Studi Kasus Pencitraan Sonogram Kelainan Organ Hati Dan

advertisement
3
TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi dan Karakteristik Anjing (Canis lupus)
Sejak
jaman dahulu anjing telah dimanfaatkan untuk berbagai
kepentingan manusia. Hubungan antara manusia dan anjing semakin berkembang
sehingga timbul rasa saling ketergantungan diantara keduanya (Larkin &
Stockman 2007). Anjing merupakan hasil evolusi dan domestikasi dari serigala.
Akibat proses domestikasi tersebut anjing memiliki kemampuan berinteraksi yang
begitu unik terhadap manusia. Pada awalnya anjing digunakan untuk membantu
manusia dalam berburu hewan, namun saat ini fungsi anjing telah berkembang
menjadi bagian yang amat penting bahkan dianggap sebagai sahabat baik bagi
manusia (Aiello & Bukowski 2007).
Klasifikasi
Kingdom :
Animalia
Superfilum :
Deuterostomia
Filum
Chordata
:
Sub filum :
Vertebrata
Superkelas :
Tetrapoda
Kelas
:
Mamalia
Ordo
:
Karnivora
Sub ordo :
Feliformia
Famili
:
Canidae
Sub famili :
Caninae
Genus
:
Canis
Spesies
:
Canis lupus (Aiello & Bukowski 2007).
Intervensi manusia selama ini menyebabkan perubahan terhadap bentuk
genetik anjing sehingga dapat memunculkan anjing dengan jenis yang baru. Saat
ini terdapat sekitar 300 jenis anjing yang tersebar diseluruh dunia dan setiap
negara memiliki jenis-jenis anjing dengan karakteristik yang berbeda-beda (Evans
1993). Tiap-tiap ras anjing memiliki variasi bentuk dan ukuran. Ras anjing yang
berukuran kecil memiliki bobot badan sekitar 2-5 kg, ras sedang dengan bobot
4
badan antara 5-25 kg, ras besar memiliki bobot badan 30-50 kg, sedangkan anjing
ras raksasa mampu berbobot badan hingga 100 kg (Aiello & Bukowski 2007).
Anjing memiliki metabolisme tubuh yang cukup tinggi dengan temperatur
tubuh sekitar 102 oF (38 oC), frekuensi denyut jantung 70-120 kali per menit, dan
frekuensi nafas 18-34 kali per menit. Rambut pada tubuh anjing berfungsi
menyimpan panas yang dihasilkan tubuh sehingga tidak mudah dikeluarkan ke
lingkungan. Jika temperatur lingkungan sekitar cukup tinggi maka anjing akan
melakukan panting. Panting merupakan teknik untuk mengeluarkan panas dalam
tubuh secara evaporasi melalui sistem pernafasan karena anjing tidak memiliki
kelenjar keringat (Aiello & Bukowski 2007).
Anjing memiliki indera penciuman dan pendengaran yang sangat sensitif.
Anjing memiliki kemampuan mendengar 4 kali lebih baik dari manusia dan
kemampuan mencium hingga 1.000-100.000 kali lipat dari penciuman manusia.
Dengan kemampuan yang unik tersebut maka anjing dapat digunakan sebagai
anjing penjaga maupun anjing pelacak (Houpt 1998). Bagian mata anjing terdapat
membrana nictitans yang terlihat sebagai kelopak mata lapis kedua. Membran ini
memiliki fungsi penting dalam melindungi mata dari goresan hingga melakukan
respon inflamasi pada daerah mata (Aiello & Bukowski 2007).
Sebagai hewan karnivora anjing memiliki sistem pencernaan yang
dirancang khusus untuk mencerna daging. Barisan gigi yang terdapat di mulut
anjing merupakan adaptasi terhadap fungsinya untuk mengoyak daging. Daging
yang dicerna akan dimanfaatkan sebagai sumber energi, sumber panas, dan bahan
perbaikan sel-sel tubuh (Larkin & Stockman 2007). Setiap jenis anjing memiliki
susunan gigi yang berbeda. Namun secara umum rumus gigi anjing dewasa adalah
I 6/6, C 2/2, PM 8/8, M 4/6 (Aiello & Bukowski 2007).
