PRODUKSI Mg(OH)2 DARI AIR LAUT MENGGUNAKAN METODE

advertisement
PRODUKSI Mg(OH)2 DARI AIR LAUT MENGGUNAKAN
METODE ELEKTROKIMIA
(Skripsi)
Oleh
FERDINAND HARYANTO SIMANGUNSONG
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRAK
PRODUKSI Mg(OH)2 DARI AIR LAUT MENGGUNAKAN
METODE ELEKTROKIMIA
Oleh
FERDINAND HARYANTO SIMANGUNSONG
Dalam penelitian ini telah dilakukan untuk menilai kelayakan metode
elektrokimia untuk memperoleh Mg dalam bentuk Mg(OH)2 dari air laut, dengan
fokus pada pengaruh dari potensial, waktu kontak dan konsentrasi terhadap hasil
dan kemurnian Mg(OH)2 yang dihasilkan . Pada penelitian ini dilakukan pada sel
elektrolisis 2-kompartemen, terhubung dengan jembatan garam yang terbuat dari
NaCl yang disuspensikan dalam agar-agar. Hasil yang diperoleh dari variabel
metode elektrokimia adalah potensial maksimum 20 volt, jumlah elektroda
maksimum sistem sel 2- kompartemen, pemekatan air laut maksimum volume 800
mL, dan waktu kontak 180 menit. Karakterisasi dengan XRF menunjukkan bahwa
senyawa mayor dalam Mg(OH)2 adalah MgO dan CaO, sesuai yang diharapkan.
Analisis ukuran partikel dengan PSA menunjukkan bahwa sampel memiliki
kelompok utama dengan rentang partikel antara 134-441 nm. Karakterisasi
dengan SEM menunjukkan bahwa sampel Mg(OH)2 terdapat bongkahan (cluster)
yang terdapat kristal panjang yang besar dan bentuknya gumpalan yang tidak rata
sedangkan MgO bentuknya bulat merata yang dikeliling kristal-kristal kecil yang
halus. Karakterisasi dengan XRD menunjukkan bahwa sampel Mg(OH)2
terbentuk satu fasa kristal sedangkan MgO terbentuk dua fasa kristal.
Menggunakan persamaan Scherrer diperoleh bahwa ukuran partikel rata-rata zat
padat Mg(OH)2 adalah 73,299 nm dan 31,878 nm untuk zat padat MgO yang
disintering pada 600 0C.
Kata kunci : Mg(OH)2, air laut, elektrolisis, X-Ray Fluorescene (XRF), Particle
Size Analyzer (PSA), Scanning Elektron Microscope (SEM), X-Ray
Diffraction (XRD)
ABSTRACT
PRODUCTION Mg(OH)2 FROM SEA WATER USING
ELECTROCHEMICAL METHOD
Oleh
FERDINAND HARYANTO SIMANGUNSONG
This research was conducted to assess the feasibility of electrochemical method
for recovery of Mg in the form of Mg(OH)2 from sea water, with the focuses on
investigating the effect of potentials, contact times and concentration on the yield
and purity of the Mg(OH)2 produced. Experiments were performed in two
compartment electrochemical system, connected with salt bridge made of NaCl
immobilized in agar jelly. The results obtained indicated that the optimum yield
was obtained using the potential of 20 volts, contact time of 180 minutes, and the
sample concentrated from 1 L to 800 mL. Characterization by XRF showed that
the major compound in the Mg(OH)2 is MgO and CaO, as expected. Particle size
analysis with PSA showed that the sample consists of a major group with particle
range between 134-441 nm. Characterization by SEM showed the existence of
cluster in the Mg(OH)2 sample with irregular shapes and sizes, while MgO is
marked by the presence of smooth and small crystals. Characterization by XRD
showed that the Mg(OH)2 composed of one crystal phase while the MgO
composed of phases. Using the Scherrer equation it was obtained that the average
particle size of the solid Mg(OH)2 is 73.299 nm and 31.878 nm for the solid MgO
sintered at 600 0C.
Kata kunci : Mg(OH)2, sea water, electrolysis, X-Ray Fluorescene (XRF),
Particle Size Analyzer (PSA), Scanning Elektron Microscope (SEM),
X-Ray Diffraction (XRD)
PRODUKSI Mg(OH)2 DARI AIR LAUT MENGGUNAKAN
METODE ELEKTROKIMIA
Oleh
FERDINAND HARYANTO SIMANGUNSONG
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lampung
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
RIWAYAT HIDUP
Nama lengkap penulis, yaitu Ferdinand Haryanto Simangunsong,
lahir dengan golongan darah B, di Tanjungbalai, Tanjungbalai
Utara pada tanggal 6 September 1994 dari pasangan Bapak
Japingkir Simangunsong dan Ibu Nurmega Hotmaida Samosir.
Kini penulis beralamat di Jalan Indah LK. 1 Kelurahan Kuala Silo Bestari
Kecamatan Tanjungbalai Utara, Sumatera Utara.
Riwayat pendidikan penulis yaitu pada tahun 2006 lulus dari Sekolah Dasar di SD
Swasta Rom Katolik Tanjungbalai, kemudian melanjutkan pendidikan di SMP
Negeri 1 Tanjungbalai dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2012 lulus dari SMA
Swasta Tritunggal Tanjungbalai dan melanjutkan ke Universitas Lampung pada
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Kimia melalui jalur
tertulis.
Semasa kuliah penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan yaitu
Himpunan Mahasiswa Kimia (HIMAKI) Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam sebagai anggota Sains dan Penalaran Ilmu Kimia pada periode
2013-2014 dan pada periode 2014-2015 penulis tetap menjadi anggota Bidang
Sains dan Penalaran Ilmu Kimia.
Penulis pernah menjadi pengurus di Persekutuan Okumene Mahasiswa di MIPA
(POM MIPA) sebagai Koordinator Pemerhati pada periode 2013-2014 dan
menjadi Team Pendamping Pembinaan Mahasiwa (TPPM) POM MIPA pada
periode 2015-2016.
Tidak hanya organisasi intrakampus namun organisasi di luar kampus dijalani
penulis sebagai anggota Seksi Pembinaan Mahasiswa di Persekutuan Mahasiswa
Antar Universitas (PERKANTAS) Lampung pada periode 2014-2015 dan menjadi
ketua di PMK-L periode 2015-2016.
Di sela-sela perkuliahan penulis pernah menjadi asisten Praktikum Kimia Dasar
untuk mahasiswa Fakultas Pertanian Jurusan Teknologi Hasil Pertanian pada
tahun 2015 dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Kimia
pada tahun 2016.
Filipi 4:6
Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi
nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa
dan permohonan dengan ucapan syukur.
Kolose 3:23
Apa pun yang kau perbuat, perbuatlah
dengan segenap hatimu seperti untuk
Tuhan bukan untuk manusia
Romans 8:28
We know that all things work together for good for those
who love God, to those who are called according to this
purpose.
Proverbs 3:5-6
Put all your hope in God, not looking to
your reason for support. In all your
ways give ear to him, and he will make
straight your footdteps.
Apapun Yang Anda Punya Sekarang Itu Berasal Dari
Tuhan dan Berikan Hasilnya Untuk Tuhan.
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan anugerahNya dalam tiap jalan hidupku terutama dalam penyelesaian karya tulis ini.
Kupersembahkan Karya Tulis ini kepada:
Bapak dan Ibu terbaikku yang telah diciptakan Tuhan untuk mendidik,
mendukung, membawaku ke dalam doa dan mengasihiku
Adik-Adikku yang paling kusayangi dan yang telah
memberikan canda serta tawa dan kejahilan di hari-hariku
Pacarku tersayang yang memberikan kegembiraan, motivasi dan
didikan yang membangun kehidupanku jadi lebih baik
Kelompok Kecil tersayang yang memberikan motivasi dan bimbingan
rohani yang membangun imanku jadi lebih baik
Keluarga Besarku
Almamater tercinta Universitas Lampung
SANWACANA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan anugerah-Nya
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Produksi
Mg(OH)2 dari Air Laut Menggunakan Metode Elektrokimia”. Skripsi ini
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains di
Universitas Lampung.
Skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis tidak terlepas dari berkat bantuan dan
arahan dari berbagai macam pihak. Penulis menghaturkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Wasinton Simanjuntak, Ph. D. selaku pembimbing utama dan
pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, nasihat, saran,
solusi, serta motivasi yang sangat berarti bagi penulis.
2. Bapak Dr. Rudy TM Situmeang, M.Sc. selaku pembimbing kedua yang telah
memberikan bimbingan, saran, kritik, motivasi, dan nasihat yang telah
diberikan pada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Drs. R Supriyanto, M.S. selaku pembahas atas segala arahan, kritik
dan saran, nasihat dan motivasi yang diberikan kepada penulis.
4. Bapak Prof. Warsito, S.Si., DEA, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
5. Bapak Dr. Eng Suripto Dwi Yuwono, M.T. selaku Ketua Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
6. Seluruh staf pengajar dan karyawan Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
7. Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Japingkir Simangunsong dan Ibu Nurmega
Hotmaida Samosir. atas segala kebaikan, didikan, kasih sayang, doa, motivasi,
nasihat dan perhatian yang sangat berharga bagi penulis.
8. Adek-Adekku tersayang, Joshua Fransiskus Simangunsong, Elsa Valery
Simangunsong dan Gressia Aprillia Simangunsong atas canda tawanya dan kasih
sayangnya.
