kajian ekonomi regional

advertisement
KAJIAN EKONOMI REGIONAL
Provinsi Sulawesi Utara
Triwulan III
2011
Kantor Bank Indonesia Manado
0
Kata Pengantar
Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah
terakhir dengan UU No. 6 Tahun 2009 , dijelaskan bahwa tujuan Bank Indonesia adalah
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Guna mencapai tujuan tersebut, Bank
Indonesia mempunyai 3 (tiga) tugas yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan
moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan
mengawasi bank. Sejalan dengan itu dan diperkuat oleh momentum otonomi daerah,
setiap Kantor Bank Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI Manado dituntut
berperan sebagai
yang diharapkan mampu
memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini
sebagai bahan masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam perumusan dan penetapan
kebijakan moneter yang tepat sasaran. Penyajian informasi ekonomi dan keuangan daerah
tersebut, disusun dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sulawesi Utara
secara triwulanan, yang berisi analisis mengenai kondisi makro ekonomi regional, tingkat
harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan
kemiskinan serta prospeknya ekonomi di triwulan mendatang.
Di samping itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas Bank Indonesia melalui
penyampaian informasi mengenai kondisi perekonomian dan keuangan kepada stakeholder
maka KBI perlu menyampaikan informasi dimaksud kepada stakeholder di daerah seperti
pemerintah daerah, lembaga pendidikan, institusi keuangan, dan lembaga lainnya di
daerah. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas
dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih.
Manado, 30 September 2011
BANK INDONESIA MANADO
Ramlan Ginting
Pemimpin
1
Daftar Isi
KATA PENGANTAR
halaman 1
DAFTAR ISI
halaman 2
RINGKASAN EKSEKUTIF
halaman 5
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
halaman 13
Sisi Permintaan
halaman 13
Sisi Penawaran
halaman 21
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
halaman 31
Inflasi Tahunan (yoy)
halaman 32
Inflasi Triwulanan (qtq)
halaman 32
Inflasi Bulanan (mtm)
halaman 33
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi
halaman 35
Boks 1
halaman 40
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
halaman 43
Struktur Aset Perbankan
halaman 43
Perkembangan Kantor Bank
halaman 43
Perkembangan Bank Umum Konvensional
halaman 45
Stabilitas Sistem Perbankan
halaman 52
Perkembangan Perbankan Syariah
halaman 55
Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat
halaman 56
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
halaman 59
Dana Perimbangan di Sulawesi Utara
halaman 60
APBD di Tingkat Provinsi
halaman 62
PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
halaman 69
Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai
halaman 69
Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai
halaman 74
PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN
halaman 77
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah
halaman 77
Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
halaman 80
2
PROSPEK PEREKONOMIAN
halaman 87
Prospek Ekonomi Makro
halaman 87
Prakiraan Inflasi
halaman 92
Prospek Perbankan
Halaman 99
Daftar Istilah dan Singkatan
halaman 97
3
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi :
Kantor Bank Indonesia Manado
Jl. 17 Agustus No. 56
Ph. 0431-868102, 868103, 868108
Fax. 0431 - 866933
Email : [email protected]; [email protected]; [email protected]
website : www.bi.go.id
Publikasi ini dapat diunduh dalam bentuk softfile pada:
http://www.bi.go.id/web/id/DIBI/Info_Publik/Ekonomi_Regional/
4
RINGKASAN EKSEKUTIF
Perkembangan Makro Ekonomi Regional
Penguatan perekonomian Sulawesi
Utara terus berlanjut selama triwulan
III-2011.
Penguatan perekonomian Sulawesi Utara terus berlanjut selama
triwulan III-2011. Setelah tumbuh 7,14% (yoy) pada triwulan
sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara kembali
tumbuh pada level yang relatif tinggi dibandingkan triwulan yang
sama tahun sebelumnya, yaitu sebesar 7,73% (yoy). Optimisme
semakin membaiknya perekonomian serta prospek kedepan
mendorong
meningkatnya
kinerja
konsumsi
dan
investasi.
Sementara itu, kinerja perdagangan luar negeri Sulawesi Utara
menunjukkan adanya pertumbuhan negatif.
Dari sisi penawaran, pertumbuhan
ekonomi Sulawesi Utara pada
triwulan III-2011 disumbangkan oleh
seluruh sektor yang ada
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2011
disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada dengan tingkat
pertumbuhan total sebesar 7,73% (yoy), relatif lebih tinggi
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar
7,04% (yoy). Pertumbuhan terutama terjadi sebagai multiplier
effect penyelenggaraan even berskala internasional dan nasional
pada triwulan laporan yang pada tahap selanjutnya akan
mendorong aktivitas pada sektor penopang pertumbuhan ekonomi
Sulut. Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada
triwulan III-2011 adalah Sektor Bangunan yang tercatat tumbuh
15,76% (yoy) dengan sumbangan sebesar 2,26% terhadap total
pertumbuhan.
Selanjutnya,
sektor
pertanian
dan
sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) juga masih menjadi
kontributor pertumbuhan ekonomi dengan sumbangan masingmasing sebesar 0,52% dan 2% terhadap total pertumbuhan.
Perkembangan Inflasi Daerah
Tren penurunan tekanan inflasi di
Kota Manado secara umum masih
terjadi sepanjang triwulan III-2011.
Secara tahunan, inflasi Kota Manado
pada triwulan III-2011 tercatat
5
Tren penurunan tekanan inflasi di Kota Manado secara umum
masih terjadi sepanjang triwulan III-2011. Secara tahunan, inflasi
Kota Manado pada triwulan III-2011 tercatat 1,25% (yoy),
mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama
tahun lalu sebesar 7,38% (yoy) dan masih lebih rendah
dibandingkan laju inflasi nasional sebesar 4,61% (yoy). Sejalan
dengan pergerakan inflasi tahunan, inflasi bulanan selama triwulan
III-2011 juga mengalami penurunan menjadi deflasi 0,22% (mtm)
pada September 2011 dari 0,08% (mtm) pada Juli 2011, angka ini
jauh lebih rendah dibandingkan inflasi nasional pada September
2011 sebesar 0,27% (mtm). Akumulasi laju inflasi (ytd) Kota
Manado sampai dengan September 2011 tercatat lebih rendah
(0,19%)
dibandingkan
akumulasi
inflasi
nasional
(2,97%).
Sementara itu, sebagaimana pola musimannya, Kota Manado pada
periode laporan juga mencatat deflasi 0,05% (qtq).
Berdasarkan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, tekanan Inflasi
Berdasarkan
faktor-faktor
yang
secara
tahunan
pada triwulan
II-2011
mempengaruhinya,
tekanan
Inflasi
terutama didorong oleh
secara tahunan pada triwulan III-2011
terutama didorong oleh
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi
secara tahunan pada triwulan III-2011 terutama didorong oleh
kelompok inti (core inflation), sementara kelompok bahan
makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) dan kelompok
komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah (administered
prices) justru memberikan sumbangan negatif terhadap inflasi pada
periode laporan.
Perkembangan Perbankan Daerah
Sejalan dengan semakin membaiknya
kondisi perekonomian,
perkembangan berbagai indikator
perbankan di Sulawesi Utara pada
triwulan III-2011 menunjukkan
pertumbuhan positif
Sejalan dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian,
perkembangan berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara
pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan positif. Aset,
dana
pihak
ketiga,
dan
outstanding
kredit
mengalami
pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya. Di sisi penghimpunan dana, pertumbuhan
Dana Pihak Ketiga terutama terjadi pada jenis deposito. Sementara
itu, kredit tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya, terutama kredit investasi. Pertumbuhan kredit
yang lebih cepat daripada pertumbuhan DPK menyebabkan Loan
6
to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulawesi Utara berada pada
level sedikit di atas 100% dan sedikit mengalami peningkatan
dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Beberapa aspek
yang mencerminkan stabilitas sistem perbankan seperti aspek risiko
kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya relatif
terkendali. Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga berada pada
nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%.
Secara umum, indikator kinerja bank
umum syariah di Sulawesi Utara pada
triwulan laporan
Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi
Utara pada triwulan laporan mengalami
pertumbuhan positif.
Total aset bank umum syariah secara tahunan, sampai dengan
posisi September 2011 meningkat sebesar 20,46% (yoy), sejalan
dengan pertumbuhan kredit sebesar 48,16%. Sementara itu, DPK
tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 33,13% (yoy) pada
triwulan laporan. Dengan kondisi tersebut, Financing to Deposit
Ratio (FDR)
meningkat dari 208,33% pada triwulan III-2010
menjadi sebesar 231,85% pada triwulan III-2011.
Sejalan dengan itu kinerja BPR Provinsi
Sulawesi Utara pada triwulan III-2011
menunjukkan pertumbuhan positif
Sejalan dengan itu kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada
triwulan
III-2011
menunjukkan
pertumbuhan
positif
yang
tercermin dari pertumbuhan aset, DPK dan kredit. Namun
demikian, hal ini tidak diikuti dengan perbaikan kualitas kredit dan
rasio Loan to Deposit Ratio (LDR). Aset BPR pada Juni 2011
mengalami pertumbuhan positif sebesar 68,43% (yoy), menjadi
Rp563,1 miliar. Pertumbuhan aset BPR pada periode laporan
terutama didorong oleh pertumbuhan kredit
tercatat 70,22%
(yoy) atau mencapai Rp420,1 miliar.
Perkembangan Keuangan Daerah (APBD)
Alokasi dana perimbangan yang
terdiri atas Dana Alokasi Umum (DAU)
dan Dana Alokasi Khusus (DAK) ...
Alokasi dana perimbangan yang terdiri atas Dana Alokasi Umum
(DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) dari pemerintah pusat bagi
Provinsi/Kab/Kota
di
wilayah
Sulawesi
Utara
Tahun
2011
meningkat sebesar 12,05% dibandingkan dengan Tahun 2010.
Secara agregat, jumlah alokasi dana perimbangan dari pemerintah
pusat ke provinsi, kabupaten dan kota di Sulawesi Utara mencapai
Rp5,67 triliun. Seluruh Kabupaten/Kota bahkan di tingkat Provinsi
7
di
Tahun
2011
mengalami
peningkatan
alokasi
anggaran
dibandingkan tahun lalu.
Kinerja keuangan pemerintah pada
triwulan III-2011 lebih rendah...
Kinerja keuangan pemerintah pada triwulan III-2011 lebih rendah
dibandingkan triwulan II 2010, hal ini tercermin dari realisasi
pendapatan dan belanja daerah yang mengalami penurunan
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Disisi lain
sampai dengan triwulan laporan tingkat pendapatan secara umum
baru terealisasi 76,4% dari total target pendapatan atau lebih
rendah dibandingkan pencapaian tahun lalu yang tercatat sebesar
85,2%. Sementara itu, sampai dengan triwulan III-2011 realisasi
belanja tercatat sebesar 51,9% dari total anggaran atau lebih
rendah
dibandingkan
dengan
triwulan
yang
sama
tahun
sebelumnya tercatat 67,3% dari total anggaran.
Perkembangan Sistem Pembayaran
Pada triwulan III-2011, nilai transaksi
sistem pembayaran non tunai di
Sulawesi Utara menunjukkan
peningkatan ...
Pada triwulan III-2011, nilai transaksi sistem pembayaran non tunai
di
Sulawesi
Utara
menunjukkan
peningkatan.
Transaksi
pembayaran melalui Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement
(BI-RTGS), untuk wilayah Sulawesi Utara, baik secara nominal
maupun nominal meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.
Sejalan dengan itu, transaksi dan volume pembayaran melalui
kliring
di
wilayah
Sulawesi
juga
mengalami
peningkatan.
Selanjutnya aktivitas transaksi tunai di Sulawesi Utara yang
dilakukan melalui Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan III2011 mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya.
Selama triwulan III-2011, rasio PTTB
terhadap uang kartal masuk tercatat
sebesar 100,59%
Selama triwulan III-2011, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk
tercatat sebesar 37,98%, jauh lebih rendah dibandingkan dengan
triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat 64,11%. Secara
nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama
triwulan laporan adalah sebesar Rp376 miliar. Budaya dan perilaku
masyarakat yang kurang baik dalam memperlakukan uang kertas
seperti melipat, mengokot (men-staples), meremas dan mencoratcoret akan mempercepat kelusuhan uang kertas. Selain itu, karena
8
faktor iklim tropis yang lembab juga akan mempercepat tingkat
kelusuhan uang kertas.
Sementara itu, rata-rata penolakan
lembar cek/bilyet giro kosong selama
triwulan laporan tercatat 1,57% dari
Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong
selama triwulan laporan tercatat 1,57% dari rata-rata lembar
warkat yang dikliringkan per hari atau mengalami penurunan
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang
tercatat 1,72%.
Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan
Masyarakat
Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi
Utara juga terus menunjukkan
perbaikan ...
Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara juga terus menunjukkan
perbaikan,
hal
tersebut
sesuai
dengan
perkembangan
pertumbuhan perekonomian daerah yang semakin meningkat. Hal
ini ditunjukkan melalui Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang
secara konstan mengalami penurunan selama beberapa tahun
terakhir. Selain itu, penurunan tingkat pengangguran juga
terindikasi dari angka penggunaan tenaga kerja oleh dunia usaha
Sulawesi Utara yang mencatat angka positif. Angka yang diperoleh
dari hasil Survei Konsumen (SK) triwulan III-2011, menunjukkan
masyarakat Sulawesi Utara masih optimis terhadap ketersediaan
lapangan kerja yang ditunjukkan melalui indeks ketersediaan
lapangan kerja yang masih dalam level optimis.
Sejalan dengan kondisi
ketenagakerjaan, tingkat
kesejahteraan masyarakat di Sulawesi
Utara juga diperkirakan terus
meningkat...
Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan
masyarakat di Sulawesi Utara juga diperkirakan terus meningkat.
Kondisi ini ditandai oleh turunnya tingkat kemiskinan yang
didukung oleh kenaikan indeks penghasilan dan Nilai Tukar Petani
(NTP).
Outlook Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara
triwulan IV-2011 diperkirakan
mengalami pertumbuhan pada
kisaran 7,61% - 7,81% (yoy)
Pertumbuhan
ekonomi
Sulawesi
Utara
triwulan
IV-2011
diperkirakan mengalami pertumbuhan pada kisaran 7,61% 7,81% (yoy). Pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh
9
kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) yang
mengalami peningkatan seiring dengan maraknya even yang
dilaksanakan di Sulawesi Utara serta peningkatan aktivitas
konsumsi masyarakat menjelang perayaan Natal 2011 dan Tahun
Baru 2012. Seiring dengan hal tersebut, sektor Bangunan
diperkirakan akan mengalami pertumbuhan positif yang ditandai
dengan peningkatan realisasi proyek fisik pemerintah menjelang
masa akhir tahun anggaran. Di sisi lain, sektor Pertanian masih
menjadi salah satu sektor yang berkontribusi tinggi terhadap
pertumbuhan
ekonomi
Sulut
meskipun
masih
mengalami
pertumbuhan yang melambat dibandingkan periode yang sama
tahun lalu.
Outlook Inflasi Regional
Laju inflasi Kota Manado pada
triwulan IV-2011 diperkirakan akan
meningkat, berada pada kisaran
Laju inflasi Kota Manado pada triwulan IV-2011 diperkirakan akan
meningkat, berada pada kisaran 2,30%±1% (yoy). Dari sisi
fundamental, faktor pendorong laju inflasi tahunan Kota Manado
diantaranya
bersumber
dari
harga
komoditas
internasional
terutama harga emas dunia yang berpotensi masih cenderung
meningkat dan
peningkatan permintaan seiring perayaan Hari
Raya Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. Peningkatan harga
komoditas serta permintaan masyarakat menjelang hari raya
selanjutnya
berdampak
terhadap
pembentukan
ekspektasi
masyarakat akan tingginya laju inflasi pada triwulan IV-2011. Dari
sisi non fundamental tekanan inflasi volatile foods diperkirakan
akan meningkat sebagai faktor berkurangnya pasokan dan
melonjaknya permintaan seiring dengan perayaan Natal 2011 serta
Tahun Baru 2012. Namun demikian, laju inflasi kelompok volatile
foods masih dapat diredam oleh membaiknya suplai ikan di laut
Sulawesi dan perkiraan panen raya beras di Sulut pada akhir tahun
2011 sesuai dengan pola musimannya. Sementara itu, inflasi
kelompok administered price relatif terkendali seiring kebijakan
pemerintah untuk mempertahankan harga bahan bakar bersubsidi
hingga akhir tahun 2012.
10
Prospek Perbankan
Kebijakan Bank Indonesia untuk
mempertahankan suku bunga
acuannya (BI rate) sebesar 6,75%
pada triwulan III-2011
Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga
acuannya (BI rate) sebesar 6,75% pada triwulan III-2011
diperkirakan akan direspon oleh perbankan dengan melakukan
penyesuaian terhadap kenaikan suku bunga pinjaman perbankan
walaupun masih dalam kisaran yang relatif terbatas. Survei
Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia menunjukkan mulai
adanya peningkatan ekspektasi konsumen terhadap peningkatan
tingkat suku bunga.
Di sisi lain, Bank Indonesia juga
menerapkan kebijakan Prime Lending
Rate, dengan harapan dapat
mendorong penurunan suku bunga
perbankan .
Di sisi lain, Bank Indonesia juga menerapkan kebijakan Prime
Lending Rate, dengan harapan dapat mendorong penurunan suku
bunga perbankan. Dengan adanya kebijakan ini, setiap bulan bank
harus mengumumkan suku bunga kreditnya berdasarkan masingmasing sektor baik bunga kredit korporasi, retail, kredit pemilikan
rumah (KPR), dan kredit lainnya. Kebijakan ini dikeluarkan agar
tercipta transparansi bunga kredit dan persaingan yang sehat pada
industri perbankan. Di sisi lain, kebijakan ini akan menjadi petunjuk
(guideliness) dari bank sentral untuk menyeragamkan suku bunga
utama kepada nasabah perbankan.
11
Halaman ini sengaja dikosongkan
12
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL
Penguatan perekonomian Sulawesi Utara terus berlanjut selama triwulan III-2011. Setelah
tumbuh 7,14% (yoy) pada triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara
kembali tumbuh pada level yang relatif tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun
sebelumnya, yaitu sebesar 7,73% (yoy). Optimisme semakin membaiknya perekonomian
serta prospek kedepan mendorong meningkatnya kinerja konsumsi dan investasi.
Sementara itu, kinerja perdagangan luar negeri Sulawesi Utara menunjukkan adanya
pertumbuhan negatif. Penurunan kinerja ekspor khususnya terjadi pada komoditi perikanan
yang terkendala faktor cuaca. Sementara itu, dari sisi penawaran, peningkatan kinerja
sektor bangunan dan PHR merupakan faktor utama pendorong terjadinya akselerasi
perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III-2011.
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi
Provinsi Sulawesi Utara (yoy)
9.00 %
8.00
7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00
Q1
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
2011
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
1.1 SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan III-2011 terutama ditopang
oleh membaiknya kinerja investasi. Peningkatan kinerja investasi pada triwulan laporan
didorong oleh realisasi ekspor proyek fisik swasta maupun pemerintah. Kegiatan konsumsi,
baik konsumsi swasta maupun pemerintah masih mengalami pertumbuhan positif,
meskipun melambat apabila dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Faktor
pendorong pertumbuhan positif kegiatan konsumsi diantaranya: (1) peningkatan
pendapatan masyarakat terutama yang bersumber dari penerimaan Tunjangan Hari Raya
13
(THR) dan pencairan gaji ke-13, (2) peningkatan aktivitas konsumsi seiring tahun ajaran
baru, perayaan Hari Raya Pengucapan Syukur, Bulan Suci Ramadhan dan Idul Fitri.
Sementara itu, kinerja ekspor di triwulan III-2011 tercatat mengalami pertumbuhan negatif,
salah satu faktor penyebab penurunan ini adalah kondisi cuaca buruk yang terjadi telah
berdampak pada penurunan volume ekspor khususnya produk perikanan yang menjadi
salah satu sektor unggulan ekspor Sulut.
Tabel 1.1.
Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (% yoy)
Jenis Penggunaan
Q2
7.26
6.20
9.35
2.94
15.18
13.61
15.25
6.80
Konsumsi
Konsumsi Swasta
Konsumsi Pemerintah
PMTB
Stok
Ekspor
Impor
PDRB
Sumb.
4.61
2.62
1.99
0.61
0.22
6.58
5.23
6.80
2010
Q3
Sumb
8.98
5.55
7.28
3.01
12.39
2.54
-0.19
-0.05
17.94
0.27
26.29
10.66
32.32
9.39
7.04
7.04
Q4
10.03
7.96
13.74
1.14
13.43
9.87
10.45
7.77
Sumb
6.22
3.16
3.06
0.27
0.21
4.61
3.54
7.77
2011
Sumb
Q2
3.78
6.92
2.09
6.06
1.69
8.58
2.51
13.90
0.10
1.48
4.36
-1.46
3.77
-1.75
6.99
7.14
Q1
5.48
4.62
7.12
11.64
10.16
9.02
9.42
6.99
Sumb.
4.42
2.54
1.87
2.80
0.02
-0.75
-0.65
7.14
Q3
7.34
7.47
6.37
15.87
25.31
-16.58
-19.62
7.73
Sumb.
4.47
3.09
1.37
3.73
0.42
-7.93
-7.04
7.73
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
1.1.1 Konsumsi
Kegiatan konsumsi selama triwulan III-2011 mengalami pertumbuhan positif sebesar 7,34%
(yoy) dengan kontribusi sebesar 4,47% terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Dibandingkan
pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya, maka kinerja kegiatan konsumsi selama
triwulan laporan tercatat mengalami sedikit perlambatan. Namun demikian, kinerja
konsumsi masih tercatat sebagai kontributor utama pertumbuhan ekonomi Sulut pada
triwulan III-2011. Faktor pendorong pertumbuhan positif kegiatan konsumsi diantaranya :
(1) peningkatan pendapatan masyarakat terutama yang bersumber dari penerimaan
Tunjangan Hari Raya (THR) dan pencairan gaji ke-13, (2) peningkatan aktivitas konsumsi
seiring tahun ajaran baru, perayaan Hari Raya Pengucapan Syukur, Bulan Suci Ramadhan
dan Idul Fitri.
Kinerja
konsumsi
swasta
pada
triwulan
laporan salah satunya terindikasi
melalui
Indeks Ekonomi Saat Ini (IEK) berdasarkan hasil
Grafik 1.2.
Indeks Ekonomi Saat Ini
200
180
160
140
120
Survei Konsumen (SK) di Kota Manado pada
triwulan III-2011. Sebagaimana terlihat pada
100
80
60
40
20
grafik 1.2,
pada akhir triwulan
laporan
(September 2011) IEK mencapai 141,33. Jika
-
J
F
M
A
M
J
2010
J
A
S
O
N
D
J
F
M
0
M
J
J
A
S
2011
Kondisi Ekonomi Saat Ini
Penghasilan Saat Ini
dilihat
berdasarkan
komponennya,
Pembelian Barang Tahan Lama
Ketersediaan Lap. Kerja
Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Manado.
14
optimisme konsumen terhadap kondisi perekonomian saat ini tercermin dari positifnya nilai
indeks seluruh komponen penyusun Indeks Ekonomi Saat Ini yang meliputi Indeks
Penghasilan Saat Ini (117,5) , Indeks Pembelian Barang Tahan Lama/Durable Goods (141,5)
serta Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (165). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi usaha
yang semakin membaik berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja yang lebih besar,
yang selanjutnya mendorong kenaikan penghasilan masyarakat, dan naiknya konsumsi
rumah tangga.
Grafik 1.3.
Indeks Nilai Tukar Petani Per Sub-Sektor
Disamping itu, pertumbuhan konsumsi
selama triwulan laporan tidak lepas dari
115
membaiknya
110
daya
beli
petani
seiring
dengan meningkatnya harga komoditas
dunia. Hal ini tercermin dari peningkatan
NTP
batas
minimum
sejahtera
105
Pangan
100
Holtikultura
95
Perkebunan
Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan III90
2011 mencapai 103,61 atau tumbuh 1,
71% (yoy). Peningkatan terutama terjadi
Peternakan
Q1
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
2011
Q3
Perikanan
pada subsektor pangan, dan peternakan.
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Peningkatan
subsektor
perkebunan
rakyat merupakan imbas kenaikan harga komoditas unggulan Sulut (Pala, Cengkih, dan
Kopra) apabila dibandingkan tahun lalu. Sementara itu, sub sektor yang masih berada
dibawah batas minimum sejahtera adalah perikanan sebagai dampak turunnya produksi
perikanan karena faktor cuaca buruk. Dalam Indeks NTP yang ditunjukan pada grafik 1.3.,
sepanjang tahun 2010 sampai akhir triwulan III 2011 NTP Sulawesi Utara selalu berada
dalam kategori sejahtera (indeks > 100). Sebagaimana diketahui, berdasarkan komposisinya
hampir 40% masyarakat di Sulawesi Utara bermata pencaharian bertani, sehingga tingkat
kesejahteraan petani mampu memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap aktivitas
konsumsi rumah tangga.
Selanjutnya, pertumbuhan positif kegiatan konsumsi selama triwulan laporan juga dapat
dikonfirmasi melalui penjualan kendaraan roda empat di wilayah Kota Manado yang
mengalami kenaikan sebagaimana data yang disajikan oleh salah satu dealer utama
penjualan kendaraan roda empat di Kota Manado. Selama triwulan III-2011 penjualan
kendaraan roda empat mengalami terus mengalami pertumbuhan positif hingga mencapai
6,7% (yoy) pada triwulan laporan. Adanya peningkatan penghasilan pada triwulan laporan
15
direspon oleh masyarakat dengan melakukan pembelian barang dan jasa khususnya
pembelian barang tahan lama.
Sementara itu, data pernyaluran kredit konsumsi oleh perbankan Sulut tetap menunjukkan
pertumbuhan positif, meskipun melambat apabila dibandingkan dengan periode yang sama
tahun sebelumnya. Pada September 2011, kredit konsumsi yang berhasil disalurkan bank
umum mencapai Rp7.641 miliar, atau tumbuh sebesar 9,11% (yoy), melambat apabila
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat mengalami
pertumbuhan 26,27% (yoy).
Grafik 1.5.
Perkembangan Kredit Konsumsi Bank Umum
Grafik 1.4.
Perkembangan Penjualan Kendaraan Roda Empat
Total Sales (Unit) - left axis
1000
gSales (% yoy) - right axis
70
9,000
900
60
8,000
40
800
50
7,000
35
700
40
6,000
30
600
30
500
20
5,000
25
400
10
4,000
20
300
0
3,000
15
200
-10
2,000
10
100
-20
1,000
5
0
-30
-
Q1
Q2
Q3
Q4
2009
Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
2011
Sumber : Dealer utama penjualan kendaraan roda empat
Kredit_Konsumsi (Rp miliar) - left axis
45
gKredit_Konsumsi (% yoy) - right axis
0
Q1
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Q3
2011
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Sejalan dengan pertumbuhan positif konsumsi swasta, kegiatan konsumsi pemerintah
selama triwulan III-2011 juga tumbuh positif sebesar 6,37% (yoy), namun tercatat
mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar
12,39% (yoy). Perlambatan ini antara lain dapat dikonfirmasi dengan realisasi anggaran
belanja di triwulan III-2011 yang baru mencapai 51,9% dari target belanja APBD P 2011
sebesar Rp1.443 miliar, atau lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang
menghasilkan pencapaian yang sama (67,3%) dengan target yang lebih rendah yakni
Rp1.093 miliar.
1.1.2 Investasi
Pada triwulan III-2011, investasi di Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif sebesar
25,31% (yoy). Faktor pendorong pertumbuhan kinerja investasi pada triwulan III 2011
diantaranya pembangunan berbagai infrastruktur pendukung terkait persiapan perhelatan
internasional Asean Economic Ministry (AEM), pembangunan jalan ringroad II yang masih
16
berjalan, pembangunan PLTS di Miangas dan realisasi pembangunan jaringan internet di
Minahasa Selatan serta kegiatan investasi swasta di bidang properti.
Selain itu, peran perbankan dalam penyaluran pembiayaan untuk kegiatan investasi juga
terus mengalami peningkatan. Sampai akhir triwulan III-2011, jumlah kredit investasi
tercatat sebesar Rp2.195 miliar atau tumbuh 115,58% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan
triwulan III-2010 yang hanya tumbuh 10,91% (yoy). Pencapaian pertumbuhan kredit
investasi ini diharapkan dapat mendorong kinerja investasi pada tahap selanjutnya.
Grafik 1.6.
Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum
Kredit_Investasi (Rp miliar) - left axis
2,500
gKredit_Investasi (% yoy) - right axis
140
120
2,000
100
1,500
80
1,000
60
40
500
20
-
0
Q1
Q2
Q3
Q4
2009
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Q3
2011
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
1.1.3
Ekspor
Impor
Kinerja perdagangan Sulawesi Utara yang tercermin dari laju pertumbuhan ekspor dan
impor pada triwulan III-2011 tercatat mengalami kontraksi. Laju pertumbuhan ekspor pada
triwulan laporan tercatat tumbuh negatif 16.58% (yoy). Indikasi penurunan kinerja ekspor
Sulut disumbang oleh perdagangan luar negeri dan perdagangan antar daerah/provinsi.
Kegiatan
ekspor
mengalami
antar
daerah/
pertumbuhan
negatif
provinsi
pada
triwulan laporan. Hal ini dapat dikonfirmasi
dengan
kegiatan
pelabuhan
muat
Bitung.
Grafik 1.7.
Perkembangan Kegiatan Muat di Pelabuhan Bitung
Muat (Ribu ton) - left axis
gMuat (% yoy) - right axis
900
280
800
230
180
barang
melalui
700
Kegiatan
muat
500
600
130
80
400
didefinisikan sebagai kegiatan pengiriman
barang dari Sulawesi Utara ke luar provinsi.
Selama triwulan III-2011, volume barang asal
Sulawesi Utara yang dikirim (muat) ke pasar
30
300
-20
200
-70
100
0
-120
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009
2010
2011
Sumber : PT. PELINDO IV (Persero) Bitung
17
domestik sebesar 275 ribu ton, tumbuh -64,46% (yoy) dibandingkan periode yang sama
tahun lalu.
Sejalan dengan
itu, kegiatan ekspor luar
negeri selama triwulan
pertumbuhan
negatif,
III-2011 mengalami
tercermin
Grafik 1.8.
Perkembangan Volume Ekspor Luar Negeri Sulut
250
100
Ekspor_Volume (Ribu ton) - left axis
dari
gEkspor_Volume (% yoy) - right axis
80
200
perkembangan
60
volume ekspor yang turun
40
150
4,13% (yoy) dari 133.13 ribu ton pada triwulan
20
100
0
III-2010 menjadi hanya 127.63 ribu ton pada
triwulan laporan. Penurunan volume ekspor
terutama terjadi pada komoditi perikanan yang
-20
50
-40
0
-60
Q1
Q2
Q3
2009
terkendala
oleh
permasalahan
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2010
Q2
Q3
2011
cuaca
Sumber : Bank Indonesia, diolah
buruk.
Berdasarkan jenisnya, komoditi utama
Grafik 1.9.
Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulut
ekspor luar negeri pada triwulan III-2011
4% 3%
terutama didominasi dalam bentuk Lemak
2%
Lemak & minyak
hewan/nabati
6%
dan Minyak Hewani
dengan pangsa
Daging & Ikan olahan
9%
Ikan & Udang
mencapai 76% kemudian daging olahan
dan
Q1
ikan
olahan
dengan
pangsa
76%
Ampas/ Sisa industri
Makaknan
Berbagai produk kimia
mencapai 9%, sisanya dalam bentuk
Lainnya
ikan&udang (6%), ampas/sisa industri
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
(4%), berbagai produk kimia (3%) dan produk lainnya (2%).
Grafik 1.10.
Negara Tujuan Ekspor Tahun s.d September 2010
15%
8%
Belanda
Amerika Serikat
3%
1%
4%
22%
Grafik 1.11.
Negara Tujuan Ekspor s.d. Sept 2011
9%
2%
3%
3%
Korea Selatan
Cina
17%
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Amerika Serikat
Korea Selatan
Cina
16%
Jepang
Jepang
Jerman
Jerman
Meksiko
Meksiko
30%
Belanda
30%
Lainnya
17%
20%
Lainnya
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
18
Komposisi negara tujuan ekspor Sulut sampai dengan triwulan III-2011 mengalami
pergeseran bila dibandingkan pada tahun 2010. Negara tujuan utama ekspor Sulut sampai
dengan triwulan laporan adalah Belanda (29,53%), Amerika Serikat (20,19%), Korea
Selatan (16,66%), Cina (16,41%) sedangkan pada tahun 2010 negara tujuan ekspor
utarama Sulut adalah Cina (30,42%), Amerika Serikat (21,89%), Korea Selatan (17,38%),
Belanda (8,41%)
Sama halnya dengan kinerja ekspor, kegiatan impor Sulawesi Utara pada triwulan III-2011
juga mengalami pertumbuhan negatif sebesar 19,62% (yoy). Pertumbuhan negatif ini
terutama disebabkan oleh penurunan kinerja impor antar pulau/provinsi. Hal ini sejalan
dengan pangsa impor Sulawesi Utara yang lebih didominasi oleh impor antar pulau/provinsi
(±99%) dibandingkan impor yang didatangkan dari luar negeri (±1%).
Penurunan ini dapat dikonfirmasi dengan
kegiatan bongkar barang melalui pelabuhan
Bitung.
Kegiatan
bongkar
Grafik 1.12.
Perkembangan Kegiatan Bongkar di Pelabuhan Bitung
didefinisikan
Bongkar (Ribu ton) - left axis
gBongkar (% yoy) - right axis
3,500
sebagai masuknya barang dari luar provinsi
3,000
ke Sulawesi Utara. Selama triwulan III-2011,
2,500
volume barang yang masuk ke Sulawesi
2,000
Utara (bongkar) mencapai 790 ribu ton
turun
sebesar
68,26%
(yoy)
30
20
10
0
-10
-20
-30
-40
-50
-60
-70
-80
1,500
1,000
apabila
500
dibandingkan dengan periode yang sama
0
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
tahun sebelumnya tercatat 2.489 ribu ton.
2009
2010
2011
Tren penurunan impor yang ditunjukkan dari
penurunan
mengindikasikan
kegiatan
bahwa
bongkar
Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung
tingkat
ketergantungan Sulawesi Utara terhadap barang dari daerah/provinsi lainnya di luar
Sulawesi Utara sudah semakin kecil.
Sementara itu, kinerja impor luar negeri Sulut masih tetap menunjukkan adanya
pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan kinerja impor luar negeri antara lain dapat
dikonfirmasi dengan data nilai impor selama triwulan III-2011 yang tercatat mencapai
USD97,96 juta meningkat dibanding triwulan III-2010 dengan nilai sebesar USD53,5 juta
atau tumbuh mengalami pertumbuhan sebesar 83,1%.
19
Tabel 1.2.
Impor Sulut (Juta USD)
%
Growth
(yoy)
Nilai CIF ( Ribu USD)
Uraian
Jan'11
Total Impor
Feb'11
22.09
Migas
5.59
-
Non Migas
-
22.09
Mar'11
Apr'11
37.07
-
5.59
37.07
Mei'11
5.50
5.50
Jun'11
3.80
Jul'11
2.60
-
0.90
-
3.80
Agst'11
13.40
-
2.60
-
0.90
13.40
Sep'11
7.00
Jan-Sep
2011
97.96
Jan-Sep
2010
53.50
97.96
53.50
83.1
7.00
83.1
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.13.
Pangsa Komoditi Utama Impor Sulut
Berdasarkan komoditasnya, kegiatan impor luar
negeri pada triwulan laporan didominasi oleh
impor komoditas gandum-ganduman dengan
pangsa 26,4% dari total nilai impor. Beberapa
komoditas
impor
Sulut
lainnya
Gandum-ganduman
14%
5%
27%
Mesin-mesin
11%
Kapal Laut
22%
21%
diantaranya
Mesin/peralatan listrik
mesin-mesin, kapal laut dan besi baja dengan
pangsa
berturut-turut
21,7%,
20,3%
Besi & Baja
Lainnya
dan
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
10,4%.
Berdasarkan negara asal barangnya, barang impor sampai dengan September 2011 lebih
