BAB IV ANALISIS A. Tafsir dan Tugas Sutradara

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV
ANALISIS
A. Tafsir dan Tugas Sutradara
Tugas utama sutradara adalah mengatur dan membentuk sebuah permainan
dalam sebuah pertunjukan. Proses penyutradaraan merupakan bagian dari tugas
seorang sutradara ketika menggarap suatu naskah kemudian diwujudkan di atas
panggung pertunjukan. Sutradara harus mempunyai langkah-langkah atau
tahapan-tahapan garapan dalam menggarap pementasan yang akan diusungnya.
Mulai dari garapan naskah sampai menjadi bentuk pertunjukan teater. Sutradara
harus mampu mewujudkan naskah teater ke dalam kenyataan teater. Ia sebagai
penemu dan penafsir utama naskah secara kreatif. Berikut tugas dan tahapan
Gigok Anurogo sebagai sutradara lakon Teroris karya Albert Camus, antara lain:
1.
Memilih naskah dan menentukan pokok penafsiran
Gigok Anurogo merupakan salah satu sutradara senior di Solo yang
eksistensinya sangat diperhitungkan. Ketika akan menggarap suatu lakon, terlebih
dahulu ia melakukan beberapa pertimbangan. Salah satu yang dilakukan adalah
memilih naskah yang akan digarapnya. Memilih naskah juga tidak hanya sekedar
memilih naskah, ada beberapa pertimbangan untuk menentukan naskah tersebut
layak untuk dipertunjukan atau tidak.
Pemilihan suatu lakon yang tepat sangat penting untuk keberhasilan
sebuah produksi teater. Kekeliruan dalam pemilihan lakon dapat menggagalkan
berhasilnya dramatik lakon. Beberapa pertimbangan untuk mengangkat sebuah
lakon di antaranya sebagai berikut: siapa pengarangnya, bagaimana isi lakonnya,
commit to user
apakah memiliki nilai dramatik, apakah memiliki nilai sastra, peristiwa yang
34
perpustakaan.uns.ac.id
35
digilib.uns.ac.id
diangkat, lakon tersebut mampu dipentaskan oleh suatu anggota kelompok teater
sesuai dengan kemampuannya, apakah lakon tersebut sesuai dengan situasi tempat
dan waktu, dan apakah lakon tersebut sesuai untuk penontonnya.
Setelah ditetapkan naskah lakon yang akan digarapnya, hal yang dilakukan
sutradara selanjutnya adalah menentukan pokok penafsiran. Tafsir sutradara
menjadi salah satu strategi sebuah lakon dapat divisualisasikan dari sebuah teks
menjadi sebuah pertunjukan. Konsep sutradara berawal dari tafsir sutradara itu
sendiri, oleh sebab itu seorang sutradara pasti memiliki sebuah gambaran tentang
interpretasinya terhadap naskah lakon yang akan dipilihnya tersebut.
Ketika akan menggarap lakon, hal pertama yang dilakukan Gigok Anurogo
adalah memilih naskah. Ada dua pilihan naskah yang menjadi pertimbangan,
yaitu: Kalpikosru Kenaka Putung dan Metamorfosa Kosong. Kalpikosru Kenaka
Putung adalah naskah berbahasa jawa karya dari Gigok Anurogo sendiri,
menceritakan tentang masalah ekonomi diangkat dari fenomen gonjang-ganjing
Bank Century di Indonesia yang sampai sekarang belum selesai masalahnya.
Naskah Metamorfosa Kosong merupakan terjemahan Radhar Panca Dahana dari
naskah The Terorist karya Albert Camus, menggambarkan tentang perjuangan
tokoh-tokohnya. Tetapi disela-sela perjuangan juga muncul sisi kehidupan yang
manusiawi, seperti: percintaan dan kebutuhan biologis manusia, bahwa disela-sela
untuk menegakan kebenaran tetap dengan balutan cinta kasih. Berikut kutipan
wawancara dengan Gigok Anurogo tentang pemilihan naskah.
“Jadi, ada beberapa pilihan sebenarnya..., dari beberapa itu saya pilih dan
hanya tinggal dua pilihan yang benar-benar saya pertahankan, yaitu
naskah saya sendiri, naskah bahasa Indonesia judulnya Kalpikosru
Kanaka Putung dan Metamorfosa Kosong terjemahan Radhar Panca
Dahana. Kalpikosru Kanaka Putung itu, menceritakan tentang gonjangcommit to
user ekonomi dan negara Indonesia,
ganjing Bank Century. Meliputi
masalah
perpustakaan.uns.ac.id
36
digilib.uns.ac.id
sedangkan Metamorfosa Kosong menceritakan tentang perjuangan para
tokoh-tokohnya. Ya naskah yang saya pilih kali ini, adalah lakon Teroris
ini..., saya ambil dari naskah terjemahan Radhar Panca Dahana dengan
judul Metamorfosa Kosong, dengan naskah asli berjudul The Terorist,
karya Albert Camus.” (Gigok Anurogo, 27 Maret 2014).
Setelah mempertimbangkan beberapa hal, Gigok Anurogo memilih lakon
Teroris karya Albert Camus terjemahan Radhar Panca Dahana untuk dipentaskan.
Pertama, naskah lakon tersebut dianggap berkompeten untuk dipentaskan karena
memiliki kekuatan dalam konflik cerita. Kedua, setiap tokoh yang dimunculkan
pada lakon tersebut mempunyai karakter yang kuat. Ketiga, karya Albert Camus
selalu membicarakan tentang kondisi sosial dan kondisi sosial yang diangkat
dapat disesuaikan dengan kondisi di Indonesia sekarang. Berikut kutipan yang
menunjukkan alasan Gigok Anurogo memilih lakon tersebut.
“Ya.., pada naskah ini, menunjukkan tentang perjuangan para tokohtokohnya. Tokoh-tokoh tersebut, selalu memiliki keinginan untuk
membrontak terhadap keadaan dirinya, sesuai dengan karakter mereka
masing-masing. Hal itu menujukkan, bahwa karakter tokoh yang
dimunculkan Albert, sangatlah kuat, setiap tokoh punya karakter masingmasing..., yang membedakan dengan karakter satu dengan yang lainnya...
Dan lakon yang saya pilih, adalah karya Albert Camus kemudian
diterjemahkan oleh Radhar Panca Dahana. Karena Albert Camus
merupakan seorang penulis eksistensialis, karya Albert Camus selalu
membicarakan tentang kondisi sosial, dan kondisi sosial yang diangkat
dapat disesuaikan dengan kondisi di Indonesia sekarang.” (Gigok
Anurogo, 27 Maret 2014).
Tahapan selanjutnya setelah ditetapkan naskah yang akan digarap, yaitu
naskah terjemahan Radhar Panca Dahana berjudul Metamorfosa Kosong diambil
dari naskah asli berjudul The Terorist karya Albert Camus, Gigok Anurogo
menentukan pokok penafsiran pada naskah lakon tersebut, sebagai berikut.
a.
Judul Lakon
Judul lakon dari Metamorfosa Kosong terjemahan Radhar Panca Dahana
user Camus ditafsir menjadi Teroris,
diambil dari naskah The Teroristcommit
karya to
Albert
perpustakaan.uns.ac.id
37
digilib.uns.ac.id
karena konteks “teroris” itu sendiri sesuai dengan kondisi sosial di Indonesia yang
marak akan kasus terorisme. Tema “teroris” tidak lekang oleh waktu, dari zaman
ke zaman teroris itu ada dan sangat relevan dengan keadaan Indonesia. Teroris
merupakan bagian dari suatu tirani politik. Selain itu, jika dilihat dari judulnya
“teroris” seolah-olah sudah menyugesti penonton untuk terteror, sehingga tertarik
untuk menonton pertunjukan kali ini. Oleh sebab itu, Gigok Anurgo mengangkat
judul pementasan kali ini adalah Teroris.
b.
Alur Lakon
Lakon-lakon klasik memakai alur dramatik yang ketat, berurutan sesuai
dengan struktur lakon dramaturgi, tetapi tafsir Gigok Anurogo yaitu langsung
menuju ke arah kebutuhan per adegan pada setiap adegan. Penafsiran dilakukan
dengan cara memotong naskah atau memadatkan bagian tanpa mengurangi
maksud dan pesan naskah.
Terdapat lima adegan yang ada pada naskah lakon, dipotong sesuai dengan
kebutuhan per adegan. Bukan pada alur dramatiknya tetapi lebih ditekan pada
suasana pengadeganan. Tidak mengutamakan alur lakon secara struktur
dramaturgi tetapi lebih kepada penonjolan suasana di setiap adegan. Terdapat lima
adegan dalam lakon tersebut. Alur dramatiknya menjadi sebagai berikut.
Pada adegan intro pada awal pertunjukan munculnya centeng residen yang
mengejar Wali, sebab Wali bersikap melawan petugas dan dimasukan penjara, di
sisi lain tokoh Darmo, Sutris dan Fitri mengintai keadaan dari dalam markas.
Adegan 1, penonton ditunjukkan dengan pemaparan tentang siapa tokoh
yang ada dalam lakon dan peristiwa apa yang diangkat, yaitu Darmo, Fitri, Wali,
Ponco, dan Sutris membentuk satu kelompok organisasi untuk memperjuangkan
commit to user
38
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kemerdekaan negeri, puncak dari adegan satu dimunculkan oleh tokoh Ponco,
bagaimana Ponco mempertahankan eksistensinya ketika kedatangan Wali yang
sudah lama tidak bergabung pada organisasi ini.
Adegan 2, puncaknya eksistensi antara Wali dan Ponco, ketika Ponco
gagal melemparkan bom, Ponco dan Wali sama-sama berjuang tetapi berbeda
prinsip dalam meletakan dasar-dasar perjuangan.
Adegan 3, puncak keemesannya ada pada tokoh Wali dan Fitri, di mana
Fitri kagum dengan Wali.
Adegan 1, 2, dan 3 alur dramatiknya memuncak tiap adegan, memasuki
adegan 4 diturunkan sedikit ketika kemunculan tokoh Lelaki sebagai algojo tetapi
membuat suasana cair disetiap dialognya, walaupun akhirnya alur dramatiknya
dinaikan lagi ketika Ponco akan dihukum ditembak mati oleh Lelaki yang
notabenenya adalah seorang algojo. Suasana dinaikan lagi ketika kemunculan
tokoh Nyai, di mana tokoh Nyai melunturkan ideologi Ponco. Puncak keemasan
pada adegan 4 pada tokoh Nyai, nyai kagum kepada sosok Ponco, secara
psikologi Ponco sadar bahwa nyai kagum padanya. Tafsir puncak akhir Gigok
Anurogo terletak pada adegan Nyai, tetapi oleh Gigok Anurogo dilanjutkan
sampai adegan terakhir yaitu adegan kelima.
Adegan kelima
menunjukkan karakter Fitri
yang sesungguhnya,
kegelisahan Fitri menunggu kematian Ponco ditembak mati yang memutuskan
Fitri yang melemparkan bom selanjutnya. Di dalam naskah sebenarnya yang
melemparkan bom adalah Sutris, tetapi tafsir Gigok Anurogo adalah Fitris sebagai
puncaknya.
commit to user
39
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c.
Tafsir Pemain
Pada tafsir pemain, Gigok Anurogo menambah dua pemain sebagai
centeng residen, dimunculkuan ketika intro pembuka dan menghilangkan tokoh
Perwira. Pemain yang digunakan dalam lakon Teroris adalah Ponco, Wali, Fitri,
Darmo, Sutris, Nyai, Lelaki.
d.
Konsep Garap Tradisi
Berangkat dari konsep garap teater tradisi, baik musik, setting, lighting,
tata rias dan busana sebagai sarana pemanggungan menjadi harmoni pertunjukan.
Alur dramatik menuju harmoni pertunjukan juga menggunakan konsep teater
tradisi. Konsep garap Gigok Anurogo adalah teater modern bernafas teater tradisi,
sebab teater tradisi memberi ciri nafas khasanah teater modern.
Gigok Anurogo menggunakan konsep garap tradisi karena dia sendiri
merupakan pelaku teater tradisi. Sejak tahun 1982, Gigok Anurogo selalu
menggarap bentuk teater modern yang berangkat dari teater tradisi. Pemaparan
tentang teater tradisi yang dimaksud adalah teater tradisi yang penuh dengan
simbol-simbol, nilai-nilai kehidupan, tidak sekedar menjadi sebuah tontonan
tetapi menghadirkan suatu dinamika kehidupan manusia.
Tafsir musik yang digunakan tidak sekedar irama yang indah, melainkan
untuk membantu menghidupkan suasana adegan dan lakon. Segala aspek
musikalitas yang dimunculkan membangun suasana lakon. Hal tersebut, juga
digunakan oleh teater tradisi dalam menggunakan elemen musik sebagai
pembangun suasana lakon. Pada lakon Teroris musikalitas yang harus sesuai
dengan suasana adegan-adegan yang dituntut untuk diiringi musik. Hal tersebut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
40
digilib.uns.ac.id
dilakukan agar penonton mempunyai greget dan terlibat langsung secara
emosional dalam mencerminkan adegan yang dimainkan peraga.
Penataan setting di dalam teater tradisi terdapat dua dimensi yaitu kelir
sebuah pendopo dan kerajaan. Pada lakon Teroris, tafsir sutradara terdapat dua
ruang yaitu kanan dan kiri. Kanan menggambarkan ruang diluar sedangkan kiri
adalah ruang di dalam. Setting panggung digunakan untuk membangun dan
menciptakan ruang bagi arena pemeranan dan permainan. Selain itu, artistik
menghidupkan suasana latar di atas panggung agar lebih hidup dan nyata. Hal
tersebut juga yang digunakan teater tradisi menggunakan artistik untuk
membangun dan menghidupkan suasana latar di atas panggung agar lebih hidup
dan nyata.
Pada lakon Teroris menggunakan gaya penataan artistik sugestif realis
yang artinya apa adanya, sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya, tetapi di
dalam penataannya hanya dengan benda atau properti sebagai simbol dan
menyugesti penonton ke arah kondisi ruang atau tempat tertentu. Artistik yang
digunakan dalam lakon tersebut terdapat dua latar dalam satu panggung yaitu
penjara dan bunker.
Properti yang digunakan dalam lakon tersebut berupa meja, kursi panjang,
karung berisi bom, peta, alat tulis. Ketika melihat panggung, penonton diharapkan
sudah dapat menangkap lokasi yang dimainkan para peraga di atas panggung,
dengan melihat properti yang digunakan dalam lakon tersebut. Hal tersebut
mempermudah penonton untuk menangkap maksud dan tujuan dari lakon Teroris.
Tafsir lighting tidak sekedar sebagai penerang di atas panggung, tetapi
membangun suasana adegan dengan lakon untuk memperkuat karakter pemain.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
41
digilib.uns.ac.id
Hal tersebut juga yang digunakan teater tradisi menggunakan lighting untuk
membangun suasana adegan.
Tafsir busana dan rias digunakan untuk membentuk dan menciptakan
karakter tokoh. Tidak sekedar mempercantik wajah. Dalam lakon Teroris juru rias
harus mampu menyulap peraga menjadi tokoh yang ada di dalam lakon tersebut,
sesuai dan cocok dengan karakter yang dituntut oleh peraga dalam pementasan.
Istilah tersebut sering disebut make-up karakter. Begitu pula busana atau kostum
yang dikenakan pemain dapat membantu dalam perwatakan, latar sosial dan
kejadian. Kostum yang dikenakan pemain pada lakon Teroris harus sesuai dengan
karakter tokoh yang diperankan. Hal tersebut dilakukan agar penonton dapat
mengerti karakter seperti apa yang sedang dibawakan para peraga.
Gigok Anurogo sebagai sutradara dalam menafsirkan lakon yang akan
digarapnya juga bekerja sama dengan tim lainnya, seperti pemain, penata musik,
penata artistik, penata lighting, penata kostum dan make-up. Sutradara
memberikan konsep tafsir kepada kerabat kerja lainnya kemudian dikembangkan
oleh masing-masing kerabat kerja. Hal tersebut dilakukan agar tercipta
harmonisasi pertunjukan di atas panggung. Setelah selesai pada tahap penafsiran,
tahap selanjutnya adalah latihan sampai pertunjukan terlaksana.
2.
Menentukan Nada Dasar
Lakon Teroris diambil dari naskah lakon Metamorfosa Kosong karya
Radhar Panca Dahana yang merupakan terjemahan dari naskah lakon The Teroris
karya Albert Camus. Lakon tersebut menceritakan sekolompok organisasi yang
membentuk suatu misi perjuangan revolusi untuk masa depan. Di mana mereka
sebagai perwakilan masyarakat kelompok yang tidak memiliki kekuasaan dan
commit to user
42
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ingin merdeka. Berdasarkan aliran dalam drama beserta sifatnya, naskah tersebut
termasuk jenis aliran drama eksistensialisme.
Menurut Herman J. Waluyo, eksistensialisme merupakan aliran filsafat
yang memandang berbagai gejala dengan berdasarkan eksistensinya. Artinya
bagaimana
manusia
berada
(berinteraksi)
dalam
dunia.
Dalam
aliran
esksitensialisme lebih menonjolkan karakter tokoh yang sadar akan eksistensinya
dan keberadaannya di dunia. Dialog yang dikemukakan oleh aktor menunjukkan
sifat kemandirian yang kuat, karena ingin melukiskan manusia yang benar-benar
mandiri secara psikis (2002:59).
Para tokoh dalam lakon Teroris menunjukkan sikap kemandirian yang
kuat, sebab meraka ingin menunjukkan bagaimana manusia yang benar-benar
mandiri secara psikis. Para tokoh sadar akan keberadaanya kemudian
menginginkan kebebasan yang mutlak, yaitu bebas menentukan sesuatu yang
menurutnya benar dalam kehidupan bermasyarakat. Lahirnya eksistensialisme
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: materialisme, idealisme, dan situasi kondisi
dunia. Seperti yang dimunculkan pada tokoh, Ponco, Wali, Fitri dan Nyai. Di
tangan Gigok Anurogo, pada lakon Teroris setiap adegan menunjukkan eksistensi
setiap tokoh.
Ketika proses penyutradaraan, langkah kerja sutradara setelah menentukan
naskah yang dipilihnya kemudian menafsirkannya. Dalam penafsiran tersebut,
sutradara memberikan nada dasar pementasan. Pemberian nada dasar pementasan
yang dimaksud adalah sutradara mencari motif pada naskah lakon yang memberi
ciri kejiwaan. Meskipun naskah lakon Teroris termasuk jenis aliran drama
esistensialis, Gigok Anurogo membawa lakon Teroris ke dalam pertunjukan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
43
digilib.uns.ac.id
realis. Di mana dalam penceritaannya menghadirkan tafsir nilai atas kehidupan
nyata yang bisa dinikmati dan dipahami oleh penonton. Hal tersebut selalu tampak
dalam penyutradaraan Gigok Anurogo.
Nada dasar dapat bersifat ringan dan tidak mendalam, menentukan atau
memberikan suasana khusus, membuat lakon gembira menjadi banyolan atau
lucu, mengurangi tragedi yang berlebihan, dan memberikan prinsip dasar pada
lakon. Berikut pemaparan dan penjelasan tentang pemberian nada dasar yang
dilakukan Gigok Anurogo pada lakon Teroris.
a.
Memberikan suasana khusus
Lakon Teroris menggambarkan perjuangan tokoh-tokohnya. Di mana para
tokoh mempunyai karakter yang kuat untuk menunjukkan eksistensinya. Pada
lakon Teroris terdapat suasana khusus di setiap adegan, sehingga setiap adegan
yang dimunculkan dapat menggiring penonton ke suasana tegang.
Pada adegan intro di awal pertunjukan terdapat dialog improvisasi yang
diucapkan oleh para peraga untuk memperkuat adegan. Dialog tersebut diucapkan
oleh Wali dan centeng residen. Dialog tersebut diucapkan bersamaan dengan
kemunculan Wali yang sedang berlari dikejar oleh para centeng residen. Wali
berlari di atas menara kemudian mengumpat dan kencing membasahi wajah
centeng residen. Walaupun akhirnya Wali tertangkap dan dimasukan ke dalam
penjara. Di sisi lain, di panggung belakang divisualisasikan tokoh Darmo, Sutris
dan Fitri mengintai dan mengamati keadaan dari dalam markas. Peristiwa tersebut
menggiring penonton ke arah ketegangan. Ditunjukkan pada dialog berikut.
WALI
“Hahahaha... hahahahhaha...... dasar bodoh.... residen keparat... kulit
babi.. penghisap darah rakyat.. bangsat.... sampah... penghisap darah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
44
digilib.uns.ac.id
rakyat... membuat rakyat sengsara.... bangsat.... begundal-begundal
kolonial.... hahahahaha.....”
CENTENG RESIDEN
“Heh... kurang ajar... dasar ekstrimis cepat turun... godverdhom secht!
(Centeng Residen pada lakon Teroris part 1).”
Suasana tegang terbangun ketika munculnya Wali berlari dengan cepat dan
gesit menuju ke atas menara. Wali mengumpat dengan kata-kata kotor yang
diucapkan berulang-ulang dan kencing di atas centeng residen. Peristiwa tersebut
didukung oleh suara musik yang menggambarkan suasana tegang dan mencekam.
Bentuk teror pertama yang disajikan adalah ketika Wali memanjat ke atas menara.
Sebab, artistik yang digunakan terbuat dari konstruktur bambu yang membentuk
sebuah bangunan tinggi. Bangunan tersebut bergerak ke kanan kekiri, sehingga
penonton seolah terteror dengan suara langkah kaki yang cepat dan gesit serta
bambu yang diinjak ketika dipanjat.
Pada adegan pertama, suasana khusus yang dimunculkan adalah ketika
para teroris memaparkan tujuan mereka, yaitu membentuk satu kelompok
organisasi untuk memperjuangkan kemerdekaan negara. Target mereka adalah
Jendral Residen yang memimpin pada saat itu. Mereka dengan detail dan rinci
merencanakan aksi pengeboman bom. Darmo sebagai pemimpin kelompok
tersebut membagi tugas ke setiap anggota kelompok. Ditunjukkan pada beberapa
penggalan dialog seperti berikut.
DARMO
Keparat-keparat bule dan begundalnya itu memang mesti enyah.
Tiga ratus tahun lebih mereka tidur di lapikan ibu kita.
(Radhar Panca Dahana, 2010:4).
DARMO
Kami sudah atur rencana. Residen itu akan lewat dalam dua hari ini
untuk nonton komidi stambul. Kanto sudah memberikan rincian
commitDahana,
to user 2010:4)
acaranya. (Radhar Panca
perpustakaan.uns.ac.id
45
digilib.uns.ac.id
DARMO
Ponco, kau akan melempar bom itu yang pertama. Dan sutris akan
melakukannya untuk yang kedua. Wali akan mengawasi, dan andi
akan mengatur pembagian waktunya di lapangan. Residen itu harus
mati. Harus. Aku dan fitri sudah menyiapkan proklamasi, yang
akan segera kami siarkan secara luas, segera setelah itu. (Radhar
Panca Dahana, 2010: 8).
DARMO
Kita takkan pernah berhenti. Kita akan terus melakukan teror tanpa
kompromi. Tak ada kerjasama dengan kolonial. Sampai
kemerdekaan dan kejayaan negeri ini direbut. (Radhar Panca
Dahana, 2010:8).
DARMO
Bagus, terima kasih. Kita mulai saja, saudara-saudara. Ponco kau
angkut peralatanmu. Juga kau, sutris. Wali, tiap satu jam, setelah
pukul 10 pagi besok, kau beri laporan padaku. Kau akan menjadi
tangga komunikasi antara rekan-rekan kita di lapangan denganku di
sini.
(Memandang Semua)
Ada yang tak jelas?
(Pause)
Laksanakan! (Radhar Panca Dahana, 2010:8).
Penggalan dialog di atas menunjukkan esksistensi Darmo sebagai seorang
pemimpin, pencetus dan perancang sebuah kelompok teroris. Sebagai pemimpin,
Darmo merencanakan dengan matang dan membagi tugas kepada para anggota
untuk melancarkan aksi pelemparan bom. Tujuan mereka adalah ingin negaranya
merdeka. Alasan pengeboman merupakan bentuk pembrontakan dan protes
terhadap gerakan komunis yang cenderung menghancurkan dan menenggelamkan
rakyat pribumi.
Sudah dipaparkan sebelumnya, bahwa naskah lakon Teroris termasuk jenis
aliran drama eksistensialisme. Melalui tokoh-tokoh di dalamnya muncul paham
eksistensialis. Munculnya eksistensialisme yang di tunjukkan pada lakon Teroris
karena para anggota didorong oleh situasi dan kondisi di suatu negara dalam
commit to user
46
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keadaan tidak menentu yang menimbulkan rasa muak dan benci, sehingga para
tokoh membuat pilihannya sendiri atas dasar keinginannya sendiri dan sadar akan
tanggung jawabnya.
Hal tersebut dilakukan para anggota teroris dalam memutuskan pilihannya.
Mereka
membentuk
suatu
kelompok
untuk
merebut
kembali
kembali
kemerdekaan negaranya. Tiga ratus tahun lebih rakyat Indonesia menderita karena
dijajah kompeni. Rasa muak dan benci terhadap kompeni mendorong mereka
untuk memilih dan memutuskan untuk bergabung dalam sebuah pergerakan untuk
melawan kompeni.
Pada adegan ini eksistensi Darmo yang dimunculkan. Suasana tersebut
membangun penonton ke arah ketegangan. Suasana ketegangan yang dibangun
pada adegan ini lebih meningkat dari ketegangan sebelumnya sehingga
ketegangan penonton berada pada level yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Pada adegan kedua, suasana khusus yang dimunculkan adalah ketika
Ponco gagal melancarkan aksi pelemparan bom dan berdebat dengan Wali. Ponco
tidak melemparkan bom tersebut karena ia melihat dua anak kecil duduk di
samping Jendral Residen. Ditunjukkan pada penggalan dialog seperti berikut.
PONCO (Menghadapi Wali. Keras)
Aku tidak akan membantah jika kau bicara seperti itu. Hanya aku
ingin bertanya padamu, Wali, apakah sebuah revolusi mengijinkan
pembunuhan terhadap anak-anak yang belum jelas dosanya apa.
(Radhar Panca Dahana, 2010:17).
WALI
Sudah ribuan anak di negeri ini yang mati, karena perlakuan
mereka. Mati secara fisik maupun mental. Dan kita harus
menghentikan pembunuhan besar-besaran itu. Dan apa artinya satu
dua anak keparat Residen itu, jika dengannya kita bisa
menyelamatkan ribuan bahkan jutaan anak lainnya. Anak-anak kita
sendiri. Jangan lupa bung, ini revolusi. Korban adalah salah satu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
47
digilib.uns.ac.id
kepastian dari keadaan seperti ini. (Radhar Panca Dahana,
2010:17).
PONCO
Pembunuhan atau revolusi terjadi bukan disebabkan oleh seorang
anak. Anak siapa pun dia, dari mana pun ia berasal. Kau tidak
dapat menggunakan kata revolusi sebagai mantra atau apologi
untuk membenarkan kekejaman. Aku memang telah memutuskan
nasibku sebagai pembunuh, tapi bukan pembunuh anak-anak.
(Radhar Panca Dahana, 2010:17).
WALI
Beginilah jika perjuangan mesti dicereweti kecengengan. Dan
hanya karena kebodohan seperti itu, kita semua, nasib organisasi
ini akan terus terancam oleh mata-mata kolonial. Kebrengsekan
mental seperti itu yang telah banyak menggagalkan revolusi dalam
sejarahnya. (Radhar Panca Dahana, 2010:17).
PONCO (Menghempas Nafas)
Berbulan-bulan sudah kusiapkan diriku untuk kesempatan seperti
ini. Bahwa aku tidak mau mati sebelum aku dapat berbuat. Apa
pun. Sama sekali kupahami apa arti kepengecutan dan segala
macam kebrengsekan moral seperti yang kau katakan, Wali. Ketika
kudengar suara roda kereta itu, hanya perasaan bahagia yang
kurasakan. Darahku menggelegak, tangan dan jemariku bergetar.
Seakan ada kekuatan lain menyelusup membangkitkan gairahku.
Aku akan lemparkan bom itu tepat, tak seinci pun meleset dari
sasaran. Tapi...
(Mendengus)
bocah itu bermata bening. Lewat di depanku dengan pandangannya
yang kosong. Tangannya yang mungil berpegang erat kisi andong.
(Memandang Darmo)
Aku punya dua adik yang kulepas di hutan untuk cari makan
sendiri. Aku suka hidup yang keras karena ia indah. Tapi aku
paling takut menerjang anak kecil jika aku sedang ngebut dengan
kuda kesayanganku. (Radhar Panca Dahana, 2010:17).
