26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran

advertisement
26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah, Visi dan Misi Perusahaan
PT NIC secara resmi didirikan pada tahun 1994, yang dibuat di hadapan
Notaris Liliana Arif Gondoutomo, SH dan telah mendapatkan persetujuan Menteri
Kehakiman Republik Indonesia No. C2.11.525.NT.01.01.Th.94 pada tanggal 2
Agustus 1994. Perusahaan ini merupakan perusahaan patungan Indonesia-Jepang,
yaitu antara PT. Sari Indoroti dengan Nissho Iwai Corporation dan Shikishima
Banking Co. Ltd.
Visi PT NIC yaitu “menjadi perusahaan terbesar di Indonesia di bidang
bakery products dengan menghasilkan dan mendistribusikan produk-produk
berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau bagi rakyat Indonesia”.
Sedangkan misinya yaitu membantu meningkatkan kualitas hidup bangsa
Indonesia dengan memproduksi dan mendistribusikan makanan yang bermutu
tinggi, sehat, halal dan aman bagi pelanggan.
Perusahaan ini bergerak di bidang industri makanan, khususnya produk
bakeri. Perusahaan didirikan diatas lahan seluas 10.277 m2 di Cikarang Industrial
Estate, Bekasi – Jawa Barat. Pabrik utama PT NIC memiliki luas tanah 13.515 m2
dengan luas bangunan 10.277 m2, dengan bangunan yang terdiri dari produksi roti
tawar, area produksi roti manis, ruangan gudang dan silo, area teknik, serta
gudang finish good. Perusahaan ini mempunyai kapasitas awal produksi sebesar
3138 ton/tahun. PT NIC saat ini mempunyai 4 (empat) pabrik dengan pabrik
utama berlokasi di Jl. Jababeka XIIA Blok W.
4.1.2 Sumber Daya Manusia
Dalam pencapaian visi, misi dan kebijakan mutu yang sudah ditetapkan,
disusun suatu struktur organisasi yang berfungsi sebagai sistem pengaturan umpan
balik antara atasan dan karyawan. Struktur organisasi PT NIC dapat dilihat pada
Lampiran 3.
27
Tugas dan tanggungjawab yang dimiliki masing-masing jabatan adalah
sebagai berikut:
1. Presiden Direktur
Presiden Direktur memiliki wewenang penuh terhadap perusahaan. Dalam
tugasnya, presiden direktur dibantu oleh seorang direktur.
2. Direktur
Direktur memiliki tugas dan tanggungjawab atas jalannya kegiatan
operasional perusahaan. Dalam tugasnya, direktur dibantu oleh seorang
General Manager.
3. General Manager (GM)
GM merupakan pemimpin dalam suatu perusahaan. Dalam melakukan
tugasnya GM dibantu oleh seorang sekretaris. GM bertanggungjawab atas
berlangsungnya segala kegiatan perusahaan untuk mencapai prestasi yang
tinggi
dalam
menghasilkan
produk-produk
yang
berkualitas.
GM
bertanggung jawab langsung kepada direktur.
4. Asistant General Manager (AGM) Finance and Accounting
AGM Finance and Accounting bertanggung jawab atas cash flow keuangan
yang dilakukan oleh PT NIC termasuk pembukuannya.
5. Product Development and Quality Assurance (PDQA) Manager
PDQA Manager bertanggungjawab terhadap pengembangan produk,
menciptakan produk baru, dan pengawasan bahan baku, pengawasan mutu
produk.
6. Sales and Marketing Manager
Sales and Marketing Manager bertanggung jawab terhadap penjualan
produk, biasanya dilakukan penargetan jumlah penjualan yang harus
dicapai.
7. Supply Chain Management (SCM) Manager
SCM Manager ini bertugas dalam hal inventori bahan baku, pendistribusian
produk jadi. SCM Manager membawahi 3 (tiga) bagian, yaitu :
a. Product Planning and Inventory Control (PPIC)
b. Distribution Superindent
c. Finish Good (FG) dan Krat
28
8. Assistant General Manager (AGM) Plant
AGM Plant bertanggung jawab terhadap kegiatan operasional produksi roti.
9. Human Resources and Development-General Affair (HRD-GA) Manager
HRD-GA Manager bertanggung jawab terhadap hal yang berhubungan
dengan hak dan kewajiban SDM PT NIC serta kegiatan operasional
perusahaan secara umum.
Setiap manager masing-masing departemen dibantu oleh beberapa orang
Supervisor untuk setiap Sub Departemen yang dipimpinnya. Dalam menjalankan
tugasnya, Supervisor dibantu oleh group leader yang memimpin beberapa
karyawan sebagai crew. Jumlah tenaga kerja PT NIC adalah 914 karyawan (pada
periode April 2009). Latar belakang pendidikan tenaga kerja PT NIC sangat
beragam, dengan presentasi masing-masing yaitu SLTA sebesar 50%, D1 – D3
sebesar 20 persen, S1 sebesar 25 persen dan S2 atau lebih tinggi sebesar 5 persen.
Keragaman ini karena disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan
perusahaan. Untuk Jumlah Karyawan periode Maret 2011 untuk Cikarang Plant 1
: ± 250 orang, Cikarang Plant 2 : ± 350 orang, Pasuruan plant
: ± 250 orang,
Semarang Plant : ± 100 orang.
Penetapan waktu dan jam kerja karyawan di PT NIC adalah:
1. Lima hari kerja dan dua hari libur berlaku bagi staff office, dengan jam
kerja normal adalah sebagai berikut: hari Senin sampai hari Kamis pukul
08.00 – 17.00 WIB dengan istirahat pukul 12.00 – 13.00 WIB. Hari
Jumat mulai bekerja pada pukul 08.00 – 17.00 WIB dengan istirahat
pukul 11.30 – 13.00 WIB. Sedangkan hari Sabtu dan Minggu merupakan
hari libur.
2. Enam hari kerja dalam seminggu dengan jumlah jam kerja sebanyak 7
(tujuh) jam sehari dan waktu istirahat selama 1 (satu) jam untuk
karyawan non staff. Pembagian waktu kerja menjadi 3 (tiga) shift, yaitu
shift pertama mulai pukul 07.00 – 15.00 WIB, shift kedua dimulai pada
pukul 15.00 – 23.00 WIB, dan shift ketiga dimulai pada pukul
23.00 – 07.00 WIB.
Sistem upah kerja untuk karyawan produksi PT NIC berdasarkan pada Upah
Minimum Regional (UMR) yang berlaku di Cikarang, Bekasi. Gaji pokok
29
ditetapkan berdasarkan jabatan, golongan, pendidikan, keahlian, prestasi dan
pengalaman kerja. Selain gaji pokok, karyawan juga mendapatkan tunjangan
seperti tunjangan kesehatan, tunjangan premi hadir, tunjangan transportasi dan
tunjangan hari raya. Sistem penggajian dilakukan pada setiap bulannya.
4.2. Identifikasi Rantai Pasokan
Pada penyediaan bahan baku perusahaan, PT NIC harus mampu
menyediakan kebutuhan dengan cepat agar proses produksi tidak terhambat.
Komunikasi antara PT NIC dengan pemasok harus berjalan dengan baik, agar
pemenuhan kebutuhan untuk proses produksi berjalan baik.
Pemakaian bahan-bahan untuk proses produksi RTS berasal dari dalam
maupun luar negeri. Bahan pengemas seperti kwick lock, yaitu segel untuk
mengunci kemasan roti PT NIC agar roti yang diproduksi tidak terkontaminasi
diimpor dari Malaysia dan Australia. Pemesanan kwick lock dilakukan dengan
waktu tunggu yang cukup lama yaitu 3 (tiga) bulan dengan jumlah besar.
Waktu pengiriman bahan baku juga ditentukan dan dipengaruhi oleh
kapasitas gudang dan kebutuhan produksi. Bahan baku utama seperti terigu
dikirim setiap hari. Sedangkan bahan baku lainnya seperti garam rata-rata 3 (tiga)
kali dalam seminggu dan calcium provionat rata-rata 1 (satu) kali dalam
seminggu. Frekuensi kedatangan bahan baku ditentukan berdasarkan kontrak
kerjasama yang dilakukan oleh PT NIC dengan pemasok.
Pemasok yang bekerja sama dengan PT NIC tahun 2011 antara lain
PT Bogasari, PT Jaya Fermex, PT Adyaceda, PT Sumber Laut, dan lain-lain.
Beberapa pemasok yang menyediakan lebih dari satu bahan baku diantaranya
adalah PT Adyaceda dan PT Jaya Fermex. Hal tersebut bisa membuat pemasok
yang terlibat semakin sedikit, karena dengan sedikitnya pemasok yang terlibat
dalam rantai pasokan, maka kontrak kerjasama dapat lebih ditingkatkan dan
loyalitas dari pemasok dapat meningkat. Walaupun demikian, PT NIC sendiri
memiliki beberapa alternatif pemasok. Hal ini dilakukan untuk mengurangi
ketergantungan pada satu pemasok saja dan kebijakan tersebut dilakukan agar
tidak ada permainan harga dari pemasok.
