BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian Kredit Dalam

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Kredit
2.1.1 Pengertian Kredit
Dalam pengertian sederhana, kredit merupakan penyaluran dana dari pihak
pemilik dana kepada pihak yang memerlukan dana. Dalam bahasa Latin, kredit
berasal dari kata “credere” yang artinya percaya. Hal ini berarti pihak yang
memberikan kredit percaya kepada pihak yang menerima kredit bahwa kredit
yang diberikan pasti akan terbayar. Di lain pihak, penerima kredit mendapat
kepercayaan dari pihak yang memberi pinjaman, sehingga pihak peminjam
berkewajiban untuk mengembalikan kredit yang diterimanya.
Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang
atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya
kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. UU No. 10 tahun 1998 pasal 1 ayat
(11) menyebutkan bahwa kredit adalahpenyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Jika seseorang menggunakan jasa kredit, maka ia akan dikenakan bunga tagihan.
Menurut para ahli, kredit dapat diartikan sebagai berikut:
a.
“Kredit itu adalah suatu pemberian prestasi yang balas prestasinya (kontra
prestasi) akan terjadi pada suatu waktu di hari yang akan datang.”
(Batubara)
b.
“Kredit adalah penyerahan barang, jasa atau uang dari satu pihak
(kreditur/atau pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada pihak lain
(nasabah atau pengutang/borrower) dengan janji membayar dari penerima
kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua
belah pihak.” (Rivai dan Veithzal)
4
5
Dari berbagai pengertian kredit yang telah disebutkan diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa kredit adalah suatu pemberian fasilitas keuangan kepada
debitur dengan prinsip kepercayaan antara keduabelah pihak dimana pihak debitur
mempunyai kewajiban untuk membayar pinjamannya berupa angsuran pokok serta
balas jasanya yang berupa bunga sesuai jangka waktu tertentu yang diperjanjikan.
Jangka waktu yang diberikan sesuai dengan kebutuhan debitur yang digolongkan
menjadi tiga golongan, diantaranya:
a.
Jangka pendek, pemberian kredit maksimal 1 tahun
b.
Jangka mengengah, pemberian kredit berkisar antara 1-3 tahun
c.
Jangka panjang, pemberian kredit lebih dari 3 tahun
2.1.2 Unsur-unsur Kredit
Dalam pemberian kredit terdapat unsur-unsur diantaranya adalah sebagai
berikut:
a.
Kreditur
Kreditur merupakan pihak yang memberikan kredit (pinjaman) kepada
pihak lain yang memperoleh pinjaman. Dalam hal ini pihak yang berperan
sebagai kreditur adalah pihak bank.
b.
Debitur
Debitur merupakan pihak yang membutuhkan dana, atau pihak yang
mendapat pinjaman dari pihak lain. Dalam hal ini pihak yang berperan
sebagai debitur adalah nasabah yang diberikan kredit atau pinjaman oleh
pihak kreditur.
c.
Kepercayaan (Trust)
Dalam kata kredit terdapat unsur kepercayaan yang berarti kreditur
memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada pihak yang menerima kredit
(debitur) untuk memenuhi kewajibannya dalam membayar pinjaman yang
telah diterima sesuai dengan jangka waktu yang disepakati sebelumnya.
d.
Perjanjian
Perjanjian merupakan suatu kontrak perjanjian atau kesepakatan yang
dilakukan antara bank (kreditur) dengan pihak peminjam (debitur) yang
6
mengatur segala sesuatu mengenai kredit seperti jangka waktu, persentase
bunga yang dikenakan, hingga penjelasan mengenai jaminan, dan lain
sebagainya.
e.
Resiko
Resiko merupakan kemungkinan kerugian yang akan timbul atas
penyaluran kredit yang dilakukan oleh bank akibat dari tidak kembalinya
dana. Sebagai contoh resiko dalam penyaluran kredit yaitu keterlambatan
dalam pembayaran angsuran hingga resiko tidak tertagihnya pinjaman
yang telah diberikan.
f.
Jangka Waktu
Jangka waktu merupakan lamanya waktu yang diperlukan oleh debitur
untuk membayar pinjaman yang telah diterima kepada kreditur sesuai
dengan kesepakatan keduabelah pihak.
g.
Balas Jasa
Dalam penyaluran dana yang diberikan tentunya pihak kreditur
menghendaki imbalan yang dalam bank konvensional biasa disebut dengan
bunga, atau dalam bank syariah biasa dikenal dengan bagi hasil,yang
dicantumkan dalam perjanjian atau kontrak.
2.1.3
Tujuan Kredit
Dalam pemberian kredit memiliki tujuan tertentu. Adapun tujuan yang
ingin dicapai diantaranya adalah:
a.
Mendapatkan keuntungan
Dengan kredit yang diberikan maka bank akan menerima bentuk bunga
sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada
debitur.
b.
