Khutbah Jum'at menjaga mulut DRS WARIS SUMARWOTO Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SwT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga kita dapat melaksanakan ibadah shalat Jum’at. menunjukkan mengenai kualitas seorang manusia yang salah satunya diukur dari kualitas kemampuan berbicara dan tidak ada yang lebih baik dari seorang yang mempunyai kemampuan bicara yang baik. Yaitu dengan cara menjaga mulutnya. Para insan sejati, kalau kita perhatikan di dalam Al-Qur’an yang disebutkan Allah SwT dalam surat Fushilat ayat 33 tadi dengan istilah ‘ahsanu qoulan’, ternyata penjabarannya dalam Al-Qur’an itu banyak sekali. Kurang lebih ada 8 poin yang dibicarakan Allah SwT dalam Al-Qur’an dan semuanya itu menyangkut bagian dari upaya menjaga mulut. Yang pertama, ‘Qoulan Sadida’ atau perkataan yang benar. Terutama ditujukan kepada anak-anak kita, agar mereka kelak tidak lemah. Hadirin yang dimuliakan Allah SwT. Upaya menjaga mulut ini terinspirasi dari sebuah ayat AlQur’an surat Fushilat ayat 33: “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shalih, dan berkata: ’Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?’” Ayat ini menggambarkan satu poin yang sangat penting. Yaitu “Dan hendaklah takut kepada Allah, orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar,” (AnNisa’: 9). Yang kedua, ‘Qoulan Karima’ atau perkataan yang mulia, kata ini ditujukan untuk orang tua. “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia, dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu-bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu. Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”. Dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia,” (Al-Isra’: 23). Para insan sejati, yang ketiga, Qoulan Tsaqila atau perkataan yang berat. Yaitu perkataan yang ringan dalam ucapan tetapi berat di dalam makna, berat di dalam pengaruh. “Sesungguhnya kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat,” (AlMuzamil: 5). Kemudian yang keempat, Qoulan Baligha atau perkataan yang berbekas pada jiwa. Kata ini terutama ditujukan kepada orang munafik. SUARA MUHAMMADIYAH 11 / 97 | 1 - 15 JUNI 2012 31 Khutbah Jum'at “Mereka itu adalah orangorang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu, berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran. Dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka,” (An-Nisa’: 63). Yang kelima, Qoulan Layyina atau perkataan yang lembut. Katakata bagaikan air yang akan menetesi api (amarah atau orang jahat seperti Fir’aun). Sehingga lama-kelamaan api dan kejahataan itu akan padam. “Maka, berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan katakata yang lemah lembut, mudahmudahan ia ingat atau takut,” (Thoha: 44). Jamaah Jum’at yang mulia. Perkataan yang keenam, Qoulan Makrufa atau perkataan yang baik, yang ditujukan terutama kepada anak yatim. “Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka, janganlah kamu tunduk dalam berbicara, sehingga berkeinginanlah orang yang ada 32 penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik,” (Al-Ahzab: 32). Kemudian yang ketujuh, Qoulan Maisuuro atau perkataan yang pantas, objeknya adalah orang-orang yang mubadzir. Yaitu, orang yang bicaranya siasia atau berlebihan. Dan yang kedelapan adalah ’Qolu Salama’ atau perkataan yang menyelamatkan, sasarannya apabila disapa oleh orang jahil. “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan,” (AlFurqan: 63). Hadirin yang dirahmati Allah SwT. Selanjutnya, kalau tidak bisa menjaga mulut atau tidak dapat berbicara seperti ke delapan poin di atas, maka Nabi Muhammad saw mengingatkan: “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah berkata yang baik, (atau bila tidak dapat berkata yang baik) hendaklah DIAM.” SUARA MUHAMMADIYAH 11 / 97 | 11 - 25 RAJAB 1433 H Khutbah kedua Marilah kita akhiri khutbah ini dengan berdoa bersama-sama.l Khutbah Jum'at ABDULLAH DAN KHALIFATULLAH ENDANG ISKANDAR Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah. Ada dua misi (tugas suci) bagi manusia dalam kehidupan di dunia ini. Yang pertama adalah Abdullah, dan yang kedua adalah, Khalifatullah. Adapun, Abdullah