9. Pacarku tersayang, Davina Nathania Prasetya atas segala perhatian dan
bantuanya dalam apapun serta motivasinya yang membangun.
10. Kelompok Kecilku, Bang Togu (PKK), Yeftanus Antonio, Hendire, Franata
(Teman KK), serta (AKK) yakni Benny, Theo, Mattew, Mikael, Fernando, Hot
Asi atas segala bantuan, dan motivasinya.
11. Teman-teman sepelayananku di TPS PERKANTAS, Bang Benny, Bang Abe,
Bang Panda, Kak Wida, Kak Shela, Kak Tata, Desinda Simanjuntak,Yohana
Situmeang, Yeftanus, Firdaus Pardede, Ruli, Sri Aknes yang telah mendoakan
dan memotivasi.
12. Pemimpin Kelompok Kecil Ku Kak Evi, adik kelompok kecil ku Pilothy,
Daniela, Elisha dan Laras yang selalu memberikan semangat dan doa.
13. Rekan-rekan Laboratorium Kimia Fisik, Fenti Visiamah, S.Si, Ruliana Juni
Anita, Tiurma Debora Simatupang, S.Si, Endah Pratiwi S.Si (Mba Gegek),
Mba Faradila Syani S.Si, Kak Hanif Amrulloh ZA S.Si, Gesa Gustami, Yudha
Satria, Antonius Wendy, Yunitri Sianturi, Veronica Netty, dan Hermayana
Simamora.
14. Teman-teman seangkatan 2012, Adi, Adit, Adam, Ajeng cibol, Ana, Welda,
Arif Gembrot, Arya Bieber, Atem, Imani, Ningrum, Debby, Derry, Dewi,
Diani, Opung Edi, Eka, Elsa, Erlita alay, Febita, Feby Bison, Abang Debo,
Fifi, Handri, Iin, Indry, Intan, Ismi Nenek, Jean, Wherean, Maripul,
Meta, Rijal, Murni Racun, Nila, Dona, Radius, Riandra, Rifki, Rio, Putri
Korea, Ruwai Molly, Ais, Imah IGers, Pian, Kamto Bedul, Susi, Dela,
Syatira, Tazkiya, Reno, Tiara, Triik, Ulfatun, Wiwin, Yepi, Yunsi, dan Ubay.
15. Teman-teman seangkatan di POMMIPA, Debjov, Ana, Hendire, Yeftanus,
Rut, Tika, Nike, Olin, Naomi, Maria, Aknes, Jenipak, dan Juni, terimakasih
untuk kebersamaan dan bantuan di masa-masa kuliah.
16. Abang-abang di POMMIPA Bang Ivan (GURU), Bang Ramos, Bang Lucky,
Bang Ventus, Bang Togu, Bang Benny, Bang Panda, Bang Abe dan lain-lain.
terimakasih untuk kesempatan bertemu, nasehat, bantuan dan doa dan dalam
persaudaraan di POMMIPA.
17. Kakak-kakak di POMMIPA Kak Eva, Kak Tata, Kak Lewi, Kak Fani, Kak
Meta, Kak Tiur, Kak Marlina, Kak Maria Barus, Kak Delvi, Kak Leni, Kak
Melani, Kak Nova, Kak Santi, Kak Evi Sijabat, Kak Marta, Kak Rini, dan
yang lainnya, terimakasih untuk kebersamaanya di dalam POMMIPA.
18. Pengurus PERKANTAS Mba Ana, Kak Flo, Mba Susi, Kak Frank dan lainlain, terimakasih atas doa dan dukungan yang diberikan.
19. Teman-Teman selama dikostan Bang Ventus, Bang nando, Bang Ivan, Bang
Ramos, Bang Frans, Bang Johar, Bang Berry, Sanfernando, Roy terimakasih
buat tempat berbagi hidup dan motivasinya.
20. Semua pihak yang telah membantu penulis semasa kuliah, penelitian, hingga
penulisan skripsi ini.
Semoga setiap kebaikan yang telah diberikan dibalas oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan,
namun penulis berharap skripsi ini memberi manfaat bagi diri penulis maupun
bagi pembaca.
Bandar Lampung, November 2016
Penulis,
Ferdinand Haryanto Simangunsong
ii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL ...............................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................v
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Tujuan Penelitian .................................................................................4
C. Manfaat Penelitian ...............................................................................4
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Magnesium ...........................................................................................5
B. Penggunaan Magnesium Hidroksida (Mg(OH)2) .................................6
1. Penggunaan Mg(OH)2 dalam Pengolahan Air Limbah.................7
2. Penggunaan Mg(OH)2 dalam Filler Tahan Api.............................7
C. Pembuatan Magnesium Hidroksida (Mg(OH)2)...................................8
D. Elektrokimia .........................................................................................12
E. Karakterisasi Zat Padat .........................................................................14
1. X-Ray Diffraction (XRD)..............................................................14
2. Particle Size Analyzer (PSA) ........................................................16
3. Scanning Electron Microscopy (SEM) .........................................17
4. X-Ray Fluorescene (XRF).............................................................20
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian...............................................................24
B. Alat dan Bahan .....................................................................................24
1. Alat yang Digunakan....................................................................24
2. Bahan yang Digunakan ................................................................24
C. Prosedur Penelitian ...............................................................................25
1. Pembuatan Jembatan Garam .........................................................25
2. Kontruksi Alat...............................................................................25
iii
3.
4.
Percobaan Elektrolisis...................................................................26
a. Kajian Pengaruh Potensial......................................................26
b. Kajian Pengaruh Waktu..........................................................26
c. Kajian Pengaruh Jumlah Elektroda ........................................27
d. Kajian Pengaruh Pemekatan Air Laut ....................................27
Karakterisasi Zat Padat .................................................................28
a. X-Ray Diffraction (XRD) ......................................................28
b. Scanning Electron Microscopy (SEM ).................................29
c. Particle Size Analyzer (PSA).................................................30
d. X-Ray Fluoreescene (XRF) ...................................................30
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pengantar ..............................................................................................32
B. Percobaan dengan Variasi Potensial.....................................................32
C. Percobaan dengan Variasi Pemekatan ..................................................35
D. Percobaan dengan Variasi Waktu Kontak ............................................36
V.
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ................................................................................................44
B. Saran.......................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................46
LAMPIRAN.........................................................................................................50
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Skema teknologi sintesis Mg(OH)2 dari garam magnesium dan amonium
hidroksida dengan modifikasi ........................................................................9
2. Proses pembuatan Mg(OH)2 dari mineral bischofite (MgCl2.6H2O).............10
3. Satu set sederhana elektrolisis air laut ...........................................................13
4. Skema dasar XRD..........................................................................................15
5. Skema alat Scanning Electron Microscope ...................................................20
6. Proses Sinar-X ..............................................................................................22
7. Skema Spektrometer XRF DX-95 .................................................................23
8. Sel 2-Kompartemen .......................................................................................25
9. Perangkat alat elektrolisis (A) Sumber Listrik, (B) Power Supply, (C) Gelas
Kimia, (D) Elektroda Karbon, (E) Elektroda nikel, (F) Jembatan Garam dan
(G) Air Laut ...................................................................................................33
10. Hasil elektrolisis dengan variasi potensial berbeda dengan waktu 120 menit:
(A) 10 volt, (B) 12 volt, (C) 14 volt, (D) 16 volt, (E) 18 volt, dan (F) 20 volt
........................................................................................................................33
11. Distribusi ukuran partikel Mg(OH)2 yang diperoleh dengan dielektrolisis
dengan volume 800 mL pada potensial 20 volt dan waktu kontak : (A) 60, (B)
120, dan (C) 180 menit ..................................................................................38
12. Mikrograf SEM Mg(OH)2 dengan perbesaran yakni: (A) 249x, (B) 4970x,
(C) 5180x, dan (D) 6120x ..............................................................................39
13. Mikrograf SEM MgO yang disintering pada suhu 600 0C dengan perbesaran
yakni: (A) 254x, (B)1040x, (C) 3080x, dan (D) 7680x .................................39
vi
14. Difaktogram Zat Padat Mg(OH)2 ..................................................................41
15. Difaktogram Zat Padat MgO yang disintering 600 0C..................................41
ii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
Contoh berbagai mineral magnesium ............................................................5
2.
Massa produk yang diperoleh dari percobaan dengan potensial yang berbeda
........................................................................................................................34
3.
Hasil elektrolisis tanpa pemekatan dan variasi pemekatan dengan potensial
20 volt dengan waktu kontak 120 menit ........................................................35
4.
Hasil yang diperoleh dari XRF yaitu unsur dan senyawa oksida penyusun dari
tanpa pemekatan dan pemekatan air laut dengan potensial 20 volt selama
120 menit .......................................................................................................35
5.
Hasil elektrolisis variasi waktu kontak yang telah dipisahkan dengan
potensial 30 V dan volume 800 mL: (A) 60 menit, (B) 120 menit, dan (C) 180
menit ..............................................................................................................37
6.
Rentangan ukuran partikel Mg(OH)2 yang dielektrolisis pada potensial 20
volt dengan volume 800 mL ..........................................................................38
7.
Puncak-puncak reprensentatif dari masing-masing acuan Mg(OH)2 dan MgO
........................................................................................................................42
8.
Puncak-Puncak representatif dari difaktogram Mg(OH)2 ..............................42
9.
