1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini, siapa yang tidak menggunakan LPG untuk memasak ? Di Indonesia,
masyarakat sudah berbodong-bondong berpindah ke LPG, dimana sebelumnya masih
banyak masyarakat menggunakan minyak tanah. Perpindahan ini dikarenakan adanya
program konversi minyak tanah ke LPG yang dicanangkan oleh pemerintah pada
tahun 2007. Namun pada awalnya program konversi ini tidak berjalan semulus yang
diharapkan pemerintah.Masih banyak saja hal yang menghambat. Salah satunya
adalah faktor masyarakat yang sudah terlalu lama menggunakan minyak tanah.Untuk
menjelaskannya, kita perlu melihat kondisi Indonesia di masa lalu. Achmad Faisal,
mantan Direktur
Pemasaran dan Niaga PT.Pertamina (Persero), dalam buku
“Selamat Tinggal Minyak Tanah, Selamat datang LPG” menjelaskan bahwa sejak
dahulu masyarakat Indonesia hampir seluruhnya menggunakan kayu bakar untuk
memasak. Terutama mereka yang tinggal di pedesaan dan sebagian di perkotaan.
Kemudian, pemerintah pada tahun 60-an mulai memperkenalkan minyak tanah pada
masyarakat. Ini merupakan akibat dari over supply dari kilang-kilang minyak milik
Pertamina. Pada awalnya mereka menolak memakai minyak tanah (mitan) karena
telah terbiasa menggunakan kayu bakar. Bahkan di Jakarta hingga tahun 70-an masih
banyak ditemukan rumah-rumah tangga yang memakai kayu bakar untuk masak
sehari-hari. Mitan kurang diminati. Hal ini membuaat Pertamina pun memaksa para
agen mitan untuk menjual ekstra keras pada masyarakat, agar bisa menghabiskan
jatah mitan yang mereka terima. Bila tidak, kuota mitan para agen tersebut akan
dipotong untuk bulan yang akan datang.
1
2
Lama kelamaan, masyarakat menyadari penggunaan mitan lebih praktis daripada
kayu bakar. Maka dimulailah era penggunaan mitan di Indonesia. Di kota besar dan
kecil hingga perkampungan. Seiring dengan makin banyaknya kilang BBM, produksi
mitan pun menjadi semakin banyak. Minyak tanah tidak lagi menjadi sesuatu yang
asing bagi rakyat Indonesia. Minyak tanah dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah
tangga seperti memasak dan penerangan atau sebagai bahan bakar utama industri
kecil dan nelayan. Minyak tanah juga dijadikan sebagai bahan baku pabrik obat pembasmi nyamuk, campuran cat, dan dipakai sebagai bahan pembersih di bengkelbengkel dan industri karena sifatnya yang mampu menghilangkan lemak.Ini berbeda
dengan tren di luar negeri. Minyak tanah bukanlah kebutuhan bahan bakar pokok
rumah tangga karena ia hanya digunakan untuk menggerakkan mesin pemanas di
musim dingin.
Melimpahnya ketersediaan minyak tanah di Indonesia pada masa lalu serta
kebutuhan masyarakat akan bahan bakar murah yang mendesak, menjadikan
pemerintah saat itu mau tidak mau memilih memasarkan produk sampingan kilang
itu secara massal. Ini dianggap cara termudah memenuhi kebutuhan masyarakat,
sekaligus jadi solusi termurah menyalurkan minyak tanah. Namun di saat bersamaan
mengubah pola pikir masyarakat pengguna minyak tanah yang sudah akut tidaklah
mudah.LPG masih dianggap bahan bakar mahal karena ia diposisikan sebagai bahan
bakar kalangan menengah atas. Selain itu komponen seperti kompor gas dan tabung
ukuran 12 kg misalnya, masih dianggap merepotkan dan tidak ekonomis. Masalah
lainnya faktor 'ketakutan' terhadap penggunaan gas yang menghantui masyarakat
awam yang jumlahnya tidaklah sedikit. Padahal dengan pertimbangan keamanan,
Pertamina memasarkan LPG dengan memberikan pembau dari senyawa sulfur.
