BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepuasan Kerja 2.1.1 Pengertian

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Kepuasan Kerja
2.1.1
Pengertian Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat individual.
Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan
sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi penilaian terhadap kegiatan
dirasakan sesuai dengan keinginan individual, maka makin tinggi kepuasannya
terhadap kegiatan tersebut. Dengan demikian, kepuasan merupakan evaluasi yang
mengambarkan seseorang atas perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas
atau tidak puas dalam bekerja.
Untuk menciptakan tenaga kerja atau karyawan yang berprestasi dan
terampil diperlukan adanya unsur
kepuasan lahiriah dan batiniah dalam diri
karyawan.
Kebijaksanaan perusahaan serta memperhatikan tingkat kebutuhan hidup
karyawan merupakan hal terpenting dalam pengukuran tingkat kepuasan, melalui
tingkat kepuasan inilah semua tujuan perusahaan akan lebih mudah tercapai.
Selain akan menghasilkan mutu tenaga yang ahli juga akan mendapatkan tenaga
yang terampil, maka kerja akan mendapatkan hasil akhir yang berdaya guna dan
hasil guna akan tercapai dengan mudah.
Beberapa pendapat mengenai definisi atau pengertian kepuasan kerja,
diantaranya :
Menurut Marihot T.E. Hariandja (2005:290), adalah sejauh mana individu
merasakan secara positif/negatif berbagai macam faktor / dimensi dari tugas-tugas
dalam pekerjaannya. Menurut A. A. Anwar Prabu Mangkunegara (2007:117),
kepuasan kerja adalah suatu perasaan yang menyokong / tidak menyokong diri
pegawai yang berhubungan dengan pekerjaannya maupun dengan kondisi dirinya.
Menurut Veithzal Rivai (2004:475) kepuasan kerja merupakan evaluasi
yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya senang/tidak senang,
puas/tidak puas dalam bekerja.
Menurut Mathis dan Jackson (2006:121) adalah
keadaan emosi yang
positif yang merupakan hasil dari evaluasi pengalaman kerja seseorang.
Sedangkan menurut Siagian (2006:295) berpendapat bahwa kepuasan
kerja suatu cara pandang seseorang, baik yang bersifat positif maupun bersifat
negative tentang pekerjaannya.
Dalam beberapa definisi terlihat bahwa kepuasan kerja merupakan
perasaan pekerja (karyawan) terhadap pekerjaannya. Perasaan itu mencerminkan
dari persesuaian antara apa yang diharapkan karyawan dengan apa yang
didapatkan karyawan dari pekerjaannya. Dari definisi diatas, akhirnya dapat
diambil suatu garis besar pengertian bahwa kepuasan kerja adalah pandangan
karyawan terhadap pekerjaannya, mencakup perasaan karyawan dan penilaian
karyawan terhadap peranan pekerjaan dalam pemenuhan kebutuhannya.
2.1.2
Teori Kepuasan Kerja
Salah satu model teori yang berkaitan dengan kepuasan kerja, yaitu teori
yang dikemukakan oleh Edward Lawyer yang dikenal dengan equity model
theory/teori kesetaraan. Intinya teori ini menjelaskan kepuasan dan ketidakpuasan
dengan pembayaran perbedaan antara jumlah yang diterima dengan jumlah yang
dipersepsikan oleh karyawan lain merupakan penyebab utama terjadinya
ketidakpuasan.
Untuk itu pada dasarnya ada 3 tingkatan karyawan, yaitu :
1. Memenuhi kebutuhan dasar karyawan.
2. Memenuhi harapan karyawan sedemikian rupa, sehingga tidak mungkin mau
pindah ke tempat lain.
3. Memenuhi keinginan karyawan dengan mendapat lebih dari apa yang
diharapkan.
Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan suatu hal yang bersifat
individual. Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai
dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Makin tinggi penilaian pada
kegiatan didasarkan sesuai dengan keinginan individu maka semakin tinggi
kepuasannya terhadap kepuasan tersebut. Dengan demikian kepuasan merupakan
evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikap senang/tidak
senang, puas/tidak puas dalam bekerja.
Menurut Veithzal Rivai (2004:480), teori kepuasan kerja antara lain :
1. Teori ketidaksetaraan (Discrepancy theory). Teori ini mengukur kepuasan
kerja sesorang dengan menghitung selisih antara sesuatu yang seharusnya
dengan yang dirasakan. Sehingga apabila kepuasannya diperoleh melebihi dari
yang diinginkan, maka orang akan menjadi lebih puas lagi, sehingga terdapat
discrepancy, tetapi merupakan discrepancy yang positif.
2. Teori keadilan (Equity theory). Teori ini mengemukakan bahwa orang akan
merasa puas atau tidak puas, tergantung pada ada atau tidaknya keadilan
(Equity) dalam suatu situasi, khususnya situasi kerja. Menurut teori ini
komponen utama dalam teori keadilan adalah input, hasil, keadilan dan
ketidakadilan. Input adalah faktor bernilai bagi karyawan yang dianggap
mendukung pekerjaannya, seperti pendidikan, pengalaman, kecakapan, jumlah
tugas
dan
peralatan
atau
perlengkapan
yang
dipergunakan
untuk
melaksanakan pekerjaannya. Hasilnya adalah sesuatu yang dianggap bernilai
oleh seorang karyawan yang diperoleh dari pekerjaannya, seperti upah/gaji,
keuntungan sampingan, simbol, status, penghargaan dan kesempatan untuk
berhasil atau aktualisasi diri.
3. Teori dua faktor (Two factor theori). Menurut teori ini kepuasan kerja dan
ketidakpuasan kerja itu merupakan hal yang berbeda. Kepuasan dan
ketidakpuasan terhadap pekerjaan itu bukan suatu variabel yang kontinyu.
Teori ini merumuskan karakteristik pekerjaan menjadi dua kelompok yaitu
satisfies (motivator) dan dissatisfies. Satisfies ialah faktor-faktor atau situasi
yang dibutuhkan sebagai sumber kepuasan kerja yang terdiri dari pekerjaan :
pekerjaan yang menarik, penuh tantangan, ada kesempatan untuk berprestasi,
kesempatan memperoleh penghargaan dan promosi. Dissatisfies (hygiene
faktor) adalah faktor-faktor yang menjadi sumber ketidakpuasan, yang terdiri
dari : gaji/upah, pengawasan, hubungan antar pribadi, kondisi kerja dan status.
2.1.3
Variabel-variabel Kepuasan Kerja
Menurut Keith Davis yang dikutip oleh A.A. Anwar Prabu Mangkunegara
(2004:117) variabel-variabel kepuasan kerja adalah :
1. Perputaran (turnover)
Apabila kepuasan kerja yang dirasakan oleh karyawan tinggi, maka turnover
akan rendah. Sedangkan para karyawan yang kurang puas biasanya
turnovernya akan rendah.