Puncak-Puncak representatif dari difaktogram MgO yang disintering pada
suhu 600 0C ....................................................................................................43
1
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Magnesium hidroksida merupakan senyawa yang berperan penting dalam
kehidupan manusia karena dimanfaatkan untuk berbagai tujuan dalam kegiatan
bebarapa industri seperti bahan pengisi kertas, bahan refraktori, proses pemurnian
gula, pengeringan produk makanan dan proses pemurnian unsur radioaktif
uranium (Dong et al., 2010). Selain itu, dalam bidang farmasi digunakan sebagai
bahan baku dalam pembuatan obat maag dimana Mg(OH)2 berperan sebagai
antasida untuk menetralkan asam lambung (Fernandez et al.,2009). Dalam bidang
industri kimia, biasanya digunakan sebagai katalis, sorbent untuk bahan kimia dan
berbagai macam polutan dalam limbah (Gulkova et al., 2004), dan sebagai bahan
baku produksi MgO yang digunakan untuk agen antibakteri, agen penetralisasi
untuk air limbah industri, serta bahan refraktori (Aphane, 2007).
Air laut merupakan salah satu sumber yang berpotensial untuk memproduksi
senyawa Mg(OH)2 karena terdapat kandungan Mg2+ yang relatif tinggi. Mg2+
merupakan kation yang konsentrasi terbesar kedua setelah Na+, yakni 312,35 ppm
(Holisaturrahmah dan Suprapto, 2013). Mg2+ dapat diubah menjadi Mg(OH)2
yang tidak larut dalam air dengan mengubah pH air laut hinggah bersifat basa,
sehingga akan terjadi reaksi :
Mg2+(aq) + 2OH-(aq)
Mg(OH)2(s)
2
Berdasarkan reaksi di atas, secara prinsip Mg(OH)2 dapat diperoleh dari air laut
dengan metode elektrokimia berdasarkan reaksi elektrolisis yang berlangsung
sebagai berikut:
Reaksi katoda :
2H2O(l) + 2e-
H2(g) + 2OH-(aq)
E0= - 0,828 V
Cl2(g) + 2e-
E0= - 1,360 V
Reaksi anoda:
2Cl-(aq)
Ion OH- yang terbentuk di katoda selanjutnya akan bereaksi dengan ion Mg2+
menghasilkan Mg(OH)2. Proses di atas menunjukkan bahwa pengendapan
Mg(OH)2 akan terjadi jika OH- yang terbentuk memiliki konsentrasi yang cukup
untuk melampaui hasil kali kelarutan (Ksp) Mg(OH)2. Ksp dari Mg(OH)2 adalah
1,5.10-11 sehingga magnesium hidroksida akan terbentuk jika pH 10,7-11.
Secara elektrokimia, jumlah OH- yang terbentuk tergantung pada besarnya arus
yang dialirkan dan waktu elektrolisis dalam larutan garam terhadap pembentukan
endapan di katoda, sesuai dengan hukum Faraday yaitu:
W= eit/F
Dimana,
W = berat zat (gram)
e = berat ekuivalen ( Mr/Valensi)
i
= kuat arus (A)
t
= waktu (s)
F = tetapan Faraday ( 96.500 Coulumb)
3
Dalam proses elektrokimia, potensial berbanding lurus dengan kuat arus, sesuai
dengan persamaan V= i.R, maka jumlah arus akan meningkat jika potensial
dinaikkan, sehingga potensial dapat digunakan sebagai variabel kerja dalam
proses elektrolisis.
Dalam prakteknya, proses elektrokimia dapat dilangsungkan dalam satu
kompartemen atau dua kompartemen. Pada penelitian ini, dilakukan elektrolisis
untuk mendapatkan magnesium hidroksida dari larutan air laut dengan sistem sel
2–kompartemen. Keuntungan menggunakan sistem sel 2-kompartemen yaitu
wadahnya terpisah dan hasil yang didapat memiliki tingkat kemurnian yang lebih
baik dibandingkan dengan sistem sel 1-kompartemen yaitu hasil yang diperoleh
tercampur dalam satu wadah. Pada proses elektrolisis dengan sistem sel 2kompartemen ini dilakukan dua bagian yaitu kompartemen katodik difungsikan
sebagai kompartemen larutan air laut sekaligus pembangkit Cl2 dan kompartemen
anodik difungsikan sebagai kompartemen larutan air laut sekaligus pembangkit
Mg(OH)2 (Pilson, 1998; Rieger, 1994; Walsh, 2001).
Produksi senyawa Mg(OH)2 sebelumnya telah dilakukan dengan menggunakan
metode sel elektrolisis 2-kompartemen dari bitterns dimana hasil rendemen
Mg(OH)2 yang tertinggi diperoleh sebesar 99,59% dengan kadar magnesium
sebesar 51,26% pada penggunaan KOH 0,25 M voltase 9 V (Hidayah, 2014).
Untuk penelitian ini akan dilakukan produksi Mg(OH)2 dari air laut menggunakan
metode elektrokimia.
Dalam penelitian ini, percobaan akan dilakukan dengan sel elektrolisis 2kompartemen menggunakan NaCl yang disuspensikan dalam agar-agar sebagai
4
jembatan garam yang berguna untuk menjaga kenetralan muatan listrik pada
larutan di setiap elektroda melalui difusi ion-ion. Dengan adanya jembatan garam
ini maka terjadi pertukaran ion-ion di kedua bagian elektroda, maka ion negatif
dari jembatan garam masuk ke salah satu setengah sel yang kelebihan muatan
positif dan ion positif dari jembatan garam berdifusi ke bagian lain yang kelebihan
muatan negatif. Secara khusus, dalam penelitian ini akan dilakukan proses
elektrolisis pada air laut dengan potensial dan waktu yang berbeda, untuk
mempelajari pengaruh potensial dan waktu terhadap rendemen Mg(OH)2 yang
diperoleh, dengan harapan pengaruh variabel perlakuan terhadap kemurnian
Mg(OH)2 yang dihasilkan dapat menggunakan potensial dan waktu yang tepat.
B.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penelitian ini
dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari pengaruh variabel elektrokimia yang
diterapkan terhadap kemurnian Mg(OH)2 yang dihasilkan.
C.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kelayakan metode
elektrokimia untuk menghasilkan Mg(OH)2 dari air laut, untuk mendapatkan nilai
tambah dari air laut.
5
II.
A.
TINJAUAN PUSTAKA
Magnesium
Magnesium merupakan unsur kedelapan terbanyak di dalam kerak bumi, namun
tidak ditemukan sebagai unsur murni, tetapi terdapat sebagai mineral dengan
komposisi yang berbeda. Berbagai jenis mineral yang mengandung magnesium
sudah ditemukan dan dimanfaatkan secara langsung maupun sebagai bahan baku
produksi magnesium. Beberapa contoh mineral magnesium disajikan dalam
Tabel 1 (Aral et al., 2004; Briggs and Lythe., 1971; Canteford, 1985; Girgis and
Girgis., 1969; Mellor, 1924; Rizwan et al., 1999).
Tabel 1. Contoh berbagai mineral magnesium
Nama Mineral
Artinit
Barringtonit
Brusit
Dolim
Dolomit
Dypingit
Epsemit
Forsterit
Hydromagnesit
Hydrotalsit
Karnalit
Kieserit
Magnesit
Olivin
Nesquehonit
Spinel
Rumus Kimia
MgCO3.Mg(OH)2.3H2O
MgCO3.2H2O
Mg(OH)2
MgO.CaO
MgCO3.CaCO3
4MgCO3.Mg(OH)2.5H2O
MgSO4.7H2O
Mg2SiO4
4MgCO3.Mg(OH)2.4H2O
Mg6Al2.(CO3)(OH)16.4H2O
MgCl3KCl.6H2O
MgSO4.7H2O
MgCO3
Mg2Fe2.SiO4
MgCO3.3H2O
MgAl2O4
6
Magnesium merupakan unsur kimia yang sangat penting karena memiliki manfaat
yang sangat luas, baik sebagai unsur maupun sebagai senyawa. Sebagai unsur,
logam magnesium dimanfaatkan untuk berbagai tujuan, antara lain (1) bahan alloy
ringan dalam otomotif, (2) bahan campuran aluminium, (3) bahan refraktori, dan
(4) additif untuk tinta dan produk karet (Mordike and Ebert, 2001). Selain dalam
bentuk unsur, berbagai senyawa magnesium memiliki pemanfaatan yang sangat
luas. Salah satunya adalah magnesium hidroksida.
B.
Penggunaan Magnesium Hidroksida (Mg(OH)2)
Magnesium hidroksida (Mg(OH)2), juga dikenal sebagai brusit, adalah padatan
putih dengan massa molar 58,30 g mol-1 dan kepadatan 2,40 g ml-1 . Senyawa ini
sulit dalam air, dengan kelarutan hanya 0,0012 g dalam 100 g air pada suhu kamar
(Aral et al., 2004). Senyawa ini merupakan senyawa kimia yang sangat penting
karena memiliki pemanfaatan yang sangat luas dan beragam.
Magnesium hidroksida memiliki banyak aplikasi diantaranya yaitu netralisasi
limbah asam, penghilangan logam berat dari limbah industri, dan untuk
pembuangan gas. Magnesium hidroksida dapat digunakan sebagai pengisi asap
dan api retardant dalam polimer, serta prekursor untuk produksi lain bahan kimia
magnesium (Aral et al., 2004).
