RTRW - Pemerintah Kabupaten Ngawi

advertisement
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
Rencana Pola ruang adalah rencana distribusi peruntukan ruang dalam
suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan
peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Bentukan kawasan yang memiliki
peruntukan ruang fungsi lindung adalah kawasan lindung. Kawasan lindung
merupakan
wilayah
yang
ditetapkan
dengan
fungsi
utama
melindungi
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber
daya buatan. Sedangkan bentukan kawasan yang memiliki peruntukan ruang
untuk fungsi budidaya adalah kawasan budidaya. Kawasan budidaya adalah
wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar
kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya
buatan.
Laporan Akhir
V-1
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
5.1. RENCANA POLA RUANG KAWASAN LINDUNG KABUPATEN NGAWI
5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar;
Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
b. daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber alam, sumber
kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter
daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa guna kepentingan
dari tepi sungai; dan
pembangunan berkelanjutan.
c. daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar
Kriteria kawasan lindung adalah sebagai berikut :
kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh)
1. Kawasan hutan lindung ditetapkan dengan kriteria:
meter dari tepi sungai.
a. kawasan hutan dengan faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan
intensitas hujan yang jumlah hasil perkalian bobotnya sama dengan 175
(seratus tujuh puluh lima) atau lebih;
(empat puluh persen); atau
b. daratan
sepanjang
tepian
danau
atau
waduk
yang
lebarnya
proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik danau atau waduk.
c. kawasan hutan yang mempunyai ketinggian 1000-2000 meter di atas
permukaan laut.
(4) Ruang terbuka hijau kota dengan kriteria:
a. lahan dengan luas paling sedikit 2.500 (dua ribu lima ratus) meter
2. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya,
meliputi :
persegi;
b. berbentuk satu hamparan, berbentuk jalur, atau kombinasi dari
a. Kawasan bergambut dengan kriteria ketebalan gambut 3 (tiga) meter atau
lebih yang terdapat di hulu sungai atau rawa.
resapan
air
dengan
kriteria
kawasan
bentuk satu hamparan dan jalur; dan
c. didominasi komunitas tumbuhan.
yang
mempunyai
kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan dan sebagai pengontrol
tata air permukaan.
3. Kawasan perlindungan setempat, meliputi :
(1) Sempadan pantai dengan kriteria:
a. daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus)
meter dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat; atau
b. daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya
curam atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan
kondisi fisik pantai.
(2) Sempadan sungai dengan kriteria:
a. daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit
Laporan Akhir
a. daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai dengan 100
(seratus) meter dari titik pasang air danau atau waduk tertinggi; atau
b. kawasan hutan yang mempunyai kemiringan lereng paling sedikit 40%
b. Kawasan
(3) Kawasan sekitar danau atau waduk dengan kriteria:
4. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, meliputi :
(1) Kawasan suaka alam dengan kriteria:
a. kawasan yang memiliki keanekaragaman biota, ekosistem, serta gejala
dan keunikan alam yang khas baik di darat maupun di perairan;
dan/atau
b. mempunyai
fungsi
utama
sebagai
kawasan
pengawetan
keanekaragaman jenis biota, ekosistem, serta gejala dan keunikan
alam yang terdapat di dalamnya.
(2) Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya dengan kriteria:
a. memiliki ekosistem khas, baik di lautan maupun di perairan lainnya;
dan
V-2
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
b. merupakan habitat alami yang memberikan tempat atau perlindungan
bagi perkembangan keanekaragaman tumbuhan dan satwa.
d. memiliki paling sedikit satu ekosistem yang terdapat di dalamnya yang
(3) Suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut dengan kriteria:
secara materi atau fisik tidak boleh diubah baik oleh eksploitasi
a. merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan dari suatu jenis
satwa yang perlu dilakukan upaya konservasinya;
pariwisata alam.
c. merupakan tempat dan kehidupan bagi jenis satwa migrant tertentu;
atau
(7) Taman hutan raya dengan criteria :
a. berhutan atau bervegetasi tetap yang memiliki tumbuhan dan/atau
luas
yang
cukup
sebagai
habitat
jenis
satwa
yang
bersangkutan.
