BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Komunikasi adalah

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Komunikasi
Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang disampaikan
melalui lambang tertentu atau simbol, mengandung arti, dilakukan oleh komunikator ditujukan
kepada komunikan. Komunikasi bisa diartikan dengan proses penyampaian pesan dengan
perantara lambang, simbol yang mempunyai makna atau maksud.
Burhan Mungin mengungkapkan, “Komunikasi sebagai sebuah proses memaknai yang
dilakukan seseorang terhadap informasi, sikap, dan perilaku orang lain yang membentuk
pengetahuan, pembicaraan, gerak-gerik, atau sikap, perilaku dan perasaan-perasaan, sehingga
seseorang membuat reaksi-reaksi terhadap informasi, sikap, dan perilaku tersebut berdasarkan
pada pengalaman yang pernah dia alami1”.
Komunikasi bukan hanya sekedar kegiatan penyampaian atau pertukaran makna atau
pesan namun, komunikasi mempunyai banyak fungsi. Fungsi komunikasi bermacam-macam
seperti yang diungkapkan oleh William I. Gorden dalam buku Ilmu komunikasi yang ditulis oleh
Deddy Mulyana menyebutkan empat fungsi komunikasi yaitu, komunikasi sosial, komunikasi
ekspresif, komunikasi ritual, dan komunikasi instrumental.
Komunikasi sosial merupakan suatu kegiatan yang dapat membangun konsep diri,
aktualisasi diri, berguna untuk kelangsungan hidup seseorang atau orang lain. Sosial adalah
kegiatan yang dilakukan bukan sendiri melainkan kegiatan yang dilakukan bersama, dua orang
1
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi. Jakarta: kencana. 2008 hal 57
atau lebih. Setiap manusia didunia ini tak dapat hidup seorang diri, melainkan ia membutuhkan
orang lain untuk menemani, mengerti, menghibur, membina, mengajarkan, dll. Dari kegiatan
sosial atau kegiatan yang dilakukan bersama-sama dalam kehidupan seseorang secara tidak
langsung akan menciptakan suatu kebiasaan. Seseorang akan bersikap baik dan sopan jika dia
diajarkan dari kecil oleh keluarga daan lingkungannya untuk bersikap baik dan sopan dan begitu
juga sebaliknya. Implisit dalam komunikasi sosial adalah komunikasi kultural.
Komunikasi tidak harus selalu dilakukan verbal, tetapi komunikasi juga dapat dilakukan
dengan nonverbal atau secara simbolik. Biasanya komunikasi yang sering menggunakan simbol
atau secara nonverbal adalah komunikasi antar budaya, yang dimana banyak peninggalanpeninggalan sejarah yang dapat mengkomunikasikan tentang sejarah lalu.
Untuk mempermudah memahami komunikasi berdasarkan konteksnya atau tingkatnya
adalah dengan mengetahui jumlah peserta yang terlibat dalam komunikasi. Peserta-peserta
komunikasi dapat dibagi berdasarkan jumlah kelompok komunikasi, seperti jika berkomunikasi
sendiri atau berkomunikasi dengan diri sendiri itu dinamakan komunikasi intrapribadi, jika
kegiatan komunikasi dilakukan dengan dua orang yang terdapat feedback atau timbal balik dalam
kegiatan tersebut dinamakan komunikasi antar pribadi, jika dalam kegiatan komunikasi
melibatkan satu kelompok yang terdapat beberapa orang itu dinamakan komunikasi kelompok,
ada juga komunikasi publik yang dimana seseorang mengkomunikasikan sesuatu kepada orang
banyak yang tidak dikenal satu persatu, jika kegiatan komunikasi berlangsung dalam suatu
organisasi itu dinamakan komunikasi organisasi dan yang terakhir adalah komunikasi massa
yaitu proses komunikasi yang dilakukan menggunakan media dengan berbagai macam tujuan
komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas.
