Bab 1 - Widyatama Repository

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Penelitian
Sebuah perusahaan yang baik harus mampu mengontrol potensi finansial
maupun potensi non finansial di dalam meningkatkan nilai perusahaan untuk
eksistensi perusahaan dalam jangka panjang. Memaksimalkan nilai perusahaan
dan tanggung jawab sosial sangat penting artinya bagi perusahaan. Nilai
perusahaan yang tinggi dapat meningkatkan kemakmuran bagi para pemegang
saham, sehingga para pemegang saham akan menginvestasikan modalnya kepada
perusahaan tersebut (Haruman, 2008).
CSR (Corporate Social Responsibility) sebagai sebuah gagasan,
perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single
bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam
kondisi keuangannya (financial) saja. Tapi tanggung jawab perusahaan harus
berpijak pada triple bottom lines. Di sini bottom lines lainnya selain finansial juga
ada sosial dan lingkungan. Karena kondisi keuangan saja tidak cukup menjamin
nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable). Keberlanjutan
perusahaan hanya akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi
sosial dan lingkungan hidup. Sudah menjadi fakta bagaimana resistensi
masyarakat sekitar, di berbagai tempat dan waktu muncul ke permukaan terhadap
1
2
perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan aspek-aspek sosial, ekonomi dan
lingkungan hidupnya.
Kesadaran tentang pentingnya mempraktikkan CSR ini menjadi tren
global seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat global terhadap
produk-produk ramah lingkungan yang diatur oleh Undang-Undang PT No.40
Pasal 74 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mengenai Tanggung Jawab
Sosial dan Lingkungan. Pasal 74 Undang-Undang Perseroan Terbatas menyatakan
: (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan (TJSL). (2) TJSL merupakan kewajian Perseroan yang dianggarkan
dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan
dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. (3) Perseroan yang tidak
melaksanakan kewajiban dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Adanya UU PT tersebut sebagai bukti bahwa pelaksanaan
Corporate Social Responsibility (CSR) belum dijalankan oleh perusahaan dengan
baik dan wajar. Untuk itu perusahaan diwajibkan untuk melakukan tanggung
jawab sosial dan lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kasus
ketidakpuasan publik yang bermunculan. Pemikiran yang melandasi CSR yang
sering dianggap inti dari etika bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya
mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomi dan legal (pemegang saham /
shareholder). Social responsibility dari perusahaan terjadi antara sebuah
perusahaan dengan semua stakeholder, termasuk didalamnya pelanggan, pegawai,
3
komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier, bahkan kompetitor
(Nurlela dan Islahudin 2008).
Isu tentang CSR muncul karena adanya berbagai tekanan dari pihak luar,
seperti adanya usaha penelitian yang insentif dari berbagai Lembaga Swadaya
Masyarakat tentang peran perusahaan terhadap masyarakat sekitar. Isu-isu tentang
kerusakan lingkungan, hak-hak kaum buruh yang terabaikan oleh perusahaan,
skandal keuangan atau masalah-masalah sosial yang timbul sebagai akibat dari
aktivitas operasional perusahaan menggugah aktivis dari Lembaga Swadaya
Masyarakat untuk melakukan penelitian dan menuntut perusahaan memberikan
kontribusi kepada masyarakat dan lingkungan sekitar.
Dengan menerapkan Corporate Social Responsibility, perusahaan dapat
menciptakan citra yang baik bagi perusahaan sehingga menimbulkan penilaian
positif dari konsumen yang mampu meningkatkan loyalitas mereka terhadap
produk yang dihasilkan perusahaan. Semakin baik pengungkapan Corporate
Social Responsibility maka makin tinggi pula loyalitas konsumen yang akan
berdampak pada peningkatan penjualan yang dapat memberikan nilai tambah bagi
perusahaan. Perusahaan berharap dengan pengungkapan CSR, perusahaan akan
memperoleh legitimasi sosial dan akan memaksimalkan ukuran keuangan untuk
jangka waktu yang panjang. Selain itu, pengungkapan CSR diharapkan dapat
meningkatkan image perusahaan dan meningkatkan penjualan. Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan yang menerapkan CSR berharap akan direspon
positif oleh para pelaku pasar seperti investor dan kreditor yang nantinya dapat
meningkatkan nilai perusahaan (Sayekti dan Ludovicus Sensi, 2007).