WALI
Cah! Omong kosong!! Anak-anak adalah bagian utuh sebuah
revolusi. Bagaimana kita bisa menghindari ini? Bagaimana kita
bisa menolak kenyataan bahwa merekalah korban yang paling
menderita. Apakah kita tidak tengah memperjuangkan mereka,
masa depan mereka yang tak lain masa depan negeri ini? Dalam
sebuah revolusi, anak-anak harus terlibat. Mau tak mau. Kita boleh
membalas dendam untuk masa lalu kita, dan mereka membalas
dendam untuk masa depan mereka sendiri.
(Tajam)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
48
digilib.uns.ac.id
Hanya sayangnya, kalian tidak mempercayai revolusi. (Radhar
Panca Dahana, 2010:19).
SUTRIS
Lalu kita meminjamkan tangan kita dengan alasan membalaskan
dendam mereka? (Radhar Panca Dahana, 2010:19).
WALI
Ini revolusi, bung. Ini kenyataan, bukan rekaan seperti yang biasa
penyair muda kita ini pikirkan. Jangan berpikir satu atau dua titik
darah yang tumpah, karena harga revolusi memang tidak murah.
Setiap tempat dan keadaan memiliki hukumnya sendiri-sendiri.
(Memandang Semua)
Satu tahun aku terdampar di hutan. Di mana tak satu pun tumbuhan
yang dapat dimakan. Tak satu pun. Dan aku akan membunuh
temanku sendiri, agar puluhan yang lainnya dapat mengumpani
usus mereka yang menjerit. Agar puluhan orang bisa bertahan
hidup. (Radhar Panca Dahana, 2010:19).
PONCO
Ma'af, bung. Aku sama sekali bertentangan denganmu. Aku berdiri
di sini, untuk pembela orang-orang yang hidup saat ini. Yang
menginjak bumi kita ini, yang menjerit lapar dan terbunuh di
hadapan muka kita sendiri. Soal masa nanti, akan ada yang
meneruskan perjuangan kita. Aku tak pernah menganggap bahwa
kitalah orang yang akan membebaskan negeri ini sekarang juga.
Lalu hidup enak untuk menikmati hasilhasilnya sebagai pahlawan.
Menjadi penguasa, jadi pengusaha, dan mati dengan kenikmatan
upacara. Dengan kehormatan sebagai pahlawan besar. (Radhar
Panca Dahana, 2010:21).
WALI
Kau melantur. Itu kebiasaan orang yang senang berangan-angan.
Tidak salah mungkin bagi seorang Penyair. Bagi manusia seperti
itu, tak ada ketegasan untuk bertindak sama sekali. Dan revolusi tak
membutuhkan manusia semacam itu. Karena itu, aku tidak merasa
rugi berlainan pendapat denganmu. (Radhar Panca Dahana,
2010:21).
PONCO
Aku pernah menawarkan padamu, Wali, mengapa tak bisa kita
berdampingan dalam damai walau mungkin kita tak sepakat akan
banyak hal. Sekarang, sama sekali aku tak menolak membuat garis
pisah denganmu. Aku sudah banyak berdiam diri. Ketika kau
bilang aku pengecut, ketika kau sebut aku terlampau beranganangan, ketika kau nyatakan aku tak pantas untuk revolusi ini.
Memang, aku tak pantas untuk revolusi yang menanamkan
commit
to user
ketidakadilan untuk
keadilan
yang belum terjadi. Aku menolak
perpustakaan.uns.ac.id
49
digilib.uns.ac.id
revolusi yang sengaja melumat anaknya sendiri. Aku akan keluar
dari sebuah revolusi yang melanggar kehormatan manusia.
(Pause Dan Memandang Semua)
Kalau memang seperti itu revolusi yang terjadi saat ini, aku
mengucapkan selamat tinggal.
(Pause)
Jika bukan, aku tak akan mengelakkan kesalahanku. Perintahkan
aku Darmo, detik ini juga aku akan lari ke gedung itu dan
meledakkannya. (Radhar Panca Dahana, 2010:21).
Penggalan dialog antara Ponco dan Wali tersebut menunjukkan esksistensi
mereka masing-masing. Menurut Fuad Hassan (1973:24) manusia akan terusmenerus dihadapkan pada pilihan-pilihan. Pilihan yang pertama harus diputuskan
sejauh menyangkut hal yang baik dan apa yang buruk. Kemudian menetapkan diri
di salah satu pihak. Tanpa pendirian yang tegas, sebenarnya ia tidak menjalani
suatu eksistensi yang ada artinya. Sebab untuk memilih dan membuat keputusan,
manusia harus mampu mempertanggungjawabkan dirinya.
Seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat realatif. Oleh karena
itu, masing-masing idividu bebas menentukan sesuatu yang menurutnya benar.
Sehingga para tokoh membuat pilihannya sendiri atas dasar keinginannya sendiri
dan sadar akan tanggung jawabnya. Hal tersebut juga ditunjukkan pada tokoh
Ponco dan Wali, di mana mereka sama-sama berjuang namun berbeda prinsip di
dalam meletakkan dasar-dasar perjuangannya.
Eksistensialisme yang ditunjukkan Ponco adalah ketika Ponco sudah
menetapkan dirinya untuk bergabung di kelompok tersebut dan mempersiapkan
apa yang akan dilakukannya. Tujuan Ponco membunuh adalah untuk
menghidupkan sesuatu yang lain, yaitu agar tidak terjadi lagi pembunuhan,
membunuh kedzaliman dan membebaskan rakyat dari penderitaan yang
menyelimuti. Namun ketika eksekusi berlangsung, Ponco gagal melemparkan
commit to user
50
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bomnya karena melihat dua anak kecil yang duduk di samping Jendral Residen.
Seketika ia teringat kepada dua adiknya. Bagi Ponco, sebuah revolusi tidak
mengijinkan pembunuhan kepada anak-anak, sebab pembunuhan atau revolusi
terjadi bukan disebabkan oleh seorang anak, anak siapa pun dan dari mana dia
berasal.
Hal tersebut menunjukkan, bahwa pilihan Ponco untuk bergabung di
kelompok teroris berasal dari keinginannya sendiri, sedangkan keputusan Ponco
untuk tidak melemparkan bom merupakan sebuah pilihan yang menurutnya benar.
Bagi Ponco, sebuah revolusi tidak melibatkan anak-anak. Selain itu, pilihan yang
dianggap benar oleh Ponco adalah ketika Ponco menegaskan bahwa ia tidak
sependapat dengan Wali dan memilih untuk keluar dari kelompok teroris jika
sebuah revolusi melanggar kehormatan manusia.
Eksistensi yang ditunjukkan Wali adalah ketika selalu menentang,
meremehkan dan menyalahkan Ponco, sebab Ponco tidak berhasil melemparkan
bom. Bagi Wali, apa arti dua anak Jendral Residen itu jika dengan membunuh
mereka dapat menyelamatkan ribuan bahkan jutaan anak lainnya, dengan kata lain
sebuah revolusioner harus melibatkan anak-anak. Ponco dianggapnya lemah,
pengecut dan tidak ada ketegasan dalam bertindak karena Ponco seorang penyair.
Hal tersebut menunjukkan, bahwa ketika Wali menentang Ponco dengan
segala pernyataan dan argumennya merupakan hal yang benar menurut Wali.
Sebuah revolusi bagi Wali harus melibatkan anak-anak dan menganggap Ponco
senang melantur dan berangan-angan. Selain itu, Wali membenarkan jika tidak
merasa rugi jika berlainan pendapat dengan Ponco.
commit to user
51
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pertikaian antara Ponco dan Wali menggiring penonton ke suasana
ketegangan. Suasana ketegangan yang dibangun pada adegan ini lebih meningkat
dari ketegangan sebelumnya, sehingga ketegangan penonton berada pada level
yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Pada adegan ketiga, suasana khusus yang dimunculkan adalah ketika Wali
dan Fitri menunggu Ponco mengeksekusi pelemparan bom yang sebelumya
sempat gagal. Suasana yang dibangun adalah suasana tegang dibalut romantisme,
sebab ketika Wali menggoda Fitri ternyata terbesit rasa kagum Fitri kepada Wali
tetapi Wali menolak Fitri. Ditunjukkan pada penggalan dialog seperti berikut.
WALI
Kurasa wajar, orang-orang seperti kalian membutuhkan cinta yang
romantis seperti itu. (Radhar Panca Dahana, 2010:32).
FITRI
Cinta membutuhkan waktu, Wali. Sedang untuk revolusi saja kita
kekurangan. (Radhar Panca Dahana, 2010:32).
WALI
Kau benar. Sedang untuk revolusi saja kita kekurangan waktu.
(Pause)
Karena revolusi juga, sudah jauh hari kubunuh cinta. Apa pun
bentuknya. Aku harus memusuhinya, bahkan memusuhi manusia,
hanya agar revolusi ini tidak sia-sia. (Radhar Panca Dahana,
2010:32).
FITRI
Padahal manusia juga yang kau perjuangkan. (Radhar Panca
Dahana, 2010:33).
WALI
Ya, manusia. Manusia dalam arti seluruhnya. Sedang kita, kau,
aku, Ponco, atau Darmo, apa? Cuma noktah di tengah kata besar
manusia. Ia akan segera lenyap, cuma sebutir debu di padang pasir.
Tapi revolusi tidak. Ia akan terus ada. Bahkan tanpa aku, tanpa kau,
Ponco, Darmo, Amir, Hatta, Syahrir, atau Soekarno. (Radhar Panca
Dahana, 2010:33).
WALI
Bisa jadi.
commit to user
52
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(Memandang Tajam Fitri)
Bisa jadi, hal tersebut juga yang ada dalam hatimu, terutama
padaku. Aku tahu...aku tahu..kau sama sekali tak senang pada
manusia yang sekarang berada di depanmu. Tapi suatu kali nanti
kau mesti bertanya, apa benar sikapmu terhadapku.
(Melempar Pandang)
Aku terlanjur...aku sudah terlanjur. Aku mau cepat revolusi terjadi.
Biar bangunan bobrok yang ada sekarang ini hancur jadi pasir.
Hingga kesempatan masih tertinggal untukku Untuk...
(Mengalihkan)
Ah, mereka sudah tiba di posnya masing-masing. (Radhar Panca
Dahana, 2010:33).
WALI
Sudah kuduga itu. Sudah kuduga kata-katamu. Aku memang tak
pantas mengeluarkan pernyataan seperti tadi. Habis, apa aku? Apa
seorang Wali ini?
(Tertawa Meledak)
Bekas tahanan. Pembenci manusia. Dengan luka menganga di
semangatnya. Dengan balur-balur cambuk di seluruh tubuhnya.
Apa ini Wali? Uuuggghhh...
(Menghempas Tubuh. Merobek Bajunya Sendiri. Balur-Balur
Cambuk Masih Merah Di Sekujur Kulitnya).
Ini Wali. Ini Wali. Ini aku.
(Antara Tertawa, Marah, Dendam, Menangis)
Bekas tahanan. Pembenci manusia. Dengan dendam, dengan luka
hati yang tak tersembuhkan.
(Seperti Tersihir Fitri Mendekatinya)
Buat apa aku diperdulikan? Bukan bagianmu, wanita. Bukan.
(Fitri Menggenggam Tangan Wali)
Kau sentuh kulit sampah, wanita. Kulit yang seharusnya terbakar
bersama mesiu di tubuh Residen itu. Aku bilang, aku menolakmu
Fitri. Aku menolak, karena kau seorang wanita! (Radhar Panca
Dahana, 2010:34).
Penggalan dialog antara Wali dan Fitri tersebut menunjukkan eksistensi
mereka masing-masing. Seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran bersifat
realatif. Oleh karena itu, masing-masing idividu bebas menentukan sesuatu yang
menurutnya benar. Para tokoh pada lakon Teroris menunjukkan bahwa mereka
membuat pilihannya sendiri atas dasar keinginannya sendiri dan sadar akan
tanggung jawabnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
53
digilib.uns.ac.id
Eksistensi yang ditunjukkan Wali adalah sikap angkuh, keras, pendendam,
kaku ketika sedang berbicara dengan Fitri dan ideologi tentang sebuah revolusi.
Bagi Wali, untuk sebuah revolusi Wali harus rela membunuh rasa cinta. Termasuk
ketika Wali menolak Fitri dengan kata-kata kotor adalah bentuk konkrit dari
ideologi Wali tentang rasa cinta. Sejak lama Wali sudah membakar rasa cinta dan
memusuhi manusia agar revolusi yang diyakini Wali tidak sia-sia. Meskipun
sebenarnya, sebagai seorang lelaki Wali tertarik dengan Fitri.
Eksistensi yang ditunjukkan Fitri adalah sikap acuh kepada Wali tetapi,
setelah mendengar ucapan Wali, terselip kekaguman Fitri terhadap sosok Wali.
Meskipun dari awal kedatangan Wali, Fitri memang merasa tidak senang dengan
sikap yang ditunjukkan Wali, namun setelah mendengar ucapan Wali, Fitri seakan
tersihir dengan fisik Wali. Fitri mencoba merayu dengan gerakan mata dan
gesturnya. Hal tersebut muncul dari diri Fitri secara naluri sebagai seorang
perempuan.
Romantisme yang dibangun antara Wali dan Fitri menggiring penonton ke
suasana romantis. Suasana romantis yang dibangun untuk menurunkan sedikit
ketegangan yang dibangun di adegan-adegan sebelumnya, namun dinaikan lagi
kearah ketegangan ketika peledakan bom terjadi. Sugestif penonton tentang
peledakan bom ketika penonton disuguhkan oleh suara peledakan bom. Sehingga,
ketegangan penonton dinaikan dan berada pada level yang lebih tinggi dari
sebelumnya.
Pada adegan keempat, suasana khusus yang dimunculkan adalah ketika
Ponco di penjara bertemu dengan salah satu tahanan dan Nyai istri Jendral
Residen. Adegan antara Ponco dan Lelaki menggambarkan suasana cair. Suasana
commit to user
54
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
cair yang dibangun pada adegan ini berguna untuk merefreshkan adegan-adegan
sebelumnya. Hal tersebut dilakukan agar penonton tidak merasa bosan melihat
pertunjukan berlangsung, sebab adegan-adegan yang dibangun sebelumnya
terletak pada titik ketegangan tertinggi.
Setelah penonton disuguhkan suasan cair, adegan selanjutnya menggiring
penonton ke suasana tegang. Adegan antara Nyai dan Ponco dibangun untuk
menggiring penonton ke suasana tegang. Di mana tokoh Nyai sebagai tokoh
protagonis mematahkan ideologi Ponco. Apa yang dilakukan Ponco tentang
sebuah revolusi bersebrangan dengan sebuah kenyataan yang dipaparkan oleh
Nyai. Bahwa kenyataan yang sebanarnya adalah Jendral Residen tersebut
membaktikan hidupnya untuk mengabdi pada pendidikan orang kecil. Itu berarti
sifat Jendral Residen sama dengan Ponco yaitu ia peduli dengan sesama dan
mengedepankan sisi kemanusiaan. Adegan tersebut menunjukkan, bahwa
kedatangan Nyai membuat Ponco ragu dan bimbang akan pilihannya tentang
sebuah revolusi.
Adegan kelima, suasana yang dimunculkan adalah kegelisahan Fitri
tentang keadaan Ponco yang akan dijatuhi hukuman mati. Kematian Ponco
membangkitkan semangat Fitri dan meminta izin kepada Darmo untuk
melemparkan bom. Fitri ingin merasakan apa yang dirasakan Ponco. Apa yang
ditunjukkan Fitri merupakan salah satu bentuk eksistensi dia sebagai satu-satunya
pejuang perempuan dalam kelompok teroris. Fitri memilih menjadi pelempar bom
agar ia dapat merasakan apa yang dirasakan Ponco yaitu, kemurnian, kejujuran,
dan penyatuan diri dan telah berdamai dengan hidup. Suasana klimaks terletak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
55
digilib.uns.ac.id
pada adegan Fitri ketika melempar bom, dengan sugesti kepada penonton suara
bom yang lebih keras dari sebelumnya.
Selama pertunjukan berlangsung suasana khusus yang ditampilkan adalah
suasan tegang, cair dan romantisme terbungkus pada lakon Teroris. Suasana
terbangun karena semua elemen pendukung menjadi satu dan membentuk suatu
keharmonisan. Baik dari penjiwaan, gestur dan laku pemain, lighting, musik dan
artistik panggung melebur dan menciptakan suasana yang sesuai dengan apa yang
diinginkan sutradara. Gigok Anurogo sebagai sutradara menata sedemikian rupa
agar penonton dapat mengerti peristiwa apa yang diangkat dan menikmati apa
yang disajikan di atas panggung.
b.
Mengurangi bobot tragedi yang berlebihan
Suasana tegang yang dibangun pada lakon Teroris tidak semuanya
dimunculkan. Ada beberapa bagian yang diredam atau diturunkan. Hal seperti ini
merupakan bagian penentuan bentuk nada dasar yang dilakukan agar jalan cerita
yang diangkat tidak bersifat monoton dan statis tetapi dinamis.
Gigok Anurogo dapat mempergunakan dengan tepat kapan dibutuhkan
suasana tegang dan kapan dibutuhkan suasana segar yang penuh dengan banyolan.
Semua dapat terwujud karena seluruh elemen pendukung pertunjukan melebur
menjadi satu kesatuan yang harmonis. Hal tersebut dilakukan Gigok agar
pertunjukan yang disajikan terasa nikmat dan nyaman, sehingga penonton tidak
merasa bosan dengan apa yang telah disajikan.
Pengurangan bobot tragedi dapat ditemukan pada adegan pertama, yaitu
percakapan antara Fitri dan Ponco. Ketika diruangan hanya ada Fitri dan Ponco.
Sikap Fitri yang selalu mendukung Ponco yang dibungkus dengan suasana
commit to user
56
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
romantisme merupakan salah satu pengurangan bobot tragedi yang sebelumnya
telah dibangun, yaitu perselisihan antara Wali dan Ponco.
Pengurangan bobot tragedi selanjutkan dapat ditemukan pada adegan
ketiga, ketika Sutris mendengar suara ramai di luar markas dan menghentikan
pertikaian antara Wali dan Ponco dengan cara menyuruh semua orang yang
berada di ruangan itu untuk diam. Dengan gaya banyolan Sutris yang sebenarnya
serius tetapi menjadi cair karena sikap dan gestur Sutris dapat mencairkan suasana
tegang sebentar. Sehingga memicu kegelian bagi para penonton.
Selain itu, pengurangan bobot tragedi dapat ditemukan lagi pada adegan
keempat ketika kedatangan tokoh lelaki. Ia seorang tahanan yang pada saat itu
bertugas mengepel lantai dan sesekali berbicara dengan Ponco. Dengan dialog,
sikap, gestur lelaki dapat mencairkan suasana tegang yang sebelumnya telah
dibangun. Permainan dialog lelaki menggunakan aksen dialog Jawa, sehingga
memicu kegelian bagi para penonton.
c.
Memberikan prinsip dasar pada lakon
Memberikan prinsip dasar lakon digunakan untuk mendasari karakter yang
akan diperankan oleh pemain. Bertujuan agar pemain dapat memahami karakter
seperti apa yang akan dilakoninya. Sutradara memberikan konsep tafsir tentang
pertunjukan yang akan digarapnya sedangkan tugas pemain menafsir kembali
naskah lakon dengan bekal konsep sutradara yang sudah dipaparkan.
Lakon
Teroris
menceritakan
sekelompok
organisasi
yang
ingin
memperjuangkan idealismenya untuk menentukan perubahan di negeri ini.
Mereka adalah Wali, Ponco, Darmo, Fitri dan Sutris. Semangat juang,
kesetikawanan, dan kepedulian mereka akan nasib jutaan rakyat Indonesia
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
57
digilib.uns.ac.id
membentuk pribadi yang tidak toleran terhadap ketidakadilan dan menginginkan
Indonesia merdeka dengan dasar-dasar ideal kemerdekaan. Oleh sebab itu, untuk
memperoleh kemerdekaan sejati dan hak-hak yang dijunjung tinggi sebagaimana
mestinya yaitu dengan cara membrontak. Sasaran pembrontakan mereka adalah
residen yang berkuasa saat itu. Jendral Residen merupakan seseorang yang
berkuasa pada saat itu. mereka merencanakan aksi pelemparan bom agar Jendral
Residen mati. Meskipun sama-sama berjuang, Ponco dan Wali mempunyai
perbedaan prinsip dalam meletakkan dasar perjuangannya. Hal tersebut
mengakibatkan konflik intern yang terdapat dalam kelompok teroris. Ditambah
Ponco gagal melaksanakan aksi pelemparan bom, memperkuat perbedaan ideologi
antara Ponco dan Wali. Aksi pelemparan bom kembali dilaksanakan dan Ponco
sebagai pelempar bom berhasil melaksanakan tugasnya.
Setelah aksi mereka berjalan lancar, Ponco ditahan di penjara dan jatuhi
hukuman mati. Ketika di penjara, Ponco bertemu dengan salah satu narapidana
yang bertugas sebagai algojo. Algojo tersebut mengalami dilema karena
sebenarnya ia tidak ingin membunuh Ponco karena Ponco termasuk anggota salah
satu organisasi di Indonesia. Jika Lelaki tidak melaksanakan tugasnya ia akan
dijatuhi hukuman penjara lebih lama lagi tetapi jika ia melaksanakan tugasnya,
hukuman penjara akan dikurangi.
Kemunculan tokoh Nyai membuat hati Ponco dilema. Antara benar atau
tidak tindakan Ponco membunuh Jendral Residen untuk menyelamatkan jutaan
rakyat Indonesia yang menderita, padahal yang dilakukan Jendral Residen adalah
mengabdikan seluruh hidupnya pada pendidikan anak kecil. Hal tersebut yang
menjadi pematah ideologi perjuangan Ponco. Setelah mendengar kematian Ponco,
commit to user
58
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
semangat Fitri bangkit dan meminta izin kepada Darmo untuk melemparkan bom
selanjutnya. Dengan berat hati dan pertimbangan dari Wali dan Sutris, Darmo
mengijinkan permintaan Fitri untuk melemparkan bom. Klimak pada lakon ini
terdapat pada pelemparan bom yang dilakukan Fitri.
Pada lakon Teroris, Gigok Anurogo tidak membatasi imajinasi dan
kreativitas pemain. Ia sebagai sutradara membiarkan para pemain untuk
memahami dan membebaskan para pemain untuk menafsirkan karakter tokoh
yang terdapat di dalam naskah. Dengan begitu, pemain dapat meghidupkan
permainan yang ia bawakan di atas panggung. Beberapa konsep sutradara tentang
nada dasar tokoh-tokoh dalam lakon Teroris, seperti berikut.
a. Ponco
Seorang penyair muda, bergabung di organisasi rela meninggalkan
keluarganya, dan bergabung dalam organisasi karena merasa dia seorang
revolusioner. Tokoh Ponco menunjukkan sikap berani mengambil resiko, sangat
mencintai negerinya, sisi humanismenya tinggi, menjunjung tinggi keadilan,
ideologi yang kuat, dan retorika tinggi.
b. Wali
Seorang pejuang yang ingin melakukan perubahan di negeri ini, prinsip
hidupnya di dalam revolusi setiap orang harus siap membunuh demi tujuan yang
ingin dicapai yaitu merdeka. Tokoh Wali menunjukkan sikap keras kepala,
sentimentil, arogan, pembrontak, di dalam hatinya hanya ada kebencian dan tidak
percaya dengan adanya cinta.
commit to user
59
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Darmo
Seorang pejuang yang bertugas mengatur rencana dan membagi tugas
semua anggota organisasi untuk aksi peledakan bom. Tokoh Darmo menunjukkan
sikap pemimpin yang arif, bijaksana, tegas, selalu mengayomi anak buahnya.
d. Fitri
Satu-satunya perempuan yang bergabung dalam organisasi dan bergabung
karena ayah dan kedua saudara laki-lakinya dibunuh dengan kejam oleh pasukan
Gubernur. Tokoh Fitri menunjukkan sikap pendendam karena Ayah dan dua
saudara laki-lakinya dibunuh oleh centeng residen sehingga bergabung dalam
organisasi, Fitri jatuh cinta kepada Ponco secara naluri perempuan dan kagum
kepada sosok Wali.
e. Sutris
Seorang pejuang yang berpendidikan, pernah bergabung dengan Sutomo di
Stovia dan PSI. Tokoh Sutris menunjukkan sikap pengecut, penuh dengan keraguraguan. Sutris mengundurkan diri dari kelompok organisasi karena tidak tega
membunuh oleh sebab itu, semua tugas Sutris dialihkan kepada Darmo, ketika
Ponco dieksekusi Sutris kembali bergabung di kelompok organisasi.
f. Nyai
Seorang nyai, istri Residen, mempunyai dua anak, merasa dirugikan sebab
seorang nyai dimata masyarakat pribumi dan Eropa sebatas seorang gundik.
Tokoh Nyai menunjukkan sikap keras, mempunyai keberanian yang lebih untuk
ukuran nyai pada saat itu, berpengabidian penuh dengan keluarga, merasa
kesepian sepeninggalan suaminya, kagum dengan Ponco karena mirip dengan
suaminya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
60
digilib.uns.ac.id
g. Lelaki
Seorang tahanan, di penjara karena merampok dan membunuh, bertugas
sebagai algojo yang mengeksekusi Ponco. Tokoh lelaki menunjukkan sikap
dilematis karena sebenarnya dia tidak ingin membunuh Ponco sebab dia orang
oganisasi, tetapi karena sudah tugasnya sebagi algojo, dia harus menembak mati
Ponco. Jika tidak melaksanakan tugasnya hukuman penjaranya akan ditambah
lagi.
3.
Menentukan Casting Pemain
Tahap selanjutnya yang dilakukan dalam proses penyutradaraan Gigok
Anurogo adalah memilih pemain. Menentukan casting pemain atau biasa disebut
“pengcastingan” merupakan salah satu proses terpenting yang dilakukan
sutradara, karena hasil dari sebuah “pengcastingan” akan menentukan berhasil
atau tidaknya sebuah pertunjukan. Kekuatan sutradara terletak pada para pemain.
Pemain merupakan orang yang meragakan lakon yang akan diangkat, mereka
memvisualisasikan tafsir garap sutradara di atas panggung. Jumlah pemain yang
dibutuhkan tergantung naskah lakon yang akan dipentaskan.
Lebih dari 30 tahun Gigok Anurogo berkecimpung di dunia teater, ia
memahami dan mengerti sekali bagaimana kualitas seorang pemain di atas
panggung. Dalam menentukan pemain, ia sudah mempunyai gambaran tentang
siapa calon pemain yang akan diajak untuk bekerja bersamanya. Pertimbangan
memilih pemain berdasarkan kemampuan dan pengalaman calon pemain dengan
“jam terbang” tinggi, berharap lakon yang digarap sesuai dengan yang diharapkan
yaitu sebuah pertunjukan yang berkualitas dan berbobot. Berikut kutipan
wawancara mengenai pemilihan pemain.
commit to user
61
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Iya.., karena saya percaya, saya yakin.., pertimbangan memilih pemain
dan unsur pendukung pementasan, seperti penata musik, lighting,
setting, kostum dan rias, berdasarkan kemampuan dan pengalaman
mereka masing-masing.., dengan “jam terbang” tinggi. Tujuannya, agar
lakon sesuai dengan apa yang saya harapkan. Jadi, setelah saya memilih
calon pemain, jika mereka bersedia, hal selanjutnya adalah mengikuti
proses latihan. Nanti kita lihat perkembangan mereka, proges latihan
mereka.., begitu juga elemen pendukung.., jadi saya ini
menggabungkan mereka.” (Gigok Anurogo, 27 Maret 2014).
Lakon Teroris merupakan lakon realis dengan total pemain yang
dibutuhkan sebanyak delapan orang. Pada tahap awal pengcastingan, tokoh-tokoh
yang diprioritaskan Gigok Anurogo adalah tokoh Wali, Ponco, Darmo, Fitri,
Sutris dan Nyai. Gigok Anurogo mengajak para calon pemain yang diperkirakan
akan bisa diajak dalam proses produksi, sebab ia percaya bahwa calon pemain
yang ia pilih mampu menafsirkan, mewujudkan dan mevisualisasikan konsep
garapnya. Meskipun terkesan subjektif, seorang sutradara memang harus
menentukan orang-orang yang dinilai mampu dan diperkirakan bisa bekerja sama
dengannya. Setelah Gigok Anurogo mengajak calon pemain untuk berproses
bersamanya, tahapan selanjutnya tergantung pada kesediaan calon pemain.
