BIJAK Majalah Ilmiah Ilmu Administrasi ISSN 1411-0830 Volume XIII, No. 02, September 2016 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN KONSTRUKSI DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2009-2011 Henny Ritha Institute Perbanas Jakarta [email protected] Abstract. The capital structure is a comparison between the use of their own with the use of debt, which can lead to an optimal capital structure. Given the many factors that affect the capital structure of the company, this research only limits on the variables consisted of company size, business risk, growth in assets, profitability, and ownership structure of the company's capital structure construction. The purpose of this study was to analyze the influence of company size, business risk, asset growth, profitability, and ownership structure on capital structure construction company listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI) in the period 2009 to 2011. The study population is a construction company in Indonesia Stock Exchange sample period 2009-2011 with purposive sampling technique by 9 companies that have met the criteria. The statistical method used is multiple linear regression. The results showed that company size has a positive and significant impact on capital structure, business risk has a significant negative effect while the profitability, growth in asset and ownership structure does not affect the capital structure of construction companies listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI) in the period 2009 to 2011 . Simultaneously prove that the size of the company, business risks, growth in assets, profitability, and ownership structure have a significant influence on the capital structure of the period 20092011. Keywords: Capital Structure, Size, Business Risk, Asset Growth and Profitability, Ownership Structure. komposisi masing-masing sumber pendanaan adalah termasuk dalam keputusan pendanaan ataupun keputusan struktur modal. Dengan demikian keputusan struktur modal adalah keputusan keuangan yang menyangkut perimbangan posisi utang, saham preferen dan saham biasa. Penentuan struktur modal sangat penting karena menyangkut perimbangan pemilihan sumber dana yang akan meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung perusahaan. Ketika perusahaaan memutuskan menggunakan utang sebagai sumber pendanaan dalam berekspansi, maka hal ini harus dipertimbangkan dengan sangat hati-hati karena semakin tinggi rasio utang, perusahaan akan semakin berisiko sehingga semakin tinggi pula biaya utang maupun ekuitasnya. Jika laba operasi perusahaan tidak cukup menutupi beban bunga, maka PENDAHULUAN Keputusan pendanaan merupakan salah satu keputusan penting dalam ilmu manajemen keuangan, selain keputusan investasi dan keputusan manajerial/ dividen. Manajer perlu memperhatikan ketersediaan dana untuk menjalankan kelangsungan operasi perusahaan. Pemenuhan kebutuhan dana perusahaan dapat diperoleh melalui internal financing yaitu berasal dari dalam perusahaan itu sendiri dan external financing yang berasal dari luar perusahaan. Internal financing terdiri dari laba ditahan dan penyusutan, sedangkan external financing berupa dana yang berasal dari kredit bank serta tambahan penyertaan modal dari pemilik atau emisi saham baru. Penentuan menggunakan internal financing maupun external financing dan berapa besar 221 BIJAK Majalah Ilmiah Ilmu Administrasi ISSN 1411-0830 Volume XIII, No. 02, September 2016 pemegang sahamnya yang harus menutupi kekurangan tersebut dan apabila hal ini tidak dapat dilakukan maka akan terjadi kebangkrutan. Hal ini menunjukan keputusan struktur modal menjadi suatu hal yang sangat penting dipertimbangkan dalam teori keuangan. Teori struktur modal juga merupakan topik yang banyak diperdebatkan, terutama berkaitan dengan penentuan struktur modal yang optimal. Ada ada dua aliran pemikiran dalam hal ini. Pertama, kombinasi ideal antara utang dan modal sendiri dapat meminimalkan keseluruhan biaya modal dan memaksimalkan nilai perusahaan, karena itu aliran ini menganggap keputusan struktur modal adalah relevan, sedangkan aliran kedua yang dipimpin oleh Modigliani dan Miller berpendapat bahwa keputusan pendanaan tidak mempengaruhi nilai perusahaan, karena nilai perusahaan bergantung dengan hal-hal yang mendasari pada profitabilitas dan risiko investasi (Baral, 2004). Brigham dan Houston (2006:7) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal, khususnya yang berkaitan dengan struktur modal yang ditargetkan (target capital structuree) adalah risiko bisnis, posisi perpajakan perusahaan, fleksibilitas keuangan dan konservatisme atau keagresifan manajemen. Secara lebih umum faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keputusan struktur modal adalah stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan dan fleksibilitas keuangan (Brigham dan Houston, 2006:42). Menurut McCue dan Ozcan (1992) menjelaskan bahwa struktur modal dipengaruhi oleh struktur aktiva, pertumbuhan aktiva, kemampulabaan (profitability), risiko, ukuran perusahaan (size), pajak (tax shields), struktur kepemilikan perusahaan (ownership/system affiliation), sistem pembayaran konsumen, dan kondisi pasar. Profitabilitas merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam kebijakan struktur modal. Semakin tinggi profitabilitas perusahaan, semakin tinggi pajak potensial dan akan menyebabkan tingginya utang perusahaan (Jacelly et al., 2008). Sedangkan rendahnya profitabilitas perusahaan yang diakibatkan karena keputusan pendanaan yang tidak hati-hati, akan menimbulkan biaya modal tinggi. Penelitian yang dilakukan Prabansari dan Kusuma (2005) menjelaskan profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal, dan bertentangan dengan temuan Hendri dan Sutapa (2006) yang menyebutkan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Umumnya ukuran perusahaan yang besar memudahkan perusahaan dalam pendanaan struktur modalnya karena perusahaan memiliki akses pendanaan yang lebih mudah di pasar modal, sehingga dapat merefleksikan tingkat profit di masa mendatang. Faktor risiko bisnis yang berpengaruh terhadap struktur modal berkaitan dengan teori kepailitan biaya. Baral (2004) menyebutkan apabila pendapatan perusahaan kurang stabil, maka kemungkinan kegagalan bisnis akan semakin besar dan menimbulkan risiko bisnis yang tinggi. Sedang perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi cenderung lebih banyak menggunakan utang, sehingga tingkat pertumbuhan berkorelasi positif dengan rasio utang. Namun bagi perusahaan yang berkembang lebih fleksibel dalam memilih investasi masa depan dan pilihan menggunakan utang jangka pendek sebagai pengganti utang jangka panjang, dapat mengatasi indikasi negatif utang jangka panjang terhadap pertumbuhan perusahaan dan menghindari biaya agensi (Gharaibeh dan Al Najjar, 2007). Struktur kepemilikan (Ownership structure) juga berpengaruh pada struktur modal, karena sttruktur kepemilikan akan mengurangi agency problem. Apabila banyak pemegang saham menjadi manajer perusahaan, maka perusahaan lebih memilih menggunakan utang untuk mengembangkan usahanya. Hal ini dibuktikan Saidi (2004) dalam penelitiannya bahwa struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap 222 Henny Ritha, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Konstruksi Di Bursa Efek ... struktur modal. Selain itu Baral (2004) meneliti faktor-faktor penentu struktur modal pada 40 perusahaan yang terdaftar di Nepal Stock Exchange dengan sampel terdiri dari 9 perusahaan manufaktur, 9 bank swasta, 6 perusahaan asuransi dan 16 perusahaan keuangan menunjukan bahwa variabelvariabel size, growth rate, dan earning rate berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, sedangkan business risk, dividend payout, debt service capacity dan degree of operating leverage tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prabansari dan Kusuma terhadap 97 perusahaan manufaktur memberikan hasil bahwa secara parsial dan simultan keputusan struktur modal dipengaruhi secara signifikan oleh ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan aktiva, profitabilitas dan struktur kepemilikan perusahaan. Penelitian ini bertujuan melakukan kajian empiris terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan sektor konstruksi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berbeda dengan penelitianpenelitian sebelumnya, penelitian ini menambahkan struktur kepemilikan sebagai faktor yang mempengaruhi struktur modal selain variabel size, risiko bisnis, pertumbuhan aktiva, dan profitabilitas yang dijadikan sebagai faktor penentu dalam keputusan struktur modal. Hasil penelitian ini diharapkan menunjukan fenomena yang berbeda dengan penelitian sebelumnya yang sebagian besar dilakukan diluar Indonesia. pinjaman dalam pembiayaan proyek. Kedua komposisi tersebut akan menghasilkan biaya modal rata-rata yang berbeda dengan komposisi yang berbeda (Yusgiantoro, 2004:145). Secara lebih detail struktur modal dapat dilihat di sisi kanan neraca yang terdiri dari hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal pemegang saham. Jadi struktur modal suatu perusahaan hanya merupakan sebagian dari struktur keuangannya. Bila dihubungkan dengan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa struktur modal perusahaan adalah perbandingan hutang jangka panjang dengan modal sendiri dan struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan. Adapun struktur modal diformulasikan sebagai berikut: DER = Suatu perusahaan memilih kombinasi utang dan modal dalam struktur modalnya bergantung pada berbagai faktor-faktor seperti karakteristik perusahaan, kondisi ekonomi, persepsi dan tujuan manajer dalam membangun suatu bisnis. Prioritas utama manajer adalah mengevaluasi berbagai biaya dan manfaat dalam menggunakan kombinasi utang dan modal sendiri. Manajemen akan mengambil keputusan dalam menggunakan kombinasi utang dan modal berdasarkan pertimbangan manfaat dan biaya serta mempertimbangkan seluruh metode keuangan yang ada untuk menggunakan sumber dana termurah terlebih dahulu (Modugu, 2013). Jika perusahaan hanya menggunakan utang dalam struktur modalnya maka sangat berisiko bagi perusahaan, khususnya menimbulkan risiko kebangkrutan. Semakin besar perusahaan menggunakan utang, maka semakin tinggi risiko kebangkrutannya. Selama periode suku bunga tinggi maka menyebabkan pendapatan investasi perusahaan akan habis digunakan untuk pembayaran suku bunga yang tinggi. Namun bila perusahaan hanya menggunakan pemenuhan dana melalui penerbitan saham, juga merupakan pilihan yang sangat berisiko karena saham tidak dapat menghasilkan kas KERANGKA TEORITIS Struktur Modal (Debt to Equity Ratio) Struktur modal merupakan bauran akun-akun yang ada dalam sisi kanan neraca perusahaan (Balance Sheet). Struktur modal adalah perbandingan antara utang jangka panjang dengan modal ekuitas. Utang jangka panjang merupakan bagian dari utang secara keseluruhan dan ekuitas merupakan modal sendiri (Widoatmodjo, 2004:40). Struktur modal juga merupakan komposisi ekuitas dan 223 BIJAK Majalah Ilmiah Ilmu Administrasi ISSN 1411-0830 Volume XIII, No. 02, September 2016 yang segera tersedia untuk mendanai investasi baru (Huang & Vu Thi, dalam Modugu, 2013). Oleh karena itu diperlukan penentuan suatu kombinasi yang optimal dari utang dan modal sendiri yang dapat meningkatkan nilai perusahaan secara keseluruhan ssehingga keputusan struktur modal dapat berdampak terhadap kesuksesan dan kemakmuran perusahaan di masa mendatang. Walaupun penelitian-penelitian empiris memberikan bukti adanya kombinasi struktur modal yang optimal, namun teori keuangan masih memberikan tambahan pemahaman bagaimana kombinasi keuangan tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan. Costs) merupakan penetapan kontrak antara pemilik dan manajemen puncak perusahaan. Satu bentuk Agency costs adalah biaya monitoring manajer yang berbiaya tinggi dan ditanggung oleh pemegang saham. Meskipun pemegang saham menanggung penuh biaya monitor ini, namun pemegang saham akan mendapatkan keuntungan sebatas proporsi kepemilikannya. Pemegang saham akan mendapatkan kekayaan lebih, jika terdapat beberapa orang yang memantau manajer atas kepentingan pemegang saham. Sumber kedua agency costs adalah penghindaran risiko (risk aversion) manajer. Investor mempunyai portofolio saham yang terdiversifikasi, namun investor hanya memperhatikan