UPDATE INFRASTRUKTUR BIDANG KETENAGALISTRIKAN Oleh : Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Pada acara : Executive Briefing: Updates on Infrastructure Service Development in Indonesia (Sektor Energi – Ketenagalistrikan) Mercantile Athletic Club, WTC I Jakarta, 15 Agustus 2016 PENGELOLAAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK PENGUASAAN • • NEGARA PEMERINTAH PEMERINTAH DAERAH Regulasi, kebijakan, dan standar Menyediakan dana untuk: ― Kelompok masyarakat tidak mampu; ― Pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik di daerah yang belum berkembang; ― Pembangunan tenaga listrik di daerah terpencil dan perbatasan; dan ― Pembangunan listrik perdesaan. PENGUSAHAAN PEMEGANG IZIN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK (IUPTL) BUMN* * ** BUMD** SWASTA* * KOPERASI* * SWADAYA MASYARAKAT** : Prioritas Pertama :Diberikan kesempatan sebagai penyelenggara UPTL terintegrasi untuk wilayah belum berlistrik Kementerian ESDM Republik Indonesia 2 PERKEMBANGAN SUBSIDI LISTRIK DAN BAURAN BBM Kementerian ESDM Republik Indonesia 3 KONDISI PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK NASIONAL TAHUN 2015 KAPASITAS TERPASANG PEMBANGKIT PLN 70% 55.528 MW IPP 21% PPU 4% IO non BBM 5% PLN: 38.310 MW IPP: 12.477 MW PPU: 2.349 MW IO non BBM: 2.392 MW KAPASITAS TERPASANG PEMBANGKIT PRODUKSI TENAGA LISTRIK KONSUMSI TENAGA LISTRIK 283 TWh 228 TWh EBT 10,47% RASIO ELEKTRIFIKASI kWh PER KAPITA 88,30 % 910 kWh PANJANG JARINGAN TRANSMISI PANJANG JARINGAN DISTRIBUSI 49.325 kms 925.312 kms GAS 24,89% Batubara 56,06% BBM 8,58% ENERGY MIX *) Publik 6% Rumah Tangga 38% Industri 40% Bisnis 16% KONSUMSI TENAGA LISTRIK PER GOLONGAN *) Kementerian ESDM Republik Indonesia Termasuk Non-PLN *) 4 KONDISI PASOKAN TENAGA LISTRIK PLN (Berdasarkan Cadangan Sistem Operasi Harian - Status 8 Agustus 2016) Aceh Sumut (SBU) 1.873 MW -2,44 % Batam 378 MW 25,90 % Kaltim 494 MW 2,70 % Tj, Pinang 44 MW 27,11 % STATUS: : 7 Normal (Cadangan cukup) : 11 Siaga (Cad, lebih kecil dr pembangkit terbesar) : 5 Defisit (Pemadaman sebagian bergilir) Bangka 131 MW -4,23 % Palu 54 MW 5,07 % Kalbar 370 MW 11,78 % Sulutgo 301 MW 3,63 % Ternate + Maluku Isolated 91 MW 22,29 % Jayapura 67 MW -12,56 % Kendari 72 MW 19,94 % Sumbar Riau Jambi (SBT) 1.345 MW -3,64 % Belitung 34 MW 5,35 % Kalselteng 564 MW -10,25 % Sumsel Bengkulu Lampung (SBS) 1.714 MW 1,53 % Jawa Bali 21.352 MW 9,47 % Kementerian ESDM Republik Indonesia Lombok 214 MW 3,25 % Sulawesi Selatan + Poso-Tentena 951 MW 11,46 % Sorong + Papua Isolated 146 MW 27,07 % Ambon 48 MW 1,65 % Kupang 53 MW 35,80 % Bima Sumbawa 79 MW 4,69 % NTT Isolated 87 MW 3,76 % 5 KONDISI PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK TERINTEGRASI • • (Status 3 Agustus 2016) Penyediaan tenaga listrik tidak hanya dilakukan oleh PLN saja. Terdapat 24 badan usaha penyediaan tenaga listrik yang telah beroperasi dalam suatu wilayah usaha. Kementerian ESDM Republik Indonesia 6 CAPAIAN RASIO ELEKTRIFIKASI • Rasio