SURROGATE MOTHER

advertisement
MAKALAH MASAILUL FIQHIYAH
ISTINBATH HUKUM PENGGUNAAN RAHIM SELAIN ISTRINYA
(SURROGATE MOTHER)
(Untuk memenuhi tugas matakuliah Masa’il Fiqhiyah)
Dosen Pengampuh: Dr. M. Sa’ad Ibrahim, MA
Penulis
Khoirur Roziqin
(12210002)
Ahmad Ahsanutaqwim
(12210003)
AL AHWAL AL SYAHSIYAH
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2014
DAFTAR ISI
Cover ....................................................................................................................................i
Daftar Isi...............................................................................................................................ii
Bab I Pendahuluan..............................................................................................................1
Latar Belakang ..........................................................................................................1
Rumusan Masalah......................................................................................................2
Pembatasan Masalah..................................................................................................2
Kegunaan Masalah.....................................................................................................2
Tujuan ........................................................................................................................2
Bab II Deskripsi “Surrogate Mother”...............................................................................3
Definisi Penggunaan rahim........................................................................................
Macam-macam Penggunaan rahim............................................................................
Mekanisme Penggunaan rahim..................................................................................
Tujuan Penggunaan rahim..........................................................................................
Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan rahim.........................................................
Bab III Metode Istinbath.....................................................................................................
Ushul Fiqh: Qiyas......................................................................................................
Qowaid Fiqhiyyah......................................................................................................
Bab IV Istinbath Hukum ....................................................................................................
Ushul Fiqh: Qiyas......................................................................................................
Qowaid Fiqhiyyah......................................................................................................
Bab V Penutup......................................................................................................................
Kesimpulan................................................................................................................
Daftar Pustaka......................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kemandulan walaupun merupakan takdir Allah SWT dianggap sebagai suatu
penyakit karena bertentangan dengan keadaan normal. Perkembangan sains dan teknologi
telah menemukan berbagai cara untuk mengatasi masalah kemandulan. Diantara cara yang
telah ditemukan adalah ibu pengganti atau menyewa rahim wanita lain untuk
mengandung.
Namun selaku umat islam kita perlu mengenal cara tersebut sesuai syara’ atau
sebaliknya karena jalan keluar tersebut merupakan masalah ijtihadiyah yang tidak
mempunyai nash yang jelas tentang keharaman dan kebolehannya.
Dengan adanya penggunaan rahim ini akan membantu wanita mandul atau wanita
yang tidak bisa mengandung dikarenakan sebab tertentu untuk memiliki anak. Namun
disisi lain dalam kehidupan seorang muslim patutnya berpegang pada kaidah syara’ yang
menitik beratkan pada maqasid asy syaria , memelihara kesucian nasab serta menjaga
kemuliaan anak adam. Untuk itu kami penulis mencoba untuk membahas apak praktek
penggunaan rahim wanita lain ini diperbolehkan atau tidak.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini, antara lain:
a. Apakah yang dimaksud dengan penggunaan rahim?
b. Apa saja macam-macam bentuk penggunaan rahim?
c. Bagaimana proses penggunaan rahim?
d. Bagaimana tujuan dari penggunaan rahim?
e. Bagaimana manfaat dan madharat penggunaan rahim?
f. Bagaimana hukum penggunaan rahim?
3. Pembatasan Masalah
Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang (in vitro fertilization) pembuahan di luar
rahim, khususnya praktek penggunaan rahim. Untuk lebih fokus dan efisien makalah ini
membatasi pembahasan yaitu proses penggunaan rahim dalam perspektif hukum islam,
yaitu melalui istinbath hukum dengan manhaj ijtihad islam.
4. Kegunaan Pembahasan
Adapun kegunaan makalah ini adalah:
a. Memahami apa yang disebut dengan penggunaan rahim atau surrogate mother
b. Mengetahui proses metode ijtihad dalam masalah penggunaan rahim
c. Mengetahui hukum praktek penggunaan rahim
5. Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui tentang penggunaan rahim
2. Mengetahui macam-macam bentuk penggunaan rahim
3. Mengetahui proses penggunaan rahim
4. Mengetahui tujuan dari penggunaan rahim
5. Mengetahui manfaat dan madharat penggunaan rahim
6. Mengetahui hukum penggunaan rahim
BAB II
DESKRIPSI SURROGATE MOTHER
A. Definisi
Penyewaan Rahim dalam bahsa arab dikenal dengan banyak istilah ,‫رحم المستعار‬
‫ ال م المسستأجرة‬,‫ ال م البديلسة‬,‫ المسسستأجرة‬,‫ الحاضسنة‬,‫ شستل الجنيسسن‬,‫ ال م الكادبة‬tetapi lebih dikenali dengan
‫ تأجير الرحا م‬, manakala dalam bahsa Inggris pula dikenali sebagai surrogate mother.