Pemain yang bersedia mengikuti proses produksi dari awal hingga akhir dapat
membantu lancarnya pementasan.
Gigok Anurogo menggunakan dua kriteria pengcastingan dalam lakon
Teroris, yaitu casting by ability dan casting to type seperti yang dipaparkan
Harymawan. Pertama, casting by ability yaitu pemilihan pemain berdasarkan
kecakapan terbaik dan terpandai sebagai pemeran utama. Kedua, casting to type
yaitu pemilihan pemain berdasarkan kecocokan fisik si pemain dengan tokoh yang
hendak diperankannya. Berdasarkan kedua kriteria pemilihan pemain, Gigok
commit to user
62
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Anurogo memilih Yogi, Banu, Nissa, Akbar, Saiful, dan Migi sebagai pemain
utama dalam lakon Teroris.
Pengalaman, kemampuan, kecakapan dan kecocokan fisik Yogi, Banu,
Nissa, Akbar, Saiful dan Migi dapat dikatakan sesuai dengan apa yang diharapkan
Gigok Anurogo sebagai sutradara. Gigok Anurogo memberikan kepercayaan
kepada mereka untuk bekerja sama dengannya.
Tahap selanjutnya adalah kesediaan pemain atas kesadaran dari diri sendiri
untuk sebuah pementasan dan bersedia mengikuti proses latihan merupakan
langkah pertama yang harus dilihat oleh sutradara. Pada lakon Teroris
pengcastingan pemeranan sebagai berikut. Akbar sebagai Wali, Yogi sebagai
Ponco, Banu sebagai Darmo, Nissa sebagai Fitri, Migie sebagai Nyai, dan Saiful
sebagai Sutris.
Sebuah proses tidak selamanya berjalan sesuai dengan apa yang
diinginkan sutradara dan sutradara harus mampu mengatasi segala masalah yang
muncul ketika proses berlangsung. Terdapat beberapa kendala dalam proses
Teroris yang mengakibatkan pergantian pemain. Gigok Anurogo sebagai
sutradara harus mampu mengatasi segala kendala yang ada dan memberikan
keputusan dalam menyelesaikan semua masalah yang terjadi ketika proses
berlangsung. Kendala-kendala ketika proses di antaranya sebagai berikut.
Pertama, setelah dilaksanakan proses latian dalam beberapa waktu, faktor
kehadiran juga menjadi kunci utama suatu proses. Selama beberapa minggu
latihan terdapat salah satu pemain yaitu Akbar, tidak pernah datang latihan tanpa
memberitahu mengapa dia tidak datang.
commit to user
63
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gigok Anurogo sebagai sutradara mengambil keputusan untuk mengganti
peran Akbar sebagai Wali dengan cara mencari pemain lainnya, sebab
ketidakhadiran pemain mempengaruhi kondisi latihan menjadi tidak kondusif.
Oleh sebab itu, Gigok Anurogo harus mencari pemain untuk menggantikan peran
yang dimainkan Akbar. Pada kondisi tersebut, langkah Gigok Anurogo untuk
mencari
pengganti
Akbar
sebagai
Wali
dengan
kembali
melakukan
pengcastingkan. Pengcastingan yang dilakukan Gigok Anurogo sama dengan cara
pengcastingan sebelumnya, yaitu menggunakan dua kriteria pengcastingan
menurut Harymawan.
Setelah dilakukan pengcastingan, dipilihlah Yustinus Popo sebagai pemain
yang menggantikan Akbar sebagai Wali. Kedua, setelah proses dijalankan
menggunakan formasi baru, salah satu pemain sebagai Sutris yaitu Saiful
mengundurkan diri. Pengunduran diri Saiful disebabkan karena Saiful mengikuti
salah satu audisi yang diadakan di salah satu stasiun TV swasta dan menjadi
finalis di acara tersebut, sehingga Saiful memutuskan untuk mengudurkan diri
agar tidak mengganggu jalannya proses.
Pada kondisi tersebut Gigok Anurogo kembali melakukan pengcastingan
dan mencari pemain pengganti Saiful. Seiring berjalanannya waktu latihan, Akbar
pemain yang sebelumnya tergantikan oleh pemain lainnya bersedia untuk
bergabung dan bekerja sama dalam proses ini. Gigok Anurogo memberi
kesempatan dan kepercayaan kepada Akbar untuk menggantikan posisi Saiful
sebagai Sutris. Ketiga, selama proses berlangsung ada satu tokoh yang belum
tercastingkan yaitu tokoh lelaki. Tokoh tersebut sebenarnya akan ditiadakan oleh
Gigok Anurogo tetapi setelah berjalannya waktu untuk kebutuhan panggung agar
commit to user
64
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tidak monoton, Gigok Anurogo memunculkan tokoh tersebut. Tokoh lelaki
dimunculkan untuk memberikan suasana cair dalam lakon Teroris. Langkah
selanjutnya yaitu pengcastingan kembali untuk pemeran lelaki dan terpilihlah
Odon, dengan kriteria seperti yang dilakukan pengcastingan sebelumnya, yaitu
casting by abilty dan casting to type.
Ketika proses berlangsung ketidakhadiran menjadi penghambat dalam
suatu proses. Terdapat satu pemain, yaitu Odon yang kehadirannya lebih sedikit
dibandingkan pemain lainnya. Bisa dikatakan lebih sering tidak hadir dalam setiap
latihan. Ketidakhadirannya tersebut menyebabkan ketertinggalan materi bagi
dirinya sendiri. Dengan kondisi yang seperti itu, selama latihan Odon tidak
menunjukkan progres yang signifikan dibandingkan pemain lainnya dan belum
sesuai dengan apa yang diharapkan Gigok Anurogo. Setelah beberapa waktu
kemudian, Odon sebagai pemain lelaki memutuskan untuk tidak dapat
melanjutkan proses Teroris, sehingga Gigok Anurogo memutuskan untuk mencari
pemain untuk menggantikan Odon.
Pada kasus pemilihan pemain sebagai tokoh lelaki, Gigok Anurogo tidak
langsung menentukan siapa pengganti Odon. Meskipun tahap pengcastingan juga
sama seperti yang dia lakukan sebelumnya, Gigok Anurogo tidak langsung
memutuskan pemilihan pemain untuk tokoh lelaki. Calon pemain untuk
memerankan tokoh lelaki adalah Arif, tetapi setelah beberapa kali mengikuti
latihan, Arif belum mampu membawakan tokoh lelaki sesuai dengan yang
diinginkan Gigok Anurogo, sehingga Gigok Anurogo memutuskan dirinya sendiri
untuk memerankan tokoh lelaki.
commit to user
65
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Selain itu, Gigok Anurogo menambah dua pemain lagi sebagai pemeran
tambahan sebagai centeng residen dalam lakon Teroris. Pengcastingan yang
dilakukan dengan kriteria casting to type, yaitu pemilihan pemeran berdasarkan
kecocokan fisik si pemeran dengan tokoh yang akan diperankannya, terpilihlah
Ema dan Sun.
Berdasarkan paparan tersebut, maka pemilihan pemain dalam lakon Teroris
sutradara Gigok Anurogo sebagai berikut.
Ponco
Wali
Fitri
Darmo
Nyai
Sutris
Lelaki
Centeng Residen
4.
: Yogi Swara Manitis Aji
: Yustinus Popo
: Nissa Argarini
: Banuaji Yogasena
: Migi Pitaloka
: Akbar Siregar
: Gigok Anurogo
: Emanuel Andi dan Sun Yanto
Bekerja dengan Staf
Sudah dipaparkan sebelumnya bahwa dalam sebuah pementasan seorang
sutradara tidak berdiri sendiri. Banyak elemen yang mendukung untuk
menyukseskan keberhasilan sebuah pementasan. Tidak hanya bekerja sama
dengan pemain, sutradara harus bekerja sama dengan elemen pendukung lainnya,
di antaranya adalah penata artistik, penata lighting, penata musik, penata makeup, penata kostum, dan tim produksi.
Seperti pada tahap pengcastingan, Gigok Anurogo sudah mempunyai
gambaran siapa yang akan diajak bekerja sama dengannya. Ia memilih orangorang yang diajak bekerja sama dengannya berdasarkan kemampuan dan
pengalaman mereka masing-masing. Kesediaan mereka juga menjadi kunci
berjalannya proses produksi. Oleh sebab itu, sebelum proses dimulai Gigok
commit to user
66
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Anurogo sudah membuat kesepakatan dengan orang-orang yang diajak bekerja
sama dengannya.
Gigok Anurogo memaparkan tentang konsep garap yang akan digarapnya,
kemudian para penata tersebut menafsirkan kembali apa yang dibutuhkan di
dalam naskah. Sebagai seorang sutradara, Gigok Anurogo sangat paham betul
bagaimana kerja para kerabat kerja. Ia memperhatikan proses kerja mereka dari
awal hingga akhir. Gigok Anurogo tidak membatasi kreativitas masing-masing
penata terhadap tafsir mereka.
Para penata berkerja sebagai penafsir kedua dengan bekal konsep yang
diberikan sutradara. Masing-masing penata menuangkan semua kreativitas mereka
terhadap naskah tersebut dan berjalan sendiri dengan sistem kerja yang mereka
buat sendiri. Mereka bekerja dengan tugas dan porsi mereka masing-masing.
Meskipun begitu, Gigok Anurogo tidak pernah berhenti berkomunikasi dan selalu
berdiskusi dengan para penata. Gigok Anurogo berfungsi sebagai koordinator di
antara para penata, ia menggabungkan kreativitas dari para penata. Berdasarkan
pemaparan di atas, orang-orang yang bekerja sama dengan Gigok Anirogo pada
lakon Teroris, sebagai berikut.
Penata Artistik
Penata Lighting
Penata Musik
Penata Make-up dan Kostum
Pimpinan Produksi
Stage Manager
: Tuwuh Jagad
: Caroko Turah
: Respati Galang
: Migie Pitaloka
: Anggoro Budi
: Aryo
a. Tata Panggung
Tata panggung adalah keadaan panggung yang dibutuhkan untuk para
pemain mengeksplor gerak dan laku di atas panggung. Berfungsi untuk
commit
userarena pemeranan dan permainan
membangun dan menciptakan
ruangtobagi
perpustakaan.uns.ac.id
67
digilib.uns.ac.id
pemain. Selain itu, bertujuan untuk menggambarkan dan menghidupkan
suasana latar di atas panggung agar lebih hidup dan nyata, sebab sebuah
panggung menggambarkan tempat, waktu, dan suasana terjadinya suatu
peristiwa.
Pada lakon Teroris, Gigok Anurogo sebagai sutradara membebaskan
penata artistik untuk mengeksplor kemampuannya dibidang artistik. Sistem
kerja penata artistik adalah melibatkan para kru panggung untuk sama-sama
merencanakan setting dalam pementasan Teroris dengan cara diskusi dan
bertukar pikiran satu sama lain agar para kru dan penata sama-sama belajar.
Sistem kerja tersebut tidak berjalan sesuai dengan keinginan penata artistik,
sehingga penata artistik bergerak dengan caranya sendiri yaitu menafsirkan
setting yang dipaparkan di dalam naskah dengan bekal konsep sutradara.
Berikut kutipan wawancara dengan penata artistik mengenai sistem kerja dan
penyutradaraan Gigok Anurogo.
“Sistem kerja? Sebenarya saya ingin melibatkan kru panggung yang
terlibat dalam pementasan ini untuk sama-sama merencanakan sett,
agar kami bisa sama-sama belajar. Tetapi.., ternyata, tidak berjalan
dengan baik. Dikusi-diskusi yang direncanakan tidak berjalan. Maka,
sistem kerjanya.., lalu menjadi sitem kerja yang biasa terjadi di
sebuah pementasan teater. Penata artistik merencanakan sett,
menawarkanya kepada sutradara.., ditolak, merencanakan sett lagi
sampai diterima oleh sutradara.., lalu para kru mendirikan sett sesuai
dengan yang direncanakan, dan arahan penata artistik.” (Tuwuh
Jagad, 6 Juni 2014).
Sebelum menafsirkan, penata artistik harus tahu di mana pementasan
diselenggarakan. Lakon Teroris dipentaskan di Teater Arena Taman Budaya
Jawa Tengah. Bentuk panggung Teater Arena TBJT adalah bentuk panggung
arena, di mana bentuk pentas tidak di panggung, tetapi sejajar dan dekat
commitberbentuk
to user konstruksi huruf U, arena lebih
dengan penonton. Di Teater Arena
perpustakaan.uns.ac.id
68
digilib.uns.ac.id
rendah dari penonton dan tempat duduk penonton berundak-undak. Oleh
sebab itu, tafsir penata artistik tentang setting yang akan dibangunnya harus
menyesuaikan bentuk panggung yang akan digunakan.
Setelah mengetahui bentuk panggung pertunjukan, penata artistik
menafsirkan dan merancang sebuah setting. Perencanaan setting harus
memenuhi kriteria praktis dan artistik. Sebuah setting harus mampu
mengungkapkan latar belakang situasi dramatik yang diinginkan dan
dimaksudkan sutradara. Sebuah setting harus dapat memberikan kesan
tentang waktu dan tempat kejadian yang merupakan gambaran dari perasaan
atau pun suasana. Selain itu, setting harus memberikan ruang dengan
komposisi yang tepat agar tidak mengganggu permainan pemain.
“Konsep saya? Setting yang saya buat pada lakon ini adalah..,
sebuah konstruktif yang mengaburkan suatu tempat. Biar penonton
nanti yang menjawabnya. Saya.., menciptakan setting, yang bisa
membuat penonton terteror. Visualisasi teror.., pada garis repetisi
yang disusun, kemudian.., garis-garis tersebut dipecah, tidak
teratur, membentuk keruwetan, kesemruwetan, awut-awutan...
Garis repetisi, menggambarkan ketegasan, dan kekuatan.., sesuai
dengan karakter pemain. “ (Tuwuh Jagad, 6 Juni 2014).
Pernyataan di atas merupakan pemaparan konsep penata artistik
tentang setting lakon Teroris. Penataan panggung berupa sebuah konstruktif
yang mengaburkan suatu tempat. Lakon Teroris menceritakan tentang
sekelompok teroris sehingga konsep setting yang diciptakan penata artistik
harus membuat teror pada penonton. Visualisasi teror untuk penonton terlihat
pada garis repetisi yang disusun kemudian garis-garis tersebut dipecah
membentuk sebuah kesemrawutan. Garis tegak lurus menggambarkan
ketegasan dan kekuatan sesuai dengan karakter tiap pemain pada lakon
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
69
digilib.uns.ac.id
Teroris. Sedangkan garis lintang yang memecahkan garis lurus membentuk
kesan ruwet membuat konsentrasi penonton pecah dan pemain dapat masuk
dari arah mana saja, tidak pada satu titik saja.
Tafsir setting Teroris digambarkan melalui bambu-bambu yang ditata
dan dirangkai tegak lurus menjulang tinggi tidak beraturan dan terdapat
bambu yang melintas ke samping kanan dan kiri. Terdapat tali yang
melintang di atas, menghubungkan bangunan tinggi dan salah satu bangunan
ruang. Peletakan panggung didirikan di atas sebuah level dibungkus kertas
semen berwarna coklat. Di sebelah kiri panggung belakang membentuk
sebuah jalan menuju ke atas dan beberapa anak tangga sebagai akses jalan
masuk ke ruangan. Terdapat bambu-bambu di sebelah kanan panggung
membentuk suatu ruangan sendiri. Panggung tersebut lebih tinggi satu level
dari panggung sebelah kiri. Di sebelah kiri panggung depan membentuk
sebuah bangunan bambu menjulang tinggi keatas seperti menara. Jalan
menuju menara menggunakan satu buah level sebagai jalan. Selain itu,
sebuah pertunjukan di atas panggung juga didukung oleh adanya properti
yang digunakan di atas panggung.
Properti yang digunakan berupa meja, kursi panjang, buku dan alat
tulis, peta, tas berisi bom dan karung yang berisi tumpukan bom. Properti
yang digunakan harus mempunyai fungsi dan mendukung jalannya cerita dan
permainan para pemain. Meja yang diletakan di kiri panggung samping
tangga berfungsi untuk menaruh beberapa perlengkapan seperti buku, peta
dan alat tulis. Kursi panjang dari bambu yang terletak di samping meja
digunakan pemain untuk berpindah bloking dari berdiri menjadi duduk. Peta
commit to user
70
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
digunakan untuk menyusun strategi para teroris. Buku dan alat tulis berfungsi
untuk mencatat apa saja strategi yang telah di rancang para teroris. Tas berisi
bom berfungsi untuk menyugesti penonton, bahwa bom-bom yang telah
dirakit digunakan untuk membawa bom. Karung adalah tempat menyimpan
bom-bom yang akan di lemparkan.
Background pementasan Teroris menggunakan kain berwarna hitam.
Kain hitam yang diletakkan di panggung belakang dalam pementasan adalah
untuk menutupi ruang yang tidak perlu terlihat oleh penonton. Warna hitam
dipilih karena hitam merupakan warna netral yang sering digunakan saat
pementasan teater. Selain itu, warna hitam dapat menyerap cahaya dengan
baik sehingga dapat menonjolkan pemain di tengah-tengah properti.
Konsep tersebut diterima oleh Gigok Anurogo, pemetaan Gigok
Anurogo tentang konsep tradisi terhadap setting juga ingin mengaburkan
suatu tempat dan pemain dapat muncul dari arah mana saja. Pemakaian
konstruksi bambu yang digunakan dalam pementasan Teroris memberikan
kesan sugesti kepada penonton bahwa setting yang disajikan dapat ditangkap
oleh
penonton.
Apakah
setting
tersebut
menggambarkan
ruangan
persembunyian yang berada di bawah tanah menyerupai bunker atau sebuah
markas semua diserahkan kepada tafsir masing-masing penonton. Sutradara
membebaskan penonton untuk menafsirkan sendiri apa yang divisualisasikan
di atas panggung.
Hal menarik pada perencanaan setting Teroris adalah menggunakan
konstruksi bambu yang ditata dan dirangkai sedemikian rupa agar menarik
untuk ditonton dan memberikan kesan bagi para penonton. Sejak awal setting
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
71
digilib.uns.ac.id
yang disajikan sudah menimbulkan efek teror bagi penonton, ketika Wali
naik di atas bangunan bambu menimbulkan suara-suara dari bambu dan
bambu bergerak-gerak saat dipanjat. Setting yang disajikan pada lakon
Teroris menciptakan ruang gerak dan laku para pemain, sehingga pemain
harus mampu menguasai ruangan dan harus memiliki kesadaran untuk
menempatkan dirinya (bloking).
“Harus, karena.., kita berjalan dengan tongkat konsep dari
sutradara, saya selalu ngobrol dengan sutradara sebelum saya
membuat konsep untuk perencanaan artistik. Secara tidak langsung,
saya menyamakan tafsir saya dengan sutradara.” (Tuwuh Jagad, 6
Juni 2014).
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa komunikasi merupakan salah
satu kunci sukses dalam sebuah proses. Komunikasi antara penata artistik dan
sutradara pada lakon Teroris terjalin dengan sangat baik, dengan cara diskusi
untuk mempelancar proses produksi. Ketika penata artistik menawarkan tafsir
garapnya, apabila tidak sesuai dengan konsep sutradara, sutradara berhak
untuk menolak dan keduanya saling memberikan masukan. Selanjutnya,
penata artistik merencanakan setting lagi sampai diterima oleh sutradara.
Pada lakon Teroris, penata artistik mengalami tiga kali perubahan
dalam meracang setting. Pertama, setting yang dirancang penata terlalu tinggi
dan area belakang dirasa kurang semrawut sehingga belum menciptakan efek
kacau dan ruwet. Kedua, area bermain para pemain menjadi sempit karena
setting yang disusun berlebihan. Ketiga, komposisi garis repetisi yang
disusun dan dipecah, serta ruang bermain para pemain sudah sesuai dengan
apa yang diinginkan sutradara, sehingga rencana setting ketiga yang
digunakan pada lakon Teroris. Setelah terjadi kesepakatan dengan sutradara,
commit to user
72
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penata artistik bergerak dengan kru panggung untuk mendirikan setting sesuai
dengan yang direncanakan.
Gambar 1
Lay out Tata Panggung Teroris
Sumber: Dokumentasi Teater Akar dan Tera
Gambar 2
Tata Panggung Teroris
commit
user
Sumber: Dokumentasi
Teaterto
Akar
dan Tera
73
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Tata Cahaya
Dalam sebuah pertunjukan teater, cahaya menjadi unsur artistik yang
sangat penting. Tata cahaya adalah pengaturan cahaya di panggung. Tujuan
utama tata cahaya adalah menerangi dan menyinari. Maksud dari menerangi
yaitu menggunakan lampu hanya sekedar untuk memberi terang dan
melenyapkan gelap, sedangkan menyinari menggunakan lampu untuk membuat
bagian-bagian pentas sesuai dengan keadaan dramatik lakon. Tidak hanya
sebagai penerang, lighting dapat berfungsi sebagai ilustrasi, memberi efek
alamiah sebagai penunjuk waktu, melambangkan maksud dengan memperkuat
jiwa pemain dan memberikan pengaruh psikologis kepada para pelaku di atas
panggung.
Penggunaan lighting juga diperhatikan oleh Gigok Anurogo. Untuk
menyukseskan
jalannya
pementasan,
Gigok
Anurogo
menyerahkan
sepenuhnya lighting pada penata cahaya. Disini penata lighting bekerja
mandiri, sistem kerja yang dibuatnya adalah ketika latihan, penata lighting
mengamati dan mencatat adegan dan menghasilkan tafsir lampu yang akan
digunakan kemudian direalisasikan ketika pertunjukan berlangsung. Sebelum
gladi resik penata cahaya menyerahkan lay out lighting kepada crew Taman
Budaya Jawa Tengah untuk membantu memasang kebutuhan lampu yang
digunakan pada pentas Teroris. Setelah pemasangan lampu selesai dilanjutkan
latihan gladi resik. Gigok Anurogo menerima hasil tata cahaya dari penata
cahaya. Berikut wawancara dengan penata cahaya tentang sistem kerja penata
cahaya pada lakon Teroris.
“Ya saya.., diajak Babe.., didapuk jadi penata cahaya.., ya saya kan
commit
user ada kru.., nanti paling sama kru
berdiri sendiri.., saya
tidaktoperlu
perpustakaan.uns.ac.id
74
digilib.uns.ac.id
TBS yang membantu... Ya saya, mengikuti beberapa kali latihan,
kalau sudah terbentuk blokingnya.., saya juga membaca naskahnya
juga.., terus saya buat lay out, saya serahkan ke Babe. Ya Babe,
menyerahkan sepenuhnya kepada saya... Waktu gladi bersih.., ya di
coba.” (Caroko Turah, 7 Juni 2014).
Pada lakon Teroris menggunakan dua jenis aplikasi cahaya yaitu fill
light dan key light. Fill light sering disebut cahaya general, berfungsi untuk
mengisi ruang, menerangi ruang, menciptakan ruang, dan menciptakan
suasana. Sumber cahaya dari lampu fresnel, PAR 64 dan CYC halogen dipilih
untuk aplikasi fill light. Lampu fresnel dipilih karena lampu ini mempunyai
lensa sperikel atau fresnel yang dapat memecah cahaya, sehingga
menghasilkan cahaya yang lembut dan halus tetapi dapat dipusatkan maupun
disebar. Lampu PAR 64 digunakan untuk backlight dan menciptakan suasana
secara keseluruhan dengan sapuan warna hangat dan dingin. Lampu CYC
halogen digunakan untuk „menyapu‟ setting background, digunakan sebagai
cyclorama dan menciptakan kesan kedalaman ruang. Lampu CYC halogen
dipilih karena lampu ini menghasilkan cahaya yang sangat luas. Key light
sering disebut juga cahaya spesial, digunakan untuk mencahayai area khusus
dan pemakaian yang spesial.
Pada lakon Teroris sumber cahayanya menggunakan lampu profile dan
fresnel. Lampu profile dipilih karena memiliki dua lensa plano convex dan
reflektor sperikel, sehingga karakter cahayanya dapat dibuat sangat tajam
maupun menyebar, cahaya yang dihasilkan juga dapat dibentuk menggunakan
shutter. Lampu fresnel yang biasanya digunakan untuk fill light dipilih karena
kebutuhan penyinaran pencahayaan spesial yang luas. Dengan dasar seperti
tersebut penataan cahaya untuk pentas Teroris dibuat, agar perubahan gerak
commit to user
75
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan ekspresi dapat diamati dengan baik, digunakan pula distribusi cahaya 3
dimensional, walaupun tidak sekompleks jika bermain di gedung pertunjukan
prosenium. Adapun denah lampu pada pementasan teroris adalah sebagai
berikut.
Gambar 3
Lay out lighting Teroris
Sumber: Dokumentasi Teater Akar dan Tera
Pencahayan pada pentas Teroris dengan tatanan tersebut digunakan
untuk menciptakan visibilitas, mood (atmosfer dan suasana), pemilihan dan
penekanan, dimensi, pemberian tanda, serta komposisi. Visibilitas, sering
disebut sebagai fungsi yang paling mendasar dan fundamental. Jika penonton
tidak dapat melihat para pemain dan panggung, maka apa yang dikerjakan
seluruh tim akan sia–sia. Visibilitas mempengaruhi kemampuan penonton
untuk memahami apa yang diucapkan dan terjadi di atas panggung. Hal
tersebut bukan berarti penonton harus melihat segalanya di atas panggung
commit to user
sepanjang waktu, bukan berarti memberi efek terang sehingga segalanya bisa
76
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dilihat oleh penonton, tetapi memberi penerangan tertentu pada daerah
tertentu dengan intensitas tertentu. Pada lakon Teroris, tidak semua area di
panggung memiliki derajat terang yang sama, tetapi diatur dengan tujuan dan
maksud tertentu, sehingga pesan yang disampaikan dengan laku aktor dapat
ditegaskan. Ditunjukkan pada gambar pertunjukan Teroris seperti berikut.
Gambar 4
Lighting Teroris
Sumber: Dokumentasi Teater Akar dan Tera
Gambar 5
Lighting Teroris
commit to user
77
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sumber: Dokumentasi Teater Akar dan Tera
Dari gambar di atas menunjukkan bahwa area tertentu di atas
panggung dibiarkan lebih gelap daripada area yang lainya, seperti terlihat
pada gambar (4). Hal tersebut dimaksudkan agar penonton dapat menangkap
kesan misterius, sunyi, dingin, dan penuh tekanan. Berbeda dengan gambar
(5), keseluruhan panggung diterangi dengan intensitas cahaya yang tinggi,
agar mempermudah penonton untuk memahami adegan. Karena pada adegan
ini terdapat dialog–dialog yang tinggi dan cepat, serta perubahan bloking
yang tiba–tiba. Selain itu cahaya yang terang juga dimaksud agar penonton
menangkap tingkat emosi yang tinggi dari para pemain. Mood (atmosfer dan
suasana) biasanya digunakan untuk penggambaran waktu dan tempat, tetapi
pada lakon Teroris, penggambaran waktu dan tempat sengaja dikaburkan.
Sutradara lebih menekankan teror secara visual. Penataan cahaya lebih
mengutamakan reaksi dasar psikologis penonton sehingga penonton dapat
merasakan emosi yang berbeda–beda
seperti senang, haru, sedih, marah,
commit to user
78
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
teror, tertekan dan sebagainya. Seperti ditunjukkan pada adegan Ponco dan
Fitri pada adegan berikut.
Gambar 6
Lighting Teroris
Sumber: Dokumentasi Teater Akar dan Tera
Pada adegan tersebut penataan cahaya dari lampu general diatur
dengan intensitas yang sangat rendah hanya cukup untuk membuat ekspresi
pemain terlihat oleh penonton. Play area disapu dengan warna–warna
magenta, fern green, deep amber, daylight blue, dan deep blue dengan
intensitas yang berbeda-beda. Warna-warna tersebut menghasilkan semburat
warna dark pink di sekitar pemain. Tujuanya agar kesan romantis dan penuh
kekaguman ditangkap oleh penonton. Selain itu, pada adegan Fitri ketika
merenungi tertangkapnya Ponco. Pada adegan tersebut menggambarkan Fitri
sedang membayangkan penderitaan dan kepedihan Ponco di dalam penjara.
