potensi kebangkrutan pada sektor perbankan syariah untuk

advertisement
POTENSI KEBANGKRUTAN PADA SEKTOR PERBANKAN SYARIAH
UNTUK MENGHADAPI PERUBAHAN LINGKUNGAN BISNIS DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN Z-SCORE MODIFIKASI
(Studi Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 2010-2014)
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Sharfina Putri Kartika
1111046100065
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M/1436 H
POTENSI KEBAIYGKRUTAN PADA SEKTOR PERBA}IKAI\T SYARIAH
[,NTT'K MENGIIADAPI PERT]BAHAN LINGKUNGAI\I BISMS I}ENGAI\
MENGGT]NAKAIY MODEL ALTMAN Z-SCORE MODIF'IKASI
(Studi Bank Umum Syariah di Indonesia Periode 20f 0-20f4)
Skripsi
Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Ol,eh:
Sharfina Putri Kartika
1111046100065
Pembimhing
,
Ilwi Nur'aini lhsan. S.E.. M.M.
i\-tP: 19771A21 20l4Lt 2 0ot
KONSENTRASI PERBAFTKAI\I SYARIAII
PROGRAM STUDr MUAMALAT (EKONOTfl rSLAM)
FAKT]LTAS SYARIAH DAI{ ITUKIIM
TIIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M/1436 H
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
Sharfina Putri Kartika
Tempat/Tgl Lahir
Jakarta, 10 Oktober 1993
NIM
1111046100065
Fakultas
Syariah Dan Hukum
Jurusan/Prodi
Perbankan Syariah/Mu amalat (Ekonomi Islam)
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
l. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu
mengembangkan dan
mempertan ggungi awabkannya.
2. Tidak melakukan plagiat dari naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli.
4. Tidak melakukan pemalsuan
atau pemanipulasian data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.
Apabila dikemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya dan telah melalui
pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, maka saya siap untuk dikenai sanksi
berdasarkan aturan yang berlaku
di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 13 Oktober 2015
Yang Me
1--
Sharfina Putri Kartika)
-
Islam
ABSTRAK
Sharfina Putri Kartika, NIM: 1111046100065, Judul Skripsi Potensi Kebangkrutan
Pada Sektor Perbankan Syariah Untuk Menghadapi Perubahan Lingkungan Bisnis
Dengan Menggunakan Model Altman Z-Score Modifikasi (Studi Bank Umum
Syariah di Indonesia Periode 2010-2014).
Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat kesehatan dari bank umum syariah
dan juga memprediksi potensi kebangkrutan dari bank umum syariah itu sendiri.
Semakin awal potensi kebangkrutan diketahui, maka semakin baik untuk melakukan
tidakan korektif dan antisipatif.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan target penelitian adalah 10
bank umum syariah di Indonesia yang telah berdiri dari tahun 2010-2014. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Datanya ini adalah data
sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan bank umum syariah yang telah
dipublikasikan antara tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode RGEC dan
model analisis Altman Z-Score modifikasi. Metode RGEC pengukurannya diwakili
oleh rasio NPF, LR, ROA, NCOM, dan CAR. Model Altman pengukurannya akan
diwakili oleh rasio net working capital to total asset, retained earning to total asset,
earning before interest and tax to total asset, book value of equity to book value of
debt.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kesehatan bank umum syariah menggunakan
metode RGEC masuk kedalam kategori yang “sehat” selama tahun 2010-2014.
Model Altman z-score juga menunjukkan bahwa bank umum syariah berada pada
keadaan yang safe zone (tidak bangkrut) selama tahun 2010 sampai dengan tahun
2014. Hal ini karena z-score masing-masing BUS selama lima tahun terakhir nilainya
( >2,9).
Kata Kunci: Kebangkrutan, Model Altman Z-Score, Bank Umum Syariah, Net
working Capital to Total Asset, Retained Earning to Total Asset, Earning Before
Interest and Tax to Total Asset, Book Value of Equity to Total Sales, Risk Profile,
GCG, Earning, dan Capital
Pembimbing
: Dwi Nur’aini Ihsan, S.E, M.M.
Daftar Pustaka
: Tahun 1995 s.d 2015
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahi Rabbil’alamin Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Besar
Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya. Adapun penyusunan skripsi
ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi Syariah (S.E.Sy), Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Mumalat,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis sangat menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan
moril maupun materil, penulisan skripsi ini tidak akan terwujud dengan baik. Oleh
karena itu, lewat tulisan ini penulis ingin menyampaikan banyak ucapan terimakasih
kepada:
1. Ayah dan Mama tercinta, Bapak Mochamad Sayuti dan Ibu Foppy Kartika yang
selalu memberikan doa, kasih sayang, kerja keras, dan pengorbanan yang tulus.
Semoga kelulusan ini dan hasil skripsi ini bisa menjadi kebanggaan dan kado
terindah untuk kalian yang pernah aku berikan.
2. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
ii
3. Bapak AM. Hasan Ali, M.A., selaku Ketua Program Studi Muamalat Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Dr. Abdurrauf, Lc, M.A., selaku Sekretaris Program Studi Program Studi
Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Bapak Dr. Hasanudin, M.Ag., selaku Dosen Penasehat Akademik.
6. Ibu Dwi Nur’aini Ihsan, S.E, M.M., selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan
waktu,
ilmu,
pengarahan,
masukan
dan
motivasi
dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak Drs. Noryamin Aini, M.A dan Ibu RR. Tini Anggraeni S.T., M.Si., selaku
Dosen Penguji yang telah memberikan penilaian untuk skripsi ini dan saran agar
skripsi ini menjadi lebih baik.
8. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat selama
proses perkuliahaan.
9. Adikku Emir Valdianto yang selalu memberikan doa, semangat, dan bantuan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Keluarga besar yang terus memberikan dukungan dan doa yang tiada henti untuk
menyelesaikan skripsi ini.
11. Yoki Herma Septa yang menjadi tempat berkeluh kesah dan selalu memberikan
motivasi, saran dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.
iii
12. Sahabat-sahabatku tersayang Bulan, Riri, Dessy, Burhanudin Yusuf, Alvin,
Lukman yang bersama berjuang selama perkuliahan, yang selalu memberikan
semangat, bantuan, kasih sayang dan perhatian.
13. Sahabat terbaikku Bella dan Mitha yang selalu mendukung, dan selalu tersenyum
untukku dari masa sekolah dahulu.
14. Teman-Teman PSB 2011 senang bisa menjadi bagian dari kalian, semoga
pertemanan selalu terjalin dimasa depan dan kita semua dapat terus saling
mendukung.
15. Teman-Teman KKN Pendekar yang selalu ada saat aku butuh, selalu memberikan
canda dan tawa, memberika semangat, memberi doa, memberikan motivasi, saran,
kritik.
Penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini jauh dari kata sempurna, dikarenakan
keterbatasannya ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Maka dari itu penulis
menerima dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi banyak pihak yang
membacanya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Jakarta, 27 Oktober 2015
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ……………………………………………………………………...... i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………........ ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………... v
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………... vii
DAFTAR GRAFIK ………………………………………………………………. ix
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………………....... x
BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
Latar Belakang Masalah ………………………………………………
Identifikasi Masalah …………………………………………………..
Batasan dan Rumusan Masalah ……………………………………….
Tujuan dan Manfaat Penelitian ………………………………………..
Sistematika Penulisan ……………………………………………........
1
6
8
9
10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
Tinjauan Umum Perbankan Syariah ………………………………….. 13
Kebangkrutan …………………………………………………………. 19
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank ………………………………........ 22
Analisis Diskriminan …………………………………………………. 29
Model Altman Z-Score ……………………………………………….. 30
Penelitian Terdahulu ………………………………………………….. 35
Kerangka Berpikir …………………………………………………….. 39
v
BAB III METODE PENELITIAN
A.
B.
C.
D.
Ruang Lingkup Penelitian …………………………………………….. 41
Jenis Penelitian dan Metode Pengumpulan Data ………….................. 42
Metode Analisis Data ………………………………………………… 42
Operasional Variabel Penelitian ……………………………………… 43
BAB IV PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah …………………... 53
Penilaian Potensi Kebangkrutan Bank Umum syariah ……………….. 63
Hasil Altman Z-Score Modifikasi ……………………………………. 75
Interpretasi Hasil Penelitian …………………………………………… 83
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………… 91
B. Saran ………………………………………………………………...... 92
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 93
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1
Jaringan Kantor Perbankan Syariah ……………………………… 3
Tabel 1.2
Indikator Utama Perbankan Syariah ………………………........... 3
Tabel 2.1
Matrik Penilaian Profil Resiko …………………………………... 24
Tabel.2.2
Peringkat Komposit Penilaian Faktor GCG ……………………… 25
Tabel 2.3
Penilaian Untuk Peringkat Rentabilitas (Earning) ……………….. 26
Tabel 2.4
Penilaiaian Modal (Capital) ............................................................ 27
Tabel 2.5
Peringkat Komposit Penilaian Metode RGEC …………………… 28
Tabel 2.6
Penelitian Terdahulu ……………………………………………… 38
Tabel 3.1
Daftar Bank Umum Syariah ………………………………………. 41
Tabel 3.2
Kriteria Nilai NPF ………………………………………………… 44
Tabel 3.3
Kriteria Nilai LR ………………………………………….............. 45
Tabel 3.4
Kriteria Nilai GCG ………………………………………………... 45
Tabel 3.5
Kriteria Nilai ROA ………………………………………………... 46
Tabel 3.6
Kriteria Nilai NCOM ……………………………………………... 47
Tabel 3.7
Kriteria Nilai CAR ………………………………………………... 48
Tabel 4.1
Hasil NPF BUS Tahun 2010-2014 ………………………………. 54
Tabel 4.2
Hasil Liqudity Risk BUS Tahun 2010-2014 ………………........... 55
Tabel 4.3
Peringkat Seluruh Komponen Profil ……………………………… 56
Resiko BUS Tahun 2010-2014
Tabel 4.4
Hasil dan Peringkat GCG Bank Umum Syariah …………………. 58
Tabel 4.5
Hasil ROA Bank Umum Syariah …………………………............ 59
Tabel 4.6
Hasil NCOM Bank Umum Syariah ………………………............. 60
vii
Tabel 4.7
Hasil CAR Bank Umum Syariah …………………………............. 61
Tabel 4.8
Peringkat Komposit BUS ………………………………….. …….. 63
Metode RGEC Tahun 2010-2014
Tabel 4.9
Modal Kerja Bersih (Net Working Capital) ………………………. 64
Tabel 4.10
Total Aktiva (Total Assets) ……………………………….............. 65
Tabel 4.11
Hasil Net Working Capital to Total Assets (X1) ………………….. 66
Tabel 4.12
Laba Ditahan (Retained Earning) ………………………………… 67
Tabel 4.13
Hasil Retained Earning to Total Asset (X2) ……………………… 68
Tabel 4.14
EBT (Laba Sebelum Pajak) ……………………………………… 70
Tabel 4.15
Hasil EBT (Laba Sebelum Pajak) to Total Asset ………………… 71
Tabel 4.16
Nilai Buku Ekuitas (Book Value Of Equity) ……………………… 72
Tabel 4.17
Nilai Buku Kewajiban (Book Value Of Debt) ……………............. 73
Tabel 4.18
Hasil Book Value of Equity to Book Value of Debt (X4) …............ 74
Tabel 4.19
Perhitungan Z-Score BUS Tahun 2010 ………………………….. 76
Tabel 4.20
Perhitungan Z-Score BUS Tahun 2011 ………………………….. 77
Tabel 4.21
Perhitungan Z-Score BUS Tahun 2012 ………………………….. 78
Tabel 4.22
Perhitungan Z-Score BUS Tahun 2013 ………………………….. 79
Tabel 4.23
Perhitungan Z-Score BUS Tahun 2014 ………………………….. 80
Tabel 4.24
Rata-Rata Nilai Variabel Altman Z-Score Modifikasi ………….. 81
viii
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4.1
Rata-Rata Nilai Z-Score BUS Tahun 2010-2014 ………………… 81
Grafik 4.2
Nilai Z-Score Tertinggi Tahun 2010-2014 ………………………. 82
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Hasil Hitung Net Working Capital Bank Umum Syariah 2010-2014
Lampiran 2
Angka-Angka Dalam Variabel Z-Score Bank Umum Syariah 20102014
Lampiran 3
Hasil Hitung Nilai Rasio Dari Variabel Z-Score X1, X2, X3, dan X4
Bank Umum Syariah 2010-2014
Lampiran 4
Hasil Hitung Nilai Z-Score Masing-Masing Bank Umum Syariah
2010-2014
Lampiran 5
Hasil Hitung Rasio Dalam RGEC
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perekonomian Indonesia tidak luput dari imbas dinamika pasar keuangan global.
Termasuk pula imbas dari krisis keuangan yang berawal dari Amerika Serikat, yang
menerpa negara-negara lainnya dan kemudian meluas menjadi krisis ekonomi secara
global yang dirasakan sejak semester kedua tahun 2008. International Monetary
Fund (IMF) memperkirakan terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia dari
3.9% pada 2008 menjadi 2.2% pada tahun 2009. Perlambatan ini tentu saja pada
gilirannya akan mempengaruhi kinerja ekspor nasional, yang pada akhirnya
berdampak kepada laju pertumbuhan ekonomi nasional.1
Krisis ekonomi yang berakibat pada guncangan sistem keuangan global ini sangat
mempunyai dampak pada sektor perbankan di Indonesia, terutama untuk bank
konvensional. Perbankan konvensional sangat mengalami dampak negatif dari krisis
ekonomi global yang terjadi, dikarenakan bank konvensional Indonesia memiliki
tingkat integritas yang tinggi dengan sistem keuangan global. Selain itu, bank
konvensional sangat rentan terhadap fluktuasi nilai tukar dan tingkat suku bunga.
Bunga yang telah ditentukan ini jumlahnya lebih besar daripada jumlah bunga yang
1
Dikutip dari Maikel Jefriando, “Menkeu Bambang: Bank Syariah Lebih Tahan Menghadapi
Krisis”,
artikel
diakses
pada
20
Oktober
2015
dari
http://finance.detik.com/read/2015/04/14/122700/2886801/5/menkeu-bambang-bank-syariahlebih-tahan-menghadapi-krisis
1
2
diterima dari kredit, sehingga menimbulkan negative spread. Hal-hal tersebut
mengakibatkan banyak bank konvensional yang mengalami kesulitan keuangan.
Dapat dilihat pada Oktober 2008 Bank Mandiri Tbk, Bank Negara Indonesia Tbk,
dan Bank Rakyat Indonesia Tbk meminta bantuan likuiditas dari pemerintah.
Berbeda dengan bank konvensional, perbankan syariah tidak terlalu mengalami
dampak negatif dari krisis ekonomi global yang terjadi. Ini karena bank syariah tidak
rentan dengan fluktuasi tingkat suku bunga, karena bank syariah beroperasi tidak
berdasarkan sistem bunga. Eksposure pembiayaan perbankan syariah lebih diarahkan
kepada akivitas perekonomian domestik sehingga belum memiliki tingkat integrasi
yang tinggi dengan sistem keuangan global dan belum memiliki tingkat resiko
transaksi yang tinggi.2 Hal tersebut membuat kepercayaan masyarakat terhadap bank
syariah mulai meningkat. Ditandai dengan mulai bertambahnya jumlah bank umum
syariah (BUS), unit usaha syariah (UUS) dan bank pembiayaan rakyat syariah
(BPRS) di Indonesia.
2
Dikutip dari “Pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia 2014”, artikel diakses tanggal 10
Februari
2015
dari
http://artikelekis.blogspot.co.id/2014/07/pertumbuhan-bank-syariah-diindonesia.html
3
Tabel 1.1
Jaringan Kantor Perbankan Syariah
Indikator
2008
5
27
2009
6
25
2010
11
23
Tahun
2011
11
24
2012
11
24
2013
11
23
Nov-14
12
22
Bank Umum Syariah
Unit Usaha Syariah
Bank Pembiayaan
131
138
150
155
158
163
Rakyat Syariah
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan(OJK), Statistik Perbankan Syariah, Nov-14
163
Data pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun jumlah bank umum
syariah di Indonesia mengalami peningkatan dimana pada tahun 2008 bank syariah
hanya ada 5 unit namun sekarang, sampai bulan November 2014 bank syariah yang
ada di Indonesia sudah sebanyak 12 unit. Untuk unit usaha syariah memang
mengalami penurunan, ini dikarenakan ada beberapa unit usaha syariah yang telah
berubah menjadi bank umum syariah dan untuk jumlah bank pembiayaan rakyat
syariah (BPRS) sama seperti bank umum syariah juga terus mengalami peningkatan.
Tabel 1.2
Indikator Utama Perbankan Syariah
(dalam milyar rupiah dan persentase)
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Nov-14
Aset
49.555 66.090 97.519 145.467 195.018 242.276 261.927
DPK
36.852 52.271 76.036 115.415 147.512 183.534 209.644
Pembiayaan 38.199 46.886 68.181 102.655 147.505 184.122 198.376
FDR
103,65
89,70
89,67
88,94
100,00
100,32
94,62
NPF
1,42
4,01
3,02
2.52
2,22
2,62
4,86
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan(OJK), Statistik Perbankan Syariah, Nov-2014
(www.ojk.go.id)
Indikator
Ket
Rp
%
Data Tabel 1.2 menunjukkan perkembangan terakhir indikator-indikator umum
kinerja perbankan syariah. Perkembangan aset perbankan syariah meningkat sangat
4
signifikan dari akhir tahun 2008 sampai dengan November 2014 sebesar lebih dari
428.56%. Penghimpunan dana (DPK) dan pembiayaan mencapai peningkatan sebesar
468.88% dan 419.32%. Perkembangan ini menunjukkan hal yang sangat baik, karena
dalam waktu kurang dari 10 tahun kinerja perbankan syariah menunjukkan hasil yang
positif.
Jika dilihat dari rasio pembiayaan yang disalurkan dengan besarnya dana pihak
ketiga (DPK) yang dinyatakan dalam nilai Financing to Deposit Ratio (FDR), maka
bank syariah memiliki rata-rata FDR sebesar 95.27%. Bila dilihat FDR perbankan
syariah tahun 2008, 2012 dan 2013 nilainya menunjukkan lebih dari 100%.
Tingginya nilai FDR ini karena pembiayaan yang disalurkan pada tahun tersebut
nilainya lebih besar dari dana pihak ketiga yang dihimpun. Hal yang perlu dicatat
disini meskipun pembiayaan yang disalurkan pada tahun 2008, 2012 dan 2013
nilainya lebih besar dari DPK, tapi tingkat kegagalan bayar yang dinyatakan dalam
rasio Non Performing Finance (NPF) pada tahun tersebut ternyata lebih rendah
daripada tahun 2009, 2010, 2011 dan 2014. Meskipun demikian nilai NPF dari tahun
2008 sampai November 2014 masih dikatakan aman karena nilainya masih di bawah
batas mimimal 5%.
Meski pada masa krisis keuangan tersebut perbankan syariah dapat bertahan dan
dapat mengatasi masalah-masalah yang terjadi dalam kegiatan usahanya, namun bank
syariah sebagai lembaga keuangan yang profit oriented tentu akan tetap menghadapi
berbagai resiko yang tidak menutup kemungkinan mengancam eksistensinya. Bank
5
yang tidak mampu bersaing untuk mempertahankan kinerjanya lambat laun akan
tergusur dari lingkungan industrinya dan akan mengalami kebangkrutan, demikian
pula dengan perbankan syariah. Oleh karena itu untuk mengantisipasi berbagai resiko
yang mungkin terjadi, diperlukan suatu tindakan sedini mungkin untuk mengukur
kondisi serta tingkat kesehatan perbankan syariah itu sendiri. Sistem peringatan dini
(early warning system) untuk memprediksi adanya keadaan kesulitan keuangan
(financial distress) yang menuju ke arah kebangkrutan ada beberapa model analisis
yang sering digunakan, salah satunya yang terkenal adalah model Altman Z-Score
yang dikemukakan oleh Edward I. Altman pada tahun 1968.
Model analisis ini menggunakan rasio-rasio tertentu sebagai model prediksi
dengan menggunakan teknik Multiple Discriminant Analysis (MDA). Rasio-rasio
yang digunakan mencerminkan rasio likuiditas, profitabilitas, leverage, dan aktivitas
perusahaan. Dengan adanya kombinasi dari rasio-rasio tersebut, maka model analisis
ini akan sangat membantu untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan dan dapat
membantu juga dalam memprediksi potensi kebangkrutan yang mungkin dialami oleh
sebuah perusahaan. Penilaian potensi kebangkrutan dimaksudkan untuk menilai
keberhasilan perbankan dalam perekonomian Indonesia, dalam industri perbankan
sendiri, mengukur tingkat kesehatan dari bank itu sendiri dalam menjaga fungsi
intermediasi, serta untuk peringatan dini dalam mengahadapi perubahan di
lingkungan bisnis perbakan itu sendiri atau perubahan ekonomi negara .
6
Berdasarkan uraian di atas, maka analisis untuk mengetahui keadaan perbankan
syariah yang mempunyai fungsi strategis dan menjadi urat nadi bagi perekonomian
Indonesia sangat penting dan dibutuhkan. Mengetahui kondisi perbankan syariah
apakah dalam keadaan sehat atau dalam keadaan yang berpotensi mengalami
kebangkrutan menjadi hal yang utama. Karena bila keadaan buruk suatu bank dapat
diketahui sejak awal, maka akan lebih mudah bagi pihak internal bank dan
pemerintah menyelamatkan kondisi bank tersebut dari hal yang paling buruk yaitu
kebangkrutan. Maka, dari latar belakang masalah yang telah diungkapakan penulis
memberi judul penelitian
“POTENSI KEBANGKRUTAN PADA SEKTOR PERBANKAN SYARIAH
UNTUK MENGHADAPI PERUBAHAN LINGKUNGAN BISNIS DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN Z SCORE MODIFIKASI” (Studi Bank
Umum Syariah di Indonesia Periode 2010-2014)
B. Identifikasi Masalah
Masalah kebangkrutan pada suatu perusahaan termasuk bagi bank umum syariah
merupakan sebuah resiko yang tidak dapat dihindarkan, namun resiko ini dapat
diminimalisasi atau dicegah. Kebangkrutan sendiri merupakan akibat dari hasil
kinerja negatif yang dilakukan oleh bank umum syariah. Untuk mengetahui kinerja
bank umum syariah baik atau tidak dapat dilihat dari tingkat kesehatan bank umum
syariah tersebut. Penilaian tingkat kesehatan bank umum syariah dapat menggunakan
model analisis RGEC yang telah ditentukan oleh Bank Indonesia dan tertuang dalam
7
Peraturan Bank Indonesia No 13/PBI/2011 serta, Surat Edaran Bank Indonesia (SBI)
No. 13/24/DPNP tentang Penilaian Kesehatan Bank Umum.
