INDONESIA - ITATTA DOKUME ir-T;lSI BAPPENAS Au, * jcly-C :gJry-Z;..r.= su,rnoritb renggar | -t=7-t BEBERAPA HAL TENTAI{G HTTBUNGAI\I EKONO\,II INDONESIA.ITALLA A. Bilateral I. Perdagangan 1. Neraca Pembayaran Perkembangan perdagangan - antara Indonesia - Italia sejak tahun berjalan cukup menggembirakan. Meskipun ekspor Indonesia ke Italia cenderung menurun niJ.ainya jika dihitung berdasarkan nilai dollar, akan tetapi masih menr.njukkan surplus bagi Indonesia kecuali untuk tahun 1983. 1981 1984 Neraca perdagangan antara kedua negara pada umumnya menunjukkan saldo positip bagi. Indonesia. Statistik neraca perdagangan antara kedua negara seperti terlihat pada tabel dibawah ini : NERACA PERDAGANGA}I INDONESIA - ITAI,IA (dalan jutaan US $) Nilai Tahun Ekspor lL) (1) Az Nilaj. (3) (4) Impor A% (s) 95,6 1981 167 ,6 r982 L4L,4 15,6 I (i4 1983 llg ,4 15 ,6 r24,7 +19r4 1984 L67 ,3 40r0 I13,2 -q? r98s1) 56,3 I). flPr r r Januari - Sumber 0435A : Biro Pusat Statistik. 72,0 37,0 ,4 3I,4 Surplus/Defisit (6)=( 2)-(4) 5.3 54 ,1 24,9 22. Komoditi a. Perdagangan Sampai deagan tahtin 1984/85 komoditi penting ekspor Indonesia adalah : Kayu lapis, lcopi, tinah, hasil hutan, kulit binatang, karet, pakaian jadi dan teh. b. Ekspor utama Italia adalah antara lain bahan kimia, logan biasa, mesin-mesin, alat pengangkutan, suku cadang rnobil dan motor, dan obat-obatan. 3. Hambatan-hambatan dalanr perdagangan bilateral a. Masalah kualitas, kontinuitas yang sering menimbulkan sengketa perdagangan. b. Harga barang-barang ekspor Indonesia adalah relatip mahal bila dinyatakan dalam US $ (nilai mata uang rupiah overvalued terha- lira). c. Ekspor beberapa hasil pertanian sePerti kopi dari negara-negara di luar MEE termasuk Indonesia dikenakan pungutan tari.p impor, dap mata uang yang karenanya mengurangi daya saing 4. Us$a-usaha Peningkatan Perdagangan kopi Indonesia. Bilateral Untuk meningkatkan perdagangan antara Indonesia - Italia perlu diusahakan agar pengusaha-pengusaha kedua negara lebih aktif menjajagi kemungkinan perluasan perdagangan misalnya dengan : a. Mendorong Kadin untril< nengadakan pertemuan dengan Italia Insti- tute for Foreign Tradc (IFT); b. Partisipasi Indonesi.a dalam Paneran Dagang di Italia untuk mempromosikan barang ekspor Indonesia. c. Joint Commission. Pemerintah Italia mengusulkan agar dibentuk Joint Commission dibidang Ekonomi dan Kerjasama Teknik. Terhadap usul j.ni Pemerintah Indonesia sedang mempelajari usul tersebut -3d. Pemanfaatan zona perdagangan bebas. Pemerintah Italia menar^rarkan untuk menggunakan pelabuhan lvlalta dan Triesta sebagai pelabuhan bebas untuk barang-barang datang Indonesia. Tawaran serupa juga datang dari furki, Romania, Yugoslavia dan Mesir. Kesemuanya ini sedang diteliti/dijajagi oleh Departemen Perdagangan. iI. Kerjasama Ekonomi dan Tehnik l. Bantuan Ekonomi a. Meskipun sejak semula Italia merupakan anggota IGGI, Italia baru dapat memberj-kan bantuan kepada Indonesia pada tahun 1982/83 sebesar ' $ 20 juta dalam bentuk pinjaman dan $ 5 juta hibah, yang dipergunakan untuk urembiayaj. proyek Pabrik 0bat Essensial. Selanjutnya dalam tahun L983/84 Italia memberikan komitmen untuk jangka waktu 3 tahun (mencakup 1984 dan 1985) sebesar US $ 90 juta terdiri dari bantuan bersifat pinjaman $ 70 juta, dan bantuan bersifat hibah $ 20 juta. Bantuan ini akan dipergunakan untuk berbagai proyek pembangunan tenaga listrik panas bumi (geothermal) Gn. Salak, sinyal seperti kereta api dan sebagainya. saurping itu sebelum Inpres No. 8/L984, Italia juga telah menyediakan pembiayaan campuran kredit ekspor dengan pinjanan lunak untuk program : b. Di - Diesel Listrik untuk PLN : $ I7,9 Suta : fi 22,4 juta - I,abor"rtorium Batan' c. Prosedur bantuan proyek Italia ternyata memakan waktu yang cukup 1ama, sehingga komitnen tahun 198?./83 untuk pabrik obat essensial, baru dipergunakan untuk pekerjaan rekayasa. dikernukakan kepada Pemerintah Italia, bahwa untuk tatrun 1986, Pemerlntah Italia dapat memberikan komitmen baru. d. Selanjutnya perlu 2. Kerjasama Tehnik Diharapkan pula agar Italia sebagai negara maju dapat memberikan bantuan untuk pelaksanaan program-program kerjasama Tehnik Negara Berkembang (nNB) khususnya Indonesia. 