optimalisasi pemanfaatan lahan kering melalui sistem

advertisement
Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH Volume 8, Nomor1,Juli 2017
ISSN : 2087-118X
OPTIMALISASI PEMANFAATAN LAHAN KERING MELALUI SISTEM
PERTANIAN TERINTEGRASI DALAM UPAYA MENINGKATKAN
PENDAPATAN KOMUNITAS TULI BISU DI DESA BENGKALA BULELENG BALI
I Ketut Widnyana1,Ida Bagus Putu Mardana2dan I Putu Suwardike3
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Mahasaraswati Denpasar, 2Dosen Fakultas MIPA Universitas
Pendidikan Ganesha, 3Dosen Fakultas Pertanian Universitas Panji Sakti
Email :[email protected]
1
Ringkasan eksekutif
Komunitas tuli bisu (kolok) desa Bengkala berlokasi di desa Bengkala kecamatan
Kubutambahan kabupaten Buleleng Bali merupakan kelompok masyarakat difable dengan
keterbataan dalam berkomunikasi. Populasinya mencapai sekitar 50 orang atau lebih dari 2%
dari jumlah penduduk desa Bengkala. Mata pencahariannya adalah sebagai buruh tani,
peternak, pekerja kasar lainnya. Kondisi lahannya yang kering pada musim kemarau dengan
keterbatasan sumber air menyebabkan lahan tidak dapat dimanfaatkan secara optimal untuk
bertani. Upaya pembuatan sumur bor diperlukan untuk dapat membantu dalam penyediaan
air bagi kebutuhan rumah tangga dan pertanian.Kegiatan yang telah dilakukan terkait hal
tersebut adalah membantu komunitas kolok dengan sumur bor yang dilengkapi dengan
jaringan distribusi pengairan, penerapan pertanian terintegrasi dengan peternakan. Luaran
kegiatan adalah komunitas kolok dapat melaksanakan dengan baik system pertanian
terintegrasi dengan ternak sapi, babi, ayam potong, ayam kampong. Limbah ternak dan
tanaman diolah menjadi pupuk organic dan digunakan kembali untuk pupuk tanaman pisang,
sayur mayur, kacang, kunyit dan tanaman pakan ternak. Pendapatan komunitas kolok
mengalami peningkatan dan sudah dipolakan untuk pendapatan harian dari sayur mayor,
bulanan dari pisang dan ayam pedaging, enam bulanan dari babi dan manga, dan tahunan dari
ternak sapi.
Kata kunci :tuli bisu (kolok), lahan kering, sumur bor, pertanian terintegrasi
Executive summary
Bengkala mute community (kolok) is located in Bengkala village, Kubutambahan subdistrict,
Buleleng regency of Bali is a difable community group with the ability to communicate. Its
population reaches about 50 people or more than 2% of the population of Bengkala village.
His livelihoods are as farm laborers, breeders, and another laborer. Very dry land conditions
in the dry season with limited water resources cause land can not be utilized optimally for
farming. Drilling wells are needed to assist in the provision of water for household and
agricultural needs. Activities that have been carried out regarding this matter is helping
communities kolok with boreholes equipped with a distribution network of irrigation, the
application of integrated farming with livestock. Activity outcomes are kolok communities
can carry out well integrated agricultural system with cattle, pigs, chicken pieces, local
chicken. Livestock and crop wastes are processed into organic fertilizer and reused for the
fertilizer of banana plants, vegetables, nuts, turmeric and animal feed crops. The income of
the kolok community has increased and has been refined for the daily income of vegetables,
monthly from banana and broiler, six monthly from pig and mango, and annual from cattle.
Keywords:deaf mute (kolok), dry land, boreholes, integrated farming
144
Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH Volume 8, Nomor1,Juli 2017
ISSN : 2087-118X
Masalah serius yang dihadapi oleh
komunitas kolok desa Bengkala adalah
lahan perkebunan dan pertanian yang
masih gersang karena terbatasnya sumber
air dan kurangnya diversifikasi vegetasi
hijau yang tumbuh. Kekeringan yang
melanda desa ini, akibat terbatasnya
sumber air, sehingga berimplikasi pada
rendahnya
produktifitas
pertanianperkebunan-peternakan yang merupakan
sumber ekonomi utama penduduk.
