dampak kebijakan ekonomi terhadap ekspor komoditi sektor

advertisement
III.
3.1
KERANGKA TEORITIS
Keterkaitan Variabel-Variabel Industri Komoditi Kelapa Sawit dan
Karet
Fenomena ekonomi dari industri komoditi kelapa sawit dan karet
merupakan suatu sistem yang saling terkait atau terintegrasi vertikal maupun
horizontal antar variabel-variabel. Model yang dibangun secara sederhana dibagi
dalam 4 blok yaitu: blok Indonesia, blok importir utama, blok dunia, dan blok sisa
dunia.
Pada blok Indonesia dapat dijelaskan keterkaitan antar variabel dalam hal
ini antara kelapa sawit dan komoditi karet dapat dibagi atas subblok produksi dan
subblok pasar domestik. Subblok produksi terdiri atas: (a) pasar input (lahan),
yang menggambarkan permintaan dan penawaran input lahan, (permintaan lahan
di pasar input terdiri atas permintaan lahan untuk komoditi kelapa sawit, dan
komoditi karet), (b) kurva produksi kelapa sawit (QTBS), menggambarkan fungsi
total produksi kelapa sawit terhadap input, (c) kurva kemungkinan produksi yang
menggambarkan produksi kelapa sawit dan komoditi karet, terhadap input tetap
lahan, dan (d) kurva pembantu, menggambarkan produksi tandan buah segar
kelapa sawit perkalian antara produktivitas per hektar dan arealnya (Q= YP*AP).
Subblok pasar domestik terdiri atas penawaran minyak sawit (CPO) dan
permintaan terhadap CPO dan harga CPO domestik pada Gambar 2,
menggambarkan produksi CPO merupakan perkalian produksi TBS domestik
dengan rendemen sebagai kurva pembantu, penawaran ekspor CPO, penjumlahan
produksi, impor, dan stok.
24
Blok importir utama tersusun atas impor dari negara pengimpor komoditi
CPO dan karet alam. Negara importir utama CPO Indonesia adalah, India,
Belanda, China. Negara importir karet alam Indonesia adalah Amerika Serikat,
Jepang, China.
Blok pasar dunia tersusun atas ekspor CPO dunia (WCPOX), impor CPO
dunia (WCPOM) harga kesimbangan dunia. Blok dunia merupakan blok yang
menghubungkan eksportir (Indonesia) dengan importir.
Blok sisa dunia terdiri atas produksi CPO, konsumsi CPO, ekspor CPO
dan impor CPO. Blok ini merupakan blok yang tidak termasuk dalam blok
Indonesia dan blok importir utama.
Blok Indonesia (Subblok produksi) menggambarkan perilaku petani/
pengusaha dalam menghadapi berbagai alternatif komoditi yang akan diusahakan
atau diproduksi dan sekaligus menghadapi keterbatasan atau kendala-kendala
dalam menggunakan input-input produksi, terutama sumber daya lahan. Secara
teoritis berbagai variabel yang termasuk ke dalam subblok produksi dapat
dijelaskan berdasarkan perilaku produsen yakni pengambilan keputusan petani
pada pasar input, pasar output, dan fungsi produksi dari masing-masing komoditi
dan kurva kemungkinan produksi sehingga dapat diturunkan fungsi penawaran
output multi komoditi tanaman perkebunan dan fungsi permintaan input multi
komoditi tanaman perkebunan
Blok pasar domestik meliputi permintaan dan penawaran komoditi di pasar
domestik. Permintaan komoditi di pasar domestik dipengaruhi oleh berbagai
faktor antara lain harga komoditi itu sendiri, harga komoditi lain, tingkat
pendapatan konsumen dan jumlah populasi. Penawaran komoditi di pasar domes-
25
SDCPO
WCPOX
PWCPO
HCPO
WCPOM
DDCPO
QCPO
Pasar Domestik
QCPO
Pasar Internasional
QCPO
Kurva Pembantu
QTBS
QCPO
QCPO
Rendemen CPO
QTBS
TP
Kurva
Kemungkinan
Produksi
Kurva Produksi
PInput
Ret
QTBS
Kurva Pembantu
QRET
S
D
Wit
Pasar Input
QInput
QRET
QRET
QRET
TP
Kurva Produksi
Kurva
QRET
Pembantu
Input
Rendemen
P
P
QRETA
SDRET
WRETX
PW
HRET
WRETM
DDRET
QRETA
Pasar Internasional
QRETA
Pasar Domestik
Gambar 2. Kerangka Keterkaitan Variabel Ekonomi dari Industri Komoditi Kelapa Sawit dan Karet
26
tik adalah penjumlahan produksi domestik, impor dan stok tahun sebelumnya.
Umumnya komoditi pertanian sebelum masuk kedalam pasar domestik terdapat
kegiatan pengolahan, sehingga digunakan koefisien konversi atau rendemen.
Blok pasar dunia digambarkan oleh keseimbangan jumlah ekspor dan
impor komoditi negara-negara pengekspor dan pengimpor di pasar dunia. Ekspor
CPO Indonesia merupakan sebagai bagian dari total ekspor CPO dunia, ekspor
karet alam Indonesia merupakan sebagai bagian dari total ekspor karet alam
dunia.
