Analisis Pengaruh Tanggung Jawab Sosial

advertisement
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SEBELUM
DAN SESUDAH MENERAPKAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL
(Corporate Social Responsibility_CSR)
(Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)
Disusun Oleh:
RINI SHINTAWATI
105081002587
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
i
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SEBELUM
DAN SESUDAH MENERAPKAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL
(Corporate Social Responsibility_CSR)
(Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun Oleh:
RINI SHINTAWATI
105081002587
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
Nama
: Rini Shintawati
Tempat Tanggal Lahir
: Bekasi, 23 Juni 1987
Alamat Asal
: Jl. Sultan Agung Km.28 Pondok Ungu
Rt 04/04 No.38 Kel./Kec. Medan Satria Kota
Bekasi 17132
Jenis Kelamin
: Perempuan
Status
: Belum Menikah
Anak ke dari
: 2 dari 2 bersaudara
Hobby
: Membaca, dengar musik, nonton, jalan-jalan
Telepon/HP
: (021) 95132431 / 081288875166
Email
: [email protected]
IPK Terakhir
: 3.47
II. PENDIDIKAN FORMAL
2005-2009 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jurusan Manajemen Keuangan
2002-2005 : MA. Negeri 8 Kota Jakarta Timur
1999-2002 : MTs. Negeri 1 Kota Bekasi
1993-1999 : SDN Pondok Ungu V Bekasi
III. PENGALAMAN ORGANISASI
LK. I HMI Cabang Ciputat (2006)
Diklat KSR PMI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2006)
Tim Kesehatan KSR PMI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2007)
Tim Juri Pertolongan Pertama Tingkat Wira/Madya Se DKI Jakarta
(2007)
Kadiv PubHum KSR PMI UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
(2007/2008)
i
IV. SEMINAR DAN PELATIHAN
o Workshop “ Kiat Sukses Menghadapi Dunia Kerja” (2008)
o Workshop “ Menjelajah Dunia Kerja Korea Selatan” (2007)
o Seminar Ekonomi Islam “ Urgensitas Perekonomian Syari’ah Di
Indonesia dalam Arus Global” (2007)
o Visit Company To Bank Indonesia (BI), Obsevasi Ekonomi (2007)
o Seminar “ Audit Investigatif dan Perannya dalam pemberantasan
Korupsi” (2007)
o Seminar “ Cara Mudah Mahasiswa Menjadi Entrepreneur” (2006)
o Seminar Nasional “ Quo Vadis Perekonomian Indonesia” (2006)
ii
ABSTRACT
The entitled of this research is "Analyzing of financial firm performance
before and after implementation Corporate Social Responsibility (CSR)".
This researched to find out how much financial difference in performance before
and after implementing corporate social responsibility (CSR). The sample used in
this research 15 companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX). Research
used the quantitative method measuring of the ratio as a financial performance.
Used Ratio are: liquidity ratio, activity ratio, solvability ratio, the ratio of
profitability, growth ratio, and the ratio of market value. The nonparametric test
equipment wilcoxon test and kruskal wallis test using the SPSS program at alpha
5%.
The calculation show, the wilcoxon test with Z-table of 1.96. In alpha
stage and 5% overall Ho received as output Z <Z-table consisting of a current
ratio, Fixed Asset turnover, Total Asset turnover, Debt Ratio, Return on Assets,
Return on Equity, earning per Share, and Price to Book value. The conclusion of
variable is the influence of responsibility (Corporate Social Responsibility) to the
financial performance of companies before and after implementation Corporate
Social Responsibility not significantly different. Meanwhile, a quick test for the
variable ratio is the value of Z-output (-2840)> Z-Table (1.96) then Ho rejected.
Thus, these variables can conclusion that there is a significant difference before
and after
implementation CSR. Apart from the value of Z, to make decisions
can be based on the probability can be a whole have a value Asymp Sign > 0.05
so that it can be concluded that overall the variables have no significant
differences between before and after CSR.
Implementation but a quick test on a variable ratio that have a value of
0.005 Sign Asymp <0.05. Thus, for the variable ratio quick concluded that there
are significant differences between before and after implementation CSR.
However, the test for Kruskal Wallis Test that the column is 0005 or
Asymp.Sig probability under 0.05 (0,005 <0.05). Thus Ho rejected or there is
significant difference between the average of the ninth ratio of the implementation
of CSR.
Keywords: Financial performance, liquidity ratio, activity ratio, solvability ratio,
profitability ratio, growth ratio, market value ratio, Corporate Social
Responsibility.
iii
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “ Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan
Sebelum dan Sesudah menerapkan Tanggung Jawab Sosial (Corporate
Social Responsibility_CSR)”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
berapa besar perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah menerapkan
corporate social responsibility (CSR). Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini 15 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode penelitian
yang digunakan adalah metode kuantitatif yaitu dengan perhitungan rasio-rasio
sebagai alat pengukur kinerja keuangan. Rasio yang digunakan yaitu: rasio
likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, rasio
pertumbuhan, dan rasio nilai pasar. Dengan alat uji nonparametric menggunakan
wilcoxon test dan kruskal wallis test dengan mengunakan program spss pada
alpha 5%.
Perhitungan dengan Wilcoxon Test menunjukkan dengan Z-tabel sebesar
1.96. Pada taraf alpha 5% maka secara keseluruhan H0 diterima karena
Z output < Z-tabel yang terdiri dari Current Ratio, Fxed Asset Turnover, Total
Asset Turnover, Debt Ratio, Return on Asset, Return on Equity, earning per
Share, dan Price to Book Value. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengaruh
tanggung jawab (Corporate Social Responsibility) terhadap kinerja keuangan
perusahaan sebelum dan sesudah diterapkannya Corporate Social Responsibilty
tidak berbeda secara nyata. Sedangkan untuk variable quick Ratio diperoleh nilai
Z-output (-2.840) > Z-Tabel (1,96) maka H0 ditolak. Dengan demikian variabel
tersebut dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang nyata sebelum dan sesudah
diterapkannya CSR.
Namun, dengan alat uji kruskal wallis test terlihat bahwa pada kolom
Asymp.Sig adalah 0.005 atau probabilitas di bawah 0.05 (0.005 < 0.05). Dengan
demikian H0 ditolak atau terdapat perbedaan yang nyata dari rata-rata kesembilan
rasio terhadap penerapan CSR.
Kata kunci: kinerja keuangan, rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas,
rasio profitabilitas, rasio pertumbuhan, rasio nilai pasar, Corporate
Social Responsibility.
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat tak
terhingga kepada penulis, sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada
panutan kita Nabi Muhammad SAW yang telah mengajarkan agama ini dengan
benar dan sempurna…………………….
Karya kecil ini, kupersembahkan
untuk:
Papa- mamaku tercinta dan tersayang
Kakak-kakak ku tersayang
Ponakanku, Zaidan Z,H
Abi ku “Fajri Wijayanto …I love U”!
Sahabat-sahabat terbaik ku.
v
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan seru
sekalian alam atas berkat rahmat, taufiq, hidayah, dan limpahan petunjuk-Nyalah
akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul:“ANALISIS
KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH
MENERAPKAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL (CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY_CSR)”. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah
kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para Sahabatnya yang telah
membawa petunjuk dan pedoman hidup bagi manusia.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat dalam
memperoleh gelar sarjana jenjang Strata 1 (S1) program Manajemen pada
Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta bagi penulis tugas ini merupakan tugas yang berat, karena perjalanan tidak
selamanya menyenangkan ada suka ada duka dan ketika seribu rasa kecemasan
dan rasa enggan datang menyelimuti penulis dalam penyelesaian skripsi ini,
bantuan dari berbagai pihak penulis rasakan sangat begitu berarti. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada mereka yang telah berjasa memberi bantuannya baik secara
moril maupun materiil dalam penyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:
•
Allah SWT atas Segala Berkah dan Nikmat-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan tulisan ini tepat pada waktu yang telah direncanakan.
•
Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
•
Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM. Selaku Dosen Pembimbing I Skripsi
yang telah memberikan bimbingan dan saran yang bermanfaat dalam
penyusunan skripsi ini.
•
Bapak Indo Yama Nasarudin, SE. MAB. Selaku Kepala Jurusan Manajemen
dan selaku Dosen Pembimbing II yang dengan segala kesungguhan dan
keikhlasannya telah banyak mengorbankan waktu, pikiran, dan tenaga untuk
vi
memberikan nasehat, bimbingan serta pengarahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
•
Para dosen yang telah memberikan Ilmu kepada penulis di Fakultas Ekonomi
dan Ilmu sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
•
Yang paling Utama untuk kedua orang tuaku tercinta, yang menaruh harapan
besar kepada penulis yang tak pernah berhenti memeras keringat dan air mata
untuk merawat, membesarkan dan memberikan penulis pendidikan terbaik.
Sehingga penulis mempunyai kesadaran dan semangat yang besar untuk
menyelesaikan skripsi ini, dan doa kalian yang tiada akhir untuk keberhasilan
penulis. Terimakasih atas segalanya, apa yang telah kalian berikan tidak akan
terbalas sepanjang hidupku. Terima kasih Pa, Ma.
•
Teristimewa dalam hati kakak ku tersayang alm. Lia Herawati yang telah
memotivasi penulis untuk menyelesaikan kuliah.
•
My sisters, my brothers, my uncle and my lovely families, Wiwi Kusumawati,
SE dan Budiman, S.Sos I, pa’le Kaseno, ponakanku “Zaidan Zidana Hidayat”.
Terima kasih atas segala bantuannya hingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Jasa baik kalian tidak akan terlupa seumur hidupku. Thanks For
All.
•
Buat saudara-saudaraku di Bekasi Khususnya nenek dan kakek ku tersayang.
Terima kasih penulis ucapkan atas segala doanya dan dukungannya sehingga
penulis dapat menyelesaikan kuliah ini.
•
Buat calon pendamping hidupku tercinta Fajri Wijayanto, Amd yang telah
memberikan semangat tersendiri kepada penulis terima kasih atas segala
kesabaran dan kesetiaanya kepada penulis, ditengah kesibukannya masih mau
menemani penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Doaku
selalu demi harapan kita bersama.
•
Untuk orang - orang terdekat penulis, sahabatku Devi, Anis, Eva, Ria, Nay,
Ibah, Lina, Amy, Rahma, Intan, Echa, Chama, Desie, CeuCeu Firda Miftah.
Terima kasih atas segala bantuan dan nasehatnya. Kenangan manis yang
pernah terukir selama kuliah tak akan pernah ku lupakan. Thanks for sharing
vii
selama ini yang telah mengurangi kebimbangan penulis saat menyeselaikan
skripsi ini.
•
Teman-teman seperjuangan di Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen
khususnya Manajemen E dan Manajemen Keuangan angkatan 2005. Empat
tahun kita bersama menimba ilmu, semoga ilmu yang telah kita dapat
bermanfaat.
•
Yang tak terlupakan anak-anak kosan Manda Khususnya teman sekamarku,
Eva, Nay, Ummi, dan yang lainnya Ria, Lina, Sari, Icha, Upi, Farah, Mimi,
Ema, dll. Terima kasih atas segala pengertiannya. Suka duka hidup dikosan
takkan pernah terlupakan.
•
Dan terima kasih pula kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu
persatu oleh penulis. Terima kasih.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
menjadi salah satu bahan literatur untuk Khazanah keilmuan. Kepada Allah SWT
penulis kembalikan segalanya, semoga usaha yang mulia ini selalu dalam
keridhaan-Nya. Amin.
Jakarta, 22 juni 2009
Penulis,
Rini Shintawati
viii
DAFTAR ISI
Daftar Riwayat Hidup ...................................................................................
i
Abstract...........................................................................................................
iii
Abstrak............................................................................................................
iv
Kata Pengantar ..............................................................................................
vi
Daftar Isi .........................................................................................................
x
Daftar Tabel....................................................................................................
xii
Daftar Gambar ............................................................................................... xiii
Daftar Lampiran ............................................................................................
xiv
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................
1
A. Latar Belakang Penelitian............................................................
1
B. Perumusan Masalah....................................................................
13
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................................
15
1. Tujuan Penelitian......................................................................
15
2. Manfaat Penelitian....................................................................
15
BAB II : TINJAUAN PUSTAkA....................................................................
17
A. Pengertian Pengukuran Kinerja....................................................
17
B. Laporan Keuangan........................................................................
18
C. Rasio Keuangan............................................................................
23
D. Tata Kelola Perusahaan( Corporate governance)........................ 32
1. Latar Belakang Tata Kelola Perusahaan Di Indonesia..............
32
2. Definisi Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance)......
33
3. Perkembangan Konsep Corporate Governance ......................
36
4. Prinsip-Prinsip OECD 2004 Mengenai Corporate Governance..40
E. Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social
Responsibility – CSR)...................................................................
47
1. Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
(Corporate Social Responsibility)......................................... 47
2. Evolusi Corporate Social Reponsibilit.....................................
49
3. Penerapan CSR di Indonesia.....................................................
51
ix
4.Hubungan Corporate Social Responsibility dengan
Good Corporate Governance............................................
52
F. Penelitian Terdahul......................................................................
53
G. Kerangka Pemikiran....................................................................
55
H.
Hipotesis.....................................................................................
58
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN...................................................
59
A. Ruang Lingkup Penelitian.........................................................
59
B. Pemilihan Sampel......................................................................
59
C. Metode Pengumpulan Data........................................................ 60
D. Metode Analisis Data................................................................
61
1. Menghitung rasio-rasio.........................................................
61
2. Uji Statistik............................................................................
63
E. Operasional Variabel Penelitian................................................. 65
BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN................................................
68
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian................................
68
1. Sejarah Singkat CSR................................................................
68
B. Analisa dan Pembahasan.............................................................
70
1. Analisa Rasio Keuangan........................................................
71
2. Pengujian Statistik Untuk Hipotesa Pertama.........................
88
3. Pengujian Statistik Untuk Hipotesis kedua ...........................
91
BAB V : KESIMPULAN DAN IMPLIKASI................................................
94
A. Kesimpulan...................................................................................
94
B. Implikasi......................................................................................
98
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 100
LAMPIRAN-LAMPIRAN.............................................................................. 104
x
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
3.1
Data Perusahaan Sampel
60
4.1
Prinsip-Prinsip Berkelanjutan
70
4.2
Perusahaan Yang Menerapkan CSR
71
4.3
Perhitungan Current Ratio Pada Perusahaan Sampel
72
4.4
Perhitungan Quick Ratio
73
4.5
Perhitungan Fixed Asset Turnover Ratio
75
4.6
Perhitungan Total Asset Turnover Ratio
77
4.7
Perhitungan Debt Ratio
79
4.8
Perhitungan ROA Ratio
81
4.9
Perhitungan ROE Ratio
83
4.10
Perhitungan EPS Ratio
85
4.11
Perhitungan PBV Ratio
87
4.12
Hasil Uji Wilcoxon Test
89
4.13
Descriptive Statistics
91
4.14
Test Statistic (a,b)
92
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Strategi Pengelolaan Tanggung Jawab
Perusahaan
48
2.2
Kerangka Pemikiran
57
xii
DAFATAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
1.
Hasil Uji Wilcoxon Test Current Ratio
104
2.
Hasil Uji Wilcoxon Test Quick Test Ratio
105
3.
Hasil Uji Wilcoxon Test FATO Ratio
106
4.
Hasil Uji wilcoxon Test TATO Ratio
107
5.
Hasil Uji wilcoxon Test Debt Ratio
108
6.
Hasil Uji wilcoxon Test ROA Ratio
109
7.
Hasil Uji wilcoxon Test ROE Ratio
110
8.
Hasil Uji wilcoxon Test EPS Ratio
111
9.
Hasil Uji wilcoxon Test PBV Ratio
112
10
Hasil Uji Kruskal Wallis
113
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam era reformasi yang ditunjukkan dengan semakin meningkatnya
keterbukaan dan kepedulian perusahaan terhadap lingkungan yang semakin
meningkat. Perusahaan yang tidak memiliki kepedulian sosial dengan
lingkungan sekitarnya akan banyak menemui berbagai kendala. Selain itu
juga, globalisasi telah mendorong dan membawa dampak kepada semakin
kompetitifnya persaingan di dunia bisnis.
Akhir-akhir ini terdapat kecenderungan (trend) meningkatnya tuntutan
publik atas transparansi dan akuntabilitas perusahaan sebagai wujud
implementasi good corporate governance (GCG). Salah satu prinsip GCG
adalah masalah pertanggungjawaban (responsibility) yaitu kesesuaian dalam
pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat (Daniri, 2007:11).
Selain itu juga, terdapat tiga (3) kepentingan publik yang oleh
perusahaan cenderung terabaikan. Pertama, perusahaan hanya bertanggung
jawab secara hukum terhadap pemegang sahamnya (shareholder), sedangkan
masyarakat tempat di mana perusahaan tersebut berdomisili kurang
diperhatikan. Kedua, dampak negatif yang ditimbulkan oleh perusahaan
semakin meningkat dan harus ditanggung oleh masyarakat sekitar. Sementara
itu, sebagian besar keuntungan manfaat hanya dinikmati oleh pemilik saham
perusahaan saja. Ketiga, masyarakat sekitar perusahaan yang menjadi korban
1
sebagian besar mengalami kesulitan untuk menuntut ganti rugi kepada
perusahaan. Hal ini, terjadi karena belum adanya hukum (regulasi) yang
mengatur secara jelas tentang akuntabilitas dan kewajiban perusahaan kepada
publik.
Setiap manajer perusahaan tentunya menginginkan perusahaan yang
mereka kelola selalu berkembang, dari skala perusahaan yang kecil menjadi
skala perusahaan yang lebih besar. Ketika skala perusahaan masih terbilang
kecil, dimana perusahaan yang pemilik sahamnya merangkap manajer
perusahaan, jumlah konstituen yang berhubungan dengan perusahaan dalam
menjalankan aktivitasnya dapat dikatakan relatif sedikit. Namun, ketika
perusahaan mulai berkembang jumlah konstituen pun mulai berkembang.
Konstituen
atau
pihak-pihak
lain
yang
berhubungan
dengan
perusahaan ini mempunyai kepentingan yang berbeda-beda terhadap
perusahaan. Contoh investor atau pemilik perusahaan menginginkan laba yang
tinggi, karyawan perusahaan menginginkan gaji yang besar serta keamanan
dan kenyamanan dalam pekerjaan. Pelanggan menginginkan produk yang
berkualitas dan ramah lingkungan, dan pemerintah menginginkan perusahaan
membayar pajak tepat pada waktunya serta mematuhi semua peraturan yang
telah mereka buat. Pihak-pihak lain ini disebut dengan istilah stakeholder atau
pemangku kepentingan.
Kini, tekanan-tekanan yang diberikan oleh pemangku kepentingan
semakin meningkat, serta masyarakat yang takut akan konsekuensi lokal atau
global dari aktivitas perusahaan yang tidak bertanggung jawab atau investor
2
yang tidak ingin menerima resiko kehilangan reputasi dan penurunan profit
serta harga saham perusahaan (Collier, 2005 dalam Kodrat, 2008). Karena
tekanan dari pemangku kepentingan perusahaan tidak dapat hanya
memprioritaskan kepentingan satu pihak saja dengan mengorbankan atau
merugikan kepentingan pihak lain. Pemangku kepentingan mempunyai
kekuatan dalam mempengaruhi jalannya perusahaan sehingga ketika
perusahaan tidak melakukan apa yang harus dilakukan akan mengakibatkan
ancaman bagi perusahaan. Misalnya, kelompok pekerja dapat mempengaruhi
operasi perusahaan, yaitu ketika perusahaan memotong gaji karyawan demi
mencapai target laba tertentu, karyawan akan melakukan mogok kerja dan
menuntut perusahaan untuk menaikan gaji. Hal ini tentu saja dapat merugikan
perusahaan karena produksi barang akan terhenti sehingga mungkin saja
perusahaan tidak dapat mencapai target tertentu.
Atas kondisi diatas, dewasa ini konsep Sustainability Development dan
Corporate Social Responsibility_CSR sedang berkembang. Menurut ketua
komisi lingkungan dan pembangunan dunia Dr. Gro Harlem Brundhand
(Wibisono, 2007: 15) Sustainability Development adalah pembangunan yang
mencukupi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kemampuan
generasi yang akan datang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Sedangkan
Corporate Social Responsibility menurut World Bank Group adalah komitmen
bisnis
untuk
memberikan
kontribusi
bagi
pembangunan
ekonomi
berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para karyawan serta perwakilan
mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum
3
untuk meningkatkan kualitas hidup, dengan cara-cara yang bermanfaat baik
bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan (Kiroyan, 2006). Konsep CSR
tidak dapat dipandang sebelah mata, konsep ini penting karena apabila
dijalankan oleh semua perusahaan, tidak hanya perusahaan yang berhubungan
langsung dengan alam seperti perusahaan tambang, gas dan minyak bumi,
perikanan, pertanian, perkebunan dan perhutanan. Perusahaan akan dapat
bertahan lama dalam indusri dimana perusahaan beroperasi sehingga
perusahaan akan dapat menjadi Sustainable Corporate.