Sutradara menginginkan adegan itu menjadi miris, sepi dan dingin. Penata
cahaya merespon permintaan sutradara dengan tidak memberikan cahaya
khusus apa pun kepada tokoh Fitri. Ditunjukkan pada adegan berikut.
commit to user
79
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 7
Lighting Teroris
Sumber: Dokumentasi Teater Akar dan Tera
Pada adegan tersebut, Fitri hanya mendapat pencahayaan dari sebaran
cahaya disekitarnya, sebaran cahaya tersebut juga menghasilkan banyak
bayang–bayang setting panggung yang jatuh di atas tubuh Fitri. Bayang–
bayang yang hadir dalam adegan tersebut juga merupakan interpretasi penata
cahaya atas permintaan sutradara, yaitu menggambarkan suasana dingin sepi
dan miris.
Pemilihan dan penekanan adegan juga dilakukan dalam pementasan
Teroris. Seperti pada televisi dan film, bedanya adalah pemilihan adegan
pada televisi dan film menggunakan kamera sedangkan pada pementasan
Teroris menggunakan cahaya. Penonton dapat melihat keseluruhan
panggung, cahaya dibutuhkan untuk memberikan fokus perhatian pada area
tertentu. Hal seperti itu tidak hanya berpengaruh kepada penonton, tetapi juga
commit to user
80
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terhadap pemain. Pemilihan dengan menggunakan cahaya digunakan juga
sebagai pembatas play area pemain, sehingga bloking pemain menjadi lebih
padat dan terpusat. Hal ini disebabkan karena kecenderungan mata manusia
akan otomatis melihat objek yang lebih terang. Lay out lampu yang berfungsi
sebagai pemilihan adegan dan area dapat seperti berikut.
Gambar 8
Lay out lighting Teroris
Sumber: Dokumentasi Teater Akar dan Tera
Gambar 9
Lighting Teroris
Sumber: Dokumentasi Teater Akar dan Tera
Terlihat pada adegan tersebut lampu hanya mencahayai area panggung
commit to
user
sebelah kiri, sisi panggung tersebut
digunakan
untuk adegan penjara. Tidak
perpustakaan.uns.ac.id
81
digilib.uns.ac.id
hanya menerangi penonton, cahaya pada pementasan Teroris juga diarahkan
ke setting panggung. Tujuannya adalah untuk menciptakan dimensi ruang.
Menggunakan lampu Cyc halogen yang area sebaranya luas. Selain itu, pada
lakon Teroris cahaya juga berfungsi sebagai pemberi tanda, seperti
pergantiam adegan, pergantian tempat, dan penanda mulai dan berakhirnya
pementasan.
c. Tata Musik
Musik merupakan salah satu elemen pendukung pementasan yang
juga bersifat vital. Musik sebagai pengiring yang menjadi bagian dari lakon.
Musik berfungsi memberikan ilustrasi, memberikan latar belakang karakter
dari lakon yang diangkat, memberikan tekanan kepada nada dasar drama, dan
memberi warna psikologis terhadap adegan yang diiringi sebagai efek suara
yang diperlukan lakon.
Pada lakon Teroris,
Gigok Anurogo menerapkan hal yang sama
kepada seluruh kerabat kerja atau tim penata untuk membebaskan kreatifitas
dan mengeksplor kemampuan para penata. Sistem kerja penata musik adalah
melibatkan para tim musik untuk sama-sama merencanakan musik dalam
pementasan Teroris dengan cara diskusi dan bertukar pikiran satu sama lain.
Penata musik membebaskan player musik untuk bereksperimen dan
mengeksplor kemampuannya, meski begitu penata musik tetap memberikan
arahan kepada player musik. Penata musik memberikan konsep musik yang
akan digunakan dalam lakon Teroris, kemudian para tim musik mengeksekusi
bersama dengan cara menciptakan arasement bersama. Berikut bukti
wawancara dengan penata musik tetang sistem kerja penata musik.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
82
digilib.uns.ac.id
“Ya mungkin, sistemnya Babe sama.., sebagai sutradara, dia
membebaskan kami, untuk mengeksplor kemampuan kami masingmasing. Dia tidak membatasi kreatifitas kami. Semua.., diserahkan
kepada kami.., hanya, Babe memberikan poin-poin, yang kemudian
kami kembangkan. Ya sistem kerja saya.., saya tidak berkerja
sendiri.., bersama teman-teman musik, kami saling diskusi, dan
mengerjakannya bersama.., tapi juga tidak lepas dari arahan saya..,
dan saya, tidak lepas dari arahan sutradara.” (Respati Galang, 6
Juni 2014).
Lakon Teroris menceritakan sekolompok organisasi yang membentuk
suatu misi perjuangan revolusi untuk masa depan. Di mana mereka sebagai
simbol perwakilan masyarakat kelompok yang tidak memiliki kekuasaan dan
ingin merdeka. Dengan cara mereka, mereka memperjuangkan idealismenya
dalam menentukan perubahan di negeri ini. Disela-sela perjuangan mereka,
muncul sisi kehidupan manusiawi, seperti: peduli dengan sesama, percintaan
dan kebutuhan biologis manusia. Dengan
demikian setiap adegan
memberikan suasana khusus, musikalitas yang dibangun harus sesuai dengan
suasana adegan untuk membantu menghidupkan suasana adegan dan lakon.
Hal tersebut dilakukan, agar penonton mempunyai greget dan sesuatu
tersendiri dalam mencerminkan adegan yang dimainkan peraga. Musikalitas
yang dipilih harus membangun suasana tegang, sedih dan romantis.
Terdapat dua jenis musik menurut Hasanudin (2009: 196) yaitu musik
langsung, yang dimainkan secara langsung pada saat pementasan, dan musik
rekaman, yaitu musik yang bersumber dari rekaman di atas pita kaset.
“Pada setiap proses teater, saya lebih suka menggunakan live
musik.., tapi karena ini ada kebutuhan untuk efek suara bom, saya
menggunakan musik rekaman juga.” (Respati Galang, 6 Juni 2014).
Pernyataan di atas menunjukkan, bahwa penata musik memilih
menggunakan musik langsung dan musik rekaman. Alat musik yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
83
digilib.uns.ac.id
digunakan antara lain: gitar, bass, flute, saxophone, biola, rebab, cuk, bedug,
tamborin rebana, uddu. Total player musik ada 10 orang dan satu vokalis
perempuan. Sedangkan musik rekaman untuk kebutuhan mixxing suara bom.
Musik ilustrasi menggunakan irama melayu yang dipadukan dengan irama
jawa. Berikut pemaparan tentang musikalitas pada lakon Teroris.
Pertama, ketika penonton masuk di Teater Arena untuk menonton
pertunjukan, para penonton disambut oleh lagu sebagai thema song lakon
Teroris. Musik terus mengalun berulang-ulang sampai penonton penuh dan
pertunjukan dibuka. Pada saat pembawa acara membuka acara pementasan,
musik mengalun pelan (fade out) kemudian kembali keras (fade ini) saat
pertunjukan dimulai. Vokal, gitar, bass, flute, saxophone, biola, rebab, cuk,
bedug, tamborin rebana, uddu berpadu menjadi satu harmoni yang apik
sebagai pembuka dan intro pertunjukan. Tujuan disajikannya lagu pembuka
untuk menarik perhatian penonton dan membuat penonton menjadi penasaran
dengan cerita yang akan diusung. Lirik lagu pembuka sebagai berikut.
Ketika terjadi pemberontakan
Semua banyak yang menjadi korban
Tumpah darah ...
Air mata..
Tak bisa di elakkan....
Adegan yang diiringi adalah adegan intro yaitu muncul tokoh Wali
sedang berlari dikejar-kejar para centeng residen. Wali berlari di atas menara
kemudian mengumpat dan kencing membasahi wajah centeng residen.
Berikut penggalan dialog improve yang diiringi musik.
WALI
“Hahahaha... hahahahhaha...... dasar bodoh.... residen keparat...
kulit babi.. penghisap darah rakyat.. bangsat.... sampah... penghisap
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
84
digilib.uns.ac.id
darah rakyat... membuat rakyat sengsara.... bangsat.... begundalbegundal kolonial.... hahahahaha.....”
CENTENG RESIDEN
“Heh... kurang ajar... dasar ekstrimis cepat turun... godverdhom
secht!”
Ketika Wali berdialog suara musik mulai turun atau mengecil ketika
mengiringi adegan yang disajikan (fade out), berfungsi agar penonton dengan
jelas mendengar dialog pemain. Di sisi lain tokoh Darmo, Sutris dan Fitri
mengintai dan mengamati keadaan dari dalam markas.
Ketika Wali tertangkap dan dimasukan ke dalam penjara, musik fade
in. Semua alat musik yang digunakan dan vokal perempuan bermain
membangun suasana tegang dan miris sesuai dengan lirik lagu dan visualisasi
yang ditujukkan di panggung.
Kedua, ketika para teroris berunding di tengah sedang merencanakan
dan menyusun strategi untuk melancarkan aksi pelemparan bom. Darmo,
pemimpin pada kelompok tersebut menyusun strategi dan merencanakan aksi
pelemparan bom. Berikut penggalan dialog yang diiringi musik suasana:
DARMO
Bagus, terima kasih. Kita mulai saja, saudara-saudara. Ponco kau
angkut peralatanmu. Juga kau, sutris. Wali, tiap satu jam, setelah
pukul 10 pagi besok, kau beri laporan padaku. Kau akan menjadi
tangga komunikasi antara rekan-rekan kita di lapangan denganku di
sini.
(Memandang Semua)
Ada yang tak jelas?
(Pause)
Laksanakan! (Radhar Panca Dahana, 2010:13).
SEMUA BERGERAK. PONCO DAN SUTRIS
BERPANDANGAN.
WALI (Menghampiri ponco)
Kau akan berhasil, Bung. (Radhar Panca Dahana, 2010:13).
commit to user
85
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(MENGHAMPIRI SUTRIS, MENEPUK PUNGGUNGNYA)
PONCO
Selamat tinggal, saudaraku. Selamat berpisah, fitri. (Radhar Panca
Dahana, 2010:13).
FITRI (Terisak)
Tidak, ponco. Kau salah kata. Seharusnya, sampai kita berjumpa
lagi. (Radhar Panca Dahana, 2010:13).
PONCO (Tersenyum Kecut)
Merdeka!
(Radhar
Panca
Dahana,
2010:13).
SUTRIS
Merdeka! (Radhar Panca Dahana, 2010:13).
SEMUA
Merdeka!!
(Radhar Panca Dahana, 2010:13).
Dialog di atas diiringi oleh musik perkusi. Perpaduan vokal dan alat
musik bedug, tamborin, rebana dan uddu kemudian alat musik lainnya (bass,
flute, saxophone, biola, rebab, cuk) juga mengiringi adegan tersebut menjadi
satu kesatuan yang harmonis. Musik menggambarkan suasana kencang
membangun semangat para pejuang untuk melakukan sebuah revolusi. Musik
semakin keras (fade in) sampai lampu fade out. Selain pada adegan ini, musik
dengan komposisi yang sama juga mengiringi adegan ending ketika Fitri
berpamitan untuk melemparkan bom.
Ketiga, ketika Darmo dan Fitri sedang memantau aksi pelemparan
bom dari dalam markas. Berikut dialog yang diiringi musik suasana:
DARMO
Mereka sudah di tempatnya masing-masing. Wali sudah
menyalakan rokok pertanda semuanya sudah siap.
(Melihat Arlojinya)
Tidak beberapa lama lagi. Dan Residen itu akan menemui ajalnya.
(Radhar Panca Dahana, 2010:13).
commit LAGI.
to user
MELIHAT ARLOJINYA
86
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
FITRI
Suara kereta itu! (Radhar Panca Dahana, 2010:15).
DARMO
Aku mendengarnya. Ia sudah datang.
(Melongok Jendela)
Wali sudah menyalakan rokoknya lagi.
(Suara Kereta Bertambah Dekat)
Kuharap ponco siap.
(Radhar Panca Dahana, 2010:15).
FITRI
Ia sangat siap. (Radhar Panca Dahana, 2010:15).
DARMO (Melihat Arloji)
Beberapa saat lagi.
(Menunggu. Beberapa Saat)
Mestinya ponco telah melempar bom itu.
(Berulang Kali Menengok Jendela)
Kemana wali? Mana sutris? Aku tak melihat mereka. (Radhar
Panca Dahana, 2010:15).
FITRI
Apa yang terjadi?
(Gelisah Sekali)
Ponco mesti telah tertangkap. Ya, pasti ponco tertangkap.
(Mulai Terisak. Memeluk darmo)
Apa yang mesti kita perbuat, Dar. (Radhar Panca Dahana,
2010:15).
Iringan musik pada adegan tersebut merupakan perpaduan bedug,
tamborin, rebana, dan uddu membangun suasana tegang dan gelisah ditambah
perpaduan gitar, biola, bass, flute, saxophone, biola, dan cuk dengan suara
yang pelan sebagai dinamika musik. Musik mengiringi ketika dialog tersebut
sebagai backsound untuk membangun suasana tegang dan gelisah.
Mendukung pemain agar lebih bisa menghayati peran yang dibawakan dan
bertujuan agar penonton dapat merasakan suasana tegang dan gelisah yang
divisualisasikan di atas panggung.
commit to user
87
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keempat, ketika Ponco menceritakan bahwa ia sudah mempersiapkan
dirinya untuk melaksanakan aksi pelemparan bom. Ketika Ponco mendengar
suara kereta kuda hanya perasaan bahagia yang dirasakan Ponco. Dia tidak
sabar untuk melancarkan aksinya dan yakin bahwa tidak akan meleset ketika
melemparkan bom, tetapi ketika Ponco melihat dua anak kecil yang duduk di
samping residen, dia tidak tega untuk melemparkan bom, ia teringat pada dua
adiknya. Berikut dialog yang diiringi musik suasana:
PONCO (Menghempas Nafas)
Berbulan-bulan sudah kusiapkan diriku untuk kesempatan seperti
ini. Bahwa aku tidak mau mati sebelum aku dapat berbuat. Apa
pun. Sama sekali kupahami apa arti kepengecutan dan segala
macam kebrengsekan moral seperti yang kau katakan, Wali. Ketika
kudengar suara roda kereta itu, hanya perasaan bahagia yang
kurasakan. Darahku menggelegak, tangan dan jemariku bergetar.
Seakan ada kekuatan lain menyelusup membangkitkan gairahku.
Aku akan lemparkan bom itu tepat, tak seinci pun meleset dari
sasaran. Tapi...
(Mendengus)
bocah itu bermata bening. Lewat di depanku dengan pandangannya
yang kosong. Tangannya yang mungil berpegang erat kisi andong.
(Memandang Darmo)
Aku punya dua adik yang kulepas di hutan untuk cari makan
sendiri. Aku suka hidup yang keras karena ia indah. Tapi aku
paling takut menerjang anak kecil jika aku sedang ngebut dengan
kuda kesayanganku.
(Radhar Panca Dahana, 2010:17).
Iringan musik pada adegan tersebut merupakan perpaduan semua alat
musik gitar, biola, bass, flute, saxophone, biola, cuk, bedug, tamborin, rebana,
dan uddu membangun suasana satir dan haru. menunjukkan sisi kemanusian
Ponco terhadap sesama. Musik mengiringi ketika dialog tersebut sebagai
backsound untuk membangun suasana satir dan haru. Mendukung pemain
untuk mengekspresikan mimik wajahnya ketika menceritakan kejadian yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
88
digilib.uns.ac.id
dialaminya, bertujuan agar penonton dapat membayangkan kejadian yang
dialami tokoh yang divisualisasikan di atas panggung.
Kelima, ketika Wali menceritakan tentang kehidupannya. Bahwa ia
satutahun tinggal di hutan, jika tidak ada tumbuhan dan hewan untuk
dimakan, ia akan rela membunuh temannya sendiri untuk bertahan hidup.
Berikut dialog yang diiringi musik suasana:
WALI
Satu tahun aku terdampar di hutan. Di mana tak satu pun tumbuhan
yang dapat dimakan. Tak satu pun. Dan aku akan membunuh
temanku sendiri, agar puluhan yang lainnya dapat mengumpani
usus mereka yang menjerit. Agar puluhan orang bisa bertahan
hidup. (Radhar Panca Dahana, 2010:20).
Iringan musik pada adegan tersebut adalah perpaduan semua alat
musik gitar, biola, bass, flute, saxophone, biola, cuk, bedug, tamborin, rebana,
dan uddu untuk membangun suasana miris dan tragis. Musik mengiringi
ketika dialog tersebut sebagai backsound untuk membangun suasana miris
dan tragis. Musik tersebut mendukung pemain untuk mengekspresikan mimik
dan gestur ketika menceritakan masa lalunya. Hal tersebut menunjukkan agar
penonton dapat merasakan apa yang dirasakan tokoh yang divisualisasikan di
atas panggung, yaitu demi untuk bertahan hidup rela membunuh temannya
sendiri. Penonton dapat merasakan betapa mirisnya masa lalu yang dialami
Wali.
Keenam, ketika Ponco dan Sutris berpamitan kepada teman-temannya
untuk melaksanakan aksi pelemparan bom. Setelah Darmo mengomandokan
anggota untuk bubar, pada saat itu musik mulai fade in sampai lampu fade out
musik kencang kemudian lambat laun fade out. Iringan musik berupa
commit
to user
perpaduan vokal dan alat musik
bedug,
tamborin, rebana dan uddu kemudian
89
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
alat musik lainnya (bass, flute, saxophone, biola, rebab, cuk) juga mengiringi
adegan
tersebut
menjadi
satu
kesatuan
yang
harmonis.
Musik
menggambarkan suasana kencang membangun semangat para pejuang untuk
melakukan sebuah revolusi, bertujuan agar penonton dapat merasakan
suasana yang divisualisasikan di atas panggung.
Ketujuh, ketika Fitri diam-diam kagum kepada Wali, kemudian terjadi
adegan romantisme di antara Wali dan Fitri. Berikut dialog yang diiringi
musik suasana:
WALI
(Menghempas Tubuh. Merobek Bajunya Sendiri. Balur-Balur
Cambuk Masih Merah Di Sekujur Kulitnya).
Ini Wali. Ini Wali. Ini aku.
(Antara Tertawa, Marah, Dendam, Menangis)
Bekas tahanan. Pembenci manusia. Dengan dendam, dengan luka
hati yang tak tersembuhkan.
(Seperti Tersihir Fitri Mendekatinya)
Buat apa aku diperdulikan? Bukan bagianmu, wanita. Bukan.
(Fitri Menggenggam Tangan Wali)
Kau sentuh kulit sampah, wanita. Kulit yang seharusnya terbakar
bersama mesiu di tubuh Residen itu. Aku bilang, aku menolakmu
Fitri. Aku menolak, karena kau seorang wanita!
(Radhar Panca Dahana, 2010:34).
Iringan musik pada adegan tersebut berupa perpaduan vokal dan
semua alat musik yang digunakan yaitu flute, saxophone, biola, bass, rebab,
cuk bedug, tamborin, rebana dan uddu juga mengiringi adegan tersebut
menjadi
satu
kesatuan
yang harmonis.
Mendukung pemain
untuk
mengekspresikan mimik dan gestur pemain. Musik menggambarkan suasana
romantis dan intim, bertujuan agar penonton dapat merasakan suasana yang
divisualisasikan di atas panggung.
Kedelapan, bunyi suara pertanda bom akan meledak kemudian
commit
to user dari ketukan tangan salah satu
meledak. Suara pertanda bom
dihasilkan
perpustakaan.uns.ac.id
90
digilib.uns.ac.id
player pada tempat duduk di Teater Arena yang terbuat dari kayu dengan
cepat. Suara tersebut menghasilkan suara seperti suara detik jam sebagai
pertanda bom akan meledak, sedangkan suara bom berasal dari hasil rekaman
mixxing suara bom.
Penggunaan musik sebagai bunyi bom terdapat pada adegan tiga pada
saat Ponco melemparkan bom dan adegan terakhir yaitu ketika Fitri yang
melemparkan bom. Untuk suara peledakan bom, sutradara menginginkan
memakai suara bom asli yaitu memakai bahan kembang api tetapi tidak
memungkinkan pada saat pementasan berlangsung. Beberapa kali dicoba saat
latihan tetapi sutradara sangsi untuk menggunakan kembang api, oleh sebab
itu sutradara menerima tafsir penata musik menggunakan suara mixxing bom.
Jika memakai kembang api asli bertujuan agar penonton benar-benar
merasakan puncak teror disajikan. Tetapi dengan memakai rekaman suara
bom, penonton juga dapat merasakan efek dari suara bom tersebut.
Kesembilan, ketika adegan Nyai dengan Ponco. Nyai tiba-tiba teringat
dengan suaminya. Ia merasa bahwa Ponco seperti suaminya. Secara
psikologis Nyai kagum dengan Ponco, sikap dan cara Ponco mirip dengan
suaminya. Berikut penggalan dialog yang diiringi musik suasana:
NYAI
Kenapa? Aku tidak tahu, sekonyong aku merasa kehadiran suamiku
di ruangan ini. Adakah kau kau masih menyimpan sedikit darah
suamiku. Mungkin di lengan bajumu, atau di ujung cahaya
matamu. (Radhar Panca Dahana, 2010:40).
PONCO
Aku tahu, besok aku akan menjalani hukuman tembak mati. Saat
yang memang kutunggu sebenarnya. Karena dengan itu lengkap
sudah, apa yang bisa kuberikan pada revolusi ini. Aku merasa
bahagia. Perjalanan waktu menuju hukuman itu terasa abadi
commit
to user
untukku. Aku seperti
melihat
jelas diriku sendiri. Aku ada. Karena
perpustakaan.uns.ac.id
91
digilib.uns.ac.id
ada sesuatu yang besar meluap dari ruang di ubun-ubunku, ruang di
bathin, dan ruang yang diisi seluruh tubuhku. Tapi untuk itu aku
harus sendiri. Aku tidak membutuhkan siapa pun. Tidak juga kau.
Barangkali tidak juga teman-teman seperjuanganku. Aku memang
mencintai mereka. Seluruh semangatku seakan masih
bergentayangan di antara kawan-kawanku, di dalam rumah kecil di
mana kami memulai perjuangan. Dan kehadiranmu di sini
membuat aku merasa berkhianat pada mereka. (Radhar Panca
Dahana, 2010:40).
NYAI
Aku melihat sesuatu yang hidup. Meletup-letup. Aku melihat darah
suamiku di situ. Aku seperti dibangkitkan. Suara itu, suaramu itu,
anak muda. Mirip sekali suara suamiku jika ia sedang marah,
melihat petani yang terlalu miskin dan tak berpendidikan. (Radhar
Panca Dahana, 2010:41).
PONCO
Tak ada kata-kata lagi yang dapat kudengar. Aku merasa hilang.
Aku lenyap. Tapi ada. Aku ditelan oleh ruang ini, oleh penantian
abadi ini. Atau akulah yang menelan semuanya, (Radhar Panca
Dahana, 2010:41).
NYAI
Suara itu, ya suara itu, milik suamiku. Juga matamu, gerak kecil
tanganmu. Tarikan bibirmu. Tubuhmu. Rambutmu, lubang
hidungmu...
(Mendekat)
Aku melihat suamiku hidup kembali. (Radhar Panca Dahana,
2010:41).
PONCO
Seluruh inderaku mati. Mendengar dan merasa aku tak bisa.
Tubuhku membesar. Ooh...membesar. Ruangan ini menjadi sempit.
Kulit-kulitku menyentuh semua ruangan ini. Aku harus berkata,
ruang ini sudah jadi tenggorokan nafasku. Dan kau perempuan,
seperti duri ikan yang menyangkut di dalamnya. (Radhar Panca
Dahana, 2010:41).
NYAI (Tersenyum)
Darahku bergolak. Semangatku menggelegak. Jangan-jangan aku
sudah tak ada lagi di dunia. Ini seperti surga. Atau neraka?
Persetan!
(Membelai Ponco)
Aku tak mau kembali. Aku tak mau pergi dari sini. Di luar sana
terlalu banyak masalah. Biarlah aku di sini, walau aku harus jadi
masalah, jadi duri di tenggorokanmu. Biarkan aku hadir
commit to user
92
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bersamamu, suamiku. Biarkan aku ada. (Radhar Panca Dahana,
2010:41).
PONCO (Memejamkan Mata)
Tubuhku kian besar saja. Aku tak mampu menahannya. Ia
mengambil ruang di luar penjara ini. Membesar terus. Mengisi
segala ruang. Membuat padat udara seluruh negeri. Aku melihat
diriku menjadi negeri. Kebebasan...Adakah itu kemerdekaan
bangsaku? Adakah kulihat kebebasan bagi Indonesia? Oh...
(Dibelai-Belai Nyai)
Rasanya sesak dan lapang. Rasanya aku penuh dan kosong. Penuh
dan kosong...kosong. (Radhar Panca Dahana, 2010:41).
NYAI
Suamiku...suamiku... (Radhar Panca Dahana, 2010:41).
Iringan musik pada adegan tersebut berupa perpaduan vokal dan
semua alat musik yang digunakan yaitu flute, saxophone, biola, bass, rebab,
cuk bedug, tamborin, rebana dan uddu juga mengiringi adegan tersebut
menjadi satu kesatuan yang harmonis. Musik mengalun terus sebagai
backsound adegan tersebut. Mendukung pemain untuk mengekspresikan
mimik dan gestur pemain. Musik menggambarkan suasana romantis dan
intim,
bertujuan
agar
penonton
dapat
merasakan
suasana
yang
divisualisasikan di atas panggung. Musik terus mengalun kemudian fade out
sampai lampu juga fade out.
d. Tata Rias dan Kostum
Elemen pendukung sebuah pementasan teater yang tidak kalah penting
adalah rias dan kostum. Tata rias dan kostum membantu pemain untuk
menghidupkan peran dan karakter sesuai dengan tuntutan lakon. Tata rias
merupakan seni menggunakan bahan kosmetik untuk menciptakan wajah
peran sesuai dengan peran yang dibawakan. Tata rias berfungsi untuk
memberikan tekanan terhadap perannya. Tidak sekedar mempercantik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
93
digilib.uns.ac.id
pemeranan, juru rias harus mampu menyulap peraga menjadi tokoh yang ada
di dalam lakon tersebut, sesuai dan cocok dengan karakter yang dituntut oleh
peraga dalam pementasan. Istilah tersebut sering disebut make-up karakter.
Tata kostum dalam sebuah pertunjukan teater membantu dalam
perwatakan, latar sosial dan kejadian. Sama dengan make-up yang digunakan
pemain, kostum yang dikenakan pemain harus sesuai dengan karakter yang
dibawakan. Selain itu, kostum berfungsi untuk memberikan fasilitas dan
membantu gerak pelaku agar kostum yang dikenakan tidak membatasi gerak
pemain.
Secara keseluruhan tujuan pemberian make-up karakter dan kostum
adalah membantu mengidentifikasi periode saat lakon dilaksanakan
berdasarkan kesesuaian tema, karakter, aksi di atas panggung, serta
menunjukkan asal usul dan status sosial. Penegasan karakter pemain
divisualisasikan melalui make-up karakter dan kostum yang dikenakan
pemain dapat menggiring penonton untuk mengerti peran dan karakter apa
yang sedang dibawakan para peraga.
Gigok Anurogo memberi kepercayaan penuh kepada penata kostum
untuk menata kostum seperti apa yang akan dikenakan para pemain ketika
pentas. Lakon Teroris mengacu pada drama realis, di mana menyajikan
gagasan untuk menampilkan suatu bagian kehidupan, sehingga secara teknis
pementasan di atas panggung menggambarkan kehidupan sehari-hari
termasuk kostum dan make-up harus berkorespondensi dengan realita.
Sistem kerja penata kostum, ia sebagai penafsir kedua membuat
desain menurut tafsir penata. Selanjutnya penata mempresentasikan tafsirnya
commit to user
94
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kepada sutradara. Ketika diskusi berlangsung, sutradara memberi masukan
kepada penata dan perlu ada perbaikan di beberapa bagian. Oleh sebab itu,
penata menafsir ulang desain sesuai dengan instruksi sutradara. Berikut
wawancara dengan penata kostum dan make-up.
“Ya selanjutnya, saya merancang kostum sesuai dengan tafsir saya.
Eee.., pertama saya menyerahkan desain kostum, tapi pas
pertama.., ee.., Pak Gigok menyarankan, jika kostumnya realis dan
simpel.., seperti film Naga Bonar, kemudian.., saya sesuaikan lagi,
sama diberi pengarahan sama Pak Gigok.., yang kedua ini, desain
saya disetujui.” (Migi Pitaloka, 6 Juni 2014).
Pernayataan
di
atas
menunjukkan,
bahwa
Gigok
Anurogo
menginginkan kostum yang realis dan simpel, memberi referensi kostum
seperti pada penataan kostum film Naga Bonar atau film-film lama yang
bertema perjuangan. Warna dan model kostum menyesuaikan dengan latar
belakang waktu yang ada dalam naskah. Setelah melakukan revisi penata
kostum mempresentasikan kostum yang akan digunakan. Sutradara menerima
desain kedua dari penata kostum.