dominan didatangkan dari negara Vietnam (27%), Jepang (21%), Malaysia (12%), China
(9%), Taiwan (7%). Sedangkan negara asal impor Sulut pada tahun 2010 adalah Jepang
(31,84%), Australia (6,84%), dan Jepang (2,96%). Terdapat perbedaan urutan negara asal
impor di tahun 2010 dan 2011, jika pada tahun 2010, negara Jepang merupakan negara
asal impor barang utama Sulut dengan komoditi impor berupa mesin-mesin, maka pada
tahun 2011, negara asal impor utama adalah negara Vietnam dengan komoditi impor
berupa beras.
Grafik 1.14.
Negara Asal Impor s.d Sept 2010
Grafik 1.15.
Negara Asal Impor s.d. Sept 2011
Vietnam
13%
27%
5% 2%
22%
Jepang
7%
Jepang
Malaysia
13%
Malaysia
9%
Australia
Cina
Australia
11%
21%
Cina
12%
Taiwan
Lainnya
Lainnya
58%
Sumber : BPS Prov. Sulut, diolah
Sumber : BPS Prov. Sulut, diolah
20
1.2 SISI PENAWARAN
Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2011 disumbangkan oleh
seluruh sektor yang ada dengan tingkat pertumbuhan total sebesar 7,73% (yoy), relatif
lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,04% (yoy).
Pertumbuhan terutama terjadi sebagai multiplier effect
penyelenggaraan even berskala
internasional dan nasional pada triwulan laporan yang pada tahap selanjutnya akan
mendorong aktivitas pada sektor penopang pertumbuhan ekonomi Sulut. Sektor yang
mengalami pertumbuhan tertinggi pada triwulan III-2011 adalah Sektor Bangunan yang
tercatat tumbuh 15,76% (yoy) dengan sumbangan sebesar 2,26% terhadap total
pertumbuhan. Selanjutnya, sektor pertanian dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
(PHR) juga masih menjadi kontributor pertumbuhan ekonomi dengan sumbangan masingmasing sebesar 0,52% dan 2% terhadap total pertumbuhan.
Tabel 1.3.
Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%)
Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan & Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas & Air Bersih
Bangunan
PHR
Pengangkutan & Komunikasi
Keu., Sewa & Jasa Perusahaan
Jasa-Jasa
PDRB
Q2
12.54
2.65
6.37
3.86
2.61
6.77
6.38
6.09
5.82
6.80
Sumb.
2.55
0.14
0.48
0.03
0.39
1.07
0.84
0.40
0.89
6.80
2010
Q3
Sumb
17.40
3.40
0.44
0.02
6.63
0.51
4.77
0.04
-4.87
-0.79
8.92
1.35
7.08
0.97
6.77
0.45
7.21
1.08
7.04
7.04
Q4
10.31
2.10
7.48
7.35
0.86
11.11
12.41
8.26
6.54
7.77
Sumb
1.84
0.11
0.58
0.05
0.15
2.00
1.57
0.52
0.94
7.77
Q1
6.58
5.89
6.03
4.81
8.31
8.79
7.24
5.31
5.89
6.99
2011
Sumb
Q2
1.29
6.65
0.31
5.88
0.47
6.93
0.04
5.33
1.39
13.59
1.31
6.36
0.89
3.27
0.36
7.13
0.93
6.46
6.99
7.14
Sumb.
1.42
0.30
0.52
0.04
1.97
1.00
0.43
0.47
0.98
7.14
Q3
2.42
7.90
6.33
7.22
15.76
12.97
2.55
6.51
8.20
7.73
Sumb.
0.52
0.39
0.49
0.06
2.26
2.00
0.35
0.43
1.23
7.73
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
1.2.1 Pertanian
Kinerja sektor pertanian pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan positif sebesar
2,42% (yoy) walaupun tercatat melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun
sebelumnya yang tercatat 17,4% (yoy). Perlambatan ini antara lain disebabkan oleh
bencana hujan yang disertai angin kencang yang melanda sebagian besar wilayah Sulawesi
Utara pada awal triwulan III 2011 dan adanya bencana banjir dan longsor yang terjadi di
sentra tanaman padi di Bolaang Mongondow. Selain itu, serangan hama tungro di
beberapa kawasan sentra pertanian di Sulut (Minahasa Tenggara dan Bolaang Mongondow)
turut andil dalam perlambatan kinerja sektor pertanian.
Perkembangan kinerja sektor pertanian antara lain dapat dikonfirmasi dengan data dari
Perkembangan Produksi, Produktivitas dan Luas Panen Padi & Palawija Prov. Sulut, dimana
pada 2011 produksi beras diperkirakan mencapai 583.458 ton atau naik 1,55% (yoy)
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian, jika dibandingkan
pertumbuhan tahun sebelumnya, maka jumlah produksi beras tercatat mengalami
21
perlambatan sebesar -4,71% (yoy). Perlambatan juga terjadi pada komoditi palawija (Tabel
1.4).
Tabel 1.4.
Perkembangan Produksi, Produktivitas dan Luas Panen Padi & Palawija Prov. Sulut
Jenis Tanaman
2008
Produksi (Ton)
Padi (Sawah+Ladang)
Jagung
Kedelai
Kacang Tanah
Produktivitas (Ku/Ha)
Padi (Sawah+Ladang)
Jagung
Kedelai
Kacang Tanah
Luas Panen (Ha)
Padi (Sawah+Ladang)
Jagung
Kedelai
Kacang Tanah
ASEM
2010
2009
Perubahan
2010-2011
(%)
ARAM I
2011
Perubahan
2009-2010
(%)
520,193
466,061
7,217
8,640
549,087
450,989
7,667
8,493
583,458
492,614
9,062
9,360
592,527
512,799
9,312
10,075
1.55
4.10
2.76
7.64
6.26
9.23
18.19
10.21
47.31
35.36
13.81
13.14
47.85
35.69
13.57
13.17
48.77
36.59
31.26
13.12
48.82
36.62
13.28
13.15
0.10
0.08
(57.52)
0.23
1.92
2.52
130.36
(0.38)
109,951
131,791
5,227
6,573
114,745
126,349
5,652
6,450
119,626
134,630
6,834
7,151
121,382
140,014
7,011
7,662
1.47
4.00
2.59
7.15
4.25
6.55
20.91
10.87
Sumber: BPS Sulut, diolah
Sementara itu, dari sisi pembiayaan, peran
perbankan
untuk
membiayai
Grafik 1.16.
Pertumbuhan Kredit Pertanian
sektor
pertanian semakin menunjukkan adanya
450
tren
350
peningkatan.
September 2011,
Sampai
jumlah
dengan
kredit
Pertanian (Rp miliar) - left axis
150
gPertanian (% yoy) - right axis
400
100
300
yang
250
disalurkan pada sektor pertanian mencapai
150
50
200
0
100
Rp319 milliar atau tumbuh 94,75% (yoy)
-50
50
-
dibandingkan periode yang sama tahun
lalu. Namun demikian, jika dibandingkan
dengan total kredit yang disalurkan bank,
-100
Q1
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
2011
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
jumlah kredit pertanian hanya mencapai
2,18% dari total kredit yang disalurkan. Belum terlalu optimalnya penyaluran kredit di
sektor pertanian antara lain disebabkan oleh relatif tingginya resiko usaha di sektor tersebut
tercermin dari tingginya NPL (Non Performing Loan) di sektor pertanian yang mencapai
6,47% pada triwulan laporan.
22
1.2.2 Sektor Bangunan
Kinerja sektor bangunan (konstruksi) selama triwulan III-2011 mencatat pertumbuhan
sebesar 15,76% (yoy) dengan sumbangan sebesar 2,26% terhadap total pertumbuhan.
Pertumbuhan ini tercatat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu tercatat
mengalami kontraksi sebesar 4,87% (yoy). Beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan
di sektor bangunan diantaranya adalah penyelesaian beberapa proyek pemerintah dan
swasta seperti pembangunan properti ruko, apartemen dan pembangunan beberapa hotel
serta perbaikan beberapa infrastruktur dalam menunjang penyelenggaraan even domestik
maupun internasional di Sulut .
Pertumbuhan sektor konstruksi tercermin pada peningkatan data penjualan semen di
Provinsi Sulawesi Utara. Selama triwulan laporan, penjualan semen tercatat mencapai
57,681 ton atau mengalami pertumbuhan 78.05% (yoy) pada bulan September 2011.
Grafik 1.18.
Perkembangan Kredit Konstruksi
Grafik 1.17.
Perkembangan Data Penjualan Semen
600
80,000
Volume (ton) - left axis
g_semen (% yoy) - right axis
70,000
60,000
50,000
40,000
30,000
20,000
10,000
0
J
F M A M J
J A S O N D J
2010
F M A M J
2011
J A S
160
140
120
100
80
60
40
20
0
-20
-40
-60
Konstruksi (Rp miliar) - left axis
70
gKonstruksi (% yoy) - right axis
60
500
50
40
400
30
300
20
10
200
0
-10
100
-20
-
-30
Q1
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
2011
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Sumber : Data Asosiasi Semen Indonesia
Dari sisi pembiayaan, peran perbankan terhadap sektor bangunan (konstruksi) menunjukkan
perkembangan yang menggembirakan. Hal ini tercermin dari jumlah kredit yang disalurkan
oleh perbankan sampai dengan September 2011 tercatat sebesar Rp503 miliar atau
mengalami pertumbuhan positif sebesar 27,01% (yoy) dibandingkan periode yang sama
tahun lalu.
1.2.3 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan III-2011 menunjukan
pertumbuhan positif sebesar 12,97% (yoy) dengan kontribusi sebesar 2% terhadap total
pertumbuhan. Pertumbuhan sektor ini terutama terjadi pada sub sektor hotel yang
didorong oleh penyelenggaraan beberapa even diantaranya :
23
a. Perayaan HUT Kota Manado ke-388 yang jatuh pada 14 Juli 2011 yang ditandai dengan
pelaksanaan Manado Expo 2011 seperti pameran, bazaar, perlombaan, Tour de
Bunaken, Manado carnaval dan pemilihan puteri Madex 2011;
b. Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak (KONIKA) XV yang dilaksanakan pada tanggal
12-14 Juli 2011 dengan peserta berjumlah 2.835 orang;
c. Pertemuan perwakilan 152 Kab/Kota dari 8 provinsi di Indonesia pada tanggal 25-27 Juli
2011 guna membahas masterplan percepatan pemberdayaan koperasi dan UMKM
d. Pertemuan ASEAN Economics Ministers (AEM) pada tanggal 9-13 Agustus 2011 yang
akan dihadiri oleh 8 negara anggota ASEAN dan 10 negara mitra wicara.
e. Pertemuan Pengendalian dan Monitoring Evaluasi Awal Pembangunan Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP) Tahun Anggaran 2011 yang dihadiri oleh kepala Dinas
Pertanian dan Peternakan (Distanak) se Sulawesi Maluku dan Papua yang berlangsung
pada tanggal 9-11 Agustus 2011.
Maraknya berbagai perhelatan yang diselenggarakan di Kota Manado selama triwulan
laporan antara lain dapat dikonfirmasi melalui perkembangan data pariwisata yang secara
umum memperlihatkan tren peningkatan diantaranya adalah data wisatawan mancanegara,
data jumlah tamu dan lama tamu menginap, Tingkat Penghunian Kamar (TPK), dan jumlah
kamar terjual.
Grafik 1.19.
Data Wisatawan Mancanegara
Grafik 1.20.
Data Lama Tamu Menginap
Wisman (org) - left axis
10,000
80.00
gWisman (% yoy) - right axis
8,000
6,000
20.00
40,000
4,000
-
30,000
(20.00)
20,000
(40.00)
-
60.00
gMenginap (% yoy) - right axis
50.00
50,000
40.00
2,000
Menginap (org) - left axis
60,000
60.00
40.00
30.00
20.00
10.00
10,000
(60.00)
-
-
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
(10.00)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009
2010
2011
2009
2010
2011
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
Grafik 1.21.
TPK dan Lama Menginap
60
Grafik 1.22.
Jumlah Kamar Terjual
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
TPK (%) - left axis
Ratas Menginap (hari) - right axis
50
40
30
20
10
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
90,000
Kmr Terjual (unit) - left axis
80.00
80,000
gKmr Terjual (% yoy) - right axis
70.00
60.00
70,000
50.00
60,000
40.00
50,000
30.00
40,000
20.00
30,000
10.00
20,000
-
10,000
(10.00)
-
(20.00)
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2009
2010
2011
2009
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
2010
Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah
2011
24
Pertumbuhan kinerja sektor PHR tidak terlepas dari peningkatan kinerja sub sektor
pedagangan besar dan eceran yang didorong oleh dampak lanjutan dari membaiknya daya
beli masyarkat akibat peningkatan pendapatan masyarakat yang diperoleh dari penerimaan
THR. Pertumbuhan sub sektor perdagangan besar dan eceran dapat dikonfirmasi dari hasil
Survei Penjualan Eceran (SPE) oleh KBI Manado pada triwulan III-2011 yang menunjukkan
adanya peningkatan indeks pada bahan konstruksi, kerajinan,seni dan peralatan rumah
tangga dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Grafik 1.24.
Perkembangan Kredit Sektor PHR
Grafik 1.23.
Perkembangan Indeks Penjualan Eceran per KLUI
Kredit_PHR (Rp miliar) - left axis
5,000
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
70
gKredit_PHR (% yoy) - right axis
4,500
60
4,000
50
3,500
40
3,000
30
2,500
20
Sep
Jul
Agust
Jun
Apr
Mei
Mar
Jan
Feb
Des
Okt
Nop
Sep
Jul
Agust
Jun
Apr
Mei
Mar
Jan
Feb
2,000
10
1,500
0
1,000
-10
500
2010
-
2011
-20
Q1
Bahan konstruksi
Peralatan rumah tangga
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Kerajinan, seni & mainan
2009
Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) KBI Manado
2010
2011
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
Dari segi pembiayaan, sektor PHR merupakan sektor ekonomi terbesar mendapatkan alokasi
pembiayaan dari perbankan. Sampai dengan bulan September 2011 kredit sektor PHR yang
telah disalurkan bank umum mencapai Rp4.332 miliar atau tumbuh 42,83% dibandingkan
periode yang sama tahun lalu.
1.2.4. Sektor lainnya
A. Sektor Jasa-jasa
Grafik 1.25.
Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa
Kinerja sektor jasa pada triwulan III-2011 tumbuh
positif sebesar 8,2% (yoy). Kinerja sektor jasa yang
Kredit_Jasa (Rp miliar) - left axis
700
cukup stabil ditopang oleh aktivitas sub
pemerintahan
umum.
Apabila
sektor
dibandingkan
dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya
kinerja sektor jasa-jasa mengalami peningkatan
yang tercermin dari kinerja penyaluran kredit
perbankan di sektor ini. Sampai dengan bulan
September 2011 kredit sektor jasa-jasa tercatat
gJasa (% yoy) - right axis
35
30
600
25
20
500
15
400
10
300
5
200
-5
0
-10
100
-15
-
-20
Q1
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
2011
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
sebesar Rp622 miliar atau tumbuh 19,27% (yoy).
25
B. Sektor Industri Pengolahan
Kinerja sektor industri pengolahan selama triwulan III-2011 relatif stabil dengan tingkat
pertumbuhan mencapai 6,33% (yoy) atau tumbuh lebih rendah apabila dibandingkan
dengan triwulan III-2010 sebesar 6,63% (yoy). Industri pengolahan di Sulawesi Utara yang
didominasi oleh pengolahan produk kelapa dan turunannya serta pengolahan produk
perikanan tersebar di Kota Bitung, Kota Manado, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten
Minahasa Utara, Kabupaten Bolaang Mongondow, Kota Kotamobagu dan Kota Tomohon.
Mayoritas industri pengolahan berlokasi di Kota Bitung dan Kota Manado.
Membaiknya perekonomian
dunia
yang
tumbuh lebih cepat dibandingkan perkiraan
sebelumnya
seiring
pemulihan
Grafik 1.26.
Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Kelompok
Bisnis dan Industri
ekonomi
Pelanggan Bisnis&Industri - left axis
negara-negara maju dan emerging makets
diperkirakan turut berdampak pada kembali
bergairahnya sektor industri di Sulawesi
Utara. Hal ini salah satunya ditandai oleh
15,000
6.00
gPelanggan Bisnis&Industri (% yoy) - right axis
14,500
5.00
14,000
4.00
13,500
3.00
13,000
2.00
12,500
1.00
12,000
Q1
pertumbuhan jumlah pelanggan listrik di
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2009
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Q3
2011
sektor bisnis dan industri. Berdasarkan data
PLN, jumlah pelanggan listrik di sektor bisnis
Sumber : PLN Kanwil Suluttenggo
dan industri pada triwulan III-2011 mencapai
14.583 pelanggan atau tumbuh 4,66% (yoy).
Dukungan
perbankan
terhadap
Grafik 1.27.
Perkembangan Kredit Sektor Industri
industri
pengolahan merupakan salah satu faktor
pendorong pertumbuhan sektor ini. Sampai
400
350
Kredit_Industri (Rp miliar) - left axis
50
gKredit_Industri (%yoy) - right axis
45
40
300
35
250
30
200
25
yang disalurkan tumbuh sebesar 34,46% (yoy)
150
20
dari Rp266 miliar pada triwulan III-2010
50
dengan akhir triwulan III-2011 jumlah kredit
menjadi Rp357 miliar pada triwulan III-2011.
15
100
10
5
-
0
Q1
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Q3
2011
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
26
C. Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan
Sementara itu, untuk kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada
triwulan III-2011 tumbuh 6,51% (yoy). Perkembangan sektor keuangan, persewaan dan
jasa antara lain tercermin dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan fasilitas
perbankan antara lain: pembukaan kantor cabang pembantu baru, penambahan ATM
(Anjungan Tunai Mandiri), serta penawaran produk-produk baru yang memberikan
kemudahan dan kenyamanan kepada masyarakat dalam bertransaksi. Selain itu, pengaruh
meningkatnya laju konsumsi dan aktivitas sistem pembayaran di wilayah Sulawesi Utara
juga turut berkontribusi pada pertumbuhan sektor ini.
Tabel 1.5.
Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Umum dan BPR di Sulawesi Utara
2009
Data Bank
2010
2011
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Jumlah Bank umum
23
23
24
24
24
25
25
25
25
25
Q3
25
Jumlah kantor bank umum*)
195
197
199
206
206
215
219
225
227
234
240
Jumlah BPR
17
17
17
13
13
14
14
16
16
16
16
Jumlah kantor BPR
39
39
39
39
39
39
41
43
43
46
46
Ket: *) termasuk kantor unit
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
D. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi
Salah satu multiplier effect dari adanya penyelenggaraan berbagai even berskala nasional
maupun internasional di Tahun 2011 adalah semakin dikenalnya Kota Manado sebagai
salah satu kota tujuan wisata baik secara internasional maupun nasional. Hal ini
berpengaruh pada meningkatnya minat wisatawan untuk berkunjung ke Sulawesi Utara
hingga pada tahap lanjut mampu mendorong kinerja sektor pengangkutan dan
telekomunikasi. Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan III-2011 mengalami
pertumbuhan
2,55%
(yoy),
dengan
sumbangan
sebesar
0,35%
terhadap
total
pertumbuhan.
Pertumbuhan yang positif pada sub sektor pengangkutan pada triwulan laporan tercermin
dari tingginya arus penumpang yang keluar/masuk dari/ke Bandar Udara Sam Ratulangi
Manado baik asal/tujuan domestic maupun internasional. Sampai dengan periode laporan,
arus penumpang dan kargo yang berangkat (keluar) dari wilayah Sulawesi Utara tercatat
mengalami pertumbuhan sebesar 5,34% (yoy) untuk penerbangan domestik dan 27,46%
(yoy) untuk penerbangan internasional. Sejalan dengan itu, arus penumpang yang masuk ke
wilayah Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan sebesar 4,55% (yoy) untuk penerbangan
domestik dan 28,34% (yoy) untuk penerbangan internasional. Peningkatan pada arus
masuk bertepatan dengan maraknya even domestik dan internasional yang diselenggarakan
di Sulawesi Utara serta arus mudik seiring perayaan Idul Fitri pada triwulan laporan.
27
Tabel 1.6.
Perkembangan Lalu Lintas Penumpang dan Kargo di Bandara Sam Ratulangi
Jenis
Pengangkutan
Asal/Tujuan
Domestik
Penumpang
Internasional
Kedatangan/
Keberangkatan
Q1
166,510
175,663
7,503
7,612
Datang
Berangkat
Datang
Berangkat
2011
2010
Q2
Q3
202,844
212,656
200,622
214,014
5,377
5,858
5,243
5,553
Q4
224,178
210,950
5,730
5,536
Q1
198,304
208,485
4,856
4,623
Q2
207,648
210,985
5,741
5,786
Q3
222,328
225,442
7,518
7,078
Growth
(YoY)
4.55%
5.34%
28.34%
27.46%
Sumber: PT. Angkasa Pura II, Sulawesi Utara
Sementara itu, relatif stabilnya pertumbuhan sub sektor komunikasi dalam triwulan laporan
antara lain didukung oleh semakin luasnya wilayah jangkauan, disamping pesatnya
pembangunan sejumlah menara BTS (Base Transceiver System) di beberapa lokasi pada
daerah yang sebelumnya terisolir sehingga dapat meningkatkan kenyamanan pelanggan
dalam berkomunikasi. Selain itu perkembangan kecanggihan telepon selular dengan
berbagai macam jenis merk, harga, dan fasilitas/fitur baru yang ditawarkan serta gencarnya
promosi yang dilakukan semakin mendorong masing-masing provider untuk lebih bersaing
mendapatkan konsumen, hal ini pada tahap selanjutnya akan berdampak terhadap
peningkatan kinerja sub sektor komunikasi.
Grafik 1.28.
Perkembangan Kredit Sektor Transportasi &
Komunikasi
Sejalan dengan pertumbuhan positif sektor ini,
keberpihakan perbankan yang diwujudkan dalam
penyaluran kredit di sektor
komunikasi
juga
Kredit_Angk&Kom (Rp miliar) - left axis
100
pengangkutan dan
memperlihatkan
adanya
peningkatan. Sampai dengan akhir triwulan III 2011
jumlah kredit yang disalurkan mencap ai
Rp95
50
80
40
70
30
60
20
50
10
40
0
30
-10
20
-20
10
-30
-
Sektor pertambangan dan penggalian pada
triwulan III-2011 tumbuh 7,9% (yoy) dengan
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Q3
2011
Grafik 1.29.
Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan
Kredit_Pertambangan (Rp miliar) - left axis
80
150
60
50
pertumbuhan. Berdasarkan pelaku usahanya,
30
sub sektor penggalian ini lebih banyak
10
penambangan
100
40
50
20
0
-
-50
Q1
Q2
Q3
2009
bukan
industri
200
gKredit_pertambangan (% yoy) - right axis
70
sumbangan sebesar 0,39% terhadap total
dan
Q3
Sumber : Bank Indonesia Manado
E. Sektor Pertambangan dan Penggalian
tradisional/rakyat
Q2
2009
periode yang sama tahun lalu.
oleh
-40
Q1
miliar, atau tumbuh 4,61% (yoy) dibandingkan
dilakukan
60
gKredit_Angk&Kom (% yoy) - right axis
90
Q4
Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
2011
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado
28
berskala besar. Hal inilah yang mendorong rendahnya penyaluran kredit pada sektor
pertambangan selain karena faktor risiko yang tinggi dari kegiatan pertambangan. Jika
dilihat berdasarkan trennya, pembiayaan yang diberikan oleh pihak perbankan terhadap
sektor pertambangan pengalami penurunan yang cukup signifikan pada awal tahun 2009,
dan selanjutnya mulai mengalami peningkatan pada triwulan II 2011. Pada triwulan
laporan, jumlah kredit yang disalurkan pada sektor pertambangan tercatat sebesar Rp68
miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar 68,57% (yoy).
F. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih
Sementara itu, sektor listrik, gas dan air
bersih pada triwulan III-2011 tumbuh
Grafik 1.30.
Perkembangan Jumlah Pemakaian dan Supply Listrik di
Sulawesi Utara
300
positif 7,22% (yoy). Jika dilihat dari jumlah
Jumlah Pemakaian (MW) - left axis
250
penjualan listrik serta jumlah pelanggan di
200
triwulan III-2011, terdapat pertumbuhan
150
positif
dan
100
pemakaian listrik pada triwulan laporan.
50
dalam
jumlah
pelanggan
Jumlah pelanggan listrik pada triwulan III-
Jumlah listrik yang tersedia (MW) - left axis
Q1
Q2
Q3
2009
2011 sebesar 427.638 pelanggan atau
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Q3
2011
Sumber: PT. PLN Kanwil Sulutenggo, diolah
tumbuh 12,89% (yoy) dengan jumlah pemakaian 205 MW atau tumbuh 12%
dibandingkan periode yang sama tahun 2010. Sementara itu, pada triwulan III-2011,
kapasitas listrik yang tersedia adalah sebesar 247 MW atau tumbuh 17,62% dibandingkan
triwulan yang sama tahun 2010. Tingkat pertumbuhan kapasitas listrik tersedia didukung
oleh pembangunan sejumlah pembangkit listrik di wilayah Sulawesi Utara.
29
Halaman ini sengaja dikosongkan
30
BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Tren penurunan tekanan inflasi di Kota Manado secara umum masih terjadi sepanjang
triwulan III-2011. Secara tahunan, inflasi Kota Manado pada triwulan III-2011 tercatat
1,25% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu
sebesar 7,38% (yoy) dan masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional sebesar
4,61% (yoy). Sejalan dengan pergerakan inflasi tahunan, inflasi bulanan selama triwulan III2011 juga mengalami penurunan menjadi deflasi 0,22% (mtm) pada September 2011 dari
0,08% (mtm) pada Juli 2011, angka ini jauh lebih rendah dibandingkan inflasi nasional
pada September 2011 sebesar 0,27% (mtm). Akumulasi laju inflasi (ytd) Kota Manado
sampai dengan September 2011 tercatat lebih rendah (-0,19%) dibandingkan akumulasi
inflasi nasional (2,97%). Sementara itu, sebagaimana pola musimannya, Kota Manado pada
periode laporan juga mencatat deflasi 0,05% (qtq).
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan pada
triwulan III-2011 terutama didorong oleh kelompok inti (core inflation), sementara
kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) dan kelompok
komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah (administered prices) justru memberikan
sumbangan negatif terhadap inflasi pada periode laporan.
Grafik 2.1.
Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (yoy)
16
Grafik 2.2.
Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (qtq)
5
%
14
12
3
10
8
2
6
1
4
2
0
0
-2
%
4
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
-1
-2
2008
2009
2010
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008
2009
2010
2011
2011
-3
yoy Manado
yoy Nasional
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
qtq Manado
qtq Nasional
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
31
2.1. PERKEMBANGAN INFLASI
2.1.1
INFLASI TAHUNAN (yoy)
Secara tahunan, inflasi Kota Manado pada triwulan III-2011 tercatat 1,25% (yoy),
mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,38%
(yoy) dan masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional sebesar 4,61% (yoy).
Penurunan laju inflasi tahunan pada triwulan laporan terutama disebabkan oleh
berkurangnya tekanan inflasi pada kelompok pangan. Hal ini ditandai dengan berlanjutnya
penurunan harga beberapa komoditas pangan bergejolak (volatile foods). Tingginya
permintaan kebutuhan masyarakat menjelang Idul Fitri tidak memberikan dampak terhadap
kenaikan harga, hal ini disebabkan oleh kecukupan pasokan baik pasokan dari luar daerah
maupun pasokan lokal. Produksi beras di Sulut hingga September 2011 masih dalam
kondisi surplus. Selain itu, jumlah pasokan dari luar daerah (Sulsel dan Jawa Timur) juga
meningkat.
Berdasarkan kelompoknya, kelompok bahan makanan dan kelompok sandang mencatat
deflasi tertinggi dibandingkan kelompok lainnya. Angka deflasi kelompok bahan makanan
tercatat 1,23% (yoy) pada triwulan laporan yang disebabkan oleh penurunan harga bumbubumbuan, sayur-sayuran serta daging dan hasil-hasilnya. Sementara itu, kelompok transpor,
komunikasi dan jasa keuangan juga mengalami deflasi 0,87% (yoy) yang didorong oleh
mulai normalnya harga angkutan udara.
Tabel 2.1.
Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
No
1
2
3
4
5
6
7
Kelompok
Bahan Makanan
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar
Sandang
Kesehatan
Pendidikan, Rekreasi & Olahraga
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan
Umum
Q1
21.82
8.03
3.54
6.05
9.16
2.58
1.05
8.85
2009
Q2
4.75
7.5
2.07
4.94
5.43
2.03
-8.66
2.25
Q3
-0.82
6.15
-0.15
4.67
4.84
2.63
-8.76
-0.01
Q4
5.82
4.88
0.44
6.37
4.12
1.81
-5.33
2.31
Q1
-2.19
8.13
1.45
2.83
4.98
1.97
1.63
1.84
2010
Q2
6.39
5.96
1.83
6.84
2.56
1.75
2.60
4.21
Q3
18.14
4.83
2.58
7.02
1.87
1.19
3.26
7.38
Q4
15.23
5.36
2.35
5.15
0.96
1.62
0.59
6.28
Q1
21.69
0.43
1.85
5.03
0.61
0.91
0.80
6.90
2011
Q2
14.72
1.50
2.14
4.28
2.62
0.86
-0.38
5.15
Q3
-1.23
1.45
1.58
8.32
3.20
9.70
-0.87
1.25
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
2.1.2 INFLASI TRIWULANAN (qtq)
Searah dengan inflasi tahunan, tekanan inflasi Kota Manado selama triwulan III-2011
cenderung lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara
triwulanan, Kota Manado pada triwulan III-2011 mencatat deflasi 0,05% (qtq), jauh lebih
rendah dibandingkan triwulan III-2010 yang mengalami inflasi sebesar 3,81% (qtq).
32
Tabel 2.2.
Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%)
No
1
2
3
4
5
6
7
Kelompok
Bahan Makanan
Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar
Sandang
Kesehatan
Pendidikan, Rekreasi & Olahraga
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan
Umum
Q1
6.58
1.54
-0.26
3.97
1.18
0.57
-7.03
1.18
2009
Q2
Q3
-7.86
0.84
1.07
1.85
-0.29
0.23
-1.93
0.92
2.32
0.99
0.22
0.91
0.28
-0.02
-2.08
0.74
Q4
6.86
0.34
0.77
3.36
-0.42
0.10
1.57
2.50
Q1
-1.50
4.68
0.74
0.52
2.02
0.72
-0.20
0.72
2010
Q2
Q3
0.23
11.98
-0.95
0.77
0.09
0.96
1.89
1.09
-0.04
0.32
0.01
0.36
1.23
0.62
0.20
3.81
Q4
4.23
0.84
0.55
1.56
-1.32
0.52
-1.06
1.44
Q1
4.03
-0.22
0.24
0.40
1.66
0.02
0.02
1.31
2011
Q2
-5.51
0.10
0.38
1.17
1.96
-0.04
0.05
-1.43
Q3
-3.59
0.72
0.41
5.02
0.90
9.15
0.13
-0.05
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Berdasarkan kelompoknya, deflasi terutama terjadi pada kelompok bahan makanan yaitu
sebesar 3,59% (qtq). Deflasi pada sub kelompok bahan makanan didorong oleh penurunan
tekanan inflasi pada sub kelompok bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran. Penurunan
tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan terutama disebabkan oleh masih
berlanjutnya penurunan harga komoditi cabe rawit, tomat sayur, bawang merah, beras dan
bawang putih akibat panen raya yang terjadi di sejumlah wilayah asal komoditi tersebut.
Grafik 2.3.
Inflasi Triwulanan Sub Kelompok Bahan Makanan
TriwulanI III-2011
Sub Kelompok
2.79
Lainnya
Lemak & Minyak
0.13
(32.73)
Bumbu - bumbuan
(0.88)
Buah - buahan
4.77
Kacang - kacangan
(4.26)
Sayur-sayuran
2.95
Telur, Susu & Hasil-hasilnya
3.05
Ikan Diawetkan
4.08
Ikan Segar
6.75
Daging & Hasil-hasilnya
2.50
Padi-padian, Umbi-umbian & Hasilnya
-35
-30
-25
-20
-15
-10
-5
0
5
10
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah
2.1.3 INFLASI BULANAN (mtm)
Secara bulanan, tekanan inflasi Kota Manado sepanjang triwulan III-2011 menunjukkan tren
penurunan. Pada Juli 2011 Kota Manado tercatat mengalami inflasi 0,08% (mtm),
kemudian sedikit mengalami kenaikan pada Agustus 2011 menjadi 0,10% (mtm) yang
didorong oleh faktor musiman liburan,
persiapan menjelang tahun ajaran baru dan
perayaan Hari Raya Idul Fitri. Kemudian kembali mengalami penurunan pada September
2011 menjadi deflasi sebesar 0,23% (mtm).
33
Grafik 2.4.
Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (mtm)
%
4
3
2
1
0
1
2
3 4
5
6
7
8
9 10 11 12 1
2
3
4 5
6
7
8
9
-1
2010
-2
-3
2011
mtm Manado
mtm Nasional
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah
 JULI 2011
Memasuki triwulan III-2011, Kota Manado tercatat
mengalami inflasi sebesar 0,08% (mtm). Inflasi
Grafik 2.5.
Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado
Menurut Kelompok Barang & Jasa Juli 2011
terutama terjadi pada kelompok pendidikan sebesar
Transportasi
2,08% (mtm) dengan sumbangan sebesar 0,09%
Pendidikan
terhadap total inflasi bulanan. Berdasarkan sub
Kesehatan
kelompoknya, sub kelompok pendidikan mengalami
Sandang
inflasi 3,62% (mtm), diikuti oleh sub kelompok
Perumahan
perlengkapan/peralatan pendidikan (2,49%) dan
Makanan jadi
sub kelompok rekreasi (0.02%). Tingginya inflasi
pada kelompok pendidikan tidak terlepas dari faktor
Bahan Makanan
0.09
0.64
0.09
0.02
0.05
2.08
0.56
0.75
0.04
0.18
0.03
0.18
-0.25
-0.83
-1
0
1
2
3
Sumber : BPSAndil
Provinsi Sulawesi
, diolah
InflasiUtara
(mtm)
Juli 2011
musiman liburan sekolah dan persiapan memasuki
tahun ajaran baru.
 AGUSTUS 2011
Kota Manado pada Agustus 2011 mengalami
Grafik 2.6.
Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut
Kelompok Barang dan Jasa Agustus 2011
inflasi sebesar 0.10% (mtm) atau sedikit
mengalami peningkatan dibandingkan bulan
0.03
0.23
Transportasi
0.31
Pendidikan
6.91
pada bulan Juli 2011, inflasi pada Mei 2011
0.00
0.08
0.19
Kesehatan
Sandang
masih
3.00
0.03
0.14
0.08
0.43
Perumahan
Makanan jadi
Bahan Makanan
-1.90
1
2
inflasi
3
4
5
Inflasi (mtm) Agst 2011
Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.
disumbangkan
oleh
kelompok
pendidikan sebesar 0,31% dengan angka
-0.55
-3 -2 -1 0
Andil
sebelumnya. Seperti halnya pendorong inflasi
6
7
8
tercatat
Penyesuaian
sebesar
harga
di
6,91%
tiap-tiap
(mtm).
level
34
pendidikan khususnya pendidikan tingkat akademi/Perguruan Tinggi pada saat memasuki
tahun ajaran baru menjadi faktor utama tingginya inflasi pada kelompok ini. Sementara itu,
perayaan Idul Fitri yang jatuh pada akhir Agustus 2011 diperkirakan tidak memberikan
dampak terhadap tekanan inflasi, hal ini tercermin dari inflasi pada bahan makanan yang
justru memberikan sumbangan deflasi sebesar 0,55%. Pasokan bahan makanan yang
mencukupi telah mampu meredam peningkatan harga akibat tingginya permintaan
masyarakat terhadap kebutuhan pokok.
 SEPTEMBER 2011
Pada
akhir
triwulan
III 2011,
laju
perkembangan harga barang dan jasa secara
umum
kembali
dibandingkan
mengalami
bulan
penurunan
sebelumnya
hingga
Grafik 2.7.
Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok
Barang dan Jasa September 2011
-0.10
Transportasi
-0.74
0.00
0.02
0.01
0.26
0.08
Pendidikan
Kesehatan
menyentuh angka deflasi 0,22% (mtm) pada
September 2011. Deflasi pada September 2011
terutama
berlanjutnya
disebabkan
penurunan
oleh
(1)
harga
volatile foods (cabai rawit,
Sandang
masih
Makanan jadi
komoditas
Bahan Makanan
-0.90
-2
Andil
tomat sayur,
bawang merah, beras, bawang putih) akibat
1.21
0.02
0.09
0.02
0.11
Perumahan
-1
-0.26
-1
0
1
1
Inflasi (mtm) Sept 2011
2
Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah.
jumlah pasokan yang meningkat, (2) mulai
normalnya harga angkutan udara. Hal ini tercermin dari kelompok bahan makanan yang
mengalami deflasi 0,90% (mtm) dan kelompok transportasi yang mengalami deflasi 0,74%
(mtm).
2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan pada
triwulan III-2011 terutama didorong oleh kelompok inti (core inflation), sementara
kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) dan kelompok
komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah (administered prices) justru memberikan
sumbangan yang negatif terhadap inflasi.
35
Grafik 2.8.
Sumbangan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya
Volatile
Administered
CORE
IHK
Grafik 2.9.
Pergerakan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya
8.00
12.00
6.00
10.00
4.00
8.00
6.00
2.00
4.00
0.00
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 1
2
3
4
5
6
7
8
2.00
-2.00
2010
2011
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
-4.00
-2.00
2009
2010
2011
-6.00
-4.00
Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah.
UMUM
Volatile
Administered
Core
Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah.
2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL
Inflasi Inti (core inflation) pada September 2011 tercatat 3,32% (yoy) dengan sumbangan
1,74% terhadap total inflasi tahunan pada triwulan III-2011. Tekanan inflasi inti relatif tidak
mengalami perubahan dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar
3,13% (yoy) dengan sumbangan 1,71% terhadap total inflasi triwulan III-2010. Namun jika
dibandingkan dengan dibandingkan sebelumnya, inflasi inti menunjukkan adanya tren
peningkatan, dengan inflasi yang tercatat 2,10% (yoy) dengan sumbangan 1,14% terhadap
total inflasi triwulan III 2010. Dari sisi domestik, sumber inflasi diperkirakan antara lain
berasal dari faktor musiman liburan, tahun ajaran baru serta hari raya Idul Fitri. Dari sisi
eksternal, tekanan inflasi terutama bersumber dari harga komoditas internasional khususnya
emas yang masih cenderung meningkat. Sementara itu, terjaganya ekspektasi masyarakat
terhadap tingkat harga kedepan menjadi salah satu faktor yang mampu sedikit meredam
gejolak pada inflasi inti.

