1 BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Pengertian

advertisement
1
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.1
Landasan Teori
2.1.1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial, sebab prinsipprinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan
manusia. Ada banyak pengertian yang dikemukakan oleh para pakar menurut sudut
pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa
kesamaan. Kepemimpinan sebagai konsep manajemen dalam organisasi mempunyai
kedudukan strategis, karena merupakan sentral bagi seluruh kegiatan organisasi.
Kepemimpinan mutlak diperlukan dimana terjadi hubungan kerjasama dalam mencapai
tujuan organisasi. Dalam kenyataannya kepemimpinan dapat mempengaruhi moral dan
kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu
organisasi. Kepemimpinan juga memainkan peranan kritis dalam membantu kelompok
atau perorangan untuk mencapai tujuan mereka.
Beberapa ahli menguatkan definisi kepemimpinan dengan pemaparan detail
sebagai berikut :
Menurut Tzu dan Cleary (2002), berpendapat bahwa kepemimpinan adalah :
“Sebuah persoalan kecerdasan, kelayakan untuk dipercaya, kelembutan,
keberanian, dan ketegasan”
.
2
Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) Kepemimpinan yaitu :
”Kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang
didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam
mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok”.
Menurut Young (dalam Kartono, 2003) Kepemimpinan yaitu :
”Bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup
mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan
penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi
situasi yang khusus”.
Menurut M. S. P. Hasibuan (2007), kepemimpinan adalah :
“Proses mempengaruhi orang lain untuk memahami dan setuju tentang apa yang
akan dikerjakan dan bagaimana tugas itu dapat dilakukan secara efektif, dan
proses memfasilitasi usaha individu dan kelompok untuk mencapai tujuan
bersama”.
Menurut Donni dan Suwatno (2011), Kepemimpinan meliputi :
1.
Kepemimpinan meliputi penggunaan pengaruh dan bahwa semua hubungan
dapat melibatkan pimpinan.
2.
Kepemimpinan mencakup pentingnya proses komunikasi, kejelasan dan
keakuratan dari komunikasi mempengaruhi prilaku dan kinerja pengikutnya.
3
3.
Kepemimpinan memfokuskan pada tujuan yang dicapai, pemimpin yang
efektif harus berhubungan dengan tujuan–tujuan individu, kelompok dan
organisasi.
Menurut Anoraga yang dikutip oleh Edy Sutisna (2011), Kepemimpinan adalah :
“Kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain, melalui komunikasi baik langsung
maupun tidak langsung dengan maksud untuk menggerakan orang-orang agar
dengan penuh pengertian, kesadaran, dan senang hati bersedia mengikuti
kehendak pimpinan itu”.
Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa kepemimpinan merupakan suatu
proses dimana seorang pemimpin melalui perilaku positif yang dimilikinya dapat
menggerakan, membimbing, mempengaruhi dan mengawasi bawahannya untuk berfikir
dan bertindak sehingga dapat memberikan sumbangsih yang nyata dalam rangka
melaksanakan tugasnya demi pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Kepemimpinan disini dapat dipandang sebagai suatu sarana untuk mempengaruhi
sekelompok orang agar mau bekerjasama, mentaati segala peraturan yang ada dengan
rasa tanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi. Seorang pimpinan harus
mempunyai kepemimpinan dan sifat-sifat kepribadian yang baik, agar menjadi suri
ketauladanan bagi bawahannya.
4
2.1.2. Pengertian Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu
gambaran atau perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut
kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola
atau bentuk tertentu. Davis dan Newstrom (1995) menyatakan bahwa, pola tindakan
pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan
tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan.
Ada 3 aliran teori yang melandasi lahirnya gaya kepemimpinan dari seorang
pemimpin, teori-teori tersebut antara lain :
1. Teori Genetis (Keturunan).
Teori menyatakan bahwa “Leader are born and nor made” (bakat pemimpin itu
dilahirkan bukannya dibuat). Para penganut aliran teori ini mengetengahkan
pendapatnya bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah
dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalam keadaan yang bagaimanapun
seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali
kelak ia akan timbul sebagai pemimpin. Berbicara mengenai takdir, secara
filosofis pandangan ini tergolong pada pandangan fasilitas atau determinitis.
2. Teori Sosial.
Jika teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada satu sisi, maka teori
inipun merupakan ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial ini ialah bahwa
“Leader are made and not born” (pemimpin itu dibuat atau dididik bukannya
kodrati). Jadi teori ini merupakan kebalikan inti teori genetika. Para penganut
5
teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa
menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.
3. Teori Ekologis.
Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka
sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran teori ketiga. Teori
yang disebut teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan
berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat
kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang
teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut.
Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga
dapat dikatakan merupakan teori yang paling mendekati kebenaran. Namun
demikian, penelitian yang jauh lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat
mengatakan secara pasti apa saja faktor yang menyebabkan timbulnya sosok
pemimpin yang baik.