Kebutuhan
air
untuk
pertanian/perkebunan/peternakan
didistribusi dari satu reservoar yang
berjarak
sekitar
3-4
km,
yang
dimanfaatkan oleh 5 kawasan subak.
Masing-masing wilayah hanya dapat
suplai secara bergiliran dalam selang
waktu 3 hari.Atas dasar permasalahan ini,
pemikiran dan upaya solutif dalam
pengadaan sumber air melalui sumur bor,
beserta pendistribusian air merupakan
kebutuhan mendesak bagi masyarakat
Bengkala.
PENDAHULUAN
Desa Bengkala merupakan salah
satu desa di Kecamatan Kubutambahan
Kabupaten Buleleng, terletak pada jarak
15,6 Km dari pusat kota Singaraja, atau
sekitar 100 km sebelah utara ibukota
propinsi Bali, dengan jarak tempuh sekitar
3 jam dari kota Denpasar. Desa yang
memiliki jumlah penduduk 2.749 jiwa ini,
berbatasan dengan desa Kubutambahan di
sebelah utara, desa Bulian di sebelah
timur, desa Bila di sebelah selatan, dan
desa Jagaraga atau Sungai Daya di sebelah
barat. Luas wilayah desa Bengkala adalah
496.00 Ha yang terdiri atas wilayah
perumahan 31.08 Ha, kebunan 441.09 Ha,
pertanian 21.00 Ha, Kuburan 0.20 Ha dan
lain-lain 1.60 Ha. Data tersebut
menunjukkan bahwa 93,16% wilayah desa
Bengkala merupakan kawasan pertanian
dan perkebunan. Komposisi jumlah
penduduk terdiri atas 1.247 orang laki-laki
dan 1.502 orang perempuan (http://desaadat-bengkala.simplesite.com/)
Desa Bengkala terkenal dengan
masyarakat koloknya (tuli bisu) dengan
populasi cukup tinggi.Data terakhir
menyebutkan, jumlahnya mencapai 50
orang darijumlah penduduk 2.276 jiwa.
Jumlah itu tergolong tinggi. Sebab,
normalnya angka kejadian bisu-tuli
bawaan (kongenital) hanya terjadi pada
satu di antara 10 ribu kelahiran. Fakta
memprihatinkan di Desa Bengkala tersebut
menjadikan desa itu sebagai kampung
tertinggi jumlah warga yang mengalami
kelainan
bisu-tuli
(kolok)
di
Bali(Widiadnyana,
2011).Masyarakat
kolok merupakan komunitas masyarakat
miskin yang menderita penyakit tuli-bisu
bawaan sejak lahir dan berpotensi
diturunkan ke generasi berikutnya.
SUMBER INSPIRASI
Komunitas kolok di desa Bengkala,
sebagian tinggal di pusat desa, secara
inklusif menyatu dengan kehidupan
masyarakat normal lainya, sedangkan yang
lainnya menyebar tinggal di Tegalan lahan
warisan leluhurnya. Dalam menjalani
hidup dan kehidupannya, komunitas kolok
berjalan
menurut
takdir
sebagai
penyandang kolok, miskin, tidak terpelajar,
dan terstimagtisasi secara ekonomi-sosioreligius, sehingga membuatnya tidak
berdaya dalam mengikuti perkembangan
peradaban global. Pedahal sebenarnya
komunitas kolok Bengkala memiliki
kekuatan intelektual, etos kerja, budaya
yang kuat, namun belum terstimuli dan
teragetasi secara baik, sehingga dari zaman
145
Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH Volume 8, Nomor1,Juli 2017
ke zaman kolok Bengkala tetap kolok.
Beban ekonomi masyarakat kolok, hanya
ditopang dari aktivitas bertani/beternak,
buruh serabutan, dan penggali kuburan.
Pedahal dari sisi yang lain, kolok memiliki
potensi keunikan intelektual dan sosiocultural-religi
yang
prospektif
dikembangkan menjadi komoditas wisata.
ISSN : 2087-118X
upaya yang dapat ditempuh untuk
penanggulangannya, melalui sosialisasi
dan
penyuluhan
intensif,
yang
diorientasikan pada upaya mengagetasi
sosio-ekonomi
kolok
untuk
bisa
memanfaatkan lahan secara modern.