“Ya saya mencari kostum, sistem pencarian saya, saya tidak yang
mencarikan sepenuhnya sendiri, begitu tidak...saya minta kepada
teman-teman, untuk bekerja sama dengan saya. Apabila mereka
mempunyai baju yang digunakan, ya mohon dibawa.., itu buat
pemain. Jika yang lain punya, juga tidak apa-apa.., misal benarbenar tidak ada yang punya, dan yang perlu dibeli, nanti baru
dicarikan. Kemudian pas latihan dipakai, disitu.., nanti Pak Gigok
memberikan saran atau masukan, begitu.” (Migi Pitaloka, 6 Juni
2014).
Kutipan di atas menunjukkan, bahwa hal selanjutnya yang dilakukan
penata kostum adalah berdiskusi dengan para pemain, jika ada yang memiliki
baju sesuai dengan kostum yang dibutuhkan, penata kostum meminta pemain
untuk membawa pada saat latihan. Jika sutradara merasa cocok dan menerima
commitpiñata
to userkostum meminjam baju tersebut
kostum yang dikenakan pemain,
95
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagai kostum pada saat pentas. Jika masih ada yang kurang atau tidak ada
yang punya, piñata kostum mencari di persewaan kostum atau membeli. Pada
kenyataannya kostum pada lakon Teroris didapat dari milik pribadi pemain,
membeli di pasar Gading, toko baju bekas di Gading, dan menyewa kostum.
Selain kostum, penata kostum juga membuat hand properti pemain yaitu tas
untuk membawa bom.
Make-up karakter untuk pemain, sutradara memberikan pengarahan
make-up realis sesuai dengan karakter yang dibawakan peraga. Maksudnya
Gigok Anurogo tidak merubah wajah tiap pemain, sutradara hanya memberi
pengarahan untuk mempertegas karakter dari masing-masing pemain. Oleh
sebab itu, make-up yang digunakan tidak berlebihan tetapi bertujuan untuk
lebih mempertegas pembawaan pemain.
Merias wajah pemain dilakukan sebelum pementasan dimulai. Penata
make-up dan beberapa kru membantu merias pemain sesuai dengan instruksi
sutradara kemudian dipresentasikan kepada sutradara. Jika sutradara merasa
cocok dengan make-up yang digunakan itu berarti make-up sudah selesai. Jika
masih ada yang kurang, sutradara memberikan masukan kepada perias. Alat
dan kebutuhan make-up yang digunakan menggunakan inventaris kelompok
dan milik pribadi beberapa pemain atau kru, di antaranya: tissue basah, tissue
kering, latex, pewarna makanan berwarna merah, liquid foundation, bedak
tabur, bedak padat, eye shadow, blus on, pensil alis, lipstik, dan pidih. Dari
penjelasan di atas, berikut deskripsi kostum dan rias yang digunakan pemain
pada lakon Teroris:
commit to user
96
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Ponco
Pada lakon Teroris, Ponco merupakan seorang penyair muda berusia
24 tahun. Karakter Ponco yaitu berani, teguh dengan prinsipnya, sisi
humanismenya tinggi, dan tebal retorikanya. Tim rias merias wajah peraga
menjadi Ponco dengan mempertebal alis, kumis dan jenggot peraga. Hal
tersebut dilakukan untuk mempertegas karakter yang dibawakan pemain
sebagai Ponco.
Langkah pertama yang dilakukan kru make-up adalah membersikan
wajah dengan tissue basah. Membersihkan wajah menggunakan tissue basah
dilakukan agar lebih praktis dari pada menggunakan kapas dan tonner. Wajah
yang sudah bersih dan kering diolesi dengan liquid foundation nomor 6 sesuai
dengan warna kulit yaitu sawo matang. Penggunaan liquid foundation harus
merata di wajah, leher dan telinga, agar kulit tidak terlihat belang atau
berbeda.
Setelah
rata
memakai
liquid
foundation,
wajah
dipoles
menggunakan bedak tabur kemudian dilanjut menggunakan bedak padat.
Untuk mempertegas karakter Ponco, langkah selanjutnya adalah memberi
warna hitam di kelopak mata bawah, mempertebal alis dan jenggot peraga
menggunakan pensil alis.
Hal selanjutnya adalah memakai blush on merah tipis, pidih hitam
tipis pada garis jambang, tulang hidung dan seluruh wajah namun dengan
kadar tipis. Terakhir pada bagian bibir diberi lipstik warna bibir dan
menggunakan pensil alis untuk membentuk garis bibir. Karakter tegas dan
berani terpancar dari sorot mata dan wajah Ponco.
commit to user
97
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 10
Tata rias Ponco
Sumber: Dokumentasi Teater Akar dan Tera
Selain make-up karakter digunakan juga make-up fantasi pada tokoh
Wali dibagian lengan, dada dan punggung untuk menunjukkan efek luka
karena terkena bom. Langkah membuat luka adalah tissue kering dibentuk
kepalan atau bulat kemudian di letakan pada bagian yang ingin diberikan efek
luka, ditutup dengan tissue kering lainnya dengan menggunakan latek, setelah
ditutup kemudian latek diratakan pada pola luka tersebut kemudian ditunggu
kering, setelah kering efek luka tersebut disobek kemudian diberi eye shadow
warna merah dan ungu. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan kesan luka
terbakar karena terkena bom. Selain itu, efek memar-memar hanya
menggunakan latek yang dituangkan dibeberapa bagian kemudian ditunggu
kering dan dikupas tidak rata dan diberi eye shadow warna merah dan ungu.
commit to user
98
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 11
Efek luka Ponco
Sumber: Dokumentasi Teater Akar dan Tera
Pada lakon Teroris, gaya berpakaian Ponco berpedoman pada gaya
berpakaian penyair tahun 40-an. Pada tahun 40-an gaya penyair di Indonesia
kebanyakan memakai topi dan kemeja gombor dengan kancing dibuka. Oleh
sebab itu, untuk menunjukkan status sosial Ponco sebagai seorang penyair,
kostum yang digunakan Ponco adalah kemeja kotak-kotak gombrong lengan
panjang, celana halus, sepatu boot, jam tangan, dan topi lapangan. Memakai
sepatu boots karena Ponco bertugas sebagai pelempar bom itu berarti
menggambarkan Ponco berkerja di lapangan oleh sebab itu untuk
menompang hal tersebut sepatu yang dipilih sebagai alas kaki adalah sepatu
boots warna hitam. Kemeja kotak-kotak biru, topi lapangan hitam, dan celana
berwarna cream bertujuan untuk mengindividualisasikan peranan, agar
kostum yang digunakan dapat membedakan seorang pemain dengan pemain
lainnya. Ketika di penjara kostum Ponco berganti hanya memakai celana
warna cream seperti kostum sebelumnya dengan di lumuri efek darah dari
commit to user
99
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pewarna makanan berwarna merah. Telanjang dada dan tanpa alas kaki.
Bertujuan agar penonton mengetahui bahwa Ponco berada di dalam\ penjara
karena telah melemparkan bom dan terkena luka bakar akibat pelemparan
bom tersebut
Gambar 12
Sketsa kostum dan kostum Ponco
Sumber: Dokumentasi Teater Akar dan Tera
2) Wali
Pada lakon Teroris, Wali merupakan seorang pejuang berusia 30
tahun. Karakter Wali yaitu tegas, keras, pembrontak, dan sentimentil. Tim
rias merias wajah peraga menjadi Wali dengan mempertebal alis, kumis dan
jenggot peraga. Hal tersebut dilakukan untuk mempertegas karakter yang
dibawakan pemain sebagai Wali. Langkah pertama yang dilakukan kru makeup adalah membersikan wajah dengan tissue basah. Wajah yang sudah bersih
dan kering diolesi dengan liquid foundation nomor 6 sesuai dengan warna
commit to user
kulit yaitu sawo matang. Penggunaan liquid foundation harus merata di
100
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
wajah, leher dan telinga, agar kulit tidak terlihat belang atau berbeda. Setelah
rata memakai liquid foundation, wajah dipoles menggunakan bedak tabur
kemudian dilanjut menggunakan bedak padat. Untuk mempertegas karakter
Wali, langkah selanjutnya adalah memberi warna hitam di kelopak mata
bawah, mempertebal alis dan jenggot peraga menggunakan pensil alis. Hal
selanjutnya adalah memakai blush on merah tipis, pidih hitam tipis pada garis
jamban, tulang hidung dan seluruh wajah namun dengan kadar tipis. Terakhir
pada bagian bibir diberi lipstik warna bibir dan menggunakan pensil alis
untuk membentuk garis bibir. Karakter keras dan berani terpancar dari sorot
mata dan wajah Wali.
Selain make-up karakter digunakan juga make-up fantasi untuk
menunjukkan efek bekas luka Wali dibagian jidat, dada dan punggung karena
dicambuk. Langkah membuat luka adalah tissue kering dibentuk pipih
panjang kemudian di letakan pada bagian yang ingin diberikan efek luka,
kemudian dibalur menggunakan latek, latek diratakan pada pola luka tersebut
kemudian ditunggu kering, setelah kering kemudian diberi liquid foundation
dan bedak tabur warna kulit dan eye shadow warna coklat dan hitam. Hal
tersebut bertujuan untuk memberikan kesan bekas luka karena dicambuk.
commit to user
101
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 13
Tata rias Wali
Sumber: Dokumentasi Teater Akar dan Tera
Pada lakon Teroris, gaya berpakaian lebih ke arah tidak rapi dan
kurang memperhatikan penampilan. Wali seorang aktivis dan bekas orang
buangan karena sering mengolok-olok sistem pemerintahan saat itu. Karakter
Wali keras dan kasar, oleh sebab itu pakaian yang dikenakan Wali harus
mengesankan urakan dan tidak rapi. Kostum yang digunakan Wali adalah
kemeja lengan pendek berwarna kuning gading tidak rapi terlihat pada
pemakaiannya bagian belakang dimasukan tetapi bagian depan tidak, celana
halus warna hitam, jam tangan, sepatu PDH warna coklat tua dan membawa
belati. Belati merupakan senjata Wali yang selalu dibawanya untuk
pertahanan diri. Memakai sepatu PDH karena Wali seorang aktivis Indonesia.
Kemeja lengan pendek lusuh berwarna kuning gading pada bagian belakang
dimasukan
tetapi
pada bagian
depan dikeluarkan bertujuan untuk
mengindividualisasikan peranan, agar kostum yang digunakan dapat
membedakan seorang pemain dengan pemain lainnya dan menegaskan kesan
semrawut, berantakan dan tidak rapi. Ketika adegan terakhir Wali muncul
commit to user
102
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan kesan rapi memakai kemeja putih dimasukan, hal tersebut
menunjukkan ada perubahan dari diri Wali.
Gambar 14
Sketsa kostum dan kostum Wali
Sumber: Dokumentasi Teater Akar dan Tera
3) Darmo
Pada lakon Teroris, Darmo merupakan seorang pemimpin berusia 40
tahun. Karakter Darmo yaitu berwibawa, tegas, arif dan bijaksana. Tim rias
merias wajah peraga menjadi Darmo dengan mempertebal alis dan brewok
peraga. Hal tersebut dilakukan untuk mempertegas karakter yang dibawakan
pemain sebagai Darmo. Langkah pertama yang dilakukan kru make-up adalah
membersikan wajah dengan tissue basah. Wajah yang sudah bersih dan
kering diolesi dengan liquid foundation nomor 6 sesuai dengan warna kulit
yaitu sawo matang. Penggunaan liquid foundation harus merata di wajah,
leher dan telinga, agar kulit tidak terlihat belang atau berbeda. Setelah rata
memakai liquid foundation, wajah dipoles menggunakan bedak tabur
kemudian dilanjut menggunakan bedak padat. Untuk mempertegas karakter
commit to user
Wali, langkah selanjutnya adalah memberi warna hitam di kelopak mata
103
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bawah, mempertebal alis dan jenggot peraga menggunakan pensil alis. Tim
rias mengikuti garis wajah pemain Hal selanjutnya adalah memakai blush on
merah tipis pada pipi dan kerutan karena usia di jidat dan tulang pipi
menggunakan pidih hitam. Terakhir pada bagian bibir diberi lipstik warna
bibir dan menggunakan pensil alis untuk membentuk garis bibir. Karakter
pemimpin yang sangar, tegas dan bijaksana terlihat dari wajah Darmo.
Gambar 15
Tata rias Darmo
Sumber: Dokumentasi Teater Akar dan Tera
Pada lakon Teroris, gaya berpakaian Darmo lebih ke arah seorang
pemimpin di masa itu. Darmo seorang aktivis yang merencanakan, meyusun
dan otak dari aksi pelemparan bom. Darmo seorang pemimpin, oleh sebab itu
pakaian yang dikenakan Darmo adalah baju lapangan berbahan tebal, supaya
mengesankan jika Darmo adalah seorang pemimpin dalam kelompok
pembrontakan. Kostum yang digunakan Darmo adalah kemeja lapangan
lengan panjang berwarna kuning keki berbahan tebal dan agak kaku agar
membentuk tubuh peraga, celana halus warna hitam, jam tangan, sepatu PDH
warna hitam. Memakai sepatu PDH karena Darmo seorang aktivis Indonesia.
commitpanjang
to user berwarna kuning keki berbahan
Kemeja kemeja lapangan lengan
104
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tebal dan agak kaku dikeluarkan bertujuan untuk mengindividualisasikan
peranan, agar kostum yang digunakan dapat membedakan seorang pemain
dengan pemain lainnya dan menegaskan kesan tegas dan gagah.
Gambar 16
Sketsa kostum dan kostum Darmo
Sumber: Dokumentasi Teater Akar dan Tera
4) Fitri
Pada lakon Teroris, Fitri merupakan satu-satunya perempuan yang
bergabung di kelompok pembrontakan, bertugas sebagai perakit bom berusia
25 tahun. Make-up pada Fitri menggunakan make-up natural dan tidak
berlebihan, tim rias hanya mempertegas garis wajah peraga agar lebih hidup
jika ditembak lighting. Langkah pertama yang dilakukan kru make-up adalah
membersikan wajah dengan tissue basah. Wajah yang sudah bersih dan
kering diolesi dengan liquid foundation nomor 5 sesuai dengan warna kulit
yaitu kuning langsat. Penggunaan liquid foundation harus merata di wajah,
commit to user
leher dan telinga, agar kulit tidak terlihat belang atau berbeda.Setelah rata
105
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memakai liquid foundation, wajah dipoles menggunakan bedak tabur
kemudian dilanjut menggunakan bedak padat. Kemudian memakai eye
shadow warna coklat yang tidak berlebihan. Untuk mempertegas karakter
Fitri, langkah selanjutnya adalah memberi warna hitam di kelopak mata
bawah dan mempertebal alis dengan menggunakan pensil alis. Hal
selanjutnya adalah memakai blush on merah tipis. Terakhir pada bagian bibir
diberi lipstik warna merah gelap. Rambut pemain karena panjang dan lakon
ini menceritakan tentang perjuangan, maka rambut pemain di kuncir satu.
Karakter keras dan berani terpancar dari sorot mata dan wajah Fitri.
Gambar 17
Tata rias Fitri
Sumber: Dokumentasi Teater Akar dan Tera
Pada lakon Teroris, gaya berpakaian Fitri lebih ke arah seorang
perempuan modern, aktivis, kuat dan mandiri. Kostum yang dikenakan Fitri
adalah kemeja ¾ warna coklat tua, celana halus warna cream, ikat pinggang
hitam, jam tangan, sepatu boots warna hitam. Memakai sepatu boots karena
Fitri seorang pekerja yaitu perakit bom. Kemeja yang dikenakan Fitri
commit to user
dimasukan, tetapi karena postur tubuh Fitri kecil dan tinggi jika dilihat di atas
106
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
panggung terkesan kurang maka sutradara menyarankan untuk Fitri memakai
jaket agar badan terlihat berisi, sehingga kostum tambahan Fitri adalah jaket
switer berwarna coklat susu. Selain itu, kostum yang dikenakan Fitri juga
bertujuan untuk mengindividualisasikan peranan, agar kostum yang
digunakan dapat membedakan seorang pemain dengan pemain lainnya dan
menegaskan kesan berani dan berkarakter.
Gambar 18
Sketsa kostum dan kostum Fitri
Sumber: Dokumentasi Teater Akar dan Tera
5) Sutris
Pada lakon Teroris, Sutris merupakan seorang aktivis,
bergabung
dengan Sutomo di Stovia dan PSI. Tim rias merias wajah peraga menjadi
Sutris dengan membuat mata cekung, mempertebal alis, kumis dan jenggot
peraga. Hal tersebut dilakukan untuk mempertegas karakter yang dibawakan
commit to user
107
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pemain sebagai Sutris. Langkah pertama yang dilakukan kru make-up adalah
membersikan wajah dengan tissue basah. Wajah yang sudah bersih dan
kering diolesi dengan liquid foundation nomor 6 sesuai dengan warna kulit
yaitu sawo matang. Penggunaan liquid foundation harus merata di wajah,
leher dan telinga, agar kulit tidak terlihat belang atau berbeda. Setelah rata
memakai liquid foundation, wajah dipoles menggunakan bedak tabur
kemudian dilanjut menggunakan bedak padat. Untuk mempertegas karakter
Sutris, langkah selanjutnya adalah memberi warna hitam di kelopak mata
bawah, mempertebal alis dan jenggot peraga menggunakan pensil alis. Hal
selanjutnya adalah memakai blush on merah tipis, membuat mata cekung
dengan memberi pidih hitam di kantong mata membentuk cekung, tulang
hidung dan seluruh wajah namun dengan kadar tipis. Pada bagian kantong
mata sedikit tebal agar membentuk mata cekung. Terakhir pada bagian bibir
diberi lipstik warna bibir dan menggunakan pensil alis untuk membentuk
garis bibir. Rambut Sutris ditata rapi mengikuti potongan rambutnya.
Karakter ragu-ragu dan pengecut terpancar dari sorot mata dan wajah Sutris.
Gambar 19
Tata rias Sutris
commit to user
Sumber: Dokumentasi Teater Akar dan Tera
108
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada lakon Teroris, gaya berpakaian Sutris berpedoman pada kaum
burjois pada tahun 40-an di Indonesia.
Sutris pernah sekolah dokter di
Stovia. Kaum pribumi yang sekolah di Stovia adalah kalangan bangsawan.
Selain itu, Sutris juga seorang aktivis yang pernah bergabung dengan Sutomo
dan PSI. Kostum yang digunakan Sutris adalah kaos putih, kemeja lengan
pendek berwarna cream, celana lapangan yang terdapat banyak kantong, jam
tangan, sepatu boots warna hitam. Kostum yang dikenakan Sutris harus
menunjukkan status sosialnya sebagai kaum burjois tapi tetap memberi kesan
muda. Oleh sebab itu, kemeja tebal lengan pendek yang dikenakan Sutris
tidak dikancing supaya kaos polos yang dikenakan terlihat oleh penonton.
Kaos tersebut dikenakan dan dimasukan ke dalam celana agar terlihat rapi
kemudian di beri kemeja warna cream unuk mendukung pembawaan Sutris.
Memakai sepatu boots karena Sutris seorang pekerja, bertugas melempar bom
yang
kedua.
Kostum
yang
dikenakan
Sutris
bertujuan
untuk
mengindividualisasikan peranan, agar kostum yang digunakan dapat
membedakan dengan pemain lainnya dan memberikan ciri kepada pemain.
Ketika adegan terakhir Sutris muncul dengan kesan rapi memakai kemeja
abu-abu lengan panjang di gulung dan dimasukan, hal tersebut menunjukkan
bahwa waktu pada pementasan tidak berlangsung sehari atau sewaktu saja.
commit to user
109
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 20
Sketsa kostum dan kostum Sutris
Sumber: Dokumentasi Teater Akar dan Tera
6) Nyai
Pada lakon Teroris, Nyai merupakan istri Jendral Residen, berusia 30
tahun. Make-up pada Nyai menggunakan make-up natural dan tidak
berlebihan, tim rias hanya mempertegas garis wajah peraga agar lebih hidup
jika ditembak lighting. Langkah pertama yang dilakukan kru make-up adalah
membersikan wajah dengan tissue basah. Wajah yang sudah bersih dan
kering diolesi dengan liquid foundation nomor 5 sesuai dengan warna kulit
yaitu kuning langsat. Penggunaan liquid foundation harus merata di wajah,
leher dan telinga, agar kulit tidak terlihat belang atau berbeda. Setelah rata
memakai liquid foundation, wajah dipoles menggunakan bedak tabur
kemudian dilanjut menggunakan bedak padat. Kemudian memakai eye
shadow warna coklat dan merah yang tidak berlebihan. Untuk mempertegas
karakter Nyai, langkah selanjutnya
commitadalah
to usermemberi warna hitam di kelopak
110
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mata bawah dan mempertebal alis dengan menggunakan pensil alis. Hal
selanjutnya adalah memakai blush on merah tipis. Terakhir pada bagian bibir
diberi lipstik warna merah. Make-up pada Nyai memberi kesan seorang
perempuan cantik namun riasan wajahnya tidak menor tetapi tetap natural.
Rambut pemain digelung memakai sanggul. Langkah menyanggul rambut
adalah, pertama rambut pemain disisir rapi dan dikucir satu kemudian
sanggul diletakan di rambut yang di kuncir dan dicepet memakai cekip jiting
agar sangul terpasang di rambut, kemudian disemprot menggunakan hair
sprey agar rambut terbentuk dan kaku. Selanjutnya bagian depan rambut juga
di hair sprey agar kelihatan rapi. Sanggul yang digunakan Nyai berpedoman
seperti sanggul Kartini. Karakter keibuan, keras dan berani terpancar dari
sorot mata dan wajah Nyai.
Gambar 21
Tata rias Nyai
Sumber: Dokumentasi Teater Akar dan Tera
Pada lakon Teroris, gaya berpakaian Nyai seperti kebanyakan nyai
commit to user
pada zaman itu yaitu memakai kebaya kain. Kostum yang dikenakan Nyai
111
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
adalah kebaya encim berwarna putih dan jarik coklat motif batik sidomukti.
Nyai tidak memakai alas kaki, sebab pada zaman itu memang tidak memakai
alas kaki. Kebaya yang dikenakan Nyai sesuai dengan postur tubuh pemain.
Sebelum memakai kebaya, pemain memakai korset sebagai dalaman kebaya,
selanjutnya memakai jarik dan stagen membentuk body pemain. Selain itu,
kostum yang dikenakan Nyai bertujuan untuk mengindividualisasikan
peranan, agar kostum yang digunakan dapat membedakan seorang pemain
dengan pemain lainnya dan menegaskan status sosial Nyai bahwa ia seorang
nyai.
Gambar 22
Sketsa kostum dan kostum Nyai
Sumber: Dokumentasi Teater Akar dan Tera
7) Lelaki
Pada lakon Teroris, Lelaki merupakan seorang pemimpin berusia 40
tahun. Gigok Anurogo dengan kemampuannya sendiri merias wajahnya
commit to user
menjadi Lelaki. Langkah pertama yang dilakukan Gigok Anurogo adalah
112
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
membersikan wajah dengan tissue basah. Wajah yang sudah bersih dan
kering diolesi dengan liquid foundation nomor 6 sesuai dengan warna kulit
yaitu sawo matang. Penggunaan liquid foundation harus merata di wajah,
leher dan telinga, agar kulit tidak terlihat belang atau berbeda. Setelah rata
memakai liquid foundation, wajah dipoles menggunakan bedak tabur
kemudian dilanjut menggunakan bedak padat. Untuk mempertegas karakter
Lelaki, langkah selanjutnya adalah memberi warna hitam di kelopak mata
bawah, mempertebal alis, kumis dan jenggot peraga menggunakan pensil alis
dan pidih hitam. Gigok Anurogo hanya mengikuti garis wajahnya untuk
membentuk karakter yang diperankannya. Hal selanjutnya adalah memakai
blush on merah tipis pada pipi dan kerutan karena usia di jidat dan tulang pipi
menggunakan pidih hitam. Terakhir pada bagian bibir diberi lipstik warna
bibir dan menggunakan pensil alis untuk membentuk garis bibir. Selain itu
penataan rambut dibiarkan terurai. Karakter seorang algojo yang sangar dan
garang tercermin pada wajah dan sorotan mata Lelaki.
Gambar 23
Tata rias Lelaki
commit to user
Sumber: Dokumentasi Teater Akar dan Tera
113
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada lakon Teroris, gaya berpakaian Lelaki seperti berpedoman pada
gaya para jawara atau laki-laki jagoan dari Jawa Timut pada zaman itu.
Kostum yang dikenakan Lelaki adalah baju hitam dan celana hitam gombor
seperti pemain reog. Lelaki tidak memakai alas kaki, sebab pada zaman itu
seorang narapidana yang betugas sebagai algojo tidak memakai alas kaki.
Atasan yang dikenakan tidak dikancingkan sehingga seperti telanjang dada.
Kostum yang dikenakan Lelaki bertujuan untuk mengindividualisasikan
peranan, agar kostum yang digunakan dapat membedakan seorang pemain
dengan pemain lainnya dan menegaskan status sosial Lelaki.
Gambar 24
Sketsa kostum dan kostum Lelaki
Sumber: Dokumentasi Teater Akar dan Tera
8) Centeng Residen
Pada lakon Teroris, penambahan tokoh sebagai Centeng Residen juga
mendukung keseluruhan cerita. Centeng Residen merupakan anak buah atau
prajurit Belanda. Tim rias merias wajah peraga menjadi centeng residen
dengan mempertebal alis, membuat kumis dan dan brewok peraga. Hal
commit to user
tersebut dilakukan untuk mempertegas karakter yang dibawakan pemain
114
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagai centeng Residen. Langkah pertama yang dilakukan tim make-up
adalah membersikan wajah dengan tissue basah. Wajah yang sudah bersih
dan kering diolesi dengan liquid foundation nomor 3 sesuai dengan warna
kulit orang Belanda yaitu putih. Penggunaan liquid foundation harus merata
di wajah, leher dan telinga, agar kulit tidak terlihat belang atau berbeda.
Setelah rata memakai liquid foundation, wajah dipoles menggunakan bedak
tabur kemudian dilanjut menggunakan bedak padat. Untuk mempertegas
karakter centeng residen, langkah selanjutnya adalah memberi warna hitam di
kelopak mata bawah, mempertebal alis, kumis dan jenggot peraga
menggunakan pensil alis dan pidih hitam. Tim lighting hanya mengikuti garis
wajahnya untuk membentuk karakter yang diperankannya. Hal selanjutnya
adalah memakai blush on merah tipis pada pipi. Terakhir pada bagian bibir
diberi lipstik warna bibir dan menggunakan pensil alis untuk membentuk
garis bibir. Karakter seorang centeng residen yang gagah, berwibawa dan
kuat tercermin pada wajah centeng residen. Kostum yang digunakan juga
seperti pasukan Belanda. Centeng Residen memakai seragam prajurit Belanda
berwarna biru, celana berwarna putih, rompi putih, sepatu boots prajurit
lengkap dengan senapan, sempritan dan topi. Kostum yang dikenakan
bertujuan untuk mengindividualisasikan peranan, agar kostum yang
digunakan dapat membedakan seorang pemain dengan pemain lainnya dan
menegaskan status sosial Centeng Residen.
commit to user
115
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 25
Tata rias dan kostum Centeng Residen
Sumber: Dokumentasi Teater Akar dan Tera
e. Tim Produksi
Selain pemain, penata lighting, penata musik, penata artistik, penata
kostum dan rias, elemen pendukung pementasan yang juga ikut andil dalam
pementasan adalah tim produksi. Tim produksi berfungsi untuk mendukung
keberhasilan produksi dengan cara memenejemen seluruh kegiatan produksi
baik administratif maupun organisasi, dan harus mampu mengelola jalannya
produksi dari awal hingga akhir. Tim produksi terdiri dari pimpinan produksi,
sekretaris, bendahara, sie. humas, sie. konsumsi, sie. latihan, sie.
penggalangan dana, sie. transportasi, sie. perlengkapan, sie. dokumentasi, dan
sie. publikasi.
Sistem kerja tim produksi adalah menentukan siapa saja yang terlibat
dalam keproduksian sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.
Mereka bekerja dengan tugas dan porsi mereka masing-masing. Meskipun
commit
to user
begitu, Gigok Anurogo tidak
pernah
berhenti berkomunikasi dan selalu
116
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berdiskusi dengan tim produksi. Berikut wawancara dengan pimpinan
produksi.