30
Gambar 7 memperlihatkan identifikasi rantai pasok yang dilakukan pada
PT NIC dan Gambar 8 menunjukkan aliran barang, finansial dan informasi pada
rantai pasokan PT NIC. Pada Tabel 4 diperlihatkan jenis bahan baku yang
digunakan untuk produksi RTS dan pemasok yang terlibat pada PT NIC.
Supermarket
Minimarket
K O N S U M E N
Pemasok lokal:
1. PT Bogasari
2. PT Jaya Fermex
3. PT Sumber laut
4. PT Nusa Indah
5. PT Super Exim
6. PT Sumber Roso
7. PT Antar Tirta
8. PT Supernova
9. PT Perkasa Teknik
10. PT Puratos
11. PT Halim Sakti
12. PT Adyaceda
13. PT Sinar Meadow
Distribution
Channel
PT NIC
(Dept. SCM)
Sales
Office
Institusi
Pemerintah
Agen
Pemasok internasional:
1. Kwick lock Australia
2. Kwick lock Malaysia
Sample
Gambar 7. Identifikasi rantai pasokan PT NIC (PT NIC, 2011)
Konsumen Akhir
Dept. SCM
Produksi
Sales Office
Pemasok
Purchasing
Agen &
Regular
Outlet
PT NIC
Keterangan:
Aliran Barang
Aliran Informasi
Aliran Finansial
Gambar 8. Skema aliran barang, finansial, dan informasi pada rantai pasok PT NIC
(PT NIC, 2011)
31
Tabel 4. Bahan baku dan pemasok untuk produksi RTS di PT NIC
No.
Bahan Baku
Pemasok Lokal
1
Tepung Terigu
2
Ragi
3
Garam
4
Gula
Nama Perusahaan
PT Bogasari
PT Jaya Fermex
PT Sumber Laut
PT Nusa Indah
5
Milk Skim Powder
PT Sumber Roso
PT Antatirta
6
Shortening
PT Sinar Meadow
7
8
9
Palmia Olex
PT Adyaceda
PT Adyaceda
10
Bread Improver
11
12
Shortening
Vegetable Oil
PT Sinar Meadow
PT Sinar Meadow
PT Adyaceda
13
Malinda Baker Fat
PT Adyaceda
Coding Foil Roti Tawar
Etiket RTS
PT Perkasa Teknik
PT Super Exim
PT Supernova
PT Puratos
PT Jaya Fermex
Pemasok Luar Negeri
1
Kwick Lock
PT Kwick Lock Ltd Australia
PT Kwick Lock Ltd Malaysia
Sumber : PT NIC (2011)
Peluang terjadinya suatu permasalahan pada rantai pasokan sangat besar,
dari masalah pengiriman bahan baku oleh pemasok sampai pada pengiriman
produk ke konsumen. Berikut ini adalah identifikasi permasalahan rantai pasok
pada PT NIC berdasarkan pengamatan langsung dan wawancara:
1.
Pengiriman bahan baku mengalami keterlambatan, disebabkan oleh:
a. Masalah transportasi, seperti transportasi pemasok tidak tersedia, dan
kemacetan lalu lintas.
b. Pihak PT NIC terlambat dalam pemberian PO kepada pemasok.
2.
Pengiriman bahan baku terlalu cepat dari yang dijadwalkan oleh pemasok,
disebabkan oleh keterbatasan sarana transportasi pemasok, sehingga
pemasok memaksakan untuk melakukan pengiriman sebelum waktu yang
dijadwalkan.
3.
Ketidaksesuaian jumlah dan jenis bahan baku yang dikirimkan pemasok,
disebabkan oleh beberapa bahan baku yang rusak selama perjalanan menuju
PT NIC, contohnya telur pecah, ragi rusak, dan lain-lain.
32
4.
Keterlambatan pengiriman produk ke distributor dan konsumen, disebabkan
oleh:
a. Keterlambatan atau pengiriman bahan baku terlalu cepat oleh pemasok
sehingga terjadi perubahan jadwal produksi.
b. Proses produksi tidak berjalan dengan lancer yang diakibatkan oleh
adanya hal-hal yang tidak diduga seperti kerusakan mesin dan lain-lain.
Berdasarkan pembahasan di atas, terlihat bahwa permasalahan pada rantai
pasokan PT NIC terdapat pada proses penyaluran bahan baku oleh pemasok,
ketidaksesuaian bahan baku yang dikirimkan pemasok, dan penyaluran produk
dari PT NIC ke distributor dan konsumen. Masalah-masalah tersebut akan
menyebabkan terganggunya proses produksi dari rencana yang telah ditetapkan.
4.2.1 Analisis Proses Pengadaan dan Pembelian Bahan Baku
Mekanisme pengadaan bahan baku yang dilakukan PT NIC yaitu dengan
melihat persediaan bahan baku yang ada di gudang setiap hari (stock opname
daily), kemudian secara periodik bagian PPIC akan menganalisa persediaan
perbandingan dengan menggunakan software System Application Product in Data
Processing (SAP). Apabila di dalam planning sheet Began on Hand (BOH) sudah
menunjukan mendekati lead time pemesanannya maka bagian PPIC akan
mengeluarkan Purchase Requisition (PR) ke bagian Purchasing yang akan
mengeluarkan PO untuk pemesanan barang kemudian di release oleh bagian
Accounting.
Pemakaian bahan-bahan untuk proses produksi RTS berasal dari dalam
maupun luar negeri. Sistem pembelian bahan baku yang dilakukan PT NIC
melalui beberapa proses, yaitu:
a.
Team Sales mengeluarkan Order to Factory (OTF) kepada Bagian PPIC.
b.
Bagian PPIC melakukan perhitungan Material Requirement Planning
(MRP) atas dasar Order To Factory (OTF) yang telah dibuat.
c.
Berdasarkan perhitungan MRP maka bagian PPIC akan menerbitkan PR
untuk bahan baku meminta persetujuan dari Manager SCM.
33
d.
Apabila PR tersebut disetujui maka akan diberikan kepada Bagian
Purchasing. Bagian Purchasing akan mencari pemasok dan melakukan
negosiasi dengan surat penawaran barang berikut harga, perincian
spesifikasi dan term of payment.
e.
Bagian Purchasing kemudian membuat Canvas Sheet minimal beberapa
pemasok yang akan dibandingkan untuk spesifikasi barang yang sama.
f.
Bagian Purchasing kemudian menerbitkan form Purchase Order (PO)
pada modul purchase order sub- menu purchase order entry.
g.
Setelah menerbitkan PO, bagian Purchasing melakukan pengisian kolom
kuantitas dan harga sesuai permintaan dan melakukan posting ke sistem
Accpac lalu mengirim form PO.
h.
PO kemudian dikirim kepada pihak manajemen terkait, yaitu Departemen
Keuangan dan General Manager untuk meminta persetujuan.
i.
Apabila PO disetujui oleh pihak manjemen sesuai dengan ketentuan, maka
dilakukan pemesanan bahan baku dengan mengirimkan PO ke pemasok
yang dipilih.
j.
Apabila PO yang diterima oleh pemasok disetujui, maka pengiriman bahan
baku dapat dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
k.
Bahan baku yang telah dikirim oleh pemasok akan diterima oleh Bagian
Bahan Baku untuk diperiksa apakah barang yang dikirim sesuai dengan
PO yang dikirim beserta keadaan dari bahan baku yang dikirim.
Proses pembelian bahan baku ini sesuatu yang sangat penting karena apabila
terjadi keterlambatan terhadap bahan baku dapat mengganggu proses produksi dan
berdampak pada tidak terpenuhinya kebutuhan konsumen. Bagan proses
pembelian bahan baku dapat dilihat pada Gambar 9.
34
Departemen PPIC
Departemen
Purchasing
Bagian Gudang
Bahan Baku
Pemasok
Proses Persetujuan
OTF Lengkap
Proses MRP
Persetujuan
Proses
menerbitkan
Proses
menerbitkan
Purchase Order
Purchase
Requisition
Proses Verifikasi
Didaftarkan untuk
persetujuan
Setuju?
Tidak
Setuju?
Tidak
Ya
Proses Penerimaan
Disetujui
Ya
Konfirmasi
Pemesanan
Proses Persetujuan
Didaftarkan untuk
persetujuan
Setuju?
Tidak
Ya
Persiapan
pengiriman PO
Pengiriman PO ke
pemasok via fax
Ya
Tidak
Setuju?
Penerimaan PO
Sumber: PT NIC (2011)
34
Gambar 9. Bagan alir proses pembelian bahan baku PT NIC
35
4.2.2 Analisis Proses Pengendalian Bahan Baku
Bahan baku yang dipakai oleh PT NIC diperoleh dari pemasok lokal dan
internasional. Tahapan Instruksi Kerja Penerimaan Bahan Baku (Incoming RM/
Raw material) :
1. Setiap kedatangan bahan baku atau kemasan, petugas QA yang ditunjuk
melakukan pemeriksaan terhadap jumlah serta satuan kedatangan barang
seperti karton, sak, pack, jerigen dan lain-lain serta memeriksa surat jalan
dari pemasok.