Penggunaan rahim dapat diartikan sebagai penggunaan Rahim wanita lain untuk
mengandungkan benih wanita (ovum) yang telah dibuahi oleh benih lelaki (sperma), dan
janin itu dikandung oleh wanita tersebut hingga dilahirkan. Menurut Black Law
Dictionary yang dimaksud dengan surrogate mother adalah a woman who carries a child
to term on behalf of another woman and then assigns her parental right to that woman
and the father / a person who carries out the role of a mother. Define tersebut dapat
iartikan sebagai wanita yang menggunakan rahimnya untuk hamil dimana janin yang
dikandungnya tersebut milik wanita lain dan setelah bayi lahir hak kepemilikan atau hak
asuh bayi tersebut diserahkan kepada wainita lain tersebut atau ayah dari bai tersebut.
Praktek surrogate mother atau lazim nditerjemahkan dalam Bahasa Indonesia dengen ibu
pengganti tergolong metode atau upada kehamilan di luar cara yang alamian. Kaidah ini
dikenal juga dengan penggunaan rahim karena lazimnya pasangan suami istri yang ingin
memiliki anak ini akan memberikan imbalan kepada ibu pengganti yang sanggup
mengandung benih mereka, dengan syarat ibu pengganti tersebut akan menyerahkan anak
setelah dilahirkan atau pada wakru yang telah diteteapkan sesuai perjanjian. Penggunaan
rahim biasanya dilakukan bila istri tidak mampu atau tidak boleh hamil atau melahirkan.
Embrio dibessarkan dan dilahirkan dari Rahim wanita lain bukan istri walaupun bayi itu
menjadi milik pasangan suami istri yang mempunyai anak tersebut.1
Surrogate mother ialah suatu teknologi in vitro yang dilakukan oleh petugas medis
dimana spermatozoa dan ovum yang sudah masak dipertemukan di cawan petri sehingga
menghasilkan embrio, kemudia embrio tersebut dipindahkan ke dalam Rahim perempuan.
Surrogate mother diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu genetic surrogate dimana
pihak surrogacy (pengganti) juga merupakan ibu biologis dari si janin. Kedua, adalah
gestational surrogate dimana sel telur maupun sel sperma berasal dari penyewa Rahim
yang kemudian diinseminasikan dalam Rahim pihak perempuan yang bertindak
menyewakan rahimnya.2
1
2
Yendi. 2011. Hukum Teknologi Reproduksi Buatan. Perkembangan Hukum Teknologi Reproduksi di Indonesia.
Risti. Dita Paraga. 2010. Obrolan Surrogate Mother, Bolehkah?.
B. Macam Penggunaan Rahim
Ada beberapa macam bentuk praktek penyewaan rahim yang kini telah banyak
dilakukan :
a. Benih istri (ovum) disenyawakan dengan benih suami (sperma), kemudian
dimasukkan ke dalam rahim wanita lain. Praktek ini digunakan dalam keadaan
istri memiliki ovum yang baik, tetapi rahimnya dibuang karena pembedahan,
kecacatan, akibat penyakit yang kronik atau sebab-sebab yang lain.
b. Sama dengan bentuk pertama, tetapi benih yang telah disenyawakan
dibekukan lalu dimasukkan ke dalam rahim ibu pengganti setelah kematian
pasangan suami istri tersebut.
c. Ovum istri disenyawakan dengan sperma lelaki lain (bukan suaminya) dan
dimasukkan ke dalam rahim wanita lain. Keadaan ini terjadi apabila suami
mandul dan istri memiliki halangan atau kecacatan pada rahimnya teteapi
benih istri dalam keadaan baik.
d. Sperma suami disenyawakan dengan ovum wanita lain, kemudian dimasukkan
ke dalam rahim wanita lain. Keadaan ini terjadi pabila istri menderita penyakit
pada ovarium dan rahimnya tidak mempu memikul tugas kehamilan, atau istri
telah mencapai tahan berhentinya siklus haid (menopause).
e. Sperma suami dan ovum istri disenyawakan, kemudian dimasukkan ke dalam
rahim istri yang lain dari suami yang sama. Dalam keadaan ini istri yang lain
sanggup mengandungkan anak suaminya dari istri yang tidak boleh hamil.