Tahap pengkapasitasan merupakan tahap
aksi untuk mengkapasitasi komunitas
miskin kolok dalam usaha produktif
dengan memberi bantuan investasi
infrastruktur
fisik,
bibit
ternak
sapi/babi/ayam,
sumur
bor/instalasi
pengairan irigasi, bibit tanaman, biaya
pengolahan
tanah,
dan
pelatihan
managemen produksi dan pemasaran.
Selanjutnya pada tahapan pelembagaan
(institutionalization) adalah mewadahi
usaha produktif KK miskin kolok pada
suatu kelompok yang dapat memudahkan
proses belajar, transfer Ipteks, pemasaran,
jaminan legalitas formal dan keberlanjutan
program.
METODE PELAKSANAAN
KEGIATAN
Metode pendekatan
pada aspek
peningkatan
ekonomi
dan
sosial
menggunakan
metode
SLA
(the
Sustainable
Livelihood
Approach).
Pemberdayaan masyarakat denganSLA
pada dasarnya upaya pelibatan masyarakat
untuk belajar dan beraktivitas secara
berkelanjutan sesuai keunikan dan
kebiasaan mereka dalam menjalani hidup
untuk dapat meningkatkan kualitas hidup
mereka. Pendekatan SLA
bersendikan
pada 3 (tiga) tahapan kegiatan, yakni (1)
tahap penyadaran (Awareness), (2) tahap
pengkapasitasan/pendampingan
(participating/scaffolding),
dan
(3)
tahapan pelembagaan(institutionalization).
Model
SLA merupakan model
pemberdayaan yang dapat meningkatkan
partisipasi aktif masyarakat dalam
pengentasan
kemiskinan
melalui
pemberdayaan
dan
pembelajaran
berkelanjutan, bertolak dari potensi
wilayah dan budaya lokal masyarakat
setempat, melalui tahap penyadaran,
pengkapasitasan/pendampingan,
dan
pelembagaan (Shadi Hamadeh, 2009).
Tahap penyadaran (awareness)
merupakan tahap
inisiasi untuk
menyadarkan komunitas miskin kolok agar
mampu memahami kondisi kemiskinan
beserta penyebabnya, melakukan selfevaluation terhadap potensi, merefleksi
terhadap permasalahan kemiskinannya dan
KARYA UTAMA
Model
pertanianterintegrasimerupakan aktivitas
produktif pertanian-peternakan dalam satu
siklus berantai yang utuh, yakni
pemanfaatan panen/limbah tanamanuntuk
dimanfaatkan dalam budidaya tani dan
pakan ternak. Demikian juga sebaliknya
budidaya ternak, limbah ternak dapat
dimanfaatkan kembali dalam usaha
budidaya pertanian. Komoditas pertanian
diproyeksikan
mampu
menghasilkan
pendapatan yang bersifat harian (sayursayuran, telor, biogas), bulanan (ayam,
kacang-kacangan,
jagung),
triwulan
(pupuk, bibit), enam-bulanan(babi), dan
tahunan (sapi). Program aksi melalui
pertanian terintegrasisecara berjenjang dan
sistemik dilakukan dengan tahap aktivitas
(1) introduksi sistem kandang kolonidan
teknologi pemanfaatan limbah tanaman
146
Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH Volume 8, Nomor1,Juli 2017
untuk pakan ternak serta pemakaian
limbah
ternak
ke
pertanaman,
pemeliharaan ternak sapi/babi/ayam secara
intensif,
(2)
mengintroduksikan
diversifikasi penanaman pakan, pangan,
dan komoditas ekonomi lainnya, (3)
pemanfaatan ipteks dan energi alternatif
biogas dan biourine, (4) pengelolaan pasca
panen dan pemasaran, dan (5) penataan
administrasi dan kelembagaan
ISSN : 2087-118X
memadai. Air dari sumur bor ini
merupakan sumber air yang digunakan
sebagai bantuan apabila air dari sumber
pengairan desa tidak mengalir pada saat
dibutuhkan sebab selama ini air dari desa
tersebut hanya mengalir 3 hari sekali dan
hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
Air dari sumur bor ini terlebih dahulu
ditampung dalam 1 buah tangki air 4000
liter, dan 2 buah tangki air kapasitas 3000
liter dan bak air dengan kapasitas 10.000
liter. Sumur bor dan tando air tersebut
disajikan pada gambar 1.Instalasi aliran air
di kawasan lahan, yakni pipanisasi aliran
air konsumsi yang bisa memenuhi dua
jalur produksi, yakni aliran ke rumah
kolok, kandang sapi-kandang babi,
kandang ayam dan perkebunan , dan jalur
rumah kolok.
