KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sulawesi Utara Triwulan III 2011 Kantor Bank Indonesia Manado 0 Kata Pengantar Sesuai Pasal 7 UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 6 Tahun 2009 , dijelaskan bahwa tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Guna mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia mempunyai 3 (tiga) tugas yaitu menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan mengawasi bank. Sejalan dengan itu dan diperkuat oleh momentum otonomi daerah, setiap Kantor Bank Indonesia (KBI) yang berada di daerah, termasuk KBI Manado dituntut berperan sebagai yang diharapkan mampu memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah yang akurat, menyeluruh, dan terkini sebagai bahan masukan Kantor Pusat Bank Indonesia dalam perumusan dan penetapan kebijakan moneter yang tepat sasaran. Penyajian informasi ekonomi dan keuangan daerah tersebut, disusun dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Sulawesi Utara secara triwulanan, yang berisi analisis mengenai kondisi makro ekonomi regional, tingkat harga, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah, tingkat kesejahteraan dan kemiskinan serta prospeknya ekonomi di triwulan mendatang. Di samping itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas Bank Indonesia melalui penyampaian informasi mengenai kondisi perekonomian dan keuangan kepada stakeholder maka KBI perlu menyampaikan informasi dimaksud kepada stakeholder di daerah seperti pemerintah daerah, lembaga pendidikan, institusi keuangan, dan lembaga lainnya di daerah. Kami senantiasa mengharapkan masukan dan saran untuk meningkatkan kualitas dan manfaat laporan di masa yang akan datang. Akhir kata, kiranya laporan ini dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan dan kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini kami ucapkan terima kasih. Manado, 30 September 2011 BANK INDONESIA MANADO Ramlan Ginting Pemimpin 1 Daftar Isi KATA PENGANTAR halaman 1 DAFTAR ISI halaman 2 RINGKASAN EKSEKUTIF halaman 5 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL halaman 13 Sisi Permintaan halaman 13 Sisi Penawaran halaman 21 PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH halaman 31 Inflasi Tahunan (yoy) halaman 32 Inflasi Triwulanan (qtq) halaman 32 Inflasi Bulanan (mtm) halaman 33 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi halaman 35 Boks 1 halaman 40 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH halaman 43 Struktur Aset Perbankan halaman 43 Perkembangan Kantor Bank halaman 43 Perkembangan Bank Umum Konvensional halaman 45 Stabilitas Sistem Perbankan halaman 52 Perkembangan Perbankan Syariah halaman 55 Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat halaman 56 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH halaman 59 Dana Perimbangan di Sulawesi Utara halaman 60 APBD di Tingkat Provinsi halaman 62 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN halaman 69 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai halaman 69 Perkembangan Alat Pembayaran Non Tunai halaman 74 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN halaman 77 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah halaman 77 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat halaman 80 2 PROSPEK PEREKONOMIAN halaman 87 Prospek Ekonomi Makro halaman 87 Prakiraan Inflasi halaman 92 Prospek Perbankan Halaman 99 Daftar Istilah dan Singkatan halaman 97 3 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Kantor Bank Indonesia Manado Jl. 17 Agustus No. 56 Ph. 0431-868102, 868103, 868108 Fax. 0431 - 866933 Email : [email protected]; [email protected]; [email protected] website : www.bi.go.id Publikasi ini dapat diunduh dalam bentuk softfile pada: http://www.bi.go.id/web/id/DIBI/Info_Publik/Ekonomi_Regional/ 4 RINGKASAN EKSEKUTIF Perkembangan Makro Ekonomi Regional Penguatan perekonomian Sulawesi Utara terus berlanjut selama triwulan III-2011. Penguatan perekonomian Sulawesi Utara terus berlanjut selama triwulan III-2011. Setelah tumbuh 7,14% (yoy) pada triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara kembali tumbuh pada level yang relatif tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya, yaitu sebesar 7,73% (yoy). Optimisme semakin membaiknya perekonomian serta prospek kedepan mendorong meningkatnya kinerja konsumsi dan investasi. Sementara itu, kinerja perdagangan luar negeri Sulawesi Utara menunjukkan adanya pertumbuhan negatif. Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2011 disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada dengan tingkat pertumbuhan total sebesar 7,73% (yoy), relatif lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,04% (yoy). Pertumbuhan terutama terjadi sebagai multiplier effect penyelenggaraan even berskala internasional dan nasional pada triwulan laporan yang pada tahap selanjutnya akan mendorong aktivitas pada sektor penopang pertumbuhan ekonomi Sulut. Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada triwulan III-2011 adalah Sektor Bangunan yang tercatat tumbuh 15,76% (yoy) dengan sumbangan sebesar 2,26% terhadap total pertumbuhan. Selanjutnya, sektor pertanian dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) juga masih menjadi kontributor pertumbuhan ekonomi dengan sumbangan masingmasing sebesar 0,52% dan 2% terhadap total pertumbuhan. Perkembangan Inflasi Daerah Tren penurunan tekanan inflasi di Kota Manado secara umum masih terjadi sepanjang triwulan III-2011. Secara tahunan, inflasi Kota Manado pada triwulan III-2011 tercatat 5 Tren penurunan tekanan inflasi di Kota Manado secara umum masih terjadi sepanjang triwulan III-2011. Secara tahunan, inflasi Kota Manado pada triwulan III-2011 tercatat 1,25% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 7,38% (yoy) dan masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional sebesar 4,61% (yoy). Sejalan dengan pergerakan inflasi tahunan, inflasi bulanan selama triwulan III-2011 juga mengalami penurunan menjadi deflasi 0,22% (mtm) pada September 2011 dari 0,08% (mtm) pada Juli 2011, angka ini jauh lebih rendah dibandingkan inflasi nasional pada September 2011 sebesar 0,27% (mtm). Akumulasi laju inflasi (ytd) Kota Manado sampai dengan September 2011 tercatat lebih rendah (0,19%) dibandingkan akumulasi inflasi nasional (2,97%). Sementara itu, sebagaimana pola musimannya, Kota Manado pada periode laporan juga mencatat deflasi 0,05% (qtq). Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi Berdasarkan faktor-faktor yang secara tahunan pada triwulan II-2011 mempengaruhinya, tekanan Inflasi terutama didorong oleh secara tahunan pada triwulan III-2011 terutama didorong oleh Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan pada triwulan III-2011 terutama didorong oleh kelompok inti (core inflation), sementara kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) dan kelompok komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah (administered prices) justru memberikan sumbangan negatif terhadap inflasi pada periode laporan. Perkembangan Perbankan Daerah Sejalan dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian, perkembangan berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan positif Sejalan dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian, perkembangan berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan positif. Aset, dana pihak ketiga, dan outstanding kredit mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi penghimpunan dana, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga terutama terjadi pada jenis deposito. Sementara itu, kredit tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, terutama kredit investasi. Pertumbuhan kredit yang lebih cepat daripada pertumbuhan DPK menyebabkan Loan 6 to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulawesi Utara berada pada level sedikit di atas 100% dan sedikit mengalami peningkatan dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas sistem perbankan seperti aspek risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%. Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan positif. Total aset bank umum syariah secara tahunan, sampai dengan posisi September 2011 meningkat sebesar 20,46% (yoy), sejalan dengan pertumbuhan kredit sebesar 48,16%. Sementara itu, DPK tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 33,13% (yoy) pada triwulan laporan. Dengan kondisi tersebut, Financing to Deposit Ratio (FDR) meningkat dari 208,33% pada triwulan III-2010 menjadi sebesar 231,85% pada triwulan III-2011. Sejalan dengan itu kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan positif Sejalan dengan itu kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan positif yang tercermin dari pertumbuhan aset, DPK dan kredit. Namun demikian, hal ini tidak diikuti dengan perbaikan kualitas kredit dan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR). Aset BPR pada Juni 2011 mengalami pertumbuhan positif sebesar 68,43% (yoy), menjadi Rp563,1 miliar. Pertumbuhan aset BPR pada periode laporan terutama didorong oleh pertumbuhan kredit tercatat 70,22% (yoy) atau mencapai Rp420,1 miliar. Perkembangan Keuangan Daerah (APBD) Alokasi dana perimbangan yang terdiri atas Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) ... Alokasi dana perimbangan yang terdiri atas Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) dari pemerintah pusat bagi Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara Tahun 2011 meningkat sebesar 12,05% dibandingkan dengan Tahun 2010. Secara agregat, jumlah alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat ke provinsi, kabupaten dan kota di Sulawesi Utara mencapai Rp5,67 triliun. Seluruh Kabupaten/Kota bahkan di tingkat Provinsi 7 di Tahun 2011 mengalami peningkatan alokasi anggaran dibandingkan tahun lalu. Kinerja keuangan pemerintah pada triwulan III-2011 lebih rendah... Kinerja keuangan pemerintah pada triwulan III-2011 lebih rendah dibandingkan triwulan II 2010, hal ini tercermin dari realisasi pendapatan dan belanja daerah yang mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Disisi lain sampai dengan triwulan laporan tingkat pendapatan secara umum baru terealisasi 76,4% dari total target pendapatan atau lebih rendah dibandingkan pencapaian tahun lalu yang tercatat sebesar 85,2%. Sementara itu, sampai dengan triwulan III-2011 realisasi belanja tercatat sebesar 51,9% dari total anggaran atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya tercatat 67,3% dari total anggaran. Perkembangan Sistem Pembayaran Pada triwulan III-2011, nilai transaksi sistem pembayaran non tunai di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan ... Pada triwulan III-2011, nilai transaksi sistem pembayaran non tunai di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan. Transaksi pembayaran melalui Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), untuk wilayah Sulawesi Utara, baik secara nominal maupun nominal meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan itu, transaksi dan volume pembayaran melalui kliring di wilayah Sulawesi juga mengalami peningkatan. Selanjutnya aktivitas transaksi tunai di Sulawesi Utara yang dilakukan melalui Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan III2011 mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Selama triwulan III-2011, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 100,59% Selama triwulan III-2011, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 37,98%, jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat 64,11%. Secara nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan laporan adalah sebesar Rp376 miliar. Budaya dan perilaku masyarakat yang kurang baik dalam memperlakukan uang kertas seperti melipat, mengokot (men-staples), meremas dan mencoratcoret akan mempercepat kelusuhan uang kertas. Selain itu, karena 8 faktor iklim tropis yang lembab juga akan mempercepat tingkat kelusuhan uang kertas. Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan tercatat 1,57% dari Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan tercatat 1,57% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan per hari atau mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 1,72%. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Masyarakat Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara juga terus menunjukkan perbaikan ... Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara juga terus menunjukkan perbaikan, hal tersebut sesuai dengan perkembangan pertumbuhan perekonomian daerah yang semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan melalui Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang secara konstan mengalami penurunan selama beberapa tahun terakhir. Selain itu, penurunan tingkat pengangguran juga terindikasi dari angka penggunaan tenaga kerja oleh dunia usaha Sulawesi Utara yang mencatat angka positif. Angka yang diperoleh dari hasil Survei Konsumen (SK) triwulan III-2011, menunjukkan masyarakat Sulawesi Utara masih optimis terhadap ketersediaan lapangan kerja yang ditunjukkan melalui indeks ketersediaan lapangan kerja yang masih dalam level optimis. Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara juga diperkirakan terus meningkat... Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara juga diperkirakan terus meningkat. Kondisi ini ditandai oleh turunnya tingkat kemiskinan yang didukung oleh kenaikan indeks penghasilan dan Nilai Tukar Petani (NTP). Outlook Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara triwulan IV-2011 diperkirakan mengalami pertumbuhan pada kisaran 7,61% - 7,81% (yoy) Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara triwulan IV-2011 diperkirakan mengalami pertumbuhan pada kisaran 7,61% 7,81% (yoy). Pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh 9 kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) yang mengalami peningkatan seiring dengan maraknya even yang dilaksanakan di Sulawesi Utara serta peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat menjelang perayaan Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. Seiring dengan hal tersebut, sektor Bangunan diperkirakan akan mengalami pertumbuhan positif yang ditandai dengan peningkatan realisasi proyek fisik pemerintah menjelang masa akhir tahun anggaran. Di sisi lain, sektor Pertanian masih menjadi salah satu sektor yang berkontribusi tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Sulut meskipun masih mengalami pertumbuhan yang melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Outlook Inflasi Regional Laju inflasi Kota Manado pada triwulan IV-2011 diperkirakan akan meningkat, berada pada kisaran Laju inflasi Kota Manado pada triwulan IV-2011 diperkirakan akan meningkat, berada pada kisaran 2,30%±1% (yoy). Dari sisi fundamental, faktor pendorong laju inflasi tahunan Kota Manado diantaranya bersumber dari harga komoditas internasional terutama harga emas dunia yang berpotensi masih cenderung meningkat dan peningkatan permintaan seiring perayaan Hari Raya Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. Peningkatan harga komoditas serta permintaan masyarakat menjelang hari raya selanjutnya berdampak terhadap pembentukan ekspektasi masyarakat akan tingginya laju inflasi pada triwulan IV-2011. Dari sisi non fundamental tekanan inflasi volatile foods diperkirakan akan meningkat sebagai faktor berkurangnya pasokan dan melonjaknya permintaan seiring dengan perayaan Natal 2011 serta Tahun Baru 2012. Namun demikian, laju inflasi kelompok volatile foods masih dapat diredam oleh membaiknya suplai ikan di laut Sulawesi dan perkiraan panen raya beras di Sulut pada akhir tahun 2011 sesuai dengan pola musimannya. Sementara itu, inflasi kelompok administered price relatif terkendali seiring kebijakan pemerintah untuk mempertahankan harga bahan bakar bersubsidi hingga akhir tahun 2012. 10 Prospek Perbankan Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 6,75% pada triwulan III-2011 Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 6,75% pada triwulan III-2011 diperkirakan akan direspon oleh perbankan dengan melakukan penyesuaian terhadap kenaikan suku bunga pinjaman perbankan walaupun masih dalam kisaran yang relatif terbatas. Survei Konsumen yang dilakukan Bank Indonesia menunjukkan mulai adanya peningkatan ekspektasi konsumen terhadap peningkatan tingkat suku bunga. Di sisi lain, Bank Indonesia juga menerapkan kebijakan Prime Lending Rate, dengan harapan dapat mendorong penurunan suku bunga perbankan . Di sisi lain, Bank Indonesia juga menerapkan kebijakan Prime Lending Rate, dengan harapan dapat mendorong penurunan suku bunga perbankan. Dengan adanya kebijakan ini, setiap bulan bank harus mengumumkan suku bunga kreditnya berdasarkan masingmasing sektor baik bunga kredit korporasi, retail, kredit pemilikan rumah (KPR), dan kredit lainnya. Kebijakan ini dikeluarkan agar tercipta transparansi bunga kredit dan persaingan yang sehat pada industri perbankan. Di sisi lain, kebijakan ini akan menjadi petunjuk (guideliness) dari bank sentral untuk menyeragamkan suku bunga utama kepada nasabah perbankan. 11 Halaman ini sengaja dikosongkan 12 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Penguatan perekonomian Sulawesi Utara terus berlanjut selama triwulan III-2011. Setelah tumbuh 7,14% (yoy) pada triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara kembali tumbuh pada level yang relatif tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya, yaitu sebesar 7,73% (yoy). Optimisme semakin membaiknya perekonomian serta prospek kedepan mendorong meningkatnya kinerja konsumsi dan investasi. Sementara itu, kinerja perdagangan luar negeri Sulawesi Utara menunjukkan adanya pertumbuhan negatif. Penurunan kinerja ekspor khususnya terjadi pada komoditi perikanan yang terkendala faktor cuaca. Sementara itu, dari sisi penawaran, peningkatan kinerja sektor bangunan dan PHR merupakan faktor utama pendorong terjadinya akselerasi perekonomian Sulawesi Utara pada triwulan III-2011. Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Sulawesi Utara (yoy) 9.00 % 8.00 7.00 6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00 Q1 Q2 Q3 2009 Q4 Q1 Q2 Q3 2010 Q4 Q1 Q2 Q3 2011 Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah 1.1 SISI PERMINTAAN Dari sisi permintaan, kegiatan perekonomian selama triwulan III-2011 terutama ditopang oleh membaiknya kinerja investasi. Peningkatan kinerja investasi pada triwulan laporan didorong oleh realisasi ekspor proyek fisik swasta maupun pemerintah. Kegiatan konsumsi, baik konsumsi swasta maupun pemerintah masih mengalami pertumbuhan positif, meskipun melambat apabila dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Faktor pendorong pertumbuhan positif kegiatan konsumsi diantaranya: (1) peningkatan pendapatan masyarakat terutama yang bersumber dari penerimaan Tunjangan Hari Raya 13 (THR) dan pencairan gaji ke-13, (2) peningkatan aktivitas konsumsi seiring tahun ajaran baru, perayaan Hari Raya Pengucapan Syukur, Bulan Suci Ramadhan dan Idul Fitri. Sementara itu, kinerja ekspor di triwulan III-2011 tercatat mengalami pertumbuhan negatif, salah satu faktor penyebab penurunan ini adalah kondisi cuaca buruk yang terjadi telah berdampak pada penurunan volume ekspor khususnya produk perikanan yang menjadi salah satu sektor unggulan ekspor Sulut. Tabel 1.1. Pertumbuhan Provinsi Sulawesi Utara Menurut Penggunaan (% yoy) Jenis Penggunaan Q2 7.26 6.20 9.35 2.94 15.18 13.61 15.25 6.80 Konsumsi Konsumsi Swasta Konsumsi Pemerintah PMTB Stok Ekspor Impor PDRB Sumb. 4.61 2.62 1.99 0.61 0.22 6.58 5.23 6.80 2010 Q3 Sumb 8.98 5.55 7.28 3.01 12.39 2.54 -0.19 -0.05 17.94 0.27 26.29 10.66 32.32 9.39 7.04 7.04 Q4 10.03 7.96 13.74 1.14 13.43 9.87 10.45 7.77 Sumb 6.22 3.16 3.06 0.27 0.21 4.61 3.54 7.77 2011 Sumb Q2 3.78 6.92 2.09 6.06 1.69 8.58 2.51 13.90 0.10 1.48 4.36 -1.46 3.77 -1.75 6.99 7.14 Q1 5.48 4.62 7.12 11.64 10.16 9.02 9.42 6.99 Sumb. 4.42 2.54 1.87 2.80 0.02 -0.75 -0.65 7.14 Q3 7.34 7.47 6.37 15.87 25.31 -16.58 -19.62 7.73 Sumb. 4.47 3.09 1.37 3.73 0.42 -7.93 -7.04 7.73 Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara 1.1.1 Konsumsi Kegiatan konsumsi selama triwulan III-2011 mengalami pertumbuhan positif sebesar 7,34% (yoy) dengan kontribusi sebesar 4,47% terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Dibandingkan pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya, maka kinerja kegiatan konsumsi selama triwulan laporan tercatat mengalami sedikit perlambatan. Namun demikian, kinerja konsumsi masih tercatat sebagai kontributor utama pertumbuhan ekonomi Sulut pada triwulan III-2011. Faktor pendorong pertumbuhan positif kegiatan konsumsi diantaranya : (1) peningkatan pendapatan masyarakat terutama yang bersumber dari penerimaan Tunjangan Hari Raya (THR) dan pencairan gaji ke-13, (2) peningkatan aktivitas konsumsi seiring tahun ajaran baru, perayaan Hari Raya Pengucapan Syukur, Bulan Suci Ramadhan dan Idul Fitri. Kinerja konsumsi swasta pada triwulan laporan salah satunya terindikasi melalui Indeks Ekonomi Saat Ini (IEK) berdasarkan hasil Grafik 1.2. Indeks Ekonomi Saat Ini 200 180 160 140 120 Survei Konsumen (SK) di Kota Manado pada triwulan III-2011. Sebagaimana terlihat pada 100 80 60 40 20 grafik 1.2, pada akhir triwulan laporan (September 2011) IEK mencapai 141,33. Jika - J F M A M J 2010 J A S O N D J F M 0 M J J A S 2011 Kondisi Ekonomi Saat Ini Penghasilan Saat Ini dilihat berdasarkan komponennya, Pembelian Barang Tahan Lama Ketersediaan Lap. Kerja Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Manado. 14 optimisme konsumen terhadap kondisi perekonomian saat ini tercermin dari positifnya nilai indeks seluruh komponen penyusun Indeks Ekonomi Saat Ini yang meliputi Indeks Penghasilan Saat Ini (117,5) , Indeks Pembelian Barang Tahan Lama/Durable Goods (141,5) serta Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (165). Hal ini menunjukkan bahwa kondisi usaha yang semakin membaik berdampak terhadap penyerapan tenaga kerja yang lebih besar, yang selanjutnya mendorong kenaikan penghasilan masyarakat, dan naiknya konsumsi rumah tangga. Grafik 1.3. Indeks Nilai Tukar Petani Per Sub-Sektor Disamping itu, pertumbuhan konsumsi selama triwulan laporan tidak lepas dari 115 membaiknya 110 daya beli petani seiring dengan meningkatnya harga komoditas dunia. Hal ini tercermin dari peningkatan NTP batas minimum sejahtera 105 Pangan 100 Holtikultura 95 Perkebunan Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan III90 2011 mencapai 103,61 atau tumbuh 1, 71% (yoy). Peningkatan terutama terjadi Peternakan Q1 Q2 Q3 2009 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2010 Q2 2011 Q3 Perikanan pada subsektor pangan, dan peternakan. Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Peningkatan subsektor perkebunan rakyat merupakan imbas kenaikan harga komoditas unggulan Sulut (Pala, Cengkih, dan Kopra) apabila dibandingkan tahun lalu. Sementara itu, sub sektor yang masih berada dibawah batas minimum sejahtera adalah perikanan sebagai dampak turunnya produksi perikanan karena faktor cuaca buruk. Dalam Indeks NTP yang ditunjukan pada grafik 1.3., sepanjang tahun 2010 sampai akhir triwulan III 2011 NTP Sulawesi Utara selalu berada dalam kategori sejahtera (indeks > 100). Sebagaimana diketahui, berdasarkan komposisinya hampir 40% masyarakat di Sulawesi Utara bermata pencaharian bertani, sehingga tingkat kesejahteraan petani mampu memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap aktivitas konsumsi rumah tangga. Selanjutnya, pertumbuhan positif kegiatan konsumsi selama triwulan laporan juga dapat dikonfirmasi melalui penjualan kendaraan roda empat di wilayah Kota Manado yang mengalami kenaikan sebagaimana data yang disajikan oleh salah satu dealer utama penjualan kendaraan roda empat di Kota Manado. Selama triwulan III-2011 penjualan kendaraan roda empat mengalami terus mengalami pertumbuhan positif hingga mencapai 6,7% (yoy) pada triwulan laporan. Adanya peningkatan penghasilan pada triwulan laporan 15 direspon oleh masyarakat dengan melakukan pembelian barang dan jasa khususnya pembelian barang tahan lama. Sementara itu, data pernyaluran kredit konsumsi oleh perbankan Sulut tetap menunjukkan pertumbuhan positif, meskipun melambat apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada September 2011, kredit konsumsi yang berhasil disalurkan bank umum mencapai Rp7.641 miliar, atau tumbuh sebesar 9,11% (yoy), melambat apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat mengalami pertumbuhan 26,27% (yoy). Grafik 1.5. Perkembangan Kredit Konsumsi Bank Umum Grafik 1.4. Perkembangan Penjualan Kendaraan Roda Empat Total Sales (Unit) - left axis 1000 gSales (% yoy) - right axis 70 9,000 900 60 8,000 40 800 50 7,000 35 700 40 6,000 30 600 30 500 20 5,000 25 400 10 4,000 20 300 0 3,000 15 200 -10 2,000 10 100 -20 1,000 5 0 -30 - Q1 Q2 Q3 Q4 2009 Q1 Q2 Q3 2010 Q4 Q1 Q2 Q3 2011 Sumber : Dealer utama penjualan kendaraan roda empat Kredit_Konsumsi (Rp miliar) - left axis 45 gKredit_Konsumsi (% yoy) - right axis 0 Q1 Q2 Q3 2009 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2010 Q2 Q3 2011 Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado Sejalan dengan pertumbuhan positif konsumsi swasta, kegiatan konsumsi pemerintah selama triwulan III-2011 juga tumbuh positif sebesar 6,37% (yoy), namun tercatat mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 12,39% (yoy). Perlambatan ini antara lain dapat dikonfirmasi dengan realisasi anggaran belanja di triwulan III-2011 yang baru mencapai 51,9% dari target belanja APBD P 2011 sebesar Rp1.443 miliar, atau lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang menghasilkan pencapaian yang sama (67,3%) dengan target yang lebih rendah yakni Rp1.093 miliar. 1.1.2 Investasi Pada triwulan III-2011, investasi di Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif sebesar 25,31% (yoy). Faktor pendorong pertumbuhan kinerja investasi pada triwulan III 2011 diantaranya pembangunan berbagai infrastruktur pendukung terkait persiapan perhelatan internasional Asean Economic Ministry (AEM), pembangunan jalan ringroad II yang masih 16 berjalan, pembangunan PLTS di Miangas dan realisasi pembangunan jaringan internet di Minahasa Selatan serta kegiatan investasi swasta di bidang properti. Selain itu, peran perbankan dalam penyaluran pembiayaan untuk kegiatan investasi juga terus mengalami peningkatan. Sampai akhir triwulan III-2011, jumlah kredit investasi tercatat sebesar Rp2.195 miliar atau tumbuh 115,58% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2010 yang hanya tumbuh 10,91% (yoy). Pencapaian pertumbuhan kredit investasi ini diharapkan dapat mendorong kinerja investasi pada tahap selanjutnya. Grafik 1.6. Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum Kredit_Investasi (Rp miliar) - left axis 2,500 gKredit_Investasi (% yoy) - right axis 140 120 2,000 100 1,500 80 1,000 60 40 500 20 - 0 Q1 Q2 Q3 Q4 2009 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2010 Q2 Q3 2011 Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah 1.1.3 Ekspor Impor Kinerja perdagangan Sulawesi Utara yang tercermin dari laju pertumbuhan ekspor dan impor pada triwulan III-2011 tercatat mengalami kontraksi. Laju pertumbuhan ekspor pada triwulan laporan tercatat tumbuh negatif 16.58% (yoy). Indikasi penurunan kinerja ekspor Sulut disumbang oleh perdagangan luar negeri dan perdagangan antar daerah/provinsi. Kegiatan ekspor mengalami antar daerah/ pertumbuhan negatif provinsi pada triwulan laporan. Hal ini dapat dikonfirmasi dengan kegiatan pelabuhan muat Bitung. Grafik 1.7. Perkembangan Kegiatan Muat di Pelabuhan Bitung Muat (Ribu ton) - left axis gMuat (% yoy) - right axis 900 280 800 230 180 barang melalui 700 Kegiatan muat 500 600 130 80 400 didefinisikan sebagai kegiatan pengiriman barang dari Sulawesi Utara ke luar provinsi. Selama triwulan III-2011, volume barang asal Sulawesi Utara yang dikirim (muat) ke pasar 30 300 -20 200 -70 100 0 -120 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2009 2010 2011 Sumber : PT. PELINDO IV (Persero) Bitung 17 domestik sebesar 275 ribu ton, tumbuh -64,46% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sejalan dengan itu, kegiatan ekspor luar negeri selama triwulan pertumbuhan negatif, III-2011 mengalami tercermin Grafik 1.8. Perkembangan Volume Ekspor Luar Negeri Sulut 250 100 Ekspor_Volume (Ribu ton) - left axis dari gEkspor_Volume (% yoy) - right axis 80 200 perkembangan 60 volume ekspor yang turun 40 150 4,13% (yoy) dari 133.13 ribu ton pada triwulan 20 100 0 III-2010 menjadi hanya 127.63 ribu ton pada triwulan laporan. Penurunan volume ekspor terutama terjadi pada komoditi perikanan yang -20 50 -40 0 -60 Q1 Q2 Q3 2009 terkendala oleh permasalahan Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 2010 Q2 Q3 2011 cuaca Sumber : Bank Indonesia, diolah buruk. Berdasarkan jenisnya, komoditi utama Grafik 1.9. Pangsa Komoditi Utama Ekspor Sulut ekspor luar negeri pada triwulan III-2011 4% 3% terutama didominasi dalam bentuk Lemak 2% Lemak & minyak hewan/nabati 6% dan Minyak Hewani dengan pangsa Daging & Ikan olahan 9% Ikan & Udang mencapai 76% kemudian daging olahan dan Q1 ikan olahan dengan pangsa 76% Ampas/ Sisa industri Makaknan Berbagai produk kimia mencapai 9%, sisanya dalam bentuk Lainnya ikan&udang (6%), ampas/sisa industri Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah (4%), berbagai produk kimia (3%) dan produk lainnya (2%). Grafik 1.10. Negara Tujuan Ekspor Tahun s.d September 2010 15% 8% Belanda Amerika Serikat 3% 1% 4% 22% Grafik 1.11. Negara Tujuan Ekspor s.d. Sept 2011 9% 2% 3% 3% Korea Selatan Cina 17% Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah Amerika Serikat Korea Selatan Cina 16% Jepang Jepang Jerman Jerman Meksiko Meksiko 30% Belanda 30% Lainnya 17% 20% Lainnya Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah 18 Komposisi negara tujuan ekspor Sulut sampai dengan triwulan III-2011 mengalami pergeseran bila dibandingkan pada tahun 2010. Negara tujuan utama ekspor Sulut sampai dengan triwulan laporan adalah Belanda (29,53%), Amerika Serikat (20,19%), Korea Selatan (16,66%), Cina (16,41%) sedangkan pada tahun 2010 negara tujuan ekspor utarama Sulut adalah Cina (30,42%), Amerika Serikat (21,89%), Korea Selatan (17,38%), Belanda (8,41%) Sama halnya dengan kinerja ekspor, kegiatan impor Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 juga mengalami pertumbuhan negatif sebesar 19,62% (yoy). Pertumbuhan negatif ini terutama disebabkan oleh penurunan kinerja impor antar pulau/provinsi. Hal ini sejalan dengan pangsa impor Sulawesi Utara yang lebih didominasi oleh impor antar pulau/provinsi (±99%) dibandingkan impor yang didatangkan dari luar negeri (±1%). Penurunan ini dapat dikonfirmasi dengan kegiatan bongkar barang melalui pelabuhan Bitung. Kegiatan bongkar Grafik 1.12. Perkembangan Kegiatan Bongkar di Pelabuhan Bitung didefinisikan Bongkar (Ribu ton) - left axis gBongkar (% yoy) - right axis 3,500 sebagai masuknya barang dari luar provinsi 3,000 ke Sulawesi Utara. Selama triwulan III-2011, 2,500 volume barang yang masuk ke Sulawesi 2,000 Utara (bongkar) mencapai 790 ribu ton turun sebesar 68,26% (yoy) 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 -50 -60 -70 -80 1,500 1,000 apabila 500 dibandingkan dengan periode yang sama 0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 tahun sebelumnya tercatat 2.489 ribu ton. 2009 2010 2011 Tren penurunan impor yang ditunjukkan dari penurunan mengindikasikan kegiatan bahwa bongkar Sumber : PT. Pelindo IV (Persero), Bitung tingkat ketergantungan Sulawesi Utara terhadap barang dari daerah/provinsi lainnya di luar Sulawesi Utara sudah semakin kecil. Sementara itu, kinerja impor luar negeri Sulut masih tetap menunjukkan adanya pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan kinerja impor luar negeri antara lain dapat dikonfirmasi dengan data nilai impor selama triwulan III-2011 yang tercatat mencapai USD97,96 juta meningkat dibanding triwulan III-2010 dengan nilai sebesar USD53,5 juta atau tumbuh mengalami pertumbuhan sebesar 83,1%. 19 Tabel 1.2. Impor Sulut (Juta USD) % Growth (yoy) Nilai CIF ( Ribu USD) Uraian Jan'11 Total Impor Feb'11 22.09 Migas 5.59 - Non Migas - 22.09 Mar'11 Apr'11 37.07 - 5.59 37.07 Mei'11 5.50 5.50 Jun'11 3.80 Jul'11 2.60 - 0.90 - 3.80 Agst'11 13.40 - 2.60 - 0.90 13.40 Sep'11 7.00 Jan-Sep 2011 97.96 Jan-Sep 2010 53.50 97.96 53.50 83.1 7.00 83.1 Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah Grafik 1.13. Pangsa Komoditi Utama Impor Sulut Berdasarkan komoditasnya, kegiatan impor luar negeri pada triwulan laporan didominasi oleh impor komoditas gandum-ganduman dengan pangsa 26,4% dari total nilai impor. Beberapa komoditas impor Sulut lainnya Gandum-ganduman 14% 5% 27% Mesin-mesin 11% Kapal Laut 22% 21% diantaranya Mesin/peralatan listrik mesin-mesin, kapal laut dan besi baja dengan pangsa berturut-turut 21,7%, 20,3% Besi & Baja Lainnya dan Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah 10,4%. Berdasarkan negara asal barangnya, barang impor sampai dengan September 2011 lebih dominan didatangkan dari negara Vietnam (27%), Jepang (21%), Malaysia (12%), China (9%), Taiwan (7%). Sedangkan negara asal impor Sulut pada tahun 2010 adalah Jepang (31,84%), Australia (6,84%), dan Jepang (2,96%). Terdapat perbedaan urutan negara asal impor di tahun 2010 dan 2011, jika pada tahun 2010, negara Jepang merupakan negara asal impor barang utama Sulut dengan komoditi impor berupa mesin-mesin, maka pada tahun 2011, negara asal impor utama adalah negara Vietnam dengan komoditi impor berupa beras. Grafik 1.14. Negara Asal Impor s.d Sept 2010 Grafik 1.15. Negara Asal Impor s.d. Sept 2011 Vietnam 13% 27% 5% 2% 22% Jepang 7% Jepang Malaysia 13% Malaysia 9% Australia Cina Australia 11% 21% Cina 12% Taiwan Lainnya Lainnya 58% Sumber : BPS Prov. Sulut, diolah Sumber : BPS Prov. Sulut, diolah 20 1.2 SISI PENAWARAN Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi pada triwulan III-2011 disumbangkan oleh seluruh sektor yang ada dengan tingkat pertumbuhan total sebesar 7,73% (yoy), relatif lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,04% (yoy). Pertumbuhan terutama terjadi sebagai multiplier effect penyelenggaraan even berskala internasional dan nasional pada triwulan laporan yang pada tahap selanjutnya akan mendorong aktivitas pada sektor penopang pertumbuhan ekonomi Sulut. Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada triwulan III-2011 adalah Sektor Bangunan yang tercatat tumbuh 15,76% (yoy) dengan sumbangan sebesar 2,26% terhadap total pertumbuhan. Selanjutnya, sektor pertanian dan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) juga masih menjadi kontributor pertumbuhan ekonomi dengan sumbangan masingmasing sebesar 0,52% dan 2% terhadap total pertumbuhan. Tabel 1.3. Laju Pertumbuhan Sulawesi Utara Menurut Sektor Ekonomi (%) Lapangan Usaha Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan PHR Pengangkutan & Komunikasi Keu., Sewa & Jasa Perusahaan Jasa-Jasa PDRB Q2 12.54 2.65 6.37 3.86 2.61 6.77 6.38 6.09 5.82 6.80 Sumb. 2.55 0.14 0.48 0.03 0.39 1.07 0.84 0.40 0.89 6.80 2010 Q3 Sumb 17.40 3.40 0.44 0.02 6.63 0.51 4.77 0.04 -4.87 -0.79 8.92 1.35 7.08 0.97 6.77 0.45 7.21 1.08 7.04 7.04 Q4 10.31 2.10 7.48 7.35 0.86 11.11 12.41 8.26 6.54 7.77 Sumb 1.84 0.11 0.58 0.05 0.15 2.00 1.57 0.52 0.94 7.77 Q1 6.58 5.89 6.03 4.81 8.31 8.79 7.24 5.31 5.89 6.99 2011 Sumb Q2 1.29 6.65 0.31 5.88 0.47 6.93 0.04 5.33 1.39 13.59 1.31 6.36 0.89 3.27 0.36 7.13 0.93 6.46 6.99 7.14 Sumb. 1.42 0.30 0.52 0.04 1.97 1.00 0.43 0.47 0.98 7.14 Q3 2.42 7.90 6.33 7.22 15.76 12.97 2.55 6.51 8.20 7.73 Sumb. 0.52 0.39 0.49 0.06 2.26 2.00 0.35 0.43 1.23 7.73 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah 1.2.1 Pertanian Kinerja sektor pertanian pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 2,42% (yoy) walaupun tercatat melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 17,4% (yoy). Perlambatan ini antara lain disebabkan oleh bencana hujan yang disertai angin kencang yang melanda sebagian besar wilayah Sulawesi Utara pada awal triwulan III 2011 dan adanya bencana banjir dan longsor yang terjadi di sentra tanaman padi di Bolaang Mongondow. Selain itu, serangan hama tungro di beberapa kawasan sentra pertanian di Sulut (Minahasa Tenggara dan Bolaang Mongondow) turut andil dalam perlambatan kinerja sektor pertanian. Perkembangan kinerja sektor pertanian antara lain dapat dikonfirmasi dengan data dari Perkembangan Produksi, Produktivitas dan Luas Panen Padi & Palawija Prov. Sulut, dimana pada 2011 produksi beras diperkirakan mencapai 583.458 ton atau naik 1,55% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun demikian, jika dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya, maka jumlah produksi beras tercatat mengalami 21 perlambatan sebesar -4,71% (yoy). Perlambatan juga terjadi pada komoditi palawija (Tabel 1.4). Tabel 1.4. Perkembangan Produksi, Produktivitas dan Luas Panen Padi & Palawija Prov. Sulut Jenis Tanaman 2008 Produksi (Ton) Padi (Sawah+Ladang) Jagung Kedelai Kacang Tanah Produktivitas (Ku/Ha) Padi (Sawah+Ladang) Jagung Kedelai Kacang Tanah Luas Panen (Ha) Padi (Sawah+Ladang) Jagung Kedelai Kacang Tanah ASEM 2010 2009 Perubahan 2010-2011 (%) ARAM I 2011 Perubahan 2009-2010 (%) 520,193 466,061 7,217 8,640 549,087 450,989 7,667 8,493 583,458 492,614 9,062 9,360 592,527 512,799 9,312 10,075 1.55 4.10 2.76 7.64 6.26 9.23 18.19 10.21 47.31 35.36 13.81 13.14 47.85 35.69 13.57 13.17 48.77 36.59 31.26 13.12 48.82 36.62 13.28 13.15 0.10 0.08 (57.52) 0.23 1.92 2.52 130.36 (0.38) 109,951 131,791 5,227 6,573 114,745 126,349 5,652 6,450 119,626 134,630 6,834 7,151 121,382 140,014 7,011 7,662 1.47 4.00 2.59 7.15 4.25 6.55 20.91 10.87 Sumber: BPS Sulut, diolah Sementara itu, dari sisi pembiayaan, peran perbankan untuk membiayai Grafik 1.16. Pertumbuhan Kredit Pertanian sektor pertanian semakin menunjukkan adanya 450 tren 350 peningkatan. September 2011, Sampai jumlah dengan kredit Pertanian (Rp miliar) - left axis 150 gPertanian (% yoy) - right axis 400 100 300 yang 250 disalurkan pada sektor pertanian mencapai 150 50 200 0 100 Rp319 milliar atau tumbuh 94,75% (yoy) -50 50 - dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun demikian, jika dibandingkan dengan total kredit yang disalurkan bank, -100 Q1 Q2 Q3 2009 Q4 Q1 Q2 Q3 2010 Q4 Q1 Q2 Q3 2011 Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado jumlah kredit pertanian hanya mencapai 2,18% dari total kredit yang disalurkan. Belum terlalu optimalnya penyaluran kredit di sektor pertanian antara lain disebabkan oleh relatif tingginya resiko usaha di sektor tersebut tercermin dari tingginya NPL (Non Performing Loan) di sektor pertanian yang mencapai 6,47% pada triwulan laporan. 22 1.2.2 Sektor Bangunan Kinerja sektor bangunan (konstruksi) selama triwulan III-2011 mencatat pertumbuhan sebesar 15,76% (yoy) dengan sumbangan sebesar 2,26% terhadap total pertumbuhan. Pertumbuhan ini tercatat lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu tercatat mengalami kontraksi sebesar 4,87% (yoy). Beberapa faktor yang mendorong pertumbuhan di sektor bangunan diantaranya adalah penyelesaian beberapa proyek pemerintah dan swasta seperti pembangunan properti ruko, apartemen dan pembangunan beberapa hotel serta perbaikan beberapa infrastruktur dalam menunjang penyelenggaraan even domestik maupun internasional di Sulut . Pertumbuhan sektor konstruksi tercermin pada peningkatan data penjualan semen di Provinsi Sulawesi Utara. Selama triwulan laporan, penjualan semen tercatat mencapai 57,681 ton atau mengalami pertumbuhan 78.05% (yoy) pada bulan September 2011. Grafik 1.18. Perkembangan Kredit Konstruksi Grafik 1.17. Perkembangan Data Penjualan Semen 600 80,000 Volume (ton) - left axis g_semen (% yoy) - right axis 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 0 J F M A M J J A S O N D J 2010 F M A M J 2011 J A S 160 140 120 100 80 60 40 20 0 -20 -40 -60 Konstruksi (Rp miliar) - left axis 70 gKonstruksi (% yoy) - right axis 60 500 50 40 400 30 300 20 10 200 0 -10 100 -20 - -30 Q1 Q2 Q3 2009 Q4 Q1 Q2 Q3 2010 Q4 Q1 Q2 Q3 2011 Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado Sumber : Data Asosiasi Semen Indonesia Dari sisi pembiayaan, peran perbankan terhadap sektor bangunan (konstruksi) menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Hal ini tercermin dari jumlah kredit yang disalurkan oleh perbankan sampai dengan September 2011 tercatat sebesar Rp503 miliar atau mengalami pertumbuhan positif sebesar 27,01% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 1.2.3 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan III-2011 menunjukan pertumbuhan positif sebesar 12,97% (yoy) dengan kontribusi sebesar 2% terhadap total pertumbuhan. Pertumbuhan sektor ini terutama terjadi pada sub sektor hotel yang didorong oleh penyelenggaraan beberapa even diantaranya : 23 a. Perayaan HUT Kota Manado ke-388 yang jatuh pada 14 Juli 2011 yang ditandai dengan pelaksanaan Manado Expo 2011 seperti pameran, bazaar, perlombaan, Tour de Bunaken, Manado carnaval dan pemilihan puteri Madex 2011; b. Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak (KONIKA) XV yang dilaksanakan pada tanggal 12-14 Juli 2011 dengan peserta berjumlah 2.835 orang; c. Pertemuan perwakilan 152 Kab/Kota dari 8 provinsi di Indonesia pada tanggal 25-27 Juli 2011 guna membahas masterplan percepatan pemberdayaan koperasi dan UMKM d. Pertemuan ASEAN Economics Ministers (AEM) pada tanggal 9-13 Agustus 2011 yang akan dihadiri oleh 8 negara anggota ASEAN dan 10 negara mitra wicara. e. Pertemuan Pengendalian dan Monitoring Evaluasi Awal Pembangunan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP) Tahun Anggaran 2011 yang dihadiri oleh kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) se Sulawesi Maluku dan Papua yang berlangsung pada tanggal 9-11 Agustus 2011. Maraknya berbagai perhelatan yang diselenggarakan di Kota Manado selama triwulan laporan antara lain dapat dikonfirmasi melalui perkembangan data pariwisata yang secara umum memperlihatkan tren peningkatan diantaranya adalah data wisatawan mancanegara, data jumlah tamu dan lama tamu menginap, Tingkat Penghunian Kamar (TPK), dan jumlah kamar terjual. Grafik 1.19. Data Wisatawan Mancanegara Grafik 1.20. Data Lama Tamu Menginap Wisman (org) - left axis 10,000 80.00 gWisman (% yoy) - right axis 8,000 6,000 20.00 40,000 4,000 - 30,000 (20.00) 20,000 (40.00) - 60.00 gMenginap (% yoy) - right axis 50.00 50,000 40.00 2,000 Menginap (org) - left axis 60,000 60.00 40.00 30.00 20.00 10.00 10,000 (60.00) - - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 (10.00) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2009 2010 2011 2009 2010 2011 Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah Grafik 1.21. TPK dan Lama Menginap 60 Grafik 1.22. Jumlah Kamar Terjual 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 TPK (%) - left axis Ratas Menginap (hari) - right axis 50 40 30 20 10 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 90,000 Kmr Terjual (unit) - left axis 80.00 80,000 gKmr Terjual (% yoy) - right axis 70.00 60.00 70,000 50.00 60,000 40.00 50,000 30.00 40,000 20.00 30,000 10.00 20,000 - 10,000 (10.00) - (20.00) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2009 2010 2011 2009 Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah 2010 Sumber : BPS Provinsi Sulut, diolah 2011 24 Pertumbuhan kinerja sektor PHR tidak terlepas dari peningkatan kinerja sub sektor pedagangan besar dan eceran yang didorong oleh dampak lanjutan dari membaiknya daya beli masyarkat akibat peningkatan pendapatan masyarakat yang diperoleh dari penerimaan THR. Pertumbuhan sub sektor perdagangan besar dan eceran dapat dikonfirmasi dari hasil Survei Penjualan Eceran (SPE) oleh KBI Manado pada triwulan III-2011 yang menunjukkan adanya peningkatan indeks pada bahan konstruksi, kerajinan,seni dan peralatan rumah tangga dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Grafik 1.24. Perkembangan Kredit Sektor PHR Grafik 1.23. Perkembangan Indeks Penjualan Eceran per KLUI Kredit_PHR (Rp miliar) - left axis 5,000 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 70 gKredit_PHR (% yoy) - right axis 4,500 60 4,000 50 3,500 40 3,000 30 2,500 20 Sep Jul Agust Jun Apr Mei Mar Jan Feb Des Okt Nop Sep Jul Agust Jun Apr Mei Mar Jan Feb 2,000 10 1,500 0 1,000 -10 500 2010 - 2011 -20 Q1 Bahan konstruksi Peralatan rumah tangga Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Kerajinan, seni & mainan 2009 Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE) KBI Manado 2010 2011 Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado Dari segi pembiayaan, sektor PHR merupakan sektor ekonomi terbesar mendapatkan alokasi pembiayaan dari perbankan. Sampai dengan bulan September 2011 kredit sektor PHR yang telah disalurkan bank umum mencapai Rp4.332 miliar atau tumbuh 42,83% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. 1.2.4. Sektor lainnya A. Sektor Jasa-jasa Grafik 1.25. Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa Kinerja sektor jasa pada triwulan III-2011 tumbuh positif sebesar 8,2% (yoy). Kinerja sektor jasa yang Kredit_Jasa (Rp miliar) - left axis 700 cukup stabil ditopang oleh aktivitas sub pemerintahan umum. Apabila sektor dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya kinerja sektor jasa-jasa mengalami peningkatan yang tercermin dari kinerja penyaluran kredit perbankan di sektor ini. Sampai dengan bulan September 2011 kredit sektor jasa-jasa tercatat gJasa (% yoy) - right axis 35 30 600 25 20 500 15 400 10 300 5 200 -5 0 -10 100 -15 - -20 Q1 Q2 Q3 2009 Q4 Q1 Q2 Q3 2010 Q4 Q1 Q2 Q3 2011 Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado sebesar Rp622 miliar atau tumbuh 19,27% (yoy). 