keanekaragaman
satwa yang beragam;
b. memiliki arsitektur bentang alam yang baik;
(4) Cagar alam dan cagar alam laut dengan kriteria:
a. memiliki
maupun pendudukan manusia; dan
e. memiliki keadaan alam yang asli untuk dikembangkan sebagai
b. memiliki keanekaragaman satwa yang tinggi;
d. memiliki
yang masih utuh;
jenis
tumbuhan,
c. memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata;
satwa,
dan
tipe
ekosistemnya;
b. memiliki formasi biota tertentu dan/atau unit-unit penyusunnya;
c. memiliki kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli
atau belum diganggu manusia;
d. memiliki luas dan bentuk tertentu; atau
e. memiliki ciri khas yang merupakan satu-satunya contoh di suatu
daerah serta keberadaannya memerlukan konservasi.
(5) Kawasan pantai berhutan bakau dengan criteria koridor di sepanjang
d. merupakan kawasan dengan ciri khas baik asli maupun buatan, baik
pada kawasan yang ekosistemnya masih utuh maupun kawasan yang
sudah berubah;
e. memiliki keindahan alam dan/atau gejala alam; dan memiliki luas
yang
memungkinkan
untuk
pengembangan
koleksi
tumbuhan
dan/atau satwa jenis asli dan/atau bukan asli.
(8) Taman wisata alam dan taman wisata alam laut dengan criteria :
a. memiliki daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa dan ekosistemnya
yang masih asli serta formasi geologi yang indah, unik, dan langka;
pantai dengan lebar paling sedikit 130 (seratus tiga puluh) kali nilai rata-
b. memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata;
rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan, diukur dari
c. memiliki luas yang cukup untuk menjamin pelestarian sumber daya
garis air surut terendah ke arah darat.
(6) Taman nasional dan taman nasional laut dengan criteria :
a. berhutan atau bervegetasi tetap yang memiliki tumbuhan dan satwa
yang beragam;
b. memiliki luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses
ekologi secara alami;
c. memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis
alam hayati dan ekosistemnya untuk dimanfaatkan bagi kegiatan
wisata alam; dan
d. kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan
kegiatan wisata alam.
(9) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan dengan kriteria sebagai
hasil budaya manusia yang bernilai tinggi yang dimanfaatkan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan.
tumbuhan maupun jenis satwa dan ekosistemnya serta gejala alam
Laporan Akhir
V-3
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
5. Kawasan rawan bencana alam, meliputi :
(1) Kawasan rawan tanah longsor dengan kriteria kawasan berbentuk lereng
yang rawan terhadap perpindahan material pembentuk lereng berupa
a. kawasan poton atau lumpur vulkanik;
b. kawasan dengan kemunculan sumber api alami; atau
c. kawasan dengan kemunculan solfatara, fumaroia, dan/atau geyser.
batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran.
(2) Kawasan rawan gelombang pasang dengan criteria kawasan sekitar pantai
yang rawan terhadap gelombang pasang dengan kecepatan antara 10
Kawasan rawan bencana alam geologi, terdiri atas :
(1) Kawasan rawan letusan gunung berapi ditetapkan dengan kriteria:
sampai dengan 100 kilometer per jam yang timbul akibat angin kencang
a. wilayah di sekitar kawah atau kaldera; dan/atau
atau gravitasi bulan atau matahari.
b. wilayah yang sering terlanda awan panas, aliran lava, aliran lahar
(3) Kawasan rawan banjir dengan kriteria kawasan yang diidentifikasikan
sering dan/atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam banjir.
lontaran atau guguran batu pijar dan/atau aliran gas beracun.
(2) Kawasan rawan gempa bumi dengan kriteria kawasan yang berpotensi
dan/atau pernah mengalami gempa bumi dengan skala VII sampai dengan
6. Kawasan lindung geologi, meliputi :
Kawasan cagar alam geologi, terdiri atas :
(1) Kawasan keunikan batuan dan fosil dengan criteria :
a. memiliki keragaman batuan dan dapat berfungsi sebagai laboratorium
alam;
b. memiliki batuan yang mengandung jejak atau sisa kehidupan di masa
lampau (fosil);
c. memiliki nilai paleo-antropologi dan arkeologi;
d. memiliki tipe geologi unik; atau
e. memiliki satu-satunya batuan dan/atau jejak struktur geologi masa
lalu.
