BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini

advertisement
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Tipe Penelitian
Penelitian ini menganut tipe deskriptif yang merupakan suatu cara
penelitian yang hanya memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini
tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau
membuat prediksi.64
Penelitian deskriptif timbul karena suatu peristiwa yang menarik
perhatian
peneliti,
tetapi
belum
ada
kerangka
teoritis
untuk
menjelaskannya. Penelitian deskriptif sering disebut sebagai penelitian
yang insight stimulating karena peneliti terjun langsung ke lapangan tanpa
dibebani atau diarahkan oleh teori. Peneliti baru mengamati objeknya,
menjelajah dan menentukan wawasan-wawasan baru sepanjang jalan.65
Peneliti ini memerlukan kualifikasi yang memadai, dimana peneliti
harus memiliki sifat yang reseptif, harus selalu mencari, bukan menguji,
serta harus memiliki kekuatan integrative dan kekuatan untuk memadukan
berbagai macam informasi yang diterimanya menjadi satu kesatuan
penafsiran. 66
64
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009 hal 24
65
Ibid, hal 26
66
Ibid, hal 26
51
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Jadi penelitian deskriptif bukan saja menjabarkan (analitis) tapi
juga memadukan (sintesis) dan tidak hanya melakukan klasifikasi, tetapi
juga mengorganisasi.67
3.2
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Peneliti menggunakan metode
kualitatif karena topik yang akan dibahas dan diungkapkan oleh peneliti
menuntut peneliti untuk menjadi instrument kunci, apalagi ketika peneliti
menggunakan teknik pengumpulan datanya adalah observasi partisipasi,
peneliti harus terlibat penuh dalam kegiatan informan kunci yang menjadi
subjek penelitian dan sumber informasi penelitian.
David Williams (1995) dalam Meleong68, mengatakan penelitian
kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar ilmiah, dengan
menggunakan metode ilmiah dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang
tertarik secara ilmiah.
Pada metode kualitatif arah dan fokus penelitian ialah membangun
data dari data dan fakta, mengembangkan sintesa interaksi dan teori-teori
yang dibangun dari fakta-fakta mendasar (graounded) mengembangkan
67
Ibid, hal 26
68
Ibid, Hal 5
52
http://digilib.mercubuana.ac.id/
pengertian, dan sebagainya. Berarti tiap langkah mengutanakan proses,
apa adanya dan tanpa dibatasi norma-norma, rumus dan sebagainya.
Creswell (1994) dalam Raymond Tambunan 69, menyarankan agar
peneliti merumuskan terlebih dahulu asumsi-asumsi dasar metode
kualitatif yang digunakan dalam penelitian. Hal ini dimaksudkan agar
peneliti tetap konsisten dengan sejumlah aturan umum dari pendekatan
kualitatif sehingga jalannya penelitian sesuai dengan tujuan dan kerangka
metode yang digunakan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus secara
mendalam, intensif, mendetail dan komprehensif. Dalam pendekatan ini
berbagai variabelnya ditelaah dan ditelusuri, termasuk kemungkinan
hubungan antarvariabel yang ada, oleh karena itu penelitian ini bisa jadi
melahirkan pernyataan yang bersifat eksplanasi. Secara umum studi kasus
merupakan strategi yang lebih cocok untuk fenomena yang terjadi di
kehidupan nyata dan hasilnya tidak dapat dimanipulasi.
Peneliti terjun langsung dalam melakukan penelitian ini sebagai
partisipan dalam komunikasi antar pribadi dokter dengan pasien dalam
waktu 3 bulan dan fokus pada RSUP Dr Cipto Mangun Kusumo sebagai
tempat studi penelitian.
69
Raymond Tambunan, Kualitatif, http;//rumahbelajarpsikologi.com, diakses pada tanggal 14.07.2013 pukul
20:05
53
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3.3
Nara Sumber
Dalam sebuah penelitian dibutuhkan narasumber sebagai objek
penelitian. Dalam penelitian ini objek penelitian adalah 5 Dokter dengan
kategori 5 orang dokter spesialis kulit dan kelamin yang praktek di
Departemen Kulit dan Kelamin masing-masing divisi dengan hari praktek
paling banyak dan rata-rata pasien per hari diatas 10 orang di RSUP Dr
Cipto Mangunkusumo.
Pada pendekatan kualitatif, jumlah sample tidak perlu besar,
namun purposiveness, dapat berwujud sistem bola salju, analisis isi,
histografi, dan biographicalevidence. 70
Pengambilan narasumber penelitian ini menggunakan teknik
purpossivise sampling yaitu pengambilan sampel didasarkan pada pilihan
penelitian tentang aspek apa dan siapa yang dijadikan fokus pada saat
tertentu dan saat ini terus menerus sepanjang penelitian, sampling bersifat
purposive yaitu sesuai dengan tujuan penelitian dengan kriteria :
1. 5 Orang dokter dengan kategori 5 dokter spesialis ( spesialis kulit dan
kelamin yang praktek di masing-masing divisi Departemen Kulit dan
Kelamin ) yaitu 3 dokter PPDS yang bertugas di Poli Kulit dan
Kelamin RSCM Pemerintah dan 2 dokter spesialis kulit dan kelamin
yang bertugas di RSCM Kencana dengan hari praktek paling banyak
70
Lukas S. Musiarto, 2002, Perbedaan pendekatan kuantitaf dengan pendekatan kualitatif dalam metode
penelitian, Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol. 4, No 2, Akses data pada puslit.petra.ac.idjournalspdf,
Download pada 15.07.2013
54
http://digilib.mercubuana.ac.id/
di masing-masing poli dan rata-rata pasien per hari diatas 10 orang di
RSUP Dr Cipto Mangun Kusumo.
Informan diambil dari departemen kulit dan kelamin karena
menurut survey yang dilakukan oleh Humas RSUP Dr Cipto