Dengan demikian keterkaitan berbagai variabel ekonomi industri komoditi
tanaman perkebunan Indonesia merupakan keterkaitan antar blok Indonesia
(subblok produksi, pasar input), blok importir utama Indonesia, blok dunia dan
blok sisa dunia dalam suatu sistem. Sehingga kebijakan ekonomi baik pada
subblok produksi pasar domestik maupun pasar dunia yang disimulasikan dapat
dipelajari pengaruhnya terhadap kesejahteraan produsen dan konsumen,
penerimaan pemerintah dan penerimaan devisa.
3.2
Fungsi Produksi
Produksi adalah suatu kegiatan untuk mengubah suatu input menjadi suatu
output. Sedangkan input adalah barang atau jasa yang digunakan sebagai masukan
pada suatu proses produksi, dan output adalah barang atau jasa yang dihasilkan.
Henderson dan Quant (1980) merumuskan secara matematis fungsi
produksi dan keuntungan maksimum sebagai fungsi permintaan faktor-faktor
produksi, dimana permintaan faktor produksi menjelaskan fungsi penawaran
produk atau komoditi yang bersangkutan.
27
Di pasar produk dan pasar input yang bersaing sempurna, fungsi
penawaran merupakan kuantitas produk yang ditawarkan sebagai fungsi dari
harga produk dan harga harga input. Suatu fungsi penawaran perusahaan yang
memaksimumkan keuntungan dapat diturunkan
dari fungsi keuntungan yang
dicapai melalui dua syarat yaitu syarat orde satu (first order condition) dan syarat
orde kedua (second order condition). Berdasarkan syarat pertama, fungsi
keuntungan akan maksimum jika turunan pertama dari fungsi tersebut sama
dengan nol, yang berarti nilai produk marginal masing-masing input sama dengan
harga masing-masing input yang digunakan. Syarat kedua terpenuhi jika turunan
kedua dari fungsi tersebut lebih kecil dari nol atau jika Hessian Determinant lebih
besar dari nol, yang berarti fungsi produksi cembung kearah titik origin
(Henderson and Quant, 1980; Koutsoyiannis, 1975).
Pada tingkat teknologi tertentu fungsi produksi suatu komoditi dapat
dituliskan sebagai berikut:
............................................................................. (3.1)
,
Q = jumlah produksi komoditi,
A = luas areal tanaman,
L = jumlah tenaga kerja,
Z = input lainnya.
Jika harga masing-masing untuk harga input lahan, tenaga kerja dan input
produksi lainnya asing masing adalah PA, PL, PZ, maka persamaan biaya total
dapat dirumuskan sebagai berikut:
................................................. (3.2)
28
dimana:
C = biaya total,
= biaya tetap.
Fungsi keuntungan didefenisikan sebagai selisih antara penerimaan dan
biaya. Dengan demikian fungsi keuntungan produsen suatu komoditi dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Atau
....................... (3.3)
dimana:
= keuntungan,
=harga komoditi.
Dengan asumsi berperilaku rasional, produsen suatu komoditi berproduksi
pada tingkat yang memberikan keuntungan maksimum. Fungsi keuntungan (3.3)
maksimum tercapai jika syarat orde satu dari fungsi tersebut sama dengan nol.
Turunan pertama dari fungsi (3) adalah:
...................................... (3.4)
........................................ (3.5)
...................................... (3.6)
dimana
masing-masing adalah produk marginal dari faktor-faktor
areal (A), tenaga kerja (L) dan faktor lainnya (Z). Jadi dapat dilihat bahwa
menurut syarat orde satu, keuntungan maksimum jika tingkat produksi tertentu
nilai marginal masing-masing faktor sama dengan harga yang harus dibayar untuk
memperoleh faktor-faktor tersebut.
29
Dari fungsi (3.4), (3.5), (3.6) diketahui bahwa faktor-faktor produksi (A,
L, Z) merupakan peubah endogen sedangkan harga komoditi
faktor (
dan harga faktor-
merupakan peubah eksogen, sehinggga fungsi permintaan
faktor dapat dirumuskan sebagai berikut:
.................................................................... (3.7)
...................................................................... (3.8)
..................................................................... (3.9)
dimana
, merupakan permintaan akan faktor lahan, tenaga kerja, dan
faktor lainnya.
Dengan mensubsitusikan fungsi (3.7), (3.8), (3.9) ke fungsi produksi
(3.1), maka penawaran komoditi pada waktu tertentu (
) dapat dirumuskan
sebagai berikut:
.................................................................. (3.10)
Beberapa peubah penting yang mempengaruhi penawaran suatu
komoditi, antara lain adalah harga komoditi tersebut, harga komoditi lain, biaya
faktor produksi, tujuan perusahaaan, tingkat teknologi, pajak, subsidi, harapan
harga, dan keadaan alam (Dollan, 1974)
3.3
Respon Areal Tanaman
Komoditi kelapa sawit dan karet merupakan tanaman tahunan (parennial
crops), dimana ada perbedaan antara masa penanaman dan masa berproduksi.
Dengan demikian perubahan-perubahan yang terjadi tidak dapat dipengaruhi
secara langsung oleh faktor-faktor yang ada pada saat yang bersamaan.
Produksi dari masing masing komoditi pada suatu periode waktu dapat
didefenisikan sebagai perkalian antara luas areal tanam dan produktivitasnya.
30
...................................................................................... (3.11)
dimana,
= produksi komoditi x pada tahun ke t,
= luas areal tanam komoditi x yang menghasilkan pada tahun ke t,
= produktivitas komoditi x pada tahun ke t.