(2) Kawasan keunikan bentang alam dengan criteria :
a. memiliki bentang alam gumuk pasir pantai;
b. memiliki bentang alam berupa kawah, kaldera, maar, leher vulkanik,
dan gumuk vulkanik;
c. memiliki bentang alam goa;
d. memiliki bentang alam ngarai/lembah;
e. memiliki bentang alam kubah; atau
f. memiliki bentang alam karst.
XII Modified Mercally Intensity (MMI).
(3) Kawasan
rawan
gerakan
tanah
dengan
kriteria
memiliki
tingkat
kerentanan gerakan tanah tinggi.
(4) Kawasan yang terletak di zona patahan aktif dengan kriteria sempadan
dengan lebar paling sedikit 250 (dua ratus lima puluh) meter dari tepi
jalur patahan aktif.
(5) Kawasan rawan tsunami dengan kriteria pantai dengan elevasi rendah
dan/atau berpotensi atau pernah mengalami tsunami.
(6) Kawasan rawan abrasi dengan kriteria pantai yang berpotensi dan/atau
pernah mengalami abrasi.
(7) Kawasan rawan bahaya gas beracun dengan criteria wilayah yang
berpotensi dan/atau pernah mengalami bahaya gas beracun.
Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap air tanah
(1) Kawasan imbuhan air tanah dengan criteria :
a. memiliki jenis fisik batuan dengan kemampuan meluluskan air dengan
jumlah yang berarti;
b. memiliki lapisan penutup tanah berupa pasir sampai lanau;
c. memiliki
hubungan
hidrogeologis
yang
menerus
dengan
daerah
lepasan; dan/atau
(3) Kawasan keunikan proses geologi dengan criteria :
Laporan Akhir
V-4
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
d. memiliki muka air tanah tidak tertekan yang letaknya lebih tinggi
daripada muka air tanah yang tertekan.
(2) Kawasan sempadan mata air dengan criteria :
a. daratan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat untuk
mempertahankan fungsi mata air; dan
b. wilayah dengan jarak paling sedikit 200 (dua ratus) meter dari mata
air.
berburu; dan
b. terdapat satwa buru yang dikembangbiakkan yang memungkinkan
perburuan
secara
teratur
dan
berkesinambungan
dengan
mengutamakan segi aspek rekreasi, olahraga, dan kelestarian satwa.
(4) Kawasan perlindungan plasma nutfah dengan criteria :
a. memiliki
jenis
plasma
nutfah
tertentu
yang
memungkinkan
kelangsungan proses pertumbuhannya; dan
b. memiliki luas tertentu yang memungkinkan kelangsungan proses
7. Kawasan lindung lainnya, meliputi :
(1) Cagar biosfer dengan criteria :
a. memiliki keterwakilan ekosistem yang masih alami, kawasan yang
sudah mengalami degradasi, mengalami modifikasi, atau kawasan
binaan;
pertumbuhan jenis plasma nutfah.
(5) Kawasan pengungsian satwa dengan criteria :
a. merupakan tempat kehidupan satwa yang sejak semula menghuni
areal tersebut;
b. merupakan tempat kehidupan baru bagi satwa; dan memiliki luas
b. memiliki komunitas alam yang unik, langka, dan indah;
tertentu yang memungkinkan berlangsungnya proses hidup dan
c. merupakan bentang alam yang cukup luas yang mencerminkan
kehidupan serta berkembangbiaknya satwa.
interaksi antara komunitas alam dengan manusia beserta kegiatannya
secara harmonis; atau
d. berupa tempat bagi pemantauan perubahan ekologi melalui penelitian
dan pendidikan.
(2) Ramsar dengan criteria :
a. berupa lahan basah baik yang bersifat alami atau mendekati alami
yang mewakili langka atau unit yang sesuai dengan biogeografisnya;
b. mendukung spesies rentan, langka, hampir langka, atau ekologi
komunitas yang terancam;
c. mendukung keanekaragaman populasi satwa dan/atau flora di wilayah
biogeografisnya; atau
d. merupakan tempat perlindungan bagi satwa dan/atau flora saat
(6) Terumbu karang dengan criteria :
a. berupa kawasan yang terbentuk dari koloni masif dari hewan kecil
yang secara bertahap membentuk terumbu karang;
b. terdapat di sepanjang pantai dengan kedalaman paling dalam 40
(empat puluh) meter; dan
c. dipisahkan oleh laguna dengan kedalaman antara 40 (empat puluh)
sampai dengan 75 (tujuh puluh lima) meter.
