PENDAHULUAN Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI)

advertisement
HUBUNGAN PERAWATAN LUKA PERINEUM PADA IBU NIFAS DENGAN
LAMA PENYEMBUHAN LUKA JAHITAN PERINEUM IBU NIFAS
DI PUSKESMAS SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG
Viska Windah Yuni1), Ari Andayani2) Kartika Sari3)
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
email:UP2M@AKBIDngudiwaluyo
INTISARI
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, angka kematian ibu
mencapai 359/100.000 kelahiran hidup. Beberapa faktor penyebab langsung kematian ibu di Indonesia masih
didominasi oleh perdarahan (42%), eklamsia/preeklamsia (13%), abortus (11%), infeksi (10%), partus
lama/partus macet (9%) dan penyebab lain (15 %).
Berdasarkan survei awal yang dilakukan pada periode bulan Mei tahun 2014 di Puskesmas Susukan
Kabupaten Semarang, terdapat 54 Ibu bersalin, sebanyak 13 ibu bersalin dengan luka jahitan derajat satu dan
41 ibu bersalin dengan luka jahitan derajat dua.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara perawatan luka perineum pada ibu nifas
dengan lama penyembuhan luka jahitan perineum di Puskesmas Susukan Kabupaten Semarang.
Desain penelitian ini adalah korelasi, dengan tehnik sampling purposive sampling. Sampel yang
digunakan yaitu Ibu nifas dengan luka jahitan derajad 2 di wilayah Puskesmas Susukan Kabupaten
Semarang, berjumlah 33 orang. Data diperoleh dari data primer (kuisioner) dan data sekunder. Analisa yang
digunakan dalam penelitian ini adalah univariat untuk memperoleh cara perawatan luka jahitan pada ibu
nifas dan lama penyembuhan luka jahitan. Analisa bivariat untuk mengetahui hubungan perawatan luka
jahitan pada ibu nifas dengan lama penyembuhan luka jahitan perineum.
Hasil penelitian yang didapatkan mengenai perawatan luka jahitan perineum pada ibu nifas yaitu
kategori sedang (51,5%). Pada lama penyembuhan luka jahitan perineum yaitu kategori sedang (69,7%).
Hasil dari analisis Uji Kendall’s tau menunjukkan nilai signifikan p-value 0,003 (<0,05) nilai tersebut
menunjukkan bahwa terdapat hubungan perawatan luka jahitan pada ibu nifas dengan lama penyembuhan
luka jahitan perineum.
Diharapkan tenaga kesehatan dapat memberikan informasi tentang perawatan luka perineum yang tepat
dan dapat membantu proses penyembuhan luka.
Kata kunci: Perawatan luka perineum, lama penyembuhan luka
Kepustakaan: 24 (2000-2013)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Angka Kematian Ibu (AKI) pada wanita
hamil dan bersalin adalah masalah besar di
suatu Negara. Menurut Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 angka
kematian ibu di Indonesia mencapai
359/100.000 ibu hamil/melahirkan. Angka
kematian ibu di Indonesia masih tergolong
tinggi diantara Negara-negara ASEAN,
kemudian setelah Indonesia disusul oleh
Vietnam 50/100.000 kelahiran hidup,
Thailand 10/100.000 kelahiran hidup,
Malaysia
5/100.000
kelahiran
hidup,
Singapura 3/100.000
kelahiran
hidup
(www.bkkbn.go.id).
Berdasarkan hasil Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, angka
kematian ibu mencapai 359/100.000 kelahiran
hidup. Dalam survei yang sama, lima tahun
lalu, angka kematian ibu hanya 228/100.000
kelahiran hidup, sedangkan pada tahun 2010
sebesar 263/100.000 angka kelahiran hidup.
Angka kematian ibu mulai menjadi sorotan
terkait sulitnya mencapai target MDGs
(Millennium Development Goals) yaitu
menurunkan angka kematian ibu menjadi
102/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015
(WHO, 2011).
Angka kematian ibu Provinsi Jawa
Tengah tahun 2012 berdasarkan laporan dari
kabupaten/kota
sebesar
116,34/100.000
kelahiran hidup, mengalami peningkatan bila
dibandingkan dengan AKI pada tahun 2011
Hubungan Perawatan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Dengan Lama Penyembuhan Luka Jahitan
Perineum Ibu Nifas Di Puskesmas Susukan Kabupaten Semarang
1
sebesar 116,01/100.000 kelahiran hidup.
