1 PANGGILAN MAJELIS JEMAAT DAN KELUARGA Materi Pembinaan Majelis Jemaat dan Keluarga di Presentasikan di Jemaat GMIST Nasaret Bahoi, Jumat, 05 Nopember 2010 Oleh : Pdt. Yohan Brek, M.Teol I. PENDAHULUAN Dalam melaksanakan tugas panggilannya Gereja diutus di tengah-tengah dunia untuk melaksanakan misi Yesus Kristus bagi dunia. Untuk melaksanakan panggilan ini, gereja perlu memahami hakekatnya yaitu koinonia, diakonia dan marturia. Koinonia dalam bahasa Yunani berarti persekutuan orang percaya dengan Kristus (I Korintus 1:9) dan dengan Roh Kudus (II Korintus 13:13). Maksudnya adalah persekutuan memupuk iman karena kepercayaan kepada Yesus Kristus sebagai Kepala dan gereja sebagai tubuh-Nya. Diakonia dalam bahasa Yunani berarti pelayanan. Dalam gereja-gereja, diakonia pada umumnya dipakai bagi aktifitas gereja untuk membantu anggota-anggotanya yang lemah. Oleh Sebab itu berbicara diakonia, sama halnya dengan berbicara pelayanan kepada orang-orang yang sangat membutuhkan. Sebab diakonia bertujuan agar hak dan martabat sesama manusia ditegakkan, serta kebutuhan hidupnya seperti pangan, sandang, papan, pengobatan, pendidikan dan lainnya terjamin. 1 Demikian halnya dengan Marturia yang dalam bahasa Yunani berarti kesaksian. Kini marturia biasa dipakai bagi tugas-tugas gereja dan orang-orang percaya untuk bersaksi atas kasih Kristus kepada dunia. Gereja diutus untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah yakni berita pembebasan, perdamaian dan keselamatan (Yes. 61:1-2; Luk. 4:18-19). 2 Memahami tiga tugas panggilan gereja harus dipandang dan dilakukan secara bersama-sama dan tidak dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Sebab ketika kita berbicara koinonia atau persekutuan, maka kita juga harus melihat apa tanggung jawab pelayanan di dalamnya. Demikian pula kita melihat Dikaonia atau pelayanan, itupun tidak lepas dari bagaimana kita menyusun dan mengembangkan strategi pemberitaan Injil yang kontekstual bagi kondisi medan pelayanan yang ada. Dengan demikian dari pemahaman tersebut bahwa berbicara pelayanan tidak pernah lepas dari pada tanggung jawab penuh secara lahiria dan batinia yang harus dilakukan oleh pelayan itu sendiri yang berpatokan pada tiga tugas panggilan gereja yang sudah terurai diatas. Gereja Masehi Injili Sangihe Talaud (GMIST) adalah gereja yang secara utuh melakukan tugas panggilannya sesuai dengan Tri Tugas Gereja di atas, hal ini jelas termuat dalam Tata Dasar GMIST ‘bahwa Gereja Masehi Injili Sangihe Talaud dengan kesadaran bertanggung jawab, menghayati dan mewartakan kabar baik Kerajaan Allah dalam Keesaan, Kesaksian dan Pelayanan bagi semua orang” 3 Penjabaran dari Tritugas panggilan ini dilakukan secara menyeluruh pada semua aras pelayanan GMIST termasuk Jemaat-jemaat GMIST di Resort 1 Band. Uwe Hummel,”Strategi Misi di Indonesia Menyongsong Abad ke-21” dalam Agama dalam Dialog, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), hlm 216 2 PGI-W Sulutteng-Sulseltra, Berjalan Bersama, (Manado: PGI-W, 1989), hlm 245 3 BPL. SINODE GMIST, Tata Dasar dan Peraturan Gereja Nomor 1-12 Tahun 2001 (Tahuna : BPL Sinode GMIST, 2001) hlm 6 2 Tagulandang. Panggilan pelayanan ini juga bukan hanya tertuju kepada penyelenggaraan program-program pelayanan, namun juga yang paling penting tugas panggilan ini dapat dipahami dan dilakukan dengan sebenarnya oleh para penyelenggara (Pendeta, Penatua, Diaken, Guru Jemaat/Injil/Agama) program pelayanan itu. Sebab jabatan pelayanan gerejawi adalah jabatan yang mulia diberikan dan dipercayakan oleh Tuhan Yesus kepada orang percaya untuk dihayati dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. II. AKAR PERMASALAHAN Secara umum dapat diuraikan bahwa yang menjadi akar permasalahan mendasar dalam hal kerja pelayanan, adanya kecenderungan terhadap kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang tugas panggilan sebagai majelis jemaat. Memang harus di terima bahwa itulah kenyataan yang ada pada kerja pelayanan yang telah dilakukan. Sehingga merupakan catatan dan bahan evaluatif kedepan dari penelitian yang dilakukan dan menjadi dasar analisis dalam tulisan ini bahwa saya lebih cenderung untuk memperjelas factor-faktor yang sekiranya mempengaruhi mengapa para pelayan hanya dapat memahami