11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Sebagai Interaksi Simbolik Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti “sama”, communico, communication atau communi care yang berarti “membuat sama” (to make common), istilah communis paling sering disebut sebagai asal kata komunikasi, yang merupakan akar dari kata-kata Latin lainnya yang mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan dianut secara sama.5 Komunikasi (communication) adalah proses sosial dimana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka.6 Komunikasi adalah suatu interaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama, melalui pertukaran informasi, untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain, serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu.7 Komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku. Definisi ini dikembangkan menjadi, komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian dan mendalam.8 5 Deddy Mulyana, dalam buku ‘Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, 2011:46. Richard West, Lynn H Turner. Pengantar Teori Komunikasi edisi Ketiga, Jakarta2008:5. 7 LukiatiKomala,IlmuKomunikasiPerspektif,ProsesDanKonteks,Bandung,2009,Hal73 8 Ibid, Hal 73 6 11 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 Menurut Hovland, Janis dan Kelley, komunikasi adalah suatu proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk katakata) dengan tujuan mengubah atau membentuk prilaku orang lain (khlayak). Kemudian menurut Berelson dan Steiner, Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, ahlian dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar, angka, dan lain-lain. Sedangkan menurut Harold Laswell, Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan “siapa”, “mengatakan apa”, apa”, “kepada siapa”, “dan “dengan akibat apa” atau“hasil apa”. (Who says what in which channel to whom and with what effect). Interaksi simbolik merupakan suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Menurut teoretisi interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya adalah interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol. Mereka tertarik pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang merepresentasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya, dan juga pengaruh yang di timbulkan penafsiran atas simbol-simbol ini terhadap prilaku pihak – pihak yang terlibat dalam interaksi sosial. Penganut interaksionisme simbol berpandangan, prilaku manusia pada dasarnya adalah produk dari interpretasi mereka atas dunia di sekeliling mereka, jadi tidak mengakui bahwa prilaku itu di pelajari atau di tentukan, sebagaimana dianut teori behavioristik atau teori struktural. Alih-alih, http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 prilaku dipilih sebagai hal yang layak dilakukan berdasarkan cara individu mendefinisikan situasi yang ada.9 Perspektif interaksi simbolik berusaha memahami perilaku manusia darisudut pandang subjek. Perspektif ini menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan mempertimbangkan ekspektasi orag lain yang menjadi mitra interaksi mereka. Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, objek dan bahkan diri mereka sendirilah yang menentukan perilaku mereka. Perilaku mereka tidak dapat digolongkan sebagai kebutuhan, dorongan impuls, tuntutan budaya atau tuntutan peran. Manusia bertindak hanyalah berdasarkan definisi atau penafsiran mereka atas objek-objek di sekeliling mereka. Tidak mengherankan bila frase-frase “definisi situasi” , “realitas terletak pada mata yang melihat” dan “bila manusia mendefinisikan situasi sebagai riil, situasi tersebut riil dalam konsekuensinya” sering dihubungkan dengan interaksionisme simbolik. 2.2 Komunikasi Kelompok Gagasan pemikiran dari sekelompok orang akan lebih berkualitas dari pada gagasan anda sendiri.Kita sering menjumpai kelompok-kelopok studi (study club ) di kampus. Hal merupakan salah satu dari komunikasi kelompok (group comunication ). Dalam membatasi ukuran kelompok, banyak ahli yg belum sepakat tentang keanggotannya. Sebagian dari mereka menyebut sebagai 9 Deddy Mulyana, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cetakan Ketujuh, Remaja Rosda Karya, Bandung, hlm 71 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 kelompok kecil ( small group ). Kelompok kecil bisa diartikan sebagai sekumpulan individu. Dengan jumlah anggota yang kecil memungkinkan semua anggota bisa berkomunikasi secara relatif mudah, baik sebagai sumber atau penerima informasi. Para anggota saling berhubungan satu sama lain dengan tujuan yang sama dan memiliki semacam organisasi atau struktur diantara mereka. Kebanyakan kelompok kecil mengembangkan norma-norma yang mengidentifikasikan apa yang diinginkan bagi semua anggotannya.10 2.2.1 Pengertian Komunikasi Kelompok Komunikasi kelompok kecil ( small group communication ) merupakan proses komunikasi antara tiga orang atau lebih yang berlangsung secara tatap muka. Dalam kelompok tersebut anggota berinteraksi satu sama lain. Tipe komunikasi ini oleh banyak kalangan di nilai sebagai