2.1.1
Komponen Konseptual Pokok Komunikasi
Sasa Djuarsa Sanjaya, dkk dalam buku Teori Komunikasi mengemukakan,
seorang sarjana Amerika yang menekuni bidang komunikasi menginventarisasikan 126
defnisi komunikasi2, dari defnisi-definisi tersebut ia menemukan adanya 15 (lima belas)
kompenen konseptual pokok, yaitu:
1. Simbol-simbol/verbal/ujaran
“Komunikasi adalah pertukaran pikiran atau gagasan secara verbal”
(Hoben, 1954)
2. Pengertian/pemahaman
“Komunikasi adalah sutu proses dengan nama kita bisa memahami dan
dipahami oleh orang lain. komunikasi merupakan proses yang dinamis dan
secara konstan berubah sesuai dengan situasi yang berlaku” (Anderson. 1959).
3. Interaksi/hubungan/proses sosial
“Interaksi, juga dalam tingkatan biologis, adalah salah satu perwujudan
komunikasi, Karen tanpa komunikasi tindakan-tindakan kebersamaan tidak
akan terjadi” (Meadd, 1963).
4. Pengurangan rasa ketidakpastian
2
Sasa Djuarsa Sendjaya, dkk, Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka. 2007 hal 1.21
“Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi
rasa
ketidakpastian,
bertindak
secara
efektif,
mempertahankan
atau
memperkuat ego” (Barnlund, 1964).
5. Proses
“Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian,
dan lain-lain, melalui penggunaan simbol-simbol, seperti kata-kata, gambargambar, angka-angka, dan lain-lain” (Berelson dan Steiner, 1964).
6. Pengalihan/penyampaian/pertukaran
“Penggunaan kata komunikasi tampaknya menunjukkan kepada adanya
sesuatu yang dialihkan dari suatu benda atau orang ke benda atau orang
lainnya. Kata komunikasi kadang-kadang menunjukkan kepada apa yang
dialihkan, alat apa yang dipakai sebagai saluran pengalihan. Dalam banyak
kasus, apa yang dialihkan itu kemudian menjadi milik atau bagian bersama.
Oleh karena itu, komunikasi juga menuntut adanya partisipasi.” (Ayer, 1955).
7. Menghubungkan/menggabungkan
“Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan suatu bagian
kehidupan dengan bagian lainnya.” (Ruesch, 1957).
8. Kebersamaan
“Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu yang semula dimiliki
oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau
lebih.” (Gode, 1959).
9. Saluran/alat/jalur
“Komunikasi adalah alat pengiriman pesan-pesan kemiliteran perintah/order,
dan lain-lain, seperti telegraf, telepon, radio, kurir, dan lain-lain.” (American
Colleg Dictionary).
10. Replikasi memori
“Komunikasi adalah proses yang mengarahkan perhatian seseorang dengan
tujuan mereplikasi memori.” (Cartier dan Harwood, 1953).
11. Tanggapan diskriminatif
“Komunikasi adalah tanggapan diskriminatif dari suatu organisme terhadap
suatu stimulus.” (Stevens, 1950).
12. Stimuli
“Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai penyampaian informasi yang
berisikan stimuli diskriminatif, dari suatu sumber terhadap penerima.”
(Newcomb,1966).
13. Tujuan/kesengajaan
“Komunikasi pada dasarnya penyampaian pesan yang disengaja dari sumber
terhadap penerima dengan tujuan mempengaruhi tingkah laku pihak
penerima.” (Mller, 1966).
14. Waktu/situasi
“Proses komunikasi merupakan suatu transisi dari suatu keseluruhan struktur
situasi ke situasi yang lain sesuai pola yang diinginkan.” (Sondel, 1956).
15. Kekuasaan/kekuatan
“Komunikasi
adalah
suatu
mekanisme
yang
menimbulkan
kekuatan/kekuasaan.” (Schacter, 1951).