“Ya Babe.., menyerahkan penuh keproduksian kepada kami, tapi
Babe tidak lepas stir gitu..., beliau memantau kami, dan kamipun
tidak lepas berkomunikasi dengan beliau..., pokoknya enaklah...”
(Anggoro, 6 Juni 2014).
Setelah terbentuknya anggota keproduksian, mereka bekerja sesuai
dengan tugas mereka masing-masing dan bertanggung jawab penuh akan
tugasnya. Dengan job desk masing-masing, mereka merencanakan dan
menyusun langkah kerja mereka. Berikut wawancara dengan pimpinan
produksi tentang sitem kerja pimpro pada proses kali ini.
“Ya kan.., temen-temen yang terlibat dalam proses ini kan.., bukan
orang baru bagi saya, kami sudah sering bareng, ya kami jalan
sesuai dengan job desk kita sendiri-sendiri. Saya yang
mengkoordinasi anatara satu dengan yang lainnya.” (Anggoro, 6
Juni 2014).
Pimpinan produksi memimpin diskusi dan meminta masing-masing
elemen pendukung untuk memberikan laporan. Setiap diadakan pertemuan
masing-masing elemen harus mampu menunjukkan progres agar proses
produksi berjalan lancar. Berikut progres tim produksi:
1. Hari dan Tanggal
Tempat
Tujuan
Keterangan
2. Hari dan Tanggal
Tempat
Senin,
24 Februari 2014
19.30-21.30 WIB
Wisma PDAM
Pertemuan pertama sutradara, pemain, penata dan
all crew yang terlibat dalam proses, pembagian
naskah, pemaparan tentang proses produksi, dan
kontrak latihan.
Sutradara memaparkan konsep garapnya dan
menentukan siapa yang terlibat dalam proses
produksi.
Jumat,
28 Februari 2014
19.00-21.00 WIB
commit to user
Wisma Seni
perpustakaan.uns.ac.id
Tujuan
Keterangan
3. Hari dan Tanggal
Tempat
Tujuan
Keterangan
117
digilib.uns.ac.id
Setelah pertemuan pertama dan ditentukan job desk
masing-masing, tim produksi mengadakan
pertemuan kembali untuk membahas rencana
proses produksi
Anggota teater Akar pada devisi managemen dan
sisa anggota dari devisi kreatif yang tidak teribat
berkumpul dan mengadakan diskusi. Pimpro
memimpin jalannya diskusi dan menentukan siapa
yang terlibat dalam keproduksian sesuai dengan
kemampuan masing-masing. Tiap anggota
membuat rencana dan langkah kerja masingmasing sesuai dengan job desk masing-masing.
Senin,
2 Maret 2014
17.00-19.00 WIB
Wisma Seni
Setiap anggota memberikan laporan sesuai dengan
job desk masing-masing, di antaranya:
1. Tempat pementasan dan tanggal pementasan.
2. Rencana anggaran dana.
3. Sponsor.
4. Konsumsi.
5. Dokumentasi.
6. Desain pamflet dan tiket
7. Publikasi dan strategi pemasaran.
1. Tim produksi mencari solusi latihan dan hari
pementasan, sebab bulan Maret dan April TBJT
acara penuh, sehingga harus mengganti tanggal
pementasan dan mencari tempat latihan jika tidak
di Teater Arena. Diputuskanlah latihan di Wisma
Seni dan tanggal pementasan 12 dan 13 Mei 2014
di Teater Arena TBJT.
2. Rencana anggaran dana produksi sebesar Rp.
6.000.000 berdasarkan kebutuhan tiap elemen
pendukung sedangkan kas sebesar Rp. 3.269.100
3. Konsumsi setiap latihan disediakan minimal
minuman dan snack setiap pertemuan maksimal
30.000 dan mulai H-2 akan ada konsumsi besar.
Ketika hari H konsumsi 2x per hari.
4. Target sponsor: PDAM, Bank Indonesia, Bank
Jateng, Joglosemar, Radharsolo, Solopos, Kompas,
Kedaulatan Rakyat.
5. Dokumentasi hari H ada video dan foto.
6. Clear
7. Setiap anggota wajib menyebarkan issue tentang
pementasan melalui media sosial, seperti twiter, fb,
bbm, wa. Sedangkan publikasi pamflet akan
commit to user
disebarkan 2 minggu sebelum pementasan atau
perpustakaan.uns.ac.id
118
digilib.uns.ac.id
awal bulan mei sudah di distribusikan ke kelompok
teater di Solo baik sekolah, kampus, maupun
umum.
4. Hari dan Tanggal
Tempat
Tujuan
Keterangan
5. Hari dan Tanggal
Tempat
Tujuan
Keterangan
6. Hari dan Tanggal
Tempat
Tujuan
Keterangan
Senin,
28 April 2014
Wisma Seni
1. Bagaimana progres sponsor
2. Strategi pemasaran
3. Pamflet, undangan dan tiket
1. Sponsor sudah di sebar di beberapa tempat
sesuai dengan list pertemuan sebelumnya dan
sampai hari ini yang sudah gol PDAM Solo. Selain
sponsor tim produksi membuat proposal untuk
dibagikan kepada para donatur untuk mendukung
pentas produksi Teroris.
2. Masih tetap menyebar issue pementasan semakin
kuat dan sudah mulai membuka pemesanan tiket
sebelum hari H.
3. Pamflet, undangan dan tiket naik cetak 29 April
2014. Penyebaran pamflet di sebarkan di kelompok
teater di Solo, baik teater sekolah, kampus dan
umum.
Senin,
5 Mei 2014
Wisma Seni
1. Bagaimana progres sponsor dan donatur
2. Bagaimana distribusi tiket sebelum hari H dan
penyebaran undangan.
3. Bagaimana progres pemasaran
1. Sponsor gol Bank Indonesia. Beberapa donatur
menanggapi dan bersedia mendukung pentas
produksi Teroris.
2. Penyebaran undangan ke beberapa seniman Solo
dan kelompok teater di Solo. Sedangkan tiket
dititipkan di setiap kelompok teater di Solo baik
sekolah, kampus maupun umum.
3. Para target penonton antusias menanggapinya.
Jumat,
9 Mei 2014
Wisma Seni
1. Progres sponsor dan donatur
2. Progres pemasaran
3. Pers realis
4. Rencana hari H
1. Donatur
sponsor clear
commitdan
to user
2. Pemasaran clear
perpustakaan.uns.ac.id
7. Hari dan Tanggal
Tempat
Tujuan
Keterangan
5.
119
digilib.uns.ac.id
3. Pers realis disebar di media massa
4. Rencana persiapan pementasan tentang teknis
panggung dan teknis acara dan pendukung lainnya
clear
Minggu,
11 Mei 2014
Teater Arena
Persiapan Hari H
Clear all crew
Melatih Pemain
Setelah ditentukan pemain tahap selanjutnya dalam proses penyutradaraan
adalah melatih pemain. Sutradara memaparkan konsep garapnya kemudian
memberikan kontrak latihan kepada para pemain. Setelah terjadi kesepakatan
antara pemain dan sutradara, tahap selanjutnya adalah pelaksanaan latihan.
Latihan dasar seperti olah vokal, olah nafas, olah tubuh, dan olah rasa merupakan
tanggung jawab setiap aktor sebelum melaksanakan latihan bersama. Fungsi
latihan bagi Gigok Anurogo adalah mempertemukan pemahaman dan penafsiran
para pemain bukan sekedar latihan dasar. Kedisiplinan, royalitas, integritas,
tanggung jawab dan mental yang kuat harus dimiliki seorang pemain ketika
berproses.
Ketika sutradara sudah memaparkan konsep garap yang akan diusungnya,
tugas para pemain sebagai penafsir kedua. Dengan bekal konsep yang sudah
dipaparkan sutradara, seorang aktor harus mampu menafsirkan naskah lakon yang
akan diangka. Gigok Anurogo dapat menilai bagaimana para pemain menafsirkan
dan menganalisis naskah lakon melalui beberapa tahapan latihan, seperti: tahap
mencari-cari, tahap memberi isi, tahap pengembangan, dan tahap pemantapan.
Beberapa tahapan tersebut dapat diimplementasikan melalui latihan reading,
commit to user
blocking, movement, dan grouping. Meskipun sudah ditentukan siapa pemainnya,
120
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sutradara masih harus melihat perkembangan-perkembangan yang terjadi di
lapangan. Berikut pemaparan dan penjelasan tentang tahapan latihan yang
dilakukan Gigok Anurogo pada lakon Teroris.
a. Tahapan pencarian
Setelah
casting
ditentukan,
Gigok
Anurogo
membimbing
dan
mengarahkan para pemain untuk memahami dan menghayati secara lebih
terarah, sesuai dengan peran masing-masing. Setiap pemain harus paham
tentang peran apa yang akan ia bawakan. Pemain harus sadar harus
bagaimana dan mempunyai cara untuk memahami perannya dengan cara
observasi terhadap lingkungan dan dirinya sendiri. Hal ini dilakukan dalam
usaha mendekatkan diri terhadap peran yang harus dibawakan di atas pentas.
Seiring jalannya latihan, tahap pencarian juga dilakukan pada saat latihan
reading.
b. Tahap Memberi Isi
Tahap memberi isi yang dimaksudkan adalah memberi bobot sesuai
dengan takaran yang seharusnya. Salah satu langkah dalam memberi isi
dilakukan dengan cara reading atau membaca. Latihan membaca merupakan
unsur terpenting suatu proses. Pembacaan yang diulang-ulang dan terus
menerus berfungsi agar setiap pemain dapat mengetahui dan memahami
maksud dari setiap dialog per kata maupun kalimat.
Pada lakon Teroris, latihan reading membutuhkan waktu cukup lama,
yaitu selama dua bulan. Hal tersebut dilakukan Gigok Anurogo agar para
pemain benar-benar paham dengan apa yang dimaksud oleh naskah. Teknik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
121
digilib.uns.ac.id
reading yang dilakukan para pemain tidak hanya sekedar membaca, mereka
harus mampu menguasai dan menginterpretasikan sebuah dialog.
Untuk mencapai suasana dan karakter penampilan sesuai dengan
kebutuhan pengembangan lakon dramatik, para pemain harus mampu
memain-mainkan dialog sesuai dengan takaran emosi, tempo dialog,
pengucapan dialog, mimik wajah dan gerakan tubuh yang ditunjukkan
naskah, sutradara ataupun ditemukan sendiri oleh para pemain. Hal tersebut
dilakukan pemain untuk menggiring dan menciptakan imajinasi penonton
agar tidak bosan dan mengerti jalan cerita yang diangkat. Jadi, sebuah dialog
akan menjadi miliknya jika pemain sudah mampu menguasai dialognya
masing-masing dengan kata lain para pemain harus mampu menakhlukan
dialog menjadi miliknya.
c. Tahap Pengembangan
Setelah matang di tahap pemberian isi dengan cara reading, latihan
selanjutnya yaitu tahap pengembangan. Dengan dorongan intuisi yang
dimiliki setiap pemain, mereka mampu mengembangkan kemampuan mereka
dalam aspek laku dramtik. Beberapa langkah dalam tahap pengembangan
dilakukan dengan cara blocking, movement, dan grouping.
Blocking merupakan teknik pengaturan langkah pemain ketika di atas
panggung. Sutradara berusaha untuk mengatur laju pergerakan aktor dari
perpindahan tempat, posisi tubuh, gestur tubuh saat melangkah. Movement
merupakan setiap gerakan yang dilakukan oleh pemain yang berhubungan
dengan motivasi yang mendorong perbuatan itu. Setiap gerakan yang
dilakukan oleh setiap pemain mempunyai makna sendiri. Sedangkan
commit to user
122
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
grouping adalah teknik memposisikan pemain atau kelompok pemain di atas
pentas. Ketiga teknik berakting tersebut sering kali dilakukan secara bersamasama, sehingga akan terlihat sebagai sebuah gerakan yang mengalir dalam
sebuah pertunjukan. Para pemain sesuai dengan pemahaman dan penafsiran
mereka melakukan laku dramatik di atas panggung. Tugas sutradara mengatur
sedemikian rupa agar segala yang ditampilkan di atas panggung dapat
menghidupkan laku dramatik lakon dan memberikan motivasi setiap gerak
kehidupan di atas panggung.
Tahap selanjutnya ditahap pengembangan, akan masuk dalam
permainan tempo dan irama. Tahap pengembangan demikian dilakukan
berulang-ulang sehingga para pemain benar-benar matang untuk menjiwai
karakter yang dibawakan dan sudah pada tahap menjadi. Pada lakon Teroris,
para pemain masuk pada tahap bloking, mereka menafsirkan konsep garap
Gigok
Anurogo
kemudian
dieksekusi
ketika
latihan.
Pada
tahap
pengembangan, para pemain mengembangkan seluruh kemampuan dan
kreativitas yang mereka miliki. Gigok Anurogo membebaskan tafsir pemain
ke bentuk visualisasi, namun jika ada yang kurang sesuai Gigok Anurogo
berhak untuk mengingatkan pemain agar sesuai dengan yang diharapkannya.
Tahap ini menuntut untuk pemain menguasai ruangan untuk menghidupkan
cerita yang akan di angkat dengan cara pembawaan dialog, mimik dan gestur
sesuai dengan karakter masing-masing pemain. Laku seorang pemain muncul
karena sikap mental, refleks-refleks, kehendak, rasa, dan pikiran. Semua
mengalir dan berjalan secara alami yang dihasilkan para pemain sebagai
bentuk peran. Oleh sebab itu, para pemain harus sadar dan tahu tentang
commit to user
123
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
susunan setting, di mana letaknya, bagaimana kondisi peletakannya, di mana
jalan masuk dan keluar, jalan naik dan turun, dan lain-lain. Pemain harus
sadar dengan kondisi setting yang akan menentukan sikap pemeran terhadap
setting tersebut, sehingga diperlukan latihan bloking agar pemain dapat
menguasai dan dapat membiasakan ruangan sebagai arena bermain para
pemain. Berikut bentuk bloking lakon Teroris.
Sketsa 1
Bloking 1 Teroris
D
W
Q
Q
D
W
D
Keterangan:
: Penempatan bloking 1
: Movement 1
: Movement 2
W
D
-
F
-------
: Wali
: Darmo
: Fitri
: berjalan lambat
commit to user
F
W
F
W
1
Q
W
S
1
1
1
1
124
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
−− ─ −─ ─ : berlari sambil berjalan
_________ : berjalan
Pada bloking 1, penempatan bloking Fitri berada di kursi panjang, ia
sedang melakukan aktivitasnya yaitu merakit bom. Bloking Fitri menghadap
meja posisi badan menyamping menghadap meja, berada di panggung
belakang sebalah kiri. Bloking Darmo berdiri menghadap penonton, berada di
panggung tengah sebelah kanan depan.
Ketika mendengar suara ketukan pintu, Darmo menuju ke bibir
tangga, berada di panggung belakang sebelah kanan, sedangkan Fitri
melakukan perubahan gerak kecil untuk memberi kode kepada Darmo.
Setelah mengetuk pintu Wali memasuki ruangan sambil tertawa, Darmo
menyambut Wali dengan menyebut nama Wali dan membuka tangan,
sedangkan Wali menerima sambutan Darmo dan langsung memeluk Darmo.
Ketika Darmo berpelukan dengan Wali, Fitri berpindah bloking dari duduk
menjadi berdiri kemudian menyambut Wali dengan menghadap Wali yang
berada di depan bibir tangga, terletak di panggung belakang sebelah kanan.
Ketika berbicara dengan Fitri, Wali move berjalan ke sayap kanan, yang
berada di panggung tengah sebelah kanan. Fitri kembali ke tempat duduknya
dan melakukan aktivitas lagi, sedangkan Wali dan Darmo berdialog
menceritakan visi misi dan siapa yang bergabung dalam organisasi teroris ini.
commit to user
125
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sketsa 2
Bloking 2 Teroris
F
P
W
P
D
D
D
F
W
Keterangan:
: Penempatan bloking 2
: Movement 3
: Movement 4
: Movement 5
P
: Ponco
W
: Wali
D
: Darmo
F
: Fitri
-------
: Berjalan lambat
−− ─ −─ ─ : Berjalan sambil berlari
_________ : Berjalan
Pada bloking 2, penempatan Fitri duduk di kursi panjang, melakukan
aktivitasnya,
di
panggung
belakang
sebelah
kiri.
Darmo
sedang
bercengkraman dengan Wali di panggung tengah sebelah kanan. Ketika
commit to user
126
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mendengar ketukan pintu yang menggunakan kode lain, seketika Wali kaget
dan curiga mengapa kode ketukan berbeda, tetapi Darmo menjelaskan dan
meyakinkan kepada Wali.
Terjadi perpindahan bloking ketika Ponco datang, Wali berpindah ke
arah tengah panggung sebelah pojok kiri, Darmo menghampiri Wali dan
menjelaskan kepada Wali kemudian move menuju anak tangga menyambut
Ponco. Ponco menggunakan teknik muncul dengan berjalan lambat dan
berhenti di tengah-tengah tangga. Sedangkan Fitri menyambut Ponco dengan
berpindah bloking ke arah bibir tangga, yang berada di panggung belakang
sebelah kanan.
Sketsa 3
Bloking 3 Teroris
F
P
D
D
W
P
Keterangan:
: Penempatan bloking 3
: Movement 6
: Movement 7
P
commit to user
: Ponco
D
F
P
W
127
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
W
: Wali
D
: Darmo
F
: Fitri
-------
: Berjalan lambat
_________ : Berjalan
Pada bloking 3, penempatan bloking Darmo, Fitri dan Ponco berada di
bibir anak tangga, terletak di panggung belakang sebelah kanan. Sedangkan
Wali berada di panggung tengah pojok kiri. Darmo memperkenalkan Ponco
kepada Wali, kemudian Ponco move berjabat tangan mendekati Wali, namun
seketika Wali menghindari Ponco, mengalihkan pembicaraan dan move
menuju panggung tengah sebelah kanan. Ponco melanjutkan langkahnya
menuju tempat bloking Wali sebelumnya kemudian berbalik badan
menghadap Wali. Melihat Wali move, Darmo langsung bereaksi dan berjalan
menghampiri posisi Wali.
Dialog-dialog yang dilontarkan Wali menunjukkan sikap sentimentil
kepada Ponco, karena tidak tahan dengan ungkapan Wali, Ponco move
berjalan menuju arah Wali. Seketika Darmo move menuju arah Fitri dan
duduk di samping Fitri. Posisi bloking Fitri dan Ponco menghadap ke arah
Wali dan Darmo yang sedang berdialog, mereka saling merespon satu dengan
yang lainnya dan memberikan kode satu sama lain.
commit to user
128
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sketsa 4
Bloking 4 Teroris
P
P
W
P
D
D
P
F
F
Keterangan:
: Penempatan bloking 4
: Movement 8
Movement 9
: Movement 10
P
: Ponco
W
: Wali
D
: Darmo
F
: Fitri
-------
: Berjalan lambat
_________ : Berjalan
Pada bloking 4, penempatan bloking Fitri duduk menghadap meja
sedang merakit bom, Darmo juga duduk menghadap ke samping ke arah Wali
dan Ponco. Fitri dan Wali sesekali saling memandangkan merupakan bentuk
commit to user
respon antara dialog Wali dan Ponco.
129
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Bloking Wali berada di panggung tengah sebelah kanan, sedangkan
Ponco mendekati Wali namun tidak sejajar, menghadap penonton kemudian
memutar badannya ke arah Darmo dan Fitri kemudian maju ke arah panggung
belakang. Ketika merespon dialog Ponco, Wali membedah panggung,
berjalan melewati Ponco kemudian kembali ke posisi Wali sebelumnya.
Reaksi Ponco terhadap ucapan Wali mengakibatkan Ponco berubah bloking,
posisi Ponco maju mendekati Wali, kemudian berjalan ke arah Fitri dan
duduk di samping Fitri, sedangkan Darmo ketika Ponco mendekat, posisi
Darmo yang sebelumnya duduk menjadi berdiri kemudian move berjalan ke
tengah panggung menghadap penonton.
Sketsa 5
Bloking 5 Teroris
P
D
W
D
P
F
Keterangan
: Penempatan bloking
commit to user
: Movement 11
F
F
P
D
W
f
F
P
130
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Movement 12
: Movement 13
: Movement 14
: Movement 15
P
: Ponco
W
: Wali
D
: Darmo
F
: Fitri
-------
: Berjalan lambat
_________ : Berjalan
Pada bloking 5, posisi Darmo berbalik badan ke samping menghadap
Ponco kemudian berjalan maju ke belakang, selanjutnya Darmo berdialog
membagi pandang ke arah Wali dan Ponco, mengajak Wali untuk
meninggalkan
ruangan
ini.
Ketika
Darmo
mengajak
Wali
untuk
meninggalkan ruangan, Wali mengikuti Darmo dan berjalan melewati Ponco
dan Fitri yang sedang duduk dengan tatapan sentimentil.
Ketika Wali melewati Ponco dengan tatapan tidak suka, emosi Ponco
terpancing dan seakan ingin memukul Wali namun dicegah oleh Fitri yang
berdiri di samping kiri Ponco. Ponco membuang emosinya ke arah penonton
dan berjalan lambat maju ke samping (nyigar tempe), Fitri menanggapi dan
mengikuti Ponco, kemudian Ponco berbalik menghadap fitri, bloking antara
Ponco dan Fitri seperti nyigar tempe, membentuk garis diagonal. Kemudian
Ponco berjalan berbalik arah menghadap penonton samping dan Fitri selalu
menanggapi dengan cara mengikuti langkah Ponco.
commit to user
131
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ponco move berjalan kembali ke arah tempat duduk menghadap Fitri
yang sedang berdiri. Ketika berdialog dengan Fitri, posisi Ponco duduk
menghadap Fitri, Fitri move berjalan ke arah Ponco sedangkan Ponco
menyambut Fitri dengan membuka tangannya, kemudian pindah posisi sejajar
saling berhadapan seolah ingin berpelukan dan berciuman.
Sketsa 6
Bloking 6 Teroris
S
P
D
F
P
S
P
F
P
Q
F
W
W
Q
W
D
Keterangan
: Penempatan bloking 6
: Movement 16
Movement 17
: Movement 18
P
: Ponco
W
: Wali
D
: Darmo
F
: Fitri
S
commit to user
: Sutris
W
132
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
-------
: Berjalan lambat
_________ : Berjalan
Pada bloking 6, posisi bloking Ponco dan Fitri yang berdekatan
seketika berpindah posisi karena mendengar suara Darmo dan Wali yang
sedang menuju ke arah mereka. Darmo dan Wali sedang berjalan menuju area
panggung, Wali menghentikan langkahnya ketika melihat Fitri dan Ponco
sedang berdekatan. Ponco move berjalan ke panggung tengah depan sebelah
kanan, sedangkan Fitri kembali duduk melanjutkan aktivitasnya. Darmo dari
arah luar langsung menuju ke paggung tengah. Wali melanjutkan berjalan
menuju ke arah panggung sebelah kiri kemudian move ke pojok kiri. Muncul
Sutris dari atas tangga, panggung belakang kiri, posisi Ponco move berjalan
ke panggung belakang sebelah kanan menyambut kedatangan Sutris. Sutris
move menuju ke arah Ponco bersalaman dan berpelukan kemudian move ke
arah Darmo, move ke arah Fitri dan move ke arah Wali. Setelah berjabat
tangan dan berpelukan dengan teman-temannya, Sutri membalikan badan,
move berjalan mendekati Darmo dan menyampaikan laporan kepada Darmo.
Sketsa 7
Bloking 7 Teroris
D
P
commit to user
F
S
F
W
F
W
133
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan
: Penempatan bloking 7
: Movement 19
: Movement 20
P
: Ponco
W
: Wali
D
: Darmo
F
: Fitri
S
-------
: Sutris
: Berjalan lambat
_________ : Berjalan
Pada bloking 7, setelah Sutris menyampaikan laporan kepada Darmo,
Darmo kemudian mengkomandokan untuk semua anggota berkumpul dan
mengatur strategi untuk operasi malam ini. Darmo meminta Fitri untuk
mengambil peta yang berada di meja. Setelah Fitri move mengambil peta,
posisi Darmo, Sutris, Ponco dan Wali move ke arah Darmo dan mendekat
membentuk setengah lingkaran, bergerombol dan berjongkok. Darmo sebagai
pemimpin berada di tengah, Ponco berada di sebelah kanan Darmo,
sedangkan Sutris berada di sebelah kiri Darmo. Bloking Fitri berdiri di
belakang antara Sutris dan Darmo sebagai notulen. Ketika Darmo menyusun
strategi, para anggota, memperhatikan semua ucapan Darmo dan saling
merespon satu sama lain.
commit to user
134
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sketsa 8
Bloking 8 Teroris
D
W
F
S
S
F
D
P
P
S
F
F
D
W
W
Keterangan
: Penempatan bloking 8
: Movement 21
: Movement 22
: Movement 23
P
W
: Ponco
: Wali
D
: Darmo
F
: Fitri
S
-------
: Sutris
: Berjalan lambat
_________ : Berjalan
−− ─ −─ ─ : Berjalan sambil berlari
commit to user
135
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada bloking 8, setelah para teroris menyusun dan merencanakan
strategi untuk operasi malam ini. Darmo, Ponco, Sutris dan Wali dari posisi
berjongkok bergegas untuk berdiri, mereka mencocokkan waktu dan move
menyebar. Ponco tetap berada di posisi sebelumnya, Sutris move berjalan
mendekati Ponco dan berada di sebelah kanan Ponco.
Setelah berdiri Darmo dan Wali move berjalan beberapa langkah ke
kiri membentuk garis diagonal, sedangkan Fitri sebagai perakit bom,
mengambil tas yang berisi bom ke arah meja kemudian menyerahkan kepada
Sutris dan Ponco. Setelah menerima bom dari tangan Fitri, Ponco dan Sutris
langsung bergegas keluar. Fitri, Darmo dan Wali melepas kepergian Sutris
dan Ponco dengan mengikuti dari belakang. Posisi Fitri paling depan berada
di anak tangga, Darmo di belakang Fitri, berada di bibir anak tangga,
sedangkan Wali di belakang Darmo, mereka menghadap ke arah kepergian
Ponco dan Sutris yaitu menghadap kiri panggung.
Sketsa 9
Bloking 9 Teroris
F
F
D
F
F
S
D
commit to user
S
F
D
136
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan
: Penempatan bloking 9
: Movement 24
: Movement 25
: Movement 26
: Movement 27
P
: Ponco
W
: Wali
D
: Darmo
F
: Fitri
S
: Sutris
................ : Berjalan cepat
_________ : Berjalan
−− ─ −─ ─ : Berjalan sambil berlari
Pada bloking 9, memasuki adegan 2 di mana Darmo dengan gelisah
mengamati apa yang terjadi di lapangan memantau dalam markas. Posisi
Darmo berada di anak tangga atas, sedangkan Fitri berada di bibir anak
tangga mencoba menenangkan Darmo. Ketika bom yang seharusnya
diledakan tidak terjadi, Darmo langsung panik dan move membuang ekspresi
kepanikannya ke arah penonton sebelah kanan, Darmo move berjalan cepat
membentuk garis diagonal ke arah kanan depan, sedangkan Fitri meyakinkan
apa yang di ucapkan Darmo dengan move berjalan ke depan di tempat Darmo
memantau, kemudian langsung berbalik mendekati Darmo.
commit to user
137
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Posisi Darmo dan Fitri berada di panggung tengah sebelah kanan.
Beberapa saat kemudian, muncul Sutris dengan tergesa-gesa berjalan cepat ke
panggung tengah dan menjatuhkan badannya ke lantai. Fitri dan Darmo
bereaksi saling merespon akan kedatangan Ponco, kemudian Fitri tanggap
move berjalan menghampiri Sutris, membentuk garis diagonal dan berada di
kiri Sutris dan Darmo mendekati Sutris bertanya dan mencoba menenangkan
hati Sutris dengan posisi berjongkok. Setelah mendengar penjelasan Sutris,
Darmo berdiri dan kembali ke posisi sebelumnya, sedangkan Fitri langsung
berjalan mendekati Darmo melewati Sutris, mengatakan bahwa ada yang
diperbuat Wali kepada Ponco. Sutris merasa bersalah dan berjalan menuju
tempat duduk yang berada di panggung belakang sebalah kiri.