Sebagai obat, magnesium hidroksida (biasanya disebut 'susu magnesium')
digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan obat maag yang berperan
sebagai antasida untuk menetralkan asam lambung.
7
1.
Penggunaan Mg(OH)2 dalam Pengolahan Air Limbah
Magnesium hidroksida dapat diterapkan dalam pengolahan air limbah industri
dengan berat padatan bubur sekitar 58-62% untuk menaikkan pH larutan asam
sehingga ramah lingkungan. Senyawa ini merupakan asam penetral yang lebih
aman dalam menetralkan suatu senyawa lain dibandingkan senyawa asam penetral
lain seperti soda kaustik (natrium hidroksida) dan kapur, yang umum digunakan
dalam netralisasi asam logam pada industri limbah (Aral et al., 2004).
Magnesium hidroksida memiliki keuntungan tambahan yaitu memiliki perubahan
pH yang lebih kecil dibandingkan soda kaustik dan kapur. Air limbah yang
dicampur dengan magnesium hidroksida secara berlebihan memiliki pH < 9-10,
sedangkan penambahan soda kaustik dan kapur secara berlebihan akan
menghasilkan pH>12.
2.
Penggunaan Mg(OH)2 dalam Filter Tahan Api
Magnesium hidroksida telah diterapkan pada beberapa aplikasi industri seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya. Baru-baru ini, penggunaan magnesium
hidroksida digunakan sebagai bahan aditif tahan api dan bahan aditif penekanan
asap dalam produksi polimer (Innes dan Cox, 1997; Hornsby dan Watson, 1990;
Johnson et al., 1999; Molesky, 1991; Rothon dan Hornsby, 1996; Zhang et al.,
2004).
Magnesium hidroksida sebagian besar digunakan di dunia retardant (Focke et al.,
1997), karena tidak mengandung halogen atau logam berat sehinggah lebih ramah
lingkungan dari pada senyawa nyala api retardant yang mengandung logam
antimon atau terhalogenasi (klorida dan bromida). Meskipun halogenasi nyala api
8
retardant sangat efektif dalam pengaruh nyala api, namun penguraian produknya
dapat menyebabkan masalah lingkungan, karena terjadi pelepasan uap korosif
(Gibert et al., 2000).
Magnesium hidroksida telah dilaporkan memiliki semua karakteristik yang
dibutuhkan untuk menjadi filter tahan api karena tahan asap dari pada nyala api
retardant (Rothon dan Hornsby, 1996). Fungsi magnesium hidroksida sebagai
nyala api retardant yaitu melepaskan uap air dalam kebakaran dan mengalihkan
panas dari api, sehingga mengurangi pembentukan gas yang mudah terbakar, dan
menghambat pembakaran yang dapat menyerap panas serta pendinginan substrat
yang dapat terurai menjadi MgO.
C.
Pembuatan Magnesium Hidroksida (Mg(OH)2)
Magnesium hidroksida dapat dihasilkan dari mineral yang mengandung
magnesium dengan cara menguraikan mineral sumbernya. Sebagai contoh,
pembuatan magnesium hidroksida dari dolomit dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut (Aral et al., 2004).
(i)
Kalsinasi dolomit
CaMg(CO3)2
(ii)
CaO.MgO(s) + 2CO2(g)
Slaking dolomit
CaO.MgO + 2H2O(l)
(iii)
Ca(OH)2(aq) + Mg(OH)2(aq)
Preparasi Mg(OH)2
Ca(OH)2 + Mg(OH)2 + MgCl2(aq)
2Mg(OH)2(s) + CaCl2(aq)
Bahan baku lain yang sudah digunakan adalah kieserit ( MgSO4.7H2O) dengan
tahapan pengolahan pada Gambar 1.
9
Garam Magnesium
Natrium Hidroksida
Proses Pengendapan
Pengeringan
Filtrasi
1.Reaktor 2.Filtrasi 3. Pompa vakum 4. Pengeringan
Gambar 1. Skema sintesis Mg(OH)2 dari garam magnesium dan amonium
hidroksida dengan modifikasi (Pilarska et al., 2012).
Pada proses sintesis magnesium hidroksida di atas, substrat yang digunakan yaitu
kieserit ( MgSO4.7H2O), hidrat magnesium klorida (MgCl2.6H2O), magnesium
nitrat ( Mg(NO3)2.6H2O), dan amonium hidroksida (NH4OH) sebagai agen
presipitasi dan senyawa non ionik dari kelompok poli (etilena glikol) : PEG 200,
PEG 400, PEG 8000, dan PEG 20000. Magnesium hidroksida yang diperoleh
dari larutan 5% garam magnesium dan diberikan larutan amonium hidroksida
untuk mempertahankan jumlah reagen. Pengendapan dilakukan pada suhu 60 0C.
Selanjutnya, bagian dari 200 mL larutan garam magnesium dan 200 mL amonium
hidroksida diaduk secara bersamaan dengan ditambakan 50 mL air, dimana akan
ditempatkan dalam reaktor dengan kapasitas 500 mL yang dilengkapi pengaduk
kecepatan tinggi (1800 rpm). Lalu reagen diaduk oleh pompa peristaltik dengan
laju 2,3 mL/min. Reaktor ditempatkan di termosat (MP14, Julabo) untuk
mengontrol suhu konstan. Endapan yang diperoleh dicuci, disaring, dan
dikeringkan pada 105 0C selama 8 jam (Pilarska et al., 2012).
10
Bahan baku lain yang sudah digunakan adalah mineral bischofite (MgCl2.6H2O)
dengan tahapan pengolahan pada Gambar 2.
Pengendapan
magnesium
hidroksida dari
magnesium
klorida dan
natrium
hidroksida
Proses
Pemanasan
pada campuran
Mg(OH)2 +
NaCl + H2O
Pemutusan
NaCl dan
hidrasi
MgO
Filtrasi dan
Pencucian
pada
campuran
Mg(OH)2 +
MgO
Hidrasi
lengkap
MgO
Proses
Pengering
an dan
terbentuk
Mg(OH)2
Gambar 2. Proses pembuatan Mg(OH)2 dari mineral bischofite (MgCl2.6H2O)
Tahapan yang terjadi :
1. Kalsinasi
MgCl2.6H2O
2. Pengendapan
MgCl2 + 2NaOH
3. Kalsinasi
Mg(OH)2
MgCl2 + 6H2O
Mg(OH)2 + 2NaCl
MgO + H2O
4. Filtrasi
Pada tahapan ini dilakukan filtrasi karena MgO tidak dapat dikonversi ke
Mg(OH)2. Lalu ditambahkan air dengan campuran MgO dan NaCl (1,8 g
MgO + 3,63 g NaCl). Kemudian endapan disaring dan larutan NaCl
dicuci dengan air. Filtrasi dilakukan dalam vakum pada corong buchner.
Volume bubur MgO + Mg(OH)2 + NaCl adalah 20 mL dan volume air
adalah 20 mL. Kemudian dicuci, didiamkan selama ~ 1 jam dan
dikeringkan pada 20 °C ( Kandakov, 2007).
Sebelumnya, untuk pembuatan senyawa magnesium dari air laut pertama kali
dilakukan pada tahun 1937 dan sekarang telah dioperasikan di seluruh dunia.
Magnesium hidroksida (Mg(OH)2 yang diperoleh dengan metode air laut
merupakan senyawa awal yang ditemui dalam industri pembuatan magnesia.
11
Dalam proses pembuatan Mg(OH)2, garam magnesium dalam air laut direaksikan
dengan kalsium hidroksida dimana mineral yang digunakan yaitu dolomit dan
dolime ( sesudah dikalsinasi), lalu dikalsinasi dan terhidrasi sebelum direaksikan
dengan air laut dan terakhir dilakukan pengendapan sehingga terbentuk Mg(OH)2
(Cook, 1996).
Selain itu, pembuatan bubur magnesia atau biasa disebut endapan Mg(OH)2
dilakukan dengan proses DOW dari air laut melalui beberapa tahapan yakni :1)
mineral dolomit dikalsinasi terlebihi dahulu, 2) proses slaking, 3) produk hasil
slaking direaksikan dengan air laut 4) pemisahan endapan Mg(OH)2 yang
terbentuk.
Reaksi :
Reaksinya adalah:
MgCl2(aq) + Ca(OH)2(s)
Mg(OH)2(s) + CaCl2(aq)
∆H= +9,46 kJ
MgSO4(aq) + Ca(OH)2(s)
Mg(OH)2(s) + CaSO4(aq)
∆H= -13,3 kJ
Dalam tahap 3 yaitu proses pembuatan bubur magnesia dilakukan proses
penambahan natrium hidroksida, yaitu proses hasil slaking direaksikan dengan air
laut.
Produk hasil slaking adalah Ca(OH)2 yang akan berekasi dengan MgCl2 dan
MgSO4 yang ada pada air laut sehingga terbentuk produk bubur magnesia atau
Mg(OH)2 (Austin, 1996).
12
D.
Elektrokimia
Salah satu cara untuk memperoleh Mg(OH)2 yang berasal dari air laut dengan
menggunakan metode elektrokimia. Elektrokimia merupakan salah satu cabang
ilmu kimia yang mempelajari tentang perubahan bentuk energi listrik menjadi
energi kimia dan sebaliknya. Proses redoks dilakukan melibatkan reaksi redoks.