41 Darl I rr can Kprrnak ^vrq^.6Ns a [Jr rhr rncrn rrsvwrSqr Elrnnnmi 4\vrrvrur Pemeri.ntah Indonesia menyetujui usul penerintah Italia untuk meng- adakan perundingan mengenai penghindaran pajak berganda antara Indonesia - Italia. Untuk ini akan diadakan perundingan lebih Ianjut. B. MJLTII.ATERAL I. Tata Ekonomi Dlnia Baru Indonesia dengan negara-negara berkembang lainnya terus memperjuangkan terwujudnya Tata Ekonomi Dunia Baru yang diarahkan untuk mengadakan perombakan struktural dalam hubungan ekonomi internasional dan meningkatkan partisipasinya dalam proses penganbilan keputusan mengenai masalah-masalah ekonomr global. Diharapkan ItaIia dapat berperan lebih aktif nendukung perjuangan negara-negara berkembang khususnya Indonesia untuk mewujudkan Tata Ekonomi Dunia Baru tersebut. II. Program Komoditi Terpadu dan Dana Bersama Indonesia mendukung dan aktif ikut serta dalam memperjuangkan terlaksananya Program Komoditi Terpadu dan Dana Bersana. Diharapkan Italia dapat segera menandatangani/meratifikasi Persetujuan Dana Bersama, sehingga Program tersebut dapat segera berfungsi secara effektif. III. Renegosiasi Persetujuan Internasional lvlengenai Kq4oditi ini sedang dilakukan proses perundi.ngan kembali terhadap beberapa persetujuan internasional mengenai komoditi yang menyangkut kepentingan Indonesia antara lain karet alam dan timah. Diharapkan Itali"a sebagai anggota konsumen dapat memberikan sikap yang positip terhadap usaha untuk mencapai suatu persetujuan baru yang lebih efektj.f dalam menci.ptakan stabilisasi harga yang layak bagi produsen dan adil bagi konsumen. Dewasa Jakarta, 9 Nopember 1985 -5Lampiran DAI'TAR BARr{{G-BAIIANG YANG DIEKSPOR KE ITATIA nAr.Aivl TAHUN 1984 I. Ikan segar dan beku 2. Ko pi 3. Coklat 4. Kulit 5. Lateks, karet alam dan getah alam lainnya 6. Kayr gergajian (Agathis, 7. Ubi kayu (irisan kering 8. Minyak 9. ivteranti) dan dalam bentuk pe11et) bumi Minyak nabati cair dan padat 10. Kayu lapis dan Veneer 11. Benang tekstil L2. Kain tenun 1.3. Ti.nah 14. Pakaian dalam laki-laki dan kemeja, pakaian r.ianita 15. Barang-barang kerajinan Sumber : Statistik Perdagangan Luar Negeri, Indonesia, Biro Pusat Statistik. Jakarta. 1984. 1 -6LA}IPIRAN DAFTAR BAfuU{G-BAIU\NG YANG DIIIYPOR DARI ITAI,IA DAI,A},1 TAHI.JN 1984 1. Tembakau 2. Asam karbosilat dan anhidrida, halida dan peroksl,danya 3. Senyawa-senyawa nitrogen 4. Senyawa heterosiklik organik dan anorganik 5. Bahan pewarna tiruan 6.Cat 7. Obat-obatan dan hasil pharmasi lain 8. Hasil polimerisasi dan hopolimerisasi 9. Kertas dan kertas karton 10. Benang tekstil 11. Peralatan rumah tangga dari logam 12. Mesin piston pembakaran (untuk motor tempel) 13. Buldozer, nesin pemancang tiang dan suku cadangnya 14. Mesin tekstil dan kulit 15. Mesin pembuat pulp dan pemotong kertas 16. Mesin pengolah makanan 17. Mesin untuk industri karet dan bahan plastik tiruan 18. Peralatan untuk memanaskan dan mendingirkan 19. Perkakas mesin pertukangan untuk logam atau harbida 20. Mesin pemroses data otomatis 2I. Peralatan telekomunikasi 22. Peralatan distribusi listrik Sumber : Statistik Perdagangan Luar Negeri, Indonesia, Biro Pusat Statistik, Jakarta. logam 1984. 2 INDONESIA PERANCIS BEBERAPA HAL TENTAI{G HIEIJNGA}I EKOI.IOMI INDONESIA . PERAI{CIS A. Bilateral I. Perdagangan 1. Neraca Perdagangan bilateral R.I. - Perancis sejak tahun 1981 s/d 1985 tidak menunjukkan peningkatan yang berarti. Nilai ekspor malah- Perdagangan an menunjukkan penurunan sehingga neraca perdagangan dalam peri.ode yang bersangkutan selalu defisit bagi Indonesia. Perkembangan tabel berikut neraca perdagangan 1981-f985 dapat dilihat dari : NERACA PERDAGAIICTAI.I INDONESIA - PEMNCiS (dalam jutaan US $) Tahun Nilai Ekspor A Z (1) (z) 1981 1982 I9B3 1984 i9851) ,7 42,2 55,1 48,5 33,7 5r (3) -18,4 +26,0 -8,7 - 1) Januari - Juni Sumber 4462A : Biro Pusat Statistik Nilai Impor LZ (4) 344,4 571,0 591,1 451,9 r4o,o (s) Surplus/nefisit (6)=(2)-(4) 292,7 65,8 + 5,5 - 