Setelah melakukan pengukuran tingkat kesehatan bank, maka kemudian penulis
melakukan analisis untuk memprediksi potensi kebangkrutan bank umum syariah
tersebut. Model analisis yang digunakan adalah Multiple Discriminant Analysis
(MDA) atau yang lebih dikenal dengan nama model Altman z-score. Dalam
penelitian ini model Altman z-score yang digunakan adalah model Altman z-score
modifikasi. Menurut Ramadhani dan Lukviarman model Altman modifikasi ini dapat
digunakan pada semua perusahaan seperti manufaktur, non manufaktur, dan
perusahaan penerbit obligasi di negara berkembang (emerging market).3 Ini karena
dalam model Altman modifikasi variabel X5 (sales to total assets) dihilangkan,
karena perusahaan non manufaktur tidak mempunyai akun sales (penjualan) dan
mengganti X4 (market value of equity to book value of debt) menjadi book value of
equity to book value of debt (nilai buku ekuitas terhadap total kewajiban),
dikarenakan banyak industri yang belum listing di bursa saham sehingga belum
mempunyai nilai pasar saham.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti potensi kebangkrutan dari bank
umum syariah di Indonesia menggunakan model Altman Z-Score modifikasi. Karena
3
Ayu Suci Ramadhani dan Niki Lukviarman, “Perbandingan Analisis Prediksi Kebangkrutan
Menggunakan Model Altman Pertama, Altman Revisi dan Altman Modifikasi Dengan Ukuran Dan
Umur Perusahaan Sebagai variable Penjelas (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEI)”, Jurnal Siasat Bisnis Vol.13, no.1 (2009): h.18.
8
menurut penjelasan sebelumnya model Altman modifikasi ini dapat digunakan untuk
perusahaan non manufaktur. Serta melengkapi penelitian ini dengan penilaian tingkat
kesehatan bank umum syariah di Indonesia menggunakan metode RGEC yang
merupakan model analisis yang memang diterapkan dalam mengukur tingkat
kesehatan bank di Indonesia.
C. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada penilaian kondisi keuangan bank umum syariah dengan
mengacu pada laporan keuangan dan laporan GCG bank umum syariah yang telah
berdiri dari tahun 2010-2014. Untuk menilai tingkat kesehatan bank umum syariah
dengan menggunakan metode RGEC, pada metode RGEC ini yang menjadi faktor
penelitian ada empat yaitu, risk profile, good corporate governance, earning dan
capital.
Selain menilai tingkat kesehatan bank umum syariah, penelitian ini juga
memprediksi potensi kebangkrutan menggunakan model Altman Z-Score modifikasi.
Rasio yang digunakan dalam model analisis Z-Score ini ada empat macam yaitu net
working capital to total assets (modal kerja bersih terhadap aktiva), retained earnings
to total assets (laba ditahan terhadap aktiva), earning before interest and tax to total
assets (laba sebelum bunga dan pajak terhadap aktiva) dan book value of equity to
book value of debt (nilai buku ekuitas terhadap nilai buku kewajiban).
9
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan batasan masalah yang telah dikemukakan di
atas, maka pokok permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini agar dapat
dijawab adalah:
a. Bagaimana tingkat kesehatan bank umum syariah di Indonesia selama periode
2010-2014 menggunakan metode RGEC?
b. Bagaimana prediksi potensi kebangkrutan bank umum syariah di Indonesia selama
periode 2010-2014 menggunakan model Altman Z-score modifikasi?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk:
a. menghitung, mengukur, menganalisis dan mengevaluasi tingkat kesehatan bank
umum syariah di Indonesia periode 2010 sampai 2014 menggunakan metode
RGEC.
b. menghitung, mengukur, menganalisis dan mengevaluasi prediksi potensi
kebangkrutan bank umum syariah di Indonesia periode 2010 sampai 2014
menggunakan model Altman Z-Score modifikasi.
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis,
yaitu:
10
a. Manfaat Teoritis:
1) Untuk mengetahui secara lebih lengkap dan jelas hal-hal apa saja yang
mempengaruhi kondisi kesehatan dan kebangkrutan pada bank umum syariah
dan dapat pula mempraktekkan dan membuktikan secara langsung teori-teori
yang didapat semasa perkuliahan.
2) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi tambahan dan bahan
pembelajaran bagi para akademisi, khususnya yang berhubungan langsung
dengan masalah prediksi kebangkrutan.
b. Manfaat Praktis
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan bagi bank umum
syariah dalam mengambil keputusan atau kebijakan yang berkaitan dalam
masalah keuangan.
2) Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan masukan untuk lebih meningkatkan
kinerja keuangan bank umum syariah, agar dapat terus bertahan dan bersaing
dalam industri perbankan nasional.
3) Hasil penelitian memberikan informasi kondisi bank umum syariah di
Indonesia khususnya bagi pihak ketiga karena dapat dijadikan masukan dalam
pengambilan keputusan ketika akan melakukan investasi, sehingga kerugian
dari kesalahan investasi dapat diketahui sejak dini.
E. Sistematika Penulisan
Dalam skripsi ini penulis berpedoman pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi”
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun
11
2012. Penulis menyusun lima bab uraian, dimana dalam tiap-tiap bab dilengkapi
dengan sub-sub bab masing-masing yaitu sebagai berikut :
BAB I
: PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
serta sistematika penulisan penelitian.
BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menyajikan landasan teori dalam penelitian yang didasarkan
pada teori-teori yang relevan, lalu membahas review studi terdahulu
yang fokus penelitiannya mirip dengan penelitian yang sedang
dilakukan dan menggambarkan kerangka pemikiran dalam penelitian.
BAB III
: METODE PENELITIAN
Bab ini berisi penjelasan operasional variabel yang digunakan dalam
penelitian, sampel penelitian, jenis dan sumber data, serta metode
analisis data yang digunakan dalam penelitian.
12
BAB IV
: HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan
interpretasi hasil penelitian.
BAB V
: KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan mengenai hasil penelitian dan saran yang
yang diberikan berkaitan dengan hasil penelitian bagi pihak-pihak
yang berkepentingan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Perbankan Syariah
1. Pengertian dan Fungsi Bank Syariah
Pengertian bank syariah menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 pasal 1
butir 7 bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
Prinsip Syariah.1 Perbankan syariah di Indonesia menurut kelembagaannya dapat
dibagi tiga kelompok yaitu bank umum syariah (BUS), unit usaha syariah (UUS) dan
bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS).
Perkembangan landasan hukum yang mengatur segala tentang perbankan syariah
di Indonesia secara singkat diawali oleh:2
a. Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 Tentang perbankan
Secara substansi undang-undang ini lebih banyak membahas tentang bank
konvensional daripada bank syariah. Undang-undang ini hanya menyatakan dalam
pasal 1 butir 12 bahwa bank boleh beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil.3
1
Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008, Tentang Perbankan Syariah,
diakses pada 30 Maret 2015 dari www.bi.go.id/id/perbankan/syariah/Documents/UU_21_08_Syariah
2
Dikutip dari artikel Abdul Rasyid, “Hukum Perbankan Syariah di Indonesia”, diakses pada 20
Oktober 2015 dari http://business-law.binus.ac.id/2015/06/02/hukum-perbankan-syariah-diindonesia.
3
Undang-Undang Repeblik Indonesia No. 7 Tahun 1992, Tentang Perbankan, diakses pada 20
Oktober 2015 dari http://www.ojk.go.id/undang-undang-nomor-7-tahun-1992-tentang-perbankansebagaimana-diubah-dengan-undang-undang-nomor-10-tahun-1998
13
14
b. Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan
Undang-undang ini merupakan penyempurnaan dari UU No.7 Tahun 1992. Dalam
undang-undang ini diatur secara jelas bahwa baik bank umum maupun BPR dapat
menjalankan operasionalnya dan melakukan pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah),
pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli
barang dengan memperoleh keuntungan (murabah), atau pembiayaan barang
modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya
pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh
pihak lain (ijarah wa iqtina).4
c. Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
Aspek baru yang diatur dalam undang-undang ini adalah terkait dengan tata kelola
(corporate governance), prinsip kehati-hatian (prudential principles), menajemen
resiko (risk menagement), penyelesaian sengketa, otoritas fatwa dan komite
perbankan syariah serta pembinaan dan pengawasan perbankan syariah.5
4
Undang-Undang Repeblik Indonesia No. 10 Tahun 1998, Tentang Perbankan, diakses pada
20 Oktober 2015 dari http://www.ojk.go.id/undang-undang-nomor-7-tahun-1992-tentangperbankan-sebagaimana-diubah-dengan-undang-undang-nomor-10-tahun-1998
5
Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008, Tentang Perbankan Syariah,
diakses pada 30 Maret 2015 dari www.bi.go.id/id/perbankan/syariah/Documents/UU_21_08_Syariah
15
Perbankan syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan prinsip
syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Dalam UU No. 21 Tahun
2008 pasal 3, tujuan perbankan syariah adalah “menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan, dan
pemerataan kesejahteraan rakyat”.6
Fungsi bank selama ini dikenal sebagai intermediary (penghubung) antara pihak
yang kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Selain menjalankan
fungsi jasa keuangan seperti yang disebutkan tersebut, maka dalam bank syariah
memiliki fungsi yang sedikit berbeda dengan bank konvensional. Bank syariah bukan
hanya berperan sebagai sebuah lembaga usaha, tapi juga berperan sebagai lembaga
sosial.7 Menurut Sofyan Harahap fungsi bank syariah yaitu manajer investasi,
investor, jasa keuangan, dan fungsi sosial:8
a. Manajer Investasi
Bank syariah bertindak sebagai manajer investasi dari pemilik dana dimana dana
yang dikumpulkan tersebut disalurkan pada pembiayaan produktif, sehingga dana
yang disalurkan tersebut memperoleh keuantungan yang dapat dibagihasilkan
antara pihak bank syariah dengan pemilik dana.
6
Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008, “Tentang Perbankan Syariah”,
diakses pada 30 Maret 2015 dari www.bi.go.id/id/perbankan/syariah/Documents/UU_21_08_Syariah
7
Rizal Yaya, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontenporer, (Jakarta:
Salemba Empat, 2013), h. 54.
8
Sofyan S. Harahap, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah: Edisi Revisi (Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti (LPFE – Usakti), 2004), h. 5–8.
16
b. Investor
Bank syariah menginvestasikan dana yang disimpan pada bank tersebut (dana
pemilik bank maupun dana rekening investasi) dengan jenis dan pola investasi
yang sesuai dengan syariah.
c. Jasa Keuangan
Bank syariah memberikan layanan kliring, transfer, inkaso, pembayaran gaji, dan
lain sebagainya, hanya saja yang sangat diperhatikan adalah prinsip-prinsip syariah
yang tidak boleh dilanggar.
d. Fungsi Sosial
Bank syariah memberikan pelayanan sosial melalui dana Qardh (pinjaman
kebajikan) atau Zakat dan dana sumbangan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. 9
Fungsi ini juga yang membedakan atara fungsi bank konvensional dengan fungsi
bank syariah.
2. Laporan Keuangan Perbankan Syariah
Menurut Kasmir, laporan keuangan secara sederhana adalah “laporan yang
menunjukkan kondisi keuangan perusahaan saat ini atau dalam suatu periode
tertentu”.10 Dalam pernyataan standar akuntansi (PSAK) No 101 laporan keuangan
yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan
perubahan ekuitas, laporan perubahan dana investasi terikat, laporan sumber dan
9
Sofyan S. Harahap, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah”,h., 7-8
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h. 7
10
17
penggunaan dana zakat, Infaq dan shadaqah (ZIS), laporan sumber dan penggunaan
dana qardhul hasan, dan catatan atas laporan keuangan11.
Tujuan utama dari laporan keuangan adalah menyediakan informasi menyangkut
posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas syariah yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Selain itu, tujuan lainnya yang diungkapkan oleh Sri Nurhayati dan Wasilah adalah
sebagai berikut:12
a. Meningkatkan kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah.
b. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah, serta informasi harta,
kewajiban, pendapatan, dan beban.
c. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas
syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada
tingkat keuntungan yang layak.
d. Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanaman
modal dan pemilik dana syirkah temporer serta informasi mengenai pemenuhan
kewajiban fungsi sosial entitas syariah, termasuk pengelolaan dan penyaluran
zakat, infak, sedekah dan wakaf.
11
Ikatan Akuntansi Indonesia, PSAK No 101 Standar Akuntansi Keuangan, (Jakarta: IAI,
2007), h. 101.3.
12
Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2009),
h. 93.
18
3. Pengguna Laporan Keuangan Bank Syariah
Suatu laporan keuangan bermanfaat apabila informasi yang disajikan dalam
laporan
keuangan
tersebut
dapat
dipahami,
relevan,
andal,
dan
dapat
diperbandingkan. Maka dari itu, laporan keuangan dibuat untuk memenuhi kebutuhan
informasi bagi setiap pengguna dari laporan keuangan tersebut sehingga pengguna
laporan keuangan tersebut dapat mengambil keputusan dalam investasi dan
pendanaan.13
Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan bank syariah yaitu:
Shahibul maal (pemilik dana), kreditur, pembayar zakat, infak dan shadaqah,
pemegang saham, otoritas pengawas syariah, pemerintah, lembaga penjamin
simpanan dan masyarakat.14
4. Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan adalah suatu proses penilaian terhadap kondisi
keuangan perusahaan yang dilakukan secara cermat dan tepat untuk membantu
mengetahui posisi keuangan perusahaan dan memberikan informasi tentang
kelemahan dan kekuatan perusahaan.15 Sofyan S. Harahap mendefinisikan analisis
laporan keuangan adalah “menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit
informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau
yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif
13
Rizal Yaya, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer h. 85-86
Ikatan Akuntansi Indonesia, Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia, h. 1.2
15
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), h. 66.
14
19
maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih
dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat”.16
Alat yang digunakan dalam analisis laporan keuangan yang biasa digunakan
adalah rasio-rasio keuangan seperti rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, aktivitas,
analisis laba kotor, break even point dan rasio lainnya.17 Teknik analisis laporan
keuangan ada dua jenis, yaitu teknik analisis horizontal dan teknik analisis vertikal.
Teknik analisis horizontal adalah teknik analisis dengan membandingkan laporan
keuangan untuk beberapa periode sehingga akan diketahui perkembangannya,
sedangkan teknik analisis vertikal adalah analisis laporan keuangan yang hanya
meliputi satu periode atau satu saat saja dengan membandingkan antara pos yang satu
dengan pos lainnya dalam laporan keuangan tersebut.18
B. Kebangkrutan (Bankruptcy)
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 tahun 2004 pasal 1 butir
1 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, kepailitan adalah
sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya
dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur
dalam undang-undang. Menurut Sentosa Sembiring bangkrut mengacu pada “hukum
kepailitan negara Anglo Saxon yang menyebutnya Bankruptcy yang berarti
16
Sofyan S. Harahap, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, h. 333.
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan,h.5.
18
Ibid., h. 64.
17
20
ketidakmampuan membayar utang”19. Kata Bankruptcy kemudian bila diterjemahkan
kedalam Bahasa Indonesia menjadi bangkrut.
Menurut Munawir secara garis besar penyebab kebangkrutan biasa dibagi menjadi
dua faktor, yaitu faktor internal perusahaan dan faktor eksternal, baik yang bersifat
khusus yang berkaitan langsung dengan perusahaan atau yang bersifat umum. 20
1. Faktor Internal adalah sebab-sebab yang timbul dari dalam perusahaan itu sendiri,
yang meliputi sebab finansial dan non finansial:21
a. Sebab yang meliputi bidang finansial, yaitu:
1) Utang yang terlalu besar, menimbulkan beban tetap yang berat bagi
perusahaan.
2) Adanya “current liabilities” yang lebih besar daripada “current assets”.
3) Banyaknya piutang yang tidak tertagih.
4) Kesalahan dalam kebijakan pemberian deviden.
5) Tidak cukupnya dana-dana penyusutan.
b. Sebab yang meliputi bidang non finansial, yaitu:
1) Adanya kesalahan pada para pendiri perusahaan.
2) Kurang baiknya struktur organisasi perusahaan.
3) Kesalahan dalam memilih pimpinan perusahaan.
4) Adanya “managerial incompetency”.
19
Sentosa Sembiring, Hukum Kepailitan dan Peraturan Perundang-undangan yang Terkait
dengan Kepailitan, (Bandung: Nuansa Aulia, 2006), h.11.
20
Munawir S., Analisis Informasi Keuangan, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2002), h. 289.
21
Ibid., h. 289.
21
2. Faktor eksternal adalah sebab-sebab yang timbul atau berasal dari luar perusahaan
dan yang berada di luar kekuasaan atau kontrol dari pimpinan perusahaan atau
badan usaha, contohnya:22
a. Adanya persaingan yang hebat.
b. Berkurangnya permintaan terhadap produk yang dihasilkan.
c. Turunnya harga-harga dan lain sebagainya.
Informasi mengenai kebangkrutan sangat bermanfaat bagi beberapa pihak yaitu:23
1) Pemberi pinjaman
Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa yang
akan diberi pinjaman dan kemudian bermanfaat untuk memonitor pinjaman yang
ada.
2) Investor
Mengembangkan model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-tanda
kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan
tersebut.
3) Pihak pemerintah
Pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan
lebih awal supaya tindakan-tindakan yang perlu bisa dilakukan lebih awal.
22
Ibid., h. 290.
Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan, (Yogyakarta: UPP STIM
YKPN, 2007), h. 261.
23
22
4) Akuntan
Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan usaha karena
akuntan akan menilai kemampuan going concern suatu perusahaan.
5) Manajemen
Informasi kebangkrutan digunakan untuk melakukan langkah-langkah preventif
sehingga biaya kebangkrutan dapat dihindari atau diminimalisasi.
C. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Berdasarkan Undang-Undang No.10 Tahun 1998 pasal 29 tentang Perbankan,
bank wajib memelihara tingkat kesehatannya sesuai dengan ketentuan kecukupan
modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan
aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan
usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.24 Selanjutnya menurut Peraturan Bank
Indonesia No 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum pasal
2 ayat 3 “bank wajib melakukan penilaian tingkat kesehatan dengan menggunakan
pendekatan resiko (Risk Based Bank Rating) baik secara individual maupun
konsolidasi”.25 Peraturan BI ini berlaku bagi seluruh bank umum, baik bank
konvensional ataupun bank syariah. Hal ini diperkuat dengan penerbitan Surat Edaran
Bank Indonesia No. 13/24/DPNP perihal Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
24
Undang-Undang Repeblik Indonesia No. 10 Tahun 1998, Tentang Perbankan, diakses pada
20 Oktober 2015 dari http://www.ojk.go.id/undang-undang-nomor-7-tahun-1992-tentangperbankan-sebagaimana-diubah-dengan-undang-undang-nomor-10-tahun-1998
25
Bank Indonesia, “PBI No. 13/1/PBI/2011 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum”, diakses tanggal 30 Maret 2015 diakses dari www.bi.go.id/id/peraturan/No.13_24
DPNP_2011.
23
yang juga mengatakan bahwa Bank diwajibkan untuk menilai tingkat kesehatannya
menggunakan metode pendekatan Resiko (Risk Based Bank Rating) atau yang
dikenal juga dengan metode RGEC.
Bank diwajibkan untuk melakukan penilaian sendiri (self assessment) Tingkat
kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan Risiko (Risk-based Bank
Rating/RBBR) baik secara individual maupun secara konsolidasi, dengan cakupan
penilaian meliputi faktor-faktor sebagai berikut: Profil Risiko (risk profile), Good
Corporate Governance (GCG), Rentabilitas (earnings); dan Permodalan (capital)
untuk menghasilkan Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank.26
Dalam perhitungan menggunakan model RGEC cakupan yang menjadi bahan
penilaian tingkat kesehatan bank adalah Profil Resiko (Risk Profile), Good Corporate
Governance, Rentabilitas (Earning), dan Modal (Capital).
a. Profil resiko (Risk Profile)
Penilaian profil resiko ini adalah “penilaian terhadap resiko inheren (melekat) dan
kualitas penerapan manajemen resiko dalam operasional bank yang dilakukan
terhadap delapan resiko”.27 Resiko-resiko yang dapat dikuantifikasi (ukur) tersebut
adalah resiko kredit, pasar, likuiditas, opersional, hukum, stratejik, kepatuhan, dan
reputasi. Penilaian terhadap resiko-resiko tersebut kemudian dimasukkan kedalam
matrik penilaian, matrik penilaian profil resiko diberi peringkat 1 sampai 5. Berikut
26
Bank Indonesia, “Surat Edaran BI No. 13/24/DPNP Perihal Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank Umum”, diakses tanggal 30 Maret 2015 dari www.ojk.go.id/surat-edaran-bank-indonesianomor-13-24-dpnp
27
Pernyataan dikutip dari Mahmudah, Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah (Studi
Komparasi CAMELS dan RGEC pada BSM, BMI, dan BRI Syariah), (Skripsi S1, Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 31, t.d.
24
merupakan tabel yang menggambarkan matrik penilaian profil resiko menurut SEBI
No.13/24/DPNP/2011:28
Tabel 2.1
Matrik Penilaian Profil Resiko
Resiko
Inheren
Kualitas Penerapan Manajemen Resiko
Strong
Satisfactory
Fair
Marginal
Unsatisfactory
Low
Low to
Moderate
Moderate
Moderate to
High
1
1
2
3
4
1
2
2
3
4
2
2
3
4
4
2
3
4
4
5
High
3
3
4
5
5
b. Good Coorporate Governance (GCG)
Pengertian good corporate governance (GCG) menurut PBI No.8/4/PBI/2006
adalah “suatu tata kelola Bank yang menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan
(transparancy), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility),
independensi (independency), dan kewajaran (fairness).”29 Bank dapat menilai GCG
dengan self assessment. Kegiatan self assessment dalam pelaksanaan GCG dapat
dilakukan sebagai evaluasi pelaksanaan prinsip-prinsip GCG. Hasil peringkat
28
Bank Indonesia, “Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/24/DPNP Perihal Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum”, diakses pada 30 Maret 2015 dari www.ojk.go.id/surat-edaran-bankindonesia-nomor-13-24-dpnp
29
Bank Indonesia, “PBI No. 8/4/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum”,
diakses pada 30 Maret 2015 dari www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/pbi_82406
25
penilaian GCG dengan penetapan klasifikasi peringkat komposit berdasarkan Surat
Edaran Bank Indonesia No.9/12/DPNP ditunjukkan pada tabel di bawah ini:30
Tabel.2.2
Peringkat Komposit Penilaian Faktor GCG
Faktor
GCG
< 1,5
1,5 ≤ Nilai
Komposit <
2,5
Sangat Baik
Baik
Nilai Komposit
2,5 ≤ Nilai
3,5 ≤ Nilai
Komposit <
Komposit <
3,5
4,5
Cukup Baik
Kurang Baik
4,5 ≤ Nilai
Komposit < 5
Tidak Baik
C. Rentabilitas (Earning)
Rentabilitas merupakan kemampuan bank dalam menghasilkan laba dari aktivitas
bisnis bank, selain itu aspek rentabilitas ini juga untuk mengukur tingkat efisiensi
usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan.31 Bank yang sehat
adalah bank yang nilai rentabilitasnya terus meningkat. Di bawah ini adalah tabel
yang menunjukkan penilaian terhadap peringkat rentabiliatas (earning) untuk sebuah
bank berdasarkan PBI No.13/1/PBI/2011.32
30
Bank Indonesia, “Surat Edaran BI No.9/12/DPNP Tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank
Umum”, diakases pada tanggal 30 Maret 2015 dari www.ojk.go.id/surat-edaran-bank-indonesianomor-9-12-dpnp
31
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, h.196.
32
Bank Indonesia, “PBI No. 13/1/PBI/2011 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum”, diakses pada tanggal 30 Maret 2015 dari www.bi.go.id/id/peraturan/No.13_24 DPNP_2011.