25 B. Sektor Industri Pengolahan Kinerja sektor industri pengolahan selama triwulan III-2011 relatif stabil dengan tingkat pertumbuhan mencapai 6,33% (yoy) atau tumbuh lebih rendah apabila dibandingkan dengan triwulan III-2010 sebesar 6,63% (yoy). Industri pengolahan di Sulawesi Utara yang didominasi oleh pengolahan produk kelapa dan turunannya serta pengolahan produk perikanan tersebar di Kota Bitung, Kota Manado, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten Bolaang Mongondow, Kota Kotamobagu dan Kota Tomohon. Mayoritas industri pengolahan berlokasi di Kota Bitung dan Kota Manado. Membaiknya perekonomian dunia yang tumbuh lebih cepat dibandingkan perkiraan sebelumnya seiring pemulihan Grafik 1.26. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik Kelompok Bisnis dan Industri ekonomi Pelanggan Bisnis&Industri - left axis negara-negara maju dan emerging makets diperkirakan turut berdampak pada kembali bergairahnya sektor industri di Sulawesi Utara. Hal ini salah satunya ditandai oleh 15,000 6.00 gPelanggan Bisnis&Industri (% yoy) - right axis 14,500 5.00 14,000 4.00 13,500 3.00 13,000 2.00 12,500 1.00 12,000 Q1 pertumbuhan jumlah pelanggan listrik di Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2009 Q3 Q4 Q1 2010 Q2 Q3 2011 sektor bisnis dan industri. Berdasarkan data PLN, jumlah pelanggan listrik di sektor bisnis Sumber : PLN Kanwil Suluttenggo dan industri pada triwulan III-2011 mencapai 14.583 pelanggan atau tumbuh 4,66% (yoy). Dukungan perbankan terhadap Grafik 1.27. Perkembangan Kredit Sektor Industri industri pengolahan merupakan salah satu faktor pendorong pertumbuhan sektor ini. Sampai 400 350 Kredit_Industri (Rp miliar) - left axis 50 gKredit_Industri (%yoy) - right axis 45 40 300 35 250 30 200 25 yang disalurkan tumbuh sebesar 34,46% (yoy) 150 20 dari Rp266 miliar pada triwulan III-2010 50 dengan akhir triwulan III-2011 jumlah kredit menjadi Rp357 miliar pada triwulan III-2011. 15 100 10 5 - 0 Q1 Q2 Q3 2009 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2010 Q2 Q3 2011 Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado 26 C. Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan Sementara itu, untuk kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan III-2011 tumbuh 6,51% (yoy). Perkembangan sektor keuangan, persewaan dan jasa antara lain tercermin dari maraknya pembangunan jaringan kantor dan fasilitas perbankan antara lain: pembukaan kantor cabang pembantu baru, penambahan ATM (Anjungan Tunai Mandiri), serta penawaran produk-produk baru yang memberikan kemudahan dan kenyamanan kepada masyarakat dalam bertransaksi. Selain itu, pengaruh meningkatnya laju konsumsi dan aktivitas sistem pembayaran di wilayah Sulawesi Utara juga turut berkontribusi pada pertumbuhan sektor ini. Tabel 1.5. Perkembangan Jumlah Bank dan Kantor Bank Umum dan BPR di Sulawesi Utara 2009 Data Bank 2010 2011 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Jumlah Bank umum 23 23 24 24 24 25 25 25 25 25 Q3 25 Jumlah kantor bank umum*) 195 197 199 206 206 215 219 225 227 234 240 Jumlah BPR 17 17 17 13 13 14 14 16 16 16 16 Jumlah kantor BPR 39 39 39 39 39 39 41 43 43 46 46 Ket: *) termasuk kantor unit Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado D. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Salah satu multiplier effect dari adanya penyelenggaraan berbagai even berskala nasional maupun internasional di Tahun 2011 adalah semakin dikenalnya Kota Manado sebagai salah satu kota tujuan wisata baik secara internasional maupun nasional. Hal ini berpengaruh pada meningkatnya minat wisatawan untuk berkunjung ke Sulawesi Utara hingga pada tahap lanjut mampu mendorong kinerja sektor pengangkutan dan telekomunikasi. Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan III-2011 mengalami pertumbuhan 2,55% (yoy), dengan sumbangan sebesar 0,35% terhadap total pertumbuhan. Pertumbuhan yang positif pada sub sektor pengangkutan pada triwulan laporan tercermin dari tingginya arus penumpang yang keluar/masuk dari/ke Bandar Udara Sam Ratulangi Manado baik asal/tujuan domestic maupun internasional. Sampai dengan periode laporan, arus penumpang dan kargo yang berangkat (keluar) dari wilayah Sulawesi Utara tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 5,34% (yoy) untuk penerbangan domestik dan 27,46% (yoy) untuk penerbangan internasional. Sejalan dengan itu, arus penumpang yang masuk ke wilayah Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan sebesar 4,55% (yoy) untuk penerbangan domestik dan 28,34% (yoy) untuk penerbangan internasional. Peningkatan pada arus masuk bertepatan dengan maraknya even domestik dan internasional yang diselenggarakan di Sulawesi Utara serta arus mudik seiring perayaan Idul Fitri pada triwulan laporan. 27 Tabel 1.6. Perkembangan Lalu Lintas Penumpang dan Kargo di Bandara Sam Ratulangi Jenis Pengangkutan Asal/Tujuan Domestik Penumpang Internasional Kedatangan/ Keberangkatan Q1 166,510 175,663 7,503 7,612 Datang Berangkat Datang Berangkat 2011 2010 Q2 Q3 202,844 212,656 200,622 214,014 5,377 5,858 5,243 5,553 Q4 224,178 210,950 5,730 5,536 Q1 198,304 208,485 4,856 4,623 Q2 207,648 210,985 5,741 5,786 Q3 222,328 225,442 7,518 7,078 Growth (YoY) 4.55% 5.34% 28.34% 27.46% Sumber: PT. Angkasa Pura II, Sulawesi Utara Sementara itu, relatif stabilnya pertumbuhan sub sektor komunikasi dalam triwulan laporan antara lain didukung oleh semakin luasnya wilayah jangkauan, disamping pesatnya pembangunan sejumlah menara BTS (Base Transceiver System) di beberapa lokasi pada daerah yang sebelumnya terisolir sehingga dapat meningkatkan kenyamanan pelanggan dalam berkomunikasi. Selain itu perkembangan kecanggihan telepon selular dengan berbagai macam jenis merk, harga, dan fasilitas/fitur baru yang ditawarkan serta gencarnya promosi yang dilakukan semakin mendorong masing-masing provider untuk lebih bersaing mendapatkan konsumen, hal ini pada tahap selanjutnya akan berdampak terhadap peningkatan kinerja sub sektor komunikasi. Grafik 1.28. Perkembangan Kredit Sektor Transportasi & Komunikasi Sejalan dengan pertumbuhan positif sektor ini, keberpihakan perbankan yang diwujudkan dalam penyaluran kredit di sektor komunikasi juga Kredit_Angk&Kom (Rp miliar) - left axis 100 pengangkutan dan memperlihatkan adanya peningkatan. Sampai dengan akhir triwulan III 2011 jumlah kredit yang disalurkan mencap ai Rp95 50 80 40 70 30 60 20 50 10 40 0 30 -10 20 -20 10 -30 - Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan III-2011 tumbuh 7,9% (yoy) dengan Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2010 Q2 Q3 2011 Grafik 1.29. Perkembangan Kredit Sektor Pertambangan Kredit_Pertambangan (Rp miliar) - left axis 80 150 60 50 pertumbuhan. Berdasarkan pelaku usahanya, 30 sub sektor penggalian ini lebih banyak 10 penambangan 100 40 50 20 0 - -50 Q1 Q2 Q3 2009 bukan industri 200 gKredit_pertambangan (% yoy) - right axis 70 sumbangan sebesar 0,39% terhadap total dan Q3 Sumber : Bank Indonesia Manado E. Sektor Pertambangan dan Penggalian tradisional/rakyat Q2 2009 periode yang sama tahun lalu. oleh -40 Q1 miliar, atau tumbuh 4,61% (yoy) dibandingkan dilakukan 60 gKredit_Angk&Kom (% yoy) - right axis 90 Q4 Q1 Q2 Q3 2010 Q4 Q1 Q2 Q3 2011 Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado 28 berskala besar. Hal inilah yang mendorong rendahnya penyaluran kredit pada sektor pertambangan selain karena faktor risiko yang tinggi dari kegiatan pertambangan. Jika dilihat berdasarkan trennya, pembiayaan yang diberikan oleh pihak perbankan terhadap sektor pertambangan pengalami penurunan yang cukup signifikan pada awal tahun 2009, dan selanjutnya mulai mengalami peningkatan pada triwulan II 2011. Pada triwulan laporan, jumlah kredit yang disalurkan pada sektor pertambangan tercatat sebesar Rp68 miliar atau mengalami pertumbuhan sebesar 68,57% (yoy). F. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Sementara itu, sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan III-2011 tumbuh Grafik 1.30. Perkembangan Jumlah Pemakaian dan Supply Listrik di Sulawesi Utara 300 positif 7,22% (yoy). Jika dilihat dari jumlah Jumlah Pemakaian (MW) - left axis 250 penjualan listrik serta jumlah pelanggan di 200 triwulan III-2011, terdapat pertumbuhan 150 positif dan 100 pemakaian listrik pada triwulan laporan. 50 dalam jumlah pelanggan Jumlah pelanggan listrik pada triwulan III- Jumlah listrik yang tersedia (MW) - left axis Q1 Q2 Q3 2009 2011 sebesar 427.638 pelanggan atau Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2010 Q2 Q3 2011 Sumber: PT. PLN Kanwil Sulutenggo, diolah tumbuh 12,89% (yoy) dengan jumlah pemakaian 205 MW atau tumbuh 12% dibandingkan periode yang sama tahun 2010. Sementara itu, pada triwulan III-2011, kapasitas listrik yang tersedia adalah sebesar 247 MW atau tumbuh 17,62% dibandingkan triwulan yang sama tahun 2010. Tingkat pertumbuhan kapasitas listrik tersedia didukung oleh pembangunan sejumlah pembangkit listrik di wilayah Sulawesi Utara. 29 Halaman ini sengaja dikosongkan 30 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Tren penurunan tekanan inflasi di Kota Manado secara umum masih terjadi sepanjang triwulan III-2011. Secara tahunan, inflasi Kota Manado pada triwulan III-2011 tercatat 1,25% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 7,38% (yoy) dan masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional sebesar 4,61% (yoy). Sejalan dengan pergerakan inflasi tahunan, inflasi bulanan selama triwulan III2011 juga mengalami penurunan menjadi deflasi 0,22% (mtm) pada September 2011 dari 0,08% (mtm) pada Juli 2011, angka ini jauh lebih rendah dibandingkan inflasi nasional pada September 2011 sebesar 0,27% (mtm). Akumulasi laju inflasi (ytd) Kota Manado sampai dengan September 2011 tercatat lebih rendah (-0,19%) dibandingkan akumulasi inflasi nasional (2,97%). Sementara itu, sebagaimana pola musimannya, Kota Manado pada periode laporan juga mencatat deflasi 0,05% (qtq). Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan pada triwulan III-2011 terutama didorong oleh kelompok inti (core inflation), sementara kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) dan kelompok komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah (administered prices) justru memberikan sumbangan negatif terhadap inflasi pada periode laporan. Grafik 2.1. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (yoy) 16 Grafik 2.2. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (qtq) 5 % 14 12 3 10 8 2 6 1 4 2 0 0 -2 % 4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 -1 -2 2008 2009 2010 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2008 2009 2010 2011 2011 -3 yoy Manado yoy Nasional Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah qtq Manado qtq Nasional Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah 31 2.1. PERKEMBANGAN INFLASI 2.1.1 INFLASI TAHUNAN (yoy) Secara tahunan, inflasi Kota Manado pada triwulan III-2011 tercatat 1,25% (yoy), mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,38% (yoy) dan masih lebih rendah dibandingkan laju inflasi nasional sebesar 4,61% (yoy). Penurunan laju inflasi tahunan pada triwulan laporan terutama disebabkan oleh berkurangnya tekanan inflasi pada kelompok pangan. Hal ini ditandai dengan berlanjutnya penurunan harga beberapa komoditas pangan bergejolak (volatile foods). Tingginya permintaan kebutuhan masyarakat menjelang Idul Fitri tidak memberikan dampak terhadap kenaikan harga, hal ini disebabkan oleh kecukupan pasokan baik pasokan dari luar daerah maupun pasokan lokal. Produksi beras di Sulut hingga September 2011 masih dalam kondisi surplus. Selain itu, jumlah pasokan dari luar daerah (Sulsel dan Jawa Timur) juga meningkat. Berdasarkan kelompoknya, kelompok bahan makanan dan kelompok sandang mencatat deflasi tertinggi dibandingkan kelompok lainnya. Angka deflasi kelompok bahan makanan tercatat 1,23% (yoy) pada triwulan laporan yang disebabkan oleh penurunan harga bumbubumbuan, sayur-sayuran serta daging dan hasil-hasilnya. Sementara itu, kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan juga mengalami deflasi 0,87% (yoy) yang didorong oleh mulai normalnya harga angkutan udara. Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) No 1 2 3 4 5 6 7 Kelompok Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Umum Q1 21.82 8.03 3.54 6.05 9.16 2.58 1.05 8.85 2009 Q2 4.75 7.5 2.07 4.94 5.43 2.03 -8.66 2.25 Q3 -0.82 6.15 -0.15 4.67 4.84 2.63 -8.76 -0.01 Q4 5.82 4.88 0.44 6.37 4.12 1.81 -5.33 2.31 Q1 -2.19 8.13 1.45 2.83 4.98 1.97 1.63 1.84 2010 Q2 6.39 5.96 1.83 6.84 2.56 1.75 2.60 4.21 Q3 18.14 4.83 2.58 7.02 1.87 1.19 3.26 7.38 Q4 15.23 5.36 2.35 5.15 0.96 1.62 0.59 6.28 Q1 21.69 0.43 1.85 5.03 0.61 0.91 0.80 6.90 2011 Q2 14.72 1.50 2.14 4.28 2.62 0.86 -0.38 5.15 Q3 -1.23 1.45 1.58 8.32 3.20 9.70 -0.87 1.25 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah 2.1.2 INFLASI TRIWULANAN (qtq) Searah dengan inflasi tahunan, tekanan inflasi Kota Manado selama triwulan III-2011 cenderung lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara triwulanan, Kota Manado pada triwulan III-2011 mencatat deflasi 0,05% (qtq), jauh lebih rendah dibandingkan triwulan III-2010 yang mengalami inflasi sebesar 3,81% (qtq). 32 Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa (%) No 1 2 3 4 5 6 7 Kelompok Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Umum Q1 6.58 1.54 -0.26 3.97 1.18 0.57 -7.03 1.18 2009 Q2 Q3 -7.86 0.84 1.07 1.85 -0.29 0.23 -1.93 0.92 2.32 0.99 0.22 0.91 0.28 -0.02 -2.08 0.74 Q4 6.86 0.34 0.77 3.36 -0.42 0.10 1.57 2.50 Q1 -1.50 4.68 0.74 0.52 2.02 0.72 -0.20 0.72 2010 Q2 Q3 0.23 11.98 -0.95 0.77 0.09 0.96 1.89 1.09 -0.04 0.32 0.01 0.36 1.23 0.62 0.20 3.81 Q4 4.23 0.84 0.55 1.56 -1.32 0.52 -1.06 1.44 Q1 4.03 -0.22 0.24 0.40 1.66 0.02 0.02 1.31 2011 Q2 -5.51 0.10 0.38 1.17 1.96 -0.04 0.05 -1.43 Q3 -3.59 0.72 0.41 5.02 0.90 9.15 0.13 -0.05 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah Berdasarkan kelompoknya, deflasi terutama terjadi pada kelompok bahan makanan yaitu sebesar 3,59% (qtq). Deflasi pada sub kelompok bahan makanan didorong oleh penurunan tekanan inflasi pada sub kelompok bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran. Penurunan tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan terutama disebabkan oleh masih berlanjutnya penurunan harga komoditi cabe rawit, tomat sayur, bawang merah, beras dan bawang putih akibat panen raya yang terjadi di sejumlah wilayah asal komoditi tersebut. Grafik 2.3. Inflasi Triwulanan Sub Kelompok Bahan Makanan TriwulanI III-2011 Sub Kelompok 2.79 Lainnya Lemak & Minyak 0.13 (32.73) Bumbu - bumbuan (0.88) Buah - buahan 4.77 Kacang - kacangan (4.26) Sayur-sayuran 2.95 Telur, Susu & Hasil-hasilnya 3.05 Ikan Diawetkan 4.08 Ikan Segar 6.75 Daging & Hasil-hasilnya 2.50 Padi-padian, Umbi-umbian & Hasilnya -35 -30 -25 -20 -15 -10 -5 0 5 10 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara, diolah 2.1.3 INFLASI BULANAN (mtm) Secara bulanan, tekanan inflasi Kota Manado sepanjang triwulan III-2011 menunjukkan tren penurunan. Pada Juli 2011 Kota Manado tercatat mengalami inflasi 0,08% (mtm), kemudian sedikit mengalami kenaikan pada Agustus 2011 menjadi 0,10% (mtm) yang didorong oleh faktor musiman liburan, persiapan menjelang tahun ajaran baru dan perayaan Hari Raya Idul Fitri. Kemudian kembali mengalami penurunan pada September 2011 menjadi deflasi sebesar 0,23% (mtm). 33 Grafik 2.4. Laju Inflasi Kota Manado vs Nasional (mtm) % 4 3 2 1 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 -1 2010 -2 -3 2011 mtm Manado mtm Nasional Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara , diolah JULI 2011 Memasuki triwulan III-2011, Kota Manado tercatat mengalami inflasi sebesar 0,08% (mtm). Inflasi Grafik 2.5. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang & Jasa Juli 2011 terutama terjadi pada kelompok pendidikan sebesar Transportasi 2,08% (mtm) dengan sumbangan sebesar 0,09% Pendidikan terhadap total inflasi bulanan. Berdasarkan sub Kesehatan kelompoknya, sub kelompok pendidikan mengalami Sandang inflasi 3,62% (mtm), diikuti oleh sub kelompok Perumahan perlengkapan/peralatan pendidikan (2,49%) dan Makanan jadi sub kelompok rekreasi (0.02%). Tingginya inflasi pada kelompok pendidikan tidak terlepas dari faktor Bahan Makanan 0.09 0.64 0.09 0.02 0.05 2.08 0.56 0.75 0.04 0.18 0.03 0.18 -0.25 -0.83 -1 0 1 2 3 Sumber : BPSAndil Provinsi Sulawesi , diolah InflasiUtara (mtm) Juli 2011 musiman liburan sekolah dan persiapan memasuki tahun ajaran baru. AGUSTUS 2011 Kota Manado pada Agustus 2011 mengalami Grafik 2.6. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa Agustus 2011 inflasi sebesar 0.10% (mtm) atau sedikit mengalami peningkatan dibandingkan bulan 0.03 0.23 Transportasi 0.31 Pendidikan 6.91 pada bulan Juli 2011, inflasi pada Mei 2011 0.00 0.08 0.19 Kesehatan Sandang masih 3.00 0.03 0.14 0.08 0.43 Perumahan Makanan jadi Bahan Makanan -1.90 1 2 inflasi 3 4 5 Inflasi (mtm) Agst 2011 Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah. disumbangkan oleh kelompok pendidikan sebesar 0,31% dengan angka -0.55 -3 -2 -1 0 Andil sebelumnya. Seperti halnya pendorong inflasi 6 7 8 tercatat Penyesuaian sebesar harga di 6,91% tiap-tiap (mtm). level 34 pendidikan khususnya pendidikan tingkat akademi/Perguruan Tinggi pada saat memasuki tahun ajaran baru menjadi faktor utama tingginya inflasi pada kelompok ini. Sementara itu, perayaan Idul Fitri yang jatuh pada akhir Agustus 2011 diperkirakan tidak memberikan dampak terhadap tekanan inflasi, hal ini tercermin dari inflasi pada bahan makanan yang justru memberikan sumbangan deflasi sebesar 0,55%. Pasokan bahan makanan yang mencukupi telah mampu meredam peningkatan harga akibat tingginya permintaan masyarakat terhadap kebutuhan pokok. SEPTEMBER 2011 Pada akhir triwulan III 2011, laju perkembangan harga barang dan jasa secara umum kembali dibandingkan mengalami bulan penurunan sebelumnya hingga Grafik 2.7. Inflasi dan Andil Inflasi Kota Manado Menurut Kelompok Barang dan Jasa September 2011 -0.10 Transportasi -0.74 0.00 0.02 0.01 0.26 0.08 Pendidikan Kesehatan menyentuh angka deflasi 0,22% (mtm) pada September 2011. Deflasi pada September 2011 terutama berlanjutnya disebabkan penurunan oleh (1) harga volatile foods (cabai rawit, Sandang masih Makanan jadi komoditas Bahan Makanan -0.90 -2 Andil tomat sayur, bawang merah, beras, bawang putih) akibat 1.21 0.02 0.09 0.02 0.11 Perumahan -1 -0.26 -1 0 1 1 Inflasi (mtm) Sept 2011 2 Sumber: BPS SulawesiUtara , diolah. jumlah pasokan yang meningkat, (2) mulai normalnya harga angkutan udara. Hal ini tercermin dari kelompok bahan makanan yang mengalami deflasi 0,90% (mtm) dan kelompok transportasi yang mengalami deflasi 0,74% (mtm). 2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, tekanan Inflasi secara tahunan pada triwulan III-2011 terutama didorong oleh kelompok inti (core inflation), sementara kelompok bahan makanan yang harganya bergejolak (volatile foods) dan kelompok komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah (administered prices) justru memberikan sumbangan yang negatif terhadap inflasi. 35 Grafik 2.8. Sumbangan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya Volatile Administered CORE IHK Grafik 2.9. Pergerakan Inflasi Berdasarkan Faktor Penyebabnya 8.00 12.00 6.00 10.00 4.00 8.00 6.00 2.00 4.00 0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 2.00 -2.00 2010 2011 0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 -4.00 -2.00 2009 2010 2011 -6.00 -4.00 Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah. UMUM Volatile Administered Core Sumber: BPS Sulawesi Utara, diolah. 2.2.1 FAKTOR FUNDAMENTAL Inflasi Inti (core inflation) pada September 2011 tercatat 3,32% (yoy) dengan sumbangan 1,74% terhadap total inflasi tahunan pada triwulan III-2011. Tekanan inflasi inti relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar 3,13% (yoy) dengan sumbangan 1,71% terhadap total inflasi triwulan III-2010. Namun jika dibandingkan dengan dibandingkan sebelumnya, inflasi inti menunjukkan adanya tren peningkatan, dengan inflasi yang tercatat 2,10% (yoy) dengan sumbangan 1,14% terhadap total inflasi triwulan III 2010. Dari sisi domestik, sumber inflasi diperkirakan antara lain berasal dari faktor musiman liburan, tahun ajaran baru serta hari raya Idul Fitri. Dari sisi eksternal, tekanan inflasi terutama bersumber dari harga komoditas internasional khususnya emas yang masih cenderung meningkat. Sementara itu, terjaganya ekspektasi masyarakat terhadap tingkat harga kedepan menjadi salah satu faktor yang mampu sedikit meredam gejolak pada inflasi inti. Interaksi Permintaan dan Penawaran Faktor musiman yang terjadi sepanjang triwulan III-2011 seperti musim liburan, tahun ajaran baru serta hari raya Idul Fitri dapat berpotensi menekan tingkat harga sebagai dampak dari tingginya permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa. Kenaikan harga yang disebabkan oleh faktor musiman ini telah mampu diantisipasi oleh pemerintah daerah dengan melakukan berbagai kegiatan diantaranya operasi pasar dalam rangka menjamin ketersediaan pasokan sehingga mampu menahan laju kenaikan harga dari sisi permintaan. Selain itu, berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado, persentase kapasitas produksi dari dunia usaha menujukkan peningkatan dari 96,91% pada triwulan II2011 menjadi 98,26% pada triwulan laporan. Tingginya permintaan masyarakat di respon 36 dengan baik oleh peningkatan penggunaan kapasitas produksi sehingga mampu menjamin ketersediaan pasokan, hal inilah yang pada tahap selanjutnya mampu menahan laju inflasi Kota Manado yang tercatat inflasi hanya 1,25% (yoy) pada triwulan laporan. Grafik 2.10. Perkembangan Pertumbuhan Indeks Penjualan Eceran dan Kapasitas Produksi % indeks Kapasitas Produksi (left axis) 120 600 Indeks Riil Penjualan (right axis) 100 500 80 400 60 300 40 200 20 100 0 0 Q1 Q2 Q3 2008 Q4 Q1 Q2 Q3 2009 Q4 Q1 Q2 Q3 2010 Q4 Q1 Q2 Q3 2011 Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado dan Survei Pedagang Eceran (SPE) KBI Manado Ekspektasi Inflasi Selanjutnya dari sisi ekspektasi, berdasarkan hasil SKDU KBI Manado, sebagian besar konsumen di Sulut memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang. Adanya tambahan pendapatan berupa pencairan beberapa tunjangan pegawai khususnya PNS yang disesuaikan dengan masa tahun ajaran baru (JuliAgustus 2011) serta realisasi THR menjelang hari raya telah mendorong peningkatan ekspektasi konsumen terhadap tingkat harga. Sementara itu, berdasarkan hasil SPE KBI Manado, ekspektasi harga dari sisi produsen atau pedagang juga menunjukkan hal yang sama, hal ini salah satunya didorong oleh masih adanya isu kelangkaan BBM yang terlihat dari tingginya antian BBM di setiap SPBU di Sulut. Peningkatan ekspektasi dari sisi produsen tercermin dari tren peningkatan indeks Ekspektasi Pedagang terhadap harga 3 dan 6 bulan yang akan datang yang menunjukkan adanya peningkatan. Namun demikian, relatif terkendalinya harga kebutuhan pokok di Sulut sepanjang tahun 2011 turut memberikan andil dalam meredam dampak ekspektasi inflasi sehingga mampu menjaga harga tetap berada pada level yang rendah. 