BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Corporate Social Responsibility (CSR) Di Indonesia, istilah Corporate Sosial Responsibility (CSR) populer digunakan sejak tahun 1990-an. Beberapa perusahaan sebenarnya telah lama melakukan CSA (Corporate Social Activity) atau aktivitas sosial perusahaan. Walaupun tidak menamainya sebagai CSR, secara faktual aksinya, mendekati konsep CSR yang mempresentasikan bentuk ”Peran serta” dan “kepedulian” perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan (Wibisono, 2007:6). Pengertian CSR dikemukakan oleh Magnan & Farrel (2004) dalam Susanto (2007:21) mendefinisikan CSR sebagai ”A business acts in socially responsible manner when its decision and account for and balance diverse stake holder interest”. Definisi tersebut menekankan kepada perlunya memberikan perhatian secara seimbang terhadap kepentingan berbagai stakeholders yang beragam dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil oleh para pelaku bisnis melalui perilaku yang sosial bertanggung jawab. Kotler and Lee (2005) mengemukakan CSR adalah sebuah tanggung jawab untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas melalui tindakan bebas untuk menentukan praktek bisnis dan kontribusi sumber daya perusahaan. Maksud dari bebas menentukan praktek bisnis bukan berarti melanggar hukum atau tidak bermoral melainkan tindakan sukarela dari sebuah perusahaan untuk berkontribusi secara sosial terhadap komunitasnya. Istilah “komunitas” termasuk kondisi manusia dan lingkungan sekitarnya. Pengertian lain dikemukakan oleh The World Business Council Sustainable Development (WBCSD), lembaga internasional yang berdiri tahun 1995 itu dalam publikasinya Making Good Business Sense mendefinisikan CSR sebagai: “Continuing commitment by business to behave ethically andcontribute to economic development while improving the quality of life 10 of the workforce and their families as well as of the local community and society at large”. Dalam bahasa bebas maksudnya adalah komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas local dan masyarakat secara lebih luas. CSR memiliki tahapan yang sistematis dan kompleks. Ini seperti dijabarkan Ambadar (2008:39), langkah-langkah yang harus ditempuh yakni: 1. Melihat dan menilai kebutuhan masyarakat sekitar. Caranya dengan mengidentifikasi masalah atau problem yang terjadi di mayarakat dan lingkungannya setelah itu dicarikan solusinya yang terbaik sesuaikebutuhan masyarakat. 2. Membuat rencana aksi, lengkap dengan semua anggaran, jadwal waktu, indikator untuk mengevaluasi dan sumber daya manusia yang dapat ditunjuk untuk melakukannya. 3. Monitoring, yang dapat dilakukan melalui survey maupun kunjungan langsung. Evaluasi dapat dilakukan agar menjadi panduan untuk strategi atau pengembangan program selanjutnya. Dengan melihat dan menempuh langkah-langkah tersebut, maka diharapkan sebuah perusahaan mampu memberikan manfaat yang sebesarbesarnya kepada masyarakat, dan karena itu perusahaan dalam hal ini Public Relation perlu melakukan berbagai kegiatan yang menyentuh kebutuhan masyarakat. Dalam penelitian ini CSR merupakan salah satu bentuk tanggung jawab Public Relation Lorin Solo Hotel terhadap masyarakat. melalui kegiatan CSR Public Relation juga dapat mengkomunikasikan visi dan misi perusahaan. Apabila hubungan masyarakat dengan perusahaan terjalin dengan baik,maka eksistensi dan citra yang baik dari perusahaan dapat dipertahankan. 