2.1.2
Hakekat komunikasi
Jika kita lebih memahami komunikasi itu apa, bagaimana bisa terjadi, untuk apa
komunikasi dilakukan, apa yang didapatkan setelah melakukan komunikasi, apakah
tujuan dari berkomunikasi sesuai dengan apa yang diinginkan, apakah memahami hal-hal
yang dapat mempengaruhi dan memaksimalkan hasil-hasil dari kejadian tersebut. Untuk
menjawab pertanyaan diatas, kita harus mengenal konsep yang multi makna dengan lebih
memahami makna komunikasi yang dibedakan, yaitu:
1. Komunikasi sebagai proses sosial
Proses sosial yang dimaksud dalam pembahasan penelitian ini adalah dimana
individu, kelompok, dan masyarakat bertemu, berinteraksi, dan berkomunikasi
sehingga melahirkan sistem-sistem sosial dan pranata sosial serta semua aspek
kebudayaan. Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial, sedangkan bentuk
khususnya adalah aktivitas-aktivitas sosial.
Abraham Maslow3 menyebutkan bahwa manusia punya lima kebutuhan dasar
yaitu, kebutuhan fisiologis, kebutuhan keamanan, kebutuhan sosial, penghargaandiri dan aktualisasi-diri. Kebutuhan fisiologis dan keamanan bisa dikatakan
sebagai kebutuhan dasar, karena kebutuhan tersebut dapat terpenuhi untuk kita
bertahan hidup.
2. Komunikasi sebagai Ilmu
Dalam kehidupan manusia, seseorang tak pernah lepas dari berbagai macam
pokok masalah. Baik dalam mencari kebahagian, dari sumber kebahagian atau
mencari jati diri. Untuk memberikan informasi atau untuk mengutarakan isi hati
atau pikiran saja diperlukan cara.
Akal dan budi manusia bekerja dengan menggunakan pengetahuan yang sudah
ada untuk menjawab semua masalah yang dihadapinya mengenai usaha manusia
dalam menyampaikan isi pernyataannya kepada manusia lain. Dengan melakukan
komunikasi yang baik seseorang dapat menyampaikan pesan yang ingin
3
Burhan Bungin. Sosiologi komunikasi. Jakarta: kencana. 2008 hal 43
disampaikan kepada orang lain dan dapat diterima dengan baik. Maka dari itu
komunikasi merupakan ilmu sosial yang patut dipelajari.
Lain halnya dengan yang dikutip oleh Deddy Mulyana dalam bukunya Ilmu
Komunikasi dari John R. Wenburg dan William W. Wilmot juga Kenneth K. Sereno dan
Edward M. Bodaken, setidaknya ada 3 kerangka pemahaman mengenai komunikasi,
yakni komunikasi sebagai tindakan satu-arah, komunikasi sebagai interaksi dan
komunikasi sebagai transaksi4.
a. Komunikasi sebagai tindakan satu-arah,
Umumnya komunikasi didefinisikan suatu kegiatan penyampaian pesan dari
seseorang atau suatu kelompok kepada orang lain atau kelompok lain baik secara
verbal maupun nonverbal dan baik secara langsung ataupun melalui media.
Seperti seorang penyiar radio menyiarkan suatu informasi melalui radio dan
orang-orang lain yang mendengarkan, itu sudah bisa dikatakan suatu kegiatan
komunikasi. Jika diterapkan dalam komunikasi tatap muka proses komunikasi
satu-arah kurang sesuai kecuali dalam komunikasi publik (pidato). Karena jika
diterapkan dalam komunikasi tatap muka pasti tidak akan ada umpan balik yang
terjadi.