Proses transfer elektron akan menghasilkan dalam sejumlah energi listrik. Dalam
elektrokimia ada dua jenis sel, yaitu sel volta dan sel elektrolisis. Dalam
penelitian ini menggunakan jenis sel elektrolisis.
Elektrolisis adalah proses menguraikan molekul dengan melewatkan arus listrik
melalui elektrolit, dimana senyawa dapat mengantarkan listrik. Peralatan
elektrolisis terdiri dari 'sepasang elektroda tenggelam dalam penghantar elektrolit
dilarutkan dalam air'. Menurut Grotheer et al., (2006), elektrolisis air merupakan
proses menguaraikan air dengan suplaian arus listrik, untuk menghasilkan elemen
dasar air yaitu hidrogen pada katoda dan oksigen pada anoda seperti disajikan
pada Gambar 3.
Dalam elektrolisis air laut, air laut itu sendiri sudah cukup berfungsi sebagai
elektrolit untuk menghantarkan listrik. Kandungannya lebih dari 70 unsur garam
terlarut dalam air laut, dalam bentuk ion, terutama natrium (Na+), klorida (Cl-),
sulfat (SO42-), magnesium (Mg2+), kalsium (Ca2+) dan kalium (K+) menjadikan air
laut merupakan konduktor yang sangat baik (Badea et al., 2007).
13
Gambar 3. Satu set sederhana elektrolisis air laut (Bennet, 1980)
Reaksi utama yang terjadi pada sel katoda dan anoda selama proses air laut
elektrolisis adalah:
Katoda: 2H2O + 2eAnoda : 6H2O
2Cl-
H2 + 2OHO2 + 4H3O+ + 4e- atau
Cl2 + 2e-
Air laut bisa dielektrolisa untuk menghasilkan hidrogen pada katoda dan baik
klorin atau oksigen pada anoda, tergantung pada beberapa faktor seperti bahan
elektroda dan kondisi reaksi.
Menurut Badea et al., 2007, elektrolisis air laut bisa mengambil tiga rute utama
yang adalah:
1. Elektrolisis untuk menghasilkan hidrogen, oksigen dan alkali.
2. Elektrolisis untuk menghasilkan hidrogen, oksigen, klorin dan alkali.
3. Elektrolisis untuk menghasilkan hidrogen dan natrium hipoklorit (NaOCl).
Pada penelitian ini digunakan sel elektrolisis dimana hubungan kuantitatif antara
jumlah muatan listrik yang digunakan dan jumlah zat yang terlibat dalam reaksi
telah dirumuskan oleh Faraday. Hal ini terjadi karena melibatkan reaksi reduksi-
14
oksidasi yang mengandalkan peran partikel bermuatan sebagai penghantar muatan
listrik. Air merupakan elektrolit sangat lemah, yang dapat mengalami ionisasi
menjadi ion-ion H+ dan OH-.
H2O(l)
H+(aq) + OH-(aq)
Oleh karena itu, air adalah media elektrolisis yang baik untuk membuat gas H2
dan O2. Gas H2 diperoleh pada katoda kerena terjadi reaksi reduksi ion H+,
sedangkan gas O2 diperoleh pada anoda karena terjadi reaksi oksidasi OH-.
Metode elektrolisis telah digunakan dalam proses pembuatan Mg(OH)2 dari air
laut dengan 2-kompartemen dimana elektroda grafit yang digunakan cukup
selektif dalam mengelektrolisis ion-ion dalam air laut dengan memperhatikan
pengaruh voltase untuk menghasilkan Mg(OH)2.
E.
Karakteristik Zat Padat
1.
X-Ray Diffraction (XRD)
Teknik X-Ray Diffraction (XRD) sangat berperan penting dalam proses analisis
padatan kristalin. XRD merupakan metode karakterisasi yang digunakan untuk
mengetahui ciri utama Kristal, seperti parameter kisi dan tipe struktur. Selain itu,
dapat dimanfaatkan untuk mengetahui rincian lain seperti susunan berbagai jenis
atom dalam Kristal, kehadiran cacat, orientasi, dan cacat Kristal (Smallman,2000).
Elektron-elektron dengan laju tinggi menumbuk suatu bahan akan menghasilkan
sinar-X. Teknik difraksi sinar-X dapat digunakan untuk analisis struktur Kristal,
karena setiap unsur atau senyawa mempunyai pola yang sudah tertentu. Apabila
dalam analisis ini pola difraksi unsur diketahui maka unsur tersebut dapat
15
ditentukan. Rancangan skematik spektrometer sinar-X yang didasarkan atas
analisis Bragg seberkas sinar-X terarah jatuh pada kristal dengan sudut θ dan
sebuah detektor diletakkan untuk mencatat sinar yang sudut hamburannya sebesar
θ. Ketika θ diubah, detektor akan mencatat puncak intensitas yang bersesuaian
dengan orde n yang divisualisasikan dalam difraktogram. Gambar 4 berikut
merupakan skema dari instrumen XRD.
Gambar 4. Skema dasar XRD (Smallman,2000)
Berkas difraksi diperoleh dari berkas sinar-X yang saling menguatkan karena
mempunyai fase yang sama. Untuk berkas sinar-X yang mempunyai fase
berlawanan maka akan saling menghilangkan. Syarat yang harus dipenuhi agar
berkas sinar-X yang dihamburkan merupakan berkas difraksi maka dapat
dilakukan perhitungan secara matematis sesuai dengan hukum Bragg.
Hukum Bragg menyatakan bahwa interferensi konstruktif terjadi jika beda jalan
sinar adalah kelipatan bulat panjang gelombang λ , sehingga dapat dinyatakan
dengan persamaan :
n λ = 2d sin θ
16
Pemantulan Bragg dapat terjadi jika λ ≤ 2d, karena itu tidak dapat menggunakan
cahaya kasat mata, dengan n adalah bilangan bulat = 1,2,3,….. (Beiser, 1992).
Pada d menyatakan jarak antar lapisan atom atau ion yang berdekatan, λ yang
menyatakan panjang gelombang radiasi sinar-X, dan n adalah urutan pantulan.
Kristalinitas dapat juga ditentukan dengan XRD melalui pembandingan intensitas
atau luasan puncak sampel dengan intensitas atau luasan puncak standar yang
ditunjukkan pada persamaan:
ℎ
ℎ
Kristalinitas =
x 100%
Lebar puncak XRD adalah merupakan fungsi dari ukuran partikel, maka ukuran
kristal (crystallite size) dinyatakan dalam persamaan Sherrer berikut (Sijabat,
2013):
Crystallite size =
2
− 2
1
2 cos(2 ⁄2)
Pada K= 1.000, B adalah lebar puncak untuk jalur difraksi pada sudut 2θ ,b adalah
instrument peak broadening (0.1°), dan λ adalah panjang gelombang pada 0.154
nm (Wolfovich et al,2004). Suku (B2-b2)1/2 adalah lebar puncak untuk corrected
instrumental broadening.
Metode XRD banyak digunakan untuk mengindentifikasikan dan
mengkarakterisasi material yang digunakan sebagai katalis, karena banyak
material katalis yang berwujud kristal.
2.
Particle Size Analyzer (PSA)
Untuk mengetahui ukuran partikel suatu material dan distribusinya, dengan
seiring berkembangnya ilmu pengetahuan yang lebih mengarah ke era
17
nanoteknologi, para peneliti mulai menggunakan Laser Ablation Spectroscopy
(LAS). Metode ini dinilai lebih akurat bila dibandingkan dengan metode analisa
gambar maupun metode ayakan, terutama untuk sampel-sampel dalam orde
nanometer (Meliyana, 2011).
Pengukuran partikel dengan menggunakan PSA biasanya menggunakan metode
basah. Metode ini dinilai lebih akurat jika dibandingkan dengan metode kering
ataupun pengukuran partikel dengan metode ayakan dan analisa gambar, terutama
untuk sampel-sampel dalam orde nanometer dan submikron yang biasanya
memliki kecenderungan aglomerasi yang tinggi. Hal ini dikarenakan partikel
didispersikan ke dalam media sehingga partikel tidak saling beraglomerasi
(menggumpal). Dengan demikian, ukuran partikel yang terukur adalah ukuran
dari single particle. Selain itu, hasil pengukuran diperoleh dalam bentuk
distribusi, sehingga hasil pengukuran dapat diasumsikan sudah menggambarkan
keseluruhan kondisi sampel. Setiap kumpulan partikel biasanya disebut
polidispersi. Karenanya perlu untuk mengetahui tidak hanya ukuran dari suatu
partikel tertentu, tapi juga berapa banyak partikel-partikel dengan ukuran yang
sama ada dalam sampel. Jadi perlu suatu perkiraan kisaran ukuran tertentu yang
ada dan banyaknya atau berat fraksi dari tiap-tiap ukuran partikel,dari sini bisa
dihitung ukuran partikel rata-rata untuk sampel tersebut.
3.
Scanning Electron Microscopy (SEM)
Scanning Electron Microscope (SEM) merupakan salah satu tipe mikroskop
elektron yang mampu menghasilkan gambar beresolusi tinggi dari sebuah
permukaan sampel.
18
Selama ini SEM dikembangkan untuk mengatasi batasan- batasan pada
mikroskop optik dan meningkatkan perbesaran dan resolusi jauh lebih besar
dari sistem optikal.