Jumlah kematian maternal terbanyak adalah
di Kabupaten Brebes sebanyak 51 kematian.
Sedangkan kabupaten/kota dengan jumlah
kematian maternal paling sedikit adalah Kota
Salatiga dengan 2 kematian. Sebesar 57,93%
kematian maternal terjadi pada waktu nifas,
pada waktu hamil sebesar 24,74% dan pada
waktu persalinan sebesar 17,33%. Sementara
berdasarkan kelompok umur, kejadian
kematian maternal terbanyak adalah pada usia
produktif (20-35 tahun) sebesar 66,96%,
kemudian pada kelompok umur >35 tahun
sebesar 26,67% dan pada kelompok umur <20
tahun sebesar 6,37% (Profil Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah tahun 2012).
Beberapa faktor penyebab langsung
kematian ibu di Indonesia masih didominasi
oleh
perdarahan
(42%),
eklampsia/preeklamsia
(13%),
abortus
(11%), infeks (10%), partus lama/persalinan
macet (9%), dan penyebab lain (15%).
Sedangkan faktor tidak langsung penyebab
kematian ibu karena faktor terlambat dan
terlalu. Ini semua terkait dengan faktor akses,
sosial budaya, pendidikan, dan ekonomi.
Meskipun
angka kematian ibu yang
disebabkan infeksi hanya 10%, yang ditandai
dengan rubor, dolor, kalor, tumor,
fungsiolesa.
hal
tersebut
ikut
menyumbangkan kenaikan angka kematian
ibu di Indonesia (SDKI 2012).
Persalinan adalah serangkaian kejadian
yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukup
bulan atau hampir cukup bulan, disusul
dengan pengeluaran plasenta dan selaput
ketuban janin dari tubuh ibu. Persalinan
sering kali mengakibatkan robekan jalan lahir,
baik pada primigravida
maupun pada
multigravida dengan perineum yang kaku.
Untuk mengendalikan robekan perineum
spontan maka dilakukan episiotomi sehingga
mengurangi rasa nyeri dan menjamin agar
luka teratur (Manuaba, 2002).
Kebanyakan robekan pada perineum
terjadi
sewaktu
melahirkan
dan
penanganannya
merupakan
masalah
kebidanan. Robekan perineum dibagi atas
empat tingkat/derajat. Derajat satu dimana
melewati mukosa vagina, komisura posterior,
kulit perineum, otot perineum tidak perlu
dijahit jika tidak ada perdarahan dan aposisi
luka baik. Derajat dua yang melewati mukosa
vagina, komisura posterior, kulit perineum,
otot perineum maka luka tersebut dijahit.
Derajat tiga yang melewati mukosa vagina,
komisura posterior, kulit perineum, otot
perineum, otot stringver ani serta derajat
empat yang melewati mukosa vagina,
komisura posterior, kulit perineum, otot
stringver ani dan dinding depan rectum bidan
tidak dibekali keterampilan untuk menjahit
laserasi perineum pada derajat ini maka bidan
harus merujuk ke fasilitas rujukan. Robekan
terjadi bisa karena robekan spontan bisa juga
karena tindakan episiotomi. Beberapa cidera
jaringan penyokong, baik cidera akut maupun
nonakut, baik telah diperbaiki atau belum,
dapat
menjadi masalah ginekologis
dikemudian hari. Kerusakan pada penyokong
panggul biasanya segera terlihat dan
diperbaiki setelah persalinan (JNPK-KR,
2008).
Luka laserasi jalan lahir
biasanya
terdapat sedikit jaringan yang hilang karena
luka ini hasil tindakan episiotomi atau
laserasi.
Pada
kenyataan
fase-fase
penyembuhan akan tergantung pada beberapa
faktor termasuk ukuran dan tempat luka,
kondisi fisiologis umum pasien, cara
perawatan luka perineum yang tepat dan
bantuan ataupun intervensi dari luar yang
ditujukan
dalam
rangka
mendukung
penyembuhan (Moya, 2003).