b. Komunikasi sebagai interaksi,
Dalam arti sempit interaksi adalah saling mempengaruhi. Komunikasi sebagai
interaksi bisa dikatakan dengan proses sebab-akibat, aksi-reaksi yang arahnya
4
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi. Bandung; Rosda. 2007 hal 67
bergantian. Komunikator menyampaikan pesan dan komunikan menerima dan
langsung merespon atau memberikan reaksi dengan menjawab, menyetujui atau
menolak pesan. Komunikasi interaksi atau dapat dikatakan komunikasi dua-arah
ini dipandang sangat dinamis namun pandangan ini masih membedakan orang –
orang sebagai pengirim dan penerima pesan, karena itu masih tetap berorientasi
sumber, meskipun kedua peran tersebut dilakukan secara bergantian.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian sosial, yang dimana
peneliti memakai banyak teori komunikasi. Untuk menentukan teori komunikasi yang
akan digunakan, peneliti harus menggunakan pendekatan. Dalam ilmu komunikasi
selama ini pendekatan yang digunakan ada dua pendekatan yaitu pendekatan ilmiah
(scientific) dan pendekatan non-ilmiah (unscientific). Dalam penelitian sosial ini,
pendekatan yang bisa digunakan adalah pendekatan non-ilmiah (unscientific), dimana
orang yang ingin mengetahui dan mencari kebenarannya melalui cara: secara kebetulan,
secara trial and error, melalui otoritas seseorang dan wahyu. Dalam pendekatan ini tidak
mempunyai referensi yang dapat menjelaskan tentang keempat cara tersebut yang
digunakan oleh manusia untuk mengetahui kebenarannya, tetapi menurut logika sejarah
keempat cara tersebut digunakan orang bersamaan untuk mencari suatu kebenaran.
Sesuai dengan pendekatan yang digunakan jenis teori yang akan digunakan pun
lebih mudah untuk menentukan. Dalam penelitian kualitatif yang dilakukan oleh peneliti,
teori yang digunakan harus sesuai dengan penelitian. Peneliti membahas tentang suatu
adat dalam masyarakat yang berarti masyarakat tersebut adalah massa dan adat adalah
budaya. Namun, bukan karena masyarakat disini adalah massa teori yang digunakan teori
komunikasi massa melainkan komunikasi yang akan digunakan adalah teori komunikasi
antar budaya juga komunikasi antar pribadi karena dalam penelitian ini peneliti ingin
meneliti kehidupan masyarakat minang di Jakarta yang akan diwakilkan oleh beberapa
keluarga dan beberapa oran minang.
2.2
Public Relations
Banyak pakar komunikasi yang mendefinisikan apa itu Public Realations atau yang biasa
disebut dengan Hubungan Masyarakat atau Humas. Seperti pada buku Crisis Public Relations,
Firsan Nova menarik kesimpulan dari definisi-definisi yang dikemukakan para ahli Public
Relations, yaitu “hubungan masyarakat merupakan salah satu fungsi manajemen yang menjadi
jembatan anatara perusahaan atau organisasi dengan publiknya. Dengan demikian publik
diharapkan dapat memahami, menerima, dan bekerjasama apabila terdapat suatu masalah yang
berkaitan dengan kepentingan publik. Dalam hal ini publik dapat membantu manajemen dengan
memberikan system perngatan dini agar dimasa yang akan datang, perusahaan dapat
mengantisipasi datangnya krisis”5.
Firsan Nova juga mengutip pernyataan John Marston, yang merupakan Profesor Ahli
Komunikasi, bahwa “definisi Public Relations berdasarkan empat fungsi khusus, yaitu research
(penelitian), action (kegiatan), communication (komunikasi), dan evaluations (evaluasi) yang
biasa disebut R-A-C-E”. Sheila Clough Crifasi, profesor Public Relations melengkapi formula
R-A-C-E dengan menambahkan pendekatan tujuan (objective), strategi (strategy), dan
implementasi (implementation). Diantara penelitian dan evaluasi (research dan evaluation).
5
Crisis Public Relations, Firsan Nova. Jakarta: Kompas Gramedia. 2009 hal 32
Artinya, dengan tujuan yang jelas, bekerja berdasarkan strategi, dan menerapkan rencana yang
telah ditentukan merupakan kunci dari praktek Public Relations6.