pengembangan dari komunikasi antarpribadi. Trenholm dan jensen (1995:26 ) mengatakan bahwa komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatapmuka, biasanya bersifat spontan dan informal.Peserta satu sama lain menerima umpan balik secara maksimal, peserta komunikasi berperan secara fleksibel sebagai pengirim dan penerima. Setelah orang ketiga bergabung di dalam interaksi tersebut, berakhirlah komunikasi antarpribadi, dan berubah menjadi komunikasi kelompok kecil.11 10 11 Wiryanto2008, Pengantar Ilmu Komunikasi, Cetakan keempat, Grasindo, Jakarta, Hal 44 Ibid, Hal 45 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 Menurut Michael Burgoon (1978: 224 ) mendefinisikan komunikasi kelompok adalah interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi,menjadi diri,pemecahan masalah yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik anggota-anggotanya yang lain secara tepat.12 Komunikasi kelompok besar sebagai kebalikan dari komunikasi kelompok kecil yaitu ditujukan kepada efeksi komunikan, prosesnya berlangsung secara linear contoh komunikasi kelompok besar misalnya rapat raksasa di sebuah lapangan. Jika komunikasi kelompok besar bersifat heterogen sedangakan komunikasi kelompok kecil bersifat homogen.13 2.2.2 Komunikasi Kelompok Verbal Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan simbolsimbol atau kata-kata baik yang dinyatakan secara oral atau lisan maupun tulisan.14 Tinjauan mengenai komunikasi verbal yaitu : a. Bahasa Sebagai Suatu Simbol Bahasa bisa dibayangkan sebagai suatu kode atau system simbol yang digunakan untuk membentuk pesan—pesan vebal. Dapat didefinisikan bahasa sebagai suatu system produktif yang terdiri atas simbol-simbol yang cepat lenyap, bermakna bebas serta dipancarkan secara cultural. pengertian bahasa sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap. Disini gorys keraf 12 Wiryanto, 2008, Pengantar Ilmu Komunikasi, Cetakan keempat, Grasindo, Jakarta, Hal 46 Onong Uchjana, 2003, Ilmu, teori dan Fisafat, Bandung, Hal 77 14 Muhammad, Arni. Komunikasi Organisasi. (Jakarta :Bumi Aksara.2007) Hal 95 13 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 lebih menekankan definisi bahasa terhadap dua inti pokok bahasan, yaitu bahwa bahasa dinyatakan dengan simbol yang dihasilkan oleh alat ucap dan fungsinya alat komunikasi. Secara sederhana, Gorys keraf sebenarnya telah mampu menemukan sebuah kenyataan bahwa memang pada dasarnya inti pokok bahasa adalah komunikasi, komunikasi tanpa bahasa ibarat kehilangan ruh. Menurut Dedy Mulyana bahwa sebenarnya bahasa adalah seperangkat simbol dengan aturan untuk mengkombinasikan simbolsimbol tersebut yang digunakan dan dapat dipahami dalam suatu komunitas. b. Bahasa Sebagai Institusi Sosial Bahasa adalah sebuah institusi sosial yang diracang, dimodifikasi dan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan kultur atau subkultur yang terus menerus berubah. Karenanya bahasa dari budaya satu dengan budaya lainnya berbeda. Subkultur adalah kultur-kultur dalam sebuah kultur yang lebih besar. Ini dapat didasarkan atas agama, wilayah geografis, pekerjaan, orientasi afektif, suku bangsa, kebangsaan, kondisi hidup, minat, kebutuhan dan sebagainya. Setiap individu menjadi anggota dari beberapa subkultur. Tingkat kepentingan afiliasi dengan subkultur tertentu berbeda-beda pada setiap orang, konteks, waktu dan situasi. Karena minta yang sama merupakan sebuah kultur, maka istilah subbahasa pun muncul. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 2.2.3 Komunikasi Kelompok Non Verbal Komunikasi non verbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata seperti komunikasi yang menggunakan gerak tubuh, sikap tubuh, vokal yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan. Meskipun komunikasi verbal dan non verbal berbeda dalam banyak hal namun kedua bentuk itu seringkali bekerja sama atau dengan kata lain komunikasi non verbal ini mempunyai fungsi tertentu dalam proses komunikasi verbal. Fungsi utamanya adalah sebagai pengulangan, pelengkap, pengganti, memberikan penekanan dan memperdayakan.15 a. Fungsi komunikasi Nonverbal Komunikasi Nonverbal dapat menjalankan sejumlah fungsi penting, yaitu: 16 1) Untuk Menekankan Kita menggunakan komunikasi nonverbal untuk menonjolkan atau menekankan beberapa bagaian dari pesan nonverbal. Misalnya saja, tersenyum untuk menekkankan kata atau ungkapan teretntu, atau memukulkan tangan ke meja untuk menekankan suatu hal tertentu. 2) Untuk melengkapi Kita juga menggunakan komunikasi nonverbal untuk memperkuat warna atau sikap umum yang dikomunikasikan oleh pesan verbal. Misalnya tersenyum ketika menceritakan kisah lucu. 15 Ibid Hal 130-133 Deddy Mulyana, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cetakan Ketujuh, Remaja Rosda Karya, Bandung, Hal 349-350 16 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 3) Untuk Menunjukan Kontradiksi Kita juga dapat secara sengaja mempertahankan pesan verbal dengan pesan nonverbal. Untuk mendeteksi apakah pernyataan yang keluar dari lisan seseorang benar-benar keluar dari lubuk hatinya yang paling dalam. Misalnya, berkata rilex atau tenang menghadapi sesuatu, namun bahasa tubuh justru menterjemahkan sebaliknya dengan isyarat nonverbal suara dan tangan gemetar. 