C. Mekanisme Penyewaan Rahim
Mekanisme surrogate mother termasuk dalam ruang lingkup pembuahan di luar
rahim yang lebih dikenal sebagai teknik bayi tabung atau pembuahan in vitro (in vitro
vertilization). In vitro vertilization adalah sebuah teknik pembuahan dimana sel telur
dibuahi di luar tubuh wanita. Prosesnya terdiri dari mengendalikan proses ovulasi secara
hormonal, pemindahan sel telur dari ovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam
sebuah medium cair. Dalam melakukan pembuhan di luar rahim, transfer embrio
dilakukan dalam tujuh prosedur dasar yang dilakukan oleh petugas medis, yaitu :
a. Wanita diberi obat pemicu ovulasi yang berfungsi untuk merangsang indung
telur mengeluarkan sel telur yang diberikan setiap hari sejak permulaan haid
dan baru dihentikan setelah sel-sel telurnya matang.
b. Pematangan sel-sel telur dipantau setiap hari melalui pemeriksaan darah dan
pemeriksaan ultrasonografi.
c. Setelah dikeluarkan beberapa sel telur, kemudian sel telur tersebut dibuahi
dengan sel sperma suami yang telah diproses sebelumnya dan dipilih yang
terbaik.
d. Sel telur dan sperma yang sudah dipertemukan di dalam cawan petri kemudian
dibiakkan di dalam incubator. Pemantauan dilakukan 18-20 jam kemudian dan
keesokan harinya diharapkan sudah terjadi pembuahan sel.
e. Embrio yang berada dalam tingkat pembelahan sel ini kemudian
diimplantasikan ke ddalam rahim wanita. Pada periode ini tinggal menunggu
terjadinya kehamilan.
f. Jika dalam waktu 14 hari setelah embrio diimplantasikan tidak terjadi
menstruasi dilakukan pemeriksaan air kemih untuk kehamilan, dan seminggu
kemudia dipastikan dengan pemeriksaan ultrasonografi.3
Hal yang penting diperhatikan dalam praktek penggunaan rahim adalah hak-hak
anak yang lahir darinya tidak boleh diabaikan, khususnya hak identitas diri yang
dituangkan dalam akta kelahiran. Apabila terjadi perselisihan antara ibu bilogis dengan si
ibu pengganti, maka penyelesaiannya harus mengedepankan prinsip kepentingan terbaik
bagi si anak.4
D. Tujuan Penyewaan Rahim
Penggunaan rahim biasa dilakukan karena berbagai sebab, diantaranya; rahim
pemilik ovum tidak siap untuk hamil, atau ketiadaan rahim bersamaan dengan adanya dua
sel telur yang subur atau salah satunya, atau karena pemilik ovum ingin menjaga
kesehatan dan kecantikannya. Tujuan menyewa rahim ini adalah menyewa wanita yang
bersedia mengandung sampai dengan melahirkan bayi tersebut. Wanita tersebut
dibutuhkan sebagai pengganti bag wanita yang tidak bias mengandung dengan berbagai
alasan tadi. Beberapa alasan yang menyebabkan dilakukan teknik penggunaan rahim
adalah;
a. Seorang wanita tidak mempunyai harapan untuk hamil secara normal karena
suatu penyakit atau kecacatan yang mangalangi untuk hamil dan melahirkan
anak;
b. Rahim wanita tersebut dibuang karena alasan tertentu;
c. Wanita ingin memiliki anak tapi tidak bersedia menjalani proses kehamilan,
melahirkan dan menyusui anak serrta keinginan untuk memelihara bentuk
tubuh dengan menghindari akibat dari proses kehamilan dan kondisi tubuh
setelah melahirkan;
3
4
Yendi. 2011. Hukum Teknologi Reproduksi Buatan. Perkembangan Hukum Teknologi Reproduksi di Indonesia.
Ibid.
d. Wanita yang ingin memiliki anak tetapi telah mengalami menopause;
e. Wanita yang ingin mencari pendapatan dengan menyewakan rahimnya kepada
orang lain.5
E. Kelebihan dan Kekurangan Surrogate Mother.
Setiap hal yang dilakukan oleh mausia pasti memiliki dampak, baik bagi dirinya
sndiri atau orang lain, bahkan bias saja keduanya terkena dampang dari perbuatan salah
satu orang. Dalam hal penyewaan rahim dampak positif dan negatifnya adalah :
Dampak positif dari surrogate mother ini adalah dari kedua belah pihak yang
melkukan perjanjian sewa-menyewa Rahim sama-sama mendapat keuntungan. Dari pihak
penyewa mendapat keuntungan memiliki keturunan selain alas an mengapa memiliki
keturunan selain alas an mengapa memilih jalan seewa Rahim sedangkan pihak yang
menywakan tentunya mendapatkan materi yang telah disepakati sebelumnya.
Dari sisi negatifnya penulis akan menjelaskan satu-persatu dari pihak yang
bersangkutan, yaitu :
-
Wanita yang disewa
Wanita ini sebenarnya pihak yang paling dirugikan, hal ini karena ia hanya disewa
selama 9 bulan untuk mengandung bayi penyewanya, yang artinya bagaimana
kesehatan dan keadaan fisik perempuan tersebut setelah melahirkan nanti sudah bukan
tanggung jawab pasangan yang menyewanya. Jadi apabila terjadi pendarahan atau
komplikasi pasca kelahiran, wanita ini tidak berhak menuntut apapun kepada
penywanya, karena dalam perjanjian, posisinya inferior. Psangan yang menyewanya
hanya berpikir untuk mengambil bayi hasil pesanan, bayar sewa dan selesai. Selain
itu secara praktis, bagaimanapun seorang ibu pasti mempunyai ikatan batin yang kuat
dengan bayi yang telah 9 bulan dikandungnya.