Mangunkusumo departemen kulit memiliki fasilitas lengkap dengan
pelayanan komunikasi dan reputasi terbaik pada survey Juli 2013. Dan
Departemen Kulit dan Kelamin memberikan berbagai macam
pelayanan, mulai dari pengobatan penyakit, bedah, sampai perawatan
kecantikan. Diasumsikan informasi yang dapat digali oleh peneliti
dapat beragam serta memahami pola masing-masing komunikasi
dengan kasus dan permasalahan pasien yang dihadapi berbeda-beda.
2. Pasien dengan kriteria pasien baru, lama dan repeat yang melakukan
pemeriksaan pada kurun waktu studi kasus berjalan yaitu 3 bulan dan
melakukan pemeriksaan pada dokter yang dijadikan sebagai informan
untuk mengimbangi informasi yang diperoleh. Informan pasien
dibatasi 5 orang. 5 orang pasien yang diwawancara adalah pasien
dengan keluhan penyakit yang berbeda-beda dan yang ditangani oleh
informan dokter. Diharapkan penulis dapat menggali feedback dari
pasien mengenai komunikasi yang telah dilakukan pada saat
pemeriksaan, apakah cukup atau justru pasien pasif dan hanya meng“iyakan” saja apa kata dokter dan sebaliknya begitu juga dengan
dokter yang hanya memeriksa lalu menulis resep dan selesai.
55
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3.4
Definisi konsep
Definisi konsep yang digunakan peneliti adalah konsep-konsep
yang berkaitan dengan komunikasi antar pribadi dokter dengan pasien di
RSUP Cipto Mangun Kusumo dalam membangun reputasi tenaga medis.
Dimana konsep-konsep tersebut diambil dari tataran tinjauan pustaka,
adapun penjelasannya sebagai berikut :
1. Komunikasi Antar Pribadi
Dalam pengertian yang lebih popular, komunikasi antarpribadi
biasanya juga di analog-kan menjadi bentuk komunikasi yang tidak
menggunakan alat media teknologi seperti media massa, televisi, radio dan
lain-lain. Pola komunikasi dokter dan pasien merupakan hal yang
tergolong
unik.
Hal
tersebut
karena
didalamnya,
permasalahan
interpersonal tidak dibahas secara mendalam. Semua orang mengetahui
bahwa pasien hanya akan berkonsultasi ke dokter
saat mereka sakit
sehingga komunikasi yang mungkin terjadi hanya akan muncul pada satu
kesempatan itu saja.
Apabila dilihat secara lebih akademis, merujuk pada definisi
DeVito komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang dilakukan
secara tatap muka antara dua orang dan langsung mendapat feedback
(dyadic). Dalam hubungan komunikasi antar pribadi dokter dengan pasien
tergolong pada hubungan dyadic tatap muka langsung antara dua dan
feedback yang diberikan bisa diterima secara langsung.
56
http://digilib.mercubuana.ac.id/
2. Reputasi
Reputasi secara harfiah berasal dari kata Latin “reputatio” yang
artinya “menilai”/ “mengevaluasi”. Dalam kamus Oxford, “reputation”
didefinisikan sebagai “the general opinion about a person or a thing”
(opini umum tentang seseorang atau sesuatu). Mengacu pada kerangka
teori, penelitian ini ingin mengetahui lebih dalam tentang reputasi personal
dokter melalui komunikasi antarpribadi dengan pasiennya.
Reputasi Personal
Reputasi personal merupakan penghargaan dimata masyarakat
terhadap penampilan, nilai-nilai utama dan perilaku atau tindakan dari diri
seseorang. Reputasi personal mencerminkan persepsi publik terkait dengan
tindakan-tindakan seseorang yang telah berlalu dan prospek diri di masa
mendatang.
Proses komunikasi antar pribadi akan selalu terjadi mempengaruhi
dan dipengaruhi oleh diri individu yang terlibat dalam komunikasi yaitu
perasaan, emosi, kepercayaan, kepribadian juga termasuk pemahaman
seseorang. Nyamankah dia berbagi rahasia tentang dirinya? Mampukah dia
bercerita kepada dokter tentang apa yang dirasakannya? Atau apakah
dengan si pasien bercerita justru akan membuatnya terlihat bodoh?
Percayakah dokter kepadanya? Mampukah dokter memahami dirinya
sebagai seorang individu? Setelah berkonsultasi, apakah dokter akan
memberikan berita buruk tentang penyakitnya? Percayakah dia pada
57
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dokter itu? Mempercayai adalah tindakan penerimaan informasi yang
digunakan bersama sebagai hal yang sah dan benar.
Dengan komunikasi antar pribadi yang efektif ikatan psikologis
antara dokter dengan pasien akan terbentuk melalui keterbukaan,
kepercayaan, kepedulian dan rasa saling mengerti antara kedua pihak
dimana
hal tersebut
merupakan
faktor
pembentuk image
yang
akumulasinya pada reputasi positif.
3.5
Fokus Penelitian
Penelitian ini fokus pada komunikasi antar pribadi yang dilakukan
oleh profesional kesehatan (tenaga medis) dalam hal ini dokter kepada
pasiennya, dimana komunikasi tersebut haruslah mampu mempersuasi,
mengedukasi
dan
mengintepretasi
komunikan
mengenai
masalah
kesehatan/ penyakit yang sedang diderita. Ditinjau dari hakikat
komunikasi itu sendiri, tujuan komunikasi, fungsi, media hingga proses
komunikasi yang didalamnya terdapat hambatan komunikasi yang dapat
mengganggu proses penyampaian pesan atau tercapainya kesepahaman
makna antara dokter dengan pasien.
Dimana perkembangan dalam komunikasi antarpribadi ada 5
tahapan yaitu : 71
71
Joseph A Devito, Komunikasi Antar Manusia Edisi Lima, Professional Books, 1997, hal. 233
58
http://digilib.mercubuana.ac.id/
a. Kontak, merupakan tahap awal hubungan komunikasi antarpribadi
yang diindikasikan dengan keinginan untuk berkomunikasi antara
kedua belah pihak. Dimana dalam hubungan komunikasi salah satu
pihak membuka topik pembicaraan dengan kalimat sapaan dan
cenderung berbasa-basi.