3.4
Fungsi Produktivitas
Fungsi produktivitas komoditi (kelapa sawit dan karet) dapat diturunkan
dengan memasukkan peubah luas areal (At) di samping peubah harga (Pt) dan
peubah lainnya (Zt), yaitu: harga pupuk, upah tenaga kerja dan tingkat bunga,
sebagai peubah-peubah yang mempengaruhi produktivitas(Yt). Pendekatan yang
digunakan adalah model penyesuaian parsial dari Nerlove (Koutsoyiannis, 1977)
yaitu:
............................................... (3.12)
.............................. (3.13)
Dengan mensubsitusikan persamaan (3.3) ke dalam persamaan (3.4) maka
diperoleh:
[
]
......... (3.14)
dalam bentuk sederhana ditulis:
................................. (3.15)
dimana
Dari persamaan (3.6) dapat dihitung elastisitas produktivitas dalam jangka
pendek dan jangka panjang terhadap perubahan harga, luas areal, dan peubah
lainnya dengan pendekatan rata-rata melalui formula sebagai berikut:
31
Elastisitas jangka pendek:
(
)
............................................................... (3.16)
(
)
.............................................................. (3.17)
(
)
............................................................... (3.18)
Elastisitas jangka panjang:
................................................................. (3.19)
................................................................ (3.20)
................................................................. (3.21)
dimana
masing-masing adalah elastisitas produktivitas
jangka pendek terhadap perubahan harga, areal, dan peubah lainnya. Y adalah
nilai rata-rata produktivitas dalam periode pengamatan,
=
penyesuaian
adalah
dan
masing-masing
yaitu koefisien
elastisitas
produktivitas jangka panjang terhadap perubahan harga, areal, dan peubah
lainnya.
3.5
Respon Produksi Total
Melalui pendekatan respon areal dan produktivitas, produksi total (Qt)
dapat dihitung berdasarkan perkalian luas areal dan produkrivitas.
..................................................................................... (3.22)
karena At dan Yt merupakan fungsi dari harga produk, maka respon produksi total
terhadap perubahan harga produk dapat dihitung melalui tiga cara (Hadi dan
Tweeten, 1962) dalam Nainggolan dan Suprapto (1987) yaitu (a) secara langsung
dari fungsi penawaran produk, (b) secara tidak langsung melalui penurunan
32
elastisitas permintaan input dan elastisitas produksi, dan (c) melalui komponenkomponen produksi.
Melalui pendekatan tidak langsung dengan asumsi bahwa luas areal dan
produktivitas responsif terhadap perubahan harga produk serta produktivitas
responsif terhadap perubahan luas areal, Nainggolan dan Suprapto (1987)
memperoleh bentuk hubungan antara ketiga bentuk elastisitas sebagai berikut:
........................................................... (3.23)
dimana:
= elastisitas produksi total terhadap harga produk,
= elastisitas produksi terhadap harga produk,
= elastisitas luas areal terhadap harga produk,
= elastisitas produksi terhadap luas areal.
3.6
Fungsi Permintaan Industri Domestik
Komoditi (kelapa sawit dan karet) merupakan bahan baku untuk industri
pengolahan maka fungsi permintaan dapat diturunkan melalui fungsi permintaan
turunan (derived demand), yaitu melalui fungsi keuntungan. Secara rasional
produsen berproduksi pada tingkat dimana keuntungan yang diperolehnya dalam
keadaan maksimum (Henderson dan Quant, 1980) dalam kondisi ini input yang
digunakan dalam jumlah optimal.
Bila P adalah harga output Q,
adalah harga input
, dan
adalah
keuntungan maka persamaan keuntungan dapat ditulis sebagai berikut:
) .......................................................................... (3.24)
dengan menggunakan syarat ordinari pertama, maka persamaan di atas
dapat ditulis menjadi:
33
=0
=0
atau
................................................................................. (3.25)
dimana:
= harga input i,
= produk marginal input i,
PMi
P.PMi = nilai produk marginal dari input i.
Berdasarkan persamaan di atas, penggunaan input yang optimal
ditunjukkan oleh kondisi nilai produk marginal sama dengan harga input tersebut.
Sehingga permintaan suatu input dipengaruhi oleh harga input yang bersangkutan
(Yi), harga output (Pi), dan teknologi produksi (PMi). Di samping itu, permintaan
suatu input dapat pula dipengaruhi oleh harga input subsitusi dan faktor lain yang
dapat mendistorsi pasar.
Permintaan bahan baku komoditi sawit dan karet sebagai input untuk
industri domestik selain dipengaruhi oleh harga komoditi tersebut, harga output
(hasil pengolahan) industri tersebut, harga input alternatif, dan tingkat suku bunga.
Sehingga persamaan konsumsi industri domestik masing masing komoditi dapat
dituliskan sebagai berikut:
) .............................................................. (3.26)
dimana:
Dt
= konsumsi industri domenstik,
P1
= harga input,
P2
= harga output,
P3
= harga input lain,
34
= permintaan industri domestik tahun sebelumnya.