Pasangan penyewa tidak akan peduli dengan kondisi dari perasaan si wanita yang
notabene adalah seorang ibu yang pasti akan merasa kehilangan sesuatu yang telah
menjadi bagian dari dirinya. Apalagi ini juga diperberat jika ASI si ibu keluar dengan
lancer, ia akan merasa kesakitan untuk bias menghentikan aliran ASI-nya. Memang
wanita sewaan telah mengetahui resiko aka nada rasa kehilangan tersebut, namun
sebelum benar-benar mengalaminya, seorang wanita tidak akan pernah tau seberapa
sakit rasa dipisahkan dengan bayi yang seharusnya bisa ia asuh sendiri itu.
Masyarakat kita masih menjunjung tinggi kehormatan wanita dalam sebuah
perkawainan yang sah. Karena itu secara moral juga, si wanita akan dipandang hina
5
Munfarida. 2011. Sekilas Tentang Sewa Rahim.
oleh masyarakat karena dianggap telah hamil di luar nikah, mengandung anak hasil
perzinaan, dan setelah melahirkan pun, pandangan rendah pada sosok wanita ini tak
akan hilang begitu saja. Dalam hal ii wanita sewaan mengalami kerugian fisik, mental
maupun moral.
-
Bayi yang dilahirkan
Bayi yang menjadi pusat permasalahan hingga terjadi proses sewa menyewa ini tak
kalah merugi dengan adanya kasus seperti ni. Bagaiamana tidak karena ia sama sekali
tidak akan pernah mendapatkan haknya untuk mengkonsumsi ASI dari ibu yang
melahirkannya sendiri. ASI merupakan asupan gizi vital yang seharusnya diberikan
kepada bayi, namun dalam kasus sewa menyewa Rahim, hal ini tidadk akan pernah
dipikirkan, masa kontrak hubungan penyewa dengan wanita yang disewanya hanya
selama bayi berada dalam kandungan. Setelah bayi lahir, hubungan mereka putus.
Praktis ASI bukan merupakan bagian dari kontrak penggunaan rahim.
Seperti yang beberapa waktu lalu ditayangkan dalam salah satu stasiun televise,
kenyataannya ada klinik-klinik tertentu yang malah menyediakan layanan penyewaan
Rahim ini satu paket dengan pengurusan dokumen-dokumennya yang notabene adalah
palsu. Dalam surat dan akta kelahiran si bayi pun tertera nama ibu kandung yang
sebenarnya adalah ibu angkat yang telah menyewa Rahim wanita malang itu. Jadi
selama hidupnya si bayi tidak akan pernah merasakan kasih sayan ibu kandung yang
sebenarnya. Bayi yang dilahirkanpun mengalami kerugian fisik dan psikis.
-
Si penyewa wanita
Pakah si wanita yang menyewa juga mengalami kerugian? Spertinya tidak karena ia
memang menghendaki semua ini terjadi. Namun siapa yang tahu bahwa di kedalaman
hatinya pastilah ada perasaan tak rela mengijinkan suaminya sendiri berhubungan
“sex” dengan wanita lan. Meski hanya sebatas kontrak namun mereka pasti telah
menyeleksi wanita yang akan dipenggunaan rahimnya adalah benar-benar wanita
sehat dan sesempurna mungkin. Bagaimana dengan perasaan si istri sah ini ketika
membesarkan anak hasil hubungan suaminya denganw anita sewaan yang pastinya
bukan wanita sembarangan itu? Ketulusan kasih saying yang diberikan akan sangan
diragukan realitasnya.
-
Si penyewa pria
Sepertinya memang hanya si suami yang sama sekali tidak merugi dengan kasus
penyewaan Rahim inil karena ia mendapatkan anak dari benihnya sendiri, yang berarti
bahwa bayi yang dilahirkan adalah anak kandungnya. Selain itu ia juga bisa sekalian
“piknik” menikmati hubungannnya dengan wanita selain istrinya, yang pasti adalah
wanita terpilih yang benar-benar terseleksi kualitasnya, karena mereka menginginkan
bibit bayinya kelak adalah bibit yang baik, kalaupun dihitung ada ruginya paling
hanya besaran jumlah materu yang harus ia keluarkan untuk biaya penggunaan rahim.