26
Tabel 2.3
Penilaian Untuk Peringkat Rentabilitas (Earning)
Peringkat
Faktor
Rentabilitas
(Earning)
1
Bank memiliki
efisiensi
operasi yang
sangat tinggi
dan stabil
sehingga
memiliki
potensi untuk
memperoleh
keuntungan
yang tinggi
2
3
Bank memiliki
efisiensi
operasi yang
cukup memadai
dan stabil
sehingga
memiliki
potensi untuk
memperoleh
keuntungan
yang memadai
Bank memiliki
efisiensi
operasi yang
tinggi dan
stabil sehingga
memiliki
potensi untuk
memperoleh
keuntungan
yang tinggi
4
Bank
memiliki
efisiensi
operasi yang
rendah dan
kurang stabil
sehingga
memiliki
potensi untuk
memperoleh
kerugian
5
Bank
memiliki
efisiensi
operasi yang
sangat
rendah
sehingga
memiliki
potensi
kerugian
yang tinggi
D. Permodalan (Capital)
Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 menjelaskan penetapan peringkat
penilaian
faktor
permodalan
bank
dilakukan
berdasarkan
analisis
secara
komprehensif terhadap parameter atau indikator permodalan dengan memperhatikan
signifikansi masing-masing parameter atau indikator serta mempertimbangkan
masalah lain yang mempengaruhi permodalan bank.33 Komponen penilaian
permodalan menurut PBI No.9/1/PBI/2007 diklasifikasikan menjadi rasio utama,
rasio penunjang dan rasio observed. Dari rasio-rasio tersebut rasio utama yang
dijadikan penilaian adalah nilai CAR atau kewajiban penyediaan modal minimum
(KPMM). Bank Indonesia lewat PBI No.15/12/PBI/2013 telah menetapkan bahwa
batas KPMM atau CAR yang wajib dimiliki oleh bank adalah minimal 8%.
33
Bank Indonesia, “PBI No. 13/1/PBI/2011
27
Berikut ini adalah kriteria penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan
permodalan bank syariah menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/Dpbs tahun
2007 adalah34
Tabel 2.4
Penilaiaian Modal (Capital)
Peringkat
Faktor
CAR
CAR ≥ 12%
Sangat
Memadai, bank
mempunyai
modal yang
sangat kuat
untuk menutup
resiko kerugian
dan penurunan
kualitas aktiva
9%≤ CAR <
12%
Bank
mempunyai
modal yang
memadai untuk
menutup resiko
kerugian dan
penurunan
kualitas aktiva
8% ≤ CAR <
9%
Bank
mempunyai
modal yang
cukup memadai
untuk menutup
resiko kerugian
dan penurunan
kualitas aktiva
6% < CAR <
8%
CAR ≤ 6%
Bank
mempunyai
modal yang
kurang
memadai untuk
menutup resiko
kerugian dan
penurunan
kualitas aktiva
Bank
mempunyai
modal yang
tidak
memadai
untuk
menutup
resiko
kerugian dan
penurunan
kualitas
aktiva
Penilaian tingkat kesehatan bank berdasarkan PBI No.13/1/PBI/2011 melalui
aspek kualitatif dan kuantitatif terhadap masing-masing faktor dan memberi penilaian
akhir berupa penilaian komposit berdasarkan analisis secara komprehensif dan
terstruktur dengan memperhatikan signifikansi masing-masing faktor.35 Berikut ini
merupakan
peringkat
komposit
penilaian
tingkat
kesehatan
bank
dengan
34
Bank Indonesia, “Surat Edaran BI No.9/24/Dpbs/2007 Perihal Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum Berdarakan Prinsip Syariah", diakses tanggal 30 Maret 2015 dari
www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/Pages/se_092407
35
Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011
28
mempertimbangkan penilaian dari seluruh aspek di dalam empat faktor yang ada pada
metode RGEC:
Tabel 2.5
Peringkat Komposit Penilaian Metode RGEC
Peringkat
Penjelasan
PK-1
Mencerminkan kondisi bank secara umum sangat sehat sehingga dinilai mampu
menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor
eksternal lainnya tercermin dari faktor-faktor peringkat penilaian, antara lain profil
resiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum sangat baik.
Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut tidak signifikan.
PK-2
Mencerminkan kondisi bank secara umum sehat sehingga dinilai mampu menghadapi
pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal
lainnya tercermin dari faktor-faktor peringkat penilaian, antara lain profil resiko,
penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum baik. Apabila terdapat
kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut kurang signifikan.
PK-3
Mencerminkan kondisi bank secara umum cukup sehat sehingga dinilai cukup mampu
menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor
eksternal lainnya tercermin dari faktor-faktor peringkat penilaian, antara lain profil
resiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum cukup baik.
Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut cukup signifikan
dan bila tidak diatasi dengan baik akan mengganggu kelangsungan usaha bank.
PK-4
Mencerminkan kondisi bank secara umum kurang sehat sehingga dinilai kurang mampu
menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor
eksternal lainnya tercermin dari faktor-faktor peringkat penilaian, antara lain profil
resiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum kurang baik.
Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut signifikan dan tidak
dapat diatasi dengan baik sehigga mengganggu kelangsungan usaha bank.
PK-5
Mencerminkan kondisi bank secara umum tidak sehat sehingga dinilai kurang mampu
menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor
eksternal lainnya tercermin dari faktor-faktor peringkat penilaian, antara lain profil
resiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum tidak baik.
Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut sangat signifikan,
sehingga untuk mengatasinya membutuhkan dukungan dana untuk memperkuat kondisi
keuangan.
29
D. Analisis Diskriminan
Menurut Agus Widarjono analisis diskriminan adalah “metode teknik dependen di
mana variabel dependennya bersifat non metrik”.36 Menurutnya analisis diskriminan
“…kombinasi linear dari dua atau lebih variabel independen yang akan membedakan
atau mendiskriminasikan dua objek atau lebih di dalam sebuah kelompok atau grup
…”37.
Model dasar analisis diskriminan mirip seperti regresi berganda, perbedaanya
terletak pada bila variabel dependen regresi berganda dilambangkan dengan Y, maka
analisis diskriminan dilambangkan dengan D.38 Perbedaan yang lebih mendasar
antara regresi berganda dengan analisis diskriminan adalah bila regresi berganda
variabel dependennya harus metrik (interval dan rasio), sedangkan dalam analisis
diskriminan variabel dependennya kategoris.39 Formula untuk analisis diskriman
dapat ditulis dalam bentuk fungsi diskrimanan sebagai berikut:40
D = b0 + b1 X1 + b2 X2 + B3 X3 + … + bk Xk
Di mana:
D = skor diskriminan
36
Agus Widarjono, Analisis Statistika Multivariat Terapan, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN,
2010),h. 167.
37
Ibid., h. 167
38
Bilson Simamora, Analisis Multivariat Pemasaran, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2005), h. 144.
39
Ibid., h. 144
40
Ibid., h. 144
30
b = koefisien diskriminan atau bobot
X = prediktor atau variabel independen
Bilson Simamora menjelaskan dalam fungsi diskriminan tersebut hal yang
diestimasi adalah “koefisien ‘b’, sehingga nilai ‘D’ setiap grup dapat berbeda. Ini
terjadi pada saat rasio jumlah kuadrat antar grup dengan rasio jumlah kuadrat dalam
grup mencapai nilai maksimum. Berdasarkan nilai D itulah keanggotaan objek
diprediksi”.41 Metode analisis diskriminan dikelompokkan ke dalam dua jenis yaitu
metode diskriminan dengan dua kategori (Two-Group Discriminant Analysis)dan
metode diskriminan dengan lebih dari dua kategori (Multiple Discriminant
Analysis)42.
E. Model Altman Z-Score
Altman menggunakan fungsi dari analisis diskriminan yang telah dijelaskan di atas
untuk
memprediksi
kebangkrutan
pada
suatu
perusahaan,
model
prediksi
kebangkrutan yang digunakan adalah MDA (Multiple Discriminant Analysis) atau
lebih dikenal dengan z-score. Analisis z-score ini dibuat untuk mengatasi
keterbatasan dari analisis rasio keuangan karena dilakukan secara terpisah.43
41
Ibid., h. 144
Agus Widarjono, Analisis Statistika Multivariat Terapan, h. 168.
43
Nur Hasanah, “Analisis Rasio Keuangan Model Altman Dan Model Springate sebagai Early
Warning System Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Bank Go Public”, (Skripsi S1 Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 18, t.d.
42
31
MDA (Multiple Discriminant Analysis) adalah sebuah bentuk analisis diskriminan
berganda atau dengan kata lain grup yang dimiliki sebagai variabel dependen bukan
lagi dua, melainkan tiga, empat atau lebih. Dalam membangun modelnya Altman
menggunakan rasio-rasio keuangan yang didasarkan pada popularitasnya dalam
literatur dan relevansi terhadap penelitian, rasio yang digunakan juga memiliki lima
kriteria yaitu rasio yang dapat mencerminkan likuiditas, profitabilitas, leverage,
solvency, dan rasio aktifitas.44
1. Model Altman Z-Score Original
Awalnya Altman menguji 22 rasio keuangan dari 33 perusahaan manufaktur yang
bangkrut dan 33 perusahaan yang tidak bangkrut pada tahun 1960 sampai 1965 dan
pada akhirnya didapatkan lima rasio keuangan yang dikombinasikan dan dinilai
paling berpengaruh untuk memprediksi potensi kebangkrutan perusahaan”.45 Formula
MDA pertama yang ditemukan oleh Altman ditulis sebagai berikut:46
Z = 1,2X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,6X4 + 1,0X5
Z = 0,012X1 + 0,014X2 + 0,033X3 + 0,006X4 + 0,999X5
44
Kosasih, “Analisis Tingkat Kebangkrutan Model Altman dan Foster Pada Perusahaan Textile
Dan Garment Go Public di BEI Periode 2007-2009, (Skripsi S1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 54, t.d.
45
Mutiara Wahyuni, “Analisis Rasio Keuangan Terhadap Metode Altman Z-Score, Zmijewski
Dan Springate Dalam Memprediksi Kebangkrutan Pada Sektor-Sektor Yang Terdaftar di BEI Perode
2009-2012”, (Skripsi S1, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2014), h. 28, t.d.
46
Edward I. Altman, “Financial Ratios, Discriminant Analysis And The Prediction Of Corporate
Bankruptcy”, The Journal of Finance, Vol 23 no. 4, (September 1968): h. 594.
32
Di mana:
X1 = net working capital to total assets
X3 = earning before interest to total assets
X2 = retained earning to total assets
X4 = market value of equity to total assets
X5 = sales to total assets
Z = overall index
Nilai Z yang merupakan indeks keseluruhan fungsi multiple discriminant analysis.
Dibagi kedalam tiga kategori keadaan, yaitu:
a. Nilai Z < 1,81 maka tergolong perusahaan yang bangkrut.
b. Nilai 1,81 < Z < 2,99 maka perusahaan masuk dalam grey area atau perusahaan
tidak dapat dikatakan bangkrut tapi juga tidak dapat dikatakan sehat.
c. Nilai Z > 2,99 maka perusahaan dikategorikan dalam keadaan tidak bangkrut.
2. Model Altman Z-Score Revisi
Tahun 1984 Altman melakukan pengembangan model diskriminan alternatif zscore yang sebelumnya. Pada penelitian kali ini Altman melakukan penyesuaian agar
model prediksi kebangkrutan ini dapat dipakai untuk perusahaan yang tidak
mempunyai nilai pasar ekuitas atau perusahaan non publik.47 Perubahan atau revisi
dilakukan pada variabel X4 dimana variabel sebelumnya merupakan nilai pasar
ekuitas terhadap total kewajiban (market value of equity to book value of total debt)
menjadi nilai buku ekuitas terhadap total kewajiban (book value of equity to book
47
ST.Ibrah Musfa Kamal, “Analisis Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Go
Public di Bursa Efek Indonesia (dengan menggunakan model altman z-score)”, (Skripsi S1, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin, 2012), h. 30, t.d
33
value of total debt).48 Hasil revisi dari model z-score awal ini tidak hanya pada
variabel rasio X4 saja tetapi juga pada nilai koefisien pada setiap variabel. Nilai Z
untuk model ini juga berbeda dari nilai Z pada model sebelumnya. Bentuk formula
MDA atau z-score hasil pengembangan Altman adalah49
Z = 0,717X1 + 0,847X2 + 3,107X3 + 0,420X4 + 0,998X5
Z = 0,012X1 + 0,014X2 + 0,033X3 + 0,006X4 + 0,999X5
Kriteria nilai Z pada model ini lebih rendah dari nilai sebelumnya yaitu:
a. Nilai Z < 1,23 maka termasuk perusahaan yang bangkrut.
b. Nilai 1,23 < Z < 2,90 maka perusahaan masuk dalam grey area,karena perusahaan
tersebut tidak dapat dikatakan bangkrut tapi juga tidak dapat dikatakan sehat.
c. Nilai Z > 2,90 maka perusahaan tersebut dikategorikan dalam keadaan sehat dan
memiliki kemungkinan bangkrut yang rendah.
3. Model Altman Z-Score Modifikasi
Altman terus mengembangkan model analisis diskriminan alternatifnya, agar
model prediksi kebangkrutannya dapat digunakan untuk semua jenis perusahaan,
seperti perusahaan manufaktur, non manufaktur dan perusahaan penerbit obligasi di
negara berkembang.50 Dalam z-score modifikasi ini Altman mengeliminasi variabel
48
Ibid., h. 30.
Edward I. Altman, “Predicting Financial Distress of Companies: Revisiting The Z-Score and
ZETA® Models”, The Journal of Finance,(Juli 2000): h. 20.
49
34
X5 (sales/total assets) karena rasio ini sangat bervariatif pada industri dengan ukuran
aset yang berbeda-beda. Maka, formula persamaan z-score yang telah di modifikasi
oleh Altman dkk menunjukkan fungsi diskriminan sebagai berikut:51
Z = 6,56X1 + 3,26X2 + 6,72X3 + 1,05X4
Z = 0,012X1 + 0,014X2 + 0,033X3 + 0,006X4 + 0,999X5
Di mana:
X1 = net working capital to total assets
X2 = retained earning to total assets
X3 = earning before interest and tax tototal assets
X4 = book value of equity to book value of debt
Z = overall index
Klasifikasi perusahaan yang bangkrut, grey area dan tidak bangkrut didasarkan
pada nilai z-score modifikasi adalah:
a. Nilai Z < 1,23 dikategorikan perusahaan yang bangkrut.
b. Nilai 1,23 < Z < 2,90 dikategorikan dalam grey area, perusahaan tersebut tidak
dapat dikatakan bangkrut tapi juga tidak dapat dikatakan sehat.
c. Nilai Z > 2,90 dikategorikan perusahaan yang tidak bangkrut.
50
Ayu Suci Ramadhani dan Niki Lukviarman, “Perbandingan Analisis Prediksi Kebangkrutan
Menggunakan Model Altman Pertama, Altman Revisi dan Altman Modifikasi Dengan Ukuran Dan
Umur Perusahaan Sebagai variable Penjelas (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEI)”, Jurnal Siasat Bisnis Vol.13, no.1, (2009), h.18.
51
Ibid, h. 22.
35
B. Penelitian Terdahulu
Sejumlah studi telah banyak dilakukan untuk mengetahui kondisi keuangan suatu
bank dengan menggunakan analisis rasio keuangan dalam memprediksi potensi
kebangkrutan usaha, salah satu model yang digunakan untuk memprediksi potensi
kebangkrutan usaha adalah multiple discriminant analysis (MDA) atau disebut juga
model z-score. Studi yang membahas tentang model analisis diskriminan alternatif ini
antara lain dilakukan oleh:
Altman pada tahun 1968 melakukan penelitian untuk memprediksi kebangkrutan
66 perusahaan manufaktur, Altaman menguji 22 rasio keuangan dengan model
Multiple Discriminant Analysis (MDA).52 Akhirnya diperoleh lima rasio keuangan
yang paling berkontribusi pada model prediksi ini yaitu net working capital to total
assets, retained earning to total assets, EBIT to total assets, market value equity to
total Liabilities, dan sales to total assets. Dalam penelitiannya, Altman menerapkan
bahwa ambang batas perusahaan yang sehat adalah apabila nilai Z berada antara 2.99
dan 1.81, artinya jika Z-sore perusahaan di atas 2.99 maka perusahaan dinyatakan
sehat dan jika berada di bawah 1.81 maka perusahaan potensial bangkrut. Hasil studi
Altman hanya mampu memperoleh ketepatan prediksi sebesar 95% untuk data satu
tahun sebelum kebangkrutan, 72% untuk dua tahun sebelum kebangkrutan, 48%
untuk tiga tahun sebelum kebangkrutan, 29% untuk empat tahun sebelum
kebangkrutan dan 26% untuk lima tahun sebelum kebangkrutan
52
Edward I. Altman, “Financial Ratios, Discriminant Analysis And The Prediction of Corporate
Bankruptcy”, The Journal Of Finance, Vol 23, no. 4: (September 1968).
36
Endri tahun 2008 melakukan penelitian untuk memprediksi kebangkrutan pada
tiga bank syariah di Indonesia yaitu, Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah
Mandiri dan Bank Syariah Mega Indonesia.53 Periode penelitian dari tahun 20052007, dengan menggunakan model analisis Altman z-score. Hasil dari penelitian
tersebut menunjukkan semua bank syariah yang diteliti menghasilkan nilai Z-score
yang ≤ 1,81 sehingga dapat dikatakan akan mengalami kemungkinan kebangkrutan.
Hal ini disebabkan nilai variabel X1 (net working capital to total assets) dari ketiga
bank syariah bernilai negatif.
Agustin dan Iman tahun 2010 melakukan penelitian prediksi kebangkrutan
terhadap Bank Century menggunakan model analisis Altman z-score dan CAMEL
untuk periode 2000-2008.54 Hasil penelitian dengan menggunakan model analisis zscore menunjukkan bahwa Bank Century dari tahun 2000-2008 dinyatakan dalam
kategori bangkrut, ini karena nilai z-score yang dihasilkan di bawah 1.81. Sedangkan
hasil penelitian menggunakan metode CAMEL yang diwakili oleh rasio CAR, NIM,
BOPO, ROA, dan ROE menghasilkan nilai yang dikategorikan kurang sehat, hanya
rasio LDR yang dikategorikan dalam keadaan yang cukup sehat.
Nurhasanah tahun 2010 melakukan penelitian menggunakan model analisis
Altman dan Springate untuk memprediksi kondisi bermasalah pada bank yang telah
53
Endri. “Prediksi Kebangkrutan Bank Untuk Menghadapi dan Mengelola Perubahan
Lingkungan Bisnis: Analisis Model Altman Z-Score”. Perbanas Quarterly Review, Vol.2, (2008).
54
Agustin Andria Rosa dan Iman Murtono Soenhadji. “Analysis of Altman Z (Zeta)-Score
Method To Predict Bankruptcy of Century Bank”. Jurnal Program Pasca Sarjana, (2010).
37
go pubic.55 Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa model analisis Altman dan
Springate mempunyai tingkat akurasi atau ketepatan yang sama dalam memprediksi
kondisi bermasalah bank sebesar 94,8%. Bila dalam model Altman variabel yang
mempunyai discriminating power adalah net working capital to total asset dan
market value of equity to book value of debt, untuk model Springate adalah variabel
net working capital to total asset.
Nadratuzzaman dan Shofaun Nada tahun 2013 melakukan penelitian untuk
mengukur tingkat kesehatan dan gejala financial distress bank umum syariah di
Indonesia.56 Penelitian menggunakan tiga bank umum syariah sebagai objek
penelitian, yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Syariah
Mega Indonesia dengan tahun data penelitian yaitu 2007-2010. Penelitian ini
menggunakan model analisis Altman z-score revisi dan CAMEL. Hasil penelitian
menunjukkan ketiga bank umum syariah menggunakan model z-score berada pada
kategori bangkrut ini karena nilai z-score dari bank syariah tersebut dibawah 1.81 dan
ketika menggunakan metode CAMEL yang diwakili oleh rasio KPMM, ECR, KAP,
NPF, NOM, ROA, ROE, REO, STM dan STMP menunjukkan bahwa dari rasio-rasio
tersebut bank umum syariah berada pada kategori yang sehat.
55
Nurhasanah. “Analisis Rasio Keuangan Model Altman dan Model Springate Sebagai Early
Warning System Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Bank Go Public”. (Skripsi S1 Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010).
56
Muhamad Nadratuzzaman Hosen dan Shofaun Nada. “Pengukuran Tingkat Kesehatan dan
Gejala Financial Distress Bank Umum Syariah”. Jurnal Economia, Vol. 9, no. 2, (Oktober 2013).
38
Tabel 2.6
Penelitian Terdahulu
Tahun
1968
2008
2010
2010
Nama Peneliti
Altman
Judul Penelitian
Financial Ratio,
Discriminant
Analysis and The
Predictionof
Corporate
Bankruptcy
Endri
Prediksi
Kebangkrutan Bank
Untuk Menghadapi
dan Mengelola
Peerubahan
Lingkungan Bisnis:
Analisis Model
Altman Z-Score
Agustin dan
Iman
Analysis of Altman Z
(Zeta)-Score Method
To Predict
Bankruptcy of
Century Bank
Nurhasanah
Analisis Rasio
Keuangan Model
Altman dan Model
Springate Sebagai
Early Warning
System Terhadap
Prediksi Kondisi
Bermasalah Pada
Bank Go Public
Perbedaan Dengan Penulis
Altman menggunakan perusahaan manufaktur dalam
penelitiannya dan menggunakan model z-score original
sebagai model analisisnya. Sedangkan dalam penelitian
ini penulis menggunakan perusahaan bank umum syariah
untuk mengetahui prediksi potensi kebangkrutan.
Penelitian Endri menggunakan tiga bank umum syariah
yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri
dan Bank Syariah Mega Indonesia Periode 2005-2007,
Model analisis yang digunakan model z-score revisi.
Sedangkan penulis menggunakan seluruh bank umum
syariah yang telah berdiri selama periode 2010-2014 dan
model analisis yang digunakan model z-score modifikasi.
Penelitian Agustin dan Iman hanya pada bank Century
dengan model analisis yang digunakan model analisis zscore revisi. Sedangkan dalam penelitian ini yang diteliti
bank umum syariah dengan menggunakan model analisis
z-score modifikasi.
Penelitian Nurhasanah menggunakan bank konvensional
yang bermasalah dan tidak bermasalah dengan
menggunakan model analisis z-score revisi dan Springate.
Sedangkan dalam penelitian ini yang diteliti adalah
seluruh bank umum syariah dan model analisis yang
digunakan hanya Altman z-score modifikasi.
Penelitian
Nadratuzzaman
dan
Shofaun
Nada
menggunakan tiga bank umum syariah yaitu Bank
Pengukuran Tingkat
Muhamad
Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank
Kesehatan dan
Nadratuzzaman
Syariah Mega Indonesia Periode 2007-2010, Model
2012
Gejala Financial
dan Shofaun
analisis yang digunakan model z-score revisi. Sedangkan
Distress Bank Umum
Nada
penulis menggunakan seluruh bank umum syariah yang
Syariah
telah berdiri selama periode 2010-2014 dan model analisis
yang digunakan model z-score modifikasi.
Sumber: diolah dari berbagai hasil penelitian
39
C. Kerangka Berpikir
Setiap perusahaan pasti akan memiliki resiko kebangkrutan yang selalu melekat
pada setiap jenis usaha yang dilakukan, begitupun dengan perusahaan perbankan
syariah. Meskipun perusahaan perbankan syariah selama ini belum pernah mengalami
masalah keuangan yang menyebabkan kebangkrutan atau dilikuidasinya bank syariah,
tetap saja bank syariah harus waspada dan melakukan berbagai tindakan pencegahan
sejak dini agar potensi dari kebangkrutan tersebut dapat terus dicegah.