Anjing betina memiliki 4 fase estrus (proestrus, estrus, metestrus, dan
anestrus) dengan rentang waktu yang berbeda-beda tiap spesiesnya. Lama
kehamilan anjing berkisar antara 59 hingga 65 hari dengan rata-rata sekitar 60
hari. Jumlah anak anjing dalam setiap kelahiran sangat bervariasi tergantung dari
jenis anjing (Evans 1993).
5
Anatomi dan Fisiologi Organ Hati dan Kantung Empedu
Hati merupakan kelenjar terbesar yang ada di dalam tubuh. Seekor anjing
memiliki bobot hati rata-rata sekitar 450 gram. Hati terdiri atas 4 lobus dan 4 sub
lobus yang dipisahkan oleh suatu fissura. Lobus hati kiri merupakan bagian hati
yang paling besar. Lobus ini membentuk 1/3 hingga 1/2 dari berat total hati.
Sebagian permukaan hati tertutupi oleh lapisan tipis peritonium dan lapisan tipis
kapsula fibrosa. Jika dilihat dari dekat maka akan terlihat suatu struktur kecil
berbentuk poligonal, berwarna gelap, dan dikelilingi oleh jaringan ikat, yang
disebut lobuli. Lobuli hati merupakan struktur fungsional terkecil yang dapat
terlihat pada hati. Setiap lobuli memiliki diameter 1 mm dan terdiri atas kumpulan
sel berbentuk lembaran melengkung yang dialiri oleh pembuluh darah yang
dikenal sebagai sinusoid. Sinusoid pada anjing berbentuk tubular sama seperti
bentuk sinusoid pada beberapa mamalia lain. Di setiap bagian tengah lobuli
terdapat vena sentralis yang bergabung membentuk vena interlobularis. Vena ini
kemudian bergabung dan membentuk vena hepatika. Hati mendapat inervasi dari
saraf aferen maupun eferen yang berasal dari saraf simpaticus dari celiac plexus
(Evans 1993).
Gambar 1. Anatomi Hati dan Empedu Anjing (Evans 1993)
Kantung empedu merupakan sebuah struktur berbentuk kantung yang
berfungsi menampung cairan empedu yang dihasilkan oleh hati. Epitelium dalam
kantung empedu mampu menyerap senyawa yang larut dalam lemak termasuk
kolesterol. Kantung empedu terdiri atas tiga bagian, yaitu fundus yang merupakan
ujung kranial berbentuk melengkung, corpus (badan kantung empedu), dan
6
collum yang merupakan bentukan ramping menyempit ke arah caudodorsal yang
menghubungkan kantung empedu dengan saluran empedu yang disebut ductus
cysticus (Evans 1993).
Sistem hepatobilliari merupakan suatu sistem yang terdiri atas dua organ,
yaitu hati dan kantung empedu. Kedua organ ini berperan penting dalam tubuh
hewan terutama dalam proses pencernaan. Hati dapat berfungsi sebagai kelenjar
endokrin dan eksokrin. Cairan empedu merupakan salah satu produk eksokrin dari
hati yang disimpan dalam jumlah besar di dalam kantung empedu sebelum
dikeluarkan ke duodenum saat diperlukan. Substansi endokrin yang dihasilkan
oleh hati akan dilepaskan ke dalam aliran darah yang berfungsi dalam
metabolisme lemak, gula, dan beberapa produk nitrogen (Evans 1993). Hati juga
berperan dalam proses detoksikasi zat-zat berbahaya yang terserap oleh
gastrointestinal sebelum zat-zat tersebut tersebar ke seluruh tubuh melalui aliran
darah. Di dalam sinusoid hati terdapat sel-sel fagositik yang mampu
menyingkirkan bakteri, racun, sel darah merah yang sudah tua, dan agen-agen
infeksius lain yang mampu menembus dinding saluran gastrointestinal (Bill
2002).