2. Tingkat Ketidakhadiran (absence) Kerja
Karyawan yang kurang puas cenderung tingkat kehadirannya (absence) tinggi.
Mereka bersaing tidak hadir kerja dengan alasan yang tidak logis dan
subyektif.
3. Umur
Ada kecenderungan karyawan yang tua lebih merasa puas dari pada karyawan
yang berumur relatif muda. Hal ini diasumsikan bahwa karyawan yang tua
lebih berpengalaman untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaan.
Sedangkan karyawan usia muda biasanya mempunyai harapan ideal tentang
dunia kerja, sehingga apabila antara harapannya dengan realita kerja terdapat
kesenjangan atau tidak keseimbangan dapat menyebabkan mereka menjadi
tidak puas.
4. Tingkat Pekerjaan
Karyawan-karyawan yang menduduki tingkat pekerjaan yang lebih tinggi
cenderung lebih puas dari pada karyawan yang menduduki tingkat pekerjaan
yang lebih rendah. Karyawan-karyawan yang tingkat pekerjaannya lebih
tinggi
menunjukan kemampuan kerja
yang baik
dan aktif dalam
mengemukakan ide-ide serta kreatif dalam bekerja.
5. Ukuran Organisasi Perusahaan
Ukuran organisasi perusahaan dapat mempengaruhi kepuasan karyawan. Hal
ini karena besar kecil suatu perusahaan berhubungan pula dengan koordinasi,
komunikasi, dan partisipasi karyawan.
2.1.4
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja
Menurut
Marihot
T.
E.
Hariandja
(2005:291),
faktor
yang
mempengaruhi kepuasan kerja adalah :
1. Gaji. Yaitu jumlah bayaran yang diterima seseorang sebagai akibat dari
pelaksanaan kerja apakah sesuai dengan kebutuhan dan dirasakan adil.
2. Pekerjaan itu sendiri. Yaitu isi pekerjaan yang dilakukan seseorang apakah
memiliki elemen yang memuaskan
3. Rekan sekerja. Yaitu teman-teman kepada siapa seseorang senantiasa
berinteraksi dalam pelaksanaan pekerjaan seseorang dapat merasakan rekan
kerjanya sangat menyenangkan/tidak menyenangkan.
4. Atasan. Yaitu seseorang yang senantiasa memberi perintah/petunjuk dalam
pelaksanaan kerja. Cara-cara atasan dapat tidak menyenangkan bagi seseorang
menyenangkan dan hal ini dapat mempengaruhi kepuasan kerja.
5. Promosi. Yaitu kemungkinan seseorang dapat berkembang melalui kenaikan
jabatan. Seseorang dapat merasakan adanya kemungkinan yang besar untuk
naik jabatan/tidak. Proses kenaikan jabatan kurang terbuka, ini juga dapat
mempengaruhi tingkat kepuasan kerja karyawan.
6. Lingkungan Kerja. Yaitu Lingkungan Fisik dan
Psikologis. Untuk
meningkatkan kepuasan kerja karyawan, perusahaan harus merespon
kebutuhan pegawai dan hal ini sekali lagi secara tidak langsung telah
dilakukan pada berbagai kegiatan manajemen sumber daya manusia seperti
dijelaskan sebelumnya. Namun demikian, tindakan lain masih perlu dilakukan
dengan cara yang disebut peningkatan kualitas kehidupan kerja.
2.1.5
Indikator-Indikator Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja secara umum menyangkut sikap seseorang mengenai
pekerjaannya karena menyangkut sikap, pengertian kepuasan kerja mencakup
berbagai hal, seperti emosi dan kecenderungan prilaku seseorang.
Kepuasan kerja menurut Marihot (2005:290), adalah
”Sejauh mana
individu merasakan secara positif/negatif berbagai macam faktor / dimensi dari
tugas-tugas dalam pekerjaannya”. Yang menjadi indikator kepuasan kerja
menurut Marihot (2002:290) meliputi :
1.
Gaji
Jumlah bayaran yang diterima seseorang sebagai akibat dari pelaksanaan kerja
apakah sesuai dengan kebutuhan dan dirasakan adil.
2. Pekerjaan itu sendiri
Isi pekerjaan yang dilakukan seseorang apakah memiliki elemen yang
memuaskan.
3. Rekan sekerja
Teman-teman kepada siapa seseorang senantiasa berinteraksi dalam
pelaksanaan pekerjaan seseorang dapat merasakan rekan kerjanya sangat
menyenangkan/tidak menyenangkan.
4. Atasan
Seseorang yang senantiasa memberi perintah/petunjuk dalam pelaksanaan
kerja.
Cara-cara
atasan
dapat
tidak
menyenangkan
bagi
seseorang
menyenangkan dan hal ini dapat mempengaruhi kepuasan kerja.
5. Promosi
Kemungkinan seseorang dapat berkembang melalui kenaikan jabatan.
6. Lingkungan Kerja
Lingkungan Fisik dan Psikologis. Untuk meningkatkan kepuasan kerja
karyawan, perusahaan harus merespon kebutuhan pegawai dan hal ini sekali
lagi secara tidak langsung telah dilakukan pada berbagai kegiatan manajemen
sumber daya manusia.
2.2
Kompensasi
2.2.1
Pengertian Kompensasi
Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang
langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan jasa yang
diberikan kepada perusahaan Hasibuan (2009:118). Karyawan bekerja dengan
baik dan mengharapkan adanya imbalan berupa kompensasi dari perusahaan
Notoadmojo (2003:153) berpendapat, kompensasi adalah yang diterima oleh
karyawan sebagai balas jasa untuk kerja mereka. Kompensasi penting bagi
karyawan sebagai individu karena besarnya kompensasi mencerminkan ukuran
karya mereka diantara para karyawan itu sendiri, keluarga dan masyarakat.
Masyarakat melihat kompensasi sebagai suatu keasilan, dimana perusahaan dalam
menentukan gaji tidak melihat dari jenis kelamin namun kualifikasi. Bagi
stockholder, pemegang saham tertarik bagaimana para karyawan dibayar
menggunakan saham sehingga para karyawan meningkatkan kinerjanya,
sedangkan manajer melihat kompensasi sebagai pengeluaran terbesar (labor cost)
dan kompensasi dilihat sebagai alat untuk mempengaruhi pekerja sehingga kinerja
meningkat, bagi karyawan kompensasi merupakan pengembalian keanggotaan
dalam perusahaan dan
hadiah dalam menyelesaikan pekerjaan dengan baik
(Milkovich:2008,p.29).