Dengan fungsi permintaan input seperti pada persamaaan (3.26) maka
elastisitas permintaan input dapat diturunkan, baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang
......... (3.27)
Elastisitas permintaan input dapat dilihat dari perubahan harga sendiri
(own price elasticity), terhadap harga input lain (cross price elasticity), terhadap
harga output, dan terhadap peubah lain yang mempengaruhi permintaan. Secara
umum elastisitas tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
Elastisitas jangka pendek:
(
)
.......................................................... (3.28)
(
)
........................................................ (3.29)
(
)
........................................................ (3.30)
(
)
............................................................... (3.31)
Elastisitas jangka panjang:
................................................................ (3.32)
................................................................ (3.33)
................................................................ (3.34)
................................................................. (3.35)
dimana:
masing-masing
adalah
elastisitas
permintaan input jangka pendek terhadap harga input itu sendiri, harga output,
input lain, dan terhadap tingkat bunga. Sedangkan
masing-masing adalah elastisitas permintaan input industri domestik jangka
35
panjang terhadap harga input input itu sendiri, harga output, input lain, dan
terhadap tingkat bunga.
Elastisitas permintaan harga sendiri dari suatu input dapat diartikan
sebagai persentase perubahan jumlah permintaan input dibagi dengan persentase
peubahan harga input itu sendiri. Sesuai dengan hukum permintaan dimana kurva
permintaan mempunyai slope negatif, maka elastisitas permintaan juga harus
mempunyai tanda negatif.
Elastisitas permintaan harga silang didefenisikan sebagai persentase
perubahan jumlah yang diminta sebagai akibat perubahan satu persen harga input
lainnya. Melalui koefisien dari elastisitas harga silang, dapat didefenisikan
hubungan antar input. Dua input akan bersifat subsitusi, komplementer, dan
independen jika koefisien elastisitas harga silang input tersebut masing-masing
positif, negatif, dan nol ( Tomek dan Robinson, 1990)
Elastisitas permintaan terhadap harga output didefenisikan sebagai
persentase perubahan jumlah permintaan input sebagai akibat dari perubahan yang
sangat kecil harga output. Secara teori, kenaikan harga output merangsang
produsen untuk meningkatkan jumlah output, oleh karena itu permintaan terhadap
input juga akan meningkat. Dengan demikian maka koefisien elastisitas akan
bertanda positif.
Elastisitas permintaan input terhadap tingkat bunga didefenisikan sebagai
persentase perubahan jumlah permintaan input akibat perubahan tingkat bunga.
Tingkat bunga mencerminkan nilai dari kapital. Tingkat bunga yang rendah dapat
mendorong produsen meningkatkan kapital melalui kredit dari lembaga keuangan,
sehingga ketersediaan kapital untuk pengadaan input akan semakin besar. Oleh
36
karena itu, perubahan tingkat bunga akan berpengaruh terhadap permintaan input
dan koefisien elastisitas permintaan input terhadap tingkat bunga adalah negatif.
3.7
Konsep Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional terjadi karena adanya saling ketergantungan
(interpendence) antara suatu negara dan negara lainnya. Hal ini disebabkan oleh
adanya perbedaan dalam memiliki dan mengakses faktor-faktor produksi
(resources) yang dibutuhkan. Suatu negara mungkin memiliki sumberdaya alam
yang melimpah tetapi tidak memiliki teknologi dan modal untuk memprosesnya.
Sebaliknya negara lainnya miskin sumber daya alam (SDA) tetapi memiliki
teknologi yang mampu menjadikan SDA tersebut lebih dekat pada penggunaan
akhir dan memiliki nilai guna yang lebih tinggi (Salvatore et al. 1990). Pada
umumnya perdagangan internasional terjadi karena keinginan suatu negara untuk
meningkatkan penerimaan devisa dan memperluas komoditas ekspor.
Perdagangan internasional secara prinsip seharusnya mendatangkan
manfaat dan keuntungan (mutual gaining) bagi semua pihak yang melakukan
pertukaran. Prinsip ini pula yang melatarbelakangi mengapa suatu negara
melakukan perdagangan dengan negara lain. Walaupun kedua belah pihak
memperoleh keuntungan, tetapi yang menjadi persoalan adalah pihak yang mana
yang lebih diuntungkan. Masalah ini pula yang menjadi agenda pembahasan
terpenting pada organisasi perdagangan dunia WTO, yang menyangkut rasa
keadilan (fairness) terutama antara negara-negara maju dan negara berkembang
dalam kepemilikian faktor produksi.
37
3.7.1
Penawaran Ekspor
Suatu negara mengekspor suatu komoditi disebabkan oleh adanya
perbedaan harga komoditi di pasar domestik dengan pasar dunia (Kindleberger
dan Lindert,1982). Jika harga domestik lebih rendah dari harga dunia akan
mendorong suatu negara untuk mengekspor sebagai kelebihan kuantitas
penawaran (excess supply). Jumlah kuantitas yang ditawarkan pada pasar dunia
adalah sebesar selisih antara jumlah yang ditawarkan oleh produsen dan jumlah
yang diminta konsumen di pasar domestik.
Analisis mengenai penawaran ekspor dapat dilakukan dengan cara yang
sederhana dengan menggunakan konsep dasar fungsi penawaran dan permintaan
domestik dengan suatu komoditas tertentu. Pada Gambar 3 menunjukkan
bagaimana kurva penawaran ekspor diturunkan.
Price
Price
XS
S*
2
P2
1
P1
P*A
D*
D2
D1
S1
S2
Quantity
S1-D1
S2-D2
Quantity
Sumber : Krugman dan Obsfeld, 2003.
Gambar 3. Penurunan Kurva Penawaran Ekspor
Keterangan:
PA
= tingkat harga saat penawaran produsen sama dengan permintaan
konsumen di negara domestik,
38
P1, P2 = tingkat harga suatu komoditi negara domestik,
D1, D2 = jumlah permintaan konsumen negara domestik,
S1, S2 = jumlah penawaran produsen negara domestik.