elektrifikasi nasional masih rendah – 88,30% pada tahun 2015. • Masih ada 4 provinsi (Kalteng, Sultra, NTT, and Papua) yang memiliki rasio elektrifikasi yang lebih kecil dari 70%. • Dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, rasio elektrifikasi nasional Indonesia masih rendah. • Target rasio elektrifikasi yang ingin dicapai: 97,35% pada tahun 2019. RASIO ELEKTRIFIKASI NEGARA ASEAN RASIO ELEKTRIFIKASI NASIONAL TAHUN 2015 (dalam %) Kementerian ESDM Republik Indonesia 7 KONDISI KONSUMSI LISTRIK PER-KAPITA • Walaupun konsumsi listrik (kWh) per-kapita Indonesia meningkat setiap tahun namun masih rendah, yaitu 910 kWh di tahun 2015. • Dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya, kWh per-kapita Indonesia pada tahun 2013 masih rendah dibandingkan Brunei Darussalam, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. • Target kWh per-kapita yang ingin dicapai: 1.293 kWh pada tahun 2019. Konsumsi Listrik per-Kapita ASEAN Tahun 2013 Sumber: World Bank, http://data.worldbank.org/indicator/EG.USE.ELEC.KH.PC Kementerian ESDM Republik Indonesia 8 KEBIJAKAN PEMBANGKIT – PROYEKSI PRODUKSI LISTRIK (Sesuai Draft RUKN 2015-2034) 784 Sistem Non PLN IPP & Excess Power PLN PPU & IZIN OPERASI NON BBM (10%) 395 TWh IPP & EXCESS POWER (75%) WILAYAH USAHA PLN (90%) PLN (25%) 2015 2020 2025 2015 KEBUTUHAN TAMBAHAN SISTEM NON PLN 2 KEBUTUHAN TAMBAHAN IPP & EXCESS POWER 12 KEBUTUHAN TAMBAHAN PLN 4 KEBUTUHAN TAMBAHAN PLN SYSTEM 16 TOTAL KEBUTUHAN TAMBAHAN (TERHADAP 2014) Kementerian ESDM Republik Indonesia 18 2030 2034 2016 4 28 9 37 2017 6 45 15 60 2018 8 64 21 86 2019 11 86 29 115 2020 14 110 37 147 2025 32 272 91 363 2030 44 412 137 550 2034 55 547 182 730 41 66 94 126 161 395 593 784 9 KEBIJAKAN PEMBANGKIT - BAURAN ENERGI EBT Minyak Bumi Gas Batubara BAURAN ENERGI PRIMER (Listrik dan Non Listrik) (Kebijakan Energi Nasional, PP No.79/2014) 23% 6% 30% 23% 41% 22% 30% REALISASI 2013 25 % TARGET 2025 BAURAN ENERGI PEMBANGKIT LISTRIK (Draft RUKN 2015-2034) 12% 53% 11% 25% 24 % REALISASI 2014 Kementerian ESDM Republik Indonesia 50% 1% 24% TARGET 2025 10 PROGRAM 35.000 MW – DIBUTUHKAN MENJAWAB TANTANGAN SEKTOR “ Sebab Angka 35.000 MW bukanlah angka yang ambisius ” 1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi berkisar 7% setiap tahun. 2 Meningkatnya Pertumbuhan kebutuhan listrik sekitar 8,7% setiap tahun. Akibat Kebutuhan Listrik akan meningkat 7000 MW setiap tahun. Kementerian ESDM Republik Indonesia 11 PROGRAM 35.000 MW – RINCIAN PROYEK No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jenis Pembangkit Perencanaan Pengadaan PLTA PLTB PLTBM PLTG PLTGU PLTGU/MG PLTM PLTMG PLTP PLTS PLTU PS Total (MW) Kementerian ESDM Republik Indonesia 54 60 10 646 1.950 450 185 650 150 3.800 7.955 174 20 672 4.285 1.700 33 676 20 3.150 10.730 Tahap/Fase Sudah PPA, Proses FC 120 100 92 335 7.798 8.445 Konstruksi 226 525 1.250 156 4 220 4.965 1.040 8.386 Total (MW) COD 100 10 2 112 454 180 30 2.043 7.485 2.150 475 1.330 725 2 19.713 1.040 35.627 12 