2. Setelah mengetahui jumlah kedatangan barang maka dilakukan sampling
untuk memeriksa sampel yang dilakukan sesuai dengan prosedur sampling
dan Table Military Standard. Sistem inspeksi
bahan baku yang masuk
memiliki pengecualian yaitu untuk bahan baku bulk seperti tepung terigu.
3. Menyiapkan lembar inspeksi (Incoming RM Inspection Report) yaitu
pemeriksaan kualitas bahan baku dan atau kesesuaian parameter peneriksaan
dengan Certificate of Analysis (COA).
4. Mengisi hasil pemeriksaan pada lembar tersebut. Bahan baku dan kemasan
yang telah dibuka kemasannya untuk keperluan pemeriksaan harus ditutup
kembali dengan baik untuk mencegah kontaminasi dan penurunan kualitas.
Selain itu, menempelkan stiker “Quality Inspection” pada kemasan bahan
baku dan kemasan.
5. Menentukan jumlah penolakan dan penerimaan bahan baku dan kemasan
dengan berpedoman pada Table Military Standar.
a. AC: Acceptable Number yaitu bilangan yang menunjukkan jumlah bahan
baku yang tidak mengakibatkan penolakan seluruh bahan yang dikirim,
melainkan penolakan hanya terhadap bahan baku dan kemasan yang
tidak sesuai saja.
b. RE: Rejection Number yaitu bilangan yang menunjukkan jumlah bahan
baku dan kemasan yang tidak sesuai yang mengakibatkan penolakan
seluruh bahan yang dikirim.
6. Setiap penolakan RM dibuat surat keluhan tertulis oleh bagian QA dan
didistribusikan ke purchasing, PPIC dan pemasok.
36
7. Setelah dapat dipastikan jumlah bahan baku dan kemasan yang dapat
diterima, maka akan diterbitkan surat penerimaan (Receiving Slip) oleh
bagian gudang bahan baku. Petugas QA yang ditunjuk membubuhkan
stempel “QC Passed” pada Receiving Slip dan surat jalan. Stempel QC
passed harus dilengkapi dengan nama, paraf dan tanggal penerimaan oleh
petugas sebagai bukti bahwa bahan baku dan kemasan telah lolos dari
pemeriksaan kualitas pada saat kedatangan.
Bagan Proses Penerimaan bahan baku PT NIC dapat dilihat pada
Gambar 10.
Bahan baku datang
2. Diperiksa barang yang diterima sesuai
jumlahnya.
3. Memeriksa surat jalan dari pemasok.
Melakukan sampling
Menyiapkan lembar inspeksi
(Incoming RM Inspection Report)
Mengisi hasil pemeriksaan
Tidak
OK
Ya
Menentukan jumlah
penolakan dan di
distribusikan kepada
purchasing, PPIC, dan
pemasok
Penerbitan surat penerimaan
(receiving slip) oleh bagian
gudang bahan baku
Gambar 10. Mekanisme penerimaan bahan baku (PT NIC, 2011)
37
4.2.3 Proses Produksi RTS
Sistem produksi di PT NIC termasuk jenis produksi kelompok (batch), yaitu
memproduksi dalam kelompok-kelompok yang memiliki kisaran berat tertentu
berdasarkan jumlah bahan baku yang digunakan. Proses produksi untuk suatu
kelompok roti tidak menunggu kelompok roti sebelumnya selesai, tetapi
dilakukan secara kontinyu dengan tujuan untuk memaksimalkan penggunaan alat
dan mempersingkat waktu kerja. PT NIC memproduksi berbagai jenis roti yaitu
roti tawar (white bread), roti manis (sweet bread), atau roti isi (filled bread), roti
krim (sandroll), roti sobek (tear of bread), roti burger (bun bread), roti plain roll
dan remah roti (bread crumb). Tabel 5 menyajikan berbagai jenis dan kode roti
yang diproduksi oleh PT NIC.
Tabel 5. Produk roti PT NIC
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Jenis Roti
Roti Tawar Spesial
Roti Tawar Kupas
Roti Tawar Gandum
Roti Cokelat Chips
Roti Isi Sarikaya
Roti Isi Strawberry
Roti Isi Cokelat
Roti Isi Keju
Roti Isi Kelapa
Roti Isi Cokelat Keju
Roti Isi Beef Barbeque
Roti Isi Chicken Teriyaki
Roti Isi Krim Cokelat
Roti Isi Krim Mocca
Roti Isi Krim Cokelat Vanilla
Roti Isi Krim Keju
Kode
RTS
RKU
RTG
RCC
ISK
IST
ICK
IKJ
IKL
ICC
IBQ
ICT
SRC
SRM
SCV
SCC
No
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Jenis Roti
Roti Sobek Cokelat Srikaya
Roti Sobek Cokelat Cokelat
Roti Sobek Cokelat Keju
Roti Sobek Isi Cokelat Strawberry
Roti Sobek Isi Cokelat Nanas
Roti Sobek Isi Cokelat Blueberry
Sandwich Cokelat
Sandwich Peanut
Unbreanded Burger
Roti Kasur Keju
Roti Plain Roll
Roti Burger SR
Roti Burger Wijen
Chiffon Cake Pandan
Chiffon Cake Cokelat
Chiffon Cake Strawberry
Kode
TCS
TOC
TCC
TST
TCN
TCB
SCK
SAP
UBB
RKJ
PR
BUR
BWI
CCP
CCC
CCS
Sumber : PT NIC (2011)
Proses produksi RTS di PT NIC yang terdiri dari beberapa tahap proses
pembuatan yaitu:
1.
Scalling
Scalling adalah proses penimbangan dan penyiapan bahan baku.
Penimbangan bahan baku dilakukan berdasarkan formula yang dikeluarkan oleh
Sub Departemen Product Development. Bahan baku yang telah ditimbang
diperiksa oleh petugas Quality Control (QC), kemudian dibungkus rapi plastik
dan disimpan atau diletakkan dalam krat sebelum diserahkan ke bagian produksi.
38
Penyiapan bahan baku memerlukan waktu ± 10 jam. Dalam 1 (satu) hari
terdapat 2 (dua) kali serah terima bahan baku kepada produksi. Estimasi waktu
yang diperlukan untuk melakukan proses penimbangan dan penyiapan bahan baku
adalah sebagai berikut: Pukul 07.00 – 15.00 WIB dilakukan penyiapan bahan
baku, pukul 15.00 – 16.00 WIB (rit 1) dilakukan serah terima bahan baku untuk
produksi pada pukul 17.00 dan pukul 22.00 – 23.00 WIB (rit 2) dilakukan serah
terima bahan baku untuk produksi pukul 23.00 WIB.
2.
Sponge Mixing
Proses pengadukan dalam pembuatan adonan roti di PT NIC dilakukan
dalam dua tahapan proses yaitu sponge dan dough mixing. Sponge mixing adalah
proses pengadukan pertama, yaitu bahan baku diaduk agar tercampur secara
merata. Pembentukan sponge meliputi pencampuran sebagian adonan seperti ragi,
terigu (yang dialirkan dari silo), air, softer, emulsifier dengan waktu pengadukan
selama 5 menit (low speed selama 3 menit dan high speed 2 menit) dengan suhu
sekitar ± 23°C. Tujuan dari proses sponge mixing adalah untuk mencampurkan
bahan baku serta memperbanyak sel secara merata untuk menimbulkan aroma
atau karakteristik dari adonan.
3.
Fermentasi
Setelah adonan sponge terbentuk kemudian dibawa menggunakan box
menuju ke ruangan fermentasi awal dan difermentasi selama 2,5 jam pada suhu
27,75°C. Fermentasi adalah proses pemecahan karbohidrat dengan bantuan
mikroorganisme menghasilkan gas CO2, alkohol, dan asam.
4.
Dough Mixing
Dough mixing merupakan proses pengadukan kedua. Setelah difermentasi
dan adonan mulai mengembang, adonan mengalami proses pengadukan kedua
dengan penambahan terigu, gula, garam, skim milk powder, calcium, full cream,
shortening, dan Palmia BOS untuk dicampur manjadi adonan dough dengan
waktu mixing 9 (sembilan) menit. Standar
proses mixing tersebut dibuat
berdasarkan hasil riset dari bagian Pengembangan Produk dari Departemen
Product Development and Quality Assurance (PDQA).
39
5.
Floor Time
Floor time adalah proses pengistirahatan adonan, adonan yang sudah
terbentuk didiamkan sejenak selama lima menit.
6.