11 2.1.2 Prinsip-Prinsip Corporate Social Responsibility Sebagai acuan dalam melaksanakan program CSR beberapa tokoh mengajukan prinsip-prinsip dasar. Warhurst dalam Wibisono (2007:39) mengajukan prinsip-prinsip CSR sebagai berikut: a. Prioritas Korporat. Mengakui tanggung jawab sosial sebagai prioritas tertinggi korporat dan penentu utama pembangunan berkelanjutan. Dengan begitu korporat bisa membuat kebijakan, program, dan praktek dalam menjalankan operasi bisnisnya dengan cara yang bertanggung jawab secara sosial. b. Manajemen Terpadu. Mengintegrasikan kebijakan, program dan praktek dalam setiap kegiatan bisnis sebagai satu unsur. c. Proses Perbaikan. Secara berkesinambungan memperbaiki kebijakan, dan kinerja sosial korporat, berdasar temuan riset mutakhir dan memahami kebutuhan sosial serta menerapkan kriteria sosial tersebut internasional. d. Pendidikan karyawan. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta motivasi karyawan. e. Pengkajian. Melakukan kajian dampak sosial sebelum memulai kegiatan atau proyek baru dan sebelum menutup suatu fasilitas atau meninggalkan lokasi pabrik. f. Produk dan Jasa. Mengembangkan produk dan jasa yang tak berdampak negatif secara sosial. g. Informasi Publik. Memberikan informasi dan (bila diperlukan) mendidik pelanggan, distributor, dan publik tentang penggunaan yang aman dan transportasi, penyimpanan dan pembuangan produk, dan begitu pula dengan jasa. h. Fasilitas dan operasi. Mengembangkan, merancang, mengoperasikan fasilitas serta menjalankan kegiatan yang mempertimbangkan temuan kajian dampak sosial. 12 i. Penelitian. Melakukan atau mendukung penelitian dampak sosial bahan baku, produk, proses, emisi dan limbah yang terkait dengan kegiatan dan penelitian yang menjadi sasaran untuk mengurangi dampak negatif. j. Prinsip pencegahan. Memodifikasi manufaktur, pemasaran atau penggunaan produk, atau jasa, sejalan dengan penelitian mutakhir untuk mencegah dampak sosial yang bersifat negatif. k. Siaga menghadapi darurat. Menyusun dan merumuskan rencana menghadapi keadaan darurat, dan bila terjadi keadaan bahaya, bekerjasama dengan layanan gawat darurat, instansi berwenang, dan komunitas lokal. l. Transfer Best Practise. Berkontribusi pada pengembangan dan transfer praktek bisnis yang bertanggung jawab secara sosial pada semua industri dan sektor publik. m. Memberi Sumbangan. Sumbangan untuk usaha bersama, pengembangan kebijakan publik dan bisnis, lembaga pemerintah dan lintas departemen pemerintah serta lembaga pendidikan yang akan meningkatkan kesadaran tentang tanggung jawab sosial. n. Keterbukaan. Menumbuhkembangkan keterbukaan dan dialog dengan pekerja da publik, megantisipasidan memberi respons terhadap Potencial hazard, dan dampak operasi, produk limbah atau jasa. o. Pencapaian Dan Pelaporan. Mengevaluasi kinerja sosial, melaksanakan audit sosial secara berkala dan mengkaji pencapaian berdasarkan kriteria korporat dan peraturan perundang-undangan dan menyampaikan informasi tersebut kepada dewan direksi, pemegang saham, pekerja, dan publik. 13 2.1.3 Bentuk Kegiatan Dan Penerapan Kegiatan CSR Konsep Piramida CSR Tanggung Jawab Filantropis Tanggung Jawab Etis Tanggung Jawab Legal Tangung jawab Ekonomi Gambar.1 Piramida Corporate Social Responsibility ( carroll: 2003 ) (carroll : 2003) mengemukakan konsep piramida CSR yang menjelaskan mengenai tingkatan tanggung jawab perusahaan dalam aktivitasnya. Piramida CSR tersebut antara lain : 1.Tanggung jawab ekonomis : perusahaan perlu menghasilkan laba sebagai fondasi untuk dapat berkembang dan mempertahankan eksistensinya. 2.Tanggung Jawab legal : hukum adalah aturan mengenai yang benar dan salah dalam masyarakat. dalam tujuannya mencari laba, sebuah perusahaan juga harus bertanggung jawab secara hukum dengan mentaati hukum yang berlaku. 3.Tanggung Jawab etis : secara etis perusahaan juga harus bertanggung jawab untuk mempraktekan hal-hal yang baik dan sesuai dengan nilai-nilai, etika, dan norma-norma kemasyarakatan. Perusahaan juga harus menjauhi berbagai tindakan yang merugikan masyarakat. 4.Tanggung Jawab filantropis : perusahaan dituntut untuk memberi kontribusi sumber daya kepada masyarakat. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat sejalan dengan operasi bisnisnya. 