(7) Kawasan koridor bagi jenis satwa atau biota laut yang dilindungi dengan
criteria :
a. berupa kawasan memiliki ekosistem unik, biota endemik, atau prosesproses penunjang kehidupan; dan
b. mendukung alur migrasi biota laut.
melewati masa kritis dalam hidupnya.
(3) Taman buru dengan criteria :
a. memiliki luas yang cukup dan tidak membahayakan untuk kegiatan
Laporan Akhir
V-5
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
Berdasarkan kriteria tersebut diatas, bisa ditentukan pembagian kawasan
lindung
dan
budidaya
di
Kabupaten
Ngawi.
Adapun
penetapan
Tujuan perlindungan kawasan ini adalah untuk mencegah terjadinya
dan
bencana erosi, banjir, sedimentasi, dan menurunnya fungsi hidrolik tanah
pengembangan kawasan lindung di Kabupaten Ngawi dapat dibagi menjadi :
untuk menjamin ketersediaan, unsur hara tanah, air tanah, dan air permukaan.
kawasan hutan lindung, kawasan yang memberi perlindungan kawasan
Temasuk didalamnya adalah upaya pelestarian DAS.
bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan pelestarian alam dan
cagar budaya, kawasan rawan bencana alam dan kawasan lindung lainnya.
5.1.1. Kawasan Hutan Lindung
Kawasan hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas
yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitarnya maupun
kawasan bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta
memelihara kesuburan tanah. Kriteria penetapan kawasan lindung adalah :
1. Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah
hujan yang melebihi nilai skor 175; atau
2. Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40% atau lebih; dan atau
3. Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 1000-
Gambar 5.1.
Kawasan Hutan Lindung di Sekitar Waduk Pondok dan DAS Bengawan Solo
2000 meter/dpl.
Sebagian kawasan ini telah mengalami alih fungsi untuk kawasan
budidaya
Perlindungan
terhadap
kawasan
hutan
lindung
dilakukan
untuk
terutama
permukiman
perdesaan,
pengembangan
hortikultura,
pertanian tanaman pangan semusim, dan perkebunan. Adapun pengelolaan
mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi, dan menjaga fungsi
kawasan ini diarahkan pada :
hidrologis tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah, dan
1.
Peningkatan fungsi lindung pada area yang telah mengalami alih fungsi
air permukaan. Kawasan hutan lindung di Kabupaten Ngawi meliputi kawasan
melalui pengembangan vegetasi tegangan tinggi yang mampu memberikan
hutan di kaki Gunung Lawu di Kecamatan Jogorogo, Ngrambe dan Sine. Luas
perlindungan terhadap permukaan tanah dan mampu meresapkan air;
hutan lindung di Kabupaten Ngawi secara keseluruhan kurang lebih 3.086 ha.
2.
Perluasan hutan lindung di wilayah Ngawi Utara dan Selatan , terutama
Penggantian luas hutan di Kabupaten Ngawi yang masih kurang, terbentur
pada area yang mengalami alih fungsi sehingga pola ini memiliki
dengan kurang tersedianya lahan serta kegiatan pembangunan wilayah. Oleh
kemampuan perlindungan seperti hutan terutama di area kaki Gunung
sebab itu, di tempuh upaya lain dengan pemanfaatan kawasan resapan air yang
Lawu;
sebagian
besar
merupakan
kawasan
perkebunan dengan fungsi hutan.
hutan
juga
pemanfaatan
kawasan
3.
Meningkatkan kegiatan pariwisata alam (misalnya mendaki gunung, out
bond, camping) terutama di kaki Gunung Lawu dan Waduk Pondok,
sekaligus menanamkan gerakan cinta alam.
Laporan Akhir
V-6
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
4.
Pengembalian berbagai rona awal sehingga kehidupan satwa langka dan
dilindungi dapat lestari;
5.
Percepatan rehabilitasi lahan yang mengalami kerusakan;
6.