Para pemangku kepentingan membutuhkan informasi yang lebih jelas
dan lengkap mengenai apakah kepentingan mereka telah terpenuhi atau
apakah mereka tidak dirugikan oleh perusahaan. Terkait dengan tiga elemen
dalam Good Corporate Governance, yaitu transparansi, akuntabilitas, dan
pertanggungjawaban kepada para pemangku kepentingan, perusahaan harus
melaporkan informasi-informasi ini (Daniri, 2006:9). Informasi yang
dibutuhkan pun beragam karena kepentingan para stakeholder yang berbeda.
Informasi ini dapat berupa informasi finansial seperti kinerja keuangan
perusahaan maupun non finansial seperti aktivitas-aktivitas CSR. Pelaporan
informasi-informasi kauntitatif telah diakomodir oleh PSAK no.1 sehingga
pemangku kepentingan dapat melihatnya pada laporan keuangan perusahaan
yang terdiri dari komponen-komponen seperti neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan
keuangan. Informasi non finansial seperti aktivitas CSR juga dapat dilihat
dilaporan keuangan tahunan perusahaan namun sifatnya terbatas. Hal ini
4
disebabkan belum ada peraturan yang mengharuskan perusahaan untuk
mengungkapkan hal tersebut dan standar untuk mengungkapkan laporan
tentang aktivitas CSR tersebut.
Kini, perusahaan yang peduli akan aktivitas-aktivitas CSR mulai
melaporkan aktivitas tersebut dalam laporan tahunan perusahaan bahkan
beberapa perusahaan ada yang melaporkanNya terpisah dari laporan tahunan.
Laporan yang terpisah ini biasanya disebut dengan sustainability reporting
atau laporan berkelanjutan. Laporan ini merefleksikan aktivitas CSR dalam
proses bisnis perusahaan dan terdiri tidak hanya dari kinerja ekonomi, namun
juga kinerja sosial dan juga kinerja lingkungan. Selain itu, pelaporan ini
diperkuat lagi dengan peran pemerintah sebagai salah satu pemangku
kepentingan perusahaaan yaitu dengan cara membuat peraturan. Dengan
adanya laporan berkelanjutan, perusahaan ingin menunjukan kepada
pemangku kepentingan, baik internal maupun eksternal bahwa perusahaan
mereka adalah perusahaan yang bertanggung jawab kepada lingkungan dan
sosial. Bagi para pemangku kepentingan sendiri, laporan berkelanjutan ini
dapat digunakan untuk menilai apakah kepentingan-kepentingan mereka telah
terpenuhi oleh perusahaan karena laporan ini tidak hanya mengungkapkan
bukti aktivitas perusahaan.
Selain tanggung jawab perusahaan kepada pemegang saham tanggung
jawab lainnya menyangkut tanggung jawab sosial perusahaan (corporate
social responsibility-CSR) dan tanggung jawab atas kelestarian lingkungan
hidup (sustainable environtment responsibility). Dalam era globalisasi,
5
kesadaran akan penerapan CSR menjadi penting seiring dengan semakin
maraknya kepedulian masyarakat terhadap produk (barang) yang ramah
lingkungan (Wibisono, 2007: xix).
Menurut Jackie Ambadar (2008:10), dalam bukunya : CSR dalam
praktek di Indonesia, wujud kepeduliaan usaha, menurutnya ada empat (4)
manfaat yang diperoleh bagi perusahaan dengan mengimplementasikan CSR,
yaitu :
1. Keberadaan perusahaan dapat tumbuh dan berkelanjutan dan perusahaan
mendapatkan citra (image) yang positif dari masyarakat luas.
2. Perusahaan lebih mudah memperoleh akses terhadap kapital (modal).
3. Perusahaan dapat mempertahankan sumber daya manusia (human
resources) yang berkualitas.
4. Perusahaan dapat meningkatkan pengambilan keputusan pada hal-hal yang
kritis (critical decision making) dan mempermudah pengelolaan
manajemen risiko (risk management).
Pada saat ini CSR dapat dianggap sebagai investasi masa depan bagi
perusahaan. Minat para pemilik modal dalam menanamkan modal di
perusahaan yang telah menerapkan CSR lebih besar, dibandingkan dengan
yang tidak menerapkan CSR. Melalui program CSR dapat dibangun
komunikasi yang efektif dan hubungan yang harmonis antara perusahaan
dengan masyarakat.
Selain hal tersebut, dalam menjalankan kegiatan usaha, setiap
perusahaan tidak pernah lepas dari masalah finansial hal ini diharapkan karena
6
adanya sistem keuangan di setiap perusahaan, tanpa adanya sistem keuangan
di dalam suatu perusahaan maka seluruh kegiatan usaha tidak akan berjalan
dengan baik dalam mencapai tujuan perusahaan. Pelaksanaan sistem keuangan
sendiri secara garis besar terdiri dari Neraca (balance sheet), laporan laba rugi
(income statement), laporan arus kas (cash flow). Dimana neraca
menggambarkan posisi aktiva, hutang, dan ekuitas para pemilik perusahaan
pada waktu tertentu. Sedangkan laporan laba rugi menggambarkan
pendapatan, beban-beban, serta keuntungan dan kerugian perusahaan selama
satu periode tertentu. Dan laporan arus kas menggambarkan kas selama
periode tertentu.
Laporan keuangan tersebut digunakan sebagai bahan untuk mengelola
data dalam menganalisis keuangan. Data-data yang terdapat dalam laporan
keuangan merupakan hasil kinerja perusahaan dalam melakukan kegiatan
usahanya. Pentingnya hasil analisis keuangan, dapat dipakai sebagai alat bantu
dalam pengambilan keputusan bagi para pemilik perusahaan, para investor dan
pihak-pihak lain yang memerlukan laporan keuangan.
Dengan analisis laporan keuangan akan dapat diketahui keadaan dan
perkembangan finansial dari perusahaan yang telah dicapai diwaktu yang lalu
dan berjalan, sehingga dapat diketahui kelemahan-kelemahan dari perusahaan
serta hasil-hasil yang dianggap cukup baik. Hasil analisis tersebut merupakan
suatu alat ukur bagi pimpinan perusahaan dalam mengambil suatu keputusan
atau kebijakan dimasa yang akan datang.
7
Penganalisaan dan penginterpretasian laporan keuangan perusahaan
merupakan salah satu cara untuk dapat memberikan penilaian yang dapat
dipertanggungjawabkan baik terhadap kondisi keuangan maupun hasil usaha
perusahaan sehingga dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan
perusahaan. Adapun alat untuk menganalisis dan menginterpretasikan laporan
keuangan adalah rasio-rasio keuangan. Rasio keuangan dapat memberikan
dasar ukuran bagi penilaian surat-surat berharga dan untuk mengevaluasi
kinerja perusahaan. Rasio keuangan digunakan untuk membandingkan kinerja
suatu perusahaan dan status perusahaan baik dengan perusahaan lain maupun
dengan perusahaan itu sendiri dalam kurun waktu yang berbeda.
Rasio keuangan dikelompokan dalam enam kelompok yaitu: (1) rasio
likuiditas, rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban-kewajiban jangka pendek yang telah jatuh tempo, (2) rasio
aktivitas, rasio yang digunakan untuk memperkirakan kecepatan dimana
current account (inventory, account receivable, account payable) diubah
menjadi dalam bentuk cash, (3) rasio Solvabilitas (leverage), rasio yang
menunjukan tingkat hutang dan kemampuan dalam membayar hutang, dan (4)
rasio profitabilitas, rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan dalam
memaksimalkan profit. (5) Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio), digunakan
untuk mengukur seberapa baik perusahaan dalam mempertahankan posisi
ekonominya dalam pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dan industri. (6)
Rasio nilai Pasar (Market Value Ratio), adalah sekumpulan rasio yang
8
menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba dan nilai buku
perusahaan. (Sofyan Harahap, 2008 : 301).
Berbagai
penelitian
sebelumnya
menunjukkan
bahwa
jumlah
perusahaan yang melakukan pengungkapan informasi pertanggungjawaban
sosial (Corporate Social Responsibility) dalam laporan tahunannya semakin
bertambah. Demikian juga dengan jumlah dan jenis informasi CSR yang
diungkapkan semakin meningkat (Ernst & Ernst, 1978; Trotman, 1979; Kelly,
1981; Pang, 1982; Guthrie, 1982; Gray, 1990; Gray et al, 1993; Sayekti, 1994
dalam sayekti, 2007). Banyak perusahaan semakin menyadari pentingnya
menerapkan program CSR sebagai bagian dari strategi bisnisnya. Survey
global yang dilakukan oleh The Economist Intelligence Unit menunjukkan
bahwa 85% eksekutif senior dan investor dari berbagai organisasi menjadikan
CSR sebagai pertimbangan utama dalam pengambilan keputusan (Warta
Ekonomi, 2006). Penelitian Basamalah dan Jermias (2005) dalam sayekti
(2007), menunjukkan bahwa salah satu alasan manajemen melakukan
pelaporan sosial adalah untuk alasan strategis. Meskipun belum bersifat
compulsory, tetapi dapat dikatakan bahwa hampir semua perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta sudah mengungkapkan informasi mengenai
CSR dalam laporan tahunannya dalam kadar yang beragam (Sayekti, 2007).
Perusahaan semakin menyadari bahwa kelangsungan hidup perusahaan
juga tergantung dari hubungan perusahaan dengan masyarakat dan
lingkungannya tempat perusahaan beroperasi. Hal ini sejalan dengan
legitimacy theory yang menyatakan bahwa perusahaan memiliki kontrak
9
dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya berdasarkan nilai-nilai
justice,
dan
bagaimana
perusahaan
menanggapi
berbagai
kelompok
kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan (Tilt, 1994, dalam
Haniffa et al, 2005 dalam Sayekti 2007). Jika terjadi ketidakselarasan antara
sistem nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat, maka perusahaan akan
kehilangan legitimasinya, yang selanjutnya akan mengancam kelangsungan
hidup perusahaan (Lindblom, 1994, dalam Haniffa et al, 2005 dalam Sayekti
2007). Pengungkapan informasi CSR dalam laporan tahunan merupakan salah
satu cara perusahaan untuk membangun, mempertahankan, dan melegitimasi
kontribusi perusahaan dari sisi ekonomi dan politis (Guthrie dan Parker, 1990
dalam Sayekti 2007). Penelitian Basamalah et. al, 2005 yang melakukan
review atas social and environmental reporting and auditing dari dua (2)
perusahaan di Indonesia, yaitu PT. Freeport Indonesia dan PT. Inti Indorayon,
mendukung prediksi legitimacy theory tersebut (Sayekti, 2007).
Pengungkapan informasi CSR itu sendiri merupakan suatu hal yang
bersifat endogeneous (Core, 2001; Healy dan Palepu, 2001 dalam Sayekti,
2007). Berbagai penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor determinan yang
mempengaruhi perusahaan dalam melakukan pengungkapan informasi CSR
telah banyak dilakukan. Ukuran perusahaan, profitabilitas, dan profil industri
berkorelasi positif dengan pengungkapan informasi CSR (Haniffa et al, 2005;
Cowen et al, 1997; Trotman et al, 1981; Kelly, 1981; Sembiring, 2003;
Sembiring, 2005; Sayekti, 2006; McGure et al, 1988; Roberts, 1992, Utomo
2000, dan Anggraini, 2006 dalam Sayekti, 2007). Penelitian sebelumnya
10
menemukan bahwa tingkat leverage juga berkorelasi dengan tingkat
pengungkapan informasi CSR, meskipun hasilnya beragam. Roberts (1992)
dalam Sayekti (2007) menemukan korelasi yang positif, sedangkan Sembiring
(2003) dan Sayekti (2006) menemukan korelasi yang negatif. Selanjutnya,
Haniffa et al (2005) dan Sembiring (2005) dalam Sayekti (2007) tidak
menemukan korelasi antara tingkat leverage dan pengungkapan CSR. Faktorfaktor corporate governance juga dikorelasikan dengan tingkat pengungkapan
informasi CSR dalam laporan tahunan perusahaan. Ukuran dewan komisaris,
ukuran komite audit, kualitas auditor eksternal, dan struktur kepemilikan
berkorelasi positif dengan pengungkapan CSR (Haniffa et al, 2005;
Sembiring, 2005; Anggraini, 2006; Sayekti, 2006 dalam Sayekti, 2007).
Ambar Retno (2007) yang melakukan analisis pengaruh corporate
social reporting terhadap corporate social responsibility dengan menganalisis
pengaruh ROE dan ROA terhadap corporate social reporting perusahaan
terbukti berpengaruh positif. Hal ini terjadi karena kinerja keuangan yang baik
mempunyai sumber daya berlebih yang dapat digunakan untuk aktivitas CSR
sehinggga nilai corporate social reporting perusahaan relatif lebih besar. Hal
ini juga menunjukan bahwa perusahaan yang mengimplementasikan CSR
yang dapat dilihat dari corporate social reporting akan mendapat banyak
keuntungan seperti kesetiaan pelanggan dan kepercayaan kreditor serta
investor. Semua ini memicu keuangan perusahaan menjadi lebih baik sehingga
perusahaan akan mendapatkan laba yang meningkat dimana ROE dan ROA
juga akan meningkat. Dapat disimpulkan bahwa salah satu cara untuk
11
meningkatkan kesejahteraan pemegang saham adalah dengan melakukan
aktivitas CSR.
Lely dahlia (2008) juga melakukan analisis pengaruh CSR terhadap
kinerja keuangan, hasil pengujian menunjukan bahwa tingkat pengungkapan
CSR dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh positif terhadap ROE
satu tahun kedepan (ukuran kinerja keuangan perusahaan). Sedangkan hasil
yang diperoleh dari pengujian kinerja
saham menunjukan bahwa tingkat
pengungkapan CSR dalam laporan tahunan perusahaan tidak berpengaruh
signifikan terhadap variabel Cumulative Abnormal Return/CAR (ukuran
kinerja saham perusahaan).
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka laporan keuangan
dapat dijadikan bahan analisis. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility-disingkat
CSR) terhadap laporan kinerja keuangan perusahaan. Untuk itu, peneliti
mencoba menelitinya dalam sebuah bentuk skripsi dengan judul : “Analisis
Kinerja Keuangan Perusahaan
Sebelum Dan Sesudah Menerapkan
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social ResponsibilityCSR). “ (Studi Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia_BEI).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti mencoba
mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1.
Apakah penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) memberi
dampak terhadap kinerja keuangan dalam hal ini adalah rasio
12
likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, rasio
pertumbuhan dan rasio nilai pasar.
2.
Apakah penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) memberi
dampak
terhadap
investasi,
pertumbuhan,
dan
keberlanjutan
(sustainability) perusahaan.
Dalam penelitian ini, peneliti membatasi pembahasannya dalam ruang
lingkup sebagai berikut:
1.
Ukuran kinerja keuangan digambarkan oleh rasio-rasio yang
dikelompokan sebagai berikut: rasio kiluiditas, rasio aktivitas, rasio
solvabilitas (leverage), rasio profitabilitas, rasio pertumbuhan, dan
rasio nilai pasar.
2.
Penelitian dilakukan pada perusahaan yang menerapkan program
corporate social responsibility (CSR).
B. Perumusan Masalah
Corporate social responsibility_CSR merupakan konsep yang sulit
dinilai sehingga diperlukan suatu laporan yang mengungkapkan aktivitas CSR
tersebut. laporan ini nantinya akan digunakan oleh para pemangku
kepentingan perusahaan untuk menilai apakah perusahaan telah memuaskan
pemangku kepentingan yang satu tanpa merugikan atau mengorbankan
pemangku kepentingan lainnya.
Perusahaan yang telah memutuskan akan mengalokasikan sejumlah
dana untuk aktivitas CSR, biasanya memiliki sumber daya yang berlebih yang
disebabkan oleh kinerja keuangan yang baik. Dengan adanya alokasi dana ini,
13
laba akan diterima oleh para pemegang saham sebagai pemilik perusahaan
yang menurun. Namun dengan adanya aktivitas CSR yang direprentasikan
dalam laporan berkelanjuatan, reputasi perusahaan akan meningkat karena
dianggap sebagai perusahaan yang peduli terhadap masyarakat dan lingkungan
sekitar. Nantinya diharapkan para pelanggan akan tetap setia menggunakan
produk perusahaan bahkan perusahaan mungkin akan mendapat pelanggan
baru.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, peneliti
merumuskan pokok permasalahan sebagai berikut:
1.
Bagaimana kinerja keuangan perusahaan dilihat di rasio likuiditas,
rasio
aktivitas,
rasio
solvabilitas,
pertumbuhan, rasio nilai pasar
rasio
profitabilitas,
rasio
sebelum dan sesudah menerapkan
Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social Responsibility- CSR) .
2.
Berapa besar pengaruh Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social
Responsibility- CSR) terhadap kinerja rasio keuangan perusahaan
dilihat di rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, rasio
profitabilitas, rasio pertumbuhan, rasio nilai pasar
sebelum dan
sesudah menerapkan Tanggung Jawab Sosial (Corporate Social
Responsibility- CSR).
14
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah peneliti
paparkan di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk menganalisis kinerja keuangan perusahaan dilihat di rasio
likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, rasio
pertumbuhan, rasio nilai pasar
sebelum dan sesudah menerapkan
Corporate Social Responsibility_CSR.
b.
Untuk menganalisis besarnya pengaruh tanggung jawab sosial
(Corporate Social Responsibility_CSR) terhadap kinerja keuangan
perusahaan dilihat di rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas,
rasio profitabilitas, rasio pertumbuhan, rasio nilai pasar .
2. Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat yang ingin di peroleh dari penelitian ini adalah :
a. Bagi Investor, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi
tambahan yang dapat digunakan sabagai bahan pertimbangan dalam
menentukan investasi yang lebih menguntungkan.
b. Bagi Perusahaan, perusahaan yang belum menerapkan tanggung jawab
sosial (Corporate Social Responsibility-CSR), penelitian ini dapat
dijadikan bahan pertimbangan untuk menerapkan program CSR, dan
hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kinerja
keuangan perusahaan.
15
c. Bagi Para Akademis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan perbandingan untuk penelitian-penelitian ilmiah yang lain atau
penelitian sejenis serta dapat menambah pengetahuan dan wawasan,
menambah pengalaman dalam mempraktekkan berbagai teori yang
pernah diterima selama kuliah terutama yang berhubungan dengan
manajemen keuangan.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pengukuran Kinerja
Arti kinerja adalah sesuatu yang dicapai, prestasi yang diperlihatkan
atau kemampuan kerja, sedangkan pengertian kinerja adalah suatu prestasi
yang diperlihatkan suatu perusahaan. Kinerja perusahaan adalah hasil dari
semua keputusan manajemen yang dilakukan secara terus menerus. Oleh
karena itu, untuk menilai kinerja perusahaan perlu mengkaitkannya dengan
kinerja kumulatif dan ekonomi dari keputusan-keputusan tersebut. Analisis
kinerja keuangan ini didasarkan pada data keuangan yang dipublikasikan
seperti tercermin dalam laporan keuangan yang dibuat sesuai dengan PrinsipPrinsip Akuntansi yang lazim digunakan (Christina, dkk 2001: 244).
Ada beberapa alternatif metode untuk menganalisis kinerja keuangan
yang biasa digunakan oleh perusahaan-perusahaan, antara lain : analisis
laporan keuangan (financial report), analisis arus kas (cash flow), neraca
(balance sheet), dan laporan rugi laba (income statement). Untuk mengukur
kinerja perusahaan dapat menggunakan beberapa indikator, salah satunya
indikatornya adalah menggunakan rasio keuangan. Analisis rasio-rasio
keuangan menjadi penting karena dapat digunakan sebagai alat ukur yang
akan menggambarkan kondisi dan prestasi yang dicapai oleh perusahaan
sekaligus akan menjawab pertanyaan kondisi perusahaan (Arifin, 2004: 8).
17
B. Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan
Menurut Dewi Astuti (2004:29), ”Laporan Keuangan adalah segala
sesuatu yang menyangkut penggunaan informasi akuntansi untuk membuat
keputusan bisnis dan investasi”.