Kedua formula Public Relations yang dirumuskan oleh John Marston dan Sheila Clugh
Crifasi, Firsan Nova mengungkapkan bahwa pernyataan tersebut didasarkan oleh pernyataan
Denny Griswold (maniarki Public Relations) tentang definisi Public Relations, yaitu “Hubungan
masyarakat adalah fungsi manajemen yang mengevaluasi publik, mempelajari kebijakan dan
prosedur individual atau organisasi sesuai dengan kepentingan publik, dan menjalankan program
untuk mendapatkan pemahaman dan penerimaan publik”7.
Dalam sebuah perusahaan atau organisasi peran Public Relations sangat penting dapat
disimpulkan dalam definisi-definisi Public Relations diatas kata kuncinya adalah manajemen
tindakan seperti yang disimpulkan oleh Firsan Nova. Jika dalam suatu perusahaan atau organisas
membutuhkan peran seorang Public Relations, dalam kehidupan sosial dan bermasyarakatpun
seseorang harus mempunyai jiwa Public Relations yang dimana seperti diungkapkan John
Marston dalam empat fungsi khusus Public relations yang disingkat dengan R-A-C-E,
Penelitian, kegiatan, komunikasi dan evaluasi. Untuk membina hubungan baik dengan orang lain
atau masyarakat seseorang harus mempunyai jiwa Public Relations yang dimana ia mampu
menajemenkan dirinya untuk terlihat baik dan dapat diterima oleh orang lain dan lingkungan
ditempat dia berada. Melakukan penelitian bukan hanya pada suatu masalah perusahaan atau
organisasi, namun dalam kehidupan sehari-hari pun seeseorang dapat melakukan penelitian
bagaimana ia dapat diterima dan disukai. Kemudian seseorang harus melakukan action
(kegiatan), jika dalam tempat ia tinggal mengharuskan ia bersikap ramah, senyum dan selalu
6
7
Ibid hal 32-33
Ibid hal 33
menyapa untuk dapat disukai dan diterima, ia harus melakukan itu. Lakukan apa yang dapat
diterima dan disukai oleh orang lain, dan jangan melakukan hal-hal yang tidak dapat diterima
dan disukai orang lain. komunikasi, dalam kehidupan dimanapun seseorang berada pasti
membutuhkan komunikasi. Kegiatan komunikasi selalu dilakukan oleh setiap orang terlepas dia
cacat atau tidak bisa bicara. Untuk menjalin hubungan yang baik dan diri dapat diterimana oleh
orang lain komunikasi yang dilakukan harus baik. Stelah melakukan penelitian, kegiatan dan
komunikasi seseorang harus melakukan evaluasi, mengevaluasi dirinya sendiri, apakah orang
lain memang sudah menerima dia, orang lain menyukai dia, orang lain senang dengannya atau ia
menciptakan konflik. Semua yang dilakukan harus dievaluasi dengan cara berfikir dan merubah
apa yang tidak harus dilakukan dan apa yang harus dilakukan.
Public Relations tidak hanya harus dimiliki oleh suatu perusahaan, organisasi atau suatu
institusi tetapi setiap pribadi harus bisa menghubungkan dirinya sendiri kepada orang lain,
bagaimana orang lain dapat menerima dan menyukainya.
2.3
Komunikasi Antar Budaya
Penelitian
yang dilakukan peneliti adalah komunikasi antarbudaya dan komunikasi
intrabudaya pada salah satu adat yang ada di Indonesia. Yang dimana adat berhubungan dengan
budaya, dan budaya pun tak pernah lepas dari kegiatan komunikasi. Budaya takkan ada tanpa
komunikasi dan komunikasi pun takkan ada tanpa budaya. Apa yang kita lihat, apa yang kita
ketahui, bagaimana kita bersikap semua dipengaruhi dengan komunikasi. Seperti yang
digambarkan oleh Prof. Hall8 bahwa “budaya adalah komunikasi” dan “komunikasi adalah
budaya”.