Membantu usaha nasabah
Nasabah yang memperoleh kredit dari bank dapat berupa dana investasi
maupun dana untuk modal kerja sehingga pihak debitur dapat
memanfaatkan dana tersebut untuk
usahanya.
mengembangkan dan memperluas
7
c.
Membantu pemerintah
Semakin banyak kredit yang disalurkan berarti terdapat banyak debitur
yang sedang mengembangkan dan memperluas usahanya sehingga terjadi
adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor.
2.1.4 Fungsi Kredit
Fungsi kredit pada dasarnya merupakan suatu bentuk pelayanan kepada
masyarakat guna memenuhi kebutuhannya dalam bentuk dana yang diberikan
oleh bank. Secara terperinci, fungsi kredit diantaranya yaitu:
a.
Meningkatkan arus tukar menukar barang dan jasa
Uang merupakan suatu alat pembayaran yang sah. Dalam hal tukar
menukar barang dan jasa, apabila uang belum tersedia maka dengan
adanya kredit dapat meningkatkan arus tukar menukar barang dan jasa.
b.
Sebagai alat untuk memanfaatkan idle fund
Dalam kehidupan perekonomian terdapat dua pihak, yaitu pihak yang
memiliki kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana. Dengan
adanya kredit, maka pihak yang memiliki kelebihan dana (idle fund) dapat
menyalurkan dananya kepada pihak yang membutuhkan dana melalui
perantara bank dengan cara menanamkan uangnya dalam bentuk simpanan
dan/atau simpanan lainnya yang nantinya akan disalurkan kepada
masyarakat yang membutuhkan dana dalam bentuk kredit.
c.
Sebagai alat pengendali harga
Pemberian kredit kepada masyarakat akan berpengaruh terhadap
banyaknya jumlah uang yang beredar. Apabila bank memberikan kredit
yang ekspansif maka jumlah uang beredar meningkat dan harga akan
menjadi naik. Namun apabila bank membatasi pemberian kredit kepada
masyarakat maka jumlah uang beredar akan menurun dan harga akan
menjadi turun.
d.
Meningkatkan manfaat ekenomi yang ada
Dengan pemberian kredit maka akan mendorong masyarakat untuk
melakukan aktivitas seperti memproduksi barang, meningkatkan volume
8
perdagangan, dan lain sebagainya sehingga nantinya akan berdampak pada
kenaikan potensi ekonomi.
2.1.5
Jenis-jenis Kredit
Jenis-jenis kredit yang diberikan oleh perbankan kepada masyarakat dapat
dibagi berdasarkan beberapa hal berikut:
a.
Dilihat dari Tujuan Penggunaan
Berdasarkan tujuan penggunaan kredit dibagi menjadi tiga, yaitu:
Kredit Modal Kerja
Kredit Modal Kerja merupakan kredit yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan modal kerja suatu perusahaan seperti perluasan usaha,
pembelian bahan baku, ataupun untuk kegiatan operasional lainnya.
Kredit jenis ini biasanya habis dalam satu siklus usaha karena sifatnya
hanya digunakan selama 1 tahun sehingga termasuk jenis kredit jangka
pendek.
Kredit Investasi
Kredit investasi merupakan jenis kredit jangka menengah atau panjang
yang biasanya digunakan untuk perluasan usaha, pengadaan barangbarang modal yang mempunyai nilai ekonomis lebih dari satu tahun
yang ditujukan untuk pengadaan proyek baru.
Kredit Konsumtif
Kredit konsumtif merupakan kredit yang dipergunakan secara pribadi
untuk keperluan konsumsi seperti pembelian barang dan jasa, dan tidak
digunakan untuk keperluan usaha.
b.
Dilihat dari Jangka Waktunya
Berdasarkan jangka waktu yang diberikan maka kredit dibagi menjadi 3,
diantaranya:
Kredit Jangka Pendek(short-term loan)
Kredit jangka pendek merupakan kredit yang diberikan dalam kurun
waktu maksimal 1 tahun yang biasanya digunakan untuk keperluan
modal kerja yang jumlah nominalnya tidak besar.
9
Kredit Jangka Menengah(medium-term loan)
Kredit jangka menengah merupakan kredit yang diberikan dalam kurun
waktu minimal 1 tahun sampai dengan 3 tahun. Biasanya diberikan
untuk kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit konsumtif dengan
jumlah nominal yang tidak terlalu besar.
Kredit Jangka Panjang(long-term loan)
Kredit jangka panjang merupakan kredit yang diberikan dalam kurun
waktu lebih dari 3 tahun karena jumlah nominal yang diberikan
sangatlah besar. Biasanya diberikan untuk kredit investasi serta kredit
konsumtif dengan nilai yang besar seperti KPR.
c.
Dilihat dari Jaminannya
Setiap pemberian kredit debitur wajib menyerahkan jaminan sebagai bukti
bahwa debitur tersebut akan memenuhi kewajibannya sesuai kesepakatan.
