introduksi beberapa jagung komposit varietas unggul pada lahan

advertisement
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
INTRODUKSI BEBERAPA JAGUNG KOMPOSIT VARIETAS UNGGUL
PADA LAHAN KERING DALAM UPAYA MENUNJANG KEDAULATAN
PANGAN DI KABUPATEN SRAGEN
(The assessment of introduction of corn composite high yield varieties on the dry
land in Sragen)
Tota Suhendrata
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah
Bukit Tegalepek, Sidomulyo Ungaran 50501, Telp. (024) 6924965;
Fax. (024) 924966; e-mail: [email protected]; HP: 08122906541
ABSTRAK
Lahan kering merupakan salah satu potensi yang belum dimanfaatkan secara
optimal untuk usaha pertanian terutama tanaman jagung. Lahan kering sangat layak
untuk dipertimbangkan dalam menunjang swasembada jagung berkelanjutan. Jagung
merupakan komoditas yang mempunyai nilai strategis setelah padi dalam pembangunan
pertanian dan perekonomian Indonesia. Komoditas ini mempunyai fungsi multiguna,
baik sebagai bahan pangan, bahan baku industri, maupun sumber pendapatan petani.
Ada dua jenis jagung yang dibudidayakan, yaitu jagung putih dan jagung kuning.
Jagung kuning lebih diutamakan untuk kebutuhan industri pakan, makanan kecil, dan
bahan baku industri rumah tangga seperti marning jagung, emping jagung dan lain-lain,
sementara jagung putih banyak dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan pangan (nasi
jagung). Introduksi beberapa jagung komposit varietas unggul telah dilakukan di lahan
kering Desa Ngrombo, Kecamatan Tangen, Kabupaten Sragen pada musim hujan (MH)
bulan Oktober 2011–Januari 2012. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memperkenalkan dan mengetahui produktivitas jagung komposit varietas unggul Bisma,
Lamuru, Gumarang, Sukmaraga, Srikandi Putih dan Srikandi Kuning. Inovasi yang
diterapkan meliputi varietas, jarak tanam 70 x 20 cm dan pemupukan dengan dosis 2
ton/ha pupuk kandang, 200 kg/ha Urea, dan 250 kg/ha Phonska. Untuk mencegah
timbulnya penyakit bulai, sebelum ditanam benih jagung diberi perlakuan metalaksil
(saromil 2 g/kg benih). Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas pipilan
kering varietas Bisma 7,8 t/ha, Lamuru 8,0 t/ha, Gumarang 6,9 t/ha, Sukmaraga 8,4 t/ha,
Srikandi Putih 6,9 t/ha, dan Srikandi Kuning 6,5 t/ha. Produktivitas jagung komposit
lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas jagung hibrida yang biasa ditanam
petani. Jagung komposit ini memiliki peluang yang lebih baik untuk dikembangkan
pada lahan kering. Selain itu jagung komposit memiliki kelebihan dalam hal kandungan
proteinnya sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif salah satu bahan baku
diversifikasi pangan yang bergizi dalam menunjang kemandirian pangan.
Kata kunci: jagung komposit, produktivitas, lahan kering, pangan
PENDAHULUAN
Jagung merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang mempunyai nilai
dan peranan strategis setelah padi dalam pembangunan pertanian dan perekonomian
Indonesia. Jagung mempunyai fungsi multiguna, baik sebagai bahan pangan, bahan
baku industri, maupun sumber pendapatan petani. Ada dua jenis jagung yang
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
dibudidayakan, yaitu jagung putih dan jagung kuning. Jagung kuning lebih diutamakan
untuk kebutuhan industri pakan, makanan kecil, dan bahan baku industri rumah tangga
seperti marning jagung, emping jagung dan lain-lain, sementara jagung putih banyak
dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan pangan (nasi jagung).
Propinsi Jawa Tengah sebagai salah satu provinsi penghasil utama jagung di
Indonesia setelah Jawa Timur. Pada tahun 2010, Propinsi Jawa Tengah mengkontribusi
jagung sebesar 16,69 persen terhadap produksi jagung Indonesia. Namun rata-rata
produktivitas masih rendah yaitu 4,8 t/ha tetapi lebih tinggi dibandingkan dengan ratarata produktivitas nasional yaitu sebesar 4,4 t/ha (BPS, 2012; Dinas Pertanian TPH Prov
Jawa Tengah, 2012).
