Mata kuliah : Sifat Magnetik Batuan Tugas 1 1. Buat siklus batuan serta jelaskan! 2. Jelaskan jenis-jenis batuan serta contoh menggunakan gambar! 3. Jelaskan deret bowen beserta gambar! 4. Jelaskan perbedaan antara porositas dan permeabilitas! 5. Jelaskan stress dan strain pada batuan! 1. Siklus Batuan Gambar siklus batuan. Sumber: http://4.bp.blogspot.com/-H7BQywH3owI/T1qxcy3C2EI/AAAAAAAAAh4/Ki7mM48C_Q/s1600/siklus-batuan1.jpg Penjelasan Siklus Batuan : Semua batuan pada mulanya dari magma yang keluar melalui puncak gunung berapi. Magma yang sudah mencapai permukaan bumi akan membeku. Magma yang membeku kemudian menjadi batuan beku. Secara umum batuan beku mempunyai ciri-ciri homogen dan kompak, tidak ada pelapisan, dan umumnya tidak mengandung fosil. Semua batuan yang ada di permukaan bumi akan mengalami pelapukan. Penyebab pelapukan tersebut ada 3 macam: 1. Pelapukan secara fisika: perubahan suhu dari panas ke dingin akan membuat batuan mengalami perubahan. Hujan pun juga dapat membuat rekahan-rekahan yang ada di batuan menjadi berkembang sehingga proses-proses fisika tersebut dapat membuat batuan pecah menjadi bagian yang lebih kecil lagi. 2. Pelapukan secara kimia: beberapa jenis larutan kimia dapat bereaksi dengan batuan seperti contohnya larutan HCl akan bereaksi dengan batu gamping. Bahkan air pun dapat bereaksi melarutan beberapa jenis batuan. Salah satu contoh yang nyata adalah “hujan asam” yang sangat mempengaruhi terjadinya pelapukan secara kimia. 3. Pelapukan secara biologi: Selain pelapukan yang terjadi akibat proses fisikan dan kimia, salah satu pelapukan yang dapat terjadi adalah pelapukan secara biologi. Salah satu contohnya adalah pelapukan yang disebabkan oleh gangguan dari akar tanaman yang cukup besar. Akar-akar tanaman yang besar ini mampu membuat rekahanrekahan di batuan dan akhirnya dapat memecah batuan menjadi bagian yang lebih kecil lagi. Selanjutnya hancuran batuan tersebut tersangkut oleh air, angin atau hewan ke tempat lain untuk diendapkan. Hancuran batuan yang diendapkan disebut batuan endapan atau batuan sedimen. Pembentukan batuan sedimen itu merupakan suatu siklus tersendiri, dalam urutan sebagai berikut : Pelapukan > Erosi > Transportasi > Deposisi > Litifikasi (Kompaksi, Sementasi). Batuan Sedimen adalah batuan yang terbentuk karena adanya proses pengendapan. Batirbutir batuan sedimen berasal dari berbagai macam batuan melalui proses pelapukan, baik oleh angin maupun air. Proses pembentukan batuan sedimen disebut diagenesis batuan sedimen yang menyatakan perubahan bentuk dari bahan deposit menjadi batuan endapan. Ada beberapa macam batuan sedimen, yaitu batuan sedimen klastik, sedimen kimiawi dan sedimen organik. Sedimen klastik berupa campuran hancuran batuan beku yang terlitifikasi (terendapkan), contohnya breksi, konglomerat dan batu pasir. Sedimen kimiawi berupa endapan dari suatu pelarutan, contohnya batu kapur dan batu giok. Sedimen organic berupa endapan sisa sisa hewan dan tumbuhan laut contohnya batu gamping dan koral Baik batuan sedimen atau beku dapat berubah bentuk dalam waktu yang sangat lama. Batuanbatuan tersebut mengalami perubahan baik secara fisik maupun kimiawi sehingga menjadi batuan yang berbeda dari batuan induknya, akibat adanya tekanan dan suhu yang tinggi. Terbagi menjadi Batuan Metamorf Kontak, batuan metamorf karena suhu tinggi, contohnya adalah batu kapur (kalsit) yang berubah menjadi marmer, atau batuan kuarsa menjadi kuarsit. Batuan Metamorf Regional, batuan metamorf karena tekanan tinggi, contohnya skist, filit, gneiss, slatycleavage Baik batuan sedimen atau beku dapat berubah bentuk dalam waktu yang sangat lama