kesuburan tanah di lahan kering madura

advertisement
EMBRYO VOL. 4 NO. 2
DESEMBER 2007
ISSN 0216-0188
KESUBURAN TANAH DI LAHAN KERING MADURA
Slamet Supriyadi
Dosen Jurusan Budidaya Pertanian Fak.s Pertanian Unijoyo
Abstract
The objective of this study was to examine physichochemical conditions of the soils in
Madura’s dry land that show their fertility and problems in managing the soils of the area.
Soil samples were taken from 0-20cm depth from dry land of all regency in Madura. The
samples were then air dried and sieved to pass 2 mm. The samples were then treated to analyse
their physichochemical characteristics that were soil pH, soil C content, N total, Available P,
exchangeable Potassium (K), CEC, Base saturation, and soil texture.
Results showed that soil pH was dominated by moderate acid to moderate alkali (pH 67,5) with ∆pH was negative;the content of soil C, N total, and exchangable K were very low to
low; Available P was low especially soils with low pH; base saturation and CEC were high except
for the soil in Pamekasan. The dominant soil texture was fine followed by medium. The low
content of soil C, N total, available P, and exchangeable K had to be the main consideration in
managing the soils of Madura’s dryland.
Key words: Madura’s dry land, physichochemical, fertility.
Pendahuluan
Kesuburan
tanah
adalah
kemampuan tanah untuk menyediakan
hara, air dan oksigen dalam keadaan yang
seimbang bagi tanaman. Kemampuan ini
dipengaruhi oleh sifat fisika, kimia dan
biologi tanah. Dari sudut kimia, kesuburan
tanah diartikan kemampuan tanah untuk
menyediakan hara yang cukup bagi
tanaman (Setijono,1986, White, 1987).
Kesuburan
tanah
dievaluasi
dengan analisis tanah dan tanaman baik
total maupun parsial, yang ditujukan untuk
menentukan manajemen yang diperlukan
untuk rekomendasi pemupukan dan
meningkatkan
kesuburan suatu tanah
(FAO, 1988). Penilaian status kesuburan
tanah biasanya didasarkan kandungan
Nitrogen, Fosfor, dan Kalium, karena
nutrien makro ini dibutuhkan dalam
jumlah
banyak
(Gillman,
1983).
Selanjutnya ketersediaan suatu unsur hara
dipengaruhi oleh faktor tanah seperti:
tekstur, kapasitas tukar kation, kandungan
bahan organik, dan pH tanah(FAO, 1988).
Tanah di Madura umumnya
terbentuk dari bahan induk batu kapur di
bawah pengaruh iklim (curah hujan) yang
tegas antara bulan basah dan kering.
Sehingga tanah yang terbentuk berbeda
karakteristiknya dengan tanah yang ada di
daerah yang tidak mengenal bulan kering.
Sebaran jenis tanah menurut klasifikasi
tanah tinjau (Pusat Penelitian Tanah, 1966)
di empat kabupaten di Madura tersebut
terlihat bahwa tanah dominan di setiap
kabupaten di Madura adalah kompleks
Mediteran Merah dan Litosol berbahan
induk batu kapur
dan Kompleks
Mediteran Grumusol, Regosol dan Litosol
berbahan induk batu pasir. Tanah-tanah di
Madura mempunyai reaksi tanah netral
hingga alkalis, kandungan bahan organik
dan nitrogen total rendah, P total sedang
hingga tinggi dan basa kalsium tinggi
(Supriyadi, 1996). Masih tingginya
kandungan unsur basa, terutama kalsium
(Ca), karena bahan induknya yang berasal
adri endapan batu kapur kaya akan unsur
tersebut dan pencucian basa-basa tidak
seintensif sebagaimana dengan daerah
bercurah hujan tinggi, sehingga tanah
masih kaya akan unsur basa tersebut.
Tanah di Madura
umumnya
didominasi oleh Kompleks Mediteran
Merah dan Litosol yang berbahan induk
Batu Kapur dan Batu Pasir. Tanah-tanah
Mediteran Merah dan Litosol di Madura
berkembang pada kondisi iklim kering.