Interaksi Permintaan dan Penawaran
Faktor musiman yang terjadi sepanjang triwulan III-2011 seperti musim liburan, tahun ajaran
baru serta hari raya Idul Fitri dapat berpotensi menekan tingkat harga sebagai dampak dari
tingginya permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa. Kenaikan harga yang
disebabkan oleh faktor musiman ini telah mampu diantisipasi oleh pemerintah daerah
dengan melakukan berbagai kegiatan diantaranya operasi pasar dalam rangka menjamin
ketersediaan pasokan sehingga mampu menahan laju kenaikan harga dari sisi permintaan.
Selain itu, berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado, persentase
kapasitas produksi dari dunia usaha menujukkan peningkatan dari 96,91% pada triwulan II2011 menjadi 98,26% pada triwulan laporan. Tingginya permintaan masyarakat di respon
36
dengan baik oleh peningkatan penggunaan kapasitas produksi sehingga mampu menjamin
ketersediaan pasokan, hal inilah yang pada tahap selanjutnya mampu menahan laju inflasi
Kota Manado yang tercatat inflasi hanya 1,25% (yoy) pada triwulan laporan.
Grafik 2.10.
Perkembangan Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran dan
Kapasitas Produksi
%
indeks
Kapasitas Produksi (left axis)
120
600
Indeks Riil Penjualan (right axis)
100
500
80
400
60
300
40
200
20
100
0
0
Q1
Q2
Q3
2008
Q4
Q1
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
2011
Sumber:
Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado dan Survei
Pedagang Eceran (SPE) KBI Manado

Ekspektasi Inflasi
Selanjutnya dari sisi ekspektasi, berdasarkan hasil SKDU KBI Manado, sebagian besar
konsumen di Sulut memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6
bulan yang akan datang. Adanya tambahan pendapatan berupa pencairan beberapa
tunjangan pegawai khususnya PNS yang disesuaikan dengan masa tahun ajaran baru (JuliAgustus 2011) serta realisasi THR menjelang hari raya telah mendorong peningkatan
ekspektasi konsumen terhadap tingkat harga. Sementara itu, berdasarkan hasil SPE KBI
Manado, ekspektasi harga dari sisi produsen atau pedagang juga menunjukkan hal yang
sama, hal ini salah satunya didorong oleh masih adanya isu kelangkaan BBM yang terlihat
dari tingginya antian BBM di setiap SPBU di Sulut. Peningkatan ekspektasi dari sisi produsen
tercermin dari tren peningkatan indeks Ekspektasi Pedagang terhadap harga 3 dan 6 bulan
yang akan datang yang menunjukkan adanya peningkatan. Namun demikian, relatif
terkendalinya harga kebutuhan pokok di Sulut sepanjang tahun 2011 turut memberikan
andil dalam meredam dampak ekspektasi inflasi sehingga mampu menjaga harga tetap
berada pada level yang rendah.
37
Grafik 2.11.
Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen Terhadap
Harga Barang dan Jasa di Kota Manado
Grafik 2.12.
Perkembangan Indeks Ekspektasi Pedagang Eceran
Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado
250
250
200
200
150
150
100
100
50
50
0
0
1
3
5
7
9 11 1
2008
3
5
7
9 11 1
2009
3
5
7
9 11 1
3
2010
5
7
2011
1
3
5
7
9 11 1
3
2008
5
7
9 11 1
3
5
2009
7
9 11 1
3
2010
5
7
9
2011
Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yang akan datang
Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yang akan datang
Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yang akan datang
Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yang akan datang
Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado

9
Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) KBI Manado
Eksternal
Sementara itu, dari sisi eksternal, tekanan inflasi terutama bersumber dari harga
komoditas internasional yang masih cenderung meningkat, terutama harga emas dunia
yang ditransmisikan pada kenaikan harga emas perhiasan di pasar domestik khususnya
Manado. Inflasi emas pada September 2011 tercatat 5,52% (mtm). Selain pengaruh
harga global, permintaan yang semakin besar memicu kenaikan harga emas perhiasan
dan logam mulia yang lebih tinggi. Kenaikan permintaan emas sebagai sarana investasi
ditandai dengan meningkatnya transaksi di Pegadaian dan Gadai Emas Syariah. Tekanan
inflasi dari sisi eksternal tersebut diprakirakan dapat diredam dengan nilai tukar rupiah
yang bergerak stabil. Penguatan rupiah ini merupakan bagian dari respon kebijakan
Bank Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi, khususnya yang berasal dari
kenaikan harga komoditi internasional (imported inflation).
Grafik 2.13.
Perkembangan Nilai Tukar Rupiah
Grafik 2.14.
Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional
Rp/USD
12,500
$/Oz
2000
1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
12,000
11,500
11,000
10,500
10,000
9,500
9,000
8,500
8,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3
2008
2009
2010
2011
1
Emas
3
5
7
2009
9 11 1
3
5
7
9 11 1
2010
3
5
7
9
2011
Kurs
Sumber: Bloomberg
Sumber: http://blogs.worldbank.org/
38
2.2.2 Non Fundamental

Volatile foods
Kelompok volatile foods masih mengalami deflasi sebesar -0,94% (mtm) sehingga secara
tahunan tercatat mengalami deflasi -1,4% (yoy) dengan sumbangan -0,4% (yoy) terhadap
inflasi umum. Berlanjutnya penurunan harga komoditas volatile foods disebabkan oleh
kecukupan pasokan baik pasokan dari luar daerah maupun pasokan lokal. Produksi beras di
Sulut hingga September 2011 masih dalam kondisi surplus. Selain itu, jumlah pasokan dari
luar daerah (Sulsel dan Jawa Timur) juga meningkat. Sementara itu, pasokan bumbubumbuan (bawang merah, bawang putih dan cabai rawit) cukup melimpah sebagai dampak
dari: (1) panen di sentra produksi bawang di Indonesia (Brebes dan Bima) dan melimpahnya
produksi bawang merah di Sulteng (2) Produksi cabai rawit yang cukup baik di Sulut dan
Gorontalo.
Grafik 2.18.
Perkembangan Harga Komoditas Beras di Kota Manado
s.d. September 2011
Grafik 2.19.
Perkembangan Harga Komoditas Cabe Rawit dan
Bawang Merah di Kota Manado
100,000
10,500
90,000
10,000
80,000
9,500
30,000
70,000
25,000
60,000
20,000
50,000
9,000
8,500
Superwin
8,000
40,000
15,000
30,000
10,000
20,000
Sultan
Cabe Rawit Merah
10,000
5,000
Bawang Merah
0
7,500
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Aug
0
I
I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V I II
III
Jan
Sept
I
III
Feb
I
III V
Mar
II IV
II IV
Apr
Mei
I
III
Jun
I
III
Jul
I
III V
II
Aug Sept
Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KBI Manado
Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KBI Manado

35,000
Administered Price
Laju inflasi administered price Kota Manado pada triwulan III-2011 cenderung menurun.
Kelompok administered price mengalami deflasi sebesar -0,5% (mtm) atau -0,48% (yoy)
dengan sumbangan -0.09% (yoy) terhadap inflasi umum. Deflasi pada kelompok
administered price disebabkan menurunnya harga angkutan udara sebesar 20,29%
dibandingkan periode sebelumnya sebagai faktor mulai normalnya arus penumpang dari
dan ke Manado. Disamping itu masih belum ada kebijakan pemerintah yang memberikan
tekanan harga pada kelompok administered price. Upaya TPID dalam mengurangi
kelangkaan bensin di Sulut membuahkan hasil yang ditandai dengan mencairnya
kelangkaan sejumlah antrian di SPBU di Sulut. Hal ini dilakukan dengan menambah pasokan
BBM
oleh
Pertamina
menjelang
hari
raya
Idul
Fitri
yang
lalu.
39
POLA DISTRIBUSI
DI SULAWESIBBM
UTARA
BOX BENSIN
: POLA DISTRIBUSI
& KONDISI SUPLAI BBM DI SULUT
Suplai Bahan Bakar Minyak (BBM) di Sulawesi Utara berasal dari Kilang Balikpapan. BBM
Pola Distribusidari
BBM
didistribusikan
Kilang Balikpapan ke Terminal BBM Bitung yang bertugas mendistribusikan BBM
Suplai
Bahan
Bakar
Minyak
(BBM)Depot
di Sulawesi
berasal
KilangSam
Balikpapan.
tersebut ke Terminal BBM
Tahuna,
PengisianUtara
Pesawat
Udaradari
(DPPBU)
Ratulangi BBM
dan
didistribusikan
dariBahan
KilangBakar
Balikpapan
ke Terminal
Bitung
yangdibertugas
mendistribusikan
BBM
Stasiun
Pengisian
untuk Umum
(SPBU)BBM
yang
berlokasi
seluruh Sulawesi
Utara kecuali
tersebut
ke Terminal
Tahuna,
DepotSelanjutnya
Pengisian Pesawat
Ratulangi
dan
SPBU
yang
berlokasi BBM
Lirung
dan Beo.
TerminalUdara
BBM(DPPBU)
TahunaSam
akan
melakukan
Stasiun Pengisian
Bahan
Bakar untuk
(SPBU) yang berlokasi di seluruh Sulawesi Utara kecuali
pendistribusian
BBM
ke wilayah
LirungUmum
dan Beo.
SPBU yang berlokasi Lirung dan Beo. Selanjutnya Terminal BBM Tahuna akan melakukan
pendistribusian BBM ke wilayah Lirung dan Beo.
Pola Distribusi BBM Sulawesi Utara
LIRUNG
BEO
TAHUNA
SIAU
TAGULANDANG
BITUNG
TOLI-TOLI
MOUTONG
PARIGI
GORONTALO
LUWUK
AMPANA
BANGGAI
POSO
BALIKPAPAN/STS KALBUT
KOLONEDALE
WAYAME
R : Reguler
Suplai langsung ex Kil.BBP/STS Kalbut
A : Alternatif
Split cargo ex Inst.Makassar
MAKASSAR
E : Emergency
Bantuan Suplai T.Wayame
Pola Suply BBM Premium/ Solar PSO/ Pertamax
SPBU
APMS
Terminal BBM
SPDN/SPBN
Pola Suply BBM Minyak Tanah PSO
Harga Di Konsumen)
Agen Minyak Tanah
Harga Eceran
Tertinggi (HET)
Konsumen
Akhir
MINYAK TANAH
Instalasi/Depot
PERTAMINA
Pangkalan
Warung
Konsumen
Akhir
40
Dalam pendistribusian BBM di wilayah Kepulauan di Sulawesi Utara yang meliputi Kabupaten
Kepulauan Sitaro, Kepulauan Sangihe, dan Kepulauan Talaud terdapat beberapa kendala
diantaranya:
a. Cuaca buruk
b. Pengangkutan BBM dari Agen Premium, Minyak, dan Solar (APMS) ke wilayah pulau-pulau lain
hanya mengandalkan sarana transportasi tradisional (kapal kayu/pamboat).
c. Aksi borong spekulan/pengecer BBM
d. Alokasi dan penyaluran BBM ke masyarakat di Kep. Sitaro dan Talaud belum merata karena
kurangnya lembaga penyalur.
Kelangkaan BBM di Provinsi Sulawesi Utara
Sejalan dengan fenomena antrian pembelian dan kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi di
sejumlah daerah di Indonesia, hal serupa juga terjadi di Provinsi Sulawesi Utara. Hal ini diperkirakan
merupakan dampak:
1) Meningkatnya permintaan BBM di Sulut yang disebabkan :

Maraknya perhelatan internasional maupun domestik yang diselenggarakan di Sulut

Aksi ambil untung oleh pedagang eceran

Meningkatnya aktivitas ekonomi menjelang perayaan Hari Raya Keagamaan pada triwulan
laporan.
2) Normalisasi suplai oleh PT. Pertamina Manado kepada SPBU di Kota Manado setelah sebelumnya
mengalami peningkatan suplai sebesar 5% di masing-masing SPBU menjelang perayaan Hari Raya
Idul Fitri. PT. Pertamina Manado menahan suplai pada akhir triwulan laporan untuk mengantisipasi
lonjakan permintaan di akhir tahun 2011.
Kelangkaan BBM tersebut diperkirakan membawa dampak pada perekonomian Sulut baik secara
langsung maupun tidak langsung. Salah satu sub sektor yang terkena dampak langsung kelangkaan
BBM tersebut adalah sub sektor perikanan. Kelangkaan BBM menyebabkan nelayan kesulitan dalam
melaut dan pada akhirnya berdampak pada melambatnya pertumbuhan perikanan tangkap sampai
dengan akhir triwulan laporan.
Perkembangan Sub Sektor Perikanan Provinsi Sulawesi Utara (ton)
Sumber : Dinas Perikanan Prov. Sulut, diolah
41
Dalam rangka mengatasi kelangkaan BBM dan mengantisipasi lonjakan permintaan di akhir tahun,
Tim Pengendali Inflasi Daerah Sulut (TPID) mengadakan rapat dan membuahkan upaya-upaya
penanggulangan kelangkaan BBM sebagai berikut :
1) Menyesuaikan Kuota BBM tahun 2011.
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara melaksanakan penambahan kuota BBM bersubsidi jenis premium
dan solar yang akan dibebankan pada APBD-P 2011. Sedangkan BBM bersubsidi jenis minyak tanah
mengalami pengurangan kuota seiring dengan mulai terealisasinya konversi penggunaan minyak
tanah ke LPG. Sampai dengan akhir September 2011 PT. Pertamina Manado telah menyalurkan
sebanyak 390.150 tabung gas atau sebesar 95% dari total target penerima tabung gas yakni
sebanyak 409.881 orang di Kabupaten/Kota di Prov. Sulut.
Kuota BBM di Provinsi Sulut tahun 2011 (Kilo Liter)
Jenis
Premium
Kuota 2011
Sebelum
Setelah
253,780
272,640
18,860
76,480
84,243
7,763
144,290
121,365
(22,925)
Solar
Minyak Tanah
Penambahan
(Pengurangan)
Sumber : PT PERTAMINA Manado
2) Memberlakukan pembatasan pembelian BBM
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara melaksanakan penjatahan pembelian BBM bersubsidi yakni
maksimal Rp100 ribu untuk kendaraan roda empat dan Rp20 ribu untuk kendaraan roda dua
yang ditujukan untuk menjaga ketersediaan pasokan hingga akhir tahun 2011 mengingat akan
terjadi lonjakan permintaan menjelang perayaan Natal 2010 dan Tahun Baru 2011. PT. Pertamina
Manado akan melaksanakan penambahan kuota sebesar 10% s.d 20% menjelang perayaan Natal
2011 dan Tahun Baru 2012.
3) Melaksanakan penertiban pedagang eceran
Kembali menjamurnya pedagang bensin eceran menyebabkan permintaan BBM bersubsidi
semakin meningkat. Modus operasi yang digunakan pedagang eceran dimaksud adalah
melakukan pembelian ke depot SPBU dengan kendaraan pribadi untuk kemudian dijual kembali
seharga Rp.6000–Rp. 6500/liter. Penertiban dilakukan dengan operasi penertiban di wilayah
Sulawesi Utara oleh pihak kepolisian dimana semua pedagang bensin eceran harus memiliki
kelengkapan izin usaha seperti halnya bentuk usaha lainnya.
42
BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Sejalan dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian, perkembangan berbagai
indikator perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan
positif. Aset, dana pihak ketiga, dan outstanding kredit mengalami pertumbuhan yang lebih
tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi penghimpunan dana,
pertumbuhan Dana Pihak Ketiga terutama terjadi pada jenis deposito. Sementara itu, kredit
tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, terutama kredit
investasi. Pertumbuhan kredit yang lebih cepat daripada pertumbuhan DPK menyebabkan
Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulawesi Utara berada pada level sedikit di atas
100% dan sedikit mengalami peningkatan dibandingkan posisi yang sama tahun
sebelumnya. Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas sistem perbankan seperti aspek
risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya relatif terkendali. Non
Performing Loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu
dibawah 5%.
Tabel 3.1
Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara
Komponen
Total Aset
Tumbuh Y.o.Y (%)
DPK (Rp Miliar)
Tumbuh Y.o.Y (%)
Kredit outstanding (Rp Miliar)
Plafond Kredit (Rp Miliar)
Tumbuh Y.o.Y (%)
LDR (%)
NPL (%)
kredit UMKM
Share UMKM
NPL UMKM (%)
Q1
13,635
26.33
8,907
23.90
9,095
10,187
33.30
102.11
3.86
5,841
64.22
4.91
2009
Q2
Q3
14,235
14,860
21.76
20.24
9,448
9,725
21.67
22.64
9,627
10,004
10,647
11,031
22.60
18.34
101.90
102.88
3.72
3.58
6,185
6,270
64.25
62.67
4.96
5.18
Q4
14,769
9.17
9,987
12.72
10,485
11,731
17.36
104.98
2.83
6,414
61.17
4.32
Q1
15,114
10.85
10,220
14.74
10,846
13,133
19.25
106.12
3.57
8,767
80.83
3.49
2010
Q2
Q3
15,925
16,695
11.87
12.35
10,604
11,114
12.24
14.28
11,457
11,904
13,620
14,079
19.00
18.98
108.04
107.11
3.51
3.54
9,408
9,926
82.12
83.38
3.49
3.37
Q4
17,504
18.52
11,428
14.42
12,681
14,986
20.95
110.97
3.18
10,533
83.06
2.94
Q1
17,984
18.99
11,797
15.43
12,955
15,436
19.44
109.81
3.83
11,158
86.13
3.44
2011
Q2
19,202
20.58
12,601
18.83
13,958
16,375
21.83
110.76
3.74
11,757
84.23
3.47
Q3
20,219
21.11
13,298
19.66
14,627
17,271
22.88
110.00
3.54
12,535
85.70
3.23
Sumber : Bank Indonesia Manado
3.1. STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA
Aset perbankan Sulawesi Utara, baik Bank umum konvensional, Bank umum syariah
maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada triwulan III-2011 tumbuh positif seiring
membaiknya kondisi perekonomian secara makro. Struktur aset perbankan Sulawesi Utara
masih didominasi oleh aset bank umum konvensional dengan pangsa mencapai 95,87%
dari total aset perbankan. Sementara itu, pangsa bank umum syariah dan BPR konvensional
masing-masing sebesar 1,64% dan 2,66%. Apabila dilihat pertumbuhan pangsa asetnya,
BPR terus menunjukkan tren pertumbuhan yang positif.
43
Lebih lanjut, dari keseluruhan aset bank, sebesar 66,84% merupakan aset bank pemerintah
dan sisanya sebesar 28,86% merupakan aset bank swasta.
Grafik 3.1.
Pangsa Aset Perbankan Sulawesi Utara Tw. III-2011
Bank Umum
Konvensional
Pemerintah
66.84%
Bank Umum
Syariah
1.64%
Bank Umum
Konvensional
95.87%
BPR Konvensional
2.66%
Bank Umum
Konvensional
Swasta
28.86%
BPR Konvensional
Bank Umum Syariah
Bank Umum Konvensional Pemerintah
Bank Umum Konvensional Swasta
Sumber: Bank Indonesia Manado
Grafik 3.2.
Pertumbuhan Pangsa Aset Perbankan
Sulawesi Utara Tw. III-2010
Total Asset BPR Konvensional (left axis)
Total Asset BU Syariah (left axis)
Bank Umum Konvensional (right axis)
3.00
98.00
97.50
2.50
97.00
2.00
96.50
1.50
96.00
1.00
95.50
0.50
95.00
-
94.50
Q1
Q2
Q3
Q4
2009
Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
2011
Sumber: Bank Indonesia Manado
3.2. PERKEMBANGAN KANTOR BANK
Secara kelembagaan, perbankan Sulawesi Utara pada triwulan laporan terdiri dari 25 Bank
Umum Konvensional, 3 Bank Umum Syariah, dan 17 Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Berdasarkan jaringan kantornya, Bank Umum konvensional maupun syariah memiliki 240
kantor (termasuk kantor unit), sedangkan BPR terdiri dari 46 kantor. Jumlah Bank Umum
dan BPR Konvensional di Sulawesi Utara mengalami peningkatan apabila dibandingkan
44
dengan triwulan lalu. Pertambahan jumlah bank menggambarkan semakin besarnya
aktivitas perekonomian di Sulawesi Utara seiring dengan pertumbuhan perekonomian di
wilayah ini.
3.3. PERKEMBANGAN BANK UMUM KONVENSIONAL
3.3.1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter
Kinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang cukup baik ditengah
meningkatnya kekhawatiran terhadap prospek ekonomi dunia. Pertumbuhan ekonomi
triwulan III-2011 diperkirakan masih akan tumbuh tinggi terutama didorong oleh kinerja
ekspor, konsumsi dan investasi. Nilai tukar Rupiah cenderung menguat meskipun relatif
terbatas, sementara tingkat inflasi cenderung mengalami penurunan yang didorong oleh
berlanjutnya koreksi harga pangan. Ke depan, Bank Indonesia tetap mewaspadai sejumlah
risiko yang berpotensi memberikan tekanan pada stabilitas makroekonomi, khususnya
masih akan berlanjutnya arus modal asing, semakin kuatnya permintaan domestik, dan
meningkatnya tekanan inflasi khususnya pada tahun 2012. Sebagai langkah antisipatif
untuk mengendalikan ekspektasi inflasi kedepan, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank
Indonesia pada 8 September 2011 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar
6,75%.
Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga perbankan di Sulawesi Utara terus
berlanjut meskipun masih dalam kisaran yang relatif terbatas. Hal ini ditandai dengan
kembali menurunnya tren suku bunga perbankan hingga akhir triwulan III-2011.
Berdasarkan data yang bersumber dari Bank Indonesia, sampai dengan akhir September
2011, rata-rata tingkat suku bunga kredit tercatat sebesar 13,67% atau mengalami
penurunan
dibandingkan
triwulan
sebelumnya
sebesar
14,01%.
Menurut
jenis
penggunaannya, rata-rata tingkat suku bunga kredit modal kerja mencapai 13,82% per
tahun, rata-rata kredit investasi sebesar 13,89% per tahun dan rata-rata kredit konsumsi
sebesar 13,52% per tahun. Sementara itu, pergerakan tingkat suku bunga deposito juga
menunjukkan respon yang positif terhadap penetapan BI Rate, hal ini tercermin dari
peningkatan rata-rata tingkat suku bunga deposito perbankan di Sulut. Sampai dengan
September 2011, rata-rata tingkat suku bunga deposito 1 bulan tercatat sebesar 6,81%,
sedikit mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya (Juni 2011) sebesar
6,76%.
45
Grafik 3.3.
Perkembangan Rata-Rata
Tingkat Suku Bunga Kredit, Deposito dan BI Rate (%)
Grafik 3.4.
Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit
Menurut Jenis Penggunaan (%)
Jan
Feb
Mar
April
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Aug
Sep
17.5
17.0
16.5
16.0
15.5
15.0
14.5
14.0
13.5
13.0
Sep
Jul
Aug
Jun
Apr
2010
Mei
Mar
Jan
Feb
Apr
May
Des
5.50
Okt
13.0
Nov
6.00
Sep
14.0
Jul
6.50
Aug
15.0
Jun
7.00
Mar
16.0
Jan
7.50
Feb
17.0
2010
2011
Sk. Bunga Kredit (Left Axis)
BI Rate (Right Axis)
Modal Kerja
Sk. Bunga Deposito (Right Axis)
Sumber: Bank Indonesia Manado
2011
Investasi
Konsumsi
Sumber: Bank Indonesia Manado
3.3.2. Penyerapan Dana Masyarakat
Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perbankan di wilayah Sulawesi Utara pada
triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 19,66% (yoy) menjadi
Rp13.298 miliar. Berdasarkan jenis simpanannya, kenaikan dana terutama terjadi pada jenis
deposito yang tumbuh 24,13% (yoy) kemudian disusul oleh tabungan sebesar 21,45% (yoy)
dan
giro
sebesar
7,79%
(yoy).
Terjadinya
pertumbuhan
penghimpunan
DPK
mengindikasikan masih terdapat kelebihan likuiditas di masyarakat yang mampu diserap
oleh bank. Upaya menumbuh kembangkan kesadaran menabung dilakukan Bank Indonesia
melalui serangkaian program yaitu program TabunganKu dan Gerakan Siswa Menabung
(GSM) yang diperkirakan sedikit banyak turut andil dalam pertumbuhan DPK.
Grafik 3.6.
Share Dana Pihak Ketiga (DPK)
Grafik 3.5.
Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Rp. Miliar)
7,000
Giro
Deposito
Tabungan
6,000
17.84%
5,000
4,000
46.96%
3,000
2,000
1,000
35.20%
Q1
Q2
Q3
2009
Q4
Q1
Q2
Q3
2010
Sumber: Bank Indonesia Manado
Q4
Q1
Q2
2011
Q3
Giro
Deposito
Tabungan
Sumber: Bank Indonesia Manado
46
Menurut pangsanya, penempatan dana dalam sistem perbankan masih didominasi oleh
jenis simpanan tabungan sebesar 46,96% dari total keseluruhan Dana Pihak Ketiga (DPK),
disusul kemudian deposito (35,20%) dan giro (17,84%).
Berdasarkan kelompok banknya, bank pemerintah menyerap 64,40% dari total DPK
sedangkan
sisanya
dihimpun
oleh
bank
swasta
(35,60%).
Berdasarkan
laju
pertumbuhannya, dana di bank pemerintah berhasil tumbuh 17,14% (yoy) sedangkan dana
di bank swasta tumbuh lebih tinggi yaitu sebesar 24,49% (yoy).
Grafik 3.7.
Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun (Rp. Miliar)
9,000
Bank Pemerintah
8,000
Bank Swasta
7,000
6,000
5,000
4,000
3,000
2,000
1,000
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2009
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Q3
2011
Sumber: Bank Indonesia Manado
Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan total dana pihak ketiga
yang dihimpun, sebesar 71,27% atau Rp9.478 miliar berasal dari bank-bank yang berlokasi
di Manado, selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Minahasa (8,10%), Kabupaten Bolaang
Mongondow (7,93%), Kota Bitung (6,67%), dan Kabupaten Sangihe Talaud (6,03%).
Tabel 3.2.
Perkembangan Sebaran DPK per Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Sebaran DPK
Minahasa
Bolmong
Sangihe Talaud
Manado
Bitung
Total
2009
Q1
833
553
440
6,443
639
8,907
Q2
827
669
473
6,835
642
9,448
Minahasa
2010
Q3
794
697
575
6,989
669
9,725
Q4
686
632
488
7,509
673
9,987
Q1
841
795
559
7,320
705
10,220
Q2
905
885
594
7,520
701
10,604
Q3
923
948
680
7,830
734
11,114
Q4
800
891
614
8,375
748
11,428
Q1
1,000
1,011
736
8,275
775
11,797
2011
Q2
1,067
1,047
763
8,890
834
12,601
Q3
1,078
1,054
802
9,478
887
13,298
Sumber: Bank Indonesia Manado
9,000
8,
7,
6,000
5,
4,000
3,000
47
2,000
1,
Grafik 3.8.
Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan
Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Grafik 3.9.
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan
Kab/Kota (%)
14,000
12,000
Bitung
10,000
8,000
Manado
6,000
4,000
2,000
-
Sangihe Talaud
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Bitung
639
642
673
705
701
Manado
6,44 6,83 6,98 7,50 7,32 7,52 7,83 8,37 8,27 8,89 9,47
2009
669
Q3
Q4
Q1
748
775
2010
734
Q2
Q3
2011
834
Bolmong
887
Sangihe Talaud 440
473
575
488
559
594
680
614
736
Bolmong
553
669
697
632
795
885
948
891
1,01 1,04 1,05
Minahasa
833
827
794
686
841
905
923
800
1,00 1,06 1,07
Bitung
Manado
Sangihe Talaud
Bolmong
763
802
Minahasa
0
10
20
30
40
Minahasa
Q3-11
Sumber: Bank Indonesia Manado
Q2-11
Q3-10
Sumber: Bank Indonesia Manado
Berdasarkan wilayah administratifnya, DPK yang berhasil dihimpun pada triwulan laporan
seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif jika
dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan tertinggi dialami
oleh Kota Manado sebesar 21,05% (yoy). Selanjutnya Kota Bitung, Kabupaten Kepulauan
Sangihe Talaud, Kabupaten Minahasa, dan Kabupaten Bolaang Mongondow tumbuh
masing-masing sebesar 20,91% (yoy), 17,91% (yoy), 16,77% (yoy) dan 11,24% (yoy).
3.3.3. Penyaluran Kredit Bank Pelapor
Pertumbuhan kredit bank umum konvensional di Sulawesi Utara terus menunjukkan adanya
tren peningkatan. Pada triwulan III-2011, jumlah kredit secara umum tercatat Rp14.627
miliar atau tumbuh 22,88% (yoy) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu
(18,98%). Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit paling signifikan dialami
oleh kredit investasi yang mencapai jumlah Rp2.195 miliar atau tumbuh 115,58% (yoy).
Sementara itu, untuk jenis kredit modal kerja dan kredit konsumsi masing-masing sebesar
Rp4.791 miliar dan Rp7.641 miliar atau tumbuh 23,41% (yoy) dan 9,11% (yoy). Tingginya
pertumbuhan kredit investasi dan modal kerja pada periode laporan diperkirakan didorong
oleh meningkatnya minat pelaku usaha untuk berinvestasi di Sulut, hal ini tercermin dari
pembangunan infrastruktur penunjang serta sarana dan prasarana daerah yang terus
ditingkatkan seiring dengan semakin banyaknya perhelatan berskala nasional dan
internasional yang dilaksanakan di Sulawesi Utara.
48
Grafik 3.11.
Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
(Rp. Miliar)
Grafik 3.10.
Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (%)
140
gModal Kerja (%)
gInvestasi (%)
gKonsumsi (%)
gTotal Kredit (%)
Q3
2011
120
100
80
Q2
Q1
60
Q4
40
2010
Modal Kerja
Q2
0
-20
Investasi
Q3
20
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Konsumsi
Q1
2009
2010
2011
-
Sumber: Bank Indonesia Manado
2,000
4,000
6,000
8,000
Sumber: Bank Indonesia Manado
Berdasarkan strukturnya, pangsa kredit konsumsi menempati urutan pertama sebesar
52,24% dari total kredit yang disalurkan. Selanjutnya pangsa kredit modal kerja tercatat
sebesar 32,75%, kemudian diikuti oleh kredit investasi dengan pangsa sebesar 15,01%.
Mendominasinya share kredit konsumsi dibandingkan jenis kredit lainnya searah dengan
pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang terutama didorong oleh aktivitas konsumsi.
Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit produktif selama triwulan ini sebagian
besar ditujukan ke sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa sebesar
29,62% dari total kredit. Sementara itu, berdasarkan kelompok bank, sampai dengan
triwulan laporan, bank umum pemerintah mendominasi penyaluran kredit dibandingkan
dengan bank umum swasta nasional. Kelompok bank pemerintah berhasil menyalurkan
Rp10.329 miliar atau mencapai pangsa pasar 70,61% sedangkan sisanya disalurkan oleh
kelompok bank swasta sebesar Rp4.298 miliar dengan pangsa pasar 29,39% dari total
kredit.
Grafik 3.12.
Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi
G
Penyaluran Kredit B
16,000
3.44%
14,000
3.10% 7.01%
12,000
10,000
29.62%
56.82%
8,000
6,000
4,000
2,000
Lainnya (Konsumsi)
Perdagangan, Hotel & Restoran
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Konstruksi
Jasa Dunia Usaha
Sektor Lainnya
Sumber: Bank Indonesia Manado
2009
Bank Swasta
2010
2011
Bank Pemerintah
Sumber: Bank Indonesia Manado
49
Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari total kredit sebesar Rp14.627 miliar, tercatat
65,64% atau sebesar Rp9.602 miliar disalurkan di wilayah Kota Manado. Selanjutnya diikuti
oleh Kabupaten Minahasa dengan pangsa pasar sebesar 12,47% (Rp1.825 miliar),
Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar 9,68% (Rp1.416 miliar), Kota Bitung sebesar
6,15% (Rp.899 miliar) dan Kabupaten Sangihe Talaud sebesar 6,06% (Rp.886 miliar).
Grafik 3.14.
Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp. Miliar)
Grafik 3.15.
Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%)
16,000
Bitung
14,000
Q3 2010
12,000
Manado
10,000
Q2 2011
8,000
Sangihe
Talaud
6,000
4,000
2,000
Q3 2011
Bolmong
Q1
Q2
Q3
Q4
2009
Sangihe Talaud
Q1
Q2
Q3
Q4
2010
Bitung
Bolmong
Q1
Q2
2011
Minahasa
Q3
Minahasa
Manado
-
Sumber: Bank Indonesia Manado
5
10
15
20
25
30
Sumber: Bank Indonesia Manado
Berdasarkan laju pertumbuhan kreditnya, wilayah dengan laju pertumbuhan kredit tertinggi
dialami Kota Manado sebesar 25,18% (yoy) sedangkan yang terendah adalah Kabupaten
Bolmong 16,84% (yoy). Sementara itu Kota Bitung, Kabupaten Sangihe Talaud dan
Kabupaten Minahasa dan masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 20,10% (yoy),
20,04% (yoy) dan 18,88% (yoy).
3.3.4. Kredit MKM
Pertumbuhan kredit MKM (Mikro, Kecil dan Menengah) yang disalurkan oleh bank umum
konvensional di Sulawesi Utara mengalami peningkatan.
Hal ini mencerminkan
keberpihakan perbankan terhadap UMKM. Sampai dengan triwulan III-2011, posisi kredit
MKM tercatat Rp12.535 miliar atau tumbuh 26,29% (yoy). Jika dilihat berdasarkan
skalanya, kredit kecil (di atas Rp50 juta namun di bawah Rp500 juta) memiliki pangsa
terbesar yakni 63,39%, kredit menengah (di atas Rp500 juta namun di bawah Rp5 miliar)
pangsanya mencapai 26,42%, dan sisanya 10,19% merupakan kredit mikro (di bawah
Rp50 juta).
Sementara itu, jika dilihat tren pertumbuhan laju kredit MKM pada grafik 3.16, nampak
bahwa pada triwulan I-2011, persentase pertumbuhan kredit MKM mengalami penurunan
50
yang cukup signifikan. Penurunan pertumbuhan kredit MKM disebabkan oleh perubahan
definisi kredit MKM dari Bank Indonesia yang mulai diimplementasikan oleh bank pelapor
melalui Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) pada pertengahan tahun 2009. Sebelum
adanya perubahan definisi kredit ini, bank pelapor masih memasukkan data kredit konsumsi
kedalam komponen kredit MKM. Dalam masa transisi, beberapa bank pelapor telah
menghilangkan kredit konsumsi dari komponen kredit MKM sehingga jika dilakukan
perbandingan dengan data sebelumnya akan menghasilkan penurunan laju pertumbuhan.
Namun demikian pada triwulan III-2011, laju pertumbuhan kredit MKM sudah mulai
menunjukkan adanya tren peningkatan dari 24,97% (yoy) pada triwulan II-2011 menjadi
26,29% (yoy) pada triwulan III-2011.
Grafik 3.16.
Laju Pertumbuhan Kredit UMKM dan Total Kredit (%)
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
-
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2009
Q2
Q3
Q4
Q1
2010
Kredit Umum
Q2
Q3
2011
Kredit UMKM
Sumber: Bank Indonesia Manado
Jika melihat pangsa kredit MKM terhadap penyaluran kredit perbankan secara keseluruhan
pada triwulan III-2011, pangsa kredit MKM tercatat 85,70%, lebih tinggi dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 83,38% (yoy). Kenaikan pangsa kredit MKM
ditopang oleh semakin membaiknya kualitas kredit yang disalurkan tercermin dari rasio Non
Performing Loan (NPL) sebesar 3,23% pada akhir triwulan III-2011.
Grafik 3.17.
Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Miliar)
Grafik 3.18.
Non Performing Loan Kredit UMKM (Rp. Miliar)
9,000
Q3
8,000
2011
7,000
6,000
5,000
Q2
Q1
4,000
3,000
Q4
2,000
Menengah
2010
1,000
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2009
Q3
Q4
Q1
2010
Mikro
Kecil
Sumber: Bank Indonesia Manado
Q2
2011
Menengah
Q3
Q3
Kecil
Q2
Mikro
Q1
-
50
100
150
200
Sumber: Bank Indonesia Manado
51
3.4 STABILITAS SISTEM PERBANKAN
Stabilitas sistem perbankan di Sulawesi Utara relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs)
relatif terjaga, berada pada tingkat dibawah batas ketentuan BI yaitu 5%. Sementara itu,
aspek penyerapan dana yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) berada pada level
sedikit diatas 100%. Sedangkan volatilitas kurs diperkirakan tidak akan berdampak besar
terhadap risiko pasar, karena paparan tehadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi.
Sementara itu, perkembangan indikator lainnya (Kelonggaran tarik, NIM, ROA dan BOPO)
menunjukkan perkembangan yang positif.
3.4.1
Risiko Kredit
Pada triwulan III-2011 risiko kredit perbankan Sulawesi Utara masih terkendali yang
tercermin dari indikator Non Performing Loans (NPLs) dan konsentrasi kredit secara
keseluruhan. Ratio NPLs (bruto) tetap terjaga pada level dibawah batas yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia (5%) tercatat sebesar 3.54%. Dengan nilai NPLs yang relatif terjaga maka
terdapat peluang untuk terus meningkatkan kinerja penyaluran kredit, terutama pada
sektor-sektor yang produktif. Lebih lanjut, terdapat penurunan NPLs pada hampir semua
sektor ekonomi terutama pada sektor pertanian. Hal ini tidak lepas dari upaya-upaya
perbankan dalam perbaikan kualitas kredit. Selain itu, perbaikan kualitas kredit pertanian
pada triwulan laporan diperkirakan merupakan dampak membaiknya kemampuan debitur
dalam mengembalikan pinjamannya seiring dengan naiknya harga beberapa komoditi
perkebunan seperti cengkih, kopra dan pala.
Sementara itu, apabila dilihat dari indikator konsentrasi kredit secara keseluruhan, dapat
terlihat bahwa sebagian besar kredit disalurkan pada sektor yang memiliki tingkat NPL yang
relatif rendah yakni sektor lainnya (Konsumsi) dengan pangsa mencapai 56,82% dari total
kredit memiliki tingkat NPL sebesar 2,02%.
Grafik 3.19.
Kredit & NPLs Sektoral Tw. III-2011
8,000
12.00
Kredit (Rp miliar)
7,000
NPL (%)
6,000
8.00
5,000
4,000
3,000
4.00
2,000
1,000
-
Keterangan :
1 = Pertanian
2 = Pertambangan
3 = Industri
4 = Listrik, Gas, dan Air Bersih
5 = Konstruksi
6 = PHR
7 = Transportasi&Komunikasi
8 = Jasa-jasa
9 = Lainnya (Konsumsi)
0.00
1
2
3
4
5
6
Sumber: Bank Indonesia Manado
7
8
9
52
3.4.2
Risiko Likuiditas
Indikator risiko likuiditas perbankan Sulawesi Utara, yaitu konsentrasi jangka waktu sumber
dana dan tingkat Loan Deposit Ratio (LDR) menunjukkan bahwa risiko likuiditas pada
triwulan laporan cukup terkendali, walaupun perlu terus mendapat perhatian.
Dilihat berdasarkan konsentrasi jangka waktu sumber pembiayaannya, Dana Pihak Ketiga
(DPK) di Sulawesi Utara cenderung didominasi oleh dana-dana jangka pendek (tabungan)
yang berpotensi menciptakan maturity mismatch karena kredit yang disalurkan perbankan
jangka waktunya relatif lebih panjang daripada penempatan dana masyarakat. Kondisi ini
perlu dikelola dengan baik oleh perbankan, dimana perbankan dituntut untuk mampu
memproyeksikan profil DPK yang dimiliki.
Selanjutnya angka Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan laporan tercatat 110%,
meningkat dari posisinya di periode yang sama tahun lalu sebesar 107,11%. Perlu digaris
bawahi bahwa perhitungan LDR ini hanya membagi jumlah total kredit yang disalurkan
dengan jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan. Meningkatnya
rasio LDR ini disebabkan karena pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan DPK yang berhasil dihimpun bank.
Berdasarkan wilayah administratifnya, rasio LDR
terendah
dialami
oleh
Kota
Manado
sebesar
101,31%. Sedangkan LDR tertinggi dicapai oleh
Grafik 3.20.
Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota
Bitung
Q3 2010
Kabupaten Minahasa sebesar 169,30%, disusul
kemudian berturut-turut oleh Kabupaten Bolaang
Q2 2011
Manado
Mongondow sebesar 134,28%, Kabupaten Sangihe
Sangihe
Talaud
Talaud sebesar 110,48%, dan Kota Bitung sebesar
Bolmong
Q3 2011
101,40%. Tingginya rasio LDR di wilayah-wilayah
Minahasa
tersebut mengindikasikan bahwa wilayah tersebut
merupakan kawasan yang sedang berkembang dan
membutuhkan
banyak
kucuran
dana,
-
50
100
150
200
Sumber: Bank Indonesia Manado
yang
diantaranya diperoleh dari penyaluran kredit oleh perbankan di wilayah tersebut.
3.4.3 Risiko Pasar
Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan Sulawesi Utara relatif terkendali yang tercermin
dari rendahnya tingkat fluktuasi suku bunga. Tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI
Rate) yang cenderung tetap, menyebabkan pergerakan suku bunga perbankan di Sulut pun
53
bergerak dalam batasan yang relatif kecil. Sementara itu, volatilitas kurs diperkirakan tidak
akan berdampak besar terhadap kinerja perbankan Sulawesi Utara, karena minimnya
transaksi valuta asing di perbankan Sulawesi Utara.
3.4.4 Indikator perbankan lainnya