2619 + -528,8 -538,0 -383,4 ro6,J -L- Nilai impor yang terbesar bagi Indonesia darj. Perancis adalah pada tahun 1983 yaitu sebesar US$ 591 juta, yang terutama disebabkan pembangunan berbagai proyek di Indonesia seperti. proyek pabrik kertas Leces, Petro Kimia Gresik, Pembangunan Pelabuhan Internasional Cengkareng, proyek methanol di pulau Bunyu, penbelian beberapa pesawat air Bus dan lain-lain. z. Komoditi Ekspor Indonesi.a Sampai dengan tahun 1985 komoditi ekspor utama Indonesia adalah karet, minyak sawit, kopi, kulit hewan, minyak atsiri, kayu lapis, tenbakau, produk tekstil, kayu gergajian, lada, timah dan makanan ternak. Hamba tan- hanbat an Perdagangan dari beberapa komoditi elrspor Indonesia yau,;Lg harganya masin lebih mahal dibandingkan dengan negara lain. Di samping i.tu masalah kualitas dan pengawasDalam meningkatkan ekspor terdapat hambatan an mutu komoditi ekspor Indonesia masilt dirasakan agak lenah dengan terjadinya beberapa kasus pengiriman barang yang tidak sesuai dengan kualitas yang disetu;ui sehingga terjadi klaim dari pihak pembeli. 4. Usaha-usaha Peningkatan Hubungan Dagang Usaha-usaha yang telah dilaksanakan dalam peningkatan/promosi ekspor Indonesj.a ke Perancis antara i:in adalan : a. Mengadakan temu muka dengan Kalangan pengusaha Peranci.s yang bergabung dalam Kadin dan Asosiasi Importir Konoditi. b. Berpartisipasi dalam berbagai pameran dagang yang diselenggarakan di paris secara teratur seperti Semaine du Cuir, Preta Porter Feminin Salon Internasional de Ltalimentation. c. Mengefektifkan Joint Working Group Indonesia - Perancis, yang dibentuk berdasarkan Naskah Protokol yang ditanda tangani di Paris pada tanggal 25 Juni 1976. 'J: Hubungan Laut R. I.- --Peraneis (a) t<ebijaksanaan Pemerintah R.I. - Keppres No. L8/L982 yang mengha- ruskan dipergunakannya kapal berbendera Indonesia atau kapal-kapal yang dioperasikan oleh perusahaan pelayaran Indonesi.a untuk mengangkut barang/rnuatan yang dibeli dengan APBN Pernerintah R.I. termasuk bantuan kredit lunak dan kredit ekspor dari Perancis. Pemerintah Perancis berpendapat bahwa hal itu bertentangan dengan ketentuan bantuan kredit luar negeri Perancis yang mengharuskan di- kapal nasional Peranci.s untuk mengangkut barang-barang yang dibiayai dengan bantuan kredit lunak dari Pemerintah Perancis. gunakannya (b) Sehubungan dengan haf tersebut Pemeri.ntah Indonesia menawarkan penbagian angkutan 50 r t0.^Uryl ini masih belum mendaDat Dersetujuarr II. JA'r''uc Perancis. L tr /-/' # ) Kerjasama Ekonomi 1. Sejak permulaan bantuan IGGI (1968) Perancis kepada Indonesia, dalam bentuk campuran (mixed na yang bersumber dari : - memberikan bantuan credit), yaitu da- dana Pemerintah (Treasury Loan) dana Kredit Ekspor Perbandingan antara dana Pemerintah dan dana kredit ekspor, r€oga: lani perubafnn, ya\E semula dalan tahr:n 1968 dengan perbandingan 50 : 50, sarpai korn,itmen bantuan terakhir tahun f984/85 perban- dingan tersebut menjadi 44 : 56. samping komitmen dalam rangka IGGI, yang dikenal sebagai I'Protocolet'yang menunjukkan jumlah kenaikan seti.ap tahun dengan trend yang agak tetap, Pemerintah Perancis juga memberi.kan bantuan khusus yang dikenal sebagai t'Special Protocoler', dengan persyaratan yang sama dengan Norrnal Protocole, Hal ini diadakan karena adanya ?. Di minat khusus Pemerintah Perancis atas suatu proyek yang nilainya cukup besar sehingga tidak dapat ditanpung dalarn Normal Protocole. -4Misalnya : Proyek Airport Cengkareng Radar PLTU BUKit Asam 3. Jumlah komitmen bantuan Perancis - Normal Protocole Special Protocole s/d tahun 1984/85 : : FF 5 .170,8 juta : FF 4.475 juta Di samping jumlah tersebut di atas, masih terdapat pinjaman dalam rangka Kredit Ekspor. Inpres No. 8 bulan Oktober 1984, Pemerintah Indonesia tidak dapat menerima bantuan kredit campuran seperti tersebut di atas kecuali untuk proyek-proyek yang dianggarkan aran dioiayai dari kredit ekspor. Hal ini telah diberitahukan kepada Perancis bahwa untuk tahun 1985 Indonesia memintakan bantuan yang sepenuhnya bersifat lunak. Menurut keterangan Perancis bantuan luar negeri