bedah preprostetik

advertisement
BEDAH PREPROSTETIK
Dipresentasikan pada
”Penatalaksanaan Perawatan/Tindakan Kasus Gigi dan Mulut di
Tempat Praktek”
Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Cabang Kota Bandung
Oleh :
Lucky Riawan, drg., Sp BM
NIP. 131 567 579
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2003
Judul
: Bedah Preprostetik
Penyusun : Lucky Riawan, drg., Sp.BM
NIP
: 131 567 579
Bandung, Juni 2003
Mengetahui,
Kepala Bagian Bedah Mulut Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Padjadjaran
(Tis Karasutisna, drg., Sp.BM)
NIP. 130 779 427
ABSTRAK
Bedah preprostetik dilakukan untuk menyiapkan baik jaringan lunak maupun jaringan
keras sebelum dilakukan pembuatan gigi tiruan untuk menunjang stabilisasi, retensi,
kenyamanan dan estetika.
Beberapa jenis tindakan yang dapat dilakukan dalam bedah preprostetik seperti
bedah jaringan lunak, vestibuloplasty, frenektomi, alveoplasty, alveolar augmentasi,
oral tori dapat dipertimbangkan dilakukan untuk hasil yang optimal pada
pembuatan gigi tiruan yang ideal
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Makalah ini penulis persiapkan untuk melengkapi syarat dalam
memperoleh
Dalam penyusunan makalah ini banyak kesulitan dan hambatan yang penulis
kenaikan pangkat dalam kepegawaian negeri sipil.hadapi, meskipun demikian
berkat bantuan serta dorongan dari berbagai pihak, penyusunan makalah ini dapat
terlaksana dengan baik.
Akhirnya kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi Ilmu Kedokteran
Gigi umumnya bagi pembaca yang menaruh minat pada khususnya.
Bandung, Juni 2003
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
i
KATA PENGATAR
ii
DAFTAR ISI
iii
Pendahuluan
1
Tujuan Bedah Preprostetik
2
Etiologi perubahan struktur anatomi pada jaringan lunak dan jaringan keras
2
Prinsip-prinsip Rencana Perawatan dan Evaluasi pasien
3
Riwayat Penyakit
3
Pemeriksaan Klinis
3
Pemeriksaan Khusus
4
Penatalaksanaan sebelum operasi
4
Prosedur perawatan yang sederhana
4
Tahapan bedah preprostetik
5
1. Bedah Jaringan Lunak
5
2. Vestibuloplasty
6
3. Frenektomy
6
4. Alveoplasty
8
5. Alveol Augmentasi
10
6. Oral tori
11
KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
14
iii
BEDAH PREPROSTETIK
Penduhuluan
Secara ideal seseorang akan menggunakan gigi geligi permanen seumur
hidupnya. Akan tetapi, gigi dapat hilang/dicabut karena berbagai alasan, termasuk
penyakit periodontal, karies gigi, kondisi patologis rahang dan trauma. Ilmu
prosthodontia selain bertujuan untuk mengembalikan fungsi dan estetis gigi geligi
karena adanya gigi yang hilang, tetapi juga bentuk muka secara estetis. (Matthew
et al, 2001)
Bedah preprostetik adalah bagian dari bedah mulut dan maksilofasial yang
bertujuan untuk membentuk jaringan keras dan jaringan lunak yang seoptimal
mungkin sebagai dasar dari suatu protesa. Meliputi teknik pencabutan sederhana
dan persiapan mulut untuk pembuatan protesa sampai dengan pencangkokan
tulang dan implan alloplastik (Stephens, 1997)
Bedah preprostetik lebih ditujukan untuk modifikasi
bedah pada tulang
alveolar dan jaringan sekitarnya untuk memudahkan pembuatan dental prothesa
yang baik, nyaman dan estetis. Ketika gigi geligi asli hilang, perubahan akan terjadi
pada alveolus dan jaringan lunak sekitarnya. Beberapa dari perubahan ini akan
mengganggu kenyamanan pembuatan gigi tiruan. Evaluasi intra oral jaringan lunak
yang mendukung gigi tiruan secara sistematis dan hati-hati sebaiknya dilakukan
sebelum mencoba melakukan rehabilitasi pengunyahan dengan geligi tiruan
(Panchal et al, 2001)
Meskipun dengan adanya kemajuan teknologi memungkinkan dilakukannya
pemeliharaan terhadap gigi tiruan, masih diperlukan restorasi prostetik dan
rehabilitasi sistem pengunyahan pada pasien yang tidak bergigi atau bergigi
sebagian. Bedah preprostetik yang objektif adalah untuk membentuk jaringan
pendukung yang baik untuk penempatan gigi tiruan. Karakteristik jaringan
pendukung yang baik untuk gigi tiruan (Tucker, 1998) :
1. Tidak ada kondisi patologis pada intra oral dan ekstra oral.
2. Adanya hubungan/relasi rahang yang baik secara antero posterior, transversal
dan dimensi vertikal.
