BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengaruh globalisasi dalam dunia industri saat ini telah menyebabkan persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat dan kompetitif. Berdasarkan hal itu, maka perusahaan dituntut untuk dapat terus berkembang sehingga mampu menghadapi persaingan yang ada. Dalam persaingan, kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen merupakan satu hal yang sangat penting. Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen itu sendiri sangat dipengaruhi oleh tingkat mutu baik dalam segi kualitas produk ataupun kualitas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada konsumen. Semakin tinggi tingkat mutu yang diberikan perusahaan kepada konsumen, maka akan semakin tinggi tingkat terpenuhinya kebutuhan konsumen yang biasa dinyatakan dengan tingkat kepuasan konsumen. Tetapi apabila terdapat kesenjangan antara tingkat mutu yang diberikan perusahaan dengan kebutuhan aktual konsumen, maka akan timbul masalah ketidakpuasan konsumen yang merupakan masalah mutu yang harus diselesaikan oleh perusahaan sebab dapat mengakibatkan hilangnya konsumen yang dimiliki oleh perusahaan. Berdasarkan hal itu, maka perusahaan diharuskan untuk dapat meningkatkan secara terus menerus kemampuan produksinya dalam menghasilkan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen. Dalam perkembangannya indutri pangan terutama makanan dan minuman memiliki pasar persaingan yang cukup besar dimana pada tiap tahunnya industri ini mengalami peningkatan. Menurut Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, pasar industri pangan nasional hingga akhir tahun ini diperkirakan mencapai Rp 700 triliun, naik sekitar 7,7% dari realisasi pasar tahun lalu sebesar Rp 650 triliun. Pertumbuhan tersebut masih sesuai dengan rata-rata pertumbuhan pasar industri pangan per tahun yang biasanya di kisaran 5-10%. Namun jika terjadi inflasi, maka pertumbuhan nilai pasarnya bisa mencapai 10-12% per tahun (Yusuf Hady, Wakil Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia, 1 2 sumber: http://www.kemenperin.go.id/artikel/4670/Pasar-Industri-Pangan-Tahun-iniRp700-Triliun ). Kondisi tersebut mendorong produsen-produsen Indonesia untuk mulai membuka usaha di industri makanan baik restoran ataupun kedai-kedai makanan pinggir jalan, walaupun pada dasarnya persaingan di indutri inipun tidak dapat terelakkan lagi. Namun hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi para pelaku usaha untuk memperoleh laba seperti tujuan utama para pengusaha dalam melakukan bisnis. Maka dari itu, para pengusaha harus mampu menciptakan keunggulan kompetitif pada produk mereka dalam menghadapi persaingan di industri ini dimana mempertahankan konsumen lama mereka dan menarik para konsumen yang baru. Persaingan yang ada ini pula yang memicu para pengusaha untuk memahami apa yang konsumen inginkan dan butuhkan. Untuk itu para produsen harus menawarkan produk yang bermutu dan pelayanan yang berkualitas. Suatu perusahaan tidak akan bertahan tanpa ada konsumen yang mempergunakan atau memakai produk yang dihasilkan pihak produsen. Dengan meningkatnya mutu dari produk yang ditawarkan dan dihasilkan oleh suatu perusahaan yang didasari oleh kepuasan konsumen (customer satisfaction), membuat perusahaan tersebut memiliki nilai lebih karena lebih diminati konsumen sebagai pemakai produk tersebut yang dimana akan membentuk image dari brand tersebut. Menurut Kotler (2008:282-283), para pemasar harus menempatkan merek mereka dengan jelas dalam pikiran konsumen. Pemasar dapat memposisikan merek pada satu dari tiga posisi merek. Pada tingkat yang terendah, pemasar dapat memposisikan merek pada atribut produk yaitu memfokuskan pada bahan-bahan produknya. Satu tingkat diatasnya yaitu para pemasar dapat memposisikan merek mereka secara lebih baik dengan menonjolkan manfaat yang terkandung di dalam produk. Sedangkan merek terkuat diposisikan melampaui atribut atau manfaatnya. Dan bila perusahaan telah mendapatkan nilai lebih dari konsumen terhadap produk yang dihasilkannya baik barang ataupun jasa yang dimana dari produk tersebut telah sesuai dengan apa yang diinginkan dibutuhkan oleh konsumen dalam segi atau konteks kepuasan, maka akan membentuk adanya kesetiaan konsumen akan 3 produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut (customer loyalty). Dan kesetiaan konsumen dalam hal ini dapat membantu para produsen dalam menghadapi persaingan yang ada terutama di industri makanan dan minuman. Suatu kualitas produk (product quality) atau kualitas jasa (service quality) dapat dikatakan berkualitas bila produk tersebut memiliki karakteristik atau sifat mendasar yang harus dimilikinya. Kualitas produk yang dimaksud adalah kemampuan