Menurut Suwiyoga (2004) akibat
perawatan perineum yang tidak benar dapat
mengakibatkan kondisi perineum yang
terkena lokhea dan lembab akan sangat
menunjang perkembangbiakan bakteri yang
dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada
perineum. Munculnya infeksi pada perineum
dapat merambat pada saluran kandung
kencing ataupun pada jalan lahir yang dapat
berakibat pada munculnya komplikasi infeksi
kandung kencing maupun infeksi pada jalan
lahir. Infeksi tidak hanya menghambat proses
penyembuhan luka tetapi dapat juga
menyebabkan kerusakan pada jaringan sel
penunjang, sehingga akan menambah ukuran
dari luka itu sendiri, baik panjang maupun
kedalaman luka.
Berdasarkan
survey
awal
yang
dilakukan pada periode bulan Mei tahun
2014 di Puskesmas Susukan Kab. Semarang,
Hubungan Perawatan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Dengan Lama Penyembuhan Luka Jahitan
Perineum Ibu Nifas Di Puskesmas Susukan Kabupaten Semarang
2
terdapat 54 ibu bersalin, sebanyak 13 ibu
bersalin dengan luka jalan lahir derajad satu
dan 41 ibu bersalin yang mempunyai luka
jahitan jalan lahir derajat dua. Diantara ibu
bersalin yang mempunyai luka jahitan derajad
dua, 18 ibu bersalin primipara dan 23 ibu
bersalin multipara. Dari hasil pengkajian
langsung, pada 9 ibu bersalin yang
mempunyai luka jahitan derajad dua tentang
cara perawatan luka perineum, ada 4 ibu yang
hampir sesuai dengan teori dan 5 ibu tidak
sesuai dengan teori. Dari data observasi pada
9 ibu tersebut ada 4 ibu nifas yang mengalami
keterlambatan penyembuhan luka jahitan
perineum> 7 hari.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka
peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada
hubungan perawatan luka perineum pada ibu
nifas dengan lama penyembuhan luka
perineum di Puskesmas Susukan Kab.
Semarang.
Ruang Lingkup Penelitian
Tempat
yang
digunakan
untuk
penelitian ini adalah Puskesmas Susukan Kab.
Semarang. Waktu dalam penelitian ini adalah
pada bulan 23 Juni-13 Juli 2014 sampai
selesai.
Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah desain korelasi
atau
penelitian
korerasional.
Desain
korerasional adalah penelitian yang dilakukan
untuk mengetahui tingkat hubungan antara
dua variabel atau lebih, tanpa melakukan
perubahan, tambahan, atau manipulasi
terhadap data yang memang sudah ada.
Populasi, sampel
Populasi adalah keseluruhan subyek
penelitian (Notoatmodjo, 2010). Populasi
penelitian ini adalah semua ibu nifas yang
mempunyai luka jahitan perineum derajad 2
(dua) pada tanggal 19 Juni-13 Juli 2013 di
Puskesmas Susukan Kab. Semarang yaitu
sekitar ada 33 orang.
Tehnik pengambilan sampel dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara Non
Random Sampling dengan Purposive
Sampling. Menurut Notoatmodjo (2010),
Purposive sampling yaitu anggota sampel
yang dipilih didasarkan pada suatu
pertimbangan yang dibuat oleh peneliti
sendiri.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
a. Umur
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Umur Ibu Nifas di Puskesmas
Susukan Kab. Semarang, 2014
Umur
<20 tahun
20-30 tahun
>35 tahun
Jumlah
Frekuensi
2
28
3
Persentase (%)
6,1
84,8
9,1
33
100,0
Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui
bahwa dari 33 responden ibu nifas di
Puskesmas Susukan Kab. Semarang, sebagian
besar memiliki umur 20-35 tahun, yaitu
sejumlah 28 orang (84,8 %).
b. Pendidikan
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Pendidikan
Ibu
Nifas
di
Puskesmas
Susukan
Kab.