Misalkan penawaran ekspor dilakukan oleh negara domestik. Pada saat
harga P1, penawaran produsen domestik sebesar S1 sementara itu permintaan
domestik hanya sebesar D1. jadi jumlah dari seluruh penawaran yang mungkin
diekspor adaalah S1-D1. Pada tingkat harga P2 terjadi peningkatan jumlah
penawaran oleh perusahaan domestik menjadi S2 dan jumlah permintaan
konsumen domestik menjadi turun sebesar D2. Jumlah total yang mungkin
diekspor adalah sebesar S2-D2. Pada saat harga PA jumlah penawaran sama dengan
jumlah yang diminta artinya jumlah yang diekspor adalah nol (tidak ada
perdagangan). Jadi kurva penawaran ekspor dimulai pada saat tingkat harga PA.
3.7.2 Permintaan Impor
Suatu negara mengimpor suatu komoditi disebabkan oleh adanya
perbedaan harga komoditi di pasar domestik dengan pasar dunia. (Kindleberger
dan Lindert,1982). Jika harga domestik lebih tinggi dari harga dunia akan
mendorong suatu negara untuk mengimpor suatu komoditi karena kelebihan
jumlah yang diminta (excess demand). Jumlah kuantitas yang diminta pada pasar
dunia adalah sebesar selisih antara jumlah yang diminta oleh konsumen dan
jumlah yang ditawarkan oleh produsen di pasar domestik.
Pada Gambar 4 menunjukkan bagaimana kurva permintaan impor
diturunkan dengan menggunakan konsep dasar fungsi penawaran dan permintaan
domestik dengan suatu komoditas tertentu
39
Price
Price
S*
A
PA
2
P2
1
P1
MD
D*
S1
S2
D2
D1
Quantity
D2-S2
D1-S1
Sumber : Krugman dan Obsfeld, 2003
Gambar 4. Penurunan Kurva Permintaan Impor
Keterangan:
PA
= tingkat harga saat penawaran produsen sama dengan permintaan
konsumen di negara domestik,
P1, P2 = tingkat harga suatu komoditi,
D1, D2 = jumlah permintaan konsumen,
S1, S2 = jumlah penawaran produsen.
Misalkan permintaan impor dilakukan negara lain, saat tingkat harga suatu
komoditi P1, permintaan konsumen negara lain adalah D1, sedangkan penawaran
produsen hanya sebesar S1, sehingga permintaan impor negara lain adalah sebesar
D1-S1, jika harga naik menjadi P2, permintaan konsumen negara lain sebesar D2
dan penawaran produsen negara lain meningkat menjadi S2, sehingga permintaan
impor negara lain turun sebesar D2-S2. Kombinasi harga dan jumlah produk yang
dijelaskan dengan poin 1 dan 2 pada gambar sebelah kanan. Kurva permintaan
impor negara lain MD digambarkan downward sloping karena kenaikan harga,
jumlah permintaan impor turun. Pada saat tingkat harga PA penawaran dan
40
permintaan negara lain sama dengan tidak ada perdagangan (permintaan impor
sama dengan nol) pada saat harga PA
3.7.3 Perdagangan Antar Negara
Keadaan yang mendorong terjadinya ekspor dan impor suatu komoditi
oleh suatu negara karena adanya perbedaan harga komoditi di pasar domestik
dibandingkan dengan harga dunia (Kindleberger dan Lindert,1982). Jika negara A
mempunyai harga barang yang lebih rendah dari negara B maka negara A yang
menjual barang ke negara B. Negara yang terlibat dalam perdagangan akan
memperoleh manfaat tambahan yang disebut sebagai gain of trade (Krugman dan
Obstfeld, 2003). Terjadinya perdagangan antara negara dapat dijelaskan melalui
Gambar 5.
P
P
P
XS
SB
1
PB
SA
PW
PA
x
y
3
2
DB
z
MD
DA
.
Qax
Qay
Negara A
(Eksportir)
.
.
.
Q
Q
Qw
Pasar Dunia
Sumber : Krugman dan Obsfeld, 2003
Gambar 5. Proses Perdagangan Dua Negara
Keterangan:
PA
= harga barang di negara A,
Qb3
.
Qb2
Negara B
(Importir)
Q
41
PB
= harga barang di negara B,
PW
= harga dunia,
qx,qy
= kelebihan penawaran,
q3, q2
= kelebihan permintaan,
XS
= penawaran ekspor dunia,
MD
= permintaan impor dunia.
Diasumsikan hanya ada dua negara yaitu: negara A dan negara B serta satu
komoditas dalam perdagangan, tidak ada biaya transportasi dan pasar dalam
kondisi pasar persaingan sempurna. Gambar 5 menjelaskan bahwa di negara A
mempunyai harga domestik yang yang relatif murah (P A) dan negara B memiliki
harga yang relatif tinggi yaitu PB . sedangkan harga dunia lebih tinggi dari harga
di negara A dan lebih rendah dari negara B. Hal ini menyebabkan negara A
melakukan ekspor dan negara B melakukan impor.
3.8
Dampak Kebijakan Ekonomi terhadap Industri Komoditi Kelapa
Sawit dan Karet.
