KEMAMPUAN SELF ESTEEM MEMEDIASI PENGARUH MOTIVASI DAN BUDAYA ORGANISASIONAL TERHADAP KINERJA Oleh: Tri Mardiana, FE Manajemen UPNVY [email protected] Sucahyo Heriningsih, FE Akuntansi UPNVY [email protected] ABSTRAK Penelitian ini betujuan untuk mengetahui 1) pengaruh langsung motivasi terhadap kinerja, 2) pengaruh tidak langsung motivasi terhadap kinerja yang dimediasi self-esteem, 3) pengaruh langsung budaya organisasional terhadap kinerja dan 4) pengaruh tidak langsung budaya organisasional terhadap kinerja yang dimediasi self-esteem. Subjek penelitian ini yaitu 60 wanita kelompok pengrajin mete. Sampel diambil dengan teknik sensus. Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara semi terstruktur dan kuesioner. Untuk menguji hipotesis digunakan metode analisis Partial Least Square (PLS) versi 2.0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) pengaruh langsung motivasi terhadap kinerja sebesar 0,648, 2) pengaruh tidak langsung motivasi terhadap kinerja yang dimediasi self-esteem sebesar 0,511 , 3) pengaruh langsung budaya organisasional terhadap kinerja sebesar 0,040 dan 4) pengaruh tidak langsung budaya organisasional terhadap kinerja yang dimediasi self-esteem sebesar 0,010. Kesimpulan Self-esteem tidak mampu memediasi pengaruh motivasi dan budaya organisasional terhadap kinerja wanita kelompok pengrajin mete tetapi significant positif karena dapat membantu dalam mengatasi masalah yang ada dalam diri pekerja secara individual maupun kelompok dengan lebih baik. Self-esteem akan mendorong usaha keras untuk meningkatkan kinerja terbukti dari nilai total pengaruh tidak langsung 1,159 lebih besar dari nilai total pengaruh langsung 0,050 Kata kunci: Motivasi, budaya organisasi,kinerja dan self-esteem 1 ABSTRACT This study aims to determine 1) the direct effect of motivation on performance, 2) the indirect effect of motivation on performance mediated Personality self-esteem 3) the direct influence of organizational culture on performance and 4) the indirect influence organizational culture towards Personality mediated performance self-esteem. Subject of this study with 51 women of the group of cashew craftsmen . Samples were taken using sensus. The collection of data obtained through semi-structured interviews and questionnaires. To test the hypothesis analysis methods Partial Least Square (PLS) version 2.0. The results of this study indicate that 1) the direct effect of motivation on the performance of 0.648, 2) the indirect effect of motivation on performance mediated the personality of self-esteem 0.511, 3) the direct influence of organizational culture on performance of 0.040 and 4 ) the indirect influence of organizational culture on performance mediated the personality of self-esteem at 0.010. Conclusion Selfesteem is not able to mediate motivation and organizational culture influences the performance of the group of women cashew craftsmen but significant positive as it can help in overcoming the problems that exist within the workers individually or in groups with better. Self-esteem will encourage efforts to increase the total value of the proven performance of the indirect influence of 1.159 greater than the total value of direct influence 0.050 Keywords: motivation, organizational culture, performance and Personality Self-Esteem 2 PENDAHULUAN Berbagai usaha yang dilakukan oleh manusia tentunya untuk memenuhi keinginan dan kebutuhannya, namun agar keinginan dan kebutuhannya dapat terpenuhi tidaklah mudah didapatkan apabila tanpa usaha yang maksimal. Mengingat akan kebutuhan orang yang satu dengan yang lain berbeda-beda tentunya cara untuk memperolehnya berbeda pula. Dalam memenuhi kebutuhannya seseorang akan berperilaku sesuai dengan dorongan yang dimiliki dan apa yang mendasari perilakunya, untuk itu dapat dikatakan bahwa dalam diri seseorang ada kekuatan, hal ini sesuai dengan Mardiana dan Heriningsih (2014). Sumber daya manusia merupakan aset yang sangat penting dalam suatu perusahaan karena sumber daya manusia memiliki peranan sebagai subyek pelaksanaan kebijakan dan kegiatan operasional pada sebuah perusahaan. Sehingga setiap organisasi haruslah