SEM merupakan alat yang sangat kuat untuk menguji dan mengintepretasikan
mikro-struktur dari suatu material, dan digunakan secara luas pada materialmaterial sains. Mikroskop ini digunakan untuk mempelajari struktur permukaan
objek, yang secara umum diperbesar antara 1.000-40.000 kali.
Prinsip dasar dari SEM didasarkan atas sebuah peristiwa interaksi antara sinar
elektron dengan spesimen padatan. Gambar atau foto yang dihasilkan oleh SEM
memiliki penampilan tiga dimensi serta berguna dalam menentukan struktur
permukaan dari sebuah sampel.
Sebuah filament (electron gun) pada scanning electron microscope digunakan
untuk membangkitkan sinar elektron pada sebuah vakum yang dihasilkan dalam
sebuah kamar dimana sampel disimpan untuk dianalisis. Sinar tersebut diarahkan
dengan akurat oleh lensa kondensor elektromagnetik, difokuskan oleh lensa
objektif, dipindai melewati permukaan sampel oleh gulungan pendeteksi
elektromagnetik.
Metode penggambaran yang utama ialah dengan mengumpulkan elektron
sekunder yang dilepaskan oleh sampel. Elektron sekunder dideteksi oleh sebuah
material kilau yang menghasilkan kilat cahaya dari elektron-elektron.
Selanjutnya kilat cahaya dideteksi dan diperkuat oleh sebuah photomultiplier
tube.
19
Dengan menghubungkan posisi pemindaian sampel dengan sinyal yang
dihasilkan, maka dihasilkan gambar atau foto berwarna hitam putih (Ayyad,
2011).
Dalam prinsip pengukuran SEM dikenal ada dua jenis elektron, yaitu elektron
primer dan elektron sekunder. Elektron primer merupakan elektron
berenergi tinggi yang dipancarkan dari sebuah katoda (Pt, Ni, W) yang
dipanaskan. Katoda yang biasa digunakan adalah tungsten (W) atau lanthanum
hexaboride (LaB6).
Sedangkan elektron sekunder adalah elektron berenergi rendah yang
dibebaskan oleh atom pada permukaan. Atom akan membebaskan elektron
sekunder setelah ditembakkan oleh elektron primer. Elektron sekunder ini yang
akan ditangkap oleh detektor, dan mengubah sinyal tersebut menjadi suatu sinyal
gambar.
Bahan konduktor yang biasa digunakan adalah perak, namun apabila dianalisis
dalam jangka waktu yang lama lebih baik menggunakan emas atau
campuran emas dan palladium. Hal ini dikarenakan emas merupakan logam yang
bersifat inert sehingga tidak turut bereaksi dengan sampel yang akan dianalisis
(Mulder,1996).
Melalui analisis menggunakan SEM diharapkan mampu mengamati karakteristik
morfologi dari nanokitosan yang dihasilkan. Skema alat Scanning Electron
Microscope disajikan pada Gambar 5.
20
Gambar 5. Skema alat Scanning Electron Microscope (Ayyad, 2011).
4.
XRF (X-ray Fluorescence)
Sinar-X merupakan radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang dari 10-5100 Å (unit Angstrom, di mana 1 Å = 10-10 m). Sinar-X ditemukan oleh
fisikawan Jerman W.E. Roentgen pada tahun 1895. Tidak seperti lampu biasa,
sinar-X tidak terlihat tapi dapat melintas di garis lurus, dan memiliki kemampuan
untuk menembus bahan yang berbeda pada kedalaman yang berbeda juga (Jenkins
and Snyder, 1996 dan Skoog et al., 1998).
Spektroskopi XRF merupakan teknik yang digunakan untuk total penentuan
utama dan pengukuran elemen pada emisi sinar-X sekunder setelah sampel padat
dibombardir oleh sinar-X utama. Untuk setiap unsur memiliki level energi
karakteristik untuk emisi sinar-X sekunder dengan intensitas dari karakteristik
emisi konsentrasi. Dalam spektroskopi XRF, untuk menganalisis menggunakan
21
panjang gelombang antara U Kα pada 0,1 Å (10-11 m) dan F Kα pada 20 Å (2 x 109
m). Deskripsi lain dari sinar-X adalah partikel energi yang disebut foton.
Energi foton sinar-X diukur dalam kiloelektron volt (keV), dimana sebuah unit
energi diperoleh oleh sebuah elektron ketika dipercepat potensinya 1 volt (1 volt =
1,602 x 10-19 J). Energi foton sinar-X diukur dengan menggunakan hukum DuaneHunt:
E=
di mana :
hxc
λ
h = konstanta Planck (6,626 x 10-34 J s)
c = kecepatan cahaya (3 x 108 m s-1)
λ = panjang gelombang (m) (1 Å = 10 -10 m)
Jadi E (keV) = 12,4 / λ (Å). Persamaan di atas menunjukkan bahwa semakin
tinggi energi, semakin kecil panjang gelombang.
Analisis menggunakan XRF dilakukan berdasarkan identifikasi dan pencacahan
sinar-X karakteristik yang terjadi dari peristiwa efek fotolistrik. Efek fotolistrik
terjadi karena elektron dalam atom target (sampel) terkena sinar berenergi tinggi
(radiasi gamma, sinar-X). Bila energi sinar tersebut lebih tinggi daripada energi
ikatan elektron dalam orbit K, L atau M atom target, maka elektron atom target
akan keluar dari orbitnya. Dengan demikian atom target akan mengalami
kekosongan elektron. Kekosongan elektron ini akan diisi oleh elektron dari orbital
yang lebih luar diikuti pelepasan energi yang berupa sinar-X. Sinar-X yang
dihasilkan merupakan suatu gabungan spektrum sinambung dan spektrum
berenergi tertentu (discreet) yang berasal dari bahan sasaran yang tertumbuk
elektron. Jenis spektrum discreet yang terjadi tergantung pada perpindahan
22
elektron yang terjadi dalam atom bahan . Spektrum ini dikenal sebagai spektrum
sinar-X karakteristik. Peristiwa tersebut dapat dilihat pada Gambar 6.
Sinar-X karakteristik yang dihasilkan dari peristiwa tersebut ditangkap oleh
detektor semi konduktor Silikon Lithium (SiLi). Detektor tersebut dapat berfungsi
dengan baik bila temperatur dijaga pada kondisi suhu di bawah 0 oC (-115
0
C) dengan cara merendamnya dalan nitrogen cair. Berdasarkan manual alat,
spektrometer XRF mampu mendeteksi unsur-unsur dengan energi karakteristik
sinar-X > 0,840 keV dengan kebolehjadian terjadinya sinar yang dideteksi
spektrometer XRF dengan konsentrasi lebih besar dari 0,01 %.
Hasil analisis kualitatif ditunjukkan dalam bentuk spektrum yang mewakili
komposisi unsur yang terkandung dalam suatu bahan sesuai dengan energi
karakteristik sinar-x masing-masing unsur, sedang analisis kuantitatif dihitung
menggunakan metode komparatif.
Gambar 6. Proses Sinar-X (Whiston, 1987)
23
Prinsip kerja alat XRF adalah sinar-x fluoresensi yang dipancarkan oleh sampel
dihasilkan dari penyinaran sampel dengan sinar-x primer dari tabung sinar-x
( X-Ray Tube), yang dibangkitkan dengan energi listrik dari sumber tegangan
sebesar 1200 volt.
Bila radiasi dari tabung sinar-x mengenai suatu bahan maka elektron dalam bahan
tersebut akan tereksitasi ke tingkat energi yang lebih rendah, sambil memancarkan
sinar-x karakteristik. Sinar-x karakteristik ini ditangkap oleh detektor diubah ke
dalam sinyal tegangan (voltage), diperkuat oleh Preamp dan dimasukkan ke
analyzer untuk diolah datanya . Energi maksimum sinar-X primer (keV)
tergantung pada tegangan listrik (kVolt) dan kuat arus (µAmpere).
Fluoresensi sinar-x tersebut dideteksi oleh detektor SiLi (Jenkins, 1999). Pada
Gambar 7 ditunjukkan skema analisis sistem menggunakan DX-95.
Gambar 7. Skema Spektrometer XRF DX-95
24
III. METODE PENELITIAN
A.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan selama 3 bulan yaitu dari bulan Maret sampai Juni
2016, bertempat di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
B.
Alat dan Bahan
1.
Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabung U, kertas
saring, oven, mortal, ayakan dengan ukuran 120 µm, neraca analitik digital,
spatula, dan peralatan gelas yang umum digunakan di labolatorium, Scanning
Elektron Miscrope (SEM), X-Ray Diffraction (XRD), X-Ray Fluorescence (XRF),
Particle Size Analyzer (PSA).
2.
Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu air laut, akuades,
agar-agar merk swallow, NaCl, dan elektroda karbon.
25
C.
Prosedur Penelitian
1.
Pembuatan Jembatan Garam
Langkah awal dalam penelitian ini adalah pembuatan jembatan garam. Sebanyak
5,85 gram NaCl ditambahkan agar-agar sambil diaduk sampai membentuk gel.
Kemudian larutannya dipanaskan terus menerus dengan api sedang sampai agak
mengental. Tujuan pembuatan jembatan garam ini untuk menjaga kenetralan
muatan listrik pada larutan.
2.
Konstruksi Alat
Alat elektrolisis 2-kompartemen dikonstruksikan seperti Gambar 8. Bagian kanan
adalah kompartemen katodik dan bagian kiri adalah kompartemen anodik.