4) Untuk Mengatur Gerak – gerik nonverbal dapat mengendalikan atau mengisyaratkan keinginan anda untuk mengatur arus pesan verbal. Misalnya mengerutkan bibir, mencondongkan badan ke depan, atau membuat gerakan tangan untuk menunjukan bahwa anda ingin mengatakan sesuatu, hal ini merupakan contoh dari fungsi mengatur arus verbal. 5) Untuk Mengulangi Di Amerika orang bisa menggunakan komunikasi nonverbal sebagai bentuk pengulangan atau penegasan terhadap suatu pernyataan. Seperti contoh kita bisa menggelengkan kepala ketika menyatakan suatu ketidak setujuan, atau ketika kita menggunakan tangan untuk menunjukan suatu arah jalan bila ada orang yang bertanya. 6) Untuk Menggantikan Komunikasi non verbal juga berfungsi sebagai pengganti suatu ungkapan makna pesan yang tidak bisa terjemahkan dengan kata-kata. Seperti contoh kalau bertemu dengan teman lama kita maka hal yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 pertama kita lakukan adalah tesenyum lebar, sambil mengembangkan kedua tangan untuk menyambut dirinya. Atau bila ada sekumpulan orang yang berisik dan mengganggu disekitar kita, maka kita cenderung meletakan jari telunjuk di mulut kita sambil mengeluarkan bunyi mendesis sebagai tanda untuk menyuruh orang untuk diam. 2.3 Karakteristik Komunikasi Kelompok Menurut Sherif dalam (Nazsir dan Sunny, 2004:9), karakteristik dari kelompok adalah : a. Anggota memiliki motivasi yang sama, dan ini mendorong mereka berinteraksi dalam mencapai tujuan. b. Kelompok terdiri atau memiliki struktur, status, peran yang semua itu terjadi karena perubahan kebutuhan. c. Organisasi di dalam kelompok yang sifatnya tegas akan mempermudah memberikan ciri kepada kelompok tersebut d. Adanya norma yang tegas dari kelompok tersebut. Menurut Van Zandem 1984 (dalam Nazsir dan Sunny, 2004:9), menampilkan ciri-ciri kelompok sebagai berikut : a. Kelompok itu memiliki ciri tertentu yang dibatasi oleh lokasi geografis, faham politik, agama dan lainnya. b. Kelompok itu memiliki tujuan yang jelas. c. Umumnya anggota menyadari bahwa keanggotaannya dalam kelompok itu berbeda dengan kelompok lain. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 2.4 Fungsi Komunikasi kelompok Menurut Kartini Kartono (1985:101), fungsi kelompok adalah : a. Kelompok merupakan wadah dan ruang psikologis kepada semua anggotanya sehingga merasa memiliki terhadap kelompoknya. b. Munculnya kader yang menunjukan loyalitas dan kesetiakawanan sosial. c. Memberikan rasa aman pada semua anggotanya. d. Adanya penghargaan melalui status dan peran masing-masing anggotanya. e. Ada satu tujuan ideal tertentu dari kelompok. f. Kelompok dapat berperan sebagai wahana untuk mencapai tujuan. g. Anggota kelompok sebagai individu merasa sebagai organ dari kelompok. 2.5 Komunitas Komunitas adalah sebuah kelompok sosial dari berbagai lingkungan, umumnya memiliki keterkaitan dan habitat yang sama.Dalam komunitas manusia, individu-individu di dalamnya memiliki maksud, kepercayaan, sumber daya , preferensi, kebutuhan , resiko, kegemaran dan sejumlah kondisi lain yang serupa.komunitas berasal dari bahasa latin communitas yang berasal dari “kesamaan”, kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti “ sama, publik, dibagi oleh semua atau banyak”. Menurut Crow dan Allan, komunitas dapat terbagi menjadi 3 komponen : http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 a. Berdasarkan lokasi atau tempat Wilayah atau tempat sebuah komunitas dapat dilihat sebagai tempat dimana sekumpulan orang mempunyai sesuatu yang sama secara geografis. Dan saling mengenal satu sama lain sehingga tercipta interaksi dan memberikan kontribusi bagi lingkungannya, b. Berdasarkan minat Sekelompok orang yang menderikan suatu komunitas karena mempunyai ketertarikan dan minat yang sama, misalnya agama, pekerjaan, suku, ras, hobi maupun berdasarkan kelainan seksual. Komunitas berdasarkan minat memiliki jumlah terbesar karena melingkupi berbagai ospek, contoh komunitas motor tua klasik dapat berpartisipasi diberbagai kegiatan bersama misalkan mengadakan touring di berbagai tempat. c. Berdasarkan komuni Komuni dapat berarti ide dasar yang dapat mendukung komunitas itu sendiri. 2.6 Komunitas Motor di Indonesia Terkadang susah ketika kita mencoba membedakan sebuah komunitas dan club motor. Memang, komunitas motor tidak jauh beda dengan club motor, sama-sama tidak melakukan kegiatan yang anarkis, rusuh, dan tawuran. Hanya saja, dari sisi safety riding, komunitas motor berbeda jelas dan lebih cenderung ke kegiatan touring atau memposisikan visi-misi atas kesepakatan membernya. Dan mereka tidak berpatokan pada satu merk pabrikan motor, dan atau tipe motor tertentu. Berikut adalah ciri dari http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 komunitas motor: komunitas atau dalam bahasa Inggrisnya Community terdiri dari beberapa merk motor dan atau tipe motor, bebas dengan berbagai macam aliran. 