EMBRYO VOL. 4 NO. 2 DESEMBER 2007 ISSN 0216-0188 KESUBURAN TANAH DI LAHAN KERING MADURA Slamet Supriyadi Dosen Jurusan Budidaya Pertanian Fak.s Pertanian Unijoyo Abstract The objective of this study was to examine physichochemical conditions of the soils in Madura’s dry land that show their fertility and problems in managing the soils of the area. Soil samples were taken from 0-20cm depth from dry land of all regency in Madura. The samples were then air dried and sieved to pass 2 mm. The samples were then treated to analyse their physichochemical characteristics that were soil pH, soil C content, N total, Available P, exchangeable Potassium (K), CEC, Base saturation, and soil texture. Results showed that soil pH was dominated by moderate acid to moderate alkali (pH 67,5) with ∆pH was negative;the content of soil C, N total, and exchangable K were very low to low; Available P was low especially soils with low pH; base saturation and CEC were high except for the soil in Pamekasan. The dominant soil texture was fine followed by medium. The low content of soil C, N total, available P, and exchangeable K had to be the main consideration in managing the soils of Madura’s dryland. Key words: Madura’s dry land, physichochemical, fertility. Pendahuluan Kesuburan tanah adalah kemampuan tanah untuk menyediakan hara, air dan oksigen dalam keadaan yang seimbang bagi tanaman. Kemampuan ini dipengaruhi oleh sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Dari sudut kimia, kesuburan tanah diartikan kemampuan tanah untuk menyediakan hara yang cukup bagi tanaman (Setijono,1986, White, 1987). Kesuburan tanah dievaluasi dengan analisis tanah dan tanaman baik total maupun parsial, yang ditujukan untuk menentukan manajemen yang diperlukan untuk rekomendasi pemupukan dan meningkatkan kesuburan suatu tanah (FAO, 1988). Penilaian status kesuburan tanah biasanya didasarkan kandungan Nitrogen, Fosfor, dan Kalium, karena nutrien makro ini dibutuhkan dalam jumlah banyak (Gillman, 1983). Selanjutnya ketersediaan suatu unsur hara dipengaruhi oleh faktor tanah seperti: tekstur, kapasitas tukar kation, kandungan bahan organik, dan pH tanah(FAO, 1988). Tanah di Madura umumnya terbentuk dari bahan induk batu kapur di bawah pengaruh iklim (curah hujan) yang tegas antara bulan basah dan kering. Sehingga tanah yang terbentuk berbeda karakteristiknya dengan tanah yang ada di daerah yang tidak mengenal bulan kering. Sebaran jenis tanah menurut klasifikasi tanah tinjau (Pusat Penelitian Tanah, 1966) di empat kabupaten di Madura tersebut terlihat bahwa tanah dominan di setiap kabupaten di Madura adalah kompleks Mediteran Merah dan Litosol berbahan induk batu kapur dan Kompleks Mediteran Grumusol, Regosol dan Litosol berbahan induk batu pasir. Tanah-tanah di Madura mempunyai reaksi tanah netral hingga alkalis, kandungan bahan organik dan nitrogen total rendah, P total sedang hingga tinggi dan basa kalsium tinggi (Supriyadi, 1996). Masih tingginya kandungan unsur basa, terutama kalsium (Ca), karena bahan induknya yang berasal adri endapan batu kapur kaya akan unsur tersebut dan pencucian basa-basa tidak seintensif sebagaimana dengan daerah bercurah hujan tinggi, sehingga tanah masih kaya akan unsur basa tersebut. Tanah di Madura umumnya