memperhatikan dan memberdayakan sumber daya manusia yang dimilikinya dengan baik agar organisasi dapat berkembang. Keberhasilan suatu organisasi dipengaruhi oleh kinerja para pegawainya dalam melakukan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pegawai merupakan sumber daya yang penting bagi organisasi, karena memiliki bakat, tenaga, dan pemikiran yang sangat dibutuhkan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya. Budaya organisasi pada dasarnya mewakili norma-norma perilaku yang diikuti oleh para anggota organisasi. Dewasa ini semakin disadari oleh beberapa pihak bahwa dalam menjalankan organisasi, manusia merupakan unsur terpenting sehingga pemeliharaan hubungan yang berkelanjutan dan serasi dengan pegawai dalam setiap organisasi menjadi sangat penting. Salah satu faktor yang dapat mendukung mewujudkannya adalah faktor kepemimpinan, yaitu seorang pemimpin harus mampu menunjukkan perilaku serta suasana kerja yang dapat mendukung terciptanya sikap dan kinerja pegawai yang baik. Keberhasilan suatu perusahaan ini dipengaruhi oleh kinerja karyawan melakukan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Mangkunegara (2000) menyebutkan bahwa, faktor yang mempengaruhi kinerja adalah kemampuan (ability) dan faktor motivasi. Setiap organisasi ataupun perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan kinerja pegawai untuk mencapai tujuan organisasi yang akan dicapai. Motivasi kerja merupakan konsep yang menguraikan tentang kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri karyawan dan mengarahkan perilaku. Menurut pendapat Robbins (2002), motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu dan menentukan kemampuan bertindak untuk memuaskan kebutuhan individu. Dengan adanya motivasi kerja yang tinggi karyawan akan terdorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan sebaik mungkin yang akan mempengaruhi hasil kerjanya. Semakin tinggi motivasi yang dimiliki semakin tinggi pula kinerja yang dapat 3 dihasilkan. Motivasi dalam diri karyawan sangat bermanfaat sekali bagi suatu organisasi atau perushaan, karena dengan adanya motivasi tersebut akan menimbulkan rasa memiliki terhadap perusahaan. Banyak faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan Selain motivasi ada faktor lain salah satunya adalah budaya kerja. Menurut H Teman Koesmono (2005) budaya kerja merupaka persepsi umum yang dimiliki oleh seluruh anggota organisasi, sehingga setiap individu yang menjadi anggota suatu organisasi akan mempunyai nilai, keyakinan dan perilaku sehingga akan berdampak pada tingginya kinerja. Griffit (2002) menekankan budaya dapat menjadi alat organisasional yang ampuh yang dapat membentuk efektivitas keseluruhan perusahaan dan keberhasilan jangka panjang perusahaan. Menurut Wallach (1983) dan Hood and Koberg (1992) terdapat tiga budaya organisasional, yaitu budaya birokrasi, inovatif dan suportif. Wallach menyatakan pula bahwa kinerja seseorang dan hasil kerja yang baik, termasuk kepuasan kerja dan kreativitas tergantung pada kesesuaian antara karakteristik orang tersebut dengan budaya organisasion, salah satunya adalah karakteristik self esteem (harga diri) Menurut Coopersmith, self-esteem adalah penilaian pribadi yang dilakukan individu mengenai perasaan berharga atau berarti dalam sikap-sikap individu terhadap dirinya (Muslimah & Wahdah, 2013). Maslow (Feist & Feist, 2008) mengatakan bahwa kebutuhan akan harga diri atau self-esteem merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi setiap individu, sehingga siapapun akan termotivasi oleh kebutuhan untuk dihargai atau aktualisasi diri. Menurut Rosenberg (Baumeister dkk, 2003) ada beberapa karakteristik yang dapat menunjukkan individu dengan self-esteem yang rendah dan self-esteem yang tinggi, Low self esteem (harga diri rendah) sering dihubungkan dengan permasalahan gangguan mental seperti, depresi, kecemasan, dan permasalahan belajar. Juga beberapa kesulitan seperti, kegagalan, kerugian, dan kemunduran. Sebaliknya, high self esteem (harga diri tinggi) diyakini menjadi dasar bagi perkembangan mental yang sehat, kesuksesan, dan kehidupan yang efektif Self-esteem diartikan dalam istilah percaya diri meskipun tidak sepenuhnya menggambarkan makna yang sesungguhnya. self-esteem adalah penerimaan diri sendiri, oleh diri sendiri berkaitan bahwa kita pantas, berharga, mampu dan berguna tak peduli dengan apa pun yang sudah, sedang atau bakal terjadi. Tumbuhnya perasaan aku bisa dan aku berharga merupakan inti dari pengertian self-esteem. Self-esteem merupakan kumpulan dari kepercayaan atau perasaan tentang diri kita atau persepsi kita terhadap diri sendiri tentang motivasi, sikap, perilaku, dan penyesuaian emosi yang mempengaruhi kita. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan pula bahwa self esteem berkenaan dengan: (a) kemampuan kita untuk memahami apa yang dapat kita lakukan dan apa yang telah dilakukan, (b) penetapan tujuan dan 4 arah hidup sendiri, (c) kemampuan untuk tidak merasa iri terhadap prestasi orang lain (Nathaniel Branden & Coopersmith,2014). Dalam rangka memberdayakan karyawan yang ada maka perusahaan harus mampu meningkatkan motivasi kerja karyawan dan menciptakan budaya organisasional yang kuat sehingga dapat meningatkan kinerja karyawan. Wallach menyatakan pula bahwa kinerja seseorang dan hasil kerja yang baik, termasuk kepuasan kerja dan kreativitas tergantung pada kesesuaian antara karakteristik orang tersebut dengan budaya organisasional, sedangkan Robbins mengatakan bahwa dengan adanya motivasi kerja yang tinggi karyawan akan terdorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan sebaik mungkin yang akan mempengaruhi hasil kerjanya. Berdasarkan kedua pendapat di atas peneliti tertarik untuk menganalisis dan menguji kemapuan self esteem memediasi pengaruh motivasi dan budaya organisasional terhadap kinerja, dengan mediasi self-esteem yang tepat, sehingga akan meningkatkatkan kualitas kinerja karyawan. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi motivasi karyawan adalah bagaimana budaya perusahaan yang berjalan atau ada di perusahaan tersebut. Budaya perusahaan menjadi sebuah kebiasaan yang berlangsung sejak awal berdirinya perusahaan tersebut. Inti motivasi kerja dan organisasi budaya adalah dengan adanya dorongan semangat kerja dan pelaksanaan aktivitas karyawan agar mampu mewujudkan tujuan yang akan dicapai oleh perusahaan, didukung dengan adanya self esteem yang tinggi yaitu penerimaan diri sendiri, oleh diri sendiri berkaitan bahwa kita pantas, berharga, mampu dan berguna tak peduli dengan apa pun yang sudah, sedang atau bakal terjadi, sehingga akan termotivasi oleh kebutuhan untuk dihargai atau aktualisasi diri. Objek dan yang menjadi sasaran dalam penelitian ini adalah wanita-wanita pada kelompok usaha pengrajin mete dan industri rumah tangga di Dusun Krikilan Kecamatan Brebah Sleman, mereka memiliki karakteristik yang unik, yaitu bekerja yang dilakukan di rumah dengan memproduksi sesuatu, karena bekerja di dalam rumah maka dilakukan secara fleksibel yaitu jika sudah selesai mengerjakan pekerjaan utama yaitu pekerjaan rumah tangga. Skala produksinya juga tidak besar, yang mana sebenarnya mempunyai potensi tinggi untuk skala berproduksi tinggi dan menjadi sumber pendapatan bagi wanitawanita pengrajin mete dalam mendukung prekonomian rumah tangga. 5 B.Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh langsung motivasi terhadap kinerja wanita pengrajin mete 2) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tidak langsung motivasi terhadap kinerja wanita pengrajin mete yang dimediasi self-esteem, 3) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh langsung budaya organisasional terhadap kinerja wanita pengrajin mete 4) Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tidak langsung budaya organisasional terhadap kinerja wanita pengrajin mete yang dimediasi self-esteem. KAJIAN PUSTAKA Motivasi Robbins (2002) menyatakan, motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu dan menentukan kemampuan bertindak untuk memuaskan kebutuhan individu. Dengan adanya motivasi kerja yang tinggi karyawan akan terdorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan sebaik mungkin yang akan mempengaruhi hasil kerjanya. Semakin tinggi motivasi yang dimiliki semakin tinggi pula kinerja yang dapat