risiko yang tidak dapat didiversifikasi usaha salah satu perusahaan. Sedangkan manajer memiliki sebagian besar kekayaan pribadi yang terikat dalam perusahaan, sehingga apabila perusahaan kurang baik atau menuju kebangkrutan maka para manajer akan kehilangan pekerjaan dan saham yang terikat dalam perusahaan. Manajer juga memperhatiikan keseluruhan risiko perusahaan termasuk risk aversion mereka sendiri. Penghindaran risiko yang dilakukan manajer adalah dengan cara memilih usaha yang aman (tidak berisiko) tetapi memiliki tingkat pengembalian yang lebih rendah. Sedangkan pemegang saham mempunyai pilihan yang berbeda. Semakin berisiko usaha, akan memperkaya pemegang saham dengan mengorbankan kepentingan kreditur. Seperti diketahui kreditur akan menanggung risiko kegagalan, sedangkan pemegang saham tidak membagikan sebagian keuntungannya pada pemegang utang (kreditur) dan pemegang saham menginginkan manajer berlaku sebagai pengambil risiko. Manajer dapat menukar risiko perusahaan tidak hanya dengan merubah kombinasi proyek-proyek yang ditawarkan, namun dapat dilakukan dengan merubah kombinasi rasio Debt to Equitynya. Semakin rendah rasio Debt to equitynya, semakin rendah peluang perusahaan untuk bangkrut. Dengan adanya utang, manajer dapat mengawasi jumlah risiko. Teori Struktur Modal Agency Cost Suatu hubungan keagenan merupakan suatu kontrak satu orang atau lebih (Prinsipal) terhadap orang lainnya (Agen) untuk melaksanakan beberapa layanan atas nama prinsipal untuk mendelegasikan beberapa keputusan dan wewenang kepada agen. Tidak selamanya agen bertindak untuk kepentingan terbaik prinsipal. Prinsipal dapat membatasi perbedaan kepentingannya dengan agen melalui pemberian insenstif yang sesuai dan menimbulkan biaya monitoring untuk membatasi kegiatan agen yang menyimpang. Selain itu dalam beberapa situasi prinsipal akan mengeluarkan sumber dana (biaya ikatan) untuk menjamin agar agen tidak akan mengambil tindakan tertentu yang dapat membahayakan prinsipal. Dalam beberapa kesempatan hubungan prinsipal dan agen akan menimbulkan biaya antara lain, biaya monitoring dan biaya ikatan dalam perbedaan keputusan memaksimalkan kesejahteraan prinsipal. Penurunan kesejahteraan yang dialami prinsipal yang disebabkan adanya perbedaan ini menimbulkan biaya yang disebut dengan residual loss (Jensen dan Meckling, 1976). Sikap agen seolah-olah memaksimalkan kesejahteraan prinsipal, dialami dalam seluruh organisasi, dan dalam seluruh upaya koperasi pada setiap tingkatan manajemen perusahaan, dalam kekuasaan pemerintah. Analisis biaya keagenan (Agency 224 Henny Ritha, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Konstruksi Di Bursa Efek ... Kedua permasalahan baik monitoring dan penghindaran risiko (Risk aversion) menjadi kurang berarti jika perusahaan secara konstan berada di pasar untuk mendapatkan tambahan modal baru. Bila perusahaan menerbitkan sekuritas-sekuritas baru, perihal perusahaan akan diperiksa oleh seorang bankir investasi atau beberapa pihak yang bertindak sebagai pengawas untuk memonitor atas kepentingan pemegang saham dan pembeli sekuritas baru. Manajer yang ingin meningkatkan dana perusahaan lebih senang bertindak dalam kepentingan investor daripada sebagai manajer. Selain itu bila perusahaan menerbitkan sekuritas-ssekuritas baru, perusahaan dapat menyesuaikan rasio debt-equity (dan mendapatkan suatu tingkat bunga baru atas utang tersebut) sehingga pemegang saham maupun pemegang utang akan mendapatkan keuntungan (Shapiro dan Cornell, 1987). dalam kombinasi keuangannya maka biaya financial distress meningkat, dampaknya akan meningkatkan risiko kebangkrutan dan pada akhirnya akan menurunkan nilai perusahaan secara keseluruhan. Faktor ketiga lainnya yaitu penggunaan utang dalam struktur modal juga menimbulkan Agency costs yang disebabkan adanya konflik kepentingan. Agency costs dari ekuitas dapat meningkat bila tidak adanya kesesuaian insentif pemegang saham dan manajemen. Pemegang saham mengharapkan manajemen dalam menjalankan kegiatan perusahaan akan meningkatkan nilai pemegang saham. Disisi lain manajemen akan melakukan ekspansi yang berlebihan untuk memaksimalkan kesejahteraan mereka sendiri (Jensen & Meckling, 1976). Untuk mencegah hal ini perusahaan menggunakan berbagai mekanisme monitoring dan kontrol seperti pengawasan dilakukan oleh direktur-direktur independen. Trade-Off Theory Teori ini menyatakan bahwa struktur modal yang optimal dapat memaksimalkan nilai perusahaan. Target/ sasaran rasio utang ditetapkan manajemen berdasarkan pada manfaat dan biaya dari penggunaan utang tersebut. Ada tiga faktor yang mempengaruhi penetapan sasaran rasio utang tersebut yaitu pajak, financial distress costs dan agency costs. Modugu (2013) menjelaskan dalam teori Modigliani dan Miller diungkapkan bahwa nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh struktur modalnya, hal ini mengindikasikan bahwa teori ini meniadakan keberadaan struktur modal yang optimal. Teori ini memasukan unsur pajak perusahaan dan pajak perorangan. Tingkat bunga dari penggunaan utang merupakan pengurang pajak (Tax-deductible) yang menciptakan tax shield bagi perusahaan. Tax shield ini memperbolehkan suatu perusahaan membayar pajak yang lebih rendah daripada menggunakan modal sendiri, sehingga dengan memasukan porsi utang yang besar dalam struktur modal, maka semakin rendah biaya modal setelah pajak sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan. Bila suatu perusahaan menggunakan utang begitu besar Pecking Order Theory Teori pecking order mengasumsikan tidak ada sasaran dalam menentukan struktur modal, tetapi perusahaan menyesuaikan kebijakan pembiayaannya untuk meminimalkan biaya yang terkait. Perusahaan memilih pendanaan internal daripada pendanaan eksternal, hal ini dapat disimpulkan bahwa urutan perusahaan dalam pemenuhan dana adalah pertama, menggunakan laba ditahan, kedua, utang, konversi utang dan preferensi saham, sementara penerbitan ekuitas baru menjadi urutan terakhir. