SM 11-2012-KHUTBAH

advertisement
Khutbah Jum'at
menjaga mulut
DRS WARIS SUMARWOTO
Puji syukur kita panjatkan
kehadirat Allah SwT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya, sehingga kita dapat
melaksanakan ibadah shalat
Jum’at.
menunjukkan mengenai kualitas
seorang manusia yang salah
satunya diukur dari kualitas
kemampuan berbicara dan tidak
ada yang lebih baik dari seorang
yang mempunyai kemampuan
bicara yang baik. Yaitu dengan
cara menjaga mulutnya.
Para insan sejati, kalau kita
perhatikan di dalam Al-Qur’an
yang disebutkan Allah SwT dalam
surat Fushilat ayat 33 tadi dengan
istilah ‘ahsanu qoulan’, ternyata
penjabarannya dalam Al-Qur’an
itu banyak sekali. Kurang lebih
ada 8 poin yang dibicarakan Allah
SwT dalam Al-Qur’an dan
semuanya itu menyangkut bagian
dari upaya menjaga mulut.
Yang pertama, ‘Qoulan
Sadida’ atau perkataan yang
benar. Terutama ditujukan kepada
anak-anak kita, agar mereka kelak
tidak lemah.
Hadirin yang dimuliakan Allah
SwT.
Upaya menjaga mulut ini
terinspirasi dari sebuah ayat AlQur’an surat Fushilat ayat 33:
“Siapakah yang lebih baik
perkataannya daripada orang
yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang shalih,
dan berkata: ’Sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang
menyerah diri?’”
Ayat ini menggambarkan satu
poin yang sangat penting. Yaitu
“Dan hendaklah takut kepada
Allah, orang-orang yang
seandainya meninggalkan di
belakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir
terhadap (kesejahteraan) mereka.
Oleh sebab itu, hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan
hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar,” (AnNisa’: 9).
Yang kedua, ‘Qoulan Karima’
atau perkataan yang mulia, kata
ini ditujukan untuk orang tua.
“Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain dia,
dan hendaklah kamu berbuat
baik pada ibu-bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berumur
lanjut dalam pemeliharaanmu.
Maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya
perkataan “ah”. Dan janganlah
kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia,” (Al-Isra’:
23).
Para insan sejati, yang ketiga,
Qoulan Tsaqila atau perkataan
yang berat. Yaitu perkataan yang
ringan dalam ucapan tetapi berat
di dalam makna, berat di dalam
pengaruh.
“Sesungguhnya kami akan
menurunkan kapadamu
perkataan yang berat,” (AlMuzamil: 5).
Kemudian yang keempat,
Qoulan Baligha atau perkataan
yang berbekas pada jiwa. Kata ini
terutama ditujukan kepada orang
munafik.
SUARA MUHAMMADIYAH 11 / 97 | 1 - 15 JUNI 2012
31
Khutbah Jum'at
“Mereka itu adalah orangorang yang Allah mengetahui apa
yang di dalam hati mereka.
Karena itu, berpalinglah kamu
dari mereka, dan berilah mereka
pelajaran. Dan katakanlah
kepada mereka perkataan yang
berbekas pada jiwa mereka,”
(An-Nisa’: 63).
Yang kelima, Qoulan Layyina
atau perkataan yang lembut. Katakata bagaikan air yang akan
menetesi api (amarah atau orang
jahat seperti Fir’aun). Sehingga
lama-kelamaan api dan kejahataan
itu akan padam.
“Maka, berbicaralah kamu
berdua kepadanya dengan katakata yang lemah lembut, mudahmudahan ia ingat atau takut,”
(Thoha: 44).
Jamaah Jum’at yang mulia.
Perkataan yang keenam,
Qoulan Makrufa atau perkataan
yang baik, yang ditujukan
terutama kepada anak yatim.
“Hai istri-istri Nabi, kamu
sekalian tidaklah seperti wanita
yang lain, jika kamu bertakwa.
Maka, janganlah kamu tunduk
dalam berbicara, sehingga
berkeinginanlah orang yang ada
32
penyakit dalam hatinya dan
ucapkanlah perkataan yang
baik,” (Al-Ahzab: 32).
Kemudian yang ketujuh,
Qoulan Maisuuro atau perkataan
yang pantas, objeknya adalah
orang-orang yang mubadzir.
Yaitu, orang yang bicaranya siasia atau berlebihan.
Dan yang kedelapan adalah
’Qolu Salama’ atau perkataan
yang menyelamatkan, sasarannya
apabila disapa oleh orang jahil.
“Dan hamba-hamba Tuhan
yang Maha Penyayang itu (ialah)
orang-orang yang berjalan di
atas bumi dengan rendah hati,
dan apabila orang-orang jahil
menyapa mereka, mereka
mengucapkan kata-kata (yang
mengandung) keselamatan,” (AlFurqan: 63).
Hadirin yang dirahmati Allah
SwT.
Selanjutnya, kalau tidak bisa
menjaga mulut atau tidak dapat
berbicara seperti ke delapan poin
di atas, maka Nabi Muhammad
saw mengingatkan:
“Barang siapa yang beriman
kepada Allah dan Hari Akhir,
hendaklah berkata yang baik,
(atau bila tidak dapat berkata
yang baik) hendaklah DIAM.”
SUARA MUHAMMADIYAH 11 / 97 | 11 - 25 RAJAB 1433 H
Khutbah kedua
Marilah kita akhiri khutbah ini
dengan berdoa bersama-sama.l
Khutbah Jum'at
ABDULLAH DAN KHALIFATULLAH
ENDANG ISKANDAR
Ma'asyiral Muslimin
Rahimakumullah.