Menurut Bejo Siswanto (2003:181) kompensasi merupakan istilah luas
yang berkaitan dengan imbalan-imbalan financial yang diterima oleh orang-orang
melalui hubungan kepegawaian mereka dengan organisasi. Menurut Nawawi
(2005, p.419) kompensasi bagi organisasi/perusahaan berarti penghargaan/
ganjaran pada para pekerja yang telah memberikan kontribusi dalam mewujudkan
tujuannya, melalui kegiatan yang disebut bekerja. Dalam buku Malayu
S.P.Hasibuan (2009:118) terdapat penelitian kompensasi dari beberapa tokoh
yaitu :
1. Menurut William B. Wearther dan Keith Davis dalam Hasibuan (2004:p.52)
Kompensasi adalah apa yang seorang pekerja terima sebagai balasan dari
pekerjaan yang diberikannya. Baik upah per jam ataupun gaji periodik
didesain dan dikelola oleh bagian personalia.
2. Menurut Andrew F.Sukula dalam buku Hasibuan (2009:118) kompensasi
adalah segala sesuatu yang dikonstitusikan atau dianggap sebagai suatu balas
jasa ekuivalen.
3. Menurut Mutiara Pangabean dalam Subekhi (2012:176) kompensasi adalah
setiap bentuk penghargaan yang diberikan karyawan sebagai balas jasa atas
kontribusi yang mereka berikan kepada organisasi.
4. Menurut Garry Dessler dalam Subekhi (2012:175) kompensasi karyawan
adalah setiap bentuk pembayaran atau imbalan yang diberikan kepada
karyawan dan timbil dari diperkerjannya karyawan itu.
5. Menurut Henry Simamora (2004:442) kompensasi meliputi financial dan jasa
nirwujud serta tunjangan yang diterima oleh para karyawan sebagai bagian
dari hubungan kepegawaian. Kompensasi merupakan apa yang diterima oleh
para karyawan sebagai ganti kontribusi mereka kepada organisasi.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa kompensasi adalah
semua bentuk imbalan jasa atau balas jasa yang
diberikan oleh perusahaan
sebagai penghargaan pada karyawan yang telah
memberikan tenaga dan pikiran sebagai kontribusi dalam mewujudkan tujuan
perusahaan sebagai imbalan balik dari pekerjaan mereka.
2.2.2
Tujuan Kompensasi
Menurut Malayu S.P.Hasibuan (2009:120) tujuan kompensasi antara lain
adalah:
a) Ikatan Kerja Sama
Dengan pemberian kompensasi terjalinlah ikatan kerja sama formal antara
majikan dengan karyawannya. Karyawan harus mengerjakan tugas-tugasnya
dengan baik, sedangkan pengusaha/majikan wajib membayar kompensasi.
b) Kepuasan Kerja
karyawan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya dengan pemberian
kompensasi.
c) Pengadaan Efektif
Jika program kompensasi ditetapkan cukup besar, pengadaan karyawan yang
qualified untuk perusahaan akan lebih mudah.
d) Motivasi
Jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan
memotivasi bawahannya.
lebih mudah
e) Stabilitas Karyawan
Dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak serta eksternal
konsistensi yang kompetitif maka stabilitas karyawan lebih terjamin karena
turn-over relatif kecil.
f) Disiplin
Dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin karyawan
semakin baik.
2.2.3
Asas Kompensasi
Menurut Hasibuan (2009,p.122) asas kompensasi harus berdasarkan asas
adil dan asas layak serta memperhatikan Undang-Undang Perburuhan yang
berlaku.
a. Asas Adil
Besarnya kompensasi harus sesuai dengan prestasi kerja, jenis pekerjaan,
resiko pekerjaan, tanggung jawab, dan jabatan. Kompensasi tanpa
menyesuaikan
aspek-aspek
diatas
akan
menggagalkan
maksud
dari
kompensasi itu sendiri.
b. Asas layak dan wajar
Suatu kompensasi harus disesuaikan dengan kelayakannya. Meskipun tolak
ukur layak sangat relative, perusahaan dapat mengacu pada batas kewajaran
yang sesuai dengan ketentuan yang diterapkan oleh pemerintah dan aturan lain
secara konsisten.
2.2.4
Jenis Kompensasi
Simamora (2004:461) membedakan kompensasi menjadi dua macam yaitu
kompensasi langsung dan kompensasi tidak langsung :
1. Kompensasi langsung
Kompensasi langsung merupakan penghargaan yang diterima karyawan dalam
bentuk uang. Kompensasi langsung dapat berupa upah, gaji, insentif dan
tunjangan-tunjangan lain.
2. Kompensasi tidak langsung
Kompensasi tidak langsung meliputi semua imbalan financial yang tidak
tercakup dalam kompensasi langsung.
2.2.5
Sistem Kompensasi
Menurut Hasibuan (2009:124), sistem pembayaran kompensasi yang
umum diterapkan diantaranya : sistem waktu, sistem hasil (output) dan sistem
borongan. Untuk lebih jelasnya sistem kompensasi diuraikan sebagai berikut :
a. Sistem Waktu
Dalam sistem waktu, kompensasi ditetapkan berdasarkan standar waktu
seperti jam, hari, minggu, atau bulan. Sistem waktu ini diterapkan jika prestasi
kerja sulit diukur perunitnya, dan bagi karyawan tetap kompensasinya dibayar
atas sistem waktu secara periodik setiap bulannya. Kebaikan sistem waktu
ialah administrasi pengupahan mudah dan besarnya kompensasi yang akan
dibayarkan tetap. Kelemahan sistem waktu ialah yang malas pun
kompensasinya tetap dibayar sebesar perjanjian.
b. Sistem hasil (output)
Besarnya kompensasi ditetapkan atas kesatuan unit yang dihasilkan pekerja
seperti per potong, meter, liter dan kilogram. Dalam sistem hasil (output),
besarnya kompensasi yang dibayar selalu didasarkan kepada banyaknya hasil
yang dikerjakan bukan kepada lamanya waktu mengerjakannya. Kebaikan
sistem ini memberikan kesempatan kepada karyawan yang bekerja
bersungguh-sungguh serta berprestasi baik akan memperoleh balas jasa yang
lebih besar. Kelemahan sistem hasil ini ialah kualitas barang yang dihasilkan
kurang baik dan karyawan yang kurang mampu balas jasanya kecil, sehingga
kurang manusiawi
c. Sistem borongan
Suatu cara pengupahan yang penetapan besarnya jasa didasarkan atas volume
pekerjaan dan lama mengerjakannya. Dalam sistem borongan ini pekerja biasa
mendapat balas jasa besar atau kecil tergantung atas kecermatan kalkulasi
mereka.