Salah satu caranya adalah melakukan penilaian terhadap tingkat kesehatan bank
umum syariah, kemudian melakukan analisis potensi kebangkrutan untuk menilai
bagaimana perusahaan mereka pada masa sekarang dan bagaimana perusahaan
mereka nantinya. Untuk itu maka digunakanlah model analisis penilaian terhadap
tingkat kesehatan bank dengan metode RGEC dan model pendekatan analisis
diskriminan yang dikembangkan oleh Altman yaitu multiple discriminant analysis
(MDA) atau dikenal dengan nama z-score. Hasil dari menggunakan kedua model
analisis ini dijadikan suatu alat atau bahan untuk manajemen perusahaan perbankan
agar dapat lebih awal mengetahui bagaimana keadaaan keuangan mereka.
Berdasarkan pada kajian teori, hasil penelitian terdahulu mengenai prediksi
kebangkrutan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat digambarkan
dengan kerangka pemikiran sebagai berikut:
40
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
Bank Umum Syariah
Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah
Laporan Keuangan
Rasio Keuangan Metode RGEC
Rasio Keuangan Model Altman Z-Score
Modifikasi
1. Risk Profile :
a. Non Performing Financing (NPF)
b. Liquidity Risk (LR)
2. Earning
:
a. Net Core Operation Margin
(NCOM)
b. Return on Assets (ROA)
3. Capital
:
a. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Z = 6.65X1 + 3.26X2 + 6.72X3 + 1.05X4
1. Net Working Capital to Total Assets
2. Retained Earning to Total Assets
3. Earning Before Interest and Tax to Total
Assets
4. Book Value of Equity to Book Value of
Debt
Prediksi
Hasil
Evaluasi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lingkup Penelitian
Bank umum syariah (BUS) di Indonesia yang terdaftar dalam Bank Indonesia dan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2010 sampai akhir 2014 berjumlah 12
BUS. Daftar dari perusahaan bank umum syariah (BUS) di Indonesia dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 3.1
Daftar Bank Umum Syariah
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Bank Umum Syariah
Bank Muamalat Indonesia
Bank Victoria Syariah
BRI Syariah
B.P.D Jawa Barat Banten Syariah
BNI Syariah
Bank Syariah Mega Indonesia
Bank Panin Syariah
Bank Syariah Bukopin
Bank Syariah Mandiri
BCA Syariah
Maybank Syariah
BTPN Syariah
Kode Bank
Umum
Syariah
BMI
BVS
BRIS
BJBS
BNIS
BMS
BPS
BSB
BSM
BCAS
MBS
BTPNS
Tahun Berdiri
Bank Umum
Syariah
November 1991
April 2010
November 2008
Januari 2010
April 2000
Juli 2004
Desember 2009
Oktober 2008
November 1999
April 2010
Oktober 2010
Mei 2014
Dari 12 bank umum syariah di atas, penulis akan menggunakan 10 bank umum
syariah saja sebagai sampel penelitian. Pemilihan 10 bank umum syariah ini
didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:
41
42
1. Bank syariah yang dipilih adalah bank yang sudah berdiri menjadi bank umum
syariah sejak tahun 2010-2014.
2. Bank umum syariah mempunyai kelengkapan data laporan keuangan yang telah di
audit dan dipublikasikan dari tahun 2010-2014.
3. Bank umum syariah juga harus mempunyai kelengkapan laporan good corporate
governance (GCG) untuk tahun 2010-2014.
Maka dari pertimbangan tersebut ada dua bank umum syariah yang tidak masuk
untuk dijadikan sampel penelitian, yaitu Maybank Syariah dan BTPN Syariah.
B. Jenis Penelitian Dan Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan objek penelitian adalah kondisi
keuangan bank umum syariah di Indonesia tahun 2010-2014. Data yang digunakan
adalah data sekunder berupa laporan keuangan bank umum syariah dan laporan GCG
bank umum syariah tahun 2010-2014. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan studi dokumentasi, yaitu dengan cara mengumpulkan dan mengkaji
data-data laporan keuangan bank umum syariah melalui hasil pencarian dari internet.
C. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan dua model analisis, yaitu metode RGEC dan model
analisis Altman z-score modifikasi. Dalam mengolah data tersebut penulis
menggunakan alat bantu berupa perangkat komputer Ms. Excel.
43
D. Operasional Variabel Penelitian
Maka akan dijelaskan variabel yang digunakan dalam penelitian menurut masingmasing model analisis, yaitu:
1. Metode RGEC, dalam penilaian tingkat kesehatan bank menggunakan model
analisis ini variabel-variabel yang akan dihitung yaitu:
a. Risk Profile (profil resiko) untuk resiko inheren penilaiannya digambarkan
melalui rasio NPF dan Liquidity Risk. Sedangkan untuk kualitas manajemen
resikonya berdasarkan data yang ada dalam laporan tahunan dan GCG masingmasing bank umum syariah.
1) NPF (Non Performing Finance) adalah rasio yang didapat dengan cara
membandingkan pembiayaan bermasalah dengan total pembiayaan yang
disalurkan. Semakin kecil nilai dari rasio ini menunjukkan indikasi bank
umum syariah akan mendapat laba yang tinggi, karena pembiayaan yang
disalurkan tidak ada yang macet. Rumus NPF adalah
NPF = Pembiayaan Bermasalah
Total Pembiayaan
44
Kriteria penilaian atas rasio NPF menurut Surat Edaran Bank Indonesia
No. 9/24/Dbps Tahun 2007 adalah:1
Tabel 3.2
Kriteria Nilai NPF
Peringkat
1
2
3
4
5
Kreteria Penilaian
NPF < 2 %
2 % ≤ NPF < 5 %
5 % ≤ NPF < 8 %
8 % ≤ NPF < 12 %
NPF ≥ 12 %
Predikat
Sangat Sehat
Sehat
Cukup Sehat
Kurang Sehat
Tidak Sehat
2) LR (Liquidity Risk) adalah rasio perbandingan antara asset lancar dikurang
dengan kewajiban lancar terhadap total dana pihak ketiga (DPK). Semakin
tinggi rasio ini menunjukkan kemampuan likuiditas bank umum syariah
yang sangat baik. Rumus Liquidity Risk Ratio adalah:
LR = Aktiva Lancar – Kewajiban Lancar
Total DPK
1
Surat Edaran BI No.9/24/Dpbs/2007 Perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum
Berdarakan
Prinsip
Syariah",
diakses
tanggal
30
Maret
2015
dari
www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/Pages/se_092407
45
Kriteria penilaian atas rasio LR menurut Surat Edaran Bank Indonesia
yaitu:
Tabel 3.3
Kriteria Nilai LR
Peringkat
1
2
3
4
5
Kreteria Penilaian
LR > 20 %
15 % < LR ≤ 20 %
5 % < LR ≤ 15 %
0 % < LR ≤ 5 %
LR ≤ 0 %
Predikat
Sangat Sehat
Sehat
Cukup Sehat
Kurang Sehat
Tidak Sehat
b. Good Corporate Governance (GCG) untuk faktor ini akan dinilai berdasarkan
nilai komposit (NK) dari hasil self assessment yang dilakukan oleh bank umum
syariah. Hasil tersebut kemudian dipublikasikan melalui laporan GCG masingmasing bank umum syariah. Kriteria penilaian untuk faktor ini berdasarkan
Surat Edaran Bank Indonesia No.9/12/DPNP yaitu:2
Tabel 3.4
Kriteria Nilai GCG
Peringkat
1
2
3
4
5
2
Kreteria Penilaian
NK < 2
1,5 ≤ NK < 2, 5
2,5 ≤ NK < 3,5
3,5 ≤ NK < 4,5
4,5 ≤ NK < 5
Predikat
Sangat Baik
Baik
Kurang Baik
Cukup Baik
Tidak Baik
Surat Edaran BI No.9/12/DPNP Tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum”, diakases pada
tanggal 30 Maret 2015 dari www.ojk.go.id/surat-edaran-bank-indonesia-nomor-9-12-dpnp
46
b. Earning (Rentabilitas) untuk mencerminkan hasil penilaian rentabilitas
(earning) bank umum syariah, maka peneliti menggunakan rasio Return On
Asset (ROA) dan Net Core Operation Margin (NCOM).
1) Return On Asset (ROA) adalah rasio perbandingan antara pendapatan
tahun berjalan terhadap total aktiva. Semakin tinggi nilai rasio ini
menunjukkan pendapatan bank syariah yang meningkat karena pengelolaan
asset yang baik.. Rumus rasio ROA ini adalah:
ROA = Pendapatan Tahun Berjalan
Total Aktiva
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tahun 2004
diperoleh standar untuk nilai rasio ROA yaitu:
Tabel 3.5
Kriteria Nilai ROA
Peringkat
1
2
3
4
5
Kreteria Penilaian
ROA > 1,5 %
1,25 % < ROA ≤ 1,5 %
0,5 % < ROA ≤ 1,25 %
0 % < ROA ≤ 0,5 %
ROA ≤ 0,5%
Predikat
Sangat Sehat
Sehat
Cukup Sehat
Kurang Sehat
Tidak Sehat
47
2) Net Core Operation Margin (NCOM) adalah rasio perbandingan antara
pendapatan penyaluran dana terhadap akiva produktif. Semakin tinggi nilai
rasio ini menunjukkan pendapatan yang diterima bank dari kegiatan
penyaluran dana semakin banyak. Rumus rasio NCOM adalah:
NCOM = Pendapatan Penyaluran Dana
Aktiva Produktif
Kriteria penilaian terhadap rasio NCOM ini berdasarkan Surat Edaran
Bank Indonesia yaitu:
Tabel 3.6
Kriteria Nilai NCOM
Peringkat
1
2
3
4
5
Kreteria Penilaian
NCOM > 3 %
2 % < NCOM ≤ 3 %
1,5 % < NCOM ≤ 2 %
1 % < NCOM ≤ 1,,5 %
ROA ≤ 1 %
Predikat
Sangat Sehat
Sehat
Cukup Sehat
Kurang Sehat
Tidak Sehat
c. Capital (Modal), untuk menggambarkan keadaan dari modal ini, maka peneliti
menggunakan Current Asset Ratio (CAR) dalam perhitungannya. CAR adalah
rasio perbandingan antara total modal terhadap aktiva tertimbang menurut
resiko (ATMR). Rumus rasio CAR adalah:
CAR = Total Modal
ATMR
48
Kriteria penilaian tingkat kesehatan bank umum syariah berdasarkan nilai
CAR menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/24/Dbps tahun 2007 yaitu:
Tabel 3.7
Kriteria Nilai CAR
Peringkat
1
2
3
4
5
Kreteria Penilaian
CAR ≥ 12 %
9 % < CAR ≤ 12 %
8 % < CAR ≤ 9 %
6% < CAR ≤ 8 %
CAR ≤ 8 %
Predikat
Sangat Sehat
Sehat
Cukup Sehat
Kurang Sehat
Tidak Sehat
2. Model analisis Altman z-score modifikasi, dalam model analisis ini ada empat
rasio yang digunakan untuk mendapatkan nilai z-score yang dibutuhkan dalam
mengkategorikan keadaan bank umum syariah. Rasio tersebut adalah:
a. X1 = Net Working Capital to Total Assets
Rasio ini dihitung dengan membagi modal kerja bersih dengan total
aktiva. Modal kerja bersih (Net working Capital) diperoleh dengan cara
aktiva lancar dikurangi dengan kewajiban lancar. Modal kerja bersih negatif
kemungkinan besar akan menghadapi masalah dalam menutupi kewajiban
jangka pendeknya karena tidak tersedianya aktiva lancar yang cukup untuk
memenuhi kewajiban tersebut.3
3
Kasmir, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2014), h. 132
49
Net working Capital to Total Assets = Aktiva Lancar – Kewajiban Lancar
Total Aktiva
b. X2 = Retained Earning to Total Assets
Rasio ini merupakan rasio yang mengukur leverage perusahaan karena
dari nilai rasio ini dapat pula diketahui proporsi assets dari perusahaan yang
dibiayai dengan menggunakan laba yang dihasilkannya sendiri tanpa
menggunakan hutang.4 Dapat diartikan pula bahwa rasio ini merupakan
ukuran kumulatif keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Rasio ini juga
memberikan informasi mengenai umur perusahaan, karena semakin lama
perusahaan beroperasi memungkinkan untuk memperlancar akumulasi laba
ditahan.
Retained Earning to Total Assets = Laba ditahan
Total Aktiva
4
Ibid., h. 197
50
c. X3 = Earning Before Interest and Taxes (EBIT) to Total Assets
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
dari aktiva perusahaan sebelum pembayaran bunga dan pajak5.
Namun
dalam penelitian ini, hal yang menjadi objek penelitian adalah kondisi
keuangan bank umum syariah atau bank yang telah menjalankan kegiatan
usahanya serta operasionalnya dengan prinsip syariah. Sehingga tidak ada
akun yang bernama EBIT ini dalam laporan keuangannya, karena dalam
bank syariah tidak dikenal dengan sistem bunga, oleh karena itu akun ini
dalam laporan keuangan bank umum syariah dikenal dengan nama “Laba
sebelum pajak penghasilan”.
EBIT to Total Assets = Earning Before Interest and Taxes
Total Aktiva
Dalam bank umum syariah persamaan di atas menjadi:
EBT to Total Assets = Laba sebelum pajak penghasilan
Total Aktiva
5
Ibid., h. 198
51
d. X4 = Market Value of Equity to Book Value of Total Debt
Rasio ini digunakan untuk menilai solvabilitas perusahaan, yaitu
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjang atau
mengukur kemampuan permodalan perusahaan dalam menanggung seluruh
kewajibannya 6. Namun, dalam penelitian ini karena bank umum syariah
belum go public maka market value of equity dirubah menjadi book value of
equity.
Book Value of Equiity to Book Value of Total Debt = Nilai buku ekuitas
Total Kewajiban
Variabel-variabel di atas kemudian dimasukkan ke dalam formula diskriminan
alternatif yang dikembangkan oleh Altman dan telah dimodifikasi, maka fungsi
model Altman z-score modifikasi tersebut adalah:
Z = 6,56X1 + 3,26X2 + 6,72X3 + 1,05X4
Di mana:
X1 = net working capital to total assets
X2 = retained earning to total assets
6
Ibid., h. 173
52
X3 = earning before tax to total assets
X4 = Book Value of Equity To Book Value of Total Debt
Z = Overall Index
Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan pada nilai z-score
model Altman modifikasi yaitu:
a. Nilai Z < 1,23 dikategorikan perusahaan yang bangkrut.
b. Nilai 1,23 < Z < 2,9 dikategorikan grey area, karena perusahaan tidak dapat
dikatakan bangkrut tapi juga tidak dapat dikatakan sehat.
c. Nilai Z > 2,9 dikategorikan perusahaan yang tidak bangkrut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah
Penilaian tingkat kesehatan pada bank umum syariah penting untuk dilakukan.
Penting karena dari penilaian tingkat kesehatan bank maka akan diketahui bagaimana
hasil dari kinerja bank umum syariah tersebut dalam kegiatan usahanya. Metode yang
digunakan dalam menilai tingkat kesehatan bank umum syariah adalah metode
RGEC. Berdasarkan penjelasan singkat tersebut, rasio-rasio yang digunakan untuk
mewakili metode RGEC dalam menilai tingkat kesehatan bank umum syariah adalah:
1. Risk Profile (profil resiko) untuk resiko inheren penilaiannya digambarkan melalui
rasio NPF dan Liquidity Risk. Sedangkan untuk kualitas manajemen resikonya
berdasarkan data yang ada dalam laporan tahunan dan GCG masing-masing bank
umum syariah.
a. Non Performing Financing (NPF)
53
54
Tabel 4.1
Hasil NPF BUS Tahun 2010-2014
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Tahun
Bank Umum
Syariah
BMI
BVS
BRIS
BJBS
BNIS
BMS
BPS
BSB
BSM
BCAS
2010
4,32
0,00
3,19
1,80
3,59
3,52
0,00
3,80
3,52
1,20
2011
2,60
2,43
2,77
1,36
3,62
3,03
0,88
1,74
2,42
0,15
(dalam %)
2012
2,09
3,19
3,00
3,97
3,02
2,67
0,20
4,57
2,82
0,10
2013
1,35
3,71
4,06
1,86
1,86
2,98
1,20
4,27
4,32
0,10
2014
6,43
7,10
4,60
5,84
1,86
3,89
0,53
4,07
6,84
0,12
Sumber: data diolah
Data yang disajikan pada tabel di atas menunjukkan tahun 2010 rasio NPF
tertinggi ada pada Bank Muamalat Indonesia dengan nilai 4.32%. Artinya dari total
pembiayaan yang disalurkan oleh Bank Muamalat Indonesia sebesar 4.32% adalah
pembiayaan bermasalah. Rasio NPF terendah ada pada Bank Victoria Syariah dan
Bank Panin Syariah dengan nilai 0.00%. Nilai ini dikarenakan kedua bank baru
berdiri sehingga penyaluran pembiayaan yang dilakukan belum terlalu banyak, hal ini
mengakibatkan jumlah pembiayaan yang bermasalah pada bank tersebut di tahun
2010 belum ada.
Tahun 2011-2013 nilai rasio NPF berfluktuasi pada setiap BUS dan nilai rasio ini
tetap berada di bawah 8%. Peningkatan nilai rasio NPF terjadi tahun 2014 dari 10
bank umum syariah 7 diantaranya mengalami peningkatan dari tahun 2013. Hanya
BNI syariah yang pada tahun 2014 mempunyai nilai NPF sama seperti tahun
55
sebelumnya, sedangkan Bank Panin Syariah dan Bank Syariah Bukopin nilai rasionya
mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Semakin rendah nilai rasio ini
memberikan indikasi bahwa bank umum syariah semakin baik meminimalkan resiko
gagal bayar dan berakibat pula meningkatkan laba bank tersebut.
b. Liquidity Risk (LR)
Tabel 4.2
Hasil Liqudity Risk BUS Tahun 2010-2014
Tahun
Bank Umum
Syariah
No
2010
9,40
15,91
10,48
11,32
19,52
12,64
42,98
2011
21,53
55,16
9,87
38,37
23,00
4,36
52,23
(dalam %)
2012
8,37
33,41
16,16
28,21
0,89
1,30
26,56
2013
3,61
19,68
15,24
17,62
2,92
10,60
41,07
2014
12,26
10,65
31,47
21,55
5,70
10,60
16,87
1
2
3
4
5
6
7
BMI
BVS
BRIS
BJBS
BNIS
BMS
BPS
8
BSB
19,90
20,79
19,51
14,69
23,20
BSM
BCAS
10,48
18,41
7,05
20,89
0,96
18,00
3,90
19,96
13,65
25,97
9
10
Sumber: data diolah
Hasil perhitungan di atas menunjukkan rasio likuiditas yang dimiliki bank umum
syariah tahun 2010 dapat dikatakan cukup baik karena semua nilai rasio BUS di atas
5%. Tahun 2011 juga dapat dikatakan bahwa kondisi likuiditas bank umum syariah
cukup baik. Hanya Bank Syariah Mega yang rasio likuiditasnya di bawah 5%
sehingga dikatakan kurang baik. Tahun 2012 ada tiga bank yang rasio likuiditasnya
kurang dari 5% yaitu BNI Syariah, Bank Syariah Mega dan Bank Syariah Mandiri.
56
Tahun 2013 juga ada tiga bank yang nilai rasionya di bawah 5% yaitu Bank
Muamalat Indonesia, BNI Syariah dan Bank Syariah Mandiri, sedangkan di tahun
2013 seluruh bank umum syariah mempunyai rasio lebih dari 5%.
Dari hasil peringkat komponen profil resiko (risk profile) bank umum syariah
tahun 2010 sampai tahun 2014 di atas, maka diperoleh nilai komposit untuk faktor
profil resiko. Nilai komposit profil resiko untuk masing-masing bank umum syariah
tahun 2010-2014 adalah:
Tabel 4.3
Peringkat Seluruh Komponen Profil Resiko BUS Tahun 2010-2014
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bank
Umum
Syariah
RI
BMI
BVS
BRIS
BJBS
BNIS
BMS
BPS
BSB
BSM
BCAS
LtM
L
LtM
LtM
LtM
LtM
L
LtM
LtM
L
2010
Tahun
2012
2011
KPM
Sa
Sa
S
Fa
Sa
Sa
Fa
Sa
Sa
Sa
RI
KPM
L
L
LtM
L
LtM
M
L
L
LtM
L
Sa
Sa
Sa
Fa
Sa
Sa
Fa
Sa
Sa
Sa
RI
2013
KPM
LtM
L
LtM
L
L
M
L
L
M
L
Sa
Sa
Sa
Fa
S
Sa
S
Sa
Sa
Sa
RI
M
LtM
LtM
LtM
LtM
LtM
L
LtM
M
L
2014
KPM
Sa
Sa
Sa
Fa
Sa
Sa
S
Sa
Sa
Sa
RI
M
M
LtM
LtM
LtM
LtM
LtM
LtM
M
L
Sumber: data olahan, Ketarangan laporan keuangan tahunan dan laporan GCG
Di mana:
RI
= Resiko Inheren
KPM = Kualitas Penerapan Manajemen
L
= Low
LtM
= Low to Moderate
M
= Moderate
S
= Strong
Sa
= Satisfactory
Fa
= Fair
KP
M
Sa
Sa
Sa
Sa
Sa
Sa
S
Sa
Sa
Sa
57
Berdasarkan hasil penilaian profil resiko bank umum syariah tahun 2010 untuk
penilaian terhadap rata-rata resiko inheren adalah Low to Moderate dengan kualitas
penerapan manajemen adalah Satisfactory. Ini menandakan bahwa resiko kerugian
atas aktivitas usaha yang dilakukan BUS dinilai rendah, karena kualitas penerapan
manajemen resiko yang diterapkan oleh bank umum syariah baik.
Untuk tahun 2011 dan 2012 penilaian terhadap profil resiko menunjukkan, resiko
inheren bank umum syariah adalah Low dengan kualitas penerapan manajemen resiko
Satisfactory. Artinya adalah resiko kerugian atas aktivitas usaha yang dilakukan bank
umum syariah dinilai sangat rendah, karena kualitas manajemen resiko diterapkan
dengan baik oleh bank umum syariah. Pada tahun 2013 dan 2014, hasilnya cenderung
sama dengan profil resiko tahun 2010.
2. Good Corporate Governance (GCG), untuk faktor ini akan dinilai berdasarkan
nilai komposit dari hasil self assessment yang dilakukan oleh bank umum syariah
dan kemudian dipublikasikan melalui laporan GCG masing-masing bank umum
syariah tahun 2010-2014 yang telah dipublikasikan.