Rasio Kelonggaran Tarik Kredit
Perkembangan rasio kelonggaran tarik kredit bank
umum pada triwulan III-2011
Grafik 3.21.
Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum
memperlihatkan
Rp Miliar
18,000
adanya kecenderungan peningkatan. Tercatat rasio
%
7
16,000
6
kelonggaran tarik pada September 2011 sebesar
14,000
5
12,000
4
3,34%, mengalami kenaikan dibandingkan periode
10,000
3
8,000
2
yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 2,62%.
6,000
1
4,000
Kondisi ini mencerminkan bertambahnya jumlah
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2009
Plafond
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Q3
2011
10,1 10,6 11,0 11,7 13,1 13,6 14,0 14,9 15,4 16,3 17,2
Outstanding 9,09 9,62 10,0 10,4 10,8 11,4 11,9 12,6 12,9 13,9 14,6
kredit yang tidak dicairkan oleh nasabah, sehingga
risiko idle money pada perbankan Sulawesi Utara
Q1
Rasio UL (%) 6.20 5.50 5.38 6.31 2.32 2.15 2.62 2.50 2.62 2.43 3.34
Sumber: Bank Indonesia Manado
meningkat.

Net Interest Margin (NIM)
Net Interest Margin (NIM) didefinisikan sebagai
Grafik 3.22.
Net Interest Margin Bank Umum
(Rp Miliar)
salah satu indikator penilaian terkait kemampuan
bank dalam menghasilkan laba. Berdasarkan
2,500
2,000
neraca konsolidasi bank umum di Sulut, saldo
bersih pendapatan bunga setelah dikurangi biaya
1,500
1,000
500
bunga atau yang biasa disebut Net Interest
Margin
(NIM)
pada
triwulan
-
laporan
menunjukkan angka yang positif sebesar Rp1.279
Q1
Q2
Q3
Q4
2009
Q1
Q2
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
1,800
1,600
1,400
1,200
1,000
800
600
400
200
-
2011
Pend.Bunga 363 748 1,15 1,58 490 1,00 2,01 2,09 576 1,15 1,78
Biaya Bunga 78 235 348 456 134 276 426 589 162 332 503
NIM
285 513 805 1,12 356 730 1,58 1,50 414 827 1,27
miliar, mengalami penurunan bila dibandingkan
periode yang sama tahun lalu yang tercatat
Sumber: Bank Indonesia Manado
Rp1.585 miliar.

Rasio BOPO
Rasio BOPO menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya.
Rasio BOPO yang tinggi mencerminkan kinerja bank yang belum optimal dan efisien.
Sampai dengan triwulan laporan, tingkat efisiensi operasional perbankan menurun yang
54
-
tercermin dari peningkatan rasio BOPO bank umum dari 71,46% pada triwulan yang sama
tahun sebelumnya menjadi 85,79% pada triwulan laporan. Hal ini dapat diartikan bahwa
bank masih belum efisien dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.