2.2.6 Kebijakan Kompensasi
Dalam sistem kompensasi yang efektif: kebijakan penggajian dipilih untuk
membantu pencapaian tujuan sistem penggajian. Terdapat 4 (empat) dasar
kebijakan penggajian yang harus dipertimbangkan dalam menentukan gaji,
menurut Milkovich dan Newman (2008:19), yaitu :
1. Internal Alignments (Kesamaan Internal)
Mengacu pada perbandingan antara posisi jabatan dan keahlian dalam
perusahaan sendiri. Jabatan dan keahlian di bandingkan dalam konteks
kontribusinya pada tujuan bisnis organisasi. Internal Alignments merupakan
suatu pay rate untuk karyawan dengan pekerjaan yang sama dan untuk
pekerjaan yang berbeda juga. Pay relationship dalam suatu organisasi
mempengaruhi semua compensation objectives, mempengaruhi keputusan
karyawan untuk menetapkan dalam organisasi, untuk lebih fleksibel dengan
menginvestasikan pelatihan tambahan atau mencari tanggung jawab yang
lebih besar. Dengan memotivasi karyawan dengan pelatihan tambahan dan
tanggung jawab yang lebih besar dalam melayani konsumen, hubungan
pembayaran internal secara tidak langsung mempengaruhi efisiensi dalam
organisasi. Keadilan dipengaruhi melalui perbandingan karyawan pada
pembayaran karyawan lainnya dalam perusahaan. Pemenuhan di pengaruhi
oleh sebuah dasar yang mempengaruhi pembayaran. Jadi ini merupakan
perbandingan antara posisi, atau gaji yang dibayarkan berdasarkan nilai
jabatan.
2. External Competitiveness (Persaingan dengan eksternal)
Mengacu pada perbandingan penggajian antara organisasi yang satu dengan
organisasi saingannya atau pesaing. Banyak organisasi yang mendasarkan
sistem
pembayarannya
dengan
market-driven,
pembayarannya dengan apa yang pesaingnya berikan.
Ada 2 (dua) akibat dari kebijakan ini yaitu:
dimana
mendasarkan
a. Jika karyawan melihat bahwa gaji mereka tidak sebanding dengan
karyawan lain dalam organisasi lain, maka mereka akan keluar.
b. Biaya sumber daya manusia akan member dampak tambahan biaya total
sumber daya manusia yang kemudian akan mempengaruhi harga barang
dan jasa yang diproduksi oleh organisasi. Biaya sumber daya manusia ini
harus ditetapkan pada suatu tingkat , dimana perusahaan dapat
memaksimalkan tingkat efisiensinya.
3. Employee Contributions (Kontribusi Karyawan)
Mengacu pada pembayaran berdasar karyawan pada kinerjanya, karyawan
dibayar berbeda dengan yang lainnya jika seorang karyawan mempunyai
kinerja yang lebih baik dalam melakukan pekerjaan yang sama. Kontribusi
karyawan merupakan kebijakan pengambilan keputusan yang penting karena
secara langsung mempengaruhi sikap dan work behaviours seseorang. Jadi ini
merupakan perbandingan antar karyawan atau insenstif yang dibayar
berdasarkan hasil penilaian kinerja.
4. Management (Manajemen)
Kebijakan manajemen dalam administrasi yaitu sistem penggajian dalam
menggabungkan desain external competitiveness, internal alignment dan
employee contributions disesuaikan dengan tujuan perusahaan dimana the
right people get the right pay for achieving the right objectives in the right
way. Sistem yang paling bagus sekalipun akan tidak bermanfaat tanpa
kecakapan manajemen. Keputusan yang diambil harus membantu organisasi
dalam meraih tujuannya.
2.2.7
Indikator-Indikator Pemberian Kompensasi
Menurut Henry Simamora (2004:445) bahwa indikator yang disajikan
dalam menilai kompensasi adalah:
1.
Upah dan gaji
Upah biasanya berhubungan dengan tarif gaji per jam. Upah merupakan basis
bayaran yang kerap kali digunakan bagi pekerja-pekerja produksi dan
pemeliharaan. Gaji umumnya berlaku untuk tariff bayaran mingguan, bulanan
atau tahunan.
2.
Insentif
Insentif adalah tambahan kompensasi di atas atau di luar gaji atau upah yang
diberikan oleh organisasi.
3.
Tunjangan
Contoh-contoh tunjangan adalah asuransi kesehatan dan jiwa. Liburan yang
ditanggung perusahaan, program pensiun dan tunjangan lainnya yang
berkaitan dengan hubungan kepegawaian.
4.
Fasilitas
Contoh-contoh fasilitas adalah kenikmatan/fasilitas seperti mobil perusahaan,
keanggotaan klub, tempat parker khusus atau akses ke pesawat perusahaan
yang diperoleh karyawan. Fasilitas dapat mewakili jumlah substansial dari
kompensasi, terutama bagi eksekutif yang dibayar mahal.
Indikator-indikator
kompensasi
diatas
dapat
dijadikan
acuan
oleh
perusahaan dalam memberikan kompensasi yang layak bagi karyawannya.
Dengan pemberian kompensasi yang layak maka karyawan akan lebih senang
bekerja di perusahaan dan akan membantu perusahaan dalam pencapaian
tujuannya.
2.2.8
Faktor-faktor yang mempengaruhi kompensasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kompensasi, antara lain
sebagai berikut (Hasibuan, 2003:126):
1) Penawaran dan Permintaan Tenaga Kerja
Jika pencari kerja (penawaran) lebih banyak daripada lowongan pekerjaan
(permintaan) maka kompensasi relatif kecil. Sebaliknya jika pencari kerja
lebih sedikit daripada lowongan pekerjaan, maka kompensasi relatif semakin
besar.
2) Kemampuan dan Kesediaan Perusahaan
Apabila kemampuan dan kesediaan perusahaan untuk membayar semakin
baik maka tingkat kompensasi akan semakin besar. Tetapi sebaliknya, jika
kemampuan dan kesediaan perusahaan untuk membayar kurang maka tingkat
kompensasi relatif kecil
3) Serikat Buruh/Organisasi Karyawan
Apabila serikat buruhnya kuat dan berpengaruh maka tingkat kompensasi
semakin besar. Sebaliknya jika serikat buruh tidak kuat dan kurang
berpengaruh maka tingkat kompensasi relatif kecil.
4) Produktifitas Kerja Karyawan
Jika produktifitas kerja karyawan baik dan layak dan banyak maka
kompensasi akan semakin besar. Sebaliknya kalau produktifitas kerjanya
buruk serta sedikit maka kompensasinya kecil.
5) Pemerintah dengan Undang-Undang dan Keppresnya
Pemerintah dengan Undang-Undang dan Keppresnya menetapkan besarnya
batas upah/balas jasa minimum. Peraturan pemerintah ini sangat penting
supaya pengusaha tidak sewenang-wenang menetapkan besarnya balas jasa
bagi karyawan. Pemerintah berkewajiban melindungi masyarakat dari
tindakan sewenang-wenang.