PROGRAM 35.000 MW - KEMAJUAN (Status Juli 2016) : PERENCANAAN TOTAL KAPASITAS 35.627 MW Sudah Kontrak/PPA 17.011 MW 48% : PENGADAAN : SUDAH PPA / PROSES FC Belum Kontrak/ PPA 18.685 MW 52% 3.641 34% 3.575 34% Belum Kontrak 7.216 MW 68% : KONSTRUKSI : SLO/COD 10.730 30% IPP 100 *) 2% 3.244 30% *) 8.445 24% PLN Sudah Kontrak 3.412 MW 32% 112 *) 1% 7.955 8.386 22% 23% Sudah PPA 13.599 MW 54% 5.142 20% 12 0% 4.314 17% 8.445 34% Belum PPA 11.469 MW 46% 7.155 29% : Selain itu terdapat pembangkit yang sudah COD: PLTD Pulau Terluar dan Daerah Perbatasan (68 MW) MVPP Amurang (120 MW) • Terdapat proyek Reguler sekitar 0,8 GW yang target COD-nya setelah tahun 2019, namun sudah PPA dan diperkirakan dapat dipercepat CODnya menjadi 2019 dengan melihat kemajuan yang dicapai oleh pengembang. Kementerian ESDM Republik Indonesia 13 PROGRAM 7.000 MW – RINCIAN PROYEK Jenis Pembangkit No 1 2 3 4 5 6 PLTA PLTGU PLTM PLTMG PLTP PLTU Total (MW) Kementerian ESDM Republik Indonesia Tahap Konstruksi 135 30 22 155 620 3.397 4.359 SLO/Operasi 65 49 400 30 2.590 3.134 Total (MW) 200 30 71 555 650 5.987 7.493 14 PROGRAM 7.000 MW - KEMAJUAN (Status Juli 2016) : KONSTRUKSI (TOTAL 7.493 MW) 3.134 42% 4.359 58% FTP I (2.526 MW) : SLO/COD FTP II (1.550 MW) Reguler (3.417 MW) 75 5% 1.474 58% 1.052 42% Kementerian ESDM Republik Indonesia 1.475 95% 1.410 41% 2.007 59% 15 KEMAJUAN TRANSMISI PROGRAM 35.000 MW 43.284 kms; 93% PLN IPP 3.313 kms; 7% TARGET 2015-2019 46.597 kms PLN IPP 2.712 kms; 5,8% Telah Difungsikan 2.792 kms (6%) Konstruksi 16.712 kms (36%) 80 kms; 0,2% 16.084 kms; 34,5% 628 kms; 1,3% 24.488 kms; 52,6% Pra Konstruksi 27.093 kms (58%) 2.605 kms; 5,6% • Peran PLN dalam penyediaan transmisi Proyek 35 GW sangat besar. • Apabila pembangkit IPP sudah siap, namun transmisi belum siap, maka PLN terkena klausul “deemed dispatch”, dimana IPP dianggap sudah beroperasi, sehingga PLN harus membayar. Kementerian ESDM Republik Indonesia 16 REALISASI DAN RENCANA INVESTASI 2010 - 2019 30,000 Realisasi 25,000 24,159 Rencana 24,879 20,000 16,827 16,297 15,000 10,000 5,000 - 6,421 8,060 6,835 4,282 3,938 2,963 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Pembangkit (USD Juta) 3,347 3,780 4,380 1,618 1,378 6,149 10,982 16,799 17,551 12,192 - PLN 3,260 3,111 2,336 1,087 1,378 1,519 4,464 4,414 4,117 2,024 - IPP 87 669 2,045 531 - 4,630 6,518 12,385 13,434 10,168 Transmisi (USD Juta) 491 1,629 1,027 1,133 751 837 3,987 5,915 5,853 3,156 Distribusi (USD Juta) 444 1,012 1,428 1,186 834 1,074 1,327 1,445 1,475 1,480 4,282 6,421 6,835 3,938 2,963 8,060 16,297 24,159 24,879 16,827 Total (USD Juta) Realisasi PT PLN 2015 (Per Sumber Dana) APBN SLA Bank Loan APLN Nilai (USD Juta) 207 215 1.141 1.874 Realisasi Investasi Tahun 2016 (USD Miliar) IPP PT PLN - Pembangkit - Transmisi - Distribusi - Pendukung Total sd TW I *) 0,29 0,49 0,25 0,16 0,05 0,03 0,78 sd TW II *) 0,29 1,56 0,54 0,52 0,47 0,03 1,85 *) catatan: Data Realisasi Investasi IPP & PPU masih konsolidasi Penyebab masih