Semarang, 2014
Pendidikan
SD
SMP
SMA
Perguruan Tinggi
Jumlah
Frekuensi
3
15
14
1
33
Persentase (%)
9,1
45.5
42,4
3.0
100,0
Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui
bahwa dari 33 responden ibu nifas di
Puskesmas Susukan Kab. Semarang, sebagian
besar
memiliki pendidikan SMP, yaitu
sejumlah 15 orang (45.5 %).
c. Pekerjaan
Tabel 3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Pekerjaan Ibu Nifas di Puskesmas
Susukan Kab. Semarang, 2014
Pekerjaan
IRT
Swasta
PNS
Jumlah
Frekuensi
18
14
1
33
Persentase (%)
54,5
42.4
3.0
100,0
Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui
bahwa dari 33 responden ibu nifas di
Puskesmas Susukan Kab. Semarang, sebagian
besar merupakan ibu rumah tangga, yaitu
sejumlah 18 orang (54,5%).
Hubungan Perawatan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Dengan Lama Penyembuhan Luka Jahitan
Perineum Ibu Nifas Di Puskesmas Susukan Kabupaten Semarang
3
d. Paritas
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Paritas Ibu Nifas di Puskesmas
Susukan Kab. Semarang, 2014
Paritas
1
2
3
4
Jumlah
Frekuensi
13
13
6
1
33
Persentase (%)
39.4
39.4
18.2
3.0
100,0
Berdasarkan tabel 4.4, dapat diketahui
bahwa dari 33 responden ibu nifas di
Puskesmas Susukan Kab. Semarang, sebagian
besar melahirkan anak yang pertama sejumlah
13 orang (39.4 %) dan melahirkan anak
kedua, yaitu sejumlah 13 orang (39.4%).
Analisis Univariat
a. Perawatan Luka
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Perawat Luka pada Ibu Nifas di
Puskesmas
Susukan
Kab.
Semarang, 2014
Perawatan Luka
Kurang
Sedang
Baik
Jumlah
Frekuensi
9
17
7
33
Persentase (%)
27,3
51,5
21.2
100,0
Berdasarkan tabel 4.5, dapat diketahui
bahwa perawatan luka jahitan perineum pada
ibu nifas di Puskesmas Susukan Kab.
Semarang, sebagian besar dalam kategori
Sedang, yaitu sejumlah 17 orang (51,5%).
b. Lama Penyembuhan Luka
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Lama Penyembuhan Luka pada
Ibu Nifas di Puskesmas Susukan
Kab. Semarang, 2014
Lama Penyembuhan Luka
Kurang
Sedang
Baik
Jumlah
Frekuensi
2
23
8
33
Persentase
6.1
69.7
24.2
100.0
Berdasarkan tabel 6, dapat diketahui
bahwa lama penyembuhan luka jahitan
perineum pada ibu nifas di Puskesmas
Susukan Kab. Semarang, sebagian besar
dalam kategori Sedang, yaitu sejumlah 23
orang (69,7%).
Analisis Bivariat
Analisis bivariat pada bagian ini
menyajikan hasil analisis “Hubungan
Perawatan Luka Perineum Dengan Lama
Penyembuhan Luka Jahitan Perinium Di
Puskesmas Susukan Kab. Semarang.” Untuk
menguji hubungan ini digunakan Uji Kendall
Tau dimana hasilnya disajikan berikut ini.
Tabel 7 Hubungan antara Perawatan Luka
Perineum
dengan
Lama
Penyembuhan Luka Jahitan Perinium
di
Puskesmas
Susukan
Kab.
Semarang, 2014
Perawatan
Luka
Kurang
Sedang
Baik
Jumlah
Lama Penyembuhan Luka
Total
PR
Kurang
Sedang
Baik
value
f
%
f
%
f
%
f
%
2 22,2
7
77,8 0
,0
9 100 0,418 0,003
0
,0
12 70,6 5 29,4 17 100
0
,0
4
57,1 3 42,9 7 100
2 6,1
23 69,7 8 24,2 33 100
Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa
ibu yang merawat luka dalam kategori kurang
sebagian besar lama menyembuhkan lukanya
dalam kategori sedang sejumlah 7 orang
(77,8%), ibu yang merawat luka dalam
kategori sedang sebagian besar lama
menyembuhkan lukanya dalam kategori
sedang sejumlah 12 orang (70,6%), dan ibu
yang merawat luka dalam kategori baik
sebagian besar lama menyembuhkan lukanya
dalam kategori sedang sejumlah 4 orang
(57,1%).