6) Biaya hidup
Apabila biaya hidup di daerah itu tinggi maka tingkat kompensasi/upah
semakin besar. Sebaliknya, jika tingkat hidup di daerah itu rendah maka
tingkat kompensasi/upah semakin kecil.
7) Posisi Jabatan Karyawan
Karyawan
yang
menduduki
jabatan
lebih
tinggi
akan
menerima
gaji/kompensasi lebih besar. Sebaliknya karyawan yang menduduki jabatan
yang lebih rendah akan memperoleh kompensasi/gaji yang kecil. Hal ini
wajar karena seseorang yang mendapat wewenang dan tanggung jawab yang
besar harus mendapatkan gaji/kompensasi yang lebih besar pula.
8) Pendidikan dan Pengalaman Karyawan
Jika pendidikan lebih tinggi dan pengalaman kerja lebih lama maka gaji/balas
jasa akan semakin besar, karena kecakapan serta keterampilannya lebih baik.
Sebaliknya, karyawan yang berpendidikan rendah dan pengalaman kerja yang
kurang maka tingkat gaji/kompensasinya kecil.
9) Kondisi Perekonomian Nasional
Apabila kondisi perekonomian nasional sedang maju maka tingkat
upah/kompensasi akan semakin besar, karena akan mendekati kondisi full
employment. Sebaliknya, jika kondisi perekonomian kurang maju maka
tingkat upah rendah, karena terdapat banyak pengganggur.
10) Jenis dan Sifat Pekerjaan
Kalau jenis dan sifat pekerjaan yang sulit dan mempunyai resiko (financial,
keselamatan) yang besar maka tingkat upah/balas jasanya semakin besar
karena membutuhkan kecakapan serta ketelitian untuk mengerjakan. Tetapi
jika jenis dan sifat pekerjaannya mudah dan resiko (finansial, kecelakaan)
kecil, tingkat upah/balas jasanya relatif rendah.
Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa kompensasi itu merupakan balas
jasa yang diterima oleh karyawan sehubungan dengan pengorbanan yang telah
diberikan kepada perusahaan. Pemberian kompensasi ini bisa diberikan langsung
berupa uang maupun tidak langsung berupa uang dari perusahaan ke
karyawannya.
2.3
Motivasi Kerja
2.3.1
Pengertian Motivasi Kerja
Motivasi berasal dari kata latin movere yang berarti dorongan atau daya
penggerak. Menurut Hasibuan (2008:95). Motivasi adalah pemberian daya
penggerak yang menciptakan gairah kerja seseorang, agar mereka mau bekerja
sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk
mencapai kepuasan.
Menurut Malthis (2006:114), motivasi adalah keinginan dalam diri
seseorang yang menyebabkan orang tersebut bertindak. Biasanya orang bertindak
karena suatu alasan untuk mencapai tujuan. Memahami motivasi sangatlah
penting karena kinerja, reaksi terhadap kompensasi dan persoalan sumber daya
manusia yang lain dipengaruhi dan mempengaruhi motivasi.
Menurut Vroom dalam Ngalim Purwanto (2006:72), motivasi mengacu
kepada suatu proses mempengaruhi pilihan-pilihan individu terhadap bermacammacam bentuk kegiatan yang dikehendaki. Kemudian John P. Campbell, dkk
mengemukakan bahwa motivasi mencakup di dalamnya arah atau tujuan tingkah
laku, kekuatan respons, dan kegigihan tingkah laku. Di samping itu, istilah
tersebut mencakup sejumlah konsep dorongan (drive), kebutuhan (need),
rangsangan (incentive), ganjaran (reward), penguatan (reinforcement), ketetapan
tujuan (goal setting), harapan (expectancy), dan sebagainya.
Menurut Hamzah B. Uno (2008: 66-67), kerja adalah sebagai 1) aktivitas
dasar dan dijadikan bagian esensial dari kehidupan manusia, 2) kerja itu
memberikan status, dan mengikat seseorang kepada individu lain dan masyarakat,
3) pada umumnya wanita atau pria menyukai pekerjaan, 4) moral pekerja dan
pegawai itu banyak tidak mempunyai kaitan langsung dengan kondisi fisik
maupun materiil dari pekerjaan, 5) insentif kerja itu banyak bentuknya,
diantaranya adalah uang.
Menurut Ngalim Purwanto, motivasi mengandung tiga komponen pokok,
yaitu:
1. Menggerakkan, berarti menimbulkan kekuatan pada individu, memimpin
seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu.
2. Mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia
menyediakan suatu orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan
terhadap sesuatu.
3. Untuk menjaga atau menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus
menguatkan (reniforce) intensitas, dorongan-dorongan dan kekuatankekuatan individu (2006:72).
Berdasarkan beberapa definisi dan komponen pokok diatas dapat
dirumuskan motivasi merupakan daya dorong atau daya gerak yang
membangkitkan dan mengarahkan perilaku pada suatu perbuatan atau pekerjaan.
2.3.2
Teori Motivasi
Ada beberapa teori tentang motivasi sebagai berikut :
1) Teori Hirarki Kebutuhan (Need Hierarchi)
Teori tersebut diatas dikemukakan oleh Abraham .Maslow dalam (Hasibuan,
2008:105), menyatakan bahwa kebutuhan dan kepuasan kerja identik dengan
kebutuhan biologis dan psikologis yaitu berupa materil maupun non materil.
Dasar teori ini adalah bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki
keinginan tak terbatas atau tanpa henti. Alat motivasinya adalah kepuasan
yang belum terpenuhi serta kebutuhannya berjenjang-jenjang tersebut dapat
digambarkan dari kebutuhan yang paling rendah sampai pada kebutuhan yang
paling tinggi, sebagai berikut (Gambar 2.1):
Gambar 2.1
5 Aktualisasi diri
4 Penghormatan
3 Sosialisasi
2 Rasa Aman
1 Fisik
Gambar 2.1
Konsep Hirarki Kebutuhan oleh A.H.Maslow (Sutarto, 2006:147)
Keterangan Gambar :
1.
Kebutuhan Fisik (Physiological needs)
Kebutuhan fisik merupakan kebutuhan dasar, sebelum seseorang
menginginkan kebutuhan lain, kebutuhan fisik ini akan muncul
mengutamakan terlebih dahulu dan diusahakan untuk dapat
terpenuhi pemuasannya paling dulu. Kebutuhan fisik merupakan
kebutuhan dasar karena timbul dari rasa yang paling pertama
timbul pada diri seseorang yaitu rasa lapar dan haus. Rasa ini
muncul lebih dahulu sebelum seseorang memiliki rasa ingin
berpakaian, bergaul, dihormati, berprestasi. Dengan demikian
kebutuhan fisik merupakan kebutuhan dasar oleh karena disamping
alas an seperti tersebut diatas, ada alas an lain yang lebih utama
dapat hidup yang kemudian dapat menimbulkan bermacam-macam
kebutuhan lain
2.