Kabupaten Sragen merupakan salah satu penyangga pangan Provinsi Jawa
Tengah. Luas lahan sawah tadah hujan mencapai 13.739 ha (14,59 persen) dan lahan
kering 54.396 ha (57,77 persen) dari luas wilayah Kabupaten Sragen atau 7,48 persen
dari luas lahan kering Provinsi Jawa Tengah. Lokasi potensial untuk pengembangan
jagung berada disebelah utara Bengawan Solo yang merupakan kawasan lahan pertanian
kering yang tersebar di Kecamatan Sumberlawang, Gesi, Sambirejo, Tangen, Jenar,
Sukodono, Sambungmacan, dan Kalinjambe. Produktivitas jagung di Kabupaten Sragen
baru mencapai 4,8 t/ha pada tahun 2010 (Dinas Pertanian Kabupaten Sragen, 2010; BPS
Provinsi Jawa Tengah, 2012). Rendahnya produktivitas tersebut mungkin disebabkan
oleh penerapan teknologi budidaya dan rendahnya penggunaan benih unggul bermutu di
tingkat petani.
Jagung merupakan salah satu tanaman yang dapat dibudidayakan pada lahan
kering. Pada umumnya petani lahan kering adalah petani yang bermodal dan
berpendapatan relatif rendah dibandingkan dengan petani lahan sawah irigasi. Oleh
karena itu alternatif pengembangan jagung diarahkan pada input yang rendah dan
toleran terhadap kekeringan yaitu jagung komposit. Deskripsi jagung komposit varietas
unggul yang diintroduksikan sebagai berikut (1) Varietas Bisma dapat dipanen pada
umur ± 96 HST, tinggi tanaman ± 190 cm, tinggi tongkol lebih kurang setengah batang,
jumlah baris/tongkol 12-18 baris, rata-rata hasil 5,7 t/ha pipilan kering dengan potensi
hasil 7,0–7,5 t/ha pipilan kering, tahan rebah, tahan terhadap penyakit karat dan bercak
daun, daerah sebaran dataran rendah sampai 500 m dpl, dan dilepas tahun 1995, (2)
Varietas Lamuru dapat dipanen pada umur 90-95 HST, tinggi tanaman ± 190 cm, tinggi
tongkol ± 90 cm, jumlah baris/tongkol 12-16 baris, rata-rata hasil 5,6 t/ha pipilan kering
dengan potensi hasil 7,6 t/ha pipilan kering, tahan terhadap penyakit bulai dan
karat,daerah sebaran dataran rendah sampai 600 m dpl, dan dilepas tahun 2000, (3)
Varietas Gumarang dapat dipanen pada umur ± 82 HST, tinggi tanaman ± 180 cm,
tinggi tongkol ± 88 cm, jumlah baris/tongkol 12-16 baris, rata-rata hasil 5,0 t/ha pipilan
kering dengan potensi hasil 8,0 t/ha pipilan kering, tahan terhadap penyakit bulai,
daerah sebaran dataran rendah sampai 600 m dpl, dan dilepas tahun 2000, (4) Varietas
Sukmaraga dapat dipanen pada umur ± 105-110 HST, tinggi tanaman ± 195 cm, tinggi
tongkol ± 95 cm, jumlah baris/tongkol 12-16 baris, tahan terhadap penyakit bulai,
bercak daun dan karat daun, adaptif tanah masam, rata-rata hasil 6,0 t/ha pipilan kering
dengan potensi hasil 8,5 t/ha pipilan kering, daerah sebaran dataran rendah sampai 800
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
m dpl, adaptif tanah masam, dan dilepas tahun 2003, (5) Varietas Srikandi Putih dapat
dipanen pada umur ± 105-110 HST, tinggi tanaman ± 195 cm, tinggi tongkol ± 95 cm,
jumlah baris/tongkol 12-14 baris, tahan terhadap penggerek batang, tahan hawar daun
dan karat daun, rata-rata hasil 5,9 t/ha pipilan kering dengan potensi hasil 8,1 t/ha
pipilan kering, dianjurkan ditanam di dataran rendah pada musim penghujan dan dilepas
tahun 2004, dan (6) Srikandi Kuning dapat dipanen pada umur ± 105-110 HST, tinggi
tanaman ± 185 cm, jumlah baris/tongkol 12-14 baris, tahan terhadap penggerek batang,
tahan hawar daun dan karat daun, dianjurkan ditanam di dataran rendah pada musim
penghujan, rata-rata hasil 5,4 t/ha pipilan kering dengan potensi hasil 7,9 t/ha pipilan
kering, dan dilepas tahun 2003 (Adnan et al., 2010).