Dividing
Proses dividing adalah pemotongan adonan dengan berat sesuai dengan
standar adonan (memperkecil ukuran sesuai dengan standar, menjaga konsistensi
berat adonan). Setelah adonan melewati masa floor time kemudian adonan
tersebut dinaikkan ke dalam devider yang secara bertahap akan memotongmotong adonan sesuai dengan berat yang sudah ditetapkan. Persyaratan standar
proses make up (pemotongan adonan) di PT NIC dapat dilihat pada pada Tabel 6.
Tabel 6. Standar proses make up roti tawar (dividing) PT NIC
Jenis Roti
Kode
Roti Tawar Spesial
Roti Tawar Gandum
Roti Cokelat Chips
Roti Tawar Kupas
Sumber : PT NIC (2011)
RTS
RTG
RCC
RKU
7.
Devider Speed
(Stoke/menit)
17
16
15
16
Berat
(gram)
337,5 ± 2,5
315,0 ± 2,5
313,0 ± 2,5
337,5 ± 2,5
Floor Time
(menit)
5
5
5
5
Rounding
Rounding adalah proses pembulatan adonan sehingga membentuk lapisan
tipis pada permukaan adonan, kemudian adonan tersebut masuk ke dalam wadahwadah pada mesin Over Head Proofing (OHP) sebagai proses intermediate
proofing, yaitu proses relaksasi adonan atau pengistirahatan adonan sehingga
adonan mudah untuk dibentuk, dengan waktu 17 – 18 menit.
8.
Sheeting
Proses sheeting yaitu proses pemipihan adonan yang bertujuan agar gas
yang terbentuk tersalurkan secara merata pada adonan sehingga produk akhir yang
dihasilkan memiliki pori-pori yang halus dan seragam.
9.
Moulding
Setelah adonan melalui proses sheeting kemudian adonan dibentuk sesuai
dengan bentuk produk akhir yang diinginkan yang disebut dengan proses
moulding.
40
10.
Panning
Panning adalah proses peletakkan adonan pada loyang dengan posisi
rekatan adonan di bagian bawah.
11.
Final Proofing
Adonan yang sudah masuk ke dalam loyang kemudian disusun ke dalam rak
dengan jumlah penyusunan pada berjumlah 5 (lima) baris dan disimpan di dalam
ruang fermentasi dengan suhu 38°C dan kelembapan ruangan 80 persen selama 50
menit. Fermentasi ini merupakan fermentasi akhir yaitu untuk mengembangkan
adonan hingga mencapai volume yang diinginkan. Pada waktu fermentasi
terkadang adonan lambat mengembang, oleh karena itu waktu tidak selalu
mempengaruhi pengembangan adonan, PT NIC mempunyai indikator selain
waktu untuk mengetahui selesainya proses fermentasi yaitu dengan ketinggian
adonan ± 80 persen dari tinggi loyang.
12.
Baking
Baking merupakan proses pemanggangan adonan. Adonan yang sudah
melewati proses fermentasi yang kedua di masukkan ke dalam oven dengan suhu
150°C untuk Zone I, Zone II 165°C dan Zone III 170°C selama 35 menit 33 detik
13.
Deppaning
Setelah roti keluar dari oven, maka roti sudah matang dan dilakukan proses
pengeluaran roti dari cetakannya proses ini disebut deppaning.
14.
Cooling
Roti yang telah matang selanjutnya didinginkan dalam suhu ruang dengan
cooling conveyor dan roti berputar-putar mengikuti aliran conveyor selama ±4 jam
sampai roti bersuhu 33 ± 2°C. Proses cooling tersebut bertujuan agar
mempermudah proses slicing (proses pemotongan roti) tanpa adanya kerusakan
serta mencegah kondensasi setelah produk dikemas. Kadar air yang hilang selama
pendinginan sekitar 2 – 3%.
15.
Sortasi
Sortasi adalah proses pemisahan produk RTS yang tidak sesuai dengan
standar PT NIC contohnya roti penyok atau bentuk roti tidak sesuai ukuran
standar RTS PT NIC.
41
16.
Slicing
Proses slicing adalah proses pemotongan RTS setelah pendinginan. Pada
RTS pemotongan dilakukan hingga roti menjadi 10 irisan. Persyaratan standar
proses slicing (pemotongan produk akhir) PT NIC dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Standar proses make up roti tawar (slicing) PT NIC
Jenis Roti
Kode
Roti Tawar Spesial
Roti Tawar Gandum
Roti Cokelat Chips
Roti Tawar Kupas
Sumber : PT NIC (2011)
RTS
RTG
RCC
RKU
17.
Jumlah
Slice/Pack
10
10
10
10
Target Berat Bersih (gram)
Standard
Minimum
370
359
366
355
275
267
200
194
Packaging
Setelah proses slicing RTS selesai dan sesuai dengan ukuran standar roti,
proses selanjutnya adalah proses pengemasan roti. Roti yang sudah berada dalam
kemasan disegel dan dikunci menggunakan kwick lock. Proses pengemasan ini
dilakukan
agar
roti
yang
sudah
dikemas
tidak
terkontaminasi
dan
mempertahankan kadar air dalam produk. Standar proses pengemasan roti tawar
di PT NIC selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Standar proses pengemasan roti tawar PT NIC
Jenis Roti
Kode
Roti Tawar Spesial
Roti Tawar Gandum
Roti Cokelat Chips
Roti Tawar Kupas
Sumber : PT NIC(2011)
RTS
RTG
RCC
RKU
Cooling Time
(Jam)
2 – 2,5
2 – 2,5
2 – 2,5
4–5
Temperatur Roti
(°C)
33 – 37
33 – 37
33 – 37
< 28
Kadaluwarsa
(Hari)
H+5
H+5
H+5
H+5
Pemakaian kwick lock yang berwarna bertujuan agar mempermudah dalam
membedakan tanggal kadaluwarsa produk yang berada di pasaran dan agar lebih
terlihat produk mana yang masih fresh dan produk mana yang sudah melewati
tanggal kadaluarsa harus sudah ditarik. Pemakaian kwick lock didasarkan pada
hari produksi yaitu: Senin berwarna kuning, Selasa berwarna biru, Rabu berwarna
merah, Kamis berwarna hijau, Jumat berwarna oranye, Sabtu berwarna cokelat,
dan Minggu berwarna putih.
42
18.
Metal detecting
Produk yang sudah terkemas dilewatkan ke alat metal detector (pendeteksi
logam) untuk mendeteksi apabila terdapat campuran logam dalam produk. Hal ini
dikarenakan untuk menghindari adanya bahaya logam yang masuk ke dalam
adonan yang bisa berasal dari mesin produksi, loyang dan lain sebagainya.
19.
Sortasi II
Proses ini adalah pemisahan produk RTS yang telah dikemas atau dalam
pengemasannya tidak sesuai standar dan kebijakan PT NIC, contohnya dalam
penguncian kwick lock terkadang sering tidak terkunci rapat atau kemasan yang
rusak proses tersebut dilakukan oleh bagian Quality Control.
20.
Kratting
Produk yang telah melewati proses sortasi yang kedua kemudian disimpan
di dalam krat-krat dan siap untuk didistribusikan, proses ini disebut kratting.
21.
Finish Goods
Produk akhir yang sudah dikemas dan disimpan di krat sesuai dengan
Standard Operating Procedure (SOP), kemudian dilakukan serah terima dari
bagian Produksi ke bagian Gudang Finish Goods (FG) dan dilakukan proses
penyimpanan sementara untuk setiap jenis produk. Sebelum roti didistribusikan ke
pelanggan, terlebih dahulu harus dilakukan proses picking, yaitu pemisahan dan
pengelompokkan roti sesuai dengan permintaan pelanggan, berdasarkan pada
pesanan yang ada.
Proses picking produk akhir harus sesuai dengan estimasi yang merupakan
data permintaan aktual dari konsumen. Selanjutnya dilakukan proses loading yaitu
gudang mengeluarkan barang berdasarkan Delivery Note (DN) atau surat jalan
yang disediakan oleh Administration Sales. Pada saat yang sama juga ada proses
unloading artinya menerima barang dari luar atau konsumen yang akan dicocokan
antara fisik dengan Delivery Note atau Nota Pengembalian Barang.
Langkah-langkah dalam proses serah terima roti antara bagian Produksi –
Gudang FG yaitu:
1. Roti keluar dari produksi dilakukan pencatatan dan penghitungan pada
Product Output Control (POC).
43
2. Roti yang sudah terhitung dan tercatat ditempatkan sesuai jenis, rasa dan
tempat penempatannya berdasarkan kriteria roti yaitu: penempatan roti
fresh, penempatan roti First In First Out (FIFO), penempatan roti H+2,
penempatan roti saat dilakukan receiving.
Dalam penyimpanan finish goods seringkali terdapat kelebihan persediaan
akibat kelebihan produksi. Jumlah stock berlebih tersebut biasanya sisa poduk
hari sebelumnya ditambah dengan POC setelah dikurangi produk yang
didistribusikan tiap 24 jam. Waktu penyimpanan maksimum stock adalah 2 (dua)
hari dikarenakan usia roti hanya 5 (lima) hari dari tanggal produksi. Peta proses
operasi pembuatan RTS di PT NIC ditunjukkan pada Gambar 11.