perannya demikian. Menurut catatan analisis saya ada beberapa factor-faktor yang mempengaruhi kinerja pelayanan para pelayan khusus yaitu : 1. Kurangnya pemahaman terhadap panggilan, tugas dan tanggung jawab pelayan Terjadi kurangnya pemahaman dapat saja diakibatkan oleh karena tidak efektifnya pembinanan-pembinaan yang dilakukan pada saat tahapan mempersiapkan dan meperlengkapi para pelayan khusus itu. Atau dapat juga terjadi adanya kurang perhatian para pelayan khusus sehubungan dengan penyerapan materi-materi pembinaan yang telah atau pernah dilakukan pada tahapan mempersiapkan dan memperlengkapi para pelayan. Juga ditunjang oleh kuranyanya waktu untuk memberi diri dan belajar serta mengembangkan pelayanan dibarengi dengan kepribadian yang benar-benar tulus untuk melayani Tuhan. 2. Pembagian waktu berhubungan dengan profesi para pelayan khusus Faktor ini selalu mempengaruhi apabila pelayan khusus tidak bijaksana untuk membagi serta mengatur waktu pelayanan dan waktu melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya masing-masing. Disadari bahwa ada berbagai profesi penting yang melekat pada pribadi dari pelayan khusus di Jemaat GMIST. Ada sebagai Pegawai / PNS, sebagai Pengusaha, sebagai Pejabat Struktural Daerah, dan juga ada jabatan-jabatan lain yang tidak kalah pentingnya. Sehingga itu analisa saya adalah jika pelayan tidak mampu untuk membagi dan mengatur waktu dengan baik maka peran dan tanggug jawab pelayanan akan terbengkalai. Sehingga kecenderungan kepada hal-hal yang bersifat seremonial lebih ditonjolkan. 3. Keluarga Faktor keluarga juga sangat mempengaruhi jika tidak diperhatikan. Sebab seorang suami atau isteri jika menjadi pelayan khusus harus perlu mempertimbangkan hal itu dengan matang. Harus membicarakannya dengan baik dan mengambil keputusan dengan baik sehubungan 3 dengan dukungan pasangan hidup untuk suami atau isteri menjadi pelayan khusus. Sebab jika tidak terjadi kesepakatan bersama maka kadangkala persoalan muncul dari tugas pelayanan yang dilakukan. Untuk menjadi seorang pelayan khusus ada banyak hal yang ditemukan dan sangat bersentuhan dengan warga jemaat atau keluarga-kelaurga gereja yang menjadi obyek pelayanan. Sebab itu nilai-nilai kepercayaan tetap dibangun dengan baik. 4. Sikap hati dan motivasi yang tulus melayani Pada akhirnya dari kesemua faktor yang mempengaruhi diatas, satu hal yang tidak kalah pentingnya adalah sikap hati dan motivasi yang tulus untuk menjadi pelayan khusus. Jika sikap hati dan mitovasi kita tulus melayani pasti peran dan tanggung jawab pelayanan yang kita lakukan benar-banar dapat dijalankan. III. PANGGILAN MAJELIS JEMAAT DAN KELUARGA A. Panggilan Majelis Jemaat 1. Pengertian Dasar Istilah Panggilan Majelis Jemaat terdiri dari dua kata yaitu panggilan dan majelis jemaat. Kata panggilan dimaksud menunjuk kepada tugas panggilan gereja seperti yang sudah saya uraikan pada bagian pendahuluan karya tulis ini. Demikian pula dengan kata majelis jemaat. Kata majelis berarti “dewan gereja atau pertemuan serta perkumpulan orang-orang khusus yang terorganisasi dengan baik dan resmi dalam sebuah institusi gereja”4 dan selanjutnya jemaat adalah kumpulan orang-orang yang beribadat 5 . Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa majelis jemaat adalah sekelompok orang-orang pilihan dalam institusi gereja yang bertugas untuk mengatur jalannya organisasi dari institusi gereja tersebut. Dengan demikian panggilan majelis jemaat adalah suatu tugas khusus yang sangat penting harus dilakukan oleh pelayan majelis jemaat (Pendeta,Penatua dan Diaken) dengan tujuan yang jelas menuju kepada pencapaiannya. Sehingga itu majelis jemaat disebut pelayan-pelayan khusus artinya para pelayan yang secara khusus ditugaskan untuk melakukan tugas pelayanan secara periodik dalam institusi gereja. 