karena adanya perubahan temperatur dan tekanan. Batuan yang berubah bentuk disebut batuan malihan atau batuan metamorf. Semua batuan ini akan kembali menjadi magma lagi karena proses subsduksi lempeng yang membawanya menuju astenosfer kembali. Proses-proses inilah semua yang terjadi dimasa lampau, sekarang, dan yang akan datang. Terjadinya proses-proses ini menjaga keseimbangan batuan yang ada di bumi. 2. jenis-jenis batuan Batuan beku Berdasarkan tempat pembekuannya, batuan beku dibagi menjadi : 1. Batuan Beku Dalam ; adalah batuan beku yang terbentuk jauh di bawah permukaan bumi, pada kedalaman 15 – 50 km. Karena tempat pembekuannya dekat dengan astenofer, pendinginan magmanya sangat lambat serta, contoh : Granit, Rhyolite. 2. Batuan Beku Gang, terbentuk di bagian celah/gang dari kerak bumi, sebelum sampai ke permukaan bumi. Proses pembekuan magma ini agak cepat sehingga membentuk batuan yang mempunyai cristal yang kurang sempurna. contoh : Andesit, Diorite. 3. Batuan Beku Luar, hádala batuan beku yang terbentuk di permukaan bumi. Magma yang keluar dari bumi mengalami proses pendinginan dan pembekuan Sangat cepat sehingga tidak menghasilkan cristal batuan. Contohnya riolit dan basalt. contoh : Basalt, Gabro Gambar beberapa batuan beku Sumber: http://1.bp.blogspot.com/- jkplJ7Vzxkk/T1qu8exAvjI/AAAAAAAAAho/oOE7MlTO8_4/s1600/batuanbeku.jpg Batuan sedimen Gambar beberapa batuan sedimen Sumber: http://3.bp.blogspot.com/-IRZkc6WjTs/T1q4Po_Zp8I/AAAAAAAAAiw/yV_UWcoBUWA/s1600/sedimen1.jp g Batuan metamorf Gambar beberapa batuan metamorf Sumber: http://2.bp.blogspot.com/PKsaONWmNn8/T1q3gKiTMhI/AAAAAAAAAig/_bRVi7iOA9M/s1600/metamorf.jpg 3. Deret Bowen Dalam gambar berikut diperlihatkan urutan penghabluran (pembentukan mineral) dalam proses pendinginan dan penghabluran lelehan silikat. Mineral-mineral yang mempunyai berat-jenis tinggi karena kandungan Fe dan Mg seperti olivine, piroksen, akan menghablur paling awal dalam keadaan suhu tinggi, dan kemudian disusul oleh amphibole dan biotite. Disebelah kanannya kelompok mineral felspar, akan diawali dengan jenis felspar calcium (Ca-Felspar) dan diikuti oleh felspar kalium (K-Felspar). Akibatnya pada suatu keadaan tertentu, kita akan mendapatkan suatu bentuk dimana hublur-hablur padat dikelilingi oleh lelehan. Deret Bowen Urutan Kristalisasi Mineral dari Magma Sumber gambar : http://csmres.jmu.edu/geollab/fichter/RockMin/RockMin.html Bentuk-bentuk dan ukuran dari hablur yang terjadi, sangat ditentukan oleh derajat kecepatan dari pendinginan magma. Pada proses pendinginan yang lambat, hablur yang terbentuk akan mempunyai bentuk yang sempurna dengan ukuran yang besar-besar. Sebaliknya, apabila pendinginan itu berlangsung cepat, maka ion-ion didalamnya akan dengan segera menyusun diri dan membentuk hablur-hablur yang berukuran kecil-kecil, kadang berukuran mikroskopis. Bentuk pola susunan hablur-hablur mineral yang nampak pada batuan beku tersebut dinamakan tekstur batuan. Disamping derajat kecepatan pendinginan, susunan mineralogi dari magma serta kadar gas yang dikandungnya, juga turut menentukan dalam proses penghablurannya. Mengingat magma dalam aspek-aspek tersebut diatas sangat berbeda, maka batuan beku yang terbentuk juga sangat beragam dalam susunan mineralogi dan kenampakan fisiknya. Meskipun demikian, batuan beku tetap dapat dikelompokan berdasarkan cara-cara pembentukan seta susunan mineraloginya. 