kecilnya realisasi investasi s.d TW II 2016, antara lain: • Terlambatnya proses pengadaan • Terlambatnya pengajuan usulan RUPTL 2016-2025 oleh PT PLN • Hambatan dalam pembebasan lahan (penetapan lokasi, tumpang tindih lahan, penolakan warga) Kementerian ESDM Republik Indonesia 17 REALISASI DAN RENCANA PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK 2010 - 2019 Rencana Realisasi 110,000 97,990 90,000 76,592 70,000 (MW) 64,155 47,823 50,000 51,019 53,066 55,528 59,668 42,333 36,382 30,000 10,000 (10,000) 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 IPP 6,197 7,803 10,453 10,623 10,945 12,473 14,369 16,018 23,597 41,258 PLN 26,338 30,529 33,221 35,890 37,380 38,314 40,558 43,396 48,254 51,991 PPU 1,670 1,727 1,843 2,113 2,349 2,349 2,349 2,349 2,349 2,349 IO NON BBM 2,177 2,276 2,306 2,392 2,392 2,392 2,392 2,392 2,392 2,392 TOTAL 36,382 42,333 47,823 51,019 53,066 55,528 59,668 64,155 76,592 97,990 Kementerian ESDM Republik Indonesia 18 REALISASI DAN RENCANA PENAMBAHAN TRANSMISI TENAGA LISTRIK 2010 - 2019 Rencana Realisasi (MVA) (kms) 250,000 100,000 90,000 200,000 80,000 70,000 150,000 60,000 50,000 100,000 40,000 30,000 50,000 20,000 10,000 - 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Gardu Induk (MVA) 65,669 71,615 77,073 81,345 86,472 90,833 106,804 142,492 167,292 196,192 Transmisi (KMS) 34,135 36,720 38,096 44,448 45,385 49,326 57,621 73,701 84,666 94,302 Kementerian ESDM Republik Indonesia - 19 REALISASI DAN RENCANA PENAMBAHAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2010 - 2019 (MVA) 70,000 (kms) Rencana Realisasi 700,000 60,000 600,000 50,000 500,000 40,000 400,000 30,000 300,000 20,000 200,000 10,000 100,000 - 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Trafo Distribusi (MVA) 35,701 39,211 40,654 43,184 46,779 47,003 51,042 55,130 59,355 63,657 JTM (6-20 kV) - kms 275,613 288,719 313,049 329,465 339,558 345,181 360,814 376,508 392,261 408,578 JTR (<6 kV) - kms 406,149 406,149 428,907 469,479 585,754 591,912 604,477 617,401 630,603 644,419 Kementerian ESDM Republik Indonesia - 20 PENYEBAB KETERLAMBATAN PROYEK KETENAGALISTRIKAN (Belajar dari FTP I dan FTP II) 1 Pembebasan dan Penyediaan Lahan; 2 Proses Negosiasi Harga antara PLN dan IPP; 3 Proses Penunjukan dan Pemilihan IPP; 4 Pengurusan Izin di Tingkat Nasional dan Daerah; 5 Kinerja (sebagian) Developer dan Kontraktor tidak sesuai target; 6 Kapasitas Manajemen Proyek; 7 Koordinasi Lintas Sektoral; 8 Permasalahan Hukum. Kementerian ESDM Republik Indonesia 21 KEBIJAKAN MENGATASI HAMBATAN (Belajar dari FTP I dan II) Permasalahan Uraian Penyediaan Lahan Penerapan UU No 2/2012 & Perpres No. 4/2016 Negosiasi Harga Pembelian tenaga listrik oleh PLN dari IPP dan Excess Power dilaksanakan berdasarkan harga patokan tertinggi tidak memerlukan persetujuan harga jual dari MESDM (Permen ESDM No.3/2015) Proses Pengadaan IPP Percepatan proses pengadaan IPP melalui “penunjukan langsung & pemilihan langsung” untuk EBT, mulut tambang, gas