RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI Rencana Pola ruang adalah rencana distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Bentukan kawasan yang memiliki peruntukan ruang fungsi lindung adalah kawasan lindung. Kawasan lindung merupakan wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Sedangkan bentukan kawasan yang memiliki peruntukan ruang untuk fungsi budidaya adalah kawasan budidaya. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Laporan Akhir V-1 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI 5.1. RENCANA POLA RUANG KAWASAN LINDUNG KABUPATEN NGAWI 5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar; Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama b. daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan dari tepi sungai; dan pembangunan berkelanjutan. c. daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar Kriteria kawasan lindung adalah sebagai berikut : kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) 1. Kawasan hutan lindung ditetapkan dengan kriteria: meter dari tepi sungai. a. kawasan hutan dengan faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan yang jumlah hasil perkalian bobotnya sama dengan 175 (seratus tujuh puluh lima) atau lebih; (empat puluh persen); atau b. daratan sepanjang tepian danau atau waduk yang lebarnya proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik danau atau waduk. c. kawasan hutan yang mempunyai ketinggian 1000-2000 meter di atas permukaan laut. (4) Ruang terbuka hijau kota dengan kriteria: a. lahan dengan luas paling sedikit 2.500 (dua ribu lima ratus) meter 2. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, meliputi : persegi; b. berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari a. Kawasan bergambut dengan kriteria ketebalan gambut 3 (tiga) meter atau lebih yang terdapat di hulu sungai atau rawa. resapan air dengan kriteria kawasan bentuk satu hamparan dan jalur; dan c. didominasi komunitas tumbuhan. yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan dan sebagai pengontrol tata air permukaan. 3. Kawasan perlindungan setempat, meliputi : (1) Sempadan pantai dengan kriteria: a. daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus) meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat; atau b. daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai. (2) Sempadan sungai dengan kriteria: a. daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit Laporan Akhir a. daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai dengan 100 (seratus) meter dari titik pasang air danau atau waduk tertinggi; atau b. kawasan hutan yang mempunyai kemiringan lereng paling sedikit 40% b. Kawasan (3) Kawasan sekitar danau atau waduk dengan kriteria: 4. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, meliputi : (1) Kawasan suaka alam dengan kriteria: a. kawasan yang memiliki keanekaragaman biota, ekosistem, serta gejala dan keunikan alam yang khas baik di darat maupun di perairan; dan/atau b. mempunyai fungsi utama sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman jenis biota, ekosistem, serta gejala dan keunikan alam yang terdapat di dalamnya. (2) Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya dengan kriteria: a. memiliki ekosistem khas, baik di lautan maupun di perairan lainnya; dan V-2 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI b. merupakan habitat alami yang memberikan tempat atau perlindungan bagi perkembangan keanekaragaman tumbuhan dan satwa. d. memiliki paling sedikit satu ekosistem yang terdapat di dalamnya yang (3) Suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut dengan kriteria: secara materi atau fisik tidak boleh diubah baik oleh eksploitasi a. merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan dari suatu jenis satwa yang perlu dilakukan upaya konservasinya; pariwisata alam. c. merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migrant tertentu; atau (7) Taman hutan raya dengan criteria : a. berhutan atau bervegetasi tetap yang memiliki tumbuhan dan/atau luas yang cukup sebagai habitat jenis satwa yang bersangkutan. keanekaragaman satwa yang beragam; b. memiliki arsitektur bentang alam yang baik; (4) Cagar alam dan cagar alam laut dengan kriteria: a. memiliki maupun pendudukan manusia; dan e. memiliki keadaan alam yang asli untuk dikembangkan sebagai b. memiliki keanekaragaman satwa yang tinggi; d. memiliki yang masih utuh; jenis tumbuhan, c. memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata; satwa, dan tipe ekosistemnya; b. memiliki formasi biota tertentu dan/atau unit-unit penyusunnya; c. memiliki kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli atau belum diganggu