4
Saat ini Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang mengalami
krisis lingkungan serius. Menurut Jaringan Advokasi Tambang (Jatam), 70%
kerusakan lingkungan di Indonesia disebabkan oleh industri pertambangan yang
ijin usaha-nya terus bertambah dan dipermudah oleh pemerintah. Tahun 2013
terdapat
2686
Ijin
Usaha
Pertambangan
(IUP)
sudah
diberikan
dan
konsekuensinya jutaan hektar pohon akan dibabat dalam proses pembersihan
tanah dan jutaan ton tanah akan dikeruk dalam rangka ekstraksi bahan galian.
Sebagai contoh, PT Freeport adalah perusahaan yang bergerak di sektor
pertambangan di daerah Papua, dimana eksplorasi alam yang dilakukan oleh PT
Freeport selama bertahun-tahun dan telah memberi keuntungan triliunan rupiah,
namun masyarakat di sekitar pertambangan masih hidup dalam kemiskinan
bahkan di daerah-daerah tertentu di wilayah tersebut masih ditemui kasus
penduduk yang meninggal karena kelaparan. PT Freeport sesungguhnya sudah
melakukan CSR, namun patut dipertanyakan sejauh mana CSR tersebut
dipraktikan, sehingga benar-benar dapat membuat masyarakat menjadi berdaya
secara ekonomi,sosial, dan budaya (Badaruddin, 2008).
Jika dilihat dari kasus diatas, masalah sosial dan lingkungan yang tidak
diatur dengan baik oleh perusahaan ternyata memberikan dampak yang sangat
besar, bahkan tujuan meraih keuntungan dalam aspek bisnis malah berbalik
menjadi kerugian yang berlipat. Oleh karena itu masalah pengelolaan sosial dan
lingkungan untuk saat ini tidak bisa menjadi hal marginal, ditempatkan pada
aspek yang tidak dianggap penting dalam beroperasinya perusahaan. Tanggung
jawab
sosial
perusahaan
atau
dikenal
dengan
istilah Corporate
Social
5
Responsibility (CSR), merupakan aspek penting yang harus dilakukan perusahaan
dalam operasionalnya. Hal tersebut bukan semata-mata memenuhi peraturan
perundang-undangan sebagaimana untuk perusahaan tambang diatur dalam
Undang-undang No 22 tahun 2001, maupun untuk Perseroan Terbatas (PT) diatur
dalam Undang undang No. 40 pasal 74 tahun 2007, melainkan secara logis
terdapat hukum sebab akibat, dimana ketika operasional perusahaan memberikan
dampak negatif, maka akan muncul respon negatif yang jauh lebih besar dari
masyarakat maupun lingkungan yang dirugikan.
Setidaknya terdapat tiga alasan penting mengapa perusahaan harus
melaksanakan CSR, khususnya terkait dengan perusahaan ekstraktif (Wibisono:
2007). Pertama, perusahaan merupakan bagian dari masyarakat dan oleh
karenanya wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat.
Perusahaan harus menyadari bahwa mereka beroperasi dalam satu tatanan
lingkungan masyarakat. Kegiatan sosial berfungsi sebagai kompensasi atau upaya
imbal balik atas penguasaan sumber daya alam atau sumber daya ekonomi oleh
perusahaan yang kadang bersifat ekspansif dan eksploratif, disamping sebagai
kompensasi sosial karena timbul ketidaknyamanan (discomfort) pada masyarakat.