Dalam hai ini kredit dibedakan berdasarkan jaminannya, yaitu:
Kredit dengan Jaminan (secured loan)
Kredit dengan jaminan (secured loan) merupakan kredit yang didukung
dengan adanya jaminan (agunan) baik berupa barang yang berwujud
maupun barang tidak berwujud.
Kredit tanpa Jaminan (unsecured loan)
Kredit tanpa jaminan (unsecured loan) merupakan kredit yang tidak
didukung adanya jaminan (agunan). Pemberian kredit jenis ini
sangatlah beresiko karena diberikan dengan melihat prospek usaha,
karakter, serta loyalitas atau nama baik debitur tersebut selama
berhubungan dengan bank atau pihak lain.
d.
Dilihat dari Sektor Usaha
Dilihat dari sektor usaha nasabah maka kredit dapat dibagi menjadi
beberapa diantaranya:
Sektor Industri
Kredit ini diberikan kepada nasabah yang memiliki usaha disektor
perindustrian, baik industri kecil, menengah, maupun besar. Beberapa
contoh sektor industri antara lain:
10
Industri elektronik
Industri pertambangan
Industri kimia
Industri tekstil
Sektor Perdagangan
Kredit ini diberikan kepada nasabah yang memiliki usaha disektor
perdagangan, baik perdagangan kecl, menengah, maupun besar dengan
tujuan untuk memperluas usahanya.
Sektor Jasa atau Profesi
Kredit ini diberikan kepada nasabah yang memiliki profesi dibidang
jasa seperti pendidikan, angkutan, dan lain sebagainya.
Sektor Perumahan
Kredit ini diberikan kepada nasabah yang usahanya bergerak dibidang
pembangunan atau pembelian rumah yang biasanya diberikan dalam
bentuk kredit konstruksi dan berjangka waktu panjang.
Sektor Perkebunan & Pertanian
Kredit ini diberikan kepada nasabah dalam rangka meningkatkan hasil
usaha dibidang perkebunan dan pertanian dengan jangka pendek
maupun panjang. Kredit ini biasanya diberikan dalam bentuk kredit
modal kerja maupun kredit investasi.
Sektor Peternakan
Kredit ini diberikan kepada nasabah yang bergerak disektor peternakan,
baik yang bersifat jangka panjang maupun pendek.
e.
Dilihat dari Cara Penarikannya
Kredit
dapat
dibagi
sesuai
dengan
cara
penarikannya
maupun
pengembaliannya menjadi 3 jenis, yaitu:
Kredit Sekaligus (aflopend credit)
Merupakan kredit yang pencairannya dilakukan secara sekaligus
sebesar jumlah plafond yang telah disetujui, baik dengan cara tunai
maupun pemindahbukuan ke dalam rekening tabungan/giro milik
debitur.
11
Kredit Bertahap
Merupakan kredit yang pencairannya dilakukan secara bertahap sesuai
dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh bank baik berdasarkan tingkat
penyelesaian proyek maupun kebutuhan dana dari debitur
Kredit Rekening Koran(revolving)
Merupakan kredit yang pencairannya dilakukan sesuai dengan
kebutuhan debitur, yang dapat dilakukan lebih dari satu kali setalah
seluruh ketentuan telah dipenuhi dengan cara bertahap melalui
pemindahbukuan.
f.
Dilihat dari Jumlahnya
Berdasarkan besarnya jumlah kredit yang diberikan terdiri dari:
Kredit UMKM
Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah adalah bentuk pemberian
kredit kepada nasabah yang mempunyai usaha dengan skala sangat
kecil.
Kredit UKM
Kredit Usaha Kecil Menengah adalah bentuk pemberian kredit kepada
nasabah yang memiliki usaha dengan modal yang cukup serta
administrasi yang lebih baik daripada UMKM, dengan batasan antara
Rp 50.000.000,- sampai dengan Rp 350.000.000,Kredit Korporasi
Kredit korporasi adalah bentuk pemberian kredit kepada debitur besar
(korporasi) dengan data keuangan yang lengkap, administrasi yang
baik, serta struktur permodalan yang kuat. Dalam hal ini debitur besar
akan mendapatkan jumlah kredit yang sangat besar.
2.1.6 Penggolongan Kredit
Setiap fasilitas kredit
mempunyai
tingkat kemungkinan realisasi
pembayaran pinjaman oleh debitur yang berbada-beda atau tingkat kolektibilitas
yang berbeda-beda. Kredit yang diberikan oleh bank mengandung banyak sekali
resiko yang mungkin akan timbul, diantaranya adalah resiko tidak terbayarnya
12
kredit mulai dari angsuran pokok hingga pendapatan bunga yang akan diterima
oleh bank. Untuk meminimalisir resiko tersebut bank telah melakukan analisis
sebelum memberikan kredit kepada calon debiturnya. Namun hal tersebut tidak
mengurangi resiko yang akan diterima oleh bank. Bank melakukan penggolongan
kualitas kredit guna meminimalisasi resiko pemberian kredit menjadi dua
golongan, yaitu performing loan dan non performing loan.