Membuka komunikasi, dengan kalimat sapaan, gesture
tubuh seperti senyum, jabat tangan, lambaian tangan.

Keramahan,
dengan
menanyakan
“Apakabar”,
kabar
keluarga.

Keterbukaan, keinginan untuk terbuka ditandai dengan
respon/feedback.
b. Keterlibatan, tahap ini ada pengenalan lebih jauh, ketika seseorang
mengikatkan diri untuk lebih mengenal dan mau mengungkapkan
diri.

Intensitas
komunikasi,
dilihat
dari
lamanya
interaksi/pertemuan.

Pemahaman Informasi kedua pihak, kedua pihak saling
mengerti satu dengan yang lainnya.

Keterlibatan kedua belah pihak, dilihat melalui keaktifan
komunikasi berjalan dua arah.
59
http://digilib.mercubuana.ac.id/
c. Keakraban, primary relationship yang terjalin dimana kedua belah
pihak pada taraf memahami dan muncul rasa nyaman serta
percaya.

Topik yang biasa dibicarakan.

Pemahaman
karakteristik
masing-masing
individu,
kemampuan kedua individu untuk menyesuaikan diri,
kedua pihak mengekspresikan emosi secara psikologis,
empati, kepedulian, keinginan untuk terus berinteraksi dan
bersama.