37 Grafik 2.11. Perkembangan Indeks Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado Grafik 2.12. Perkembangan Indeks Ekspektasi Pedagang Eceran Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado 250 250 200 200 150 150 100 100 50 50 0 0 1 3 5 7 9 11 1 2008 3 5 7 9 11 1 2009 3 5 7 9 11 1 3 2010 5 7 2011 1 3 5 7 9 11 1 3 2008 5 7 9 11 1 3 5 2009 7 9 11 1 3 2010 5 7 9 2011 Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yang akan datang Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yang akan datang Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yang akan datang Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yang akan datang Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) KBI Manado 9 Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) KBI Manado Eksternal Sementara itu, dari sisi eksternal, tekanan inflasi terutama bersumber dari harga komoditas internasional yang masih cenderung meningkat, terutama harga emas dunia yang ditransmisikan pada kenaikan harga emas perhiasan di pasar domestik khususnya Manado. Inflasi emas pada September 2011 tercatat 5,52% (mtm). Selain pengaruh harga global, permintaan yang semakin besar memicu kenaikan harga emas perhiasan dan logam mulia yang lebih tinggi. Kenaikan permintaan emas sebagai sarana investasi ditandai dengan meningkatnya transaksi di Pegadaian dan Gadai Emas Syariah. Tekanan inflasi dari sisi eksternal tersebut diprakirakan dapat diredam dengan nilai tukar rupiah yang bergerak stabil. Penguatan rupiah ini merupakan bagian dari respon kebijakan Bank Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi, khususnya yang berasal dari kenaikan harga komoditi internasional (imported inflation). Grafik 2.13. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Grafik 2.14. Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional Rp/USD 12,500 $/Oz 2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 12,000 11,500 11,000 10,500 10,000 9,500 9,000 8,500 8,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2008 2009 2010 2011 1 Emas 3 5 7 2009 9 11 1 3 5 7 9 11 1 2010 3 5 7 9 2011 Kurs Sumber: Bloomberg Sumber: http://blogs.worldbank.org/ 38 2.2.2 Non Fundamental Volatile foods Kelompok volatile foods masih mengalami deflasi sebesar -0,94% (mtm) sehingga secara tahunan tercatat mengalami deflasi -1,4% (yoy) dengan sumbangan -0,4% (yoy) terhadap inflasi umum. Berlanjutnya penurunan harga komoditas volatile foods disebabkan oleh kecukupan pasokan baik pasokan dari luar daerah maupun pasokan lokal. Produksi beras di Sulut hingga September 2011 masih dalam kondisi surplus. Selain itu, jumlah pasokan dari luar daerah (Sulsel dan Jawa Timur) juga meningkat. Sementara itu, pasokan bumbubumbuan (bawang merah, bawang putih dan cabai rawit) cukup melimpah sebagai dampak dari: (1) panen di sentra produksi bawang di Indonesia (Brebes dan Bima) dan melimpahnya produksi bawang merah di Sulteng (2) Produksi cabai rawit yang cukup baik di Sulut dan Gorontalo. Grafik 2.18. Perkembangan Harga Komoditas Beras di Kota Manado s.d. September 2011 Grafik 2.19. Perkembangan Harga Komoditas Cabe Rawit dan Bawang Merah di Kota Manado 100,000 10,500 90,000 10,000 80,000 9,500 30,000 70,000 25,000 60,000 20,000 50,000 9,000 8,500 Superwin 8,000 40,000 15,000 30,000 10,000 20,000 Sultan Cabe Rawit Merah 10,000 5,000 Bawang Merah 0 7,500 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug 0 I I II III IV I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV V I II III IV I II III IV I II III IV V I II III Jan Sept I III Feb I III V Mar II IV II IV Apr Mei I III Jun I III Jul I III V II Aug Sept Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KBI Manado Sumber : Survei Pemantauan Harga (SPH) KBI Manado 35,000 Administered Price Laju inflasi administered price Kota Manado pada triwulan III-2011 cenderung menurun. Kelompok administered price mengalami deflasi sebesar -0,5% (mtm) atau -0,48% (yoy) dengan sumbangan -0.09% (yoy) terhadap inflasi umum. Deflasi pada kelompok administered price disebabkan menurunnya harga angkutan udara sebesar 20,29% dibandingkan periode sebelumnya sebagai faktor mulai normalnya arus penumpang dari dan ke Manado. Disamping itu masih belum ada kebijakan pemerintah yang memberikan tekanan harga pada kelompok administered price. Upaya TPID dalam mengurangi kelangkaan bensin di Sulut membuahkan hasil yang ditandai dengan mencairnya kelangkaan sejumlah antrian di SPBU di Sulut. Hal ini dilakukan dengan menambah pasokan BBM oleh Pertamina menjelang hari raya Idul Fitri yang lalu. 39 POLA DISTRIBUSI DI SULAWESIBBM UTARA BOX BENSIN : POLA DISTRIBUSI & KONDISI SUPLAI BBM DI SULUT Suplai Bahan Bakar Minyak (BBM) di Sulawesi Utara berasal dari Kilang Balikpapan. BBM Pola Distribusidari BBM didistribusikan Kilang Balikpapan ke Terminal BBM Bitung yang bertugas mendistribusikan BBM Suplai Bahan Bakar Minyak (BBM)Depot di Sulawesi berasal KilangSam Balikpapan. tersebut ke Terminal BBM Tahuna, PengisianUtara Pesawat Udaradari (DPPBU) Ratulangi BBM dan didistribusikan dariBahan KilangBakar Balikpapan ke Terminal Bitung yangdibertugas mendistribusikan BBM Stasiun Pengisian untuk Umum (SPBU)BBM yang berlokasi seluruh Sulawesi Utara kecuali tersebut ke Terminal Tahuna, DepotSelanjutnya Pengisian Pesawat Ratulangi dan SPBU yang berlokasi BBM Lirung dan Beo. TerminalUdara BBM(DPPBU) TahunaSam akan melakukan Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk (SPBU) yang berlokasi di seluruh Sulawesi Utara kecuali pendistribusian BBM ke wilayah LirungUmum dan Beo. SPBU yang berlokasi Lirung dan Beo. Selanjutnya Terminal BBM Tahuna akan melakukan pendistribusian BBM ke wilayah Lirung dan Beo. Pola Distribusi BBM Sulawesi Utara LIRUNG BEO TAHUNA SIAU TAGULANDANG BITUNG TOLI-TOLI MOUTONG PARIGI GORONTALO LUWUK AMPANA BANGGAI POSO BALIKPAPAN/STS KALBUT KOLONEDALE WAYAME R : Reguler Suplai langsung ex Kil.BBP/STS Kalbut A : Alternatif Split cargo ex Inst.Makassar MAKASSAR E : Emergency Bantuan Suplai T.Wayame Pola Suply BBM Premium/ Solar PSO/ Pertamax SPBU APMS Terminal BBM SPDN/SPBN Pola Suply BBM Minyak Tanah PSO Harga Di Konsumen) Agen Minyak Tanah Harga Eceran Tertinggi (HET) Konsumen Akhir MINYAK TANAH Instalasi/Depot PERTAMINA Pangkalan Warung Konsumen Akhir 40 Dalam pendistribusian BBM di wilayah Kepulauan di Sulawesi Utara yang meliputi Kabupaten Kepulauan Sitaro, Kepulauan Sangihe, dan Kepulauan Talaud terdapat beberapa kendala diantaranya: a. Cuaca buruk b. Pengangkutan BBM dari Agen Premium, Minyak, dan Solar (APMS) ke wilayah pulau-pulau lain hanya mengandalkan sarana transportasi tradisional (kapal kayu/pamboat). c. Aksi borong spekulan/pengecer BBM d. Alokasi dan penyaluran BBM ke masyarakat di Kep. Sitaro dan Talaud belum merata karena kurangnya lembaga penyalur. Kelangkaan BBM di Provinsi Sulawesi Utara Sejalan dengan fenomena antrian pembelian dan kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi di sejumlah daerah di Indonesia, hal serupa juga terjadi di Provinsi Sulawesi Utara. Hal ini diperkirakan merupakan dampak: 1) Meningkatnya permintaan BBM di Sulut yang disebabkan : Maraknya perhelatan internasional maupun domestik yang diselenggarakan di Sulut Aksi ambil untung oleh pedagang eceran Meningkatnya aktivitas ekonomi menjelang perayaan Hari Raya Keagamaan pada triwulan laporan. 2) Normalisasi suplai oleh PT. Pertamina Manado kepada SPBU di Kota Manado setelah sebelumnya mengalami peningkatan suplai sebesar 5% di masing-masing SPBU menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri. PT. Pertamina Manado menahan suplai pada akhir triwulan laporan untuk mengantisipasi lonjakan permintaan di akhir tahun 2011. Kelangkaan BBM tersebut diperkirakan membawa dampak pada perekonomian Sulut baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu sub sektor yang terkena dampak langsung kelangkaan BBM tersebut adalah sub sektor perikanan. Kelangkaan BBM menyebabkan nelayan kesulitan dalam melaut dan pada akhirnya berdampak pada melambatnya pertumbuhan perikanan tangkap sampai dengan akhir triwulan laporan. Perkembangan Sub Sektor Perikanan Provinsi Sulawesi Utara (ton) Sumber : Dinas Perikanan Prov. Sulut, diolah 41 Dalam rangka mengatasi kelangkaan BBM dan mengantisipasi lonjakan permintaan di akhir tahun, Tim Pengendali Inflasi Daerah Sulut (TPID) mengadakan rapat dan membuahkan upaya-upaya penanggulangan kelangkaan BBM sebagai berikut : 1) Menyesuaikan Kuota BBM tahun 2011. Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara melaksanakan penambahan kuota BBM bersubsidi jenis premium dan solar yang akan dibebankan pada APBD-P 2011. Sedangkan BBM bersubsidi jenis minyak tanah mengalami pengurangan kuota seiring dengan mulai terealisasinya konversi penggunaan minyak tanah ke LPG. Sampai dengan akhir September 2011 PT. Pertamina Manado telah menyalurkan sebanyak 390.150 tabung gas atau sebesar 95% dari total target penerima tabung gas yakni sebanyak 409.881 orang di Kabupaten/Kota di Prov. Sulut. Kuota BBM di Provinsi Sulut tahun 2011 (Kilo Liter) Jenis Premium Kuota 2011 Sebelum Setelah 253,780 272,640 18,860 76,480 84,243 7,763 144,290 121,365 (22,925) Solar Minyak Tanah Penambahan (Pengurangan) Sumber : PT PERTAMINA Manado 2) Memberlakukan pembatasan pembelian BBM Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara melaksanakan penjatahan pembelian BBM bersubsidi yakni maksimal Rp100 ribu untuk kendaraan roda empat dan Rp20 ribu untuk kendaraan roda dua yang ditujukan untuk menjaga ketersediaan pasokan hingga akhir tahun 2011 mengingat akan terjadi lonjakan permintaan menjelang perayaan Natal 2010 dan Tahun Baru 2011. PT. Pertamina Manado akan melaksanakan penambahan kuota sebesar 10% s.d 20% menjelang perayaan Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. 3) Melaksanakan penertiban pedagang eceran Kembali menjamurnya pedagang bensin eceran menyebabkan permintaan BBM bersubsidi semakin meningkat. Modus operasi yang digunakan pedagang eceran dimaksud adalah melakukan pembelian ke depot SPBU dengan kendaraan pribadi untuk kemudian dijual kembali seharga Rp.6000–Rp. 6500/liter. Penertiban dilakukan dengan operasi penertiban di wilayah Sulawesi Utara oleh pihak kepolisian dimana semua pedagang bensin eceran harus memiliki kelengkapan izin usaha seperti halnya bentuk usaha lainnya. 42 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Sejalan dengan semakin membaiknya kondisi perekonomian, perkembangan berbagai indikator perbankan di Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan positif. Aset, dana pihak ketiga, dan outstanding kredit mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi penghimpunan dana, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga terutama terjadi pada jenis deposito. Sementara itu, kredit tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, terutama kredit investasi. Pertumbuhan kredit yang lebih cepat daripada pertumbuhan DPK menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sulawesi Utara berada pada level sedikit di atas 100% dan sedikit mengalami peningkatan dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Beberapa aspek yang mencerminkan stabilitas sistem perbankan seperti aspek risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan indikator lainnya relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga berada pada nilai dibawah batas ketentuan BI yaitu dibawah 5%. Tabel 3.1 Indikator Utama Perbankan di Sulawesi Utara Komponen Total Aset Tumbuh Y.o.Y (%) DPK (Rp Miliar) Tumbuh Y.o.Y (%) Kredit outstanding (Rp Miliar) Plafond Kredit (Rp Miliar) Tumbuh Y.o.Y (%) LDR (%) NPL (%) kredit UMKM Share UMKM NPL UMKM (%) Q1 13,635 26.33 8,907 23.90 9,095 10,187 33.30 102.11 3.86 5,841 64.22 4.91 2009 Q2 Q3 14,235 14,860 21.76 20.24 9,448 9,725 21.67 22.64 9,627 10,004 10,647 11,031 22.60 18.34 101.90 102.88 3.72 3.58 6,185 6,270 64.25 62.67 4.96 5.18 Q4 14,769 9.17 9,987 12.72 10,485 11,731 17.36 104.98 2.83 6,414 61.17 4.32 Q1 15,114 10.85 10,220 14.74 10,846 13,133 19.25 106.12 3.57 8,767 80.83 3.49 2010 Q2 Q3 15,925 16,695 11.87 12.35 10,604 11,114 12.24 14.28 11,457 11,904 13,620 14,079 19.00 18.98 108.04 107.11 3.51 3.54 9,408 9,926 82.12 83.38 3.49 3.37 Q4 17,504 18.52 11,428 14.42 12,681 14,986 20.95 110.97 3.18 10,533 83.06 2.94 Q1 17,984 18.99 11,797 15.43 12,955 15,436 19.44 109.81 3.83 11,158 86.13 3.44 2011 Q2 19,202 20.58 12,601 18.83 13,958 16,375 21.83 110.76 3.74 11,757 84.23 3.47 Q3 20,219 21.11 13,298 19.66 14,627 17,271 22.88 110.00 3.54 12,535 85.70 3.23 Sumber : Bank Indonesia Manado 3.1. STRUKTUR ASET PERBANKAN SULAWESI UTARA Aset perbankan Sulawesi Utara, baik Bank umum konvensional, Bank umum syariah maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada triwulan III-2011 tumbuh positif seiring membaiknya kondisi perekonomian secara makro. Struktur aset perbankan Sulawesi Utara masih didominasi oleh aset bank umum konvensional dengan pangsa mencapai 95,87% dari total aset perbankan. Sementara itu, pangsa bank umum syariah dan BPR konvensional masing-masing sebesar 1,64% dan 2,66%. Apabila dilihat pertumbuhan pangsa asetnya, BPR terus menunjukkan tren pertumbuhan yang positif. 43 Lebih lanjut, dari keseluruhan aset bank, sebesar 66,84% merupakan aset bank pemerintah dan sisanya sebesar 28,86% merupakan aset bank swasta. Grafik 3.1. Pangsa Aset Perbankan Sulawesi Utara Tw. III-2011 Bank Umum Konvensional Pemerintah 66.84% Bank Umum Syariah 1.64% Bank Umum Konvensional 95.87% BPR Konvensional 2.66% Bank Umum Konvensional Swasta 28.86% BPR Konvensional Bank Umum Syariah Bank Umum Konvensional Pemerintah Bank Umum Konvensional Swasta Sumber: Bank Indonesia Manado Grafik 3.2. Pertumbuhan Pangsa Aset Perbankan Sulawesi Utara Tw. III-2010 Total Asset BPR Konvensional (left axis) Total Asset BU Syariah (left axis) Bank Umum Konvensional (right axis) 3.00 98.00 97.50 2.50 97.00 2.00 96.50 1.50 96.00 1.00 95.50 0.50 95.00 - 94.50 Q1 Q2 Q3 Q4 2009 Q1 Q2 Q3 2010 Q4 Q1 Q2 Q3 2011 Sumber: Bank Indonesia Manado 3.2. PERKEMBANGAN KANTOR BANK Secara kelembagaan, perbankan Sulawesi Utara pada triwulan laporan terdiri dari 25 Bank Umum Konvensional, 3 Bank Umum Syariah, dan 17 Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Berdasarkan jaringan kantornya, Bank Umum konvensional maupun syariah memiliki 240 kantor (termasuk kantor unit), sedangkan BPR terdiri dari 46 kantor. Jumlah Bank Umum dan BPR Konvensional di Sulawesi Utara mengalami peningkatan apabila dibandingkan 44 dengan triwulan lalu. Pertambahan jumlah bank menggambarkan semakin besarnya aktivitas perekonomian di Sulawesi Utara seiring dengan pertumbuhan perekonomian di wilayah ini. 3.3. PERKEMBANGAN BANK UMUM KONVENSIONAL 3.3.1. Respon Perbankan Sulawesi Utara Terhadap Kebijakan Moneter Kinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang cukup baik ditengah meningkatnya kekhawatiran terhadap prospek ekonomi dunia. Pertumbuhan ekonomi triwulan III-2011 diperkirakan masih akan tumbuh tinggi terutama didorong oleh kinerja ekspor, konsumsi dan investasi. Nilai tukar Rupiah cenderung menguat meskipun relatif terbatas, sementara tingkat inflasi cenderung mengalami penurunan yang didorong oleh berlanjutnya koreksi harga pangan. Ke depan, Bank Indonesia tetap mewaspadai sejumlah risiko yang berpotensi memberikan tekanan pada stabilitas makroekonomi, khususnya masih akan berlanjutnya arus modal asing, semakin kuatnya permintaan domestik, dan meningkatnya tekanan inflasi khususnya pada tahun 2012. Sebagai langkah antisipatif untuk mengendalikan ekspektasi inflasi kedepan, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 8 September 2011 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%. Transmisi kebijakan moneter melalui jalur suku bunga perbankan di Sulawesi Utara terus berlanjut meskipun masih dalam kisaran yang relatif terbatas. Hal ini ditandai dengan kembali menurunnya tren suku bunga perbankan hingga akhir triwulan III-2011. Berdasarkan data yang bersumber dari Bank Indonesia, sampai dengan akhir September 2011, rata-rata tingkat suku bunga kredit tercatat sebesar 13,67% atau mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 14,01%. Menurut jenis penggunaannya, rata-rata tingkat suku bunga kredit modal kerja mencapai 13,82% per tahun, rata-rata kredit investasi sebesar 13,89% per tahun dan rata-rata kredit konsumsi sebesar 13,52% per tahun. Sementara itu, pergerakan tingkat suku bunga deposito juga menunjukkan respon yang positif terhadap penetapan BI Rate, hal ini tercermin dari peningkatan rata-rata tingkat suku bunga deposito perbankan di Sulut. Sampai dengan September 2011, rata-rata tingkat suku bunga deposito 1 bulan tercatat sebesar 6,81%, sedikit mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya (Juni 2011) sebesar 6,76%. 45 Grafik 3.3. Perkembangan Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit, Deposito dan BI Rate (%) Grafik 3.4. Rata-Rata Tingkat Suku Bunga Kredit Menurut Jenis Penggunaan (%) Jan Feb Mar April May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep 17.5 17.0 16.5 16.0 15.5 15.0 14.5 14.0 13.5 13.0 Sep Jul Aug Jun Apr 2010 Mei Mar Jan Feb Apr May Des 5.50 Okt 13.0 Nov 6.00 Sep 14.0 Jul 6.50 Aug 15.0 Jun 7.00 Mar 16.0 Jan 7.50 Feb 17.0 2010 2011 Sk. Bunga Kredit (Left Axis) BI Rate (Right Axis) Modal Kerja Sk. Bunga Deposito (Right Axis) Sumber: Bank Indonesia Manado 2011 Investasi Konsumsi Sumber: Bank Indonesia Manado 3.3.2. Penyerapan Dana Masyarakat Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perbankan di wilayah Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 19,66% (yoy) menjadi Rp13.298 miliar. Berdasarkan jenis simpanannya, kenaikan dana terutama terjadi pada jenis deposito yang tumbuh 24,13% (yoy) kemudian disusul oleh tabungan sebesar 21,45% (yoy) dan giro sebesar 7,79% (yoy). Terjadinya pertumbuhan penghimpunan DPK mengindikasikan masih terdapat kelebihan likuiditas di masyarakat yang mampu diserap oleh bank. Upaya menumbuh kembangkan kesadaran menabung dilakukan Bank Indonesia melalui serangkaian program yaitu program TabunganKu dan Gerakan Siswa Menabung (GSM) yang diperkirakan sedikit banyak turut andil dalam pertumbuhan DPK. Grafik 3.6. Share Dana Pihak Ketiga (DPK) Grafik 3.5. Perkembangan Dana Pihak Ketiga (Rp. Miliar) 7,000 Giro Deposito Tabungan 6,000 17.84% 5,000 4,000 46.96% 3,000 2,000 1,000 35.20% Q1 Q2 Q3 2009 Q4 Q1 Q2 Q3 2010 Sumber: Bank Indonesia Manado Q4 Q1 Q2 2011 Q3 Giro Deposito Tabungan Sumber: Bank Indonesia Manado 46 Menurut pangsanya, penempatan dana dalam sistem perbankan masih didominasi oleh jenis simpanan tabungan sebesar 46,96% dari total keseluruhan Dana Pihak Ketiga (DPK), disusul kemudian deposito (35,20%) dan giro (17,84%). Berdasarkan kelompok banknya, bank pemerintah menyerap 64,40% dari total DPK sedangkan sisanya dihimpun oleh bank swasta (35,60%). Berdasarkan laju pertumbuhannya, dana di bank pemerintah berhasil tumbuh 17,14% (yoy) sedangkan dana di bank swasta tumbuh lebih tinggi yaitu sebesar 24,49% (yoy). Grafik 3.7. Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Bank Penghimpun (Rp. Miliar) 9,000 Bank Pemerintah 8,000 Bank Swasta 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2009 Q3 Q4 Q1 2010 Q2 Q3 2011 Sumber: Bank Indonesia Manado Berdasarkan wilayah penghimpunan dananya, dari keseluruhan total dana pihak ketiga yang dihimpun, sebesar 71,27% atau Rp9.478 miliar berasal dari bank-bank yang berlokasi di Manado, selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Minahasa (8,10%), Kabupaten Bolaang Mongondow (7,93%), Kota Bitung (6,67%), dan Kabupaten Sangihe Talaud (6,03%). Tabel 3.2. Perkembangan Sebaran DPK per Kabupaten/Kota (Rp. Miliar) Sebaran DPK Minahasa Bolmong Sangihe Talaud Manado Bitung Total 2009 Q1 833 553 440 6,443 639 8,907 Q2 827 669 473 6,835 642 9,448 Minahasa 2010 Q3 794 697 575 6,989 669 9,725 Q4 686 632 488 7,509 673 9,987 Q1 841 795 559 7,320 705 10,220 Q2 905 885 594 7,520 701 10,604 Q3 923 948 680 7,830 734 11,114 Q4 800 891 614 8,375 748 11,428 Q1 1,000 1,011 736 8,275 775 11,797 2011 Q2 1,067 1,047 763 8,890 834 12,601 Q3 1,078 1,054 802 9,478 887 13,298 Sumber: Bank Indonesia Manado 9,000 8, 7, 6,000 5, 4,000 3,000 47 2,000 1, Grafik 3.8. Komposisi Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp. Miliar) Grafik 3.9. Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Berdasarkan Kab/Kota (%) 14,000 12,000 Bitung 10,000 8,000 Manado 6,000 4,000 2,000 - Sangihe Talaud Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Bitung 639 642 673 705 701 Manado 6,44 6,83 6,98 7,50 7,32 7,52 7,83 8,37 8,27 8,89 9,47 2009 669 Q3 Q4 Q1 748 775 2010 734 Q2 Q3 2011 834 Bolmong 887 Sangihe Talaud 440 473 575 488 559 594 680 614 736 Bolmong 553 669 697 632 795 885 948 891 1,01 1,04 1,05 Minahasa 833 827 794 686 841 905 923 800 1,00 1,06 1,07 Bitung Manado Sangihe Talaud Bolmong 763 802 Minahasa 0 10 20 30 40 Minahasa Q3-11 Sumber: Bank Indonesia Manado Q2-11 Q3-10 Sumber: Bank Indonesia Manado Berdasarkan wilayah administratifnya, DPK yang berhasil dihimpun pada triwulan laporan seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan tertinggi dialami oleh Kota Manado sebesar 21,05% (yoy). Selanjutnya Kota Bitung, Kabupaten Kepulauan Sangihe Talaud, Kabupaten Minahasa, dan Kabupaten Bolaang Mongondow tumbuh masing-masing sebesar 20,91% (yoy), 17,91% (yoy), 16,77% (yoy) dan 11,24% (yoy). 3.3.3. Penyaluran Kredit Bank Pelapor Pertumbuhan kredit bank umum konvensional di Sulawesi Utara terus menunjukkan adanya tren peningkatan. Pada triwulan III-2011, jumlah kredit secara umum tercatat Rp14.627 miliar atau tumbuh 22,88% (yoy) lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu (18,98%). Berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit paling signifikan dialami oleh kredit investasi yang mencapai jumlah Rp2.195 miliar atau tumbuh 115,58% (yoy). Sementara itu, untuk jenis kredit modal kerja dan kredit konsumsi masing-masing sebesar Rp4.791 miliar dan Rp7.641 miliar atau tumbuh 23,41% (yoy) dan 9,11% (yoy). Tingginya pertumbuhan kredit investasi dan modal kerja pada periode laporan diperkirakan didorong oleh meningkatnya minat pelaku usaha untuk berinvestasi di Sulut, hal ini tercermin dari pembangunan infrastruktur penunjang serta sarana dan prasarana daerah yang terus ditingkatkan seiring dengan semakin banyaknya perhelatan berskala nasional dan internasional yang dilaksanakan di Sulawesi Utara. 