2.1.6.1 Performing loan
Performing Loan merupakan kredit yang tidak bermasalah, yang
dibagi kedalam dua kategori, yaitu:
a. Kredit kualitas Lancar
Kredit dengan kualitas lancar merupakan kredit yang diberikan kepada
nasabah dan dalam pembayarannya tidak terjadi tunggakan, baik
tunggakan angsuran pokok maupun bunga. Berikut adalah kriteria dari
kredit kualitas lancar:
Pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga dilakukan tepat
waktu
Hubungan antara bank dengan debitur baik serta selalu
menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan akurat
Kegiatan usaha memiliki potensi pertumbuhan yang baik
Memiliki mutasi rekening yang aktif
b. Kredit kualitas Dalam Perhatian Khusus
Kredit dengan kualitas dalam perhatian khusus merupakan kredit yang
diberikan
kepada
nasabah
yang
dalam
pembayarannya
masih
digolongkan lancar, akan tetapi mulai terdapat tunggakan. Berikut adalah
kriteria dari kredit kualitas dalam perhatian khusus:
Terdapat tunggakan dalam pembayaran angsuran pokok dan/atau
bunga sampai dengan 90 hari
Jarang mengalami cerukan atau overdraft
13
Hubungan antara bank dengan debitur baik serta selalu
menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan masih
akurat
Mutasi rekening relatif aktif
Kegiatan usaha memiliki potensi pertumbuhan yang terbatas
2.1.6.2 Non performing loan
Non Performing Loan dikategorikan dalam kredit bermasalah karena
telah terdapat tunggakan dalam pembayarannya. Kredit bermasalah ini
dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
a. Kredit Kurang Lancar
Kredit dengan kategori kurang lancar merupakan kredit yang telah
mengalami tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga.
Berikut adalah kriteria dari kredit kurang lancar:
Terdapat tunggakan dalam pembayaran angsuran pokok dan/atau
bunga melampaui 90 hari sampai dengan kurang dari 180 hari
Terdapat cerukan atau overdraft yang berulang kali khususnya
untuk menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas
Hubungan antara bank dengan debitur memburuk serta informasi
keuangan debitur tidak dapat diyakini oleh bank
Kegiatan usaha berpotensi tumbuh sangat terbatas atau tidak
tumbuh
b. Kredit Diragukan
Kredit dengan kategori diragukan merupakan kredit yang telah
mengalami penundaan pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga.
Berikut adalah kriteria dari kredit diragukan:
Terdapat penundaan dalam pembayaran angsuran pokok dan/atau
bunga antara 180 hingga 270 hari
Terjadi cerukan atau overdraft yang bersifat permanen khususnya
untuk menutupi kerugian dan kekurangan arus kas
14
Hubungan antara bank dengan debitur semakin memburuk serta
informasi keuangan debitur tidak tersedia atau tidak dapat
dipercaya oleh bank
Kegiatan usaha menurun
c. Kredit Macet
Kredit dengan kategori macet merupakan kredit yang telah menunggak
melampaui 270 hari dan bank akan mengalami kerugian atas kredit macet
tersebut. Berikut adalah kriteria dari kredit diragukan:
Potensi pertumbuhan usaha debitur sangat diragukan dan sulit
pulih, atau kemungkinan besar akan terhenti
Hubungan debitur dan bank sangat buruk dan informasi keuangan
tak tersedia atau tak dapat dipercaya
2.2
Kredit Bermasalah
2.2.1 Pengertian Kredit Bermasalah
Kredit bermasalah merupakan kredit yang telah disalurkan oleh bank, dan
nasabah tidak dapat melakukan pembayaran atau melakukan angsuran sesuai
dengan perjanjian yang telah ditandatangani oleh bank dan nasabah. Kredit
bermasalah sering juga disebut non performing loan yang dapat diukur dari
kolektibilitasnya. Berikut terdapat beberapa pengertian kredit bermasalah, yaitu:
a.
Kredit bermasalah merupakan kredit yang di dalam pelaksanaannya belum
mencapai / memenuhi target yang diinginkan oleh pihak bank.
b.
Kredit bermasalah merupakan kredit dimana pembayaran kembalinya
dalam bahaya, terutama apabila sumber-sumber pembayaran kembali yang
diharapkan diperkirakan tidak cukup untuk membayar kembali kredit
sehingga belum mencapai/memenuhi target yang diinginkan oleh bank.
c.
Kredit bermasalah merupakan kredit dimana terjadi cedera janji dalam
pembayaran kembali sesuai dengan perjanjian, sehingga terdapat
tunggakan, atau ada potensi kerugian di perusahaan debitur sehingga
memiliki kemungkinan timbulnya resiko di kemudian hari bagi bank
dalam arti luas.