3.
Bentuk prosesus alveolar yang baik (bentuk yang ideal dari prosesus alveolar
adalah bentuk daerah U yang luas, dengan komponen vertikal yang sejajar).
4. Tidak ada tonjolan tulang atau jaringan lunak atau undercut.
5. Mukosa yang baik pada daerah dukungan gigi tiruan.
6. Kedalaman vestibular yang cukup.
7. Bentuk alveolar dan jaringan lunak yang cukup untuk penempatan implant.
1
Tujuan Bedah Preprostetik
(Matthew et al, 2001)
Tujuan dari bedah preprostetik adalah untuk menyiapkan jaringan lunak dan
jaringan keras dari rahang untuk suatu protesa yang nyaman yang akan
mengembalikan fungsi oral, bentuk wajah dan estetis.
Tujuan dari bedah preprostetik membantu untuk :

Mengembalikan fungsi rahang ( seperti fungsi pengunyahan, berbicara,
menelan)

Memelihara atau memperbaiki struktur rahang

Memperbaiki rasa kenyamanan pasien

Memperbaiki estetis wajah

Mengurangi rasa sakit dan rasa tidak menyenangkan yang timbul dari
pemasangan protesa yang menyakitkan dengan memodifikasi bedah pada
daerah yang mendukung prothesa

Memulihkan daerah yang mendukung prothesa pada pasien dimana
terdapat kehilangan tulang alveolar yang banyak.
Pilihan non bedah harus selalu dipertimbangkan (seperti pembuatan ulang gigi
tiruan, penyesuaian tinggi muko oklusal, memperluas pinggiran gigi tiruan) sebelum
dilakukan bedah preprostetik.
Etiologi perubahan struktur anatomi pada jaringan lunak dan jaringan keras
(Matthew et al, 2001)
1. Hilangnya tulang alveolar
Perubahan luas dapat terjadi pada morfologi rahang setelah gigi hilang.
Tulang rahang terdiri dari tulang alveolar dan tulang basal. Tulang alveolar
dan jaringan periodontal mendukung gigi, dan saat gigi hilang, tulang
alveolar dan jaringan periodontal akan diresorbsi. Tulang alveolar berubah
bentuk secara nyata saat gigi hilang, baik dalam bidang horizontal dan
vertikal. Pada daerah posterior mandibula, tulang yang hilang kebanyakan
dalam bidang vertikal. Setelah terjadi resorbsi secara fisiologis, struktur tulang
rahang yang tinggal disebut dengan istilah residual ridge. Tulang yang ada
setelah tulang alveolar mengalami resorbsi disebut dengan tulang basal.
Tulang basal tidak berubah bentuk secara nyata kecuali ada pengaruh lokal.
Struktur anatomi yang lain dapat menjadi lebih menonjol, genial tubercle dan
perlekatan ototnya dapat menonjol pada pasien yang mengalami resorbsi
alveolar mandibula yang luas. Tori pada mandibula atau maksila dapat
menyebabkan ketidak stabilan gigi tiruan, atau dapat menyebabkan
2
trauma. Frenulum yang menonjol dapat menyebabkan perpindahan gigi
tiruan saat pergerakan lidah atau bibir.
Daya pengunyahan pada pasien dengan gigi tiruan akan diteruskan melalui
gigi dan akan diserap oleh jaringan pendukung gigi ( periodontium dan
tulang alveolar ). Pada pasien yang edentulous, daya akan digunakan oleh
gigi tiruan dan akan diteruskan melalui mukosa mulut ke tulang yang ada
dibawahnya. Oleh karena itu, gigi tiruan harus terpasang dengan baik,
sehingga trauma pada mukosa dan mulut dapat dihindari.
2. Perubahan pada profil dan bentuk muka
Profil muka seperti melipat (hidung dan dagu kelihatan saling berdekatan)
setelah hilangnya gigi. Hilangnya perlekatan otot dan dukungan sekitar bibir
dapat menyebabkan timbulnya kerutan pada wajah.
