1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keberhasilan sebuah perusahaan tidak terlepas dari pengaruh lingkungan di mana perusahaan tersebut didirikan. Salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap keberhasilan perusahaan adalah lingkungan politik.Dunia bisnis dan politik tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan.Dengan adanya hubungan politik, perusahaan memiliki peluang bisnis yang lebih besar dikarenakan adanya kemudahan bagi perusahaan yang memiliki hubungan politik untuk mendapatkan proyek-proyek dan akses pada kebijakan pemerintah (Boubakri et al, 2008). Hubungan antara dunia bisnis dan politik dapat dilihat dari partai politik yang mendapatkan sumber pendanaan dari pihak ketiga, baik korporasi ataupunindividu yang memiliki modal besar. Kemungkinan terjadinya korupsi yang dilakukan oleh birokrat dapat terjadi, korporasi atau pelaku bisnis yang memberikan modalnya kedalam partai politik tentunya tidak memberikan pendanaan secara cuma-cuma. Pelaku bisnis akan meminta timbal balik ekonomi dari transaksi tersebut. Timbal balik ekonomi dapat berupa keringanan pajak, mendapatkan kontrak, penerimaan tendertender dari pemerintah, atau dalam bentuk kebijakan dan peraturan yang memudahkan bisnis perusahaan pelaku bisnis. Hubungan antara bisnis dan politik seperti yang telah dijelaskan di atas mengakibatkan munculnya istilah perusahaan terkoneksi politik. Menurut Faccio (2002) suatu perusahaan dikatakan terkoneksi politik apabila setidaknya 2 satu dari pemegang saham terbesar perusahaan (yaitu siapa pun baik secara langsung maupun tidak langsung mengendalikan 10% suara) atau jajaran direksi (yaitu CEO) adalah seorang anggota parlemen, seorang menteri, atau seorang kepala negara, atau merupakan seseorang yang memiliki hubungan erat dengan politisi papan atas. Hubungan kedekatan antara perusahaan dengan birokrat dan politisi di Indonesia dapat dilihat pada beberapa kasus yang terjadi di Indonesia. Mubarok dan Purbasari (2006), mengatakan bahwa ketika Presiden Soeharto masih berkuasa perusahaan yang memiliki saham yang dimiliki oleh keluarga cendana mendapatkan keuntungan berupa izin impor untuk bahan mentah dan komoditas untuk dijual di pasar lokal. Kepanikan investor perusahaan terjadi saat terjadi pencekalan penurunan Presiden Soeharto dari jabatan kepresidenannya karena investor mendapat manfaat pembiayaan diikuti dengan turunnya harga saham perusahaan. Di tahun 2013, Lutfi Hasan terbukti menerima suap dari Direktur Utama PT Indoguna Utama terkait kepengurusan penambahan kuota impor daging sapi di Kementerian Pertanian ketika masih menjabat sebagai anggota Komisi I DPR RI dan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (www.kompas.com).Kasus-kasus tersebut membuktikan jika perusahaan mendapatkan manfaat atas hubungan perusahaan dengan politisi dan birokrat. Faccio (2006) melakukan penelitian terhadap 47 negara di dunia dan menyatakan bahwa politik sangat berpengaruh terhadap perkembangan bisnis suatu perusahaan, khususnya untuk negara yang memiliki tingkat korupsi yang 3 tinggi dan sistem hukum yang lemah. Hasil penelitian tersebut dapat diterapkan di Indonesia karena Indonesia memiliki tingkat korupsi yang cukup tinggi dilihat dari Corruption Perception Index tahun 2014, Indonesia berada diurutan ke-107 dari 174 negara dengan skor 34, dilihat dari skala 0 sangat korup sampai 100 dengan kriteria sangat bersih (www.transparency.org). Di Indonesia penelitian tentang political connection telah dilakukan, salah satunya adalah penelitian yang dilakukan Wulandari (2012) bahwa perusahaan yang memiliki political connection memiliki kinerja yang lebih baik, hal ini diakibatkan karena aktivitas bisnis perusahaan dapat dimudahkan karena adanya political connection pada tingkat negara. Purwoto (2011) mengimplikasikan bahwa keberadaan political connection, kepemilikan mayoritas pemerintah, dan buramnya laporan keuangan menghambat penyediaan informasi spesifik perusahaan serta keberadaan political connection menghambat penyediaan informasi spesifik perusahaan di pasar saham sehingga kinerja perusahaan tidak tercermin dalam pergerakan harga saham. Banyak keuntungan yang diperoleh perusahaan yang memiliki political connection untuk kegiatan operasional