Return on Asset (ROA)
Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk
menghasilkan laba dengan aset yang dimilikinya. Sampai dengan triwulan III-2011, rasio
ROA bank umum tercatat sebesar 2,01%, mengalami penurunan bila dibandingkan periode
yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 3,20%. Kondisi ini mencerminkan
sedikit menurunnya kinerja perbankan dalam menghasilkan return dari asset yang
dikelolanya pada triwulan laporan.
Grafik 3.23.
Rasio Biaya dan Pendapatan Operasional Bank Umum
Rp Miliar
2,500
2,000
1,500
1,000
500
-
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2009
Q3
2010
Q4
Q1
Q2
Q3
2011
BO
322
683
PO
423
880 1,35 1,85 538 1,09 1,68 2,29 632 1,27 1,93
997 1,32 377
%
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
-
Grafik 3.24.
Return On Asset Bank Umum
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
-
Q1
Sumber: Bank Indonesia Manado
Q2
Q3
Q4
Q1
2009
847 1,20 1,62 421 921 1,66
Rasio 76.0 77.6 73.4 71.5 70.0 77.0 71.4 70.5 66.6 72.0 85.7
600
550
500
450
400
350
300
250
200
150
100
50
-
Q2
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Q3
2011
Aset (Rp Juta) - Left Axis 13,635 14,235 14,860 14,769 15,114 15,928 16,695 17,504 17,984 19,202 20,782
L/R (Rp Juta) - Right Axis 134
253
459
428
167
313
534
527
212
423
418
Sumber: Bank Indonesia Manado
3.5 PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH
Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan
mengalami pertumbuhan positif. Total aset bank umum syariah secara tahunan, sampai
dengan posisi September 2011 meningkat sebesar 20,46% (yoy), sejalan dengan
pertumbuhan kredit sebesar 48,16%. Sementara itu, DPK tercatat mengalami pertumbuhan
sebesar 33,13% (yoy) pada triwulan laporan. Dengan kondisi tersebut, Financing to Deposit
Ratio (FDR) meningkat dari 208,33% pada triwulan III-2010 menjadi sebesar 231,85%
pada triwulan III-2011. Kedepan, diperlukan upaya penguatan inovasi produk dan
infrastruktur industri serta penguatan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan
kinerja perbankan syariah.
55
Tabel 3.3.
Indikator Utama Perbankan Syariah di Sulawesi Utara (Rp miliar)
2009
Q1
Q2
2010
Q3
Q4
Q1
Q2
2011
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
Asset
129.31
142.58
149.30
161.37
165.76
199.25
288.12
304.69
331.31
330.49
347.06
DPK
155.29
167.43
164.40
94.68
83.20
90.29
104.37
125.46
128.38
133.03
138.95
Giro
11.94
13.78
14.80
13.71
7.89
9.10
11.85
13.81
13.12
12.14
12.76
Tabungan
91.70
101.52
98.27
61.22
50.51
59.52
67.33
79.98
76.95
86.02
90.31
Deposito
51.65
52.12
51.33
19.76
24.80
21.68
25.20
31.67
38.30
34.87
35.88
120.94
134.27
139.50
145.25
150.07
185.92
217.44
240.06
246.04
285.07
322.15
248.81
Kredit
Investasi
114.90
127.07
129.54
133.15
135.83
170.57
199.82
215.85
217.87
243.62
Modal Kerja
2.41
2.74
2.73
2.84
2.99
3.33
3.55
3.60
3.62
3.96
5.71
Konsumsi
3.63
4.45
7.23
9.26
11.25
12.02
14.07
20.61
24.55
37.49
67.63
77.88
80.19
84.85
153.41
180.37
205.91
208.33
191.35
191.65
214.29
231.85
FDR (%)
Sumber: Bank Indonesia Manado
3.6 PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT
Tabel 3.4.
Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sulawesi Utara (Rp. Miliar)
Komponen
2009
Q3
Q4
Q1
Q2
2011
Q2
Q3
207.9
220.4
237.8
241.1
272.0
301.9
334.3
402.0
430.6
496.2
563.1
DPK
153.0
160.3
171.5
170.9
192.8
221.8
255.0
281.8
308.4
348.5
395.0
108.8
113.1
120.3
119.7
135.7
155.2
189.7
207.0
236.5
267.9
318.6
Tabungan
Q2
2010
Aset
Deposito
Q1
Q3
Q4
Q1
44.2
47.2
51.2
51.3
57.0
66.7
65.4
74.8
71.9
80.6
76.4
163.7
181.5
195.6
202.7
212.3
230.3
246.8
288.3
322.5
383.6
420.1
Modal Kerja
39.6
45.7
51.0
54.4
56.4
63.3
74.1
81.9
104.4
92.4
100.1
Investasi
14.5
13.5
13.4
13.5
13.1
14.1
12.3
10.9
15.7
14.1
13.2
Konsumsi
109.5
122.3
131.2
134.8
142.8
152.9
160.5
195.5
202.4
277.1
306.8
Pertanian
3.1
3.2
3.9
4.4
4.8
4.5
4.8
4.4
4.5
4.7
5.6
Perindustrian
0.5
0.6
0.5
0.6
0.6
0.7
0.9
3.9
5.4
3.6
2.8
28.1
28.2
31.6
31.7
34.1
37.8
41.4
43.8
41.8
46.2
49.5
Kredit
Jenis Penggunaan
Sektoral
PHR
Jasa-jasa
14.3
15.1
18.1
16.2
18.6
18.5
20.5
18.7
53.6
33.6
33.2
Lain-lain
117.7
134.4
141.5
149.8
154.2
168.6
179.2
217.5
217.2
295.4
329.0
LDR (Persen)
107.0
113.2
114.0
118.6
110.1
103.8
96.8
102.3
104.6
110.1
106.3
NPL (Persen)
3.5
3.2
3.3
2.9
3.4
3.8
4.4
4.2
4.7
3.8
4.2
Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan
positif yang tercermin dari pertumbuhan aset, DPK dan kredit. Aset BPR pada September
2011 mengalami pertumbuhan positif sebesar 68,43% (yoy), menjadi Rp563,1 miliar.
Pertumbuhan aset BPR pada periode laporan terutama didorong oleh pertumbuhan kredit
tercatat 70,22% atau mencapai Rp420,1 miliar. Secara sektoral, kredit terutama disalurkan
pada sektor lain-lain (konsumsi) dengan pangsa 78,32% dan sektor PHR dengan pangsa
11,78%. Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar kredit yang disalurkan BPR
merupakan kredit konsumsi dengan pangsa mencapai 73,03% dari total kredit. Hal ini
diperkirakan tidak lepas dari kegiatan konsumsi masih menjadi lokomotif pertumbuhan
56
ekonomi daerah disamping meningkatnya aktivitas ekonomi khususnya di sektor konsumsi
yang didorong oleh kenaikan pendapatan sebagian besar masyarakat di Sulawesi Utara.
Sejalan dengan hal tersebut, DPK juga mengalami pertumbuhan positif sebesar
54,89%(yoy) dengan jumlah nominal sebesar Rp395 miliar. Berdasarkan komponen
pembentuknya, deposito masih mendominasi DPK BPR dengan pangsa 80,66%.
Pertumbuhan DPK BPR jauh lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan DPK
bank umum. Hal ini diduga terkait dengan masih relatif lebih menariknya suku bunga
simpanan di BPR dibandingkan suku bunga perbankan. Melihat kondisi tersebut, diperlukan
perhatian lebih pada penataan ulang efisiensi BPR, terutama bagaimana dapat menekan
suku bunga pinjaman yang saat ini berada pada tingkat yang cukup tinggi akibat tingginya
suku bunga sumber dana pembiayaan BPR.
Fungsi intermediasi pada BPR juga menunjukkan adanya peningkatan, hal ini tercermin dari
kenaikan rasio LDR dari 96,80% pada triwulan III-2010 menjadi 106,3% pada triwulan
laporan. Sementara itu, kualitas kredit BPR juga mengalami perbaikan seperti ditunjukkan
oleh tren penurunan persentase kredit bermasalah (NPL gross) dari 4,4% pada triwulan III2010 menjadi 4,2% pada triwulan III-2011.
57
Halaman ini sengaja dikosongkan
58
BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen untuk mengatur
pengeluaran dan pendapatan pemerintah daerah dalam rangka membiayai pelaksanaan
kegiatan pemerintahan dan pembangunan, meningkatkan output, mencapai pertumbuhan
dan stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara
umum. Selain itu, APBD merupakan kebijakan operasional yang menjadi turunan dari
strategi pembangunan pemerintah daerah yang telah ditetapkan, sehingga dapat terlihat
arah keberpihakan pemerintah daerah. APBD seharusnya menggambarkan angka-angka
ekonomis yang mencerminkan kebutuhan masyarakat untuk memecahkan masalah dan
meningkatkan kesejahteraannya. Pada hakikatnya anggaran daerah merupakan alat untuk
meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat.
Pembahasan dan analisa kinerja APBD dalam laporan ini meliputi perkembangan kinerja
anggaran pemerintah daerah di tingkat Provinsi, sedangkan kinerja anggaran untuk 15
Kabupaten/Kota yang ada di Sulawesi Utara belum dapat tersajikan dalam laporan karena
terkendala oleh keterbatasan data yang diperoleh.
Transfer dana dari pemerintah pusat yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN) ke Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara pada Tahun 2011 khususnya
Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum (DAU) mencapai Rp5,67 Triliun atau
naik 12,05% dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan komponen penyusunnya,
kenaikan transfer dana dari pemerintah pusat terutama berasal dari DAU yang naik 10,72%
(yoy), mencapai
Rp4,96 triliun. Sejalan dengan itu, DAK juga mengalami peningkatan
1,33% (yoy) atau mencapai Rp709,18 miliar pada periode laporan.
Tabel 4.1.
Perkembangan Transfer Dana Pusat Ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara
Dana
Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana Alokasi Khusus (DAK)
TOTAL
2007
3,071,594
501,621
3,573,215
2008
3,427,845
673,556
4,101,401
2009
4,059,322
887,196
4,946,518
2010
4,431,419
699,748
5,131,167
2011
4,963,779
709,185
5,672,964
Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu
59
4.1.
Dana Perimbangan di Sulawesi Utara
4.1.1
Struktur Dana Perimbangan di Sulawesi Utara
Alokasi dana perimbangan yang terdiri atas Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi
Khusus (DAK) dari pemerintah pusat bagi Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara Tahun
2011 meningkat sebesar 12,05% dibandingkan dengan Tahun 2010. Secara agregat,
jumlah alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat ke provinsi, kabupaten dan kota di
Sulawesi Utara mencapai Rp5,67 triliun. Seluruh Kabupaten/Kota bahkan di tingkat Provinsi
di Tahun 2011 mengalami peningkatan alokasi anggaran dibandingkan tahun lalu.
Tabel 4.2.
Dana Perimbangan ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara
Daerah
Sulawesi Utara
Bolaang Mongondow
Minahasa
Sangihe
Bitung
Manado
Kepualuan Talaud
Minahasa Selatan
Tomohon
Minahasa Utara
Kotamobagu
Bolaang Mongondow Utara
Kepualuan Sitaro
Minahasa Tenggara
Bolmong Timur
Bolmong Selatan
TOTAL
DAK
2010
2011
17,439
29,288
42,412
52,681
41,869
50,652
56,607
60,702
25,800
28,000
28,014
42,959
45,112
45,301
44,944
43,241
20,799
34,560
39,959
47,726
45,704
27,514
43,760
45,454
40,859
46,520
35,234
44,095
53,204
56,185
46,889
54,309
628,605
709,185
DAU
2010
2011
558,635
619,711
295,800
320,510
374,744
409,491
286,315
322,079
274,296
304,672
420,481
482,454
256,908
278,873
289,949
331,072
219,721
247,394
266,587
307,575
201,553
223,190
208,127
228,525
222,678
256,258
220,929
254,096
161,164
182,376
176,192
195,503
4,434,079
4,963,779
Sumber : BAPPEDA Sulut, diolah
Berdasarkan alokasi dana perimbangan di masing-masing kabupaten/kota/provinsi di Tahun
2011, Provinsi Sulawesi Utara mendapatkan alokasi terbesar yakni Rp648,99 miliar dengan
pangsa 11,44%. Berikutnya adalah Kota Manado sebesar Rp525,41 miliar dengan pangsa
9,26% dari total anggaran, Kabupaten Minahasa sebesar Rp.460,14 miliar dengan pangsa
8,11% dan Kabupaten Sangihe sebesar Rp382,78 miliar dengan pangsa 6,75%. Alokasi
dana terendah diperoleh oleh Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan pangsa
4,21% dari total dana perimbangan atau sebesar Rp238,56 milliar.
60
Grafik 4.2.
Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2011
Grafik 4.1.
Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2010
4.23%
4.41%
5.06%
4.21%
11.38%
6.68%
5.21%
Bolmong
Minahasa
Sangihe
Bitung
4.98%
8.23%
4.88%
6.77%
6.06%
Kep. Talaud
6.61%
Manado
Minsel
Tomohon
Minut
Kotamobagu
Bolmut
Kep. Sitaro
5.93%
4.75%
Provinsi
Boltim
Minteng
11.44%
5.26%
6.58%
5.34%
4.83%
8.11%
4.42%
6.75%
6.26%
5.86%
Bolsel
4.97%
8.86%
4.40%
6.60%
Provinsi
Bolmong
Minahasa
Sangihe
Bitung
Manado
Kep. Talaud
Minsel
Tomohon
Minut
Kotamobagu
Bolmut
Kep. Sitaro
Minteng
Boltim
Bolsel
9.26%
5.71%
5.97%
Sumber: BAPPEDA Sulut, diolah
Sumber: BAPPEDA Sulut, diolah
Grafik 4.3.
Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2011
700,000
600,000
500,000
400,000
300,000
200,000
DAU
100,000
DAK
Dana Perimbangan
-
Sumber: BAPPEDA Sulut, diolah
Berdasarkan komponennya, alokasi dana perimbangan di masing – masing kabupaten/kota
di Sulawesi Utara pada APBD Tahun 2011 sebagian besar berasal dari Dana Alokasi Umum
dengan pangsa mencapai 87,50%.
4.1.2.
Struktur Belanja (Alokasi Dana Perimbangan)
Struktur Belanja Pemerintah Daerah di Provinsi Sulawesi Utara secara umum didominasi oleh
belanja tidak langsung (belanja pegawai) tercermin dari Rasio APBD 2011 Belanja Tidak
Langsung yang rata-rata berada diatas 30%. Rasio terbesar terjadi pada Kabupaten Bolaang
Mongondow Timur (Boltim) tercatat 70,29% sedangkan rasio terendah terjadi pada
Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) tercatat 33,22%.
61
Tingginya Rasio APBD 2011 Belanja Tidak Langsung mencerminkan bahwa kinerja belanja
APBD masih didorong pembelanjaan gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) seiring dengan semakin
meningkatnya jumlah PNS di Sulut. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan
sektor konsumsi semakin dominan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Sulut. Untuk
menggiatkan kinerja kegiatan produktif perlu didukung oleh aktivitas belanja modal dan
belanja tidak langsung.
Tabel 4.4.
Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2011
Daerah
DAU
(Rp miliar)
Belanja Tidak
Rasio APBD
Jumlah
Langsung
Belanja Tdk
PNS
(Rp miliar)
Langsung (%)
(Orang)
Prov. Sulut
619,70
689,40
53,12
6.115
Manado
482,45
514,40
64,10
8.760
Bitung
304,67
277,50
66,73
4.445
Tomohon
247,39
191,20
55,23
3.287
Minahasa
409,49
411,22
70,25
7.167
Minsel
331,07
265,68
65,02
6.300
Minut
307,57
260,08
59,28
4.330
Mitra
254,09
217,03
53,42
2.612
Bolmong
320,51
273,20
56,70
5.067
Kotamobagu
223,19
171,70
51,22
2.808
Bolmut
228,52
127,70
33,22
1.593
Boltim
182,37
244,24
70,29
1.300
Bolsel
195,50
118,55
40,44
1.235
Sangihe
322,07
318,42
69,71
5.125
Sitaro
256,09
170,52
40,24
3.112
Talaud
278,87
229,55
59,94
4.183
Jumlah
4.963,55
4.480,39
57,39
67.439
Sumber : Biro Keuangan Prov. Sulut
4.3.
APBD di Tingkat Provinsi
4.2.1. Pendapatan Daerah di Tingkat Provinsi
Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara meningkatkan target pendapatan secara umum. Hal ini
tercermin dari peningkatan target pendapatan pada APBD P 2011 dibandingkan APBD P
2010 dan APBD 2011 (sebelum perubahan). Peningkatan terutama berasal dari
meningkatnya anggaran alokasi transfer pemerintah pusat ke daerah (dana perimbangan).
Sampai dengan periode laporan, total target dana perimbangan mencapai Rp722,36 miliar,
mengalami peningkatan 8,37% dibandingkan tahun lalu atau mengalami peningkatan 3%
dibandingkan target APBD 2011 (sebelum perubahan). Peningkatan ini sejalan dengan
62
komitmen pemerintah pusat untuk meningkatkan kapasitas daerah serta mengurangi
kesenjangan publik.
Tabel 4.3.
Ringkasan Perubahan APBD tahun 2011
No
I
II
III
IV
APBD-P 2011
(Rp Juta)
Uraian
Pendapatan
Pendapatan Asli Daerah
Dana Perimbangan
Lain-lain PAD yang Sah
Belanja
Belanja Tidak Langsung
• Belanja Pegawai
• Belanja Hibah
• Belanja Bantuan Sosial
• Belanja Bagi Hasil
• Belanja Bantuan Keuangan
• Belanja Tidak Terduga
Belanja Langsung
• Belanja Pegawai
• Belanja Barang dan Jasa
• Belanja Modal
Surplus/(Defisit)
Pembiayaan
APBD 2011
(Rp Juta)
1,339,429
516,085
722,359
100,985
1,443,703
715,513
424,083
43,783
39,720
205,147
1,280
1,500
728,189
60,999
397,869
269,321
(104,273)
104,273
Bertambah/
(Berkurang)
1,259,702
451,755
703,999
103,947
1,297,908
689,406
420,523
35,383
45,720
172,000
5,780
10,000
608,503
55,793
329,125
223,584
(38,207)
38,207
6%
14%
3%
-3%
11%
4%
1%
24%
-13%
19%
-78%
-85%
20%
9%
21%
20%
173%
173%
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Sejalan dengan itu, Pemerintah Provinsi Sulawesi
Utara juga meningkatkan target Pendapatan Asli
Grafik 4.3.
Komposisi Pendapatan Daerah Prov. Sulawesi Utara
Daerah (PAD) menjadi Rp516 miliar pada APBD P
1,600,000
80%
1,400,000
70%
atau meningkat 14% dibandingkan dengan target
1,200,000
60%
1,000,000
50%
PAD pada APBD 2011 (sebelum perubahan). Hal ini
800,000
40%
600,000
30%
400,000
20%
200,000
10%
2011, meningkat 47,44% dibandingkan tahun lalu
merupakan komitmen Pemerintah Provinsi Sulut
dalam mengurangi ketergantungan Pemerintah
Provinsi terhadap Pemerintah Pusat mengingat
masih
besarnya
rasio
dana
perimbangan
dibandingkan total pendapatan Provinsi Sulut yang
menandakan
kegiatan
ekonomi
dan
sosial
-
0%
2007
2008
2009
2010
2011
Dana Perimbangan
PAD
Proporsi Dana Perimbangan thd Total Pendapatan Provinsi
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
masyarakat Sulawesi Utara sebagian besar masih
digerakkan oleh dana yang berasal dari pemerintah pusat (grafik 4.3). Namun demikian,
proporsi Dana Perimbangan terhadap Total Pendapatan Provinsi menunjukkan tren
penurunan selama 5 (lima) tahun terakhir hingga tercatat sebesar 54% pada tahun 2011.
63
Tabel 4.4.
Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 September 2011
Uraian
PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah
- Pajak Daerah
- Retribusi Daerah
- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
- Lain-lain
Dana Perimbangan
- Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil
Bukan Pajak (SDA)
- Dana Alokasi Umum
- Dana Alokasi Khusus
Lain-lain Pendapatan yang Sah
908,495
306,971
268,632
8,193
13,554
16,592
526,589
85.2
87.7
86.1
70.7
82.1
165.7
79.0
1,339,429
516,085
467,523
6,591
23,000
18,970
722,359
Proporsi
APBD-P
2011
(%)
100.0
38.5
90.6
1.3
4.5
3.7
53.9
8
47,858
151
73,360
10.2
40,287
77.3
7.3
4.7
465,651
13,079
74,936
83.4
24.7
149.9
619,711
29,288
100,985
85.8
4.1
7.5
516,426
21,966
70,845
1,066,545
350,031
311,927
11,589
16,500
10,015
666,514
Proporsi
APBD 2010
(%)
100.0
32.8
60.4
2.2
3.2
1.9
62.5
55,000
558,635
52,879
50,000
APBD 2010
(Rp Juta)
Realisasi APBD
Nominal
APBD-P 2011
(Rp Juta)
%
Realisasi APBD
Nominal
1,023,876
374,352
353,203
4,607
0
16,542
578,679
%
76.4
72.5
75.5
69.9
0.0
87.2
80.1
54.9
83.3
75.0
70.2
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Sementara itu, tingkat realisasi pendapatan sampai dengan triwulan III 2011 lebih rendah
dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sampai dengan triwulan laporan
tingkat pendapatan secara umum baru terealisasi 76,4% dari total target pendapatan atau
lebih rendah dibandingkan pencapaian tahun lalu yang tercatat sebesar 85,2%.
Apabila dilihat berdasarkan komponennya, pencapaian terbesar terjadi pada Dana
Perimbangan dengan tingkat pencapaian sampai dengan triwulan III 2011 sebesar 80,1%.
Realisasi dana perimbangan terutama bersumber pada Dana Alokasi Umum (DAU) dengan
proporsi 85,8% Selanjutnya tingkat realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Lain-lain
PAD yang sah tercatat masing-masing sebesar 72,5% dan 70,2%. Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Provinsi Sulawesi Utara sampai dengan triwulan III 2011 masih didominasi oleh
pendapatan yang bersumber dari pajak daerah dengan proporsi 90.6%.
4.2.2. Belanja Daerah di Tingkat Provinsi
Di sisi belanja, Provinsi Sulawesi Utara menganggarkan dana yang cukup besar. Alokasi
belanja Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar Rp1,44 triliun atau meningkat 32,02% dari
tahun sebelumnya. Namun demikian, peningkatan alokasi belanja ini tidak diikuti dengan
peningkatan realisasinya.
64
Tabel 4.5.
Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 September 2011
Uraian
BELANJA
Belanja Tidak Langsung
• Belanja Pegawai
• Belanja Hibah
• Belanja Bantuan Sosial
• Belanja Bagi Hasil
• Belanja Bantuan Keuangan
• Belanja Tidak Terduga
Belanja Langsung
• Belanja Pegawai
• Belanja Barang dan Jasa
• Belanja Modal
APBD 2010
(Rp Juta)
1,093,545
607,711
355,711
63,500
45,000
132,000
4,000
7,500
485,834
46,677
231,236
207,921
Proporsi
APBD 2010
100.0
55.6
58.5
10.4
7.4
21.7
0.7
1.2
44.4
9.6
47.6
42.8
Realisasi APBD
APBD -P 2011 Proporsi
(Rp Juta)
APBD
Nominal
%
736,000
67.3
1,443,703
100.0
464,096
76.4
715,513
49.6
247,155
69.5
424,083
59.3
108,498
170.9
43,783
6.1
29,951
66.6
39,720
5.6
74,086
56.1
205,147
28.7
4,000
100.0
1,280
0.2
405
5.4
1,500
0.2
271,905
56.0
728,189
50.4
27,336
58.6
60,999
8.4
169,153
73.2
397,869
54.6
75,416
36.3
269,321
37.0
Realisasi APBD
Nominal
%
749,793
51.9
416,039
58.1
280,090
66.0
16,642
38.0
17,350
43.7
101,192
49.3
265
20.7
500
33.3
333,754
45.8
28,762
47.2
187,883
47.2
117,109
43.5
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
Total belanja daerah yang dianggarkan dalam APBD-P 2011 adalah sebesar Rp1,44 triliun,
mengalami peningkatan dibandingkan total belanja pada APBD 2010 yang tercatat sebesar
Rp1,09 triliun. Namun, peningkatan pada alokasi anggaran belanja ini tidak diikuti dengan
peningkatan realisasinya. Sampai dengan triwulan III-2011 realisasi belanja tercatat sebesar
51,9% dari total anggaran atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama
tahun sebelumnya tercatat 67,3% dari total anggaran.
Menurut komponen pembentuknya, belanja Provinsi terdiri atas belanja langsung dan tidak
langsung dengan pangsa masing-masing 49,6% dan 50,4%. Belanja tidak langsung
didominasi oleh belanja pegawai dengan pangsa 59,3% atau mencapai Rp424,08 miliar,
sisanya merupakan belanja hibah (6,1%), belanja bantuan sosial (5,6%), belanja bagi hasil
(28,7%), belanja bantuan keuangan (0,2%), dan belanja tidak terduga (0,2%). Sementara
itu belanja langsung didominasi oleh belanja barang dan jasa dengan pangsa 54,6%,
sisanya merupakan belanja modal (37%) dan belanja pegawai (8,4%). Komposisi tersebut
mengkonfirmasi data pertumbuhan ekonomi Sulut yang terutama didorong oleh sektor
konsumsi.
Sementara itu, tingkat realisasi belanja modal pada triwulan laporan menunjukkan
peningkatan dari 36,3% pada triwulan II-2010 menjadi 43,5% pada triwulan laporan.
Peningkatan belanja modal ini sejalan dengan realisasi proyek fisik pemerintah seperti
pembangunan/perbaikan jalan, irigasi dan lainnya yang telah berjalan.
65
Tabel 4.6.
Rekapitulasi Proyek Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara
No
A.
B.
Instansi
Pemerintah Provinsi Sulut
1. Badan Perpustakaan
2. Dinas PU
3. Dinas Pertanian & Peternakan
4. Dinas Kelautan & Perikanan
5. Dinas Kesejahteraan Sosial
6. DPRD
7. Dinas Perhubungan
8. Inspektorat
9. Dinas Perkebunan
10. Dinas Kesehatan
11. Perbatasan
Kabupaten/Kota
1. Kota Bitung
2. Kab. Minahasa
3. Kab. Sitaro
4. Kab. Kep. Sangihe
5. Kab. Bolmong
6. Kota Manado
7. Kab. Kep. Talaud
8. Kab. Bolsel
9. Kab. Boltim
10. Kab. Mitra
11. Kab. Minsel
Jumlah
Paket
67
1
26
6
11
6
2
5
1
4
4
1
387
39
3
128
20
17
16
1
54
66
33
10
Nilai Paket (Rp)
940.000.000
4.241.000.000
3.763.500.000
8.702.829.000
3.219.110.000
1.557.598.000
1.555.000.000
300.000.000
4.088.986.060
1.696.405.400
231.750.200
28.190.710.000
6.105.000.000
84.501.683.965
13.142.349.700
9.477.745.260
12.920.760.810
20.582.566.500
67.367.024.000
89.679.324.657
21.000.000.000
4.111.899.998
Nilai Total Paket
(Rp)
30.316.178.660
357.079.064.890
Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah
4.2.3. Pangsa APBD Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar
Realisasi konsumsi pemerintah memiliki pangsa sebesar 6,89% terhadap PDRB harga
berlaku Provinsi Sulawesi Utara di triwulan III-2011. Kontribusi di tingkat kabupaten dan
kota relatif sulit untuk diperoleh sehingga hanya besaran-besaran pokok saja yang dimiliki.
Sementara itu, dampak realisasi APBD provinsi terhadap perkembangan uang beredar
sampai dengan posisi 30 September 2011 berada pada kondisi kontraksi yang berarti
jumlah pendapatan pemerintah
lebih besar dibandingkan jumlah pengeluaran (belanja
pemerintah).
66
Tabel 4.7.
Kontribusi APBD Provinsi Terhadap Sektor Riil s.d. 30 September 2011
Uraian
PENDAPATAN
Pendapatan Asli Daerah
- Pajak Daerah
- Retribusi Daerah
- Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
- Lain-lain
Dana Perimbangan
- Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil
Bukan Pajak (SDA)
- Dana Alokasi Umum
- Dana Alokasi Khusus
Lain-lain Pendapatan yang Sah
BELANJA
Belanja Tidak Langsung
• Belanja Pegawai
• Belanja Hibah
• Belanja Bantuan Sosial
• Belanja Bagi Hasil
• Belanja Bantuan Keuangan
• Belanja Tidak Terduga
Belanja Langsung
• Belanja Pegawai
• Belanja Barang dan Jasa
• Belanja Modal
Realisasi APBD
1
% thd PDRB
Tw.III-2011
1,632,995
15.00
374,352
3.44
353,203
3.24
4,607
0.04
0
16,542
842,604
0.15
7.74
859,147
7.89
516,426
21,966
70,845
749,793
416,039
280,090
16,642
17,350
101,192
265
500
333,754
28,762
187,883
117,109
4.74
0.20
0.65
6.89
3.82
2.57
0.15
0.16
0.93
0.00
0.00
3.07
0.26
1.73
1.08
Sumber: Biro Keuangan Daerah Sulawesi Utara, diolah
67
Halaman ini sengaja dikosongkan
68
BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN
Sistem pembayaran adalah sistem yang berkaitan dengan kegiatan pemindahan dana dari
satu pihak kepada pihak lain yang melibatkan berbagai komponen sistem pembayaran.
Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembayaran tunai, kliring, maupun
Real Time Gross Settlement (RTGS). Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
nasional baik tunai maupun non tunai merupakan salah satu tugas Bank Indonesia yang
diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang
Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Undang-undang
Republik Indonesia No.6 tahun 2009. Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat
memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis
pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar (clean money policy).
Sementara itu kebijakan di bidang instrumen pembayaran non tunai tetap diarahkan untuk
menyediakan sistem pembayaran yang efektif, efisien, aman dan handal dengan tetap
memperhatikan aspek perlindungan konsumen. Sebagai representasi Bank Indonesia di
daerah, fungsi mengatur kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai di
Sulawesi Utara dijalankan oleh Kantor Bank Indonesia (KBI) Manado.
Pada triwulan III-2011, nilai transaksi sistem pembayaran
non tunai di Sulawesi Utara
menunjukkan peningkatan. Transaksi pembayaran melalui Bank Indonesia - Real Time Gross
Settlement (BI-RTGS), untuk wilayah Sulawesi Utara, baik secara nominal maupun nominal
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan itu, transaksi dan volume
pembayaran melalui kliring di wilayah Sulawesi juga mengalami peningkatan. Selanjutnya
aktivitas transaksi tunai di Sulawesi Utara yang dilakukan melalui Kantor Bank Indonesia
Manado pada triwulan III-2011 mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya.
5.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai
5.1.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow)
Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan III-2011 di wilayah kerja KBI Manado
menunjukkan terjadinya net outflow. KBI Manado mengalami net outflow sebesar Rp252
69
miliar, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami net inflow sebesar
Rp183 miliar.
Aktivitas transaksi tunai di Sulawesi Utara yang dilakukan melalui Kantor Bank Indonesia
Manado pada triwulan III-2011 mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama
tahun sebelumnya. Hal ini tercermin pada peningkatan jumlah uang kartal yang dikeluarkan
Kantor Bank Indonesia Manado (outflow), yakni dari Rp799 miliar pada triwulan III-2010
menjadi Rp1.240 miliar pada triwulan laporan. Sejalan dengan hal tersebut, aliran uang
kartal yang masuk dari masyarakat dan perbankan ke Kantor Bank Indonesia Manado
(inflow) pada triwulan III-2011 mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan
triwulan yang sama tahun sebelumnya maupun triwulan lalu. Secara nominal, jumlah uang
kartal yang masuk ke KBI Manado adalah sebesar Rp989 miliar, mengalami peningkatan
105,28% (yoy) atau 202,37% (qtq). Secara total aliran uang kartal di KBI Manado masih
menunjukkan adanya net outflow Rp252 miliar dimana secara nominal uang kartal yang
keluar (Rp1.240 miliar) lebih besar dari uang kartal yang masuk (Rp989 miliar). Hal ini tidak
terlepas dari peningkatan konsumsi masyarakat sebagai pengaruh pola musiman perayaan
bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada periode laporan.
Secara bulanan, KBI Manado mengalami baik net outflow maupun net inflow selama
triwulan III-2011. Net outflow terjadi pada Juli dan Agustus 2011 masing-masing secara
berturut-turut sebesar Rp146,1 miliar dan Rp530,7 miliar. Selanjutnya pada September
2011 aliran kas mengalami net inflow yang tercatat sebesar Rp425,2 miliar.
Grafik 5.1.
Netflow Aliran Kas Uang Kartal KBI Manado
miliar
1,500
1,000
500
(500)
(1,000)
(1,500)
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
2009
Q2
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Q3
2011
Inflow (+)
613
160
122
235
617
303
482
383
750
327
989
Outflow (-)
-18
-355
-235
-687
-0.77
-525
-799
-896
-155
-510
-1,240
Net Flow
595
-195
-113
-453
616
-222
-317
-513
595
-183
-252
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
70
5.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar
Dalam melaksanakan strategi clean money policy, Bank Indonesia Manado melaksanakan
kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar dengan melakukan Pemberian
Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang telah lusuh/rusak. Proses
pemusnahan tersebut telah dilakukan dengan prosedur dan pengawasan yang ketat
terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan.
Selama triwulan III-2011, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 37,98%,
jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat
64,11%. Secara nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan
laporan adalah sebesar Rp376 miliar. Budaya dan perilaku masyarakat yang kurang baik
dalam memperlakukan uang kertas seperti melipat, mengokot (men-staples), meremas dan
mencorat-coret akan mempercepat kelusuhan uang kertas. Selain itu, karena faktor iklim
tropis yang lembab juga akan mempercepat tingkat kelusuhan uang kertas.
Grafik 5.2.
Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow
Miliar
1,200
%
440
400
1,000
360
320
800
280
240
600
200
160
400
120
80
200
40
-
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Inflow
613
PTTB
Rasio
Q3
Q4
Q1
160
122
235
617
303
482
383
750
53
78
490
209
327
261
297
309
474
326
329
8.57
49.0
402.
89.1
376
42.3
97.8
64.1
123.
43.5
100.
37.9
2009
2010
Q2
Q3
2011
989
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
5.1.3. Perkembangan Kas Titipan
Dalam perannya sebagai regulator di daerah yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan
likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat di wilayahnya, Kantor Bank
Indonesia Manado melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan kas titipan ini dilakukan
khususnya untuk daerah yang lokasinya cukup jauh dari Kantor Bank Indonesia.
71
Penyelenggaraan kegiatan kas titipan ini dilakukan Kantor Bank Indonesia Manado