2.7 Konsep Keselamatan Berkendara 2.7.1 Keselamatan Berkendara Aturan dasar berkendara dijelaskan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 22 tahun 2009 pada Bab I tentang Ketentuan Umum Pasal 1 ayat 8 yang menyebutkan bahwa “Kendaraan Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain Kendaraan yang berjalan di atas rel.” Definisi sepeda motor disebutkan juga pada Pasal 1 ayat 20 UU No.22 tahun 2009 bahwa “Sepeda motor adalah Kendaraan Bermotor beroda dua dengan atau tanpa rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta samping atau Kendaraan Bermotor beroda tiga tanpa rumahrumah.” Kemudian undang-undang tersebut menyebutkan tentang perlunya perlengkapan kendaraan bermotor yang dituang di Bab IV pasal 57 ayat 1 dan 2, yaitu: 1. Setiap Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Jalan wajib dilengkapi dengan perlengkapan Kendaraan Bermotor. 2. Perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi Sepeda Motor berupa helm standar nasional Indonesia.” http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 Definisi keselamatan berkendara atau dalam istilah asing safety riding adalah suatu usaha yang dilakukan dalam meminimalisir tingkat bahaya dan memaksimalkan keamanan dalam berkendara, demi menciptakan suatu kondisi, yang mana kita berada pada titik tidak membahayakan pengendara lain dan menyadari kemungkinan bahaya yang dapat terjadi di sekitar kita serta pemahaman akan pencegahan dan penanggulangannya. Implementasi dari pengertian di atas yaitu bahwa disaat kita mengendarai kendaraan, maka haruslah tercipta suatu landasan pemikiran yang mementingkan dan sangat mengutamakan keselamatan, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Untuk itu, berangkat dari dasar pemikiran keselamatan tersebut, maka para pengendara haruslah menyadari arti dan pentingnya keselamatan, hal ini bisa dicontohkan dengan meningkatnya angka kecelakaan di jalan raya dan berbagai kejadian kecelakaan yang terjadi disebabkan dari berbagai macam kasus. Walaupun terasa sangat sulit untuk menumbuhkannya, namun pemikiran yang mengutamakan keselamatan tersebut haruslah merupakan kesadaran dari diri sendiri yang terbentuk dan dibangun dari dalam hati dan bertekad untuk melaksanakan segala aktivitas yang mendasar pada safety riding. Bila dasar pemikiran safety riding (safety minded) telah masing-masing dimiliki, maka dengan mudah setiap hal yang berkaitan dengan Safety riding dapat kita terapkan dimulai dari diri sendiri dan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 memulainya dari hal-hal yang kecil, karena kesadaran betapa pentingnya suatu keselamatan diri. 2.7.2 Aturan Keselamatan Berkendara Untuk keamanan dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan disebutkan pada ayat 30 dan ayat 31, yaitu: “Keamanan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan terbebasnya setiap orang, barang, dan/atau Kendaraan dari gangguan perbuatan melawan hukum, dan atau rasa takut dalam berlalu lintas. Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah suatu keadaan terhindarnya setiap orang dari risiko kecelakaan selama berlalu lintas yang disebabkan oleh manusia, Kendaraan, Jalan, dan/atau lingkungan”. Penerapan keselamatan berkendara telah diatur dalam UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada BAB XI Pasal 203 Ayat 2 huruf a yang berbunyi: “Untuk menjamin Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan rencana umum nasional Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, meliputi: a. Penyusunan program nasional kegiatan Keselamatan dan Angkutan Jalan.” Adapun penjelasan dari pasal 203 Ayat 2 huruf a yaitu bahwa program nasional Keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diantaranya yaitu tentang Cara Berkendara dengan Selamat (Safety http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 riding). Berdasarkan hal tersebut, jadi jelas bahwa penerapan Safety riding merupakan Program Nasional yang harus kita dukung penuh dan laksanakan demi terciptanya keselamatan dan keamanan di jalan raya.” Di dalam penerapan di lapangan, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan oleh pengendara dalam berkendara sebagaimana yang diatur dalam UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, antara lain seperti: 1) Kelengkapan kendaraan bermotor standar (sesuai BAB VII Bagian Keempat tentang Perlengkapan Kendaraan Bermotor) 2) Kaca spion wajib ada 2 (dua) buah di kiri dan kanan. (sesuai BAB VII Bagian Kedua tentang Persyaratan Teknik dan Laik Jalan Kendaraan Bermotor Pasal 48 Ayat 2 huruf a) 3) Lampu depan, lampu rem, riting kiri-kanan, klakson yang berfungsi. (sesuai BAB VII Bagian Kedua tentang Persyaratan Teknik dan Laik Jalan Kendaraan Bermotor Pasal 48 Ayat 3 huruf f; BAB IX Paragraf 2 tentang Penggunaan Lampu Pasal 107 Ayat 2 dan Ketentuan Pidana sesuai BAB XX Pasal 285 ayat 1; dan Pasal 290) 4) STNK dan SIM selalu siap/tidak expired (sesuai BAB VIII Paragraf 3 Pasal 80 huruf d) 5) Plat Nomor di depan dan belakang. (sesuai BAB VII Bagian Ketujuh tentang Registrasi dan Identifikasi Kendaraan Bermotor Pasal 68 dan Pasal 70; BAB XIX Bagian Kedua Paragraf 1 tentang Pemeriksaan Kendaraan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 Bermotor di Jalan Pasal 265 Ayat 1 huruf a;dan BAB XX tentang Ketentuan Pidana Pasal 280 ) Helmet (Pelindung Kepala) adapun penggunaan helm ini telah diatur dalam UU No. 22 Tahun 2009 BAB VII Bagian Keempat Pasal 57 Ayat 2; BAB IX tentang Lalu Lintas Bagian Keempat Paragraf 1 Pasal 106 ayat 8 dan 9 serta Ketentuan Pidana sesuai BAB XX Pasal 291 ayat 1 dan 2 dan Pasal 292. 