Sketsa 10
Bloking 10 Teroris
W
W
S
D
P
D
F
F
F
D
P
Keterangan
: Penempatan bloking 10
: Movement
28user
commit to
138
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
: Movement 29
: Movement 30
P
: Ponco
W
: Wali
D
: Darmo
F
: Fitri
S
-------
: Sutris
: Berjalan lambat
................. : berjalan cepat
_________ : Berjalan
−− ─ −─ ─ : Berjalan sambil berlari
Pada bloking 10, posisi Darmo dan Fitri tetap pada posisi semula,
mereka saling berhadapan dan Sutris duduk di kursi panjang. Muncul Ponco
tergesa-gesa dan berteriak-teriak mengulang kata “anak-anak”, Ponco panik
dan gelisah dari atas langsung menghampiri Darmo dan Fitri. Kemudian
Ponco move berjalan di bibir panggung tengah sebelah kiri dan duduk. Pada
saat itu juga, Darmo dan Fitri mengikuti Ponco, Darmo di sebelah kanan dan
Fitri di sebelah kiri Ponco dengan gesit mengambil tas yang dibawa Ponco
kemudian mengembalikan ke meja. Ketika Darmo dan Fitri berada di antara
Ponco, muncul Wali berdiri di anak tangga memecahkan perhatian Darmo
dan Fitri, selanjutnya Wali move menuju panggung sebelah kanan.
commit to user
139
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sketsa 11
Bloking 11 Teroris
P
W
W
D
D
S
F
P
P
Keterangan
: Penempatan bloking 11
: Movement 31
: Movement 32
P
: Ponco
W
: Wali
D
: Darmo
F
: Fitri
S
-------
: Sutris
: Berjalan lambat
_________ : Berjalan
Pada bloking 11, posisi bloking Darmo berdiri di panggung belakang
commit to user
berdekatan dengan anak tangga, Sutris duduk di kursi panjang dengan wajah
140
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
termenung, Fitri berdiri di depan meja, Ponco duduk di panggung sebelah kiri
menyesali perbuatannya, sedangkan Wali di sayap sebelah kanan terus
menerus mencibir Ponco.
Ketika Wali mencibir Ponco, emosi Ponco terpancing dan
menimbulkan sebuah reaksi yaitu berbalik badan berjalan menuju posisi
Wali, Wali tidak ingin kalah, seakan menantang dan meremehkan Ponco
dengan argumenya. Wali move berjalan ke arah Darmo agar Darmo
sependapat dengannya, Ponco sebagai seorang penyair tetap kokoh dengan
pendapatnya dan selalu menjawab apa yang dilontarkkan Wali dengan
ideologi yang dimilikinya, Ponco move berjalan mendekati Wali, sedangkan
posisi Darmo move berpindah dari berdiri menjadi duduk di samping Sutris.
Wali selalu memancing-mancing emosi Ponco dan meminta dukungan
kepada teman-temannya yang lain. Wali moving membedah ruang dengan
berjalan melewati Darmo, Sutris, Fitri kemudian kembali ke posisi
sebelumnya, sedangkan Ponco karena merasa bersalah, dia berjalan ke arah
kiri panggung dan duduk tertunduk. Fitri, Sutris dan Darmo ketika Ponco dan
Wali berdebat, mereka selalu merespon satu dengan yang lain dengan
menciptakan gerakan-gerakan kecil. Suasana menjadi tegang ketika Ponco
dan Wali berdebat.
commit to user
141
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sketsa 12
Bloking 12 Teroris
W
P
D
P
S
F
P
S
W
D
F
P
Keterangan
: Penempatan bloking 12
: Movement 33
: Movement 34
P
: Ponco
W
: Wali
D
: Darmo
F
: Fitri
S
: Sutris
................ : Berjalan cepat
-------
: Berjalan lambat
_________ : Berjalan
Pada bloking 12, posisi Darmo duduk di ujung kursi sebelah kanan,
Sutris duduk di samping Darmo, Fitri berdiri di depan meja. Ponco duduk
commit to user
142
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyesali perbuatannya, sedangakan Wali berada di sayap kanan
memancing-mancing emosi Ponco dan move mendekati Darmo kemudian
kembali ke posisi semula. Ponco yang tersulut emosinya, langsung berbalik
badan move mendekati Wali. Darmo yang sudah tidak tahan dengan
pertikaian Wali dan Ponco menghentikan perdebatan Wali dan Ponco move
ke depan kemudian Darmo berbalik badan bertanya pada Fitri dan Sutris, jika
menghadapi situasi seperti apa yang hadapi Ponco kemudian move ke arah
tempat duduk dan duduk di pojok kanan. Fitri dan Sutris menanggapi
pertanyaan Darmo move beberapa langkah ke depan. Ketika Sutris move,
Ponco juga move ke tempat duduk, duduk di sebelah kiri Darmo.
Sketsa 13
Bloking 13 Teroris
S
W
S
W
S
P
Keterangan
: Penempatan bloking 13
commit to user
D
D
F
P
F
S
S
F
143
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
: Movement 35
: Movement 36
P
: Ponco
W
: Wali
D
: Darmo
F
: Fitri
S
-------
: Sutris
: Berjalan lambat
_________ : Berjalan
Pada bloking 13, posisi bloking Ponco duduk di tengah tempat duduk,
Darmo duduk di sebelah kanan Ponco, Fitri berdiri di panggung tengah
bagian kiri, Sutris berada di sebelah kanan Fitri tetapi tidak sejajar dengan
Fitri, Sutris dan Fitri membentuk garis diagonal, sedangkan Wali berada di
panggung bagian kanan. Wali tidak terima dengan pendapat Fitri dan Sutris,
ia mengumpat dan mencibir Fitri dan Sutris, seketika Sutris langsung bereaksi
untuk menimpali ucapan Wali dan move mendekati Wali. Wali kemudian
move ke arah Sutris dan Darmo kemudian kembali ke panggung depan
sebelah kanan membuang ekspresinya ke arah penonton menceritakan kisah
hidupnya kemudian move ke arah Darmo dan kembali ke bloking sebelumnya
yaitu di panggung tengah bagian kanan. Ketika Wali monolog, Sutris move
duduk di anak tangga bawah samping kanan Darmo, bloking Darmo yang
semula duduk menjadi berdiri, sedangkan Fitri move maju dan berdiri di
depan tempat duduk. Disaat Wali monolog tentang kisah hidupnya, dengan
gaya banyolannya Sutris mencibir Wali dengan move mendekati Wali. Pada
commit to user
144
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
saat itu, Wali langsung tersulut emosinya, berbalik badan move ke arah Sutris
dan mengeluarkan pisau dari kantong celana bagian belakang. Sutris karena
ketakutan dengan ancaman Wali seketika tertunduk dan move. Di waktu
bersamaan Ponco menghentikan aksi Wali mengintimidasi Sutris, Ponco
move ke arah Wali, sedangkan Sutris move lurus ke panggung tengah bagian
pojok kiri dan Fitri dari berdiri move ke tempat duduk dan duduk di tempat
duduk.
Sketsa 14
Bloking 14 Teroris
W
F
P
W
P
W
P
D
F
S
P
W
W
Keterangan
: Penempatan bloking 14
: Movement 37
: Movement 38
: Movement 39
: Movement 40
commit to user
145
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
P
: Ponco
W
: Wali
D
: Darmo
F
: Fitri
S
-------
: Sutris
: Berjalan lambat
_________ : Berjalan
Pada bloking 14, bloking Fitri duduk di tempat duduk, Darmo berdiri
di samping kanan Fitri, Sutris berdiri di depan meja, sedangkan Wali di
panggung tengah bagian kanan. Wali move membedah ruang karena tidak
sependapat dengan pendapat Wali menuju ke panggung tengah bagian kiri,
setelah sampai Wali membalikkan badannya meremehkan Ponco, kemudian
Wali move membedah panggung menuju ke panggung kanan depan,
sedangkan Ponco berjalan beberapa langkah menghadap Wali. Seketika Wali
berbalik badan ketika melihat pernyataan Ponco dan menghampiri Ponco
sambil tertawa licik dan move membedah panggung. Ketika Wali
meremehkan Ponco, Ponco move membedah panggung ke arah panggung
tengah bagian kiri. Wali memancing emosi Ponco, kemudian move beberapa
langkah menuju ke kanan. Ponco move menuju bloking Wali.
commit to user
146
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sketsa 15
Bloking 15 Teroris
W
P
P
W
D
F
P
S
S
P
Keterangan
: Penempatan bloking 15
: Movement 41
: Movement 42
: Movement 43
P
: Ponco
W
: Wali
D
: Darmo
F
: Fitri
S
-------
: Sutris
: Berjalan lambat
_________ : Berjalan
Pada bloking 15, posisi Darmo berdiri di depan tempat duduk sebelah
user berdiri di depan meja move di
kanan, Fitri di samping kiricommit
Darmo,toSutris
147
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
samping kiri Firi. Darmo, Fitri dan Sutris saling merepson satu sama lain dan
memperhatikan perdebatan Ponco dan Wali. Ponco berhadapan dengan Wali
di panggung tengah bagian kanan berdebat dengan Wali. Ponco membedah
ruangan move mendekati Darmo, bloking Ponco berada di kanan Darmo,
Wali move beberapa langkah ke depan dan mencibir pendapat Ponco. Ponco
move membedah ruangan di sayap kiri, kemudian move menuju antara Darmo
dan Fitri.
Sketsa 16
Bloking 16 Teroris
D
W
P
F
S
F
D
F
S
P
P
Keterangan:
: Penempatan bloking 16
: Movement 44
: Movement 45
P
: Ponco
W
: Wali
commit to user
148
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
D
: Darmo
F
: Fitri
S
: Sutris
................ : Berjalan lambat
_________ : Berjalan
Pada bloking 16, posisi Wali di sayap kanan, Wali semakin mencibir
dan meremehkan Wali, tertawa sinis kepada Ponco. Ponco tidak tahan dengan
segala cibiran, umpatan dan ucapan Wali yang selalu memojokan Ponco
hingga tersulut emosinya dan ingin memukul Wali, Ponco move berjalam
cepat ke arah Wali untuk memberi pukulan kepada Wali sedangkan Wali
dengan tatapan sinis menantang Ponco, namun Darmo, Sutris dan Fitri
langsung tanggap untuk melerai menghentikan aksi Ponco degan move cepat
ke kanan mencegah Ponco dan Wali. Ketika Darmo melerai, ia juga tersulut
emosinya karena Wali dan Ponco tidak menghiraukan Darmo berteriak untuk
melerai mereka, kemudian Fitri move mendekati Darmo dan mencegah
Darmo agar tidak emosi.
Sketsa 17
Bloking 17 Teroris
D
F
F
W
P
S
W
S
P
F
P
D
P
W
P
commit to user
S
S
W
P
W
S
149
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan:
: Penempatan bloking 17
: Movement 46
: Movement 47
: Movement 48
: Movement 49
: Movement 50
P
: Ponco
W
: Wali
D
: Darmo
F
: Fitri
S
: Sutris
.............
: Berjalan cepat
-----
: Berjalan lambat
_________ : Berjalan
Pada bloking 17, posisi Darmo berada di antara Wali dan Ponco,
Darmo menghentikan perdebatan Ponco dan Wali. Fitri menenangkan emosi
Darmo agar tidak tersulut emosinya. Sutris menarik Ponco agar tidak
melanjutkan aksinta, Ponco move ke arah meja dan menghadap meja, Sutris
mengikuti Ponco dan berdiri di samping kanan Ponco. Darmo mendakwa
Ponco dan Wali bahwa mereka sudah merusak perjuangan ini, Darmo
menjelaskan bahwa ia masih mempertahankan Wali karena jasa-jasa Wali
yang besar, Wali menerima apa yang diungkapkan Darmo tetapi masih saja
memancing kemarahan Ponco dengan pendapat Wali. Ponco yang sudah
commit to user
150
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
benar-benar tidak tahan dengan kelakuan Wali meluapkan semua emosinya,
lalu move ke bawah untuk berkelahi dengan Wali, sedangkan Wali tidak mau
kalah dan melayani tawaran Ponco. Sutris dengan gesit move untuk menahan
Ponco agar tidak berkelahi dengan Wali, Darmo berteriak menghentikan
perkelahian di antara Wali dan Ponco. Ponco dan Wali perang dingin dengan
saling menatap kebencian, untuk menghargai Darmo sebagai pemimpin
Ponco dan Wali mengakhiri dan move menyebar, Ponco duduk di panggung
tengah bagian kiri depan, Sutris berdiri di samping kiri Ponco, sedangkan
Wali menepi di sayap kanan dan menaikkan salah satu kakinya. Tidak
beberapa lama kemudian, terdengar suara ramai dari luar, Sutris yang tanggap
mendengar suara tersebut langsung menyuruh teman-temannya untuk diam,
Sutris move ke atas menara untuk memantau keadaan di luar, Wali dan
Ponco mengikuti Sutris dengan memantau dari bawah. Ponco, Wali, Fitri dan
Darmo diselimuti rasa tegang dan gelisah, takut jika aksi mereka di ketahui
oleh para centeng residen. Ketika naik dan memantau ke atas, dengan gaya
banyolnya Sutris mengatakan bahwa di luar sedang ramai karena ada orang
yang mencuri tebu di kejar-kejar centeng residen. Ponco, Wali, Fitri dan
Darmo mendengar ucapan Sutris langsung lega. Wali, Ponco dan Sutris move
ke bloking sebelumnya, Darmo mengajak teman-temannya untuk bubar.
commit to user
151
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sketsa 18
Bloking 18 Teroris
D
W
F
D
S
P
F
F
D
W
P
S
Keterangan
: Penempatan bloking 18
: Movement 51
: Movement 52
P
: Ponco
W
: Wali
D
: Darmo
F
: Fitri
S
-------
: Sutris
: Berjalan lambat
_________ : Berjalan
−− ─ −─ ─ : Berjalan sambil berlari
Pada bloking 18, posisi Darmo di bibir depan panggung tengah, Fitri
di samping kiri Darmo, Wali di sayap kanan bawah, Sutris dan Ponco di
commit to user
sayap kiri bawah. Setelah Darmo memberi komando untuk bubar, para teroris
152
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
move menyebar. Fitri move menuju meja untuk mengambil tas berisi bom
yang akan diberikan kepada Sutris dan Ponco. Sutris dan Ponco move
menghampiri Fitri untuk menerima tas dari Fitri kemudian langsung move
cepat keluar. Ponco berjalan lebih dulu disusul oleh Sutris dengan gesit.
Ketika Ponco dan Sutris move, Darmo move membentuk garis diagonal di
sayap kanan tengah, kemudian move lagi untuk melepas kepergian Sutris dan
Ponco. Wali move maju di panggung belakang sebelah kanan melepas Ponco
dan Sutris, sedangkan Fitri move melepas kepergian Sutris dan Ponco dengan
mengikuti mereka dan berhenti pada anak tangga nomor dua.
Sketsa 19
Bloking 19 Teroris
F
W
F
W
W
F
W
W
W
Keterangan
: Penempatan bloking 19
: Movement 53
: Movement 54
commit to user
153
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
: Movement 55
: Movement 56
: Movement 57
W
: Wali
F
: Fitri
-------
: Berjalan lambat
_________ : Berjalan
Pada bloking 19 memasuki adegan 3, bloking Fitri berdiri di anak
pangga atas memantau keadaan luar dengan cemas dan gelisah, sedangkan
Wali memantau dari atas menara, sesekali Wali mencuri pandangan ke arah
Fitri. Ponco move turun ke bawah, memandangi Fitri dan mulai menggoda
Fitri, namun Fitri acuh tidak terlalu menanggapi Wali. Wali move ke sayap
kanan panggung tengah, memancing-mancing Fitri. Fitri terpancing dengan
ucapan Wali karena menyebut Ponco dan mulai tidak nyaman dengan sikap
Wali, sehingga Fitri menciptakan gerakan-gerakan kecil dan berbalik badan
ke arah Wali. Wali move mendekati Fitri menanggapi pernyataan Fitri,
kemudian membuang ekspresi dan move ke sayap kanan. Wali move ke arah
Fitri dan Fitri terapancing emosinya dan turun ke bawah. Wali mengejar Fitri
dengan berdiri di kiri Fitri sambil menatap Fitri.
commit to user
154
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sketsa 20
Bloking 20 Teroris
F
F
W
W
F
W
W
Keterangan
: Penempatan bloking 20
: Movement 58
: Movement 59
: Movement 60
W
: Wali
F
: Fitri
...............
: Berjalan cepat
-------
: Berjalan lambat
_________ : Berjalan
─ - ─ - ─ - : Bergulung
Pada bloking 20, posisi Wali berdiri di depan ujung tempat duduk
sebelah kanan, sedangkan Fitri berada di kanan Wali. Fitri move ke kanan
membentuk garis diagonal, Wali tanggap mengikuti Fitri. Ketika dialog, Wali
commit to user
155
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
selalu memancing-mancing Fitri namun Fitri selalu menanggapi Wali dengan
ketus dan acuh. Wali move ke depan panggung tengah duduk kemudian
monolog. Pada saat Wali monolog, diam-diam Fitri mencuri pandangan ke
arah Wali kemudian tertunduk. Fitri move berjalan dengan sangat pelan
mendekati Wali, Fitri bersimpuh memeluk Wali dari belakang, Wali
menanggapi pelukan Fitri, menangkap Fitri dan menjatuhkan Fitri setelah
tersadar bahwa waktu pelemparan bom tiba. Wali berbegas bangun dan naik
ke menara memantau jam dan melihat keadaan, Fitri mengikuti Wali berjalan
menuju menara.
Sketsa 21
Bloking 21 Teroris
P
P
P
L
L
L
Keterangan
: Penempatan bloking 21
: Movement 61
: Movement 62
commit to user
156
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
P
L
-------
: Ponco
: Lelaki
: Berjalan lambat
_________ : Berjalan
Pada bloking 21 memasuki adegan 4, Ponco berada di sebuah ruangan
seperti penjara sedang duduk meratapi nasibnya. Terdapat seorang lelaki yang
sedang menyapu di luar ruangan berada di panggung kanan depan. Ponco
lebih dahulu membuka pembicaraan dengan lelaki tersebut, sembari
melakukan aktivitasnya ia mengajak menanggapi ucapan Ponco. Lelaki
tersebut berbalik badan dan move ke kiri, menceritakan keda Ponco mengapa
dipanjara. Lelaki move ke kanan bertanya kepada Ponco, setelah menjawab
Ponco move ke belakang. Lelaki move ke kiri mengumpat dengan kata-kata
kotor, mendengar lelaki tersebut berbicara kotor tidak karuan, Ponco move
mendekatinya bertanya kepada lelaki tersebut. lelaki tersebut menjelaskan
kepada Ponco bahwa dia seorang algojo di penjara ini, jika tidak
melaksanakan tugas, hukumannya akan ditambah namun akan berkurang jika
lelaki tersebut melaksanakan tugasnya. Ponco tertawa lepas, si lelaki tidak
rela membunuh Ponco tetapi jika tidak membunuh Ponco hukumnnya akan
ditambah. Lelaki move keluar melewati depan panggung.
commit to user
157
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sketsa 22
Bloking 22 Teroris
P
P
P
P
P
N
N
N
N
Keterangan
: Penempatan bloking 22
: Movement 63
: Movement 64
: Movement 65
: Movement 66
P
S
-------
: Ponco
: Nyai
: Berjalan lambat
_________ : Berjalan
Pada bloking 22, muncul seorang perempuan dari belakang panggung
move berdiri di samping sebelah kiri penjara. Suara nyai memecahkan
perhatian Ponco yang sebelumnya tertawa melepas kepergian algojo. Ponco
bersikap acuh dan tidak terlalu memperdulikan Nyai, sebab Ponco merasa
commit to user
158
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tidak mengenal nyai. Nyai move ke depan penjara dan memperkenalkan siapa
dirinya. Ketika nyai memperkenalkan dirinya bahwa ia seorang istri residen,
Ponco seketika terkejut tapi tidak melepas pandangnya tetap di pojok sebelah
kanan depan. Sikap Ponco ketus terhadap nyai. Nyai move membedah
panggung depan penjara, monolog tentang dirinya move ke mendekati Ponco
kemudian berbalik badan menghadap penonton. Ponco membedah panggung
berukuran 2x2 meter, sesekali duduk di tengah kemudian mendekati nyai. Di
akhir adegan nyai menghadap penonton posisi berdiri menjadi duduk
bersimpuh, sedangkan Ponco mendekati nyai, berdiri dan mengikuti gestur
nyai dengan duduk bersimpuh di belakang nyai.
Sketsa 23
Bloking 23 Teroris
S
F
D
D
F
F
F
Keterangan
: Penempatan bloking 23
: Movement 67
: Movement 68
commit to user
159
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
: Movement 69
D
: Darmo
F
: Fitri
S
: Sutris
_________ : Berjalan
- - - - - - - : Berjalan lambat
Pada bloking 23 masuk pada adegan lima, posisi Fitri duduk di lantai
mendekap lututnya, Darmo gelisah dan prihatin melihat sikap Fitri yang
berkhayal tentang. Darmo mengajak Fitri untuk masuk ke dalam, namun Fitri
tidak menghiraukan Darmo. Darmo menyuruh Fitri berhenti untuk tidak
memikirkan Ponco, seketika Fitri langsung berdiri dan move ke arah Darmo.
Fitri move menuju ke sayap kanan panggung dan mulai berkhayal tentang
Ponco, tidak lama kemudian muncul Sutris dari arah belakang kemudian
memasuki panggung. Mendengar suara Sutris, Darmo tanggap berbalik badan
dan move ke arah Sutris. Fitri move untuk menyambut Sutris.
Sketsa 24
Bloking 24 Teroris
S
D
F
W
D
S
S
F
w
W
commit to user
160
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan
: Penempatan bloking 24
: Movement 70
: Movement 71
W
: Wali
D
: Darmo
F
: Fitri
S
-------
: Sutris
: Berjalan lambat
_________ : Berjalan
−− ─ −─ ─ : Berjalan sambil berlari
Pada bloking 24, posisi Sutris berdiri di panggung belakang bagian tengah,
Darmo berdiri di samping kiri Sutris, sedangkan Fitri berada di sayap kanan
panggung tengah. Sutris move beberapa langkah ke depan, menjelaskan kepada
Darmo dan Fitri tentang alasan ia kembali bergabung di organisasi ini. Darmo
dengan senang atas kembalinya Sutris dan berkeyakinan penuh kepadanya, begitu
juga Fitri. Fitri move nyigar tempe ke arah depan sebelah kiri mulai berkhayal
tentang Ponco. Tidak lama kemudian, terdengar suara Wali dari arah pintu depan,
Wali berhnti dan menyatakan bahwa menyesal selalu menyangsikan Ponco, lalu
move menuju panggung tengah bergabung dengan teman-temanya. Mendengar
suara Wali tentang Ponco, Fitri langsung tanggap berbalik ke arah suara Wali.
commit to user
161
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sketsa 25
Bloking 25 Teroris
S
W
D
F
S
F
W
F
W
Keterangan:
: Penempatan bloking 26
: Movement 72
: Movement 73
W
: Wali
D
: Darmo
F
: Fitri
S
-------
: Sutris
: Berjalan lambat
_________ : Berjalan
Pada bloking 25, posisi Darmo tetap di panggung tengah agak
menjorok ke dalam bagian kanan, Sutris di depan sudut ruangan, Fitri di
panggung tengah bagian kiri, sedangkan Wali di samping kanan Fitri. Fitri
commit to user
162
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sangat antusias dengan kedatangan Wali, sebab Wali membawa kabar berita
tentang Ponco, antara sadar dan tidak sadar, Fitri kembali dalam lamunannya
berkhayal tentang Ponco dengan move ke depan sebelah kanan, Wali
menceritakan apa yang dilihatnya ketika menyaksikan Ponco ditembak mati
dengan move ke arah bibir jalan menuju menara berhenti sejenak kemudian
move menuju menara. Fitri mengejar Wali dan meminta Wali meneruskan
ceritanya, namun Wali tidak ingin melanjutkan lagi.
Sketsa 26
Bloking 26 Teroris
S
D
S
D
F
F
D
\
S
W
F
W
F
F
Keterangan
: Penempatan bloking 26
: Movement 74
: Movement 75
: Movement 76
: Movement 77
commit to user
W
163
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
W
: Wali
D
: Darmo
F
: Fitri
S
-------
: Sutris
: Berjalan lambat
_________ : Berjalan
................ : Berjalan cepat
Pada bloking 26, posisi Fitri berhadapan dengan Wali di bawah
menara, panggung depan bagian kiri. Bloking Darmo berdiri serong kiri
menghadap Wali dan Ponco, sedang Sutris di samping kanan Darmo. Fitri
meminta Wali untuk melanjutkan apa yang dilihat Wali, namun Wali berhenti
tidak melanjutkan ceritanya, seketika Fitri langsung mundur, meluapkan
semua yang ada dibenaknya, kemudian move menuju Darmo dan Sutris.
Darmo dan Sutris hanya bereaksi menundukan kepala ketika Fitri meluapkan
emosinya, Fitri lalu move beberapa langkah ke kanan depan. Sutris move ke
kiri, berdiri berhenti di depan tempat duduk. Darmo move beberapa langkah
mendekati Fitri mencoba menenangkan Fitri. Fitri move beberapa langkah ke
kanan membentuk ga membentuk garis diagonal, kemudian meminta Darmo
untuk mengijinkan Fitri melemparkan bom. Darmo menolak keinginan Fitri,
namun Fitri berbalik badan dan merayu agar Darmo mengijinkannya. Darmo
diselimuti kebimbangan antara mengijinkan Fitri atau tidak, namun Fitri
merasa Darmo mengijinkannya dan langsung bergegas move menuju meja
untuk mengambil tas berisi bom kemudian move keluar dengan berjalan
cepat. Ketika Fitri meminta ijin kepada Darmo, Wali dan Sutris terkejut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
164
digilib.uns.ac.id
dengan pernyataan Fitri, Wali move di bibir jalan menuju panggung utama.
Darmo tidak bisa mencegah keinginan Fitri sebab Sutris dan Wali meminta
Darmo untuk mengijinkan Fitri. Fitri move menuju anak tangga dan keluar,
Darmo move melepaskan Fitri dengan mengikuti Fitri dari belakang dan
berhenti di anak tangga nomor 5. Sutris mengikuti di belakang Darmo dan
berhenti di bibir anak tangga. Wali move maju beberapa langkah di depan
tempat duduk.
d. Tahap pemantapan
Segala sesuatu yang sudah dilakukan para pemain dan pendukung
pementasan secara berulang-ulang akan menjadi bagian yang mantap bagi
para pelaku. Tahap pemantapan dilakukan dengan penuh keseriusan untuk
menghasikan sesuatu yang benar-benar pada titik pemantapan. Untuk
mencapai ke tahap pemantapan dibutuhkan waktu yang cukup agar
kemantapan para pelaku dapat mendarah daging dan menetap. Hal tersebut
juga menjadi bagian dari proses lakon Teroris, para pemain latihan secara
berulang-ulang. Saling berkomunikasi dan diskusi baik antar pemain dan
sutradara. Mereka saling mendukung dan memberi masukan antara satu
dengan yang lainnya. Pada tahap ini, karakter yang dimainkan mereka sudah
terbentuk dan semakin matang. Sutradara bertugas memberi motivasi kepada
para pemain agar tetap konsisten dengan karakter yang dibawakannya.
e. Tahap penyesuaian
Pada tahapan penyesuaian merupakan tahap penyesuaian dengan
semua kondisi dilakukan oleh seluruh aspek pendukung yang sudah
mempersiapkan tugasnya masing-masing. Seluruh aspek pendukung pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
165
digilib.uns.ac.id
tahap penyusaian tidak langsung dipersatukan latihan pada suatu latihan
tetapi mereka dipersatukan pada waktu latihan ketika akan mendekati
pementasan. Setelah latihan Gigok Anurogo selalu memberikan evalusi
kepada semua pihak yang terlibat pada pementasan ini. Jika ada kekurangan
persiapan pementasan dapat diperbaiki selama proses berlangsung. Tahapan
demi tahapan dilakukan, agar tidak terjadi kekacauan ketika pementasan
berlangsung.
Pada lakon Teroris, tahap penyesuaian pertama adalah masuknya tim
musik ke dalam latihan bloking. Penata menafsirkan musik yang cocok untuk
mengiringi adegan kemudian menata musik apa yang akan diusungnya
bersama kelompok musiknya. Selanjutnya, tim musik melakukan latihan
sendiri dengan kelompoknya. Ketika latihan mereka sudah matang
dipersatukan dengan pemain ke dalam suatu latihan. Tujuan dipersatukan
antara tim musik dengan para pemain adalah mengukur sampai sejauh
manakah latihan yang sudah dijalani sebelumnya. Meski begitu, baik pemain
atau pun tim musik tetapi masih membutuhkan waktu latihan sendiri sebelum
di luar jam latihan rutin yang sudah dijadwalkan.