Gambar 8. Sel 2-Kompartemen
26
3.
Percobaan Elektrolisis
Menurut Putero (2008), faktor-faktor yang mempengharui proses elektrolisis yaitu
kerapatan arus listrik, waktu, tegangan, kadar keasamaan (pH), ketebalan plat dan
jarak antar elektroda.
Dalam penelitian ini akan dilakukan serangkaian percobaan untuk mempelajari
pengaruh potensial, waktu, jumlah elektroda, dan pemekatan air laut.
A.
Kajian Pengaruh Potensial
Percobaan ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh potensial terhadap
efektifitas berlangsungnya proses elektrolisis, dimana menentukan potensial
optimumnya untuk memperoleh Mg(OH)2 yang paling banyak. Percobaan
dimulai dengan memasukkan air laut 500 mL, dan elektroda karbon di dalam
gelas kimia masing-masing, lalu menentukan potensial optimum untuk masingmasing percobaan. Pada percobaan ini digunakan variasi potensial 10, 12, 14, 16,
18, dan 20 volt dengan waktu kontak ditentukan 120 menit. Kemudian lapisan
bawah hasil yang diperoleh dari elektrolisis dipisahkan, disaring, dan dikeringkan.
B.
Kajian Pengaruh Waktu
Percobaan ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh waktu kontak terhadap
efektifitas proses elektrolisis yang berlangsung, serta menentukan waktu kontak
optimumnya. Percobaan dimulai dengan memasukkan air laut 500 mL, dan
elektroda karbon di dalam gelas kimia masing-masing, lalu menentukan waktu
kontak untuk masing-masing percobaan. Pada percobaan ini digunakan variasi
waktu kontak 60, 90, 120, 150, dan 180 menit dengan potensial optimum yang
27
telah diperoleh pada percobaan (1). Lapisan bawah hasil elektrolisis dipisahkan,
disaring dan dikeringkan.
C.
Kajian Pengaruh Jumlah Elektroda
Percobaan ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh jumlah elektroda terhadap
efektivitas proses elektrolisis yang berlangsung, untuk mendapatkan produk
dengan kemurnian yang tinggi. Percobaan dimulai dengan memasukkan air laut
500 mL, dan elektroda karbon di dalam gelas kimia masing-masing,
menggunakan 1 dan 2 pasang elektroda. Pada percobaan ini digunakan sel
elektrolisis 2-kompartemen dimana kompartemen katodik dan kompartemen
anodik terpisah sehingga tingkat produk kemurniaan lebih tinggi dibandingkan sel
elektrolisis 1-kompartemen. Pada percobaan ini menggunakan potensial optimum
yang telah diperoleh pada percobaan (1) dan waku kontak optimum yang
diperoleh pada percobaan (2). Lapisan bawah hasil elektrolisis dipisahkan,
disaring dan dikeringkan.
D.
Kajian Pengaruh Pemekatan Air Laut
Percobaan ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh pemekatan air laut terhadap
efektivitas proses elektrolisis yang berlangsung, untuk mendapatkan produk
dengan kemurnian yang tinggi. Percobaan dimulai dengan memasukkan air laut
500 mL, dan elektroda karbon di dalam gelas kimia masing-masing, lalu
dilakukan pemekatan air laut dengan penguapan. Pada percobaan ini penguapan
air laut dilakukan dengan pemanasan air laut sebanyak 500 mL menjadi 400 mL,
300 mL, dan 200 mL sehingga kadar garam dalam air laut semakin tinggi.
28
Pada percobaan ini menggunakan potensial optimum yang telah diperoleh pada
percobaan (1), waku kontak optimum yang diperoleh pada percobaan (2), dan
jumlah eletroda yang tepat pada percobaan (3). Lapisan bawah hasil elektrolisis
dipisahkan, disaring dan dikeringkan.
4.
Karakterisasi Zat Padat
A.
(X-Ray Diffraction)
Karakteristik dengan XRD dilakukan untuk menganalisis pengaruh suhu sintering
yaitu 600 0C terhadap struktur kristalografi sampel zat padat, apakah sampel
bersifat amorf atau kristalin. Sumber radiasi menggunakan Kα dari Cu. Langkahlangkah yang dilakukan dalam analisis menggunakan XRD adalah sebagai
berikut:
1. Sampel yang dianalisis disiapkan dan direkatkan pada kaca, kemudian
dipasang pada tempatnya yang berupa lempeng tipis berbentuk persegi
panjang (sampel holder) dengan bantuan malam (lilin perekat).
2. Sampel yang disimpan dipasang pada sampel holder kemudian dilekatkan
pada sampel stand dibagian geniometer.
3. Parameter pengukuran dimasukkan pada software pengukuran melalui
computer pengontrol, yaitu meliputi penentuan scan mode, penentuan
rentang sudut, kecepatan scan cuplikan, member nama cuplikan dan
member nomor urut file data.
4. Alat difraktometer dioperasikan dengan perintah “Start” pada menu
computer, dimana sinar-X akan meradiasi sampel yang terpancar dari
target Cu dengan panjang gelombang 1,5406 Å.
29
5. Hasil difraksi dapat dilihat pada komputer dan intensitas difraksi pada
sudut 2 θ tertentu dapat dicetak oleh mesin printer
6. Sampel dari sampel holder diambil setelah pengukuran cuplikan selesai.
B.
SEM (Scanning Electron Microscope)
Analisis menggunakan SEM dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang
morfologi permukaan zat padat meliputi, ukuran partikel, bentuk, dan distribusi
partikel pada permukaan sampel. Analisis menggunakan SEM ini dilakukan pada
sampel zat padat yang dihasilkan. Adapun langkah-langkah dalam uji SEM ini
adalah sebagai berikut:
1. Sampel yang akan dianalisis disiapkan dan direkatkan pada specimen
holder (Dolite,double sticy tape).
2. Sampel yang telah dipasang pada holder kemudian dibersihkan dengan
Hand Blower.
3. Sampel dimasukkan dalam mesin couting untuk diberi lapisan tipis yang
berupa gold-poladium selama 4 menit sehingga menghasilkan lapisan
dengan ketebalan 200-400 Å.
4. Sampel dimasukkan ke dalam Specimen Chamber.
5. Pengamatan dan pengambilan gambar pada layer SEM dengan mengatur
pembesaran yang diinginkan.
6. Penentuan spot untuk analisis pada layer SEM.
7. Pemotretan gambar SEM.
30
C.
Particle Size Analyzer (PSA)
Karakterisasi untuk mengetahui ukuran dan distribusi partikel pada zat padat yang
diperoleh juga sangat penting untuk dilakukan. Analisis ini dilakukan dengan
menggunakan instrumen Particle Size Analyzer (PSA). PSA merupakan salah
satu instrumen nanoteknologi yang menggunakan metode Laser Diffractioan
(LAS) dalam aplikasinya. Alat ini menggunakan prinsip dynamic light scattering
(DLS). Metode ini juga dikenal sebagai quasi-elastic light scattering (QELS).
Alat ini berbasis Photon Correlation Spectroscopy (PCS). PSA yang
menggunakan metode LAS dibagi lagi menjadi 2 metode aplikasi sebagai berikut:
1.
Metode basah. Metode ini menggunakan media pendispersi untuk
mendispersikan material uji.
2.
Metode kering. Metode ini memanfaatkan udara atau aliran udara untuk
melarutkan partikel dan membawanya ke sensing zone. Metode ini baik
digunakan untuk ukuran yang kasar, dimana hubungan antar partikel lemah
dan kemungkinan untuk beraglomerasi kecil.
D.
X-Ray Fluorescene (XRF)
Analisis menggunakan XRF dimaksudkan untuk mengidentifikasi unsur-unsur
dan senyawa-senyawa yang terkandung dalam zat padat baik secara kualitatif
maupun kuantitatif. Langkah-langkah dalam uji XRF adalah sebagai berikut:
1.
Disiapkan sampel yang akan diuji, apakah sampel berbentuk serbuk, cair, atau
padatan.
31
2.
Sampel diletakkan di dalam sampel holder. Pastikan bagian bawah sampel
holder tertutupi seluruhnya oleh sampel karena bagian inilah yang akan
ditembaki oleh sinar-x.
3.
Setelah sampel siap pada sampel holder, tutup Lid dan jalankan XRF
menggunakan tombol ON.
4.
Analisis akan langsung berjalan dengan menggunakan tombol untuk
penyinaran sinar-X. Sampel akan dikenai sinar-x untuk beberapa saat.
5.
Sinar-X yang mengenai sampel akan diteruskan ke detektor dan selanjutnya
dianalisis unsur-unsur yang terkandung dalam sampel.
6.
Pemotretan hasil.
44
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Hasil percobaan menunjukkan bahwa Mg(OH)2 dapat dihasilkan langsung
dari air laut dengan metode elektrokimia.
2. Dari percobaan disimpulkan bahwa kondisi maksimum untuk mendapatkan
Mg(OH)2 adalah potensial 20 volt, waktu elektrolisis 180 menit, dan
pemekatan dari 1000 mL menjadi 800 mL.
3. Hasil pengukuran distribusi ukuran partikel menggunakan PSA menunjukkan
bahwa waktu elektrolisis tidak berpengaruh nyata terhadap pengendapan
Mg(OH)2.