Sedangkan
menurut
Dermawan
Sjahrial
(2007:64),
”Laporan
Keuangan adalah suatu gambaran dari suatu perusahaan pada waktu tertentu
(biasanya 1 periode akuntansi) dan memberikan gambaran tentang kondisi
keuangan yang dicapai perusahaan dalam waktu tersebut.”
Menurut
Bambang
Riyanto
(2001:261),
”Laporan
Keuangan
(Financial Statement) memberikan ikhtisar mengenai keadaan finansial suatu
perusahaan, dimana neraca mencerminkan nilai aktiva, hutang dan modal
sendiri pada suatu saat tertentu, dan laporan laba rugi mencerminkan hasilhasil yang dicapai selama suatu periode tertentu biasanya meliputi periode
satu tahun.
Dari pengertian-pengertian tersebut bahwasannya laporan keuangan
yang utama adalah neraca dan laporan rugi laba. Tetapi sering kali di temukan
laporan-laporan keuangan lainnya, seperti (TotoPrihadi, 2007:110).
• Laporan Perubahan Modal
• Laporan Arus Kas
• Laba ditahan
• Laporan Sumber dan Penggunaan Dana
• Laporan Modal Kerja
18
2. Sifat Laporan Keuangan
Sebelum mengetahui sifat laporan keuangan dan untuk lebih memahami
sifat-sifat laporan keuangan maka perlu diketahui bahwa ada 3 (tiga) hal
dalam proses akuntansi (Kasmir, 2008:11), yakni:
a. Fakta yang dicacat (recorded fact), angka-angka atau jumlah-jumlah yang
tercantum dalam laporan rugi laba atau neraca merupakan kumpulan dan
ringkasan dari catatan historis, yakni catatan yang benar-benar terjadi pada
masa lampau/lalu.
b. Prinsip dan kebiasaan dalam akuntansi (accounting convertion &
postulate), untuk memudahkan pencatatan dalam proses akuntansi
berdasarkan anggapan-anggapan yang lazim (GAAP).
c. Pendapatan pribadi (personal judgment), contohnya : mencatat nilai
persediaan (dimana masalah dapat dipilih apakah dengan menggunakan
metode FIFO, LIFO, atau Average), menaksir umur aktiva, menentukan
metode penyusunan (apakah straight line method atau declining method,
dan dalam mencadangkan kerugian atas piutang apakah menggunakan
balance Sheet atau Income Approach).
Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan maksud untuk
memberikan informasi dari posisi keuangan dan perubahan posisi keuangan
pada periode akuntansi sebagai hasil kegiatan usaha yang telah dilaksanakan
pada periode bersangkutan. Oleh karena itu, laporan keuangan memiliki 2
(dua) sifat, yaitu (Toto Prihadi,2007:7):
19
a. Historis, karena laporan merupakan akumulasi dari transaksi-transaksi
yang telah terjadi dalam suatu perusahaan pada masa yang bersangkutan.
b. Menyeluruh, karena merupakan akumulasi dari keseluruhan kegiatan usaha
yang diukur atau dinyatakan dengan satuan uang.
Laporan keuangan dibuat untuk menggambarkan perkembangan
kinerja suatu perusahaan. Dimana laporan keuangan bersifat historis dan
menyeluruh, yang dicatat berdasarkan fakta-fakta yang telah dicatat (recorded
fact), prinsip-prinsip kebiasaan atau anggapan-anggapan didalam akuntansi
(accounting convertion & postulate) dan pendapat pribadi (personal judment)
(Toto Prihadi,2007:7).
.
3. Jenis Laporan Keuangan
Menurut Brealey dkk (2008:56) laporan keuangan yang biasa
digunakan oleh perusahaan dalam menggambarkan kondisi keuangan dan
kinerja perusahaan adalah Neraca (Balance Sheet), laporan rugi laba (Income
Statement), dan laporan Arus Kas (cash Flow).
a. Neraca (Balance Sheet)
Menurut Toto Prihadi (2007:37), neraca (Balance Sheet) adalah
yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu
tertentu, tentang aktiva, kewajiban, dan ekuitas para pemilik perusahaan.
Bentuk laporan mengikuti persamaan neraca sebagai berikut:
Aktiva = Kewajiban + Equitas pemegang saham.
Aktiva mewakili seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan. Di mana
aktiva terdiri dari 3 (tiga) kategori, yakni:
20
1) Aktiva Lancar (Current assets) yang terdiri atas kas, surat berharga
yang mudah dijual, piutang dagang, persediaan barang dagang serta
beban dibayar dimuka.
2) Aktiva Tetap atau jangka panjang (fixed or long term assets), yang
terdiri atas peralatan, bangunan, serta tanah, dan
3) Aktiva Lain (other assets), aktiva yang tidak termasuk dalam aktiva
lancar maupun tetap perusahaan, seperti hak paten, investasi jangka
panjang dalam surat berharga, dan goodwill.
Sedangkan kewajiban dan ekuitas pemegang saham (passiva)
menunjukkan bagaimana seluruh sumber daya perusahaan tersebut
didanai. Kewajiban (liabilities) mencakup kredit dari pemasok (kewajiban
dagang) atau pinjaman dari bank (termasuk wesel bayar atau hipotek).
Ekuitas pemegang saham terdiri dari investasi para pemegang saham
dalam perusahaan (nilai par + agio saham) serta saldo laba. Adapun
bentuk penyajian neraca dapat dilakukan dengan 2 (dua) bentuk, yaitu:
bentuk skontro dan bentuk stafel (Brealey dkk, 2008:56).
b. Laporan Rugi Laba (Income Statement)
Menurut
Brealey
dkk
(2008:61)
laporan
Rugi
Laba
menggambarkan pendapatan bersih (net income) perusahaan pada periode
tertentu. Laporan ini menunjukan pendapatan dari penjualan, berbagai
biaya, dan laba yang diperoleh oleh perusahaan selama periode tertentu.
21
c. Laporan Arus Kas (Cash Flow)
Dan menurut Brealey dkk (2008:56) Laporan Arus Kas merupakan
laporan keluar masuknya kas/dana. Informasi yang digunakan pada
laporan ini dari neraca dan laporan rugi laba untuk menggambarkan
sumber dan penggunaan kas pada periode tertentu dalam perusahaan.
Menurut Toto Prihadi (2007:68) Terdapat 3 (tiga) kelompok utama
dalam menghasilkan arus kas, yaitu:
1) Arus Kas Operasional, arus kas dihasilkan dari pengumpulan kas yang
berasal dari konsumen, pembayaran kepada pemasok, arus kas keluar
dari kegiatan operasi lainnya, seperti beban pemasaran dan
administrasi, serta pembayaran bunga dan pembayaran tunai untuk
pajak.
2) Arus Kas investasi, arus kas yang dikeluarkan untuk investasi, seperti
pembelian aktiva tetap, aktiva lancar, dan hak paten.
3) Arus Kas Transaksi Pendanaan, arus kas yang berkaitan dengan
pendanaan, termasuk semua arus kas baik masuk (inflow) maupun
keluar (outflow) kepada ataupun dari para investor perusahaan, baik
pemberi pinjaman maupun pemilik.
4. Pihak-Pihak Yang Membutuhkan Laporan Keuangan
Adapun
pihak-pihak
yang
keuangan adalah (Toto Prihadi, 2007:5):
22
membutuhkan
informasi
laporan
a.
Para pemilik perusahaan, yang berguna untuk menilai hasil kerja,
sukses atau tidaknya manajer yang diberi kepercayaan oleh pemegang
saham dalam mengendalikan perusahaan.
b.
Manajer perusahaan, dimana untuk menyusun suatu rencana dan
kebijakan yang lebih baik, memperbaiki kepemimpinan yang lalu dan
lain sebagainya.
c.
Investor, Bankers dan kreditor, untuk menentukan prospek keuntungan
perusahaan di masa yang akan datang, mengetahui jaminan kerja
investasinya, kondisi kerja pimpinan perusahaan dan kondisi keuangan
baik jangka pendek maupun jangka panjang.
d.
Pemerintah, dimana untuk kepentingan pajak, dan masalah-masalah
tenaga kerja serta kebijaksanaan lain yang dapat menunjang peningkatan
ekonomi secara nasional.
C. Rasio Keuangan
1. Pengertian Rasio Keuangan
Menurut Bambang Riyanto (2001:263), ”Rasio Keuangan adalah alat
yang dinyatakan dalam ”Arithmatical Term”
yang digunakan untuk
menjelaskan hubungan antara dua macam data finansial.”
Rasio Keuangan merupakan alat utama untuk menganalisis keuangan.
Analisis rasio keuangan merupakan instrumen analisis prestasi perusahaan
yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan yang ditunjukan
untuk menunjukan perubahan dalam kondisi keuangan atau prestasi dimasa
lalu dan membantu menggambarkan trend pola perubahan tersebut, kemudian
23
menunjukan resiko dan peluang yang melekat pada perusahaan yang
bersangkutan. Makna dan kegunaan rasio keuangan dalam praktek bisnis pada
kenyataannya bersifat subyektif tergantung kepada untuk apa suatu analisis
dilakukan dalam konteks apa analisis tersebut diaplikasikan. Dari pengertian
tersebut, bahwa analisis rasio merupakan suatu metode perhitungan untuk
menilai kinerja keuangan dan status suatu perusahaan (Arifin, 2004: 7).
2. Jenis Rasio Keuangan
Menurut Harahap Sofyan (2008:301), ada beberapa rasio keuangan
yang sering digunakan antara lain adalah:
a. Rasio Likuiditas
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi
seluruh kewajibannya yang sudah jatuh tempo. Menurut Harahap Sofyan
(2008:301), pengertian likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk
menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Menurut Suad Husnan dan Enny
Pudjiastuti, rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek.
Menurut Johar Arifin (2004:8), rasio likuiditas mengukur kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Rasio yang
mungkin digunakan adalah Modal kerja Netto dengan total aktiva, jadi,
likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi segala
kewajibannnya yang sudah jatuh tempo dengan menggunakan pembayaran
yang likuid. Alat-alat likuid ini merupakan suatu kekuatan untuk membayar
24
utang-utang jangka pendek, maka perusahaan itu dalam keadaan likuid. Rasio
likuiditas dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
likuiditas =
aktiva lancar
hu tang lancar
x 100 %
Ada beberapa rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas
perusahaan antara lain adalah Current Ratio, Cash Ratio, dan Quick (Acid test)
Ratio (Toto Prihadi, 2007:118).
Current ratio atau Rasio Lancar adalah perbandingan antara jumlah aktiva
lancar (current ratio) dengan hutang lancar (current liabilities). Current
ratio merupakan ukuran yang sangat berharga untuk mengukur
kesanggupan suatu perusahaan untuk memenuhi current obligation-nya.
Perhitungan rasio ini bertujuan untuk mengetahui sampai seberapa jauh
sebenarnya jumlah aktiva lancar perusahaan dapat menjamin utang kepada
kreditur jangka pendek. Semakin tinggi rasio berarti semakin terjamin
utang-utang perusahaan kepada kreditor. Current Ratio dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
Current Ratio =
Current Asset
x 100%
Current Liabilities
Cash Ratio (Ratio of Immediate Solvency) adalah kemampuan perusahaan
untuk menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang yang
harus dipenuhi dengan menggunakan kas atau setara dengan kas, misalnya
surat berharga yang dapat segera diuangkan. Rasio ini untuk mengukur
25
jumlah kas tersedia dibanding dengan utang lancar. Cash Ratio di hitung
dengan rumus :
Cash Ratio =
Cash+ Efek
x 100%
Current Liabilities
Quick Ratio merupakan Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar hutang yang harus segera dilunasi dengan aktiva lancar
yang lebih likuid tanpa memperhitungkan persediaan yang telah jatuh
tempo. Quick Ratio di hitung dengan rumus :
Quick Ratio =
Quick Cash + Efek + Account Re ceivable
x 100%
Current Liabilities
b. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)
Rasio aktivitas menunjukkan sejauh mana efisiensi perusahaan dalam
menggunakan asset-asset untuk memperoleh penjualan. Rasio Aktivitas
mengukur tingkat efektivitas penggunaan asset perusahaan. Rasio ini juga
sering disebut rasio perputaran atau turnover. Secara umum semakin tinggi
perputaran berarti semakin efektif tingkat penggunaan asset perusahaan. (Toto
Prihadi, 2007:115).
Adapun Ratio aktivitas ini dapat dihitung dengan menggunakan
rumus-rumus berikut ini :
26
Fixed Asset Turnover =
Sales
x100%
Net Fixed Asset
Total Asset Turnover =
Sales
x100%
Net Total Asset
c. Rasio Solvabilitas (Solvency Ratio)
Rasio Solvabilitas (Solvency Ratio) bisa dikenal juga dengan istilah
Ratio Leverage. Menurut Harahap Sofyan (2008:303), Rasio Solvabilitas
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi.
Menurut Toto Prihadi (2007:123), Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)
adalah rasio hubungan antara utang aset dan resiko. Rasio ini menunjukkan
kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik jangka pendek maupun
jangka panjang. Menurut Bambang Riyanto (2001:331), Rasio Solvabilitas
adalah rasio-rasio yang dimaksudkan untuk mengukur sampai berapa jauh
aktiva perusahaan dibiayai dengan utang (debt to total asset ratio). Sedangkan
menurut Martono, Ratio Leverage merupakan rasio hutang dengan total
aktiva. Dalam hal ini, maka rasio tersebut menunjukan proporsi hutang yang
dipergunakan untuk membiayai perusahaan.
Tujuan dari rasio solvabilitas merupakan tujuan jangka pendek
maupun jangka panjang perusahaan dalam arti untuk mengantisipasi agar
investor dan pihak-pihak yang berpiutang pada suatu perusahaan dapat
27
menarik dananya dengan baik bila suatu perusahaan harus dibubarkan atau
dilikuidasi. Rasio solvabilitas akan sangat berpengaruh pada resiko tingkat
kreditur pada suatu perusahaan, oleh karena itu mempunyai tingkat
solvabilitas lebih dari 100% dapat dikatakan perusahaan itu cukup solvable,
karena apabila perusahaan terpaksa harus dilikuidasi maka akan dapat
membayar hutang-hutang jangka pendek maupun jangka panjang. Dasar
pendekatannya adalah neraca atau laba rugi. Perhitungan rasio ini dengan
mengunakan rumus berikut:
Debt Ratio =
Total Liabilitie s
x 100 %
Total Asset
d. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)
Menurut Johar Arifin (2004:13), rasio profitabilitas merupakan rasio
ynag digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh
laba dengan menggunakan modal tertentu. Profitabilitas dianggap sebagai alat
yang valid dalam mengukur hasil pelaksanaan operasi perusahaan, karena
profitabilitas merupakan alat pembandingan pada berbagai alternatif investasi
yang sesuai dengan tingkat risiko. Semakin besar risiko investasi, diharapkan
profitabilitas yang diperoleh semakin tinggi pula.
Menurut Harahap Sofyan (2008:304) Profitabilitas adalah kemampuan
perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang
ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang,
dan sebagainya.
28
Menurut Toto Prihadi (2007:119), Profitabilitas adalah kemampuan
menghasilkan laba. Dalam analisis rasio, kemampuan menghasilkan laba
dapat dikaitkan dengan penjualan, aset, atau modal Adapun perhitungan Rasio
Profitabilitas ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus-rumus berikut :
Return On Asset =
EBIT
Total Asset
Re turn on Equity =
x100%
Net Income
x100%
Stockholder ' s Equity
e. Rasio Pertumbuhan (Growth Ratio)
Rasio Pertumbuhan digunakan untuk mengukur seberapa baik
perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya dalam pertumbuhan
ekonomi secara keseluruhan dan industri. Sehingga yang dimaksud
pertumbuhan dalam hal ini adalah pertumbuhan yang timbul sebagai
pencerminan produktivitas perusahaan. Menurut Harahap Sofyan (2008:309),
Rasio
Pertumbuhan
adalah
rasio
yang
menggambarkan
persentasi
pertumbuhan pos-pos perusahaan dari tahun ke tahun. Salah satu bagian dari
rasio ini adalah rasio Earning Per Share (EPS). Rasio ini sering kali disebut
pula sebagai jumlah kali dari pembelian hasil lancar dengan harga pasar.
Jadi, Earning Per Share (EPS) adalah pendapatan bersih dengan
jumlah saham yang dikeluarkan. EPS menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk mendistribusikan pendapatan kepada pemegang saham. Semakin tinggi
kemampuan perusahaan untuk mendistribisikan pendapatan kepada pemegang
29
saham, mencerminkan semakin besar keberhasilan usaha yang dijalankan.
EPS perusahaan digunakan untuk mengukur pendapatan yang dapat dinikmati
pemegang saham setelah dikurangi pajak (Toto Prihadi,2007:125).
Laba merupakan alat pengukur utama kesuksesan suatu perusahaan,
namun dianalisis harus menghubungkan laba dengan total aktiva dan equitas
saham biasa untuk menghindari adanya kerancuan. Penentuan EPS adalah
pengembalian atas equitas pemegang saham dan nilai buku perlembar saham.
Tujuan perhitungan EPS adalah untuk melihat progress dari operasi
perusahaan, menentukan harga saham dan menentukan besarnya deviden yang
akan dibagikan. Pada umumnya pemegang saham tertarik pada EPS yang
besar karena hal ini merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu
perusahaan. Dengan demikian EPS adalah pendapatan bersih yang diperoleh
dari setiap jumlah lembar saham yang beredar dengan tujuan untuk melihat
progress dari operasi perusahaan yang menentukan harga pasar saham dan
menentukan besarnya deviden yang akan dibagikan. EPS dapat di hitung
dengan rumus(Harahap, 2008:309) :
EPS=
Laba bersih
x 100 %
Jumlahsaham yang beredar
f. Rasio Nilai Pasar (Market Value Ratio)
Menurut Dewi astuti (2004:38), Rasio Nilai Pasar adalah sekumpulan
rasio yang menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba dan nilai
buku per saham. Sedangkan menurut Toto Prihadi (2007:125), rasio ini untuk
mengetahui hubungan antara harga saham terhadap laba dan nilai buku saham.
30
Rasio ini juga digunakan untuk indikasi investor dalam melihat masa lalu dan
prospek di masa depan.
Rasio nilai pasar merupakan ukuran yang paling lengkap tentang
prestasi
perusahaan,
karena
mencerminkan
rasio
resiko
dan
rasio
pengembalian. Salah satu bagian dari rasio ini adalah price book value (PBV).
Rasio PBV digunakan untuk mengetahui seberapa besar harga saham yang ada
di pasar dibandingkan dengan nilai buku sahamnya (Sofyan Harahap,
2008:311). Semakin tinggi resiko ini semakin besar tambahan wealth
(kekayaan) yang dimiliki oleh pemilik kekayaan.
3. Cara Menganalisis Rasio Keuangan
Menurut bambang Riyanto (2001:236), “cara menganalisis rasio
keuangan dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara perbandingan, yaitu:
1. Membandingkan rasio sekarang (Present Ratio) dengan rasio-rasio dari
waktu-waktu yang lalu (Rasio historis) atau dengan rasio-rasio yang
diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang
sama.
2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (company Ratio)
dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri
untuk waktu yang sama. Dengan membandingkan rasio perusahaan dengan
rasio industri akan dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan
dalam aspek finansial tertentu berada diatas rata-rata industri
average) atau sebaliknya below average.
31
(above
D. Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance)
1. Latar Belakang Tata Kelola Perusahaan Di Indonesia
Perusahaan
membutuhkan
modal
untuk
menjalankan
aktivitas
operasionalnya. Modal ini dapat berasal dari pinjaman melalui hutang atau
melalui penjualan saham. Oleh karena itu, perusahaan harus memastikan
kepada pemberian dana bahwa dana tersebut digunakan sesuai dengan
perjanjian dan seefisien mungkin. Intinya manajemen akan melakukan yang
terbaik bagi perusahaan. Dengan adanya sistem tata kelola perusahaan
(Corporate Governance) manajemen dapat memberikan kepastian tersebut.
Sistem tata kelola perusahaan yang baik dapat memberikan perlindungan
efektif kepada para pemegang saham dan pihak kreditor sehingga mereka
yakin dapat memperoleh kembali investasinya dengan wajar dan bernilai
tinggi. Oleh karena itu, sistem tersebut harus juga membantu menciptakan
lingkungan yang kondusif terhadap pertumbuhan sektor usaha yang efisien
dan berkesinambungan (forum for governence in indonesia dalam Daniri,
2006:4).