Penelitian ini bertujuan untuk memperkenalkan dan mengetahui produktivitas
jagung komposit varietas unggul Bisma, Lamuru, Gumarang, Sukmaraga, Srikandi
Putih, dan Srikandi Kuning di lahan kering.
METODE
Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan kering Desa Ngrombo, Kecamatan
Tangen, Kabupaten Sragen pada musim hujan (MH) 2011/2012 (Oktober 2011–Januari
2012). Komponen teknologi yang diterapkan meliputi penggunaan varietas unggul
Bisma, Lamuru, Gumarang, Sukmaraga, Srikandi Putih, dan Srikandi Kuning,
penyiapan lahan, pembuatan saluran drainase, ditanam secara tugal dengan jarak tanam
70 cm x 20 cm dengan 1 tanaman per lubang, pupuk yang digunakan pupuk organik 2
ton/ha, Urea 200 kg/ha, dan Phonska 250 kg/ha. Untuk mencegah timbulnya penyakit
bulai, sebelum ditanam benih jagung diberi perlakuan metalaksil (saromil 2 g/kg benih).
Data produktivitas diolah dan dianalisis secara deskriptif kuantitatif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Produktivitas jagung komposit yang dintroduksikan menunjukkan tidak adanya
perbedaan yang nyata antara varietas Bisma, Lamuru dan Sukmaraga masing-masing
sebesar 7,8; 8,1 dan 8,4 t/ha pipilan kering dan antara produktivitas varietas Gumarang,
Srikandi Putih dan Srikandi Kuning masing-masing sebesar 6,9 t/ha 6,9 t/ha dan 6,5 t/ha
pipilan kering. Tetapi ada perbedaan yang nyata antara produktivitas jagung varietas
Bisma, Lamuru dan Sukmaraga dengan varietas Gumarang, Srikandi Putih dan Srikandi
Kuning (Tabel 1). Produktivitas varietas Gumarang, Srikandi Putih dan Srikandi
Kuning memberikan keragaan mendekati potensi hasil yang sebenarnya, sedangkan
produktivitas varietas Bisma, Lamuru dan Sukmaraga memberikan keragaan melebihi
potensi hasilnya, hal ini mengindikasikan bahwa keenam varietas tersebut adaptif dan
produktif ditanam di lahan kering pada musim hujan. Produktivitas jagung varietas
Bisma, Gumarang, Srikandi Putih dan Srikandi Kuning di lahan sawah tadah hujan pada
musim kemaru lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas di lahan kering pada
musim hujan, sedangkan varietas Lamuru dan Sukmaraga terjadi sebaliknya (Table 1).
Hasil penelitian dibeberapa daerah menunjukkan produktivitas yang bervariasi,
produktivitas (pipilan kering) di Kabupaten Seram Bagian Barat varietas Sukmaraga
12,02 t/ha, Srikandi Kuning 9,63 t/ha, dan Bisma 8,26 t/ ha (Pesireron dan Senewe,
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
2011). Produktivitas varietas Lamuru, Srikandi Kuning, Bisma, Gumarang dan
Sukmaraga di lahan kering Kabupaten Blora masing-masing 6,59; 5,78; 5,36; 4,58 dan
6,59 t/ha (Iriani, 2009). Produktivitas varietas Lamuru di Kabupaten Temanggung 6,48
t/ha dan di Kabupaten Boyolali 6,63 t/ha (Handoyo, 2009). Di Kabupaten Semarang,
produktivitas varietas Srikandi Kuning mencapai 6,20 t/ha (Kusumasari dan Jauhari,
2011). Kasim dalam Kusumasari dan Jauhari (2011) menyatakan bahwa keragaman
sistem produksi jagung di Indonesia berkaitan dengan faktor-faktor iklim dan geografis,
cekaman biotis dan abiotis, umur masak, dan tipe biji yang ditanam petani. Kasno
dalam Kusumasari dan Jauhari (2011) menambahkan bahwa selain itu terdapat pula
perbedaan dalam pengelolaan budidaya tanaman, yakni antara usahatani intensif dengan
agro input tinggi sampai cara subsisten yang biasanya terkait dengan marginalitas
agroekologi.