2. Pandangan menurut Tata Dasar dan Peraturan Gereja tahun 2001 Yang dimaksud dengan jemaat dalam peraturan Gereja Masehi Injili Sangihe Talaud (GMIST) adalah “persekutuan orang-orang di suatu tempat yang mengaku percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, Raja dan Juruselamat dunia sebagai perwujudan Gereja yang Esa, Kudus, 4 5 Bnd. W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1985) hlm 621 Ibid, hlm 412 4 Am dan Rasuli serta memelihara keesaan dengan jemaat-jemaat dalam lingkungan GMIST” 6 Dari penjelasan diatas jelas bahwa jemaat dapat disebut sebagai obyek dari pelayanan dan subyeknya juga berasal dari jemaat itu sendiri. Maka panggilan majelis jemaat adalah menunjuk kepada suatu pekerjaan yang harus dilakukan oleh orang-orang percaya yang disebut jemaat. Pekerjaan itu adalah pekerjaan yang secara utuh dimandatkan oleh Kepala Gereja yaitu Tuhan Yesus Kristus sendiri. Hal itu seperti yang termuat dalam PG No2 Bab 3 Pasal 5 yaitu: 1. Jemaat-jemaat GMIST melaksanakan panggilannya sesuai dengan pembukaan Tata Dasar GMIST. 2. Dalam melaksanakan panggilannya Jemaat berperan serta mempersatukan, membangun dan membaharui kehidupan Gereja, bahkan secara konkrit mengambil bagian dalam upaya mempersatukan gereja di Indonesia dan seluruh dunia. 3. Dalam melaksanakan panggilannya jemaat menjadi saksi Yesus Kristus serta mengakui imannya kepada siapapun dan dalam situasi apapun di dalam dan diluar pelayanan GMIST 4. Dalam melaksanakan panggilannya jemaat mengadakan usaha penatalayanan bagi semua karunia Tuhan yang dipercayakan kepadanya 7 Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa untuk mewujudkan apa yang dimaksud dalam catatan panggilan jemaat menurut PG No2 Bab 3 Pasal 5 diatas, maka gereja (baca: GMIST) telah membentuk wadah pelayanan yang disebut majelis jemaat. Sehingga di setiap Jemaat-jemaat se GMIST, majelis jemaat inilah yang akan melaksanakan tanggung jawab panggilan secara khusus sesuai dengan apa yang diamanatkan dalam Peraturan Gereja. Panggilan Majelis Jemaat ini juga sudah termuat dalam PG No 2 Bab 5 Pasal 7 sebagai berikut : Majelis Jemaat dipanggil untuk : 1. Meningkatkan dan memelihara keesan Gereja 2. Meningkatkan kesaksian seperti : KBI, pembinaan-pembinaan yang tidak bertentangan dengan Alkitab, Tata Dasar dan Peraturan Gereja 3. Meningkatkan dan mengembangkan usaha diakonia 4. Melayani ibadah-ibadah seperti: Ibadah hari Minggu, Ibadah hari Raya Gerejawi, Ibadah Kategorial dan Ibadah-ibadah lainnya 5. Menjaga dan mengawasi agar dalam kebaktian-kebaktian hanya menggunakan unsure-unsur liturgy yang telah ditetapkan oleh Sinode GMIST 6. Menjaga dan mengawasi dalam ibadah dan acara yang bersifat gerejawi agar hanya menggunakan nyanyian yang diakui oleh GMIST 7. Menyelenggarakan Perjamuan Kudus sekurang-kurangnya 4(empat) kali dalam setahun dengan didahului persiapan bagi sidi jemaat melalui perkunjungan rumah tangga, penggembalaan dan ibadah perhadliran. 8. Menyelenggarakan pelayanan Babtisan Kudus sesuai dengan Tata Cara yang mengaturnya dan mencegah adanya babtisan ulang bagi warga GMIST 9. Menjaga serta menghindari penyelewengan Alkitab dan Ajaran Gereja oleh setiap pemimpin ibadah, baik dalm bentuk khotbah maupun doa atau dengan cara lainnya 10. Memberi bimbingan, menjaga dan mengawasi kehidupan dan pengakuan dari anggota jemaat sehingga tidak bertentangan dengan Alkitab dan Ajaran Gereja 11. Secara produktif, teratur dan berencana mengadakan pelayanan pastoral 6 7 BPL SINODE GMIST, Tata Dasar dan Peraturan Gereja, (Tahuna: BP. Sinode GMIST, 2001), hlm 35 Ibid, hlm 37 5 12. Memberikan pelayanan bagi setiap anggota keluarga yang masuk kedalam pelayanan GMIST dari Gereja lain 13. Mentaati Tata Dasar dan Peraturan Gereja yang berlaku dilingkungan GMIST 8 Mencermati Panggilan Majelis jemaat menurut Peraturan Gereja diatas, sebenarnya sudah sangat lengkap. Sebab semuanya sudah tertulis dengan jelas dan tinggal dibutuhkan kesadaran dan kesediaan yang tulus dari para Majelis Jemaat untuk mempelajari serta melakukannya. Selama ini dari ke tiga belas panggilan majelis jemaat tersebut, yang paling dipahami dan dilakukan oleh para majelis jemaat hanyalah pada panggilan tentang melayani ibadah-ibadah saja. Itu berarti hanya sebatas kegiatan-kegiatan rutin yang dapat dijangkau dan supaya dilihat oleh orang banyak bahwa kita adalah majelis jemaat. Namun sebenarnya harus disadari bahwa untuk menjadi Majelis Jemaat ada sangat banyak pekerjaan serta tanggung jawab yang harus dilakukan. Dalam rangka melaksanakan panggilan majelis jemaat yang tertuang dengan lengkap dalam PG No 2 Bab 5 Pasal 7 yang sudah diuraikan diatas maka GMIST telah menetapkan fungsi dan tugas dari