Prinsip-prinsip Rencana Perawatan dan Evaluasi pasien
(Tucker, 1998; Matthew et al,2001)
Riwayat Penyakit
Riwayat pasien akan mengindikasikan harapan dan perhatian pasien pada
perawatan. Umur dan kesehatan pasien akan mempengaruhi rencana perawatan,
seperti pasien usia muda dengan resorbsi tulang alveolar yang berat dapat sabar
terhadap perawatan bedah yang kompleks dibandingkan pasien usia tua dengan
morfologi tulang yang sama.
Riwayat penyakit mencakup informasi penting seperti status resiko pasien
terhadap tindakan bedah, dengan perhatian khusus kepada penyakit sistemik
pasien yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka jaringan lunak dan jaringan
keras.
Pemeriksaan Klinis
Hal ini mencakup penilaian intra oral dan ekstra oral secara umum dari
jaringan lunak dan jaringan keras dan analisa khusus dari daerah yang akan
ditempati gigi tiruan. Penilaian tinggi, lebar dan bentuk tulang alveolar secara
umum, dan memperhatikan apakah terdapat undercut tulang dan posisi dari struktur
anatomi jaringan sekitar seperti mental neuro-vascular bundle. Juga dinilai
kedalaman dari sulkus bukal,posisi dan ukuran frenulum, perlekatan otot dan kondisi
dari tulang alveolar.
Kebersihan rongga mulut pasien harus baik sehingga dapat dilakukan
tindakan bedah dan untuk menghindari komplikasi atau hasil pembedahan yang
buruk.
3
Pemeriksaan khusus
Pemeriksaan radiografi berguna untuk menilai kondisi dari tulang rahang.
Panoramik foto berguna untuk mengetahui kualitas keseluruhan dari tulang alveolar
dan untuk melihat adanya sisa akar gigi atau kelainan patologi yang lain (seperti
kista rahang). Lateral cephalostat atau cephalogram photo dapat digunakan untuk
melihat hubungan skeletal antero-posterior dan tinggi tulang alveolar bagian
anterior. Periapikal photo berguna bila akan dilakukan pengambilan sisa akar
sebelum pembuatan gigi tiruan.
Studi model cetakan berguna memudahkan rencana perawatan (terutama
bila terdapat ketidak sesuaian secara skeletal) dan membantu menjelaskan rencana
prosedur bedah kepada pasien.
Model wax-up dari gigi tiruan membantu untuk memperlihatkan hasil akhir
secara estetis.
Penatalaksanaan sebelum operasi(Stephens, 1997)
1.
Evaluasi yang seksama terhadap pasien adalah yang terpenting dalam
menentukan apakah seseorang diindikasikan untuk pembedahan dan
prosedur perawatan apa yang paling tepat.
2. Kemampuan fisik dan psikologi pasien untuk bertoleransi terhadap protesa
konvensional harus ditentukan sejak awal dalam proses evaluasi. Beberapa
pasien
tidak
dapat
beradaptasi
dengan
protesa
konvensional
bagaimanapun baiknya dan cekatnya protesa tersebut.
3. Konsultasi dengan seorang prostodonsia sangat penting dalam menentukan
prosedur yang tepat menghadapi kebutuhan perawatan protetik bagi setiap
pasien.
4. Pertimbangan lainnya adalah usia pasien, fisik, status kesehatan mental,
keterbatasan keuangan, kondisi jaringan keras dan lunak dari tulang alveolar.
Prosedur perawatan yang sederhana
1. Ketidak cekatan protesa merupakan penyebab yang penting terjadinya
resorbsi tulang alveolar dan problema jaringan lunak.
2. Kerusakan kecil pada tulang dan jaringan lunak dapat mencegah kecekatan
protesa dan menyebabkan suatu protesa membutuhkan mayor rekonstruksi
bedah preprostetik. Beberapa prosedur operasi tertentu dapat berlangsung
dengan anestesi lokal untuk memperbaiki kecekatan protesa.