4. Hasil karakterisasi X-Ray Diffraction (XRD) menunjukkan bahwa Mg(OH)2
dapat dikonversi menjadi MgO dengan suhu sintering 600 oC.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka pada penelitian selanjutnya
disarankan untuk uji metode konvensional dengan membuat larutan baku Mg dan
dianalisis dengan melihat recoverynya, menggunakan tegangan yang lebih tinggi,
45
serta mengembangkan proses pemurnian Mg(OH)2 agar memenuhi standar
industri.
46
DAFTAR PUSTAKA
Aphane, M.E. 2007. The hydration of magnesium oxide with different reactivities by
water and magnesium acetate. (Thesis). University of South Africa, pp 453466.
Aral, H., B.D. Hill, and G.J. Sparrow. 2004. Salts from saline waters and value added
products from the salts. CSIRO minerals. Clayton. Victoria and Global
Geoscience Services. Inc. Adelaide. South Australia, pp 42-64.
Austin, M. 2009. Industri Proses Kimia, Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta.
Hal 150-153
Ayyad, O.D. 2001. Novel Strategis The Synthesis of Metal Nanoparticle and
Nanostructure. Thesis. Universitas de Barcelona. Barcelona.
Badea, G.E., I.Maior., A.Cojocaru., I.Pantea., and T.Badea. 2007.
Seawater Electrolysis for Hydrogen Production. Revue Roumaine de Chimie.
54(1), pp 55–61.
Bahadori, B and M.Nusheh. 2015. Production of High Purity Magnesia from Highly
Saturated Bitterns. Hydrometallurgical Processes, pp 24-30.
Beiser, A. 1992. Konsep Fisika Modern Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta.
Hal 220-224.
Bennett J. E. 1980. Electrodes for generation of hydrogen and oxygen fromseawater.
International Journal of Hydrogen Energy. 5, pp 401–408.
Briggs, C.C, and Lythe, T.W. 1971. Magnesium hydroxide production from
brines of seawater. South African Patent, pp 24.
Canterford, J.H. 1985. Mineral Processing and Extractive Metallurgy. An
Internasional Journal. 2(2), pp 57-104.
47
Cook, M .1996. The Influence of Magnesium Hydroxide Morphology on the
Mechanical Properties of Polypropylene. (Thesis). University of
Loughborough, pp 1-24.
Dong, C., J. Cairney., Q. Sun., O.L. Maddan., G. He., and Y. Deng. 2010.
Investigation of Mg(OH)2 nanoparticles as an actibacterial agent. J.
Nanopart. Res.12, pp 2101-2109.
Fernandez, A.I., L. Haurie., J.Formosa., J.M.Chimenos., M.Antunes., and J.I.
Velasco. 2009. Characterization of poly(ethylene-co-vinyl acetate) (EVA)
filled with low grade magnesium hydroxide. Polym. Degrad. Stabil. 94, pp
57-60.
Focke, W.W., Strydom, C.A, and Bartie, N. 1997. Thermal analysis of commercial
inorganic flame retardants. South African Journal of Chemical Engineering.
9(2), pp 41-51.
Gibert, J.P., Cuesta, J.M.L., Bergeret, A, and Crespy, A. 2000. Study of the
degradation of fire-retarded PP/PE copolymers using DTA/TGA coupled with
FTIR. Polymer Degradation and Stability. 67(3), pp 437-447.
Girgis, B.S, and Girgis, L.G. 1969. Surface area and pore structure of talc-magnesite.
Journal of Applied Chemistry. 19(10), pp 273-304.
Grotheer,M., R. Alkire., R. Varjian., V. Srinivasan, and J.W. Weidner. 2006.
Industrial Electrolysis and Electrochemical Engineering. Interface The
Electrochemical Society. Inc. Pennington. NJ. 15(1), pp 52-54.
Gulkova, D., O.Solcova., and M. Zdrazil. 2004. Preparation of MgO catalytic support
in shaped mesoporous high surface area form. Microp. Mesop. Mater. 76, pp
137-149.
Hidayah, F.F. Pengaruh Voltase terhadap Rendemen Mangnesium Hidroksida dari
Bitterns melalui Sel Elektrolisis. Jurnal Sains Dasar. 3(2), hal 156-161.
Holisaturrahmah dan Suprapto. 2013. Pengurangan Turbiditas pada Air Laut
Menggunakan Metode Elektrokoagulasi. Jurnal Sains dan Seni Pomits. 2(2),
hal 2337-3520.
Hornsby, P.R, and Watson, C.L. 1990. Study of the Mechanism of Flame Retardance
and Smoke Suppression in Polymer Filled with Magnesium Hydroxide Filler.
Polymer Degradation and Stability. 30(1), pp 73-87.
Innes, J.D and Cox, A.W. 1997. Proceedings of the International Conference on Fire
Safety.24, pp 127-138.
48
Jenkins, R. 1999. X-Ray Fluorescence Spectrometry 2nd Edition. John Wiley and
Sons. Inc. New York, pp 1-159.
Jenkins, R and R. Snyder. 1996. Introduction to X-Ray Powder Diffractometry.
John Wiley and Sons. Inc. New York, pp 1-258.
Johnson, F.J., A.G. Pommer., M.S.Vernon., R.M.Winter., W.M.Cross., and J.J.
Kellar. 1999.Preparation of magnesium hydroxide surface as a model for
flame retardant filler. Minerals and Metallurgical Processin. 16(1), pp 65-68.
Kondakov, D.F and Danilov, V.P. 2007. Manufacturing of Magnesium Hydroxide
from Natural Magnesium Chloride Sources. Theoretical Foundations of
Chemical Engineering. 8(1), pp 2–6.
Meliyana, L. 2015. Preparasi Katalis CaO/SiO2 dari CaCO3 dan Silika Sekam Padi
dengan Metode Sol Gel untuk Pengolahan Minyak Nabati menjadi
Biodiesel. (Skripsi). Departemen FMIPA Universitas Lampung. Bandar
Lampung. Hal 18.
Mellor, J.W. 1924. A comprehensive Treatise on Inorganic and Theoretical
Chemistry. Longmans. London, pp 280-284.
Molesky, F. 1991. Proceedings of the International Conference on Fire Safety.
16, pp 212-226.
Mordike, B.L. and Ebert, T. 2001. Magnesium. Properties Applications Potential.
Materials Science and Engineering. 302(1), pp 37-45.
Mulder, M. 1996. Basic Principle of Membrane Technology. 2nd Edition. Kluwer
Academic. Dordrecht, Boston.
Pilson, M.E.Q. 1998. Chemical Extraction of Useful Substance from Sea Water.
Introduction to the Chemistry of the Sea. Prentice Hall, pp 341–350.
Piralska, A., I. Linda., M. Wysokowski., D. Paukszta., and T. Jesionowski. 2012.
Synthesis of Mg(OH)2 from Magnesium Salts and NH4OH by Direct
Functionalisation with Poly(Ethylene Glycols). Physicochem. Probl. Miner.
Process. 48(2), pp 631-643.
Putero, S.H., Kusnanto dan Yusriyani. 2008. Pengaruh Tegangan dan Waktu pada
Pengolahan Limbah Radioaktif yang Mengandung Sr-90 Menggunakan
Metode Elektrokoagulasi. Proseding Seminar Nasional Ke-14 Teknologi dan
Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir ISSN : 0854-2910. Bandung.
Diakses tanggal 5 Februari 2016.
49
Putz, H., Schön, J. C., and Jansen, M. 2001. Combined Method for Abinitio Structure
Solutiob from Podwer Diffraction data. Journal Applied Crystallogr. 32, pp
864-70.
Rieger, P.H. 1994. Electrochemistry 2nd Edition. Chapman & Hall. New York,
pp 274–308.
Rizwan, S., H.Agha., S.A.Aansar., and A.A Khan. 1999. Proceedings of the
International Symposium on Advanced Materials, 6th. Islamabad. Pakistan, pp
166-169.
Rothon, R.N and Hornsby, P.R. 1996. Flame retardant effects of magnesium
hydroxide. Polymer Degradation and Stability. 54(2-3), pp 383-385.
Sijabat. E.R. 2013. Transesterifikasi Minyak Sawit dengan Metanol dan Katalis
Heterogen Berbasis Silika Sekam Padi (MgO-SiO2). (Skripsi). Departemen
Kimia FMIPA Universitas Lampung. Bandarlampung. Hal 43.
Skoog, D.A., F.J. Holler., and T.A Nieman. 1998. Principles of instrumental analysis
5th Edition. Harcourt Brace and Company. Florida, pp 798-805.
Walsh, F.C. 2001. Electrochemical Technology for Environmental Treatment and
Clean Energy Conversion. Pure Appl. Chem. 73(12), pp.1819–1837.
Whitson, C. 1987. X-ray Methods. John Wiley and Sons. London, pp 1-33.
Wolfovich, M.A., M.V. Landau., A. Brenner., and M. Herskowitz. 2004. Catalytic
Wet Oxidation of Phenol with Mn−Ce-Based Oxide Catalysts: Impact of
Reactive Adsorption on TOC Removal. Ind. Eng. Chem. Res. 43, pp 50895097.
Zhang, J., X.Wang., F.Zhang and A.R.Horrocks. 2004. Reactive Polymers
Fundamental and Applications A Concise Guide to Industrial Second Edition.
Johanes Karl Fink. Inc. Oxford, pp 225-230.
Download