaus S. Uyanto (2009 :311): a. Wilcoxon Test Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS pada alpha 5%. Hipotesis yang dilakukan adalah sebagai berikut: Hipotesis : H0 : d = 0, nilai sebelum diterapkan CSR tidak berbeda secara nyata dengan nilai sesudah diterapkan CSR. H1 : d ≠ 0, nilai sebelum diterapkan CSR berbeda secara nyata dengan nilai sesudah diterapkannya CSR. Perhatikan pengujian pada kasus ini menggunakan uji dua sisi, karena yang dicari adalah apakah ada perbedaan nilai karena perbedaan 63 setelah diterapkannya Corporate Social Responsibilty, bukan ingin mengetahui cara mana yang lebih bagus dalam menaikkan nilai. Pengambilan Keputusan : Berdasarkan perbandingan nilai Z hitung dan Z tabel : Jika statistik Hitung (angka z output) > Statistik Tabel (tabel z), maka H0 ditolak Jika statistik Hitung (angka z output) < Statistik Tabel (tabel z), maka H0 diterima Dari output didapatkan nilai z Hitung, sedangkan z tabel bisa dihitung pada tabel z, dengan α = 5% dan diuji dua sisi (5% dibagi 2 menjadi 2.5%) dan diuji dua sisi (5% dibagi 2 menjadi 2.5%), maka luas kurva normal adalah 50% - 2.5% = 47.5% atau 0.475. pada tabel z untuk luas 0.475 didapat angka z tabel sekitar 1.96 Berdasarkan probabilitas (prob) : Jika Probabilitas > 0.05, maka H0 diterima Jika Probabilitas < 0.05, maka H0 ditolak. b. Kruskal Wallis Hipotesis : H0 : tidak terdapat perbedaan rata-rata dari kesembilan metode terhadap penerapan CSR H1 : terdapat perbedaan rata-rata dari kesembilan metode terhadap penerapan CSR Pengambilan Keputusan : Berdasarkan perbandingan nilai Chi-Square hitung dan Chi-Square tabel : Jika Chi-Square Hitung < Chi-Square Tabel, maka H0 diterima. Jika Chi-Square Hitung > Chi-Square Tabel, maka H0 ditolak. 64 Statistik hitung Kruskal-Waliis atau Chi-Square Hitung didapat dari output, Sedang Chi-Square tabel bisa dihitung pada tabel Chi-Square, dengan α = 0.05, dan df = 8 (didapat dari rumus k-1, dimana k adalah jumlah variabel, 9-1=8). Didapat Chi-Square tabel adalah 15.51. Berdasarkan probabilitas (prob) : Jika Probabilitas > 0.05, maka H0 diterima Jika Probabilitas < 0.05, maka H0 ditolak. E. Operasional Variabel Penelitian Adapun variabel operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas adalah rasio yang berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajibannya yang telah jatuh tempo. Adapun skala pengukurannya adalah: Current Ratio = Quick Ratio = Current Asset x 100% Current Liabilities Quick Cash + Efek + Account Re ceivable x 100% Current Liabilities b. Rasio Aktivitas Rasio aktivitas adalah rasio yang menunjukan sajauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan aset-aset untuk memperolah penjualan. Adapun skala pengukurannya adalah dengan : 65 Fixed Asset Turnover = Sales x100% Net Fixed Asset Total Asset Turnover = Sales x100% Net Total Asset c. Rasio Solvabilitas (Leverage) Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukan kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik jangka panjang maupun jangka pendek. Adapun skala pengukurannya adalah dengan: Debt Ratio= Total Liabilities x100% Total Asset d. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas adalah rasio yang dapat mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memperoleh baik hubungannya dengan penjualan, aset, maupun laba bagi modal sendiri. Adapun skala pengukuranya dengan menggunakan rumusan sebagai berikut : Re turn On Asset = Re turn on Equity = EBIT x100% Total Asset Net Income x100% Stockholder ' s Equity 66 e. Rasio Pertumbuhan Rasio pertumbuhan digunakan untuk mengukur seberapa baik perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya dalam pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dan industri. Salah satu bagian dari rasio ini adalah rasio earning pershare (EPS), Adapun skala pengukuranya dengan menggunakan rumusan sebagai berikut : EPS= f. Laba bersih x 100 % Jumlahsaham yang beredar Rasio Nilai Pasar Rasio ini bermanfaat untuk mengukur kemampuan manajemen menciptakan nilai pasar yang melampaui pengeluaran biaya dalam investasi. Salah satu bagian dari rasio ini adalah price to book value (PBV). Adapun skala pengukuranya dengan menggunakan rumusan sebagai berikut : PBV = Pr ice per Share BV Equity per Share 67 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat CSR (Corporate Social Responsibility) The word business council for sustainable development (WBCSD), mendefinisikan CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan, sebagai “continuing comminment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life the workforce and their families as well as of the local community and society at large” yang dapat diartikan sebagai berikut “ komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas (Wibisono, 2007:7). Versi lain mengenai CSR dilontarkan oleh World Bank, menurut World Bank CSR diartikan sebagai “ the commitment of business to contribute to sustainable economic development working with amployees and their representatives the local community and society at large to improve quality of life, in ways that are both good for business and good for development” (Wibisono, 2007:8). Sedangkan dari sisi etimologi CSR kerap diterjemahkan sebagai “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan” atau “Tanggung Jawab Sosial Korporasi” atau “Tanggung Jawab Sosial Dunia Usaha”. Yusuf Wibisono 68 (2007:8), mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi sosial dan lingkungan (triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Selanjutnya, Dow Jones Sustainability Group Indexes dalam Yusuf Wibisono (2007:43) mengembangkan prinsip-prinsip sebagaimana yang tertuang dalam tabel berikut: 69 berkelanjutan TABEL 4.1 Prinsip-Prinsip Berkelanjutan Prinsip-Prinsip Berkelanjutan Komponen 1. Teknologi Kreasi, produksi dan pengiriman barang dan jasa yang didasarkan pada organisasi dan teknologi inovatif yang memanfaatkan sumber-sunber daya alam, finansial dan sosial secara efektif, efisien dan ekonomis dalam jangka panjang. 