44
PETA PROSES OPERASI
Nama Obyek
: Roti Tawar Spesial
Dibuat Oleh
: Eka Astriani
Tanggal Dipetakan
: 20 Juli 2011
O.1 = Penimbangan Bahan Baku dan Persiapan
10 jam
I.1
= Pemeriksaan Penimbangan
O.2 = Sponge Mixing
5’
2,5 jam
O.3 = Fermentasi
9’
O.4 = Dough Mixing
5’
D.1 = Floor Time
5’
O.5 = Dividing
5’
O.6 = Rounding
13’
D.2 = Intermediate Proofing
5’
O.7 = Sheeting
30’
O.8 = Moulding
15’
O.9 = Panning
1
Gambar 11. Peta proses operasi pembuatan RTS di PT NIC
45
1
60’
35’ 33”
30’
2,5 jam
D.3 = Final Proofing
O.10 = Baking
O.11 = Depanning
D.4 = Cooling
10’
I.2
30’
O.12 = Slicing
30’
O.13 = Packaging
15’
I.3
= Metal Detecting
10’
I.4
= Sortasi
20’
O.14 = Krating
= Sortasi
S.1 = Storage Finish Goods
Ringkasan = Total Kegiatan
= 14
Total Waktu = 20 jam 32 menit 33 detik
= 4
= 4
= 1
Lanjutan Gambar 11. Peta proses operasi pembuatan RTS di PT NIC
46
4.2.4 Distribusi
Proses distribusi dilakukan dengan bantuan perusahaan rekanan yang diatur
untuk mendistribusikan ke masing-masing wilayah distribusi. Distribusi
menggunakan truk berukuran sedang pengiriman ke distributor dapat dilakukan
hanya sekali atau beberapa transit tergantung dari distributor yang dituju. Setiap
armada truk transit hanya di outlet untuk Distribution Channel (DC) dan stock
point. Sedangkan untuk RO dan institusi, setiap armada transit bisa
mendistribusikan lebih dari 8 (delapan) outlet. Sedangkan untuk agen, setiap
armada truk transit di 3 atau 4 outlet, hal ini disebabkan jumlah pesanan dari
setiap outlet berbeda. Produk yang telah sampai kepada distributor, pada hari yang
sama juga disalurkan ke konsumen akhir. Perusahaan rekanan untuk proses
distribusi tersebut antara lain PT Bangun Putra Karawang (BPK), PT Adira
Logistic dan PT. Wira Logistic (Astriani, 2009).
4.2.5 Aliran Informasi
Aliran informasi merupakan hal yang wajib dan dibutuhkan dilakukan oleh
PT NIC, baik informasi yang diperoleh dari pemasok maupun pelanggan. Hal
yang pertama yaitu komunikasi dengan pelanggan, dilakukan dengan penyebaran
informasi produk dengan mengirimkan contoh produk, informasi produk dan
perusahaan. Hal selanjutnya adalah komunikasi dengan pemasok. Teknik
komunikasi PT NIC dengan pemasok antara lain: setiap bulan bagian QC bahan
baku mendatangi pemasok untuk memeriksa dan mengaudit pemasok,
mengirimkan PO kepada pemasok, seperti jenis produk, jumlah produk yang
dipesan, hingga tanggal pengiriman dan penerimaan produk dari pemasok. Alat
komunikasi yang digunakan untuk berkomunikasi dengan pemasok adalah berupa
telepon, faximile, dan surat elektronik (Astriani, 2009).
PT NIC melakukan kontrak dengan pemasok per 1 (satu) tahun yang
bertujuan untuk efisiensi biaya karena adanya potongan harga. Kontrak tersebut
hanya berlaku untuk bahan baku tertentu saja, seperti keju, cokelat dan tepung.
Kontrak tersebut akan diperbaharui kembali setelah 1 (satu) tahun dengan
mengkaji hasil yang diperoleh pada tahun sebelumnya. Kontrak dapat dilakukan
untuk membuat kesepakatan frekuensi kedatangan bahan baku dalam jumlah yang
lebih kecil untuk setiap pengirimannya. Selain itu, masalah kualitas dapat
47
ditingkatkan dari pihak pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi salah
satu tindakan pemborosan yaitu dengan melakukan pemeriksaan terhadap bahan
yang datang.
Pemeriksaan penerimaan bahan yang datang dapat dikurangi atau mungkin
dapat dihilangkan apabila pemasok bertanggung jawab penuh terhadap kualitas
bahan baku yang disepakati dalam kontrak yang lebih efektif dan efisien. Dalam
kasus yang ditemui di lapangan saat terjadi ketidaksesuaian berat, jumlah atau
kerusakan material yang datang, diperlukan waktu menunggu untuk memutuskan
apakah bahan baku diterima atau tidak. Dengan adanya kontrak jangka panjang
dapat diatur dan disepakati mengenai penanganan kasus tersebut, sehingga tidak
terjadi waktu menunggu yang cukup lama (Astriani 2009).
4.2.6 Sistem Pembayaran Bahan Baku dan Produk
Pembayaran kepada pemasok dilakukan dengan menggunakan jasa
perbankan. Pembayaran oleh PT NIC kepada pemasok baik lokal maupun luar
negeri dilakukan 1 (satu) bulan setelah bahan baku diterima. Pembayaran
dilakukan secara satu kali bayar setelah dilakukan pengecekan bahan baku dan
faktur pembelian. Tukar tagihan pada PT NIC dilakukan setiap tanggal 10 dan 25
setiap bulannya.
Sistem pembayaran oleh distributor dan konsumen dilakukan secara transfer
ke rekening bank milik PT NIC. Pembayaran oleh distributor dilakukan setelah
penghitungan jenis roti yang dikirimkan dan yang dikembalikan. Sedangkan untuk
institusi tidak ada pengembalian roti. Hal yang serupa juga berlaku untuk agen,
kecuali sedang ada promosi jenis roti baru oleh PT NIC. Jangka pembayaran
adalah 30 hari untuk Channels Dc and Ro (supermarket, minimarket, dan P&D).
Pembayaran untuk agen dan institusi dilakukan dalam jangka waktu 5 (lima) hari
(Astriani, 2009).
48
4.3. Analisis Pemilihan Pemasok, Kriteria-kriteria, dan Subkriteria bahan
baku yang sudah ditetapkan oleh PT NIC dalam Memilih Pemasok
RTS
Kriteria pemilihan pemasok merupakan hal yang dipertimbangkan oleh PT
NIC dalam memilih perusahaan sebagai rekanan kerjasama untuk memasok bahan
baku yang diperlukan. Tujuan utama pemilihan pemasok yaitu agar didapatkan
kontinuitas produksi, keterjaminan kualitas bahan baku, dan juga kualitas produk
yang dihasilkan.
4.3.1 Identifikasi Kriteria Pemasok
Pemasok yang memasok bahan-bahan ke PT NIC akan berhubungan
langsung dengan bagian proses produksi. Oleh karena itu pemilihan pemasok
yang akan bekerjasama dengan PT NIC dilakukan dengan hati-hati dan mengikuti
prosedur pemilihan berikut ini:
1.
Sebelum melakukan pesanan pada pemasok baru, PT NIC melakukan audit
pemasok terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas perusahaan pemasok
tersebut.
2.
PT NIC melakukan audit tentang status kehalalan dari bahan yang akan
dipasok oleh pemasok melalui sertifikasi halal dari badan yang disetujui
oleh Majelis Ulama Indonesia.
3.
Mengutamakan perusahaan yang telah memiliki sertifikat ISO. Akan tetapi
tidak menutup kemungkinan bagi perusahaan yang belum memiliki
sertifikat ISO dapat bekerjasama dengan PT NIC selama sistem yang
dijalankan oleh perusahaannya berjalan dengan baik.
4.
Kesesuaian produk yang dihasilkan dari pemasok dengan kebutuhan
perusahaan.
5.
Kesesuaian harga antara yang ditawarkan pemasok dengan kemampuan
perusahaan.
6.
Referensi dari pihak ketiga atas kemampuan dan prestasi pemasok.
49
Pemilihan pemasok di PT NIC dilakuan dengan berbagai pertimbangan
tertentu. Kriteria yang digunakan PT NIC dalam pemilihan pemasok RTS yaitu:
1. Kehalalan (P)
Kriteria kehalalan merupakan kriteria yang penting dalam pemilihan
pemasok RTS. Hal utama yang dipertimbangkan dalam pemilihan pemasok
RTS di PT NIC karena bahan baku yang digunakan harus mempunyai
sertifikat halal. Produk halal ialah produk yang memenuhi syarat kehalalan
sesuai dengan syariat agama Islam.