ULASAN KARYA
Pembuatan sumur bor dan instalasi
distribusi pengairan dilakukan dengan
membuat sumur bor sampai kedalaman
yang memadai untuk dapat menghasilkan
air secara kontinyu sesuai kebutuhan.
Kedalaman sumur bor yang digali adalah
156 m dan sudah bisa menghasilkan air
dengan kontinyu dengan debit yang
Gambar 1. Pengerjaan sumur bor, sumur bor, tangki air dan bak penampungan/tandon kapasitas
15.000 liter
Lahan komunitas kolok Bengkala
seluas 3 ha, diproyeksikan menjadi 3(tiga)
zonasi mengacu pada filosofi Bali Tri Hita
Karana, yakni zonasi parahyangan
diperuntukan bagi lahan peribadatan dan
pertamanan,
zonasi
pawongan
diperuntukkan bagi perumahan balai
pertemuan, gazebo,dan kerajinan, dan
zonasi pelemahandiperuntukan bagi area
peternakan, pertanian, dan perkebunan.
Pengadaan bibit tanaman meliputi: 25
pohon kelapa upakara, 1000 pohon pisang,
50 kg karung biji jagung, 50 karung
kacang tanah, 4000 pohon bibit rumput
gajah, 3 ikat bibit ketela rambat, 200 bibit
terong, 200 bibit bunga mitir, dan 2000
stek tanaman pagar. Pembelian pupuk urea
(anorganik) 10 karung, pupuk organik 50
karung.10 cangkul, 4 sekop, 4 arco, 20
sabit, dan 5 sepatu bot. Disamping itu
untuk pengolahan limbah ternak babi
sudah dibuatkan 1 buah instalasi biogas
147
Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH Volume 8, Nomor1,Juli 2017
dengan tingkat pekerjaan sudah mencapai
100%. Tampilan instalasi biogas, kandang
ISSN : 2087-118X
babi, kebun pisang, dan pakan ternak
disajikan
pada
Gambar
2.
Gambar 2. Kandang babi, biogas, tanaman pakan ternak dan kebun pisang
Komunitas kolok Bengkala sangat
menyukai pekerjaan sebagai peternak.
Perkembangan ternak yang cukup
menonjol
adalah
ternak
ayam
broiler/pedaging, dan sudah memberikan
keuntungan yang memadai bagi komunitas
kolok. Sementara perkembangan ternak
sapi, babi dan ayam brumbun/local masih
stagnan. Ternak ayam broiler/pedaging
masih memberikan keuntungan yang
memadai bagi warga kolok sehingga terus
dilanjutkan.
Gambar 3. Usaha peternakan yang dilakukan oleh komunitas kolok yaitu ayam pedaging, babi
indukan dan sapi
Warga komunitas kolok Bengkala
semakin semangat dan bergairah selama
melanjutkan berbagai aktivitas dan selalu
bersinergi dalam pelaksanaan kegiatan.
Pada periode 24 januari sampai dengan 20
Agustus 2016 omzet dari integrasi usaha
tersebutsudah mencapai Rp. 94.872.500.
Rincian omzet komunitas kolok Bengkala
per bulan dan bentuk kecenderungan
perkembangan omzet dapat disimak pada
Gambar 4.
25,000,000
20,000,000
20,000,000
Omzet (Rp.)
16,344,000
15,000,000
13,298,500
13,610,000
14,800,000
10,000,000 8,800,000
5,300,000
5,000,000
2,720,000
-
Gambar 4. Grafik pendapatan komunitas kolok
Bengka setelah diberikan penerapan iptek
pertanian terintegrasi selama bulan januari s/d
Agustus 2016
148
Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH Volume 8, Nomor1,Juli 2017
Gambar 4 menunjukkan bahwa
terdapat
peningkatan
pendapatan
komunitas kolok setelah mendapatkan
pelatihan dan pendampingan di dalam
penerapan
system
pertanian
terintegrasidengan ternak. Secara umum
sudah terdapat peningkatan yang berarti,
walaupun pada bulan Maret dan Juli
terjadi penurunan yang disebabkan oleh
berbagai factor yang sifatnya local yaitu
seperti sedang melaksanakan upacara
yadnya, musim tidak sesuai, dan harga
komuditas yang anjlok.