Konsep tata kelola perusahaan mulai dikenal setelah terjadinya krisis
ekonomi pada tahun 1997-1998. Tata kelola perusahaan yang pernah
dikatakan sebagai salah satu penyebab krisis yang telah membuat banyak
masyarakat menderita (Kiroyan, 2006). Mulai dari harga-harga yang
meningkat drastis sampai krisis kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah
yang dirasa tidak mampu melakukan perubahan kearah yang lebih baik.
32
Atas dasar inilah pada bulan Agustus 1999 didirikanlah komite
nasional kebijakan Corporate Governance dengan Surat MenkoEKUIN.
Kemudian, pada bulan maret 2001 untuk pertama kalinya diterbitkan pedoman
Good Corporate Governance (Kiroyan, 2006). Sedangkan menurut Syakhroza
(2002) terdapat beberapa pemacu keburukan tata kelola perusahaan, antara
lain:
•
Perubahan lingkungan yang sangat cepat dan berdampak pada perubahan
peta kompetisi pasar global. Kompetisi ini terus meningkat karena dipacu
oleh kecanggihan teknologi dan deregulasi ekonomi dan pada gilirannya
memberikan implikasi terhadap eksistensi perusahaan melalui privatisasi
dan restrukturisasi.
•
Semakin banyak dan kompleksnya pihak-pihak yang berkepentingan
dengan perusahaan termasuk kompleksnya pola struktur kepemimpinan
sehingga berimplikasi terhadap manajemen pemangku kepentingan.
2. Definisi Tata Kelola Perusahaan (Corporate Governance)
Istilah Corporate Governance dapat didefinisikan dari berbagai
disiplin ilmu (Turnbull, 2000 dalam Tim study penerapan Prinsip-prisip
OECD 2004, Bapepam, 2006); misalnya hukum, pisikologi, ekonomi,
manajemen, keuangan, akuntansi, filsafat bahkan dalam disiplin ilmu agama.
Oleh karena itu, seringkali kita melihat beberapa pakar mendenifisikan
Corporate Governance secara eksplisit berbeda. Adapun beberapa definisi
Corporate Governance yang dapat dihimpun dari berbagai sumber antara lain
sebagai berikut :
33
Menurut Sir Adrian Cadbury dalam Daniri (2006:7) “Global
Corporate Governance Forum – World Bank, 2000”, menjelaskan Corporate
Governance sebagai berikut: "Corporate Governance is concerned with
holding the balance between economic and social goals and between
individual and communal goals. The corporate governance framework is there
to encourage the efficient use of resources and equally to require
accountability for the stewardship of those resources. The aim is to align as
nearly as possible the interests of individuals, corporations and society" .
Penjelasan ini menekankan bahwa Corporate Governance merupakan
keseimbangan antara tujuan ekonomi dan tujuan sosial serta tujuan individu
dan tujuan komunitas. Disamping itu juga menekankan akuntabilitas dalam
pengelolaan segala sumber daya yang memperhatikan seluruh kepentingan
baik individu, perusahaan dan masyarakat.
Menurut Shann Turnbull (2000 Turnbull, 2000 dalam Tim study
penerapan Prinsip-prisip OECD 2004, Bapepam, 2006) mendefinisikan
Corporate Governance sebagai berikut: “Corporate Governance describes all
the the influences affecting the institutional processes including those for
appointing the controllers and/or regulators, involved in organizing the
production and sale of goods and services”.
Turnbull lebih menekankan bagaimana melakukan tata kelola dalam
sebuah organisasi dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi
kepada proses organisasi dalam rangka menghasilkan dan menjual barang atau
jasa. Disamping itu, Turnbull juga berpendapat bahwa penunjukkan
34
“controllers dan regulators” merupakan juga substansi penting dalam
membangun Good Corporate Governance.
Sedangkan Achmad Syakhroza (2002) mendefinisikan Corporate
Governance secara lebih gamblang, mudah dan jelas dimana ia mengatakan
bahwa: “Corporate Governance adalah suatu sistem yang dipakai “Board”
untuk mengarahkan dan mengendalikan serta mengawasi (directing,
controlling, and supervising) pengelolaan sumber daya organisasi secara
efisien, efektif, ekonomis, dan produktif – E3P dengan prinsip-prinsip
transparan, accountable, responsible, independent, dan fairness – TARIF dalam rangka mencapai tujuan organisasi”.
Kemudian definisi Corporate Governance sesuai dengan Surat
Keputusan Menteri BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 31 Juli 2002
tentang penerapan praktik GCG pada BUMN adalah: “Suatu proses dan
struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan
usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham
dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder
lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika”.
Definisi
ini
menekankan
pada
keberhasilan
usaha
dengan
memperhatikan akuntabilitas yang berlandaskan pada peraturan perundangan
dan nilai-nilai etika serta memperhatikan stakeholders yang tujuan jangka
panjangnya adalah untuk mewujudkan dan meningkatkan nilai pemegang
saham.
35
Organization of Economic Cooperation and Development (OECD)
mendefiniskan
Corporate
Governance
sebagai
berikut:
“Corporate
Governance is the system by which business corporations are directed and
controlled. The Corporate Governance structure specifies the distribution of
the right and responsibilities among different participants in the corporation,
such as the board, managers, shareholders, and other stakeholders, and spells
out the rules and procedures for making decisions on corporate affairs. By
doing this, it also provides this structure through which the company
objectives are set, and the means of attaining those objectives and monitoring
performance”.
OECD melihat Corporate Governance sebagai suatu sistem dimana
sebuah perusahaan atau entitas bisnis diarahkan dan diawasi. Sejalan dengan
itu, maka struktur dari Corporate Governance menjelaskan distribusi hak-hak
dan tanggung jawab dari masing-masing pihak yang terlibat dalam sebuah
bisnis, yaitu antara lain Dewan Komisaris dan Direksi, Manajer, Pemegang
saham, serta pihak-pihak lain yang terkait sebagai stakeholders. Selanjutnya,
struktur dari Corporate Governance juga menjelaskan bagaimana aturan dan
prosedur dalam pengambilan dan pemutusan kebijakan sehingga dengan
melakukan itu semua maka tujuan perusahaan dan pemantauan kinerjanya
dapat dipertangungjawabkan dan dilakukan dengan baik.
3. Perkembangan Konsep Corporate Governance
Selama 10 (sepuluh) tahun terakhir ini, istilah Good Corporate
Governance (GCG) kian populer. Tak hanya populer, tetapi istilah tersebut
36
juga ditempatkan di posisi terhormat. Hal itu, setidaknya terwujud dalam 2
(dua) keyakinan yang pertama, GCG merupakan salah satu kunci sukses
perusahaan untuk tumbuh dan menguntungkan dalam jangka panjang,
sekaligus memenangkan persaingan bisnis global, terutama bagi perusahaan
yang telah mampu berkembang sekaligus menjadi terbuka. Kedua, krisis
ekonomi dunia di kawasan Asia dan Amerika Latin yang diyakini muncul
karena kegagalan penerapan GCG. Di antaranya, Sistem Regulatory yang
payah, Standar Akuntansi dan Audit yang tidak konsisten, praktek perbankan
yang lemah, serta pandangan Board of Directors (BOD) yang kurang peduli
terhadap hak hak pemegang saham minoritas (Daniri, 2006:3).
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka tidak mengherankan jika
selama dasawarsa 1990-an, tuntutan terhadap penerapan GCG secara
konsisten dan komprehensif datang secara beruntun. Mereka yang
menyuarakan hal itu di antaranya adalah berbagai lembaga investasi baik
domestik maupun mancanegara, termasuk institusi sekaliber World Bank,
IMF, OECD, dan APEC. Dengan melontarkan beberapa prinsip umum dalam
Corporate Governance seperti fairness, transparency, accountability,
stakeholder concern, dapat disimpulkan bahwa penerapan GCG diyakini akan
menolong perusahaan dan perekonomian negara yang sedang tertimpa krisis
bangkit menuju ke arah yang lebih sehat, maju, mampu bersaing, dikelola
secara dinamis serta profesional. Ujungnya adalah dayasaing yang tangguh,
yang diikuti pulihnya kepercayaan investor. Sangat jelas bahwa perhatian
terhadap corporate governance belakangan ini terutama dipicu oleh skandal
37
spektakuler perusahaan-perusahaan publik di Amerika dan Eropa, seperti
Enron, Worldcom, Tyco, London & Commonwealth, Poly Peck, Maxwell,
dan lain-lain (Daniri, 2006:4).
Dalam tim studi pengkajian prinsip-prinsip OECD 2004, Cadbury
Report (UK) dan Treadway Report (US) secara mendasar menyebutkan bahwa
keruntuhan
perusahaan-perusahaan
publik
tersebut
dikarenakan
oleh
kegagalan strategi maupun praktik curang dari manajemen puncak yang
berlangsung tanpa terdeteksi dalam waktu yang cukup lama karena lemahnya
pengawasan yang independen oleh Corporate Boards. Isu Corporate
Governance itu sendiri muncul sejak diperkenalkannya pemisahan antara
kepemilikan dan pengelolaan perusahaan. Namun, istilah Corporate
Governance itu sendiri secara eksplisit muncul pertama kali pada tahun 1984
dalam tulisan Robert I. Tricker berjudul “Corporate Governance – Practices,
Procedures, and Power in British Companies and Their Board of Directors”.
Di dalam bukunya tersebut Tricker memandang Corporate Governance
memiliki 4 (empat) kegiatan utama, kegiatan utama itu adalah :
a. Direction, formulating the strategic direction from the future of the
enterprise in the long term.
b. Executive action, involvement in crucial executive decisions.
c. Supervision, monitoring and oversight of management performance.
d. Accountability, recognizing responsibilities to those making legitimate
demand for accountability.
38
Sedangkan dalam konsep Corporate Governance terdapat 2 (dua) teori
utama yang terkait yaitu stewardship theory dan agency theory (Mas Achmad
Daniri, 2006:5). Stewardship theory dibangun diatas asumsi filosofis
mengenai sifat manusia yakni bahwa manusia pada hakekatnya dapat
dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki
integritas, dan kejujuran terhadap pihak lain. Inilah yang tersirat dalam
hubungan fidusia yang dikehendaki para pemegang saham. Dengan kata lain,
stewardship theory memandang manajemen sebagai dapat dipercaya untuk
bertindak dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan publik pada umumnya
maupun shareholders pada khususnya. Sementara itu, agency theory yang
dikembangkan oleh Michael Johnson, seorang professor dari Harvard,
memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai ‘agents’ bagi para
pemegang
saham,
akan
bertindak
dengan
penuh
kesadaran
bagi
kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak yang arif dan bijaksana serta adil
terhadap pemegang saham sebagaimana diasumsikan dalam stewardship
model. Bertentangan dengan stewardship theory, agency theory memandang
bahwa manajemen tidak dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaikbaiknya bagi kepentingan publik pada umumnya maupun shareholders pada
khususnya.
Dalam perkembangan selanjutnya, agency theory mendapat respons
lebih luas karena dipandang lebih mencerminkan kenyataan yang ada.
Berbagai pemikiran mengenai Corporase Governance berkembang dengan
bertumpu pada agency theory dimana pengelolaan perusahaan harus diawasi
39
dan dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan
penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku.
Upaya ini menimbulkan apa yang disebut sebagai agency costs, yang menurut
teori ini harus dikeluarkan sedemikian rupa sehingga biaya untuk mengurangi
kerugian yang timbul karena ketidakpatuhan setara dengan peningkatan biaya
enforcement-nya. Agency costs ini mencakup biaya untuk pengawasan oleh
pemegang
saham;
biaya
yang
dikeluarkan
oleh
manajemen
untuk
menghasilkan laporan yang transparan, termasuk biaya audit yang independen
dan pengendalian internal, serta biaya yang disebabkan karena menurunnya
nilai kepemilikan pemegang saham sebagai bentuk ‘bonding expenditures’
yang diberikan kepada manajemen dalam bentuk opsi dan berbagai manfaat
untuk tujuan menyelaraskan kepentingan manajemen dengan pemegang
saham.
4. Prinsip-Prinsip OECD 2004 Mengenai Corporate Governance
Prinsip-prinsip OECD 2004 mengenai Coporate Governance ini
menjadi acuan masyarakat internasional dalam pengembangan Corporate
Governance, namun OECD menjelaskan tidak satu modal pengembangan
Corporate Governance yang cocok untuk semua negara, masing-masing
negara memiliki karakteristik yang berbeda. Salah satu contoh adalah
perbedaan sistem yang digunakan dalam perusahaan. Beberapa negara
menggunakan one tier system dimana pengawas perusahaan disebut “Board”
dan pengurus perusahaan disebut “Key Executives”. Sementara itu banyak
juga negara yang menggunakan two tier system dimana pengawasan
40
perusahaan dilakukan oleh “Board of Commisoner” dan pengurusan
perusahaan dilakukan oleh “Directors”. Oleh karena itu, penerjemahan yang
dilakukan dalam studi ini adalah mengikuti sistem dimana Indonesia
menggunakan two tier system, sehingga istilah “Board” dalam OECD
diartikan sebagai “Dewan Komisaris, dan “Key Executives” sebagai
“Direksi”.
Secara umum terdapat 6 (enam) prinsip Corporate Governance dalam
Prinsip-prinsip OECD 2004 mengenai Corporate Governance. Keenam
prinsip ini menjelaskan hal-hal yang mencakup, kerangka dasar Corporate
Governance, hak pemegang saham, kesetaraan perlakuan pemegang saham,
peranan stakeholders, keterbukaan dan transparansi, serta tanggung jawab
dewan komisaris (Tim studi pengkajian prinsip-prinsi OECD 2004, 2006).
Keenam prinsip-prinsip OECD 2004 mengenai Corporate Governance itu
dapat dijelaskan sebagai berikut :
• Prinsip I: Menjamin Kerangka Dasar Corporate Governance yang Efektif
Prinsip I OECD ini menekankan pada hal-hal untuk memastikan
bahwa dasar atau basis bagi pengembangan kerangka Corporate Governance
yang efektif. Secara umum prinsip I menyatakan bahwa “Corporate
Governance harus dapat mendorong terciptanya pasar yang transparan dan
efisien, sejalan dengan perundangan dan peraturan yang berlaku, dan dapat
dengan jelas memisahkan fungsi dan tanggungjawab otoritas-otoritas yang
memiliki pengaturan, pengawasan, dan penegakan hukum”. Dalam rangka
41
memastikan terciptanya kerangka Corporate Governance yang efektif
diperlukan kerangka hukum yang efektif.
Selanjutnya, pengaturan dan kelembagaan yang ada juga harus dapat
menjamin semua pihak dalam menjalankan kegiatannya. Kerangka Corporate
Governance ini biasanya mengandung unsur-unsur perundang-undangan,
peraturan pelaksana, peraturan lain yang disusun berdasarkan aturan SelfRegulatory, komitmen-komitmen antar pihak yang disepakati, dan paktik
bisnis yang lazim di suatu negara atau wilayah. Selanjutnya, unsur-unsur
tersebut sangat dipengaruhi oleh keadaan suatu negara terkait dengan sejarah
dan budaya negara tersebut. Oleh karena itu, kerangka Corporate Governance
ini tentunya juga akan memerlukan penyesuaian berdasarkan keadaan dan
latar belakang negara yang bersangkutan.
Bagi negara yang akan menerapkan prinsip-prinsip Corporate
Governance perlu kiranya memperhatikan hal-hal tersebut di atas. Hal ini,
bertujuan untuk menjaga dan memperkuat kontribusi kepada integritas pasar
dan kinerja ekonomi secara umum.
• Prinsip II: Hak-hak Pemegang Saham dan Fungsi-fungsi Penting
Kepemilikan Saham
Prinsip Corporate Governance yang kedua dari OECD pada dasarnya
mengatur mengenai Hak-hak Pemegang Saham dan fungsi-fungsi kepemilikan
saham. Hal ini terutama mengingat investor saham dari suatu perusahaan
publik, memiliki hak-hak khusus seperti saham tersebut dapat dibeli, dijual
ataupun ditransfer. Pemegang saham tersebut juga berhak atas keuntungan
perusahaan sebesar porsi kepemilikannya. Selain itu, kepemilikan atas suatu
42
saham mempunyai hak atas semua informasi perusahaan dan mempunyai hak
untuk mempengaruhi jalannya perusahaan melalui Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS).
• Prinsip III: Perlakuan yang sama terhadap Pemegang Saham
Pada prinsip ke-3 ini ditekankan perlunya persamaan perlakuan kepada
seluruh pemegang saham termasuk pemegang saham minoritas dan pemegang
saham asing. Prinsip ini menekankan pentingnya kepercayaan investor di
pasar modal. Untuk itu, industri pasar modal harus dapat melindungi investor
dari perlakuan yang tidak benar yang mungkin dilakukan oleh manajer, dewan
komisaris, dewan direksi atau pemegang saham utama perusahaan. Pada
praktiknya pemegang saham utama perusahaan mempunyai kesempatan yang
lebih banyak untuk memberikan pengaruhnya dalam kegiatan operasional
perusahaan.
Dari praktik ini, seringkali transaksi yang terjadi memberikan manfaat
hanya kepada pemegang saham utama atau bahkan untuk kepentingan direksi
dan komisaris. Dari kemungkinan terjadinya usaha-usaha yang dapat
merugikan kepentingan investor, baik lokal maupun asing, maka prinsip ini
menyatakan bahwa untuk melindungi investor, perlu suatu informasi yang
jelas mengenai hak dari pemegang saham, seperti hak untuk memesan efek
terlebih dahulu, hak pemegang saham utama untuk memutuskan suatu
keputusan tertentu, dan hak untuk mendapatkan perlindungan hukum jika
suatu saat terjadi pelanggaran atas hak pemegang saham tersebut.
43
• Prinsip IV: Peranan Stakeholders dalam Corporate Governance
Prinsip IV (keempat) OECD ini membahas mengenai peranan
Stakeholders dalam Corporate Governance (CG). Secara umum, prinsip ini
menyatakan bahwa: “Kerangka Corporate Governance harus mengakui hak
stakeholders yang dicakup oleh perundang-undangan atau perjanjian (mutual
agreements) dan mendukung secara aktif kerjasama antara perusahaan dan
stakeholders dalam menciptakan kesejahteraan, lapangan pekerjaan, dan
pertumbuhan yang bekesinambungan (sustainibilitas) dari kondisi keuangan
perusahaan yang dapat diandalkan”.
Pernyataan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: para pemangku
kepentingan (stakeholder) seperti investor, karyawan, kreditur dan pemasok
memiliki sumberdaya yang dibutuhkan oleh perusahaan. Sumberdaya yang
dimiliki oleh stakeholder tersebut harus dialokasikan secara efektif untuk
meningkatkan efisiensi dan kompetisi perusahaan dalam jangka panjang.
Alokasi yang efektif dapat dilakukan dengan cara memelihara dan
mengoptimalkan kerja sama para stakeholder dengan perusahaan. Hal
tersebut, dapat tercapai dengan penerapan kerangka Corporate Governance
dalam pengelolaan perusahaan yaitu dengan adanya jaminan dari perusahaan
tentang perlindungan kepentingan para pemangku kepentingan baik melalui
perundang-undangan maupun perjanjian.
• Prinsip V: Keterbukaan dan Transparansi
Pada prinsip ke-5 ini ditegaskan bahwa kerangka kerja Corporate
Governance harus memastikan bahwa keterbukaan informasi yang tepat waktu
44
dan akurat dilakukan atas semua hal yang material berkaitan dengan
perusahaan, termasuk di dalamnya keadaan keuangan, kinerja, kepemilikan
dan tata kelola perusahaan. Dalam rangka perlindungan kepada pemegang
saham, perusahaan berkewajiban untuk melakukan keterbukaan (disclosure)
atas informasi atau perkembangan yang material baik secara periodik maupun
secara insindentil.
Pengalaman di banyak negara yang mempunyai pasar modal yang aktif
menunjukkan bahwa keterbukaan menjadi alat yang efektif dalam rangka
mempengaruhi perilaku perusahaan dan perlindungan investor. Keyakinan
yang kuat di pasar modal dengan sendirinya akan menarik investor untuk
menanamkan
modalnya.
Namun
demikian,
persyaratan
mengenai
pengungkapan keterbukaan yang diminta oleh regulator diharapkan tidak akan
menimbulkan cost yang membebani perusahaan, atau membahayakan
kepentingan perusahaan terkait dengan posisi dalam persaingan. Untuk
menentukan batasan minimum informasi yang harus di-disclose, konsep
materialitas perlu diterapkan. Informasi material dapat didefinisikan sebagai
informasi yang apabila tidak disajikannya informasi tersebut akan dapat
mempengaruhi keputusan ekonomis bagi pengguna informasi.