2. Kualitas (Q)
Kualitas merupakan salah satu kriteria yang dipertimbangkan dalam
pemilihan pemasok RTS yang dilakukan oleh PT NIC. Pemasok RTS harus
memberikan kualitas bahan baku yang terbaik untuk menghasilkan produk
yang enak dan bergizi sesuai dengan slogan dari PT NIC itu sendiri.
3. Harga (R)
Kriteria harga merupakan kriteria yang dipertimbangkan PT NIC dalam
pemilihan pemasok bahan baku RTS. Harga sering kali merupakan salah
satu penentu utama dalam menentukan pemasok. Hal ini karena harga bahan
baku akan menentukan besar biaya produksi dan akhirnya mempengaruhi
keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dalam penjualan.
4. Ketersediaan Barang (S)
Kriteria ini menunjukkan kemampuan pemasok dalam menyediakan bahan
baku yang dipesan oleh PT NIC, baik itu memenuhi pesanan yang rutin
ataupun pesanan mendadak. Kemampuan pemasok dalam menyediakan
bahan baku jika PT NIC melakukan pesanan yang mendadak terkait dengan
kapasitas persediaan yang dimiliki pemasok tersebut. PT NIC akan memilih
pemasok dengan pengololaan manajemen persediaan yang baik.
5. Reputasi Pemasok (T)
Reputasi pemasok merupakan kemampuan pemasok membangun citra yang
baik sehingga dipercaya PT NIC untuk dipilih menjadi pemasok. Apabila
reputasi pemasok tersebut baik maka secara otomatis PT NIC akan
mempertimbangkannya untuk dijadikan pemasok tetap. Reputasi pemasok
50
terkait dengan perusahaan pemasok dan produknya sudah banyak dikenal,
dan dipercaya oleh perusahaan.
6. Waktu Pengiriman (U)
Ketepatan waktu pengiriman juga banyak dipertimbangkan PT NIC dalam
pemilihan pemasok RTS. Ketepatan waktu pengiriman yang dimaksud
adalah kemampuan pemasok dalam pengiriman bahan baku tepat waktu,
tepat jumlah dan tepat sasaran, sehingga tidak mengganggu kelancaran
kegiatan produksi PT NIC.
4.3.2 Identifikasi Sub Kriteria dalam Memilih Pemasok RTS
a.
Sub Kriteria Untuk Kriteria Halal
Sub kriteria yang dipertimbangkan adalah dokumen pendukung lengkap,
audit lapangan dan sertifikat kehalalan internasional yang diakui oleh Lembaga
Pengkajian Pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia
(LPPOM MUI).
1. Dokumen Pendukung Lengkap (P1)
Kemampuan pemasok untuk menunjukkan dan menyediakan dokumen
pendukung yang lengkap yang berhubungan dengan kehalalan bahan
baku akan menjadi pertimbangan PT NIC untuk memilihnya menjadi
pemasok bahan baku PT NIC.
2. Audit Lapangan (P2)
Kemampuan pemasok untuk menunjukkan kesesuaian antara dokumen
yang diberikan pemasok dengan kondisi aktual di lapangan yang
berhubungan dengan kehalalan bahan baku juga merupakan faktor yang
dipertimbangkan pemasok yang bersangkutan.
3. Sertifikasi kehalalan internasional yang diakui oleh (LPPOM MUI) (P3)
Pemasok yang mempunyai sertifikat halal yang dikeluarkan atau diakui
oleh LPPOM MUI akan memiliki peluang lebih baik untuk menjadi
pemasok di PT NIC dibandingkan dengan pemasok yang tidak
mempunyai sertifikat kehalalan produk.
51
b.
Sub Kriteria Untuk Kriteria Kualitas
1. Kesuaian bahan baku dengan spesifikasi yang sudah ditetapkan (Q1)
Perjanjian tertulis antara PT NIC dan pemasok mengenai spesifikasi
bahan baku merupakan suatu pedoman bagi pemasok untuk menyediakan
bahan baku seperti yang tertulis dalam perjanjian. Apabila pemasok
sudah bisa memenuhi spesifikasi bahan baku maka PT NIC akan lebih
mempercayainya untuk menjadi pemasok di PT NIC.
2. Kemampuan memberikan kualitas yang konsisten (Q2)
Kemampuan pemasok untuk memberikan kualitas yang konsisten juga
memperbesar peluang pemasok untuk terpilih menjadi pemasok yang
akan digunakan PT NIC. Jika pemasok sudah bisa menyediakan bahan
baku dengan kualitas konsisten maka akan membuat PT NIC akan lebih
memprioritaskan pemasok tersebut dan akan menggunakan pemasok
tersebut untuk jangka panjang jika mampu mempertahankan kualitas
dengan konsisten.
3. Penyediaan bahan baku tanpa cacat dan babas bakteri (Q3)
Kemampuan pemasok menyediakan bahan baku yang bebas dari cacat
dan bebas bakteri akan memperbesar kemungkinan pemasok tersebut
menjadi pemasok PT NIC.
c.
Sub Kriteria Untuk Kriteria Harga
1. Kesesuaian harga (R1)
Kemampuan pemasok dalam memberikan harga yang sesuai dengan
kulitas bahan baku yang ditawarkan, sehingga akan menarik minat PT
NIC untuk memilihnya menjadi pemasok PT NIC. Harga bahan baku
yang lebih mahal tidak menjadi masalah jika pemasok bisa menyesuaikan
harga tersebut dengan kualitas bahan baku yang disediakan.
2. Kemampuan memberikan diskon (R2)
Pemasok yang bisa memberikan potongan harga atau diskon kepada
pelanggan yang memesan dalam jumlah tertentu akan menarik minat PT
NIC untuk memilih pemasok tersebut.
3. Mekanisme pembayaran yang mudah (R3)
52
PT NIC akan lebih tertarik dengan pemasok yang bisa memberikan
kemudahan dalam melakukan transsaksi. Jika pemasok bisa memberikan
sistem pembayaran yang mudah baik itu jangku waktu pembayaran
transaksi yang tidak rumit akan lebih disenangi PT NIC untuk menjadi
pemasoknya.
d.
Sub Kriteria Untuk Kriteria Ketersediaan Barang
1. Kemampuan memenuhi pesanan (S1)
PT NIC akan memilih pemasok yang bisa memenuhi pesanan rutinnya.
Jika perusahaan memiliki permintaan yang tinggi maka akan mencari
pemasok yang skala produksinya besar untuk memenuhi pesanannya.
2. Persediaan untuk pesanan mendadak (S2)
PT NIC kadang-kadang melakukan pesanan mendadak. Apabila PT NIC
tidak mempunyai persediaan maka akan melakukan pemesanan bahan
baku. Oleh karena itu, PT NIC akan mencari dan memilih pemasok
bahan baku dengan manajemen persediaan yang baik agar bisa
memenuhi pesanan mendadak dari PT NIC.
e.
Sub Kriteria Untuk Kriteria Reputasi Pemasok
1. Perusahaan pemasok dan produknya telah banyak dikenal (T1)
Apabila perusahaan pemasok dan produknya banyak dikenal berarti salah
satu alasannya adalah banyak perusahaan yang menggunakannya sebagai
pemasok dan berarti pemasok tersebut mempunyai reputasi yang baik.
2. Dipercaya oleh perusahaan (T2)
Kepercayaan sangat susah untuk didapatkan. Kepercayaam yang
dimaksud disini merupakan bentuk keyakinan dari PT NIC pada
pemasok. Misalnya PT NIC menggunakan pemasok Jaya Fermex, karena
PT NIC percaya bahwa pemasok tersebut mampu memenuhi keinginan
pelanggannya dan PT NIC merasa puas.
f.
Sub Kriteria Untuk Kriteria Waktu Pengiriman
1. Kemampuan mengirimkan pesanan tepat waktu (U1)
PT NIC akan senang kepada pemasok yang mampu mengirimkan
pesanan tepat waktu, karena dengan tepat waktu pesanan datang maka
53
kegiatan produksi juga bisa berjalan dengan lancar. Oleh karena itu sub
kriteria ini perlu dipertimbangkan dalam memilih pemasok.
2. Lead time pengiriman yang singkat(U2)
PT NIC akan lebih lebih cenderung memilih pemasok bahan baku yang
memiliki waktu tunggu yang relatif singkat. Selain itu, waktu tunggu
yang singkat akan menghemat biaya lain-lain.
3. Kemampuan menangani masalah sistem transportasi (U3)
Kemampuan menangani masalah sistem transportasi adalah kemampuan
pemasok dalam mengetahui masalah yang berhubungan dengan distribusi
bahan baku dari perusahaan pemasok ke PT NIC. Bagaimana pemasok
mencari jalan alternatif apabila jalan yang biasa digunakan rusak atau
macet, akan tetapi bahan baku harus sampai tepat waktu. Hal ini penting
untuk diperhatikan, sehingga perlu dipertimbangkan dalam memilih
pemasok.
Struktur hirarki pemilihan pemasok dapat dilihat pada Gambar 12.