majelis jemaat yang adalah terdiri dari penatua dan diaken tersebut. Fungsi dan Tugas tersebut tertuang dalam PG No. 2 Bab 7 Pasal 17 dan 18 yaitu : Kepada Penatua dipercayakan tugas-tugas : 1. Menjalankan penggembalaan dan perkunjungan rumah tangga jemaat secara teratur, berencana dan berkelanjutan 2. Bertanggung jawab atas segala tugas yang berhubungan dengan peribadatan 3. Memperhatikan dan menjaga kemurnian kesaksian Alkitab dan iman Jemaat serta ajaran GMIST dari segala pengaruh sesat atau bidat baik melalui pemberitaan Firman, Tata Dasar, Ibadah dll 4. Bersama Pendeta memelihara dan mengembangkan keesaan Gereja. Kepada Diaken dipercayakan fungsi dan tugas : 1. Mendorong serta memberi pemahaman bagi setiap anggota Jemaat, tentang tanggung jawab dalam hal memberi secara Kristen 2. Mendorong serta mengarahkan warga jemaat dalam pembangunan jemaat melalui bakat, talenta serta daya dan dana yang ada pada masing-masing warga jemaat 3. Bersama bendahara dan seluruh warga jemaat berupaya untuk menggali dan mengembangkan potensi jemaat dalam meningkatkan kehidupan Jemaat bersama warga jemaat 4. Mempedulikan dan memberi pelayanan kepada warga jemaat yang terlantar, miskin, kekurangan, sakit, berdukacita, menderita baik secara material maupun spiritual 5. Merencanakan dan mengusahakan bantuan dibidang sosial bagi para Janda, duda, anak yatim piatu, korban bencana alam dll. 9 Dari tugas dan fungsi menurut PG diatas jelas bahwa sebenarnya Majelis Jemaat (Penatua dan Diaken) itu menjadi kunci utama pengembangan iman warga jemaat. Pekerjaannya sudah diatur dengan baik dan jelas dalam Peraturan Gereja. Apabila tugas dan fungsi tersebut dapat diresapi serta dilaksanakan dengan baik maka tanggung jawab pelayanan juga akan lebih baik, 8 9 Ibid, hlm 38-39 Ibid, hlm 43-44 6 sehingga umat Tuhan dapat dilayani dengan baik. Dan disanalah tercipta suatu suasana Damai Sejahtera bagi semua orang percaya. 3. Pandangan menurut Kesaksian Alkitab Kata Panggilan Majelis Jemaat tidak secara langsung tertulis dalam Alkitab. Sebab panggilan majelis jemaat sebenarnya menunjuk kepada suatu tanggung jawab untuk memberitakan Injil Yang diperintahkan oleh Yesus Kristus. Yang menerima perintah dan melakukan pemberitaan Injil tersebut adalah para Majelis Jemaat itu sendiri. Karena itu kesaksian Alkitab Khususnya Perjanjian Baru sehubungan dengan panggilan majelis jemaat menunjuk kepada tugas panggilan yang dimandatkan oleh Yesus Kristus, yaitu tugas untuk memberitakan Injil. Hal itu dapat dilihat melalui kesaksian Matius 28 : 16-20 sebagai berikut : ”Dan kesebelas murid itu berangkat ke Galilea, ke bukit yang telah ditunjukkan Yesus kepada mereka. Ketika melihat Dia mereka menyembah-Nya, tetapi beberapa orang ragu-ragu. Yesus mendekati mereka dan berkata: "Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman."” Matius 28:16-20 ini dapat dikatakan sebagai “sentral” untuk pelaksanaan panggilan yang diperintahkana oleh Yesus Kristus kepada murid-muridNya. Perintah ini merupakan pengutusan untuk panggilan secara universal dalam rangka menyatakan keselamatan Allah melalui kematian dan kebangkitan Yesus Juruselamat dunia 10 . Kalau kita perhatikan dengan baik, teladan panggilan yang berbubungan dengan pola pelayanan telah diperlihatkan oleh Yesus, dimana saat beberapa orang yang mengalami keraguan tentang Dia, tetapi justru Yesus mengambil tindakan untuk mendekati mereka. Pola pelayanan seperti inilah yang sekiranya harus diteladani sekaligus dilaksanakan oleh para Majelis Jemaat. Selanjutnya dalam Surat Paulus kepada Jemaat di Efesus 4 : 11- 16 yaitu : “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberitapemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah Kepala.Dari pada-Nyalah seluruh tubuh, -- yang rapi tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.” Dari kesaksian Alkitab diatas, Paulus berusaha mengingatkan umat Tuhan di Efesus sehubungan dengan tanggung jawab panggilan pelayanan yang pada intinya untuk memperlengkapi orangorang kudus bagi pekerjaan pelayanan dan pembangunan tubuh Kristus. Hasil dari pekerjaan 10 Bnd. H. Venema, Injil Untuk Semua Orang I, (Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1997) hlm 144 7 baik ini maka jemaat tidak diombang-ambingkan oleh