Perancis, kecuali untuk negara-negara bekas jajahan Perancis (Fraricophone), hanya dapat diberikan dalam bentuk kredit campuran sebagaimana tersebut di atas. Dengan keluarnya pihak Perancis tersebut telah dil,eritahukan pula bahwa Pemerintah Indonesia sesuai dengan Inpres No. 8 Tatu:n 1984 tetap tidak bisa menerima bantuan campuran kecuali untuk proyek-proyek yang sifatnya pesan ulang dan masuK daftar prioritas alokasi kredit ekspor. Untuk bantuan f985/86 direncanaKan akan diadakan perundingan pada akhir Nopember atau permulaan Desember yang akan datang. b. Terhadap keterangan/tanggapan itu secara tidak resmi diketahui bahwa pihak Perancis sedang mencarikan jalan keluar bagaimana caranya untuk nemberikan bantuan lunak tidak dalam bentuk bantuan campuran, dengan persyaratan mininum bantuan lunak sebigaimana ditetapkan Dalam pada -J- clal-am Inpres No. I Tahun 1984 yaitu masa pembayaran kembafi se- kurang-kurangnya 25 tahun termasuk tenggang waktu sekurang-kurangnya 7 tahun dan bunga setinggi-tingginya 5,58 per tahun. Kemungkinan cara yang akan ditempuh adalah menawarkan kredit dalam mata uang bukan Perancis, yaitu dalan Yen atau DM, karena tingkat bunga yang berlaku di Jepang dan Jerrnan jauh lebih rendah dari yang berlaku di Perancis. Usul tersebut beh.rn disampaikan kepada Pemerintah Indonesia secara resmi. 5. Kepada Pemerintah Perancis perlu Indonesia masih menerlukan bantuan proyek yang bersifat lunak dari dikemukakan bahwa Pemerintah Perancis rurtuk membiayai proyek-proyek pembangurum Indonesia. B. II'ITJTTILATERAL I.Global Diharapkan Perancis yang selama ini mendukr:ng usaha-usaha negaranegara berkenbang dalam pembentukan Tata Ekonomi Dunia Baru, tetap terus melakukan usaha-usaha positif yang mengarah pada terwujudnya Negosiasi Global dalam rangka untuk mewujudkan Tata Ekonomi Drnia Baru. II. Konperensi Keuangan dan lrbneter Internasional Dalam KTT Williamsburg tahun 1985, Perancis mengusulkan diadakan- nya suatu Konperensi Keuangan dan trbneter Internasional untuk melihat sampai seberapa jauh dapat Jilakr.rkan perbaikan terhadap sistem moneter internasional, terutama mengenai stabilisasi tingkat nilai tukar (exchange rate). Negara-negara non-blok juga melihat perlunya diselenggarakan konperensi internasional di bidang monoter dan keuangan untuk mengadakan perombakan menyeluruh terhadap sistem moneter dan keuangan internasional yang berlaku sekarang, sebagaimana diusulkan oleh KTT Non BloK ke-VII di Nerv Delhi tahun 1983. -6III. Program Komodfti Terpadu cian-Dana-Bersama Indonesia mendukr:ng dan i-kut aktif memperjuangkan usalra mewujudkan Program Komoditi Terpadu dan persetujuan pembenttkan Dana Bersama bagi komoditi. Dalan hal ini diharapkan dapat terciptanya stabilitas harga komoditi dan secara keseluruhan dapat membantu perombakan struktur pasaran komodj.ti internasional dalam rangka usaha pembentukan TEDB. maupun Perancis tel-ah menandatangani dan meratifikaI Baik Indonesia ri persetujuan pembentukan Dana Bersama untuk komoditi. Dalam huI bungan ini diharapkan agar Perancis dapat mendorong negara-negara maju lain maupun negara-negara berkembang yang belum meratifikasi I Persetujuan Dana Bersama untuk segera melakukan ratifikasi, sehingI I ga Dana Bersama dapat segera beroperasi. IV. New Round of Multilateral Trade Negotiation (NRMTN) Indonesia dan negara-negara berkernbang pada urnumnya menganggap hasi1-lrasil lvlultilateral Trade Negotiation (!fn\i) yang telah dicapar hingga saat ini belum cukup nemperhatikan kepentingan negara-negara berkenbang dan belurn memenuhi isi dan jiwa Deklarasi Tokyo (1980) yang antara lain menyebutkan agar negara-negara maju memberikan perlakukan khusus yang menguntungkan negara-negara berkembang, dalam rangka memperkuat peranannya dalam perdagangan internasional. Sebagai anggota MME Peranci: rnengan$$ap NRTMN adalah satu-satunya jalan keluar dari kesulitai ekonomi duria yang berlangsung sejak beberapa tahun yang lalu sampai seKarang, menuiu kearah perdagangan yang lebih terbuka/bebas. Terhadap prakarsa Lmtuk mengadakan NRTMN 1986, Perancis mendukung upaya