15
d.
Menurut Rahman (1998 : 120), kredit bermasalah adalah kredit dengan
kolektibilitas macet ditambah dengan kredit-kredit yang memiliki
kolektibilitas diragukan yang mempunyai potensi menjadi macet.
e.
Menurut Anas (Rahman 1998 : 121), kredit bermasalah adalah kredit yang
pembayaran kembali utang pokok dan kewajiban bunganya tidak sesuai
dengan persyaratan-persyaratan atau ketentuan-ketentuan yang ditetapkan
pemberi kredit serta mempunyai resiko dalam penerimaan pendapatan dan
bahkan mungkin punya potensi untuk mendatangkan kerugian terhadap
bank sebagai kreditur.
Dari berbagai pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
kredit bermasalah yaitu kredit yang telah disalurkan oleh bank kepada debiturnya
namun dalam hal pembayaran angsuran pokok dan/atau bunga
tidak sesuai
dengan perjanjian yang telah disepakati sehingga menimbulkan kerugian bagi
bank dikemudian hari. Persyaratan yang ketat dalam kebijakan kredit akan
mengurangi kemungkinan terjadinya kredit bermasalah, namun tidak akan
menghilangkan timbulnya masalah-masalah seperti terjadinya default atau
penunggakan pembayaran. Semakin cepat bank menganggap kredit yang
diberikan menjadi bermasalah, maka hal tersebut akan semakin baik karena
nantinya bank dapat melakukan upaya penyelamatan dengan segera sehingga
kredit yang bermasalah dapat segera ditangani dan kerugian yang akan ditanggung
oleh bank bisa diminimalisir.
2.2.2
Penyebab Kredit Bermasalah
Kredit bermasalah menggambarkan suatu situasi dimana pengembalian
kredit mengalami resiko kegagalan, bahkan cenderung menuju atau mengalami
rugi yang potensial. Bank perlu melakukan tindakan yang dapat meminimalisir
terjadinya kredit bermasalah. Namun sebelum penulis membahas hal tersebut
kiranya perlu diketahui apa yang menjadi penyebab kredit bermasalah tersebut.
Perlu diketahui bahwa menganggap kredit bermasalah selalu dikarenakan
kesalahan debitur merupakan persepsi yang keliru. Kredit yang berkembang
menjadi kredit bermasalah dapat disebabkan tidak hanya kesalahan debitur namun
16
dapat berasal dari kondisi eksternal bahkan bank pemberi kredit itu sendiri.
Berikut akan dijabarkan apa yang menjadi faktor-faktor penyebab kredit
bermasalah:
a.
Kesalahan Nasabah
Dalam hal kredit bermasalah, unsur kesengajaan yang dilakukan oleh
nasabah diantaranya yaitu:
Nasabah sengaja untuk tidak melakukan pembayaran angsuran kepada
bank
Debitur melakukan ekspansi terlalu besar sehingga dana yang
dibutuhkan terlalu besar
Menggunakan dana kredit dengan tidak semestinya, misalnya dana
kredit untuk investasi digunakan untuk modal kerja atau keperluan
konsumtif
Nasabah tidak jujur mengenai informasi yang diberikan kepada bank
b.
Faktor Internal Bank
Kredit bermasalah tidak hanya disebabkan karena kesalahan debitur saja
namun bisa dikarenakan kesalahan bank, diantaranya yaitu:
Analisis yang kurang tepat
Bank terlalu banyak memberikan kelonggaran kepada nasabah dalam
hal pembayaran pinjaman
Kurang berpengalamannya pejabat kredit atau account officer
Pengikatan agunan yang kurang sempurna
Campur tangan yang berlebihan dari pemilik
Kelemahan dalam melakukan pembinaan dan monitoring kredit
debitur
Ada kepentingan pribadi pejabat bank yang bersangkutan
c.
Faktor Eksternal
Selain faktor kesalahan dari pihak debiturdan juga bank, terdapat faktor
eksternal yang dapat menyebabkan terjadinya kredit bermasalah, yaitu:
Terjadinya
bencana
alam
yang
menyebabkan
usaha
debitur
mengalami kerugian sehingga tidak mampu membayar pinjaman
17
Perubahan kebijakan dan peraturan pemerintah yang berdampak pada
usaha debitur
Perusahaan debitur tidak dapat bersaing dengan pasar sehingga
volume penjualan menurun dan perusahaan rugi
2.2.3
Dampak Kredit Bermasalah
Dengan adanya kredit bermasalah maka hal tersebut menimbulkan dampak
yang signifikan bagi bank di kemudian hari. Dampak yang akan ditimbulkan
antara lain:
a.
Terjadinya penurunan laba bank akibat adanya penurunan pendapatan
bunga kredit
b.
Rasio aktiva produktif menjadi lebih rendah
c.