sejajar dengan kata abid, yang memiliki makna menyembah hanya pada Allah semata. Sedangkan lawan kata dari abid adalah ma’bud, yang berarti yang disembah. Dialah Allah Rabbul’alamin (Tuhan semesta alam). Dengan demikian, maka logikanya, jika hanya Allah yang disembah, tentunya Allah pulalah yang patut menjadi sumber ketergantungan dan bergantung pada-Nya sebagai Ma’bud tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu, tanpa sekat-sekat dan jurang pemisah, di mana pun, kapan pun, bagaimanapun, oleh siapa pun juga. Tanpa kelas sosial, ras, posisi, reputasi yang ada pada diri dan sisi manusia. Itulah Abdullah (hamba Allah) yang punya tanggung jawab besar dan berdimensi, berorientasi pada penataan serta pendayagunaan, pemanfaatan terhadap ruang dan waktu, yang harus diselaraskan dan didasarkan dalam bingkai agenda Amanat Allah dalam berbagai firman-Nya. Ingatlah, ketahuilah wahai saudara-saudaraku! Amanat Allah dalam surat Al-Asyr, Al-Hasyr, Adz-Dzariyat ayat 56, serta surat dan ayat lainnya, dengan fokus ajaran, agar jangan menjadi manusia yang menjatuhkan dirinya dalam kerugian, kebinasaan, dan penyesalan di kemudian hari di hadapan Illahi Rabbi, sebagai Malikiyaumiddien, Alaytsallahu, Biah Kamil, Hakimin. Dan Abdullah, pengertiannya lebih bersifat personal atau individual. Pribadi yang membebaskan dirinya dari jiwa takabur, kufur, at-takasyur (melampaui batas), al-maghrur (merugikan atau memperdaya diri sendiri dan orang lain). Abdullah adalah figur manusia bentukan Allah yang berada dalam lingkar baqiyatus shalih. Dan telah, serta terus-menerus mengejar fadlum minallah dan sibghatullah yang dimuarakan dalam ranah Maqomam Mahmudah dan dengan kemasan khairul bariyyah. Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah. Misi kedua, adalah sebagai khalifatullah. Khalifattulah menunjukkan ajaran, bahwa setiap diri adalah pemimpin. Dan, khalifattullah ini bukan sekedar figur atau sosok pemimpin. Melainkan adalah soal karakter, jiwa dan tanggung jawab. Itulah inti persoalan atau substansi dari makna ajaran khalifattullah bagi siapa pun, dari mana pun, dan bagaimanapun, serta di tingkat apa pun. Pada hakikatnya, kedua misi ini bagi kehidupan umat manusia amatlah niscaya mampu mengundang dan mendatangkan maslahat dunia dan akhirat. Apabila karakter manusia berparameter merasa diawasi dan hanya takut pada Allah (min khasyatillah). Memiliki jiwa mutmainah, aslim aslamtu, as sirajan muniro, amanu wattaqau. Pun demikian, memiliki tanggung jawab besar berdimensi ibadah sosial kemasyarakatan. Bukan sebaliknya, dalih bertanggung jawab setelah terbongkarnya kasus besar yang berdampak sistemik melalui mega proyek, jumbo korupsi para cukong yang doyannya kong kalingkong untuk menggarong. SUARA MUHAMMADIYAH 11 / 97 | 1 - 15 JUNI 2012 33 Khutbah Jum'at Bekerja sama dan sama-sama bekerja dengan para pejabat yang sukanya pat-pat gulipat melipat uang rakyat berlipat-lipat, sehingga nyaris banyak rakyat pada sekarat. Di negeri ini, yang memiliki Bank Century bersembunyi di balik tirai birokrasi dan bertahta pada jendela kaca penguasa negara. Korupsi merajalela cermin bobroknya karakter, jiwa dan mental bangsa yang sakit. Serta tanggung jawab sosial para penyelenggara negara telah pekak telinga dan tutup mata hingga berakibat mati rasa. Idealnya, karakter pemimpin harus teruji dan terpatri. Jiwa tertata dan terbina dengan penuh rasa peka terhadap derita rakyat semesta. Itulah potret bangsa, saat ini. Negeri boros keropos serta tak tahu malu, perlu manusia yang mampu melaksanakan dengan nyata amanu wattaqau dalam berbagai sendi kehidupan. Agar dapat masuk investasi dan kucuran kunci-kunci keberkahan 34 dari langit dan bumi, yang berada dalam genggaman-Nya, Sang Penguasa Tunggal Jagad Raya Allah Rabbul Alamin. “Jika seandainya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Allah akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Tetapi, mereka mendustakan ayat-ayat Allah itu, maka Allah siksa mereka disebabkan perbuatannya”. (Al-A’raf: 96).l Doa Penutup SUARA MUHAMMADIYAH 11 / 97 | 11 - 25 RAJAB 1433 H Endang Iskandar, Ketua MTDK PCM Pemijahan Bogor 2005-2010.