menghapuskan subsidi atas produkproduk peltanian. Akan tetapi sesuai dengan sikap bersama negara IdvlE pada unumnya, Perancis tetap ingin mempertahankan 'iEEC Agricultural Policyn yang berlaku. -/Perancis menginginkan adanya beberapa prasayarat untuk diadakannya NRMTN, yaitu antara lain partisipasi negara-negara berkembang dan penbicaraan yang paralel tentang masalah-masalah moneter dan keuangan internasional. V. Masalah Tempat Kedudukan Kantor ITT0 Indonesj.a sebagai produsen utama kayu tropis telah mengajukan pencalonan Jakarta sebagai tempat kedudukan Pusat ITT0 (International Tropical Timber Organization). Walaupun dalam Sidang Pertama. Dewan IT'T0, Indonesia tidak mendapatkan suara dari kelompok konsumen, Indonesia akan terus memperjuangkan pencalonan Jakarta tersebut. Diharapkan Perancis dapat mernahami keinginan Indonesia tersebut dan dalam Sidang Lanjutan Dewan ITT0 (Nopernber 1985) diharapkan Perancis dapat bersikap positif. Diharapkan pula agar Perancis dapat menggunakan pengaruhnya terhadap negara-negara anggota ITT0 dari Afrika agar mereka sebagai sesana negara berkembang menduktmg pencalonan Jakarta sebagai tempat kedudukan Kantor Pusat ITT0. Jakarta, 9 Nopenber 1985 -8L:moiran DAT.TAR BAMNG BAM}.IG YANG DIEKSPOR .DAI.API 1. 1 KE PERANCIS TAFITJN 1984 Daging segar dan beku 2. Kerang-kerangan dan binatang lunak lain 3. Tanaman obat-obatan (segar dan beku) 4. Kopi 5. Renpah-rempah 6. K u 1 i. t 7. lateks, karet alam dan getah alam lainnya 8. Kayu gergajian 9. Ubi kayu (irisan kering dan dalarn bentuk pellets) 10. Parfum dan minyak essensial 11. Kayr lapis dan veneer 12. Kain tenun dari serat buatan dan katun 13. Pakaian wanita, anak-anak dan bayi serta pakaian dalam keneja L4. PeraLatan dan perlengkapan fotografi. Sumber: Statistik Perdagangan Luar Negeri, Indottesia, Biro Pusat Statistik, Jakarta. 1984. laki-laki dan -9Lampiran 2 DAFTAR BAIIJU{G-BARA}IG YAI{G DUMPOR DARI PERA},ICIS NAT.AN{ TAFilJN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. T984 Obat-obatan dan bahan phamasi lain Fhsil-hasil polimerisasi dan kopolinerj.sasi Hasil-hasil industri kinia (bahan pelarut, pengencer, d11) Kertas dan kertas karton serta kertas potongan menurut ukuran tertentu Tabung, pipa dan kelengkapan dari besi dan baja Ketel uap dan ketel air serta bagian-bagiannya Bul<iozer, mesin pemancang tiang dan bagian-bagiannya Mesin pembuat pulp dan pemotong kertas l'lesin dan pesawat mekanik untuk industri karet dan bahan tiruan 10. Peralatan untuk nemanaskan dan mendinginkan 11. Pompa, kompresor, pemusing (centrifuge) dan bagian-bagiannya 12. Mesin pemroses data otomatis 13. Peralatan Telekomunikasi 14. Perlengkapan dan peralatan listrik 15. Kendaraan bermotor pengangkut barang 16. Pesawat Terbang, Perlengkapan dan bagian-bagiarmya 17. Peralatan rxrtuk mengukur dan analisa (bidang kedokteran) 18. Senjata dan amunisi Sumber: Statistik Perdagangan Luar Biro Pusat Statistik Negeri, Indonesia, 1984 Jakarta. 9 Nopenber 1985 plastik INDONESIA - INDIA BEBERAPA HAL TENTAI'IG I{IBI]NGAI{ EKONGVII INDONESIA . INDIA A. Brlateral I. Perdagangan l. Neraca Perdagangan Perdagangan bilateral antara Indonesia dan India selana tahun terakhir ini sangat menguntungkan pihak India. Secara tercatat deficit raca perdagangan bagi Indonesia berjumlah US$. 739,6 juta. mulatif sejak tahun 1975 hingga tahun 1984 NERACA PERDAGAI.IGAN INDONESIA - INDIA (dalan jutaan US $) Tahun (1) Nilai Az Ekspor (2) (3) Nilai (4) Impor Az (s) Surplus/Defisit (6)=( 2)-(4) 'z8 rs 1975 L2 16 L97 6 4r2 -66,3 L22,9 +2Q0,2 LV// 27,5 +548,6 83,0 -32,4 1978 31,4 +14 ,0 r11,9 +54r8 1979 L7,7 +4S rS L25,6 +L2 rZ -80,5 -107,9 1980 45, -65,6 +2 16 1981 2?,6 +8S rZ -56,6 1982 8.2 -65,9 1983 o; +J.8 1984 26,5 8 40 19 +15 8 ,1 - 0463A rz 50,6 ,6 +L73,7 Saldo neraca secara kumulatif Sunoer 43 : Biro Pusat Statistik 2?5,6 + 55,1 - 58, 4 ).84 ,7 75,5 + 610 -r19,7 -2r7,4 - 45,4 -1'ta -739,6 10 kune- -L- z. Komociiti Ekspor cian Impor Incionesia dari ke India masih terbatas pada konoditi tradisional seperti minyak nabati, minyak atsiri, kayu olahan dan beberapa onderdil