didominasi oleh Kompleks Mediteran Merah dan Litosol yang berbahan induk Batu Kapur dan Batu Pasir. Tanah-tanah Mediteran Merah dan Litosol di Madura berkembang pada kondisi iklim kering. Tanah dengan bahan induk Batu kapur mempunyai nilai pH tanah yang lebih tinggi dibanding yang berasal dari bahan 124 Kesuburan Tanah di Lahan Kering Madura……124 - 131 induk Batu Pasir, hal ini karena rendahnya pencucian basa-basa, terutama jika tanah bertekstur halus. Permasalahan utama jenis tanah ini adalah pada ketersediaan air dan tingginya pH tanah yang seringkali di atas 7 (reaksi tanah cenderung akalis). Reaksi tanah yang cenderung alkalis akan memunculkan permasalahan secara langsung yaitu kecocokan untuk tanaman dan ketersediaan unsur hara, yaitu rendahnya ketersediaan unsur mikro dan juga fosfat karena terikat oleh Ca2+. Selanjutnya tanah utama penting lainnya adalah Kompleks Mediteran, Grumusol, Regosol dan Litosol. Tanah ini dicirikan oleh rekahan tanah yang lebar pada musim kemarau akibat mengerutnya liat tanah, dan pengolahan tanah yang berat di musim hujan. Tanah-tanah semacam ini mempunyai kadar liat yang cukup tinggi, dan dengan pengelolaan yang baik dapat diarahkan untuk mempunyai produktivitas tanah yang tinggi. Kandungan bahan organik dan nitrogen sangat rendah, sehingga dalam pengelolaan tanah kedua hal tersebut menjadi perhatian utama.Permasalahan fisik dan kimia ini menjadi permasalahan untuk utama dalam pengelolaan tanah ini. Tanah-tanah ini dapat disejajarkan dalam Ordo Vertisol (Chromustert) (Supriyadi, 1992). Tujuan penelitian ini adalah mengkaji kondisi fisikokimia tanah di lahan kering Madura sehingga dapat diperkirakan kondisi kesuburan dan permasalahan yang ada dalam pengelolaan tanah di wilayah tersebut. Metode Penelitian Sampel tanah diambil secara komposit dari sekitar 5 titik pengambilan sample di setiap lahan yang umumnya ditanamai umbi-umbian. Kedalam pengambilan sample tanah pada kedalaman 0-20 cm. Sampel tanah lalu dikeringudarakan sampli diperkecil ukurannya dan diayak sehingga diperoleh sample tanah yang akan digunakan untuk analisis berukuran 0,5 dan 2 mm. Selanjutnya sample tanah dianalisis sesuai dengan karakteristik tanah dan hasilnya di masukkan dalam criteria. Pengamatan (Slamet Supriyadi) sample tanah meliputi tekstur, pH(H2O), pH (H2O), KTK, KB, C organik, N total, kandungan basa-basa meliputi Na, K, Ca dan Mg. Selain itu juga ditentukan nilai SAR dan Kejenuhan Na berdasarkan data yang diperoleh. Tekstur tanah ditentukan berdasarkan metode hidrometer. Sedangkan untuk pH ditentukan 2 macam, yaitu pH (H2O) atau pH aktif untuk menentukan konsentrasi hydrogen dalam larutan tanah dan pH (KCl) atau pH potensial untuk menentukan konsentrasi hidrogen di tapak jerapan. Untuk menentukan KTK (Kapasitas Tukar Kation) digunakan metode penjenuhan. 1. Tekstur Tanah (Metode Hidrometer). Tanah (ukuran butir < 2mm) kering udara sebanyak 50 gram didestruksi secara fisik dan kimiawi. H2O2 (30%) sebanyak 20 ml ditambahkan untuk menghilangkan bahan organik dan dibiarkan dingin llau ditambahkan 2,0g hexametafosfat dan ditambah air hingga volumenya 250ml, selanjutnya dikocok selama 18jam. Sampel tanah lalu dipindahkan ke dalam gelas ukur 1000ml dan ditambah air hingga garis batas. Untuk blangko dibuat dari 2,0g hexametafosfat ditambah air hingga garis batas gelas ukur 1000 ml. Larutan tanah dan balnko dikocok merata, setelah 40 detik (bacaan 1) dan 5 jam (Bacaan 2) diadakan pembacaan dengan Hidrometer Bouyoucos. Hasil bacaan dikalibrasi dengan suhu saat pengukuran dan selanjutnya ditentukan prosentase masingmasing fraksi liat, debu dan pasir dari sampel tanah. 