58
Tabel 4.4
Hasil dan Peringkat GCG Bank Umum Syariah
Bank
Umum
Syariah
No
Tahun
2010
NK
2011
Ket
NK
2012
Ket
NK
2013
Ket
NK
2014
Ket
NK
Ket
1
BMI
1,4
B
1,3
B
1,7
B
1,15
SB
2,5
CB
2
BVS
1,75
B
1,69
B
2,07
B
1,66
B
1,93
B
3
BRIS
1,61
B
1,55
B
1,38
SB
1,35
SB
1,74
B
4
BJBS
1,5
B
1,6
B
2,53
B
1,78
B
2
B
5
BNIS
1,625
B
1,3
B
1,315
B
1,3
B
2,12
B
6
BMS
1,875
B
1,825
B
1,6
B
1,869
B
2
B
7
BPS
2,2
B
1,95
B
1,35
SB
1,35
SB
1,45
B
8
BSB
1,6
B
1,6
B
1,5
B
1,5
B
2
B
9
BSM
1,35
SB
2,35
B
1,675
B
1,85
B
2,12
B
10
BCAS
2,1
B
1,9
B
1,8
B
1,55
B
1
SB
Sumber: data diolah dari laporan GCG BUS 2010-2014
Di mana:
NK
= Nilai Komposit
SB
= Sangat Baik
B
= Baik
CB
= Cukup Baik
Berdasarkan penilaian terhadap penerapan GCG didapatkan hasil bahwa nilai
komposit GCG rata-rata bank umum syariah tahun 2010-2014 masuk ke dalam
peringkat yang baik, karena indeks nilai komposit penerapan GCG bank umum
syariah masih di bawah 2,5. Artinya kelemahan dalam penerapan GCG secara umum
tidak terlalu berpengaruh pada kegiatan usaha bank umum syariah dan kelemahan
tersebut dapat diselesaikan dengan tindakan normal oleh manajemen bank. Syarat
untuk dikatakan GCG dalam peringkat yang baik adalah bila nilai komposit (NK)
59
bank umum syariah lebih besar dari 1.5 tapi nilai komposit juga tidak boleh lebih dari
2.5 atau bisa ditulis (1.5 ≤ NK ≥ 2.5).
3. Earning (Rentabilitas) untuk mencerminkan hasil penilaian rentabilitas (earning)
bank umum syariah, maka peneliti menggunakan rasio Return On Asset (ROA)
dan Net Core Operation Margin (NCOM)
a.
Return On Asset (ROA)
Tabel 4.5
Hasil ROA Bank Umum Syariah
Bank Umum
Syariah
No
Tahun (dalam %)
2010
2011
2012
2013
2014
1
BMI
1,08
1,14
1,16
1,20
0,15
2
BVS
0,89
4,08
1,08
0,37
(1,74)
3
BRIS
0,26
0,15
0,98
1,06
0,15
4
BJBS
0,4
0,94
0,49
0,40
0,49
5
BNIS
0,57
1,06
1,29
1,22
1,13
6
BMS
1,82
1,29
3,02
2,15
0,33
7
BPS
(1,56)
1,20
2,32
0,72
1,54
8
BSB
0,68
0,55
2,08
0,63
0,25
9
BSM
1,80
1,57
2,08
1,42
0,17
10
BCAS
0,72
0,73
0,68
0,82
0,66
Sumber: data diolah
Berdasarkan penilaian rentabilitas dari sisi ROA pada tahun 2010 nilai rasio
tertinggi ada pada Bank Syariah Mega dengan nilai 1.82 dan nilai rasio terendah ada
pada Bank Panin Syariah karena bernilai -1.56, nilai minus yang dihasilkan karena
pendapatan yang diterima oleh bank tersebut lebih kecil dari beban yang harus
dibayar. Pada tahun 2011 nilai rasio ROA tertinggi ada pada Bank Victoria Syariah,
60
tahun 2012 dan 2013 rasio ROA tertinggi ada pada Bank Syariah Mega. Tahun 2014
rasio tertinggi ada pada Bank Panin Syariah dan rasio terendah ada pada Bank
Victoria Syariah dengan nilai -1.74. Bank umum syariah dikategorikan mempunyai
ROA yang baik jika nilai ROA berada di atas 1.5%
Jika dilihat dari data pada tabel di atas, nilai rasio ROA yang dihasilkan oleh ratarata BUS masih tergolong rendah, padahal semakin tinggi nilai rasio ini berpotensi
semakin besar bank umum syariah dalam menghasilkan pendapatan dari pengelolaaan
aktiva yang dimiliki. Selama kurun waktu lima tahun terakhir rasio ROA tertinggi
ada pada tahun 2011 yaitu Bank Victoria Syariah dengan nilai 4.08, artinya Bank
Victoria Syariah mampu menghasilkan pendapatan sebesar 4.08% dari total aktiva
yang digunakannya.
b. Net Core Operation Margin (NCOM)
Tabel 4.6
Hasil NCOM Bank Umum Syariah
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bank Umum
Syariah
BMI
BVS
BRIS
BJBS
BNIS
BMS
BPS
BSB
BSM
BCAS
Sumber: data diolah
Tahun (dalam%)
2010
8,09
6,82
10,49
5,93
6,94
21,34
5,05
10,38
9,37
16,64
2011
7,46
4,98
10,01
9,07
12,9
17,33
7,16
8,87
8,84
6,62
2012
6,92
8,10
10,01
8,77
12,97
15,28
6,93
8,68
9,71
10,29
2013
8,93
8,11
10,61
11,42
9,83
16,21
6,81
9,26
9,71
9,60
2014
8,72
10,34
6,79
10,18
11,09
18,88
8,57
9,75
9,47
9,13
61
Data pada Tabel 4.21 menunjukkan rasio NCOM bank umum syariah tahun 20102014 seluruhnya berada di atas 3%. Maka dapat dikatakan bahwa rasio NCOM ini
sangat baik. Semakin tinggi nilai dari rasio ini menunjukkan kinerja bank umum
syariah dalam mengelola aktiva produktif untuk menghasilkan laba sangat baik. Nilai
rasio NCOM dalam kurun waktu 2010-2014 dimiliki oleh Bank Syariah Mega. Nilai
rasio tertinggi NCOM yang dimiliki Bank Syariah Mega ada pada tahun 2010 dengan
nilai 21.34%. Artinya Bank Syariah Mega dapat menghasilkan pendapatan sebesar
21.34% dari total aktiva produktif yang digunakannya.
4. Capital (Modal), untuk menggambarkan keadaan dari modal ini, maka peneliti
menggunakan Current Asset Ratio (CAR) dalam perhitungannya. Rasio CAR yang
dimiliki oleh bank umum syariah periode 2010-2014 ditunjukkan pada tabel
berikut ini:
Tabel 4.7
Hasil CAR Bank Umum Syariah
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bank Umum
Syariah
BMI
BVS
BRIS
BJBS
BNIS
BMS
BPS
BSB
BSM
BCAS
Sumber: data diolah
2010
13,56
18,70
20,62
31,43
27,68
13,14
54,81
11,51
10,60
76,39
Tahun (dalam %)
2011
2012
12,01
11,72
45,22
28,09
14,74
11,35
30,28
21,73
20,75
14,10
12,03
12,03
56,97
32,20
15,29
12,78
14,57
13,88
45,94
31,47
2013
14,18
18,40
14,49
17,99
16,23
13,51
20,69
11,10
13,82
22,35
2014
14,22
15,28
13,03
15,78
18,42
25,69
18,82
15,85
14,10
29,57
62
Penilaian permodalan pada bank umum syariah memberikan hasil bahwa seluruh
rasio CAR memiliki nilai di atas 8%. Nilai ini merupakan nilai kewajiban minimum
permodalan bank yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia dan harus dipenuhi oleh
seluruh Bank yang ada di Indonesia. Semakin tinggi nilai rasio CAR menunjukkan
potensi modal bank yang semakin kuat untuk mengcover segala hal buruk yang
mungkin terjadi pada bank tersebut. Jika dilihat dari tahun 2010-2014 rata-rata nilai
rasio CAR bank umum syariah dalam keadaan yang sangat baik, karena nilai rasio
CAR yang dimiliki diatas 11%. Nilai CAR tertinggi dalam waktu lima tahun terakhir
dimiliki oleh BCA Syariah dengan nilai 76,39. Artinya kemampuan permodalan BCA
Syariah sangat baik, sehingga dapat membantu kegiatan aktivitas operasional bank
tersebut dalam meningkatkan laba.
Jadi berdasarkan hasil penilaian keseluruhan kesehatan bank umum syariah
dengan menggunakan metode RGEC di atas selama periode 2010 sampai dengan
2014, didapatkan peringkat komposit untuk mengetahui tingkat kesehatan bank
syariah. Peringkat komposit (PK) untuk masing-masing bank umum syariah tersebut
adalah sebagai berikut:
63
Tabel 4.8
Peringkat Komposit BUS Metode RGEC Tahun 2010-2014
No
Tahun
Bank
Umum
Syariah
2010
PK
Ket
2011
PK
Ket
2012
PK
Ket
2013
PK
Ket
2014
PK
Ket
1
BMI
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
BVS
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
3
BRIS
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
4
BJBS
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
5
BNIS
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
6
BMS
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
7
BPS
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
8
BSB
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
9
BSM
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
10
BCAS
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
2
SEHAT
Sumber: data diolah, Keterangan PK = Peringkat Komposit
Hasil di atas menunjukkan bahwa dari tahun 2010-2014 penilaian tingkat
kesehatan bank umum syariah menggunakan metode RGEC yang diwakili oleh
beberapa rasio keuangan menunjukkan bahwa bank umum syariah ada pada kategori
“sehat” (PK-2). Kategori sehat ini maksudnya adalah bank umum syariah tergolong
baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan mampu juga
mengatasi perubahan lingkungan bisnis di industri keuangan.
B. Penilaian Potensi Kebangkrutan Bank Umum Syariah
Setelah mengetahui tingkat kesehatan bank, maka selanjutnya adalah melakukan
penilaian potensi kebangkrutan pada bank umum syariah. Penilaian dilakukan dengan
menggunakan model Altman z-score modifikasi, yaitu suatu model analisis
64
diskriminan alternatif yang dikembangkan oleh Altman dan untuk perhitungannya
membutuhkan empat rasio keuangan yang menjadi variabel. Untuk menentukan nilai
z dan mengkategorikan nilai tersebut ke dalam kelompok yang telah ditentukan maka
yang dilakukan adalah mengitung rasio keuangan yang ada dalam model Altman zscore modifikasi. Rasio-rasio tersebut adalah:
1. X1 = Net Working Capital to Total Assets
Berdasarkan perhitungan menggunakan rasio net working capital to total asset
(modal kerja bersih terhadap total aktiva), maka modal kerja bersih yang dimiliki oleh
BUS menunjukkan nilai:
Tabel 4.9
Modal Kerja Bersih (Net Working Capital)
No.
Bank
Umum
Syariah
Tahun
2010
2011
(dalam jutaan rupiah)
2012
2013
2014
1
BMI
17.413.059
27.346.655
35.581.638
43.042.812
49.357.049
2
BVS
279.069
562.460
755.946
1.189.466
1.320.881
3
BRIS
5.600.431
8.870.680
10.773.980
12.929.302
16.103.478
4
BJBS
1.677.371
2.849.451
3.605.195
3.846.871
5.375.024
5
BNIS
5.582.595
6.742.492
8.322.660
10.556.072
15.799.167
6
BMS
3.170.174
3.715.521
6.061.809
7.235.246
5.461.262
7
BPS
408.741
827.504
1.321.221
2.992.961
5.280.680
8
BSB
1.447.029
2.125.127
26.191.911
3.040.519
3.921.853
9
BSM
26.105.801
40.859.935
44.058.321
50.445.953
56.104.646
10
BCAS
763.140
1.027.175
1.334.159
1.750.291
2.653.175
Sumber: data diolah
65
Setelah diketahui nilai modal kerja bersih yang dimiliki oleh BUS selama periode
2010-2014, maka selanjutnya hal yang harus diketahui adalah nilai total aktiva dari
bank umum syariah periode 2010-2014. Maka nilai untuk total aktiva yang dimiliki
oleh bank umum syariah (BUS) ditunjukkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.10
Total Aktiva (Total Assets)
No.
Tahun
Bank Umum
Syariah
2010
2011
(dalam jutaan rupiah)
2012
2013
2014
1
BMI
21.442.596
32.479.506
44.854.413
54.694.020
62.413.310
2
BVS
336.676
642.026
939.472
1.323.398
1.439.903
3
BRIS
6.856.386
11.200.823
14.088.914
17.400.914
20.356.863
4
BJBS
1.930.469
2.749.451
4.275.097
4.695.088
6.090.945
5
BNIS
6.394.924
8.466.887
10.645.313
14.708.504
19.492.112
6
BMS
4.637.730
5.565.724
8.164.921
9.121.575
7.042.489
7
BPS
458.713
1.016.878
2.140.482
4.052.701
6.207.679
8
BSB
2.193.952
2.730.027
3.616.108
4.343.069
5.161.300
9
BSM
32.481.873
48.671.950
54.058.321
63.965.361
66.942.422
10
BCAS
874.631
1.217.097
1.602.181
2.041.419
2.665.416
Sumber: data diolah
Dari tabel di atas, kemudian dimasukkan ke dalam rumus:
X1 = Net Working Capital to Total Assets = Asset Lancar – Kewajiban Lancar
Total Aktiva
Penggunaan rumus tersebut dimaksudkan untuk menghasilkan nilai rasio net working
capital to total assets untuk bank umum syariah tahun 2010-2014. Tabel selanjutnya
akan menunjukkan nilai rasio net working capital to total asset bank umum syariah
tahun 2010-2014 yaitu:
66
Tabel 4.11
Hasil Net Working Capital to Total Assets (X1)
No.
Bank
Umum
Syariah
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
1
BMI
0.81
0.84
0.80
0.79
0.79
2
BVS
0.83
0.88
0.80
0.90
0.92
3
BRIS
0.82
0.79
0.76
0.74
0.79
4
BJBS
0.87
0.89
0.84
0.82
0.88
5
BNIS
0.87
0.80
0.78
0.72
0.81
6
BMS
0.68
0.67
0.74
0.75
0.78
7
BPS
0.89
0.81
0.62
0.74
0.85
8
BSB
0.66
0.78
0.72
0.70
0.76
9
BSM
0.80
0.84
0.82
0.79
0.84
10
BCAS
0.87
0.84
0.83
0.86
0.89
Sumber: data diolah
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai rasio net working capital to total
assets bank umum syariah selama kurun waktu lima tahun terakhir menunjukkan nilai
yang cenderung stabil. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan bank umum syariah
dalam menghasilkan modal kerja bersih sama pada setiap bank. Jumlah atau nilai
yang modal kerja bersih yang dihasilkan dari penggunaan aktiva yang dimiliki oleh
bank umum syariah tersebut setiap tahunnya juga hampir sama.
Semakin tinggi nilai rasio ini menunjukkan bank umum syariah semakin baik bank
syariah menghasilkan modal kerja bersih yang berakibat semakin tinggi pula tingkat
likuiditas bank tersebut. Berdasarkan hal ini maka dapat dilihat bahwa bank umum
syariah yang tingkat likuiditasnya sangat baik selama kurun waktu lima tahun
terakhir adalah Bank Victoria Syariah pada tahun 2012 dengan nilai 0.92. Artinya
67
setiap pemakaian Rp 1 aktiva yang dimiliki Bank Victoria Syariah akan
menghasilkan modal kerja bersih sebesar Rp 0.92.
2. X2 = Retained Earning to Total Asset
Berikut ini adalah jumlah laba ditahan yang dimiliki perusahaan bank umum
syariah selama lima tahun terakhir:
Tabel 4.12
Laba Ditahan (Retained Earning)
No.
Bank
Umum
Syariah
Tahun
2010
2011
(dalam jutaan rupiah)
2012
2013
1
BMI
443.684
670.639
1.596.742
1.120.895
2014
684.634
2
BVS
0
2.655
23.214
33.378
37.453
3
BRIS
(23.978)
(12.324)
89.564
219.128
228.343
4
BJBS
5.393
20.579
30.095
40.571
35.531
5
BNIS
36.512
72.386
186.218
303.680
448.500
6
BMS
62.854
116.721
301.539
149.540
17.396
7
BPS
(8.882)
351
39.405
25.995
96.934
8
BSB
(206.805)
(194.596)
(177.296)
(157.750)
(149.088)
9
BSM
1.358.882
1.909.952
2.772.182
3.373.423
3.445.201
10
BCAS
3.826
10.599
18.959
31.659
44.609
Sumber: data diolah
Bila dilihat nilai laba ditahan untuk BRI Syariah, Bank Syariah Bukopin dan Bank
Panin Syariah bernilai minus, ini dikarenakan adanya kesalahan kebijakan dalam
pembagian deviden. Kesalahan ini berupa pembagian nilai deviden kepada pemegang
saham lebih besar daripada nilai laba ditahan bank tersebut. Sedangkan Bank Victoria
Syariah mempunyai nilai 0 karena bank tersebut baru beroperasi secara penuh sebagai
bank umum syariah pada tahun 2010 sehingga belum mempunyai nilai laba ditahan.
68
Dari tabel laba ditahan yang telah dibahas sebelumnya, kemudian dimasukkan ke
dalam rumus:
X2 = Retainde Earning to Total assets =
Laba Ditahan
Total Aktiva
Maka, dari penggunaan rumus tersebut dihasilkan nilai rasio retained earnings to
total assets (laba ditahan terhadap total aktiva) untuk bank umum syariah selama
tahun 2010-2014. Nilai rasio yang didapat kemudian dituangkan dalam tabel di
bawah ini:
Tabel 4.13
Hasil Retained Earning to Total Assets (X2)
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bank
Umum
Syariah
BMI
BVS
BRIS
BJBS
BNIS
BMS
BPS
BSB
BSM
BCAS
Tahun
2010
0.021
0
(0.0035)
0.003
0.006
0.014
(0.018)
(0.094)
0.042
0.004
2011
0.021
0.041
(0.0011)
0.007
0.009
0.021
0.00035
(0.071)
0.039
0.009
2012
0.036
0.025
(0.00087)
0.005
0.017
0.037
0.018
(0.049)
0.051
0.012
2013
0.020
0.025
0.0051
0.009
0.021
0.016
0.006
(0.036)
0.053
0.016
2014
0.011
0.026
0.011
0.006
0.023
0.0025
0.016
(0.028)
0.051
0.017
Sumber: data diolah
Data pada tabel di atas memperlihatkan bahwa perkembangan nilai rasio ini
selama kurun waktu lima tahun terakhir pada setiap bank umum syariah menunjukkan
nilai yang kecil cenderung konsisten. Selain itu dapat dilihat bahwa ada beberapa
bank yang mempunyai nilai rasio negatif, yaitu Bank Syariah Bukopin yang dari
69
tahun 2010 sampai tahun 2014 tetap mempunyai nilai yang minus. Hal yang sama
juga terjadi pada BRI Syariah yang mengalami nilai minus dari tahun 2010-2012, tapi
di tahun selanjutnya yaitu 2013 dan 2014 nilai rasio retained earnings to total assets
BRI syariah mulai membaik dengan mendapatkan hasil yang positif. Bank Panin
Syariah juga pada tahun 2010 nilai rasionya negatif, tapi di tahun-tahun selanjutnya
mulai menunjukkan nilai yang positif. Hasil rasio ini bisa bernilai minus karena nilai
dari laba ditahan yang dimiliki oleh bank tersebut juga minus.
Semakin tinggi nilai rasio ini menunjukkan indikasi laba ditahan yang dihasilkan
bank umum syariah semakin tinggi. Dari sepuluh bank umum syariah selama lima
tahun terakhir, nilai rasio retained earnings to total assets yang tertinggi dimiliki oleh
Bank Syariah Mandiri pada tahun 2013 dengan nilai 0.053. Arti nilai ini adalah setiap
penggunaan Rp 1 aktiva oleh Bank Syariah Mandiri akan menghasilkan nilai laba
ditahan sebesar Rp 0.053.
3. X3 = Earning Before Tax to Total Asset
Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan besarnya laba sebelum pajak yang
dimiliki oleh bank umum syariah dari tahun 2010-2014:
70
Tabel 4.14
EBT (Laba Sebelum Pajak)
1
Bank
Umum
Syariah
BMI
2
BVS
3.013
26.182
3
BRIS
18.053
16.701
4
BJBS
7.696
25.769
5
BNIS
36.734
6
BMS
7
BPS
8
BSB
14.919
15.023
24.354
27.245
12.770
9
BSM
583.315
767.112
1.125.264
906.498
112.608
10
BCAS
6.285
8.950
10.961
16.761
17.498
No.
Tahun
2010
2011
231.076
371.670
(dalam jutaan rupiah)
2012
521.841
2013
2014
653.621
96.719
10.164
4.928
(25.021)
138.052
183.942
29.615
20.843
18.759
29.751
89.356
137.744
179.616
220.133
84.352
72.050
246.728
195.737
23.219
(7.173)
12.410
49.572
29.162
95.732
Sumber: data diolah
Data pada tabel earning before tax (laba sebelum pajak) yang telah dikemukakan
di atas dapat dilihat pada tahun 2010 sampai tahun 2013 bank umum syariah yang
memiliki laba sebelum pajak tertinggi dari bank lainnya adalah Bank Syariah
Mandiri. Sedangkan di tahun 2014 laba sebelum pajak Bank Syariah Mandiri
menurun cukup jauh dari tahun sebelumnya dan membuat BNI Syariah di tahun 2014
yang menjadi bank dengan laba sebelum pajak tertinggi. Data laba sebelum pajak
tersebut kemudian dimasukkan ke dalam rumus dibawah ini:
X3 = Earning Before Tax to Total Assets = Laba Sebelum Pajak
Total Aktiva
Penggunaan rumus tersebut dimaksudkan untuk menghasilkan nilai rasio earning
before and tax (EBT) to total assets untuk bank umum syariah tahun 2010-2014.
71
Maka tabel di bawah ini menunjukkan nilai rasio net working capital to total asset
bank umum syariah tahun 2010-2014 yaitu:
Tabel 4.15
Hasil EBT (Laba Sebelum Pajak) to Total Assets
No.
Bank
Umum
Syariah
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014
1
BMI
0.011
0.011
0.012
0.012
0.0015
2
BVS
0.009
0.0041
0.011
0.0037
(0.017)
3
BRIS
0.003
0.0015
0.0098
0.011
0.0015
4
BJBS
0.004
0.009
0.005
0.004
0.005
5
BNIS
0.006
0.011
0.013
0.012
0.11
6
BMS
0.018
0.013
0.030
0.022
0.0033
7
BPS
(0.016)
0.012
0.023
0.007
0.015
8
BSB
0.006
0.006
0.007
0.006
0.002
9
BSM
0.018
0.016
0.021
0.014
0.002
10
BCAS
0.007
0.007
0.007
0.008
0.007
Sumber: data diolah
Data pada tabel di atas menunjukkan nilai rasio negatif dimiliki oleh Bank Panin
Syariah pada tahun 2010 dan Bank Victoria Syariah untuk tahun 2014. Nilai negatif
pada rasio ini disebabkan karena nilai laba sebelum pajak (EBT) dari kedua bank
umum syariah tersebut juga bernilai negatif. Nilai negatif ini didapat karena jumlah
beban yang harus dibayar oleh bank-bank tersebut lebih besar daripada jumlah
pendapatan yang diterima.
72
Selama lima tahun terakhir bank yang nilai laba sebelum pajaknya tertinggi adalah
Bank Syariah Mandiri, namum rasio laba sebelum pajak terhadap total aktiva yang
terbesar adalah BNI Syariah di tahun 2014 dengan nilai 0.11. Artinya, setiap
penggunaan Rp 1 aktiva yang dimilki BNI Syariah akan menghasilkan nilai laba
sebelum pajak sebesar Rp 0.11. Hal ini menunjukkan semakin tinggi nilai rasio laba
sebelum pajak terhadap total aktiva maka menunjukkan semakin baiknya kinerja
bank umum syariah dalam mengelola hartanya untuk menghasilkan laba sebelum
pajak.