Dalam buku Teori komunikasi Sasa Djuarsa, menyebutkan bahwa kebudayaan memiliki
karakteristik, hal tersebut dikutip dari pernyataan Ruben, karakteristik kebudayaan tersebut
adalah pertama, kebudayaan bersifat komples dan banyak segi. Kedua, kebudayaan pada
dasarnya tidak dapat dilihat. Ketiga, kebudayaan berubah dengan berjalannya waktu9.
Dalam buku komunikasi antar budaya, Deddy Mulyana dan Burhan Mungin berpendapat
bahwa definisi budaya sendiri adalah suatu konsep yang membangkitkan minat juga sebagai
tatanan pengetahuan, pengalaman kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu,
peranan, hubungan ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh
sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok10.
Hubungan antara budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan karna budaya tidak
hanya ditentukan dari apa yang dibicarakan, siapa berbicara kepada siapa dan bagaimana pesan
itu disampaikan, kondisi menyampaikan pesan, tetapi dari perbendaharaan perilaku kita sangat
terikat dengan budaya tempat kita dibesarkan. Dapat dikatakan budaya merupakan landasan
komunikasi.
Tak berbeda dengan komunikasi sosial budaya, yang diartikan oleh Suranto Aw
komunikasi sosial budaya ialah proses komunikasi yang melibatkan orang-orang yang berasal
8
Deddy Mulyana & Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antar Budaya – Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang
Berbeda Budaya. Bandung: Rosda. 2005 hal 4
9
Sasa Djuarsa Senjaya, dkk. Teori Ilmu Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka. 2007 hal 7.24
Deddy Mulyana & Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antar Budaya – Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang
Berbeda Budaya. Bandung: Rosda. 2005 hal 18
10
dari lingkungan sosial budaya yang berbeda11. Definisi tersebut ia peroleh dari penjabaran
definisi-definisi komunikasi antarbudaya oleh para pakar komunikasi yang ia kumpulkan seperti
diungkapkan oleh Sitaram, 1970 “Komunikasi antarbudaya adalah seni untuk memahami dan
dipahami oleh khalayak yang memiliki kebudayaan lain12”. Jadi komunikasi antar budaya adalah
komunikasi yang terjadi bila komunikan dan komunikator memiliki latar budaya yang berbeda.
Budaya sendiri bisa diartikan kebiasaan atau nilai-nilai yang telah tertanam dalam kehidupan
seseorang.
Dalam segala kegiatan pasti memiliki hambatan begitu juga dengan berkomunikasi. Salah
satu hambatan berkomunikasi adalah jika kita berkomunikasi dengan berbeda kultur atau budaya,
karna pada setiap kelompok-kelompok budaya tertentu mempunyai budaya atau kebiasaan yang
berbeda. Seperti yang diungkapkan oleh Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat dalam buku
Komunikasi Antarbudaya, bahwasannya masalah utama dalam komunikasi antarbudaya adalah
kesalahan dalam persepsi sosial yang disebabkan oleh perbedaan-perbedaan budaya yang
mempengaruhi proses persepsi13. Seperti halnya dalam budaya batak dan budaya jawa, kedua
kelompok budaya itu mempunyai perbedaan kebiasaan. Dalam budaya batak, berkata keras
adalah tanda dimana dia berkata dengan tegas yang berarti dia tidak ragu dengan apa yang
dikatakan. Lain dengan budaya jawa, jika seseorang berkata kasar berarti dia tidak mempunyai
tatakramah dan tak sopan. Dalam budaya Jawa diharuskan untuk berbicara lembut
karna
berbicara lembut berarti menghargai lawan bicara, sedangkan dalam budaya batak jika seseorang
berbicara lembut itu menandakan dia ragu dengan apa yang dikatakannya dan tidak tegas.
11
Suranto Aw. Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2010, hal 32
Ibid.
13
Deddy Mulyana & Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antar Budaya – Panduan Berkomunikasi dengan Orang-orang
Berbeda Budaya. Bandung: Rosda. 2005 hal 34
12
Fungsi sosial sangatlah penting dalam komunikasi antarbudaya bukan hanya intrabudaya.