Persepsi, tingkat kepercayaan, kenyamanan kedua pihak.
d. Perusakan, merupakan tahap melemahnya hubungan komunikasi
antarpribadi.

Ketidakpuasaan, ketidaksepahaman dan satu pengertian apa
yang dikomunikasikan.
e. Pemutusan, tahap ini terjadi pasca pemeriksaan apabila terdapat
komplain dan menjadi kasus hukum.

Tidak ada rasa percaya, nyaman dan respect dari salah satu
pihak dan merasa dirugikan dengan komunikasi yang
dilakukan..
60
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Fokus penelitian ini juga ingin mengetahui impact dari komunikasi antar
pribadi yang berlangsung antara dokter dengan pasien dalam pengaruhnya
terhadap penilaian pasien tersebut, yang berkaitan dengan pengalaman pasien
dalam berinteraksi dengan dokter yang pada akhirnya membentuk citra positif
maupun negatif dan secara keseluruhan akan berdampak pada reputasi tenaga
medis dalam hal ini personal dokter.
Dimana reputasi yang terbentuk merupakan gabungan dari berbagai
komponen dan nilai yang berpengaruh pada reputasi personal dokter tersebut.
Secara lebih detail digambarkan melalui diagram di bawah ini : 72
Penilaian eksternal
Latar belakang pendidikan
Pengalaman
Persepsi
Opini
Harapan
Kepuasan
REPUTASI
PERSONAL
Indikator yang
membentuk
reputasi
personal
Penilaian Internal
Kompetensi
Pengalaman
Kompetensi
Citra
personal
Personal
Kemampuan komunikasi
yang baik
Pemenuhan kebutuhan
dan harapan
72
John Doordley, Reputation Management, New York : Rotledge Taylor Francis Group, 2007, hal.4
61
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Melalui penelitian ini, peneliti juga ingin mengetahui lebih dalam feedback
yang diberikan komunikan dalam hal ini pasien yang dijadikan sampel penelitian,
respon dan reaksi pasien terhadap informasi yang diberikan kepada mereka oleh
dokter. Dan seberapa besar tingkat pemahaman pasien terhadap informasi yang
disampaikan dokter kepadanya, serta pemahaman makna yang berakhir pada
kepuasan komunikasi tersebut apakah berpengaruh terhadap persepsi, opini dan
citra pada dokter (tenaga medis) yang menanganinya, dimana pada akhirnya akan
membentuk reputasi yang dibangun dari unsur-unsur komunikasi tersebut
terutama pada komunikasi antar pribadi.
3.6
Teknik Pengumpulan Data
Data pada penelitian ini dikumpulkan dengan cara mencari referensi dari
berbagai sumber baik itu buku, media online, mewawancarai pasien terdahulu/staf
pelayanan kesehatan yang terlibat langsung dalam proses komunikasi kesehatan.
3.6.1 Data Primer
1. Wawancara 73
Menurut Moleong, wawancara adalah percapakan dengan maksud tertentu,
yang dilakukan kedua belah pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewe) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara yang dilakukan pada penelitian
73
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010 hal 15
62
http://digilib.mercubuana.ac.id/
ini bersifat mendalam (indepht interview), dimana wawancara dilakukan
secara tidak terstruktur yang bersifat luwes, susunan pertanyaannya dan
susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat
wawancara disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara,
termasuk karakteriktik social-budaya (agama, suku, gender, usia, tingkat
pendidikan, pekerjaan, dsb) responden yang dihadapi. Wawancara
ditujukan kepada dokter dan pasien di RSUP Dr Cipto Mangunkusumo
sehingga peneliti dapat menggali informasi, mengetahui, memahami
secara mendalam komunikasi antar pribadi yang terjadi.
3.6.2 Data Sekunder
1. Studi Kepustakaan 74
Menurut Moleong, kajian pustaka adalah pengidentifikasian secara
sistematis, penemuan, dan analisis dokumen-dokumen yang memuat
informasi yang relevan dengan masalah penelitian.
Sedangkan fungsi dari studi kepustakaan adalah : 75
a. Menyediakan kerangka konsep atau kerangka teori untuk penelitian
yang direncanakan
b. Menyediakan informasi penelitian sebelumnya yang relevan dengan
penelitian yang akan dilakukan
74
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2010 hal 15
75
Ibid,. hal 17
63
http://digilib.mercubuana.ac.id/
c. Memberikan rasa percaya diri pada diri peneliti, karena melalui kajian
pustaka semua konstruksi dan konsep yang berhubungan dengan
penelitian yang telah tersedia.
d. Memberikan informasi tentan metodologi penelitian
e. Menyediakan temuan-temuan dan kesimpulan penelitian yang dapat
dihubungkan dengan kesimpulan kita.
Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari data-data yang sudah
tersedia dan dapat diperoleh peneliti dengan acra membaca, melihat,
atau mendengar. Data tersebut meliputi mempelajari buku-buku yang
berhubungan dengan penelitian ini, company profile, struktur
organisasi, informasi lain yang berasal dari website puskesmas, dinas
kesehatan. Buku-buku yang digunakan sebagai referensi adalah buku
ilmu komunikasi, komunikasi kesehatan,
manajemen reputasi,
penelitian kualitatif serta berkaitan dengan manajemen krisis public
relations.
3.7
Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif di dalam Bogdan & Biklen adalah upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan
data,
memilah-milahnya
menjadi
satuan
yang
dapat
dikelola,
mengsistensikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
64
http://digilib.mercubuana.ac.id/
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orange lain. 76
Di pihak lain, analisis data kualitatif Seiddel prosesnya berjalan
sebagai berikut : 77
1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi
kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
2. Mengumpulkan,memilah-milah, mengklasifikasikan, mengsintesiskan,
membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya.
3. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai
makna, mencari dan menemukan makna pola hubungan-hubungan dan
membuat temuan-temuan umum.
Secara umum teknik analisis data mencakup : 78
1. Reduksi data