marginal, ekspansi, dan & excess power (Permen ESDM No.3/2015) Proses Perizinan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di BKPM (Permen ESDM No. 35/2014 & Perpres No. 4/2016), dari 52 izin (923 hari) menjadi 22 izin (256 hari). Kinerja Pengembang dan Kontraktor Melakukan uji tuntas (Due Delligence) terhadap calon pengembang IPP dan calon kontraktor EPC, baik dari aspek teknis maupun finansial (Permen ESDM No.3/2015) dan dilakukan oleh Independent Procurement Agent Manajemen Proyek Membentuk Project Management Office (PMO) & menunjuk Independent Procurement Agent di PLN serta UP3KN di KESDM (Permen ESDM No. 3/2015 dan Kepmen ESDM No. 3066 K/73/MEM/2015) Koordinasi Lintas Sektor Membentuk Tim Kerja Percepatan Penyediaan Infrastruktur Ketenagalistrikan (Kep Menko Bid Perekonomian No.129/2015) yang dibentuk oleh Menko Bid Perekonomian selaku Ketua Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) Jaminan Pemerintah, Tata Ruang dan Hukum Perpres No.4 Tahun 2016: • Pemerintah memberikan jaminan terhadap kewajiban pembayaran PLN kepada pemberi pinjaman dan jaminan kelayakan usaha PLN atas kewajiban finasialnya kepada IPP • Dalam hal lokasi proyek tidak sesuai dengan rencana tata ruang dapat dilakukan perubahan rencana tata ruang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan • Kesalahan administrasi diselesaikan dengan penyempurnaan administrasi dan kerugian negara diselesaikan dengan pengembalian kerugian negara Kementerian ESDM Republik Indonesia 22 UPAYA MEMPERCEPAT PROGRAM 35.000 MW – RESIKO & SOLUSI Resiko 1 Tata Kelola 2 Project Management di PLN 3 Ekosistem IPP 4 Pendanaan 5 Solusi • Kesamaan gerak langkah antara Regulator dan Pelaksana • Menurunnya kepercayaan publik terhadap pencapaian program 35.000 MW • Dibentuk unit koordinasi pelaksanaan program 35.000 MW (misalnya Kemenko Bid Perekonomian sebagai kordinator). • Stock-taking energi primer. • • • • • • • • Keterbatasan kapasitas project management Proses lelang tidak transparan. Transmisi tidak terbangun tepat waktu. Kapasitas sertifikasi, inspeksi, dan testing PLN lemah. Dibentuk unit manajemen khusus di PLN Penguatan regionalisasi PLN. Intensifikasi pembangunan transmisi. Penguatan kapasitas managerial dan teknis PLN. • Rendahnya pelibatan IPP dalam 35.000 MW. • Sulitnya kesepakatan PJBL dengan PLN. • Percepatan pelaksanaan lelang. • Pelaksanaan lelang oleh pihak ketiga secara profesional. • Kesulitan IPP mencapai financial close. • Tidak adanya subsidi untuk menutupi selisih FiT dengan BPP listrik PLN. • Tidak adanya insentif investasi di daerah terpencil, perbatasan, dan pulau terluar yang tidak layak dikembangkan secara komersil. • Assessmen kapasitas keuangan. • Penyertaan modal negara sebagai mekanisme subsidi. • Pembentukan Dana Ketahanan Energi. • Target porsi EBT dalam bauran energi tidak tercapai. • Konsistensi Pemerintah kepada porsi 25% EBT dalam 35.000 MW. • Perlu Subsidi Khusus untuk EBT. EBT Kementerian ESDM Republik Indonesia 23 www.gatrik.esdm.go.id