ajaran sesat. Karena keyakinan Paulus bahwa semua karunia panggilan pelayanan yang ada pada orang percaya itu adalah pemberian dan anugerah Tuhan. Dan Tuhan sendirilah yang telah menyiapkan karunia-karunia tersebut kepada hambaNya, termasuk di dalamnya adalah karunia panggilan Majelis Jemaat. Dalam Suratnya yang Pertama kepada Timotius 3 : 1-13 juga Rasul Paulus secara rinci mencoba menjelaskan tentang persyaratan-persyaratan penting untuk menjadi majelis jemaat (penilik jemaat dan diaken). Kesaksian Alkitab tersebut adalah : Syarat-syarat bagi Penilik Jemaat “Benarlah perkataan ini: "Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah. "Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang, seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya. Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah? Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis. Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis.”(I Timotius 3 : 1- 7) Syarat-syarat bagi Diaken “Demikian juga diaken-diaken haruslah orang terhormat, jangan bercabang lidah, jangan penggemar anggur, jangan serakah,melainkan orang yang memelihara rahasia iman dalam hati nurani yang suci.Mereka juga harus diuji dahulu, baru ditetapkan dalam pelayanan itu setelah ternyata mereka tak bercacat. Demikian pula isteri-isteri hendaklah orang terhormat, jangan pemfitnah, hendaklah dapat menahan diri dan dapat dipercayai dalam segala hal. Diaken haruslah suami dari satu isteri dan mengurus anak-anaknya dan keluarganya dengan baik. Karena mereka yang melayani dengan baik beroleh kedudukan yang baik sehingga dalam iman kepada Kristus Yesus mereka dapat bersaksi dengan leluasa”. (I Timotius 3 : 8- 13) Persyaratan-persyaratan penting dalam kesaksian I Timotius 3:1-13 diatas menjadi landasan yang kuat bagi para Majelis Jemaat dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab pelayanan di jemaat. Karena dengan mengikuti persyaratan-persyaratan tersebut maka tanggung jawab panggilan pelayanan dapat dijalankan dengan baik, dan dampak positifnya adalah umat Tuhan memperoleh berkat yang terindah. Persekutuan pelayanan mulai dari Ibadah Jemaat di gedung gereja, ibadah kelompok dan ibadah pelka mengalami pertambahan kehadiran dan yang terutama warga jemaat dapat terkunjungi secara merata. Dengan demikian damai sejahtera menjadi milik semua orang. B. Keluarga Organisasi terkecil adalah keluarga yang terdiri dari Bapak, Ibu dan Anak. Sebab itu kesadaran akan kelaurga adalah hal yang sangat mendasar perlu dilakukan oleh setiap orang. Keluarga Kristen adalah kelompok rumah tangga yang secara sadar akan tanggung jawab Kristiani dalam menjalani kehidupan rumah tangga yang mendasarinya dengan kasih Kristus. Dalam menjalani tugas dan tanggung jawab sebagai pelayan khusus, seorang majelis jemaat harus menyadari bahwa ia bukanlah sendiri, karena ia sangat membutuhkan dukungan 8 dan dorongan serta bantuan dari orang-orang terdekat disekitarnya. Orang-orang terdekat tersebut adalah suami atau isteri dan anak-anak ataupun kedua orang tua. Berikut ini diuraikan beberapa rujukan yang kiranya bermanfaat bagi pasangan keluarga majelis jemaat yaitu : 1) Keluarga Majelis Jemaat hendaklah menjadi Mitra dalam pelayanan yang dilakukan oleh pasangan sebagai majelis jemaat. Mitra yang secara tulus penuh kasih bersama mendukung semua kegiatan pelayanan yang dilakukan pasangan. 2) Keluarga Majelis Jemaat hendaklah menjadi motivator yang setia dalam member semangat ketika pasangan melaksanakan tugas pelayanan 3) Keluarga Majelis Jemaat hendaklah menjalin kepercayaan yang tulus. Apabila kepercayaan dibangun maka tugas pelayanan dapat terlaksana baik dan dengan tidak ada beban. 