Tabel 1. Produktivitas Jagung Komposit Varietas Unggul Di Desa Ngrombo Pada
Musim Kemarau (MK) 2011 Dan Musim Hujan (MH) 2011/2012
Produkvitas (t/ha)
MK 2011*)
MH 2011/2012
Bisma
8,13
7,81
Lamuru
5,78
8,05
Gumarang
8,42
6,93
Sukmaraga
7,67
8,43
Srikandi Putih
8,69
6,88
Srikandi Kuning
6,87
6,53
*)
Sumber : Suhendrata et al. (2012)
Varietas
Faktor pembatas pada usahatani jagung adalah ketersediaan air dan permodalan.
Apabila ketersediaan ait terbatas jagung komposit varietas Lamuru lebih berpeluang
untuk dikembangkan karena toleran kekeringan, apabila ketersediaan air cukup dan
modal terbatas keenam jagung komposit yang diintroduksikan berpeluang untuk
dikembangkan dibandingkan dengan jagung hibrida yang memerlukan ketersediaan air
cukup dan modal tinggi. Selain itu, varietas Srikandi Putih dan Srikandi Kuning
memiliki mutu protein yang tinggi sehingga dapat sebagai salah satu bahan pilihan
diversifikasi pangan yang bergizi.
KESIMPULAN
1. Keragaan enam varietas jagung pada lahan kering Desa Ngrombo Kecamatan Tangen
Kabupaten Sragen yang terbaik adalah jagung varietas Sukmaraga dengan
produktivitas sebesar 8,4 t/ha, diikuti oleh varietas Lamuru 8,1 t/ha, Bisma 7,8 t/ha,
Gumarang 6,9 t/ha, Srikandi Putih 6,9 t/ha dan terendah varietas Srikandi Kuning
dengan produktivitas sebesar 6,5 t/ha pipilan kering.
2. Ditinjau dari produktivitas, keenam jagung komposit yang diintroduksikan adaptif
dan produktif ditanam pada lahan kering.
3. Keenam jagung komposit yang diintroduksikan mempunyai peluang cukup baik
untuk dikembangkan pada lahan kering.
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Koordinator Penyuluh Pertanian
Lapangan (PPL) Kecamatan Tangen, PPL Desa Ngrombo Kecamatan Tangen dan
Teknisi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah yang telah
membantu dalam pelaksanaan kegiatan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, A.M., Constance R., dan Zubachtirodin. 2010. Deskripsi Varietas Unggul
Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros.
BPS Provinsi Jawa Tengah, 2012. Luas Penggunaan Lahan Bukan Sawah.
www.jateng.bps.go.id. Diakses tanggal 20 Juni 2012.
BPS, 2012. Pertanian. www.bps.go.id. Diakses tanggal 20 Juni 2012.
Dinas Pertanian Kabupaten Sragen, 2010. Sektor Pertanian. www.sragenkab.go.id.
Diakses tanggal 20 Juni 2012.
Dinas
Pertanian TPH Provinsi Jawa Tengah, 2012. Tanaman
www.dinpertantph.jatengprov.go.id. Diakses tanggal 20 Juni 2012.
pangan.
Handoyo. J, 2009. Implementasi Jagung Komposit Lamuru dan Sukmaraga Di Jawa
Tengah. Rekomendasi Teknologi Budidaya Jagung Hibrida Bima 5, Komposit
Sukmaraga Dan Lamuru. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah.
Iriani. E, 2009. Budidaya Jagung Komposit dan Hibrida Bima Di Kabupaten Blora.
Rekomendasi Teknologi Budidaya Jagung Hibrida Bima 5, Komposit
Sukmaraga Dan Lamuru. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah.
Kusumasari. A. C dan S. Jauhari, 2011. Pengkajian Sistem Usahatani Jagung Bersari
Bebas Di Lahan Kering Kabupaten Semarang. Prosiding Semiloka Nasional
Dukungan Agro-Inovasi Untuk Pemberdayaan Petani. Kerjasama UNDIP,
BPTP Jawa Tengah
Pesirero. M dan R E. Senewe, 2011. Keragaan 10 Varietas/Galur Jagung Komposit dan
Hibrida Pada Agroekosistem Lahan Kering Di Maluku. Jurnal Budidaya
Pertanian. Vol 7(2) 2011. Hal. 53-59)
Suhendrata. T, J. Pramono, dan Ngadimin, 2012 Peningkatan Produktivitas Melalui
Introduksi Beberapa Jagung Komposit Varietas Unggul Di Lahan Sawah Tadah
Hujan Dalam Upaya Menunjang Kemandirian Pangan Di Kabupaten Sragen.
Makalah Semnas Kemandirian Pangan. Universitas Pajajaran.
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Download