• Prinsip VI: Tanggung Jawab Dewan Komisaris dan Direksi
Prinsip GCG dari OECD yang terakhir (ke-enam) berkaitan dengan
tanggung jawab dewan komisaris dan direksi perusahaan. Dalam prinsip ini
dinyatakan bahwa kerangka kerja tata kelola perusahaan harus memastikan
pedoman strategis perusahaan, monitoring yang efektif terhadap manajemen
45
oleh dewan, serta akuntabilitas dewan terhadap perusahaan dan pemegang
saham. Berkaitan dengan adanya dua macam struktur pengawasan dan
pengelolaan perusahaan di antara anggota OECD, yaitu two tier boards dan
unitary board, prinsip ini secara umum dapat diterapkan baik pada perusahaan
yang memisahkan fungsi dewan komisaris sebagai pengawas (non-executive
director) dan dewan direksi sebagai pengurus perusahaan (executive director),
maupun pada perusahaan yang menyatukan antara pengawas dan pengurus
perusahaan dalam satu dewan.
Menurut prinsip ini, tanggung jawab dewan yang utama adalah
memonitor kinerja manajerial dan mencapai tingkat imbal balik (return) yang
memadai bagi pemegang saham. Di lain pihak, dewan juga harus mencegah
timbulnya benturan kepentingan dan menyeimbangkan berbagai kepentingan
di perusahaan. Agar dewan dapat menjalankan tanggung jawab tersebut secara
efektif, maka dewan perlu dapat melakukan penilaian yang obyektif dan
independen. Selain itu, tanggung jawab lain yang tidak kalah penting yaitu
memastikan bahwa perusahaan selalu mematuhi ketentuan peraturan hukum
yang berlaku, terutama di bidang perpajakan, persaingan usaha, perburuhan,
dan lingkungan hidup. Dewan perlu memiliki akuntabilitas terhadap
perusahaan dan pemegang saham serta bertindak yang terbaik untuk
kepentingan mereka. Dewan juga diharapkan bertindak secara adil kepada
pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya, seperti kepada karyawan,
kreditur, pelanggan, pemasok dan masyarakat sekitar perusahaan.
46
E. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social esponsibility_CSR)
1. Definisi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social
Responsibility)
Konsep tanggung jawab social (Corporate Social Responsibilitydisingkat CSR) sendiri sebenarnya bukanlah baru dan pengertiannya tidaklah
statis. CSR pertama kali muncul dalam diskursus resmi-akademik sejak
munculnya tulisan Howard Bowen, Social Responsibility of the Businessmen
pada 1953 (Harper & Row, New York dalam Wibisono, 2007: 4). CSR yang
dimaksudkan Bowen mengacu pada kewajiban pelaku bisnis untuk membuat
dan melaksanakan kebijakan, keputusan, dan berbagai tindakan-tindakan yang
harus mengikuti tujuan dan nilai-nilai dalam suatu masyarakat.
World Bank Group mendefinisikan tanggung jawab sosial sebagai The
commitment of businesses to behave ethically and to contribute to sustainable
economic development by working with all relevant stakeholders to improve
their lives in ways that are good for business, the sustainable development
agenda, and society at large. Merupakan komitmen perusahaan dalam bentuk
kepedulian perusahaan terhadap lingkungan eksternal perusahaan melalui
berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka penjagaan lingkungan, norma
masyarakat, partisipasi pembangunan, serta berbagai bentuk tanggung jawab
sosial lainnya (Wibisono, 2007: 7).
Dalam pandangan Falck dan Heblich (2007) dalam Teguh Kurniawan
2008, CSR merupakan perangkat sebuah perusahaan untuk menciptakan
ketertiban
masyarakat
sekaligus
memperoleh
keuntungan,
CSR
dipertimbangkan sebagai strategi manajemen yang efisien bagi perusahaan
47
untuk mempromosikan kecenderungan sosial baru dalam masyarakat melalui
aktivitas baik yang bersifat jangka pendek seperti donasi dalam kegiatan sosial
maupun melalui sejumlah aktivitas lainnya yang bersifat investasi sosial
jangka panjang.
Pengertian tersebut diatas, dapat menimbulkan strategi dalam
pengelolaan tanggung jawab sosial (corporate social responsibility-CSR)
dalam perusahaan. Menurut sumber Robert Kreitner, 5th edition, Houghton
Mifflin Company, 1992, strategi pengelolaan tanggung jawab perusahaan
digambarkan sebagai berikut:
Akomodatif
Melakukan tanggung
jawab sosial untuk
menghindari tekanan dari
masyarakat
Reaktif
Cenderung Menolak
tanggung Jawab Sosial
Rendah ----------------Tingkat Tanggung Jawab Sosial--------------Tinggi
Proaktif
Mengambil inisiatif dalam
tanggung jawab sosial;
Membentuk model
industri yang bertanggung
jawab sosial
Defensif
Cenderung membela diri
dalam menghindari
tanggung jawab sosial
Gambar 2.1
Strategi Pengelolaan Tanggung Jawab Perusahaan
Sumber: www.csrindonesia.com
Philip Kotler, dalam buku CSR: “Doing the Most Good for Your
Company and Your Cause”, membeberkan beberapa alasan tentang perlunya
perusahaan menggelar aktivitas itu. Disebutkannya, CSR bisa membangun
positioning merek, mendongkrak penjualan, memperluas pangsa pasar,
48
meningkatkan loyalitas karyawan, mengurangi biaya operasional, serta
meningkatkan daya tarik korporat di mata investor.
2. Evolusi Corporate Social Reponsibility
Awal pembahasan mengenai CSR dimulai pada tahun 1953.
Berdasarkan literature dan penelitian terdahulu, Howard R. Bowen dipercaya
sebagai peneliti yang mengawali pembahasan tentang CSR secara ilmiah lewat
karyanya yang berjudul “Social Responsibility of The Businessman”. Dalam
karyanya itu, Bowen mengatakan bahwa CSR adalah “…Obligation of
businessman to pursue those policies, to make those decision or to follow
those lines of action which are desinable in term of the objectives and values
of our society (Bowen, 1953)”.
Sejak karya Bowen mengenai CSR muncul, pada tahun 1950-an
banyak peneliti yang berusaha untuk memberikan definisi yang lebih formal
mengenai CSR. David 1971 dalam wibisono 2007 mengutarakan Iron law of
Responsibility yang mengatakan bahwa : “ in the long run, those who don’t
use power in a way that society considers to be responsible will tend to have
their power taken from them.” Yang intinya adalah tanggung jawab sosial
perusahaan berbanding lurus dengan power (kekuatan) yang dimiliki oleh
perusahaan tersebut (Wibisono, 2007).
Dengan kata lain, semakin besar power yang dimiliki oleh perusahaan
maka harapan stakeholder terhadap pelaksanaan CSR perusahaan tersebut juga
akan semakin besar. Oleh sebab itu, perusahaan yang tidak menggunakan
kekuasaannya dengan cara yang disetujui oleh masyarakat, maka perusahaan
49
tersebut akan kehilangan kekuasaannya. Selain itu juga, David memberi cara
pandang dari sudut yang berbeda, David menggunakan istilah corporate atau
perusahaan pada masa ini. McGuire, dalam penelitiannya memberi istilah
corporate citizenship yang menyatakan the idea of social responsibilities
supposes that the corporation has not only economic and legal obligations but
also sertain responsibilities to society which extent beyond there obligations”.
Dengan kata lain, kewajiban perusahaan tidak hanya terbatas dalam profit
ekonomi dan legalitas usaha, namun perusahaan juga harus bertanggung jawab
pada seluruh permasalahan sosial kemasyarakatan lainnya. Oleh karena itu,
perusahaan harus bertindak dan berkelakuan “baik” sebagaimana warga
negara (citizent) yang baik pula.
Dalam pandangan McGuire, perusahaan dianggap sebagai warga
negara. Pembahasan yang signifikan sehubungan dengan konsep profit,
people, and planet yang disingkat 3P disumbangkan oleh Elkington (2005)
dituangkan dalam bukunya yang berjudul “cannibal with forks, the triple
bottom line of twentienht century business”. Pendapat dari Elkington
sebenarnya hampir sama dengan pendapat Thurow, namun Elkington
menyebutkan faktor-faktor yang harus diperhatikan oleh perusahaan dalam
menjalankan CSR.
Pertumbuhan dari konsep CSR dari waktu kewaktu tidaklah berjalan
semulus itu. Terdapat beberapa golongan yang tidak setuju dengan pengadaan
aktivitas CSR pada perusahaan. Pandangan ini mengatakan bahwa masalah
sosial bukanlah tujuan utama dari berhasil atau tidaknya sebuah bisnis.
50
Preston dan O’bannon berpendapat bahwa golongan tersebut mengatakan
bahwa CSR akan mengurangi maksimalisasi laba karena biaya yang akan
digunakan untuk melakukan investasi membutuhkan modal awal yang sangat
besar, dengan mengurangi biaya untuk investasi maka akan mengurangi
kemampuan perusahaan untuk bersaing dalam alokasi biaya yang dapat
diinvestasikan.
3. Penerapan CSR di Indonesia
Di antara negara-negara di Asia, pertumbuhan CSR di Indonesia dapat
dikategorikan sebagai yang terendah. Pada tahun 2005, perusahaan yang
memberikan laporan atas pertanggung jawaban sosial yang telah mereka
lakukan hanya sejumlah 27 perusahaan, perhitungan ini dilakukan oleh Ikatan
Akuntansi Indonesia (IAI) yang pada tahun 2005 hingga sekarang
menyelenggarakan
Indonesia
Sustainability
Report
Award
(ISRA).
Penghargaan ini diberikan pada perusahaan di Indonesia yang mendaftarkan
diri serta membuat laporan terbaik mengenai aktivitas CSR.
Pada tahun 2007, diadakan perubahan kategori dengan menghilangkan
kategori impressive dan progressive, namun menambahkan penghargaan
khusus berupa commendation for sustainability reporting: first time
sustainability report. Sampai dengan ISRA 2007, perusahaan tambang,
otomotif, dan BUMN mendominasi keikutsertaan perusahaan yang terdaftar
dalam ISRA. Perusahaan yang menerima penghargaan-pengharagaan tersebut
akan dinilai baik oleh para pemangku kepentingan , baik internal maupun
51
eksternal. Beberapa perusahaan yang telah mengikuti kontes CSR ini adalah
TELKOM, Bukit Asam, Astra Argo Lestari, dan lain-lain (www.csrindo.com).
4. Hubungan Corporate Social Responsibility Dengan Good Corporate
Governance
Menurut Wibisono (2007:9) dalam menjalankan usahanya perusahaan
tidak hanya mempunyai kewajiban yang bersifat ekonomis dan legal, namun
juga kewajiban yang bersifat etis. Etika bisnis merupakan tuntutan perilku
bagi dunia usaha untuk bisa membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk, mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan.
Dalam keadaan bersaing ketat memperebutkan pasar demi mengejar
keuntungan semaksimal mungkin, tentu mudah terjadi pelanggaran etika, yaitu
pelanggaran asas-asas etika umum atau kaidah-kaidah dasar moral,
diantaranya:
a. kewajiban berbuat kebaikan.
b. menghormati otonomi manusia.
c. berlaku adil.
Untuk itu, diperlukan tata kelola perusahaan yang baik (Good
Corporate Governance) agar perilaku para pelaku bisnis mempunyai arahan
yang bisa dirujuk. Dalam dasawarsa terakhir ini Good Corporate Governance
(CGC) telah menjadi istilah dan gerakan yang begitu hangat diperbincangkan.
Dalam takaran praktis, di Indonesia telah memiliki pedoman GCG yang
disusun Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance. Perusahaan yang
menerapkan GCG telah merasakan betapa besarnya manfaat yang bisa dipetik
52
setelah mempraktekkian konsep tersebut secara konsisten. Selain kinerja
perusahaan terus membaik, harga saham dan citra perusahaan terus
terdongkrak. Bahkan, kredibilitas perusahaan terus terkerek melampaui batasbatas negara, baik di mata investor, mitra atau kreditor dan stakeholder lainnya
(Wibisono, 2007:10).
F. PENELITIAN TERDAHULU
Berbagai
penelitian
sebelumnya
menunjukkan
bahwa
jumlah
perusahaan yang melakukan pengungkapan informasi pertanggungjawaban
sosial (CSR– Corporate Social Responsibility) dalam laporan tahunannya
semakin bertambah. Demikian juga dengan jumlah dan jenis informasi CSR
yang diungkapkan semakin meningkat (Ernst & Ernst, 1978; Trotman, 1979;
Kelly, 1981; Pang, 1982; Guthrie, 1982; Gray, 1990; Gray et al, 1993;
Sayekti, 1994 dalam Sayekti, 2007). Banyak perusahaan semakin menyadari
pentingnya menerapkan program CSR sebagai bagian dari strategi bisnisnya.
Survey global yang dilakukan oleh The Economist Intelligence Unit
menunjukkan bahwa 85% eksekutif senior dan investor dari berbagai
organisasi menjadikan CSR sebagai pertimbangan utama dalam pengambilan
keputusan (Warta Ekonomi, 2006). Penelitian Basamalah dan Jermias (2005)
menunjukkan bahwa salah satu alasan manajemen melakukan pelaporan sosial
adalah untuk alasan strategis. Meskipun belum bersifat compulsory, tetapi
dapat dikatakan bahwa hampir semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta sudah mengungkapkan informasi mengenai CSR dalam laporan
tahunannya dalam kadar yang beragam (Sayekti, 2007).
53
Perusahaan semakin menyadari bahwa kelangsungan hidup perusahaan
juga tergantung dari hubungan perusahaan dengan masyarakat dan lingkungan
tempat perusahaan beroperasi. Hal ini, sejalan dengan legitimacy theory yang
menyatakan bahwa perusahaan memiliki kontrak dengan masyarakat untuk
melakukan kegiatannya berdasarkan nilai-nilai justice, dan bagaimana
perusahaan menanggapi berbagai kelompok kepentingan untuk melegitimasi
tindakan perusahaan (Tilt, 1994, dalam Haniffa et al, 2005 dalam Sayekti,
2007).
Jika terjadi ketidakselarasan antara sistem nilai perusahaan dan sistem
nilai masyarakat, maka perusahaan dalam kehilangan legitimasinya, yang
selanjutnya akan mengancam kelangsungan hidup perusahaan (Lindblom,
1994, dalam Haniffa et al, 2005). Pengungkapan informasi CSR dalam
laporan tahunan merupakan salah satu cara perusahaan untuk membangun,
mempertahankan, dan melegitimasi kontribusi perusahaan dari sisi ekonomi
dan politis (Guthrie dan Parker, 1990). Penelitian Basamalah et al (2005) yang
melakukan review atas social and environmental reporting and auditing dari 2
(dua) perusahaan di Indonesia, yaitu PT. Freeport Indonesia dan PT. Inti
Indorayon, mendukung prediksi legitimacy theory tersebut (Sayekti, 2007).
Pengungkapan informasi CSR itu sendiri merupakan suatu hal yang
bersifat endogeneous (Core, 2001; Healy dan Palepu, 2001). Berbagai
penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor determinan yang mempengaruhi
perusahaan dalam melakukan pengungkapan informasi CSR telah banyak
dilakukan. Ukuran perusahaan, profitabilitas, dan profil industri berkorelasi
54
positif dengan pengungkapan informasi CSR (Haniffa et al, 2005; Cowen et
al, 1997; Trotman et al, 1981; Kelly, 1981; Sembiring, 2003; Sembiring, 2005;
Sayekti, 2006; McGure et al, 1988; Roberts, 1992, Utomo 2000, dan
Anggraini, 2006).
Penelitian sebelumnya menemukan bahwa tingkat leverage juga
berkorelasi dengan tingkat pengungkapan informasi CSR, meskipun hasilnya
beragam. Roberts (1992) menemukan korelasi yang positif, sedangkan
Sembiring (2003) dan Sayekti (2006) menemukan korelasi yang negatif.
Selanjutnya, Haniffa et al (2005) dan Sembiring (2005) tidak menemukan
korelasi antara tingkat leverage dan pengungkapan CSR. Faktor-faktor
Corporate Governance juga dikorelasikan dengan tingkat pengungkapan
informasi CSR dalam laporan tahunan perusahaan. Ukuran dewan komisaris,
ukuran komite audit, kualitas auditor eksternal, dan struktur kepemilikan
berkorelasi positif dengan pengungkapan CSR (Haniffa et al, 2005;
Sembiring, 2005; Anggraini, 2006; Sayekti, 2006 dalam Sayekti 2007).
G. Kerangka Pemikiran
Kinerja perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan, maka dari itu
setiap perusahaan tidak terlepas dari laporan keuangan (Financial Report),
yang setiap waktu atau periode dapat melaporkan kegiatan-kegiatan yang
bersifat historis dan menyeluruh.
Laporan Keuangan (Financial Report) sendiri disajikan berupa neraca
(Balance Sheet) yang menggambarkan aktiva, hutang, dan ekuitas pemegang
55
saham. Laporan rugi laba (income statement) menggambarkan pendapatan,
biaya dan laba/rugi perusahaan. Sedang laporan arus kas (cash flow) sendiri
memberikan gambaran masuk dan keluarnya kas/dana perusahaan.
Dengan laporan keuangan (financial report), berbagai pihak yang
membutuhkan dapat melihat dan mengetahui bahwa perusahaan dinilai likuid
atau tidak, profitnya besar atau tidak, terutama bagi para investor, kreditur
atau bankers. Bagi pihak manajemen atau perusahaan, untuk menyusun
planning dan kebijakan-kebijakan yang lebih baik lagi, memperbaiki system
pengawasan intern dan lain sebagainya.
Adapun ukuran yang digunakan dalam analisa laporan keuangan
adalah rasio keuangan. Didalam rasio keuangan terdapat 6 (enam) rasio,rasiorasio tersebut yaitu Rasio Likuiditas, Rasio Aktivitas, Rasio Leverage, Rasio
Profitabilitas, Rasio Pertumbuhan, dan Rasio Penilaian Pasar.
Dengan
memakai laporan-laporan keuangan akan dihitung dengan menggunakan
rumus-rumus dari rasio-rasio tersebut dan hasil-hasil perhitungan akan
diketahui apakah kinerja perusahaan baik atau buruk yang dapat menjadi suatu
informasi bagi investor untuk mengambil keputusan dalam investasi.
Untuk memudahkan memahami penelitian ini, maka peneliti membuat
kerangka pemikiran penelitian. Kerangka tersebut dapat dilihat pada Gambar
2.2. berikut ini :
56
Laporan Keuangan Sebelum Dan Sesudah Menerapkan CSR
Neraca
Laporan Rugi Laba
Laporan Arus Kas
Rasio Keuangan
Likuiditas
CR, QR
Aktivitas
FATO, TATO
Solvabilitas
(leverage)
DEBT RATIO
Profitabilitas
ROA, ROE
Analisis Wilcoxon Test,
Analisis Kruskal wallis
1. Kinerja rasio keuangan
2. Perbedaan yang signifikan antara
rasio keuangan sebelum & sesudah
menerapkan CSR
Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
57
Pertumbuhan
EPS
Penilaian Pasar
PBV
H. Hipotesis
Dengan adanya deskripsi teoritis dan kerangka pemikiran yang telah
peneliti paparkan diatas tentang rasio keuangan, maka dapat dirumuskan
hipotesis penelitian ini sebagai berikut:
Ho: µ1 = µ2 : Tidak terdapat perbedaan CR, QR, FATO, TATO, DR, ROA,
ROE, EPS, PBV sebelum dan sesudah menerapkan CSR.
Hi: μ2 ≠ µ2 : Terdapat perbedaan CR, QR, FATO. TATO. DR, ROA, ROE,
EPS, PBV Sebelum dan sesudah menerapak CSR.
Ho
: Tidak terdapat perbedaan rata-rata dari kesembilan rasio (CR,
QR, FATO, TATO, DR, ROA,ROE, EPS, PBV) terhadap
penerapan CSR.
Hi
: Terdapat perbedaan rata-rata dari kesembilan rasio (CR, QR,
FATO, TATO, DR, ROA,ROE, EPS, PBV) terhadap
penerapan CSR.
58
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Objek penelitian ini terbatas pada perusahaan yang telah menerapkan
tanggung jawab social (corporate social responsibility,disingkat CSR). Hal ini
menarik untuk diteliti mengenai kinerja keuangannya sebelum dan sesudah
menerapkan tanggung jawab social (corporate social responsibility-CSR).