2. Reaksi Tanah (pH Tanah); Tanah (ukuran butir < 2mm) kering udara sebanyak 20 gram, ditambah 50 ml H2O (pH H2O) dan 50 ml KCl (pH KCl), dikocok selama 10 menit dan dibiarkan selama 30 menit, lalu dikocok selama 2 menit lalu ditentukan pH (H2O) dan pH(KCl) dengan pHmeter elektrik. 3. Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan K tanah. 125 EMBRYO VOL. 4 NO. 2 DESEMBER 2007 Tanah kering udara sebanyak 2,5±0,01g lalu dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge. Ke dalam masingmasing tabung ditambahkan 33ml KCl 1M dan dikocok selama 5 menit lalu disentrifuge hingga diperoleh larutan bening; pekerjaan ini diulangi 2-4 kali. Selanjutnya ditambahkan 20ml etanol 95% dan dikocok selama 5 menit, lalu disentrifuge hinga diperoleh larutan bening dan larutan ini dibuang (diulang 2kali). Amonium asetat 33 ml ditambahkan ke sampel dan dikocok selama 5 menit lalu disentrifuge hingga diperoleh larutan bening (diulang dua kali). Larutan bening lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan ditambah amonium asetat hingga garis batas, selanjutnya digunakan untuk menentukan K+ dengan Spektroskopi emisi. Penentuan KTK didasarkan pada hasil pengukuran K+ yang didapat. 4. Kandungan Bahan Organik Tanah kering udara sebanyak 1±0,001 g (<0,15mm) dimasukkan ke labu pembakaran, lalu di tambahkan 10 ml Kalium dikromat (5%) dan 20 ml Asam sulfat pekat, dikocok pelan agar terjadi percampuran yang sempurna (dilakukan di almari asam). Setelah dibiarkan semalam diperoleh cairan bening, yang selanjutnya dipindahkan ke dalam cuvet kolorimetri, lalu dibaca absorbansinya pada gelombang 600nm. Hasil bacaan absorbansi sampel tanah dimasukkan kurva standar hubungan absorbansi dengan konsentrasi karbon (sukrosa) untuk menghitung kandungan karbon organik. 5. Nitrogen dan Fosfor Total Tanah kering udara sebanyak 0,2 ±0,001 g (>0,15 mm) dimasukkan labu pembakaran ukuran 75 ml lalu ditambahkan larutan pengoksidasi kuat (campuran selenium, lithium fosfat, H2O2 dan H2SO4) sebanyak 4,4 ml. Campuran sampel tanah dan larutan pengoksidasi kuat dipanaskan hingga suhu 360oC selama 2 jam di (almari asam) sampai tidak berwarna, jika masih berwarna pemanasan dilanjutkan hingga 1 jam lalu ISSN 0216-0188 dibiarkan dingin. Ke dalam sampel tanah yang sudah dibakar ditambahkan aquades 50 ml hingga bercampur sempurna lalu dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml. Selanjutnya aquades ditambahkan hingga garis batas, dan dibiarkan agar diperoleh cairan jernih untuk analisis N total dan P total. Dengan pipet mikro diambil cairan sampel sebanyak 0,100 ml lalu ditambah 5,00 ml reagen N1 dan dibiarkan selama 15 menit. Selanjutnya ditambahkan reagen N2 sebanyak 5,00 ml sehingga muncul warna setelah dibiarkan selama 1 jam (warna hanya tahan 1 hari). Sampel lalu dibaca absorbansinya pada warna panjang gelombang 655 nm. Konsentrasi N total ditentukan dengan memasukkan hasil bacaan absorbansi ke dalam kurva standar (yg dibuat sebelumnya) absorbansi dengan konsentrasi nitrogen yang dibuat sebelumnya. 