Tanah dengan bahan induk Batu kapur
mempunyai nilai pH tanah yang lebih
tinggi dibanding yang berasal dari bahan
124
Kesuburan Tanah di Lahan Kering Madura……124 - 131
induk Batu Pasir, hal ini karena rendahnya
pencucian basa-basa, terutama jika tanah
bertekstur halus. Permasalahan utama jenis
tanah ini adalah pada ketersediaan air dan
tingginya pH tanah yang seringkali di atas
7 (reaksi tanah cenderung akalis). Reaksi
tanah yang cenderung alkalis akan
memunculkan
permasalahan
secara
langsung yaitu kecocokan untuk tanaman
dan ketersediaan unsur hara, yaitu
rendahnya ketersediaan unsur mikro dan
juga fosfat karena terikat oleh Ca2+.
Selanjutnya tanah utama penting lainnya
adalah Kompleks Mediteran, Grumusol,
Regosol dan Litosol. Tanah ini dicirikan
oleh rekahan tanah yang lebar pada musim
kemarau akibat mengerutnya liat tanah,
dan pengolahan tanah yang berat di musim
hujan.
Tanah-tanah
semacam
ini
mempunyai kadar liat yang cukup tinggi,
dan dengan pengelolaan yang baik dapat
diarahkan untuk mempunyai produktivitas
tanah yang tinggi. Kandungan bahan
organik
dan nitrogen sangat rendah,
sehingga dalam pengelolaan tanah kedua
hal
tersebut
menjadi
perhatian
utama.Permasalahan fisik dan kimia ini
menjadi permasalahan untuk utama dalam
pengelolaan tanah ini. Tanah-tanah ini
dapat disejajarkan dalam Ordo Vertisol
(Chromustert) (Supriyadi, 1992).
Tujuan penelitian ini adalah
mengkaji kondisi fisikokimia tanah di
lahan kering Madura sehingga dapat
diperkirakan kondisi kesuburan dan
permasalahan yang ada dalam pengelolaan
tanah di wilayah tersebut.
Metode Penelitian
Sampel tanah diambil secara
komposit dari sekitar 5 titik pengambilan
sample di setiap lahan yang umumnya
ditanamai
umbi-umbian.
Kedalam
pengambilan sample tanah pada kedalaman
0-20
cm.
Sampel
tanah
lalu
dikeringudarakan
sampli
diperkecil
ukurannya dan diayak sehingga diperoleh
sample tanah yang akan digunakan untuk
analisis berukuran 0,5
dan 2 mm.
Selanjutnya sample tanah dianalisis sesuai
dengan karakteristik tanah dan hasilnya di
masukkan dalam criteria. Pengamatan
(Slamet Supriyadi)
sample tanah meliputi tekstur, pH(H2O),
pH (H2O), KTK, KB, C organik, N total,
kandungan basa-basa meliputi Na, K, Ca
dan Mg. Selain itu juga ditentukan nilai
SAR dan Kejenuhan Na berdasarkan data
yang diperoleh. Tekstur tanah ditentukan
berdasarkan
metode
hidrometer.
Sedangkan untuk pH ditentukan 2 macam,
yaitu pH (H2O) atau pH aktif untuk
menentukan konsentrasi hydrogen dalam
larutan tanah dan pH (KCl) atau pH
potensial untuk menentukan konsentrasi
hidrogen di tapak jerapan. Untuk
menentukan KTK (Kapasitas Tukar
Kation) digunakan metode penjenuhan.
1. Tekstur Tanah (Metode Hidrometer).
Tanah (ukuran butir < 2mm)
kering udara sebanyak 50 gram didestruksi
secara fisik dan kimiawi. H2O2 (30%)
sebanyak 20 ml ditambahkan untuk
menghilangkan bahan organik dan
dibiarkan dingin llau ditambahkan 2,0g
hexametafosfat dan ditambah air hingga
volumenya 250ml, selanjutnya dikocok
selama 18jam. Sampel tanah lalu
dipindahkan ke dalam gelas ukur 1000ml
dan ditambah air hingga garis batas. Untuk
blangko dibuat dari 2,0g hexametafosfat
ditambah air hingga garis batas gelas ukur
1000 ml. Larutan tanah dan balnko
dikocok merata, setelah 40 detik (bacaan
1) dan 5 jam (Bacaan 2) diadakan
pembacaan
dengan
Hidrometer
Bouyoucos. Hasil bacaan dikalibrasi
dengan suhu saat pengukuran dan
selanjutnya ditentukan prosentase masingmasing fraksi liat, debu dan pasir dari
sampel tanah.