Berdasarkan Uji Korelasi Kendall Tau
didapat nilai korelasi sebesar r = 0,418
dengan p-value 0,003. Oleh karena p-value =
0,003 < α (0,05), disimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara perawatan
luka perineum pada ibu nifas dengan lama
penyembuhan luka jahitan perinium
di
Puskesmas
Susukan
Kab.
Semarang.
Hubungan ini memiliki arah positif karena
nilai korelasi r (0,418) bertanda positif,
hubungan positif artinya jika perawat luka
pada ibu semakin baik maka penyembuhan
lukanya juga akan semakin baik.
Pembahasan
Bagian ini penulis akan memaparkan
tentang pembahasan antara hasil penelitian
dengan teori yang sudah ada dan analisis dari
peneliti. Di dalam pembahasan ini antara lain
hasil peneliti dan teori dibandingkan untuk
mencapai titik temu ataupun kesenjangan dan
kemudian akan dibahas. Di dalam bab ini
hasil penelitian yang akan dibahas adalah
Perawatan Luka Perineum Dengan Lama
Penyembuhan Luka Jahitan Di Puskesmas
Susukan Kabupaten Semarang.
Hubungan Perawatan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Dengan Lama Penyembuhan Luka Jahitan
Perineum Ibu Nifas Di Puskesmas Susukan Kabupaten Semarang
4
Perawatan Luka
Berdassarkan hasil penelitian pada table
5 menunjukkan bahwa perawatan luka pada
ibu nifas di Puskesmas Susukan Kab.
Semarang, Ibu nifas yang melakukan
perawatan luka kurang sebanyak 9 orang
(27,3 %). Ibu nifas yang perawatan lukanya
dengan kategori sedang sebesar 17 orang
(51,5 %). Dan ibu nifas yang melakukan
perawatan luka dalam kategori baik yaitu 7
orang (21,2 %).
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa
ibu nifas yang melakukan perawatan luka
perineum yaitu dalam kategori sedang. Hal ini
kemungkinan terjadi disebabkan karena faktor
pendidikan yang kurang dan kurangnya
sumber
informasi
yang
didapatkan.
Berdasarkan table 4.2 pendidikan ibu nifas
sebagian besar berbendidikan SMP yaitu 15
orang (42,4 %). Menurut Koentjoroningrat
yang dikutip oleh Nursalam dan Siti Pariani
(2002), makin tinggi pendidikan seseorang,
makin mudah menerima informasi, sehingga
makin
banyak pula pengetahuan yang
dimiliki dan sebaliknya bila pendidikan yang
kurang akan menghambat perkembangan
sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang
diperkenalkan. Tingkat pendidikan yang
tinggi akan mempermudah seseorang
menerima informasi, sehingga makin banyak
pula pengetahuan yang dimiliki khususnya
mengenai
perawatan
luka
perineum.
Pengetahuan ibu tentang perawatan pasca
persalinan sangat
menentukan lama
penyembuhan luka perineum.
Apabila
pengetahuan ibu kurang, terlebih masalah
kebersihan maka penyembuhan lukapun akan
berlangsung lama.
Selain itu, paritas dan pekerjaan juga
mempengaruhi ibu nifas dalam melakukan
perawatan
perineum. Menurut Soekidjo
(2002), bahwa pengalaman adalah guru yang
terbaik. Karena pengalaman merupakan
sumber pengetahuan atau suatu cara untuk
memperoleh kebenaran. Apabila seseorang
telah melahirkan anak yang kedua kali dan
seterusnya umumnya
dapat melakukan
perawatan perineum dengan baik karena
mereka telah memperoleh pengalaman dan
informasi pada kelahiran anak sebelumnya.
Pekerjaan dalam hal ini juga dapat
mempengaruhi ibu nifas dalam melakukan
perawatan perineum, dimana ibu yang bekerja
akan
mudah
mendapatkan
informasi
dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.
Sebagian
besar
responden
tidak
melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah
merawat luka perineum, padahal mencuci
tangan dengan sabun dan air mengalir
merupakan salah satu pencegahan infeksi agar
terhindar dari perpindahan kuman melalui
tangan ibu sendiri. Cuci tangan adalah
prosedur yang paling penting dari pencegahan
penyebaran infeksi yang menyebabkan
kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru
lahir.