Seiring jalannya proses latihan, para pemain dapat menyesuaikan
posisinya dengan tim musik begitu juga sebaliknya. Mereka membentuk satu
kesatuan sehingga tidak berdiri sendiri-sendiri. Proses latihan mereka
berakhir sampai pementasan berlangsung.
Tahap penyesuaian selanjutnya adalah penyesuaian dengan kostum
termasuk properti yang akan dibawa atau dipakai. Penata kostum menafsirkan
busana apa yang cocok dikenakan pemain dalam adegan. Hal ini dilakukan
commit to user
166
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
agar pemain tidak kaku ketika di atas panggung dan jika terdapat adegan yang
mengharuskan pemaian untuk berganti kostum, pemain sudah mengerti apa
yang harus ia lakukan. Mereka sudah menyesuaikan kostum yang akan
dikenakannya karena sebelumnya sudah beradaptasi dengan kostum yang
akan dikenakannya. Tahap ini dilakukan seminggu sebelum pementasan.
Tahap
selanjutnya
adalah
penggabungan
elemen
pendukung
pementasan, baik kostum, artistik dan musik. Tahap ini dilakukan untuk
mengukur sejauh manakah hasil latihan yang sudah dijalani. Pada lakon
Teroris, tahap ini dilakukan ketika gladi kotor. Setting yang digunakan berupa
kontruksi bangunan dari bambu dan hanya bisa dipasang satu hari sebelum
pementasan karena gedung Teater Arena TBJT sebelumnya digunakan untuk
beberapa event yang sudah di agendakan pihak Taman Budaya Jawa Tengah.
Walaupun setting belum sempurna para pemain sudah harus mampu
menyesuaikan bagaimana setting panggungnya, sebab mereka sudah
mempersiapkan apa yang harus mereka lakukan di atas panggung dan berlatih
dengan matang sebelumnya.
Tahap terakhir adalah penggabungan seluruh elemen pendukung yaitu
sebuah pementasan. Sebelum pementasan, para pemain melakukan gladi
bersih. Gladi bersih merupakan persiapan terakhir yang dilakukan sebelum
pementasan. Tahap selanjutnya adalah pementasan, di mana seluruh unsur
elemen pendukung pementasan bergabung menjadi satu kesatuan yang utuh
dan apik. Para pemain membawakan peran mereka masing-masing sesuai
dengan karakter yang dibawakan, didukung oleh tata panggung, tata cahaya,
tata musik, tata kostum dan make-up di atas panggung. Gigok Anurogo
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
167
digilib.uns.ac.id
berhasil menata seluruh pendukung pementasan dan mampu mevisualisasikan
naskah lakon menjadi sesuatu yang hidup dan membuat imajinasi penonton
terbawa menjadi satu dengan pementasan sehingga hasil dari proses ini dapat
dinikmati oleh penyelenggara dan penonton.
6.
Mengkoordinasi setiap bagian
Ketika proses produksi seorang sutradara tidak berdiri sendiri. Bersama
tim produksi dan kerabat kerja, mereka melangkah bersama untuk menyukseskan
sebuah pementasan. Begitu pula yang dilakukan Gigok Anurogo sebelum
melangkah ia melakukan koordinasi kepada seluruh elemen pendukung
pementasan. Gigok Anurogo sebagai sutradara memaparkan konsep garap yang
akan digarapnya, setelah terjadi kesepakatan antar pendukung kemudian para
kerabat kerja teater menafsirkan konsep garap teater dengan bekal dan
pemahaman mereka masing-masing sebagai penafsir kedua. Tahap koordinasi
selanjutnya berupa diskusi yang biasa dilakukan di awal latihan, jeda latihan,
selesai latihan atau pendekatan personal terhadap seluruh elemen pendukung
pementasan. Komunikasi antar kerabat kerja harus terjalin dengan baik, sebab
sistem kerja teater adalah sistem kerja yang saling mempengaruhi satu sama lain
saling berhubungan dan berkesinambungan.
Proses produksi berjalan setelah seluruh elemen pendukung pementasan
melakukan tugasnya masing-masing. Mereka berangkat dari awal secara bersama
dan mempunyai tujuan yang sama kemudian merealisasikan ke sebuah
pementasan. Meskipun Gigok Anurogo membebaskan kreatifitas para kerabat
kerja teater, tetapi Gigok Anurogo sebagai sutradara bertanggung jawab penuh
untuk tetap memberi pengarahan kepada seluruh kerabat kerja teater. Sutradara
commit to user
168
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebagai pemimpin mengkoordinasikan satu sama lain dengan baik agar tercipta
sebuah harmonisasi di atas panggung.
B. Gaya penyutradaraan
Proses penyutradaraan merupakan cara atau langkah seorang sutradara
ketika menggarap suatu lakon. Proses penyutradaraan dapat berguna untuk
mengetahui ciri atau gaya seorang sutradara ketika menggarap suatu naskah ke
dalam sebuah pertunjukan teater. Seorang sutradara ketika akan menggarap suatu
lakon pasti mempunyai sebuah konsep pertunjukan tentang naskah lakon yang
akan digarapnya. Begitu juga yang dilakukan Gigok Anurogo dalam lakon Teroris
karya Albert Camus.
Hal pertama yang dilakukan Gigok Anurogo adalah memilih naskah.
Naskah kemudian ditafsir dan dikaji. Hal selanjutnya yang dilakukan Gigok
Anurogo adalah memberikan interpretasi pada teks naskah drama kemudian
memikirkan kemungkinan pemvisualisasian dengan memanfaatkan segala sarana
yang memungkinkan untuk mencapai suatu pementasan yang berhasil.
Naskah Metamorfosa Kosong terjemahan Radhar Panca Dahana sebagai
modal awal Gigok Anurogo ketika menggarap suatu lakon. Kedudukan naskah
lakon sebagai sumber cerita. Gigok Anurogo sebagai sutradara lebih menyoroti
Albert Camus, sebab karya-karya Albert Camus struktur dramatiknya kuat, tema
yang diangkat kuat dan selalu membicaraan eksistensialis. Dari segi sastra, naskah
tersebut mempunyai bobot sastra yang tinggi, baik dari gaya bahasa dan pemilihan
kata, tetapi Gigok Anurogo juga tidak melepaskan Radhar Panca Dahana sebagai
penerjemah naskah. Radhar Panca
Dahana
menerjemahkan dan mengadaptasi
commit
to user
perpustakaan.uns.ac.id
169
digilib.uns.ac.id
naskah tersebut disesuaikan dengan keadaan dan kebudayaan Indonesia, dengan
latar waktu terjadi ketika Indonesia belum merdeka. Berikut kutipan wawancara
dengan Gigok Anurogo mengenai proses pembedahan naskah.
“Ya.., pada naskah ini, menunjukkan tentang perjuangan para tokohtokohnya. Tokoh-tokoh tersebut, selalu memiliki keinginan untuk
membrontak terhadap keadaan dirinya, sesuai dengan karakter mereka
masing-masing. Hal itu menujukkan, bahwa karakter tokoh yang
dimunculkan Albert, sangatlah kuat, setiap tokoh punya karakter
masing-masing..., yang membedakan dengan karakter satu dengan yang
lainnya... Dan lakon yang saya pilih, adalah karya Albert Camus
kemudian diterjemahkan oleh Radhar Panca Dahana. Karena Albert
Camus merupakan seorang penulis eksistensialis, karya Albert Camus
selalu membicarakan tentang kondisi sosial, dan kondisi sosial yang
diangkat dapat disesuaikan dengan kondisi di Indonesia sekarang.”
(Gigok Anurogo, 27 Maret 2014).
Pemilihan naskah tersebut menunjukkan bahwa Gigok Anurogo selalu
memilih naskah yang menceritakan tentang kemanusiaan. Terbukti bahwa lakonlakon yang dipilih Gigok Anurogo sebelumnya selalu menceritakan tentang
hubungan antar manusia, seperti lakon Nyi Sulastri, Kumbokarno, Bila Malam
Bertambah Malam, Semilir Angin ing Bruk Belis, Perempuan-perempuan,
Cermin.
“Ya.., setelah memilih naskah, saya membacanya lagi.., berkali-kali
kemudian mengkajinya, dan menghasilkan sebuah sanggit. Sebuah
sanggit, akan menghasilkan bentuk pertunjukan seperti apa, yang
akan saya pilih. Dan pada lakon Teroris, saya memilih konsep
garap teater tradisi, karena saya pelaku dari teater tradisi.” (Gigok
Anurogo, 27 Maret 2014).
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa naskah lakon dibaca berulangulang, dicermati, dan dibedah satu persatu oleh Gigok Anurogo. langkah
sekanjutnya yang dilakukan Gigok Anurogo adalah mengkaji sebuah naskah
kemudian menafsirkannya. Pengkajian dan penafsiran seorang sutradara
menghasilkan sebuah sanggit, yaitu pilihan apa yang akan digarapnya. Sebuah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
170
digilib.uns.ac.id
sanggit akan menghasilkan bentuk pertunjukan seperti apa yang akan digarapnya.
Konsep sanggit sutradara selalu menawarkan banyak kemungkinan-kemungkinan
penggarapan yang sangat menarik dengan berbagai penafsiran dan mencerminkan
pribadi sang sutradara itu sendiri.
Ketika pada tahap penafsiran sutradara memberikan nada dasar
pementasan. Pemberian nada dasar pementasan yang dimaksud adalah sutradara
mencari motif pada naskah lakon yang memberi ciri kejiwaan. Meskipun naskah
lakon Teroris termasuk jenis aliran drama esistensialis, Gigok Anurogo membawa
lakon Teroris ke dalam pertunjukan realis. Di mana dalam penceritaannya
menghadirkan tafsir nilai atas kehidupan nyata yang bisa dinikmati dan dipahami
oleh penonton. Hal tersebut selalu tampak dalam penyutradaraan Gigok Anurogo.
Gigok Anurogo pada lakon Teroris memilih konsep garap teater tradisi.
Konsep garap Gigok Anurogo yaitu teater modern bernafas teater tradisi, sebab
teater tradisi memberi ciri nafas khasanah teater modern. Pemaparan tentang teater
tradisi yang dimaksud adalah teater tradisi penuh dengan idiom, simbol, dan nilainilai kehidupan, tidak sekedar menjadi sebuah tontonan tetapi menghadirkan suatu
dinamika kehidupan manusia. Berikut kutipan wawancara dengan Gigok Anurogo
mengenai konsep pertunjukan yang akan diusungnya.
“Ya berangkat dari konsep garap teater tradisi, baik musik, setting,
lighting, tata rias dan busana sebagai sarana pemanggungan, menjadi
satu harmoni pertunjukan. Alur dramatik, menuju harmoni
pertunjukan, juga menggunakan konsep teater tradisi. Bisa
dikatakan, teater modern bernafas teater tradisi. Sebab, teater tradisi
memberi ciri nafas khasanah teater modern. Bukan bentuk teater
tradisional wantah, tetapi esensi dari teater tradisi itu sendiri. Teater
tradisi yang dimaksud adalah, teater tradisi yang penuh dengan
simbol-simbol, nilai-nilai kehidupan, dan tidak sekedar menjadi
sebuah tontonan tetapi
menghadirkan
suatu dinamika kehidupan
commit
to user
manusia.” (Gigok Anurogo, 27 Maret 2014)
171
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pemilihan konsep garap teater tradisi yang bernafas modern menunjukkan
bahwa Gigok Anurogo merupakan sutradara yang mempunyai warna tersendiri
ketika menggarap suatu lakon. Pemilihan teater tradisi didasari karena Gigok
Anurogo merupakan pelaku tradisi. Gigok Anurogo selalu menyisipkan unsur
tradisi di setiap garapannya. Pada lakon Teroris terlihat pada keseluruhan elemen
pendukung pertunjukan saling berkesinambungan sehingga menghasilkan satu
kesatuan yang harmonis.
Gigok Anurogo memaparkan konsep garap yang ingin digarapnya kepada
seluruh elemen pendukung pementasan teater kemudian para pelaku yang terlibat
menafsirkan konsep garap Gigok Anurogo dengan bekal dan pemahaman mereka
masing-masing. Para elemen pendukung pertunjukan sebagai penafsir kedua
setelah sutradara memaparkan konsep garapnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa
Gigok Anurogo merupakan tipe sutradara konseptor. Berikut kutipan wawancara
dengan penata artistik mengenai konsep sutradara.
“Tafsir naskah?saya selalu ngobrol dengan sutradara sebelum saya
membuat konsep untuk perencanaan artistik, secara tidak langsung,
saya menyamakan tafsir saya dengan sutradara... Ini untuk masalah
tafsir cerita. Kami tidak bekerja dengan sistem seperti itu, sutradara
tidak memberikan penafsiran untuk mewujudkan tata panggung, tapi
sutradara punya konsep dan penafsiran naskah. Sudah menjadi tugas
kami... Tim artistik membuat penataan pentas yang sesuai dengan
konsep dan tafsir tersebut.” (Tuwuh Jagad, 6 Juni 2015)
Gigok Anurogo menyerahkan konsep penafsiran pada seluruh elemen
pendukung pementasan dan membiarkan mereka mengembangkan konsep ini
sendiri untuk lebih kreatif tetapi juga terkait dengan konsep yang dipegang oleh
sutradara. Sebagai sutradara Gigok Anurogo tidak membatasi kreatifitas mereka.
commit to user
172
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berikut kutipan wawancara dengan penata lighting, penata musik, penata rias dan
kostum tentang sistem kerja Gigok Anurogo.
“Ya saya.., diajak Babe.., didapuk jadi penata cahaya.., ya saya kan
berdiri sendiri.., saya tidak perlu ada kru.., nanti paling sama kru
TBS yang membantu... Ya saya, mengikuti beberapa kali latihan,
kalau sudah terbentuk blokingnya.., saya juga membaca naskahnya
juga.., terus saya buat lay out, saya serahkan ke Babe. Ya Babe,
menyerahkan sepenuhnya kepada saya... Waktu gladi bersih.., ya di
coba.” (Caroko Turah, 7 Juni 2014)
“Ya mungkin, sistemnya Babe sama.., sebagai sutradara, dia
membebaskan kami, untuk mengeksplor kemampuan kami masingmasing. Dia tidak membatasi kreatifitas kami. Semua.., diserahkan
kepada kami.., hanya, Babe memberikan poin-poin, yang kemudian
kami kembangkan. Ya sistem kerja saya.., saya tidak berkerja
sendiri.., bersama teman-teman musik, kami saling diskusi, dan
mengerjakannya bersama.., tapi juga tidak lepas dari arahan saya..,
dan saya, tidak lepas dari arahan sutradara.” (Respati Galang, 6
Juni 2014)
“Gimana ya.., ya.., saya ditunjuk sebagai penata kostum dan makeup.., ya selanjutnya, saya membaca naskah, kemudian berdiskusi
kepada Pak Gigok... Ya mungkin, sama seperti penata lain, Pak
Gigok membebaskan kami, untuk menafsirkan apa yang ada di
dalam naskah.” (Migie Pitaloka, 6 Juni 2014)
“Ya Babe.., menyerahkan penuh keproduksian kepada kami, tapi
Babe tidak lepas stir gitu..., beliau memantau kami, dan kamipun
tidak lepas berkomunikasi dengan beliau..., pokoknya enaklah...”
(Anggoro, 6 Juni 2014).
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa para penata mengeksplor
kemampuan mereka masing-masing tetapi tetap berpegang konsep yang telah
diberikan Gigok Anurogo. Gigok Anurogo membebaskan setiap para penata untuk
mengeluarkan seluruh kemampuan mereka masing-masing untuk menyukseskan
sebuah pertunjukan. Hal itu menunjukkan bahwa Gigok Anurogo merupakan
seorang sutradara yang lunak, memberi kesempatan kepada seluruh elemen
pertunjukkan untuk berkembang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
173
digilib.uns.ac.id
Tidak hanya dengan para penata, Gigok Anurogo sebagai sutradara juga
membebaskan seluruh kreativitas tiap pemain. Dibuktikan dengan wawancara
kepada para pemain.
“Ya kamu tahu sendiri, kalau Babe pasti membebaskan kreativitas
teman-teman.., Babe mempersatukan kami, sesuai dengan porsi
masing-masing.., karena mungkin, kami sering proses bareng, jadi
tahu karakter satu dengan yang lain. Komunikasi tidak akan pernah
putus.., saling memberi masukan antara satu dengan yang lain.”
(Yogi Swara, 7 Juni 2014).
“Ya Pak Gigok.., pasti membebaskan semua, baik pemain, lighting,
artistik.., dia tidak membatasi semua kreativitas masing-masing...
Ya.., Babe, juga tidak membatasi diri, untuk tidak membuka
sharing. Kami pemain dengan sutradara, pemain antar pemain,
pemain dengan crew saling berkomunikasi, berdiskusi.., tidak jalan
sendiri-sendiri.” (Yustinus Popo, 7 Juni 2014).
“Saya kan, tidak kali ini bareng Babe, saya sudah tahu, watak
Babe.., Mmm.., ya Babe, membebaskan kami.., terserah interpretasi
kami bagaimana. Jika tidak sesuai, ya dibenakne.., saya sering
dimarahin.., tapi itu sebagai motivasi, agar saya, bisa menjadi yang
lebih baik.” (Banuaji, 7 Juni 2014).
“Konsep sutradara, saya terima dengan baik. Tentunya dengan
dukungan, dan arahan sutradara, juga pemain lain. Penafsiran
sutradara untuk tokoh Fitri ini, disesuaikan dengan karakter pribadi
saya. Namun, bukan berarti.., tokoh Fitri, sama persis dengan saya.
Ada beberapa hal yang berbeda, seperti keteguhan dan keyakinan
Fitri, ketika menyerahkan bom dan berdialog dengan Ponco.
Sutradara, memberikan ruang kreatif untuk saya, mengeksplorasi
karakter Fitri.” (Nissa Argarini, 7 Juni 2014).
“Konsep sutradara sudah jelas, bahwa konsep dibawa adalah,
konsep teater tradisi.., kalau soal pencarian, ya.., itu tugas aktor
masing-masing.” (Akbar, 7 Juni 2014).
“Kalau dari segi, saya sebagai pemain, konsep sutradara cukup bisa
saya terima dengan baik. Karena sudah beberapa kali disutradarai
oleh beliau. Jadi dalam proses ini, saya tidak banyak mengalami
kesulitan. Karena sudah cukup paham, apa yang dimaksudkan oleh
beliau.” (Migi Pitaloka, 7 Juni 2014).
Selain itu, ketika proses berlangsung Gigok Anurogo merupakan tipe
commit
to user
sutradara koordinator. Tidak hanya
pemain
yang berkoordinasi dengannya tetapi
perpustakaan.uns.ac.id
174
digilib.uns.ac.id
seluruh unsur pendukung lainnya saling berkoordinasi. Sutradara sebagai
pemimpin mengkoordinasikan satu sama lain dengan baik agar tidak tumpang
tindih. Terbukti pada lakon Teroris, Gigok Anurogo melakukan persiapanpersiapan, memasuki tahapan-tahapan penggarapan, dan mengatasi semua kendala
yang ada. Ketika proses berjalan Gigok Anurogo menjembatani komunikasi antar
elemen pedukung agar menjadi satu kesatuan yang utuh.
Prinsip Gigok Anurogo ketika menggarap lakon Teroris adalah
menanamkan kepercayaan kepada seluruh elemen pendukung pementasan. Hal
tersebut yang mendorong kesadaran diri para elemen pendukung pementasan
untuk berkembang dan mengeksplor kemampuannya secara maksimal. Sebagai
sutradara ia membebaskan para elemen pendukung pementasan untuk bebas
menafsirkan kembali konsep yang telah diberikan, mengeskplor seluruh
kemampuannya secara maksimal dan merealisasikannya ke dalam bentuk
pertunjukan teater. Untuk merealisasikan ke dalam sebuah pertunjukan
dibutuhkan jalinan kerja sama antar elemen pendukung, seperti: pemain, penata
cahaya, penata musik, penata artistik, penata kostum dan make-up, kru dan tim
produksi. Kerja sama harus dilandasi dengan rasa kebersamaan untuk
mewujudkan apa yang mejadi tujuan mereka yaitu sebuah pementasan. Agar
semuanya dapat berjalan lancar dan sesuai dengan rencana maka jalinan kerja
sama harus terkoordinasikan dengan baik dan harus imbang jangan sampai
tumpang tindih. Berikut wawancara dengan Gigok Anurogo yang membuktikan
bahwa beliau termasuk seorang sutradara koordinator.
“Jadi begini, itu kan konsep pokok saya.., tugas saya,
menggabungkan seluruh unsur tersebut, agar menjadi satu. Masingmasing unsur, mempunyai tugas sendiri untuk menafsir kembali
commit to
user
konsep yang saya berikan,
dan
menafsir naskah itu sendiri.., sesuai
175
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan tugasnya. Jadi, saya yang menampung semua kreasi dari
seluruh unsur tersebut. Mereka harus mampu mengembangkannya
sendiri, sesuai dengan imajinasi mereka masing-masing. Tafsir
saya, sebagai sangu, dan naskah harus mereka kaji lagi... Jangan
cuma dari saya. Itu juga untuk melatih, dan mengasah kemampuan
mereka masing-masing. Ya saya seperti keran air.., kalau air yang
di dalam ember butuh di isi agar penuh, kan harus di hidupkan..,
keran air dibuka, dibesarkan.., tapi kalau sudah melebihi pasti
dikecilkan, kalau sudah penuh dimatikan, kalau mau diisi dibuka.
Jadi, saya yang mengontrol semua. Hal itu saya lakukan, agar
semua unsur sesuai dengan kadarnya. Agar, satu dan yang lainnya
dapat menyatu, harmonis, menjadi kesatuan yang apik.”
Kerja sama yang dihasilkan sutradara, pemain, penata cahaya, penata
musik, penata artistik, penata kostum dan make-up, crew dan tim produksi
menghasilkan sebuah pertunjukan dengan penataan cahaya, musik, setting,
kostum dan make-up dalam lakon Teroris sangat berpadu dan menyatu menjadi
satu kesatuan yang harmonis dengan permainan pemain di atas panggung. Gigok
Anurogo berhasil menata sebuah permainan yang hidup dan menarik di atas
panggung. Peristiwa yang diangkat di atas panggung dapat diterima dan dipahami
oleh penonton.
Hal yang dilakukan Gigok Anurogo tersebut dapat menentukan sutradara
yang bagaimanakah dirinya. Seiring berjalannya proses produksi, sebagai
sutradara ia dapat menempatkan dirinya sebagai intrepetator, yaitu sutradara yang
mempunyai konsep, menguraikan, memaparkan dan menjelaskan secara rinci
konsepnya
kemudian
membebaskan
para
elemen
pendukung
untuk
mengeksplorasi kemampuan dan daya imajinatifnya seperti gaya Laissez Faire.
Terbukti ketika Gigok Anurogo sudah mempunyai pandangan tentang siapa saja
yang akan bekerja sama dengannya untuk mendukung menyukseskan lakon
Teroris. Berikut kutipan wawancara dengan Gigok Anurogo tentang pemilihan
commit to user
pemain dan unsur pendukung lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id
176
digilib.uns.ac.id
“Jadi soal pemain, saya ketika membaca, saya pasti berimajinasi..,
membayangkan.., siapa saja yang cocok memerankan tokoh yang
ada dalam naskah.., begitu juga elemen pendukung, saya sudah
punya pilihan saya sendiri.., itu awalnya.” (Gigok Anurogo, 27
Maret 2014)
“Iya.., karena saya percaya, saya yakin.., pertimbangan memilih
pemain dan unsur pendukung pementasan, seperti penata musik,
lighting, setting, kostum dan rias, berdasarkan kemampuan dan
pengalaman mereka masing-masing.., dengan “jam terbang” tinggi.
Tujuannya, agar lakon sesuai dengan apa yang saya harapkan. Jadi,
setelah saya memilih calon pemain, jika mereka bersedia, hal
selanjutnya adalah mengikuti proses latihan. Nanti kita lihat
perkembangan mereka, proges latihan mereka.., begitu juga elemen
pendukung.., jadi saya ini menggabungkan mereka.” (Gigok
Anurogo, 27 Maret 2014)
Gigok Anurogo memilih dan mengajak beberapa orang yang terlibat di
antaranya: Tuwuh Jagad sebagai penata artisik, Caroko Turah sebagai penata
lighting, Respati Galang sebagai penata musik, Migie Pitaloka sebagai penata
busana dan rias, Anggoro Budi sebagai pimpinan produksi dan Arya Ananta
sebagai stage manager. Pemain yang dipilihnya antara lain: Yogi Swara Manitis
Aji sebagai Ponco, Yustinus Popo sebagai Wali, Banuaji sebagai Darmo, Nissa
Argarini sebagai Fitri, Dewi Ayu Pitaloka sebagai Nyai dan dua pemain tambahan
Emmanuel dan Sun sebagai centeng residen. Hal tersebut dilakukan Gigok
Anurogo karena ia mengerti betul kemampuan masing-masing orang yang diajak
bekerja sama dengannya dan percaya bahwa mereka mampu melakukannya.
Selain itu, Gigok Anurogo juga dapat memposisikan dirinya sebagai
creator, memberikan masukan dan solusi kepada elemen pendukung apabila
mereka tidak dapat memenuhi keinginan sutradara, seperti gaya dari Gordon
Craig. Terbukti pada lakon Teroris, ketika elemen pendukung mengalami kendala
atau tidak sesuai dengan apa yang diharapkan Gigok Anurogo. Berikut kutipan
user penata rias dan kostum.
wawancara dengan penata artistik,commit
penata to
musik,
177
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
“Pada proses ini saya tiga kali melakukan revisi tentang setting yang
saya buat... Pertama, setting yang ini terlalu tinggi dan area belakang
kurang semrawut sehingga belum menciptakan efek kacau dan
ruwet. Kedua, area bermain para pemain menjadi sempit karena
setting yang disusun berlebihan. Baru yang ketiga ini komposisi
garis repetisi yang disusun dan dipecah, serta ruang bermain para
pemain sudah sesuai dengan apa yang diinginkan sutradara.” (Tuwuh
Jagad, 6 Juni 2014).
“Ya, Saya mengobrol.., membicarakan. Prinsipnya.., Babe
menyerahkan semua kepada saya.., dan saya ya.., taren juga dengan
beliau. Sama-sama memberikan masukanlah.” (Caroko Turah, 7 Juni
2014).
“Ya pas latihan babe ya..paling ngasih masukan kalau kurang ini
itu...terus ya kami perbaiki...ya babe langsung ngomong kalau
kurang jelas, kuarang tipis, keras lagi... babe ya ngomandoni kami
saat sudah digabung latihannya... ya kami saling berkomunikasi terus
pokoknya..kan ini kerja kolektif saya juga tidak bisa berdiri
sendiri...begitu juga sebaliknya.” (Respati Galang, 6 Juni 2014).
“Ya selanjutnya saya merancang kostum sesuai dengan tafsir
saya...eee..pertama saya menyerahkan desain kostum tapi pas
pertama ee pak Gigok menyarankan jika kostumnya realis dan
simpel.. seperti film Naga Bonar kemudian saya sesuaikan lagi sama
diberi pengarahan sama pak Gigok... nah yang kedua ini, desain saya
disetujui...” (Migie Pitaloka, 6 Juni 2014).
Pernyataan dari para pendukung pertunjukan di atas menunjukkan bahwa
Gigok Anurogo selalu memberikan solusi dan masukan kepada masing-masing
elemen pendukung. Mereka saling bekerja sama untuk menyukseskan pementasan
ini, tidak merasa paling benar semuanya.
Dengan demikian, Gigok Anurogo ketika menggarap lakon Teroris ia
menggabungkan gaya interpretator dengan gaya creator. Bahwa dia sebagai
sutradara
membebaskan
seluruh
elemen
pendukung
pementasan
untuk
menggunakan kemampuan masing-masing dalam proses produksi ini. Sebagai
penafsir kedua para pendukung harus
mempresentasikan
apa yang menjadi tugas
commit
to user
178
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mereka masing-masing. Gigok Anurogo percaya dan sama sekali tidak pernah
membatasi pemahaman dan kreatifitas para pendukung pementasan dalam hal
untuk menyukseskan pementasan. Meskipun Gigok Anurogo membebaskan
kreatifitas masing-masing namun apabila tidak sesuai dengan naskah atau konsep
yang diusungnya Gigok Anurogo akan memberikan pengarahan agar tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan. Sebab sebagai sutradara ia berhak untuk menerima
dan memutuskan apa pun yang baik untuk menyukseskan pementasan.
commit to user
Download