48 Grafik 3.11. Penyaluran Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (Rp. Miliar) Grafik 3.10. Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan (%) 140 gModal Kerja (%) gInvestasi (%) gKonsumsi (%) gTotal Kredit (%) Q3 2011 120 100 80 Q2 Q1 60 Q4 40 2010 Modal Kerja Q2 0 -20 Investasi Q3 20 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Konsumsi Q1 2009 2010 2011 - Sumber: Bank Indonesia Manado 2,000 4,000 6,000 8,000 Sumber: Bank Indonesia Manado Berdasarkan strukturnya, pangsa kredit konsumsi menempati urutan pertama sebesar 52,24% dari total kredit yang disalurkan. Selanjutnya pangsa kredit modal kerja tercatat sebesar 32,75%, kemudian diikuti oleh kredit investasi dengan pangsa sebesar 15,01%. Mendominasinya share kredit konsumsi dibandingkan jenis kredit lainnya searah dengan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara yang terutama didorong oleh aktivitas konsumsi. Berdasarkan sektor ekonominya, penyaluran kredit produktif selama triwulan ini sebagian besar ditujukan ke sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) dengan pangsa sebesar 29,62% dari total kredit. Sementara itu, berdasarkan kelompok bank, sampai dengan triwulan laporan, bank umum pemerintah mendominasi penyaluran kredit dibandingkan dengan bank umum swasta nasional. Kelompok bank pemerintah berhasil menyalurkan Rp10.329 miliar atau mencapai pangsa pasar 70,61% sedangkan sisanya disalurkan oleh kelompok bank swasta sebesar Rp4.298 miliar dengan pangsa pasar 29,39% dari total kredit. Grafik 3.12. Penyaluran Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi G Penyaluran Kredit B 16,000 3.44% 14,000 3.10% 7.01% 12,000 10,000 29.62% 56.82% 8,000 6,000 4,000 2,000 Lainnya (Konsumsi) Perdagangan, Hotel & Restoran Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Konstruksi Jasa Dunia Usaha Sektor Lainnya Sumber: Bank Indonesia Manado 2009 Bank Swasta 2010 2011 Bank Pemerintah Sumber: Bank Indonesia Manado 49 Berdasarkan wilayah penyaluran kredit, dari total kredit sebesar Rp14.627 miliar, tercatat 65,64% atau sebesar Rp9.602 miliar disalurkan di wilayah Kota Manado. Selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Minahasa dengan pangsa pasar sebesar 12,47% (Rp1.825 miliar), Kabupaten Bolaang Mongondow sebesar 9,68% (Rp1.416 miliar), Kota Bitung sebesar 6,15% (Rp.899 miliar) dan Kabupaten Sangihe Talaud sebesar 6,06% (Rp.886 miliar). Grafik 3.14. Komposisi Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (Rp. Miliar) Grafik 3.15. Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kabupaten/Kota (%) 16,000 Bitung 14,000 Q3 2010 12,000 Manado 10,000 Q2 2011 8,000 Sangihe Talaud 6,000 4,000 2,000 Q3 2011 Bolmong Q1 Q2 Q3 Q4 2009 Sangihe Talaud Q1 Q2 Q3 Q4 2010 Bitung Bolmong Q1 Q2 2011 Minahasa Q3 Minahasa Manado - Sumber: Bank Indonesia Manado 5 10 15 20 25 30 Sumber: Bank Indonesia Manado Berdasarkan laju pertumbuhan kreditnya, wilayah dengan laju pertumbuhan kredit tertinggi dialami Kota Manado sebesar 25,18% (yoy) sedangkan yang terendah adalah Kabupaten Bolmong 16,84% (yoy). Sementara itu Kota Bitung, Kabupaten Sangihe Talaud dan Kabupaten Minahasa dan masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 20,10% (yoy), 20,04% (yoy) dan 18,88% (yoy). 3.3.4. Kredit MKM Pertumbuhan kredit MKM (Mikro, Kecil dan Menengah) yang disalurkan oleh bank umum konvensional di Sulawesi Utara mengalami peningkatan. Hal ini mencerminkan keberpihakan perbankan terhadap UMKM. Sampai dengan triwulan III-2011, posisi kredit MKM tercatat Rp12.535 miliar atau tumbuh 26,29% (yoy). Jika dilihat berdasarkan skalanya, kredit kecil (di atas Rp50 juta namun di bawah Rp500 juta) memiliki pangsa terbesar yakni 63,39%, kredit menengah (di atas Rp500 juta namun di bawah Rp5 miliar) pangsanya mencapai 26,42%, dan sisanya 10,19% merupakan kredit mikro (di bawah Rp50 juta). Sementara itu, jika dilihat tren pertumbuhan laju kredit MKM pada grafik 3.16, nampak bahwa pada triwulan I-2011, persentase pertumbuhan kredit MKM mengalami penurunan 50 yang cukup signifikan. Penurunan pertumbuhan kredit MKM disebabkan oleh perubahan definisi kredit MKM dari Bank Indonesia yang mulai diimplementasikan oleh bank pelapor melalui Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) pada pertengahan tahun 2009. Sebelum adanya perubahan definisi kredit ini, bank pelapor masih memasukkan data kredit konsumsi kedalam komponen kredit MKM. Dalam masa transisi, beberapa bank pelapor telah menghilangkan kredit konsumsi dari komponen kredit MKM sehingga jika dilakukan perbandingan dengan data sebelumnya akan menghasilkan penurunan laju pertumbuhan. Namun demikian pada triwulan III-2011, laju pertumbuhan kredit MKM sudah mulai menunjukkan adanya tren peningkatan dari 24,97% (yoy) pada triwulan II-2011 menjadi 26,29% (yoy) pada triwulan III-2011. Grafik 3.16. Laju Pertumbuhan Kredit UMKM dan Total Kredit (%) 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2009 Q2 Q3 Q4 Q1 2010 Kredit Umum Q2 Q3 2011 Kredit UMKM Sumber: Bank Indonesia Manado Jika melihat pangsa kredit MKM terhadap penyaluran kredit perbankan secara keseluruhan pada triwulan III-2011, pangsa kredit MKM tercatat 85,70%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya tercatat 83,38% (yoy). Kenaikan pangsa kredit MKM ditopang oleh semakin membaiknya kualitas kredit yang disalurkan tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) sebesar 3,23% pada akhir triwulan III-2011. Grafik 3.17. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Rp. Miliar) Grafik 3.18. Non Performing Loan Kredit UMKM (Rp. Miliar) 9,000 Q3 8,000 2011 7,000 6,000 5,000 Q2 Q1 4,000 3,000 Q4 2,000 Menengah 2010 1,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2009 Q3 Q4 Q1 2010 Mikro Kecil Sumber: Bank Indonesia Manado Q2 2011 Menengah Q3 Q3 Kecil Q2 Mikro Q1 - 50 100 150 200 Sumber: Bank Indonesia Manado 51 3.4 STABILITAS SISTEM PERBANKAN Stabilitas sistem perbankan di Sulawesi Utara relatif terkendali. Non Performing Loans (NPLs) relatif terjaga, berada pada tingkat dibawah batas ketentuan BI yaitu 5%. Sementara itu, aspek penyerapan dana yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) berada pada level sedikit diatas 100%. Sedangkan volatilitas kurs diperkirakan tidak akan berdampak besar terhadap risiko pasar, karena paparan tehadap transaksi valuta asing yang tidak tinggi. Sementara itu, perkembangan indikator lainnya (Kelonggaran tarik, NIM, ROA dan BOPO) menunjukkan perkembangan yang positif. 3.4.1 Risiko Kredit Pada triwulan III-2011 risiko kredit perbankan Sulawesi Utara masih terkendali yang tercermin dari indikator Non Performing Loans (NPLs) dan konsentrasi kredit secara keseluruhan. Ratio NPLs (bruto) tetap terjaga pada level dibawah batas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (5%) tercatat sebesar 3.54%. Dengan nilai NPLs yang relatif terjaga maka terdapat peluang untuk terus meningkatkan kinerja penyaluran kredit, terutama pada sektor-sektor yang produktif. Lebih lanjut, terdapat penurunan NPLs pada hampir semua sektor ekonomi terutama pada sektor pertanian. Hal ini tidak lepas dari upaya-upaya perbankan dalam perbaikan kualitas kredit. Selain itu, perbaikan kualitas kredit pertanian pada triwulan laporan diperkirakan merupakan dampak membaiknya kemampuan debitur dalam mengembalikan pinjamannya seiring dengan naiknya harga beberapa komoditi perkebunan seperti cengkih, kopra dan pala. Sementara itu, apabila dilihat dari indikator konsentrasi kredit secara keseluruhan, dapat terlihat bahwa sebagian besar kredit disalurkan pada sektor yang memiliki tingkat NPL yang relatif rendah yakni sektor lainnya (Konsumsi) dengan pangsa mencapai 56,82% dari total kredit memiliki tingkat NPL sebesar 2,02%. Grafik 3.19. Kredit & NPLs Sektoral Tw. III-2011 8,000 12.00 Kredit (Rp miliar) 7,000 NPL (%) 6,000 8.00 5,000 4,000 3,000 4.00 2,000 1,000 - Keterangan : 1 = Pertanian 2 = Pertambangan 3 = Industri 4 = Listrik, Gas, dan Air Bersih 5 = Konstruksi 6 = PHR 7 = Transportasi&Komunikasi 8 = Jasa-jasa 9 = Lainnya (Konsumsi) 0.00 1 2 3 4 5 6 Sumber: Bank Indonesia Manado 7 8 9 52 3.4.2 Risiko Likuiditas Indikator risiko likuiditas perbankan Sulawesi Utara, yaitu konsentrasi jangka waktu sumber dana dan tingkat Loan Deposit Ratio (LDR) menunjukkan bahwa risiko likuiditas pada triwulan laporan cukup terkendali, walaupun perlu terus mendapat perhatian. Dilihat berdasarkan konsentrasi jangka waktu sumber pembiayaannya, Dana Pihak Ketiga (DPK) di Sulawesi Utara cenderung didominasi oleh dana-dana jangka pendek (tabungan) yang berpotensi menciptakan maturity mismatch karena kredit yang disalurkan perbankan jangka waktunya relatif lebih panjang daripada penempatan dana masyarakat. Kondisi ini perlu dikelola dengan baik oleh perbankan, dimana perbankan dituntut untuk mampu memproyeksikan profil DPK yang dimiliki. Selanjutnya angka Loan to Deposit Ratio (LDR) pada triwulan laporan tercatat 110%, meningkat dari posisinya di periode yang sama tahun lalu sebesar 107,11%. Perlu digaris bawahi bahwa perhitungan LDR ini hanya membagi jumlah total kredit yang disalurkan dengan jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh perbankan. Meningkatnya rasio LDR ini disebabkan karena pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK yang berhasil dihimpun bank. Berdasarkan wilayah administratifnya, rasio LDR terendah dialami oleh Kota Manado sebesar 101,31%. Sedangkan LDR tertinggi dicapai oleh Grafik 3.20. Loan to Deposit Ratio (LDR) Berdasarkan Kabupaten/Kota Bitung Q3 2010 Kabupaten Minahasa sebesar 169,30%, disusul kemudian berturut-turut oleh Kabupaten Bolaang Q2 2011 Manado Mongondow sebesar 134,28%, Kabupaten Sangihe Sangihe Talaud Talaud sebesar 110,48%, dan Kota Bitung sebesar Bolmong Q3 2011 101,40%. Tingginya rasio LDR di wilayah-wilayah Minahasa tersebut mengindikasikan bahwa wilayah tersebut merupakan kawasan yang sedang berkembang dan membutuhkan banyak kucuran dana, - 50 100 150 200 Sumber: Bank Indonesia Manado yang diantaranya diperoleh dari penyaluran kredit oleh perbankan di wilayah tersebut. 3.4.3 Risiko Pasar Risiko pasar yang dihadapi oleh perbankan Sulawesi Utara relatif terkendali yang tercermin dari rendahnya tingkat fluktuasi suku bunga. Tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) yang cenderung tetap, menyebabkan pergerakan suku bunga perbankan di Sulut pun 53 bergerak dalam batasan yang relatif kecil. Sementara itu, volatilitas kurs diperkirakan tidak akan berdampak besar terhadap kinerja perbankan Sulawesi Utara, karena minimnya transaksi valuta asing di perbankan Sulawesi Utara. 3.4.4 Indikator perbankan lainnya Rasio Kelonggaran Tarik Kredit Perkembangan rasio kelonggaran tarik kredit bank umum pada triwulan III-2011 Grafik 3.21. Kelonggaran Tarik Kredit Bank Umum memperlihatkan Rp Miliar 18,000 adanya kecenderungan peningkatan. Tercatat rasio % 7 16,000 6 kelonggaran tarik pada September 2011 sebesar 14,000 5 12,000 4 3,34%, mengalami kenaikan dibandingkan periode 10,000 3 8,000 2 yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 2,62%. 6,000 1 4,000 Kondisi ini mencerminkan bertambahnya jumlah Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2009 Plafond Q3 Q4 Q1 2010 Q2 Q3 2011 10,1 10,6 11,0 11,7 13,1 13,6 14,0 14,9 15,4 16,3 17,2 Outstanding 9,09 9,62 10,0 10,4 10,8 11,4 11,9 12,6 12,9 13,9 14,6 kredit yang tidak dicairkan oleh nasabah, sehingga risiko idle money pada perbankan Sulawesi Utara Q1 Rasio UL (%) 6.20 5.50 5.38 6.31 2.32 2.15 2.62 2.50 2.62 2.43 3.34 Sumber: Bank Indonesia Manado meningkat. Net Interest Margin (NIM) Net Interest Margin (NIM) didefinisikan sebagai Grafik 3.22. Net Interest Margin Bank Umum (Rp Miliar) salah satu indikator penilaian terkait kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Berdasarkan 2,500 2,000 neraca konsolidasi bank umum di Sulut, saldo bersih pendapatan bunga setelah dikurangi biaya 1,500 1,000 500 bunga atau yang biasa disebut Net Interest Margin (NIM) pada triwulan - laporan menunjukkan angka yang positif sebesar Rp1.279 Q1 Q2 Q3 Q4 2009 Q1 Q2 Q3 2010 Q4 Q1 Q2 Q3 1,800 1,600 1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 - 2011 Pend.Bunga 363 748 1,15 1,58 490 1,00 2,01 2,09 576 1,15 1,78 Biaya Bunga 78 235 348 456 134 276 426 589 162 332 503 NIM 285 513 805 1,12 356 730 1,58 1,50 414 827 1,27 miliar, mengalami penurunan bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat Sumber: Bank Indonesia Manado Rp1.585 miliar. Rasio BOPO Rasio BOPO menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya. Rasio BOPO yang tinggi mencerminkan kinerja bank yang belum optimal dan efisien. Sampai dengan triwulan laporan, tingkat efisiensi operasional perbankan menurun yang 54 - tercermin dari peningkatan rasio BOPO bank umum dari 71,46% pada triwulan yang sama tahun sebelumnya menjadi 85,79% pada triwulan laporan. Hal ini dapat diartikan bahwa bank masih belum efisien dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Return on Asset (ROA) Return on Asset (ROA) merupakan suatu rasio yang mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan laba dengan aset yang dimilikinya. Sampai dengan triwulan III-2011, rasio ROA bank umum tercatat sebesar 2,01%, mengalami penurunan bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 3,20%. Kondisi ini mencerminkan sedikit menurunnya kinerja perbankan dalam menghasilkan return dari asset yang dikelolanya pada triwulan laporan. Grafik 3.23. Rasio Biaya dan Pendapatan Operasional Bank Umum Rp Miliar 2,500 2,000 1,500 1,000 500 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2009 Q3 2010 Q4 Q1 Q2 Q3 2011 BO 322 683 PO 423 880 1,35 1,85 538 1,09 1,68 2,29 632 1,27 1,93 997 1,32 377 % 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 - Grafik 3.24. Return On Asset Bank Umum 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - Q1 Sumber: Bank Indonesia Manado Q2 Q3 Q4 Q1 2009 847 1,20 1,62 421 921 1,66 Rasio 76.0 77.6 73.4 71.5 70.0 77.0 71.4 70.5 66.6 72.0 85.7 600 550 500 450 400 350 300 250 200 150 100 50 - Q2 Q3 Q4 Q1 2010 Q2 Q3 2011 Aset (Rp Juta) - Left Axis 13,635 14,235 14,860 14,769 15,114 15,928 16,695 17,504 17,984 19,202 20,782 L/R (Rp Juta) - Right Axis 134 253 459 428 167 313 534 527 212 423 418 Sumber: Bank Indonesia Manado 3.5 PERKEMBANGAN PERBANKAN SYARIAH Secara umum, indikator kinerja bank umum syariah di Sulawesi Utara pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan positif. Total aset bank umum syariah secara tahunan, sampai dengan posisi September 2011 meningkat sebesar 20,46% (yoy), sejalan dengan pertumbuhan kredit sebesar 48,16%. Sementara itu, DPK tercatat mengalami pertumbuhan sebesar 33,13% (yoy) pada triwulan laporan. Dengan kondisi tersebut, Financing to Deposit Ratio (FDR) meningkat dari 208,33% pada triwulan III-2010 menjadi sebesar 231,85% pada triwulan III-2011. Kedepan, diperlukan upaya penguatan inovasi produk dan infrastruktur industri serta penguatan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan kinerja perbankan syariah. 55 Tabel 3.3. Indikator Utama Perbankan Syariah di Sulawesi Utara (Rp miliar) 2009 Q1 Q2 2010 Q3 Q4 Q1 Q2 2011 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Asset 129.31 142.58 149.30 161.37 165.76 199.25 288.12 304.69 331.31 330.49 347.06 DPK 155.29 167.43 164.40 94.68 83.20 90.29 104.37 125.46 128.38 133.03 138.95 Giro 11.94 13.78 14.80 13.71 7.89 9.10 11.85 13.81 13.12 12.14 12.76 Tabungan 91.70 101.52 98.27 61.22 50.51 59.52 67.33 79.98 76.95 86.02 90.31 Deposito 51.65 52.12 51.33 19.76 24.80 21.68 25.20 31.67 38.30 34.87 35.88 120.94 134.27 139.50 145.25 150.07 185.92 217.44 240.06 246.04 285.07 322.15 248.81 Kredit Investasi 114.90 127.07 129.54 133.15 135.83 170.57 199.82 215.85 217.87 243.62 Modal Kerja 2.41 2.74 2.73 2.84 2.99 3.33 3.55 3.60 3.62 3.96 5.71 Konsumsi 3.63 4.45 7.23 9.26 11.25 12.02 14.07 20.61 24.55 37.49 67.63 77.88 80.19 84.85 153.41 180.37 205.91 208.33 191.35 191.65 214.29 231.85 FDR (%) Sumber: Bank Indonesia Manado 3.6 PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT Tabel 3.4. Indikator Utama Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sulawesi Utara (Rp. Miliar) Komponen 2009 Q3 Q4 Q1 Q2 2011 Q2 Q3 207.9 220.4 237.8 241.1 272.0 301.9 334.3 402.0 430.6 496.2 563.1 DPK 153.0 160.3 171.5 170.9 192.8 221.8 255.0 281.8 308.4 348.5 395.0 108.8 113.1 120.3 119.7 135.7 155.2 189.7 207.0 236.5 267.9 318.6 Tabungan Q2 2010 Aset Deposito Q1 Q3 Q4 Q1 44.2 47.2 51.2 51.3 57.0 66.7 65.4 74.8 71.9 80.6 76.4 163.7 181.5 195.6 202.7 212.3 230.3 246.8 288.3 322.5 383.6 420.1 Modal Kerja 39.6 45.7 51.0 54.4 56.4 63.3 74.1 81.9 104.4 92.4 100.1 Investasi 14.5 13.5 13.4 13.5 13.1 14.1 12.3 10.9 15.7 14.1 13.2 Konsumsi 109.5 122.3 131.2 134.8 142.8 152.9 160.5 195.5 202.4 277.1 306.8 Pertanian 3.1 3.2 3.9 4.4 4.8 4.5 4.8 4.4 4.5 4.7 5.6 Perindustrian 0.5 0.6 0.5 0.6 0.6 0.7 0.9 3.9 5.4 3.6 2.8 28.1 28.2 31.6 31.7 34.1 37.8 41.4 43.8 41.8 46.2 49.5 Kredit Jenis Penggunaan Sektoral PHR Jasa-jasa 14.3 15.1 18.1 16.2 18.6 18.5 20.5 18.7 53.6 33.6 33.2 Lain-lain 117.7 134.4 141.5 149.8 154.2 168.6 179.2 217.5 217.2 295.4 329.0 LDR (Persen) 107.0 113.2 114.0 118.6 110.1 103.8 96.8 102.3 104.6 110.1 106.3 NPL (Persen) 3.5 3.2 3.3 2.9 3.4 3.8 4.4 4.2 4.7 3.8 4.2 Kinerja BPR Provinsi Sulawesi Utara pada triwulan III-2011 menunjukkan pertumbuhan positif yang tercermin dari pertumbuhan aset, DPK dan kredit. Aset BPR pada September 2011 mengalami pertumbuhan positif sebesar 68,43% (yoy), menjadi Rp563,1 miliar. Pertumbuhan aset BPR pada periode laporan terutama didorong oleh pertumbuhan kredit tercatat 70,22% atau mencapai Rp420,1 miliar. Secara sektoral, kredit terutama disalurkan pada sektor lain-lain (konsumsi) dengan pangsa 78,32% dan sektor PHR dengan pangsa 11,78%. Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar kredit yang disalurkan BPR merupakan kredit konsumsi dengan pangsa mencapai 73,03% dari total kredit. Hal ini diperkirakan tidak lepas dari kegiatan konsumsi masih menjadi lokomotif pertumbuhan 56 ekonomi daerah disamping meningkatnya aktivitas ekonomi khususnya di sektor konsumsi yang didorong oleh kenaikan pendapatan sebagian besar masyarakat di Sulawesi Utara. Sejalan dengan hal tersebut, DPK juga mengalami pertumbuhan positif sebesar 54,89%(yoy) dengan jumlah nominal sebesar Rp395 miliar. Berdasarkan komponen pembentuknya, deposito masih mendominasi DPK BPR dengan pangsa 80,66%. Pertumbuhan DPK BPR jauh lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pertumbuhan DPK bank umum. Hal ini diduga terkait dengan masih relatif lebih menariknya suku bunga simpanan di BPR dibandingkan suku bunga perbankan. Melihat kondisi tersebut, diperlukan perhatian lebih pada penataan ulang efisiensi BPR, terutama bagaimana dapat menekan suku bunga pinjaman yang saat ini berada pada tingkat yang cukup tinggi akibat tingginya suku bunga sumber dana pembiayaan BPR. Fungsi intermediasi pada BPR juga menunjukkan adanya peningkatan, hal ini tercermin dari kenaikan rasio LDR dari 96,80% pada triwulan III-2010 menjadi 106,3% pada triwulan laporan. Sementara itu, kualitas kredit BPR juga mengalami perbaikan seperti ditunjukkan oleh tren penurunan persentase kredit bermasalah (NPL gross) dari 4,4% pada triwulan III2010 menjadi 4,2% pada triwulan III-2011. 57 Halaman ini sengaja dikosongkan 58 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan pemerintah daerah dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan, meningkatkan output, mencapai pertumbuhan dan stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum. Selain itu, APBD merupakan kebijakan operasional yang menjadi turunan dari strategi pembangunan pemerintah daerah yang telah ditetapkan, sehingga dapat terlihat arah keberpihakan pemerintah daerah. APBD seharusnya menggambarkan angka-angka ekonomis yang mencerminkan kebutuhan masyarakat untuk memecahkan masalah dan meningkatkan kesejahteraannya. Pada hakikatnya anggaran daerah merupakan alat untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat. Pembahasan dan analisa kinerja APBD dalam laporan ini meliputi perkembangan kinerja anggaran pemerintah daerah di tingkat Provinsi, sedangkan kinerja anggaran untuk 15 Kabupaten/Kota yang ada di Sulawesi Utara belum dapat tersajikan dalam laporan karena terkendala oleh keterbatasan data yang diperoleh. Transfer dana dari pemerintah pusat yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) ke Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara pada Tahun 2011 khususnya Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Alokasi Umum (DAU) mencapai Rp5,67 Triliun atau naik 12,05% dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan komponen penyusunnya, kenaikan transfer dana dari pemerintah pusat terutama berasal dari DAU yang naik 10,72% (yoy), mencapai Rp4,96 triliun. Sejalan dengan itu, DAK juga mengalami peningkatan 1,33% (yoy) atau mencapai Rp709,18 miliar pada periode laporan. Tabel 4.1. Perkembangan Transfer Dana Pusat Ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara Dana Dana Alokasi Umum (DAU) Dana Alokasi Khusus (DAK) TOTAL 2007 3,071,594 501,621 3,573,215 2008 3,427,845 673,556 4,101,401 2009 4,059,322 887,196 4,946,518 2010 4,431,419 699,748 5,131,167 2011 4,963,779 709,185 5,672,964 Sumber : Dirjen Perimbangan Keuangan Depkeu 59 4.1. Dana Perimbangan di Sulawesi Utara 4.1.1 Struktur Dana Perimbangan di Sulawesi Utara Alokasi dana perimbangan yang terdiri atas Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) dari pemerintah pusat bagi Provinsi/Kab/Kota di wilayah Sulawesi Utara Tahun 2011 meningkat sebesar 12,05% dibandingkan dengan Tahun 2010. Secara agregat, jumlah alokasi dana perimbangan dari pemerintah pusat ke provinsi, kabupaten dan kota di Sulawesi Utara mencapai Rp5,67 triliun. Seluruh Kabupaten/Kota bahkan di tingkat Provinsi di Tahun 2011 mengalami peningkatan alokasi anggaran dibandingkan tahun lalu. Tabel 4.2. Dana Perimbangan ke Prov/Kab/Kota di Wilayah Sulawesi Utara Daerah Sulawesi Utara Bolaang Mongondow Minahasa Sangihe Bitung Manado Kepualuan Talaud Minahasa Selatan Tomohon Minahasa Utara Kotamobagu Bolaang Mongondow Utara Kepualuan Sitaro Minahasa Tenggara Bolmong Timur Bolmong Selatan TOTAL DAK 2010 2011 17,439 29,288 42,412 52,681 41,869 50,652 56,607 60,702 25,800 28,000 28,014 42,959 45,112 45,301 44,944 43,241 20,799 34,560 39,959 47,726 45,704 27,514 43,760 45,454 40,859 46,520 35,234 44,095 53,204 56,185 46,889 54,309 628,605 709,185 DAU 2010 2011 558,635 619,711 295,800 320,510 374,744 409,491 286,315 322,079 274,296 304,672 420,481 482,454 256,908 278,873 289,949 331,072 219,721 247,394 266,587 307,575 201,553 223,190 208,127 228,525 222,678 256,258 220,929 254,096 161,164 182,376 176,192 195,503 4,434,079 4,963,779 Sumber : BAPPEDA Sulut, diolah Berdasarkan alokasi dana perimbangan di masing-masing kabupaten/kota/provinsi di Tahun 2011, Provinsi Sulawesi Utara mendapatkan alokasi terbesar yakni Rp648,99 miliar dengan pangsa 11,44%. Berikutnya adalah Kota Manado sebesar Rp525,41 miliar dengan pangsa 9,26% dari total anggaran, Kabupaten Minahasa sebesar Rp.460,14 miliar dengan pangsa 8,11% dan Kabupaten Sangihe sebesar Rp382,78 miliar dengan pangsa 6,75%. Alokasi dana terendah diperoleh oleh Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dengan pangsa 4,21% dari total dana perimbangan atau sebesar Rp238,56 milliar. 