4
Tahapan bedah preprostetik
Berbagai macam teknik dapat digunakan, baik sendiri atau dikombinasi, untuk
mempertahankan dan memperbaiki daerah yang akan ditempati gigi tiruan. Secara
umum ada tiga golongan dari bedah preprostetik :
1. Bedah jaringan lunak yang mengalami hiperlpasia
2. Vestibuloplasy.
3. Tahapan pembentukan tulang .
1. Bedah Jaringan Lunak :
Meliputi Papillary hyperplasia, fibrous hyperplasia, flabby ridge, . Papillary
hyperplasia merupakan suatu kondisi yang terjadi pada daerah palatal yang
tertutup oleh protesa, dimana kelihatan adanya papilla yang multipel dan
mengalami peradangan. Fibrous hyperplasia dapat terjadi karena adanya
trauma dari gigi tiruan dan adanya resorpsi tulang secara patologis atau
fisiologis sehingga menyebabkan peradangan dan adanya jaringan fibrous
diatas linggir tulang alveolar. Flabby ridge yaitu adanya jaringan lunak yang
berlebih dimana terlihat jaringan lunak yang bergerak tanpa dukungan tulang
yang memadai.
5
2. Vestibuloplasty

Vestibuloplasty, suatu tindakan bedah yang bertujuan untuk meninggikan
sulkus vestibular dengan cara melakukan reposisi mukosa , ikatan otot dan
otot yang melekat pada tulang yang dapat dilakukan baik pada maksila
maupun pada mandibula dan akan menghasilkan sulkus vestibular yang
dalam untuk menambah stabilisasi dan retensi protesa. Vestibulum dangkal
dapat disebabkan resorbsi tulang alveolar, perlekatan otot terlalu tinggi,
adanya infeksi atau trauma.
Tidak
semua
keadaan
sulkus
vestibular
dangkal
dapat
dilakukan
vestibuloplasty tetapi harus ada dukungan tulang alveolar yang cukup untuk
mereposisi N. Mentalis, M. Buccinatorius dan M. Mylohyiodeus. Banyak faktor
yang harus diperhatikan pada tindakan ini antara lain : Letak foramen
mentalis, Spina nasalis dan tulang malar pada maksila.
Macam-macam tehnik vestibuloplasty :
Vestibuloplaty submukosa
Vestibuloplasty dengan cangkok kulit pada bagian bukal
Vestibuloplasty dengan cangkok mukosa yang dapat diperoleh dari mukusa
bukal atau palatal
3. Frenektomi.
Frenektomi, suatu tindakan bedah untuk merubah ikatan frenulum baik frenulum
labialis atau frenulum lingualis.
Frenulum merupakan lipatan mukosa yang
terletak pada vestibulum mukosa bibir, pipi dan lidah.
6
a. Frenulum labialis
Pada frenulum labialis yang terlalu tinggi akan terlihat daerah yang pucat
pada saat bibir diangkat ke atas. Frenektomi pada frenulum labialis bertujuan
untuk merubah posisi frenulum kalau diperlukan maka jaringan interdental
dibuang. Pada frenulum yang menyebabkan diastema sebaiknya frenektomi
dilakukan sebelum perawatan ortodonti .
Macam-macam frenektomi :
- Vertical incision
- Cross diamond incision
- Tehnik Z Plasty
Frenektomi pada frenulum
Frenektomi pada frenulum
labialis inferior
labialis superior
b. Frenulum lingualis yang terlalu pendek.
Pada pemeriksaan klinis akan terlihat : Gerakan lidah terbatas, Gangguan
bicara , gangguan penelanan dan pengunyahan. Frenektomi frenulum
lingualis
pada
anak-anak
dianjurkan
sedini
mungkin
karena
akan
membantu proses bicara, perkembangan rahang dan menghilangkan
gangguan fungsi yang mungkin terjadi. Sedangkan pada orang dewasa
dilakukan karena adanya oral hygiene yang buruk. Cara pembedahan
dilakukan dengan insisi vertikal
dan tindakannya lebih dikenal sebagai
ankilotomi
7
4. Alveolplasty
Alveoloplasty adalah prosedur bedah
yang biasanya dilakukan untuk
mempersiapkan linggir alveolar karena adanya bentuk yang irreguler pada
tulang alveolar berkisar dari satu gigi sampai seluruh gigi dalam rahang,
dapat dilakukan segera sesudah pencabutan atau dilakukan tersendiri
sebagai prosedur korektif yang dilakukan kemudian.
a. Simple alveolplasty/ Primary alveolplasty
Tindakan ini dilakukan bersamaan dengan pencabutan gigi , setelah
pencabutan gigi sebaiknya dilakukan penekanan pada tulang alveolar soket
gigi yang
dicabut . Apabila setelah penekanan masih terdapat bentuk
yang irreguler pada tulang alveolar maka dipertimbangkan untuk melakukan
alveolplasty. Petama dibuat flap mukoperiosteal kemudian bentuk yang
irreguler diratakan dengan bor , bone cutting forcep atau keduanya setelah
itu dihaluskan dengan bone file. Setelah bentuk tulang alveolar baik
dilakukan
penutupan
luka
dengan
penjahitan.