54
Pemilihan Pemasok RTS
di PT Nippon Indosari
Corpindo
Goal
Kriteria
SubKriteria
Halal
Kualitas
Harga
Dokumen
pendukung
lengkap
Kesesuaian bhn
baku dgn
spesifikasi
yg sudah
ditetapkan
Kesesuaian harga
Audit
lapangan
Sertifikat
kehalalan
internasio
nal yang
diakui
LPPOM
MUI
Pemasok
Kemampuan
memberi
kualitas yg
konsisten
Kemampuan
memberi
diskon
Mekanisme pembayaran
yang
mudah
Ketersediaan
Barang
Kemampuan
memenuhi
pesanan
Persediaan untuk
pesanan
mendadak
Reputasi
Pemasok
Waktu
Pengiriman
Perusahaan pemasok &
produknya sudah
banyak
dikenal
Dipercaya
perusahaan
PT Jaya Fermex
Lead time
pengiriman yang
singkat
Kemampuan menangani
masalah
sistem
transporttasi
Penyediaan
bhn baku
tanpa cacat
& bebas
bakteri
PT Adyaceda
Kemampuan
mengirim
pesanan
tepat
waktu
PT Nusa Indah
Gambar 12. Struktur hirarki pemilihan pemasok RTS di PT NIC
4.3.3 Hasil Pengolahan Data Secara Horizontal
Berdasarkan hasil pengolahan data secara horizontal pada tingkat kedua
(kriteria) dengan metode PHA maka diperoleh bahwa kriteria yang paling
berpengaruh dalam memilih pemasok bahan baku RTS pada PT NIC adalah
kualitas dengan bobot 0,216. Bobot kriteria dan sub kriteria dapat dilihat pada
Gambar 13 berikut.
55
Pemilihan Pemasok RTS
di PT Nippon Indosari
Corpindo
Goal
Kriteria
Halal
Kualitas
Harga
(0,192)
(0,216)
Ketersediaan
Barang
(0,102)
(0,213)
Kesesuaian harga
Kemampuan
memenuhi
pesanan
Dokumen
pendukung
lengkap
(0,415)
SubKriteria
Kesesuaian bhn
baku dgn
spesifikasi
yg sudah
ditetapkan
Audit
lapangan
(0,333)
(0,344)
Kemampuan
memberi
kualitas yg
konsisten
Sertifikat
kehalalan
internasio
nal yang
diakui
LPPOM
MUI
(0,241)
(0,333)
Penyediaan
bhn baku
tanpa cacat
& bebas
bakteri
(0,336)
(0,542)
Kemampuan
memberi
diskon
Persediaan untuk
pesanan
mendadak
(0,210)
(0,458)
Mekanisme pembayaran
yang
mudah
Reputasi
Pemasok
Waktu
Pengiriman
(0,066)
(0,210)
Perusahaan pemasok &
produknya sudah
banyak
dikenal
(0,416)
(0,712)
Dipercaya
perusahaan
Lead time
pengiriman yang
singkat
(0,291)
(0,288)
Kemampuan menangani
masalah
sistem
transporttasi
(0,454)
(0,333)
Pemasok
Kemampuan
mengirim
pesanan
tepat
waktu
(0,293)
PT Adyaceda
PT Jaya Fermex
PT Nusa Indah
(0,333)
(0,337)
(0,328)
Gambar 13. Bobot kriteria dan sub kriteria berdasarkan metode PHA
Tabel 9 dan Tabel 10 berikut menunjukkan bobot dan prioritas untuk masingmasing kriteria dan sub kriteria pemilihan pemasok bahan baku RTS di PT NIC.
Kriteria dan sub kriteria akan dibahas sebagai berikut.
Tabel 9. Bobot dan prioritas elemen kriteria pemilihan pemasok RTS
No
1
2
3
4
5
6
Kriteria
Kualitas
Ketersediaan Barang
Waktu Pengiriman
Halal
Harga
Reputasi Pemasok
Bobot
0,216
0,213
0,210
0,192
0,102
0,066
Prioritas
1
2
3
4
5
6
56
Tabel 10. Bobot dan prioritas elemen sub kriteria pemilihan pemasok RTS
No
1
Kriteria
Kualitas (Q)
2
Ketersediaan
Barang (S)
3
Waktu
Pengiriman
(U)
4
Halal (P)
5
Harga (R)
6
Reputasi
Pemasok (T)
a.
Sub Kriteria
1. Kesesuaian bahan baku dengan
spesifikasi yang sudah ditentukan (Q1)
2. Konsistensi kualitas (Q2)
3. Penyediaan bahan baku tanpa cacat
dan bebas bakteri (Q3)
1. Kemampuan memenuhi pesanan (S1)
2. Persediaan untuk pesanan mendadak
(P2)
Bobot
0,333
0,333
0,333
Prioritas
Sama
PentingNya
0,540
0,460
1
2
1. Kemampuan mengirimkan pesanan
tepat waktu (U1)
2. Leadtime pengiriman yang singkat (U2)
3. Kemampuan menangani masalah sistem
transportasi (U3)
1. Dokumen pendukung lengkap (P1)
2. Audit lapangan (P2)
3. Sertifikasi kehalalan internasional yang
diakui oleh LPPOM MUI (P3)
1. Kesesuaian harga (R1)
2. Kemampuan memberikan diskon (R2)
3. Mekanisme pembayaran yang mudah
(R3)
1. Perusahaan pemasok dan produknya
sudah banyak dikenal (T1)
2. Dipercaya Perusahaan (T2)
0,416
0,291
0,293
1
3
2
0,415
0,344
0,241
1
2
3
0,336
0,210
0,454
2
3
1
0,712
0,288
1
2
Kriteria Kualitas
Kualitas merupakan kriteria yang menjadi prioritas pertama dengan bobot
0,216. Kriteria ini menjadi pertimbangan PT NIC untuk memilih pemasok bahan
baku RTS di PT NIC. Hal ini disebabkan bahwa PT NIC sangat berkomitmen
terhadap tingginya kualitas produk-produk yang dihasilkan. Kualitas bahan baku
yang baik akan menghasilkan produk yang baik pula. Kriteria-kriteria yang
menjadi prioritas selanjutnya dalam memilih pemasok bahan baku secara berturutturut adalah ketersediaan barang (0,213), waktu pengiriman (0,210), halal (0,192),
harga (0,102) dan reputasi pemasok (0,066).
Berdasarkan Tabel 11 juga dapat dilihat bahwa pada kriteria kualitas, sub
kriteria kesesuaian bahan baku dengan spesifikasi yang sudah ditentukan,
kemampuan memberikan kualitas yang konsisten dan penyediaan bahan baku
tanpa cacat dan bebas bakteri memperoleh bobot yang sama yaitu 0,333. Hal ini
menegaskan bahwa ketiga sub kriteria tersebut merupakan elemen yang penting
57
dalam pemilihan pemasok, karena tiga elemen tersebut sangat saling keterkaitan
antara yang satu dengan yang lainnya.
b.
Kriteria Ketersediaan Bahan Baku
Kriteria yang menjadi prioritas kedua adalah ketersediaan barang dengan
bobot 0,213. Pemasok harus mampu memenuhi pesanan PT NIC kapan saja, tidak
hanya pesanan rutin yang dilakukan PT NIC. Perusahaan melihat apakah pemasok
mampu menyediakan bahan baku apabila ada pesanan secara mendadak. Hal ini
menjadi pertimbangan karena pada beberapa kondisi tertentu PT NIC akan
melakukan permintaan mendadak terhadap bahan baku untuk memenuhi
permintaan konsumen.
PT NIC akan mencari pemasok yang bisa memenuhi permintaan pesanan
dalam jumlah skala besar untuk memenuhi pesanannya. Sub kriteria yang menjadi
prioritas pertama berdasarkan Tabel 11 adalah kemampuan memenuhi pesanan
dengan bobot 0,542. Sedangkan untuk prioritas yang kedua adalah persediaan
untuk pesanan mendadak dengan bobot 0,458. Pemasok yang bekerjasama dengan
PT NIC harus siap dengan permintaan bahan baku yang mendadak atau diluar
jadwal pengiriman yang sudah ditentukan. Jika pemasok tidak bisa memenuhi
permintaan bahan baku yang mendadak maka PT NIC akan memeriksa buffer
stock yang dimiliki oleh PT NIC di pabrik, selanjutnya dilakukan pemeriksaan
stock bahan baku di gudang. Jika bahan baku tidak tersedia, maka PT NIC akan
memesan ke pemasok yang lain.
c.
Kriteria Waktu Pengiriman
Kriteria prioritas ketiga adalah waktu pengiriman dengan bobot 0,210.
Waktu merupakan hal yang penting bagi perusahaan. PT NIC yang berada di
Kawasan Industri Jababeka Cikarang sangat membutuhkan pemasok yang bisa
mengirimkan pesanan tepat waktu ke lokasi perusahaan, agar jadwal produksi PT
NIC dapat berjalan dengan lancar. Ketepatan waktu pengiriman bahan baku juga
akan mempengaruhi ketepatan waktu PT NIC untuk memenuhi permintaan RTS
di pasaran.