60 Grafik 4.2. Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2011 Grafik 4.1. Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2010 4.23% 4.41% 5.06% 4.21% 11.38% 6.68% 5.21% Bolmong Minahasa Sangihe Bitung 4.98% 8.23% 4.88% 6.77% 6.06% Kep. Talaud 6.61% Manado Minsel Tomohon Minut Kotamobagu Bolmut Kep. Sitaro 5.93% 4.75% Provinsi Boltim Minteng 11.44% 5.26% 6.58% 5.34% 4.83% 8.11% 4.42% 6.75% 6.26% 5.86% Bolsel 4.97% 8.86% 4.40% 6.60% Provinsi Bolmong Minahasa Sangihe Bitung Manado Kep. Talaud Minsel Tomohon Minut Kotamobagu Bolmut Kep. Sitaro Minteng Boltim Bolsel 9.26% 5.71% 5.97% Sumber: BAPPEDA Sulut, diolah Sumber: BAPPEDA Sulut, diolah Grafik 4.3. Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2011 700,000 600,000 500,000 400,000 300,000 200,000 DAU 100,000 DAK Dana Perimbangan - Sumber: BAPPEDA Sulut, diolah Berdasarkan komponennya, alokasi dana perimbangan di masing – masing kabupaten/kota di Sulawesi Utara pada APBD Tahun 2011 sebagian besar berasal dari Dana Alokasi Umum dengan pangsa mencapai 87,50%. 4.1.2. Struktur Belanja (Alokasi Dana Perimbangan) Struktur Belanja Pemerintah Daerah di Provinsi Sulawesi Utara secara umum didominasi oleh belanja tidak langsung (belanja pegawai) tercermin dari Rasio APBD 2011 Belanja Tidak Langsung yang rata-rata berada diatas 30%. Rasio terbesar terjadi pada Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim) tercatat 70,29% sedangkan rasio terendah terjadi pada Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) tercatat 33,22%. 61 Tingginya Rasio APBD 2011 Belanja Tidak Langsung mencerminkan bahwa kinerja belanja APBD masih didorong pembelanjaan gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) seiring dengan semakin meningkatnya jumlah PNS di Sulut. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan sektor konsumsi semakin dominan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Sulut. Untuk menggiatkan kinerja kegiatan produktif perlu didukung oleh aktivitas belanja modal dan belanja tidak langsung. Tabel 4.4. Rincian Alokasi Dana Perimbangan Sulawesi Utara Tahun 2011 Daerah DAU (Rp miliar) Belanja Tidak Rasio APBD Jumlah Langsung Belanja Tdk PNS (Rp miliar) Langsung (%) (Orang) Prov. Sulut 619,70 689,40 53,12 6.115 Manado 482,45 514,40 64,10 8.760 Bitung 304,67 277,50 66,73 4.445 Tomohon 247,39 191,20 55,23 3.287 Minahasa 409,49 411,22 70,25 7.167 Minsel 331,07 265,68 65,02 6.300 Minut 307,57 260,08 59,28 4.330 Mitra 254,09 217,03 53,42 2.612 Bolmong 320,51 273,20 56,70 5.067 Kotamobagu 223,19 171,70 51,22 2.808 Bolmut 228,52 127,70 33,22 1.593 Boltim 182,37 244,24 70,29 1.300 Bolsel 195,50 118,55 40,44 1.235 Sangihe 322,07 318,42 69,71 5.125 Sitaro 256,09 170,52 40,24 3.112 Talaud 278,87 229,55 59,94 4.183 Jumlah 4.963,55 4.480,39 57,39 67.439 Sumber : Biro Keuangan Prov. Sulut 4.3. APBD di Tingkat Provinsi 4.2.1. Pendapatan Daerah di Tingkat Provinsi Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara meningkatkan target pendapatan secara umum. Hal ini tercermin dari peningkatan target pendapatan pada APBD P 2011 dibandingkan APBD P 2010 dan APBD 2011 (sebelum perubahan). Peningkatan terutama berasal dari meningkatnya anggaran alokasi transfer pemerintah pusat ke daerah (dana perimbangan). Sampai dengan periode laporan, total target dana perimbangan mencapai Rp722,36 miliar, mengalami peningkatan 8,37% dibandingkan tahun lalu atau mengalami peningkatan 3% dibandingkan target APBD 2011 (sebelum perubahan). Peningkatan ini sejalan dengan 62 komitmen pemerintah pusat untuk meningkatkan kapasitas daerah serta mengurangi kesenjangan publik. Tabel 4.3. Ringkasan Perubahan APBD tahun 2011 No I II III IV APBD-P 2011 (Rp Juta) Uraian Pendapatan Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Lain-lain PAD yang Sah Belanja Belanja Tidak Langsung • Belanja Pegawai • Belanja Hibah • Belanja Bantuan Sosial • Belanja Bagi Hasil • Belanja Bantuan Keuangan • Belanja Tidak Terduga Belanja Langsung • Belanja Pegawai • Belanja Barang dan Jasa • Belanja Modal Surplus/(Defisit) Pembiayaan APBD 2011 (Rp Juta) 1,339,429 516,085 722,359 100,985 1,443,703 715,513 424,083 43,783 39,720 205,147 1,280 1,500 728,189 60,999 397,869 269,321 (104,273) 104,273 Bertambah/ (Berkurang) 1,259,702 451,755 703,999 103,947 1,297,908 689,406 420,523 35,383 45,720 172,000 5,780 10,000 608,503 55,793 329,125 223,584 (38,207) 38,207 6% 14% 3% -3% 11% 4% 1% 24% -13% 19% -78% -85% 20% 9% 21% 20% 173% 173% Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah Sejalan dengan itu, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara juga meningkatkan target Pendapatan Asli Grafik 4.3. Komposisi Pendapatan Daerah Prov. Sulawesi Utara Daerah (PAD) menjadi Rp516 miliar pada APBD P 1,600,000 80% 1,400,000 70% atau meningkat 14% dibandingkan dengan target 1,200,000 60% 1,000,000 50% PAD pada APBD 2011 (sebelum perubahan). Hal ini 800,000 40% 600,000 30% 400,000 20% 200,000 10% 2011, meningkat 47,44% dibandingkan tahun lalu merupakan komitmen Pemerintah Provinsi Sulut dalam mengurangi ketergantungan Pemerintah Provinsi terhadap Pemerintah Pusat mengingat masih besarnya rasio dana perimbangan dibandingkan total pendapatan Provinsi Sulut yang menandakan kegiatan ekonomi dan sosial - 0% 2007 2008 2009 2010 2011 Dana Perimbangan PAD Proporsi Dana Perimbangan thd Total Pendapatan Provinsi Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah masyarakat Sulawesi Utara sebagian besar masih digerakkan oleh dana yang berasal dari pemerintah pusat (grafik 4.3). Namun demikian, proporsi Dana Perimbangan terhadap Total Pendapatan Provinsi menunjukkan tren penurunan selama 5 (lima) tahun terakhir hingga tercatat sebesar 54% pada tahun 2011. 63 Tabel 4.4. Kinerja Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 September 2011 Uraian PENDAPATAN Pendapatan Asli Daerah - Pajak Daerah - Retribusi Daerah - Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah - Lain-lain Dana Perimbangan - Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) - Dana Alokasi Umum - Dana Alokasi Khusus Lain-lain Pendapatan yang Sah 908,495 306,971 268,632 8,193 13,554 16,592 526,589 85.2 87.7 86.1 70.7 82.1 165.7 79.0 1,339,429 516,085 467,523 6,591 23,000 18,970 722,359 Proporsi APBD-P 2011 (%) 100.0 38.5 90.6 1.3 4.5 3.7 53.9 8 47,858 151 73,360 10.2 40,287 77.3 7.3 4.7 465,651 13,079 74,936 83.4 24.7 149.9 619,711 29,288 100,985 85.8 4.1 7.5 516,426 21,966 70,845 1,066,545 350,031 311,927 11,589 16,500 10,015 666,514 Proporsi APBD 2010 (%) 100.0 32.8 60.4 2.2 3.2 1.9 62.5 55,000 558,635 52,879 50,000 APBD 2010 (Rp Juta) Realisasi APBD Nominal APBD-P 2011 (Rp Juta) % Realisasi APBD Nominal 1,023,876 374,352 353,203 4,607 0 16,542 578,679 % 76.4 72.5 75.5 69.9 0.0 87.2 80.1 54.9 83.3 75.0 70.2 Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah Sementara itu, tingkat realisasi pendapatan sampai dengan triwulan III 2011 lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sampai dengan triwulan laporan tingkat pendapatan secara umum baru terealisasi 76,4% dari total target pendapatan atau lebih rendah dibandingkan pencapaian tahun lalu yang tercatat sebesar 85,2%. Apabila dilihat berdasarkan komponennya, pencapaian terbesar terjadi pada Dana Perimbangan dengan tingkat pencapaian sampai dengan triwulan III 2011 sebesar 80,1%. Realisasi dana perimbangan terutama bersumber pada Dana Alokasi Umum (DAU) dengan proporsi 85,8% Selanjutnya tingkat realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Lain-lain PAD yang sah tercatat masing-masing sebesar 72,5% dan 70,2%. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sulawesi Utara sampai dengan triwulan III 2011 masih didominasi oleh pendapatan yang bersumber dari pajak daerah dengan proporsi 90.6%. 4.2.2. Belanja Daerah di Tingkat Provinsi Di sisi belanja, Provinsi Sulawesi Utara menganggarkan dana yang cukup besar. Alokasi belanja Provinsi Sulawesi Utara adalah sebesar Rp1,44 triliun atau meningkat 32,02% dari tahun sebelumnya. Namun demikian, peningkatan alokasi belanja ini tidak diikuti dengan peningkatan realisasinya. 64 Tabel 4.5. Kinerja Belanja Daerah Provinsi Sulawesi Utara s.d. 30 September 2011 Uraian BELANJA Belanja Tidak Langsung • Belanja Pegawai • Belanja Hibah • Belanja Bantuan Sosial • Belanja Bagi Hasil • Belanja Bantuan Keuangan • Belanja Tidak Terduga Belanja Langsung • Belanja Pegawai • Belanja Barang dan Jasa • Belanja Modal APBD 2010 (Rp Juta) 1,093,545 607,711 355,711 63,500 45,000 132,000 4,000 7,500 485,834 46,677 231,236 207,921 Proporsi APBD 2010 100.0 55.6 58.5 10.4 7.4 21.7 0.7 1.2 44.4 9.6 47.6 42.8 Realisasi APBD APBD -P 2011 Proporsi (Rp Juta) APBD Nominal % 736,000 67.3 1,443,703 100.0 464,096 76.4 715,513 49.6 247,155 69.5 424,083 59.3 108,498 170.9 43,783 6.1 29,951 66.6 39,720 5.6 74,086 56.1 205,147 28.7 4,000 100.0 1,280 0.2 405 5.4 1,500 0.2 271,905 56.0 728,189 50.4 27,336 58.6 60,999 8.4 169,153 73.2 397,869 54.6 75,416 36.3 269,321 37.0 Realisasi APBD Nominal % 749,793 51.9 416,039 58.1 280,090 66.0 16,642 38.0 17,350 43.7 101,192 49.3 265 20.7 500 33.3 333,754 45.8 28,762 47.2 187,883 47.2 117,109 43.5 Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah Total belanja daerah yang dianggarkan dalam APBD-P 2011 adalah sebesar Rp1,44 triliun, mengalami peningkatan dibandingkan total belanja pada APBD 2010 yang tercatat sebesar Rp1,09 triliun. Namun, peningkatan pada alokasi anggaran belanja ini tidak diikuti dengan peningkatan realisasinya. Sampai dengan triwulan III-2011 realisasi belanja tercatat sebesar 51,9% dari total anggaran atau lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya tercatat 67,3% dari total anggaran. Menurut komponen pembentuknya, belanja Provinsi terdiri atas belanja langsung dan tidak langsung dengan pangsa masing-masing 49,6% dan 50,4%. Belanja tidak langsung didominasi oleh belanja pegawai dengan pangsa 59,3% atau mencapai Rp424,08 miliar, sisanya merupakan belanja hibah (6,1%), belanja bantuan sosial (5,6%), belanja bagi hasil (28,7%), belanja bantuan keuangan (0,2%), dan belanja tidak terduga (0,2%). Sementara itu belanja langsung didominasi oleh belanja barang dan jasa dengan pangsa 54,6%, sisanya merupakan belanja modal (37%) dan belanja pegawai (8,4%). Komposisi tersebut mengkonfirmasi data pertumbuhan ekonomi Sulut yang terutama didorong oleh sektor konsumsi. Sementara itu, tingkat realisasi belanja modal pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan dari 36,3% pada triwulan II-2010 menjadi 43,5% pada triwulan laporan. Peningkatan belanja modal ini sejalan dengan realisasi proyek fisik pemerintah seperti pembangunan/perbaikan jalan, irigasi dan lainnya yang telah berjalan. 65 Tabel 4.6. Rekapitulasi Proyek Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara No A. B. Instansi Pemerintah Provinsi Sulut 1. Badan Perpustakaan 2. Dinas PU 3. Dinas Pertanian & Peternakan 4. Dinas Kelautan & Perikanan 5. Dinas Kesejahteraan Sosial 6. DPRD 7. Dinas Perhubungan 8. Inspektorat 9. Dinas Perkebunan 10. Dinas Kesehatan 11. Perbatasan Kabupaten/Kota 1. Kota Bitung 2. Kab. Minahasa 3. Kab. Sitaro 4. Kab. Kep. Sangihe 5. Kab. Bolmong 6. Kota Manado 7. Kab. Kep. Talaud 8. Kab. Bolsel 9. Kab. Boltim 10. Kab. Mitra 11. Kab. Minsel Jumlah Paket 67 1 26 6 11 6 2 5 1 4 4 1 387 39 3 128 20 17 16 1 54 66 33 10 Nilai Paket (Rp) 940.000.000 4.241.000.000 3.763.500.000 8.702.829.000 3.219.110.000 1.557.598.000 1.555.000.000 300.000.000 4.088.986.060 1.696.405.400 231.750.200 28.190.710.000 6.105.000.000 84.501.683.965 13.142.349.700 9.477.745.260 12.920.760.810 20.582.566.500 67.367.024.000 89.679.324.657 21.000.000.000 4.111.899.998 Nilai Total Paket (Rp) 30.316.178.660 357.079.064.890 Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sulawesi Utara, diolah 4.2.3. Pangsa APBD Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar Realisasi konsumsi pemerintah memiliki pangsa sebesar 6,89% terhadap PDRB harga berlaku Provinsi Sulawesi Utara di triwulan III-2011. Kontribusi di tingkat kabupaten dan kota relatif sulit untuk diperoleh sehingga hanya besaran-besaran pokok saja yang dimiliki. Sementara itu, dampak realisasi APBD provinsi terhadap perkembangan uang beredar sampai dengan posisi 30 September 2011 berada pada kondisi kontraksi yang berarti jumlah pendapatan pemerintah lebih besar dibandingkan jumlah pengeluaran (belanja pemerintah). 66 Tabel 4.7. Kontribusi APBD Provinsi Terhadap Sektor Riil s.d. 30 September 2011 Uraian PENDAPATAN Pendapatan Asli Daerah - Pajak Daerah - Retribusi Daerah - Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah - Lain-lain Dana Perimbangan - Dana Bagi Hasil Pajak/ Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) - Dana Alokasi Umum - Dana Alokasi Khusus Lain-lain Pendapatan yang Sah BELANJA Belanja Tidak Langsung • Belanja Pegawai • Belanja Hibah • Belanja Bantuan Sosial • Belanja Bagi Hasil • Belanja Bantuan Keuangan • Belanja Tidak Terduga Belanja Langsung • Belanja Pegawai • Belanja Barang dan Jasa • Belanja Modal Realisasi APBD 1 % thd PDRB Tw.III-2011 1,632,995 15.00 374,352 3.44 353,203 3.24 4,607 0.04 0 16,542 842,604 0.15 7.74 859,147 7.89 516,426 21,966 70,845 749,793 416,039 280,090 16,642 17,350 101,192 265 500 333,754 28,762 187,883 117,109 4.74 0.20 0.65 6.89 3.82 2.57 0.15 0.16 0.93 0.00 0.00 3.07 0.26 1.73 1.08 Sumber: Biro Keuangan Daerah Sulawesi Utara, diolah 67 Halaman ini sengaja dikosongkan 68 BAB V PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Sistem pembayaran adalah sistem yang berkaitan dengan kegiatan pemindahan dana dari satu pihak kepada pihak lain yang melibatkan berbagai komponen sistem pembayaran. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembayaran tunai, kliring, maupun Real Time Gross Settlement (RTGS). Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional baik tunai maupun non tunai merupakan salah satu tugas Bank Indonesia yang diamanatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Undang-undang Republik Indonesia No.6 tahun 2009. Bank Indonesia senantiasa berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan uang kartal di masyarakat baik dalam nominal yang cukup, jenis pecahan yang sesuai, tepat waktu dan dalam kondisi layak edar (clean money policy). Sementara itu kebijakan di bidang instrumen pembayaran non tunai tetap diarahkan untuk menyediakan sistem pembayaran yang efektif, efisien, aman dan handal dengan tetap memperhatikan aspek perlindungan konsumen. Sebagai representasi Bank Indonesia di daerah, fungsi mengatur kelancaran sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai di Sulawesi Utara dijalankan oleh Kantor Bank Indonesia (KBI) Manado. Pada triwulan III-2011, nilai transaksi sistem pembayaran non tunai di Sulawesi Utara menunjukkan peningkatan. Transaksi pembayaran melalui Bank Indonesia - Real Time Gross Settlement (BI-RTGS), untuk wilayah Sulawesi Utara, baik secara nominal maupun nominal meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan itu, transaksi dan volume pembayaran melalui kliring di wilayah Sulawesi juga mengalami peningkatan. Selanjutnya aktivitas transaksi tunai di Sulawesi Utara yang dilakukan melalui Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan III-2011 mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. 5.1. Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai 5.1.1. Perkembangan Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow) Perkembangan aliran uang kartal pada triwulan III-2011 di wilayah kerja KBI Manado menunjukkan terjadinya net outflow. KBI Manado mengalami net outflow sebesar Rp252 69 miliar, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami net inflow sebesar Rp183 miliar. Aktivitas transaksi tunai di Sulawesi Utara yang dilakukan melalui Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan III-2011 mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini tercermin pada peningkatan jumlah uang kartal yang dikeluarkan Kantor Bank Indonesia Manado (outflow), yakni dari Rp799 miliar pada triwulan III-2010 menjadi Rp1.240 miliar pada triwulan laporan. Sejalan dengan hal tersebut, aliran uang kartal yang masuk dari masyarakat dan perbankan ke Kantor Bank Indonesia Manado (inflow) pada triwulan III-2011 mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya maupun triwulan lalu. Secara nominal, jumlah uang kartal yang masuk ke KBI Manado adalah sebesar Rp989 miliar, mengalami peningkatan 105,28% (yoy) atau 202,37% (qtq). Secara total aliran uang kartal di KBI Manado masih menunjukkan adanya net outflow Rp252 miliar dimana secara nominal uang kartal yang keluar (Rp1.240 miliar) lebih besar dari uang kartal yang masuk (Rp989 miliar). Hal ini tidak terlepas dari peningkatan konsumsi masyarakat sebagai pengaruh pola musiman perayaan bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada periode laporan. Secara bulanan, KBI Manado mengalami baik net outflow maupun net inflow selama triwulan III-2011. Net outflow terjadi pada Juli dan Agustus 2011 masing-masing secara berturut-turut sebesar Rp146,1 miliar dan Rp530,7 miliar. Selanjutnya pada September 2011 aliran kas mengalami net inflow yang tercatat sebesar Rp425,2 miliar. Grafik 5.1. Netflow Aliran Kas Uang Kartal KBI Manado miliar 1,500 1,000 500 (500) (1,000) (1,500) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 2009 Q2 Q3 Q4 Q1 2010 Q2 Q3 2011 Inflow (+) 613 160 122 235 617 303 482 383 750 327 989 Outflow (-) -18 -355 -235 -687 -0.77 -525 -799 -896 -155 -510 -1,240 Net Flow 595 -195 -113 -453 616 -222 -317 -513 595 -183 -252 Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah 70 5.1.2. Penyediaan Uang Kartal Layak Edar Dalam melaksanakan strategi clean money policy, Bank Indonesia Manado melaksanakan kegiatan pemusnahan uang yang sudah tidak layak edar dengan melakukan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang kartal yang telah lusuh/rusak. Proses pemusnahan tersebut telah dilakukan dengan prosedur dan pengawasan yang ketat terhadap tingkat kelusuhan uang yang dapat dimusnahkan. Selama triwulan III-2011, rasio PTTB terhadap uang kartal masuk tercatat sebesar 37,98%, jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun lalu yang tercatat 64,11%. Secara nominal, jumlah uang yang diberi tanda tidak berharga selama triwulan laporan adalah sebesar Rp376 miliar. Budaya dan perilaku masyarakat yang kurang baik dalam memperlakukan uang kertas seperti melipat, mengokot (men-staples), meremas dan mencorat-coret akan mempercepat kelusuhan uang kertas. Selain itu, karena faktor iklim tropis yang lembab juga akan mempercepat tingkat kelusuhan uang kertas. Grafik 5.2. Rasio Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Terhadap Inflow Miliar 1,200 % 440 400 1,000 360 320 800 280 240 600 200 160 400 120 80 200 40 - Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Inflow 613 PTTB Rasio Q3 Q4 Q1 160 122 235 617 303 482 383 750 53 78 490 209 327 261 297 309 474 326 329 8.57 49.0 402. 89.1 376 42.3 97.8 64.1 123. 43.5 100. 37.9 2009 2010 Q2 Q3 2011 989 Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah 5.1.3. Perkembangan Kas Titipan Dalam perannya sebagai regulator di daerah yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan likuiditas dan kebutuhan uang yang layak edar bagi masyarakat di wilayahnya, Kantor Bank Indonesia Manado melakukan kegiatan kas titipan. Kegiatan kas titipan ini dilakukan khususnya untuk daerah yang lokasinya cukup jauh dari Kantor Bank Indonesia. 71 Penyelenggaraan kegiatan kas titipan ini dilakukan Kantor Bank Indonesia Manado bekerjasama dengan salah satu bank umum di wilayah Gorontalo dan Tahuna. Grafik 5.3. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Gorontalo (Rp. Miliar) 800 600 400 200 0 -200 -400 -600 . -800 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2009 Q3 Q4 Q1 2010 Q2 Q3 2011 Inflow 621 542 645 629 672 547 726 649 779 739 553 Outflow -443 -611 -566 -673 -537 -586 -652 -716 -638 -773 339 Netflow 178 -69 80 -44 135 -39 74 -67 141 -34 214 Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah Kondisi aliran kas titipan di Gorontalo sepanjang triwulan III-2011 menunjukkan posisi net inflow sebesar Rp214 miliar. Pada triwulan laporan jumlah kas titipan yang masuk (inflow) di Gorontalo tercatat Rp553 miliar, sedangkan jumlah kas keluar (outflow) tercatat Rp339 miliar. Grafik 5.4. Netflow Kas Titipan KBI Manado di Tahuna (Rp. Miliar) 150 100 50 0 -50 -100 -150 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 2009 Q3 Q4 Q1 2010 Q2 Q3 2011 Inflow 57 27 40 108 40 39 24 20 77 29 35 Outflow -39 -78 -63 -111 -50 -97 -105 -131 -63 -71 29 Netflow 18 -51 -23 -3.49 -11 -58 -81 -110 14 -42 6 Sumber: Kantor Bank Indonesia Manado, diolah Selain di Provinsi Gorontalo, kas titipan juga terdapat di Kota Tahuna, Kabupaten Kepulauan Sangihe. Pada triwulan III-2011, kas titipan di Tahuna mengalami net inflow 72 sebesar Rp6 miliar, setelah mengalami net outflow sebesar Rp42 miliar pada triwulan sebelumnya. 