4. Porositas dan Permeabilitas Porositas Porositas adalah salah satu sifat batuan yang menyatakan ketersediaan ruang bagi hidrokarbon dalam suatu batuan. Dalam bahasa matematis, porositas dinyatakan dalam persen perbadingan antara volume pori dibanding dengan volume batuan. Porositas ini sangat penting di dunia perminyakan karena secara tidak langsung menyatakan cadangan hidrokarbon yang terkandung dalam sebuah reservoir. Berdasarkan sumber dari buku Amyx, porositas terbagi menjadi dua kategori. Ada yang disebut dengan “Original Porosity” dan “Induced Porosity”. Original porosity (atau primary porosity) diartikan sebagai porositas yang terbentuk saat pembentukan batuan tersebut berlangsung. Sedangkan Induced porosity (atau secondary porosity) diartikan sebagai porositas yang terbentuk setelah batuan tersebut terbentuk. Contoh induced porosity adalah rekahan (fracture) yang bisa terbentuk karena proses tektonik. Kemudian ada juga vugs (gerowong) yang terbentuk pada batuan karbonat karena larut oleh air/asam. Permeabilitas Permeabilitas merupakan efisiensi batuan untuk menyalurkan air. Permeabilitas primer adalah kemampuan batuan untuk menyalurkan air melalui pori-pori atau ruangan intergranuler yang sudah ada sejak pembentukannya dan saling berhubungan. Permeabilitas sekunder bila penyaluran air itu melewati ruangan-ruangan yang timbul kemudian, seperti joint, bedding, fault, misalnya akibat gerakan tektonik. 5. Stress dan Strain Stress Pengaruh tegasan terhadap batuan tergantung pada cara bekerja atau sifat tegasannya dan sifat fisik batuan yang terkena tegasan. Ada dua bentuk stress : 1. Stress uniform akan menekan dengan besaran yang sama dari segala arah. Dalam batuan dinamakanconfining stress karena setiap tubuh batuan dalam litosfir dibatasi oleh batuan lain di sekitarnya dan ditekan secara merata (uniform) oleh berat batuan di atasnya. 2. Stress diferensial menekan tidak dari semua jurusan dengan besaran yang sama. Dalam sistem ortogonal dapat diuraikan menjadi stress utama, yang maksimum, yang menengah, dan yang paling kecil besarannya. Biasanya differential stress ini yang mendeformasi batuan dan dikenal 3 jenis diferrential stress, yaitu tensional stress, compressional stress dan shear stress. Gambar 1. Deformasi batuan akibat berbagai bentuk stress. Panah menunjukkan arah tegasan utama (maximum stress). Sumber: http://primaedu.files.wordpress.com/2011/08/macam-stress2.png Strain (regangan) Regangan merupakan canggaan yang dihasilkan oleh tegasan, dan melibatkan perubahan panjang, bentuk (distortion) atau isipadu (dilation) atau ketiga-tiganya. Bila terdapat perubahan tekanan litostatik, jasad isotropik (homogen) berubah isipadunya tetapi bukan bentuknya. Misalnya, batuan gabro akan mengembang bila daya hidrostatik diturunkan. Perubahan bentuk biasanya berlaku semasa terdapat daya yang terarah. Bila jasad dikenakan dengan daya terarah, ia biasanya melalui tiga fasa canggaan, iaitu fasa elastik, plastik dan pecah. Bahan rapuh biasanya pecah sebelum fasa plastik, sementara bahan mulur mempunyai selang yang besar antara had elastik dan had pecah. Perhubungan ini ditunjukkan oleh bentuk tegasan dan regangan. Kekuatan batuan, biasanya dirujuk kepada daya yang diperlukan untuk memecahkannya pada suhu dan tekanan permukaan. Pada keadaan ini kebanyakan batuan bersifat rapuh. Setiap batuan mempunyai kekuatan yang berbeza-beza, walaupun terdiri daripada jenis yang sama. Ini adalah kerana keadaan pembentukannya adalah berbeda-beda. Walau bagaimanapun secara am, batuan sedimen (batu pasir, batu kapur, batu lumpur) kurang kuat berbanding dengan batuan metamorf (kuarzit) dan batuan igneus basik (basalt, felsit).Struktur primer seperti fosil, bentuk bantal, lobang organisma dan pebel boleh digunakan sebagai petunjuk keregangan. Pertumbuhan serabut kuarza dan kalsit dalam rongga sesar atau kekar juga petunjuk yang baik.