mesin. Akan tetapi akhir-akhir ini diperluas dengan gliserol, Kacang mete, spon besi/baja, kendaraan Pada mulanya ekspor Indonesj-a bermotor dan suku cadangnya. Jenis komoditi yang diimpor Indonesia dari India meliputi makanan ternak, tanaman obat-obatan (segar maupun awetannya), bahan celup sintetis, bahan karet sintetis, kertas dan kertas karton, hasil olahan dari tanah 1iat, barang-barang elektronika, alat-alat pengukur dan analisa untuk bi.dang kedokteran dan lain-lain. 1 Beberapa Komoditi yang dapat dikernbangkan Mengingat India sedang membangun terutama dalam industri berat, menengah maupun ringan, maka yang di.perlukan adalah bahan baku/banan penolong dan barang modal. Untuk itu komoditi-komoditi seperti besi spon, tembaga, aluninium, nike1, timah, urea, amonia, alkohol, iodine, palm oil, kertas, karet a1am, minyak esensial dan pa1a mempunyai potensi besar untuK dikembangkan ekspornya. II. Kerjasama Ekonomi dan Teknik I. Kerjasama ekonomi a. Dalarn rangka kerjasama ekonomi antar negara berkembang (KENB), a.t Indonesia pada tahun 1981 dan 1982 telah menberi kesempataii kepada perusahaan India untuk menangani pembangunan 2 (dua) pabrik mi.lik pemeri.ntah dengan biaya kredit ekspor. Pemerini (1) Pabrik Semen di Padang (Proyek Indarung IIIB): : PEC India (Junr f981); - Kontraktor 600.000 ton/tahun; - Kapasitas - Biaya Rp. 86,5 milyar; - Jadwal penyelesaian : April 1984 : (2) Pabrik Gula Camming (PfP XX) : The Tri.veni Brgineering Works Ltd. Kontraktor : 3.000 ton/hari Kapasitas - Biaya : - Jadwal penyelesaian : Rupee 174.600.000 lvlei 1984. 3b. Penyelesaian pembangunan pabrik semen (Indarung IIIB) mengalarni keterlambatan 18 bulan dari rencana, dan baru akan selesai pada bulan Januari 1986. Keterlambatan ini telah meni.ngkatkan biayanya dari Rp. 86,3 milyar menjadi Rp. 108,1 milyar. c. Penyelesaian pembangunan pabrik gula Camming juga mengalami ke- terlambatan 18 bulan dari rencana. Sementara itu PTP XX mengajukan tuntutan kerugian terhadap kontraktor Indi.a (The Triveni Engineering Work Ltd). Dewasa ini sedang diadakan negosiasi antara PTP XX dan pihak kontraktor mengenai tuntutan ganti rugi tersebut. 2. Kerjasama Teknik Indonesia sebagai salah satu pendukung Rencana Aksi Buenos Aires (RABA) tahun 1978 mengenai KTNB, telah secara kontinyu menyelenggarkan program-program KTNB yang dibiayai seluruhnya oleh Pemerintah RI (APBN). Pemerintah India telah memanfaatkan program KTNBIndonesia pada : - talun 1930/1981 mengirim 7 peserta untuk program latihan di bidang pertanian dan perindustrian; - tahun 1982/1983 mengirim 2 peserta untuk program latihan di bidang pertanian; - tahun f9S3/1984 nengirim 2 peserta untuk progran latihan di bidang pertanian; - tahun 198411-'.;35 mengirim 3 peserta untuk Program latihan di bidang peruanian dan keluarga berencana. Untuk tahun 1985/1986 Pemerintah Indonesia telah memprogramkan 20 program KTNB yang didukung oleh dana APBN, dan ada 40 program lagi yang masih dicarikan dananya dari. negara/pihak ketiga. Kepada India dapat dj.tawarkan program tersebut sesuai yang diminatinya. Adapun bi"dang-bidangnya adalah : pertanian, perindustrian, perdagangan, pekerjaan umum, tenaga kerja, keluarga berencana, sosial, penerangan, perhubungan, pemetaan, statistik, kepemudaan, kehutan- an dan kesehatan. Sebaliknya India telah menawarkan training "Progralnme for Advancement Management and Productivitytt. Akan tetapi tawaran ini kurang diminati oleh peserta Indonesia karena harus membiayai sendiri. -43. Keikutsertaan dalam- Proyek-proyelc Pembangunan Pemenntah Proyek-proyek pembangunan Pernerintah disarnping dibiayai dari dana rupiah, juga sebagian dibiayai dari : a. dana lunak dan hibah (grant) yang berasal dari sunber bilateral cian sunber multilateral (Bank Dunia dan Barrk Pembangunan Asia); b. dana kredit ekspor atau canpuran kredi.t ekspor dan dana lunak. hal tersebut di atas, dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, pihak supplier kontraktor India dapat Sehubr.mgan dengan ikut tender untuk : a. proyek-proyek yang dibiayaj. oleh Bank Dunia dan ADB (karena India adala-rr