Tapi toh itupun masih setimpal dengan apa yang didapatnya, seorang anak kandung
(yang tidak bisa dihargai dengan uang sebesar apapun), dan kenikmatan sesaat yang
dilegalakn. Jadi dari keempat orang yang terlibat dalam praktek penggunaan rahim ini
tampaknya si suami penyewa Rahim wanita itulah yang paling untung dan tanpa
mengalami kerugian apapun.
BAB III
METODE ISTINBATH
1. Ushul Fiqh
Dalam masalah fiqhiyah kali ini penulis menggunakan metode qiyas untuk
menentukan hukum karena tidak dijumpai dalil-dalil yang menyinggung secara sorih di
dalam Al-Qur’an maupun Hadits. Penggunaan manhaj qiyas yang dianggap sah apabila
telah memenuhi 4 unsur6 berikut ini :
a. Ashl
Menurut para pakar ushul fiqh, ashl adalah objek yang telah ditetapkan
hukumnya oleh ayat Al-Qur’an, Hadits Nabawiyyah atau ijma’. Misalnya,
pengharaman wisky dengan cara meng-qiyas-kan dengan hukum khomr.
Hukum mengkonsumsi khomr itu yang disebut ashl karena telah dijelaskan
secara eksplisit dalam surat al-Maidah : 90-91.
b. Far’u
Adapaun far’u adalah objek yang akan ditentukan hukumnya, yang tidak ada
nash atau ijma’ yang tegas dalam menentukan hukumnya sebagaimana wisky
dalam kasus di atas.
c. Illat
Adalah sifat yang menjadi motif atau motivasi dalam mementukan hukum,
dalam ashl khomr di atas illatnya adalah memabukkan, dan wisky juga
memiliki sifat yang sama.
d. Hukum Asal
Hukum pada suatu objek yang mana telah ditentukan secara qoth’i di AlQur’an, Hadits maupun Ijma’. Adapun hukum asal dalam contoh di atas adalah
haram.
2. Qowaid Fiqhiyah
Imam Abu Muhammad Izzudin ibn Abbas Salam menyatakan bahwa kaidah fiqhiyah
mempunyai kegunaan sebagai suatu jalan untuk mendapatkan suatu kemashlahatan dan
menolak kerusakan serta bagaimana cara mensikapi kedua hal tersebut. Sedangkan alQarafi dan Al-Far’u-nya menulis bahwa seorang Faqih tidak akan besar pengaruhnya
tanpa berpegang kepada kaidah fiqhiyah, karena jika tidak berpegang pada kaidah itu
maka hasil ijtihadnya banyak bertentangan dan berbeda dengan furu’-furu’-nya.
6
Abu Hamid Al-Ghozali. Al-Mustafa, Jilid, II, hlm. 54
BAB IV
ISTIHINBAT HUKUM SURROGATE MOTHER
1. Ushul Fiqh
Dalam masalah penyewaan rahim ini, yang menjadi unsur-unsur tersebut adalah :
a. Al far’u
Yang menjadi far’u pada masalah ini adalah penggunaan rahim (Surroge Mother).
b. Al ashlu
Dalam hadits Rasulullah SAW, disebutkan :
، ‫ حعرن أحبب ي حمررززقوبق ححبببيييبب‬، ‫ حعرن حديبزديحد رببن أحبب ي ححبببيبب‬، ‫ حعرن زمححممبد رببن إبرسححقاحق‬، ‫ححمدحثحنقا حعربزد المربحبيبم ربزن زسحلربيحمقاحن‬
‫ليي حصييملا ى ا ز‬
‫ليي حعحلربييبه حقوحسييملحم بفبيحنييقا حدييروحم‬
‫ إبنن ي حل أحزقوزل بفبيزكرم إبمل حمقا حسييبمرعزت بميرن حرزسيوبل ا مب‬: ‫حفحققاحم بفبيحنقا حخبطبيببقا حفحققاحل‬
«‫ حفحل زديرسبقحبيمن حمقاحءزه حزررحع حغربيبربه‬، ‫ل حقوارلحبيروبم ارلبخبر‬
‫ »حمرن حكقاحن زديرؤبمزن ببقا مب‬: ‫حخربيحبحر‬
Artinya : Dari Abdurrahman bin Sulaiman, daari Muhammad bin Ishaq, dari Yazid
bin Abi Habib, dari Marzuqi Habib, berdiri di antara kita dan sebagai
khotib, berkata : “Sesungguhnya saya tidak berkata kecuali apa yang saya
dengar dari Rasulullah SAW pada saat perang khoibar : Barang siapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan menyiramkan air
(mani) ke ladang (rahim) orang lain”7
c. Hukum Asal
Berdasarkan redaksi hadits di atas yang tertulis “‫”فل يسسسقين‬, huruf “‫ ”ل‬di atas
faidahnya adalah nahi (larangan). Dan pada qoidah ushuliyah juga dirumuskan
bahwa:
‫اللصل في النهي للتحريم‬
“Pada dasarnya larangan itu menunjukkan pengharaman”.