2. Reaksi Tanah (pH Tanah);
Tanah (ukuran butir < 2mm) kering
udara sebanyak 20 gram, ditambah 50 ml
H2O (pH H2O) dan 50 ml KCl (pH KCl),
dikocok selama 10 menit dan dibiarkan
selama 30 menit, lalu dikocok selama 2
menit lalu ditentukan pH (H2O) dan
pH(KCl) dengan pHmeter elektrik.
3. Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan
K tanah.
125
EMBRYO VOL. 4 NO. 2
DESEMBER 2007
Tanah kering udara sebanyak
2,5±0,01g lalu dimasukkan ke dalam
tabung sentrifuge. Ke dalam masingmasing tabung ditambahkan 33ml KCl 1M
dan dikocok selama 5 menit lalu
disentrifuge hingga diperoleh larutan
bening; pekerjaan ini diulangi 2-4 kali.
Selanjutnya ditambahkan 20ml etanol 95%
dan dikocok selama 5 menit, lalu
disentrifuge hinga diperoleh larutan bening
dan larutan ini dibuang (diulang 2kali).
Amonium asetat 33 ml ditambahkan ke
sampel dan dikocok selama 5 menit lalu
disentrifuge hingga diperoleh larutan
bening (diulang dua kali). Larutan bening
lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100
ml dan ditambah amonium asetat hingga
garis batas, selanjutnya digunakan untuk
menentukan K+ dengan Spektroskopi
emisi. Penentuan KTK didasarkan pada
hasil pengukuran K+ yang didapat.
4. Kandungan Bahan Organik
Tanah kering udara sebanyak
1±0,001 g (<0,15mm) dimasukkan ke labu
pembakaran, lalu di tambahkan 10 ml
Kalium dikromat (5%) dan 20 ml Asam
sulfat pekat, dikocok pelan agar terjadi
percampuran yang sempurna (dilakukan di
almari asam). Setelah dibiarkan semalam
diperoleh cairan bening, yang selanjutnya
dipindahkan ke dalam cuvet kolorimetri,
lalu dibaca absorbansinya pada gelombang
600nm. Hasil bacaan absorbansi sampel
tanah dimasukkan kurva standar hubungan
absorbansi dengan konsentrasi karbon
(sukrosa) untuk menghitung kandungan
karbon organik.
5. Nitrogen dan Fosfor Total
Tanah kering udara sebanyak 0,2
±0,001 g (>0,15 mm) dimasukkan labu
pembakaran
ukuran
75
ml
lalu
ditambahkan larutan pengoksidasi kuat
(campuran selenium, lithium fosfat, H2O2
dan H2SO4) sebanyak 4,4 ml. Campuran
sampel tanah dan larutan pengoksidasi
kuat dipanaskan hingga suhu 360oC
selama 2 jam di (almari asam) sampai
tidak berwarna, jika masih berwarna
pemanasan dilanjutkan hingga 1 jam lalu
ISSN 0216-0188
dibiarkan dingin. Ke dalam sampel tanah
yang sudah dibakar ditambahkan aquades
50 ml hingga bercampur sempurna lalu
dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml.
Selanjutnya aquades ditambahkan hingga
garis batas, dan dibiarkan agar diperoleh
cairan jernih untuk analisis N total dan P
total.
Dengan pipet mikro diambil cairan
sampel sebanyak 0,100 ml lalu ditambah
5,00 ml reagen N1 dan dibiarkan selama 15
menit. Selanjutnya ditambahkan reagen N2
sebanyak 5,00 ml sehingga muncul warna
setelah dibiarkan selama 1 jam (warna
hanya tahan 1 hari). Sampel lalu dibaca
absorbansinya pada warna panjang
gelombang 655 nm. Konsentrasi N total
ditentukan dengan memasukkan hasil
bacaan absorbansi ke dalam kurva standar
(yg dibuat sebelumnya) absorbansi dengan
konsentrasi
nitrogen
yang
dibuat
sebelumnya.
6. Fosfor (P) tersedia
Tanah kering udara sebanyak 2,5 ±
0,01g (2 mm) dimasukkan ke dalam
tabung polyetilen, lalu ditambahkan 50 ml
larutan Na bikarbonat (0,5 M, pH 8,5).