perusahaannya. Dapat dibuktikan dengan penelitian-penelitian terdahulu dari berbagai negara. Penelitian yang dilakukan Wu et al (2012) menyatakan bahwa perusahaan swasta di China yang memiliki political connection kinerjanya lebih unggul dan mendapatkan tax benefit sedangkan perusahaan yang tidak memiliki political connection kinerjanya lebih buruk dengan adanya masalah over-investment untuk perusahaan milik negara. Hal tersebut membuktikan penelitian yang dilakukan 4 oleh Adhikari, Derasid, dan Zhang (2006) yang dilakukan di Malaysia, bahwa perusahaan terkoneksi politik membayar pajak signifikan lebih rendah daripada perusahaan tidak terkoneksi politik. Keuntungan lain yang didapat perusahaan akibat political connection adalah kemudahan dalam mendapatkan akses kredit dari bank atau institusi lain (Li Meng, Wang, & Zhou, 2008). Penelitian serupa dilakukan oleh Fraser et al (2006), Claessens, Feijen, & Laeven (2008), dan Boubakri, Cosset, & Saffar (2012) bahwa perusahan yang memiliki political connection memiliki kemudahan akses pinjaman dari bank. Pinjaman bank merupakan salah satu sumber pendanaan eksternal bagi perusahaan. Utang merupakan sumber pendanaan eksternal yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan sumber pendanaan ekuitas. Keunggulan tersebut adalah perusahaan mendapatkan perolehan tax savings(Kraus & Litzenberger, 1972). Perusahaan akan memperoleh keuntungan berupa tax savings yang disebabkan bunga pinjaman bersifat tax deductible sehingga mengurangi besarnya pajak yang harus dibayar (Rebecca, 2012).Tax deductible atau pengurang pajak merupakan biaya yang dapat mengurangi penghasilan bruto atau penghasilan kena pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap (UU RI No. 36 Tahun 2008). Perusahaan yang mendapatkan pinjaman bank memiliki kewajiban untuk membayar bunga atas pinjamannya. Biaya yang berkaitan dengan perolehan pendanaan dari utang disebut sebagai cost of debt. Cost of debt adalah tingkat pengembalian yang dibutuhkan oleh kreditur saat melakukan pendanaan dalam suatu perusahaan (Fabozzi, 2007). Dengan adanya cost of debt, perusahaan 5 memiliki kewajiban untuk membayar sejumlah biaya atas dana yang diperoleh dari pinjaman. Besarnya tingkat cost of debt ditentukan oleh kreditur dengan mempertimbangkan kondisi perusahaan dengan memperhatikan risiko-risiko yang dimiliki perusahaan (Astutik, 2015). Penetapan besarnya cost of debt dilakukan oleh kreditur dengan mempertimbangkan kondisi perusahaan. Sebelum memberikan pinjaman, kreditur akan mempertimbangkan default risk perusahaan terlebih dahulu (Dhaliwal, Hogan, Trezevant dan Wilkins, 2011). Default risk adalah potensi atau profitabilitas perusahaan mengalami ketidakmampuan atau dengan sengaja tidak memenuhi utangnya. Kreditur membebankan sejumlah tingkat bunga atau cost of debt sebagai salah satu cara untuk mengantisipasi default risk. Kreditur menggunakan laporan keuangan perusahaan untuk menilai kondisi sebagai pertimbangan pemberian kredit (Anderson, Mansi dan Reeb, 2003). Penelitian tentang political connection dan cost of debt telah dilakukan oleh Bliss dan Gul (2012) bahwa perusahaan yang memiliki political connection dibebankan oleh pemberi pinjaman dengan suku bunga yang secara signifikan lebih tinggi daripada yang dibebankan kepada perusahaanperusahaan non-political connection. Hal ini karena perusahaan political connection memiliki tingkat leverage yang tinggi yang berarti memiliki akses utang yang besar. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh political connection terhadap cost of debt pada perusahaan karena masih sedikitnya penelitian yang dilakukan di 6 Indonesia mengenai political connection dan cost of debt. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Bliss dan Gul (2012). Namun, peneliti membagi political connection(selanjutnya peneliti menggunakan istilah koneksi politik) perusahaan menjadi dua variabel, yaitu koneksi politik komisaris dan koneksi politik direksi. Hal ini dilakukan peneliti untuk mengetahui pengaruh yang lebih signifikan antara koneksi politik komisaris atau koneksi politik direksi terhadap cost of debt(selanjutnya disebut biaya utang), oleh karena itu akan dilakukan penelitian dengan judul “POLITICAL CONNECTION DAN COST OF DEBT(Studi Empiris Pada Perusahaan Go-Public di Indonesia)”. 