6. Fosfor (P) tersedia Tanah kering udara sebanyak 2,5 ± 0,01g (2 mm) dimasukkan ke dalam tabung polyetilen, lalu ditambahkan 50 ml larutan Na bikarbonat (0,5 M, pH 8,5). Larutan sampel tanah dikocok selama 30 menit, kemudian disaring dengan kertas Whatman no 42 sehingga diperoleh filtrat yang jernih. Larutan jernih sebanyak 1 ml dimasukkan cuvet lalu ditambahkan 4,0 ml larutan asam askorbat dan 3,0 ml larutan molibdat, dibiarkan selama 1 jam hingga muncul warna. Sampel lalu dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 880 nm. Konsentrasi ortofosfat (fosfat) ditentukan berdasarkan hasil bacaan absorbansi dalam kurva standar antara absorbansi dengan konsentrasi (yang telah dibuat sebelumnya). Hasil dan Pembahasan Kesuburan disini adalah lebih pada gambaran kondisi kualitas tanah dari segi fisikokimia di kedalamam 0-20 cm seperti kondisi tekstur tanah, pH tanah, kandungan bahan organik, kapasitas tukar kation tanah dan kejenuhan basa (KB). 126 Kesuburan Tanah di Lahan Kering Madura……124 - 131 3,1, Tekstur Tekstur tanah adalah perbandingan relatif dari fraksi pasir, debu dan liat dalam satu bagian tanah. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tekstur tanah di Madura terkelompok pada tiga klas tekstur yaitu halus, meliputi liat dan lempung berliat dengan kandungan liat >35%, sedang, meliputi lempung dan lempng berpasir, dan kasar tersuusn atas pasir berlempung dengan kandungan pasir > 70%. Secara (Slamet Supriyadi) umum tanah bertekstur halus 43%, sedang 26% dan kasar 31%. Jika dibandingkan tekstur tanah antar kabupaten maka tanah di Kabupaten Bangkalan didominasi oleh tekstur kasar (50%), halus (40%) dan sedang (10%). Untuk Kabupaten Sampang halus 56% dan sedang 44%, dan di kabupaten Pamekasan didominasi tekstur kasar dan halus serta untuk tanah di Kabupaten Sumenep tekstur halus dan sedang dominan. Tabel 1. Persentase Klas Tekstur Tanah Permukaan di Madura No Klas Tekstur Madura Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep 1 2 3 Halus Sedang Kasar 0.43 0.26 0.31 0.40 0.10 0.50 0.56 0.44 - 0.38 0.13 0.49 0.38 0.38 0.25 Tekstur tanah penting dalam kaitannya dengan pergerakan udar dan air dalam tanah dan proses pelapukan bahan organik. Tanah dengan tekstur halus cenderung dominan dengan pori halus (mikro) dan sehingga pergerakan air dan udara lambat kecuali tanah beragregasi baik. Dengan demikian secara tidak langsung tekstur tanah akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman (White, 1987). 3.2. pH tanah pH tanah merupakan sifat kimia tanah yang penting karena akan menentukan berbagai sifat tanah lainnya seperti ketersediaan unsur hara, mikroorganisma yang dominant dalam tanah, dan kecepatan proses perombakan bahan organik dalam tanah. Tabel 2. Kondisi pH tanah dan ∆pH tanah permukaan Lahan Kering di Madura No 1 2 3 4 Sampel Tanah Sumenep Pamekasan Sampang Bangkalan Jumlah Sampel 8 8 9 10 ∆pH pH (H2O) 6.2-7.8 5.6-7.8 6,4-7,8 6.2-7,8 Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa kisaran pH (H2O) di tanah lahan kering Madura dari kondisi agak asam hingga agak alkalis, sebagaimana dicantumkan