2. Tata Pamong Keberlanjutan perusahaan didasarkan pada standar tertinggi tata pamong termasuk tanggung jawab manajemen, kapasitas organisasional, kultur korporat, dan hubungan dengan stakeholders. 3. Pemegang Saham Tuntutan pemegang saham hendaknya sesuai dengan kebutuhan balikan (return) financial, pertumbuhan ekonomi berjangka panjang, peningkatan produktivitas berjangka panjang, menjamin daya kompetitif global, dan memberi sumbangan pada capital intelektual. 4. Industri Perusahaan-perusahaajn yang berkelanjutan hendaknya mengarahkan industrinya untuk beralih pada berkelanjutan dengan menunjukan komitmennya dan mempublikasikan kinerjanya yang unggul. 5. Masyarakat Perusahaan-perusahaan yang berkelanjtan hendaknya mendorong kesejahteraan social yang abadi melalui respons yang cepat dan tepat, peningkatan demografis, arus migrasi, pengesahan pola-pola cultural dan kebutuhan pada pendidikan sepanjang hayat dan pendidikan berkelanjutan. Sumber : Wibisono, 2007:43 B. Analisa dan Pembahasan Berdasarkan pemaparan penulis pada bab sebelumnya, dimana penulis menggunakan 15 (lima belas) perusahaan sampel yang telah menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai bahan uji penelitian. Berikut 70 ini adalah perusahaan sampel yang terdiri 15 perusahaan yang menerapkan CSR beserta tahun pertama penerapan CSR. Tabel 4.2 Perusahaan yang menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR) No. Perusahaan Sampel Kode Tahun pertama Perusahaan penerapan CSR ALFA Tahun 2002 1. PT. Alfa Retailindo, Tbk ANTAM Tahun 2000 2. PT. Aneka Tambang, Tbk APLI Tahun 2004 3. PT. Asia Plast Industries, Tbk AALI Tahun 2003 4. PT. Astra Argo Lestari, Tbk AUTO Tahun 2001 5. PT. Astra Otopart, Tbk FJSW Tahun 2004 6. PT. Fajar Surya Wisesa, Tbk GGRM Tahun 2004 7. PT. Gudang Garam, Tbk HMSP Tahun 2001 8. PT. HM Sampoerna, Tbk. Tahun 2002 9. PT. Indah Kiat Pulp & Paper Corp, Tbk IKPP Tahun 2001 10. PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk INTP ISAT Tahun 2004 11. PT. Indosat, Tbk MTDL Tahun 2001 12. PT. Metro Data Elektronic, Tbk SMGR Tahun 1999 13. PT. Semen Gresik, Tbk UNVR Tahun 2000 14. PT. Unilever Indonesia, Tbk ULTJ Tahun 1996 15. PT. Ultra Jaya Milk Industri, Tbk Sumber : PRPM Bursa Efek Indonesia 1 Analisa Rasio Keuangan Laporan keuangan yang telah diaudit akuntan public merupakan sumber informasi yang sangat penting bagi investor dalam melakukan analisa fundamental. Laporan keuangan menggambarkan aspek-aspek fundamental perusahaan yang bersifat kuantitatif. Laporan keuangan tersebut dianalisis dengan diterapkannya Corporate Social Responsibility kemudian akan dibandingkan bagaimana nilai rasio-rasio keuangan antara sebelum dan sesudah diterapkannya CSR. Berikut ini hasil perhitungan rasio – rasio keuangan sebelum dan sesudah menerapkan CSR yang terdiri dari: 71 a. Current Ratio (Rasio Lancar) Pada Tabel 4.3 berikut ini adalah perhitungan Current Ratio perusahaan-perusahaan sampel sebelum dan sesudah menerapkan CSR. No. Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Current Rasio pada Perusahaan Sampel Current Rasio (%) Perusahaan Sampel Sebelum Sesudah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 11. 12. 13. 14. 15. PT. Alfa Retailindo, Tbk PT. Aneka Tambang, Tbk PT. Asia Plast Industries, Tbk PT. Astra Argo Lestari, Tbk PT. Astra Otopart, Tbk PT. Fajar Surya Wisesa, Tbk PT. Gudang Garam, Tbk PT. HM Sampoerna, Tbk. PT. Indah Kiat Pulp & Paper Corp, Tbk PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk PT. Indosat, Tbk PT. Metro Data Elektronic, Tbk PT. Semen Gresik, Tbk PT. Unilever Indonesia, Tbk PT. Ultra Jaya Milk Industri, Tbk Sumber : Data diolah 93.00 277.21 88.16 80.47 97.33 116.67 208.20 994.67 57.67 127.00 183.81 224.22 219.38 124.13 239.96 136.33 262.56 81.55 139.23 187.00 173.33 172.57 330.00 105.67 229.67 120.00 245.72 218.51 216.43 139.27 Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebanyak 8 perusahaan mampu meningkatkan current rasio yaitu kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajibannya dengan peningkatan tersebut. Sedangkan 7 perusahaan lainnya mengalami penurunan dalam memenuhi kewajibannya yang telah jatuh tempo dengan perusahaan PT. H.M Sampoerna, Tbk yang mengalami penurunan paling signifikan dengan penurunan sebesar 669,67%, kemudian diikuti oleh perusahaan PT. Ultra Jaya Milk Industri, Tbk sebesar 100,69%, PT. Indosat, Tbk sebesar 63,81%, PT. Gudang 72 Garam, Tbk sebesar 35,63%, PT. Aneka Tambang, Tbk 14,65%, PT. Asia Plast Industries, Tbk sebesar 6,61%, PT. Semen Gresik, Tbk sebesar 0,87%. Dari pernyataan diatas menunjukan bahwa dengan penerapan CSR dapat mempengaruhi Current Ratio pada perusahaan sampel, bagi perusahaan yang mengalami peningkatan berarti Current Asset pada perusahaan tersebut mampu menutupi kewajiban jangka pendeknya. b. Quick Ratio Perhitungan Quick Ratio perusahaan sampel pada Tabel 4.4 berikut ini: Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Quick Test Rasio pada Perusahaan Sampel No. Perusahaan Sampel Quick Rasio (%) Sebelum Sesudah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. PT. Alfa Retailindo, Tbk PT. Aneka Tambang, Tbk PT. Asia Plast Industries, Tbk PT. Astra Argo Lestari, Tbk PT. Astra Otopart, Tbk PT. Fajar Surya Wisesa, Tbk PT. Gudang Garam, Tbk PT. HM Sampoerna, Tbk. PT. Indah Kiat Pulp & Paper Corp, Tbk PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk PT. Indosat, Tbk PT. Metro Data Elektronic, Tbk PT. Semen Gresik, Tbk PT. Unilever Indonesia, Tbk PT. Ultra Jaya Milk Industri, Tbk Sumber : Data diolah 32.00 80.16 28.03 64.59 59.00 40.67 27.73 33.33 26.86 51.49 194.00 139.14 47.54 35.00 74.55 38.00 191.46 97.40 102.19 98.67 92.67 27.56 92.70 33.35 85.83 145.00 144.72 113.56 154.89 121.09 Tabel 4.4 di atas menunjukkan quick rasio atau menghitung rasio cepat dengan hasil yang diperoleh bahwa hampir rata-rata perusahaan mengalami peningkatan dalam memenuhi kewajiban perusahaan yang telah 73 jatuh tempo, dengan rata-rata peningkatan sebesar 50,32%, walaupun ada beberapa perusahaan yang mengalami penurunan juga. Perusahaan yang paling tinggi peningkatannya adalah perusahaan PT. Unilever Indonesia, Tbk dengan peningkatan sebesar 119,86%. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan adalah PT. Gudang Garam, Tbk sebesar 0,17% dan perusahaan PT. Indosat, Tbk sebesar 49%. Dari hasil perhitungan dapat dikatakan penerapan CSR mempengaruhi rasio ini terlihat dengan peningkatan nilai rasio pada hampir seluruh perusahaan sampel. 74 c. Fixed Asset Turnover Hasil perhitungan rasio fixed asset turnover terdapat pada Tabel 4.5 di bawah ini: Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Fixed Asset Turnover pada Perusahaan Sampel Perusahaan Sampel No. Fxed Asset Turnover % Sebelum Sesudah 1. PT. Alfa Retailindo, Tbk 657.00 640.07 2. PT. Aneka Tambang, Tbk 159.28 147.67 3. PT. Asia Plast Industries, Tbk 79.00 104.67 4. PT. Astra Argo Lestari, Tbk 70.33 190.67 5. PT. Astra Otopart, Tbk 337.00 392.00 6. PT. Fajar Surya Wisesa, Tbk 50.33 63.00 7. PT. Gudang Garam, Tbk 509.33 358.00 8. PT. HM Sampoerna, Tbk. 262.17 756.33 9. PT. Indah Kiat Pulp & Paper Corp, Tbk 18.98 28.33 10. PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk 25.33 42.67 11. PT. Indosat, Tbk 51.67 52.00 12. PT. Metro Data Elektronic, Tbk 389.33 158.00 13. PT. Semen Gresik, Tbk 54.67 71.33 14. PT. Unilever Indonesia, Tbk 597.33 663.00 15. PT. Ultra Jaya Milk Industri, Tbk 329.33 426.33 Sumber : Data diolah Berbeda dengan tabel sebelumnya, pada Tabel 4.5 ini menunjukkan hasil perhitungan fixed asset turnover pada perusahaan sampel atau sajauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan asetaset untuk memperoleh penjualan. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa hampir rata-rata perusahaan mengalami peningkatan fixed asset turnover setelah menerapkan CSR dibandingkan sebelum menerapkan 75 CSR. Perusahaan yang mengalami peningkatan paling drastis adalah PT. HM Sampoerna, Tbk dengan peningkatan sebesar 494,16%. Sedangkan empat perusahaan lainnya yang mengalami penurunan adalah PT. Alfa Retailindo, Tbk dengan persentase penurunan sebesar 16,93%, PT. Aneka Tambang, Tbk mengalami penurunan sebesar 11,61%, PT. Gudang Garam, Tbk sebesar 151,33% dan PT. Metro Data Elektronic, Tbk sebesar 231,33%. Dari hasil perhitungan tersebut diatas perusahaan yang paling drastis mengalami penurunan fixed asset turnover ratio adalah PT. Metro Data Elektronik, Tbk. Walaupun ada beberapa perusahaan yeng mengalami penurunan setelah menerapkan CSR, namun sebagian besar perusahaan dari perusahaan sampel mengalami peningkatan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penerapan CSR mempengaruhi rasio fixed asset turnover . 76 d. Total Asset Turnover Hasil perhitungan rasio total asset turnover terdapat pada Tabel 4.6 dibawah ini: Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Total Asset Turnover pada perusahaan Sampel No. Perusahaan Sampel 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. PT. Alfa Retailindo, Tbk PT. Aneka Tambang, Tbk PT. Asia Plast Industries, Tbk PT. Astra Argo Lestari, Tbk PT. Astra Otopart, Tbk PT. Fajar Surya Wisesa, Tbk PT. Gudang Garam, Tbk PT. HM Sampoerna, Tbk. PT. Indah Kiat Pulp & Paper Corp, Tbk PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk PT. Indosat, Tbk PT. Metro Data Elektronic, Tbk PT. Semen Gresik, Tbk PT. Unilever Indonesia, Tbk PT. Ultra Jaya Milk Industri, Tbk Sumber : Data diolah Total Asset Turnover % Sebelum Sesudah 397.33 395.67 60.67 61.33 70.67 43.67 134.00 107.00 22.33 12.40 29.67 261.00 319.60 223.33 483.60 500.00 539.00 76.33 98.67 104.33 64.00 116.67 148.67 24.00 32.67 35.00 212.67 480.00 222.00 393.17 Dari Tabel 4.6 menunjukkan bahwa hasil perhitungan total asset turnover menunjukkan bahwa hampir semua perusahaan sampel mengalami peningkatan tidak jauh berbeda dengan hasil perhitungan fixed asset turnover. Akan tetapi perusahaan yang mengalami penurunan berdasarkan perhitungan ini adalah perusahaan PT. Ultra Jaya Milk Industri, Tbk dengan persentase penurunan sebesar 90,43%, PT. Unilever Indonesia, Tbk sebesar 1,33%, PT. Metro Data Elektronic, Tbk sebesar 77 48,33% dan PT. Gudang Garam, Tbk sebesar 17,33%. Sedangkan perusahaan yang paling signifikan peningkatannya adalah PT. Aneka Tambang, Tbk dengan persentase kenaikan sebesar 143,33%. Pada rasio aktivitas (Fixed asset turnover dan Total asset turnover), dapat dikatakan terdapat pengaruh penerapan CSR terhadap rasio ini terlihat dari hasil perhitungan pada perusahaan sample yang rata-rata mengalami peningkatan. Seperti yang telah dituliskan pada bab sebelumnya bahwa salah satu pengaruh implementasi CSR adalah mendokrak penjualan, terlihat pada perhitungan terdapat peningkatan sesudah dibanding sebelum menerapkan CSR. 78 e. Debt Ratio Hasil perhitungan Debt Ratio terdapat pada Tabel 4.7 dibawah ini: Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Debt Rasio pada Perusahaan Sampel No. Perusahaan Sampel Debt Rasio (%) Sebelum Sesudah 1. PT. Alfa Retailindo, Tbk 2. PT. Aneka Tambang, Tbk 3. PT. Asia Plast Industries, Tbk 4. PT. Astra Argo Lestari, Tbk 5. PT. Astra Otopart, Tbk 6. PT. Fajar Surya Wisesa, Tbk 7. PT. Gudang Garam, Tbk 8. PT. HM Sampoerna, Tbk. 9. PT. Indah Kiat Pulp & Paper Corp, Tbk 10. PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk 11. PT. Indosat, Tbk 12. PT. Metro Data Elektronic, Tbk 13. PT. Semen Gresik, Tbk 14. PT. Unilever Indonesia, Tbk 15. PT. Ultra Jaya Milk Industri, Tbk Sumber : Data diolah 51.90 30.63 43.50 50.00 41.33 64.20 37.63 106.00 57.00 88.00 51.67 64.13 49.18 56.73 20.79 53.03 25.51 52.84 32.27 15.60 62.63 40.28 54.67 65.33 66.00 42.67 42.56 58.28 35.33 36.44 Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa berdasarkan perhitungan debt rasio hampir seluruh perusahaan sampel mengalami penurunan dengan rata-rata penurunan sebesar 14,94%. Perusahaan yang mengalami penurunan paling signifikan adalah PT. HM Sampoerna, Tbk dengan persentase penurunan sebesar 51,33%. Sedangkan 6 perusahaan lainnya mengalami kenaikan sesudah dilakukan perhitungan debt rasio atau rasio yang menunjukan kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik jangka panjang maupun jangka pendek dengan rata-rata kenaikan sebesar 7,7%. Perusahaan yang paling signifikan kenaikannya adalah PT. Ultra Jaya Milk Industri, Tbk dengan persentase sebesar 15,65%. 