Larutan sampel tanah dikocok selama 30
menit, kemudian disaring dengan kertas
Whatman no 42 sehingga diperoleh filtrat
yang jernih. Larutan jernih sebanyak 1 ml
dimasukkan cuvet lalu ditambahkan 4,0 ml
larutan asam askorbat dan 3,0 ml larutan
molibdat, dibiarkan selama 1 jam hingga
muncul warna. Sampel lalu dibaca
absorbansinya pada panjang gelombang
880 nm. Konsentrasi ortofosfat (fosfat)
ditentukan berdasarkan hasil bacaan
absorbansi dalam kurva standar antara
absorbansi dengan konsentrasi (yang telah
dibuat sebelumnya).
Hasil dan Pembahasan
Kesuburan disini adalah lebih pada
gambaran kondisi kualitas tanah dari segi
fisikokimia di kedalamam 0-20 cm seperti
kondisi tekstur tanah, pH tanah, kandungan
bahan organik, kapasitas tukar kation tanah
dan kejenuhan basa (KB).
126
Kesuburan Tanah di Lahan Kering Madura……124 - 131
3,1, Tekstur
Tekstur tanah adalah perbandingan
relatif dari fraksi pasir, debu dan liat dalam
satu bagian tanah. Dari hasil penelitian
didapatkan bahwa tekstur tanah di Madura
terkelompok pada tiga klas tekstur yaitu
halus, meliputi liat dan lempung berliat
dengan kandungan liat >35%, sedang,
meliputi lempung dan lempng berpasir,
dan kasar tersuusn atas pasir berlempung
dengan kandungan pasir > 70%. Secara
(Slamet Supriyadi)
umum tanah bertekstur halus 43%, sedang
26% dan kasar 31%. Jika dibandingkan
tekstur tanah antar kabupaten maka tanah
di Kabupaten Bangkalan didominasi oleh
tekstur kasar (50%), halus (40%) dan
sedang (10%). Untuk Kabupaten Sampang
halus 56% dan sedang 44%, dan di
kabupaten Pamekasan didominasi tekstur
kasar dan halus serta untuk tanah di
Kabupaten Sumenep tekstur halus dan
sedang
dominan.
Tabel 1. Persentase Klas Tekstur Tanah Permukaan di Madura
No
Klas Tekstur
Madura
Bangkalan
Sampang
Pamekasan
Sumenep
1
2
3
Halus
Sedang
Kasar
0.43
0.26
0.31
0.40
0.10
0.50
0.56
0.44
-
0.38
0.13
0.49
0.38
0.38
0.25
Tekstur tanah penting dalam kaitannya
dengan pergerakan udar dan air dalam
tanah dan proses pelapukan bahan organik.
Tanah dengan tekstur halus cenderung
dominan dengan pori halus (mikro) dan
sehingga pergerakan air dan udara lambat
kecuali tanah beragregasi baik. Dengan
demikian secara tidak langsung tekstur
tanah akan berpengaruh pada pertumbuhan
tanaman (White, 1987).
3.2. pH tanah
pH tanah merupakan sifat kimia
tanah yang penting karena akan
menentukan berbagai sifat tanah lainnya
seperti
ketersediaan
unsur
hara,
mikroorganisma yang dominant dalam
tanah, dan kecepatan proses perombakan
bahan
organik
dalam
tanah.
Tabel 2. Kondisi pH tanah dan ∆pH tanah permukaan Lahan Kering di Madura
No
1
2
3
4
Sampel Tanah
Sumenep
Pamekasan
Sampang
Bangkalan
Jumlah
Sampel
8
8
9
10
∆pH
pH (H2O)
6.2-7.8
5.6-7.8
6,4-7,8
6.2-7,8
Hasil pengamatan memperlihatkan
bahwa kisaran pH (H2O) di tanah lahan
kering Madura dari kondisi agak asam
hingga
agak
alkalis,
sebagaimana
dicantumkan pada Tabel 2. Hanya di
daerah Pamekasan dijumpai tanah asam
khususnya di Kecamatan Pakong, dengan
pH (H2O) berkisar 5,6-5,8. Selanjutnya
terlihat bahwa pH (KCl) di tanah lahan
kering Madura lebih tinggi dari pH(KCl),
yang berarti delta pH tanah negatip. Delta
pH yang berkisar 0,9 – 1,1, hal ini berarti
pH (KCL)
5.2-6.8
4.5-6.8
5.4-6.8
5.3-6.7
-0,9 - (-1)
-0,9 - (-1,1)
-1 - (-1,1)
-0,9 - (-1)
tanah
mempunyai
muatan
negatip
permanen sehingga mampu menjerap
kation-kation yang dapat dipertukarkan,
suatu sifat penting dalam kaitannya dengan
ketersediaan hara dan konservasi hara
terutama unsure hara yang berupa kation.