Kebutuhan rasa aman (safety needs)
Menurut Sutarto (2006:149) kebutuhan rasa aman terdiri dari
kebutuhan yang bersifat material seperti pakaian, tempat berteduh
atau rumah, kebutuhan yang bersifat bukan material seperti
kebutuhan akan rasa aman di tempat kerja, keyakinan tidak akan
mendapat imbalan buruk apabila mengajukan pendapat tentang
tatacara kerja baru yang diajukan secara bertanggung jawab.
Sedangkan menurut Hasibuan (2008:105) kebutuhan rasa aman
adalah kebutuhan akan keamanan dari ancaman yakni merasa aman
dari ancaman kecelakaan dan keselamatan dalam melakukan
pekerjaan. Kebutuhan ini mengarah kepada dua bentuk , yaitu
a) Kebutuhan akan keamanan dan keselamatan jiwa ditempat
pekerjaan pada saat mengerjakan pekerjaan di waktu jam-jam
kerja. Dalam arti luas, setiap orang membutuhkan keamanan
dan keselamatan jiwanya dimanapun ia berada.
b) Kebutuhan akan keamanan harta di tempat pekerjaan pada
waktu jam-jam kerja. Pentingnya memuaskan kebutuhan ini
jelas terlihat pada organisasi modern, tempat pimpinan
organisasi mengutamakan keamanan dan keselamatan dengan
mempergunakan kecanggihan atau kepengawaian. Bentuk lain
dari pemuasan kebutuhan ini dengan memberikan perlindungan
asuransi kepada para pegawai.
3.
Kebutuhan berkelompok/sosialisasi (social needs)
Kebutuhan sosialisasi/berkelompok merupakan kebutuhan jenjang
ketiga,. Yang termasuk kebutuhan ini misalnya kebutuhan bergaul,
bersekutu, membina persahabatan, menyelesaikan pekerjaan
bersama-sama dan lain-lain.
Manusia pada dasarnya selalu ingin hidup berkelompok dan tidak
seorang pun manusia ingin hidup sendiri menyendiri di tempat
terpencil. Karena manusia adalah makhluk sosial,sudah jelas ia
menginginkan kebutuhan-kebutuhan sosial yang menurut Hasibuan
(2008:106) terdiri dari empat kelompok yaitu :
a) kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain dimana ia
hidup dan bekerja (sense of belonging)
b) kebutuhan akan perasaan dihormati karena setiap manusia
merasa dirinya penting (sense of importance). Serendahrendahnya pendidikan dan kebutuhan seseorang, ia tetap
merasa dirinya penting. Karena itu dalam memotivasi pegawai,
pimpinan harus dapat melakukan tindakan yang menimbulkan
kesan bahwa tenaga mereka diperlukan dalam proses
pencapaian tujuan organisasi.
c) kebutuhan akan perasaan maju dan tidak seorang pun yang
menyenangi kegagalan (sense of achievement). Kemajuan di
segala bidang merupakan keinginan dan kebutuhan yang
menjadi idaman setiap orang.
d) Keinginan akan perasaan ikut serta (sense of participation).
Setiap pegawai akan merasa senang, jika diikutsertakan dalam
kegiatan organisasi dalam arti diberi kesempatan untuk
mengemukakan saran-saran atau pendapat-pendapatnya kepada
pimpinan mereka.
4.
Kebutuhan penghormatan (esteem needs)
Kebutuhan penghormatan adalah kebutuhan akan penghargaan diri,
pengakuan serta pengakuan prestise timbul karena adanya prestasi,
tetapi tidak selamanya demikian. Akan tetapi perlu diperhatikan
oleh pimpinan bahwa semakin tinggi kedudukan seseorang dalam
masyarakat atau posisi seseorang dalam suatu organisasi maka
semakin tinggi pula prestasinya.
5.
Kebutuhan Aktualisasikan diri (self actualitation needs)
Aktualisasi diri adalah kebutuhan akan menonjolkan keberadaan
diri dengan menggunakan kecakapan, kemampuan , keterampilan
dan potensi optimal untuk mencapai prestasi kerja yang sangat
memuaskan atau luar biasa yang sulit dicapai orang.
Kebutuhan ini merupakan realisasi lengkap potensi seseorang
secara penuh . keinginan seseorang untuk mencapai kebutuhan
sepenuhnya dapat berbeda satu dengan lainnya. Pemenuhan
kebutuhan ini dapat dilakukan oleh para pimpinan organisasi
dengan menyelenggarakan pendidikan dan latihan.
Menurut Hasibuan (2008:107) ada dua hal yang membedakan
antara kebutuhan aktualisasi diri dengan kebutuhan lainnya, yaitu
pertama : kebutuhan aktualisasi diri tidak dapat dipenuhi dari luar,
pemenuhannya hanya berdasarkan keinginan atas usaha individu
itu sendiri. Dan yang kedua: aktualisasi diri langsung dengan
pertumbuhan seorang individu. Kebutuhan ini berlangsung terus
menerus terutama sejalan dengan meningkatnya jenjang karier
seorang individu.
2) McClelland’s Theory of Needs
David McClelland yang dikutip oleh Mangkunegara (2008) menganalisis
tentang tiga kebutuhan manusia yang sangat penting di dalam organisasi atau
perusahaan tentang motivasi mereka. Teori tersebut memfokuskan kepada tiga
hal yaitu:
 Kebutuhan dalam mencapai kesuksesan (Need for achievement);
kemampuan untuk mencapai hubungna kepada standar perusahaan yang
telah
ditentukan
juga
perjuangan
karyawan
untuk
menuju
keberhasilan.Dan juga memenuhi ambisi secara pribadi daripada mencapai
kesuksesan dalam bentuk penghargaan perusahaan atau organisasi.
Sehingga mereka melakukannya selalu lebih baik dan efisien dari waktu
ke waktu.
 Kebutuhan dalam kekuasaan atau otoritas kerja (Need of power);
kebutuhan untuk membuat orang berperilaku dalam keadaan yang wajar
dan bijaksana di dalam tugasnya masing-masing. Dan beberapa orang
mungkin selalu untuk memiliki pengaruh, dihormati dan senang mengatur
sebagian manusia lainnya.