pada Tabel 2. Hanya di daerah Pamekasan dijumpai tanah asam khususnya di Kecamatan Pakong, dengan pH (H2O) berkisar 5,6-5,8. Selanjutnya terlihat bahwa pH (KCl) di tanah lahan kering Madura lebih tinggi dari pH(KCl), yang berarti delta pH tanah negatip. Delta pH yang berkisar 0,9 – 1,1, hal ini berarti pH (KCL) 5.2-6.8 4.5-6.8 5.4-6.8 5.3-6.7 -0,9 - (-1) -0,9 - (-1,1) -1 - (-1,1) -0,9 - (-1) tanah mempunyai muatan negatip permanen sehingga mampu menjerap kation-kation yang dapat dipertukarkan, suatu sifat penting dalam kaitannya dengan ketersediaan hara dan konservasi hara terutama unsure hara yang berupa kation. Dengan adanya muatan negatip unsurunsur bermuatan positip akan dijerap di misel sehingga terhindar dari pencucian. 127 EMBRYO VOL. 4 NO. 2 DESEMBER 2007 3.3. Bahan Organik Kandungan bahan organik tanah didominasi oleh klas sangat rendah (< 2%) 88,57% dan rendah (>2%)11,43% ISSN 0216-0188 umumnya terdapat di tanah daerah Sumenep. Selanjutnya dari hasil analisis korelasi terlihat bahwa kandungan bahan organik tanah dipengaruhi oleh kandungan liat. Tabel 3. % Karbon, Bahan Organik, N total dan C/N di tanah Permukaan di Madura No 1 2 3 4 Lokasi Jumlah Sampel 8 8 9 10 Sumenep Pamekasan Sampang Bangkalan Meskipun organik dalam kandungan tanah rendah Corganik 0,25-1,68 0.18-0,82 0,38 - 1.13 0,36-1.32 Bahan organik 0,43-2,90 0,31-1,41 0,66-1,59 0,62-2,28 N total 0.04 – 0,2 0,06 – 0,11 0,06 – 0,22 0,06 - 0,17 C/N 6.-10 4.-10 4.-46 6-11 bahan akhirnya bermanfaat dalam pengurangan tetapi emisi CO2 ke udara (Jastrow et al., 2007). tingginya kandungan bahan organik tanah berkorelasi erat dengan jumlah nitrogen dalam tanah. Hasil analisis 3.4. Kapasitas Tukar Kation (KTK) dan Kejenuhan Basa (KB) regresi Kapasitas menunjukkan bahwa % N total = 0,014 + 0,115 (% Corganik) dengan r = 0,86 (r2 = 0,75). Hasil analisis juga menunjukkan bahwa nitrogen total berada pada klas sangat rendah hingga rendah. Dengan demikian sangat penting artinya dalam pengelolaan tanah di lahan kering Madura perlu ada alternatif input bahan organik untuk menggantikan bahan organik yang terdekomposisi selama pengusahaan lahan memperlihatkan pemupukan nitrogen yang menurunkan C/N . Nilai C/N di lahan pertanian umumnya stabil, berkisar 7-26 (White, 1987). Langkah peningkatan bahan organic dalam tanah juga berarti konservasi karbon dalam tanah, sehingga waktu tinggal karbon meningkat, yang kation kemampuan tanah menukarkan sejumlah kation. Kemampuan ini dipengaruhi oleh pH tanah, kandungan bahan organik, macam mineral liat dan kandungan liat. Hasil penelitian memperlihatkan kapasitas tukar kation tanah terbagai dalam klas yaitu 11% sangat rendah, 40% rendah, 14% sedang dan 17 % tinggi dan 17% sangat tinggi. Hasil analisis korelasi bahwa KTK baik yang alami maupun yang dipercepat karena tukar tanah berkorelasi dengan sifat tanah lainnya seperti liat, pasir, kandungan bahan organik ataupun C organik dan pH tanah. Biasanya tanah dengan tekstur liat, bahan organik tinggi pH tanah tinggi tanah mempunyai KTK tinggi, karena banyaknya muatan negatip tapak jerapan meningkat 128 Kesuburan Tanah di Lahan Kering Madura……124 - 131 (Slamet Supriyadi) terutama dari muatan tergantung pH regresi R = 0,69 (R2 = 0,47). Selanjutnya sedangkan tanah pada