2.8 Prinsip- Prinsip Interaksi Simbolik George Ritzer meringkaskan teori interaksi simbolik ke dalam prinsip- prinsip, sebagai berikut : a. Manusia tidak seperti hewan lebih rendah, diberkahi dengan kemampuan berfikir b. Kemampuan berfikir itu di bentuk oleh interaksi sosial c. Dalam interaksi sosial orang belajar makna dan simbol yang memungkinkan mereka menerapkan kemampuan khas mereka sebagai manusia, yakni berfikir d. Makna dan simbol memungkinkan orang melanjutkan tindakan atau (action) dan interaksi yang khas manusia e. Orang mampu memodifikasi atau mengubah makna dan simbol yang mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan interpretasi mereka dalam situasi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 f. Orang mampu melakukan modifikasi dan perubahan ini karena antara lain, kemampuan mereka berinteraksi dengan diri sendiri yang memungkinkan mereka memeriksa tahapan-tahapan tindakan, menilai keuntungan dan kerugian relatif dan kemudian memilih salah satunya g. Pola-pola tindakan dan interaksi yang jalin menjalin ini membentuk kelompok masyarakat.17 George Herbert Mead dipandang sebagai pembangun paham interaksi simbolis ini. Ia mengajarkan bahwa makna muncul sebagai hasil interaksi di antara manusia baik secara verbal maupun non verbal. Melalui aksi dan respon yang terjadi, kita memberikan makna ke dalam kata-kata atau tindakan, dan karenanya kita dapat memahami suatu peristiwa dengan cara-cara tertentu. Menurut paham ini, masyarakat muncul dari percakapan yang saling berkaitan diantara individu. 18 Teori ini berpandangan bahwa kenyataan sosial didasarkan kepada definisi dan penilaian subjektif individu. Struktur sosial merupakan definisi bersama yang dimiliki individu yang berhubungan dengan bentuk-bentuk yang cocok, yang menghubungkannya satu sama lain. Tindakan-tindakan individu dan juga pola interaksinya dibimbing oleh definisi bersama yang sedemikian itu dan dikonstruksikan melalui proses interaksi. Mead adalah pemikir yang sangat penting dalam sejarah interaksionisme simbolik. Interaksi simbolik didasarkan pada ide-ide mengenai diri dan hubungannya dengan masyarakat. 17 Deddy Mulyana, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cetakan Ketujuh, Remaja Rosda Karya, Bandung, hlm 73 18 Morissan. Teori Komunikasi, individu hingga massa. Kencana, Jakarta:2013 hal 110-111 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 Tiga tema konsep pemikiran George Herbert Mead yang mendasari interaksi simbolik antara lain: pentingnya makna bagi perilaku manusia, pentingnya konsep mengenai diri, hubungan antara individu dengan masyarakat. Tema pertama pada interaksi simbolik berfokus pada pentingnya membentuk makna bagi perilaku manusia, dimana dalam teori interaksi simbolik tidak bisa dilepaskan dari proses komunikasi, karena awalnya makna itu tidak ada artinya, sampai pada akhirnya di konstruksi secara interpretif oleh individu melalui proses interaksi, untuk menciptakan makna yang dapat disepakati secara bersama. Hal ini sesuai dengan tiga dari tujuh asumsi karya Herbert Blumer dalam West-Turner19 dimana asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut: 1. Manusia bertindak terhadap manusia lainnya berdasarkan makna yang diberikan orang lain kepada mereka, 2. Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia, 3. Makna dimodifikasi melalui proses interpretif. Tema kedua pada interaksi simbolik berfokus pada pentingnya ”Konsep diri” atau ”Self-Concept”. Dimana, pada tema interaksi simbolik ini menekankan pada pengembangan konsep diri melalui individu tersebut secara aktif, didasarkan pada interaksi sosial dengan orang lainnya. Tema ini memiliki dua asumsi tambahan : 1. Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain, 2. Konsep diri membentuk motif yang penting untuk perilaku. 19 Herbert Blumer dalam West-Turnerhttp://eric-harramain.blogspot.com http://ericharramain.blogspot.com/ (1969) (2008: 99) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 Tema terakhir pada interaksi simbolik berkaitan dengan hubungan antara kebebasan individu dan masyarakat, dimana asumsi ini mengakui bahwa norma-norma sosial membatasi perilaku tiap individunya, tapi pada akhirnya tiap individu-lah yang menentukan pilihan yang ada dalam sosial kemasyarakatannya. Fokus dari tema ini adalah untuk menjelaskan mengenai keteraturan dan perubahan dalam proses sosial. Asumsi-asumsi yang berkaitan dengan tema ini adalah: 1. Orang dan kelompok masyarakat dipengaruhi oleh proses Budaya dan sosial, 2. Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial. Rangkuman dari hal-hal yang telah dibahas sebelumnya mengenai tiga tema konsep pemikiran George Herbert Mead yang berkaitan dengan interaksi simbolik, dan tujuh asumsi-asumsi karya Herbert Blumer20 adalah sebagai berikut, Tiga tema konsep pemikiran Mead: 1. Pentingnya makna bagi perilaku manusia a. Manusia bertindak terhadap orang lain berdasarkan makna yang diberikan orang lain terhadap mereka. b. Makna yang diciptakan dalam interaksi antar manusia. c. Makna dimodifikasi melalui proses interpretif. 20 Herbert Blumer, Op.cit, 69 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 2. Pentingnya konsep diri a. Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain. b. Konsep diri memberikan sebuah motif penting untuk berperilaku 3. Hubungan antara individu dengan masyarakat a. Orang dan kelompok- kelompok dipengaruhi oleh proses budaya dan sosial. b. Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial. Karya tunggal Mead yang amat penting dalam hal ini terdapat dalam bukunya yang berjudul Mind, Self dan Society. Mead mengambil tiga konsep kritis yang diperlukan dan saling mempengaruhi satu sama lain untuk menyusun sebuah teori interaksionisme simbolik. Dengan demikian, pikiran manusia (mind), dan interaksi sosial (diri/self) digunakan untuk menginterpretasikan dan memediasi masyarakat (society). 1. Pikiran (Mind) Pikiran, yang didefinisikan Mead sebagai proses percakapan seseorang dengan dirinya sendiri, tidak ditemukan di dalam diri individu, pikiran adalah fenomena sosial. Pikiran muncul dan berkembang dalam proses sosial dan merupakan bagian integral dari proses sosial. Proses sosial mendahului pikiran, proses sosial bukanlah produk dari pikiran. Jadi pikiran juga didefinisikan secara fungsional ketimbang secara substantif. Karakteristik istimewa dari pikiran adalah kemampuan individu untuk memunculkan dalam dirinya sendiri tidak hanya satu http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 respon saja, tetapi juga respon komunitas secara keseluruhan. Itulah yang kita namakan pikiran. Melakukan sesuatu berarti memberi respon terorganisir tertentu, dan bila seseorang mempunyai respon itu dalam dirinya, ia mempunyai apa yang kita sebut pikiran. Dengan demikian pikiran dapat dibedakan dari konsep logis lain seperti konsep ingatan dalam karya Mead melalui kemampuannya menanggapi komunitas secara menyeluruh dan mengembangkan tanggapan terorganisir. Mead juga melihat pikiran secara pragmatis. Yakni, pikiran melibatkan proses berpikir yang mengarah pada penyelesaian masalah. 2. Diri (Self) Banyak pemikiran Mead pada umumnya, dan khususnya tentang pikiran, melibatkan gagasannya mengenai konsep diri. Pada dasarnya diri adalah kemampuan untuk menerima diri sendiri sebagai sebuah objek. Diri adalah kemampuan khusus untuk menjadi subjek maupun objek. Diri mensyaratkan proses sosial yakni komunikasi antar manusia. Diri muncul dan berkembang melalui aktivitas dan antara hubungan sosial. Menurut Mead adalah mustahil membayangkan diri yang muncul dalam ketiadaan pengalaman sosial. Tetapi, segera setelah diri berkembang, ada kemungkinan baginya untuk terus ada tanpa kontak sosial. Diri berhubungan secara dialektis dengan pikiran. Artinya, di satu pihak Mead menyatakan bahwa tubuh bukanlah diri dan baru akan menjadi diri bila pikiran telah berkembang. Di lain pihak, diri dan refleksitas adalah penting bagi perkembangan pikiran. Memang mustahil untuk memisahkan pikiran dan diri http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 karena diri adalah proses mental. Tetapi, meskipun kita membayangkannya sebagai proses mental, diri adalah sebuah proses sosial. Dalam pembahasan mengenai diri, Mead menolak gagasan yang meletakkannya dalam kesadaran dan sebaliknya meletakkannya dalam pengalaman sosial dan proses sosial. Dengan cara ini Mead mencoba memberikan arti behavioristis tentang diri. Diri adalah di mana orang memberikan tanggapan terhadap apa yang ia tujukan kepada orang lain dan dimana tanggapannya sendiri menjadi bagian dari tindakannya, di mana ia tidak hanya mendengarkan dirinya sendiri, tetapi juga merespon dirinya sendiri, berbicara dan menjawab dirinya sendiri sebagaimana orang lain menjawab kepada dirinya, sehingga kita mempunyai perilaku di mana individu menjadi objek untuk dirinya sendiri. Karena itu diri adalah aspek lain dari proses sosial menyeluruh di mana individu adalah bagiannya. Mekanisme umum untuk mengembangkan diri adalah refleksivitas atau kemampuan menempatkan diri secara tak sadar ke dalam tempat orang lain dan bertindak seperti mereka bertindak. Akibatnya, orang mampu memeriksa diri sendiri sebagaimana orang lain memeriksa diri mereka sendiri. Seperti dikatakan Mead : “Dengan cara merefleksikan, dengan mengembalikan pengalaman individu pada dirinya sendiri keseluruhan proses sosial menghasilkan pengalaman individu yang terlibat di dalamnya; dengan cara demikian, individu bisa menerima sikap orang lain terhadap dirinya, individu secara sadar mampu menyesuaikan dirinya sendiri terhadap proses sosial dan mampu mengubah proses yang dihasilkan dalam tindakan sosial tertentu dilihatn dari sudut