 Kebutuhan untuk berafiliasi (Nedd of affiliation); hasrat untuk bersahabat
dan mengenal lebih dekat rekan kerja atau para karyawan di dalam
organisasi. Dalam kebutuhan ini menepati posisi paling akhir dari riset
para pakar manajemen. Dalam arti, orang memiliki kebutuhan seperti ini
tentu mereka memilik motivasi untuk persahabatan, menanggung dan
bekerja sama daripada sebagia ajang kompetisi dalam suatu organsasi.
3) Theory X dan Theory Y
Menurut Douglas McGregor mengajukan dua pandangan yang berbeda
tentang manusia yaitu label X negatif dan label Y positif. Dari kedua teori X
dan Y dirumuskan asumsi-asumsi dan perilaku manusia dalam organisasi
sebagai berikut:
Teori X (negatif) meliputi:

Pada dasarnya manusia itu malas dalam bekerja

Tidak suka diatur dan dikontrol

Ketergantungan pada atasan

Berminat pada kebutuhan diri sendiri
Teory Y (positif) meliputi:

Sebaliknya pada dasarnya manusia sangat aktif

Manusia ingin puas

Mengontrol diri sendiri jika mereka melakukan komitmen yang
sangat objektif

Manusia bersikap dewasa dan dapat berusaha sendiri
4) Teori motivasi dari Frederick Herzberg
Dalam teori ini berhubungan langsung dengan kepuasan kerja. Teori ini
meneliti tentang dua kondisi yang mempengaruhi seseorang di dalam
pekerjaannya yaitu:
1. Kondisi pertama adalah faktor motivator; Keberhasilan pelaksanaan kerja,
pengakuan (recognition), pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab dan
pengembangan (advancement).
2. Kondisi kedua adalah hygiene; yaitu menimbulkan rasa tidak puas pada
pekerja seperti kebijakan administrasi perusahaan, supervisi yang sangat
ketat, hubungan antar pribadi, kondisi kerja dan gaji dan upah.
5) ERG Theory (Existence, Relatedness, Growth Theory)
Teori ini dikemukakan oleh Clayton Alderfer, yang sebetulnya tidak jauh
berbeda dengan teori dari Abraham Maslow. Teori ini mengemukakan bahwa
ada tiga kelompok kebutuhan manusia, yaitu:
o Existence berhubungan dengan kebutuhan untuk mempertahankan
keberadaan seseorang dalam hidupnya. Dikaitkan dengan penggolongan
dari Maslow, ini berkaitan dengan kebutuhan fisik dan keamanan.
o Relatedness berhubungan dengan kebutuhan untuk berinteraksi dengan
orang lain. Dikaitkan dengan penggolongan kebutuhan dari Maslow, ini
meliputi kebutuhan sosial dan pengakuan.
o Growth berhubungan dengan kebutuhan pengembangan diri, yang identik
dengan kebutuhan self-actualization yang dikemukakan oleh Maslow.
2.3.3 Proses Motivasi
Proses dari suatu motivasi secara umum dapat digambarkan
Malayu S.P. Hasibuan (2003:151) sebagai berikut :
menurut
1. Kebutuhan yang
tidak terpenuhi
2. Mencari jalan
untuk memenuhi
kebutuhan
6. Kebutuhan yang
dipenuhi dinilai kembali
oleh karyawan
Karyawan
3. Perilaku yang
berorientasi pada
tujuan
5. Imbalan atau
hukuman
4. Hasil karya
(evaluasi dari
tujuan yang)
Sumber : Malayu S.P.Hasibuan (2003:151)
Gambar 2.2
Proses Motivasi
Pada gambar terlihat bahwa orang berusaha akan memenuhi kebutuhannya
yang bermacam-macam. Kebutuhan yang tidak terpenuhi menyebabkan orang
untuk mencari jalan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Oleh karena
itu, orang memilih suatu tindakan dan terjadilah perilaku yang mengarahkan pada
pencapaian tujuan. Setelah beberapa waktu manajer menilai perilaku tersebut,
dimana hasil dan evaluasi prestasi tersebut menghasilkan berbagai macam bentuk
baik berupa imbalan maupun hukuman. Hasil tersebut dinilai oleh orang yang
bersangkutan dan kebutuhan yang belum terpenuhinya ditinjau kembali. Hal ini
menggerakkan proses dan pola berlingkar (siklus) dimulai lagi.
2.3.4
Jenis-jenis Motivasi
Jenis-jenis motivasi dapat dikelompokkan menjadi dua jenis menurut
Malayu S. P Hasibuan (2006:150), yaitu:
1) Motivasi positif (insentif positif), manajer memotivasi bawahan dengan
memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi baik. Dengan motivasi
positif ini semangat kerja bawahan akan meningkat, karena manusia pada
umumnya senang menerima yangbaik-baik saja.
Motivasi negatif (insentif negatif), manajer memotivasi bawahan dengan
2)
memberikan hukuman kepada mereka yang pekerjannya kurang baik (prestasi
rendah). Dengan memotivasi negatif ini semangat kerja bawahan dalam
waktu pendek akan meningkat, karena takut dihukum.
2.3.5
Tujuan Motivasi
Secara umum tujuan motivasi adalah untuk mengerakkan atau menggugah
seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu
sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu (Ngalim
Purwanto, 2006:73).
Sedangkan tujuan motivasi dalam Malayu S. P. Hasibuan (2006:146)
mengungkapkan bahwa:
1) Meningkatkan moral dan kepuasan kerja karyawan.
2) Meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
3) Mempertahankan kestabilan karyawan perusahaan.
4) Meningkatkan kedisiplinan absensi karyawan.
5) Mengefektifkan pengadaan karyawan.
6) Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.
7) Meningkatkan loyalitas, kreativitas dan partisipasi karyawan.
8) Meningkatkan tingkat kesejahteraan karyawan.
9) Mempertinggi rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya.
10) Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.
Tindakan memotivasi akan lebih dapat berhasil, jika tujuannya jelas dan
disadari oleh yang dimotivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang yang
dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi harus
mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan dan
kepribadian orang yang akan dimotivasi.
2.3.6
Metode Motivasi
Menurut Malayu S.P.Hasibuan (2006:149), ada dua metode motivasi
yaitu :
1) Motivasi Langsung (Direct Motivation)\
Motivasi langsung adalah motivasi (materiil dan nonmaterial) yang
diberikan secara langsung kepada setiap individu untuk memenuhi kebutuhan
serta kepuasannya. Jadi sifatnya khusus, seperti pujian, penghargaan,
tunjangan hari raya dan sebagainya.
2) Motivasi Tidak langsung (Inderect Motivation)
Motivasi tidak langsung adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan
fasilitas-fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah kerja, sehingga
lebih bersemangat dalam bekerja. Misalnya, mesin-mesin yang baik, ruang
kerja yang nyaman , kursi yang empuk, dan sebagainya.