14 Dalam literatur (Drumright dalam Sen, 2001) ada empat kegiatan pokok yang bisa dikategorikan termasuk dalam Corporate social Responsibility : a. Corporate Philanthropy, merupakan kegiatan perusahaan yang berupa sumbangan-sumbangan dan kegiatan sosial yang tidak dimasukkan kedalam rumusan strategi perusahaan. b. Cause Related Marketing, misalnya perusahaan sebagian dari hasil penjualan produknya disumbangkan pada yayasan atau lembaga tertentu. c. Minority support programs, perusahaan memberikan perhatian kepada kelompok-kelompok masyarakat yang kurang mendapat perhatian, misalnya masyarakat miskin, kelompok ras tertentu, penyandang cacat dan sebagainya. d. Socially responsible employment, perusahaan memberikan kesempatan bagi karyawan untuk melakukan tugas-tugas kemasyarakatan selama dia bekerja diperusahaan tersebut. Karyawan tidak dianggap sebagai aset perusahaan tetapi sebagai aset bagian dari masyarakat yang memiliki tanggung jawab terhadap lingkungannya. 2.1.4 Manfaat pelaksanaan Program CSR Dalam menjalankan tanggung jawab sosial, perusahaan memiliki fokus terhadap tiga hal yaitu profit, lingkungan dan masyarakat. Dengan lebih banyak memberikan perhatian terhadap lingkungan sekitar, perusahaan dapat ikut berpartisipasi dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Yusuf Wibisono (2007:78) mengungkapkan bahwa sulit untuk menjamin perusahaan yang telah mengimplementasikan CSR dengan baik akan mendapat benefitnya, namun benefit dan drivers lebih representative, beberapa diantaranya dapat diidentifikasi sebagai berikut : a. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi dan Brand Image perusahaan. b. Layak mendapatkan Social licence to operate. 15 c. Mereduksi resiko bisnis perusahaan. d. Melebarkan akses sumber daya. e. Membentangkan akses menuju Market. f. Mereduksi biaya. g. Memperbaiki hubungan dengan Stakeholders. h. Memperbaiki hubungan dengan regulator. i. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan. j. Peluang mendapatkan penghargaan. 2.2 Teori Evaluasi a.Pengertian Evaluasi Menurut Suharsimi Arikunto (2004 : 1) evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan. Menurut Worthen dan Sanders (1979 : 1) evaluasi adalah mencari sesuatu yang berharga (worth). Sesuatu yang berharga tersebut dapat berupa informasi tentang suatu program, produksi serta alternatif prosedur tertentu. Karenanya evaluasi bukan merupakan hal baru dalam kehidupan manusia sebab hal tersebut senantiasa mengiringi kehidupan seseorang. Seorang manusia yang telah mengerjakan suatu hal, pasti akan menilai apakah yang dilakukannya tersebut telah sesuai dengan keinginannya semula. Menurut stufflebeam dalam worthen dan sanders (1979 : 129) evaluasi adalah : process of delineating, obtaining and providing useful information for judging decision alternatives. Dalam evaluasi ada beberapa unsur yang terdapat dalam evaluasi yaitu : adanya sebuah proses 16 (process) perolehan (obtaining), penggambaran (delineating), penyediaan (providing) informasi yang berguna (useful information) dan alternatif keputusan (decision alternatives). Dari pengertian-pengertian tentang evaluasi yang telah dikemukakan beberapa orang diatas, kita dapat menarik benang merah tentang evaluasi yakni evaluasi merupakan sebuah proses yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program. Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh program tersebut. Karenanya, dalam keberhasilan ada dua konsep yang terdapat didalamnya yaitu efektifitas dan efisiensi. Efektifitas merupakan perbandingan antara output dan inputnya sedangkan efisiensi adalah taraf pendayagunaan input untuk menghasilkan output lewat suatu proses (Sudharsono 1994 : 2) Dalam evaluasi terdapat perbedaan yang mendasar dengan penelitian meskipun secara prinsip, antara kedua kegiatan ini memiliki metode yang sama. Perbedaan tersebut terletak pada tujuan pelaksanaannya. Jika penelitian bertujuan untuk membuktikan sesuatu (prove) maka evaluasi bertujuan untuk mengembangkan (improve). Terkadang, penelitian dan evaluasi juga digabung menjadi satu frase, penelitian evaluasi. Sebagaimana disampaikan oleh Sudharsono (1994 : 3) penelitian evaluasi mengandung makna pengumpulan informasi tentang hasil yang telah dicapai oleh sebuah program yang dilaksanakan secara sistematik dengan menggunakan metodologi ilmiah sehingga darinya dapat dihasilkan data yang akurat dan obyektif. b.Tujuan evaluasi program Setiap kegiatan yang dilaksanakan mempunyai tujuan tertentu. demikian juga dengan evaluasi. Menurut Suharsimi Arikunto (2004 : 13) ada dua tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan 17 umum diarahkan kepada program secara keseluruhan sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-masing komponen. Implementasi program harus senantiasa di evaluasi untuk melihat sejauh mana program tersebut telah berhasil mencapai maksud pelaksanaan program yang telah ditetapkan sebelumnya. Tanpa adanya evaluasi, program-program yang berjalan tidak akan dapat dilihat efektifitasnya. Dengan demikian, kebijakan-kebijakan baru sehubungan dengan program itu tidak akan didukung oleh data. Karenanya, evaluasi program bertujuan untuk menyediakan data dan informasi serta rekomendasi bagi pengambil kebijakan (decision maker) untuk memutuskan apakah akan melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan sebuah program. C..Hakekat Evaluasi Program Menurut John L Herman dalam Tayibnapis (1989 : 6) program adalah segala sesuatu yang anda lakukan dengan harapan akan mendatangkan hasil atau manfaat. Dari pengertian ini dapat ditarik benang merah bahwa semua perbuatan manusia yang darinya diharapkan akan memperoleh hasil dan manfaat dapat disebut program. Menurut Suharsimi Arikunto (2004 : 2) program dapat dipahami dalam dua pengertian yaitu secara umum dan khusus. Secara umum, program dapat diartikan dengan rencana atau rancangan kegiatan yang akan dilakukan oleh seseorang di kemudian hari. Sedangkan pengertian khusus dari program biasanya jika dikaitkan dengan evaluasi yang bermakna suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan ralisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses berkesinambungan dan terjadi dalam satu organisasi yang melibatkan sekelompokorang. Menilik pengertian secara khusus ini, maka sebuah program adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan secara 18 waktu pelaksanaannya biasanya panjang. Selain itu, sebuah program juga tidak hanya terdiri dari satu kegiatan melainkan rangkaian kegiatan yang membentuk satu sistem yang saling terkait satu dengan lainnya dengan melibatkan lebih dari satu orang untuk melaksanakannya. Menurut Isaac dan Michael (1984 : 6) sebuah program harus diakhiri dengan evaluasi. Hal ini dikarenakan kita akan melihat apakah program tersebut berhasil menjalankan fungsi sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut mereka, ada tiga tahap rangkaian evaluasi program yaitu : (1) menyatakan pertanyaan serta menspesifikasikan informasi yang hendak diperoleh, (2) mencari data yang relevan dengan penelitian dan (3) menyediakan informasi yang dibutuhkan pihak pengambil keputusan untuk melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan program tersebut. Berdasarkan pengertian diatas, maka evaluasi program sebagaimana dimaknai oleh Kirkpatrick dapat dimaknai sebagai sebuah proses untuk mengetahui apakah sebuah program dapat direalisasikan atau tidak dengan cara mengetahui efektifitas masing-masing komponennya melalui rangkain informasi yang diperoleh evaluator (Kirkpatrick 1996 : 3). Tetapi, pengambil keputusan itu sendiri bukanlah evaluator melainkan pihak lain yang lebih berwenang. Evaluator hanya menyediakan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh pengambil kebijakan (decision maker) 2.3 Model Evaluasi CIPP Menurut Stufflebeam, (1993 : 118) dalam Eko Putro Widoyoko mengungkapkan bahwa, “ the CIPP approach is based on the view that the most important purpose of evaluation is not to prove but improve.” Konsep tersebut ditawarkan oleh Stufflebeam dengan pandangan bahwa tujuan penting evaluasi adalah bukan membuktikan, tetapi untuk memperbaiki. 