Hati merupakan sumber utama penghasil albumin yang menjadi salah satu
komponen penting protein darah. Albumin berperan penting dalam menjaga
keseimbangan cairan dalam darah. Penurunan kadar albumin dapat menyebabkan
cairan keluar dari kapiler dan mengisi jaringan, rongga thorak, abdomen, maupun
bagian lain dari tubuh. Glukosa yang diserap melalui proses pencernaan akan
disimpan di hati dalam bentuk glikogen melalui proses glikogenesis. Di dalam
hati juga dapat dilakukan proses glukoneogenesis yaitu proses mengubah asam
amino menjadi glukosa (Bill 2002).
Penyakit-Penyakit Klinis Organ Hepatobilliari Anjing
Pemeriksaan USG pada organ hepatobilliari dilakukan bila diduga ada
kelainan pada organ tersebut setelah melalui pemeriksaan klinis terlebih dahulu.
Dari hasil pemeriksaan USG dapat diperoleh informasi berupa perubahan ukuran,
bentuk, struktur, maupun konstruksi internal organ tersebut. Penyakit-penyakit
yang dapat terjadi pada organ hepatobilliari diantaranya adalah:
7
a. Hepatitis
Hepatitis merupakan peradangan pada hati yang dapat disebabkan oleh
berbagai macam penyebab. Beberapa penyebab yang mampu menimbulkan
hepatitis antara lain infeksi virus, bakteri, protozoa, parasit, dan fungi. Namun
penyebab utama dan paling sering terjadi pada anjing adalah akibat infeksi canine
adeno virus (Canine adenovirus I). Hepatitis kronis dapat terjadi akibat akumulasi
sel-sel radang dan fibrosis pada jaringan parenkim hati (Dimski 1997).
b. Cholecystitis
Cholecystitis merupakan peradangan yang terjadi pada kantung empedu.
Bisa terjadi bersamaan dengan peradangan buluh empedu (choledochitis),
peradangan buluh hepatik (cholangitis), atau peradangan parenkim hati
(cholangiohepatitis). Peradangan ini lebih sering disebabkan oleh infeksi
bakterial, terutama bakteri E. coli dan bakteri anaerob lainnya. Selain itu dapat
juga disebabkan oleh operasi bedah pada kantung empedu maupun penyumbatan
buluh empedu (Taboada 1997)
c. Cholelithiasis
Cholelithiasis ditandai dengan penumpukan massa yang mengeras hingga
membentuk batu di dalam kantung empedu. Sebagian besar batu empedu
mengandung garam empedu, kalsium, magnesium, fosfor, dan komponen lain
termasuk kolesterol. Cholelithiasis sering dihubungkan dengan cholecystitis yang
diakibatkan oleh infeksi bakteri, cholangitis, atau obstruksi buluh empedu.
Predisposisi penyakit ini antara lain peradangan buluh empedu, pankreas, maupun
jaringan parenkim hati yang terletak di sekitar kantung empedu dan buluh empedu
(Zoran 1997).
d. Hepatomegali
Hepatomegali ditandai dengan perubahan ukuran hati menjadi lebih besar
dari ukuran normal. Ukuran hati dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
volume darah yang mengalir di dalam hati, tekanan darah dan ketahanan vena di
dalam lobuli hati, proses infiltratif, dan aliran empedu. Kejadian hepatomegali
8
dapat disebabkan oleh kelainan pada aliran darah vena hepatika, neoplasia, cystic,
peradangan, abnormalitas metabolisme, maupun obstruksi buluh empedu (Richter
1997).
Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi merupakan suatu alat diagnosa yang menggunakan
ultrasound sebagai sarana untuk menggambarkan jaringan yang ada dalam tubuh.
Ultrasound ini merupakan suatu gelombang suara yang memiliki frekuensi tinggi
yang tidak dapat didengar oleh manusia. Gelombang suara ini memiliki frekuensi
diatas 20000 Hz (Barr 1990). Frekuensi gelombang suara yang biasa digunakan
dalam diagnosa memiliki kekuatan 2-10 MHz. Untuk menghasilkan gambaran
sonogram yang baik maka diperlukan suatu transmisi gelombang suara yang
maksimum antara pasien dengan transduser. Penggunaan coupling gel berfungsi
sebagai perantara antara transduser dengan tubuh pasien sehingga gelombang
suara yang dikirim dan diterima akan maksimal. Coupling agent ini biasanya
berupa gel yang dioleskan pada permukaan tubuh pasien maupun pada transduser.