Dalam perkembangannya, berbagai tipe dan gaya kepemimpinan banyak
dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dalam melakukan kegiatan menggerakan
atau memberikan motivasi kepada bawahannya, berbagai cara dapat dilakukan oleh
seorang pemimpin yakni dengan melakukan tindakan-tindakan yang selalu terarah
pada pencapaian tujuan organisasi.
Menurut Haryono Sudriamunawar (2006) ada 3 gaya kepemimpinan yaitu :
a.
Gaya Otokratis, gaya kepemimpinan otokratis dapat pula disebut “tukang
cerita” pemimpin otokratis biasanya merasa bahwa mereka mengetahui apa yang
6
mereka inginkan dan cenderung mengekspresikan kebutuhan-kebutuhan tersebut
dalam bentuk perintah-perintah langsung pada bawahan.
b.
Gaya Partisipatif, gaya kepemimpinan partisipatif dikenal pula dengan istilah
gaya demokratis, gaya ini berasumsi bahwa para anggota organisasi yang ambil
bagian
secara
pribadi
dalam
proses
pengambilan
keputusan
akan
lebih
memungkinkan sebagai suatu akibat mempunyai komitmen yang jauh lebih besar
pada sasaran dan tujuan organisasi, bukan tidak berarti memungkinkan sebagai
suatu akibat mempunyai komitmen yang jauh lebih besar pada sasaran dan tujuan
organisasi, bukan tidak berarti para pemimpin tidak membuat keputusan tapi justru
para pemimpin seharusnya memahami terlebih dahulu apakah yang menjadi sasaran
organisasi sehingga mereka dapat menggunakan pengetahuan para anggotanya.
c.
Gaya kendali bebas, istilah lain dari gaya ini yaitu “laissez faire” pendepatan
ini tidak berarti tidak ada sama sekali pimpinan, ini hanya berarti tidak adanya
pimpinan langsung. Menurut pendekatan ini suatu tugas disajikan kepada kelompok
yang biasanya menentukan teknik-teknik mereka sendiri guna mencapai tujuan
tersebut dalam rangka mencapai sasaran-sasaran kebijaksanaan organisasi. Pada
dasarnya seorang pemimpin bertindak sebagai seorang penghubung antara sumber
luar dan kelompok serta menegaskan bahwa tersedia sumber daya yang diperlukan
bagi kepentingan anggota.
Menurut G.R. Terry yang dikutip oleh Donni dan Swatno (2011),
mengemukakan ada enam tipe kepemimpinan yaitu :
7
a. Kepemimpinan Pribadi (Personal Leadership)
Dalam
tipe
ini
pimpinan
mengadakan
hubungan
langsung
dengan
bawahannya,sehingga timbul pribadi yang intim.
b. Kepemimpinan Non-Pribadi (Non-Personal Leadership)
Dalam tipe ini pimpinan tidak mengadakan hubungan langsung dengan bawahannya,
sehingga antara atasan dan bawahan tidak timbul kontak pribadi.
c. Kepemimpinan Otoriter (Authoriterian leadership)
Dalam tipe ini pimpinan memperlakukan bawahannya sewenang-menang, karena
menganggap diri orang yang paling berkuasa, bawahannya digerakan dengan jalan
paksa, sehingga para pekerja dalam melakukan pekerjaannya bukan karena ikhlas
melainkan karena takut.
d. Kepemimpinan Kebapakan (Paternal Leadership)
Dalam tipe ini pemimpinan memperlakukan bawahannya seperti anak sendiri,
sehingga para bawahannya tidak berani mengambil keputusan, segala sesuatu yang
pelik diserahkan kepada bapak pimpinan untuk menyelesaikannya.
e. Kepemimpinan Demokratis (Democratic Leadership)
Dalam tipe ini pimpinan selalu mengadakan musyawarah dengan para bawahannya
untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang sukar.
f. Kepemimpian Bakat (Indigenous Leadership)
Dalam tipe ini pimpinan dapat menggerakan bawahannya karena mempunyai bakat
untuk itu, sehingga bawahannya senang mengikutinya. Tipe ini lahir karena bawaan
sejak lahir.
8
Sedangkan menurut M. S. P. Hasibuan (Edisi Revisi 2011), terdapat 3 gaya
kepemimpinan yaitu :
a. Kepemimpinan Otoritas, adalah jika kekuasaan atau wewenang sebagian besar
mutlak tetap berada pada pimpinan atau kalau pimpinan itu menganut sistem
sentralisasi wewenang. Pengambilan keputusan dari kebijaksanaan hanya ditetapkan
sendiri oleh pimpinan, bawahan tidak diikutsertakan untuk memberikan saran, ide dan
pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan.
b. Kepemimpinan Partisipatif, adalah apabila dalam kepemimpinannya dilakukan
dengan cara persuasiv, menciptakan kerjasama yang serasi, menumbuhkan loyalitas
dan partisipasi para bawahan. Pimpinan memotivasi bawahan agar merasa ikut
memiliki perusahaan.
c. Kepemimpinan Delegatif, adalah seorang pemimpin mendelegasikan wewenang
kepada bawahan dengan agak lengkap, dengan demikian bawahan dapat mengambil
keputusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa dalam melaksanakan
pekerjaannya. Pemimpin tidak peduli cara bawahan mengambil keputusan dan
mengerjakan pekerjaannya, sepenuhnya diserahkan kepada bawahan.