19 Berikut ini akan di bahas komponen atau dimensi model CIPP yang meliputi, context, input, process, product. 1. Context Evaluation (Evaluasi Konteks) Stufflebeam (1983 : 128) dalam Hamid Hasan menyebutkan, tujuan evaluasi konteks yang utama adalah untuk mengetahui kekutan dan kelemahan yang dimilki evaluan. Dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan ini, evaluator akan dapat memberikan arah perbaikan yang diperlukan. Suharsimi Arikunto dan Cepi Safrudin menjelaskan bahwa, evaluasi konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampel yang dilayani, dan tujuan proyek. 2. Input Evaluation (Evaluasi Masukan) Tahap kedua dari model CIPP adalah evaluasi input, atau evaluasi masukan. Menurut Eko Putro Widoyoko, evaluasi masukan membantu mengatur keputusan, menentukan sumber-sumber yang ada, alternative apa yang diambil, apa rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, dan bagaimana prosedur kerja untuk mencapainya. Komponen evaluasi masukan meliputi : 1) Sumber daya manusia, 2) Sarana dan peralatan pendukung, 3) Dana atau anggaran, dan 4) Berbagai prosedur dan aturan yang diperlukan. Menurut Stufflebeam sebagaimana yang dikutip Suharsimi Arikunto, mengungkapkan bahwa pertanyaan yang berkenaan dengan masukan mengarah pada pemecahan masalah yang mendorong diselenggarakannya program yang bersangkutan. 3. Process Evaluation (Evaluasi Proses) 20 Worthen & Sanders (1981 : 137) dalam Eko Putro Widoyoko menjelaskan bahwa, evaluasi proses menekankan pada tiga tujuan : “ 1) do detect or predict in procedural design or its implementation during implementation stage, 2) to provide information for programmed decision, and 3) to maintain a record of the procedure as it occurs “. Evaluasi proses digunakan untuk menditeksi atau memprediksi rancangan prosedur atau rancangan implementasi selama tahap implementasi, menyediakan informasi untuk keputusan program dan sebagai rekaman atau arsip prosedur yang telah terjadi. Evaluasi proses meliputi koleksi data penilaian yang telah ditentukan dan diterapkan dalam praktik pelaksanaan program. Pada dasarnya evaluasi proses untuk mengetahui sampai sejauh mana rencana telah diterapkan dan komponen apa yang perlu diperbaiki. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, evaluasi proses dalam model CIPP menunjuk pada “apa” (what) kegiatan yang dilakukan dalam program, “siapa” (who) orang yang ditunjuk sebagai penanggung jawab program, “kapan” (when) kegiatan akan selesai. Dalam model CIPP, evaluasi proses diarahkan pada seberapa jauh kegiatan yang dilaksanakan didalam program sudah terlaksana sesuai dengan rencana. 4. Product Evaluation (Evaluasi Produk/Hasil) Sax (1980 : 598) dalam Eko Putro Widoyoko memberikan pengertian evaluasi produk/hasil adalah “ to allow to project director (or techer) to make decision of program “. Dari evaluasi proses diharapkan dapat membantu pimpinan proyek atau guru untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan kelanjutan, akhir, maupun modifikasi program. Sementara menurut Farida Yusuf Tayibnapis (2000 : 14) dalam Eko Putro Widoyoko menerangkan, evaluasi produk untuk membantu membuat keputusan selanjutnya, baik mengenai hasil yang telah dicapai maupun apa yang dilakukan setelah program itu berjalan. 21 Dari pendapat diatas maka dapat ditarik kesimpuan bahwa, evaluasi produk merupakan penilaian yang dilakukan guna untuk melihat ketercapaian/ keberhasilan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Pada tahap evaluasi inilah seorang evaluator dapat menentukan atau memberikan rekomendasi kepada evaluan apakah suatu program dapat dilanjutkan, dikembangkan/modifikasi, atau bahkan dihentikan. 