Penggunaan gel harus tepat disesuaikan dengan kebutuhan sonografer agar tidak
terjadi artefak yang akan mengganggu pembacaan sonogram (Goddard 1995).
Gambar yang dimunculkan pada layar mesin USG merupakan sebuah
interpretasi yang terbentuk dari proses kembalinya ultrasound yang telah
dipancarkan oleh transduser dan dipantulkan oleh jaringan tubuh. Kekuatan
refleksi suatu ultrasound sangat tergantung pada perbedaan acoustic impedance
setiap jaringan yang akan dilalui oleh gelombang suara tersebut, sudut saat
gelombang kontak dengan jaringan, dan jarak yang telah dilalui (Goddard 1995).
Acoustic impedance merupakan kemampuan dari setiap jaringan dalam
meneruskan gelombang suara. Kecepatan rata-rata sebuah gelombang suara
hingga dapat melewati suatu jaringan lunak adalah 1.540 m/s, untuk melewati
tulang sekitar 4.000 m/s, dan saat melewati udara hanya 300 m/s. Gelombang
ultrasound akan mengalami atenuasi saat bergerak melalui jaringan. Atenuasi
dapat terjadi melalui beberapa cara, yaitu reflection (dipantulkan), scatter (pecah),
dan absorption (diserap) (Barr 1990).
9
Transduser atau probe merupakan alat bantu yang digunakan untuk
mentransmisikan gelombang suara. Kemampuan transmisi ultrasound tergantung
dari kapasitas kristal piezo-electric yaitu berupa susunan kristal yang terdapat
dalam kepala transduser yang dapat mengubah aliran listrik bertegangan tinggi
menjadi gelombang suara berfrekuensi tinggi (Noviana et al 2012). Saat
transduser kontak dengan permukaan tubuh pasien maka gelombang suara yang
dihasilkan akan diteruskan melewati jaringan di dalam tubuh. Transduser
berfrekuensi tinggi memiliki kemampuan penetrasi yang tidak terlalu dalam
namun mampu menghasilkan gambar dengan resolusi yang lebih baik, sedangkan
transduser berfrekuensi rendah digunakan untuk penetrasi yang lebih dalam
namun gambar yang dihasilkan tidak memiliki resolusi sebaik gambar yang
dihasilkan oleh transduser berfrekuesi tinggi (Barr 1990).
Dalam aplikasi diagnosa terdapat dua tipe transduser yang biasa digunakan
(Noviana et al 2012), yaitu:
1) Sector/ convex scanner transducer, transduser ini memiliki deretan kristal
yang disusun menyerupai bulan sabit dan menghasilkan lapangan pandang
menyerupai kerucut. Lapangan pandang berbentuk kerucut menghasilkan
sudut yang lebih besar sehingga akan memberikan lebih banyak struktur yang
terlihat. Konsekuensi luasnya lapangan pandang ini adalah resolusi gambar
yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan dengan tipe transduser linear.
Aplikasi transduser jenis ini adalah pemindaian organ-organ atau struktur
yang lebih profundal.
2) Linear scanner transducer, Transduser ini memiliki deretan kristal yang
disusun sejajar membentuk suatu garis. Keuntungan pemakaian transduser
jenis ini adalah pancaran ultrasound yang dihasilkan bergerak lurus sehingga
didapatkan fokus yang lebih baik dari struktur jaringan atau organ. Hal ini
membawa konsekuensi kepada batas organ target dengan daerah sekitarnya
menjadi lebih jelas. Kekurangan yang utama dari tipe transduser ini adalah
membutuhkan kontak area yang relatif luas dengan permukaan tubuh.
Aplikasi transduser jenis ini adalah pemindaian organ-organ atau struktur
yang lebih superfisial.