1.2. Rumusan Masalah Perusahaan akan menciptakan koneksi politik untuk mendapatkan kemudahan dalam akses sumber dana atau kemudahan lainnya melalui kebijakan pemerintah. Salah satu alternatif sumber dana bagi perusahaan adalah utang atau pinjaman dari bank. Utang mengakibatkan perusahaan memiliki kewajiban untuk membayar bunga atas pinjamannya. Biaya atas bunga yang dibayarkan oleh perusahaan disebut biaya utang. Hubungan antara koneksi politik dan biaya utangdibuktikan dengan penelitian yang dilakukan Bliss & Gull (2012) bahwa perusahaan yang koneksi politik dibebankan oleh pemberi pinjaman dengan suku bunga yang secara signifikan lebih tinggi daripada yang dibebankan kepada perusahaan-perusahaan tidak memiliki koneksi politik. 7 Masalah dalam penelitian ini berfokus pada pengaruh dari koneksi politik terhadap biaya utangpada perusahaan terbuka yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan pertanyaan penelitian yang dirumuskan sebagai berikut: a. Apakah koneksi politik komisaris berpengaruh positif terhadap besarnya biaya utangpada perusahaan non-keuangan di Indonesia? b. Apakah koneksi politik direksi berpengaruh positif terhadapbesarnya biaya utangpada perusahaan non-keuangandi Indonesia? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh koneksi politikdari dewan komisaris dan dewan direksi terhadap besarnyabiaya utang pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan rincian sebagai berikut: a. Mengetahui adanya pengaruh positif dari koneksi politik komisaris terhadap besarnya biaya utangpada perusahaan non-keuangan di Indonesia. b. Mengetahui adanya pengaruh positif dari koneksi politik direksi terhadap besarnya biaya utangpada perusahaan non-keuangan di Indonesia. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan oleh pihak-pihak seperti berikut ini. a. Bagi Investor 8 Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk mengambil keputusan investasi dilihat dari kualitas pelaporan keuangan dan analisis laporan keuangan akibat adanya koneksi politik yang dimiliki dewan komisaris atau dewan direksi dalam perusahaan yang tujuan utamanya adalah melindungi hak-hak investor ataupun pengguna laporan keuangan lainnya. b. Bagi Kreditur Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat kepada kreditur dalam mempertimbangan pemberian pinjaman kepada perusahaan serta penerapan dalam menentukan biaya utanguntuk mengambil keputusan yang tepat. c. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi dan masukan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian yang berhubungan dengan koneksi politik dan biaya utangpada perusahaan non-keuangan di Indonesia, serta menambah wawasan dalam bidang akuntansi yaitu menilai kualitas informasi dari pelaporan keuangan pada perusahaan yang memiliki koneksi politik. 1.5. Sistematika Penulisan Penelitian ini memiliki sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab. Masing-masing bab secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN 9 Bab ini berisi tentang latar belakang masalah dalam penelitian yang memuat uraian mengenai alasan dan motivasi untuk melakukan penelitian, perumusan masalah yang diangkat, tujuan, dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan. BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan teori-teori dan hasil-hasil penelitianterdahulu yang relevan dengan permasalahan dan tujuan penelitian ini. Bab ini juga menjelaskan mengenai kerangka pemikiran yang melandasi timbulnya hipotesis penelitian serta keterkaitan variabel-variabel dalam penelitian. BAB III: METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisi tentang rencana dan metode penelitian, yang meliputi: populasi dan sampel, variabel, definisi operasional, dan mekanisme pengujian hipotesis yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian. BAB IV: PEMBAHASAN Bab ini menguraikan tentang deskripsi objek penelitian, menunjukkan hasil analisis data dan pembahasan hasil pengolahan data melalui instrumen penelitian yang digunakan BAB V: PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan yang disarikan dari permasalahan, tujuan, analisis data dan pembahasan hasil analisis penelitian. Bab ini juga berisi keterbatasan dan saran untuk penelitian berikutnya.