4) Keluarga Majelis Jemaat hendaklah menjadi teladan bagi anggota jemaat dimana ia melayani, sehingga dengan demikian ia dapat mengatur pelayanan dengan baik. 5) Keluarga Majelis Jemaat dengan tekun berdoa baik untuk keluarganya sendiri maupun untuk anggota jemaatnya (band. 2 Sam 7 : 29). IV. TINJAUAN MISIOLOGIS DAN IMPLIKASINYA BAGI GMIST a. Tinjauan Misiologis Setelah mencermati pemahaman dan praktek panggilan majelis jemaat GMIST secara umum dan di Resort Tagulandang secara khusus, maka ada beberapa hal penting yang menjadi kontribusi misiologis yaitu : 1. Panggilan Majelis Jemaat adalah tugas sentral pelayanan GMIST Jika disebut tugas sentral, berarti untuk menjadi seorang majelis harus memahami dengan baik panggilannya dan berusaha untuk melakukannya dengan penuh tanggung jawab. Mandat untuk memberitakan Injil memang bukan hanya ditujukan kepada para majelis saja, melainkan kepada semua orang percaya. Namun harus disadari bahwa majelis jemaat itu adalah jabatan gerejawi secara khusus bagi seseorang yang dipandang mempunyai kemampuan sesuai dengan persyaratan-persyaratan Alkitabiah (bnd :I Timotius 3:1-13). Pemberian jabatan gerejawi tersebut juga melalui tahapan periodisasi sesuai dengan Peraturan Gereja, sehingga itu pemangku jabatan itu harus mempertanggung jawabkannya di sorga dan di bumi (bnd. Mat. 28:16-20). Karena Sang Pemberi mandat tersebut yaitu Tuhan Yesus Kristus berkuasa di sorga dan di bumi, jadi sebagai pelayan Khusus atau juga disebut Majelis Jemaat kita harus mempersiapkan diri untuk melakukan pertanggung jawaban atas semua yang telah kita perbuat di bumi dalam tanggung jawab pelayanan. 2. Panggilan Majelis Jemaat yang autentik selalu kreatif dan inovatif Panggilan Majelis Jemaat yang autentik maksudnya adalah panggilan pelayanan yang dilakukan oleh majelis jemaat yang dapat dipercaya dan diterima dengan baik oleh anggota jemaatnya. Nilai kepercayaan sangat penting dalam melaksanakan tugas panggilan, sebab dengan 9 demikian maka majelis jemaat dapat dengan bebas dan teratur, serta terencana menyusun strategi pelayanan dengan selalu memperhatikan segi krestifitasnya. Kreatifitas harus di tunjang oleh karunia-karunia yang ada pada pribadi seorang majelis jemaat. Dan untuk memperoleh hasil pelayanan yang baik, maka seorang majelis jemaat juga perlu mengembangkan hal-hal yang inovatif dalam upaya pengembangan pelayanan. Hal itu juga ditunjang oleh kesediaan dan ketulusan hati dari para majelis jemaat untuk melayani. Sebab jika kita melayani lalu tidak ditunjang oleh kesedian hati dan ketulusan hati maka, yang pasti dibenak kita hanya adalah sungutan, dan kalau mungkin pelayanan jalan itu hanyalah pada kegiatan rutinitas saja seperti pelaksanaan ibadah-ibadah. 3. Panggilan Majelis Jemaat adalah tanggung jawab bersama gereja Panggilan Majelis Jemaat adalah tanggung jawab bersama gereja, sebab secara sinodal gereja telah menetapkan para majelis jemaat untuk bekerja di ladang Tuhan sesuai dengan Keputusan Gereja. Sebab itu, jika terjadi persoalan sehubungan dengan tanggung jawab panggilan pelayanan oleh majelis jemaat, maka yang pasti itu akan mempengaruhi secara keseluruhan tanggung jawab pelayanan gereja. Sebagai seorang Pendeta GMIST dalam menjalani masa pelayanan dalam Jabatan sebagai Sekretaris Resort GMIST Tagulandang, saya juga menyadari bahwa pergumulan sehubungan dengan kesadaran panggilan majelis jemaat juga merupakan pergumulan saya dalam tanggung jawab sebagai seorang hamba Tuhan. Karena dalam keyakinan kita sebagai warga gereja, bahwa kita ini adalah satu tubuh dalam kesatuan tubuh Kristus, dan Kristus sendirilah yang menjadi Kepala. Dalam kesadaran itu, maka tugas panggilan majelis jemaat harus dipertanggung jawabkan kepada yang memberi mandat panggilan itu yaitu Tuhan Yesus Kristus. 4. Panggilan Majelis Jemaat adalah cara Hidup Gereja Cara hidup dari gereja atau jemaat dapat dilihat dari pelaksanaan panggilan majelis jemaat yang ada di jemaat tersebut. Kita dapat melihat perkembangan pelayanan yang pesat dari jemaat itu semuanya dari cara kerja pelayanan yang dilakukan oleh para majelis jemaat di jemaat itu. Sehingga dapat dikatakan bahwa baik, buruknya keadaan jemaat itu bukan diukur oleh karakter warga jemaat yang ada di jemaat itu, tetapi dapat diukur dari karakter penggerak pelayanan dan pelaku panggilan pelayanan majelis jemaat yang ada di jemaat itu. Menyadari akan panggilan majelis jemaat berarti juga menyadari akan cara hidup warga jemaat itu sendiri. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh G. C. Van Niftrik dan B. J Boland dalam buku Dogmatika Masa Kini, perumusan tentang gereja dalam pengakuan iman menekankan dua hal: pertama, bahwa gereja adalah suatu realitas di dunia ini; dan kedua, bahwa gereja adalah suatu realitas rohani. 