Ada dua misi (tugas suci) bagi
manusia dalam kehidupan di dunia
ini. Yang pertama adalah Abdullah,
dan yang kedua adalah,
Khalifatullah. Adapun, Abdullah
sejajar dengan kata abid, yang
memiliki makna menyembah
hanya pada Allah semata.
Sedangkan lawan kata dari
abid adalah ma’bud, yang berarti
yang disembah. Dialah Allah
Rabbul’alamin (Tuhan semesta
alam). Dengan demikian, maka
logikanya, jika hanya Allah yang
disembah, tentunya Allah pulalah
yang patut menjadi sumber
ketergantungan dan bergantung
pada-Nya sebagai Ma’bud tanpa
dibatasi oleh ruang dan waktu,
tanpa sekat-sekat dan jurang
pemisah, di mana pun, kapan pun,
bagaimanapun, oleh siapa pun
juga.
Tanpa kelas sosial, ras, posisi,
reputasi yang ada pada diri dan
sisi manusia. Itulah Abdullah
(hamba Allah) yang punya
tanggung jawab besar dan
berdimensi, berorientasi pada
penataan serta pendayagunaan,
pemanfaatan terhadap ruang dan
waktu, yang harus diselaraskan
dan didasarkan dalam bingkai
agenda Amanat Allah dalam
berbagai firman-Nya.
Ingatlah, ketahuilah wahai
saudara-saudaraku! Amanat Allah
dalam surat Al-Asyr, Al-Hasyr,
Adz-Dzariyat ayat 56, serta surat
dan ayat lainnya, dengan fokus
ajaran, agar jangan menjadi
manusia yang menjatuhkan
dirinya dalam kerugian,
kebinasaan, dan penyesalan di
kemudian hari di hadapan Illahi
Rabbi, sebagai Malikiyaumiddien,
Alaytsallahu, Biah Kamil,
Hakimin.
Dan Abdullah, pengertiannya
lebih bersifat personal atau
individual. Pribadi yang
membebaskan dirinya dari jiwa
takabur, kufur, at-takasyur
(melampaui batas), al-maghrur
(merugikan atau memperdaya diri
sendiri dan orang lain).
Abdullah adalah figur manusia
bentukan Allah yang berada dalam
lingkar baqiyatus shalih. Dan
telah, serta terus-menerus
mengejar fadlum minallah dan
sibghatullah yang dimuarakan
dalam ranah Maqomam
Mahmudah dan dengan kemasan
khairul bariyyah.
Ma'asyiral Muslimin
Rahimakumullah.
Misi kedua, adalah sebagai
khalifatullah. Khalifattulah
menunjukkan ajaran, bahwa setiap
diri adalah pemimpin. Dan,
khalifattullah ini bukan sekedar
figur atau sosok pemimpin.
Melainkan adalah soal karakter,
jiwa dan tanggung jawab. Itulah
inti persoalan atau substansi dari
makna ajaran khalifattullah bagi
siapa pun, dari mana pun, dan
bagaimanapun, serta di tingkat
apa pun.
Pada hakikatnya, kedua misi
ini bagi kehidupan umat manusia
amatlah niscaya mampu
mengundang dan mendatangkan
maslahat dunia dan akhirat.
Apabila karakter manusia
berparameter merasa diawasi dan
hanya takut pada Allah (min
khasyatillah). Memiliki jiwa
mutmainah, aslim aslamtu, as
sirajan muniro, amanu wattaqau.
Pun demikian, memiliki
tanggung jawab besar berdimensi
ibadah sosial kemasyarakatan.
Bukan sebaliknya, dalih
bertanggung jawab setelah
terbongkarnya kasus besar yang
berdampak sistemik melalui mega
proyek, jumbo korupsi para
cukong yang doyannya kong
kalingkong untuk menggarong.
SUARA MUHAMMADIYAH 11 / 97 | 1 - 15 JUNI 2012
33
Khutbah Jum'at
Bekerja sama dan sama-sama
bekerja dengan para pejabat yang
sukanya pat-pat gulipat melipat
uang rakyat berlipat-lipat,
sehingga nyaris banyak rakyat
pada sekarat.
Di negeri ini, yang memiliki
Bank Century bersembunyi di
balik tirai birokrasi dan bertahta
pada jendela kaca penguasa
negara. Korupsi merajalela cermin
bobroknya karakter, jiwa dan
mental bangsa yang sakit. Serta
tanggung jawab sosial para
penyelenggara negara telah pekak
telinga dan tutup mata hingga
berakibat mati rasa.
Idealnya, karakter pemimpin
harus teruji dan terpatri. Jiwa
tertata dan terbina dengan penuh
rasa peka terhadap derita rakyat
semesta. Itulah potret bangsa,
saat ini. Negeri boros keropos
serta tak tahu malu, perlu manusia
yang mampu melaksanakan
dengan nyata amanu wattaqau
dalam berbagai sendi kehidupan.
Agar dapat masuk investasi dan
kucuran kunci-kunci keberkahan
34
dari langit dan bumi, yang berada
dalam genggaman-Nya, Sang
Penguasa Tunggal Jagad Raya
Allah Rabbul Alamin.
“Jika seandainya penduduk
negeri-negeri beriman dan
bertakwa, pastilah Allah akan
melimpahkan kepada mereka
berkah dari langit dan bumi.
Tetapi, mereka mendustakan
ayat-ayat Allah itu, maka Allah
siksa mereka disebabkan
perbuatannya”. (Al-A’raf: 96).l
Doa Penutup
SUARA MUHAMMADIYAH 11 / 97 | 11 - 25 RAJAB 1433 H
Endang Iskandar, Ketua
MTDK PCM Pemijahan Bogor
2005-2010.
Download