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal Salah satu tugas manajer keuangan adalah menentukan pemenuhan kebutuhan dana yang ideal antara sumber pendanaan yang berasal dari utang ataukah modal sendiri. Oleh karena itu perlu ditetapkan suatu sasaran tertentu yang dapat dijadikan pedoman dalam pemenuhan kebutuhan dana tersebut. Selain itu perlu diketahui apa saja yang menjadi pertimbangan dalam menentukan keputusan struktur modal, antara lain: 225 BIJAK Majalah Ilmiah Ilmu Administrasi ISSN 1411-0830 Volume XIII, No. 02, September 2016 untuk mendapatkan pinjaman dari kreditur lebih mudah karena memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan dalam industri, sebaliknya perusahaan dengan skala kecil akan lebih menghadapi ketidakpastian terutama menghadapi perubahan yang spontan. Teori kebangkrutan memandang bahwa ukuran suatu perusahaan berhubungan positif terhadap struktur modalnya. Ukuran perusahaan diproksikan dengan nilai logaritma natural dari total aktiva (natural logarithm of asset) yang secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: Ukuran Perusahaan (Size) Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan (Saidi, 2004). Perusahaan besar memiliki kemudahan akses sumber pendanaan di pasar modal dan cenderung memiliki sumber modal yang lebih terdiversifikasi dan memiliki aliran kas yang lebih stabil, sehingga semakin kecil kemungkinan untuk bangkrut dan lebih rendah biaya financial sistressnya. Selain itu perusahaan besar kemungkinan mengalami risiko gagal lebih rendah dibandingkan perusahaan kecil. Perusahaan besar juga memiliki reputasi yang lebih baik dalam pasar utang karena umumnya memiliki rating kredit yang lebih tinggi, sehingga lebih mudah mendapatkan utang untuk mendanai kesempatan investasinya dan mendapatkan tingkat bunga yang lebih rendah dari institusi keuangan dibandingkan perusahaan kecil. Perusahaan kecil tidak memiliki akses mendapatkan utang jangka panjang karena tingkat pertumbuhan biasanya melebihi jumlah aset yang dijadikan jaminan, selain itu perusahaan kecil memiliki tingkat risiko kebangkrutan lebih besar karena itu perusahaan kecil cenderung menggunakan dana jangka pendek berupa pinjaman bank atau menerbitkan saham dan ini akan menghasilkan biaya modal yang lebih tinggi. Pada umumnya perusahaan besar menyediakan informasi yang lebih banyak dan terbuka sehingga masyarakat akan lebih mengetahui apa yang terjadi pada perusahaan tersebut. Hal ini mengurangi timbulnya informasi yang tidak seimbang (information asymmetry) sehingga peluang menerbitkan saham baru yang undervalued dapat dikurangi dan mendorong perusahaan besar untuk menggunakan ekuitas sebagai sumber pendanaan. Kurangnya information asymmetry pada perusahaan besar menjadikan sahamnya lebih menarik bagi investor luar dan membuat ketersediaan modal yang lebih besar. Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses mendapatkan sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga SIZE = Ln Total Aktiva Risiko Bisnis (Brisk) Brigham dan Houston (2006:7) menyebutkan risiko bisnis sebagai ketidakpastian yang timbul dalam proyeksi tingkat pengembalian aktiva (ROA) suatu perusahaan di masa mendatang. Risiko bisnis merupakan salah satu risiko yang dihadapi ketika suatu perusahaan tidak mampu untuk mendanai kegiatan operasionalnya. Risiko bisnis juga dapat terjadi jika perusahaan mempunyai hutang yang terlalu tinggi. Hal ini dikarenakan perusahaan perlu menyediakan dana untuk pelunasan utang dan beban bunga yang ditanggung perusahaan. Selain itu suatu perusahaan dinilai menghadapi risiko bisnis jika perusahaan tersebut tidak dapat menjaga kestabilan penghasilan dan biaya operasinya sehingga menimbulkan laba yang berfluktuasi. Tidak stabilnya arus kas perusahaan yang dikarenakan besarnya kewajiban utang dapat menimbulkan kemungkinan financial distress. Masingmasing perusahaan memiliki risiko bisnis yang bervariasi dan tidak dipengaruhi oleh keputusan struktur modal. Semakin tinggi risiko bisnis suatu perusahaan, semakin berhati-hati perusahaan tersebut dalam menetapkan struktur modalnya. Perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi cenderung menggunakan leverage yang rendah, begitu juga sebaliknya perusahaan dengan risiko bisnis yang rendah cenderung menggunakan leverage yang lebih tinggi (Gitman 226 Henny Ritha, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Konstruksi Di Bursa Efek ... 2015:579). Seperti dijelaskan Baral (2004) dalam teori kebangkrutan bahwa terdapat hubungan negatif antara risiko bisnis dan leverage. Hasil penelitiannya menunjukan pengaruh risiko bisnis tidak signifikan terhadap struktur modal. Namun berbeda dengan Chen dan Stange dalam Modugu (2013) yang mendukung adanya hubungan positif antara risiko bisnis dan leverage. Secara matematis risiko bisnis dijelaskan menggunakan perhitungan sebagai berikut: biaya keagenan (agency costs) lebih tinggi karena perusahaan ini lebih fleksibel menggunakan pilihan investasinya. Shah dan Hijazi dalam Modugu (2013) menegaskan bila perusahaan mempunyai leverage yang tinggi maka manajemen mempunyai insentif untuk mengikutsertakan dalam penukaran aset yang memindahkan kesejahteraan dari pemegang saham ke pemegang utang. Profitabilitas (Profitability) Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba (Saidi, 2004). Saham-saham yang ditanam para investor pada perusahaan adalah untuk mendapatkan return, yang terdiri dari yield dan capital gain. Semakin tinggi probabilitas umtuk memperoleh laba, maka semakin besar return yang diharapkan investor. Seringkali pengamatan menujukkan bahwa dengan hutang yang relatif kecil, perusahaan dapat memperoleh tingkat pengembalian yang tinggi atas sebuah investasi. Meskipun tidak ada pembenaran teoritis mengenai hal ini, namun penjelasan praktis atas kenyataan ini adalah bahwa perusahaan yang profitable tidak memerlukan banyak pembiayaan dengan hutang. Tingkat pengembalian yang sangat tinggi memungkinkan perusahaan tersebut untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaannya dengan dana internal (Brigham dan Houston, 2006:43). Hal ini sejalan dengan teori Pecking Order bahwa hubungan profitabilitas dan struktur modal adalah negatif, dimana perusahaan lebih memilih pendanaan internal terlebih dahulu. Semakin tingginya profitabilitas suatu perusahaan menunjukan kurangnya ketergantungan perusahaan pada pendanaan internal dan pendanaan utang. Namun kebanyakan