11 Realitas yang dimaksud tersebut adalah cara hidup gereja itu sendiri. Panggilan Majelis Jemaat mencakup segala aspek kehidupan dari persekutuan orang 11 G.C. Niftrik/B.J. Boland, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995),hlm 355 10 percaya. Dimana gereja itu berada dan melakukan aktifitasnya dan di tempat itulah gereja melaksanakan panggilan pelayanan. Karena cara hidup gereja adalah cara berada gereja yang adalah persekutuan orang –orang percaya kepada Yesus Kristus untuk melaksanakan semua aspek hidupnya sebagai warga gereja dan dalam kehidupan sosialnya sebagai warga masyarakat. 5. Panggilan Majelis Jemaat adalah Misi Panggilan Majelis Jemaat adalah bagian integral dari misi, antara misi dan panggilan mempunyai saling keterhubungan antara satu dengan yang lainnya dan yang tidak terpisahkan. Sebab itu yang lebih diutamakan dalam panggilan majelis jemaat adalah berita keselamatan secara rohani dan jasmani mencakup pembebasan dari penderitaan, kemiskinan, penindasan dan lain sebagainya. Misi adalah lebih luas dari panggilan majelis jemaat, karena tugas misi mencakup semua orang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Sementara panggilan majelis jemaat adalah hanya lebih dikhususkan kepada para majelis jemaat dari gereja itu sendiri. Namun dari pengertian di atas tetap bahwa baik panggilan majelis jemaat maupun misi kedua-duanya mempunyai tugas yang sama yaitu dalam rangka menciptakan suasana syalom Allah bagi dunia. Sebab itu menurut saya dalam tinjauan misiologis ini bahwa panggilan majelis jemaat juga adalah pelaksanaan misi b. Implikasi dari Panggilan Majelis Jemaat dan keluarga bagi pelayanan GMIST Gereja Masehi Injili Sangihe Talaud (GMIST) adalah salah satu gereja anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) tumbuh dan berkembang melaksanakan panggilan pelayanannya dalam konteks masyarakat yang serba heterogen. Tulisan ini saya implikasikan bagi GMIST secara umum dan Jemaat GMIST Nasaret Bahoi secara khusus. Dalam mencermati konteks pelayanan dan permasalahan yang ada di Jemaat-jemaat GMIST, khususnya yang berhubungan dengan Panggilan Majelis Jemaat, maka ada pokokpokok penting dari saya, kiranya dapat menjadi bahan kontribusi pemikiran maupun pelaksanaan dalam rangka panggilan majelis jemaat sebagai berikut : 1) Memahami dengan baik Landasan Alkitabiah tentang Panggilan Majelis Jemaat dan syarat-syaratnya. Hal ini sangat penting, sebab jika semua majelis jemaat dapat memahami dan menjalankan dengan baik apa kata Alkitab yang adalah Firman Allah sehubungan dengan panggilan majelis jemaat maka dengan demikian, hari lepas hari iman bertumbuh. Pertumbuhan iman dari majelis jemaat dapat menjadi teladan bagi setiap anggota jemaat. 2) Memberi diri dengan tulus untuk melayani Tuhan Kesediaan untuk memberi diri dengan tulus melayani Tuhan sangatlah diharapkan bagi seorang Majelis Jemaat. Sebab dengan kesediaan memberi diri dengan tulus maka seorang 11 majelis jemaat melaksanakan panggilan pelayanannya tidak merasa terbeban oleh pekerjaan yang ia lakukan itu. Ketulusan dan kesediaan hati memungkinkan seorang majelis jemaat untuk bersikap rendah hati dalam melayani Tuhan. Menjauhkan diri dari percekcokkan antar sesama majelis, juga dengan anggota jemaat. Sebab harus disadari bahwa medan pelayanan jemaat, kelompok dan pelka bukan suatu tempat bagi kita untuk menjadi ajang persoalan, persaingan dan persekongkolan tentang hal-hal yang tidak dikehendaki oleh Tuhan. Tetapi justru harus menjadi tempat yang diciptakan untuk memperoleh berkat dari Tuhan. 3) Aktifkan dan giatkan pelayanan perkunjungan rumah tangga Salah satu strategi pelayanan yang baik dalam memenuhi panggilan majelis jemaat adalah dengan menggiatkan pelayanan perkunjungan rumah tangga. Dengan perkunjungan rumah tangga maka seorang atau para majelis jemaat dapat mengetahui pergumulan dari dombadombanya. Dengan demikian maka domba-domba juga merasa selalu mendapat perhatian dari para gembalanya, sehingga terciptalah suatu suasana harmonis dan penuh damai. Jika dalam suasana seperti itu saya percaya bahwa semua program pelayanan yang ditetapkan di jemaat pasti akan mendapat respon yang baik dari warga jemaat. 