2.4 Penelitian Terdahulu 1. Novi kartikasari (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi) Universitas Kristen Satya Wacana Tahun 2012 dengan judul penelitian “Audit komunikasi program Corporate Social Responsibility” (Studi peran Public Relations pada PT coca cola amatil Indonesia). Rumusan masalah dalam penelitian ini : “Bagaimana penerapan program Corporate Social Responsibility PT. Coca Cola Amatil Indonesia dalam membangun Community Relations?” Dalam penelitian ini di temukan bahwa penerapan program CSR yang dilakukan PT. Coca Cola Amatil Indonesia dalam memberdayakan masyarakat masih sebatas pada tahap pelaksanaan program saja dan pada tingkat patisipasi. Masyarakat hanya dapat memberikan sarannya saja namun kewenangan memberikan keputusan masih dimiliki perusahaan sepenuhnya. 2. Hanna Carissa (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi) Tahun 2013, Universitas Kristen Satya Wacana, dengan judul penelitian ”Evaluasi Program Komunikasi Pemasaran Terpadu Laras Asri Resort & Spa Periode 2010-2012. Permasalahan penelitian ini adalah Bagaimanakah gambaran evaluasi program komunikasi pemasaran terpadu Laras Asri Resort & Spa periode 2010-2012, dengan menggunakan metode evaluasi CIPP dalam menemukan faktor penyebab perbedaan jumlah konsumen pada Number of guest dan 22 Total guest in outlet? Hasil penelitian ini menyatakan bahwa program komunikasi pemasaran terpadu yang dilaksanakan periode 2010-2012 tidak sesuai dengan tujuan dari Laras Asri Resort & Spa, yakni menjadi hotel mewah yang terkemuka dan paling nyaman di jawa tengah dengan perwujudan produk inti berupa kamar atau hunian. Maka dari itu diperlukan peracangan ulang program komunikasi pemasaran terpadu untuk dapat mewujudkan tujuan dari hotel tersebut. 3. Vica Natalia (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi) universitas Kristen Satya Wacana, Tahun 2013 dengan judul penelitian “Pengaruh Strategi Komunikasi Public Relation dengan pembentukan Citra Hotel Lorin Business Resort & Spa Solo . Rumusan masalah dari penelitian ini Seberapa besar hubungan antara strategi komunikasi Public Relations dengan pembetukan citra Lor In Business Hotels Resorts & Spa Solo? Dan Seberapa besar pengaruh strategi komunikasi Public Relations terhadap pembentukan citra Lor In Business Hotels Resorts & Spa Solo. Hasil penelitian ini menyatakan Secara keseluruhan strategi komunikasi public relations Hotel Lor In Solo bertujuan untuk menciptakan citra baik perusahaan sehingga menghasilkan kesetiaan publik terhadap produk/jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Implikasi dari hasil penelitian ini, bahwa strategi komunikasi public relations yang dilakukan melalui publikasi, events, berita, kegiatan sosial, dan media identitas memberikan kontribusi yang cukup baik terhadap pembentukan citra positif Hotel Lor In Solo. 4. Ester Krisnawati, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tahun 2011 dengan judul penelitian Evaluasi Program Komunikasi Pemasaran Pariwisata di Kabupaten Pati JAWA TENGAH. Evaluasi program ini menggunakan metode CIPP. Permasalahan penelitian : Seberapa efektif pelaksanaan program komunikasi pemasaran pariwisata daerah yang dilakukan oleh Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Pati tahun 2008 – 2010 23 Hasil dari penelitian ini pelaksanaan program komunikasi pemasaran pariwisata di Kabupaten Pati tidak efektif, hal ini dikarenakan kurang adanya perencanaan yang matang dalam menyusun program komunikasi pemasaran pariwisata. Ketidakefektifan tersebut juga dapat disebabkan oleh program komunikasi pemasaran yang dirancang tidak menggunakan pedoman dan analisa terlebih dahulu. Tujuan dari masing-masing program menjadi tidak fokus pada pemasaran pariwisata, tidak dapat tercapai dan sebagian tujuannya tidak realistis dan bukan merupakan tujuan dari komunikasi pemasaran. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengevaluasi program bantuan bagi penderita Hydrceophalus yang dilakukan oleh Public Relation, Lorin Solo Hotel. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini peneliti melihat gambaran program CSR yang dilakukan oleh Public Relation, Lorin Solo Hotel, sehingga dapat diketahui faktor-faktor penentu keberhasilan program. 24 2.5 Kerangka Pikir Gambar.3 Lorin Solo Hotel Program-Program Corporate Social Responsibility (Dilihat dari peran serta kepedulian perusahaan terhadap khalayak sasaran) Program CSR“Bantuan bagi penderita Hydrochepaulus” Evaluasi program menggunakan CIPP : -Context -Input -Process -Product Keterangan : Lorin Solo Hotel merupakan salah satu Hotel Bintang Lima Di kota Solo dengan alamat Jl. Adi Sucipto No.47 Kra-Solo. Hotel berbintang erat kaitannya dengan kesan mewah dan komrsil, serta memiliki segmentasi kalangan menegah ke atas dalam mempertahankan eksistensinya perusahaan di tuntut untuk tidak berorientasi pada profit semata namun citra juga merupakan elemen penting dalam mempertahankan eksistensinya. Dalam kaitannya dengan citra perusahaan, Public Relation Lorin Solo Hotel membuat program-program untuk mendapat citra positif dari masyarakat dan menjalin hubungan baik antara perusahaan dengan media maupun dengan kalangan diluar perusahaan. Program-program CSR ini disusun sedemikian rupa, 25 agar program yang dilakukan tidak hanya menguntungan pihak perusahaan saja, namun juga menguntungkan bagi pihak eksternal. Dengan bekerjasama dengan media Televisi di Solo, Lorin Solo Hotel menggelar program CSR rutin setiap dua minggu sekali. Selama kurun waktu satu tahun Lorin Solo Hotel telah menyelenggarakan 18 Program CSR, salah satu program yang paling menonjol dan mendapat respon positif dari khalayak adalah program “Bantuan bagi penderita Hydrocephalus” melalui program ini respon dari masyarakat sangat besar sehingga memberikan keuntungan bagi perusahaan maupun khalayak sasaran. Untuk mengevaluasi program CSR peneliti menggunakan metode analisis data model evaluasi CIPP dengan 4 tahapan : Context evaluation : evaluasi terhadap konteks Input evaluation : evaluasi terhadap masukan Process evaluation : evaluasi terhadap proses Product evaluation : evaluasi terhadap hasil Evaluasi yang pertama dilakukan berdasarkan contextnya. Evaluasi contaxt memberikan informasi tentang kekuatan dan kelemahan dari keseluruhan program untuk membantu dalam perencanaan perbaikan dan evalausi ini berorientasi pada tujuan setiap program. Jadi pada evaluasi contaxt ini evaluasi dilakukan pada tujuan program dan situasi lingkungan baik internal maupun eksternal. Evaluasi yang kedua dilakukan berdasarkan input. Evaluasi input menyediakan informasi tentang kekuatan dan kelemahan dari strategi alternatif untuk mencapai tujuan program dengan penggunaan sumber daya secara efektif. Evaluasi input meliputi evaluasi terhadap sumber daya manusia, sumberdaya alam, anggaran, fasilitas dan waktu. Evaluasi yang ke tiga adalah evaluasi terhadap process. Evaluasi process ini berguna untuk meneliti efektivitas dari desain program dari perspektif operasional atau procedural. Dalam evaluasi process ini hal-hal yang perlu diperhatikan adalah strategi, taktik, implementasi dan control program. Setelah 26 mengevaluasi proses perencanaan dan pelaksanaan program maka selanjutnya adalah melakukan evaluasi terhadap produk yang dihasilkan. Pada evaluasi Product ini melihat hasil produk tersebut, apakah tujuan dari program yang dilaksanakan dapat tercapai dan terlaksana secara efektif atau tidak. Dari hasil evaluasi tersebut akan terlihat faktor apa saja yang menjadi kekuatan maupun kekuatan program. 27