Jadi, dapat disimpulkan hukum asal pada hadits tersebut adalah haram.
d. Illat
Untuk mengetahui illat dari nasab anak yang di lahirkan melalui proses
penyewaan rahim maka harus dilakukan ta’liilu1hukmi:
1) Identifikasi (‫)الصبر‬
7
Abu Bakar bin Abi Syaibah, Al-Kitab Mushonnaf fil Ahadits wal Atsar, Maktabah Rasyd, Riyad : 1409 H, Juz:4,
hlm 28
Persamaan yang dapat ditemui antara furu’ dengan asal adalah beberapa hal
sebagai berikut :
a) Sampainya mani ke rahim
b) Talladzudz
2) Klasifilkasi (‫)التقسيم‬
a) Illat yang dapat diukur (‫)منضبط‬
- Sampainya mani ke rahim
b) Illat yang tidak dapat diukur (‫)غير منضبط‬
- Taladzudz
3) Pembersihan (‫) تنقيد المنط‬
Menghilangkan hal-hal yang tidak bisa dijadikan illat. Yaitu hal-hal yang
termasuk dalam golongan ghairu mundlabith. Maka yang dapat dijadikan illat
ialah “sampainya mani ke rahim”. Baik itu dengan wasilah wat’i atau dengan
alat-alat medis.
4) Penegasan (‫)تحقيق المنط‬
Setelah pembuangan hal — hal diatas, maka didapati beberapa hal yang tegas
menjadi illat dari permasalahan ini, yaitu :
-
Sampainya mani ke rahim wanita yang bukan istrinya.
Setelah proses pengkiyasan antara furu’ dan ashl di atas, dapat diketahui
bahwasanya antara sampainya mani ke rahim wanita lain dan praktek penggunaan rahim
saat ini memiliki kesamaan dalam segi illatnya dan berkualifikasi untuk diqiyaskan.
Dalam penggunaan menhaj istinbath qiyas hukum far’u yang diqiyaskan mengikuti
hukum asal perkara tersebut.
Keharaman dalam penggunaan rahim tersebut sama dengan keharaman
menyiramkan air mani kepada wanita yang bukan istrinya. Baik itu dengan cara wat’i
(bersetubuh) atau menggunakan alat bantu medis oleh para ahli, karena dalam redaksi
hadits yang digunakan sebagai ashl tidak memperinci penggunaan media apa yang
menjadikan penyiraman air mani pada wanita yang bukan istrinya tersebut dilakukan.
Maka dari itu penulis menganggap bahwa hadits tersebut berlaku karena umumnya
lafadz bukan karena khususnya sebab (‫)العبرة من عمو م اللفظ ل بخصوص السباب‬.
Jadi keumumuman lafadz " ‫ " غفغل هييسِهقغينن غماغءه غزيرغع غغيِهرِهه‬mencakup apakah masuknya
mani tersbut dengan cara wat’i atau dengan alat bantu. Bukan karena asbabul wurud
hadits yang menceritakan kondisi wanita tahanan yang disetubuhi. Maka dari itu penulis
berkeyakinan bahwa hadits tersebut relevan untuk menjawab persoalan kontemporer
yaitu penggunaan rahim.
Juga berdasarkan formula istinbath hukum qiyas bahwasanya:
Q = HA – F = HB
Q
: Metode Istinbath Qiyas
HA
: Hukum Asal (Penyiraman mani ke wanita lain)
F
: Far’u (Penggunaan rahim wanita lain)
HS
: Hukumnya sama
Jika telah terjadi qiyas, far’u yang diqiyaskan dengan ashal akan mengikuti
hukum ashalnya, jadi hukum ashal yang berupa pelarangan menyiramkan mani ke
wanita lain juga berakibat kepada pelarangan praktek penggunaan rahim wanita lain.
Keterkaitan terjaganya maqashid syariah tidak boleh dilupakan dalam suatu
istinbat hukum yang baru. Diantaranya yaitu menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga
akal, menjaga nasab, dan menjaga harta. Kelima aspek tefsgbut adaiah tolak ukur
kemashlahatan yang menjadi prinsip utama metode istinbat hukum mashlahatul
mursalah. Pendek kata, metode ini memiliki tujuan mengambil manfaat dan menolak
madhorot untuk memelihara tercapainya tujuan syara’ (maqashid syariah).
2. Qowaid Fiqhiyyah
Pada pandangan Islam, rahim wanita mempunyai kehormatan yang tinggi dan
bukan barang hinaan yang boleh disewa atau diperjualbelikan, kerana rahim adalah
anggota manusia yang mempunyai hubungan yang kuat dengan naluri dan perasaan
semasa hamil berbeda dengan tangan dan kaki yang digunakan untuk bekerja dan
seumpamanya yang tidak melibatkan perasaan. Lebih-lebih lagi ia termasuk dalam
lingkungan yang diharamkan kerana manusia tidak berhak menyewakan rahimnya yang
akan melibatkan penentuan nasab.