79 Dari perhitungan diatas, diikatakan bahwa rata-rata dari perusahan sampel mengalami penurunan itu berarti bahwa rasio hutang perusahaan menurun. Dengan demikian dapat disimpulkan dengan menerapkan CSR, perusahaan mampu menutupi utangnya baik jangka panjang maupun jangka pendek dengan lebih baik. f. Return On Asset Hasil perhitungan Rasio Return on asset terdapat pada Tabel 4.8 dibawah ini: Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Return on Asset pada Perusahaan Sampel No. Perusahaan Sampel 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. PT. Alfa Retailindo, Tbk PT. Aneka Tambang, Tbk PT. Asia Plast Industries, Tbk PT. Astra Argo Lestari, Tbk PT. Astra Otopart, Tbk PT. Fajar Surya Wisesa, Tbk PT. Gudang Garam, Tbk PT. HM Sampoerna, Tbk. PT. Indah Kiat Pulp & Paper Corp, Tbk PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk PT. Indosat, Tbk PT. Metro Data Elektronic, Tbk PT. Semen Gresik, Tbk PT. Unilever Indonesia, Tbk PT. Ultra Jaya Milk Industri, Tbk Sumber : Data diolah Return on Asset % Sebelum Sesudah 11.83 12.17 -0.65 4.57 2.61 2.40 21.50 11.83 8.55 0.06 6.24 1.35 4.30 30.47 8.75 15.83 13.78 -1.29 19.47 13.03 1.13 11.38 15.83 -0.93 0.11 10.85 3.71 4.33 43.87 6.98 Dari Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa berdasarkan hasil perhitungan Return on Asset atau perhitungan rasio yang dapat mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memperoleh baik hubungannya 80 dengan penjualan, aset, maupun laba bagi modal sendiri ada 10 perusahaan yang mengalami peningkatan sesudah dilakukan perhitungan ini dengan rata-rata kenaikan sebesar 5,538%. Perusahaan yang mengalami peningkatan secara signifikan adalah PT. Astra Argo Lestari, Tbk dengan persentase kenaikan sebesar 14,9%. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan sangat signifikan adalah PT. Gudang Garam, Tbk dengan persentase penurunan sebesar 10,12%. Dari perhitungan Tabel 4.8 diatas dikatakan bahwa rata-rata pada perhitungan rasio perusahaan sampel mengalami peningkatan, dengan demikian dapat dikatakan pula bahwa dengan mengimplementasikan CSR perusahaan mampu meningkatkan laba perusahaan. 81 g. Return On Equity Hasil perhitungan Rasio Return on Equity terdapat pada tabel 4.9 dibawah ini: Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Return on Equity pada Perusahaan Sampel No. Return on Equity % Perusahaan Sampel 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. PT. Alfa Retailindo, Tbk PT. Aneka Tambang, Tbk PT. Asia Plast Industries, Tbk PT. Astra Argo Lestari, Tbk PT. Astra Otopart, Tbk PT. Fajar Surya Wisesa, Tbk PT. Gudang Garam, Tbk PT. HM Sampoerna, Tbk. PT. Indah Kiat Pulp & Paper Corp, Tbk PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk PT. Indosat, Tbk PT. Metro Data Elektronic, Tbk PT. Semen Gresik, Tbk PT. Unilever Indonesia, Tbk PT. Ultra Jaya Milk Industri, Tbk Sumber : Data diolah Sebelum Sesudah 9.70 18.69 -1.56 9.63 -1.25 14.77 23.42 27.67 -8.32 70.00 13.23 -32.28 8.79 47.90 6.79 4.60 17.98 -2.83 29.13 21.97 3.20 12.70 32.37 -4.00 14.67 24.04 4.60 10.11 52.23 3.51 Dari Tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa hasil perhitungan Return on Equity lebih dari 50% perusahaan mengalami kenaikan. Sebagian perusahaan lainnya mengalami penurunan dengan persentase penurunan rata-rata sebesar 12,56%. Perusahaan yang paling signifikan penurunannya adalah PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk yang pada saat sebelum dilakukan perhitungan Return on Equity sebesar 70% dan setelah dilakukan perhitungan sebesar 14,67% dengan demikian 82 penurunannya sebesar 55,53%. Sedangkan perusahaan yang paling signifikan kenaikannya adalah PT. Metro Data Elektronoc, Tbk sebesar 36,88%. Menurut Toto Prihadi (2007) bagi pemodal rasio ini lebih penting di banding rasio lain, untuk mengetahui berapa jauh hasil yang diperoleh dari penanaman modalnya. Karena, yang dibandingkan adalah laba bersih dengan modal sendiri. Dengan melihat hasil perhitungan, dapat dikatakan CSR mampu meningkatkan laba perusahaan karena dari rata-rata perusahaan sampel 50% mangalami peningkatan. 83 h. Earning Per Share Hasil perhitungan rasio earning per share terdapat pada Tabel 4.10 dibawah ini: Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Erning Per Share pada Perusahaan Sampel No. Perusahaan Sampel Earning Per Share Rp Sebelum Sesudah PT. Alfa Retailindo, Tbk 54.00 PT. Aneka Tambang, Tbk 282.67 PT. Asia Plast Industries, Tbk 1.83 PT. Astra Argo Lestari, Tbk 97.00 PT. Astra Otopart, Tbk 120.67 PT. Fajar Surya Wisesa, Tbk 36.47 PT. Gudang Garam, Tbk 1042.00 PT. HM Sampoerna, Tbk. 644.00 PT. Indah Kiat Pulp & Paper Corp, Tbk 446.67 PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk -90.00 PT. Indosat, Tbk 1001.67 PT. Metro Data Elektronic, Tbk -0.32 PT. Semen Gresik, Tbk 423.00 PT. Unilever Indonesia, Tbk 3.97 PT. Ultra Jaya Milk Industri, Tbk 171.33 Sumber : Data diolah 35.33 256.67 -2.43 797.00 381.67 14.97 812.00 392.00 -433.00 211.33 303.33 0.01 578.00 1.17 44.67 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Dari Tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa hasil perhitungan earning per share yang merupakan bagian dari rasio pertumbuhan yang digunakan untuk mengukur seberapa baik perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya dalam pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dan industry hampir kesuluruhan perusahaan sampel mengalami penurunan yang sangat signifikan. 