3
Tujuannya, agar keberadaan atau kebocoran LPG gampang dideteksi. Faktor-faktor
itulah yang menjadikan konsumsi LPG di Indonesia rendah. Sebagai contoh, di tahun
2004 penggunaan LPG tak lebih dari 0,5 % dari jumlah penduduk. Itu sama artinya
hanya 1,1 juta ton per tahun saja.Angka ini berbanding jauh dengan 3 juta ton
produksi LPG yang ada di Indonesia, yang berarti masih tersisa 1,9 juta ton LPG
yang belum termanfaatkan.
Kemudian beralih kembali ke tahun 2007, dengan dukungan Wakil Presiden Jusuf
Kalla, pemerintah bekerjasama dengan Pertamina membuat program konversi
minyak tanah ke LPG, yang dimulai di pulau Jawa dan Bali, dan akan dilanjutkan ke
Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Alasan menggunakan jenis tabung 3 kg
pun merujuk kepada konsumsi minyak tanah masyarakat, dimana masyarakat
biasanya membeli minyak tanah sebanyak 5 liter.Bila diubah menjadi perbandingan
angka, maka 1 liter mitan setara dengan 0,57 kg gas LPG. Bila dihitung dengan
cermat, ini berarti 5 liter mitan setara dengan 3 kg LPG. Proses program konversi ini
sendiri sampai dengan akhir Desember 2012 akumulasi distribusi paket perdana telah
mencapai 53,9 juta paket dan telah melebihi dari rencana awal sebesar 52,9 juta
paket (jumlah rencana sesuai dengan hasilrapat dengan Wakil Presiden RI tanggal 3
Nopember 2009). Dengan cakupan wilayah 316 kabupaten/kota di 23 propinsi di
Indonesia.
4
Gambar 1.1 Grafik perkembangan distribusi paket perdana 2007-2012
Namun program konversi ini tidak berjalan semulus sesuai harapan pemerintah
dan Pertamina.Hal ini dikarenakan maraknya kasuk meledaknya gas-gas LPG 3 kg di
Indonesia pada kisaran tahun 2008 sampai tahun 2011, dimana pada tahun 2008
terjadi 60 kasus, kemudian turun menjadi 52 kasus pada 2009. Tapi kemudian
jumlahnya meningkat tajam hingga pertengahan 2010, mencapai 245 kasus. Kasuskasus ledakan gas ini sangat menggegerkan masyarakat, hingga membuat reputasi
Pertamina menjadi sangat menurun. Dari data yang ada, didapatkan hasil bahwa
kasus ledakan tersebut banyak terjadi karena faktor human error. Akibat kasus
tersebut, Pertamina bahkan sampai dituduh menjual bom kepada masyarakat.
Dampaknya, Pertamina mengalami krisis yang berat di dalam perusahaan. Sebagai
perusahaan yang sudah berdiri selama 55 tahun, tentunya sangat penting bagi
PT.Pertamina (Persero) untuk membangun dan menjaga reputasinya kepada semua
kalangan yang terkait, baik kepada kalangan internal perusahaan, maupun kepada
kalangan eksternal.Dalam mengatasi krisis, hal ini bisa dilakukan oleh Media
Relation melalui manajemen reputasi yang baik. Berkat manajemen reputasi yang
dilakukan oleh Media Relations Pertamina, jumlah kasus yang terjadi merosot tajam
hanya menjadi 15 kasus yang terjadi sepanjang tahun 2011.
5
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis berniat untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Peran Media Relations dalam Mengatasi Krisis Ledakan Tabung
Gas (Studi Kasus:Ledakan Tabung Gas 3 KG LPG PT.Pertamina (Persero) ) “
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas adalah:
1. Upaya apa yang diambil oleh Media Relations dalam mengatasi krisis yang
disebabkan oleh kasus ledakan LPG 3 kg yang terjadi di masyarakat ?