Ruang lingkup penelitian ini membahas perbandingan kinerja :
Current Ratio, (CR), Quick Ratio (QR), Fixed Asset Turnover (FATO), Total
Asset Turnover (TATO), Debt Ratio (DR), Return on Asset (ROA) , Return on
Equity, (ROE), Earning Per Share (EPS), Price to Books Value (PBV)
sebelum dan sesudah penerapan tanggung jawab social perusahaan (corporate
social responsibility-CSR).
B. Pemilihan Sampel
Metode pemilihan sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode purposisve judgement sampling, yaitu tipe pemilihan sample secara
tidak acak yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan
tertentu. Adapun kriteria yang digunakan dalam penentuan sampel adalah:
1). Masih tercatat sebagai Emiten di Bursa Efek Indonesia tahun 2008.
2). Laporan tahunan perusahaan sampel secara fisik tersedia lengkap dan utuh
di Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) Bursa Efek Indonesia.
3). Perusahaan telah menerapkan corporate social responsibility-CSR.
59
Dari kriteria diatas dapat diambil sampel sebanyak 15 perusahaan,
perusahaan-perusahaan tersebut terdapat dalam Tabel 3.1 berikut ini:
TABEL 3.1
DATA PERUSAHAAN SAMPEL
(PERUSAHAAN YANG MENERAPKAN CORPORATE SOCIAL
RESPONSIBILITY_CSR)
No.
Nama Perusahaan
KodePerusahaan
PT. Alfa Retailindo, Tbk
ALFA
1.
PT. Aneka Tambang, Tbk
ANTAM
2.
PT. Asia Plast Industries, Tbk
APLI
3.
PT. Astra Argo Lestari, Tbk
AALI
4.
PT. Astra Otopart, Tbk
AUTO
5.
PT. Fajar Surya Wisesa, Tbk
FJSW
6.
PT. Gudang Garam, Tbk
GGRM
7.
PT. HM Sampoerna, Tbk.
HMSP
8.
PT. Indah Kiat Pulp & Paper Corp, Tbk
IKPP
9.
PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk
INTP
10.
PT. Indosat, Tbk
ISAT
11.
PT. Metro Data Elektronoc, Tbk
MTDL
12.
PT. Semen Gresik, Tbk
SMGR
13.
PT. Unilever Indonesia, Tbk
UNVR
14.
PT. Ultra Jaya Milk Industri, Tbk
ULTJ
15.
Sumber: Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) Bursa Efek Indonesia (BEI).
C. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data guna melengkapi
penelitian ini dilakukan serangkaian kegiatan sebagai berikut:
1. Metode Kepustakaan (Library research). Penelitian dilakukan untuk
memperoleh data yang bersifat teoritis dan dapat menunjang materi
pembahasan penelitian. Data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah
data yang diperoleh dengan membaca literature, majalah, buku, Koran,
artikel, dan hal lain yang berhubungan dengan aspek yang diteliti guna
60
memperoleh data yang valid. Sumber informasi ini dimaksudkan sebagai
landasan untuk menganalisa dan membahas permasalahan penelitian ini.
2. Penelitian Lapangan (field research), penelitian dilakukan dengan cara
pengambilan data perusahaan-perusahaan yang telah menerapkan CSR,
dengan mendatangi Pusat Referensi Pasar Modal Bursa Efek Indonesia.
Peneliti pencari data beberapa variabel keuangan antara lain variabel yang
berhubungan dengan rasio likuiditas, aktivitas, solvabilitas (leverage),
profitabilitas, pertumbuhan dan penilaian pasar yang terdapat pada laporan
keuangan, serta gambaran umum perusahaan.
D. Metode Analisis Data
Dalam melakukan penelitian ini peneliti menggunakan rumusanrumusan untuk menentukan variabel-variabel penelitian. Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:
1. Menghitung rasio-rasio diantaranya:
a. Menghitung Rasio lancar (Current Ratio)
Current Ratio =
Current Asset
x 100%
Current Liabilities
b. Menghitung Rasio Cepat (Quick Ratio)
Quick Ratio =
Quick Cash + Efek + Account Re ceivable
x 100%
Current Liabilities
61
c. Menghitung Fixed Asset Turnover
Fixed Asset Turnover =
Sales
x100%
Net Fixed Asset
d. Menghitung Total Asset Turnover
Total Asset Turnover =
Sales
x100%
Net Total Asset
e. Menghitung Debt Ratio
Debt Ratio =
Total Liabilitie s
x 100 %
Total Asset
f. Menghitung Return on Asset
Re turn On Asset =
EBIT
x100%
Total Asset
g. Menghitung Return On Equity
Re turn on Equity =
Net Income
x100%
Stockholder ' s Equity
62
h. Menghitung Earning Per Share (EPS)
EPS =
Laba bersih
x 100 %
Jumlah saham yang beredar
i. Menghitung Price to Books Value (PBV)
PBV =
Pr ice per Share
BV Equity per Share
2. Uji Statistik
Pengujian hipotesa untuk membandingkan rasio likuiditas, aktivitas,
solvabilitas, profitabilitas, pertumbuhan, dan rasio penilaian pasar, pada saat
sebelum dan sesudah penerapan Corportare Sosial Responsibility (CSR) pada
perusahaan
sampel,
yaitu
dengan
alat
uji
nonparametrik
menggunakan (Stanislaus S. Uyanto (2009 :311):
a. Wilcoxon Test
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS pada
alpha 5%. Hipotesis yang dilakukan adalah sebagai berikut:
Hipotesis :
H0 : d = 0, nilai sebelum diterapkan CSR tidak berbeda secara nyata dengan
nilai sesudah diterapkan CSR.
H1 : d ≠ 0, nilai sebelum diterapkan CSR berbeda secara nyata dengan nilai
sesudah diterapkannya CSR.
Perhatikan pengujian pada kasus ini menggunakan uji dua sisi,
karena yang dicari adalah apakah ada perbedaan nilai karena perbedaan
63
setelah
diterapkannya
Corporate
Social
Responsibilty,
bukan
ingin
mengetahui cara mana yang lebih bagus dalam menaikkan nilai.
Pengambilan Keputusan :
Berdasarkan perbandingan nilai Z hitung dan Z tabel :
Jika statistik Hitung (angka z output) > Statistik Tabel (tabel z), maka H0
ditolak
Jika statistik Hitung (angka z output) < Statistik Tabel (tabel z), maka H0
diterima
Dari output didapatkan nilai z Hitung, sedangkan z tabel bisa dihitung
pada tabel z, dengan α = 5% dan diuji dua sisi (5% dibagi 2 menjadi 2.5%)
dan diuji dua sisi (5% dibagi 2 menjadi 2.5%), maka luas kurva normal adalah
50% - 2.5% = 47.5% atau 0.475. pada tabel z untuk luas 0.475 didapat angka z
tabel sekitar 1.96
Berdasarkan probabilitas (prob) :
Jika Probabilitas > 0.05, maka H0 diterima
Jika Probabilitas < 0.05, maka H0 ditolak.
b. Kruskal Wallis
Hipotesis :
H0 : tidak terdapat perbedaan rata-rata dari kesembilan metode terhadap
penerapan CSR
H1 : terdapat perbedaan rata-rata dari kesembilan metode terhadap penerapan
CSR
Pengambilan Keputusan :
Berdasarkan perbandingan nilai Chi-Square hitung dan Chi-Square tabel :
Jika Chi-Square Hitung < Chi-Square Tabel, maka H0 diterima.
Jika Chi-Square Hitung > Chi-Square Tabel, maka H0 ditolak.
64
Statistik hitung Kruskal-Waliis atau Chi-Square Hitung didapat dari
output, Sedang Chi-Square tabel bisa dihitung pada tabel Chi-Square, dengan
α = 0.05, dan df = 8 (didapat dari rumus k-1, dimana k adalah jumlah variabel,
9-1=8). Didapat Chi-Square tabel adalah 15.51.
Berdasarkan probabilitas (prob) :
Jika Probabilitas > 0.05, maka H0 diterima
Jika Probabilitas < 0.05, maka H0 ditolak.
E. Operasional Variabel Penelitian
Adapun variabel operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang berhubungan dengan masalah
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajibannya yang telah
jatuh tempo. Adapun skala pengukurannya adalah:
Current Ratio =
Quick Ratio =
Current Asset
x 100%
Current Liabilities
Quick Cash + Efek + Account Re ceivable
x 100%
Current Liabilities
b. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang menunjukan sajauh mana
efisiensi perusahaan dalam menggunakan aset-aset untuk memperolah
penjualan. Adapun skala pengukurannya adalah dengan :
65
Fixed Asset Turnover =
Sales
x100%
Net Fixed Asset
Total Asset Turnover =
Sales
x100%
Net Total Asset
c. Rasio Solvabilitas (Leverage)
Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukan kapasitas
perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik jangka panjang maupun
jangka pendek. Adapun skala pengukurannya adalah dengan:
Debt Ratio=
Total Liabilities
x100%
Total Asset
d. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah rasio yang dapat mengukur seberapa
besar kemampuan perusahaan dalam memperoleh baik hubungannya
dengan penjualan, aset, maupun laba bagi modal sendiri. Adapun skala
pengukuranya dengan menggunakan rumusan sebagai berikut :
Re turn On Asset =
Re turn on Equity =
EBIT
x100%
Total Asset
Net Income
x100%
Stockholder ' s Equity
66
e. Rasio Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan digunakan untuk mengukur seberapa baik
perusahaan
dalam
mempertahankan
posisi
ekonominya
dalam
pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan dan industri. Salah satu bagian
dari rasio ini adalah
rasio earning pershare (EPS), Adapun skala
pengukuranya dengan menggunakan rumusan sebagai berikut :
EPS=
f.
Laba bersih
x 100 %
Jumlahsaham yang beredar
Rasio Nilai Pasar
Rasio ini bermanfaat untuk mengukur kemampuan manajemen
menciptakan nilai pasar yang melampaui pengeluaran biaya
dalam
investasi.
Salah satu bagian dari rasio ini adalah price to book value (PBV).
Adapun skala pengukuranya dengan menggunakan rumusan sebagai
berikut :
PBV =
Pr ice per Share
BV Equity per Share
67
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Singkat CSR (Corporate Social Responsibility)
The word business council for sustainable development (WBCSD),
mendefinisikan CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan, sebagai
“continuing comminment by business to behave ethically and contribute to
economic development while improving the quality of life the workforce and
their families as well as of the local community and society at large” yang
dapat diartikan sebagai berikut “ komitmen dunia usaha untuk terus menerus
bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk
peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari
karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas
lokal dan masyarakat secara lebih luas (Wibisono, 2007:7).
Versi lain mengenai CSR dilontarkan oleh World Bank, menurut
World Bank CSR diartikan sebagai “ the commitment of business to contribute
to sustainable economic development working with amployees and their
representatives the local community and society at large to improve quality of
life, in ways that are both good for business and good for development”
(Wibisono, 2007:8).
Sedangkan dari sisi etimologi CSR kerap diterjemahkan sebagai
“Tanggung Jawab Sosial Perusahaan” atau “Tanggung Jawab Sosial
Korporasi” atau “Tanggung Jawab Sosial Dunia Usaha”. Yusuf Wibisono
68
(2007:8), mendefinisikan CSR sebagai tanggung jawab perusahaan kepada
para pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak
negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi
sosial dan lingkungan (triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan.
Selanjutnya, Dow Jones Sustainability Group Indexes dalam Yusuf
Wibisono
(2007:43)
mengembangkan
prinsip-prinsip
sebagaimana yang tertuang dalam tabel berikut:
69
berkelanjutan
TABEL 4.1
Prinsip-Prinsip Berkelanjutan
Prinsip-Prinsip Berkelanjutan
Komponen
1. Teknologi
Kreasi, produksi dan pengiriman barang
dan jasa yang didasarkan pada organisasi
dan teknologi inovatif yang memanfaatkan
sumber-sunber daya alam, finansial dan
sosial secara efektif, efisien dan ekonomis
dalam jangka panjang.
2. Tata Pamong
Keberlanjutan perusahaan didasarkan pada
standar tertinggi tata pamong termasuk
tanggung jawab manajemen, kapasitas
organisasional, kultur korporat, dan
hubungan dengan stakeholders.
3. Pemegang Saham
Tuntutan pemegang saham hendaknya
sesuai dengan kebutuhan balikan (return)
financial, pertumbuhan ekonomi berjangka
panjang,
peningkatan
produktivitas
berjangka panjang, menjamin daya
kompetitif
global,
dan
memberi
sumbangan pada capital intelektual.
4. Industri
Perusahaan-perusahaajn
yang
berkelanjutan hendaknya mengarahkan
industrinya
untuk
beralih
pada
berkelanjutan
dengan
menunjukan
komitmennya
dan
mempublikasikan
kinerjanya yang unggul.
5. Masyarakat
Perusahaan-perusahaan yang berkelanjtan
hendaknya
mendorong
kesejahteraan
social yang abadi melalui respons yang
cepat dan tepat, peningkatan demografis,
arus migrasi, pengesahan pola-pola
cultural dan kebutuhan pada pendidikan
sepanjang
hayat
dan
pendidikan
berkelanjutan.
Sumber : Wibisono, 2007:43
B. Analisa dan Pembahasan
Berdasarkan pemaparan penulis pada bab sebelumnya, dimana penulis
menggunakan 15 (lima belas) perusahaan sampel yang telah menerapkan
Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai bahan uji penelitian. Berikut
70
ini adalah perusahaan sampel yang terdiri 15 perusahaan yang menerapkan
CSR beserta tahun pertama penerapan CSR.
Tabel 4.2
Perusahaan yang menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR)
No.
Perusahaan Sampel
Kode
Tahun pertama
Perusahaan
penerapan CSR
ALFA
Tahun 2002
1. PT. Alfa Retailindo, Tbk
ANTAM
Tahun 2000
2. PT. Aneka Tambang, Tbk
APLI
Tahun 2004
3. PT. Asia Plast Industries, Tbk
AALI
Tahun 2003
4. PT. Astra Argo Lestari, Tbk
AUTO
Tahun 2001
5. PT. Astra Otopart, Tbk
FJSW
Tahun 2004
6. PT. Fajar Surya Wisesa, Tbk
GGRM
Tahun 2004
7. PT. Gudang Garam, Tbk
HMSP
Tahun 2001
8. PT. HM Sampoerna, Tbk.
Tahun 2002
9. PT. Indah Kiat Pulp & Paper Corp, Tbk IKPP
Tahun 2001
10. PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk INTP
ISAT
Tahun 2004
11. PT. Indosat, Tbk
MTDL
Tahun 2001
12. PT. Metro Data Elektronic, Tbk
SMGR
Tahun 1999
13. PT. Semen Gresik, Tbk
UNVR
Tahun 2000
14. PT. Unilever Indonesia, Tbk
ULTJ
Tahun 1996
15. PT. Ultra Jaya Milk Industri, Tbk
Sumber : PRPM Bursa Efek Indonesia
1 Analisa Rasio Keuangan
Laporan keuangan yang telah diaudit akuntan public merupakan
sumber informasi yang sangat penting bagi investor dalam melakukan analisa
fundamental. Laporan keuangan menggambarkan aspek-aspek fundamental
perusahaan yang bersifat kuantitatif. Laporan keuangan tersebut dianalisis
dengan diterapkannya Corporate Social Responsibility kemudian akan
dibandingkan bagaimana nilai rasio-rasio keuangan antara sebelum dan
sesudah diterapkannya CSR. Berikut ini hasil perhitungan rasio – rasio
keuangan sebelum dan sesudah menerapkan CSR yang terdiri dari:
71
a. Current Ratio (Rasio Lancar)
Pada Tabel 4.3 berikut ini adalah perhitungan Current Ratio
perusahaan-perusahaan sampel sebelum dan sesudah menerapkan CSR.
No.
Tabel 4.3
Hasil Perhitungan Current Rasio pada Perusahaan Sampel
Current Rasio (%)
Perusahaan Sampel
Sebelum
Sesudah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
11.
12.
13.
14.
15.
PT. Alfa Retailindo, Tbk
PT. Aneka Tambang, Tbk
PT. Asia Plast Industries, Tbk
PT. Astra Argo Lestari, Tbk
PT. Astra Otopart, Tbk
PT. Fajar Surya Wisesa, Tbk
PT. Gudang Garam, Tbk
PT. HM Sampoerna, Tbk.
PT. Indah Kiat Pulp & Paper Corp, Tbk
PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk
PT. Indosat, Tbk
PT. Metro Data Elektronic, Tbk
PT. Semen Gresik, Tbk
PT. Unilever Indonesia, Tbk
PT. Ultra Jaya Milk Industri, Tbk
Sumber : Data diolah
93.00
277.21
88.16
80.47
97.33
116.67
208.20
994.67
57.67
127.00
183.81
224.22
219.38
124.13
239.96
136.33
262.56
81.55
139.23
187.00
173.33
172.57
330.00
105.67
229.67
120.00
245.72
218.51
216.43
139.27
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa sebanyak 8 perusahaan mampu
meningkatkan current rasio yaitu kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajibannya dengan peningkatan tersebut. Sedangkan 7
perusahaan lainnya mengalami penurunan dalam memenuhi kewajibannya
yang telah jatuh tempo dengan perusahaan PT. H.M Sampoerna, Tbk yang
mengalami penurunan paling signifikan
dengan penurunan sebesar
669,67%, kemudian diikuti oleh perusahaan PT. Ultra Jaya Milk Industri,
Tbk sebesar 100,69%, PT. Indosat, Tbk sebesar 63,81%, PT. Gudang
72
Garam, Tbk sebesar 35,63%, PT. Aneka Tambang, Tbk 14,65%, PT. Asia
Plast Industries, Tbk sebesar 6,61%, PT. Semen Gresik, Tbk sebesar 0,87%.
Dari pernyataan diatas menunjukan bahwa dengan penerapan CSR dapat
mempengaruhi Current Ratio pada perusahaan sampel, bagi perusahaan
yang mengalami peningkatan berarti Current Asset pada perusahaan tersebut
mampu menutupi kewajiban jangka pendeknya.
b. Quick Ratio
Perhitungan Quick Ratio perusahaan sampel pada Tabel 4.4 berikut
ini:
Tabel 4.4
Hasil Perhitungan Quick Test Rasio pada Perusahaan Sampel
No.
Perusahaan Sampel
Quick Rasio (%)
Sebelum Sesudah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
PT. Alfa Retailindo, Tbk
PT. Aneka Tambang, Tbk
PT. Asia Plast Industries, Tbk
PT. Astra Argo Lestari, Tbk
PT. Astra Otopart, Tbk
PT. Fajar Surya Wisesa, Tbk
PT. Gudang Garam, Tbk
PT. HM Sampoerna, Tbk.
PT. Indah Kiat Pulp & Paper Corp, Tbk
PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk
PT. Indosat, Tbk
PT. Metro Data Elektronic, Tbk
PT. Semen Gresik, Tbk
PT. Unilever Indonesia, Tbk
PT. Ultra Jaya Milk Industri, Tbk
Sumber : Data diolah
32.00
80.16
28.03
64.59
59.00
40.67
27.73
33.33
26.86
51.49
194.00
139.14
47.54
35.00
74.55
38.00
191.46
97.40
102.19
98.67
92.67
27.56
92.70
33.35
85.83
145.00
144.72
113.56
154.89
121.09
Tabel 4.4 di atas menunjukkan quick rasio atau menghitung rasio
cepat dengan hasil yang diperoleh bahwa hampir rata-rata perusahaan
mengalami peningkatan dalam memenuhi kewajiban perusahaan yang telah
73
jatuh tempo, dengan rata-rata peningkatan sebesar 50,32%, walaupun ada
beberapa perusahaan yang mengalami penurunan juga. Perusahaan yang
paling tinggi peningkatannya adalah perusahaan PT. Unilever Indonesia,
Tbk dengan peningkatan sebesar 119,86%. Sedangkan perusahaan yang
mengalami penurunan adalah PT. Gudang Garam, Tbk sebesar 0,17% dan
perusahaan PT. Indosat, Tbk sebesar 49%. Dari hasil perhitungan dapat
dikatakan penerapan CSR mempengaruhi rasio ini terlihat dengan
peningkatan nilai rasio pada hampir seluruh perusahaan sampel.
74
c. Fixed Asset Turnover
Hasil perhitungan rasio fixed asset turnover terdapat pada Tabel
4.5 di bawah ini:
Tabel 4.5
Hasil Perhitungan Fixed Asset Turnover pada Perusahaan Sampel
Perusahaan Sampel
No.