penyesuaian dirinya terhadap tindakan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 sosial itu” Diri juga memungkinkan orang berperan dalam percakapan dengan orang lain. Artinya, seseorang menyadari apa yang dikatakannya dan akibatnya mampu menyimak apa yang sedang dikatakan dan menentukan apa yang akan dikatakan selanjutnya. Untuk mempunyai diri, individu harus mampu mencapai keadaan “di luar dirinya sendiri” sehingga mampu mengevaluasi diri sendiri, mampu menjadi objek bagi dirinya sendiri. Untuk berbuat demikian, individu pada dasarnya harus menempatkan dirinya sendiri dalam bidang pengalaman yang sama dengan orang lain. Tiap orang adalah bagian penting dari situasi yang dialami bersama dan tiap orang harus memperhatikan diri sendiri agar mampu bertindak rasional dalam situasi tertentu. Dalam bertindak rasional ini mereka mencoba memeriksa diri sendiri secara impersonal, objektif, dan tanpa emosi. Tetapi, orang tidak dapat mengalami diri sendiri secara langsung. Mereka hanya dapat melakukannya secara tak langsung melalui penempatan diri mereka sendiri dari sudut pandang orang lain itu. Dari sudut pandang demikian orang memandang dirinya sendiri dapat menjadi individu khusus atau menjadi kelompok sosial sebagai satu kesatuan. Seperti dikatakan Mead, hanya dengan mengambil peran orang lainlah kita mampu kembali ke diri kita sendiri. 3. Masyarakat (Society) Pada tingkat paling umum, Mead menggunakan istilah masyarakat (society) yang berarti proses sosial tanpa henti yang mendahului pikiran dan diri. Masyarakat penting perannya dalam membentuk pikiran dan diri. Di tingkat lain, menurut Mead, masyarakat mencerminkan sekumpulan tanggapan terorganisir http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 yang diambil alih oleh individu dalam bentuk “aku” (me). Menurut pengertian individual ini masyarakat mempengaruhi mereka, memberi mereka kemampuan melalui kritik diri, untuk mengendalikan diri mereka sendiri. Sumbangan terpenting Mead tentang masyarakat, terletak dalam pemikirannya mengenai pikiran dan diri. Pada tingkat kemasyarakatan yang lebih khusus, Mead mempunyai sejumlah pemikiran tentang pranata sosial (social institutions). Secara luas, Mead mendefinisikan pranata sebagai “tanggapan bersama dalam komunitas” atau “kebiasaan hidup komunitas”. Secara lebih khusus, ia mengatakan bahwa, keseluruhan tindakan komunitas tertuju pada individu berdasarkan keadaan tertentu menurut cara yang sama, berdasarkan keadaan itu pula, terdapat respon yang sama dipihak komunitas. Proses ini disebut “pembentukan pranata”. Pendidikan adalah proses internalisasi kebiasaan bersama komunitas ke dalam diri aktor. Pendidikan adalah proses yang esensial karena menurut pandangan Mead, aktor tidak mempunyai diri dan belum menjadi anggota komunitas sesungguhnya sehingga mereka tidak mampu menanggapi diri mereka sendiri seperti yang dilakukan komunitas yang lebih luas. Untuk berbuat demikian, aktor harus menginternalisasikan sikap bersama komunitas. Namun, Mead dengan hati-hati mengemukakan bahwa pranata tak selalu menghancurkan individualitas atau melumpuhkan kreativitas. Mead mengakui adanya pranata sosial yang “menindas, stereotip, ultrakonservatif” yakni, yang dengan kekakuan, ketidaklenturan, dan ketidakprogesifannya menghancurkan atau melenyapkan individualitas. Menurut Mead, pranata sosial seharusnya hanya menetapkan apa yang sebaiknya dilakukan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 individu dalam pengertian yang sangat luas dan umum saja, dan seharusnya menyediakan ruang yang cukup bagi individualitas dan kreativitas. Di sini Mead menunjukkan konsep pranata sosial yang sangat modern, baik sebagai pemaksa individu maupun sebagai yang memungkinkan mereka untuk menjadi individu yang kreatif. Tujuh asumsi karya Herbert Blumer21: 1. Manusia bertindak terhadap orang lain berdasarkan makna yang diberikan orang lain pada mereka, 2. Makna diciptakan dalam interaksi antar manusia, 3. Makna dimodifikasi melalui sebuah proses interpretif, 4. Individu-individu mengembangkan konsep diri melalui interaksi dengan orang lain, 5. Konsep diri memberikan sebuah motif penting untuk berperilaku, 6. Orang dan kelompok-kelompok dipengaruhi oleh proses Budaya dan sosial, Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial 7. Struktur sosial dihasilkan melalui interaksi sosial. 