4. X4 = Book Value of Equity to Book Value of Total Debt
Berikut ini merupakan tabel yang menunjukkan nilai buku ekuitas (Book Value of
Equity) dari bank umum syariah, yaitu:
Tabel 4.16
Nilai Buku Ekuitas (Book Value Of Equity)
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bank Umum
Syariah
BMI
BVS
BRIS
BJBS
BNIS
BMS
BPS
BSB
BSM
BCAS
Sumber: data diolah
Tahun
2010
208.554
10.087
92.313
1.745
23.647
68.718
26.424
43.994
365.261
8.250
2011
317.399
12.317
125.327
8.927
47.720
61.983
24.446
57.646
511.063
8.439
(dalam jutaan rupiah)
2012
422.600
13.568
123.193
141.149
97.474
57.403
24.761
58.393
743.598
6.767
2013
868.254
14.171
163.153
160.886
102.349
51.082
28.527
85.176
787.871
18.569
2014
2.297.070
15.629
151.928
160.785
110.890
288.933
29.861
80.808
725.401
20.311
73
Data pada Tabel 4.16 menunjukkan pada tahun 2010-2012 nilai buku ekuitas
tertinggi ada pada Bank Syariah Mandiri dan untuk tahun 2013 dan 2014 nilai buku
ekuitas tertinggi adalah Bank Muamalat Indonesia. Dapat dilihat juga bahwa nilai
buku ekuitas, dari setiap bank umum syariah setiap tahunnya berfluktuasi kadang
mengalami kenaikan dan kadang megalami penurunan.
Selanjutnya tabel di bawah ini adalah data yang menunjukkan Book Value of Debt
yang dimiliki oleh bank umum syariah tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.
Tabel 4.17
Nilai Buku Kewajiban (Book Value Of Debt)
No.
Bank Umum
Syariah
Tahun
(dalam jutaan
rupiah)
2010
2011
2012
2013
2014
1
BMI
208.554
317.399
422.600
868.254
2.297.070
2
BVS
35.773
64.653
161.748
119.634
84.238
3
BRIS
1.192.418
2.230.290
3.431.739
4.504.515
5.611.539
4
BJBS
274.658
350.268
575.579
711.187
583.989
5
BNIS
825.370
1.746.689
2.366.763
4.272.233
3.859.672
6
BMS
1.397.796
1.820.331
2.118.304
1.905.341
1.345.853
7
BPS
20.802
163.564
612.730
1.026.305
892.549
8
BSB
698.558
492.386
905.598
1.564.054
1.136.981
9
BSM
5.00.9834
7.741.140
9.168.631
11.029.685
9.609.312
10
BCAS
111.270
190.216
268.793
275.000
326.917
Sumber: data diolah
Data pada tabel menunjukkan bank umum syariah yang mempunyai total
kewajiban tertinggi adalah Bank Syariah Mandiri pada tahun 2010-2014. Dapat
dilihat pula bahwa nilai kewajiban bank umum syariah cenderung meningkat setiap
tahunnya, penurunan nilai kewajiban pada bank umum syariah terjadi pada tahun
74
2014. Tahun 2014 ini, tujuh dari sepuluh bank umum syariah mempunyai nilai total
kewajiban yang menurun dari tahun sebelumnya. Bank-bank yang mengalami
penurunan tersebut adalah Bank Victoria Syariah, Bank Jabar dan Banten Syariah,
BNI Syariah, Bank Syariah Mega, Bank Panin Syariah, Bank Syariah Bukopin dan
Bank Syariah Mandiri. Data dari nilai buku kewajiban tersebut kemudian dimasukkan
ke dalam rumus:
X4 = Book Value of Equity to Book Value of Debt =
Nilai Buku Ekuitas
Total Kewajiban
Penggunaan rumus tersebut dimaksudkan untuk menghasilkan nilai rasio book value
of equity to book value of debt untuk bank umum syariah tahun 2010-2014. Tabel di
bawah ini menunjukkan nilai rasio book value of equity to book value of debt bank
umum syariah tahun 2010-2014 yaitu:
Tabel 4.18
Hasil Book Value of Equity to Book Value of Debt (X4)
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bank Umum
Syariah
BMI
BVS
BRIS
BJBS
BNIS
BMS
BPS
BSB
BSM
BCAS
Sumber: data diolah
Tahun
2010
0.057
0.28
0.078
0.006
0.029
0.049
1.27
0.063
0.073
0.074
2011
0.069
0.19
0.056
0.025
0.027
0.034
0.15
0.12
0.066
0.044
2012
0.052
0.084
0.036
0.245
0.041
0.027
0.040
0.064
0.081
0.025
2013
0.088
0.12
0.036
0.226
0.024
0.027
0.028
0.054
0.071
0.068
2014
0.21
0.18
0.027
0.275
0.029
0.215
0.033
0.071
0.075
0.062
75
Data pada Tabel 4.18 menunjukkan bahwa data dari rasio perbandingan antara nilai
buku ekuitas terhadap total kewajiban tertinggi pada tahun 2010 dimiliki oleh Bank
Panin Syariah, tahun 2011 berpindah ke Bank Victoria Syariah dan untuk tahun
2012-2014 dimiliki oleh Bank Jabar dan Banten Syariah. Semakin tinggi nilai rasio
ini maka menunjukkan bank umum syariah mampu memenuhi seluruh kewajibannya
dengan nilai buku ekuitas yang dimiliki oleh bank-bank tersebut.
Rasio tertinggi dalam waktu lima tahun terakhir dimiliki oleh Bank Panin Syariah
pada tahun 2010 dengan nilai 1.27, artinya adalah setiap Rp 1 total kewajiban yang
dimiliki Bank Panin Syariah dicover sebesar Rp 1.27 oleh nilai buku ekuitas yang
dimiliki bank tersebut.
C. Hasil Altman Z-Score Modifikasi
Berdasarkan data dari perhitungan keempat variabel yang digunakan dalam model
Altman Z-score modifikasi di atas, maka langkah selanjutnya adalah memasukkan
hasil tersebut kedalam model persamaan dari Altman Z-score modifikasi dengan
mengkalikan hasil data di atas dengan nilai konstanta atau standar dari masingmasing variabel. Model Persamaan dan hasil dari perhitungan berdasarkan Z-score
modifikasi adalah:
Z = 6,56 X1 + 3,26 X2 + 6,72 X3 + 1,05 X4
Hasil Analisis Model Altman Z-Score Modifikasi Tahun 2010, setelah dimasukkan ke
dalam persamaan di atas adalah:
76
Tabel 4.19
Perhitungan Z-Score BUS Tahun 2010
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bank
Umum
Syariah
BMI
BVS
BRIS
BJBS
BNIS
BMS
BPS
BSB
BSM
BCAS
6.56 (X1)
3.26 (X2)
6.72 (X3)
1.05 (X4)
5,31
5,44
5,38
5.71
5,71
4,46
5,84
4.33
5,25
5,71
0,068
0
(0,0114)
0.009
0,02
0,046
(0,059)
(0.31)
0,137
0,013
0,074
0,06
0,02
0.027
0,04
0,121
(0.11)
0.04
0,121
0,047
0,06
0,29
0,082
0.006
0,03
0,05
1,34
0.07
0,077
0,078
Z-Score
5.51
5.75
5.47
5.76
5.80
4.68
6.98
4.13
5.59
5.85
Sumber: data diolah
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, nilai z-score dari keseluruhan bank umum
syariah pada tahun 2010 melebihi nilai 2.9. Artinya seluruh bank umum syariah
dikategorikan dalam keadaan tidak bangkrut. Pada tahun ini nilai z-score tertinggi
adalah Bank Panin Syariah dan nilai z-score terendah adalah Bank Syariah Bukopin.
Selanjutnya dengan menggunakan rumus persamaan yang sama, maka hasil
perhitungan z-score pada tahun 2011 adalah
77
Tabel 4.20
Perhitungan Z-Score BUS tahun 2011
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bank
Umum
Syariah
BMI
BVS
BRIS
BJBS
BNIS
BMS
BPS
BSM
BSB
BCAS
6.56 (X1)
3.26 (X2)
5,51
5,77
5,19
5,84
5,24
4,4
5,31
5,12
5,51
5,51
0,068
0,134
(0,0036)
0,023
0,03
0,068
0,0011
(0,23)
0,127
0,03
6.72 (X3)
0,074
0,027
0,01008
0,06
0,07
0,087
0,081
1,12
0,108
0,047
1.05 (X4)
0,072
0,285
0,059
0,026
0,028
0,036
0.16
0,13
0,069
0,046
ZScore
5.72
6.25
5.26
5.95
5.37
4.59
5.55
6.14
5.81
5.63
Sumber: data diolah
Hasil perhitungan untuk tahun 2011 menunjukkan sepuluh bank umum syariah
tersebut masih dalam kategori tidak bangkrut, untuk tahun ini nilai z-score tertinggi
ada pada Bank Victoria Syariah dan nilai z-score terendah yaitu Bank Syariah Mega.
Perhitungan z-score untuk tahun 2012, dengan persamaan yang sama seperti di
atas didapatkan hasil sebagai berikut:
78
Tabel 4.21
Perhitungan Z-Score BUS Tahun 2012
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bank
Umum
Syariah
BMI
BVS
BRIS
BJBS
BNIS
BMS
BPS
BSM
BSM
BCAS
6.56 (X1)
3.26 (X2)
6.72 (X3)
5,25
5,24
4,99
5,51
5,12
4,85
4,07
4,72
5,38
5,44
0,12
0.025
(0,00028)
0,016
0,055
0,121
0,059
(0,16)
0,166
0,04
0,081
0,074
0,066
0,037
0,087
0,202
0,15
0,05
0,141
0,047
1.05 (X4)
0,055
0,088
0,038
0,26
0,043
0,028
0,042
0,01
0,085
0,026
Z-Score
5.51
5.48
5.09
5.82
5.30
5.20
4.32
4.62
5.77
5.55
Sumber: data diolah
Tabel di atas menunjukkan seluruh bank umum syariah tetap berada pada kategori
tidak bangkrut, hasil ini sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun ini Bank
yang memliki nilai z-score tertinggi dibandingkan bank yang lain adalah Bank Jabar
dan Banten Syariah dengan nilai 5.82 dan bank yang memiliki nilai z-score terendah
adalah Bank Panin Syariah dengan nilai 4.32.
Hasil dari analisis tahun 2013 berdasarkan model Altam Z-score modifikasi seperti
di atas, maka diperoleh hasilnya sebagai berikut:
79
Tabel 4.22
Perhitungan Z-Score BUS Tahun 2013
Bank
Umum
Syariah
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
BMI
BVS
BRIS
BJBS
BNIS
BMS
BPS
BSB
BSM
BCAS
6.56 (X1)
5,18
5,9
4,85
5,34
4,72
4,92
4,85
4,59
5,18
5,64
3.26 (X2)
6.72 (X3)
0,065
0,081
0,0167
0,03
0,068
0,052
0,02
-0,12
0,173
0,052
0,081
0,025
0,074
0,027
0,08
0,147
0,047
0,04
0,094
0,054
1.05 (X4)
0.092
0,126
0,038
0,24
0,025
0,028
0,029
0,06
0,075
0,071
Z-Score
5.42
6.13
4.98
5,64
4.89
5.15
4.95
4.57
5.52
5.82
Sumber: data diolah
Hasil perhitungan nilai z-score tahun 2013 di atas menunjukkan nilai z-score
tertinggi ada pada Bank Victoria Syariah dengan nilai 6.13 dan nilai z-score terendah
ada pada Bank Syariah Bukopin dengan nilai 4.57. Berdasarkan data pada tabel di
atas juga menunjukkan seluruh bank umum syariah masih berada pada kategori tidak
bangkrut.
Hasil dari analisis tahun 2014 berdasakan model Altam Z-score modifikasi seperti
di atas, maka diperoleh hasilnya sebagai berikut:
80
Tabel 4.23
Perhitungan Z-Score BUS Tahun 2014
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bank Umum
Syariah
6.56 (X1)
BMI
BVS
BRIS
BJBS
BNIS
BMS
BPS
BSB
BSM
BCAS
5,18
6,03
5,18
0.88
5,31
5,12
5,58
4,99
5,51
5,84
3.26 (X2)
0,036
0,085
0,036
0.006
0,075
0,00815
0,052
(0,09)
0,166
0,055
6.72 (X3)
0,0101
(0,114)
0,01008
0.005
0,074
0,022176
0,1008
0,013
0,013
0,047
1.05 (X4)
0,22
0,189
0,028
0.275
0,03
0,23
0,035
0,07
0,079
0,065
Z-Score
5.45
6.19
5.25
6.11
5.49
5.38
5.77
4.98
5.77
6.01
Sumber: data diolah
Data pada tabel 4.15 ini menunjukkan bahwa seluruh bank umum syariah memiliki
hasil yang sama dengan empat tahun sebelumnya yaitu seluruh bank umum syariah
berada pada kategori tidak bangkrut. Hasil ini diperoleh berdasarkan nilai z-score
yang dimiliki oleh seluruh bank umum syariah pada tahun 2014 ini masih lebih besar
dari 2.90. Nilai z-score tertinggi untuk tahun 2014 ini dimiliki oleh Bank Victoria
Syariah yaitu sebesar 6.19 dan nilai z-score terendah dimiliki oleh Bank Syariah
Bukopin yaitu sebesar 4.98.
Berdasarkan hasil dari proses yang peritungan nilai z-score menggunakan model
Altman Z-score modifikasi di atas dapat diketahui seluruh bank umum syariah dalam
rentang waktu lima tahun terakhir berada pada kategori tidak bangkrut. Nilai rata-rata
z-score untuk seluruh BUS tahun 2010-2014 ditunjukkan pada grafik di bawah ini:
81
Grafik 4.1
Rata-Rata Nilai Z-Score BUS Tahun 2010-2014
5,80
5,60
5,40
5,20
5,00
5,64
5,63
5,55
5,31
5,27
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber: data diolah
Grafik di atas menunjukkan bahwa tren nilai z-score bank umum syariah selama
tahun 2010-2014 menunjukkan pergerakan yang cenderung stabil. Penurunan nilai zscore yang terjadi pada tahun 2012 jika diteliti disebabkan karena menurunnya nilai
rasio net working capital to total assets dan rasio book value of equity to book value
of debt. Hal ini dapat dibuktikan dengan tabel di bawah ini:
Tabel 4.24
Rata-Rata Nilai Variabel Altman Z-Score Modifikasi
Tahun
WCTA
RETA
EBITTA
BVEBVD
Z-Score
2010
5.31
0.019
0.044
0.208
5.55
2011
5.34
0.023
0.168
0.091
6.63
2012
5.06
0.442
0.093
0.067
5.23
2013
5.12
0.044
0.067
0.078
5.31
2014
5.45
0.043
0.018
0.122
5.64
Sumber: data diolah
Jika dilihat pada tahun 2012 ada penurunan nilai net working capital to total assets
(WCTA) dan book value of equity to book value of debt (BVEBVD) yang
menyebabkan turunnya nilai z-score. Nilai yang turun di tahun 2012 memang tidak
hanya kedua variabel tersebut, tapi juga nilai dari earning before interest and tax to
82
total assets (EBITTA). Namun hal ini tidak mempengaruhi nilai z-score, karena bila
dilihat pada tahun 2013 dan 2014 nilai rasio EBITTA juga menurun tapi nilai zscorenya justru naik. Kenaikan nilai z-score pada tahun 2013 dan 2014 ini disebabkan
karena nilai dari variabel WCTA dan BVEBVD mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa net working capital to total assets
dan book value of equity to book value of debt mempunyai pengaruh lebih besar
dalam menentukan nilai z-score dibandingkan dengan variabel lainnya.
Hasil menunjukkan bahwa nilai z-score tertinggi bank umum syariah setiap
tahunnya digambarkan pada grafik 4.2:
Grafik 4.2
Nilai Z-Score Tertinggi Tahun 2010-2014
7,50
7,00
6,50
6,00
5,50
5,00
BPS 6,98
BVS6,13
BVS 6,25
BVS 6,19
BJBS 5,82
2010
2011
2012
2013
2014
Sumber: data diolah
Berdasarkan grafik hasil perhitungan z-score bank umum syariah yang memiliki
nilai z-score tertinggi paling banyak selama lima tahun terakhir adalah Bank Victoria
Syariah yaitu pada tahun 2011, 2013 dan 2014. Sedangkan Bank Panin Syariah dan
Bank Jabar dan Banten Syariah masing-masing hanya sekali mendapatkan nilai zscore tertinggi yaitu tahun 2010 dan 2011. Jika diamati bank umum syariah yang
83
memiliki nilai z-score tertinggi pada setiap tahunnya adalah bank syariah yang berdiri
kurang dari lima tahun, dikarenakan bank-bank umum syariah baru ini memiliki nilai
kewajiban atau hutang yang masih relatif kecil dibandingkan dengan bank syariah
yang telah lama berdiri. Selain itu jumlah aktiva yang dimiliki oleh bank-bank
tersebut lebih mampu dioptimalkan ke dalam bentuk modal kerja, meski laba yang
dihasilkan masih rendah.
D. Interpretasi Hasil Penelitian
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi keuangan bank umum syariah
menunjukkan hasil yang stabil cenderung meningkat. Hasil ini di dapat karena
kegiatan usaha yang dilakukan baik dalam kegiatan penghimpunan dan penyaluran
dana oleh bank syariah cenderung dengan aman. Maksud aman disini adalah bank
syariah dalam melakukan transaksi berlandaskan pada asset dasar (underlying assets)
dan kegiatan penyaluran dana bank syariah lebih ke arah sektor riil dalam
perekonomian domestik. Berbeda dengan bank konvensional yang kegiatan usahanya
cenderung lebih kearah spekulatif dengan melakukan transaksi-transaksi keuangan
yang mempunyai resiko tinggi. Spekulatif disini maksudnya adalah dengan
tergantung pada tingkat suku bunga, karena keuntungan terbesar bank konvensional
didapatkan dari selisih antara besarnya bunga yang dikenakan kepada para peminjam
dana dengan imbalan bunga yang diberikan kepada nasabah penyimpan.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kesehatan bank umum syariah tidak
terganggu meskipun krisis ekonomi sedang melanda Indonesia, hal ini dibuktikan
84
dengan bank umum syariah yang berdasarkan pengukuran tingkat kesehatan berada
kategori sehat. Selain itu dilihat dari prediksi potensi kebangkrutan yang dilakukan
bank umum syariah berada pada kategori tidak bangkrut. Hal ini menunjukkan bahwa
bank syariah dapat bertahan dalam industri perbankan nasional dan selamat dari krisis
keuangan global yang menyebabkan besarnya potensi kebangkrutan pada bank.
Alasannya karena industri perbankan syariah lebih fleksibel dalam kondisi dan situasi
apapun. Ketahanan bank syariah dalam menghadapi krisis yang mengancam
kelangsungan usaha bank tersebut dikarenakan prinsip dasar dari bank syariah yang
mengedepankan konsep bagi hasil pada kegiatan penghimpunan maupun penyaluran
dana, sehingga resiko ditanggung bersama antara bank dengan pihak nasabah.
Contohnya kegiatan ini seperti pada saat rasio pembiayaan bermasalah (NPF) bank
syariah meningkat yang menyebabkan penurunan laba yang dihasilkan oleh bank
syariah, dalam keadaan ini bagi hasil yang didapat oleh nasabah yang menyimpan
dananya pada bank syariah juga terkena imbas dengan menurunnya bagi hasil yang
didapat oleh nasabah tersebut. Oleh karena itulah bank syariah lebih tahan krisis
karena resiko yang dialami oleh bank syariah tidak ditanggung sendiri. Berbeda
dengan bank konvensional yang berbasis bunga, dimana bank konvensional harus
membayar kewajiban sesuai dengan bunga yang ditetapkan meski pendapatan yang
diterima lebih rendah.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa bank syariah adalah bank yang aman,
sehat dan dapat dipercaya oleh masyarakat untuk menyimpan uang atau
85
menginvestasikan dana yang dimiliki. Hal ini dapat dilihat dari rasio CAR dan
NCOM yang dimiliki oleh bank syariah. Nilai rasio CAR yang lebih dari 8%
menunjukkan bank syariah mempunyai kekuatan modal yang cukup kuat untuk
membantu membiayai kegiatan usahanya dan mampu mengcover kesulitan yang
mungkin terjadi pada bank umum syariah tersebut. Sedangkan untuk nilai rasio
NCOM yang lebih dari 3% menunjukkan bank umum syariah mampu menghasilkan
pendapatan yang tinggi dari kegiatan penyaluran dana yang bank syariah lakukan.
Bank syariah yang mempunyai nilai laba tinggi berpotensi untuk mempunyai
tingkat bagi hasil yang besar pula kepada para nasabahnya. Bank syariah yang
kondisi labanya cenderung stabil dan meningkat setiap tahunnya adalah Bank
Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah Mega dan BRI Syariah.
Bank umum syariah yang mempunyai modal yang kuat berpotensi akan terjaga
tingkat likuiditasnya. Masyarakat dapat memilih bank syariah yang mempunyai
modal (CAR) yang kuat seperti BNI Syariah, Bank Panin Syariah, BRI Syariah, Bank
Jabar dan Banten Syariah, atau BCA Syariah.
Hasil penelitian ini mempunyai hasil penelitian yang sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan terdahulu dalam mengukur tingkat kesehatan bank umum
syariah. Penelitian yang sejalan adalah penelitian yang dilakukan oleh:
1. Sri Fatimah Rahmatillah (2014) dengan menggunakan metode RGEC memperoleh
hasil bahwa Bank Syariah Bukopin, BNI Syariah, BRI Syariah, Bank Syariah
Mandiri, BCA Syariah, Bank Panin Syariah, Bank Syariah Mega, Bank Victoria
86
Syariah dan Bank Muamalat Indonesia tahun 2011-2013 dinyatakan dalam tingkat
kesehatan yang sehat.
2. Mahmudah (2013), penelitian tingkat kesehatan terhadap Bank Syariah Mandiri,
Bank Muamalat Indonesia dan BRI Syariah pada tahun 2010-2012 menggunakan
metode RGEC menunjukkan bahwa bank umum syariah berada pada tingkat
kesehatan yang sehat.
Hasil penelitian yang sejalan dengan penulis dalam memprediksi potensi
kebangkrutan bank umum syariah adalah
1. penelitian yang dilakukan oleh Bella Myirandasari (2015) yang mengatakan BNI
Syariah, Bank Syariah Mega, Bank Syariah Mandiri dan Bank Muamalat
Indonesia tahun 2011-2013 berada pada kategori tidak bangkrut. Hal ini karena
nilai rata-rata z-score bank umum syariah selama 3 tahun menunjukkan nilai 5.29.
Artinya nilai ini lebih besar dari 2.90, hasil ini diperoleh dengan menggunakan
model analisis Altman z-score modifikasi. Sedangkan hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa nilai rata-rata z-score untuk keempat bank umum syariah di
atas tahun 2011-2013 menunjukkan hasil 5.28. Perbedaan nilai ini dikarenakan ada
perbedaan pembulatan dalam nilai.
2. Sri Fatimah Rahmatillah (2014) yang mengatakan bahwa Bank Syariah Bukopin,
BNI Syariah, BRI Syariah, Bank Syariah Mandiri, BCA Syariah, Bank Panin
Syariah, Bank Syariah Mega, Bank Victoria Syariah dan Bank Muamalat
Indonesia tahun 2011-2013 dinyatakan dalam kategori tidak bangkrut. Hasil rata-
87
rata nilai z-score yang diperoleh sebesar 5.40. Hasil didapat dengan menggunakan
model analisis Altman z-score modifikasi. Hasil penelitian penulis juga
menunjukkan nilai rata-rata yang sama dengan hasil penelitian Sri Fatimah.
