BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelanjaan modal (capital expenditure) merupakan salah satu hal penting dalam teori keuangan suatu perusahaan. Dalam teori keuangan disebutkan bahwa beberapa fungsi atau tugas manajer keuangan adalah membuat atau mengambil keputusan yang berhubungan dengan kegiatan pencarian dana (financing decision) serta mengambil keputusan yang berkaitan dengan bagaimana dana yang diperoleh tersebut diinvestasikan (investment decision). Ada dua alasan yang membuat konsep ini menjadi penting untuk dianalisis lebih lanjut. Pertama, dari sisi ekonomi makro, capital expenditure merupakan salah satu bagian dominan yang membentuk permintaan agregat untuk barang modal, komponen gross national product (GNP), variabel pertumbuhan ekonomi serta siklus bisnis (Dornbusch & Fisher, 1987). Kedua, pada sisi ekonomi mikro, capital expenditure mempengaruhi keputusan-keputusan produksi, seberapa besar dana akan diinvestasikan dalam aset tetap (Nicholson,1992), serta rencana strategik perusahaan (Bromiley, 1986). Bahkan untuk setiap capital expenditure di setiap perusahaan selalu dikaitkan dengan kinerja perusahaan. Semakin tinggi capital expenditure suatu perusahaan, maka diharapkan semakin baik pula kinerja perusahaan tersebut (McConnel & Muscarella, 1985). Oleh sebab itu banyak perusahaan menerapkan atau mempertimbangkan menentukan capital expenditure perusahaannya. 1 banyak faktor dalam 2 Berbagai penelitian yang berkaitan dengan konsep capital expenditure telah banyak dilakukan sampai saat ini. Penelitian tersebut sebagian besar ditujukan untuk menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai capital expenditure (Kuh & Meyer, 1987; Dusenberry, 1958; Jorgenson, 1963; Kuh, 1963; Jorgenson & Siebert, 1968; Growbowski & Mueller1972; dan Elliot, 1973). Begitu pentingnya masalah ini sehingga pada periode selanjutnya masih saja dilakukan penelitian yang menghasilkan temuan baru mengenai faktor-faktor penentu capital expenditure (Nair, 1979; Berndt et al, 1980; Larcker, 1983; Fazzari & Athey, 1987; Fazzari et al, 1988; Waegelein, 1988; Madan & Prucha, 1989; serta Gaver, 1992). Aliran kas internal (internal cash flow) merupakan salah satu faktor penentu dalam capital expenditure suatu perusahaan. Dimana capital expenditure setiap perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berbeda. Namun demikian pada penelitian yang lain ditemukan fakta yang berkebalikan yaitu tidak ada pengaruh yang signifikan antara internal cash flow terhadap capital expenditure. Dua teori yang memberikan penjelasan berkaitan dengan pengaruh internal cash flow adalah Pecking order hypotheses dan manajerial hypotheses. Pecking order hypotheses (Myers, 1984; Myers & Majluf, 1984) menyatakan bahwa manajer akan memilih tingkat capital expenditure yang memaksimalkan kemakmuran pemegang saham saat ini, tanpa memperhatikan kepemilikan manajer atas saham perusahaan. Manajer cenderung untuk membuat keputusan capital expenditure atas dasar internal cash flow, dengan alasan adanya information asymmetries antara manajer tersebut dengan calon pemegang saham 3 potensial (Myers & Majluf, 1984). Alasan lain adalah adanya equity agency conflict antara manajemen dengan pemegang saham, terutama jika perusahaan memiliki excess cash flows (Jensen, 1986). Excess cash flows tersebut cenderung akan digunakan oleh manajemen untuk meningkatkan kekuasaannya melalui investasi yang berlebihan dan pengeluaran yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan utama perusahaan atau excessive perquisites. Semakin besar excess cash flows maka capital expenditure perusahaan juga akan semakin besar. Menurut manajerial hypotheses, seorang manajer yang memiliki saham pada perusahaan (insider ownership) akan menggunakan internal cash flow untuk membuat tingkat capital expenditure berada pada posisi yang melebihi tingkat maksimum kamakmuran pemegang saham yang lain. Pada kedua hipotesis di atas terdapat kesamaan pada pentingnya internal cash flow dalam menentukan tingkat capital expenditure. Perbedaannya adalah bahwa pada pecking order hypotheses meniadakan hubungan antara capital expenditure dengan insider ownership dalam perusahaan. Tetapi, pada managerial hypotheses menyatakan adanya hubungan antara capital expenditure dan insider ownership. Berdasar latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti Pengaruh Internal Cash Flow dan Insider Ownership terhadap Capital Expenditure. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya dapat menjadi: Apakah Internal Cash Flow dan Insider Ownership berpengaruh terhadap Capital Expenditure? 4 C. Batasan Masalah Agar masalah yang diteliti tidak terlalu luas, maka batasan-batasan masalah yang diambil adalah sebagai berikut: 1. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah data perusahaan selama 6 tahun, yaitu tahun 2000 sampai dengan tahun 2005, perusahaan yang melaporkan laporan keuangannya secara lengkap dan dipublikasikan dalam Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Pembatasan periode tersebut karena selama periode tersebut keadaan pasar modal di Indonesia mengalami masa yang normal kembali setelah melewati krisis moneter pada tahun 1997. 2. Perusahaan manufaktur yang terdapat di BEJ. Pemilihan ini diharapkan dapat memberikan konsistensi hasil penelitian untuk generalisasi. Agar penelitian ini memberikan hasil yang konsisten dalam menyamaratakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Pemilihan ini berusaha memudahkan dalam melihat Internal Cash Flow, Insider Ownership dan Capital Expenditure dalam perusahaan. D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: Untuk menguji pengaruh internal cash flow dan insider ownership pada menentukan Capital Expenditure. 5 E. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam membuat keputusan investasi, khususnya pada pemilihan perusahaan setelah mengetahui perilaku manajemen yang membuat keputusan capital expenditure dalam perusahaan tersebut. Penelitian ini diharapkan menjadi acuan dalam membuat keputusan berinvestasi di masa yang akan datang sehingga dapat memberikan keuntungan bagi investor. 2. Bagi emiten, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam penerbitan dan melakukan penawaran sekuritas di pasar agar dapat mengurangi informatiom asymmetries antara manajer dan pemegang saham baru yang potensial. Bila information asymmetries dikurangi maka akan mengurangi under value shares yang merugikan perusahaan. 3. Bagi Pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan komponen gross national product (GNP) dan membuat keputusan siklus bisnis yang menguntungkan, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Bila capital expenditure perusahaan meningkat maka akan membuat laju pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan, begitu pula dengan laju perputaran uang serta pajak yang dipungut Pemerintah. Semakin tinggi capital expenditure perusahaan maka makin besar kontribusi yang diberikan perusahaan bagi Pemerintah melalui pajak yang dibebankan ke perusahaan tersebut.