Peningkatan fungsi lahan melalui pengembangan hutan rakyat yang
memberikan nilai ekonomi melalui pengambilan hasil buah bukan kayu,
Pengembangan kawasan hutan lindung ini juga merupakan salah satu
upaya untuk meningkatkan fungsi pelestarian DAS Bengawan Solo. Hal ini
dilakukan mengingat sebagian besar kawasan Hutan Lindung merupakan area
yang termasuk dalam aliran sungai yang ada di Kabupaten Ngawi. Pelestarian
ini memiliki arti yang sangat penting dalam menjaga kualitas air sungai,
ketersediaan air sungai, serta pelestarian berbagai flora dan fauna sepanjang
DAS termasuk peningkatan produktivitas lahan. Adapun penetapan hutan
pelestarian dari DAS Bengawan Solo adalah sebesar 30% dari luas DAS yaitu
sebesar 49.633,002 Ha, dimana kawasan yang telah ditetapkan sebagai daerah
lindung tidak dapat dibudidayakan atau dialihfungsikan.
Laporan Akhir
V-7
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN NGAWI
TAHUN 2010 - 2030
Laporan Akhir
V-8
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
5.1.2. Kawasan yang Memberi Perlindungan terhadap Kawasan Bawahannya
1.
Kawasan yang memberi perlindungan kawasan bawahannya meliputi
Peningkatan fungsi lindung pada area yang telah mengalami alih fungsi
melalui pengembangan vegetasi tegakan tinggi yang mampu memberikan
kawasan bergambut dan kawasan resapan air.
perlindungan terhadap permukaan tanah dan mampu meresapkan air ke
A. Kawasan Bergambut
dalam tanah;
Kawasan bergambut tidak terdapat di Kabupaten Ngawi karena kawasan
2.
bergambut adalah kawasan yang memiliki ketebalan gambut 3 (tiga) meter atau
Perluasan hutan lindung di wilayah Kecamatan Jogorogo terutama pada
area yang mengalami alih fungsi;
lebih yang terdapat di hulu sungai atau Rawa, padahal hulu sungai Kabupaten
3.
Percepatan rehabilitasi lahan yang mengalami kerusakan;
Ngawi tidak terdapat gambut dan Kabupaten Ngawi tidak memiliki rawa.
4.
Peningkatan fungsi lahan melalui pengembangan hutan rakyat yang
B. Kawasan Resapan Air
memberikan nilai ekonomi melalui pengambilan hasil buah bukan kayu,
Kawasan resapan air adalah daerah yang memiliki kemampuan tinggi
meresapkan air hujan, sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akuiver)
dan vegetasi yang menjadi tempat kehidupan berbagai satwa;
5.
Meningkatkan kegiatan pariwisata alam (misalnya mendaki gunung, out
yang berguna sebagai penyedia sumber air. Perlindungan terhadap kawasan
bond, camping) terutama di
resapan air dilakukan untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air
Kecamatan Jogorogo dan Kecamatan Kendal sekaligus menanamkan
hujan pada daerah tertentu untuk keperluan penyediann kebutuhan air tanah
gerakan cinta alam; serta
dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahannya
maupun
kawasan yang bersangkutan.
6.
Kecamatan Bringin, Kecamatan Sine,
Pengolahan tanah secara teknis (misalnya membuat embung, cekungan
tanah, bendung) sehingga kawasan ini memberikan kemampuan peresapan
Kawasan Resapan Air
terletak di Kecamatan Jogorogo, Ngrame dan
air yang lebih tinggi.
Sine. Adapun luas kawasan resapan air di Kabupaten Ngawi kurang lebih
17.627,89
ha.
Penetapan
dan
pemantapan
kawasan
resapan
air
juga
merupakan salah satu upaya dalam pelestarian DAS yang ada di Kabupaten
5.1.3. Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan perlindungan setempat meliputi kawasan sempadan pantai,
Ngawi. Peningkatan manfaat lindung pada kawasan ini dilakukan dengan cara :
kawasan sempadan sungai, kawasan sekitar danau/waduk, kawasan sekitar
1.
Pembuatan sumur-sumur resapan;
mata air, dan kawasan lindung spiritual dan kearifan local lainnya.
2.
Pengendalian hutan dan tegakan tinggi pada wilayah-wilayah hulu; serta
A. Kawasan Sempadan Pantai
3.