Biaya pencadangan penghapusan kredit meningkat yang berakibat pada
penurunan keuntungan bank
2.2.4
Upaya Mitigasi Kredit Bermasalah
Bank menggunakan berbagai teknik dan kebijakan yang berbeda untuk
mengelola resiko kredit dalam upaya meminimalkan kemungkinan atau
konsekuensi kehilangan kredit yang dikenal sebagai mitigasi risiko kredit. Upaya
untuk mencegah terjadinya kredit bermasalah dirasa perlu dilakukan agar kredit
yang diberikan tetap sehat dan tidak berkembang menjadi kredit bermasalah.
Jadi dalam menentukan apakah akan memberikan suatu pinjaman atau
tidak, seorang bankir harus bisa memperkirakan atau mengukur resiko pinjaman
macet. Resiko ini dapat diperkirakan dengan melakukan beberapa langkah
mitigasi pemberian kredit, diantaranya yaitu:
a.
Administrasi dan Dokumentasi Kredit
Dalam arti luas, pengertian administrasi kredit meliputi kegiatankegiatan berupa pengumpulan informasi, penyajian data-data, pencatatan,
penguasaan dokumen yang ada kaitannya dengan proses kegiatan
perkreditan oleh unit-unit kerja terkait dalam penyelenggaraan pengelolaan
portofolio kredit bank yang sehat. Jadi administrasi kredit yang
18
dilaksanakan dengan baik diharapkan merupakan instrumen pengawasan
kredit serta dapat memperjelas pertanggungjawaban pelaksanaan peraturan
dan kebijakan yang diterapkan pada bidang perkreditan. Feedback dari
proses administrasi kredit ini adalah output berupa sistem informasi yang
memberikan manfaat dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen bank.
Dalam hal ini administrasi kredit berfungsi sebagai berikut:
Sebagai sumber informasi
Alat komunikasi bank dengan nasabah
Sebagai instrumen pengawasan kredit
Sumber materi pembuat laporan
Alat untuk penentuan kualitas kredit
Alat bukti dan antisipasi apabila terjadi sengketa
Semua kegiatan yang berkaitan dengan fasilitas kredit ini harus dibuat
rekamannya agar posisi bank lebih kuat dan mampu mengantisipasi
keadaan mendatang. Kegiatan ini disebut pelaksanaan dokumentasi kredit.
Pelaksanaan dokumentasi yaitu kelengkapan dokumen perkreditan
sehingga posisi bank baik dari aspek yuridis maupun dari aspek ekonomis
bertambah kuat. Rekaman dokumen yang lengkap itu minimal harus
meliputi faktor-faktor diantaranya:
Bentuk hukum perusahaan, izin domisili, dan izin usaha
Surat kuasa berhak meminjam dan surat-surat kuasa lainnya
Proposal dan committment letter dan perjanjian kredit
Jenis-jenis pengikatan jaminan dan surat-surat aksep
Penutupan asuransi dan perubahan-perubahannya
Prasyarat dan syarat-syarat kredit
Pembebanan provisi, committment fee, biaya materai, dan lain-lain
Dokumentasi yang lengkap, tertib, dan genuine akan menunjang
kecepatan
dan
ketepatan
laporan,
pengambilan
keputusan,
dan
memudahkan pengawasan sehingga dapat memperkuat posisi bank
khususnya di waktu mendatang.
19
b.
Analisa Kredit
Analisa kredit yaitu usaha untuk mengetahui resiko-resiko yang
mungkin menjadi penyebab gagalnya usaha nasabah dan untuk mengetahui
kondisi
cashflow
nasabah
agar
diketahui
kemampuan
melunasi
kreditnya.Analisis kredit ini dilakukan dengan tujuan agar kredit yang
diberikan mencapai sasaran, yaitu aman. Artinya kredit tersebut harus
diterima kembali pengembaliannya oleh bank secara tertib, teratur, dan
tepat waktu, sesuai dengan perjanjian antarbank dengan nasabah sebagai
penerima dan pengguna kredit. Analisa pemberian kredit perlu dilakukan
secara benar, tepat, dan akurat sebelum memberikan kredit kepada calon
debitur.
Dalam menganalisis kredit harus mencakup penilaian kuantitatif
maupun kualitatif karena analisis kualitatif yang diikuti kuantitatif akan
memberi kejelasan bagi pembuat keputusan.
Beberapa prinsip dasar yang perlu dilakukan sebelum memutuskan
permohonan kredit calon debitur antara lain dikenal dengan prinsip 5C.
Berikut akan dijabarkan mengenai prinsip-prinsip 5C:
Character
Analisa ini menggambarkan watak dan kepribadian calon debitur
dengan tujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana itikad /
kemauan debitur untuk memenuhi kewajibannya (willingness to pay)
sesuai dengan perjanjian yang ditetapkan.