2.1.3. Pengertian Kinerja
Kinerja seorang karyawan merupakan hal yang bersifat individual, karena
setiap karyawan mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda - beda dalam
mengerjakan tugasnya. Pihak manajemen dapat mengukur karyawan atas unjuk
kerjanya berdasarkan kinerja dari masing - masing karyawan. Kinerja adalah sebuah
aksi, bukan kejadian. Aksi kinerja itu sendiri terdiri dari banyak komponen dan
9
bukan merupakan hasil yang dapat dilihat pada saat itu juga. Pada dasarnya kinerja
merupakan sesuatu hal yang bersifat individual, karena setiap karyawan memiliki
tingkat kemampuan yang berbeda dalam mengerjakan tugasnya. Kinerja tergantung
pada kombinasi antara kemampuan, usaha, dan kesempatan yang diperoleh. Hal ini
berarti bahwa kinerja merupakan hasil kerja karyawan dalam bekerja untuk periode
waktu tertentu dan penekanannya pada hasil kerja yang diselesaikan karyawan
dalam periode waktu tertentu.
Kinerja suatu perusahaan sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yang
berada didalamnya. Apabila sumber daya manusianya memiliki motivasi tinggi,
kreatif dan mampu mengembangkan inovasi, kinerjanya akan semakin baik. Oleh
karena itu diperlukan adanya upaya untuk meningkatkan kemampuan sumber daya
manusia
Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2000), Menyatakan bahwa :
“Kinerja ( prestasi kerja ) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.
Mangkunegara (2001) mendefinisikan kinerja (prestasi kerja) sebagai berikut:
“Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya”.
10
Menurut Malayu S.P. Hasibuan (2001), mengemukakan bahwa :
“Kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang
dalam melaksanakan tugas tugas yang dibebankan kepadanya yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu”.
Menurut Veizal Rivai (2004) mengemukakan kinerja adalah :
“Merupakan perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai
prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam
perusahaan”.
Ada pun beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja, di antaranya sebagai
berikut :
a. Faktor kemampuan Secara psikologis kemampuan pegawai terdiri dari
kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan). Oleh karena
itu pegawai perlu dtempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan
keahlihannya.
b. Faktor motivasi Motivasi terbentuk dari sikap seorang pegawai dalam
menghadapi situasi kerja (Mangkunegara, 2000).
2.2.
No
Penelitian Terdahulu
Peneliti
Judul Penelitian
Variabel Yang
Kesimpulan
Digunakan
1.
Durotun
Analisis pengaruh
Gaya kepemimpinan,
Kepemimpinan
Nafizah (2005)
gaya kepemipinan
kepuasan kerja,
berpengaruh
terhadap kepuasan
komitmen organisasi,
positif dan
11
kerja, komitmen
kinerja.
signifikan
organisasi dan
terhadap kepuasan
kinerja karyawan
kerja, komitmen
organisasi dan
kinerja karyawan
2.
3.
Ahmad Fadli
Pengaruh gaya
Gaya kepemimpinan
Gaya
(2004)
kepemimpinan
dan Kinerja
kepemimpinan
terhadap kinerja
berpengaruh dan
pada PT. Kawasan
tidak signifikan
Industri Medan
terhadap kinerja
Ari Heryanto
Pengaruh gaya
Gaya kepemimpinan,
Gaya
(2002)
kepemimpinan
Kinerja dan Motivasi.
kepemimpinan
terhadap kinerja
berpengaruh
dengan motivasi
signifikan terhadap
sebagai variabel
kinerja.
moderator.
2.3.
Kerangka konseptual
Kerangka konseptual atau kerangka berpikir adalah sebuah konsep yang
menjelaskan, mengungkapkan, dan menunjukan keterkaitan antara variabel bebas
dengan variabel terikat yang akan di teliti berdasarkan latar belakang dan
perumusan masalah. Berdasarkan tentang teori perilaku dan tujuan yang ingin di
12
capai dalam penelitian ini maka dapat digambarkan dalam kerangka pemikiran yang
akan menjadi acuan dalam penelitian ini. Indikator-indikator yang akan di faktorkan
seperti yang dapat dilihat pada gambar berikut yang di kembangkan dari budaya,
sosial, pribadi, dan psikologis.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Gaya kepemimpinan (x)
System kerja outsourcing (x)
Variabel x
2.4.
Kinerja (y)
Variabel y
Hipotesa Penilitian
Berdasarkan dari paparan teoritis dan rumusan masalah yang telah dijelaskan,
maka dengan ini peneliti dapat merumuskan hipotesis penelitiannya sebagai berikut:
1.
Ada hubungan signifikan antara gaya kepemimpinan dengan kinerja
karyawan pada PT. SS. Utama.
2.
Ada pengaruh positiv dan signifikan antara gaya kepemimpinan dengan
kinerja karyawan pada PT. SS. Utama.
13
Download