2. Kendala apa yang dihadapi Media Relations dalam mengatasi krisis yang
disebabkan oleh kasus ledakan LPG 3 kg yang terjadi di masyarakat ?
1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Untuk membatasi penelitian, kegiatan penelitian akan dilaksanakan pada
PT.Pertamina (Persero) pada 1 Maret 2013 hingga 31 Mei 2012 dengan ruang
lingkup membahas peran Media Relations dalam mengatasi krisis yang disebabkan
oleh kasus ledakan LPG 3 kg yang terjadi di masyarakat.
1.4 Tujuan Penelitian.
Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis pada penelitian dan penulisan skripsi ini
adalah:
1. Untuk mengetahui dan memahami peran Media Relations dalam mengatasi
krisis yang disebabkan oleh kasus ledakan LPG 3 kg yang terjadi di
masyarakat.
6
2. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dialami Media Relations dalam
mengatasi krisis yang disebabkan oleh kasus ledakan LPG 3 kg yang terjadi
di masyarakat.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari dilakukannya penelitian diantaranya adalah:
1.5.1 Manfaat Akademis
1.Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi di
kemudian hari dan juga dapat digunakan sebagai bahan penelitian lebih lanjut.
1.5.2 Manfaat Praktis
1.Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memperluas dan menambah
pengetahuan penulis, terutama dalam bidang yang berkaitan dengan bidang Public
Relations.
2.Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi PT.Pertamina (Persero)
dalam membangun strategi Public Relation secara umum, serta membangun strategi
Media Relations secara khusus kedepannya nanti.
1.6 Metodologi
Data penelitian kualitatif ini akan diperoleh dengan melakukan observasi dan
studi laporan berupa kerja praktek dengan menggunakan in-depth interview sebagai
data primer.Wawancara akan dilakukan dengan Manager Media Relations, yaitu Ibu
Wianda Pusponegoro.Wawancara juga dilakukan kepada masyarakat pengguna LPG
7
3 kg dan juga pengguna LPG 3 kg yang memiliki masalah kebocoran gas dan
menghubungi Pertamina.
Sedangkan untuk Data sekunder penulis akan menggunakan kepustakaan dengan
memanfaatkan data internal perusahaan dan juga buku-buku sumber referensi
sebagai acuan dan pedoman dalam membantu penulis melakukan penelitian
1.7 Sistematika Penulisan
BAB I :Pendahuluan
Bab satu merupakan pendahuluan, yang akan membahas mengenai latar belakang,
rumusan masalah, ruang lingkup, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi
dan sistematika penulisan yang dapat memberikan gambaran umum mengenai babbab berikutnya.
BAB II :Landasan Teori
Bab dua akan membahas mengenai dasar-dasar pemikiran serta teori-teori yang
berkaitan dengan topic penelitian yang dapat digunakan untuk menunjang maupun
memperkuat penulisan skripsi ini.
BAB III :Metode Penelitian
Bab tiga akan membahas secara lengkap metode penelitian yang digunakan oleh
penulis dalam melaksanakan penelitian, diantaranya metodologi penelitian yang
digunakan, sumber penelitian, metode pengumpulan data, dan metode analisa data
yang digunakan.
8
BAB IV :Hasil Penelitian
Dalam bab empat akan dibahas secara detail subjek penelitian penulis, yaitu
PT.Pertamina (Persero), dimana akan dijelaskan secara lengkap sejarah dan struktur
organisasi.Selain itu penulis juga akan memaparkan hasil interpretasi yang didapat
dari observasi dan wawancara yang sudah diperoleh oleh penulis, dimana hasil
pembahasan dari bab ini akan digunakan oleh penulis sebagai pertimbangan untuk
memberikan kesimpulan dan saran pada bab selanjutnya.
BAB V :Simpulan dan Saran
Bab lima ini merupakan bab penutup yang akan memuat kesimpulan beserta saran
yang diberikan oleh penulis setelah melakukan analisis dan pembahasan yang
dibahas pada bab-bab sebelumnya, dengan harapan saran yang diberikan dapat
memberi manfaat lebih kepada perusahaan
Download