Sebagai alat untuk memperoleh gambaran tentang karakter dari
calon nasabah tersebut, dapat ditempuh melalui upaya antara lain:
Meneliti riwayat hidup calon nasabah
Meneliti reputasi calon nasabah tersebut di lingkungan usahanya
Meminta bank to bank information
Mencari informasi kepada asosiasi-asosiasi usaha dimana calon
debitur berada
Mencari informasi apakah calon debitur suka judi
20
Mencari informasi apakah calon debitur memiliki hobi berfoyafoya
Karakter merupakan faktor yang dominan sebab walaupun calon
debitur tersebut cukup mampu untuk menyelesaikan utangnya, tetapi
jika tidak mempunyai itikad baik tentu akan membawa berbagai
kesulitan bagi bank di kemudian hari. Idealnya karakter calon nasabah
mempunyai nilai-nilai (values) yang berimbang dalam diri pribadinya.
Capacity
Capacity adalah kemampuan yang dimiliki calon debitur dalam
menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan.
Kegunaan dari penilaian ini adalah untuk mengetahui / mengukur
sampai sejauh mana calon debitur mampu untuk mengembalikan atau
melunasi utang-utangnya (ability to pay) secara tepat waktu dari usaha
yang diperolehnya.Semakin baik kemampuan keuangan calon debitur,
maka akan semakin baik kemungkinan kualitas kreditnya dan dapat
dipastikan bahwa kredit akan dapat dibayar lunas sesuai jangka
waktunya.
Pengukuran
capacity
dapat
dilakukan
melalui
berbagai
pendekatan, antara lain yaitu:
Pendekatan historis, yaitu menilai past performance yang
menunjukkan perkembangan usaha
Pendekatan finansial, yaitu menilai latar belakang pendidikan
para pengurus
Pendekatan yuridis, yaitu menilai kapasitas calon debitur untuk
mewakili badan usaha yang diwakilinya untuk mengadakan
perjanjian kredit dengan bank
Pendekatan
manajerial,
yaitu
menilai
kemampuan
dan
keterampilan nasabah dalam melaksanakan fungsi manajemen
dalam memimpin perusahaan
Pendekatan teknis, yaitu menilai kemampuan calon debitur dalam
mengelola faktor-faktor produksi
21
Capital
Analisa ini melihat jumlah dana / modal sendiri yang dimiliki
debitur sebagai objek kredit dan perlu dilakukan analisis yang lebih
mendalam. Penilaian atas besarnya modal sendiri merupakan hal yang
penting mengingat kredit bank hanya sebagai tambahan pembiayaan
dan bukan untuk membiayai seluruh modal yang diperlukan. Modal
sendiri juga diperlukan bank sebagai alat kesungguhan dan tanggung
jawab debitur dalam menjalankan usahanya karena ikut menanggung
resiko terhadap gagalnya usaha.
Analisa rasio keuangan dilakukan apabila calon debitur
merupakan perusahaan. Dalam hal calon debitur merupakan
perorangan maka dapat dilihat dari daftar kekayaan yang bersangkutan
setelah dikurangi utang-utangnya. Hal ini untuk melihat tujuan
penggunaan kredit yang jelas. Semakin besar modal yang dimiliki
oleh calon debitur, maka akan semakin meyakinkan bagi bank akan
keseriusan calon debitur dalam mengajukan kredit.
Collateral
Analisa ini merupakan jaminan / agunan yang diberikan oleh
calon debitur atas kredit yang diajukan. Collateral tersebut harus
dinilai oleh bank untuk mengetahui sejauh mana resiko kewajiban
finansial debitur kepada bank. Penilaian terhadap collateral ini dapat
ditinjau dari dua segi sebagai berikut:
Segi ekonomis, yaitu nilai ekonomis dari barang-barang yang
akan diagunankan
Segi yuridis, yaitu agunan tersebut harus memenuhi syarat-syarat
yuridis untuk dipakai sebagai agunan
Hasil dari penjualan agunan nantinya akan dijadikan sumber
pembayaran kedua apabila nantinya debitur tersebut tidak dapat
memenuhi kewajibannya. Resiko pemberian kredit dapat dikurangi
sebagian atau seluruhnya dengan meminta collateral yang baik kepada
nasabah.
22
Condition of Economy
Analisa ini mempertimbangkan sektor usaha calon debitur yang
dikaitkan dengan kondisi perekonomian dan melihat apakah kondisi
ekonomi tersebut akan berpengaruh terhadap usaha calon debitur di
masa yang akan datang. Untuk mendapat gambaran mengenai hal
tersebut, perlu diadakan penelitian mengenai hal-hal antara lain:
Keadaan konjungtur
Peraturan pemerintah (pusat dan daerah)
Situasi, politik, dan perekonomian dunia
Keadaan lain yang memengaruhi pemasaran
c.