Identifikasi satuan (unit). Pada mulanya diidentifikasikan
adanya satuan yaitu bagian terkecil yang ditemukan dalam
data yang memiliki makna bila dikaitkan dengan fokus dan
masalah penelitian.
76
Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998, hal 34
77
Ibid,. hal 38
78
Ibid,. hal 42
65
http://digilib.mercubuana.ac.id/

Sesudah satuan diperoleh langkah selanjutnya adalah
koding. Membuat koding berarti memberi kode pada setiap
‘satuan’ agar dapat ditelusuri data/satuannya bersumber
darimana.
2. Kategorisasi

Menyusun kategori. Kategorisasi adalah memilah-milah
setiap satuan ke dalam bagian-bagian yang memiliki
kesamaan

Setiap kategori diberi nama yang disebut label.
3. Kesimpulan
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi
apabila kesimpulan yang disampaikan diawal didukung oleh datadata yang didapat pada saat pengumpulan adata yang valid dan
konsisten maka kesimpulan yang dikemukakan bersifat kredibel.
66
http://digilib.mercubuana.ac.id/
3.8
Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Menurut Moleong, yang dimaksud dengan keabsahan data adalah
setiap keadaan harus memenuhi hal-hal sebagai berikut : 79
1. Mendemonstrasikan nilai yang benar
2. Menyediakan agar hal itu dapat diterapkan.
3. Memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi
dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusankeputusannya.
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (tringulasi), dan
dilakukan secara terus menerus sampai jenuh.
Tringulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai suatu
pembanding terhadap data itu. Selain itu, tringulasi menurut Sugiyono yaitu
teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan berbagai teknik
pengumpulan data yang telah ada.
Tringulasi yang digunakan berupa tringulasi sumber, yang berarti
membandingkan dengan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
79
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung, CV Alfabetha, 2005, hal 102
67
http://digilib.mercubuana.ac.id/
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
Teknik triangulasi tersebut dapat dicapai dengan cara : 80
1. Membandingkan hasil pengamatan dengan hasil wawancara
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakan secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan.
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.
Tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa
fenomena, tetapi lebih kepada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa
yang telah ditemukan.
Setelah seluruh data diperoleh melalui teknik pengumpulan data yang
telah
ditentukan,
data-data
tersebut
dihimpun
untuk
mempelajari
dan
dikategorikan berdasarkan komunikasi dokter dengan pasien dalam membangun
reputasi tenaga medis dalam penelitian ini komunikasi yang terjadi di RS Cipto
80
Ibid, Sugiyono, hal 104
68
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Mangun Kusumo. Kemudian data dideskripsikan secara kualitatif sesuai dengan
tujuan penelitian yaitu untuk untuk mengetahui, memahami dan menggambarkan
secara mendalam proses komunikasi dokter dengan pasien dalam membangun
reputasi tenaga medis.
69
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download