84 Perusahaan yang mengalami penurunan yang sangat signifikan antara lain PT. HM Sampoerna, Tbk. Dengan persentase penurunannya sebesar 252%, PT. Gudang Garam, Tbk sebesae 230%, PT. Indah Kiat Pulp & Paper Corp, Tbk sebesar 879,67 %, PT. Indosat, Tbk sebesar 698,34% dan PT. Ultra Jaya Milk Industri, Tbk sebesar 126,66%. Sedangkan perusahaan yang mengalami kenaikan paling signifikan adalah PT. Astra Argo Lestari, Tbk sebesar 700%. i. Price to Book Value (PBV) Hasil perhitungan rasio Price to Book Value terdapat pada Tabel 4.11 dibawah ini: Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Price to Book Value pada Perusahaan Sampel No. Perusahaan Sampel 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. PT. Alfa Retailindo, Tbk PT. Aneka Tambang, Tbk PT. Asia Plast Industries, Tbk PT. Astra Argo Lestari, Tbk PT. Astra Otopart, Tbk PT. Fajar Surya Wisesa, Tbk PT. Gudang Garam, Tbk PT. HM Sampoerna, Tbk. PT. Indah Kiat Pulp & Paper Corp, Tbk PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk PT. Indosat, Tbk PT. Metro Data Elektronoc, Tbk PT. Semen Gresik, Tbk PT. Unilever Indonesia, Tbk PT. Ultra Jaya Milk Industri, Tbk Sumber : Data diolah 85 Price to book Value % Sebelum Sesudah 1.51 2.03 0.30 1.45 2.34 1.28 2.12 4.39 0.28 6.91 1.06 3.34 1.45 6.81 1.20 1.45 0.60 0.30 2.38 1.06 2.35 1.80 3.37 0.23 1.08 2.27 0.85 1.64 8.56 0.71 Dari Tabel 4.11 dapat ditunjukkan bahwa hasil perhitungan Price to book Value yang bermanfaat untuk m engukur kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar yang melampaui pengeluaran biaya investasi dapat diketahui bahwa ada 9 perusahaan sampel mengalami penurunan nilai dengan persentase penurunan sebesar 1,44%. Perusahaan yang paling signifikan penurunannya adalah PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk dengan persentase sebesar 5,83%. Sedangkan perusahaan yang mengalami kenaikan paling signifikan adalah PT. Unilever Indonesia, Tbk dengan persentase kenaikan sebesar 1,75%. Adapun perusahaan yang tidak mengalami perubahan setelah dan sebelum dilakukan perhitungan price to book adalah PT. Asia Plast Industries, Tbk. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penerapan CSR mempengaruhi harga saham yang beredar, terlihat dari peningkatan ratarata perusahaan sampel. Walaupun masih ada perusahaan yang mengalami penurunan dan tidak mengalami perubahan. 2. Pengujian Statistik Untuk Hipotesa Pertama Pengujian hipotesa untuk membandingkan rasio pada saat sebelum dan sesudah yaitu dengan uji nonparametric menggunakan Wilcoxon Test dengan menggunakan program SPSS pada alpha 5%. Dari output didapatkan nilai z Hitung, sedangkan z tabel bisa dihitung pada tabel z, dengan α = 5% dan diuji dua sisi (5% dibagi 2 menjadi 2.5%) dan diuji dua sisi (5% dibagi 2 menjadi 2.5%), maka luas kurva normal adalah 86 50% - 2.5% = 47.5% atau 0.475. pada tabel z untuk luas 0.475 didapat angka z tabel sekitar 1.96. Pada Tabel 4.12 berikut hasil Uji Wilcoxon : Tabel 4.12 Hasil Uji Wilcoxon Variabel Z Asymp Sign Current Ratio -0,625 0,532 Quick Ratio -2,840 0,005 Fxed Asset Turnover -1,363 0,173 Total Asset Turnover -1,761 0,078 Debt Ratio -1,533 0,125 Return on Asset -1,363 0,173 Return on Equity -0,568 0,570 Erning Per Share Rp -0,795 0,427 Price to book Value -0,910 0,363 Sumber : Data diolah Keputusan H0 diterima H0 ditolak H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima Tabel 4.12 di atas menunjukkan dengan Z-tabel sebesar 1.96. Pada taraf alpha 5% maka secara keseluruhan H0 diterima karena Z output < Z-tabel yang terdiri dari Current Ratio (-0,625 < 1.96), Fxed Asset Turnover (-1,363 < 1.96), Total Asset Turnover (-1,761 < 1.96), Debt Ratio (-1,533 < 1.96), Return on Asset (-1,363 < 1.96), Return on Equity (-0,568 < 1.96), Earning per Share (-0,795 < 1.96) dan Price to Book Value (-0,910 < 1.96). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility_CSR) terhadap kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah diterapkannya Corporate Social Responsibilty_CSR tidak berbeda secara nyata. Sedangkan untuk variabel quick Ratio diperoleh nilai Z-output (2.840) > Z-Tabel (1.96) maka H0 ditolak. Dengan demikian, variabel tersebut dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang nyata sebelum dan sesudah diterapkannya CSR. 87 Selain dilihat dari nilai Z, untuk mengambil keputusan dapat dilihat berdasarkan probabilitas. Dari Tabel 4.12 dapat diketahui secara keseluruhan memiliki nilai Asymp Sign > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan setiap variabel tidak memiliki perbedaan yang nyata antara sebelum dan sesudah diterapkannya CSR kecuali pada variabel quick ratio yang memiliki nilai Asymp Sign sebesar 0,005 < 0,05. Dengan demikian, untuk variabel quick ratio disimpulkan terdapat perbedaan yang nyata antara sebelum dan sesudah diterapkannya CSR. Dari hasil pengujian Wilcoxon dapat dilihat bahwa hanya variabel quick ratio yang berpengaruh secara signifikan karena nilai Z-output (-2.840) > Z-Tabel (1.96) dan sig-nya 0,005 lebih kecil dibanding α (asumsi α. 5%). Hal ini berarti hanya quick ratio yang berkolerasi dengan CSR. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penelitian ini gagal membuktikan penelitian terdahulu seperti yang dilakukan oleh Ambar Retno (2007) yang menganalisis CSR berpengaruh positif terhadap RAO dan ROE sedang dalam penelitian ini yang melakukan pengujian dengan Wilcoxon terdapat hasil ROA dan ROE tidak berpengaruh sacara signifikan. Menurut Lely Dahlia (2009) tingkat pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh positif terhadap ROE satu tahun kedepan (ukuran kinerja keuangan perusahaan). Penelitian sebelumnya menemukan bahwa tingkat leverage juga berkorelasi dengan tingkat pengungkapan informasi CSR, (Sembiring, 2003 dan Sayekti, 2006 dalam Sayekti, 2007) menemukan korelasi yang negatif. Selanjutnya, (Haniffa et al (2005) dan Sembiring (2005) 88 dalam Sayekti 2007) tidak menemukan korelasi antara tingkat leverage dan pengungkapan CSR. Namun, dengan pengujian wilcoxon ini juga peneliti berhasil membuktikan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Laan, et.al (2008), yang mengatakan bahwa CSR dan kinerja keuangan tidak berhubungan. 3. Pengujian Statistik Untuk Hipotesis Kedua Metode ini digunakan untuk menguji beberapa sampel yang sifatnya independent dan memiliki populasi yang sama. Berikut ini hasil analisis uji Kruskal Wallis. N Nilai 135 Evaluasi Variabel 135 Sumber: Data diolah Tabel 4.13 Descriptive Statistics Std. Mean Deviation Minimum Maximum 1.6944 150.96547 -879.67 700.00 5.0000 2.59161 1.00 9.00 Output ini menampilkan hasil deskriptif dari kasus di atas yang terdiri dari jumlah data (N), Mean (rata-rata) dimana rata-rata perbedaan rasio antara sebelum dengan sesudah diterapkan CSR sebesar 1.6944 standar deviasi sebesar 150.96547. 89 Tabel 4.14 Test Statistics(a,b) Nilai Evaluasi Chi21.901 Square Df 8 Asymp. .005 Sig. Sumber : Data diolah a Kruskal Wallis Test b Grouping Variable: Variabel Dari output didapatkan statistik hitung Kruskal-Wallis atau Chi-Square Hitung adalah 21.901. Sedang Chi-Square tabel bisa dihitung pada tabel ChiSquare, dengan α = 0.05, dan df = 8 (didapat dari rumus k-1, dimana k adalah jumlah variabel, 9-1=8). Didapat Chi-Square tabel adalah 15.51. Oleh karena, Chi-Square Hitung > Chi-Square Tabel (21.901 > 15.51), maka H0 ditolak. Keputusan :Terlihat bahwa pada kolom Asymp.Sig adalah 0.005 atau probabilitas di bawah 0.05 (0.005 < 0.05). Dengan demikian H0 ditolak atau terdapat perbedaan rata-rata dari kesembilan rasio terhadap penerapan CSR. Analisis statistik deskriptif yang disajikan dalam Tabel 4.14 dapat dilihat bahwa untuk ke-sembilan variabel (sebagai pengungkapan kinerja perusahaan) memiliki rata-rata mean 1,6944%, standar deviasi sebesar 150.96547%. Hal ini menunjukan tingkat kinerja keuangan perusahaan sampel sangat beragam, tergantung jenis usaha/industry, ataupun faktor lain (misalnya faktor ekonomi yang tidak dibahas dalam penelitian ini). Dan nilai Chi-Square Hitung > Chi-Square Tabel (21.901 > 15.51), maka H0 ditolak. 90 Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara CSR dengan kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, rasio pertumbuhan dan rasio nilai pasar. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Kotler (2005) dalam Corporate Social Responsibility: Doing The Most Good For Your Company And Your Cause, yang menyatakan bahwa perusahaan pada dasarnya mengungkapkan informasi sosial (CSR) dengan tujuan untuk membangun image perusahaan dan mendapatkan perhatian dari masyarakat. Semakin tinggi aktivitas dan pengungkapan CSR yang dilakukan oleh suatu perusahaan, maka akan semakin meninngkatnya kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan. Hal ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya seperti yang dilakukan oleh Ambar Retno (2007) yang menganalisis CSR berpengaruh positif terhadap RAO dan ROE. Lely dahlia (2009) tingkat pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh positif terhadap ROE satu tahun kedepan (ukuran kinerja keuangan perusahaan). Penelitian sebelumnya juga menemukan bahwa tingkat leverage (solvabilitas) juga berkorelasi dengan tingkat pengungkapan informasi CSR, Roberts (1992) dalam Sayekti (2007) menemukan korelasi yang positif. Namun dengan pengujian ini peneliti tidah berhasil membuktikan penelitian yang dilakukan oleh laan, et.al (2008), yang mengatakan bahwa CSR dan kinerja keuangan tidak berhubungan, karena dengan pengujian kruskal wallis ini peneli menemukan bahwa terdapat pengaruh antar CSR dengan kinerja keuangan perusahaan. 91 BAB V KESIMPULAN DAB IMPLIKASI A. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Rasio Likuiditas Dari analisis rasio likuiditas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendek dilihat dari periode perhitungan sesudah menerapkan corporate social responsibility, tidak jauh berbeda dibandingkan sebelum menerapkan corporate social responsibility menunjukann bahwa perusahaan masih tetap dapat memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dengan tepat waktu, walaupun banyak terjadi fluktuasi penurunan maupun peningkatan dalam perhitungannya, kinerja keuangan perusahaan masih sangat baik. Berdasarkan hasil uji beda (wilcoxont test) diperoleh terdapat perbedaan kinerja keuangan namun tidak signifikan pada current rasio dan pada quick test rasio terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah menerapkan corporate social responsibility. Besarnya peningkatan dan penurunan kinerja keuangan pada rasio ini yaitu sebesar rata-rata 50% dari sebelum implementasi CSR. 2. Rasio Aktivitas Dari analisis rasio aktivitas, dapat disimpulkan bahwa efisiensi perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk memperoleh penjualan 92 dilihat dari perhitungan pada periode sesudah menerapkan CSR lebih baik dibandingkan sebelum menerapkan CSR, menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan pada periode sesudah menerapkan CSR lebih tinggi. Kondisi ini menunjukan bahwa dengan melakukan kebijakan implementasi CSR akan dapat menghasilkan perubahan yang baik. Hal ini dikarenakan dengan menerapkan CSR pada suatu perusahaan, maka nilai perusahaan di mata investor akan semakin baik tidak hanya dimata investor namun juga di mata masyarakat dan hal itu akan menyebabkan peningkatan penjualan. Hal tersebut terlihat dengan meningkatnya kinerja keuangan pada rasio ini sesudah implementasi CSR dan peningkatan tersebut rata sebesar 17%. 