Pengolahan sistem terasering dan vegetasi yang mampu menahan dan
meresapkan air.
Kabupaten Ngawi tidak memiliki pantai.
Sebagian besar kawasan yang berfungsi sebagai kawasan resapan air ini
merupakan kawasan hutan lindung, sehingga pelestarian hutan lindung pada
dasarnya
juga
meningkatkan
pengelolaan kawasan ini adalah :
Kawasan Sempadan pantai tidak terdapat di Kabupaten Ngawi, karena
kemampuan
akan
resapan
air.
Adapun
B. Kawasan Sempadan Sungai
Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kanan-kiri
sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai
manfaat penting untuk melestarikan fungsi sungai. Keppres Nomor 32 Tahun
1990 menetapkan perlindungan terhadap sempadan sungai dilakukan untuk
Laporan Akhir
V-9
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)
KABUPATEN NGAWI
melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat menganggu dan merusak
1. Sungai besar yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai
kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta mengamankan
seluas 500 (lima ratus) Km2 atau lebih dengan garis sempadan sungai
aliran sungai. Kriteria sempadan sungai adalah :
ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus) m, termasuk sungai besar
a.
Sekurang-kurangnya 100 meter di kiri kanan sungai besar dan 50 meter di
di Kabupaten Ngawi ini antara lain adalah : Sungai Bengawan Solo dan
kiri kanan anak sungai yang berada di luar pemukiman.
Kali Madiun.
b.
Untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai yang
2. Sungai kecil yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai
diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10 – 15 meter.
seluas kurang dari 500 (lima ratus) Km2 dengan garis sempadan sungai
Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63 Tahun 1993
sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) m dihitung dari tepi sungai pada
tentang Garis sempadan sungai, daerah manfaat sungai, daerah penguasaan
waktu ditetapkan, termasuk pada wilayah ini adalah seluruh anak Sungai
sungai dan bekas sungai, menjelaskan bahwa sungai sebagai salah satu sumber
Bengawan Solo.
air mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan dan penghidupan

Penetapan garis sempadan sungai tak bertanggul di dalam kawasan
masyarakat, perlu dijaga kelestarian dan kelangsungan fungsinya dengan
perkotaan didasarkan pada kriteria :
mengamankan daerah sekitarnya. Kawasan sempadan sungai adalah kawasan
1. Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis
sepanjang kanan-kiri sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi
sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung
primer yang mempunyai manfaat penting untuk melestarikan fungsi sungai.
dari tepi sungai pada waktu ditetapkan;
Penetapan kawasan sempadan sungai dimaksudkan sebagai upaya agar
2. Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai
kegiatan perlindungan, pengembangan, penggunaan dan pengendalian atas
dengan 20 (dua puluh)meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-
sumber daya yang ada pada sungai termasuk danau dan waduk dapat
kurangnya 15 (lima belas) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu
dilaksanakan sesuai dengan tujuannya. Adapun penetapan kawasan sempadan
ditetapkan; dan
sungai di Kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut:

3. Sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 (dua puluh)
Garis sempadan sungai bertanggul di tetapkan sebagai berikut :
meter, garis sempadan sungai sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) meter
1. Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan, ditetapkan
dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
sekurang-kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki
tanggul;
2. Garis

sempadan
Penetapan kawasan sempadan sungai ini juga merupakan salah satu
upaya untuk meningkatkan fungsi pelestarian DAS Bengawan Solo. Hal ini
sungai
bertanggul
di
dalam
kawasan
perkotaan,
dilakukan mengingat sebagian besar kawasan Hutan Lindung merupakan area
ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) meter di sebelah luar sepanjang
yang termasuk dalam aliran Sungai Bengawan Solo dan Kali madiun serta
kaki tanggul
sungai lainnya. Pelestarian ini memiliki arti yang sangat penting dalam menjaga
Penetapan garis sempadan sungai tak bertanggul di luar kawasan perkotaan
kualitas air sungai, ketersediaan air sungai, serta pelestarian berbagai flora dan
diperkotaan didasarkan pada kriteria berikut :
fauna
sepanjang
DAS
termasuk
peningkatan
produktivitas
lahan.
Luas
sempadan sungai di Kabupaten Ngawi meliputi luas keseluruhan sempadan
Laporan Akhir
V - 10
Download