Sub kriteria yang menjadi prioritas utama untuk kriteria ini adalah
kemampuan mengirimkan pesanan tepat waktu. Besarnya bobot yang dihasilkan
yaitu 0,416. Beberapa waktu pengiriman bahan baku RTS biasanya telah
58
disepakati oleh pemasok dan PT NIC contohnya untuk pengiriman terigu dan ragi
dikirim dari hari senin sampai sabtu, untuk etiket RTS dikirim seminggu sekali.
Sub kriteria dengan prioritas kedua dan ketiga berturut-turut adalah kemampuan
mengatasi masalah sistem transportasi (0,293) dan lead time pengiriman yang
singkat (0,291).
d.
Kriteria Kehalalan Bahan Baku
Kriteria yang menjadi prioritas keempat adalah kriteria kehalalan bahan
baku dengan bobot 0,192. Kehalalan bahan baku juga merupakan faktor yang
sangat dipertimbangkan. Meskipun hanya berada pada prioritas keempat akan
tetapi melihat dari bobotnya yang tidak berbeda jauh dari kriteria-kriteria di
atasnya, maka dapat dilihat bahwa PT NIC sangat memperhatikan aspek kehalalan
bahan baku untuk produksinya. Hal ini diperlukan karena PT NIC merupakan
produsen makanan yang harus memperhatikan aspek kehalalan produknya mulai
dari bahan baku, proses, sampai dengan produk jadinya.
Sub kriteria yang menjadi prioritas utama dalam kriteria halal adalah
dokumen pendukung lengkap dengan bobot 0,415. PT NIC akan memilih
pemasok yang memiliki dokumen pendukung lengkap. Dokumen yang dimaksud
adalah dokumen sistem mutu, yang mencakup panduan mutu dan prosedur baku
yang dibuat oleh perusahaan misalnya SOP produksi pembuatan bahan baku RTS,
dan juga sertifikat kehalalan yang dimiliki oleh pemasok.
Sub kriteria yang kedua adalah audit lapangan dengan bobot 0,344. Pada
waktu yang sudah ditetapkan, tim dari PT NIC yang dilengkapi dengan surat tugas
dan identitas diri, akan mengadakan pemeriksaan (audit) ke pemasok. Selama
pemeriksaan
(audit)
berlangsung,
pemasok
diminta
bantuannya
untuk
memberikan informasi yang jujur dan jelas mengenai spesifikasi bahan baku
tersebut. Sub kriteria yang menjadi prioritas ketiga adalah sertifikat kehalalan
internasional yang diakui LPPOM MUI dengan bobot 0,454.
e.
Kriteria Harga
Kriteria yang menjadi prioritas kelima adalah kriteria harga dengan bobot
0,102. Harga bukan merupakan prioritas utama dalam memilih pemasok bahan
baku RTS pada PT NIC. Namun demikian, harga tetap menjadi pertimbangan PT
NIC dalam memilih pemasok. Harga menjadi prioritas kelima dibawah kualitas,
59
ketersediaan barang, waktu pengiriman, dan halal karena besarnya harga
bergantung pada kualitas bahan baku dan beberapa variabel lainnya sesuai dengan
kriteria prioritas. PT NIC tidak terlalu mempermasalahkan harga dalam mencari
pemasok bahan baku RTS, yang penting pemasok tersebut dapat memenuhi
kualitas, ketersediaan barang, waktu kirim dan kehalalan.
Sub kriteria yang menjadi prioritas pertama adalah mekanisme pembayaran
yang mudah (0,454). Pelaksanaan pembayaran di PT NIC dilakukan dengan
menggunakan sistem yang menggunakan jasa bank. Pembayaran oleh PT NIC
kepada pemasok baik lokal maupun luar negeri dilakukan 1 (satu) bulan setelah
bahan baku diterima. Pembayaran dilakukan secara satu kali bayar setelah
dilakukan pengecekan bahan baku dan faktur pembelian. Tukar tagihan pada PT
NIC dilakukan setiap tanggal 10 dan 25 setiap bulannya. Sub kriteria yang
menjadi prioritas kedua adalah kesesuaian harga dengan bobot 0,336 dan yang
menjadi prioritas ketiga adalah kemampuan memberikan diskon bobot 0,210.
f.
Kriteria Reputasi Pemasok
Kriteria yang menjadi prioritas terakhir adalah reputasi pemasok dengan
bobot 0,066. Kriteria ini tidak terlalu diprioritaskan oleh PT NIC dalam memilih
pemasok RTS. Hal ini karena selama pemasok dapat memenuhi semua permintaan
sesuai dengan spesifikasi yang diminta oleh PT NIC, maka pemasok tersebut tetap
menjadi pemasok di PT NIC walaupun reputasi perusahaan pemasok tersebut
tidaklah terlalu bagus.
Sub kriteria yang menjadi prioritas utama adalah perusahaan pemasok dan
produknya sudah banyak dikenal dengan bobot 0,712. Pemasok dan produknya
yang sudah banyak dikenal berarti memiliki reputasi baik, jujur, dan dikenal
mampu memberikan permintaan bahan baku dengan baik akan dipercaya oleh PT
NIC untuk dijadikan pemasok baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.
Prioritas kedua adalah pemasok dapat dipercaya oleh perusahaan dengan bobot
0,288. Mendapatkan kepercayaan dari perusahaan lain sangat berarti untuk
membuat perusahaan memilihnya menjadi pemasok salah satunya kepercayaan PT
NIC untuk para pemasoknya.
60
4.4. Pemasok yang Memiliki Kriteria Tertinggi
Pengolahan secara vertikal menunjukkan pengaruh setiap elemen pada
tingkat hirarki tertentu terhadap sasaran utama (ultimate goal). Pengolahan
vertikal menunjukkan pemasok yang sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh
PT NIC dengan masing-masing bobot yang telah didapatkan dalam masingmasing hirarki. Hasil pengolahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Pemasok yang memiliki kesesuaian tinggi dengan kriteria
Perusahaan
No
Nama Pemasok
Bobot
Prioritas
1
PT Jaya Fermex
0,337
1
2
PT Adyaceda
0,333
2
3
PT Nusa Indah
0,328
3
Berdasarkan Tabel 12, pemasok PT Jaya Fermex memiliki bobot paling
tinggi dibandingkan dengan pemasok yang lainnya yaitu dengan bobot 0,337. Hal
tersebut dikarenakan pemasok selama ini memperlihatkan kinerja yang baik
terutama dalam hal memenuhi kriteria yang telah diprioritaskan. Kriteria tersebut
yaitu kualitas (0,333), halal (0,333), ketersediaan dalam memenuhi barang
(0,336), waktu pengiriman yang tepat waktu dengan bobot (0,347), penentuan
harga (0,346), dan juga reputasi pemasok yang baik dan jujur (0,325). Demikian
juga apabila dilihat dari bobot sub kriteria yang diperoleh. PT Jaya Fermex juga
memperlihatkan kinerja yang baik pada sub kriteria yang diprioritaskan yaitu
kemampuan memenuhi pesanan (0,333), kemampuan mengirimkan pesanan tepat
waktu (0,333), dokumen pendukung kehalalan lengkap (0,333), mekanisme
pembayaran yang mudah (0,333), perusahaan pemasok dan produknya sudah
banyak dikenal (0,333), serta ketiga sub kriteria pada kriteria kualitas dengan
bobot sebesar 0,333.
Hal ini berarti dilihat berdasarkan analisis kriteria pemasok RTS pada
PT NIC, PT Jaya Fermex merupakan pemasok yang memiliki kesesuaian
berdasarkan penilaian kriteria dengan bobot paling tinggi dibanding dengan PT
Adyaceda (0,333) dan PT Nusa Indah (0,328).
61
4.5. Implikasi Manajerial
Berdasarkan hasil penelitian, maka prioritas pemasok bahan baku yang akan
dipilih sebagai pemasok bahan baku RTS adalah pemasok yang mampu
menyediakan bahan baku dengan kualitas yang baik yang sesuai dengan
permintaan PT NIC. Hal ini mengimplikasikan bahwa PT NIC perlu untuk terus
selektif dalam memilih pemasok dengan memperhatikan kualitas bahan baku yang
mampu disediakan oleh pamasok. Di samping itu, komunikasi lebih lanjut yang
intensif dengan pemasok dapat dilakukan PT NIC untuk memperbaiki kinerja
pemasok yang masih dianggap kurang baik. Dilihat dari sisi manajemen sumber
daya, diharapkan kepada perusahaan untuk terus menjaga kualitas bahan baku
yang diterima dari pemasok antara lain dengan melakukan audit lapangan yang
teratur dan efektif serta pendekatan dengan pihak pemasok, sehingga akan
meningkatkan juga kualitas produksi dari perusahaan.
Download