Fxed Asset Turnover %
Sebelum
Sesudah
1.
PT. Alfa Retailindo, Tbk
657.00
640.07
2.
PT. Aneka Tambang, Tbk
159.28
147.67
3.
PT. Asia Plast Industries, Tbk
79.00
104.67
4.
PT. Astra Argo Lestari, Tbk
70.33
190.67
5.
PT. Astra Otopart, Tbk
337.00
392.00
6.
PT. Fajar Surya Wisesa, Tbk
50.33
63.00
7.
PT. Gudang Garam, Tbk
509.33
358.00
8.
PT. HM Sampoerna, Tbk.
262.17
756.33
9.
PT. Indah Kiat Pulp & Paper Corp, Tbk
18.98
28.33
10.
PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk
25.33
42.67
11.
PT. Indosat, Tbk
51.67
52.00
12.
PT. Metro Data Elektronic, Tbk
389.33
158.00
13.
PT. Semen Gresik, Tbk
54.67
71.33
14.
PT. Unilever Indonesia, Tbk
597.33
663.00
15.
PT. Ultra Jaya Milk Industri, Tbk
329.33
426.33
Sumber : Data diolah
Berbeda
dengan
tabel
sebelumnya,
pada
Tabel
4.5
ini
menunjukkan hasil perhitungan fixed asset turnover pada perusahaan
sampel atau sajauh mana efisiensi perusahaan dalam menggunakan asetaset untuk memperoleh penjualan. Hasil yang diperoleh menunjukkan
bahwa hampir rata-rata perusahaan mengalami peningkatan fixed asset
turnover setelah menerapkan CSR dibandingkan sebelum menerapkan
75
CSR. Perusahaan yang mengalami peningkatan paling drastis adalah PT.
HM Sampoerna, Tbk dengan peningkatan sebesar 494,16%. Sedangkan
empat perusahaan lainnya yang mengalami penurunan adalah PT. Alfa
Retailindo, Tbk dengan persentase penurunan sebesar 16,93%, PT. Aneka
Tambang, Tbk mengalami penurunan sebesar 11,61%, PT. Gudang
Garam, Tbk sebesar 151,33% dan PT. Metro Data Elektronic, Tbk sebesar
231,33%.
Dari hasil perhitungan tersebut diatas perusahaan yang paling
drastis mengalami penurunan fixed asset turnover ratio adalah PT. Metro
Data Elektronik, Tbk. Walaupun ada beberapa perusahaan yeng
mengalami penurunan setelah menerapkan CSR, namun sebagian besar
perusahaan dari perusahaan sampel mengalami peningkatan. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa penerapan CSR mempengaruhi rasio
fixed asset turnover .
76
d.
Total Asset Turnover
Hasil perhitungan rasio total asset turnover terdapat pada Tabel 4.6
dibawah ini:
Tabel 4.6
Hasil Perhitungan Total Asset Turnover pada perusahaan Sampel
No.
Perusahaan Sampel
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
PT. Alfa Retailindo, Tbk
PT. Aneka Tambang, Tbk
PT. Asia Plast Industries, Tbk
PT. Astra Argo Lestari, Tbk
PT. Astra Otopart, Tbk
PT. Fajar Surya Wisesa, Tbk
PT. Gudang Garam, Tbk
PT. HM Sampoerna, Tbk.
PT. Indah Kiat Pulp & Paper Corp, Tbk
PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk
PT. Indosat, Tbk
PT. Metro Data Elektronic, Tbk
PT. Semen Gresik, Tbk
PT. Unilever Indonesia, Tbk
PT. Ultra Jaya Milk Industri, Tbk
Sumber : Data diolah
Total Asset Turnover %
Sebelum
Sesudah
397.33
395.67
60.67
61.33
70.67
43.67
134.00
107.00
22.33
12.40
29.67
261.00
319.60
223.33
483.60
500.00
539.00
76.33
98.67
104.33
64.00
116.67
148.67
24.00
32.67
35.00
212.67
480.00
222.00
393.17
Dari Tabel 4.6 menunjukkan bahwa hasil perhitungan total asset
turnover menunjukkan bahwa hampir semua perusahaan sampel
mengalami peningkatan tidak jauh berbeda dengan hasil perhitungan fixed
asset turnover. Akan tetapi perusahaan yang mengalami penurunan
berdasarkan perhitungan ini adalah perusahaan PT. Ultra Jaya Milk
Industri, Tbk dengan persentase penurunan sebesar 90,43%, PT. Unilever
Indonesia, Tbk sebesar 1,33%, PT. Metro Data Elektronic, Tbk sebesar
77
48,33% dan PT. Gudang Garam, Tbk sebesar 17,33%. Sedangkan
perusahaan yang paling signifikan peningkatannya adalah PT. Aneka
Tambang, Tbk dengan persentase kenaikan sebesar 143,33%.
Pada rasio aktivitas (Fixed asset turnover dan Total asset turnover),
dapat dikatakan terdapat pengaruh penerapan CSR terhadap rasio ini terlihat
dari hasil perhitungan pada perusahaan sample yang rata-rata mengalami
peningkatan. Seperti yang telah dituliskan pada bab sebelumnya bahwa salah
satu pengaruh implementasi CSR adalah mendokrak penjualan, terlihat pada
perhitungan terdapat peningkatan sesudah dibanding sebelum menerapkan
CSR.
78
e. Debt Ratio
Hasil perhitungan Debt Ratio terdapat pada Tabel 4.7 dibawah ini:
Tabel 4.7
Hasil Perhitungan Debt Rasio pada Perusahaan Sampel
No.
Perusahaan Sampel
Debt Rasio (%)
Sebelum Sesudah
1.
PT. Alfa Retailindo, Tbk
2.
PT. Aneka Tambang, Tbk
3.
PT. Asia Plast Industries, Tbk
4.
PT. Astra Argo Lestari, Tbk
5.
PT. Astra Otopart, Tbk
6.
PT. Fajar Surya Wisesa, Tbk
7.
PT. Gudang Garam, Tbk
8.
PT. HM Sampoerna, Tbk.
9.
PT. Indah Kiat Pulp & Paper Corp, Tbk
10.
PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk
11.
PT. Indosat, Tbk
12.
PT. Metro Data Elektronic, Tbk
13.
PT. Semen Gresik, Tbk
14.
PT. Unilever Indonesia, Tbk
15.
PT. Ultra Jaya Milk Industri, Tbk
Sumber : Data diolah
51.90
30.63
43.50
50.00
41.33
64.20
37.63
106.00
57.00
88.00
51.67
64.13
49.18
56.73
20.79
53.03
25.51
52.84
32.27
15.60
62.63
40.28
54.67
65.33
66.00
42.67
42.56
58.28
35.33
36.44
Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa berdasarkan perhitungan debt
rasio hampir seluruh perusahaan sampel mengalami penurunan dengan
rata-rata penurunan sebesar 14,94%. Perusahaan yang mengalami
penurunan paling signifikan adalah PT. HM Sampoerna, Tbk dengan
persentase penurunan sebesar 51,33%. Sedangkan 6 perusahaan lainnya
mengalami kenaikan sesudah dilakukan perhitungan debt rasio atau rasio
yang menunjukan kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik
jangka panjang maupun jangka pendek dengan rata-rata kenaikan sebesar
7,7%. Perusahaan yang paling signifikan kenaikannya adalah PT. Ultra
Jaya Milk Industri, Tbk dengan persentase sebesar 15,65%.
79
Dari perhitungan diatas, diikatakan bahwa rata-rata dari perusahan
sampel mengalami penurunan itu berarti bahwa rasio hutang perusahaan
menurun. Dengan demikian dapat disimpulkan dengan menerapkan CSR,
perusahaan mampu menutupi utangnya baik jangka panjang maupun
jangka pendek dengan lebih baik.
f. Return On Asset
Hasil perhitungan Rasio Return on asset terdapat pada Tabel 4.8
dibawah ini:
Tabel 4.8
Hasil Perhitungan Return on Asset pada Perusahaan Sampel
No.
Perusahaan Sampel
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
PT. Alfa Retailindo, Tbk
PT. Aneka Tambang, Tbk
PT. Asia Plast Industries, Tbk
PT. Astra Argo Lestari, Tbk
PT. Astra Otopart, Tbk
PT. Fajar Surya Wisesa, Tbk
PT. Gudang Garam, Tbk
PT. HM Sampoerna, Tbk.
PT. Indah Kiat Pulp & Paper Corp, Tbk
PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk
PT. Indosat, Tbk
PT. Metro Data Elektronic, Tbk
PT. Semen Gresik, Tbk
PT. Unilever Indonesia, Tbk
PT. Ultra Jaya Milk Industri, Tbk
Sumber : Data diolah
Return on Asset %
Sebelum
Sesudah
11.83
12.17
-0.65
4.57
2.61
2.40
21.50
11.83
8.55
0.06
6.24
1.35
4.30
30.47
8.75
15.83
13.78
-1.29
19.47
13.03
1.13
11.38
15.83
-0.93
0.11
10.85
3.71
4.33
43.87
6.98
Dari Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa berdasarkan hasil perhitungan
Return on Asset atau perhitungan rasio yang dapat mengukur seberapa
besar kemampuan perusahaan dalam memperoleh baik hubungannya
80
dengan penjualan, aset, maupun laba bagi modal sendiri ada 10 perusahaan
yang mengalami peningkatan sesudah dilakukan perhitungan ini dengan
rata-rata kenaikan sebesar 5,538%. Perusahaan yang mengalami
peningkatan secara signifikan adalah PT. Astra Argo Lestari, Tbk dengan
persentase kenaikan sebesar 14,9%. Sedangkan perusahaan yang
mengalami penurunan sangat signifikan adalah PT. Gudang Garam, Tbk
dengan persentase penurunan sebesar 10,12%.
Dari perhitungan Tabel 4.8 diatas dikatakan bahwa rata-rata pada
perhitungan rasio perusahaan sampel mengalami peningkatan, dengan
demikian dapat dikatakan pula bahwa dengan mengimplementasikan CSR
perusahaan mampu meningkatkan laba perusahaan.
81
g. Return On Equity
Hasil perhitungan Rasio Return on Equity terdapat pada tabel 4.9
dibawah ini:
Tabel 4.9
Hasil Perhitungan Return on Equity pada Perusahaan Sampel
No.
Return on Equity %
Perusahaan Sampel
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
PT. Alfa Retailindo, Tbk
PT. Aneka Tambang, Tbk
PT. Asia Plast Industries, Tbk
PT. Astra Argo Lestari, Tbk
PT. Astra Otopart, Tbk
PT. Fajar Surya Wisesa, Tbk
PT. Gudang Garam, Tbk
PT. HM Sampoerna, Tbk.
PT. Indah Kiat Pulp & Paper Corp, Tbk
PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk
PT. Indosat, Tbk
PT. Metro Data Elektronic, Tbk
PT. Semen Gresik, Tbk
PT. Unilever Indonesia, Tbk
PT. Ultra Jaya Milk Industri, Tbk
Sumber : Data diolah
Sebelum
Sesudah
9.70
18.69
-1.56
9.63
-1.25
14.77
23.42
27.67
-8.32
70.00
13.23
-32.28
8.79
47.90
6.79
4.60
17.98
-2.83
29.13
21.97
3.20
12.70
32.37
-4.00
14.67
24.04
4.60
10.11
52.23
3.51
Dari Tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa hasil perhitungan
Return on Equity lebih dari 50% perusahaan mengalami kenaikan.
Sebagian perusahaan lainnya mengalami penurunan dengan persentase
penurunan rata-rata sebesar 12,56%. Perusahaan yang paling signifikan
penurunannya adalah PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk yang pada
saat sebelum dilakukan perhitungan Return on Equity sebesar 70% dan
setelah dilakukan perhitungan sebesar 14,67% dengan demikian
82
penurunannya sebesar 55,53%. Sedangkan perusahaan yang paling
signifikan kenaikannya adalah PT. Metro Data Elektronoc, Tbk sebesar
36,88%.
Menurut Toto Prihadi (2007) bagi pemodal rasio ini lebih penting
di banding rasio lain, untuk mengetahui berapa jauh hasil yang diperoleh
dari penanaman modalnya. Karena, yang dibandingkan adalah laba bersih
dengan modal sendiri. Dengan melihat hasil perhitungan, dapat dikatakan
CSR mampu meningkatkan laba perusahaan karena dari rata-rata
perusahaan sampel 50% mangalami peningkatan.
83
h. Earning Per Share
Hasil perhitungan rasio earning per share terdapat pada Tabel 4.10
dibawah ini:
Tabel 4.10
Hasil Perhitungan Erning Per Share pada Perusahaan Sampel
No.
Perusahaan Sampel
Earning Per Share Rp
Sebelum
Sesudah
PT. Alfa Retailindo, Tbk
54.00
PT. Aneka Tambang, Tbk
282.67
PT. Asia Plast Industries, Tbk
1.83
PT. Astra Argo Lestari, Tbk
97.00
PT. Astra Otopart, Tbk
120.67
PT. Fajar Surya Wisesa, Tbk
36.47
PT. Gudang Garam, Tbk
1042.00
PT. HM Sampoerna, Tbk.
644.00
PT. Indah Kiat Pulp & Paper Corp, Tbk 446.67
PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk -90.00
PT. Indosat, Tbk
1001.67
PT. Metro Data Elektronic, Tbk
-0.32
PT. Semen Gresik, Tbk
423.00
PT. Unilever Indonesia, Tbk
3.97
PT. Ultra Jaya Milk Industri, Tbk
171.33
Sumber : Data diolah
35.33
256.67
-2.43
797.00
381.67
14.97
812.00
392.00
-433.00
211.33
303.33
0.01
578.00
1.17
44.67
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Dari Tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa hasil perhitungan
earning per share yang merupakan bagian dari rasio pertumbuhan yang
digunakan
untuk
mengukur
seberapa
baik
perusahaan
dalam
mempertahankan posisi ekonominya dalam pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan dan industry hampir kesuluruhan perusahaan sampel
mengalami penurunan yang sangat signifikan.
84
Perusahaan yang mengalami penurunan yang sangat signifikan
antara lain PT. HM Sampoerna, Tbk. Dengan persentase penurunannya
sebesar 252%, PT. Gudang Garam, Tbk sebesae 230%, PT. Indah Kiat
Pulp & Paper Corp, Tbk sebesar 879,67 %, PT. Indosat, Tbk sebesar
698,34% dan PT. Ultra Jaya Milk Industri, Tbk sebesar 126,66%.
Sedangkan perusahaan yang mengalami kenaikan paling signifikan adalah
PT. Astra Argo Lestari, Tbk sebesar 700%.
i. Price to Book Value (PBV)
Hasil perhitungan rasio Price to Book Value terdapat pada Tabel
4.11 dibawah ini:
Tabel 4.11
Hasil Perhitungan Price to Book Value pada Perusahaan Sampel
No.
Perusahaan Sampel
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
PT. Alfa Retailindo, Tbk
PT. Aneka Tambang, Tbk
PT. Asia Plast Industries, Tbk
PT. Astra Argo Lestari, Tbk
PT. Astra Otopart, Tbk
PT. Fajar Surya Wisesa, Tbk
PT. Gudang Garam, Tbk
PT. HM Sampoerna, Tbk.
PT. Indah Kiat Pulp & Paper Corp, Tbk
PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk
PT. Indosat, Tbk
PT. Metro Data Elektronoc, Tbk
PT. Semen Gresik, Tbk
PT. Unilever Indonesia, Tbk
PT. Ultra Jaya Milk Industri, Tbk
Sumber : Data diolah
85
Price to book Value %
Sebelum
Sesudah
1.51
2.03
0.30
1.45
2.34
1.28
2.12
4.39
0.28
6.91
1.06
3.34
1.45
6.81
1.20
1.45
0.60
0.30
2.38
1.06
2.35
1.80
3.37
0.23
1.08
2.27
0.85
1.64
8.56
0.71
Dari Tabel 4.11 dapat ditunjukkan bahwa hasil perhitungan Price
to book Value yang bermanfaat untuk m engukur kemampuan manajemen
dalam menciptakan nilai pasar yang melampaui pengeluaran biaya
investasi dapat diketahui bahwa ada 9 perusahaan sampel mengalami
penurunan nilai dengan persentase penurunan sebesar 1,44%. Perusahaan
yang paling signifikan penurunannya adalah PT. Indocement Tunggal
Prakarsa, Tbk dengan persentase sebesar 5,83%. Sedangkan perusahaan
yang mengalami kenaikan paling signifikan adalah PT. Unilever
Indonesia, Tbk dengan persentase kenaikan sebesar 1,75%. Adapun
perusahaan yang tidak mengalami perubahan setelah dan sebelum
dilakukan perhitungan price to book adalah PT. Asia Plast Industries, Tbk.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penerapan CSR
mempengaruhi harga saham yang beredar, terlihat dari peningkatan ratarata perusahaan sampel. Walaupun masih ada perusahaan yang mengalami
penurunan dan tidak mengalami perubahan.
2. Pengujian Statistik Untuk Hipotesa Pertama
Pengujian hipotesa untuk membandingkan rasio pada saat sebelum dan
sesudah yaitu dengan uji nonparametric menggunakan Wilcoxon Test dengan
menggunakan program SPSS pada alpha 5%.
Dari output didapatkan nilai z Hitung, sedangkan z tabel bisa dihitung
pada tabel z, dengan α = 5% dan diuji dua sisi (5% dibagi 2 menjadi 2.5%)
dan diuji dua sisi (5% dibagi 2 menjadi 2.5%), maka luas kurva normal adalah
86
50% - 2.5% = 47.5% atau 0.475. pada tabel z untuk luas 0.475 didapat angka z
tabel sekitar 1.96. Pada Tabel 4.12 berikut hasil Uji Wilcoxon :
Tabel 4.12
Hasil Uji Wilcoxon
Variabel
Z
Asymp Sign
Current Ratio
-0,625
0,532
Quick Ratio
-2,840
0,005
Fxed Asset Turnover
-1,363
0,173
Total Asset Turnover
-1,761
0,078
Debt Ratio
-1,533
0,125
Return on Asset
-1,363
0,173
Return on Equity
-0,568
0,570
Erning Per Share Rp
-0,795
0,427
Price to book Value
-0,910
0,363
Sumber : Data diolah
Keputusan
H0 diterima
H0 ditolak
H0 diterima
H0 diterima
H0 diterima
H0 diterima
H0 diterima
H0 diterima
H0 diterima
Tabel 4.12 di atas menunjukkan dengan Z-tabel sebesar 1.96. Pada
taraf alpha 5% maka secara keseluruhan H0 diterima karena Z output < Z-tabel
yang terdiri dari Current Ratio (-0,625 < 1.96), Fxed Asset Turnover (-1,363 <
1.96), Total Asset Turnover (-1,761 < 1.96), Debt Ratio (-1,533 < 1.96),
Return on Asset (-1,363 < 1.96), Return on Equity (-0,568 < 1.96), Earning
per Share (-0,795 < 1.96) dan Price to Book Value (-0,910 < 1.96). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa pengaruh tanggung jawab sosial (Corporate Social
Responsibility_CSR) terhadap kinerja keuangan perusahaan sebelum dan
sesudah diterapkannya Corporate Social Responsibilty_CSR tidak berbeda
secara nyata. Sedangkan untuk variabel quick Ratio diperoleh nilai Z-output (2.840) > Z-Tabel (1.96) maka H0 ditolak. Dengan demikian, variabel tersebut
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang nyata sebelum dan sesudah
diterapkannya CSR.
87
Selain dilihat dari nilai Z, untuk mengambil keputusan dapat dilihat
berdasarkan probabilitas. Dari Tabel 4.12 dapat diketahui secara keseluruhan
memiliki nilai Asymp Sign > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa secara
keseluruhan setiap variabel tidak memiliki perbedaan yang nyata antara
sebelum dan sesudah diterapkannya CSR kecuali pada variabel quick ratio
yang memiliki nilai Asymp Sign sebesar 0,005 < 0,05. Dengan demikian,
untuk variabel quick ratio disimpulkan terdapat perbedaan yang nyata antara
sebelum dan sesudah diterapkannya CSR.
Dari hasil pengujian Wilcoxon dapat dilihat bahwa hanya variabel
quick ratio yang berpengaruh secara signifikan karena nilai Z-output (-2.840)
> Z-Tabel (1.96) dan sig-nya 0,005 lebih kecil dibanding α (asumsi α. 5%).