manusia; d. memiliki luas dan bentuk tertentu; atau e. memiliki ciri khas yang merupakan satu-satunya contoh di suatu daerah serta keberadaannya memerlukan konservasi. (5) Kawasan pantai berhutan bakau dengan criteria koridor di sepanjang d. merupakan kawasan dengan ciri khas baik asli maupun buatan, baik pada kawasan yang ekosistemnya masih utuh maupun kawasan yang sudah berubah; e. memiliki keindahan alam dan/atau gejala alam; dan memiliki luas yang memungkinkan untuk pengembangan koleksi tumbuhan dan/atau satwa jenis asli dan/atau bukan asli. (8) Taman wisata alam dan taman wisata alam laut dengan criteria : a. memiliki daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa dan ekosistemnya yang masih asli serta formasi geologi yang indah, unik, dan langka; pantai dengan lebar paling sedikit 130 (seratus tiga puluh) kali nilai rata- b. memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata; rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan, diukur dari c. memiliki luas yang cukup untuk menjamin pelestarian sumber daya garis air surut terendah ke arah darat. (6) Taman nasional dan taman nasional laut dengan criteria : a. berhutan atau bervegetasi tetap yang memiliki tumbuhan dan satwa yang beragam; b. memiliki luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologi secara alami; c. memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis alam hayati dan ekosistemnya untuk dimanfaatkan bagi kegiatan wisata alam; dan d. kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan kegiatan wisata alam. (9) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan dengan kriteria sebagai hasil budaya manusia yang bernilai tinggi yang dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. tumbuhan maupun jenis satwa dan ekosistemnya serta gejala alam Laporan Akhir V-3 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI 5. Kawasan rawan bencana alam, meliputi : (1) Kawasan rawan tanah longsor dengan kriteria kawasan berbentuk lereng yang rawan terhadap perpindahan material pembentuk lereng berupa a. kawasan poton atau lumpur vulkanik; b. kawasan dengan kemunculan sumber api alami; atau c. kawasan dengan kemunculan solfatara, fumaroia, dan/atau geyser. batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran. (2) Kawasan rawan gelombang pasang dengan criteria kawasan sekitar pantai yang rawan terhadap gelombang pasang dengan kecepatan antara 10 Kawasan rawan bencana alam geologi, terdiri atas : (1) Kawasan rawan letusan gunung berapi ditetapkan dengan kriteria: sampai dengan 100 kilometer per jam yang timbul akibat angin kencang a. wilayah di sekitar kawah atau kaldera; dan/atau atau gravitasi bulan atau matahari. b. wilayah yang sering terlanda awan panas, aliran lava, aliran lahar (3) Kawasan rawan banjir dengan kriteria kawasan yang diidentifikasikan sering dan/atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam banjir. lontaran atau guguran batu pijar dan/atau aliran gas beracun. (2) Kawasan rawan gempa bumi dengan kriteria kawasan yang berpotensi dan/atau pernah mengalami gempa bumi dengan skala VII sampai dengan 6. Kawasan lindung geologi, meliputi : Kawasan cagar alam geologi, terdiri atas : (1) Kawasan keunikan batuan dan fosil dengan criteria : a. memiliki keragaman batuan dan dapat berfungsi sebagai laboratorium alam; b. memiliki batuan yang mengandung jejak atau sisa kehidupan di masa lampau (fosil); c. memiliki nilai paleo-antropologi dan arkeologi; d. memiliki tipe geologi unik; atau e. memiliki satu-satunya batuan dan/atau jejak struktur geologi masa lalu. (2) Kawasan keunikan bentang alam dengan criteria : a. memiliki bentang alam gumuk pasir pantai; b. memiliki bentang alam berupa kawah, kaldera, maar, leher vulkanik, dan gumuk vulkanik; c. memiliki bentang alam goa; d. memiliki bentang alam ngarai/lembah; e. memiliki bentang alam kubah; atau f. memiliki bentang alam karst. XII Modified Mercally Intensity (MMI). (3) Kawasan rawan gerakan tanah dengan kriteria memiliki tingkat kerentanan gerakan tanah tinggi. (4) Kawasan yang terletak di zona patahan aktif dengan kriteria sempadan dengan lebar paling sedikit 250 (dua ratus lima puluh) meter dari tepi jalur patahan aktif. (5) Kawasan rawan tsunami dengan kriteria pantai dengan elevasi rendah dan/atau berpotensi atau pernah mengalami tsunami. (6) Kawasan rawan abrasi dengan kriteria pantai yang berpotensi dan/atau pernah mengalami abrasi. (7) Kawasan rawan bahaya gas beracun dengan criteria wilayah yang berpotensi dan/atau pernah mengalami bahaya gas beracun. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah (1) Kawasan imbuhan air tanah dengan criteria : a. memiliki jenis fisik batuan dengan kemampuan meluluskan air dengan jumlah yang berarti; b. memiliki lapisan penutup tanah berupa pasir sampai lanau; c. memiliki hubungan hidrogeologis yang menerus dengan daerah lepasan; dan/atau (3) Kawasan keunikan proses geologi dengan criteria : Laporan Akhir V-4 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI d. memiliki muka air tanah tidak tertekan yang letaknya lebih tinggi daripada muka air tanah yang tertekan. (2) Kawasan sempadan mata air dengan criteria : a. daratan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat untuk mempertahankan fungsi mata air; dan b. wilayah dengan jarak paling sedikit 200 (dua ratus) meter dari mata air. berburu; dan b. terdapat satwa buru yang dikembangbiakkan yang memungkinkan perburuan secara teratur dan berkesinambungan dengan mengutamakan segi aspek rekreasi, olahraga, dan kelestarian satwa. (4) Kawasan perlindungan plasma nutfah dengan criteria : a. memiliki jenis plasma nutfah tertentu yang memungkinkan kelangsungan proses pertumbuhannya; dan b. memiliki luas tertentu yang memungkinkan kelangsungan proses 7. Kawasan lindung lainnya, meliputi : (1) Cagar biosfer dengan criteria : a. memiliki keterwakilan ekosistem yang masih alami, kawasan yang sudah mengalami degradasi, mengalami modifikasi, atau kawasan binaan; pertumbuhan jenis plasma nutfah. (5) Kawasan pengungsian satwa dengan criteria : a. merupakan tempat kehidupan satwa yang sejak semula menghuni areal tersebut; b. merupakan tempat kehidupan baru bagi satwa; dan memiliki luas b. memiliki komunitas alam yang unik, langka, dan indah; tertentu yang memungkinkan berlangsungnya proses hidup dan c. merupakan bentang alam yang cukup luas yang mencerminkan kehidupan serta berkembangbiaknya satwa. interaksi antara komunitas alam dengan manusia beserta kegiatannya secara harmonis; atau d. berupa tempat bagi pemantauan perubahan ekologi melalui penelitian dan pendidikan. (2) Ramsar dengan criteria : a. berupa lahan basah baik yang bersifat alami atau mendekati alami yang mewakili langka atau unit yang sesuai dengan biogeografisnya; b. mendukung spesies rentan, langka, hampir langka, atau ekologi komunitas yang terancam; c. mendukung keanekaragaman populasi satwa dan/atau flora di wilayah biogeografisnya; atau d. merupakan tempat perlindungan bagi satwa dan/atau flora saat (6) Terumbu karang dengan criteria : a. berupa kawasan yang terbentuk dari koloni masif dari hewan kecil yang secara bertahap membentuk terumbu karang; b. terdapat di sepanjang pantai dengan kedalaman paling dalam 40 (empat puluh) meter; dan c. dipisahkan oleh laguna dengan kedalaman antara 40 (empat puluh) sampai dengan 75 (tujuh puluh lima) meter. (7) Kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi dengan criteria : a. berupa kawasan memiliki ekosistem unik, biota endemik, atau prosesproses penunjang kehidupan; dan b. mendukung alur migrasi biota laut. melewati masa kritis dalam hidupnya. (3) Taman buru dengan criteria : a. memiliki luas yang cukup dan tidak membahayakan untuk kegiatan Laporan Akhir V-5 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI Berdasarkan kriteria tersebut diatas, bisa ditentukan pembagian kawasan lindung dan budidaya di Kabupaten Ngawi. Adapun penetapan Tujuan perlindungan kawasan ini adalah untuk mencegah terjadinya dan bencana erosi, banjir, sedimentasi, dan menurunnya fungsi hidrolik tanah pengembangan kawasan lindung di Kabupaten Ngawi dapat dibagi menjadi : untuk menjamin ketersediaan, unsur hara tanah, air tanah, dan air permukaan. kawasan hutan lindung, kawasan yang memberi perlindungan kawasan Temasuk didalamnya adalah upaya pelestarian DAS. bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan pelestarian alam dan cagar budaya, kawasan rawan bencana alam dan kawasan lindung lainnya. 5.1.1. Kawasan Hutan Lindung Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitarnya maupun kawasan bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah. Kriteria penetapan kawasan lindung adalah : 1. Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah hujan yang melebihi nilai skor 175; atau 2. Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40% atau lebih; dan atau 3. Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 1000- Gambar 5.1. Kawasan Hutan Lindung di Sekitar Waduk Pondok dan DAS Bengawan Solo 2000 meter/dpl. Sebagian kawasan ini telah mengalami alih fungsi untuk kawasan budidaya Perlindungan terhadap kawasan hutan lindung dilakukan untuk terutama permukiman perdesaan, pengembangan hortikultura, pertanian tanaman pangan semusim, dan perkebunan. Adapun pengelolaan mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi, dan menjaga fungsi kawasan ini diarahkan pada : hidrologis tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah, dan 1. Peningkatan fungsi lindung pada area yang telah mengalami alih fungsi air permukaan. Kawasan hutan lindung di Kabupaten Ngawi meliputi kawasan melalui pengembangan vegetasi tegangan tinggi yang mampu memberikan hutan di kaki Gunung Lawu di Kecamatan Jogorogo, Ngrambe dan Sine. Luas perlindungan terhadap permukaan tanah dan mampu meresapkan air; hutan lindung di Kabupaten Ngawi secara keseluruhan kurang lebih 3.086 ha. 2. Perluasan hutan lindung di wilayah Ngawi Utara dan Selatan , terutama Penggantian luas hutan di Kabupaten Ngawi yang masih kurang, terbentur pada area yang mengalami alih fungsi sehingga pola ini memiliki dengan kurang tersedianya lahan serta kegiatan pembangunan wilayah. Oleh kemampuan perlindungan seperti hutan terutama di area kaki Gunung sebab itu, di tempuh upaya lain dengan pemanfaatan kawasan resapan air yang Lawu; sebagian besar merupakan kawasan perkebunan dengan fungsi hutan. hutan juga pemanfaatan kawasan 3. Meningkatkan kegiatan pariwisata alam (misalnya mendaki gunung, out bond, camping) terutama di kaki Gunung Lawu dan Waduk Pondok, sekaligus menanamkan gerakan cinta alam. Laporan Akhir V-6 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI 4. Pengembalian berbagai rona awal sehingga kehidupan satwa langka dan dilindungi dapat lestari; 5. Percepatan rehabilitasi lahan yang mengalami kerusakan; 6. Peningkatan fungsi lahan melalui pengembangan hutan rakyat yang memberikan nilai ekonomi melalui pengambilan hasil buah bukan kayu, Pengembangan kawasan hutan lindung ini juga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan fungsi pelestarian DAS Bengawan Solo. Hal ini dilakukan mengingat sebagian besar kawasan Hutan Lindung merupakan area yang termasuk dalam aliran sungai yang ada di Kabupaten Ngawi. Pelestarian ini memiliki arti yang sangat penting dalam menjaga kualitas air sungai, ketersediaan air sungai, serta pelestarian berbagai flora dan fauna sepanjang DAS termasuk peningkatan produktivitas lahan. Adapun penetapan hutan pelestarian dari DAS Bengawan Solo adalah sebesar 30% dari luas DAS yaitu sebesar 49.633,002 Ha, dimana kawasan yang telah ditetapkan sebagai daerah lindung tidak dapat dibudidayakan atau dialihfungsikan. Laporan Akhir V-7 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI TAHUN 2010 - 2030 Laporan Akhir V-8 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI 5.1.2. Kawasan yang Memberi Perlindungan terhadap Kawasan Bawahannya 1. Kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya meliputi Peningkatan fungsi lindung pada area yang telah mengalami alih fungsi melalui pengembangan vegetasi tegakan tinggi yang mampu memberikan kawasan bergambut dan kawasan resapan air. perlindungan terhadap permukaan tanah dan mampu meresapkan air ke A. Kawasan Bergambut dalam tanah; Kawasan bergambut tidak terdapat di Kabupaten Ngawi karena kawasan 2. bergambut adalah kawasan yang memiliki ketebalan gambut 3 (tiga) meter atau Perluasan hutan lindung di wilayah Kecamatan Jogorogo terutama pada area yang mengalami alih fungsi; lebih yang terdapat di hulu sungai atau Rawa, padahal hulu sungai Kabupaten 3. Percepatan rehabilitasi lahan yang mengalami kerusakan; Ngawi tidak terdapat gambut dan Kabupaten Ngawi tidak memiliki rawa. 4. Peningkatan fungsi lahan melalui pengembangan hutan rakyat yang B. Kawasan Resapan Air memberikan nilai ekonomi melalui pengambilan hasil buah bukan kayu, Kawasan resapan air adalah daerah yang memiliki kemampuan tinggi meresapkan air hujan, sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akuiver) dan vegetasi yang menjadi tempat kehidupan berbagai satwa; 5. Meningkatkan kegiatan pariwisata alam (misalnya mendaki gunung, out yang berguna sebagai penyedia sumber air. Perlindungan terhadap kawasan bond, camping) terutama di resapan air dilakukan untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air Kecamatan Jogorogo dan Kecamatan Kendal sekaligus menanamkan hujan pada daerah tertentu untuk keperluan penyediann kebutuhan air tanah gerakan cinta alam; serta dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan. 6. Kecamatan Bringin, Kecamatan Sine, Pengolahan tanah secara teknis (misalnya membuat embung, cekungan tanah, bendung) sehingga kawasan ini memberikan kemampuan peresapan Kawasan Resapan Air terletak di Kecamatan Jogorogo, Ngrame dan air yang lebih tinggi. Sine. Adapun luas kawasan resapan air di Kabupaten Ngawi kurang lebih 17.627,89 ha. Penetapan dan pemantapan kawasan resapan air juga merupakan salah satu upaya dalam pelestarian DAS yang ada di Kabupaten 5.1.3. Kawasan Perlindungan Setempat Kawasan perlindungan setempat meliputi kawasan sempadan pantai, Ngawi. Peningkatan manfaat lindung pada kawasan ini dilakukan dengan cara : kawasan sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk, kawasan sekitar 1. Pembuatan sumur-sumur resapan; mata air, dan kawasan lindung spiritual dan kearifan local lainnya. 