Kedua, kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan
yang bersifat simbiosis mutualisme. Untuk mendapatkan dukungan dari
masyarakat, setidaknya izin untuk melakukan operasi yang sifatnya kultural.
Wajar bila perusahaan juga dituntut untuk memberikan kontribusi positif kepada
masyarakat, sehingga bisa tercipta harmonisasi hubungan bahkan pendongkrakan
citra dan performa perusahaan.
6
Ketiga, kegiatan CSR merupakan salah satu cara untuk meredam atau
bahkan menghindarkan konflik sosial. Potensi konflik itu bisa berasal akibat dari
dampak operasional perusahaan atau akibat kesenjangan struktural dan ekonomis
yang timbul antara masyarakat dengan komponen perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Hill et al. (2007) memberikan gambaran
yang mendukung pelaksanaan CSR sebagian bagian dari strategi bisnis
perusahaan. Hill et al. melakukan penelitian terhadap beberapa perusahaan di
Amerika Serikat, Eropa dan Asia yang melakukan praktik CSR lalu
menghubungkannya dengan nilai perusahaan yang diukur dari nilai saham
perusahaan-perusahaan tersebut. Penelitian mereka menemukan bahwa setelah
mengontrol variabel-variabel lainnya perusahan-perusahaan yang melakukan
CSR, pada jangka pendek (3-5 tahun) tidak mengalami kenaikan nilai saham yang
signifikan, namun, dalam jangka panjang (10 tahun), perusahaan-perusahaan yang
berkomitmen terhadap CSR tersebut, mengalami kenaikan nilai saham yang
sangat signifikan dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang tidak
melakukan praktik CSR.
Hal yang bisa ditarik dari penelitian tersebut adalah bahwa penerapan CSR
dalam jangka pendek tidak memberikan dampak yang signifikan bagi perusahaan.
Namun, dalam jangka panjang, perusahaan yang memegang komitmennya untuk
terus melakukan CSR akan memperoleh keuntungan dengan meningkatnya nilai
saham perusahaan. Para pengambil keputusan, melihat kinerja suatu perusahaan
tidak hanya dari laporan keuangan tahunan yang terdiri dari laporan posisi
keuangan, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan
7
catatan atas laporan keuangan, melainkan juga dari laporan CSR atau
sustainaibily report yang dibuat oleh perusahaan. Pengambil keputusan
menganggap bahwa perusahaan yang mengedepankan aspek sustainability tentu
akan mengaplikasikan konsep sustainability dalam visi dan misi perusahaan
tersebut, sehingga faktor-faktor yang dapat memberikan keuntungan bagi
perusahaan menjadi bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan. Oleh
karena itu, informasi-informasi mengenai CSR yang dilakukan perusahaan dapat
menjadi suatu keunggulan kompetitif bagi perusahaan tersebut..
Nurlela dan Islahuddin (2008) meneliti tentang pengaruh corporate social
responsibility terhadap nilai perusahaan dengan kepemilikan manajerial sebagai
variabel moderating dengan mengambil sampel perusahaan-perusahaan sektor non
keuangan yang terdaftar di BEJ untuk tahun 2005. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa CSR, prosentase kepemilikan manajemen, serta interaksi
antara CSR dengan prosentase kepemilikan manajemen secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Secara parsial pengungkapan
Corporate Social Responsibility tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai
perusahaan.
Hermawan et al. (2012) dan Anwar & Mulyadi (2012) menyatakan tidak
ada pengaruh signifikan antara pengungkapan CSR dan nilai perusahaan.
Ayundra Prasetyani tahun 2013 tentang pengaruh corporate social
responsibility disclosure terhadap nilai perusahaan. Dengan mengambil sampel
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun 2010-2011
8
menyebutkan bahwa pengungkapan CSR mempunyai arah yang positif terhadap
nilai perusahaan.