Dengan adanya muatan negatip unsurunsur bermuatan positip akan dijerap di
misel sehingga terhindar dari pencucian.
127
EMBRYO VOL. 4 NO. 2
DESEMBER 2007
3.3. Bahan Organik
Kandungan bahan organik tanah
didominasi oleh klas sangat rendah (< 2%)
88,57%
dan
rendah
(>2%)11,43%
ISSN 0216-0188
umumnya terdapat di tanah daerah
Sumenep. Selanjutnya dari hasil analisis
korelasi terlihat bahwa kandungan bahan
organik tanah dipengaruhi oleh kandungan
liat.
Tabel 3. % Karbon, Bahan Organik, N total dan C/N di tanah Permukaan di Madura
No
1
2
3
4
Lokasi
Jumlah
Sampel
8
8
9
10
Sumenep
Pamekasan
Sampang
Bangkalan
Meskipun
organik
dalam
kandungan
tanah
rendah
Corganik
0,25-1,68
0.18-0,82
0,38 - 1.13
0,36-1.32
Bahan
organik
0,43-2,90
0,31-1,41
0,66-1,59
0,62-2,28
N total
0.04 – 0,2
0,06 – 0,11
0,06 – 0,22
0,06 - 0,17
C/N
6.-10
4.-10
4.-46
6-11
bahan
akhirnya bermanfaat dalam pengurangan
tetapi
emisi CO2 ke udara (Jastrow et al., 2007).
tingginya kandungan bahan organik tanah
berkorelasi erat dengan jumlah nitrogen
dalam
tanah.
Hasil
analisis
3.4. Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan
Kejenuhan Basa (KB)
regresi
Kapasitas
menunjukkan bahwa % N total = 0,014 +
0,115 (% Corganik) dengan r = 0,86 (r2 =
0,75). Hasil analisis juga menunjukkan
bahwa nitrogen total berada pada klas
sangat rendah hingga rendah. Dengan
demikian sangat penting artinya dalam
pengelolaan tanah di lahan kering Madura
perlu ada alternatif input bahan organik
untuk menggantikan bahan organik yang
terdekomposisi selama pengusahaan lahan
memperlihatkan
pemupukan
nitrogen
yang
menurunkan C/N . Nilai C/N di lahan
pertanian umumnya stabil, berkisar 7-26
(White, 1987). Langkah peningkatan bahan
organic
dalam
tanah
juga
berarti
konservasi karbon dalam tanah, sehingga
waktu tinggal karbon meningkat, yang
kation
kemampuan
tanah
menukarkan sejumlah kation. Kemampuan
ini dipengaruhi oleh pH tanah, kandungan
bahan organik, macam mineral liat dan
kandungan
liat.
Hasil
penelitian
memperlihatkan kapasitas tukar kation
tanah terbagai dalam klas yaitu 11% sangat
rendah, 40% rendah, 14% sedang dan 17
% tinggi dan 17% sangat tinggi.
Hasil analisis korelasi bahwa KTK
baik yang alami maupun yang dipercepat
karena
tukar
tanah
berkorelasi
dengan
sifat
tanah
lainnya seperti liat, pasir, kandungan bahan
organik ataupun C organik dan pH tanah.
Biasanya tanah dengan tekstur liat, bahan
organik tinggi pH tanah tinggi tanah
mempunyai KTK tinggi, karena banyaknya
muatan negatip tapak jerapan meningkat
128
Kesuburan Tanah di Lahan Kering Madura……124 - 131
(Slamet Supriyadi)
terutama dari muatan tergantung pH
regresi R = 0,69 (R2 = 0,47). Selanjutnya
sedangkan tanah pada tanah dengan tekstur
juga terlihat bahwa tanah lahan kering di
kasar
KTKnya.