literatur keuangan tradisional mengatakan perusahaan yang menguntungkan dapat menggunakan lebih banyak utang karena mempunyai risiko kebangkrutan dan risiko financial distress yang lebih rendah. Baral (2004) juga mendukung pendapat ini bahwa semakin tinggi profitabilitas perusahaan menunjukan semakin tinggi kapasitas utangnya dan risiko pemegang utangnya rendah. Perusahaan yang menguntungkan BRISK= Pertumbuhan Aktiva (Growth of Assets) Asset merupakan aktiva yang digunakan untuk kelangsungan operasional perusahaan. Semakin besar asset yang diharapkan semakin besar hasil operasi yang diperoleh perusahaan karena itu perusahaan yang tumbuh dengan cepat lebih mengandalkan pendanaannya berasal dari modal eksternal. Kepercayaan pihak luar akan semakin bertambah, apabila perusahaan meningkatkan asset yang diikuti dengan peningkatan hasil operasi. Dengan meningkatnya kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan, maka proporsi hutang akan semakin besar dibandingkan modal sendiri. Hal ini didasarkan pada keyakinan kreditur atas dana yang ditanamkan dalam perusahaan yang dijamin oleh besarnya asset yang dimiliki perusahaan (Ang, 1997). Umumnya bila perusahaan mempunyai tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi maka membutuhkan lebih banyak aktiva tidak lancar, ini berarti pertumbuhan perusahaan yang lebih tinggi mempunyai kebutuhan dana lebih besar di masa mendatang. Karena itu perusahaan yang mempunyai sumber pendanaan internal terbatas mendanai kesempatan investasi dan lebih banyak bergantung pada pendanaan eksternal. Secara matematis pertumbuhan aktiva diperhitungkan sebagai berikut: GROWTH= Teori trade off menganggap perusahaan yang sedang bertumbuh memiliki 227 BIJAK Majalah Ilmiah Ilmu Administrasi ISSN 1411-0830 Volume XIII, No. 02, September 2016 juga akan membayar pajak yang lebih tinggi, sehingga penggunaan utang yang lebih besar dapat dimanfaatkan sebagai penghematan pajak (tax shields). Dalam hal ini profitabilitas mempunyai hubungan yang positif terhadap struktur modal. Teori tradisional ini berbeda tentunya dengan teori Pecking order yang lebih mengutamakan pendanaan internal terlebih dulu. Profitabilitas dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut: Aryanto (2002). Struktur Kepemilikan dapat dirumuskan dalam persamaan: OWN= PENELITIAN SEBELUMNYA Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menguji variabel-variabel yang mempengaruhi Struktur Modal. Saidi (2004) menguji pengaruh ukuran perusahaan (size), risiko bisnis (business risk), pertumbuhan aktiva (growth of assets), profitabilitas (profitability), struktur kepemilikan (ownership structure) terhadap struktur modal baik secara simultan maupun parsial. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan manufaktur go public di Bursa Efek Jakarta tahun 1997 – 2002. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan ukuran perusahaan, Risiko bisnis, Pertumbuhan aktiva, profitabilitas, dan struktur kepemilikan perusahaan secara bersama – sama berpengaruh terhadap struktur modal. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pengambilan keputusan mengenai struktur modal yang akan digunakan atau diterapkan. Risiko bisnis tidak diperhatikan oleh manajer dalam pengambilan keputusan struktur modalnya, hal ini tampak dari pengaruh parsial risiko bisnis terhadap struktur modal yang tidak signifikan. Prabansari dan Kusuma (2005) meneliti pengaruh ukuran perusahan, risiko bisnis, pertumbuhan aktiva, profitabilitas dan struktur kepimilikan terhadap struktur modal pada 97 sampel perusahaan Go Public periode 1997-2002. Hasilnya menyatakan bahwa Ukuran perusahaan, Struktur kepemilikan, pertumbuhan aktiva, dan profitabilitas berpengaruh positif terhadap struktur modal, sedangkan risiko bisnis berpengaruh negatif secara signifikan terhadap struktur modal Indrawati dan Suhendro (2006) meneliti tentang Determinasi Capital Structure pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Periode 2000-2004 menggunakan variabel independen total aset (size), profitabilitas (NOI dan ROA), growth, ownership dan variabel dependen leverage Baral (2004) menyebutkan beberapa peneliti seperti Titman dan Wessels, Kester, Friend dan Hasbrouck, Friend dan Lang, Gonedes et al. membuktikan bahwa adanya hubungan negatif antara tingkat utang dalam struktur modal dengan profitabilitas. Struktur kepemilikan (Ownership Structure) Struktur kepemilikan (ownership structure) adalah struktur kepemilikan saham, yaitu perbandingan antara jumlah saham yang dimiliki oleh "orang dalam" (insiders) dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor (Jahera dan Lloyd, 1996). Kemampuan untuk melakukan monitoring terhadap keputusan manajemen perusahaan dan hak suara yang lebih kuat dimiliki pemegang mayoritas dibandingkan dengan pemegang saham publik. Oleh karena itu salah satu fungsi pemegang saham mayoritas adalah mengawasi dewan direksi secara langsung. Sementara pemegang saham publik secara individu tidak mempunyai suara yang signifikan untuk mempengaruhi manajemen atau menempatkan perwakilannya pada dewan komisaris. Kecuali ada koalisi yang dilaksanakan oleh pemegang saham publik satu dengan yang lainnya, sehingga menghasilkan suara yang signifikan. Namun koalisi ini tentu membutuhkan biaya penggalangan koalisi. Oleh karena itu koalisi akan terjadi apabila tercipta keuntungan yang lebih besar dari biaya koalisi tersebut, 228 Henny Ritha, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Konstruksi Di Bursa Efek ... mengungkapkan bahwa total aset (Size) berpengaruh positif dan profitabilitas berpengaruh negatif terhadap leverage, sedangkan growth dan ownership tidak berpengaruh terhadap leverage. Penelitian yang dilakukan Hidayati (2010) tentang pengaruh struktur kepemilikan, profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan aktiva, dan risiko bisnis terhadap struktur modal pada perusahaan yang masuk dalam kelompok Jakarta Islamic Index tahun 2005-2007. Hasilnya menemukan struktur kepemilikan, profitabilitas, ukuran perusahaan, dan pertumbuhan aktiva tidak berpengaruh terhadap struktur modal, hanya variabel risiko bisnis yang berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. Penelitian