5.1.4. Penemuan Uang Palsu Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Manado pada triwulan III2011 menunjukkan peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Total uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Bank Indonesia Manado pada triwulan III2011 tercatat sebanyak 126 lembar atau secara nominal tercatat sebesar Rp9,25 juta , lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 75 lembar atau secara nominal Rp3,98 juta. Secara historis, pecahan uang palsu yang paling banyak ditemukan selama dua tahun terakhir adalah uang kertas pecahan Rp100,000 dan Rp50,000 dengan pangsa secara berturut-turut masing-masing sebesar 69,12% dan 20,48%. Terjadinya peningkatan temuan uang palsu merupakan dorongan bagi KBI Manado terus berupaya menekan perkembangan peredaran uang palsu, diantaranya melalui sosialisasi ciri-ciri keaslian uang rupiah kepada semua lapisan masyarakat. Kegiatan sosialisasi tidak hanya dilakukan di Kantor Bank Indonesia, kalangan perbankan, di instansi-instansi pemerintah daerah, akademisi dan sekolah-sekolah namun juga dilakukan di pusat perbelanjaan dan sentra perekonomian di kota Manado. Hal tersebut dilakukan mengingat pusat perbelanjaan juga sangat rentan terhadap kegiatan peredaran uang palsu karena tingginya tingkat perputaran uang yang digunakan untuk melakukan transaksi. Selain itu, secara represif pihak Bank Indonesia juga menjalin kerjasama dengan pihak Kepolisian Daerah Sulawesi Utara dalam upaya penanganan proses hukum. Peran serta aktif masyarakat bersama dengan pihak kepolisian diperlukan untuk dapat membongkar sejumlah kasus pemalsuan uang di Sulawesi Utara Tabel 5.2. Temuan Uang Palsu di Wilayah Kerja KBI Manado Pecahan 2010 Q1 Q2 2011 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 - Rp100.000,- 14 - 94 35 12 21 73 - Rp50.000,- 19 3 10 8 8 32 32 - Rp20.000,- - - 2 6 5 6 14 - Rp10.000,- 1 - - - 1 16 7 - Rp5.000,- 3 - - - - - - - Rp1.000,- - - - - - - - 37 3 106 49 26 75 126 Total Sumber: Bank Indonesia Manado, diolah 73 5.2. Perkembangan Alat Pembayaran Non-Tunai Berkembangnya perekonomian domestik telah berdampak terhadap peningkatan kebutuhan masyarakat akan ketepatan, kehandalan dan keamanan dalam bertransaksi. Berdasarkan latar belakang tersebut, Bank Indonesia secara terus menurus melakukan penyempurnaan dan pengembangan terhadap sistem yang telah ada, termasuk diantaranya melalui penyelenggaraan kliring dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS). 5.2.1. Perkembangan Kliring (Tunai) Perkembangan kliring di wilayah Sulawesi Utara (tunai) selama triwulan III-2011 mengalami peningkatan, jumlah warkat yang dikliringkan sebanyak 91.486 lembar dengan nilai Rp2.167 miliar atau meningkat jumlahnya sebesar 10,41% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Jika dilihat berdasarkan rata-rata harian lembar warkat yang dikliringkan selama periode laporan tercatat sebanyak 1.501 lembar dengan nilai sebesar Rp35,55 miliar atau tumbuh signifikan sebesar 14,12% (yoy). Peningkatan rata-rata jumlah nominal kliring tersebut semakin menegaskan bahwa perekonomian Sulawesi Utara mengalami pertumbuhan positif yang berkelanjutan. Tabel 5.3. Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong di Wilayah Sulawesi Utara KETERANGAN 2010 Q1 Q2 Perputaran Kliring a. Lembar 75,799 80,399 b. Nominal (Rp miliar) 1,658 1,674 Rata-rata perputaran kliring per hari a. Lembar 1,221 1,299 b. Nominal (Rp miliar) 26.73 27.08 Persentase rata-rata penolakan a. Lembar (%) 1.02 2.16 b. Nominal (%) 1.01 2.44 Q3 Q4 Q1 2011 Q2 Q3 82,862 1,914 89,523 2,083 80,909 1,915 86,567 2,093 91,486 2,167 1,315 30.39 1,400 32.52 1,310 31.01 1,418 34.31 1,501 35.55 1.72 1.54 1.33 1.82 1.78 1.99 1.71 2.23 1.57 1.40 Sumber : Kantor Bank Indonesia Manado, diolah Sementara itu, rata-rata penolakan lembar cek/bilyet giro kosong selama triwulan laporan tercatat 1,57% dari rata-rata lembar warkat yang dikliringkan per hari atau mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 1,72%. 74 5.2.2. RTGS (Real Time Gross Settlement) Implementasi sistem BI-RTGS di Indonesia yang bermanfaat sebagai sarana penyelesaian akhir transaksi pembayaran semakin menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu. Hal ini dikarenakan BI-RTGS mempunyai keunggulan dalam kecepatan penyelesaian transaksi (seketika) dan resiko settlement-nya dapat diperkecil. Perkembangan penyelesaian nominal transaksi RTGS selama triwulan III-2011 (dari dan ke wilayah Sulawesi Utara) mencapai Rp3.007 miliar atau mengalami peningkatan nilai sebesar 10,28% (yoy). Sejalan dengan jumlah nilainya yang mengalami peningkatan, volume RTGS pada triwulan laporan juga mengalami kenaikan 6,21% (yoy) dari 5.858 transaksi di triwulan III-2010 menjadi 6.222 transaksi pada triwulan III-2011. Peningkatan transaksi RTGS pada triwulan laporan diperkirakan merupakan salah satu dampak dari pembangunan perekonomian Sulawesi Utara yang terus mengalami pertumbuhan. Tabel 5.4. Perkembangan Traksaksi Melalui RTGS - Real Time Gross Settlement Periode Jan Feb Mar Tw I-2010 Apr Mei Jun Tw II-2010 Jul Agust Sep Tw III-2010 Oct Nov Dec Tw IV-2010 Jan Feb Mar Tw I-2011 Apr Mei Jun Tw II-2011 Juli Agustus September Tw III-2011 Pertumbuhan (YoY %) TO FROM + TO FROM Nilai Nilai Nilai Volume Volume Volume (Miliar Rp) (Miliar Rp) (Miliar Rp) 183 694 709 1,102 892 1,796 192 638 553 1,339 746 1,977 239 833 727 1,120 966 1,953 615 2,165 1,989 3,561 2,604 5,726 214 740 582 968 796 1,708 195 676 523 932 718 1,608 244 800 639 1,077 884 1,877 653 2,216 1,744 2,977 2,397 5,193 240 832 767 1,120 1,007 1,952 244 795 684 1,324 928 2,119 186 666 606 1,121 792 1,787 670 2,293 2,056 3,565 2,727 5,858 234 885 590 1,115 824 2,000 242 933 667 1,226 909 2,159 284 1,018 825 1,338 1,110 2,356 761 2,836 2,082 3,679 2,843 6,515 226 887 673 1,085 899 1,972 220 826 583 1,063 803 1,889 251 981 760 1,366 1,011 2,347 697 2,694 2,016 3,514 2,712 6,208 241 745 456 1,012 698 1,757 229 870 639 1,034 868 1,904 257 861 709 1,219 966 2,080 727 2,476 1,804 3,265 2,531 5,741 234 875 684 1,201 918 2,076 262 887 839 1,322 1,101 2,209 230 833 759 1,104 988 1,937 725 2,595 2,282 3,627 3,007 6,222 8.19 13.17 10.97 1.74 10.28 6.21 Sumber : www.bi.go.id, diolah 75 Halaman ini sengaja dikosongkan 76 BAB VI. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kondisi ketenagakerjaan di Sulawesi Utara juga terus menunjukkan perbaikan, hal tersebut sesuai dengan perkembangan pertumbuhan perekonomian daerah yang semakin meningkat. Hal ini ditunjukkan melalui Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang secara konstan mengalami penurunan selama beberapa tahun terakhir. Selain itu, penurunan tingkat pengangguran juga terindikasi dari angka penggunaan tenaga kerja oleh dunia usaha Sulawesi Utara yang mencatat angka positif. Angka yang diperoleh dari hasil Survei Konsumen (SK) triwulan III-2011, menunjukkan masyarakat Sulawesi Utara masih optimis terhadap ketersediaan lapangan kerja yang ditunjukkan melalui indeks ketersediaan lapangan kerja yang masih dalam level optimis. Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara juga diperkirakan terus meningkat. Kondisi ini ditandai oleh turunnya tingkat kemiskinan yang didukung oleh kenaikan indeks penghasilan dan Nilai Tukar Petani (NTP). 6.1. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH Berbagai indikator ketenagakerjaan pada triwulan III-2011 di Sulawesi Utara mengindikasikan adanya peningkatan penyerapan jumlah tenaga kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengalami peningkatan dari 63,31% pada Agustus 2010 menjadi 65,32% pada Agustus 2011. Sementara itu, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) terus mengalami penurunan, pada Februari 2010 tercatat sebesar 9,61% turun menjadi 8,62% pada Agustus 2011. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan jumlah lapangan kerja di Sulawesi Utara. Namun demikian, TPT Sulawesi Utara masih lebih tinggi apabila dibandingkan dengan TPT nasional. 77 Tabel 6.1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan di Sulawesi Utara F e b- 0 9 A gs - 0 9 F e b- 10 A ug- 10 F e b- 11 A ug- 11 Penduduk 15 Thn ke atas 1,685.5 1,694.1 1,710.9 1,637.4 1,651.0 1,659.8 Angkatan Kerja 1,077.2 1,051.1 1,074.3 1,036.6 1,068.4 1,084.2 Bekerja 962.6 940.2 961.6 936.9 970.2 990.7 Mencari Kerja 114.5 111.0 112.6 99.6 98.2 93.5 Bukan Angkatan Kerja 608.3 643.0 636.7 600.8 582.6 575.6 TPAK 63.91 62.0 62.79 63.31 64.71 65.32 TPT 10.63 10.56 10.48 9.61 9.19 8.62 Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Berdasarkan lokasinya, dari total pengangguran terbuka pada Agustus 2011 sebesar 93,5 ribu orang, tingkat pengangguran lebih tinggi terjadi di wilayah perkotaan. Persentase tingkat pengangguran di daerah perkotaan tercatat sebesar 11,37% atau sekitar 57,3 ribu orang. Sementara itu, di daerah pedesaan tingkat pengangguran tercatat sebesar 6,24% atau 36,2 ribu orang. Dibandingkan dengan posisi Februari 2011, baik pedesaan maupun perkotaan mencatat penurunan tingkat pengangguran meski secara absolut mencatat kenaikan jumlah pengangguran. Kondisi ini perlu mendapat perhatian pemerintah daerah, dimana pusat-pusat pertumbuhan ekonomi agar diusahakan lebih merata ke daerah-daerah non perkotaan yang menjadi pusat pertumbuhan saat ini. Tabel 6.2. Pengangguran Terbuka Menurut Daerah Agustus 2011 Februari 2011 Daerah Jumlah (ribu jiwa) Agustus 2011 Jumlah % (ribu jiwa) % Perkotaan 54.6 11.4 57.3 11.4 Pedesaan 43.6 7.4 36.2 6.2 Sulawesi Utara 98.2 9.2 93.5 8.6 Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Berdasarkan sektornya, sektor pertanian (pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan) masih merupakan lapangan pekerjaan utama sebagian besar penduduk yang bekerja yaitu sebanyak 321,1 ribu orang (32,4%). Namun, bila dibandingkan dengan posisi yang sama tahun sebelumnya terjadi penurunan sebesar 10.2%. Penurunan tenaga kerja pada sektor tersebut diperkirakan beralih ke sektor lainnya yang justru mengalami peningkatan yaitu Industri, Perdagangan dan Jasa Kemasyarakatan. Sementara itu, sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Peroangan menempati urutan kedua dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 207,8 ribu orang (21%). 78 Tabel 6.3. Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut 2009 2011 Lapangan Usaha2010 Lapangan Pekerjaan Utama Februari Pertanian, Perkebunan, Agustus Februari Agustus Februari Grafik 6.1. Share Penduduk Yang Bekerja Di Sulawesi Utara Menurut Lapangan Usaha - Ags 2011 Agustus 386.9 345.6 333.0 357.6 338.9 321.1 57.1 57.5 57.5 50.6 69.2 66.0 175.0 173.4 178.3 172.7 186.7 196.2 Kehutanan dan Perikanan Industri Perdagangan, Rumah Makan 35 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan dan Perikanan 30 Industri 25 20 Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 15 dan Jasa Akomodasi Jasa Kemasyarakatan, Sosial 150.6 162.9 183.0 182.3 182.1 199.6 dan Perorangan 10 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 5 Lainnya * Total 193.1 200.8 209.9 173.8 193.3 207.8 962.6 940.2 961.6 936.9 970.2 990.7 Lainnya * 1 Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Berdasarkan status pekerjaannya, dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pendekatan pekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan indentifikasi ini, pada Agustus 2011 sebesar 390,1 ribu orang (39,4%) bekerja pada kegiatan formal dan 600,6 ribu orang (60.6%) bekerja pada kegiatan informal. Dari 990.7 ribu orang yang bekerja pada Agustus 2011, status pekerjaan utama yang terbanyak sebagai buruh/karyawan sebesar 347.7 ribu orang (35.1%), diikuti oleh berusaha sendiri sebesar 270.8 ribu orang (27,3%), dan berusaha dibantu buruh tidak tetap sejumlah 114.5 ribu orang (11.6%). Tabel 6.4. Penduduk Yang Bekerja di Sulawesi Utara Menurut Status Pekerjaan S t a t us P e k e rja a n F e b- 0 9 A gs - 0 9 F e b- 10 A ug- 10 F e b- 11 A gs - 11 Berusaha Sendiri 287.2 286.7 259.6 242.9 250.2 270.8 Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap - Buruh Tidak Dibayar Berusaha Dibantu Buruh Tetap-Buruh Dibayar Buruh/Karyawan 130.4 129.3 128.0 102.4 131.9 114.5 41.2 42.9 41.0 45.9 47.0 42.4 279.2 284.8 322.3 332.7 335.9 347.7 Pekerja Bebas Pertanian 64.1 48.0 52.0 74.3 43.3 55.1 Pekerja Bebas Non Pertanian 39.9 55.1 58.5 40.4 52.3 60.3 120.6 93.4 100.3 98.6 109.6 99.9 9 6 2 .6 9 4 0 .2 9 6 1.6 9 3 6 .9 9 7 0 .2 9 9 0 .7 Pekerja Tak Dibayar T o tal Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Optimisme membaiknya kondisi ketenagakerjaan pada periode laporan juga sejalan dengan hasil survei yang dilakukan oleh KBI Manado. Berdasarkan survei yang dilakukan, jumlah pelaku usaha yang menyatakan melakukan penambahan jumlah tenaga kerja masih meningkat. Perkembangan ketenagakerjaan juga dapat dikonfirmasi melalui sikap 79 optimisme masyarakat terhadap ketersediaan lapangan kerja yang tercermin dari indeks ketersediaan lapangan kerja hasil Survei Konsumen (SK) KBI Manado yang masih berada diatas level optimis. Pada akhir triwulan III-2011, angka indeks ketersediaan lapangan kerja adalah sebesar 113 . Grafik 6.2. Perkembangan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja 200 180 Ekspektasi Konsumen Ekspektasi Penghasilan Ekspektasi Ekonomi Ekspektasi Ketersediaan Lap. Kerja 160 140 120 100 80 60 40 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2009 2010 2011 Sumber: Survei Konsumen KBI Manado 6.2 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat Sejalan dengan kondisi ketenagakerjaan, tingkat kesejahteraan masyarakat di Sulawesi Utara pada semester pertama tahun 2011 menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Hal ini terjadi karena tingkat penghasilan masyarakat Sulawesi Utara memiliki kecenderungan untuk meningkat, tercermin dari indeks penghasilan hasil Survei Konsumen (SK) KBI Manado yang berada pada level optimis yakni sebesar 130,3. Apabila ditinjau kondisi kesejahteraan di sektor pertanian yang merupakan sektor ekonomi dominan Sulawesi Utara sekaligus sebagai sektor penyerap tenaga kerja terbesar dapat dilihat pada grafik 6.3. bahwa tren kesejahteraan petani mulai mengalami peningkatan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan NTP yang merupakan perbandingan antara indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar oleh petani untuk keperluan konsumsi rumah tangga dan biaya produksi. 80 Grafik 6.3. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Nilai Tukar Petani (indeks) 105.00 batas minimum sejahtera 4% Nilai Tukar Petani (growth yoy) 104.00 3% 103.00 2% 102.00 1% 101.00 0% 100.00 -1% 99.00 -2% 97.00 -3% Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Ags Sep 98.00 2009 2010 2011 Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Grafik 6.4. Perkembangan Indeks Yang Diterima dan Dibayar Petani 105.00 Nilai Tukar Petani (indeks) batas minimum sejahtera 140.00 104.00 Indeks Dibayar Petani Indeks Diterima Petani 135.00 103.00 130.00 102.00 125.00 101.00 120.00 100.00 115.00 99.00 110.00 97.00 105.00 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun 98.00 2009 2010 2011 Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Rata-Rata Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara selama triwulan III-2011 sebesar 103,61, lebih tinggi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 100,83. Kedua komponen, baik Indeks yang Diterima Petani (IT) maupun Indeks yang Dibayar Petani (IB) mengalami peningkatan, namun karena kenaikan IT lebih besar dibandingkan kenaikan IB, maka terjadi kenaikan NTP pada triwulan III-2011. Adapun kenaikan IB terutama datang dari naiknya harga bahan makanan dan makanan jadi (untuk 81 kelompok konsumsi rumah tangga), serta harga penambahan barang modal dan obatobatan serta pupuk (untuk kelompok biaya produksi dan penambahan barang modal). Tabel 6.5. Komponen Indeks Dibayar Petani (IB) Sumber: BPS Provinsi Sulut, diolah Tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara kembali mengalami penurunan pada tahun 2011. Berdasarkan Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada bulan Maret 2011 diketahui Tingkat Kemiskinan di Sulawesi Utara sebesar 8 ,51% atau sebanyak 194,90 ribu jiwa, mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 9,1% atau sebanyak 206,72 ribu jiwa. Penurunan angka kemiskinan pada tahun 2011 ini merupakan lanjutan dari tren yang terjadi sejak tahun 2007. Tahun tersebut adalah titik balik setelah terjadi peningkatan pada beberapa periode sebelumnya. Penurunan ini juga sejalan dengan tren perkembangan tingkat kemiskinan pada tingkat nasional. Apabila dibandingkan dengan tingkat kemiskinan nasional sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Utara selalu berada dibawah angka nasional. 82 Grafik 6.5. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Nasional dan Prov. Sulut Grafik 6.6. Persebaran Penduduk Miskin Provinsi Sulut 25 18 20 % 16 15 14 12 10 10 8 6 5 4 2 0 0 Juli 06 Mar 07 Mar 08 Mar 09 Mar 10 Sulut 10.76 11.42 10.10 9.79 9.1 Nasional 16.90 16.58 15.42 14.15 13.33 Juli 06 Mar 07 Mar 08 Mar 09 Mar 10 Mar 11 Desa Kota Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara Tabel 6.6. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah di Sulawesi Utara Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Tahun Makanan Bukan Makanan Total Jumlah Penduduk Miskin % Penduduk Miskin Perdesaan Maret 2007 Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011 117,516 128,498 141,599 149,372 163,264 31,924.00 33,935.00 36,672.00 38,724.00 42,977 149,440 162,433 178,271 188,096 206,241 171.00 150.90 140.31 130.35 118 13.80 12.04 11.05 10.14 9 119,827 129,781 143,512 150,595 164,964 36,723.00 38,378.00 41,260.00 43,739.00 47,859.00 156,550 168,160 184,772 194,334 212,823 250.10 223.50 219.57 206.72 194.90 11.42 10.10 9.79 9.10 8.51 Tahun Indek Maret 2007 Maret 2008 Maret 2009 Kota & Desa Maret 2007 Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011 Indek Maret 2007 Maret 2008 Maret 2009 Sumber : BPS Provinsi Sulawesi Utara Besar kecilnya jumlah penduduk miskin di suatu wilayah sangat dipengaruhi oleh Garis Kemiskinan. Semakin tinggi Garis Kemiskinan, semakin banyak penduduk yang tergolong sebagai penduduk miskin. Selama periode Maret 2010 Maret 2011, garis kemiskinan meningkat sebesar Rp.18.489,- yaitu dari Rp. 194.334,- per kapita per bulan pada Maret 2010 menjadi Rp. 212.823,- per kapita per bulan pada Maret 2011. Walaupun terjadi peningkatan nilai Garis Kemiskinan, faktanya tingkat kemiskinan mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat pendapatan penduduk yang miskin pada tahun lalu mengalami peningkatan dengan laju yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan Garis 83 Kemiskinan sehingga sebagian dari mereka (11,8 ribu orang) mampu keluar dari kemiskinan. Peningkatan pendapatan menyebabkan mereka mampu mengkonsumsi komoditi makanan dan non makanan dengan kualitas atau volume yang lebih tinggi. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan). Pada bulan Maret 2010, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 77,49 %, pada bulan Maret 2011, peranannya sedikit mengalami kenaikan menjadi 77,51%. Dengan kata lain peningkatan Garis Kemiskinan dari Maret 2009 ke Maret 2010 lebih disebabkan karena kenaikan harga yang lebih tinggi pada komoditi makanan dibandingkan pada komoditi non makanan. Tabel 6.7. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Menurut D erah di Sulawesi Utara Sumber: BPS Provinsi Sulawesi Utara Pada periode Maret 2010 - Maret 2011, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) cenderung tidak mengalami perubahan yang berarti. Nilai indeks (P1) menunjukkan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin besar rata-rata kesenjangan terhadap garis kemiskinan. Indeks ini digunakan sebagai dasar penghitungan berapa subsidi yang diperlukan untuk mengentaskan penduduk miskin. Sementara itu nilai indeks (P2) menunjukkan ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Dengan penurunan pada indeks (P1) tersebut berarti selama periode Maret 2010-Maret 2011 ada indikasi bahwa rata-rata jarak kedalaman kemampuan konsumsi penduduk miskin semakin bergerak naik mendekati ke garis kemiskinan. 84 Sedangkan penurunan indeks (P2) menunjukkan bahwa variasi pengeluaran konsumsi penduduk miskin semakin merata dan semakin kecil ketimpangannya.Kedalaman kemiskinan di perdesaan dan perkotaan tidak signifikan berbeda terlihat dari nilai indeks (P1) yang hampir sama yakni 1,16 berbanding 1,11. Sedangkan dari sisi ketimpangan pengeluaran, penduduk miskin di perkotaan cenderung memiliki tingkat ketimpangan yang lebih tinggi dibandingkan penduduk miskin di perdesaan yang ditunjukkan dari disparitas nilai indeks (P2) dimana di perdesaan 0,19 sedangkan di perkotaan mencapai 0,30 85 Halaman ini sengaja dikosongkan 86 BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN 7.1. Prospek Ekonomi Makro Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara triwulan IV-2011 diperkirakan mengalami pertumbuhan pada kisaran 7,61% - 7,81% (yoy). Pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) yang mengalami peningkatan seiring dengan maraknya even yang dilaksanakan di Sulawesi Utara serta peningkatan aktivitas konsumsi masyarakat menjelang perayaan Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. Seiring dengan hal tersebut, sektor Bangunan diperkirakan akan mengalami pertumbuhan positif yang ditandai dengan peningkatan realisasi proyek fisik pemerintah menjelang masa akhir tahun anggaran. Di sisi lain, sektor Pertanian masih menjadi salah satu sektor yang berkontribusi tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Sulut meskipun masih mengalami pertumbuhan yang melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Grafik 7.1. Perkembangan Realisasi dan Ekspektasi Kegiatan Dunia Usaha Provinsi Sulawesi Utara yang dilakukan secara triwulanan oleh Bank Indonesia Manado menunjukkan 60.00 Realisasi Kegiatan Usaha Perkiraan Kegiatan Usaha 50.00 adanya optimisme terhadap pertumbuhan ekonomi dan peningkatan ekspektasi pelaku usaha terhadap dunia usaha yang 40.00 30.00 20.00 10.00 ditandai dengan kenaikan indikator ekspektasi kegiatan usaha pada triwulan IV-2011 dengan persentase Saldo Bersih Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4* (10.00) 2008 2009 2010 2011 (20.00) (30.00) Tertimbang (SBT) sebesar 45,67%, lebih (40.00) tinggi dari realisasi kegiatan kegiatan usaha pada triwulan IV-2010 dengan SBT sebesar Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha KBI Manado Triwulan I-1010 31,44%. Dari sisi permintaan, konsumsi swasta khususnya konsumsi rumah tangga diperkirakan akan tumbuh positif seiring dengan peningkatan peningkatan aktivitas konsumsi sebagai faktor musiman perayaan Hari Raya Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. Hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan KBI Manado menunjukkan tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi 87 perekonomian saat ini masih berada pada level optimis (indeks > 100) yang terutama dikontribusikan oleh optimisme meningkatnya penghasilan. Grafik 7.2. Indeks Ekspektasi Konsumen 200 Kondisi Ekonomi Saat Ini Penghasilan Saat Ini 180 Pembelian Barang Tahan Lama Ketersediaan Lap. Kerja 160 140 120 100 80 60 40 20 J F M A M J J A S O N D J F M A M 2010 J J A S O 2011 Sumber: Survei Konsumen (SK) KBI Manado Konsumsi Pemerintah juga diperkirakan tetap tumbuh positif meskipun masih mengalami perlambatan dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Kinerja konsumsi pemerintah pada triwulan IV 2011,didorong oleh peningkatan anggaran yang tercermin pada APBD-P 2011 dan peningkatan realisasi proyek fisik pemerintah menjelang berakhirnya tahun anggaran. Selanjutnya kinerja investasi pada triwulan IV-2011 diperkirakan terus membaik sejalan dengan realisasi proyek fisik baik pemerintah maupun swasta. Hal ini tercermin dari penjualan semen di Sulawesi Utara yang mengalami peningkatan sebesar 20,9% (yoy) pada bulan September 2011. Indikator lainnya yang menunjukkan peningkatan kinerja investasi adalah hasil Survei Penjualan Eceran yang memperlihatkan kenaikan indeks penjualan bahan konstruksi sebesar sebesar 95.65% (yoy) dari 80.95 pada Oktober 2010 menjadi 158.37 pada Oktober 2011. Grafik 7.3. Perkembangan Penjualan Semen 2010 2011 Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (ASI) 2010 Okt Jul Sep Agust Jun Apr Mei Mar -200 Jan 0 Feb -100 Des 100 Okt J F M A M J J A S O N D J F M A M J J A S 0 200 Sep 0 100 300 Nop 10,000 200 400 Jul 20,000 300 500 Agust 30,000 400 growth (% yoy) - right axis 600 Jun 40,000 500 Indeks Bahan konstruksi - left axis 700 Apr 50,000 800 Mei 60,000 160 140 120 100 80 60 40 20 0 -20 -40 -60 Mar g_semen (% yoy) - right axis Jan Volume (ton) - left axis 70,000 Feb 80,000 Grafik 7.4. Indeks Bahan Konstruksi 2011 Sumber: Survei Penjualan Eceran (SPE) KBI Manado 88 Perkembangan ekspor pada triwulan IV-2011 diprediksi tumbuh positif meskipun tidak setinggi periode yang sama tahun lalu. Sebagai komoditi unggulan ekspor, komoditi pertanian perkebunan (kelapa dan turunannya, cengkih, biji pala dan fuli) masih mendominasi volume ekspor Sulut. Namun demikian, saat ini komoditi rumput laut juga menjadi komoditi ekspor dengan target pasar Eropa dan Asia khususnya China. Dari sisi penawaran, sektor PHR serta sektor pengangkutan dan komunikasi diprediksi akan mengalami pertumbuhan positif yang didorong oleh penyelenggaraan beberapa even berskala nasional maupun internasional di Sulawesi Utara. Sektor bangunan juga diperkirakan akan tetap tumbuh positif sejalan dengan maraknya pembangunan proyek fisik pemerintah dan swasta yang sedang berjalan. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Kinerja sektor PHR diindikasikan tumbuh positif terutama didorong oleh subsektor perdagangan dan subsektor hotel seiring meningkatnya aktivitas perdagangan dan penyelenggaraan even di Sulawesi Utara. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja sektor ini diantaranya : Tingginya aktivitas perhelatan nasional dan internasional yang dilaksanakan di Kota Manado telah mendorong peningkatan kinerja pada sektor PHR. Beberapa even yang akan dilaksanakan di Kota Manado pada awal triwulan IV 2011 diantaranya: - Pelaksanaan The 19th Biennial General Conference of Association of Asian Social Science Research Councils (AASSREC) pada tanggal 16-19 Oktober 2011 yang akan dihadiri oleh 12 Negara diantaranya Australia, Jepang, Cina, Bangladesh, New Zaeland, Malaysia, Filipina dan Amerika Serikat dan sekitar 300 peneliti ilmu sosial. Pertemuan ini akan membahas mengenai tantangan dan peluang trans-nasionalisme dari perspektif ilmu sosial. - Pertemuan Asosiasi Bapelkes Indonesia (ABI) yang akan berlangsung pada 12-14 Oktober 2011 dengan peserta 23 Bapelkes se-Indonesia. - Rapat Kerja dan Seminar Ilmiah Nasional Ikatan Pustakawan Indonesia pada tanggal 11-13 Oktober 2011 yang menghadirkan sekitar 300 pustakawan se-Indonesia. - Pemilihan Bintang Radio ASEAN pada tanggal 19-23 Oktober 2011 dengan peserta sebanyak 200 perwakilan RRI dari seluruh Indonesia serta perwakilan dari negara ASEAN. Berdasarkan informasi yang dihimpun melalui hasil liaison maupun dari media cetak lokal, tingkat hunian di beberapa hotel utama di Kota Manado mengalami peningkatan mencapai 100% dibandingkan tahun lalu. Peningkatan tersebut merupakan dampak 89 dari berbagai kegiatan pertemuan berskala lokal hingga internasional yang diselenggarakan di Kota Manado. Pertumbuhan pada sektor PHR diperkirakan akan terus mengalami peningkatan hingga akhir tahun yang didorong oleh faktor musiman perayaan hari Natal dan Tahun Baru. Tabel 7.1. Pergerakan Arus Penumpang di Bandara 2010 Jenis Kedatangan/ Pengangkutan Keberangkatan Q1 Q2 Q3 Q4 Datang 174,013 208,221 218,514 229,908 Penumpang Berangkat 183,275 205,865 219,567 216,486 Sam Ratulangi Manado 2011 Growth (YoY) Q1 Q2 Q3 203,160 213,389 229,846 5.19% 213,108 216,771 232,520 5.90% Sumber: Angkasa Pura I Sam Ratulangi Sektor Bangunan Perkembangan sektor bangunan pada triwulan IV-2011 diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring dengan realisasi belanja proyek fisik pemerintah menjelang masa akhir tahun anggaran. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja sektor ini diantaranya : Realisasi belanja proyek di Dinas Pekerjaan Umum pada akhir triwulan III telah mencapai 70%, dan diprediksikan seluruh program dan kegiatan akan terealisasi menjelang akhir tahun. Salah satu pekerjaan proyek fisik yang saat ini masih berlangsung adalah pengerjaan jembatan di kawasan Boulevard yang baru mencapai 75% dengan total anggaran sebesar Rp473 juta yang bersumber dari APBD. Sementara itu, salah satu proyek swasta masih dalam proses pengerjaan sampai dengan Oktober 2011 adalah pembangunan Manado Town Square (Mantos) II yang rencananya akan dibuka pada awal Desember 2011. Kinerja sektor bangunan juga tidak terlepas dari dorongan kredit yang disalurkan oleh perbankan. Pameran perumahan yang dilakukan oleh salah satu Bank Pemerintah di Sulut telah berhasil menjaring 165 aplikasi dengan menargetkan pengajuan kredit perumahan sebesar Rp150 miliar. Sektor Pertanian Sektor Pertanian masih menjadi salah satu sektor yang berkontribusi tinggi terhadap pertumbuhan ekonomi Sulut meskipun masih mengalami pertumbuhan yang melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kinerja sektor pertanian diperkirakan akan melambat. Namun demikian pada akhir tahun (Desember 2011) diperkirakan akan terjadi panen raya di beberapa kawasan sentra tanaman padi, sehingga diharapkan tetap mampu menahan laju perlambatan di sektor pertanian. Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja sektor pertanian diantaranya : 90 Serangan hama Tungro dan Kepinding yang menyerang beberapa sentra tanaman padi di Sulawesi Utara diperkirakan menjadi salah satu penyebab penurunan produksi padi di Sulawesi Utara menurun. Berdasarkan data Angka Ramalan (ARAM) II BPS, produksi beras periode September-Desember 2011 mengalami penurunan sebesar -1,36% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya atau turun sebesar -13.46% bila dibandingkan dengan subround sebelumnya (Mei-Agustus 2011). Serangan hama Tungro di Kabupaten Minahasa Tenggara semakin meluas, setelah sebelumnya melanda Kecamatan Tombatu Timur kini hama juga meluas ke wilayah kecamatan Tombatu Utara dengan luas lahan yang terkena hama ± 100 hektar padi. Sementara itu, di wilayah Bolaang Mongondow Selatan, serangan hama Kepinding telah menyebabkan tanaman padi yang siap panen menguning. Selain disebabkan oleh serangan hama, penurunan produksi padi juga diperkirakan disebabkan oleh penurunan penyerapan pupuk bersubsidi. Dari kuota sebanyak 26 ribu ton pupuk di tahun 2011, hanya sekitar 15 ribu ton yang baru tersalurkan kepada petani. Kinerja subsektor perikanan diperkirakan akan semakin membaik di akhir tahun 2011, hal ini salah satunya disebabkan oleh datangnya puncak musim ikan. Berdasarkan data dari pusat pelelangan ikan di Aertembaga produksi ikan tuna dan cakalang mampu mencapai ±300 ton untuk setiap kapal kecil. Sementara itu berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara, produksi perikanan tangkap pada Januari-September 2011 meningkat 0.66% dibandingkan periode yang sama tahun lalu dan produksi perikanan budidaya untuk periode yang sama juga mengalami kenaikan sebesar 26.49%. Dalam rangka mengantisipasi ancaman krisis pangan tahun 2012, pemerintah Propinsi Sulawesi Utara dan 14 bupati/walikota di Sulawesi Utara melakukan penandatanganan kesepakatan (MoU) dalam mencapai swasembada beras 2012 dengan penetapan target produksi gabah kering (GBK) sebesar 660 ribu ton di tahun 2012. Hasil liaison pada beberapa lokasi sentra produksi beras di Bolaang Mongondow menunjukkan adanya panen raya pada bulan November-Desember 2011. Panen raya tersebut sedikit mendorong kinerja sektor pertanian di Sulut. 91 Tabel 7.2. Produksi dan Luas Panen Padi Palawija Propinsi Sulut 2010-2011 Jan-April L.Panen Produksi (Ha) (ton) Komoditas/Tahun Mei-Aug L.Panen Produksi (Ha) (ton) Sep-Des L.Panen Produksi (Ha) (ton) Jan-Des L.Panen Produksi (Ha) (ton) Padi ARAM II (2011) ATAP 2010 Jagung ARAM II (2011) ATAP 2010 Kedelai ARAM II (2011) ATAP 2010 40,332 40,824 190,339 192,346 43,156 43,700 207,162 209,950 34,756 35,247 179,271 181,734 118,244 119,771 576,772 584,030 40,915 39,280 149,422 143,293 54,614 54,390 199,560 199,448 28,362 28,260 103,521 103,403 123,891 121,930 452,503 446,144 1,963 2,083 2,619 2,779 2,405 2,555 3,199 3,401 1,035 1,101 1,362 1,447 5,403 5,739 7,180 7,627 Tabel 7.3. Realisasi Penyaluran Pupuk Bersubsidi per September 2011 Grafik 7.5. Perkembangan Luas Lahan & Produksi Padi Prov. Sulut Realisasi (Ton) Urea NPK Pelangi Kab/Kota ribu ha 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0 Luas Panen (ribu ha) Bolaang Mongondow Bolmong Timur Bolmong Selatan Bolmong Utara Kotamobagu Minahasa Minahasa Selatan Minahasa Tenggara Minahasa Utara Kepulauan Sangihe Sitaro Kepulauan Talaud Manado Bitung Tomohon Total ribu ton 250 Produksi (ribu ton) 200 150 100 50 0 Jan-Apr Mei-AugSep-Des Jan-Apr Mei-AugSep-Des Jan-Apr Mei-AugSep-Des 2009 2010 2011 15 2 4 13 10 3 5 1 2 54 Ket: Tanda (-) tidak ada realisasi/permintaan Sumber: PT. Pupuk Kaltim Kantor Pemasaran Sulut & Gorontalo Sumber: BPS Provinsi Sulut, diolah 7.2. 679 92 505 219 60 121 6 7 73 1,786 Prakiraan Inflasi Laju inflasi Kota Manado pada triwulan IV-2011 diperkirakan akan meningkat, berada pada kisaran 2,30%±1% (yoy). Dari sisi pendorong laju inflasi fundamental, faktor tahunan Kota Manado Grafik 7.6. Perkembangan dan Perkiraan Inflasi Kota Manado (% yoy) 14 12 10 8 6 diantaranya bersumber dari harga komoditas internasional terutama harga emas dunia yang 4 2 0 berpotensi masih cenderung meningkat dan -2 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4*) 2008 2009 2010 2011 peningkatan permintaan seiring perayaan Hari Raya Ket: *Proyeksi Inflasi Bank Indonesia Manado Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Utara 92 Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. Peningkatan harga komoditas serta permintaan masyarakat menjelang hari raya selanjutnya berdampak terhadap pembentukan ekspektasi masyarakat akan tingginya laju inflasi pada triwulan IV-2011. Dari sisi non fundamental tekanan inflasi volatile foods diperkirakan akan meningkat sebagai faktor berkurangnya pasokan dan melonjaknya permintaan seiring dengan perayaan Natal 2011 serta Tahun Baru 2012. Namun demikian, laju inflasi kelompok volatile foods masih dapat diredam oleh membaiknya suplai ikan di laut Sulawesi dan perkiraan panen raya beras di Sulut pada akhir tahun 2011 sesuai dengan pola musimannya. Sementara itu, inflasi kelompok administered price relatif terkendali seiring kebijakan pemerintah untuk mempertahankan harga bahan bakar bersubsidi hingga akhir tahun 2012. Faktor Fundamental Dari sisi eksternal, peningkatan harga potensi berlanjutnya komoditas internasional terutama harga emas dunia akibat tekanan permintaan telah mendorong tren peningkatan Grafik 7.7. Perkembangan Harga Komoditas Internasional USD/Barrel 120 $/Oz 1900 1700 100 1500 80 1300 harga emas perhiasan domestik. Sementara dari sisi domestik, tekanan inflasi disebabkan oleh (i) peningkatan permintaan seiring pola perayaan Hari Raya Natal 2011 dan Tahun Baru 2011 (ii) meningkatnya aktivitas perekonomian yang 60 1100 40 900 20 700 1 3 5 7 9 11 1 3 2009 5 7 2010 WTI (left axis) 9 11 1 3 5 7 9 2011 Emas (right axis) Sumber : Bloomberg, diolah didorong oleh maraknya perhelatan internasional dan domestik di Sulut, dan (iii) meningkatnya permintaan bahan bangunan yang ditandai oleh pembangunan berbagai proyek swasta dan penyelesaian proyek fisik pemerintah pada periode laporan. Ekspektasi masyarakat Sulut terhadap tingkat harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang dicerminkan oleh ekspektasi pelaku usaha dan konsumen. Berdasarkan Survei Pedagang Eceran (SPE) yang dilaksanakan oleh KBI Manado, terjadi perbaikan persepsi ekspektasi Indeks Ekspektasi Pedagang terhadap harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang (Grafik 7.8). Hal ini disebabkan karena adanya jaminan kebijakan pemerintah yang tidak menaikkan harga BBM bersubsidi hingga akhir tahun. Disamping itu relatif terkendalinya harga kebutuhan pokok di Sulut sepanjang tahun 2011 turut andil dalam menjaga ekspektasi 93 terhadap harga pada level yang rendah. Sementara itu, dari sisi konsumen terdapat tendensi memburuknya ekspektasi konsumen. Berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) yang dilaksanakan oleh KBI Manado 2011 terjadi peningkatan Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap harga 3 bulan dan 6 bulan yang akan datang (Grafik 7.9). Tendensi memburuknya ekspektasi konsumen merupakan dampak mulai dilaksanakannya pengurangan jatah minyak tanah bersubsidi di sebagian Kabupaten/Kota di Sulawesi Utara. Grafik 7.8. Ekspektasi Pedagang Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado Dalam Saldo Bersih Tertimbang (SBT) Grafik 7.9. Ekspektasi Konsumen Terhadap Harga Barang dan Jasa di Kota Manado Dalam Saldo Bersih Tertimbang (SBT) 250.00 250.00 200.00 200.00 150.00 150.00 100.00 100.00 50.00 50.00 0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 2008 2008 2009 2010 2009 3 Ekspektasi konsumen terhadap harga 3 bulan yad 1 Ekspektasi pedagang terhadap harga 3 bulan yad 2010 2011 2011 4 Ekspektasi konsumen terhadap harga 6 bulan yad 2 Ekspektasi pedagang terhadap harga 6 bulan yad Sumber : Survei Pedagang Eceran (SPE) Kota Manado Sumber : Survei Konsumen (SK) Kota Manado Faktor Non Fundamental Dari sisi non fundamental, tekanan inflasi volatile foods diperkirakan akan meningkat. Berdasarkan pantauan di sejumlah pasar tradisional dan modern di Kota Manado melalui Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan KBI Manado menunjukkan adanya tren peningkatan harga beberapa komoditas volatile foods (terutama beras dan cabai merah). Faktor yang diperkirakan meningkatkan laju inflasi kelompok volatile foods pada triwulan III 2011 diantaranya : Potensi berkurangnya pasokan lokal sayur mayur dan komoditas volatile foods lainnya sebagai pengaruh : - Curah hujan yang tinggi pada akhir tahun 2011 (Gambar 7.2) - Kembali meningkatnya aktivitas Gunung Lokon yang berlokasi di salah satu sentra pertanian Sulut. - Terganggunya pasokan akibat kondisi infrastruktur yang kurang memadai dan distribusi yang kurang lancar akibat keterbatasan stock BBM bersubsidi. Berkurangnya pasokan luar daerah Melonjaknya permintaan sebagai pengaruh perayaan Natal 2011 & Tahun Baru 2012 Namun demikian, laju kenaikan inflasi kelompok volatile foods dapat diredam oleh faktorfaktor sebagai berikut : 94 Berlalunya musim muson timur yang menyebabkan pasokan ikan di laut Sulawesi mulai membaik. Bulog Divre Sulut melaksanakan impor beras dari Vietnam sebesar 6.400 ton sehingga jumlah stock mencapai 16.623 ton atau memenuhi kebutuhan 6 (enam) bulan kedepan. Panen raya padi pada Desember 2011 sesuai dengan pola musimannya (Gambar 7.1). Tabel 7.4. Alokasi Raskin di Provinsi Sulut th. 2011 Manado Bitung RTSPM*) Alokasi/ Bulan Total Alokasi 148,995 148,995 1,787,940 8,033 120,495 1,445,940 Tomohon 5,636 84,540 1,014,480 Minahasa 14,184 212,760 2,553,120 4,613 169,185 930,330 Minsel Minut 12,620 189,300 2,271,600 Minteng 4,487 67,305 807,660 Bolmong 9,757 146,355 1,756,260 Bolmut 4,914 73,710 884,520 Kotamobagu 2,878 43,170 518,040 Boltim 2,877 43,155 517,860 Bolsel 4,100 61,500 738,000 12,251 183,765 2,205,180 Talaud 8,237 123,555 1,482,660 Sitaro 4,609 69,135 829,620 Sangihe Sumber : BULOG Divre Sulut, diolah 25000 20000 Hektar Kabupaten / Kota Gambar 7.1. Pola Panen Padi Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2009-2011 15000 10000 5000 0 Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sep Okt Nov Des 2009 7794 9213 12278 10792 7900 10595 10542 11951 7540 8035 7883 10222 2010 4848 8535 9561 17880 8640 10197 12669 12194 4362 9598 5842 15445 2011 4562 7933 11959 15878 6016 7509 8474 23507 Sumber : BPS Sulut Gambar 7.2. Perkiraan Curah Hujan November & Desember 2011 Sumber : BMKG Sulut Sementara itu, inflasi kelompok administered price relatif terkendali seiring kebijakan pemerintah untuk mempertahankan harga bahan bakar bersubsidi hingga akhir tahun 95 2012. Potensi peningkatan laju inflasi kelompok ini terutama bersumber dari harga angkutan udara berkenaan dengan (1) semakin maraknya penyelenggaran even domestik dan internasional di Sulut (2) meningkatnya arus penumpang seiring perayaan Natal 2011 dan Tahun Baru 2012. 7.3. Prospek Perbankan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada tanggal 8 September 2011 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 6,75%. Dalam rangka mendorong kegiatan di pasar uang antar bank di tengah besarnya ekses likuiditas selama ini, Bank Indonesia memperlebar batas bawah koridor suku bunga operasi moneter yang semula 100 bps menjadi 150 bps di bawah BI rate. Keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan perlunya menjaga stabilitas perekonomian di tengah meningkatnya ketidakpastian sistem keuangan global yang dipicu masalah utang AS dan Eropa. Meskipun gejolak yang ditimbulkan ketidakpastian perekonomian global masih terbatas, Bank Indonesia terus mencermati dampak penurunan kinerja ekonomi dan keuangan global terhadap kinerja perekonomian Indonesia ke depan. Dalam kaitan ini, Bank Indonesia akan mengambil respon suku bunga serta bauran kebijakan moneter dan makroprudensial lainnya untuk memitigasi potensi penurunan kinerja perekonomian Indonesia tersebut dengan tetap mengutamakan pencapaian sasaran inflasi, yaitu 5%±1% pada tahun 2011 dan 4,5%±1% pada tahun 2012. Bank Indonesia juga akan mempererat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dalam rangka mengantisipasi dampak penurunan ekonomi dan keuangan global tersebut. Grafik 7.8. Indeks Ekspektasi Tingkat Suku Bunga (SBT) Kebijakan Bank Indonesia untuk mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) sebesar 6,75% pada triwulan III-2011 diperkirakan akan direspon oleh 200 180 160 perbankan dengan melakukan penyesuaian terhadap 140 120 kenaikan suku bunga pinjaman perbankan walaupun 100 80 Okt Sept Agust Apr Juni Juli Mei Des Mar Jan Feb Sep Okt Nop 2010 Agust Apr Jun Jul Mei Des Mar Jan Feb Sep Okt Agust 2009 Nop Apr Jul Indonesia Mar Bank Jun dilakukan Mei yang Jan Konsumen 60 Feb masih dalam kisaran yang relatif terbatas. Survei 2011 menunjukkan mulai adanya peningkatan ekspektasi konsumen terhadap peningkatan tingkat suku bunga. Sumber : Survei Konsumen Kota Manado Di sisi lain, Bank Indonesia juga menerapkan kebijakan Prime Lending Rate, dengan harapan dapat mendorong penurunan suku bunga perbankan. Dengan adanya kebijakan ini, setiap 96 bulan bank harus mengumumkan suku bunga kreditnya berdasarkan masing-masing sektor baik bunga kredit korporasi, retail, kredit pemilikan rumah (KPR), dan kredit lainnya. Kebijakan ini dikeluarkan agar tercipta transparansi bunga kredit dan persaingan yang sehat pada industri perbankan. Di sisi lain, kebijakan ini akan menjadi petunjuk (guideliness) dari bank sentral untuk menyeragamkan suku bunga utama kepada nasabah perbankan. 97 Halaman ini sengaja dikosongkan 98 DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN PDRB mtm qtq yoy Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Harga Konsumen (IHK) Indeks Kondisi Ekonomi Indeks Ekspektasi Konsumen Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dana Perimbangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Inflasi Volatile Foods Administered Price M1 M2 Mo Uang Kartal Uang Giral NIM NPLs Produk Domestik Regional Bruto. Pendapatan suatu daerah yang mencerminkan hasil kegiatan ekonomi yang ada di suatu wilayah tertentu month to month. Perbandingan antara satu bulan dan bulan sebelumnya. quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya. year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang, dengan skala 1-100 Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu. Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100 Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi 6 bulan mendatang, dengan skala 1-100 Pendapatan yang diperoleh dari aktivitas ekonomi suatu daerah seperti hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah. Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi. Ukuran kualitas pembangunan manusia yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 (tiga) hal kualitas hidup yaitu : pendidikan, kesehatan dan daya beli. Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK). Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi baik dari penawaran maupun dari permintaan. Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya sangat bergejolak karena faktor-faktor tertentu. Salah satu disagregasi inflasi, yaitu untuk komoditas yang perkembangan harganya diatur pemerintah. Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas, merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing). Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah dengan saldo giro bank umum dan masyarakat di bank sentral. Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum. Terdiri dari rekening giro masyarakat di bank, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanann penduduk dalam rupiah pada sistem moneter. Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara penerimaan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya bunga yang harus dibayar. Singkatan dari Non Performing Loans disebut juga kredit bermasalah, dengan kolektibiltas kurang lancar (3), diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI. 99 Restrukturisasi kredit UMKM UYD Inflow Outflow Netflow PTTB Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau konversi kepemilikan. Singkatan dari Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar. Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartal yang berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di kas bank. Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang dilakukan oleh bank umum. Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai melalui BI. Selisih antara outflow dan inflow. Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan untuk menarik uang yang sudah tidak layak edar, sehingga uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalam kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi. 100