3.8.1
Tingkat Suku Bunga
Suatu investasi diperlukan suatu perusahaan untuk membeli barang-barang
modal atau aset. Adapun yang menjadi tujuan investasi adalah untuk
meningkatkan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan melalui penggunaan
mesin-mesin, pabrik atau melalui perluasan kebun yang dimiliki. Jika perusahaan
melakukan peminjaman atau kredit pada suatu bank untuk melakukan suatu
investasi, maka investor akan membayar bunga setiap bulan/tahun. Tigkat suku
bunga merupakan biaya pinjaman. Nilai bunga ditentukan oleh bank sentral dan
dianggap sebagai tanda sikap pemerintah terhadap perekonomian. Hal ini pada
42
gilirannya akan mempengaruhi nilai pinjaman di sektor swasta. Semakin tinggi
suku bunga maka semakin banyak perusahaan harus membayar biaya atas
pinjaman tersebut setiap tahunnya. Biaya bunga akan mengurangi laba yang akan
diterima oleh investor dari usahanya. Suku bunga yang tinggi akan menyebabkan
semakin kecil keuntungan perusahaan tersebut, demikian sebaliknya.
r
r2
2
1
r1
I(r)
.
I(r2)
I(r1)
.
I
Sumber: Mankiw, 2000
Gambar 6. Kurva Investasi
Pada Gambar 6 di atas menunjukkan hubungan tingkat suku bunga dengan
investasi. Pada tingkat suku bunga r1, jumlah investasi yang terjadi pada I(r1). Jika
terjadi peningkatan suku bunga dari r1 ke r2 dengan asumsi ceteris paribus, maka
peningkatan suku bunga menyebabkan turunnya rencana investor sebesar I(r2) –
I(r1). Dengan turunnya investasi akan menyebabkan turunnya produksi dengan
asumsi ceteris paribus, turunnya produksi akan mempegaruhi penawaran
domestik dan pada akhirnya mempengaruhi jumlah barang yang diekspor.
Pada Gambar 7 di bawah ini menunjukan bahwa dengan adanya
penurunan suku bunga di negara A pada kondisi ceteris paribus, investor
memiliki insentif untuk meningkatkan menambah luas areal perkebunan, dengan
43
pertambahan luas areal maka produksi akan meningkat. Peningkatan ini
menyebabkan kurva penawaran bergeser dari SA1 ke SA2 dan membentuk
keseimbangan baru di negara A. Dengan terbentuknya keseimbangan baru di QA2
PA2 maka akan terbentuk kurva penawaran ekspor yang baru yaitu XS2 dan
terbentuk pula kesimbangan baru keseimbangan baru di blok dunia. Dengan
perubahan keseimbangan ini, maka harga dunia akan berubah yaitu menurun
karena jumlah penawaran ekspor yang meningkat. Perubahan harga dunia
menyebabkan harga dunia di negara pengimpor lebih murah dari sebelumnya dan
harga domestik di negara B tidak berubah. Dengan murahnya harga di negara B
menyebabkan negara pengimpor meningkatkan impornya.
P
P
PW1
PW2
PA1
PA2
x
XS2
SA2
y
a
b
z
SB
1
PB
SA1
P
XS1
3
2
4
5
DB
c
MD
DA
.
QA1 QA2
Negara A
(Eksportir)
.
. .
Q
QW1 QW2
Pasar Dunia
.
Q
QB
Negara B
(Importir)
Gambar 7. Dampak Penurunan Suku Bunga dalam Perdagangan Internasional
Keterangan:
QA1- QA2
= perubahan jumlah produksi di negara A,
PA1-PA2
= perubahan harga di negara A,
PW1-PW2
= perubahan harga dunia.
Q
44
3.8.2 Upah Tenaga Kerja
Kurva permintaan tenaga kerja memiliki kemiringan menurun. Artinya
makin rendah tarif upah, maka besar jumlah tenaga kerja yang diminta. Upah riel
adalah rasio antara tingkat upah dan tingkat harga, atau jumlah barang yang dapat
dibeli dan upah per jam kerja. (Donbush dan Fischer, 1987).
Ditambahkan pula bahwa kurva permintaan mempunyai kemiringan
menurun karena diasumsikan bahwa semakin banyak tenaga kerja yang digunakan
akan semakin rendah produktivitas marjinalnya. Misalnya barang modal tidak
berubah, makin banyak karyawan yang ditambah. Setiap karwayan baru
memperoleh bagian mesin yang lebih sedikit dibandingkan dengan karyawan
sebelumnya sehingga tambahan output yang dihasilkan oleh karyawan baru akan
lebih kecil dibandingkan tambahan output yang dihasilkan karyawan sebelumnya.
Jadi produktivitas marginal tenaga kerja menurun dan kurva permintaan tenaga
kerja memiliki kemiringan yang menurun.
Upah Riil
(w/p)
Output (Y)
F(x)
w/p1
w/p2
LD
L1
L2
Permintaan Tenaga Kerja
Tenaga Kerja
L1
L2
Tenaga Kerja
(b) Fungsi Produksi
Sumber: Mankiw, 2000
Gambar 8. Hubungan antara Upah Tenaga Kerja dan Produksi
45
Keterangan:
W/P
= upah riel tenaga kerja,
Y
= pendapatan, output,
L
= tenaga kerja,
W/P1, W/P2
= tingkat upah riil,
L1, L2
= jumlah tenaga kerja,
Y1, Y2
= jumlah pendapatan/output.