tanah dengan tekstur juga terlihat bahwa tanah lahan kering di kasar KTKnya. Pamekasan umumnya mempunyai KTK Hubungan antara KTK dengan komponen sangat rendah – rendah hal ini disebabkan tanah oleh tanah di daerah ini kandungan bahan cenderung lainnya rendah dinyatakan dengan persamaan regresi KTK = - 5,37 + 15,03 ( organiknya terendah. % Corganik) + 0,31 ( % liat) dan koefiisen Tabel 4. Rerata Konsentrasi basa, KTK, Jumlah Basa (me/100g) dan % Kejenuhan Basa K Kode Sumenep Pamekasan Sampang Bangkalan 0.29 0.07 0.32 0.19 Na Ca Mg NH4OAC 1 N pH 7 0.23 20.41 1.23 0.12 4.30 0.70 0.17 17.60 2.59 0.21 10.63 2.00 Kejenuhan basa menggambarkan banyaknya unsur hara basa dalam tapak jerapan tanah. Dari hasil penelitian ratarata kejenuhan basa di tanah laha kering Madura agak tinggi. Kejenuhan basa tertinggi terjadi ditanah daerah Sampang dan terendah di Kabupaten Bangkalan. Tingginya kejenuhan basa ditentukan oleh unsur basa yang ada dalam tanahterutama Ca. Dari data pada Tabel 4 terlihat bahwa tanah di Pameksan kandungan basanyanya terendah. Hal ini kemungkinan disebabkan adanya pencucian basa-basa tersebut oleh air hujan. Dengan adanya pencucian basa juga akan berpengaru pada pH tanah, yaitu reaksi tanah cenderung asam. Tanah di Pamekasan memberikan gambaran yang berbeda dibandingkan tanah dari kabupaten lainnya, yaitu KTK rendah tetapi KB tinggi, yang berarti untuk penyangga rendah, yang kelihatan ada masalah adalah kalium rendah demikian juga dengan kalsium. Kalium dapat dipertukar di tanah lahan kering Pamekasan umumnya sangat rendah dengan nilai rerata 0,07 (0,03-0,1) me/100 g demekian juga dengan tanah di Bangkalan (0,04-0,68) me/100 g dengan rerata 0,19 me/100 g. Untuk tanah di Sumenep dan Sampang rerata kandungan KTK 26.38 7.86 26.85 22.42 Jumlah Basa 22.16 5.20 20.68 13.03 KB 75.38 73.88 76.56 61.00 Kalium dapat dipertukar masing-masing adalah 0,29 dan 0,32 me/100g atau berada dalam klas rendah dan sedang. Dari gambaran hasil penelitian ini nampak bahwa kalium juga merupakan salah satu permasalahan di tanah lahan kering Madura. Rendahnya kalium di tanah tropika ada kaitannya dengan intensifnya pencucian yang terjadi difasilitasi oleh tingginya curah hujan di wilayah tersebut (Mengel dan Kirkby, 1982). Rata-rata kejenuhan natrium (Na saturation) adalah 1,47%, jadi dari gambaran ini kandungan natrium yang ada dalam tanah bukan menjadi problem utama. Natrium baru dianggap berpengaruh pada salinitas jika Na dapat dipertukar>12%. Selanjutnya dari perhitungan SAR (Sodium adsorption Ratio) didapatkan nilai rerata 0.081. Nilai ini menunjukkan bahwa pengaruh natrium pada sodisitas tanah tidak ada, sebagaimana diketahui jika SAR > 15 maka tanah dimasukkan pada tanah sodik yang mempunyai problem dengan struktur tanah (White, 1987). Selanjutnya rata-rata rasio kalsium terhadap magnesium adalah 19,19, yang berarti konsentrasi Mg dalam tanah 129 EMBRYO VOL. 4 NO. 2 DESEMBER 2007 umumnya adalah 20% dari konsentrasi kalsium yang ada dalam tanah. 