juga anggota BanK Dunia dan ADB); b. proyek-proyek yang dibiayai kredit ekspor atau campuran. B. l,lu1ti.1ateral I. Tata Ekonomi Drnia Baru Dalam rangka terwujudnya 'Tata Ekonomi D:nia Baru yang diarahkan intuk mengadakan perombakan struktural dalam hubungan ekonomi in- ternasional dan meningkatkan partisipasi dalam proses pengambilan keputusan mengenai masalah-masalah ekonomi globa1 perlu diusahakan kelanjutan Negosiasi Global. Sebagai sesama negara .anggota Gerakan Non-B1ck, Indonesia dan India mendukung usa-ha-usatra kelanjutan Negosiasi Global yang masih tetap mengalami kemacetan melalui pendekatan baru yang dihasiLkan Kfi New Delni tahun 1983, yaitu : a. b. Menanggulangi krisi.s ekonomi dunia dengan tindakan-tindakan darurat jangka pendek di bi.dang-bidang keuangan dan moneter, perdagangan dan bahan mentah, energi, parlgan dan pertanian; Mengusahakan terlaksananya Dialog Utara - Selatan melalui dua tahap. Tahap pertama dimulai pada tahun 1984 mengenai masalah-masalah yang telah disetujui, dan tahap kedua diharapkan Denar-benar dapat mewujudkan Tata Ekonomi Dunia Baru. -5Sebagai negara anggota KelompoK-77 dan anggota Gerakan Non B1ok, Indonesia dan India mengharapkan adanya peningkatan kerjasama pada forum-forum Internasional seperti UNCTAD, DF, Bank Dunia, dan forum-forum lainnya dalan usaha menanggulangi krisis ekonomi dewasa ini. II. Program Komoditi Terpadu dan Dana Bersama Indonesia mendukung dan aktif ikut-serta dalam memperjuangkan terlaksananya Program Komoditi Terpadu dan Dana Bersama. Diharapkan India dapat segera rnenandatangani/meratifikasi Persetujuan Dana Bersama sehingga persetujuan tersebut dapat segera beroperasi. III. New Round 1. of Multilateral Trade Negotiation (NRMTN). Indonesia bersama-sarna dengan negara-negara berkembang lainnya menganggap nasil-hasi1 lvfrrltilateral Trade Negotiation (MIN) yang telah dicapai hingga saat ini belum cukup memperhatikan kepentingan-kepentingan negara-negara berkembang dan belum mernenuhi isi dan jiwa Deklarasi Tokyo (tahun 1980) yang antara lain menyebutkan agar negara-negara maju mernberikan perlakuan khusus (preferensi) yang menguntungkan bagi negara-negara be*ernbang. berpegang pada posisi negara-negara berkembang pada tanggal 28 Nopember 1984 yang antara lain menyebutkan : a. Jika konsensus menyetujui diadakanrrya New Round Nfu1ti1atera1 Trade Negotiation (NRMIN), maka NRMTN akan bersifat terbatas pada masalah-masalah yang menjadi kepentingan utama negara-negara bertcembang dan mencakup produk-produk barang-barang jadi (semi processed dan processed goods). 2. India tetap dibidang jasa-jasa, India berpendapat negara berkembang belum siap untuk mertmdingkannya. b. l'{engenai bahwa perdagangan -63. hal-hal tersebut diatas perlu diadakan pendeKatan dengan India agar lebih tercapai saling pengertian mengenai hal-hal yang berkenaan dengan rencana penyelenggaraan New Round of Mrltilateral Trade Negotation (NRMIN). Dalam hubungaa IV. Pengnapusan Proteksionisme Dalam Perdagangan Sebagai sesama negara anggota Kelompok-77 dan sebagai anggota Gerakan Non-Blok, Indonesia dan India bersana-sama negara-negara berkembang lainnya hendaknya dapat meningkatkan kerjasama untuk menghentikan kebijaksanaan negara maju yang bersifat proteksionistis, khususnya yang akan mempunyai dampak negatif terhadap perkembangan ekspor negara-negara berkembang. Masalah Pencalonan Jakarta Sebagai Kantor Pusat International Tropical Timber 0rganization (ITT0) V. India sebagai negara yang belum menandatangani dan meratifikasi ITTA serta belum menjadi anggota ITT0, telah menyatakan mendukung Indonesia sebagai Kantor Pusat ITT0. Dalam hal ini diharapkan Indj.a dapat segera meratifikasi ITTA dan menjadi anggotaz penuh <-..