Penelitian ini dilakukan untuk menguji kembali apakah hasil yang
didapatkan akan sama pada perusahaan-perusahaan pertambangan di indonesia
yang terdaftar di BEI jika teori yang diterapkan sama dengan penelitian terdahulu
sehingga hasil penelitian ini dapat memperkuat atau memperlemah teori yang ada.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah tahun penelitiannya
yaitu 2010-2013 yang berfokus pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di
BEI. Alasannya karena perusahaan Pertambangan sangat berpengaruh pada
kondisi ekonomi dan memiliki tingkat sensitifitas yang tinggi terhadap setiap
kejadian baik internal maupun eksternal perusahaan.
Umumnya perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) merupakan perusahaan-perusahaan besar. Perusahaan besar tentu
menjanjikan laba yang lebih tinggi, oleh sebab itu banyak investor yang tertarik
pada perusahaan pertambangan.
Menurut Martatilova (2012) nilai perusahaan merupakan tujuan utama dari
perusahaan, dengan nilai perusahaan yang semakin baik akan meningkatkan
kemakmuran bagi para pemegang saham, sehingga menimbulkan minat bagi para
investor untuk membuat keputusan menginvestasikan dananya ke perusahaan.
Investor dan para stakeholders lainnya akan merespon pengungkapan CSR suatu
emiten berdasarkan harga saham emiten tersebut.
Berdasarkan uraian di atas serta atas pertimbangan penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul :
9
“
PENGARUH
PENGUNGKAPAN
CORPORATE
SOCIAL
RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP NILAI PERUSAHAAN”.
(Survey Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2010-2013).
1.2.
Identifikasi Masalah
Masih banyaknya
persepsi mengenai penerapan Corporate Social
Responsibility di Indonesia membuat penulis sangat tertarik untuk kembali
membahas masalah tersebut. Berdasarkan hal yang telah dikemukakan
sebelumnya, masalah yang akan diteliti dan dibahas dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Sejauh mana pengungkapan CSR di perusahaan pertambangan yang
terdaftar di BEI tahun 2010-2013.
2. Sejauh
mana
peningkatan
nilai
perusahaan
di
perusahaan
pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2010-2013.
3. Sejauh
mana
pengaruh
antara
pengungkapan
CSR
terhadap
peningkatan nilai perusahaan di perusahaan pertambangan yang
terdaftar di BEI tahun 2010-2013
1.3.
Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui serta memberikan
informasi dan gambaran mengenai pengungkapan corporate social responsibility
(CSR) dan hubungannya dengan peningkatan nilai perusahaan. Adapun tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mendapat bukti empiris mengenai :
10
1. Pengungkapan (CSR) di perusahaan pertambangan yang terdaftar di
BEI tahun 2010-2013.
2. Nilai perusahaan di perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI
tahun 2010-2013.
3. Sejauh mana pengungkapan CSR berpengaruh terhadap nilai
perusahaan di perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun
2010-2013
1.4.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna bagi :
1. Bagi manajemen perusahaan, dapat digunakan sebagai alat untuk
mengetahui kemajuan dan kinerja perusahaan melalui nilai perusahaan.
2. Bagi perusahaan sejenis, dapat memberikan sumbangan pemikiran
tentang pentingnya pengungkapan corporate social responsibility di
dalam laporan yang disebut sustainibility reporting dan sebagai
pertimbangan dalam pembuatan kebijaksanaan perusahaan untuk lebih
meningkatkan kepeduliannya pada lingkungan sosial.
3. Bagi investor, dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk memilih
perusahaan yang memiliki nilai perusahaan yang bagus untuk
keputusan berinvestasi.
4. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan referensi
dalam melakukan penelitian yang sama.
11
1.5.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Pada penelitian ini data diperoleh melalui website Bursa Efek Indonesia
(BEI), www.idx.co.id atau dapat diakses melalui situs masing-masing perusahaan
serta waktu penelitian ini dimulai dari bulan Oktober 2014 sampai dengan selesai.
Download