Hal ini berarti hanya quick ratio yang berkolerasi dengan CSR.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penelitian ini gagal
membuktikan penelitian terdahulu seperti yang dilakukan oleh Ambar Retno
(2007) yang menganalisis CSR berpengaruh positif terhadap RAO dan ROE
sedang dalam penelitian ini yang melakukan pengujian dengan Wilcoxon
terdapat hasil ROA dan ROE tidak berpengaruh sacara signifikan. Menurut
Lely Dahlia (2009) tingkat pengungkapan CSR dalam laporan tahunan
perusahaan berpengaruh positif terhadap ROE satu tahun kedepan (ukuran
kinerja keuangan perusahaan). Penelitian sebelumnya menemukan bahwa
tingkat leverage juga berkorelasi dengan tingkat pengungkapan informasi
CSR, (Sembiring, 2003 dan Sayekti, 2006 dalam Sayekti, 2007) menemukan
korelasi yang negatif. Selanjutnya, (Haniffa et al (2005) dan Sembiring (2005)
88
dalam Sayekti 2007) tidak menemukan korelasi antara tingkat leverage dan
pengungkapan CSR. Namun, dengan pengujian wilcoxon ini juga peneliti
berhasil membuktikan bahwa penelitian yang dilakukan oleh Laan, et.al
(2008), yang mengatakan bahwa CSR dan kinerja keuangan tidak
berhubungan.
3. Pengujian Statistik Untuk Hipotesis Kedua
Metode ini digunakan untuk menguji beberapa sampel yang sifatnya
independent dan memiliki populasi yang sama. Berikut ini hasil analisis uji
Kruskal Wallis.
N
Nilai
135
Evaluasi
Variabel
135
Sumber: Data diolah
Tabel 4.13
Descriptive Statistics
Std.
Mean
Deviation
Minimum
Maximum
1.6944
150.96547
-879.67
700.00
5.0000
2.59161
1.00
9.00
Output ini menampilkan hasil deskriptif dari kasus di atas yang terdiri
dari jumlah data (N), Mean (rata-rata) dimana rata-rata perbedaan rasio antara
sebelum dengan sesudah diterapkan CSR sebesar 1.6944 standar deviasi
sebesar 150.96547.
89
Tabel 4.14
Test Statistics(a,b)
Nilai
Evaluasi
Chi21.901
Square
Df
8
Asymp.
.005
Sig.
Sumber : Data diolah
a Kruskal Wallis Test
b Grouping Variable: Variabel
Dari output didapatkan statistik hitung Kruskal-Wallis atau Chi-Square
Hitung adalah 21.901. Sedang Chi-Square tabel bisa dihitung pada tabel ChiSquare, dengan α = 0.05, dan df = 8 (didapat dari rumus k-1, dimana k adalah
jumlah variabel, 9-1=8). Didapat Chi-Square tabel adalah 15.51.
Oleh karena, Chi-Square Hitung > Chi-Square Tabel (21.901 > 15.51),
maka H0 ditolak. Keputusan :Terlihat bahwa pada kolom Asymp.Sig adalah
0.005 atau probabilitas di bawah 0.05 (0.005 < 0.05). Dengan demikian H0
ditolak atau terdapat perbedaan rata-rata dari kesembilan rasio terhadap
penerapan CSR.
Analisis statistik deskriptif yang disajikan dalam Tabel 4.14 dapat
dilihat bahwa untuk ke-sembilan variabel (sebagai pengungkapan
kinerja
perusahaan) memiliki rata-rata mean 1,6944%, standar deviasi sebesar
150.96547%. Hal ini menunjukan tingkat kinerja keuangan perusahaan sampel
sangat beragam, tergantung jenis usaha/industry, ataupun faktor lain (misalnya
faktor ekonomi yang tidak dibahas dalam penelitian ini). Dan nilai Chi-Square
Hitung > Chi-Square Tabel (21.901 > 15.51), maka H0 ditolak.
90
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara CSR
dengan kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan rasio likuiditas, rasio
aktivitas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, rasio pertumbuhan dan rasio
nilai pasar. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Kotler (2005) dalam
Corporate Social Responsibility: Doing The Most Good For Your Company
And Your Cause,
yang menyatakan bahwa perusahaan pada dasarnya
mengungkapkan informasi sosial (CSR) dengan tujuan untuk membangun
image perusahaan dan mendapatkan perhatian dari masyarakat. Semakin
tinggi aktivitas dan pengungkapan CSR yang dilakukan oleh suatu
perusahaan, maka akan semakin meninngkatnya kinerja keuangan perusahaan
secara keseluruhan.
Hal ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya seperti yang dilakukan
oleh
Ambar Retno (2007) yang menganalisis CSR berpengaruh positif
terhadap RAO dan ROE. Lely dahlia (2009) tingkat pengungkapan CSR
dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh positif terhadap ROE satu
tahun kedepan (ukuran kinerja keuangan perusahaan). Penelitian sebelumnya
juga menemukan bahwa tingkat leverage (solvabilitas) juga berkorelasi
dengan tingkat pengungkapan informasi CSR, Roberts (1992) dalam Sayekti
(2007)
menemukan korelasi yang positif. Namun dengan pengujian ini
peneliti tidah berhasil membuktikan penelitian yang dilakukan oleh laan, et.al
(2008), yang mengatakan bahwa CSR dan kinerja keuangan tidak
berhubungan, karena dengan pengujian kruskal wallis ini peneli menemukan
bahwa terdapat pengaruh antar CSR dengan kinerja keuangan perusahaan.
91
BAB V
KESIMPULAN DAB IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab-bab
sebelumnya, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1. Rasio Likuiditas
Dari analisis rasio likuiditas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendek dilihat dari
periode perhitungan sesudah menerapkan corporate social responsibility,
tidak jauh berbeda dibandingkan sebelum menerapkan corporate social
responsibility menunjukann bahwa perusahaan masih tetap dapat
memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dengan tepat waktu,
walaupun banyak terjadi fluktuasi penurunan maupun peningkatan dalam
perhitungannya, kinerja keuangan perusahaan masih sangat baik.
Berdasarkan hasil uji beda (wilcoxont test) diperoleh terdapat perbedaan
kinerja keuangan namun tidak signifikan pada current rasio dan pada
quick test rasio terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah
menerapkan corporate social responsibility. Besarnya peningkatan dan
penurunan kinerja keuangan pada rasio ini yaitu sebesar rata-rata 50% dari
sebelum implementasi CSR.
2. Rasio Aktivitas
Dari analisis rasio aktivitas, dapat disimpulkan bahwa efisiensi
perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk memperoleh penjualan
92
dilihat dari perhitungan pada periode sesudah menerapkan CSR lebih baik
dibandingkan sebelum menerapkan CSR, menunjukkan bahwa kinerja
keuangan perusahaan pada periode sesudah menerapkan CSR lebih tinggi.
Kondisi ini menunjukan bahwa dengan melakukan kebijakan implementasi
CSR akan dapat menghasilkan perubahan yang baik. Hal ini dikarenakan
dengan menerapkan CSR pada suatu perusahaan, maka nilai perusahaan
di mata investor akan semakin baik tidak hanya dimata investor namun
juga di mata masyarakat dan hal itu akan menyebabkan peningkatan
penjualan.
Hal tersebut terlihat dengan meningkatnya kinerja keuangan pada
rasio ini sesudah implementasi CSR dan peningkatan tersebut rata sebesar
17%.
3. Rasio Solvabilitas
Dari analisis rasio solvabilitas dapat disimpulkan bahwa kapasitas
perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik untuk jangka pendek maupun
jangka panjang pada periode sesudah menerapkan CSR tidak jauh berbeda
dibandingkan sebelum menerapkan CSR, walaupun demikian menunjukan
bahwa kinerja keuangan perusahaan untuk membayar beban hutangnya
baik jangka pendek maupun jangka panjang masih sangat baik.
Berdasarkan hasil perhitungan terdapat perbedaan sebelum dan sesudah
menerapkan CSR. Namun, perbedaan tersebut berdasarkan hasil uji beda
(wilcoxont test) tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kinerja
keuangan (rasio solvabilitas/leverage) sebelum dan sesudah menerapkan
93
CSR. Perbedaan rasio ini sebelum dan sesudah implementasi CSR
menurun rata-rata sebesar 17% pada perusahaan sampel.
4. Rasio Profitabilitas
Dari analisis rasio profitabilitas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
perusahaan untuk memperoleh laba baik dalam hubungan dengan
penjualan, assets, maupun laba bagi modal sendiri pada periode sesudah
menerapkan CSR lebih baik dibandingkan sebelum menerapkan CSR,
menunjukan bahwa kinerja keuangan perusahaan untuk mendapatkan laba
melalui sumber daya yang ada pada periode sesudah menerapkan CSR ini
lebih besar, sehingga kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba
menjadi meningkat. Namun berdasarkan hasil uji beda (wilcoxont test)
diperoleh tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan (rasio profitabilitas)
sebelum menerapkan CSR dan sesudah menerapkan CSR.
Berdasarkan perhitungan, peningkatan rata-rata rasio profitabilitas
sebelum dan sesudah menerapkan CSR sebesar 28%.
5. Rasio Pertumbuhan
Dari analisis hasil perhitungan earning per share yang merupakan
bagian dari rasio pertumbuhan yang digunakan untuk mengukur seberapa
baik perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya dalam
pertumbuhan
ekonomi
kesuluruhan
perusahaan
secara
sampel
keseluruhan
mengalami
dan
industry,
hampir
peningkatan.
Namun
peningkatan tersebut berdasarkan hasil uji beda (wilcoxson test) diperoleh
94
tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan (rasio pertumbuhan) sebelum
menerapkan CSR dan Sesudah menerapkan CSR.
6. Rasio Market Value
Dapat ditunjukkan bahwa hasil perhitungan Price to Book Value yang
bermanfaat untuk mengukur kemampuan manajemen dalam menciptakan
nilai pasar yang melampaui pengeluaran biaya investasi dapat diketahui
bahwa ada 9 perusahaan sampel mengalami penurunan nilai dengan
persentase penurunan sebesar 1,44%. Dari analisis rasio market value
dapat disimpulkan bahwa kemampuan perusahaan untuk memperoleh
pendapatan dari pendapatan setiap lembar saham pada periode sebelum
menerapkan CSR lebih baik dibandingkan sesudah menerapkan CSR, hal
tersebut
menunjukan
bahwa
kinerja
keuangan
perusahaan
untuk
mendapatkan laba melalui sumber daya yang ada pada periode sesudah
menerapkan CSR ini lebih rendah, sehingga kemampuan perusahaan untuk
memperoleh pendapatan menjadi berkurang. Namun hasil perhitungan
tersebut berdasarkan hasil uji beda (wilcoxont test) diperoleh tidak terdapat
perbedaan kinerja keuangan (rasio market value) sebelum menerapkan
CSR dan sesudah menerapkan CSR.
95
B. Implikasi
Setelah diperoleh kesimpulan mengenai uraian-uraian permasalahan yang
ada pada penelitian ini, maka sebagai pelengkap akan diajukan beberapa
implikasi yang nantinya diharapkan dapat membantu dan berguna bagi
perusahaan itu sendiri dan pihak lain yang membutuhkan, adapun implikasi
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan yang sudah menerapkan CSR diharapkan dapat terus
meningkatkan kepedulian sosialnya dengan kegiatan-kegiatan yang
bermanfaat atau menguntungkan bagi semua pihak yang berkepentingan.
Walaupun pada awal pelaksanaan akan menghabiskan banyak biaya
namun dampak yang akan terjadi sangatlah baik untuk perusahaan
selanjutnya, karena perusahaan yang telah melakukan kegiatan CSR akan
lebih baik dibanding perusahaan yang tidak melakukan CSR. CSR bisa
membangun positioning merek, mendongkrak penjualan, memperluas
pangsa pasar, meningkatkan loyalitas karyawan, mengurangi biaya
operasional, serta meningkatkan daya tarik korporat di mata investor.
2. Dengan menerapkan CSR, diharapkan perusahaan akan memperoleh
legitimasi sosial dan memaksimalkan kekuatan keuangannya dalam jangka
panjang. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang menerapkan
CSR mengharapkan akan direspon positif oleh para pelaku pasar.
Diharapkan bahwa investor mempertimbangkan informasi CSR yang
diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan, sehingga dalam
pengambilan keputusan investor tidak semata-mata mendasarkan pada
96
informasi
laba
saja.
Pengungkapan
informasi
CSR
diharapkan
memberikan informasi tambahan kepada para investor selain dari yang
sudah tercakup dalam laba akuntansi.
3. Pada rasio market value, perusahaan diharuskan untuk memperbaiki
kondisinya yaitu dengan menciptakan nilai pasar yang melampaui
pengeluaran biaya investasi, dengan mencari alternatif pemindahan dana
dari pos-pos yang kurang produktif ke pos yang lebih produktif, misal dari
pos kas ke investasi proyek yang dapat memberikan keuntungan yang
lebih baik, menekan biaya-biaya agar tidak terjadi pemborosan yang dapat
merugikan
perusahaan,
sehingga
kemampuan
perusahaan
untuk
memperoleh nilai pasar yang lebih baik pada periode sesudah menerapkan
CSR dan masa yang akan datang lebih meningkat.
4. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan periode penelitian sebaiknya
lebih dari yang diteliti saat ini agar penelitian dapat dibandingkan dari
tahun ke tahun dan memprediksi hasil penelitian untuk jangka panjang.
5. Penelitian selanjutnya dapat memperbesar populasi pada berbagai tingkat
sektor industry untuk mengetahui pengaruhnya terhadap berbagai jenis
industry.
97
DAFTAR PUSTAKA
Ambadar, jackie, ”Corporate Social Responsibility: dalam praktek di indonesia,
wujud kepedulian dunia usaha”, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta,
2008.
Anjar, Fahmianto, ”Program CSR Inovatif”, Republika, Jakarta, 2008.
Arifin, Johar. ”Analisis Laporan Keuangan berbasis komputer”, PT. Alex Media
Komputindo, Jakarta, 2004.
Astuti, Dewi. ”Manajemen Keuangan Perusahaan”, Ghalia Indonesia, Jakarta,
2004.
Aupperle, Kenneth, E, A.B. Carrol, dan S.D Hatfield, ”An Emperical Examination
of The Relationship Between Corporate Social Responsibility and
Profitability”, The Academy of Management Journal, Vol.28. No.2. 1985.
Brealey, Myers, Marhus, ” Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Perusahaan”. Edisi
5, Erlangga, Jakarta, 2008.
Cochran, Philip L, dan Robert A. Wood, ” Corporate Social Responsibility and
Financial Performance”, Academy of Management Journal, 1984, Vol. 27,
No. 1.
Cadbury, Sir Adrian, “Global Corporate Governance”, Forum Word Bank, 2000
Carrol, Archie.B, “ Corporate Social Responsibility: Evolution of Defitional
Contruct”, Business and Society, 1999.
Christina, Ellen, dkk, “Anggaran Perusahaan: Suatu Pendekatn Praktis”, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001.
Cooper, Donald R,. ”Business Research Methods”, 5 st edition, Erlangga, 1996.
Dahlia, Lely, “Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Kinerja
Keuangan perusahaan”, Studi empiris pada perusahaan yang tercatat di
bursa efek Indonesia pada tahun 2005 dan 2006), Skripsi Fakultas
Ekonomi, Universitas Indonesia, 2008.
Daniri, Mas Achmad, ”good corporate governance: Konsep & Penerapan dalam
konteks Indonesia”, PT. Ray Indonesia, Jakarta, 2006.
Elkington, j, and Thorpe, j, “ Cannibal With Forks The Triple Bottom Line of 21st
Century Business”, 2005.
98
Harahap, Sofyan Syahfri, ”Analisis Kritis Laporan Keuangan”, Edisi.1, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2008.
Hasan, Iqbal, ”Analisis Data Penelitian Dengan Statstik”, PT. Bumi Aksara,
Jakarta, 2004.
James c. Van Horne & John M. Washowize, jr. “Prinsip-prinsip Manajemen
Keuangan”, Edisi Indonesia, Salemba Empat, Jakarta, 2000.
Kasmir, ” Analisis laporan keuangan”. Edisi 1, Rajawali Pers, Jakarta, 2008.
Kiroyan, Noke, ” Good Corporate Governance dan Corporate Social
Responsibility: Adakah Kaitan diantara Keduanya”, Edisi III, Economic
Business Accounting Review, 2006.
Keown, Arthur J. Martin, Jhon D. et,al.” Manajemen keuangan: Prinsip dan
penerapan”. Ed 10. jilid 1, Index, Jakarta, 2008.
Kodrat, David Sukardi, ”Studi Penerapan Corporate Social Responsibility untuk
menciptakan Sustainable Growth di Indonesia”, The 2 nd National
Conference UKMWS, Surabaya, 2008.
Kotler, Philip, ”Doing The Most Good For Your Company And Your Cause”,
2005 dari http://www.csrindonesia.com
Kuniawan, Teguh, ”Penerapan Corporate Social: Perspektif Administrasi
Publik”, 2008.
Laan, Van der Gerwin, Hans Van Ees, dan Arjen Van Witteloostuijin, ”Corporate
Social Responsibility and Financial Performance: An Extended
Stakeholder Theory, and Empirical Test with Accounting Measures”,
Jornal of Business Ethnic, 2008. DOI 10.1007/s10551-007-9398-0.
McGuire, Jean B, dan Alison Sundgren, Thomas Schneeweis, ”Corporate Social
Responsibility and Firm Financial Performance”, Academy of
Management Journal, 1988. Vol 31. No.4.
O’bannon, D.P and L, E, Preston, ”The Corporate Social Financial Performance
Relationship: A Typology and Analysis”, Paper and Presented at the, 1993.
Prihadi, Toto. “Mudah Memahami Laporan Keuangan”, PPM, Jakarta, 2007.
Rahayu, Hastanti Agustin, “Analysis Relationship Between Disclosure Of
Corporate Social Responsibility Concerning Performance And Corporate
Value”, Theses from PFEUGM / 2008.
99
Retno, Ambar, “ Analisis Pengaruh Corporate Social Reporting terhadap
corporate social responsibility”, Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas
Indonesia, 2007.
Riyanto, Bambang, “Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan”, Edisi ke-4, BPFE,
Yogyakarta, 2001.
Sayekti, Yosefa dan Ludovicus Sensi Wondabio, “Pengaruh CSR Disclosure
Terhadap Earning Response Coefficient”, Simposiun Nasional Akuntansi
X, AKPM-08, Program Ilmu Akuntansi FEUI, 2007.
Sjahrial, Dermawan.,” Pengantar Manajemen keuangan”, Mintera wacana media,
Jakarta, 2007.
Steiner, George Albert, ” Business, Government, And Society: a Managerial
Perspective, Text and Cases”, 11 th edition, McGraw Hill, 2006.
SWA, Sembada No.24/xxiv/13-23, Nov, 2008.
Sudarmiatin, ”Analisis Rasio Sebagai Alat Evaluasi Kinerja Perusahaan”, Jurnal
Ilmu Pengetahuan Sosial, Th 33, Nomor 2, Desember 1999.
Syakhroza, Ahmad, ” Makalah Mengenai Penerapan Corporate Governance”,
2002.
Tim Studi pengkajian Prinsip-prinsip Organisasi for Economis Co opertarion and
Development 2004. Departemen Keuangan Indonesia BAPEPAM, 2006.
Trunbull, Shann, ”Corporate Governance: Theories, Challenger and Paradigms
Governance”, Review Internasional, Vol.1 No.1, 2000.
Umu, Khourohdan, Irany Widhayastih,”perbandingan Kinerja keuangan antara
perusahaan dengan status penanam modal asing (PMA) dan penanam
Modal dalam Nederi (PMDN), Jurnal Ekonomi, Lipi, Jakarta, 2002.
Uyanto, Stanislaus S, ” Pedoman Analisis Data Dengan SPSS”, edisi ketiga,
Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009.
Warsidi, Agus, ” Evaluasi Kegunaan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi
Perubahan Laba di Masa Yang Akan Datang”, Jurnal Akuntansi,
Manajemen dan Ekonomi, Vol. 2 No.1 2002, Penerbit Program Magister
Universitas Jendral Sudirman.
Warta Ekonomi, ”Konsep Bisnis Paling Bersinar 2006: Level Adopsinya Kian
Tinggi”,
Warta
Ekonomi,
Desember,
2006
diakses
dari
http://www.wartaekonomi.com.
100
Wibisono, Yusuf. “Membedah Konsep dan APlikasi CSR”, Fascho Publishing,
Gresik, 2007.
Wiiliams, Chuck,. ”management”, 1 st edition, Salemba Empat, Jakarta, 2001.
www.csrindo.com
www.csrindonesia.com
www.google.com
www.wartaekonomi.com
101
Download