Hapsari (2010) tentang Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal serta Dampak Pengaruh Struktur Modal terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2006-2008 (Studi Kasus pada Sektor Food and beverage). Hasilnya menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal, risiko bisnis dan pertumbuhan aktiva berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap struktur modal sedangkan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Penelitian Khan (2010) yang berjudul “Determinants of Capital Structure case of Listed Paints manufacturing Companies“ dengan sampel terdiri dari 3 perusahaan manufaktur cat terdaftar yang berkaitan dengan sektor kimia selama 19962008 menyimpulkan bahwa Profitability, Size, Growth, Tax rate berpengaruh negatif terhadap leverage, sedangkan Tangibility and Business risk berpengaruh positif terhadap Leverage. Penelitian “Determinants of Capital Structure – A Study of Manufacturing Sector PSUs in India” dengan sampel terdiri dari 48 perusahaan manufaktur di India periode 2006-2010 telah diteliti oleh Mishra (2011) membuktikan bahwa Asset Tangibility, growth berpengaruh positif terhadap struktur modal, sedangkan Profitability, Size, non-debt tax shield (NDTS), Volatility berpengaruh negatif terhadap struktur modal, Penelitian Afza dan Hussain (2011) tentang “ Determinants of Capital Structure across Selected Manufacturing Sectors of Pakistan dengan sampel terdiri dari 22 perusahaan Automobile, 7 perusahaan Kabel dan Barang Listrik dan 8 perusahaan Sektor Teknik periode 2003-2007. Penelitian menggunakan korelasi Spearman dan teknik Regresi. Hasilnya menunjukan bahwa Size, tangibility of assets berpengaruh positif signifikan terhadap leverage, sedangkan tax, profitability, liquidity berpengaruh negatif signifikan terhadap leverage, cost of debt and non debt tax shield tidak berpengaruh signifikan. Wijayanti dan Nirmala (2012) meneliti Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal 95 perusahaan manufaktur Go Public di Bursa Efek Jakarta” selama 20052010 menghasilkan Ukuran perusahaan dan strruktur kepemilikan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal, sedangkan struktur aset berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal, dan pertumbuhan aktiva serta profitabilitas tidak berpengaruh terhadap struktur modal. METODE PENELITIAN Metode penelitian bersifat kuantitatif dengan tingkat eksplanasi yang bersifat asosiatif kausal. Studi asosiatif kausal bersifat mencari hubungan sebab akibat antara satu variabel dengan variabel lainnya. Penelitian asosiatif kausal dimaksudkan untuk mencari pengaruh variabel bebas Ukuran (Size), Risiko bisnis (BRISK), Pertumbuhan Aktiva (GROWTH), Profitabilitas (NPM) dan Struktur Kepemilikan (OWN) terhadap variabel terikat Struktur modal (DER). Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan sektor konstruksi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia 20092011. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling,sampel yang dalam penentuannya menggunakan kriteria antara lain perusahaan yang mempublikasikan 229 BIJAK Majalah Ilmiah Ilmu Administrasi ISSN 1411-0830 Volume XIII, No. 02, September 2016 β1-5 = Koefisien regresi X1 = Ukuran perusahaan X2 = Risiko Bisnis X3 = Pertumbuhan Aktiva X4 = Profitabilitas X5 = Struktur Kepemilikan e = Error (Kesalahan acak) Pengujian hipotesis dalam penelitian ini terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil uji asumsi klasik menunjukan data berdistribusi normal, tidak terjadi multikolinearitas karena VIF (Variance Inflation Factor) masing-masing variabel bebas lebih besar dari 10. Selain itu dalam penelitian ini tidak terjadi masalah autokorelasi dan heteroskedastisitas setelah masing-masing diuji menggunakan metode Durbin Watson (dw-test) dan melihat grafik plot antara nilai variabel terikat (SRESID) dengan prediksi (ZPRED). Pengujian dilakukan dengan melihat signifikansi dari hasil pengolahan data (nilai P-Value/Sign) dibandingkan dengan taraf signifikansi (α =5%). Bila P-Value/Sign lebih kecil dari nilai alpha (5%) maka hipotesis ditolak dan begitu juga sebaliknya. laporan keuangan dengan lengkap dan konsisten, perusahaan sektor konstruksi yang memiliki Debt Equity Ratio (DER) diatas 50% dan perusahaan konstruksi yang menghasilkan laba bersih yang positif selama 2009-2011. Berdasarkan kriteria tersebut maka sampel yang terpilih adalah 9 perusahaan konstruksi. Sumber data adalah data sekunder yang terdiri dari laporan statistik tahunan dan laporan keuangan perusahaan yang diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dengan pendekatan Ordinary Least Squares (OLS). Regresi linier berganda dengan pendekatan Ordinary Least Squares (OLS) digunakan untuk mengestimasi dan/atau memprediksi nilai rata-rata variabel terikat berdasarkan lebih dari satu nilai variabel bebas yang diketahui. Metode OLS pada regresi lnier berganda harus memenuhi uji asumsi klasik seperti normalitas, autokorelasi, multikolinieritas dan heteroskedastisitas. Analisis model regresi linier berganda meliputi uji F, uji t dan koefisien determinasi. Model regresi linear berganda yang digunakan untuk menganalisis hubungan sebuah variabel dependen (tidak bebas) dengan dua atau lebih variabel independen (bebas). Bentuk umum perumusan model regresi linier berganda adalah: Y = α + β1.X1 + β2.X2 + β3.X3 + β4.X4 + β5.X5 + e Keterangan: Y = Struktur Modal α = Konstanta HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis model regresi linier berganda meliputi uji F, uji t dan koefisien determinasi. Ketiga hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Hasil Estimasi Regresi Linier Berganda Variabel C Size Brisk Growth NPM OWN Coefficient -23.619 1.781 -21.245 2.006 -8.046 .019 R2 = 0,739 Std. Error t-statistic Prob/sig. 7.078 -3.337 .476 3.739 10.069 -2.110 1.598 1.255 7.475 -1.076 .019 1.024 F- Stat = 5,044 ( 0,003) 230 .003 .001 .047 .223 .294 .318 Henny Ritha, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Konstruksi Di Bursa Efek ... Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat nilai statistik F sebesar 5,044 dengan probabilitas/sig. 0,003. Nilai probabilitas lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05 dan nilai statistik F (5,044) lebih besar dari F kritisnya (2,685), maka hipotesis nol dari uji F ditolak, artinya model yang dibentuk dapat digunakan untuk menginterpretasikan pengaruh variabel bebas Size, Brisk, Growth, NPM dan OWN terhadap variabel terikat Struktur Modal (DER). Dengan kata lain semua variabel bebas secara simultan dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel terikat sampai dengan tingkat signifikansi 5%. Hasil uji t yang terdapat pada tabel 1 dapat dilihat pada kolom t-statistic dan prob/sig. Nilai prob/sig untuk variabel Size sebesar 0,001 lebih kecil dari tingkat signifikansi 0,05 dan t-hitung (3.739) lebih besar dari t tabel (2,059) yang berarti bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal perusahaan sektor konstruksi 2009-2011. Hal ini menunjukan bahwa semakin besar total aktiva suatu perusahaan maka kebutuhan dana yang berasal dari pendanaan eksternal juga akan semakin besar, terutama kebutuhan akan investasi pada aktiva tetap. Walaupun risiko yang ditanggung perusahaan besar, namun apabila perusahaan dapat mengelola dan memiliki kemampuan finansial yang baik dan diyakini perusahaan mampu memenuhi segala kewajibannya dan dapat memberikan tingkat pengembalian yang memadai bagi para investor. Selain itu perusahaan besar lebih mudah untuk mendapatkan sumber pendanaan dari berbagai sumber dan lebih mendapat kepercayaan dari para kreditur. Hasil penelitian ini mendukung temuan Saidi (2004), Prabansari dan Kusuma (2005) serta Wijayanti dan Nirmala (2012) yang masingmasing melakukan penelitian pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Temuan yang sama juga dibuktikan oleh Indrawati dan Suhendro (2006) terhadap 22 sampel perusahaan food and beverage di Bursa Efek Indonesia periode 2000-2004, Talat dan Hussain (2011) pada 22 perusahaan automobile periode 2003-2007. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan kajian Hidayati (2010), Hapsari (2010) dan Khan (2010) yang menyatakan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Risiko bisnis berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal perusahaan sektor konstruksi periode 2009-2011. Hal ini ditunjukan dari prob/sig. sebesar 0,047 yang lebih kecil dari 0,05 dan t hitung (-2,110) lebih kecil dari t tabel (-2,059). Koefisien regresi risiko bisnis bernilai -21.245 mengindikasikan pengaruh yang berlawanan (negatif) dari risiko bisnis terhadap struktur modal yaitu pada saat tingkat risiko bisnis tinggi maka jumlah utang yang digunakan perusahaan menurun. Tingginya penggunaan utang akan menyebabkan tidak stabilnya arus kas dan kemungkinan meningkatnya financial distress perusahaan, sehingga perusahaan lebih berhati-hati dalam memanfaatkan sumber pendanaan eksternalnya. Hal ini untuk menghindari kemungkinan kesulitan keuangan dari ancaman kebangkrutan. Hasil yang sama ditemukan oleh Prabansari dan Kusuma (2005) serta Hidayati (2010), namun bertentangan dengan kajian Baral (2004), Saidi (2004, dan Hapsari (2010) yang membuktikan bahwa risiko bisnis tidak berpengaruh signifikan. Pertumbuhan aktiva tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, hal ini ditunjukan dari nilai probabilitas mencapai 0,223 lebih besar dari 0,05 dan t hitung (1,255) lebih kecil dari t tabel (2,059). Dengan demikian perubahan pertumbuhan aktiva tidak akan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan sektor konstruksi. Pada saat pertumbuhan aktiva mengalami kenaikan atau penurunan, struktur modal tidak akan mengalami perubahan. Hal ini menunjukan pertumbuhan aktiva yang lebih tinggi tidak ditentukan oleh besarnya perimbangan utang dan modal sendiri. Pendanaan perusahaan yang semata-mata diperoleh dari utang atau modal sendiri bukanlah merupakan suatu keputusan struktur modal yang optimal. Hasil yang sama ditemukan oleh Hidayati (2010), Indrawati dan Suhendro (2006), serta Wijayanti dan Nirmala (2012). Hasil uji t profitabilitas menunjukan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas sebesar 231 BIJAK Majalah Ilmiah Ilmu Administrasi ISSN 1411-0830 Volume XIII, No. 02, September 2016 0,294 lebih besar dari 0,05 dan t hitung (1,076) lebih besar dari t tabel (-2,059) artinya naik turunnya profitabilitas tidak akan merubah struktur modalnya, dengan kata lain tinggi rendahnya profitabilitas tidak bergantung pada perimbangan utang terhadap modalnya. Hasil penelitian ini mendukung Nilai Struktur kepemilikan tidak menunjukan pengaruh terhadap struktur modal, dimana nilai probabilitasnya mencapai 0,318 yang lebih besar dari 0,05 dan t hitung (1,024) lebih kecil dari t tabel (2,059) sehingga dapat disimpulkan bahwa struktur kepemilikan tidak berpengaruh signifikan. Besar kecilnya struktur kepemilikan tidak berpengaruh terhadap besarnya struktur modal perusahaan sektor konstruksi periode 20092011. Hal ini menjelaskan bahwa adanya penerapan Corporate Governance yang merupakan mekanisme yang dapat melindungi pihak-pihak minoritas dari upaya temuan Hidayati (2010), Wijayanti dan Nirmala (2012), namun bertentangan dengan Prabansari dan Kusuma (2005) yang menyimpulkan bahwa pertumbuhan aktiva, Profitabilitas dan struktur kepemilikan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal. pengambilalih kekayaan atau investasi asing yang dilakukan manajer dan pemegang saham pengendali. Hasil penelitian ini mendukung temuan Indrawati dan Suhendro (2006) serta Hidayati (2010). Koefisien Determinasi (R2) dan Adjusted R2 Analisis koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar persentase pengaruh variabel bebas secara serentak terhadap variabel terikat. Berikut tabel Model Summary yang diperoleh untuk mengetahui besarnya koefisien determinasi: Tabel 5 Model Summary Adjusted R Std. Error of the Model R R Square Square Estimate a 1 .739 .546 .438 1.31436 a. Predictors: (Constant), OWN, BRISK, GROWTH, PROFIT, SIZE b. Dependent Variable: DER Durbin-Watson 1.789 peneliti menggunakan Adjusted R2 untuk mengukur besarnya kontribusi variabel X terhadap variasi variabel Y. Adjusted R2 sebesar 0,438 menunjukan sumbangan pengaruh variabel ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan aktiva, profitabilitas, dan struktur kepemilikan sebesar 43,8% terhadap