ISSN : 2087-118X
bahwa warga kolok adalah bukan
merupakan warga yang tidak punya pilihan
dalam menjalani hidup, dan layak
mendapaytkan penghidupan yang lebih
baik dari sebelumnya dan setara dengan
warga masyarakat normal lainnya.
Kegiatan
pelatihan
dan
pendampingan yang dilakukan dengan
sepenuh hati memberikan manfaat secara
psikologis yaitu memberikan semangat
kesetaraan bagi masyarakat kokol dengan
masyarakat normal lainnya dan secara
ekonomi sudah terbukti dapat membantu
meningkatkan
pendapatan masyarakat
kolok sehingga dapat dipastikan bahwa
kegiatan ini akan berkelanjutan.
KESIMPULAN
1. Metode Pendekatan SLA (the
Sustainable Livelihood Approach)
telah memberikan hasil yang baik
dalam upaya mengajak serta
masyarakat
kolok
untuk
berpartisipasi
dalam
berbagai
kegiatan yang sudah dilakukan
dengan tidak merubah secara
drastis pola hidup yang sudah
dijalani oleh komunitas kolok
sebelumnya
2. Terjadi peningkatan pendapatan
yang
memadai
terhadap
pendapatan masyarakat komunitas
kolok dari waktu ke waktu
sehingga kenyataan tersebut telah
memberikan semangat bagi warga
kolok untuk mengikuti dan
melaksanakan hasil pelatihan –
pelatihan dan pendampingan yang
diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
http://desa-adat-bengkala.simplesite.com/
Website Resmi Desa Pakraman
Bengkala. Dikelola langsung oleh
: Prajuru Adat Bengkala masa
bakti 2016-2021.
Hamadeh, Shadi. 2009. The Sustainable
Livelihoods Approach In Mena:
A Bitter Sweet Experience.
Environment and Sustainable
Development UnitFaculty of
Agricultural and Food Sciences
American University of Beirut
(ESDU/FAFS AUB)
Iwan Setiajie Anugrah, Sarwititi
Sarwoprasodjo, Kedi Suradisastra,
dan Ninuk Purnaningsih. 2014.
Sistem Pertanian Terintegrasi –
Simantri: Konsep, Pelaksanaan
Dan Perannya Dalam
Embangunan Pertanian Di
Provinsi Bali. Forum Penelitian
Agro Ekonomi, Volume 32 No. 2,
Desember 2014: 157 – 176
Notohadiprawiro, T. 1989. Pertanian
Lahan Kering di Indonesia:
Potensi, Prospek,Kendaladan
Pengembangannya. Lokakarya
Evaluasi Pelaksanaan Proyek
Pengembangan Palawija
Sfcdpusaid. Bogor. 6-8 Desember
1989.
DAMPAK DAN MANFAAT
KEGIATAN
Penerapan
teknologi
pertanian
terintegrasi dengan pendekatan SLA (the
Sustainable
Livelihood
Approach)
memberikan dampak yang positif terhadap
pola fikir dan karakter komunitas kolok
sehingga dapat menghilangkan kesan
149
Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH Volume 8, Nomor1,Juli 2017
Widiadnyana, 2011. Desa Bengkala di
Buleleng,
Kampung
dengan
Jumlah
Warga
Bisu-Tuli
Terbanyak
di
Bali.
http://www.jpnn.com/news/desabengkala-di-buleleng-kampungdengan-jumlah-warga-bisu-tuliterbanyak-di-bali.
ISSN : 2087-118X
1. Direktur PT. Pertamina Persero
(Tbk) atas dana yang sudah
diberikan melalui SMESR
2. FlipMas Indonesia atas kordinasi
dan arahan yang diberikan
3. Flipmas
Ngayah
Bali
atas
kerjasamanya sehingga kegiatan
berlangsung dengan baik
4. Aparat dan masyarakat desa
Bengkala atas partisipasi dan
dukungannya
PERSANTUNAN
Ucapan
terimakasih
atas
terlaksananya kegiatan membantu warga
kolok Bengkala
150
Download