sebuah produk dalam memperagakan fungsinya, hal itu termasuk keseluruhan durabilitas, reliabilitas, ketepatan, kemudahan pengoperasian dan reparasi produk juga atribut produk lainnya (Kotler and Armstrong, 2012:283). Sedangkan kualitas pelayanan adalah ukuran seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan mampu sesuai dengan ekspektasi konsumen (Tjiptono, 2005:121). Jadi aspek utama dalam memuaskan kebutuhan dari konsumen adalah menjaga dan meningkatkan kualitas produk atau jasa yang diberikan perusahaan kepada konsumen. Dan seiring berkembangnya jaman, dengan semakin banyaknya produk dan jasa yang dihasilkan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen, maka perusahaan ditantang pula untuk membentuk image (citra) dari brand (merek) itu sendiri di benak konsumen. Dan untuk itu, maka produk dan jasa yang diproduksi atau hasilkan harus dapat memuaskan konsumen dalam jangka waktu yang panjang. Sehingga perusahaan harus memfokuskan produk dan pelayanan yang diberikan kepada konsumen lebih baik dari apa yang diharapkan oleh konsumen itu sendiri. Kepuasan konsumen sangat mempengaruhi konsumen dalam membentuk persepsi konsumen itu sendiri mengenai image dari brand yang mereka konsumsi. Menurut Kotler and Keller (2006:268) brand image merupakan bagian dari merek yang dapat dikenali namun tidak dapat diucapkan, seperti lambang, desain huruf atau warna khusus atau persepsi konsumen atas sebuah produk atau jasa uang diwakili oleh mereknya. Faktor-faktor yang mempengaruhi brand image dapat muncul dari persepsi dan harapan konsumen ketika konsumen melakukan pembelian suatu barang atau jasa, pengalaman masa lalu ketika mengkonsumsi barang atau jasa tersebut serta 4 pengalaman teman-teman yang telah mengkonsumsi barang atau jasa tersebut dan periklanan. Berdasarkan hal tersebut maka sebaiknya setiap perusahaan selalu berusaha memberikan nilai tambah yang berbeda terhadap produk dan jasa layanan yang diberikan oleh para customernya. Untuk itu yang menjadi fokus utama dalam industri adalah bagaimana membangun citra yang kuat yang akan menjadi top of mind bagi para customer dan bagaimana mengelola merek sebagai aset perusahaan sehingga dapat dipercaya oleh customer yang merupakan hal penting bagi perusahaan. Perusahaan harus dapat membangun brand image yang positif sehingga customer berkeinginan untuk memilih brand tersebut dan mengkonsumsi produk dan menggunakan layanan tersebut secara berkelanjutan, sebaliknya brand image yang negatif akan mendorong customer untuk berpindah ke brand yang lain karena dapat mempengaruhi keputusan customer dalam memilih produk mana yang dipilih. Adanya ketidakpercayaan customer dikarenakan brand image yang buruk atau negatif merupakan ekspresi dari tidak berhasilnya suatu perusahaan membangun hubungan emosional dengan brand tersebut. Dimana tingkat kepercayaan haruslah dicapai terlebih dahulu sebelum mencapai tingkat loyalitas. Setelah para konsumen merasakan kepuasan ataupun ketidakpuasaan terhadap produk atau jasa yang diberikan dan membentuk brand image, tahap selanjutnya adalah tahap terciptanya loyalitas konsumen terhadap produk atau jasa yang diberikan (customer loyalty). Customer Loyalty adalah orang yang membeli, khususnya yang membeli secara teratur dan berulang-ulang. Konsumen merupakan seseorang yang terus menerus dan berulang kali datang ke suatu tempat yang sama untuk memuaskan keinginannya dengan memiliki suatu produk atau mendapatkan suatu jasa dan membayar produk atau jasa tersebut (Ali Hasan, 2008:83). Customer loyalty sendiri termasuk brand loyalty dan store loyalty. Pada era Relationship Marketing pemasar beranggapan bahwa loyalitas konsumen terbentuk dengan adanya value dan brand, sehingga karena pentingnya loyalitas terhadap kelangsungan hidup perusahaan maka perusahaan harus secara kontinue menjaga dan meningkatkan loyalitas dari para 5 konsumennya. Oleh karena itu untuk membangun loyalitas konsumen, perusahaan harus memiliki hubungan yang baik dengan konsumen sehingga perusahaan dapat lebih memahami akan kebutuhan, keinginan dan harapan-harapan para konsumennya. Salah satu perusahaan yang bergerak di industri makanan terutama restoran adalah PT. Nano Boga Rasa dengan brand Ipot Suki yang memiliki 2 cabang yaitu Ipot Suki cabang Pantai Indah Kapuk yang terletak di Crown Golf Pantai Indah Kapuk dan cabangnya yang baru saja dibuka yang terletak di Jalan Danau Sunter Utara. Perusahaan ini termasuk dalam kategori cafe, resto ataupun bar. Ipot Suki Pantai Indah Kapuk sendiri berdiri sejak April 2012 dan cabangnya yang berada di Jalan Danau Sunter berdiri sejak Maret 2013. Berikut ini adalah catatan pendapatan rata-rata Ipot Suki Cabang Pantai Indah Kapuk dan Ipot Suki