Tujuan
cuci
tangan
adalah
menghilangkan kotoran dan debu secara
mekanis dari perrmukaan kulit dan
mengurangi jumlah mikroorganisme (Tietjen,
2004).
Banyak juga responden yang tidak
melakukan perawatan luka perineum setelah
BAB dan BAK, Menurut jurnal bidan diah
selain setelah mandi juga setelah BAK
(Buang Air Kecil) Pada saat buang air kecil,
pada saat buang air kecil kemungkinan besar
terjadi kontaminasi air seni pada rektum
akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri
pada perineum untuk itu diperlukan
pembersihan perineum. Juga setelah BAB
(Buang Air Besar). Pada saat buang air besar,
diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran
disekitar anus, untuk mencegah terjadinya
kontaminasi bakteri dari anus ke perineum
yang letaknya bersebelahan maka diperlukan
proses pembersihan anus dan perineum secara
keseluruhan.
Lama penyembuhan luka perineum
Dari hasil penelitian pada table 4.7
menunjukkan bahwa penyembuhan
luka
perineum pada ibu nifas di Puskesmas
Susukan Kab. Semarang, Penyembuhan luka
perineum dengan kategori baik sebanyak 8
orang (24,2 %), sedangkan dalam kategori
sedang sebanyak 23 orang (69,7 %). Dan pada
kategori kurang 2 orang. (6,1 %).
Masih adanya penyembuhan luka
perineum yang kurang di Puskesmas Susukan
yaitu luka masih basah, perineum menutup
atau membuka dan ada atau tidak ada tandatanda infeksi setelah 6-7 hari setelah
melahirkan juga dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Faktor umur,semakin tua
Hubungan Perawatan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Dengan Lama Penyembuhan Luka Jahitan
Perineum Ibu Nifas Di Puskesmas Susukan Kabupaten Semarang
5
umur ibu akan mempengaruhi penyembuhan
luka, seperti Ibu yang sudah lanjut usia akan
susah mentolerir stres misalnya trauma
jaringan atau infeksi.
Faktor
lingkungan
yang
dapat
mendukung ibu dalam penyembuhan luka
perineum seperti dukungan keluarga, nasehatnasehat dari orang tua terhadap ibu untuk
melakukan perawatan luka jahitan perineum
berdasarkan pengalaman yang sudah dialami
oleh keluarga. Dan juga memberikan suportif
kepada ibu untuk selalu menjaga kebersihan
diri dan lingkungan.
Faktor pengetahuan ibu nifas tersebut
dalam melakukan perawatan luka perineum,
sejauh mana ibu mengetahuinya cara
perawatan luka perineum, apa saja yang boleh
dilakukan dan tidak boleh dilakukan dalam
merawat luka perineum, pengetahuan ibu
tentang nutrisi yang dibutuhkan ibu nifas,
apabila pengetahuan ibu semakin baik maka
pengetahuannya
dalam
upaya
untuk
meningkatkan derajat penyembuhan luka
perineum maka akan sangat berpengaruh
dalam proses penyembuhan luka perineum.
Hal ini dapat dibuktikan oleh sujiyatini
dkk (2010) yang mentatakan bahwa faktorfaktor
yang
dapat
mempengaruhi
Penyembuhan luka yaitu faktor eksternal
seperti lingkungan, pengetahuan, sarana
prasarana, penanganan petugas, gizi, budaya,
keturunan. Juga karena faktor internal seperti
usia, cara perawatan luka, aktivitas berat dan
berlebihan, luas luka.
Faktor-faktor diatas tersebut akan
mempengaruhi sikap dan perilaku ibu nifas
dalam melakukan perawatan luka perineum
sehingga didapatkan Penyembuhan perineum
yang baik dan seseai dengan waktu
Penyembuhan luka perineum tersebut.
Hubungan Perawatan Luka perineum
pada Ibu Nifas dengan lama Penyembuhan
Luka Jahitan Perinem di Puskesmas
Susukan Kab. Semarang.
Berdasarkan tabel 7 hasil identifikasi
hubungan perawatan luka perineum pada ibu
nifas dengan lama penyembuhan luka jahitan
perineum di Puskesmas Susukan Kab.