10
3) Phased array transduser, Transduser tipe ini tersusun atas deretan kristal
piezo-electric yang masing-masing kristal tersebut dapat menghasilkan
ultrasound secara terpisah. Deretan kristal tadi dapat disusun dalam bentuk
suatu garis (linear), bentuk cincin (annular), lingkaran (circular) atau bentuk
deretan yang lain yang lebih komplek. Transduser ini juga menghasilkan
lapangan pandang menyerupai kerucut tapi dikeluarkan oleh titik fokal yang
lebih kecil dibandingkan transduser sector biasa. Keuntungan menggunakan
transduser tipe ini adalah ukurannya kecil dan mudah untuk digunakan, selain
itu hanya membutuhkan kontak area dengan kulit tidak terlalu luas.
Kelemahan yang dimiliki adalah resolusi gambar yang dihasilkan tidak sebaik
kedua jenis transduser sebelumnya, sulit mengenali dan membedakan struktur
organ yang berdekatan. Aplikasi transduser jenis ini terutama adalah untuk
pemindaian sistem kardiovaskular.
Fokus ultrasound yang dihasilkan oleh kristal pada transduser memiliki
tiga zona yaitu Fresnel,focal dan Fraunhofer zone. Fresnel zone merupakan
gambaran area yang memiliki ultrasound dekat dengan jaringan sehingga terjadi
pola-pola difraksi komplek dan resolusi gambar yang dihasilkan kurang fokus.
Focal zone merupakan gambaran area yang memiliki ultrasound paling fokus
sehingga resolusi gambar yang dihasilkan paling baik. Fraunhofer zone
merupakan gambaran area yang memiliki ultrasound mulai mengalami diversi
sehingga resolusi gambar yang dihasilkan berkurang (Noviana 2012)
Dalam melakukan interpretasi terdapat tiga jenis echo yang menjadi dasar
dalam mendeskripsikan gambar sonogram (Goddard 1995), yaitu:
1) Hyperechoic, terlihat sebagai warna putih terang pada sonogram yang
menandakan bahwa daerah tersebut memiliki echogenisitas yang lebih tinggi
dibandingkan jaringan sekelilingnya, contohnya adalah tulang, lemak, dan
udara.
2) Hypoechoic, terlihat sebagai warna abu-abu gelap pada sonogram yang
menandakan bahwa daerah tersebut memiliki echogenisitas lebih rendah
dibandingkan jaringan di sekitarnya, contohnya adalah jaringan lunak.
11
3) Anechoic, terlihat sebagai warna hitam pada sonogram yang menandakan
bahwa di daerah tersebut gelombang suara yang dipancarkan telah
ditransmisikan seluruhnya, contoh: cairan.
Teknik Pengambilan Gambar
Hati dan kantung empedu merupakan organ yang terletak di dalam rongga
abdomen, sehingga untuk mendapatkan gambaran menyeluruh digunakan teknik
pengambilan gambar daerah abdomen. Pengambilan gambar di daerah abdomen
sebaiknya menggunakan transduser yang memiliki kontak area yang sempit
(footprint) karena akan mempermudah pergerakan dalam mengeksplorasi daerah
abdomen. Gambaran spesifik hati didapatkan dengan meletakkan probe di bagian
caudal tulang xiphoid pada daerah ventral-medial (Lamb 1995).
Pengambilan gambar dapat dilakukan pada posisi dorsal rekumbensi
maupun lateral rekumbensi. Kemampuan dalam visualisasi hati pada hewan kecil
dipengaruhi oleh konformitas tubuh, ukuran hati, dan komponen gastrointestinal
di sekitarnya. Pada anjing yang berukuran kecil, gambaran hati seluruhnya
didapatkan dengan melakukan pemindaian di daerah subkostal selama lambung
tidak membesar akibat ingesti maupun gas.
Probe dapat diposisikan secara
transversal maupun sagital untuk mendapatkan gambaran keseluruhan dari hati.
Probe yang akan digunakan dalam pengambilan gambar harus disesuaikan dengan
ukuran dan kedalaman letak dari hati. Pada anjing berukuran kecil atau medium
dapat digunakan probe dengan frekuensi medium (>5 MHz), sedangkan pada
anjing besar maka probe disesuaikan pada frekuensi yang memiliki penetrasi lebih
baik (<5 MHz). Dalam pengambilan gambar hati, convex probe lebih sering
digunakan daripada linear probe
karena convex probe dapat menghasilkan
gambar dengan sudut pandang yang lebih luas sehingga bagian hati yang teramati
lebih luas. Selama pengambilan gambar juga perlu dilakukan pengaturan gain dan
focal zones agar penetrasi dan kualitas gambar yang dihasilkan optimal (d‟Anjou,
2008).