bekerjasama dengan salah satu bank umum di wilayah Gorontalo dan Tahuna.
Grafik 5.3.
Netflow Kas Titipan KBI Manado di Gorontalo
(Rp. Miliar)
800
600
400
200
0
-200
-400
-600
.
-800
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2009
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Q3
2011
Inflow
621
542
645
629
672
547
726
649
779
739
553
Outflow
-443
-611
-566
-673
-537
-586
-652
-716
-638
-773
339
Netflow
178
-69
80
-44
135
-39
74
-67
141
-34
214
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Kondisi aliran kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan III-2011 menunjukkan posisi net
inflow sebesar Rp214 miliar. Pada triwulan laporan jumlah kas titipan yang masuk (inflow)
di Gorontalo tercatat Rp553 miliar, sedangkan jumlah kas keluar (outflow) tercatat Rp339
miliar.
Grafik 5.4.
Netflow Kas Titipan KBI Manado di Tahuna (Rp. Miliar)
150
100
50
0
-50
-100
-150
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
2009
Q3
Q4
Q1
2010
Q2
Q3
2011
Inflow
57
27
40
108
40
39
24
20
77
29
35
Outflow
-39
-78
-63
-111
-50
-97
-105
-131
-63
-71
29
Netflow
18
-51
-23
-3.49
-11
-58
-81
-110
14
-42
6
Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Selain di Provinsi Gorontalo, kas titipan juga terdapat di Kota Tahuna, Kabupaten
Kepulauan Sangihe. Pada triwulan III-2011, kas titipan di Tahuna mengalami net inflow
72
sebesar Rp6 miliar, setelah mengalami net outflow sebesar Rp42 miliar pada triwulan
sebelumnya.
5.1.4. Penemuan Uang Palsu
Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan III2011 menunjukkan peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Total
uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia Manado pada triwulan III2011 tercatat sebanyak 126 lembar atau secara nominal tercatat sebesar Rp9,25 juta , lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 75 lembar atau secara
nominal Rp3,98 juta. Secara historis, pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan
selama dua tahun terakhir adalah uang kertas pecahan Rp100,000 dan Rp50,000 dengan
pangsa secara berturut-turut masing-masing sebesar 69,12% dan 20,48%.
Terjadinya peningkatan temuan uang palsu merupakan dorongan bagi KBI Manado terus
berupaya menekan perkembangan peredaran uang palsu, diantaranya melalui sosialisasi
ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan masyarakat. Kegiatan sosialisasi tidak
hanya dilakukan di Kantor Bank Indonesia, kalangan perbankan, di instansi-instansi
pemerintah daerah, akademisi dan sekolah-sekolah namun juga dilakukan di pusat
perbelanjaan dan sentra perekonomian di kota Manado. Hal tersebut dilakukan mengingat
pusat perbelanjaan juga sangat rentan terhadap kegiatan peredaran uang palsu karena
tingginya tingkat perputaran uang yang digunakan untuk melakukan transaksi. Selain itu,
secara represif pihak Bank Indonesia juga menjalin kerjasama dengan pihak Kepolisian
Daerah Sulawesi Utara dalam upaya penanganan proses hukum. Peran serta aktif
masyarakat bersama dengan pihak kepolisian diperlukan untuk dapat membongkar
sejumlah kasus pemalsuan uang di Sulawesi Utara
Tabel 5.2.
Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja KBI Manado
Pecahan
2010
Q1
Q2
2011
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
- Rp100.000,-
14
-
94
35
12
21
73
- Rp50.000,-
19
3
10
8
8
32
32
- Rp20.000,-
-
-
2
6
5
6
14
- Rp10.000,-
1
-
-
-
1
16
7
- Rp5.000,-
3
-
-
-
-
-
-
- Rp1.000,-
-
-
-
-
-
-
-
37
3
106
49
26
75
126
Total
Sumber: Bank Indonesia Manado, diolah
73
5.2. Perkembangan Alat Pembayaran Non-Tunai
Berkembangnya
perekonomian
domestik
telah
berdampak
terhadap
peningkatan
kebutuhan masyarakat akan ketepatan, kehandalan dan keamanan dalam bertransaksi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, Bank Indonesia secara terus menurus melakukan
penyempurnaan dan pengembangan terhadap sistem yang telah ada, termasuk diantaranya
melalui penyelenggaraan kliring dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).
5.2.1. Perkembangan Kliring (Tunai)
Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara (tunai) selama triwulan III-2011 mengalami
peningkatan, jumlah warkat yang dikliringkan sebanyak 91.486 lembar dengan nilai
Rp2.167 miliar atau meningkat jumlahnya sebesar 10,41% (yoy) dibandingkan triwulan
yang sama tahun sebelumnya. Jika dilihat berdasarkan rata-rata harian lembar warkat yang
dikliringkan selama periode laporan tercatat sebanyak 1.501 lembar dengan nilai sebesar
Rp35,55 miliar atau tumbuh signifikan sebesar 14,12% (yoy). Peningkatan rata-rata jumlah
nominal kliring tersebut semakin menegaskan bahwa perekonomian Sulawesi Utara
mengalami pertumbuhan positif yang berkelanjutan.
Tabel 5.3.
Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong di Wilayah Sulawesi Utara
KETERANGAN
2010
Q1
Q2
Perputaran Kliring
a. Lembar
75,799
80,399
b. Nominal (Rp miliar)
1,658
1,674
Rata-rata perputaran kliring per hari
a. Lembar
1,221
1,299
b. Nominal (Rp miliar)
26.73
27.08
Persentase rata-rata penolakan
a. Lembar (%)
1.02
2.16
b. Nominal (%)
1.01
2.44
Q3
Q4
Q1
2011
Q2
Q3
82,862
1,914
89,523
2,083
80,909
1,915
86,567
2,093
91,486
2,167
1,315
30.39
1,400
32.52
1,310
31.01
1,418
34.31
1,501
35.55
1.72
1.54
1.33
1.82
1.78
1.99
1.71
2.23
1.57
1.40
Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah
Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan
tercatat 1,57% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan per hari atau mengalami
penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat
1,72%.
74
5.2.2. RTGS (Real Time Gross Settlement)
Implementasi sistem BI-RTGS di Indonesia yang bermanfaat sebagai sarana penyelesaian
akhir transaksi pembayaran semakin menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Hal
ini dikarenakan BI-RTGS mempunyai keunggulan dalam kecepatan penyelesaian transaksi
(seketika) dan resiko settlement-nya dapat diperkecil. Perkembangan penyelesaian nominal
transaksi RTGS selama triwulan III-2011 (dari dan ke wilayah Sulawesi Utara) mencapai
Rp3.007 miliar atau mengalami peningkatan nilai sebesar 10,28% (yoy). Sejalan dengan
jumlah nilainya yang mengalami peningkatan, volume RTGS pada triwulan laporan juga
mengalami kenaikan 6,21% (yoy) dari 5.858 transaksi di triwulan III-2010 menjadi 6.222
transaksi pada triwulan III-2011. Peningkatan transaksi RTGS pada triwulan laporan
diperkirakan merupakan salah satu dampak dari pembangunan perekonomian Sulawesi
Utara yang terus mengalami pertumbuhan.
Tabel 5.4.
Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement
Periode
Jan
Feb
Mar
Tw I-2010
Apr
Mei
Jun
Tw II-2010
Jul
Agust
Sep
Tw III-2010
Oct
Nov
Dec
Tw IV-2010
Jan
Feb
Mar
Tw I-2011
Apr
Mei
Jun
Tw II-2011
Juli
Agustus
September
Tw III-2011
Pertumbuhan (YoY %)
TO
FROM + TO
FROM
Nilai
Nilai
Nilai
Volume
Volume
Volume
(Miliar Rp)
(Miliar Rp)
(Miliar Rp)
183
694
709
1,102
892
1,796
192
638
553
1,339
746
1,977
239
833
727
1,120
966
1,953
615
2,165
1,989
3,561
2,604
5,726
214
740
582
968
796
1,708
195
676
523
932
718
1,608
244
800
639
1,077
884
1,877
653
2,216
1,744
2,977
2,397
5,193
240
832
767
1,120
1,007
1,952
244
795
684
1,324
928
2,119
186
666
606
1,121
792
1,787
670
2,293
2,056
3,565
2,727
5,858
234
885
590
1,115
824
2,000
242
933
667
1,226
909
2,159
284
1,018
825
1,338
1,110
2,356
761
2,836
2,082
3,679
2,843
6,515
226
887
673
1,085
899
1,972
220
826
583
1,063
803
1,889
251
981
760
1,366
1,011
2,347
697
2,694
2,016
3,514
2,712
6,208
241
745
456
1,012
698
1,757
229
870
639
1,034
868
1,904
257
861
709
1,219
966
2,080
727
2,476
1,804
3,265
2,531
5,741
234
875
684
1,201
918
2,076
262
887
839
1,322
1,101
2,209
230
833
759
1,104
988
1,937
725
2,595
2,282
3,627
3,007
6,222
8.19
13.17
10.97
1.74
10.28
6.21
Sumber : www.bi.go.id, diolah
75
Halaman ini sengaja dikosongkan
76
BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH &
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara juga terus menunjukkan perbaikan, hal tersebut
sesuai dengan perkembangan pertumbuhan perekonomian daerah yang semakin
meningkat. Hal ini ditunjukkan melalui Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang secara
konstan mengalami penurunan selama beberapa tahun terakhir. Selain itu, penurunan
tingkat pengangguran juga terindikasi dari angka penggunaan tenaga kerja oleh dunia
usaha Sulawesi Utara yang mencatat angka positif. Angka yang diperoleh dari hasil Survei
Konsumen (SK) triwulan III-2011, menunjukkan masyarakat Sulawesi Utara masih optimis
terhadap ketersediaan lapangan kerja yang ditunjukkan melalui indeks ketersediaan
lapangan kerja yang masih dalam level optimis.
Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi
Utara juga diperkirakan terus meningkat. Kondisi ini ditandai oleh turunnya tingkat
kemiskinan yang didukung oleh kenaikan indeks penghasilan dan Nilai Tukar Petani (NTP).
6.1. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH
Berbagai
indikator
ketenagakerjaan
pada
triwulan
III-2011
di
Sulawesi
Utara
mengindikasikan adanya peningkatan penyerapan jumlah tenaga kerja. Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) mengalami peningkatan dari 63,31% pada Agustus 2010 menjadi
65,32% pada Agustus 2011. Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) terus
mengalami penurunan, pada Februari 2010 tercatat sebesar 9,61% turun menjadi 8,62%
pada Agustus 2011. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan jumlah lapangan kerja di
Sulawesi Utara. Namun demikian, TPT Sulawesi Utara masih lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan TPT nasional.
77
Tabel 6.1.
Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan di Sulawesi Utara
F e b- 0 9
A gs - 0 9
F e b- 10
A ug- 10
F e b- 11
A ug- 11
Penduduk 15 Thn ke atas
1,685.5
1,694.1
1,710.9
1,637.4
1,651.0
1,659.8
Angkatan Kerja
1,077.2
1,051.1
1,074.3
1,036.6
1,068.4
1,084.2
Bekerja
962.6
940.2
961.6
936.9
970.2
990.7
Mencari Kerja
114.5
111.0
112.6
99.6
98.2
93.5
Bukan Angkatan Kerja
608.3
643.0
636.7
600.8
582.6
575.6
TPAK
63.91
62.0
62.79
63.31
64.71
65.32
TPT
10.63
10.56
10.48
9.61
9.19
8.62
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Berdasarkan lokasinya, dari total pengangguran terbuka pada Agustus 2011 sebesar 93,5
ribu orang, tingkat pengangguran lebih tinggi terjadi di wilayah perkotaan. Persentase
tingkat pengangguran di daerah perkotaan tercatat sebesar 11,37% atau sekitar 57,3 ribu
orang. Sementara itu, di daerah pedesaan tingkat pengangguran tercatat sebesar 6,24%
atau 36,2 ribu orang. Dibandingkan dengan posisi Februari 2011, baik pedesaan maupun
perkotaan mencatat penurunan tingkat pengangguran meski secara absolut mencatat
kenaikan jumlah pengangguran. Kondisi ini perlu mendapat perhatian pemerintah daerah,
dimana pusat-pusat pertumbuhan ekonomi agar diusahakan lebih merata ke daerah-daerah
non perkotaan yang menjadi pusat pertumbuhan saat ini.
Tabel 6.2.
Pengangguran Terbuka Menurut Daerah
Agustus 2011
Februari 2011
Daerah
Jumlah (ribu
jiwa)
Agustus 2011
Jumlah
%
(ribu jiwa)
%
Perkotaan
54.6
11.4
57.3
11.4
Pedesaan
43.6
7.4
36.2
6.2
Sulawesi Utara
98.2
9.2
93.5
8.6
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Berdasarkan sektornya, sektor pertanian (pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan
perikanan) masih merupakan lapangan pekerjaan utama sebagian besar penduduk yang
bekerja yaitu sebanyak 321,1 ribu orang (32,4%). Namun, bila dibandingkan dengan posisi
yang sama tahun sebelumnya terjadi penurunan sebesar 10.2%. Penurunan tenaga kerja
pada sektor tersebut diperkirakan beralih ke sektor lainnya yang justru mengalami
peningkatan yaitu Industri, Perdagangan dan Jasa Kemasyarakatan. Sementara itu, sektor
Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Peroangan menempati urutan kedua dengan jumlah
tenaga kerja sebanyak 207,8 ribu orang (21%).
78
Tabel 6.3.
Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut
2009
2011
Lapangan Usaha2010
Lapangan Pekerjaan Utama
Februari
Pertanian, Perkebunan,
Agustus
Februari
Agustus
Februari
Grafik 6.1.
Share Penduduk Yang Bekerja Di Sulawesi Utara
Menurut Lapangan Usaha - Ags 2011
Agustus
386.9
345.6
333.0
357.6
338.9
321.1
57.1
57.5
57.5
50.6
69.2
66.0
175.0
173.4
178.3
172.7
186.7
196.2
Kehutanan dan Perikanan
Industri
Perdagangan, Rumah Makan
35
Pertanian, Perkebunan,
Kehutanan dan Perikanan
30
Industri
25
20
Perdagangan, Rumah
Makan dan Jasa
Akomodasi
15
dan Jasa Akomodasi
Jasa Kemasyarakatan, Sosial
150.6
162.9
183.0
182.3
182.1
199.6
dan Perorangan
10
Jasa Kemasyarakatan,
Sosial dan Perorangan
5
Lainnya *
Total
193.1
200.8
209.9
173.8
193.3
207.8
962.6
940.2
961.6
936.9
970.2
990.7
Lainnya *
1
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Berdasarkan status pekerjaannya, dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pendekatan
pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori
buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan indentifikasi ini, pada
Agustus 2011 sebesar 390,1 ribu orang (39,4%) bekerja pada kegiatan formal dan 600,6
ribu orang (60.6%) bekerja pada kegiatan informal. Dari 990.7 ribu orang yang bekerja
pada Agustus 2011, status pekerjaan utama yang terbanyak sebagai buruh/karyawan
sebesar 347.7 ribu orang (35.1%), diikuti oleh berusaha sendiri sebesar 270.8 ribu orang
(27,3%), dan berusaha dibantu buruh tidak tetap sejumlah 114.5 ribu orang (11.6%).
Tabel 6.4.
Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Status Pekerjaan
S t a t us P e k e rja a n
F e b- 0 9
A gs - 0 9
F e b- 10
A ug- 10
F e b- 11
A gs - 11
Berusaha Sendiri
287.2
286.7
259.6
242.9
250.2
270.8
Berusaha Dibantu Buruh
Tidak Tetap - Buruh Tidak
Dibayar
Berusaha Dibantu Buruh
Tetap-Buruh Dibayar
Buruh/Karyawan
130.4
129.3
128.0
102.4
131.9
114.5
41.2
42.9
41.0
45.9
47.0
42.4
279.2
284.8
322.3
332.7
335.9
347.7
Pekerja Bebas Pertanian
64.1
48.0
52.0
74.3
43.3
55.1
Pekerja Bebas Non Pertanian
39.9
55.1
58.5
40.4
52.3
60.3
120.6
93.4
100.3
98.6
109.6
99.9
9 6 2 .6
9 4 0 .2
9 6 1.6
9 3 6 .9
9 7 0 .2
9 9 0 .7
Pekerja Tak Dibayar
T o tal
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Optimisme membaiknya kondisi ketenagakerjaan pada periode laporan juga sejalan dengan
hasil survei yang dilakukan oleh KBI Manado. Berdasarkan survei yang dilakukan, jumlah
pelaku usaha yang menyatakan melakukan penambahan jumlah tenaga kerja masih
meningkat. Perkembangan ketenagakerjaan juga dapat dikonfirmasi melalui sikap
79
optimisme masyarakat terhadap ketersediaan lapangan kerja yang tercermin dari indeks
ketersediaan lapangan kerja hasil Survei Konsumen (SK) KBI Manado yang masih berada
diatas level optimis. Pada akhir triwulan III-2011, angka indeks ketersediaan lapangan kerja
adalah sebesar 113 .
Grafik 6.2.
Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja
200
180
Ekspektasi Konsumen
Ekspektasi Penghasilan
Ekspektasi Ekonomi
Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja
160
140
120
100
80
60
40
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9
2009
2010
2011
Sumber: Survei Konsumen KBI Manado
6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat
Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi
Utara
pada
semester
pertama
tahun
2011
menunjukkan
perkembangan
yang
menggembirakan. Hal ini terjadi karena tingkat penghasilan masyarakat Sulawesi Utara
memiliki kecenderungan untuk meningkat, tercermin dari indeks penghasilan hasil Survei
Konsumen (SK) KBI Manado yang berada pada level optimis yakni sebesar 130,3.
Apabila ditinjau kondisi kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan sektor ekonomi
dominan Sulawesi Utara sekaligus sebagai sektor penyerap tenaga kerja terbesar dapat
dilihat pada grafik 6.3. bahwa tren kesejahteraan petani mulai mengalami peningkatan. Hal
ini tercermin dari pertumbuhan NTP yang merupakan perbandingan antara indeks harga
yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar oleh petani untuk keperluan
konsumsi rumah tangga dan biaya produksi.
80
Grafik 6.3.
Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP)
Nilai Tukar Petani (indeks)
105.00
batas minimum sejahtera
4%
Nilai Tukar Petani (growth yoy)
104.00
3%
103.00
2%
102.00
1%
101.00
0%
100.00
-1%
99.00
-2%
97.00
-3%
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Ags
Sep
98.00
2009
2010
2011
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Grafik 6.4.
Perkembangan Indeks Yang Diterima dan Dibayar Petani
105.00
Nilai Tukar Petani (indeks)
batas minimum sejahtera
140.00
104.00
Indeks Dibayar Petani
Indeks Diterima Petani
135.00
103.00
130.00
102.00
125.00
101.00
120.00
100.00
115.00
99.00
110.00
97.00
105.00
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
98.00
2009
2010
2011
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Rata-Rata Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara selama triwulan III-2011 sebesar 103,61,
lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar
100,83. Kedua komponen, baik Indeks yang Diterima Petani (IT) maupun Indeks yang
Dibayar Petani (IB) mengalami peningkatan, namun karena kenaikan IT lebih besar
dibandingkan kenaikan IB, maka terjadi kenaikan NTP pada triwulan III-2011. Adapun
kenaikan IB terutama datang dari naiknya harga bahan makanan dan makanan jadi (untuk
81
kelompok konsumsi rumah tangga), serta harga penambahan barang modal dan obatobatan serta pupuk (untuk kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal).
Tabel 6.5.
Komponen Indeks Dibayar Petani (IB)
Sumber: BPS Provinsi Sulut, diolah
Tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara kembali mengalami penurunan pada tahun
2011. Berdasarkan Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada
bulan Maret 2011 diketahui Tingkat Kemiskinan di Sulawesi Utara sebesar 8 ,51% atau
sebanyak 194,90 ribu jiwa, mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan periode
yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 9,1% atau sebanyak 206,72 ribu jiwa.
Penurunan angka kemiskinan pada tahun 2011 ini merupakan lanjutan dari tren yang
terjadi sejak tahun 2007. Tahun tersebut adalah titik balik setelah terjadi peningkatan pada
beberapa periode sebelumnya. Penurunan ini juga sejalan dengan tren perkembangan
tingkat kemiskinan pada tingkat nasional. Apabila dibandingkan dengan tingkat kemiskinan
nasional sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi
Utara selalu berada dibawah angka nasional.
82
Grafik 6.5.
Perkembangan Tingkat Kemiskinan Nasional dan Prov.
Sulut
Grafik 6.6.
Persebaran Penduduk Miskin
Provinsi Sulut
25
18
20
%
16
15
14
12
10
10
8
6
5
4
2
0
0
Juli 06
Mar 07
Mar 08
Mar 09
Mar 10
Sulut
10.76
11.42
10.10
9.79
9.1
Nasional
16.90
16.58
15.42
14.15
13.33
Juli 06 Mar 07 Mar 08 Mar 09 Mar 10 Mar 11
Desa
Kota
Sumber : BPS Provinsi
Sulawesi Utara
Sumber : BPS Provinsi
Sulawesi Utara
Tabel 6.6.
Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di Sulawesi Utara
Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln)
Tahun
Makanan
Bukan
Makanan
Total
Jumlah
Penduduk
Miskin
% Penduduk
Miskin
Perdesaan
Maret 2007
Maret 2008
Maret 2009
Maret 2010
Maret 2011
117,516
128,498
141,599
149,372
163,264
31,924.00
33,935.00
36,672.00
38,724.00
42,977
149,440
162,433
178,271
188,096
206,241
171.00
150.90
140.31
130.35
118
13.80
12.04
11.05
10.14
9
119,827
129,781
143,512
150,595
164,964
36,723.00
38,378.00
41,260.00
43,739.00
47,859.00
156,550
168,160
184,772
194,334
212,823
250.10
223.50
219.57
206.72
194.90
11.42
10.10
9.79
9.10
8.51
Tahun
Indek
Maret 2007
Maret 2008
Maret 2009
Kota & Desa
Maret 2007
Maret 2008
Maret 2009
Maret 2010
Maret 2011
Indek
Maret 2007
Maret 2008
Maret 2009
Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara
Besar kecilnya jumlah penduduk miskin di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh Garis
Kemiskinan. Semakin tinggi Garis Kemiskinan, semakin banyak penduduk yang tergolong
sebagai penduduk miskin. Selama periode Maret 2010
Maret 2011, garis kemiskinan
meningkat sebesar Rp.18.489,- yaitu dari Rp. 194.334,- per kapita per bulan pada Maret
2010 menjadi Rp. 212.823,- per kapita per bulan pada Maret 2011. Walaupun terjadi
peningkatan nilai Garis Kemiskinan, faktanya tingkat kemiskinan mengalami penurunan. Hal
ini mengindikasikan bahwa tingkat pendapatan penduduk yang miskin pada tahun lalu
mengalami peningkatan dengan laju yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan Garis
83
Kemiskinan sehingga sebagian dari mereka (11,8 ribu orang) mampu keluar dari
kemiskinan. Peningkatan pendapatan menyebabkan mereka mampu mengkonsumsi
komoditi makanan dan non makanan dengan kualitas atau volume yang lebih tinggi.
Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis
Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa
peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan
makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Pada bulan Maret 2010,
sumbangan GKM terhadap GK sebesar 77,49 %, pada bulan Maret 2011, peranannya
sedikit mengalami kenaikan menjadi 77,51%. Dengan kata lain peningkatan Garis
Kemiskinan dari Maret 2009 ke Maret 2010 lebih disebabkan karena kenaikan harga yang
lebih tinggi pada komoditi makanan dibandingkan pada komoditi non makanan.
Tabel 6.7.
Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan
Kemiskinan Menurut D erah di Sulawesi Utara
Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara
Pada periode Maret 2010 - Maret 2011, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) cenderung tidak mengalami perubahan yang berarti. Nilai
indeks (P1) menunjukkan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing
penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin besar
rata-rata kesenjangan terhadap garis kemiskinan. Indeks ini digunakan sebagai dasar
penghitungan berapa subsidi yang diperlukan untuk mengentaskan penduduk miskin.
Sementara itu nilai indeks (P2) menunjukkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk
miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara
penduduk miskin. Dengan penurunan pada indeks (P1) tersebut berarti selama periode
Maret 2010-Maret 2011 ada indikasi bahwa rata-rata jarak kedalaman kemampuan
konsumsi penduduk miskin semakin bergerak naik mendekati ke garis kemiskinan.
84
Sedangkan penurunan indeks (P2) menunjukkan bahwa variasi pengeluaran konsumsi
penduduk miskin semakin merata dan semakin kecil ketimpangannya.Kedalaman
kemiskinan di perdesaan dan perkotaan tidak signifikan berbeda terlihat dari nilai indeks
(P1) yang hampir sama yakni 1,16 berbanding 1,11. Sedangkan dari sisi ketimpangan
pengeluaran, penduduk miskin di perkotaan cenderung memiliki tingkat ketimpangan yang
lebih tinggi dibandingkan penduduk miskin di perdesaan yang ditunjukkan dari disparitas
nilai indeks (P2) dimana di perdesaan 0,19 sedangkan di perkotaan mencapai 0,30
85
Halaman ini sengaja dikosongkan
86
BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN
7.1.
Prospek Ekonomi Makro
Pertumbuhan
ekonomi Sulawesi Utara triwulan
IV-2011 diperkirakan
mengalami
pertumbuhan pada kisaran 7,61% - 7,81% (yoy). Pertumbuhan tersebut terutama didorong
oleh kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) yang mengalami peningkatan
seiring dengan maraknya even yang dilaksanakan di Sulawesi Utara serta peningkatan
aktivitas konsumsi masyarakat menjelang perayaan Natal 2011 dan Tahun Baru 2012.
Seiring dengan hal tersebut, sektor Bangunan diperkirakan akan mengalami pertumbuhan
positif yang ditandai dengan peningkatan realisasi proyek fisik pemerintah menjelang masa
akhir tahun anggaran. Di sisi lain, sektor Pertanian masih menjadi salah satu sektor yang
berkontribusi tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Sulut meskipun masih mengalami
pertumbuhan yang melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
Grafik 7.1.
Perkembangan Realisasi dan Ekspektasi
Kegiatan Dunia Usaha Provinsi Sulawesi Utara
yang dilakukan secara triwulanan oleh
Bank Indonesia Manado menunjukkan
60.00
Realisasi Kegiatan Usaha
Perkiraan Kegiatan Usaha
50.00
adanya optimisme terhadap pertumbuhan
ekonomi
dan
peningkatan
ekspektasi
pelaku usaha terhadap dunia usaha yang
40.00
30.00
20.00
10.00
ditandai
dengan
kenaikan
indikator
ekspektasi kegiatan usaha pada triwulan
IV-2011 dengan persentase Saldo Bersih
Q1 Q2
Q3 Q4
Q1 Q2
Q3
Q4
Q1 Q2
Q3 Q4
Q1
Q2
Q3 Q4*
(10.00)
2008
2009
2010
2011
(20.00)
(30.00)
Tertimbang (SBT) sebesar 45,67%, lebih
(40.00)
tinggi dari realisasi kegiatan kegiatan usaha
pada triwulan IV-2010 dengan SBT sebesar
Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha KBI Manado Triwulan I-1010
31,44%.
Dari sisi permintaan, konsumsi swasta khususnya konsumsi rumah tangga diperkirakan akan
tumbuh positif seiring dengan peningkatan peningkatan aktivitas konsumsi sebagai faktor
musiman perayaan Hari Raya Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. Hasil Survei Konsumen (SK)
yang dilakukan KBI Manado menunjukkan tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi
87
perekonomian saat ini masih berada pada level optimis (indeks > 100) yang terutama
dikontribusikan oleh optimisme meningkatnya penghasilan.
Grafik 7.2.
Indeks Ekspektasi Konsumen
200
Kondisi Ekonomi Saat Ini
Penghasilan Saat Ini
180
Pembelian Barang Tahan Lama
Ketersediaan Lap. Kerja
160
140
120
100
80
60
40
20
J
F
M
A
M
J
J
A
S
O
N
D
J
F
M
A
M
2010
J
J
A
S
O
2011
Sumber: Survei Konsumen (SK) KBI Manado
Konsumsi Pemerintah juga diperkirakan tetap tumbuh positif meskipun masih mengalami
perlambatan dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Kinerja konsumsi pemerintah
pada triwulan IV 2011,didorong oleh peningkatan anggaran yang tercermin pada APBD-P
2011 dan peningkatan realisasi proyek fisik pemerintah menjelang berakhirnya tahun
anggaran.
Selanjutnya kinerja investasi pada triwulan IV-2011 diperkirakan terus membaik sejalan
dengan realisasi proyek fisik baik pemerintah maupun swasta. Hal ini tercermin dari
penjualan semen di Sulawesi Utara yang mengalami peningkatan sebesar 20,9% (yoy) pada
bulan September 2011. Indikator lainnya yang menunjukkan peningkatan kinerja investasi
adalah hasil Survei Penjualan Eceran yang memperlihatkan kenaikan indeks penjualan bahan
konstruksi sebesar sebesar 95.65% (yoy) dari 80.95 pada Oktober 2010 menjadi 158.37
pada Oktober 2011.
Grafik 7.3.
Perkembangan Penjualan Semen
2010
2011
Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI)
2010
Okt
Jul
Sep
Agust
Jun
Apr
Mei
Mar
-200
Jan
0
Feb
-100
Des
100
Okt
J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S
0
200
Sep
0
100
300
Nop
10,000
200
400
Jul
20,000
300
500
Agust
30,000
400
growth (% yoy) - right axis
600
Jun
40,000
500
Indeks Bahan konstruksi - left axis
700
Apr
50,000
800
Mei
60,000
160
140
120
100
80
60
40
20
0
-20
-40
-60
Mar
g_semen (% yoy) - right axis
Jan
Volume (ton) - left axis
70,000
Feb
80,000
Grafik 7.4.
Indeks Bahan Konstruksi
2011
Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) KBI Manado
88
Perkembangan ekspor pada triwulan IV-2011 diprediksi tumbuh positif meskipun tidak
setinggi periode yang sama tahun lalu. Sebagai komoditi unggulan ekspor, komoditi
pertanian perkebunan (kelapa dan turunannya, cengkih, biji pala dan fuli) masih
mendominasi volume ekspor Sulut. Namun demikian, saat ini komoditi rumput laut juga
menjadi komoditi ekspor dengan target pasar Eropa dan Asia khususnya China.
Dari sisi penawaran, sektor PHR serta sektor pengangkutan dan komunikasi diprediksi akan
mengalami pertumbuhan positif yang didorong oleh penyelenggaraan beberapa even
berskala nasional maupun internasional di Sulawesi Utara. Sektor bangunan juga
diperkirakan akan tetap tumbuh positif sejalan dengan maraknya pembangunan proyek fisik
pemerintah dan swasta yang sedang berjalan.
Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR)
Kinerja sektor PHR diindikasikan tumbuh positif terutama didorong oleh subsektor
perdagangan dan subsektor hotel seiring meningkatnya aktivitas perdagangan dan
penyelenggaraan even di Sulawesi Utara. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja
sektor ini diantaranya :
Tingginya aktivitas perhelatan nasional dan internasional yang dilaksanakan di Kota
Manado telah mendorong peningkatan kinerja pada sektor PHR. Beberapa even yang
akan dilaksanakan di Kota Manado pada awal triwulan IV 2011 diantaranya:
- Pelaksanaan The 19th Biennial General Conference of Association of Asian Social
Science Research Councils (AASSREC) pada tanggal 16-19 Oktober 2011 yang akan
dihadiri oleh 12 Negara diantaranya Australia, Jepang, Cina, Bangladesh, New
Zaeland, Malaysia, Filipina dan Amerika Serikat dan sekitar 300 peneliti ilmu sosial.
Pertemuan ini akan membahas mengenai tantangan dan peluang trans-nasionalisme
dari perspektif ilmu sosial.
- Pertemuan Asosiasi Bapelkes Indonesia (ABI) yang akan berlangsung pada 12-14
Oktober 2011 dengan peserta 23 Bapelkes se-Indonesia.
- Rapat Kerja dan Seminar Ilmiah Nasional Ikatan Pustakawan Indonesia pada tanggal
11-13 Oktober 2011 yang menghadirkan sekitar 300 pustakawan se-Indonesia.
- Pemilihan Bintang Radio ASEAN pada tanggal 19-23 Oktober 2011 dengan peserta
sebanyak 200 perwakilan RRI dari seluruh Indonesia serta perwakilan dari negara
ASEAN.
Berdasarkan informasi yang dihimpun melalui hasil liaison maupun dari media cetak
lokal, tingkat hunian di beberapa hotel utama di Kota Manado mengalami peningkatan
mencapai 100% dibandingkan tahun lalu. Peningkatan tersebut merupakan dampak
89
dari
berbagai
kegiatan
pertemuan
berskala lokal
hingga internasional
yang
diselenggarakan di Kota Manado.
Pertumbuhan pada sektor PHR diperkirakan akan terus mengalami peningkatan hingga
akhir tahun yang didorong oleh faktor musiman perayaan hari Natal dan Tahun Baru.
Tabel 7.1. Pergerakan Arus Penumpang di Bandara
2010
Jenis
Kedatangan/
Pengangkutan Keberangkatan
Q1
Q2
Q3
Q4
Datang
174,013
208,221
218,514
229,908
Penumpang
Berangkat
183,275
205,865
219,567
216,486
Sam Ratulangi Manado
2011
Growth
(YoY)
Q1
Q2
Q3
203,160
213,389
229,846
5.19%
213,108
216,771
232,520
5.90%
Sumber: Angkasa Pura I Sam Ratulangi
Sektor Bangunan
Perkembangan sektor bangunan pada triwulan IV-2011 diperkirakan akan mengalami
peningkatan seiring dengan realisasi belanja proyek fisik pemerintah menjelang masa akhir
tahun anggaran. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja sektor ini diantaranya :