3. Rasio Solvabilitas Dari analisis rasio solvabilitas dapat disimpulkan bahwa kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang pada periode sesudah menerapkan CSR tidak jauh berbeda dibandingkan sebelum menerapkan CSR, walaupun demikian menunjukan bahwa kinerja keuangan perusahaan untuk membayar beban hutangnya baik jangka pendek maupun jangka panjang masih sangat baik. Berdasarkan hasil perhitungan terdapat perbedaan sebelum dan sesudah menerapkan CSR. Namun, perbedaan tersebut berdasarkan hasil uji beda (wilcoxont test) tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kinerja keuangan (rasio solvabilitas/leverage) sebelum dan sesudah menerapkan 93 CSR. Perbedaan rasio ini sebelum dan sesudah implementasi CSR menurun rata-rata sebesar 17% pada perusahaan sampel. 4. Rasio Profitabilitas Dari analisis rasio profitabilitas dapat disimpulkan bahwa kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba baik dalam hubungan dengan penjualan, assets, maupun laba bagi modal sendiri pada periode sesudah menerapkan CSR lebih baik dibandingkan sebelum menerapkan CSR, menunjukan bahwa kinerja keuangan perusahaan untuk mendapatkan laba melalui sumber daya yang ada pada periode sesudah menerapkan CSR ini lebih besar, sehingga kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba menjadi meningkat. Namun berdasarkan hasil uji beda (wilcoxont test) diperoleh tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan (rasio profitabilitas) sebelum menerapkan CSR dan sesudah menerapkan CSR. Berdasarkan perhitungan, peningkatan rata-rata rasio profitabilitas sebelum dan sesudah menerapkan CSR sebesar 28%. 5. Rasio Pertumbuhan Dari analisis hasil perhitungan earning per share yang merupakan bagian dari rasio pertumbuhan yang digunakan untuk mengukur seberapa baik perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya dalam pertumbuhan ekonomi kesuluruhan perusahaan secara sampel keseluruhan mengalami dan industry, hampir peningkatan. Namun peningkatan tersebut berdasarkan hasil uji beda (wilcoxson test) diperoleh 94 tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan (rasio pertumbuhan) sebelum menerapkan CSR dan Sesudah menerapkan CSR. 6. Rasio Market Value Dapat ditunjukkan bahwa hasil perhitungan Price to Book Value yang bermanfaat untuk mengukur kemampuan manajemen dalam menciptakan nilai pasar yang melampaui pengeluaran biaya investasi dapat diketahui bahwa ada 9 perusahaan sampel mengalami penurunan nilai dengan persentase penurunan sebesar 1,44%. Dari analisis rasio market value dapat disimpulkan bahwa kemampuan perusahaan untuk memperoleh pendapatan dari pendapatan setiap lembar saham pada periode sebelum menerapkan CSR lebih baik dibandingkan sesudah menerapkan CSR, hal tersebut menunjukan bahwa kinerja keuangan perusahaan untuk mendapatkan laba melalui sumber daya yang ada pada periode sesudah menerapkan CSR ini lebih rendah, sehingga kemampuan perusahaan untuk memperoleh pendapatan menjadi berkurang. Namun hasil perhitungan tersebut berdasarkan hasil uji beda (wilcoxont test) diperoleh tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan (rasio market value) sebelum menerapkan CSR dan sesudah menerapkan CSR. 95 B. Implikasi Setelah diperoleh kesimpulan mengenai uraian-uraian permasalahan yang ada pada penelitian ini, maka sebagai pelengkap akan diajukan beberapa implikasi yang nantinya diharapkan dapat membantu dan berguna bagi perusahaan itu sendiri dan pihak lain yang membutuhkan, adapun implikasi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan yang sudah menerapkan CSR diharapkan dapat terus meningkatkan kepedulian sosialnya dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat atau menguntungkan bagi semua pihak yang berkepentingan. Walaupun pada awal pelaksanaan akan menghabiskan banyak biaya namun dampak yang akan terjadi sangatlah baik untuk perusahaan selanjutnya, karena perusahaan yang telah melakukan kegiatan CSR akan lebih baik dibanding perusahaan yang tidak melakukan CSR. CSR bisa membangun positioning merek, mendongkrak penjualan, memperluas pangsa pasar, meningkatkan loyalitas karyawan, mengurangi biaya operasional, serta meningkatkan daya tarik korporat di mata investor. 2. Dengan menerapkan CSR, diharapkan perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka panjang. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang menerapkan CSR mengharapkan akan direspon positif oleh para pelaku pasar. Diharapkan bahwa investor mempertimbangkan informasi CSR yang diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan, sehingga dalam pengambilan keputusan investor tidak semata-mata mendasarkan pada 96 informasi laba saja. Pengungkapan informasi CSR diharapkan memberikan informasi tambahan kepada para investor selain dari yang sudah tercakup dalam laba akuntansi. 3. Pada rasio market value, perusahaan diharuskan untuk memperbaiki kondisinya yaitu dengan menciptakan nilai pasar yang melampaui pengeluaran biaya investasi, dengan mencari alternatif pemindahan dana dari pos-pos yang kurang produktif ke pos yang lebih produktif, misal dari pos kas ke investasi proyek yang dapat memberikan keuntungan yang lebih baik, menekan biaya-biaya agar tidak terjadi pemborosan yang dapat merugikan perusahaan, sehingga kemampuan perusahaan untuk memperoleh nilai pasar yang lebih baik pada periode sesudah menerapkan CSR dan masa yang akan datang lebih meningkat. 4. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan periode penelitian sebaiknya lebih dari yang diteliti saat ini agar penelitian dapat dibandingkan dari tahun ke tahun dan memprediksi hasil penelitian untuk jangka panjang. 5. Penelitian selanjutnya dapat memperbesar populasi pada berbagai tingkat sektor industry untuk mengetahui pengaruhnya terhadap berbagai jenis industry. 