Pengawasan dan Monitoring Kredit
Pengawasan kredit dapat diartikan sebagai salah satu fungsi
manajemen yang berupaya untuk menjaga dan mengamankan kredit itu
sebagai kekayaan bank dan dapat mengetahui terms of lending serta
asumsi-asumsi sebagai dasar persetujuan kredit tercapai atau terjadi
penyimpangan.
Pengawasan
kredit
juga
berarti
mengamati,
mengendalikan, dan meluruskan pelaksanaan kredit sehingga dapat
diketahui, diikuti atau tidak persyaratan kredit dan asumsi-asumsi yang
dipergunakan sebagai landasan dari persetujuan kredit.
Sementara monitoring kredit dapat diartikan sebagai alat yang
dipergunakan untuk melakukan pemantauan kredit agar dapat diketahui
sedini mungkin (early warning system) yang terjadi akan membawa akibat
turunnya mutu kredit (collectibility), sehingga memungkinan bank
mengambil langkah-langkah untuk tidak timbul kerugian.
Monitoring dan pengawasan kredit itu lebih mendekati upaya sebagai
penjagaan dan pengamanan kredit (harta / kekayaan bank) yang bersifat
preventive. Fungsi monitoring dan pengawasan kredit merupakan alat
kendali apakah dalam pemberian kredit telah dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan maupun ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dibidang
perkreditan, yaitu dalam bentuk surat edaran atau peraturan ataupun
ketentuan-ketentuan lain yang berlaku secara umum maupun khusus.
23
Dalam pengertian pengawasan kredit yang diuraikan diatas secara
jelas tujuannya adalah sebagai penjaga dan pengaman dalam pengelolaan
tahap-tahap pemberian kredit. Disamping hal-hal tersebut, monitoring dan
pengawasan kredit akan memperkuat posisi bank dan nasabah dalam
menghadapi resiko-resiko mendatang. Bila dirinci, tujuan monitoring dan
pengawasan kredit dapat berupa sebagai berikut:
Sistem / prosedur dan ketentuan-ketentuan sebagai dasar credit
operation dapat dilaksanakan semaksimum mungkin
Penjagaan dan pengamanan kredit sebagai kekayaan bank harus
dikelola dengan baik agar tidak timbul resiko yang diakibatkan oleh
penyimpangan-penyimpangan (deviasi), baik oleh nasabah maupun
oleh intern bank
Administrasi dan dokumentasi kredit harus terlaksana sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang ditetapkan sehingga ketelitian, kelengkapan,
keaslian, dan akurasinya dapat menjadi informasi bagi setiap lini
manajemen yang terlibat dalam perkreditan
Efektivitas dan efisiensi meningkat dalam setiap tahap pemberian
kredit sehingga perencanaan kredit dapat dilaksanakan dengan baik
Pembinaan portofolio baik secara individual maupun secara
keseluruhan dapat dilakukan sehingga bank mempunyai kualitas
aktiva yang produktif dan mendukung menjadi bank yang sehat
Bank harus mampu melihat bahwa pengawasan kredit meliputi tiga
aspek pokok, yaitu:
Aspek administratif, meliputi penatausahaan dan penguasaan kegiatan
perkreditan sejak sebelum permohonan sampai menetapkan pelunasan
dan penghapusannya
Aspek supervisi, meliputi perkembangan kredit (debitur) yang diikuti
secara continue untuk mengetahui pencapaian target usaha dan tingkat
kolektibilitasnya
Aspek penagihan, meliputi penarikan kembali kredit sesuai dengan
skedul yang disetujui untuk mencegah timbulnya kerugian
24
Proses dasar dari pengawasan adalah sama, yaitu terdiri dari langkahlangkah diantaranya:
1. Menetapkan suatu standar baku yang menjadi pedoman dasar dalam
penentuan kolektibilitas kredit
2. Menentukan actual performance kredit itu sendiri
3. Membandingkan actual performance kredit dengan standar, kemudian
melaksanakan evaluasi untuk mengetahui deviasinya
4. Melakukan corrective program sendiri-sendiri atau bersama dengan
unit lainnya
Agar mudah memilih monitoring yang sesuai dengan kondisi kredit
saat itu, monitoring ini diklasifikasi dalam tiga jenis berikut ini:
On Desk Monitoring, yaitu pemantauan kredit secara administratif,
yakni melalui instrumen-instrumen administrasi seperti laporanlaporan, financial statement, kelengkapan dokumen, informasi pihak
ketiga.
On Site Monitoring, yaitu pemantauan kredit itu langsung ke lapangan
(nasabah), baik sebagian atau menyeluruh, maupun khusus atau kasus
tertentu untuk membuktikan pelaksanaan kebijakan kredit bank, atau
secara menyeluruh apakah ada deviasi yang terjadi atas terms of
lending yang disepakati.
Exception Monitoring, yaitu pemantauan kredit dengan memberikan
tekanan kepada hal-hal yang kurang berjalan baik dan hal-hal yang
telah berjalan sesuai dengan terms of lending, dikurangi intensitasnya.
Download