Semarang, responden yang perawatan lukanya
kurang 9 orang, 2 orang mengalami lama
penyembuhan yang kurang dan 7 orang
mengalami lama penyembuhan sedang.
Responden yang perawatan lukanya sedang
17 orang, 12 orang lama penyembuhannya
sedang dan 5 orang mengalami penyembuhan
yang tepat waktu atau baik. Sedangkan
responden yang perawatan lukanya baik 7
orang, 4 orang mengalami penyembuhan yang
sedang, dan 3 orang mengalami penyembuhan
yang tepat waktu atau baik. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa cara perawatan luka yang
kurang maka kesembuhan luka perineumnya
tidak menjadi baik. Sebaliknya cara
perawatan luka yang baik sebagian memiliki
kesembuhan lukanya baik, itu berarti
perawatan
luka
yang
baik
akan
menyembabkan kesembuhan luka yang tidak
akan buruk.
Tujuan perawatan perineum menurut
Hamilton (2002) dalam Rukiyah adalah
mencegah terjadinya infeksi sehubungan
dengan penyembuhan jaringan, untuk
mencegah terjadinya infeksi didaerah vulva,
perinium, maupun di dalam uterus, untuk
penyembuhan
luka
perinium
(jahitan
perinium), untuk kebersihan perinium dan
vulva.
Menurut Suwiyoga (2004) akibat
perawatan perineum yang tidak benar dapat
mengakibatkan kondisi perineum yang
terkena lokhea dan lembab akan sangat
menunjang perkembangbiakan bakteri yang
dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada
perineum. Munculnya infeksi pada perineum
dapat merambat pada saluran kandung
kencing ataupun pada jalan lahir yang dapat
berakibat pada munculnya komplikasi infeksi
kandung kencing maupun infeksi pada jalan
lahir. Infeksi tidak hanya menghambat proses
penyembuhan luka tetapi dapat juga
menyebabkan kerusakan pada jaringan sel
penunjang, sehingga akan menambah ukuran
dari luka itu sendiri, baik panjang maupun
kedalaman luka.
Hasil penelitian ini menunjukkan ada
hubungan antara perawatan luka perineum
dengan lama Penyembuhan luka jahitan
perineum di Puskesmas Susukan Kab.
Semarang. Berdasarkan uji Kendall’s tau-b
didapat nilai korelasi sebesar r = 0,418
dengan p-value 0,003. Oleh karena p-value =
0,003 < α (0,05), disimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara perawatan
Hubungan Perawatan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Dengan Lama Penyembuhan Luka Jahitan
Perineum Ibu Nifas Di Puskesmas Susukan Kabupaten Semarang
6
luka perineum pada ibu nifas dengan lama
penyembuhan luka jahitan perinium
di
Puskesmas Susukan Kab. Semarang.
Terdapat kesamaan hasil penelitian ini
dengan peneliti terdahulu yang telah
dilakukan oleh Ade Haris (2011), Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan
tingkat pengetahuan teknik keperawatan
dengan kesembuhan luka perineum pada ibu
nifas di BPS Kota Semarang, dengan hasil
perhitungan uji chi square di peroleh p-value
0,002 < α 0,05. Kesamaan ini menunjukkan
bahwa hasil penelitian perawatan luka
perineum mempunyai peranan yang sangat
penting dalam proses kesembuhan luka
jahitan perineum sehingga mempengaruhi
lama kesembuhan luka jahitan perineum
tersebut.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
berjudul “Hubungan Perawatan Luka
Perineum Pada Ibu Nifas Dengan Lama
Penyembuhan Luka Jahitan Perinium Di
Puskesmas Susukan Kab. Semarang.“ dengan
jumlah responden 33 orang, maka dapat
disimpulkan :
Sebagian besar perawatan luka perineum
pada ibu nifas di Puskesmas Susukan, dalam
kategori sedang, yaitu sejumlah 17 orang
(51,5%). Dan paling sedikit sebanyak 7 orang
(21,2%) ibu melakukan perawatan luka
dengan kategori baik.
Sebagian besar penyembuhan luka
perineum pada ibu nifas di Puskesmas
Susukan, dalam kategori sedang, yaitu
sejumlah 23 orang (69,7%). Dan paling
sedikit yaitu 2 orang (6,1%) penyembuhan
luka jahitan ibu nifas dalam kategori kurang.