Penurunan upah riel tenaga kerja dari W/P1 menjadi W/P2 dalam kondisi
cateris paribus menyebabkan jumlah peningkatan penggunaan tenaga kerja yang
digunakan perusahaan meningkat dari L1 menjadi L2. Peningkatan penggunaan
tenaga kerja ini akan berdampak pada peningkatan output perusahaan dari Y1
menjadi Y2.
Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa dengan adanya penurunan upah
tenaga kerja di negara pengekspor dengan asumsi cateris paribus, maka produksi
meningkat yang diakibatkan dari meningkatnya tenaga kerja yang digunakan.
Peningkatan ini menyebabkan kurva penawaran bergeser ke kanan dari SA1 ke SA2
dan membentuk keseimbangan baru bagi negara A dimana terjadi juga penurunan
harga domestik di negara A.
Dengan terbentuknya keseimbangan baru, maka akan terbentuk kurva
penawaran ekspor yang baru yaitu: XS2 dan terbentuk pula keseimbangan yang
baru di blok dunia di QW2, PW2. Dengan perubahan keseimbangan menyebabkan
harga dunia akan berubah yaitu menurun. Perubahan harga dunia ini
menyebabkan harga dunia di negara pengekspor lebih murah dari sebelumnya.
Dengan rendahnya harga dunia dan harga domestik di negara A, sedangkan harga
46
di negara pengimpor tetap (tinggi) menyebabkan negara meningkatkan ekspornya
(Gambar 9).
P
P
PW1
PW2
x
XS2
SA2
y
a
PA1
b
z
SB
1
PB
SA1
P
XS1
3
2
4
5
DB
c
PA2
MD
DA
.
QA1 QA2
Negara A
(Eksportir)
.
. .
Q
QW1 QW2
.
Q
Pasar Dunia
QB
Negara B
(Importir)
Gambar 9. Dampak Penurunan Upah Tenaga Kerja dalam Perdagangan
Internasional
Keterangan:
Q A1,Q A2
= perubahan jumlah produksi negara A,
PA1, PA2
= perubahan harga negara A,
PW1, PW2
= perubahan harga dunia.
3.8.3 Nilai Tukar
Nilai tukar mata uang (exchange rate) atau kurs adalah harga satu mata
uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Nilai tukar memainkan
peranan penting dalam perdagangan internasional, karena dengan nilai tukar
memungkinkan kita membandingkan harga barang dan jasa yang dihasilkan oleh
suatu negara. Lebih lanjut Salvatore (1999) menjelaskan bahwa dalam melakukan
transaksi perdagangan antar negara, mereka menggunakan mata uang asing bukan
mata uang negaranya.
Q
47
Para ekonom membedakan nilai tukar atau kurs menjadi dua yaitu kurs
nominal dan kurs riil. Nilai tukar nominal adalah harga relatif dari mata uang dua
negara sedangkan nilai tukar riil adalah harga relatif dari barang-barang diantara
dua negara (Mankiw, 2003). Nilai tukar riil menyatakan tingkat dimana kita bisa
memperdagangkan barang domestik dengan barang luar negeri bergantung pada
harga barang dalam mata uang lokal dan tingkat kurs yang terjadi. Nilai tukar riil
adalah nilai tukar nominal yang sudah dikoreksi dengan harga relatif yaitu hargaharga dometik dibandingkan dengan harga-harga di luar negeri. Nilai tukar riil
dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini:
…………………………………………………………
dimana:
(3.35)
adalah nilai tukar riil, e adalah nilai tukar nominal, P adalah harga
barang domestik, dan
adalah harga barang luar negeri.
Kemampuan suatu negara untuk mengontrol nilai tukar mata uang (kurs)
menjadi indikasi kondisi perekonomian suatu negara. Jika kondisi perekonomian
suatu negara baik, dimana memiliki nilai tukar mata uang stabil akan memberikan
jaminan bagi setiap warga negara dapat membeli barang yang diperlukan
kapanpun. Negara yang mempunyai nilai tukar mata uang lemah memiliki
kesempatan untuk meningkatkan jumlah ekspornya karena harga barang yang
diekspor tersebut dirasakan murah oleh negara importir. Selanjutnya Kandil
(2009) menjelaskan respon ekspor terhadap perubahan nilai tukar bergantung pada
elastisitas permintaan luar negeri. Jika permintaan inelastis apresiasi (depresiasi)
mata uang dapat mengakibatkan kenaikan (penurunan) yang diekspor dalam nilai
dolar.
48
Kebijakan perdagangan antar negara akan dipengaruhi oleh nilai tukar
mata uang masing-masing negara. Apresiasi atau depresiasi nilai mata uang
domestik terhadap mata uang asing dapat mempengaruhi volume ekspor yang
diperdagangkan. Dalam perdagangan internasional harga suatu komoditi dapat
menjadi lebih mahal atau lebih murah sangat ditentukan oleh nilai tukar mata
uang tersebut. Pada Gambar 10 menunjukkan hubungan negatif antara neraca
perdagangan dan kurs riil artinya semakin rendah nilai tukar atau kurs semakin
murah barang domestik relatif terhadap barang luar negeri dan semakin besar
jumlah yang diekspor. Hal sebaliknya jika terjadi kurs riil yang tinggi, barangbarang domestik relatif lebih mahal terhadap barang-barang luar negeri, penduduk
domestik cenderung berkeinginan untuk mengimpor barang-barang dari luar
negeri.
Real
Exchange
Rate
S-I
NX
0
Net Exports,
NX
Sumber: Mankiw, 2003
Gambar 10. Hubungan Ekspor Netto dengan Nilai Tukar Riil.