2.3.7 Indikator-Indikator Motivasi Kerja
Menurut maslow yang dikutip Hasibuan (2008:105), bahwa motivasi kerja
karyawan dipengaruhi oleh kebutuhan fisik,kebutuhan akan keamanan, kebutuhan
sosialisasi, kebutuhan akan penghormatan, dan kebutuhan aktualisasi diri.
Kemudian dari faktor kebutuhan tersebut diturunkan menjadi indikator-indikator
untuk mengetahui tingkat motivasi kerja pada karyawan yaitu :

Kebutuhan fisik, ditunjukkan dengan : pemberian gaji, pemberian bonus,
uang makan, uang transport, fasilitas perumahan, dan sebagainya.

Kebutuhan rasa aman, ditunjukan dengan : fasilitas keamanan dan
keselamatan kerja yang diantaranya seperti adanya jaminan sosial tenaga
kerja, dana pensiun, tunjangan kesehatan, asuransi kecelakaan dan
perlengkapan keselamatan kerja.

Kebutuhan sosialisasi, ditunjukan dengan : melakukan interaksi dengan orang
lain yang diantaranya untuk diterima dalam kelompok dan kebutuhan untuk
mencintai dan dicintai.

Kebutuhan penghormatan, ditunjukan dengan : pengakuan dan penghargaan
berdasarkan kemampuannya, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai
oleh karyawan lain dan pimpinan terhadap prestasi kerja.

Kebutuhan aktualisasi diri, ditunjukan dengan sifat pekerjaan yang menarik
dan menantang, dimana karyawan tersebut akan mengerahkan kecakapan,
kemampuan, ketermapilan, dan potensinya. Dalam pemenuhan kebutuhan ini
dapat dilakukan oleh perusahaan dengan menyelenggarakan pendidikan dan
pelatihan.
2.4
Pengaruh Kompensasi Terhadap Kepuasan Kerja
Kompensasi berpengaruh terhadap kepuasan kerja hal ini dikemukakan
oleh Sondang P.Siagian (299:253) yang mengatakan bahwa sistem kompensasi
atau imbalan yang baik adalah sistem yang mampu menjamin kepuasan para
anggota organisasi yang pada gilirannya memungkinkan organisasi memperoleh,
memelihara dan memperkerjakan sejumlah orang dengan sikap dan perilaku
positif bekerja dengan produktif bagi kepentingan organisasi.
Moh. As’ad (2008:115) mengatakan apabila kompensasi diberikan secara
benar dan sesuai dengan harapan karyawan, diduga ada pengaruh kompensasi
terhadap kepuasan kerja karyawan. Pada uraian diatas telah dijelaskan oleh
beberapa ahli bahwa kompensasi mempengaruhi kepuasan kerja .
Penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2004) menyatakan bahwa
terdapat pengaruh antara kompensasi terhadap kepuasan kerja. Jika kompensasi
yang diterima semakin tinggi maka akan semakin meningkatkan kepuasan kerja
karyawan dalam sebuah perusahaan. Maka hipotesis pertama dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
H1 :
Terdapat pengaruh positif dan signifikan kompensasi terhadap
kepuasan kerja karyawan.
2.5
Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja
Motivasi kerja merupakan konsep yang menguraikan tentang kekuatan-
kekuatan yang ada dalam diri karyawan dan mengarahkan perilaku. Motivasi
kerja merupakan sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat kerja
(Suhartoto dan Yamit, 2003:56). Motivasi kerja diyakini memiliki pengaruh
positif terhadap kepuasan kerja seorang karyawan. Jika motivasi kerja seorang
karyawan semakin tinggi atau meningkat, maka kepuasan kerja mereka akan
semakin meningkat pula. Sebaliknya jika motivasi kerja menurun akan
menurunkan kepuasan kerja karyawan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Jusni
(2008) dan Munizu (2006) menyatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan
signifikan antara motivasi kerja terhadap kepuasan kerja. Jadi Hipotesis kedua
pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
H2 :
Terdapat pengaruh positif dan signifikan motivasi kerja terhadap
kepuasan kerja karyawan.
2.6
Pengaruh Kompensasi dan Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja
Terdapat berbagai faktor yang akan mempengaruhi kepuasan kerja. Faktor
atau variabel-variabel yang menentukan kepuasan kerja diantaranya adalah
kompensasi dan motivasi kerja. Semakin tinggi kompensasi yang diterima
karyawan terlebih lagi didukung dengan adanya motivasi kerja yang tinggii, maka
akan
meningkatkan
kepuasan
kerja
karyawan
pada
perusahaan
yang
bersangkutan.
Apabila kompensasi yang diterima seorang karyawan rendah dan motivasi
kerja karyawannya rendah maka akan semakin menurunkan kepuasan kerja
karyawan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bahagia (2004) ternyata terdapat
pengaruh positif dan signikan antara motivasi terhadap kepuasan kerja. Selain itu
widodo (2004) menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara kompensasi terhadap
kepuasan kerja. Dengan demikian berdasarkan pada uraian tersebut, maka
hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah :
H3 :
Terdapat pengaruh positif dan signifikan kompensasi dan motivasi
kerja terhadap kepuasan kerja karyawan.
2.7
Penelitian Terdahulu
Ada
beberapa
penelitian
terdahulu
yang
berkaitan
dengan
kompensasi,motivasi kerja dan kepuasan kerja. Bahagia, Rakhmad (2004) dalam
penelitiannya yang berjudul Pengaruh Kepemimpinan dan Motivasi Terhadap
Kepuasan Kerja. Widodo, Parwanto (2004) dalam penelitiannya berjudul
Pengaruh
Lingkungan
Kerja Pada Hubungan
Antara Kompensasi
dan
kepemimpinan Terhadap Kepuasan Kerja. Musran,Munizu dan Asti Almaida
(2006) dalam penelitiannya Hubungan Antara Motivasi dan Kepuasan Kerja.
Analisis penelitian yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda
menggunakan program SPSS. Hasil dari penelitian adalah kompensasi dan
motivasikerja berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja.
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kompensasi dan motivasi kerja
dapat berpengaruh terhadap kepuasan kerja (Evan Nalendra, 2008) ,Pengaruh
Sistim Penggajian, Kinerja dan Senioritas Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan
(Suhartoto, Ibnu Biat dan Zulian Yamit, 2005). Dan Analisis Kinerja Karyawan
Pemasaran dan Pengaruhnya Terhadap Kompensasi (Jusni, 2008)
2.8
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan landasan teori dan penelitian terdahulu maka dapat
disusun suatu kerangka pemikiran dalam penelitian ini, seperti yang disajikan
dalam gambar berikut ini :
Gambar 2.3 : Kerangka Teoritis
H
Kompensasi
X1
Kepuasan Kerja
Y
Motivasi Kerja
X2
Download