Cabang Danau Sunter April selama periode April 2013 hingga September 2013: Gambar 1.1 Total Penjualan Ipot Suki Cabang Pantai Indah Kapuk Periode April 2013-September 2013 (Dalam Ratusan Jutaan) Sumber: Ipot Suki Cabang Pantai Indah Kapuk 6 Gambar 1.2 Total Penjualan Ipot Suki Cabang Danau Sunter Periode April 2013-September 2013 (Dalam Ratusan Jutaan) Sumber: Ipot Suki Cabang Danau Sunter Peneliti menduga bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi naikturunnya penjualan dan terkait dengan penelitian ini, fokus yang hendak diteliti adalah perhatian pada service quality, brand image, dan customer loyalty. Dengan demikian diharapkan penelitian ini dapat melihat perbedaan yang ada antara Ipot Suki cabang Pantai Indah Kapuk dan Ipot Suki cabang Danau Sunter sehingga perusahaan dapat memenangkan pasar dan meningkatkan keuntungan perusahaan. Data-data (Gambar 1.1 dan Gambar 1.2) ini membuktikan bahwa terdapat perbedaan kinerja diantara kedua cabang yang berkaitan dengan service quality, brand image, dan customer loyalty. Hal ini terkait dengan teori place marketing, menurut Kotler et al (2002a:183) yang merupakan proses pendesainan daerah untuk memuaskan kebutuhan dari target market. Berarti lokasi yang berbeda akan mempengaruhi kinerja pemasaran yang berbeda pula. Dari yang telah diuraikan di atas, maka peneliti ingin mencoba untuk melakukan penelitian yaitu “PENGARUH SERVICE QUALITY TERHADAP BRAND IMAGE DAN DAMPAKNYA TERHADAP CUSTOMER LOYALY 7 (Studi Kasus: Ipot Suki Cabang Pantai Indah Kapuk dan Ipot Suki Cabang Danau Sunter)”. 1.2 Ruang Lingkup Dalam penelitian ini, penulis berkeinginan untuk merancang batasan dan ruang lingkup penelitian yang mencakup lokasi dan jasa yang dimilikinya. Lokasi penelitian akan dilakukan pada restoran Ipot Suki cabang Pantai Indah Kapuk, Rukan Crown Golf Pantai Indah Kapuk Blok Blok D No 51-52, Jakarta Utara dan cabang Danau Sunter, Danau Sunter Utara Blok M No 1, Jakarta Utara. Alasan memilih kedua cabang tersebut adalah untuk mengetahui service quality, brand image, dan customer loyalty dari kedua cabang dimana cabang Danau Sunter adalah anak cabang dari cabang Pantai Indah Kapuk. Responden dalam penelitian ini adalah konsumen Ipot Suki cabang Pantai Indah Kapuk dan cabang Danau Sunter dari setiap kalangan umur yang sudah pernah merasakan jasa yang diberikan. 1.3 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1 Apakah service quality berpengaruh terhadap brand image diantara Ipot Suki cabang Pantai Indah Kapuk dan Ipot Suki cabang Danau Sunter? 2 Apakah brand image berpengaruh terhadap customer loyalty diantara Ipot Suki cabang Pantai Indah Kapuk dan Ipot Suki cabang Danau Sunter? 3 Apakah service quality berpengaruh terhadap customer loyalty diantara Ipot Suki cabang Pantai Indah Kapuk dan Ipot Suki cabang Danau Sunter? 4 Apakah service quality dan brand image terhadap customer loyalty diantara Ipot Suki cabang Pantai Indah Kapuk dan Ipot Suki cabang Danau Sunter? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1 Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh service quality terhadap brand image pada Ipot Suki cabang Pantai Indah Kapuk dan Ipot Suki cabang Danau Sunter ( T – 1 ) 8 2 Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh brand image terhadap customer loyalty pada Ipot Suki cabang Pantai Indah Kapuk dan Ipot Suki cabang Danau Sunter ( T – 2 ) 3 Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh service quality terhadap customer loyalty pada Ipot Suki cabang Pantai Indah Kapuk dan Ipot Suki cabang Danau Sunter ( T – 3 ) 4 Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh service quality dan brand image terhadap customer loyalty pada Ipot Suki cabang Pantai Indah Kapuk dan Ipot Suki cabang Danau Sunter ( T – 4 ) 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari dibuatnya penelitian ini adalah: 1 Bagi PT. Nano Boga Rasa: • Dapat mengetahui pengaruh service quality terhadap brand image dan dampaknya terhadap customer loyalty PT. Nano Boga Rasa. • Memberikan masukan mengenai faktor-faktor yang dapat ditingkatkan oleh PT. Nano Boga Rasa untuk menciptakan brand image dan customer loyalty serta dampaknya terhadap keuntangan atau laba perusahaan yang meningkat. 2 Bagi Penulis • Penelitian ini diharapkan dapat menambahkan pengetahuan penulis, dan juga sebagai sarana bagi penulis untuk menerapkan teori mata kuliah yang pernah dipelajari selama masa perkuliahan, sehingga pengetahuan wawasan yang bertambah diharapkan dapat berguna dalam dunia kerja pada akhirnya. 3 Bagi Pembaca • Dengan hasil penelitian ini diharapkan pembaca mendapatkan informasi yang berguna sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut dengan topik yang berkaitan.