2.9 Fungsi Simbol dan komunikasi Bagi Cooley dan Mead, diri muncul karena komunikasi. Tanpa bahasa, diri tidak akan berkembang. Manusia unik karena mereka memiliki kemampuan memanipulasi simbol-simbol berdasarkan kesadaran. Mead menekankan pentingnya komunikasi, khususnya melalui mekanisme isyarat 21 Herbert Blumer dalam West-Turnerhttp://eric-harramain.blogspot.com http://ericharramain.blogspot.com/ (1969) (2008: 99) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 vokal (bahasa), meskipun teorinya bersifat umum. Isyarat vokallah yang potensial menjadi seperangkat simbol membentuk bahasa. Simbol adalah suatu rangakaian yang mengandung makna dan nilai yang dipelajari bagi manusia, dan respon manusia terhadap simbol adalah dalam pengertian makna dan nilainya, alih-alih dalam pengertian stimulasi fisik dari alat-alat indranya. Suatu simbol disebut signifikan atau memiliki makna bila simbol itu membangkitkan pada individu yang menyampaikannya respons yang sama seperti yang juga muncul pada individu yang dituju. Menurut Mead, hanya apabila kita memiliki simbol-simbol yang bermakna, kita berkomunikasi dalam arti yang sesungguhnya. Ringkasnya, dalam pandangan Mead isyarat yang dikuasai manusia berfungsi bagi manusia itu untuk membuat penyesuaian yang mungkin diantara individuindividu yang terlihat dalam setiap tindakan sosial dengan merujuk pada objek atau objek-objek yang berkaitan dengan tindakan tersebut.22 2.10 Implikasi Interaksi Simbolik Implikasi dari teori interaksi simbolik dapat dijelaskan dari beberapa teori atau ilmu dan metodologi berikut ini, antara lain Teori sosiologikal modern (Modern Sociological Theory) menurut Francis Abraham 198223 dalam Soeprapto 2007, dimana teori ini menjabarkan interaksi simbolik sebagai perspektif yang bersifat sosial-psikologis. Teori sosiologikal modern menekankan pada struktur 22 Deddy Mulyana, 2010, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cetakan Ketujuh, Remaja Rosda Karya, Bandung, hlm 77 23 M. Francis Abraham (1982), Modern Sociological Theory (An Introduction). Dalam buku Oxford: Oxford University Press. (Chapter 8. Simbolic Interacsionism 2007). http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 sosial, bentuk konkret dari perilaku individu, bersifat dugaan, pembentukan sifatsifat batin, dan menekankan pada interaksi simbolik yang memfokuskan diri pada hakekat interaksi. Teori sosiologikal modern juga mengamati pola-pola yang dinamis dari suatu tindakan yang dilakukan oleh hubungan sosial, dan menjadikan interaksi itu sebagai unit utama analisis, serta meletakkan sikap-sikap dari individu yang diamati sebagai latar belakang analisis. Perspektif interaksional (Interactionist perspective) merupakan salah satu implikasi lain dari interaksi simbolik, dimana dalam mempelajari interaksi sosial yang ada perlu digunakan pendekatan tertentu, yang lebih kita kenal sebagai perspektif interaksional. Perspektif ini menekankan pada pendekatan untuk mempelajari lebih jauh dari interaksi sosial masyarakat, dan mengacu dari penggunaan simbol-simbol yang pada akhirnya akan dimaknai secara kesepakan bersama oleh masyarakat dalam interaksi sosial mereka. Konsep definisi situasi (the definition of the situation) merupakan implikasi dari konsep interaksi simbolik mengenai interaksi sosial. Konsep definisi situasi merupakan perbaikan dari pandangan yang mengatakan bahwa interaksi manusia merupakan pemberian tanggapan (response) terhadap rangsangan (stimulus) secara langsung. Konsep definisi situasi mengganggap bahwa setiap individu dalam memberikan suatu reaksi terhadap rangsangan dari luar, maka perilaku dari individu tersebut didahului dari suatu tahap pertimbangan-pertimbangan tertentu, dimana rangsangan dari luar tidak ”langsung ditelan mentah-mentah”, tetapi perlu dilakukan proses selektif atau proses penafsiran situasi yang pada akhirnya individu tersebut akan memberi makna terhadap rangsangan yang diterimanya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 Konstruksi sosial (Social construction) merupakan implikasi berikutnya dari interaksi simbolik yang merupakan buah karya Alfred Schutz, Peter Berger, dan Thomas Luckmann, dimana konstruksi sosial melihat individu yang melakukan proses komunikasi untuk menafsirkan peristiwa dan membagi penafsiranpenafsiran tersebut dengan orang lain, dan realitas dibangun secara sosial melalui komunikasi. Teori peran (Role Theory) merupakan implikasi selanjutnya dari interaksi simbolik menurut pandangan Mead. Dimana salah satu aktivitas paling penting yang dilakukan manusia setelah proses pemikiran (thought) adalah pengambilan peran (role taking). Teori peran menekankan pada kemampuan individu secara simbolik dalam menempatkan diri diantara individu lainnya ditengah interaksi sosial masyarakat. Teori diri (Self theory) dalam sudut pandang konsep diri, merupakan bentuk kepedulian dari Ron HarrÄ›, dimana diri dikonstruksikan oleh sebuah teori pribadi artinya, individu dalam belajar untuk memahami diri dengan menggunakan sebuah teori yang mendefinisikannya, sehingga pemikiran seseorang tentang diri sebagai person merupakan sebuah konsep yang diturunkan dari gagasan-gagasan tentang person hood yang diungkapkan melalui proses komunikasi. Teori dramatisme (Dramatism theory) merupakan implikasi yang terakhir yang akan dipaparkan oleh penulis, dimana teori dramatisme ini merupakan teori komunikasi yang dipengaruhi oleh interaksi simbolik. Teori ini memfokuskan pada diri dalam suatu peristiwa yang ada dengan menggunakan simbol komunikasi. Dramatisme memandang manusia sebagai tokoh yang sedang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 39 memainkan peran mereka, dan proses komunikasi atau penggunaan pesan dianggap sebagai perilaku yang pada akhirnya membentuk cerita tertentu. http://digilib.mercubuana.ac.id/