Terdapat hubungan antara perawatan
luka perineum pada ibu nifas dengan lama
penyembuhan luka jahitan perineum di
Puskesmas Susukan Kab. Semarang, yang
ditunjukkan berdasarkan uji Kendall’s tau
didapat nilai korelasi sebesar r = 0,418
dengan p-value 0,003. Oleh karena p-value =
0,003 < α (0,05), disimpulkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara perawatan
luka perineum pada ibu nifas dengan lama
penyembuhan luka jahitan perineum
di
Puskesmas Susukan Kab. Semarang.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni Y. (2010). Asuhan Kebidanan
Masa Nifas. Yogyakarta : Pustaka
Rihana
Arikunto, S., (2010), Prosedur Penelitian.
Jakarta : Penerbit Rineka Cipta
Azwar Azrul. (2008). Asuhan Persalinan
Normal dan Inisiasi Menyusu Dini.
Jakarta : JNPK-KR
Budiman, DKK, (2013). Kapita Selekta
Kuisioner. Jakarta : Salemba Medika
Ekaputra
erfandi.
(2013).
Evolusi
management luka. Jakarta: CV Trans
Info media
Herlinawati, Elin. (2013). Perkembangbiakan
jamur dan Bakteri. Diakses dari
www.buletinkesehatan.com
diakses
pada tanggal 24 Agustus 2013.
Hidayat. (2009). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : Bineka Cipta.
Kartika. (2008). Sehat Setelah Melahirkan.
Yogyakarta: Kawan Kita Kelaten.
Marmi (2012). Asuhan Kebidanan pada Masa
Nifas “Puerperium care”. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Mas’adah.
(2010).
Kriteria penilaian
kesembuhan luka perineum. Dikutip
dari www.digilb.unimus.ac.id diakses
pada tanggal 22 Mei 2014
Me. (2012). Perawatan Perineum Setelah
Melahirkan.
Diakses
dari
www.jurnalayahbunda.co.id tanggal 24
agustus 2014.
Mochtar. (2000). Sinopsis Obstetri Fisiologi,
Obstetri Patologi. Jakarta : EGC.
Notoatmodjo
S.
(2005).
Penelitian
Kesehatan.
RINEKA CIPTA
Metodelogi
Jakarta
:
Nurasiah, Ai. 2012. Asuhan Persalinan
Normal Bagi Bidan. Bandung : Refika
Aditama
Hubungan Perawatan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Dengan Lama Penyembuhan Luka Jahitan
Perineum Ibu Nifas Di Puskesmas Susukan Kabupaten Semarang
7
Sulistyani Ari. (2009). Buku Ajar Asuhan
Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta:
Perpustakaan Nasional
Sujiyatini, dkk. (2009). Asuhan Patologi
Kebidanan. Jakarta: Nuha Medika
Survey Demokrasi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI). (2012). Angka Kematian Ibu.
Dikutip dari www.bkkbn.co.id diakses
pada tanggal 15 oktober 2013
Susilowati. (2013). Efektivitas Sabun atau
Antiseptic terhadap Kuman dan Bakteri.
Dikutip dari www.repository.unej.ac.id
di akses tanggal 25 Agustus 2014.
Suwiyogya, (2004). Gejala-Gejala dan
Infeksi Masa Nifas. Dikutip dari
www.sreasoft.wordpress.netcom
diakses pada tanggal 20 Oktober 2013
Widyatun Diah. (2012). Perawatan Luka
Perineum Pada Ibu Nifas. Dikutip dari
www.jurnal
bidandiah.blogspot.com
diakses tanggal 1 Januari 2014.
Wiknjosastro,
Hanifa.
(2005).
Ilmu
Kebidanan. Edisi ke-3. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Wiyana, Dwi. (2008). Cara Aman
Membersihkan Daerah Kewanitaan.
Dikutip dari www.dunia-kesehatan.com
diakses tanggal 24 Agustus 2014.
Yanti. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Persalinan. Yogyakarta : Pustaka
Rihana
Hubungan Perawatan Luka Perineum Pada Ibu Nifas Dengan Lama Penyembuhan Luka Jahitan
Perineum Ibu Nifas Di Puskesmas Susukan Kabupaten Semarang
8
Download