Realisasi belanja proyek di Dinas Pekerjaan Umum pada akhir triwulan III telah mencapai
70%, dan diprediksikan seluruh program dan kegiatan akan terealisasi menjelang akhir
tahun. Salah satu pekerjaan proyek fisik yang saat ini masih berlangsung adalah
pengerjaan jembatan di kawasan Boulevard yang baru mencapai 75% dengan total
anggaran sebesar Rp473 juta yang bersumber dari APBD.

Sementara itu, salah satu proyek swasta masih dalam proses pengerjaan sampai dengan
Oktober 2011 adalah pembangunan Manado Town Square (Mantos) II yang rencananya
akan dibuka pada awal Desember 2011.

Kinerja sektor bangunan juga tidak terlepas dari dorongan kredit yang disalurkan oleh
perbankan. Pameran perumahan yang dilakukan oleh salah satu Bank Pemerintah di
Sulut telah berhasil menjaring 165 aplikasi dengan menargetkan pengajuan kredit
perumahan sebesar Rp150 miliar.
Sektor Pertanian
Sektor Pertanian masih menjadi salah satu sektor yang berkontribusi tinggi terhadap
pertumbuhan ekonomi Sulut meskipun masih mengalami pertumbuhan yang melambat
dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kinerja sektor pertanian diperkirakan akan
melambat. Namun demikian pada akhir tahun (Desember 2011) diperkirakan akan terjadi
panen raya di beberapa kawasan sentra tanaman padi, sehingga diharapkan tetap mampu
menahan laju perlambatan di sektor pertanian. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja
sektor pertanian diantaranya :
90
Serangan hama Tungro dan Kepinding yang menyerang beberapa sentra tanaman padi
di Sulawesi Utara diperkirakan menjadi salah satu penyebab penurunan produksi padi di
Sulawesi Utara menurun. Berdasarkan data Angka Ramalan (ARAM) II BPS, produksi
beras periode September-Desember 2011 mengalami penurunan sebesar -1,36%
dibanding periode yang sama tahun sebelumnya atau turun sebesar -13.46% bila
dibandingkan dengan subround sebelumnya (Mei-Agustus 2011).
Serangan hama Tungro di Kabupaten Minahasa Tenggara semakin meluas, setelah
sebelumnya melanda Kecamatan Tombatu Timur kini hama juga meluas ke wilayah
kecamatan Tombatu Utara dengan luas lahan yang terkena hama ± 100 hektar padi.
Sementara itu, di wilayah Bolaang Mongondow Selatan, serangan hama Kepinding
telah menyebabkan tanaman padi yang siap panen menguning.
Selain disebabkan oleh serangan hama, penurunan produksi padi juga diperkirakan
disebabkan oleh penurunan penyerapan pupuk bersubsidi. Dari kuota sebanyak 26 ribu
ton pupuk di tahun 2011, hanya sekitar 15 ribu ton yang baru tersalurkan kepada
petani.
Kinerja subsektor perikanan diperkirakan akan semakin membaik di akhir tahun 2011,
hal ini salah satunya disebabkan oleh datangnya puncak musim ikan. Berdasarkan data
dari pusat pelelangan ikan di Aertembaga produksi ikan tuna dan cakalang mampu
mencapai ±300 ton untuk setiap kapal kecil. Sementara itu berdasarkan data dari Dinas
Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara, produksi perikanan tangkap pada
Januari-September 2011 meningkat 0.66% dibandingkan periode yang sama tahun lalu
dan produksi perikanan budidaya untuk periode yang sama juga mengalami kenaikan
sebesar 26.49%.
Dalam rangka mengantisipasi ancaman krisis pangan tahun 2012, pemerintah Propinsi
Sulawesi Utara dan 14 bupati/walikota di Sulawesi Utara melakukan penandatanganan
kesepakatan (MoU) dalam mencapai swasembada beras 2012 dengan penetapan target
produksi gabah kering (GBK) sebesar 660 ribu ton di tahun 2012.
Hasil liaison pada beberapa lokasi sentra produksi beras di Bolaang Mongondow
menunjukkan adanya panen raya pada bulan November-Desember 2011. Panen raya
tersebut sedikit mendorong kinerja sektor pertanian di Sulut.
91
Tabel 7.2. Produksi dan Luas Panen Padi Palawija Propinsi Sulut 2010-2011
Jan-April
L.Panen
Produksi
(Ha)
(ton)
Komoditas/Tahun
Mei-Aug
L.Panen
Produksi
(Ha)
(ton)
Sep-Des
L.Panen
Produksi
(Ha)
(ton)
Jan-Des
L.Panen Produksi
(Ha)
(ton)
Padi
ARAM II (2011)
ATAP 2010
Jagung
ARAM II (2011)
ATAP 2010
Kedelai
ARAM II (2011)
ATAP 2010
40,332
40,824
190,339
192,346
43,156
43,700
207,162
209,950
34,756
35,247
179,271
181,734
118,244
119,771
576,772
584,030
40,915
39,280
149,422
143,293
54,614
54,390
199,560
199,448
28,362
28,260
103,521
103,403
123,891
121,930
452,503
446,144
1,963
2,083
2,619
2,779
2,405
2,555
3,199
3,401
1,035
1,101
1,362
1,447
5,403
5,739
7,180
7,627
Tabel 7.3.
Realisasi Penyaluran Pupuk Bersubsidi per September 2011
Grafik 7.5.
Perkembangan Luas Lahan & Produksi Padi Prov. Sulut
Realisasi (Ton)
Urea
NPK Pelangi
Kab/Kota
ribu ha
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Luas Panen (ribu ha)
Bolaang Mongondow
Bolmong Timur
Bolmong Selatan
Bolmong Utara
Kotamobagu
Minahasa
Minahasa Selatan
Minahasa Tenggara
Minahasa Utara
Kepulauan Sangihe
Sitaro
Kepulauan Talaud
Manado
Bitung
Tomohon
Total
ribu ton
250
Produksi (ribu ton)
200
150
100
50
0
Jan-Apr Mei-AugSep-Des Jan-Apr Mei-AugSep-Des Jan-Apr Mei-AugSep-Des
2009
2010
2011
15
2
4
13
10
3
5
1
2
54
Ket: Tanda (-) tidak ada realisasi/permintaan
Sumber: PT. Pupuk Kaltim Kantor Pemasaran Sulut & Gorontalo
Sumber: BPS Provinsi Sulut, diolah
7.2.
679
92
505
219
60
121
6
7
73
1,786
Prakiraan Inflasi
Laju inflasi Kota Manado pada triwulan IV-2011
diperkirakan akan meningkat, berada pada kisaran
2,30%±1% (yoy). Dari sisi
pendorong
laju
inflasi
fundamental, faktor
tahunan
Kota
Manado
Grafik 7.6.
Perkembangan dan Perkiraan Inflasi Kota Manado (% yoy)
14
12
10
8
6
diantaranya
bersumber
dari
harga
komoditas
internasional terutama harga emas dunia yang
4
2
0
berpotensi
masih
cenderung
meningkat
dan
-2
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*)
2008
2009
2010
2011
peningkatan permintaan seiring perayaan Hari Raya
Ket: *Proyeksi Inflasi Bank Indonesia Manado
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara
92
Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. Peningkatan harga komoditas serta permintaan
masyarakat menjelang hari raya selanjutnya berdampak terhadap pembentukan ekspektasi
masyarakat akan tingginya laju inflasi pada triwulan IV-2011.
Dari sisi non fundamental tekanan inflasi volatile foods diperkirakan akan meningkat
sebagai faktor berkurangnya pasokan dan melonjaknya permintaan seiring dengan
perayaan Natal 2011 serta Tahun Baru 2012. Namun demikian, laju inflasi kelompok volatile
foods masih dapat diredam oleh membaiknya suplai ikan di laut Sulawesi dan perkiraan
panen raya beras di Sulut pada akhir tahun 2011 sesuai dengan pola musimannya.
Sementara itu, inflasi kelompok administered price relatif terkendali seiring kebijakan
pemerintah untuk mempertahankan harga bahan bakar bersubsidi hingga akhir tahun
2012.
Faktor Fundamental
Dari
sisi
eksternal,
peningkatan
harga
potensi
berlanjutnya
komoditas
internasional
terutama harga emas dunia akibat tekanan
permintaan telah mendorong tren peningkatan
Grafik 7.7.
Perkembangan Harga Komoditas Internasional
USD/Barrel
120
$/Oz
1900
1700
100
1500
80
1300
harga emas perhiasan domestik. Sementara dari
sisi domestik, tekanan inflasi disebabkan oleh (i)
peningkatan permintaan seiring pola perayaan
Hari Raya Natal 2011 dan Tahun Baru 2011 (ii)
meningkatnya
aktivitas
perekonomian
yang
60
1100
40
900
20
700
1
3
5
7
9
11
1
3
2009
5
7
2010
WTI (left axis)
9
11
1
3
5
7
9
2011
Emas (right axis)
Sumber : Bloomberg, diolah
didorong oleh maraknya perhelatan internasional
dan domestik di Sulut, dan (iii) meningkatnya permintaan bahan bangunan yang ditandai
oleh pembangunan berbagai proyek swasta dan penyelesaian proyek fisik pemerintah pada
periode laporan.
Ekspektasi masyarakat Sulut terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang
dicerminkan oleh ekspektasi pelaku usaha dan konsumen. Berdasarkan Survei Pedagang
Eceran (SPE) yang dilaksanakan oleh KBI Manado, terjadi perbaikan persepsi ekspektasi
Indeks Ekspektasi Pedagang terhadap harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang (Grafik
7.8). Hal ini disebabkan karena adanya jaminan kebijakan pemerintah yang tidak menaikkan
harga BBM bersubsidi hingga akhir tahun. Disamping itu relatif terkendalinya harga
kebutuhan pokok di Sulut sepanjang tahun 2011 turut andil dalam menjaga ekspektasi
93
terhadap harga pada level yang rendah. Sementara itu, dari sisi konsumen terdapat tendensi
memburuknya ekspektasi konsumen. Berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) yang
dilaksanakan oleh KBI Manado 2011 terjadi peningkatan Indeks Ekspektasi Konsumen
terhadap harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang (Grafik 7.9). Tendensi memburuknya
ekspektasi konsumen merupakan dampak mulai dilaksanakannya pengurangan jatah
minyak tanah bersubsidi di sebagian Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara.
Grafik 7.8.
Ekspektasi Pedagang Terhadap Harga Barang dan Jasa
di Kota Manado Dalam Saldo Bersih Tertimbang (SBT)
Grafik 7.9.
Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa
di Kota Manado Dalam Saldo Bersih Tertimbang (SBT)
250.00
250.00
200.00
200.00
150.00
150.00
100.00
100.00
50.00
50.00
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2008
2008
2009
2010
2009
3 Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yad
1 Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yad
2010
2011
2011
4 Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yad
2 Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yad
Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) Kota Manado
Sumber : Survei Konsumen (SK) Kota Manado
Faktor Non Fundamental
Dari sisi non fundamental, tekanan inflasi volatile foods diperkirakan akan meningkat.
Berdasarkan pantauan di sejumlah pasar tradisional dan modern di Kota Manado melalui
Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan KBI Manado menunjukkan adanya tren
peningkatan harga beberapa komoditas volatile foods (terutama beras dan cabai merah).
Faktor yang diperkirakan meningkatkan laju inflasi kelompok volatile foods pada triwulan III
2011 diantaranya :

Potensi berkurangnya pasokan lokal sayur mayur dan komoditas volatile foods lainnya
sebagai pengaruh :
- Curah hujan yang tinggi pada akhir tahun 2011 (Gambar 7.2)
- Kembali meningkatnya aktivitas Gunung Lokon yang berlokasi di salah satu sentra
pertanian Sulut.
- Terganggunya pasokan akibat kondisi infrastruktur yang kurang memadai dan
distribusi yang kurang lancar akibat keterbatasan stock BBM bersubsidi.

Berkurangnya pasokan luar daerah

Melonjaknya permintaan sebagai pengaruh perayaan Natal 2011 & Tahun Baru 2012
Namun demikian, laju kenaikan inflasi kelompok volatile foods dapat diredam oleh faktorfaktor sebagai berikut :
94
Berlalunya musim muson timur yang menyebabkan pasokan ikan di laut Sulawesi mulai
membaik.
Bulog Divre Sulut melaksanakan impor beras dari Vietnam sebesar 6.400 ton sehingga
jumlah stock mencapai 16.623 ton atau memenuhi kebutuhan 6 (enam) bulan kedepan.
Panen raya padi pada Desember 2011 sesuai dengan pola musimannya (Gambar 7.1).
Tabel 7.4.
Alokasi Raskin di Provinsi Sulut th. 2011
Manado
Bitung
RTSPM*)
Alokasi/
Bulan
Total Alokasi
148,995
148,995
1,787,940
8,033
120,495
1,445,940
Tomohon
5,636
84,540
1,014,480
Minahasa
14,184
212,760
2,553,120
4,613
169,185
930,330
Minsel
Minut
12,620
189,300
2,271,600
Minteng
4,487
67,305
807,660
Bolmong
9,757
146,355
1,756,260
Bolmut
4,914
73,710
884,520
Kotamobagu
2,878
43,170
518,040
Boltim
2,877
43,155
517,860
Bolsel
4,100
61,500
738,000
12,251
183,765
2,205,180
Talaud
8,237
123,555
1,482,660
Sitaro
4,609
69,135
829,620
Sangihe
Sumber : BULOG Divre Sulut, diolah
25000
20000
Hektar
Kabupaten /
Kota
Gambar 7.1.
Pola Panen Padi Provinsi Sulawesi Utara
Tahun 2009-2011
15000
10000
5000
0
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Juni
Juli
Agt
Sep
Okt
Nov
Des
2009
7794
9213
12278
10792
7900
10595
10542
11951
7540
8035
7883
10222
2010
4848
8535
9561
17880
8640
10197
12669
12194
4362
9598
5842
15445
2011
4562
7933
11959
15878
6016
7509
8474
23507
Sumber : BPS Sulut
Gambar 7.2.
Perkiraan Curah Hujan November & Desember 2011
Sumber : BMKG Sulut
Sementara itu, inflasi kelompok administered price relatif terkendali seiring kebijakan
pemerintah untuk mempertahankan harga bahan bakar bersubsidi hingga akhir tahun
95
2012. Potensi peningkatan laju inflasi kelompok ini terutama bersumber dari harga
angkutan udara berkenaan dengan (1) semakin maraknya penyelenggaran even domestik
dan internasional di Sulut (2) meningkatnya arus penumpang seiring perayaan Natal 2011
dan Tahun Baru 2012.
7.3.
Prospek Perbankan
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 8 September 2011
memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%. Dalam rangka mendorong
kegiatan di pasar uang antar bank di tengah besarnya ekses likuiditas selama ini, Bank
Indonesia memperlebar batas bawah koridor suku bunga operasi moneter yang semula 100
bps menjadi 150 bps di bawah BI rate. Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan
perlunya menjaga stabilitas perekonomian di tengah meningkatnya ketidakpastian sistem
keuangan global yang dipicu masalah utang AS dan Eropa. Meskipun gejolak yang
ditimbulkan ketidakpastian perekonomian global masih terbatas, Bank Indonesia terus
mencermati dampak penurunan kinerja ekonomi dan keuangan global terhadap kinerja
perekonomian Indonesia ke depan. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia akan mengambil
respon suku bunga serta bauran kebijakan moneter dan makroprudensial lainnya untuk
memitigasi potensi penurunan kinerja perekonomian Indonesia tersebut dengan tetap
mengutamakan pencapaian sasaran inflasi, yaitu 5%±1% pada tahun 2011 dan 4,5%±1%
pada tahun 2012. Bank Indonesia juga akan mempererat koordinasi kebijakan dengan
Pemerintah dalam rangka mengantisipasi dampak penurunan ekonomi dan keuangan
global tersebut.
Grafik 7.8.
Indeks Ekspektasi Tingkat Suku Bunga (SBT)
Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan
suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 6,75% pada
triwulan III-2011 diperkirakan akan direspon oleh
200
180
160
perbankan dengan melakukan penyesuaian terhadap
140
120
kenaikan suku bunga pinjaman perbankan walaupun
100
80
Okt
Sept
Agust
Apr
Juni
Juli
Mei
Des
Mar
Jan
Feb
Sep
Okt
Nop
2010
Agust
Apr
Jun
Jul
Mei
Des
Mar
Jan
Feb
Sep
Okt
Agust
2009
Nop
Apr
Jul
Indonesia
Mar
Bank
Jun
dilakukan
Mei
yang
Jan
Konsumen
60
Feb
masih dalam kisaran yang relatif terbatas. Survei
2011
menunjukkan mulai adanya peningkatan ekspektasi
konsumen terhadap peningkatan tingkat suku bunga.
Sumber : Survei Konsumen Kota Manado
Di sisi lain, Bank Indonesia juga menerapkan kebijakan Prime Lending Rate, dengan harapan
dapat mendorong penurunan suku bunga perbankan. Dengan adanya kebijakan ini, setiap
96
bulan bank harus mengumumkan suku bunga kreditnya berdasarkan masing-masing sektor
baik bunga kredit korporasi, retail, kredit pemilikan rumah (KPR), dan kredit lainnya.
Kebijakan ini dikeluarkan agar tercipta transparansi bunga kredit dan persaingan yang sehat
pada industri perbankan. Di sisi lain, kebijakan ini akan menjadi petunjuk (guideliness) dari
bank sentral untuk menyeragamkan suku bunga utama kepada nasabah perbankan.
97
Halaman ini sengaja dikosongkan
98
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
PDRB
mtm
qtq
yoy
Indeks Keyakinan
Konsumen (IKK)
Indeks
Harga
Konsumen (IHK)
Indeks
Kondisi
Ekonomi
Indeks Ekspektasi
Konsumen
Pendapatan Asli
Daerah (PAD)
Dana
Perimbangan
Indeks
Pembangunan
Manusia (IPM)
Inflasi
Volatile Foods
Administered
Price
M1
M2
Mo
Uang Kartal
Uang Giral
NIM
NPLs
Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan
hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu
month to month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya.
quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan
sebelumnya.
year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.
Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi
saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala
1-100
Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan
jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen
terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100
Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen
terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100
Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil
pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil
pengelolaan kekayaan daerah.
Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung
pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian
otonomi.
Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata
3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli.
Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat
persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan
harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti
tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor
penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari
permintaan.
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan
harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu.
Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan
harganya diatur pemerintah.
Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari
uang kartal dan uang giral
Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator
tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang
kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing).
Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di
dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan
masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat di bank
sentral.
Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas
negara (KPKN) dan bank umum.
Terdiri dari rekening giro masyarakat di bank, kiriman uang, simpanan berjangka
dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann
penduduk dalam rupiah pada sistem moneter.
Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang
diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar.
Singkatan dari Non Performing Loans disebut juga kredit bermasalah, dengan
kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.
99
Restrukturisasi
kredit
UMKM
UYD
Inflow
Outflow
Netflow
PTTB
Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur
dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui :
restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan.
Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mempunyai skala
pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar.
Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartal yang berada
dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank.
Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh
bank umum.
Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum
dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI.
Selisih antara outflow dan inflow.
Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik
uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI
tersebut dapat berada dalam kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk
bertransaksi.
100
Download