Hasil yang berbeda dengan penelitian sebelumnya terjadi dengan penelitian yang
dilakukan oleh Muhamad Nadratuzzaman dan Shofaun Nada (2013) yang
menyatakan bahwa Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank
Syariah Mega pada tahun 2010 berada pada kategori bangkrut. Hasil ini didapat
karena nilai z-score bank umum syariah tersebut dibawah 1.81. Perbedaan terjadi
karena bila dalam peneltian ini penulis menggunakan model analisis Altman z-score
modifikasi, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Nadratuzzaman dan
Shofaun Nada menggunakan model analisis Altman z-score revisi. Perbedaan kedua
model ini terletak pada variabel yang digunakan, dalam model Altman z-score revisi
ada variabel sales to total assets sedangkan dalam model Altman z-score modifikasi
tidak ada. Selain perbedaan variabel, perbedaan lain ada pada nilai konstanta yang
harus dikalikan dengan masing-masing nilai dari variabel juga berbeda dan juga
perbedaan pada batas nilai z-score yang harus dipenuhi. Penjelasan lebih jelas sudah
diterangkan pada bab 2 dalam penelitian ini.
Dari penjabaran di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Altman z-score
memang dapat digunakan sebagai sistem pencegahan dini untuk memprediksi potensi
kebangkrutan pada perusahaan. Tapi karena model analisis Altman Z-Score ini
mempunyai beberapa bentuk, maka dalam memilih model analisis ini juga harus
88
diperhatikan. Model Altman yang digunakan harus sesuai dengan bentuk perusahaan
yang akan dijadikan objek penelitian.
Penelitian ini menggunakan kondisi keuangan bank umum syariah sebagai objek
penelitian, maka model analisis Altman z-score yang digunakan harus sesuai dengan
karakteristik yang dimiliki oleh bank yang merupakan perusahaan jasa keuangan.
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan pada bab 2 model analisis yang dinilai
lebih baik digunakan untuk memprediksi potensi kebangkrutan bank syariah
menggunakan model Altman z-score adalah bentuk model Altman z-score
modifikasi.
Alasan pemilihan model Altman z-score modifikasi ini karena bank syariah
berbeda dengan perusahaan manufaktur jadi bank syariah tidak cocok menggunakan
model Altman z-score original ataupun Altman z-score revisi, hal ini karena kedua
model Altman tersebut adalah model yang dibuat untuk memprediksi kebangkrutan
dari perusahaan maufaktur baik yang sudah go public maupun yang belum.
Sedangkan Altman z-score modifikasi adalah sebual model analisis alternatif yang
dikembangkan oleh Altman agar dapat digunakan pada perusahaan non manufaktur,
dalam model ini variable X5 dihilangkan. Ini karena dalam perusahaan non
manufaktur tidak ada akun sales (penjualan).
Dari interpretasi penelitian yang telah dijabarkan dapat ditarik kesimpulan bahwa
sebenarnya bank umum syariah adalah bank yang memiliki kinerja yang baik dan
bank yang kredibel sebagai lembaga keuangan yang menghimpun dan menyalurkan
89
dana masyarakat. Meski eksistensi bank umum syariah belum lama seperti bank
konvensional dan laba yang dihasilkan juga belum setara dengan bank konvensional,
tapi bank umum syariah sudah terbukti dapat bertahan dari guncangan krisis ekonomi
yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 dan 2008. Bila dilihat pada tahun-tahun
krisis tersebut di mana banyak bank konvensional tutup karena kesulitan keuangan,
keadaan berbeda ditunjukkan oleh bank umum syariah di mana pada saat itu tidak ada
bank umum syariah yang dilikuidasi oleh pemerintah atau diakuisisi oleh bank lain
karena masalah kesulitan keuangan akibat krisis yang melanda.
Meskipun demikian bank umum syariah harus tetap menerapkan prinsip kehatihatian dengan lebih baik lagi, kelangsungan usaha bank umum syariah di masa depan
bukan hanya dilihat dari nilai rasio-rasio keuangan yang menunjukkan hasil yang baik
tetapi juga dilihat dari tata kelola manajemen yang baik. Hal ini dikarenakan bila ada
bank umum syariah yang kolaps akibat manajemen yang salah urus akan membuat
pandangan masyarakat menjadi rusak, kepercayaan terhadap bank syariah menjadi
menurun dan membuat pandangan di masyarakat bahwa bank syariah tidak terjamin
keamanannya. Sebenarnya banyak bank yang kolaps bukan karena kondisi
keuangannya yang buruk atau pendapatan bank yang menurun, tetapi karena
kesalahan yang dibuat oleh manajemen bank sehingga menyebabkan kesulitan
likuiditas pada bank tersebut. Likuiditas bank yang menurun akan langsung membuat
bank tersebut kehilangan kepercayaan dari masyarakat dan menyebabkan masyarakat
ingin menarik uangnya dari bank tersebut, kejadian ini pernah terjadi pada Bank
90
Century yang berakibat dilikuidasinya bank tersebut dan akhirnya berganti nama
menjadi Bank Mutiara. Jadi dalam konteks menjaga kestabilan keuangan perbankan
syariah dan terus menjaga kelangsungan usaha bank umum syariah yang harus
diperhatikan adalah kinerja keuangannya, tingkat likuiditasnya dan tata kelola
manajemen bank tersebut.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijabarkan sebelumnya,
maka dapat ditarik kesimpulan:
1. Tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 seluruh bank umum syariah mempunyai
nilai di atas 2.90, nilai tersebut merupakan kriteria pada model Z-score modifikasi
yang menyatakan bahwa perusahaan dalam kondisi yang tidak bangkrut.
2. Naik turunnya hasil dari Z-score ini ditentukan oleh variabel net working capital to
total assets dan book value of equity to total assets.
3. Nilai z-score tertinggi tahun 2010 ada pada Bank Panin Syariah, tahun 2011, 2013
dan 2014 nilai z-score tertinggi adalah Bank Victoria Syariah dan untuk tahun
2012 nilai z-score tertinggi ada pada Bank Jawa Barat dan Banten Syariah.
4. Metode RGEC yang digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan pada bank
menghasilkan hasil bahwa bank umum syariah dikategorikan dalam keadaan
sehat. Hasil ini sejalan dengan hasil model Altman z-score modifikasi.
91
92
B. Saran
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
berdasarkan hasil penelitian, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil penelitian bank umum syariah di Indonesia, kondisi keuangan
bank umum syariah dikategorikan dalam keadaan yang sehat dan tidak bangkrut.
Sehingga bank umum syariah dapat bertahan di industri perbankan nasional dan
mampu menghadapi krisis ekonomi yang sedang melanda di Indonesia. Selain itu
bank umum syariah juga sudah terdaftar di Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
sehingga nasabah yang menyimpan dananya di bank umum syariah dijamin
keamanannya. Oleh karena itu masyarkat tidak perlu lagi ragu untuk menyimpan
ayau menginvestasikan dananya di bank umum syariah.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan bank umum syariah dalam
menghasilkan laba adalah cukup baik. Modal yang dimiliki bank syariah juga
sangat kuat, sehingga bank syariah dapat menjalankan usahanya dengan lancar.
Jadi masyarakat juga tidak perlu khawatir tentang kemampuan bank umum syariah
menghasilkan laba dari kegiatan usahanya dan kekuatan modal bank syariah dalam
menjaga tingkat likuiditasnya
3. Untuk mengecek hasil penelitian ini diharapkan penelitian selanjutnya dapat
menambahkan atau membandingkan model analisis yang penulis gunakan dengan
model
analisis
lain
yang
dapat
mengukur
permasalahan
yang
sama.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar Buku:
Arifin, Zainul. Memahami Bank Syariah Lingkup, Peluang, Tantangan, dan Prospek.
Jakarta: AlvaBet, 1999.
Boediono dan Wayan Koster. Teori dan Aplikasi Statistika dan Probabilitas.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008.
Harahap, Sofyan S., dkk. Akuntansi Perbankan Syariah: Edisi Revisi. Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti (LPFE – Usakti).
2004.
Harahap, Sofyan S. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2009.
Ikatan Akuntansi Indonesia. PSAK No 101 Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:
Ikatan Akuntansi Indonesia, 2007.
Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014.
Nurhayati, Sri dan Wasilah. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat,
2009.
Rochaety, Ety. dkk,.Metodologi Penelitian Bisnis Dengan Aplikasi SPSS Edisi Revisi.
Jakarta: Penerbit Mitra Wacana Media, 2009.
S. Munawir. Analisis Informasi Keuangan. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2002.
Sembiring, Sentosa. Hukum Kepailitan dan Peraturan Perundang-undangan yang
Terkait dengan Kepailitan. Bandung: Nuansa Aulia, 2006.
Simamora, Bilson.Analisis Multivariat Pemasaran. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2005.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi (Eds). Metode Penelitian Survai Edisi Revisi.
Jakarta: LP3ES. 1995
93
94
Sunyoto, Danang. Analisis Laporan Keuangan Untuk Bisnis. Yogyakarta: Center of
Academic Publishing Service (CAPS), 2013.
Widarjono, Agus. Analisis Statistika Multivariat Terapan. Yogyakarta: UPP STIM
YKPN, 2010.
Yaya, Rizal, dkk, Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktik Kontemporer,
Jakarta: Salemba Empat, 2013
DAFTAR JURNAL DAN SKRIPSI
Altman, Edward I. “Financial Ratios, Discriminant Analysis And The Prediction of
Corporate Bankruptcy”. The Journal Of Finance. Vol. 23 No. 4. (September
1968).
Altman, Edward I. “Predicting Financial Distress of Companies: Revisiting The ZScore and ZETA® Models”. The Journal Of Finance.(Juli 2000).
Alkatiri, Lubna Awad, “Analisis Resiko Kebangkrutan Z-Score Altman Pada Bank
Syariah dan Bank Non Syariah”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas
Yogyakarta, 2007.
Akhyar, Muhammad dan Imam Taufiq. “Analisis Ketepatan Prediksi Metode Altman
Terhadap Terjadinya Likuidasi Pada Lembaga Perbankan (Kasus Likuidasi
Perbankan Di Indonesia)”, Jurnal Akuntansi. Vol 5 No 2 (Desember 2001).
Andiria Rosa, Agustin dan Iman Murtono Soenhadji. “Analysis of Altman Z (Zeta)Score Method To Predict Bankruptcy of Century Bank”. Jurnal Program
Pasca Sarjana. (2010).
Anggraeni, Retno Dewi, Sri Magesti Rahayu dan Topowijono. “Penerapan Model
Multiple Discriminant Analysis Untuk Memprediksi Financial Distress
(Studi pada Sektor Industri Barang Konsumsi yang Listing di BEI periode
2009-2012)”. Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya
Anggaraini, Yuli R. “Analisis Prediksi Kebangkrutan Perbankan Berdasarkan Model
Altman Z-Score pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk”. Skripsi
S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Jember. 2011.
Denok, Maesaroh. “Pengaruh Debt Default Dan Prediksi Kebangkrutan Metode
Altman Z-Score Terhadap Opini Audit Going Concern (Studi Empiris Pada
Perusahaan Manufaktur di BEJ)”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2009.
95
Endri. “Prediksi Kebangkrutan Bank Untuk Menghadapi dan Mengelola Perubahan
Lingkungan Bisnis: Analisis Model Altman Z-Score”. Perbanas Quarterly
Review. Vol.2. (2008).
Kosasih. “Analisis Tingkat Kebangkrutan Model Altman dan Foster Pada Perusahaan
Textile Dan Garment Go Public di BEI”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan
Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2010.
Mustafa Kamil, ST. Ibrah. “Analisis Prediksi Kebangkrutan pada Perusahaan
Perbankan Go Public di BEI dengan Model Altman Z-Score”. Skripsi S1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin Makassar. 2011.
Mahmudah. “Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Syariah (Studi Komparasi CAMELS
dan RGEC pada BSM, BMI, dan BRI Syariah)”. Skripsi S1 Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2013.
Myirandasari, Bella. “Anlisis Komparasi Stabilitas Perbankan Syariah dan
Konvensional (Bank Umum Devisa Non Go Public di Indonesia)”. Jurnal
Ilmiah. Universitas Brawijaya Malang. 2015.
Nadratuzzaman, Muhamad dan Shofaun Nada. “Pengukuran Tingkat Kesehatan dan
Gejala Financial Distress Bank Umum Syariah”. Jurnal Economia, Vol. 9
No. 2. (Februari 2012).
Nada, Shofaun. “Penerapan Metode Multiple Discriminant Analysis (MDA) Untuk
Mengukur Tingkat Kesehatan Yang Mengidentifikasi Gejala Financial
Distress Pada Bank Umum Syariah”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan
Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2012.
Nugraheni, Aprilia. “Analisis Ketepatan Prediksi Potensi Kebangkrutan Melalui
Altman Z-Score Dan Hubungannya Dengan Harga Saham Pada Perusahaan
Perbankan Yang Listing Di Bursa Efek Jakarta”. Skripsi S1 Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang. 2005.
Nugroho, M. Iqbal Dwi. “Analisis Financial Distress Dengan Menggunakan Model
Altman Z-Score Modifikasi 1995”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomika dan
Bisnis, Universitas Diponegoro Semarang. 2012.
Nurina Astria, Maya. “Pelaksanaan Kebijakan”. Skripsi S1 Fakultas Hukum,
Universitas Indonesia. 2009.
96
Nurhasanah. “Analisis Rasio Keuangan Model Altman dan Model Springate Sebagai
Early Warning System Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Bank
Go Public”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. (Juni 2010).
Nurhasanah, Iis. “Penggunaaan Rasio Keuangan Sebagai Prediktor Potensi Financial
Distress dan Kebangkrutan pada Sektor Perbankan Syariah dengan Model
Altman Z-Score (Studi kasus pada BUS periode 2010-2011)”. Skripsi S1
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta. 2012.
Rahmatillah, Sri Fatimah. “Analisis Komparatif Prediksi Kebangkrutan
Menggunakan Model Risk Based Bank Rating dan Model Altman Z-Score
Pada Perbankan Umum Syariah di Indonesia”. Skripsi S1 Fakultas Ekonomi
dan Bisnis, Universitas Hasanuddin Makasar. 2014.
Ramadhani, Ayu Suci dan Niki Lukviarman. “Perbandingan Analisis Prediksi
Kebangkrutan Menggunakan Model Altman Pertama, Altman Revisi Dan
Altman Modifikasi Dengan Ukuran Dan Umur Perusahaan Sebagai Variabel
Penjelas (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia)”. Jurnal Siasat Bisnis. Vol. 13 No. 1. 2009.
Wahyuni, Mutiara. “Analisis Rasio Keuangan Terhadap Metode Altman Z-Score,
Zmijewski, dan Springate dalam Memprediksi Kebangkrutan pada Sektor
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Perode 2009-2012”. Skripsi S1
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2014),
Daftar Website
Bank Indonesia. “Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia”.
diakses
pada
30
Maret
2015
dari
http://www.bi.go.id/web/id/Tentang+BI
PBI No. 13/1/PBI/2011 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum”, diakses
tanggal
30
Maret
2015
diakses
dari
www.bi.go.id/id/peraturan/No.13_24 DPNP_2011.
PBI No. 8/4/PBI/2006. “Tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum”. diakses pada
30 Maret 2015 dari www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/pbi_82406
PBI No.15/12/PBI/2013. “Tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum”. diakses
pada tanggal 30 Maret 2015 dari www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan
97
Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 2008. “Tentang Perbankan
Syariah”.
diakses
pada
30
Maret
2015
dari
www.bi.go.id/id/perbankan/syariah/Documents/UU_21_08_Syariah
Undang-Undang Republik Indonesia No 37 Tahun 2004. “Tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang”. diakses tanggal 30 Maret
2015 dari http:// hukumkepailitan.com/
Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 Tahun 1998. “Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang No.72 Tahun 1992 Tentang Perbankan”. diakses pada
30 Maret 2015 dari
https://id.wikisource.org/wiki/UndangUndang_Republik_Indonesia_No
mor_10_Tahun_1998
Surat Edaran BI No. 13/24/DPNP. “Perihal Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum”. diakses tanggal 30 Maret 2015 dari www.ojk.go.id/suratedaran-bank-indonesia-nomor-13-24-dpnp
Surat Edaran BI No.12/13/Dpbs. “Tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum”.
diakses
pada
30
Maret
2015
dari
www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/Pages/se_121310
Surat Edaran BI No.9/12/DPNP Tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum”,
diakases pada tanggal 30 Maret 2015 dari www.ojk.go.id/suratedaran-bank-indonesia-nomor-9-12-dpnp
Surat Edaran BI No.9/24/Dpbs/2007 Perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank Umum Berdarakan Prinsip Syariah", diakses tanggal 30 Maret
2015 dari www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/Pages/se_092407
LAMPIRAN 1
Hasil Hitung Net Working Capital BUS Tahun 2010-2014
Tahun 2010 : Net Working Capital = Asset Lancar - Kewajiban Lancar
No.
Bank Umum Syariah
1
PT. Bank Muamalat Indonesia
2
3
Asset Lancar
(a)
Kewajiban Lancar (b)
Modal Kerja Bersih (a-b)
20.723.117
3.310.063
17.413.054
PT. Bank Victoria Syariah
Bank BRI Syariah
623.587
6.743.070
344.518
1.142.639
279.069
5.600.431
4
B.P.D Jawa Barat Banten Syariah
1.917.951
240.580
1.677.371
5
Bank BNI Syariah
6.318.311
735.716
5.582.595
6
Bank Syariah Mega Indonesia
4.524.742
1.354.568
3.170.174
426.304
2.060.588
31.427.849
863.975
17.563
613.559
5.376.048
100.835
408.741
1.447.029
26.051.801
763.140
7
8
9
10
Bank Panin Syariah
PT. Bank Syariah Bukopin
Bank Syariah Mandiri
PT. BCA Syariah
Tahun 2011 Net Working Capital = Asset Lancar - Kewajiban Lancar
No.
Bank Umum Syariah
1
PT. Bank Muamalat Indonesia
2
PT. Bank Victoria Syariah
3
Bank BRI Syariah
4
Asset Lancar
(a)
Kewajiban Lancar
(b)
Modal Kerja Bersih (a-b)
31.704.347
4.357.692
27.346.655
625.410
62.950
562.460
11.014.552
2.143.872
8.870.680
B.P.D Jawa Barat Banten Syariah
2.826.742
294.304
2.532.438
5
Bank BNI Syariah
8.402.815
1.660.323
6.742.492
6
Bank Syariah Mega Indonesia
5.464.262
1.748.741
3.715.521
7
Bank Panin Syariah
986.419
158.915
827.504
8
PT. Bank Syariah Bukopin
2.530.738
405.611
2.125.127
9
Bank Syariah Mandiri
46.779.265
5.919.330
40.859.935
1.204.916
177.741
1.027.175
10
PT. BCA Syariah
Tahun 2012 Net Working Capital = Asset Lancar - Kewajiban Lancar
No.
Bank Umum Syariah
1
PT. Bank Muamalat Indonesia
2
PT. Bank Victoria Syariah
3
Bank BRI Syariah
4
B.P.D Jawa Barat Banten Syariah
5
Bank BNI Syariah
6
Asset Lancar (a)
Kewajiban Lancar
(b)
Modal Kerja Bersih (a-b)
43.999.754
8.418.116
35.581.638
918.988
163.042
755.946
13.907.429
3.133.449
10.773.980
4.117.316
512.121
3.605.195
10.530.883
2.208.223
8.322.660
Bank Syariah Mega Indonesia
8.073.584
2.011.775
6.061.809
7
Bank Panin Syariah
2.108.876
787.655
1.321.221
8
PT. Bank Syariah Bukopin
3.444.459
825.268
2.619.191
9
10
Bank Syariah Mandiri
PT. BCA Syariah
52.215.048
8.156.727
44.058.321
1.587.439
253.280
1.334.159
Tahun 2013 Net Working Capital = Asset Lancar - Kewajiban Lancar
No.
Bank Umum Syariah
1
PT. Bank Muamalat Indonesia
2
PT. Bank Victoria Syariah
3
Bank BRI Syariah
4
B.P.D Jawa Barat Banten Syariah
5
Bank BNI Syariah
6
Asset Lancar (a)
Kewajiban Lancar
(b)
Modal Kerja Bersih (a-b)
53.069.755
10.026.943
43.042.812
1.302.701
113.235
1.189.466
13.907.429
3.133.449
10.773.980
4.495.900
649.029
3.846.871
14.533.249
3.977.177
10.556.072
Bank Syariah Mega Indonesia
9.035.286
1.800.040
7.235.246
7
Bank Panin Syariah
4.008.205
1.015.244
2.992.961
8
PT. Bank Syariah Bukopin
4.168.798
1.128.239
3.040.559
9
Bank Syariah Mandiri
61.696.233
11.250.280
50.445.953
2.013.728
263.437
1.750.291
10
PT. BCA Syariah
Tahun 2014 Net Working Capital = Asset Lancar - Kewajiban Lancar
No.