Pamekasan umumnya mempunyai KTK
Hubungan antara KTK dengan komponen
sangat rendah – rendah hal ini disebabkan
tanah
oleh tanah di daerah ini kandungan bahan
cenderung
lainnya
rendah
dinyatakan
dengan
persamaan regresi KTK = - 5,37 + 15,03 (
organiknya terendah.
% Corganik) + 0,31 ( % liat) dan koefiisen
Tabel 4. Rerata Konsentrasi basa, KTK, Jumlah Basa (me/100g) dan % Kejenuhan Basa
K
Kode
Sumenep
Pamekasan
Sampang
Bangkalan
0.29
0.07
0.32
0.19
Na
Ca
Mg
NH4OAC 1 N pH 7
0.23
20.41
1.23
0.12
4.30
0.70
0.17
17.60
2.59
0.21
10.63
2.00
Kejenuhan basa menggambarkan
banyaknya unsur hara basa dalam tapak
jerapan tanah. Dari hasil penelitian ratarata kejenuhan basa di tanah laha kering
Madura agak tinggi. Kejenuhan basa
tertinggi terjadi ditanah daerah Sampang
dan terendah di Kabupaten Bangkalan.
Tingginya kejenuhan basa ditentukan oleh
unsur basa yang ada dalam tanahterutama
Ca. Dari data pada Tabel 4 terlihat bahwa
tanah di Pameksan kandungan basanyanya
terendah. Hal ini kemungkinan disebabkan
adanya pencucian basa-basa tersebut oleh
air hujan. Dengan adanya pencucian basa
juga akan berpengaru pada pH tanah, yaitu
reaksi tanah cenderung asam. Tanah di
Pamekasan memberikan gambaran yang
berbeda
dibandingkan
tanah
dari
kabupaten lainnya, yaitu KTK rendah
tetapi KB tinggi, yang berarti untuk
penyangga rendah, yang kelihatan ada
masalah adalah kalium rendah demikian
juga dengan kalsium.
Kalium dapat dipertukar di tanah
lahan kering Pamekasan umumnya sangat
rendah dengan nilai rerata 0,07 (0,03-0,1)
me/100 g demekian juga dengan tanah di
Bangkalan (0,04-0,68) me/100 g dengan
rerata 0,19 me/100 g. Untuk tanah di
Sumenep dan Sampang rerata kandungan
KTK
26.38
7.86
26.85
22.42
Jumlah
Basa
22.16
5.20
20.68
13.03
KB
75.38
73.88
76.56
61.00
Kalium dapat dipertukar masing-masing
adalah 0,29 dan 0,32 me/100g atau berada
dalam klas rendah dan sedang. Dari
gambaran hasil penelitian ini nampak
bahwa kalium juga merupakan salah satu
permasalahan di tanah lahan kering
Madura. Rendahnya kalium di tanah
tropika ada kaitannya dengan intensifnya
pencucian yang terjadi difasilitasi oleh
tingginya curah hujan di wilayah tersebut
(Mengel dan Kirkby, 1982).
Rata-rata kejenuhan natrium (Na
saturation) adalah 1,47%, jadi dari
gambaran ini kandungan natrium yang ada
dalam tanah bukan menjadi problem
utama.
Natrium
baru
dianggap
berpengaruh pada salinitas jika Na dapat
dipertukar>12%.
Selanjutnya
dari
perhitungan SAR (Sodium adsorption
Ratio) didapatkan nilai rerata 0.081. Nilai
ini menunjukkan bahwa pengaruh natrium
pada
sodisitas
tanah
tidak
ada,
sebagaimana diketahui jika SAR > 15
maka tanah dimasukkan pada tanah sodik
yang mempunyai problem dengan struktur
tanah (White, 1987).
Selanjutnya rata-rata rasio kalsium
terhadap magnesium adalah 19,19, yang
berarti konsentrasi Mg dalam tanah
129
EMBRYO VOL. 4 NO. 2
DESEMBER 2007
umumnya adalah 20% dari konsentrasi
kalsium yang ada dalam tanah.
3.5. Kandungan Fosfat
Hasil analisis menunjukkan bahwa
kandungan P tersedia dengan metode
Olsen (tanah pH > 7) dan Bray 1 (tanah
dengan pH < 7) menunjukkan bahwa untuk
ISSN 0216-0188
tanah dengan pH > 7 P tersedia berada
pada klas rendah (tanah Bangkalan dan
Sumenep) dan tinggi (tanah daerah
Pamekasan dan Sampang), sedangkan
tanah dengan pH < 7 kandungan P tersedia
berada pada klas sangat rendah
(Pamekasan dan Bangkalan) dan rendah (
Sumenep dan Sampang).