2. Pengendalian hutan dan tegakan tinggi pada wilayah-wilayah hulu; serta A. Kawasan Sempadan Pantai 3. Pengolahan sistem terasering dan vegetasi yang mampu menahan dan meresapkan air. Kabupaten Ngawi tidak memiliki pantai. Sebagian besar kawasan yang berfungsi sebagai kawasan resapan air ini merupakan kawasan hutan lindung, sehingga pelestarian hutan lindung pada dasarnya juga meningkatkan pengelolaan kawasan ini adalah : Kawasan Sempadan pantai tidak terdapat di Kabupaten Ngawi, karena kemampuan akan resapan air. Adapun B. Kawasan Sempadan Sungai Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kanan-kiri sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk melestarikan fungsi sungai. Keppres Nomor 32 Tahun 1990 menetapkan perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan untuk Laporan Akhir V-9 RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat menganggu dan merusak 1. Sungai besar yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan seluas 500 (lima ratus) Km2 atau lebih dengan garis sempadan sungai aliran sungai. Kriteria sempadan sungai adalah : ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus) m, termasuk sungai besar a. Sekurang-kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai besar dan 50 meter di di Kabupaten Ngawi ini antara lain adalah : Sungai Bengawan Solo dan kiri kanan anak sungai yang berada di luar pemukiman. Kali Madiun. b. Untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai yang 2. Sungai kecil yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10 – 15 meter. seluas kurang dari 500 (lima ratus) Km2 dengan garis sempadan sungai Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63 Tahun 1993 sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) m dihitung dari tepi sungai pada tentang Garis sempadan sungai, daerah manfaat sungai, daerah penguasaan waktu ditetapkan, termasuk pada wilayah ini adalah seluruh anak Sungai sungai dan bekas sungai, menjelaskan bahwa sungai sebagai salah satu sumber Bengawan Solo. air mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan dan penghidupan Penetapan garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan masyarakat, perlu dijaga kelestarian dan kelangsungan fungsinya dengan perkotaan didasarkan pada kriteria : mengamankan daerah sekitarnya. Kawasan sempadan sungai adalah kawasan 1. Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis sepanjang kanan-kiri sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung primer yang mempunyai manfaat penting untuk melestarikan fungsi sungai. dari tepi sungai pada waktu ditetapkan; Penetapan kawasan sempadan sungai dimaksudkan sebagai upaya agar 2. Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai kegiatan perlindungan, pengembangan, penggunaan dan pengendalian atas dengan 20 (dua puluh)meter, garis sempadan ditetapkan sekurang- sumber daya yang ada pada sungai termasuk danau dan waduk dapat kurangnya 15 (lima belas) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu dilaksanakan sesuai dengan tujuannya. Adapun penetapan kawasan sempadan ditetapkan; dan sungai di Kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut: 3. Sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 (dua puluh) Garis sempadan sungai bertanggul di tetapkan sebagai berikut : meter, garis sempadan sungai sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) meter 1. Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan, ditetapkan dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul; 2. Garis sempadan Penetapan kawasan sempadan sungai ini juga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan fungsi pelestarian DAS Bengawan Solo. Hal ini sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan, dilakukan mengingat sebagian besar kawasan Hutan Lindung merupakan area ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang yang termasuk dalam aliran Sungai Bengawan Solo dan Kali madiun serta kaki tanggul sungai lainnya. Pelestarian ini memiliki arti yang sangat penting dalam menjaga Penetapan garis sempadan sungai tak bertanggul di luar kawasan perkotaan kualitas air sungai, ketersediaan air sungai, serta pelestarian berbagai flora dan diperkotaan didasarkan pada kriteria berikut : fauna sepanjang DAS termasuk peningkatan produktivitas lahan. Luas sempadan sungai di Kabupaten Ngawi meliputi luas keseluruhan sempadan Laporan Akhir V - 10