Hukum haram itu juga sejalan dengan substansi kaidah fiqhiyyah yang telah
disebutkan diatas juga dengan mempertimbangkan kondisi rahim yang memiliki
kehormatan yang tinggi maka berlakukalah kaidah ini. Abu Abbas menuliskan dalam
kitabnya8 :
‫ )فانكحوا ما طسساب لكسسم‬: ‫اللصل في الفروج الحرمة إل أن الشارع أذن في نكاح الناث من بني اد م بقوله تعالى‬
(3:‫من النساء( )النساء‬
“Hukum asal kemaluan (farj) kecuali jika Pembuat Syari’at (Allah) telah
mengijinkan (dengan) menikahi wanita dari anak-cucu Nabi Adam dengan firmanNya : Menikahlah dengan wanita yang kamu sukai (An-Nisa :3)”
Pada dasarnya tidak sah perlakukan apapun pada rahim kecuali dengan wasilah
pemikahan yang sah secara syariat islam. Dan surrogate mother bukan sesuatu yang
dapat disamakan dengan pemikahan. Maka dalam hal ini (surrogate mother) tidak dapat
dibenarkan menurut kaidah “Al-Ashlu fil F uruuj il Hurmatu ”.
Antara syarat sah sesuatu akad ialah tidak membawa kepada permusuh antara
kedua-dua pihak yang melakukan akad . Dalam penyewaan rahim ini diyakini akan
berlakunya berselisihan dalam penentuan hak pemilikan dan nasab anak yang dilahirkan
kerana wujudnya pihak ketiga selain suami dan isteri pemilik benih. Masalah akan
berlaku dalam menentukan ibu sebenar bagi bayi tersebut, sama ada ibu pemilik benih
dan ciri-ciri warisan pada anak atau ibu yang mengandung serta melahirkannya, juga
masalah menentukan nasab bayi kepada bapanya dan lain-lain.
Malah, akan terjadi keresahan dalam masyarakat , khususnya apabila ibu
penghamil tersebut enggan menyerahkan bayi yang telah dikandungnya dan menafikan
perjanjian asal sekalipun dibayar secara sempurna oleh pihak pasangan suami isteri itu.
Ini kerana ibu tumpang tersebut merasakan perasaannya berubah dan mula menyayangi
bayi yang dianggap anaknya sendiri setelah melalui masa kehamilan dan kelahiran.
Berdasarkan firman Allah SWT :
8
Ahmad bin Muhmmad Al-Hanafi Al-Hamawy.1985. Ghomzu ’UyunuI Basho'irfi Syarhi Isybahi wa Nadhoirrul
Kitab Al-llmiyah. Juz. Ill, Hlm. 409
‫و و لصينا النسان بوالديه حملته أمه وهنا على وهن‬
Artinya: “ Dan kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada kedua ibu
bapanya, ibunya yang mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambahtambah ”
Kesimpulannya, walaupun dengan tujuan memiliki keluarga adalah tujuan yang
dibenarkan, tapi dengan wasilah penggunaan rahim wanita lain ini temyata membawa
lebih banyak kemudhorotan daripada kemashlahatannya, dengan bersandar pada kaidah :
‫درء المفاسد مقد م على جلب المصالح‬
“Menghilangkan kemafsadatan itu lebih didahulukan daripada mengambil
kemaslahatan ”
Pengharaman penggunaan rahim memang senjalan dengan maqosid syariah yaitu
menjaga garis ketunman (Hifdun Nasal). Dan dari konsep ini pengharaman ini lebih
dekat dengan subtansi yaitu menutup jalan kepada kemudhorrotan lebih besar.
"‫"و الله أعلم بالصواب‬
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
a) Definisi dari penggunaan rahim atau ibu pengganti (surrogate mother) adalah wanita
yang menggunakan rahimnya untuk hamil dimana janin an dikandung tersebut milik
wanita lain dan setelah bayi lahir hak kepemilikan atau hak asuh bayi tersebut
diserahkan kepada wanita lain tersebut dan ayah dari bayi tersebut.
b) Macam-macam penggunaan rahim diantaranya:
- Bentuk pertama: Benih isteri (ovum) disenyawakan dengan benih suami
-
(sperma), kemudian dimasukkan ke dalam rahim wanita lain.
Bentuk kedua: benih yang telah disenyawakan dibekukan dan dimasukkan ke
-
dalam rahim ibu pengganti selepas kematian pasangan suami isteri itu.
Bentuk ketiga: Ovum isteri disenyawakan dengan sperma lelaki lain (bukan
-
suaminya) dan dimasukkan ke dalam rahim Wanita lain.