Bank Umum Syariah
1
PT. Bank Muamalat Indonesia
2
PT. Bank Victoria Syariah
3
Bank BRI Syariah
4
B.P.D Jawa Barat Banten Syariah
5
Bank BNI Syariah
6
Asset Lancar (a)
Kewajiban Lancar
(b)
Modal Kerja Bersih (a-b)
59.120.932
9.763.883
49.357.049
1.395.440
74.559
1.320.881
20.127.544
4.024.066
16.103.478
5.908.086
533.062
5.375.024
19.299.851
3.500.684
15.799.167
Bank Syariah Mega Indonesia
6.698.827
1.237.565
5.461.262
7
Bank Panin Syariah
6.154.599
873.919
5.280.680
8
PT. Bank Syariah Bukopin
4.974.902
1.053.049
3.921.853
9
Bank Syariah Mandiri
64.719.334
8.614.688
56.104.646
2.964.948
311.773
2.653.175
10
PT. BCA Syariah
LAMPIRAN 2 Angka Dalam Variabel Z-Score BUS Tahun 2010-2014
Modal Kerja Bersih (Net Working Capital)
Bank Umum
Syariah
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
BMI
BVS
BRIS
BJBS
BNIS
BMS
BPS
BSB
BSM
BCAS
Tahun
2010
17.413.059
279.069
5.600.431
1.677.371
5.582.595
3.170.174
408.741
1.447.029
26.105.801
763.140
2011
27.346.655
562.460
8.870.680
2.849.451
6.742.492
3.715.521
827.504
2.125.127
40.859.935
1.027.175
(dalam jutaan rupiah)
2012
35.581.638
755.946
10.773.980
3.605.195
8.322.660
6.061.809
1.321.221
26.191.911
44.058.321
1.334.159
2013
43.042.812
1.189.466
12.929.302
3.846.871
10.556.072
7.235.246
2.992.961
3.040.519
50.445.953
1.750.291
2014
49.357.049
1.320.881
16.103.478
5.375.024
15.799.167
5.461.262
5.280.680
3.921.853
56.104.646
2.653.175
Total Aktiva (Total Assets)
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bank Umum
Syariah
BMI
BVS
BRIS
BJBS
BNIS
BMS
BPS
BSB
BSM
BCAS
Tahun
2010
21.442.596
336.676
6.856.386
1.930.469
6.394.924
4.637.730
458.713
2.193.952
32.481.873
874.631
(dalam jutaan rupiah)
2011
32.479.506
642.026
11.200.823
2.749.451
8.466.887
5.565.724
1.016.878
2.730.027
48.671.950
1.217.097
2012
44.854.413
939.472
14.088.914
4.275.097
10.645.313
8.164.921
2.140.482
3.616.108
54.058.321
1.602.181
2013
54.694.020
1.323.398
17.400.914
4.695.088
14.708.504
9.121.575
4.052.701
4.343.069
63.965.361
2.041.419
2014
62.413.310
1.439.903
20.356.863
6.090.945
19.492.112
7.042.489
6.207.679
5.161.300
66.942.422
2.665.416
Laba Ditahan (Retained Earning)
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bank Umum
Syariah
BMI
BVS
BRIS
BJBS
BNIS
BMS
BPS
BSB
BSM
BCAS
Tahun
2010
443.684
0
(23.978)
5.393
36.512
62.854
(8.882)
(206.805)
1.358.882
3.826
2011
670.639
2.655
(12.324)
20.579
72.386
116.721
351
(194.596)
1.909.952
10.599
(dalam jutaan rupiah)
2012
1.596.742
23.214
89.564
30.095
186.218
301.539
39.405
(177.296)
2.772.182
18.959
2013
1.120.895
33.378
219.128
40.571
303.680
149.540
25.995
(157.750)
3.373.423
31.659
2014
684.634
37.453
228.343
35.531
448.500
17.396
96.934
(149.088)
3.445.201
44.609
EBT (Laba Sebelum Pajak)
Bank Umum
Syariah
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
BMI
BVS
BRIS
BJBS
BNIS
BMS
BPS
BSB
BSM
BCAS
Tahun
2010
231.076
3.013
18.053
7.696
36.734
84.352
(7.173)
14.919
583.315
6.285
2011
371.670
26.182
16.701
25.769
89.356
72.050
12.410
15.023
767.112
8.950
(dalam jutaan rupiah)
2012
521.841
10.164
138.052
20.843
137.744
246.728
49.572
24.354
1.125.264
10.961
2013
653.621
4.928
183.942
18.759
179.616
195.737
29.162
27.245
906.498
16.761
2014
96.719
(25.021)
29.615
29.751
220.133
23.219
95.732
12.770
112.608
17.498
Nilai Buku Ekuitas (Book Value Of Equity)
Bank Umum
Syariah
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
BMI
BVS
BRIS
BJBS
BNIS
BMS
BPS
BSB
BSM
BCAS
Tahun
2010
208.554
10.087
92.313
1.745
23.647
68.718
26.424
43.994
365.261
8.250
2011
317.399
12.317
125.327
8.927
47.720
61.983
24.446
57.646
511.063
8.439
(dalam jutaan rupiah)
2012
422.600
13.568
123.193
141.149
97.474
57.403
24.761
58.393
743.598
6.767
2013
868.254
14.171
163.153
160.886
102.349
51.082
28.527
85.176
787.871
18.569
2014
2.297.070
15.629
151.928
160.785
110.890
288.933
29.861
80.808
725.401
20.311
Nilai Buku Kewajiban (Book Value Of Debt)
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bank Umum
Syariah
BMI
BVS
BRIS
BJBS
BNIS
BMS
BPS
BSB
BSM
BCAS
Tahun
2010
208.554
35.773
1.192.418
274.658
825.370
1.397.796
20.802
698.558
5.00.9834
111.270
2011
317.399
64.653
2.230.290
350.268
1.746.689
1.820.331
163.564
492.386
7.741.140
190.216
(dalam jutaan rupiah)
2012
422.600
161.748
3.431.739
575.579
2.366.763
2.118.304
612.730
905.598
9.168.631
268.793
2013
868.254
119.634
4.504.515
711.187
4.272.233
1.905.341
1.026.305
1.564.054
11.029.685
275.000
2014
2.297.070
84.238
5.611.539
583.989
3.859.672
1.345.853
892.549
1.136.981
9.609.312
326.917
LAMPIRAN 3 Hasil Hitung Variabel Z-Score
Hasil Net Working Capital to Total Assets (X1)
Tahun
Bank Umum
Syariah
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2010
BMI
BVS
BRIS
BJBS
BNIS
BMS
BPS
BSB
BSM
BCAS
2011
0.81
0.83
0.82
0.87
0.87
0.68
0.89
0.66
0.80
0.87
2012
0.84
0.88
0.79
0.89
0.80
0.67
0.81
0.78
0.84
0.84
2013
0.80
0.80
0.76
0.84
0.78
0.74
0.62
0.72
0.82
0.83
2014
0.79
0.90
0.74
0.82
0.72
0.75
0.74
0.70
0.79
0.86
0.79
0.92
0.79
0.88
0.81
0.78
0.85
0.76
0.84
0.89
Hasil Retained Earning to Total Assets (X2)
Bank Umum
Syariah
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
BMI
BVS
BRIS
BJBS
BNIS
BMS
BPS
BSB
BSM
BCAS
Tahun
2010
0.021
0
(0.0035)
0.003
0.006
0.014
(0.018)
(0.094)
0.042
0.004
2011
2012
0.021
0.041
(0.0011)
0.007
0.009
0.021
0.00035
(0.071)
0.039
0.009
2013
0.036
0.025
(0.00087)
0.005
0.017
0.037
0.018
(0.049)
0.051
0.012
2014
0.020
0.025
0.0051
0.009
0.021
0.016
0.006
(0.036)
0.053
0.016
0.011
0.026
0.011
0.006
0.023
0.0025
0.016
(0.028)
0.051
0.017
Hasil EBT (Laba Sebelum Pajak) to Total Assets
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bank Umum
Syariah
BMI
BVS
BRIS
BJBS
BNIS
BMS
BPS
BSB
BSM
BCAS
Tahun
2010
0.011
0.009
0.003
0.004
0.006
0.018
(0.016)
0.006
0.018
0.007
2011
2012
0.011
0.0041
0.0015
0.009
0.011
0.013
0.012
0.006
0.016
0.007
2013
0.012
0.011
0.0098
0.005
0.013
0.030
0.023
0.007
0.021
0.007
0.012
0.0037
0.011
0.004
0.012
0.022
0.007
0.006
0.014
0.008
2014
0.0015
(0.017)
0.0015
0.005
0.11
0.0033
0.015
0.002
0.002
0.007
Hasil Book Value of Equity to Book Value of Debt (X4)
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bank Umum Syariah
Tahun
2010
BMI
BVS
BRIS
BJBS
BNIS
BMS
BPS
BSB
BSM
BCAS
2011
0.057
0.28
0.078
0.006
0.029
0.049
1.27
0.063
0.073
0.074
0.069
0.19
0.056
0.025
0.027
0.034
0.15
0.12
0.066
0.044
2012
0.052
0.084
0.036
0.245
0.041
0.027
0.040
0.064
0.081
0.025
LAMPIRAN 4 Hasil Z-Score BUS Tahun 2010-2014
Rumus Z-Score Modifikasi = 6,56 (X1) + 3,26 (X2) + 6,72 (X3) + 1,05 (X4)
Contoh Perhitungan Z-Score Bank Umum Syariah Tahun 2010:
1. Bank Muamalat
6,56 (0,81) + 3,26 (0,021) + 6,72 (0,011) + 1,05 (0,057)
5,31 + 0,0068 + 0,074 + 0,06 = 5,51
2. Bank Victoria Syariah
6,56 (0,83) + 3,26 (0) + 6,72 (0,009) + 1,05 (0,28)
5,44 + 0 + 0,060 + 0,29 = 5,75
3. BRI Syariah
6,56 (0,82) + 3,26 ( -0,0035) + 6,72 (0,003) + 1,05 (0,078)
5,38 + (0.01141) + 0,020 + 0,082 = 5,47
4. BPD Jawa Barat Banten Syariah
6,56 (0,87) + 3,26 (0,003) + 6,72 (0,004) + 1,05 (0,006)
5,71 + 0,009 + 0.03 + 0.006 = 5,76
5. BNI Syariah
6,56 (0.87) + 3,26 (0,006) + 6,72 (0,006) + 1,05 (0,029)
5,71 + 0,02 + 0,040 + 0,030 = 5,80
6. Bank Syariah Mega Indonesia
6,56 (0,68) + 3,26 (0,014) + 6,72 (0,018) + 1,05 (0,049)
4,46 + 0,046 + 0,121 + 0,05 = 4,68
7. Bank Panin Syariah
2013
2014
0.088
0.12
0.036
0.226
0.024
0.027
0.028
0.054
0.071
0.068
0.21
0.18
0.027
0.275
0.029
0.215
0.033
0.071
0.075
0.062
6,56 (0,89) + 3,26 (-0,018) + 6,72 (-0,016) + 1,05 (1.27)
5,84 + (0,059) + (0,11) + 1,34 = 6,98
8. Bank Syariah Bukopin
6,56 (0,66) + 3,26 (-0,094) + 6,72 (0,006) + 1,05 (0,063)
4,33 + (0,31) + 0,04 + 0,07 = 4,13
9. Bank Syariah Mandiri
6,56 (0,80) + 3,26 (0,042) + 6,72 (0,018) + 1,05 (0,073)
5,25 + 0,137 + 0,121 + 0,077 = 5,59
10. BCA Syariah
6,56 (0,87) + 3,26 (0,004) + 6,72 (0,007) + 1,05 (0,074)
5,71 + 0,013 + 0,047 + 0,078 = 5,85
Perhitungan Z-Score BUS Tahun 2010
Bank Umum
Syariah
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
6.56 (X1)
BMI
BVS
BRIS
BJBS
BNIS
BMS
BPS
BSB
BSM
BCAS
5,31
5,44
5,38
5.71
5,71
4,46
5,84
4.33
5,25
5,71
3.26 (X2)
0,068
0
(0,0114)
0.009
0,02
0,046
(0,059)
(0.31)
0,137
0,013
6.72 (X3)
0,074
0,06
0,02
0.027
0,04
0,121
(0.11)
0.04
0,121
0,047
1.05 (X4)
Z-Score
0,06
0,29
0,082
0.006
0,03
0,05
1,34
0.07
0,077
0,078
5.51
5.75
5.47
5.76
5.80
4.68
6.98
4.13
5.59
5.85
Perhitungan Z-Score BUS tahun 2011
Bank Umum
Syariah
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
BMI
BVS
BRIS
BJBS
BNIS
BMS
BPS
BSM
BSB
BCAS
6.56 (X1)
5,51
5,77
5,19
5,84
5,24
4,4
5,31
5,12
5,51
5,51
3.26 (X2)
0,068
0,134
(0,0036)
0,023
0,03
0,068
0,0011
(0,23)
0,127
0,03
6.72 (X3)
0,074
0,027
0,01008
0,06
0,07
0,087
0,081
1,12
0,108
0,047
1.05 (X4)
0,072
0,285
0,059
0,026
0,028
0,036
0.16
0,13
0,069
0,046
Z-Score
5.72
6.25
5.26
5.95
5.37
4.59
5.55
6.14
5.81
5.63
Perhitungan Z-Score BUS Tahun 2012
Bank Umum
Syariah
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
6.56 (X1)
BMI
BVS
BRIS
BJBS
BNIS
BMS
BPS
BSM
BSM
BCAS
5,25
5,24
4,99
5,51
5,12
4,85
4,07
4,72
5,38
5,44
3.26 (X2)
0,12
0.025
(0,00028)
0,016
0,055
0,121
0,059
(0,16)
0,166
0,04
6.72 (X3)
1.05 (X4)
0,081
0,074
0,066
0,037
0,087
0,202
0,15
0,05
0,141
0,047
Z-Score
0,055
0,088
0,038
0,26
0,043
0,028
0,042
0,01
0,085
0,026
5.51
5.48
5.09
5.82
5.30
5.20
4.32
4.62
5.77
5.55
Perhitungan Z-Score BUS Tahun 2013
Bank Umum
Syariah
No.
6.56 (X1)
3.26 (X2)
6.72 (X3)
1.05 (X4)
Z-Score
1
BMI
5,18
0,065
0,081
0.092
5.42
2
BVS
5,9
0,081
0,025
0,126
6.13
3
BRIS
4,85
0,0167
0,074
0,038
4.98
4
BJBS
5,34
0,03
0,027
0,24
5,64
5
BNIS
4,72
0,068
0,08
0,025
4.89
6
BMS
4,92
0,052
0,147
0,028
5.15
7
BPS
4,85
0,02
0,047
0,029
4.95
8
BSB
4,59
-0,12
0,04
0,06
4.57
9
BSM
5,18
0,173
0,094
0,075
5.52
10
BCAS
5,64
0,052
0,054
0,071
5.82
Perhitungan Z-Score BUS Tahun 2014
Bank Umum
Syariah
No.
6.56 (X1)
3.26 (X2)
6.72 (X3)
1.05 (X4)
Z-Score
1
BMI
5,18
0,036
0,0101
0,22
5.45
2
BVS
6,03
0,085
(0,114)
0,189
6.19
3
BRIS
5,18
0,036
0,01008
0,028
5.25
4
BJBS
0.88
0.006
0.005
0.275
6.11
5
BNIS
5,31
0,075
0,074
0,03
5.49
6
BMS
5,12
0,00815
0,022176
0,23
5.38
7
BPS
5,58
0,052
0,1008
0,035
5.77
8
BSB
4,99
(0,09)
0,013
0,07
4.98
9
BSM
5,51
0,166
0,013
0,079
5.77
10
BCAS
5,84
0,055
0,047
0,065
6.01
LAMPIRAN 5 Hasil Perhitungan Rasio Dalam RGEC
Return on Assets (ROA) = Pendapatan Tahun Berjalan / Total Aktiva
Tahun
Bank
Umum
Syariah
No
2010
Pendapatan
tahun
berjalan
(dalam jutaan rupiah)
2011
Pendapatan
tahun
berjalan
Total
Aktiva
2012
Pendapatan
tahun
berjalan
Total
Aktiva
2013
Total
Aktiva
Pendapatan
tahun
berjalan
2014
Total
Aktiva
Pendapatan
tahun
berjalan
Total
Aktiva
1
BMI
231.076
21.442.596
371.670
32.479.506
521.841
44.854.413
653.621
54.694.020
96.719
62.413.310
2
BVS
3.013
336.676
26.182
642.026
10.164
939.472
4.928
1.323.398
-25.021
1.439.903
3
BRIS
18.053
6.856.386
16.701
11.200.823
138.052
14.088.914
183.942
17.400.914
29.615
20.356.863
4
BJBS
7.696
1.930.469
25.769
2.749.451
20.843
4.275.097
18.759
4.695.088
29.751
6.090.945
5
BNIS
36.734
6.394.924
89.356
8.466.887
137.744
10.645.313
179.616
14.708.504
220.133
19.492.112
6
BMS
84.352
4.637.730
72.050
5.565.724
246.728
8.164.921
195.737
9.121.575
23.219
7.042.489
7
BPS
-7.173
458.713
12.410
1.016.878
49.572
2.140.482
29.162
4.052.701
95.732
6.207.679
8
BSB
14.919
2.193.952
15.023
2.730.027
24.354
3.616.108
27.245
4.343.069
12.770
5.161.300
9
BSM
583.315
32.481.873
767.112
48.671.950
1.125.264
54.058.321
906.498
63.965.361
112.608
66.942.422
10
BCAS
6.285
874.631
8.950
1.217.097
10.961
1.602.181
16.761
2.041.419
17.498
2.665.416
Tahun
Bank Umum
Syariah
No
(dalam%)
ROA
2010
2011
2012
2013
2014
1
2
3
BMI
BVS
BRIS
1,08
0,89
0,26
1,14
4,08
0,15
1,16
1,08
0,98
1,20
0,37
1,06
0,15
-1,74
0,15
4
BJBS
0,40
0,94
0,49
0,40
0,49
5
BNIS
0,57
1,06
1,29
1,22
1,13
6
BMS
1,82
1,29
3,02
2,15
0,33
7
BPS
-1,56
1,20
2,32
0,72
1,54
8
BSB
0,68
0,55
2,08
0,63
0,25
9
BSM
1,80
1,57
2,08
1,42
0,17
10
BCAS
0,72
0,73
0,68
0,82
0,66
Net Core Operation Margin (NCOM) = Pendapatan Penyaluran Dana / Aktiva Produktif
Tahun
Bank
Umum
Syariah
No
2010
Pendapatan
Penyaluran
Dana
2011
Aktiva
Produktif
Pendapatan
Penyaluran
Dana
(dalam jutaan Rupiah)
2012
Aktiva
Produktif
Pendapatan
Penyaluran
Dana
2013
Aktiva
Produktif
Pendapatan
Penyaluran
Dana
2014
Aktiva
Produktif
Pendapatan
Penyaluran
Dana
Aktiva
Produktif
1
BMI
1.607.823
19.881.169
2.319.732
31.095.375
2.980.133
43.066.061
4.794.223
53.713.373
5.214.862
59.782.027
2
BVS
18.864
276.598
31.030
623.084
74.078
915.101
105.116
1.296.501
145.812
1.409.606
3
BRIS
674.895
6.431.080
1.046.082
10.448.821
1.338.401
13.375.716
1.737.511
16.370.804
1.355.184
19.959.522
4
BJBS
118.748
2.003.480
256.752
2.829.360
358.514
4.085.964
511.492
4.479.130
593.149
5.826.129
5
BNIS
417.661
6.017.251
1.009.550
7.826.113
1.259.539
9.709.272
1.341.374
13.647.597
2.036.514
18.367.547
6
BMS
893.452
4.187.257
889.902
5.134.358
1.152.242
7.542.221
1.355.755
8.362.630
1.195.320
6.329.796
7
BPS
21.376
423.509
70.261
981.592
146.346
2.111.769
273.812
4.021.721
529.191
6.177.664
8
BSB
198.407
1.911.707
211.711
2.385.492
283.947
3.271.480
366.252
3.955.011
460.596
4.724.076
9
BSM
2.879.839
30.743.772
3.974.471
44.947.008
4.917.358
50.640.092
4.917.358
50.640.092
5.583.342
58.946.652
10
BCAS
138.034
829.577
76.332
1.152.967
156.917
1.524.775
185.728
1.934.480
262.893
2.878.358
Tahun
Bank Umum
Syariah
No
(dalam%)
NCOM
2010
2011
2012
2013
2014
1
BMI
8,09
7,46
6,92
8,93
8,72
2
BVS
6,82
4,98
8,10
8,11
10,34
3
BRIS
10,49
10,01
10,01
10,61
6,79
4
BJBS
5,93
9,07
8,77
11,42
10,18
5
BNIS
6,94
12,90
12,97
9,83
11,09
6
BMS
21,34
17,33
15,28
16,21
18,88
7
BPS
5,05
7,16
6,93
6,81
8,57
8
BSB
10,38
8,87
8,68
9,26
9,75
9
BSM
9,37
8,84
9,71
9,71
9,47
10
BCAS
16,64
6,62
10,29
9,60
9,13
Current Asset Ratio (CAR) = Total Modal / Aktiva Tertimbang Menurut Resiko
Bank
Umum
Syariah
No
Tahun
2010
1
BMI
Total
Modal
2.127.277
2
BVS
3
2011
15.685.792
Total
Modal
2.415.629
110.000
588.235
BRIS
995.322
4
BJBS
5
2012
2013
2014
20.109.147
3.682.215
31.422.598
5.149.463
36.305.962
Total
Modal
5.876.558
135.845
300.408
154.316
549.306
164.079
891.613
137.800
901.838
4.826.384
1.034.367
7.018.331
1.112.727
9.803.081
1.765.133
12.180.402
1.787.087
13.718.805
515.591
1.640.307
533.379
1.761.433
650.023
2.990.890
655.836
3.646.144
681.337
4.316.702
BNIS
1.057.472
3.820.048
1.097.119
5.286.160
1.198.018
8.495.720
1.365.396
8.413.837
2.004.358
10.878.620
6
BMS
378.452
2.879.917
441.469
3.670.437
441.469
3.670.437
578.863
4.285.662
1.077.568
4.194.517
7
BPS
141.405
257.993
452.867
730.724
483.369
1.501.121
537.402
2.597.432
812.683
4.319.127
8
BSB
185.411
1.611.475
301.859
1.973.954
331.199
2.591.576
358.919
3.232.827
567.308
3.578.295
9
BSM
2.178.877
20.553.673
3.720.674
25.540.366
4.567.310
32.916.532
4.567.310
33.039.066
5.344.901
37.904.941
10
BCAS
300.924
393.931
308.458
671.428
308.589
980.624
321.436
1.438.025
637.854
2.157.000
ATMR
ATMR
Total Modal
ATMR
Total Modal
Tahun
Bank Umum
Syariah
No
CAR
2010
2011
2012
2013
2014
1
BMI
13,56
12,01
11,72
14,18
14,22
2
BVS
18,70
45,22
28,09
18,40
15,28
3
BRIS
20,62
14,74
11,35
14,49
13,03
4
BJBS
31,43
30,28
21,73
17,99
15,78
5
BNIS
27,68
20,75
14,10
16,23
18,42
6
BMS
13,14
12,03
12,03
13,51
25,69
7
BPS
54,81
56,97
32,20
20,69
18,82
8
BSB
11,51
15,29
12,78
11,10
15,85
9
BSM
10,60
14,57
13,88
13,82
14,10
10
BCAS
76,39
45,94
31,47
22,35
29,57
ATMR
ATMR
41.334.187
Non Performing Finance (NPF) = Pembiayaan Bermasalah / Aktiva Produktif
Tahun
Bank
Umum
Syariah
No
2010
Pebiayaan
Bermasalah
2011
Aktiva
Produktif
Pebiayaan
Bermasalah
(dalam jutaan Rupiah)
2012
Aktiva
Produktif
Pebiayaan
Bermasalah
2013
Aktiva
Produktif
Pebiayaan
Bermasalah
2014
Aktiva
Produktif
Pebiayaan
Bermasalah
Aktiva
Produktif
1
BMI
689.527
19.881.169
564.658
31.095.375
693.139
43.066.061
1.964.220
53.713.373
2.816.750
59.782.027
2
BVS
2.046
276.598
5.308
623.084
15.311
915.101
31.859
1.296.501
76.538
1.409.606
3
BRIS
186.954
6.431.080
261.196
10.448.821
340.426
13.375.716
571.667
16.370.804
71.560
19.959.522
4
BJBS
28.932
2.003.480
2.396
2.829.360
117.416
4.085.964
67.014
4.479.130
257.069
5.826.129
5
BNIS
140.862
6.017.251
212.756
7.826.113
155.076
9.709.272
209.418
13.647.597
279.822
18.367.547
6
BMS
110.904
4.187.257
124.173
5.134.358
171.211
7.542.221
219.364
8.362.630
217.359
6.329.796
7
BPS
0
423.509
6.006
981.592
3.062
2.111.769
26.474
4.021.721
25.493
6.177.664
8
BSB
61.293
1.911.707
33.265
2.385.492
122.873
3.271.480
142.667
3.955.011
153.412
4.724.076
9
BSM
889.765
30.743.772
1.023.143
44.947.008
1.397.003
50.640.092
1.396.643
50.640.092
2.309.118
58.946.652
10
BCAS
4.528
829.577
1.037
1.152.967
2.367
1.524.775
2.019
1.934.480
3.496
2.878.358
No
Tahun
(dalam %)
NPF
2012
Bank Umum Syariah
2010
2011
2013
2014
1
BMI
4,32
2,60
2,09
1,35
6,43
2
BVS
0,00
2,43
3,19
3,71
7,10
3
BRIS
3,19
2,77
3,00
4,06
4,60
4
BJBS
1,80
1,36
3,97
1,86
5,84
5
BNIS
3,59
3,62
3,02
1,86
1,86
6
BMS
3,52
3,03
2,67
2,98
3,89
7
BPS
0,00
0,88
0,20
1,20
0,53
8
BSB
3,80
1,74
4,57
4,27
4,07
9
BSM
3,52
2,42
2,82
4,32
6,84
10
BCAS
1,20
0,15
0,10
0,10
0,12
Download