3.5. Kandungan Fosfat Hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan P tersedia dengan metode Olsen (tanah pH > 7) dan Bray 1 (tanah dengan pH < 7) menunjukkan bahwa untuk ISSN 0216-0188 tanah dengan pH > 7 P tersedia berada pada klas rendah (tanah Bangkalan dan Sumenep) dan tinggi (tanah daerah Pamekasan dan Sampang), sedangkan tanah dengan pH < 7 kandungan P tersedia berada pada klas sangat rendah (Pamekasan dan Bangkalan) dan rendah ( Sumenep dan Sampang). Tabel 5 Rerata dan Kisaran P tersedia ditentukan dengan Metode Olsen dan Bray 1 P Bray 1 No Jumlah P olsen Sampel (ppm) Sampel (ppm) Tanah Rerata Rerata Kisaran Kisaran 1 8 15.35 Sumenep 7.90 (0,96 –22,48) (7,34 – 28,17) 2 8 3.97 Pamekasan 14.51 ( 2,6 – 24,79) (1,42 – 10,33) 3 9 14.59 Sampang 13.54 (2,62 –24,27) (2,74 – 28,27) 4 10 5.76 Bangkalan 8.72 (2,03 - 23,18) (0,87 – 14,64) Hasil ini menunjukkan bahwa ketersediaan P pada tanah dengan pH netral hingga agak basa lebih baik daripada pada kondisi masam (pH <7). Hal ini kemungkinan disebabkan pada pH tinggi P dijerap hanya oleh kation Ca2 sedang pada pH rendah (asam) ada kemungkinan fiksasi oleh Fe, Mn dan Al sebagimana terjadi pada tanah di daerah tropika basah (Sanchez, 1976; Soepardi, 1983).sehingga ketersediaannya menjadi lebih rendah. Diantara tanah masam yang ada maka tanah daerah Sumenep dan Sampang lebih baik dibandingkan dengan tanah masam di Bangkalan dan Pamekasan jika dilihat dari ketersediaan fosfatnya, mengingat P merupakan salah satu unsur makroprimer. Simpulan dan Saran Hasil penelitian menunjukkan bahwa pH tanah umumnya berkisar asam hingga agak basa (6-7,5) dengan ∆pH negatip, kandungan bahan organik, N total, Kdd sangat rendah hingga rendah, P tersedia rendah terutama pada tanah yang bereaksi asam, kejenuhan basa tinggi, dan KTK tanah sedang hingga tinggi kecuali untuk tanah di Pamekasan rendah KTKnya. Tekstur tanah yang dominant adalah tekstur halus disusul sedang dan persentase terendah adalah pada tekstur kasar. Rendahnya C organic, N total, P tersedia, dan K dd harus menjadi perhatian utama dalam pengelolaan tanah di lahan kering Madura Daftar Pustaka. FAO, 1988. Soil and Plant Analysis. FAO Soil Bulletin 38/1. Roma. 241p. Gillman, G P. 1983. Nutrient Availability in Acid Soils of the Tropics Following Clearing and Cultivation. Proceedings of the International Workshop on Soils. Research to resolve selected problems of soils in the tropics.Townsville, Queensland.Australia. 12-16 September. 189p. Jastrow, J.D, Amonette, J.E., and Bailey, V.L., 2007. Mechanism controlling soil carbon turnover and their potential application for enhancing carbon sequestration. Climatic Change 80:5-23. Mengel, K and Kirkby, E.A., 1982. Principles of Plant Nutrition. International Potash Institute. Bern. Switzerland. 130 Kesuburan Tanah di Lahan Kering Madura……124 - 131 Sanchez, P. 1976. Properties and Management of Soils in the Tropics. A Wiley-Interscience Publications. John Wiley and Sons. New York. London, Sydney. Setijono, S. 1986. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. Lecture Note of 1 sks Course Presented of S2 Programme.Pendidikan Pasca Sarjana KPK UGM-UNIBRAW. 72p. (Slamet Supriyadi) Soepardi, G. 1985. Sifat dan Ciri Tanah. IPB. Bogor. Supriyadi, S., 1996. Status Kesuburan Tanah Lahan Kering Kabupaten Bangkalan. Laporan Penelitian. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Univeritas Bangkalan White, R.E. 1987. Introduction to the Principles and practice of Soil Science.2nd. Blackwell scientific publications 131