Bentuk keempat: Spenna suami disenyawakan dengan ovum wanita lain (bukan
-
istrinya), kemudian dimasukkan ke dalam rahim wanita lain (bukan istrinya).
Bentuk Kelima : Sperma suami dan ovum isteri disenyawakan, kemudian
dimasukkan ke dalam rahim isteri yang lain dari suami yang sama.
c) Proses penggunaan rahim sama dengan mekanisme teknik bayi tabung atau
pembuahan in vitro (in vitro fertilization). In vitro fertilization adalah sebuah teknik
pembuahan dimana sel telur (ovum) dibuahi di luar tubuh wanita.
d) Alasan yang menyebabkan dilakukan teknik penggunaan rahim, adalah:
- Seorang wanita tidak mempunyai harapan untuk hamil secam normal karena
suatu penyakit atau kecacatan yang menghalanginya untuk hamil dan
-
melahirkan anak.
Rahim wanita tersebut dibuang karena pembedahan.
Wanita ingin memiliki anak tetapi tidak mau menjalani proses kehamilan,
Wanita yang ingin memiliki anak tetapi telah mengalami menopause.
Wanita yang ingin mencari pendapatan dengan menyewakan rahimnya kepada
orang lain.
e) Damapak positif dari Surrogate Mother atau penggunaan rahim ini adalah dari kedua
belah pihak yang melakukan perjanjian sewa-menyewa rahim sama-sama mendapat
keuntungan.
f) Dampak negative dari penggunaan rahim yang ditimbulkan antaranya:
a. Wanita yang menyewakan rahimnya
- Secara psikis, wanita yang telah mengandung selama 9 bulan akan merasa
kehilangan sesuatu yang pemah jadi bagian dirinya
-
Kerugian fisik, kondisi badan menjadi tidak stabil baik saat atau setelah
mengandung selama 9 bulan
b. Bayi yang dilahirkan
- Tidak akan pemah mendapatkan haknya untuk menghisap ASI ibu
kandungnya sendiri dan ini akan menjadi bayi kurang mendapatkan asupan
nutrisi yang cukup
- Timbulnya kekhawatiran ketidakjelasan nasab
c. Ibu penyewa
- Rasa kasih sayang yang akan diberikan kepada anak tidak akan setulus ibu
yang mengandung bayinya sendiri
g) Dalam kajian ushul fiqih, hokum penggunaan rahim disamakan atau diqiyaskan
dengan perjanjian sewa-menyewa (ijarah) yaitu boleh dengan tendensi kesamaan illat
pada rukun dan syarat antara keduanya. Namun dalam implementasinya penggunaan
rahim dirasa memiliki madharat yang lebih besar ketimbang mashlahatnya, maka
hukumnya menjadi haram. Dengan alasan penggunaan rahim dapat menimbulkan
kekhawatiran rancunya status nasab pada bayi yang akan dilahirkan, faktor ini
bersinggungan dengan aspek menjaga nasab pada maqashid syar’iah. Disisi lain juga
dibanyak didapati kemadharatan yang timbul dari adanya praktik penggunaan rahim
tersebut. Hal ini sejalan dengan konsep dalam mashalahatul mursalah yaitu menolak
kemadharatan dengan tujuan menjaga tujuan syara’ (maqashid syari’ah).
h) Dalam masalah persewaan rahim ini dua kaidah yang menunjukkan keharamannya..
Keduaya sama-sama memberatkan bahwa praktek surrogate mother adalah harame
dengan pertimbangan yang telah disebutkan di atas.
DAFTAR PUSTAKA
Risti., Dita Paraga. 2010. Obrolan Surrogate Mother, Bolehkah?. KRONIK UNIKA
Soegijapranata. Semarang.
Yendi. 2011. Hukum Teknologi Reproduksi Buatan. Perkembangan Hukum Teknologi Reproduksi
Buatan
di
Indonesia.
http://yendi.blogdetik.com/2011/02/17/hukum-
teknologi-
reproduksi-buatan/. Diakses tanggal .12 September 2014
Munfarida. 2011. Sekilas Tentang Penggunaan rahim http://munfarida.blogspot.com/2011/01/
seki1as-tentang-sewa-rahim.html. Diakses tanggal 21 September 2014
Zabidi R, 2004. Penyewaan Rahim menurut Pandangan Islam. A1-Faqirah Ilallah, Tahun
1,Syariah Islamiah, American Open University, Cairo.
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2010)
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah
Ahmad bin Muhmmad Al-Hanafi Al-Hamawy.1985. Ghomzu ‘Uyunul Basho’ir fi Syarhi Isybahl
wa Nadlmir. Darul Kitab A1-Ilmiyah.
Chairiman Pasaribu, Hukum Perjanjian dalam Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 1996).
Download