4) Kembangkan Kretifitas yang inovatif Menjadi majelis jemaat juga bukan hanya bertugas untuk mengatur dan memimpin ibadah-ibadah kelompok maupun pelka saja. Kita perlu mengembangkan kreatifitas kita yang positif untuk menghidupkan nuansa pelayanan. Membuat dan menciptakan kegiatan-kegiatan menarik yang bertemakan pembinaan juga sangatlah dibutuhkan dalam melaksanakan panggilan majelis jemaat. 5) Buatlah jadwal pelayanan yang efektif Mengatur jadwal pelayanan yang terencana oleh para majelis jemaat adalah suatu sikap hidup yang sangat bijaksana. Ingat, bahwa selain menjadi majelis jemaat, maka kita ini juga pasti mempunyai pekerjaan-pekerjaan lain yang dikaruniakan Tuhan kepada kita. Sebab itu pembagian waktu yang tepat dan baik serta seimbang antara profesi kita dengan pelayanan yang kita lakukan adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam panggilan majelis jemaat. 6) Dukungan Keluarga Hal yang penting dalam melaksanakan panggilan majelis jemaat juga adalah kita harus didukung oleh suami, istri, anak maupun keluarga kita. Memulai melaksanakan panggilan, tentu harus memulainya dari pribadi kita. Karena setelah kita berhasil mengatur dan mengendalikan dengan positif keluarga kita dan sebaliknya respon positif serta dukungan yang kuat dari keluarga kita maka otomatis semua pekerjaan pelayanan kita dapat lakukan dengan tanpa beban apapun. Kita pasti memulainya dengan baik dan pasti akan mengakhirinya dengan baik. 12 Akhirnya dari enam pokok-pokok kontribusi pemikiran saya ini, bukanlah berarti menjadi sesuatu yang paten, tetapi ini hanyalah sebuah uraian sederhana yang sekiranya dengan keberanian dan kelemahan saya sampaikan dengan tulus dan penuh kasih. Seperti kata Amsal 27:5 ”lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi”. V. PENUTUP A. Kesimpulan Dalam mengakhiri Tulisan ini, saya akan menguraikannya dalam bentuk kesimpulan yaitu : ¾ Panggilan Majelis Jemaat adalah suatu tugas pelayanan yang ditetapkan dalam Peraturan Gereja yang dilandasi oleh perintah Tuhan Yesus Kristus dalam kesaksian Alkitab (Matius 28:16-20; Mrk 16:15-16; Luk 4:18-19; Efesus 4: 11-16 dan I Timotius 3:1-13) kepada seluruh majelis jemaat di Gereja Masehi Injili Sangihe Talaud (GMIST) ¾ Panggilan Majelis Jemaat adalah bagian dari Misi, dalam rangka melaksanakan mandat misi Allah maka salah satu pekerjaan gereja adalah mewujudkan panggilan majelis jemaat. ¾ Setralitas dari pada panggilan majelis jemaat adalah kasih Tuhan Yesus Kristus. Dengan kasih Tuhan Yesus Kristus maka para majelis jemaat dapat melaksanakan tugas panggilannya dengan tidak berbeban akan pekerjaannya. ¾ Dukungan keluarga yang penuh merupakan suatu hal yang sangat mendasar dan penting dalam rangka memotivasi para pelayan khusus untuk mengembangkan kerja pelayanan yang baik dan kreatif dan inovatif B. Saran Dengan melihat permasalahan dan hal yang dapat saya simpulkan dalam kesimpulan, maka pada bagian ini ada beberapa hal penting yang menjadi bahan saran saya dalam rangka melaksanakan tugas panggilan majelis jemaat GMIST secara umum dan Jemaat GMIST Resort Taguylandang secara khusus yaitu : 9 Dalam rangka mengefektifkan tugas panggilan majelis jemaat yang baik dan bertanggung jawab maka, perlu dilakukan pembekalan atau pembinaan majelis jemaat secara berkesinambungan baik dari pihak sinode, resort maupun jemaat 9 Hendaknya juga dapat dilakukan pembekalan atau pembinaan khusus keluarga atau pasangan hidup para majelis jemaat dengan terprogram secara baik. 9 Majelis Jemaat hendaknya menyadari dengan sesungguhnya tugas panggilannya 9 Pembagian waktu yang baik antara tugas pribadi dengan tugas panggilan pelayanan adalah sesuatu tindakan yang sangat bijaksana dalam mengemban tugas panggilan majelis jemaat. 13 DAFTAR PUSTAKA LAI : Alkitab , Jakarta : LAI, 1994 Boland, BJ. Dan Niftrik, Dogmatika Masa Kini, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995 BPL Sinode GMIST, Tata Dasar dan Peraturan Gereja, Tahuna: BPL Sinode GMIST, 2001 Hardianto, Soegeng, Agama dalam Dialog, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999 PGI-W, Suluteng-Sulselra, Berjalan Bersama, Manado: MPH PGI-W Suluteng-Sulselra, 1989 Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1985 Venema,H, Injil Untuk Semua Orang, Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1997 Syaloom, Bahoi, 05 Nopember 2010 Pdt. Y. D. Brek, S.Th