Komunikasi antarbudaya adalah sumber dan penerimaan pesan berasal dari budaya yang
berbeda14 menurut Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi antar budaya bisa
terjadi jika seorang anggota suatu kelompok budaya berkomunikasi atau menyampaikan pesan
kepada kelompok budaya lain.
Sangatlah penting untuk memahami hubungan antara, budaya dan komunikasi agar dapat
memahami komunikasi antarbudaya, karena dengan pengaruh budaya yang ada, orang-orang
harus belajar berkomunikasi. Setiap orang harus bisa peka dengan perbedaan budaya yang ada,
dengan cara menghargai perbedaan antar budaya. Konflik yang terjadi dalam komunikasi antar
budaya tidak dapat kita hindari bahkan dalam satu keluarga. Seorang suami selalu jengkel jika
istrinya marah-marah hanya karna suami selalu meletakan barang tidak pada tempatnya, yang
dinilai sang istri dia orang yang tidak rapih dan tidak disiplin. Maka dari itu kita harus bisa
memahami komunikasi antarbudaya.
Dalam kegiatan komunikasi antarbudaya atau antarpersonal, komunikasi tidak
berlangsung dalam ruang hampa-sosial, melainkan dalam konteks atau situasi tertentu 15. konteks
disini dapat diartikan faktor-faktor yang mendukung terjadinya komunikasi seperti yang
dikemukakan dalam buku Ilmu komunikasi yang ditulis oleh Deddy Mulyana yaitu, pertama
aspek bersifat fisik seperti iklim, cuaca, suhu udara, bentuk ruangan, warna dinding, penataan
tepat duduk, jumlah peserta komunikasi dan alat yang teredia untuk menyampaikan pesan;
kedua, aspek psikologis, seperti: sikap, kecenderungan, prasangka, dan emosi para peserta
14
15
Ibid 20
Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi. Bandung: Rosda. 2007 hal 77
komunikasi; ketiga, aspek sosial, seperti norma kelompok, nilai sosial, dan karakteristik budaya;
dan keempat, aspek waktu, yakni kapan berkomunikasi (hari, jam, pagi, siang, sore, atau malam).
2.4
Komunikasi Antar Pribadi
Banyak pakar komunikasi mendefinisikan tentang komunikasi antarpribadi, seperti salah
satu pakar komunikasi Deddy Mulyana mengatakan komunikasi antarpribadi adalah komunikasi
antara orang-orang secara tatap-muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi
orang lain secara langsung, baik secara verbal ataupun nonverbal16.
Tidak jauh berbeda pengertian yang diungkapkan Deddy Mulyana dengan Sasa Djuarsa
Sendjaja dan Dr. Turmono, yang mendefinisikan komunikasi antarpribadi sebagai suatu proses
pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi, pengertian tersebut mengacu
pada perubahan atau tindakan (action) yang berlangsung terus menerus17. Dari pengertian
tersebut terdapat sejumlah karakteristik yang menentukan apakah suatu kegiatan atau tindakan
dapat disebut sebagai komunikasi antarpribadi atau tidak. Dalam buku Teori Komunikasi yang
ditulis oleh Sasa Djuarsa. dkk, Judy C person mengatakan ada enam karakteristik komunikasi
antarpribadi yaitu, pertama komunikasi antarpribadi dimulai dengan diri pribadi (self). Kedua,
komunikasi antarpribadi bersifat transaksional. Ketiga, komunikasi antarpribadi mencakup
aspek-aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi. Keempat, komunikasi antarpribadi
mensyaratkan adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Kelima,
komunikasi antarpribadi melibatkan pihak-pihak yang saling tergantung satu sama lainnya
16
17
Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi. Bandung: Rosda. 2007 Hal. 81
Sasa Djuarsa Sendjana, PhD. dkk. Teori Komunikasi. Jakarta: Universitas terbuka. 2007 hal. 2.4
(interdependen) dalam proses komunikasi. Keenam, komunikasi antarpribadi tidak dapat diubah
maupun diulang.
Download