-... !r/* -WMa Vi. Kerjasama dalam rangka Gerakan Non-Blok ' pendirian Pusat Ilmu Pengetahuan dan Tekaik (iPTEK) yang merupakan salah satu lceputusan dalan Program Aksi Kerjasama Ekonomi KTT ke-7 Negara-negara Non-Blok di New Delhi bulan Maret 1985, Indonesia telah menyetujui rancangan Statuta dan }hrkas Besar Pusat IPTEK yang direncanakan akan berlokasi di India. Dalam rangka Dalarn rangka menghadapi Pertemuan Komite Pembangunan Bark Dunia dan Komite Interim Dana Moneter Internasional bulan April 1985, India sebagai Ketua Gerakan Non-Blok menganggap perlu untuk mengadakan pertemuan persiapan bruari 1985, di New Delhi pada tanggal 4 - 5 Pe- dalarn rangka usaha untuk menjaga konsistensi sikap dasar dan posisi negara-negara lion-Blok terhadap pelaksanaan keputusan KTT Non-B1ok ke-7 mengenai perlunya diselenggarakan Konperensi Internasional tentang Moneter dan Keuangan. Meskipun Pertemuan Persiapan tersebut ternyata ditunda sampai waktu yang masih akan ditentukan 1agi, namun posisi RI pada prinsipnya tetap mendukung keputusan Kfi Non-Blok tersebut dan bersedia menghadirj. Pertemuan Persiapan apabila masih akan diadakan. VII. Kerjasama dalam rangka Kelompok-77 I. Sebagai sesana negara anggauta India mendukung Kelornpok-77, Indonesia dan Aksi Caracas mengenai Kerjasana Ekononi Negara Berkembang dan usaha-usaha memperkuat Kelompok-77 sebagai sarana/aIat kolektif untuk meningkatkan sepenuhnya Rencana hubungan ekonomi dan perdagangan antara negara anggota Kelom- pok-77. 2. Indonesia dan India adalah dua negara dari 51 negara anggota Kelompok-77 ya,ng telah nenyatakan keikutsertaannya dalam negosiasi G1oba1 System of Trade Preferences (GSTP) yang akan mulai dilaksanakan pada tahun 1985, dan diharapkan Global Systen of Trade Preferences (CStp) tersebut dapat rnenghasilkan aturan-aturan, prosedur dan mekanisme negosiasi serta perlakuan khusus kepada negara-negara berkembang. Dalam hubungan ini, suatu Pertemuan Tingkat Menteri Negara Ber'.embang yailg membahas masalah Global System of Trade Preferences (GSTP) telah diadakan di New Delhi, India pada tanggal 22 - 26 Juli 1985. Sidang ke-IV Komite Antar Pemerintah tentang TindaK-Lanjut dan Koordinasi Kelompok-77 Intergovernmental Follow-up and Co-ordination Committee (iFCC-IV) yang diadakan di Jakarta bulan Agustus 1985, telah mencatat dan rnenghargai rekomendasi-rekomendasj. Sidang mengenai Global System of Trade Preferences (GSTP) tersebut serta menerima baik tawaran Peme- rintah Brazil untuk menjadi tuan rumah dari It4enteri mengenai. GSTP bulan April f986. Pertemuan Tingkat -8Dalam masalah harmonisasi antara Kelompok-77 dengan Gerakan Non-Blok dalam program-program Kerjasama Ekonomi Negara Berkembang, India sebagai ex Koordinator Gerakan Non-Blok telah berperan aktif, sehingga usaha-usaha urtuk menghindari duplikasi penyelenggaraan pertemuan-pertenuan kerjasama ekonomi antara kedua Kelompok dapat diperkecil dan lebih memenuhi sasaran kepentingan negara-negara berkembang. 4. Dalam masalah bahan mentah, India dan Indonesia menegaskan pentingnya bahan mentah bagi ekonomi negara-negara berkembang, oleh karenanya diharapkan diperkokohnya solidaritas dan kerjasama yang meliputi antara lain pertukaran informasi, pengawasan pasaran serta kerjasama teknik dan ilmiah. Jakarta, 9 Nopember 1985 -9I emni rrn DAFTAR BARU{G-BART\NG YANG DIEKSPOR KE INDIA D\IIM TAllllN 1984 1. Kacang mete Z. Kuli.t 3. Minyak hewani dan nabati 4. Kendaraan bermotor 5. Bahan-bahan kimia organik, oksida dan garam-garam 6. Parfum dan minyak esensial 7. Spon besi atau baja 8. Alkoho1, phenol, phenol alkohol dan halogenatnya Sumber : Statistik halogen Perdagangan Luar Negeri Indonesia, 1984. Biro Pusat Statistik, Jalcarta I -t_0Lampiran DMTAR BAIL\TIG.BAJIT\NG YA}IG DIIMPOR DARI INDIA nAi.A}{ TAltuN 1984 1. Bahan makanan ternak 2.. Tembakau 5. Kapas 4. Tanaman Obat-obatan 5. Bahan pewarna sintetis 6. Barang-barang dari karet (gelang, cakaram, gelang pipih d11) 7. Batu bata, ubin, balok dan bahan bangunan tahan api lainnya 8. Alat-alat listrik (generator, transformator d11) 9. N4esin teksti.l dan kulit 10. Mesin-mesin pengolah makanan 11. Mesin mekanik untuK industri tembakau LZ. Instalasi dan mesin untuk mendinginkan dan memanaskan 15. Mesin tenun dan pintal 14. Sepeda motor 15. Kendaraan pengangkut barang 16. Peralatan pengukur, analysa (bidarg kedokteran). Surnber : Statistik Biro Perdagangan Luar Negeri Indonesia, 1984. R-rsat StatistiK, Jakarta. 2