struktur modal, sedangkan sisanya sebesar 56,2% dipengaruhi oleh faktor lain. aktiva, Profitabilitas, dan Struktur kepemilikan tidak berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan sektor konstruksi di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011. Uji simultan menunjukkan bahwa Ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan aktiva, profitabilitas, dan struktur kepemilikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perusahaan sektor konstruksi di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa besarnya koefisien determinasi (R2) sebesar 0,546, artinya sumbangan pengaruh variabel ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan aktiva, profitabilitas dan struktur kepemilikan sebesar 54,6% sedangkan sisanya sebesar 45,4% dipengaruhi faktor lain. Karena adanya kelemahan pada penggunaan koefisien determinasi (R2), maka SIMPULAN Dari hasil pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa Ukuran perusahaan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap struktur modal. Disisi lain, risiko bisnis berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal perusahaan sektor konstruksi di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011. Sedangkan Pertumbuhan 232 Henny Ritha, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Konstruksi Di Bursa Efek ... Berkenaan dengan simpulan tersebut secara keseluruhan dapat disarankan bahwa sebaiknya perusahaan dapat lebih memperhatikan besarnya proporsi struktur modalnya dengan memperhatikan karakteristik jenis industrinya, hal ini berguna untuk mencapai struktur modal yang optimal. Disisi lain kepada para investor yang hendak menanamkan modal pada perusahaan, sebaiknya mencermati proporsi aktiva untuk menjamin pengembalian modal dari investasi yang ditanamkan pada aktiva perusahaan, karena aktiva perusahaan dapat memberikan proteksi kepada para kreditur dalam menghasilkan laba ataupun dapat dijual kembali untuk menutupi pengembalian utang beserta bunganya. Selain itu para investor dianjurkan memperhatikan komposisi modal yang digunakan oleh perusahaan terkait dengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Administration, Volume 3, No. 2, 2007 Gitman, Lawrence. (2015). Principal of Managerial Finance, Fourteenth edition. Pearson Education Limited Hendri, Setyawan dan Sutapa. (2006). Analisis Faktor Penentu Struktur Modal: Studi Empiris pada Emiten Syariah di Bursa Efek Jakarta Tahun 2001-2004. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.5, No.2, September: 203-215. Hidayati, Nuril. (2010). Pengaruh Struktur Kepemilikan, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Aktiva, dan Risiko Bisnis Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan yang masuk Dalam Kelompok Jakarta Islamic Indeks Masa tahun 2005-2007. Thesis, UIN-Kalijaga Yogyakarta Hapsari, Laskmi Indri. (2010). Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2008 (studi kasus pada sector automotive and allied product. Thesis, Semarang: Universitas Diponegoro Indrawati, Titik dan Soehendro. (2006). Determinasi Capital Structure pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Periode 2000-2004, Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, vol. 3, no. 1, p. 77-105 Jacelly, Céspedes et.al. (2008). Ownership Concentration and The Determinants of Capital Structure in Latin America. IESA Escuela de Negocios Jahera, John S. and William P. Lloyd, (1996). An Empirical Assessment of Factors Affecting Corporate Debt Levels, Managerial Finance, 22, 2, p.29. Jensen, M. C., & Meckling, W. H. (1976). Theory of the Firm: Managerial Behaviour, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, V. 3, No. 4, p. 305-360. McCue, Michael J., and Yasar A. Ozcan. (1992). Determinants of Capital Structure, Journal of Healthcare Management, 37,3, p. 333. DAFTAR PUSTAKA Afza, Talat & Hussain, Amer. (2011). Determinants of Capital Structure Across Selected Manufacturing Sectors of Pakistan, International Journal of Humanities and Social Science, Vol. 1 No. 12; September 2011, 254-262 Ang, Robert. (1997). Buku Pintar: Pasar Modal Indonesia. Mediasoft Indonesia. Aryanto, Taufik. (2002). Pengaruh Struktur Pemegang Saham Terhadap Struktur Modal Perusahaan. Jurnal Manajemen Indonesia, Vol.1, No.1, 2002, Hal 6471 Baral, Keshar J. (2004). Determinants of Capital Structure: A Case Study of Listed Companies of Nepal, The Journal of Nepalese Business Studies, Vol. I, No. 1, Dec. 2004. Brigham, Eugene F. & Houston, Joul F. (2006). Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi 10. Jakarta. Salemba Empat Gharaibeh, Hisham and Al-Najjar, Basil. (2007). Determinants of Capital Structure: (Evidence from Jordanian Data). Jourdan Journal of 233 BIJAK Majalah Ilmiah Ilmu Administrasi ISSN 1411-0830 Volume XIII, No. 02, September 2016 Mishra, Chandra Sekhar. (2011). Determinants of Capital Structure – A Study of Manufacturing Sector PSUs in India, International Conference on Financial Management and Economics, IPEDR, vol.11, p.247-252 Modugu, K. P. (2013). Capital Structure Decision: An Overview. Journal of Finance and Bank Management, 1(1), p.14-27. Prabansari, Yuke dan Kusuma, Hadri. (2005). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Go Public di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Bisnis dan Manajemen, Hal 1-15. Saidi. (2004). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur Go Public di BEJ 1997-2002, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, vol. 11 no.1, hal. 4458. Shapiro, Alan C dan Cornell, Bradford (1987). Corporate Stakeholders and Corporate Finance. Financial Management Spring 1987 Khan, Zeba Shariff. (2010). Determinants of Capital Structure: Case of Listed Paint Manufacturing Companies, Interdiciplinary Journal of Contemporary Research in Business, Oct. 2010, Vol. 2, No. 6, p. 253 Widoatmodjo, Sawidji. (2004). Jurus Jitu Go Public. Jakarta. PT. Elex Media Komputindo. Wijayati, Patri dan Dyah Nirmala. (2012). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI Periode 2005-2010, Juraksi, ISSN 2301-9328, Vol. 1, No. 1, hal. 29-42 Yusgiantoro, Purnomo. (2004). Manajemen Keuangan Internasional :Teori dan Praktik. Jakarta. Penerbitan Fakultas Ekonomi 234