97 DAFTAR PUSTAKA Ambadar, jackie, ”Corporate Social Responsibility: dalam praktek di indonesia, wujud kepedulian dunia usaha”, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, 2008. Anjar, Fahmianto, ”Program CSR Inovatif”, Republika, Jakarta, 2008. Arifin, Johar. ”Analisis Laporan Keuangan berbasis komputer”, PT. Alex Media Komputindo, Jakarta, 2004. Astuti, Dewi. ”Manajemen Keuangan Perusahaan”, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004. Aupperle, Kenneth, E, A.B. Carrol, dan S.D Hatfield, ”An Emperical Examination of The Relationship Between Corporate Social Responsibility and Profitability”, The Academy of Management Journal, Vol.28. No.2. 1985. Brealey, Myers, Marhus, ” Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Perusahaan”. Edisi 5, Erlangga, Jakarta, 2008. Cochran, Philip L, dan Robert A. Wood, ” Corporate Social Responsibility and Financial Performance”, Academy of Management Journal, 1984, Vol. 27, No. 1. Cadbury, Sir Adrian, “Global Corporate Governance”, Forum Word Bank, 2000 Carrol, Archie.B, “ Corporate Social Responsibility: Evolution of Defitional Contruct”, Business and Society, 1999. Christina, Ellen, dkk, “Anggaran Perusahaan: Suatu Pendekatn Praktis”, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001. Cooper, Donald R,. ”Business Research Methods”, 5 st edition, Erlangga, 1996. Dahlia, Lely, “Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja Keuangan perusahaan”, Studi empiris pada perusahaan yang tercatat di bursa efek Indonesia pada tahun 2005 dan 2006), Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 2008. Daniri, Mas Achmad, ”good corporate governance: Konsep & Penerapan dalam konteks Indonesia”, PT. Ray Indonesia, Jakarta, 2006. Elkington, j, and Thorpe, j, “ Cannibal With Forks The Triple Bottom Line of 21st Century Business”, 2005. 98 Harahap, Sofyan Syahfri, ”Analisis Kritis Laporan Keuangan”, Edisi.1, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008. Hasan, Iqbal, ”Analisis Data Penelitian Dengan Statstik”, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2004. James c. Van Horne & John M. Washowize, jr. “Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan”, Edisi Indonesia, Salemba Empat, Jakarta, 2000. Kasmir, ” Analisis laporan keuangan”. Edisi 1, Rajawali Pers, Jakarta, 2008. Kiroyan, Noke, ” Good Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility: Adakah Kaitan diantara Keduanya”, Edisi III, Economic Business Accounting Review, 2006. Keown, Arthur J. Martin, Jhon D. et,al.” Manajemen keuangan: Prinsip dan penerapan”. Ed 10. jilid 1, Index, Jakarta, 2008. Kodrat, David Sukardi, ”Studi Penerapan Corporate Social Responsibility untuk menciptakan Sustainable Growth di Indonesia”, The 2 nd National Conference UKMWS, Surabaya, 2008. Kotler, Philip, ”Doing The Most Good For Your Company And Your Cause”, 2005 dari http://www.csrindonesia.com Kuniawan, Teguh, ”Penerapan Corporate Social: Perspektif Administrasi Publik”, 2008. Laan, Van der Gerwin, Hans Van Ees, dan Arjen Van Witteloostuijin, ”Corporate Social Responsibility and Financial Performance: An Extended Stakeholder Theory, and Empirical Test with Accounting Measures”, Jornal of Business Ethnic, 2008. DOI 10.1007/s10551-007-9398-0. McGuire, Jean B, dan Alison Sundgren, Thomas Schneeweis, ”Corporate Social Responsibility and Firm Financial Performance”, Academy of Management Journal, 1988. Vol 31. No.4. O’bannon, D.P and L, E, Preston, ”The Corporate Social Financial Performance Relationship: A Typology and Analysis”, Paper and Presented at the, 1993. Prihadi, Toto. “Mudah Memahami Laporan Keuangan”, PPM, Jakarta, 2007. Rahayu, Hastanti Agustin, “Analysis Relationship Between Disclosure Of Corporate Social Responsibility Concerning Performance And Corporate Value”, Theses from PFEUGM / 2008. 99 Retno, Ambar, “ Analisis Pengaruh Corporate Social Reporting terhadap corporate social responsibility”, Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, 2007. Riyanto, Bambang, “Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan”, Edisi ke-4, BPFE, Yogyakarta, 2001. Sayekti, Yosefa dan Ludovicus Sensi Wondabio, “Pengaruh CSR Disclosure Terhadap Earning Response Coefficient”, Simposiun Nasional Akuntansi X, AKPM-08, Program Ilmu Akuntansi FEUI, 2007. Sjahrial, Dermawan.,” Pengantar Manajemen keuangan”, Mintera wacana media, Jakarta, 2007. Steiner, George Albert, ” Business, Government, And Society: a Managerial Perspective, Text and Cases”, 11 th edition, McGraw Hill, 2006. SWA, Sembada No.24/xxiv/13-23, Nov, 2008. Sudarmiatin, ”Analisis Rasio Sebagai Alat Evaluasi Kinerja Perusahaan”, Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, Th 33, Nomor 2, Desember 1999. Syakhroza, Ahmad, ” Makalah Mengenai Penerapan Corporate Governance”, 2002. Tim Studi pengkajian Prinsip-prinsip Organisasi for Economis Co opertarion and Development 2004. Departemen Keuangan Indonesia BAPEPAM, 2006. Trunbull, Shann, ”Corporate Governance: Theories, Challenger and Paradigms Governance”, Review Internasional, Vol.1 No.1, 2000. Umu, Khourohdan, Irany Widhayastih,”perbandingan Kinerja keuangan antara perusahaan dengan status penanam modal asing (PMA) dan penanam Modal dalam Nederi (PMDN), Jurnal Ekonomi, Lipi, Jakarta, 2002. Uyanto, Stanislaus S, ” Pedoman Analisis Data Dengan SPSS”, edisi ketiga, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009. Warsidi, Agus, ” Evaluasi Kegunaan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Perubahan Laba di Masa Yang Akan Datang”, Jurnal Akuntansi, Manajemen dan Ekonomi, Vol. 2 No.1 2002, Penerbit Program Magister Universitas Jendral Sudirman. Warta Ekonomi, ”Konsep Bisnis Paling Bersinar 2006: Level Adopsinya Kian Tinggi”, Warta Ekonomi, Desember, 2006 diakses dari http://www.wartaekonomi.com. 100 Wibisono, Yusuf. “Membedah Konsep dan APlikasi CSR”, Fascho Publishing, Gresik, 2007. Wiiliams, Chuck,. ”management”, 1 st edition, Salemba Empat, Jakarta, 2001. www.csrindo.com www.csrindonesia.com www.google.com www.wartaekonomi.com 101