49
3.8.4 Pajak Ekspor
Pajak ekspor adalah pajak yang dipungut atas barang ekspor. Seperti tarif,
pajak ekspor juga dapat diterapkan secara spesifik atau secara ad-valorem
(Suranovic, 2004). Lebih lanjut Grennes (1984) dalam Lubis (2002) menjelaskan
bahwa pajak ekspor merupakan intervensi pemerintah terhadap barang-barang
ekspor yang dapat mendistorsi pasar. Pemberlakuan pajak ekspor terhadap suatu
produk akan meningkatkan biaya ekspor dan dapat menyebabkan harga yang
diterima oleh produsen domestik menjadi lebih rendah dari harga dunia sebesar
pajak yang ditentukan tersebut.
Diasumsikan (a) hanya dua negara yaitu negara eksportir A dan negara
importir B (gabungan negara-negara lainnya), (b) pajak ekspor adalah pajak
spesifik atau besarnya pajak yang dikenakan bagi eksportir sebesar per unit
produk yang diekspor dan (c) negara eksportir adalah negara besar dalam
perdagangan dimana jika perubahan jumlah ekspor negara A akan mempengaruhi
harga dunia. Pada Gambar 11 terlihat bahwa pemberlakuan pajak ekspor akan
menyebabkan pergeseran secara paralel kurva penawaran ekspor ES ke atas
dengan jarak sebesar pemberlakuan pajak (t) menjadi ES’ dalam penelitian ini
industri komoditi tanaman perkebunan dominan pada pasar dunia (negara besar)
sehingga besar kecilnya industri komoditi tanaman perkebunan Indonesia dapat
mempengaruhi harga dunia.
50
Price
Price
Price
XSt
S
D
S
D
XS
P’W
f
1
3
2
4
PW
c
e
a
d
b
P’W-t
ED
Qc
Q’c
Q’p
Qp
Quantity
Q’e
Qe
Quantity
Qp
Q’p
Qc Q’c
Negara Importir B
Negara Eksportir A
Pasar Dunia
Sumber: Tweeten, 1992
Gambar 11. Dampak Suatu Pajak Ekspor terhadap Perdagangan Internasional
Quantity
51
Pada kasus negara besar (slope kurva permintaan negatif) penurunan
jumlah penawaran ekspor Indonesia pada suatu tingkat harga tertentu akan
menyebabkan harga dunia meningkat dari PW menjadi PW’. Hal ini
menyebabkan harga yang diterima oleh produsen domestik di negara A
(Indonesia) setelah adanya pajak ekspor adalah lebih rendah dari harga dunia
yaitu sebesar PW’-t. Pada harga PW-t, konsumsi domestik akan meningkat
menjadi Qc‘dan produksi domestik menurun menjadi Qp’ sehingga terjadi excess
supply sebesar Qp’-Qc’. Sedangkan di negara importir, dengan harga dunia
sebesar Pw’ produksi akan meningkat menjadi Qp’ dan konsumsi akan menurun
sebesar Qp’ sehingga terjadi excess demand sebesar Qc’-Qp’ yang besarnya sama
dengan Qp’-Qc’ atau kesimbangan baru pada pasar dunia Qe’.
Distorsi perdagangan berupa pemberlakuan pajak ekspor dengan asumsi
sebagai negara besar, akan menyebabkan penurunan harga yang diterima oleh
produsen, penurunan produksi domestik, penurunan volume ekspor, peningkatan
konsumsi domestik. Sedangkan di negara importir, terjadi kenaikan harga
sehingga merangsang kenaikan produksi dan penurunan konsumsi yang
selanjutnya akan mengakibatkan penurunan volume impor. Disisi lain penerapan
pajak ekspor mampu menghasilkan penerimaan bagi pemerintah sebagai
konsekuensi dari turunnya harga domestik.
Dampak pemberlakuan pajak ekspor juga akan mempengaruhi distribusi
(equity)
dan
efisiensi.
Pemberlakuan
pajak
ekspor
akan
menurunkan
kesejahteraan dunia. Negara importir, kesejahteraan nasionalnya adalah sebesar (2+3+4) sedangkan di negara eksportir kesejahteraan nasionalnya sangat
52
ditentukan oleh elastisitas permintaan dan penawarannya. Bagi negara eksportir
pajak yang optimal berada pada keadaan (-c+e+f) sehingga untuk tingkat pajak
tertentu kesejahteraan nasional bersih negara eksportir akan negatif bila (c+e)
lebih besar dari f secara lebih detail dapat dilihat pada Tabel 2.
Penurunan pajak ekspor dari kondisi yang diuraikan di atas memperkecil
kesejahteraan masyarakat dunia. Produsen di negara eksportir akan menerima
penurunan harga yang lebih kecil sehingga merangsang terjadinya peningkatan
ekspor, sementara konsumen di negara importir akan membayar dengan harga
yang lebih rendah.
Tabel 2. Analilis Dampak Pemberlakuan Pajak Ekspor terhadap Kesejahteraan
Produsen dan Konsumen di Negara Eksportir dan Importir
Perubahan
Eksportir
Importir
Surplus konsumen
a+b
-(1+2+3+4)
Surplus produsen
-(a+b+c+d+e)
1
d+f
-
-c-e+f
-(2+3+4)
Peneriman Pemerintah
Kesejahteraan Nasional Bersih
Kesejahteraan Dunia Bersih
-c-e-2-4
Download