12
Sonogram Normal Organ Hati dan Kantung Empedu pada Hewan Kecil
Hati dapat diperiksa secara keseluruhan dengan memposisikan transduser
pada bagian ventral tengah tubuh dekat dengan tulang xiphoid dan pemindaian
dilakukan ke arah kraniodorsal. Pemindaian secara menyeluruh dengan
memposisikan
transducer
secara
sagital
maupun
transversal
dapat
memperlihatkan struktur normal dari hati (Lamb 1995).
A
B
Gambar 2. Sonogram hati normal. (A) Sonogram lobus medial hati anjing dengan arah
transduser transversal; (B) Sonogram lobus kiri hati anjing dengan arah
transduser sagital. VP, vena porta; VH, vena hepatika; GB, kantung empedu.
(Noviana et al 2012)
Anjing dan kucing memiliki hati yang sebagian besar berada tepat
dibawah lengkungan tulang costae. Bagian kranial hati berbatasan dengan
diafragma dan bagian kaudal paru-paru. Diafragma akan terlihat seperti garis
melengkung hyperechoic, yang terkadang dapat menimbulkan mirror-image
artefact. Bagian kaudal sebelah kiri hati akan terlihat menempel dengan limpa,
sedangkan pada bagian kaudal sebelah kanan hati akan terlihat menempel dengan
ginjal. Volume hati pada anjing sulit untuk dievaluasi karena terdapat perbedaan
konformitas tubuh (d‟Anjou 2008). Perubahan simetris volume hati dapat
diperkirakan dengan mengukur jarak maksimal dari ujung kaudal hati pada ventral
garis tengah tubuh hingga diafragma pada gambaran transversal maupun sagital
(Barr 1992).
Kantung empedu normal akan terlihat sebagai suatu struktur anechoic
berbentuk oval atau bulat dengan sedikit perpanjangan buluh empedu yang
berbentuk kerucut. Ukuran kantung empedu sangat beragam tergantung dari
ukuran hewan dan dapat membesar pada hewan yang mengalami anoreksia.
Perubahan volume dari kantung empedu tidak dapat dijadikan suatu tanda adanya
13
obstruksi saluran empedu (d‟Anjou 2008). Dinding kantung empedu normal akan
terlihat tipis dan halus dengan ketebalan kurang dari 2-3mm (Spaulding 2003).
Pada keadaan normal dapat terlihat akumulasi endapan empedu di dalam kantung
empedu dalam jumlah yang tidak terlalu banyak (Bromel et al 1998).
Gambar 3. Sonogram kantung empedu normal. GB, kantung empedu; VP, vena porta;
VH, vena hepatika (Noviana et al 2012)
Vena porta terletak di dekat garis tengah tubuh dengan cabang-cabang ke
arah kranial. Vena porta dan cabang-cabangnya secara normal akan tampak
memiliki dinding yang echogenic karena adanya jaringan fibrosa dan lemak. Vena
cava kaudal terletak di dorsal vena porta. Pada anjing yang berukuran besar,
gambaran vena cava akan lebih mudah ditemukan dengan pendekatan dari arah
intercostal sebelah kanan. Cabang kiri dan kanan dari vena hepatika secara normal
terlihat memasuki bagian kaudal dari vena cava di dekat caudal diafragma.
Dinding vena hepatika tidak dapat terlihat dan memiliki aliran darah yang
berlawanan arah dengan vena porta (Lamb 1995).
Gambar 4. Sonogram hati anjing dengan tampilan aplikasi color flow Doppler (CFD)
untuk mengetahui vaskularisasi di dalam hati. Dari tampilan terlihat vena
porta yang berwarna merah (VP), menunjukkan aliran darah yang mendekati
transduser, sedangkan vena hepatika (VH) berwarna biru menunjukkan
aliran darah yang menjauhi transduser (Noviana et al 2012)
Download