Selain
dengan
cara
recontouring tadi apabila diperlukan dapat disertai dengan tindakan
interseptal alveolplasty yaitu pembuangan tulang interseptal, hal ini dilakukan
biasanya pada multipel ekstraksi.
8
b. Secondary alveolplasty.
Linggir alveolar mungkin membutuhkan recountouring setelah beberapa lama
pecabutan gigi akibat adanya bentuk yang irreguler. Pembedahan dapat
dilakukan dengan membuat flap mukoperiosteal dan bentuk yang irregular
dihaluskan dengan bor, bone cutting forcep dan dihaluskan dengan bone file
setelah bentuk irreguler halus luka bedah dihaluskan dengan penjahitan.
Pada secundary alveolplasty satu rahang sebaiknya sebelum operasi dibuatkan
dulu “ Surgical Guidance “ Yang berguna sebagai pedoman pembedahan.
” Surgical Guidance “
9
5. Alveolar augmentasi.
Pada keadaan resorbsi tulang yang hebat , maka diperlukan tindakan bedah
yang lebih sulit dengan tujuan : Menambah besar dan lebar tulang rahang,
menambah kekuatan rahang, memperbaiki jaringan pendukung gigi tiruan.
Terdapat beberapa cara untuk menambah ketinggian linggir alveolar Yaitu :
a. Dengan cangkok tulang autogenous, tulang dapat diperoleh tulang iliak
atau costae
b. Dengan melakukan osteotomi.
Visor Osteotomi
Sandwich osteotomi
10
c. Penambahan dengan menggunakan Hydroxilapatit.
Hidroxilapatit
merupakan
suatu
bahan
alloplastik
yang
bersifat
Biocompatible yang dapat digunakan untuk menambah ketinggian
tulang alveolar.
6. Oral tori.
Oral tori merupakan tonjolan tulang yang dapat terjadi pada mandibula
atau maksila. Oral tori merupakan lesi jinak, tumbuhnya lambat, tidak
menimbulkan rasa sakit, pada palpasi terasa keras, terlokalisir dan berbatas
jelas, etiologi belum diketahui dengan pasti tetapi beberapa ahli menduga
terjadi karena adanya proses inflamasi pada tulang.
Pembedahan terhadap oral tori jarang dilakukan , kecuali pada keadaan
terdapatnya gangguan pembuatan protesa yang tidak dapat diatasi
sehingga harus dilakukan pembedahan.
Terdapat 2 macam oral tori yaitu :
a. Torus mandibularis
Biasanya terdapat pada lingual rahang bawah didaerah kaninus atau
premolar kiri dan kanan, bisa single atau mulriple. Bila diperlukan dapat
dilakukan eksisi .
11
b. Torus palatinus.
Torus palatinus terdapat pada palatum sepanjang sutura palatinus
media dan dapat meluas ke lateral kiri dan kanan. Ukurannya bervariasi
pada torus palatinus berukuran besar dapat mengganggu fungsi bicara
dan
pengunyahan.
Pembedahan
dilakukan
apabila
terdapat
gangguan fungsi bicara dan pengunyahan.
12
KESIMPULAN
Bedah preprostetik yang berhasil bergantung pada evaluasi yang hati-hati
dan rencana perawatan.
Bedah merupakan salah satu pertimbangan yang dapat dijadikan pilihan
untuk memperoleh hasil yang optimal pada pembuatan gigi tiruan yang ideal.
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Matthew et al., Surgical aids to Prosthodontics,Including Osseintegrated
Implant in Pedlar J., et al 2001, Oral and Maxillofacial Surgery. Edinberg.
Churchill Livingstone
2. Panchal et al. Minor Preprosthetic Surgery in Dym, Harry et al. 2001. Atlas of
Minor Surgery, Philadelphia : W.B. Saunders Co.
3. Stephens W., Preprosthetic Oral and Maxillofacial Surgery in Donoff B., 1997
Manual of Oral and Maxillofacial Surgery. St. Louis Mosby
4. Tucker. Basic Preprosthetic Surgery in Peterson et al., 1998, Contemporary Oral
and Maxillofacial Surgery. Philadelphia W.B. Saunders Co.
14
Download