Tabel 5 Rerata dan Kisaran P tersedia ditentukan dengan Metode Olsen dan Bray 1
P Bray 1
No
Jumlah
P olsen
Sampel
(ppm)
Sampel
(ppm)
Tanah
Rerata
Rerata
Kisaran
Kisaran
1
8
15.35
Sumenep
7.90
(0,96 –22,48)
(7,34 – 28,17)
2
8
3.97
Pamekasan
14.51
( 2,6 – 24,79)
(1,42 – 10,33)
3
9
14.59
Sampang
13.54
(2,62 –24,27)
(2,74 – 28,27)
4
10
5.76
Bangkalan
8.72
(2,03 - 23,18)
(0,87 – 14,64)
Hasil ini menunjukkan bahwa ketersediaan
P pada tanah dengan pH netral hingga agak
basa lebih baik daripada pada kondisi
masam (pH <7). Hal ini kemungkinan
disebabkan pada pH tinggi P dijerap hanya
oleh kation Ca2 sedang pada pH rendah
(asam) ada kemungkinan fiksasi oleh Fe,
Mn dan Al sebagimana terjadi pada tanah
di daerah tropika basah (Sanchez, 1976;
Soepardi, 1983).sehingga ketersediaannya
menjadi lebih rendah. Diantara tanah
masam yang ada maka tanah daerah
Sumenep dan Sampang lebih baik
dibandingkan dengan tanah masam di
Bangkalan dan Pamekasan jika dilihat dari
ketersediaan fosfatnya, mengingat P
merupakan salah satu unsur makroprimer.
Simpulan dan Saran
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pH tanah umumnya berkisar asam
hingga agak basa (6-7,5) dengan ∆pH
negatip, kandungan bahan organik, N total,
Kdd sangat rendah hingga rendah, P
tersedia rendah terutama pada tanah yang
bereaksi asam, kejenuhan basa tinggi, dan
KTK tanah sedang hingga tinggi kecuali
untuk tanah di Pamekasan rendah
KTKnya. Tekstur tanah yang dominant
adalah tekstur halus disusul sedang dan
persentase terendah adalah pada tekstur
kasar. Rendahnya C organic, N total, P
tersedia, dan K dd harus menjadi perhatian
utama dalam pengelolaan tanah di lahan
kering Madura
Daftar Pustaka.
FAO, 1988. Soil and Plant Analysis. FAO
Soil Bulletin 38/1. Roma. 241p.
Gillman, G P. 1983. Nutrient Availability
in Acid Soils of the Tropics
Following
Clearing
and
Cultivation. Proceedings of the
International Workshop on Soils.
Research to resolve selected
problems
of
soils
in
the
tropics.Townsville,
Queensland.Australia.
12-16
September. 189p.
Jastrow, J.D, Amonette, J.E., and Bailey,
V.L., 2007. Mechanism controlling
soil carbon turnover and their
potential
application
for
enhancing carbon sequestration.
Climatic Change 80:5-23.
Mengel, K and Kirkby, E.A., 1982.
Principles of Plant Nutrition.
International Potash Institute. Bern.
Switzerland.
130
Kesuburan Tanah di Lahan Kering Madura……124 - 131
Sanchez, P. 1976. Properties and
Management of Soils in the
Tropics.
A
Wiley-Interscience
Publications. John Wiley and Sons.
New York. London, Sydney.
Setijono, S. 1986. Kesuburan Tanah dan
Nutrisi Tanaman. Lecture Note of 1
sks Course Presented of S2
Programme.Pendidikan
Pasca
Sarjana KPK UGM-UNIBRAW.
72p.
(Slamet Supriyadi)
Soepardi, G. 1985. Sifat dan Ciri Tanah.
IPB. Bogor.
Supriyadi, S., 1996. Status Kesuburan
Tanah Lahan Kering Kabupaten
Bangkalan. Laporan Penelitian.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Kepada
Masyarakat
Univeritas
Bangkalan
White, R.E. 1987. Introduction to the
Principles and practice of Soil
Science.2nd. Blackwell scientific
publications
131
Download