dihasilkan. Motivasi dalam diri karyawan sangat bermanfaat sekali bagi suatu organisasi atau perushaan, karena dengan adanya motivasi tersebut akan menimbulkan rasa memiliki terhadap perusahaan, sedangkan Hasibuan (2002) berpendapat bahwa motivasi adalah daya penggerak yang dapat menciptakan kegairahan kerja seseorang agar karyawan mau bekerja secara efektif dan terorganisasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Reksohadiprojo (2000) menyatakan bahwa motivasi adalah kondisi dalam pribadi individu yang menggerakkan keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi kerja sering dikatakan menjadi kunci kinerja. Kinerja dapat ditingkatkan dengan motivasi kerja yang tinggi, pengetahuan dan keahlian dalam melakukan tugas dan persepsi peran positif yang dimiliki seseorang. Sebenarnya banyak pembahasan mengenai teori-teori motivasi, namun teori motivasi Hierarkhis Maslow sebagai dasar manusia termotivasi karena adanya kebutuhan yaitu (a) kebutuhan fisiologis dasar, (b) kebutuhan rasa aman, (c) kebutuhan sosial, (d) kebutuhan penghargaan dan (e) aktualisasi diri ( self Actualization). 6 Dari pendapat Maslow di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bergabungnya seseorang dalam organisasi atau perusahaan di dorong karena adanya keinginan untuk memenuhi kebutuhan, berupa penghasilan yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhannya, kebutuhan akan rasa aman meliputi keamanan akan perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja, jaminan akan kelangsungan pekerjaannya dan jaminan akan hari tuanya pada saat mereka tidak lagi bekerja. Kebutuhan Sosial yaitu kebutuhan untuk persahabatan, afiliasi dana interaksi yang lebih erat dengan orang lain. Dalam organisasi akan berkaitan dengan kebutuhan akan adanya kelompok kerja yang kompak, supervisi yang baik, rekreasi bersama dan sebagainya. Kebutuhan Penghargaan yang meliputi kebutuhan keinginan untuk dihormati, dihargai atas prestasi seseorang, pengakuan atas kemampuan dan keahlian seseorang serta efektifitas kerja seseorang. serta kebutuhan aktualisasi diri merupakan hirarki kebutuhan dari Maslow yang paling tinggi. Aktualisasi diri berkaitan dengan proses pengembangan potensi yang sesungguhnya dari seseorang. Kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan, keahlian dan potensi yang dimiliki seseorang. Malahan kebutuhan akan aktualisasi diri ada kecenderungan potensinya yang meningkat karena orang mengaktualisasikan perilakunya. Seseorang yang didominasi oleh kebutuhan akan aktualisasi diri senang akan tugas-tugas yang menantang kemampuan dan keahliannya (dalam Reksohadiprojo dan Handoko ,2000). Teori Maslow mengasumsikan bahwa orang berkuasa memenuhi kebutuhan yang lebih pokok (fisiologis) sebelum mengarahkan perilaku memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi (perwujudan diri). Kebutuhan yang lebih rendah harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan yang lebih tinggi seperti perwujudan diri mulai mengembalikan perilaku seseorang. Hal yang penting dalam pemikiran Maslow ini bahwa kebutuhan yang telah dipenuhi memberi motivasi. Apabila seseorang memutuskan bahwa ia menerima uang yang cukup untuk pekerjaan dari organisasi tempat ia bekerja, maka uang tidak mempunyai daya intensitasnya lagi. Jadi bila suatu kebutuhan mencapai puncaknya, kebutuhan itu akan berhenti menjadi motivasi utama dari perilaku. Kemudian kebutuhan kedua mendominasi, tetapi walaupun kebutuhan telah terpuaskan, kebutuhan itu masih mempengaruhi perilaku hanya intensitasnya yang lebih kecil. Manfaat motivasi yang utama adalah menciptakan gairah kerja, sehingga produktivitas kerja meningkat. Sementara itu, manfaat yang diperoleh karena bekerja dengan orang-orang yang termotivasi adalah pekerjaan dapat diselesaikan dengan tepat. Artinya pekerjaan diselesaikan sesuai standar yang benar dan dalam skala waktu yang sudah ditentukan, serta orang senang melakukan pekerjaannya. Sesuatu yang dikerjakan karena ada motivasi yang mendorongnya akan membuat orang senang mengerjakannya. Orang pun akan merasa dihargai/diakui, hal ini terjadi karena pekerjaannya itu betul-betul berharga bagi 7 orang yang termolivasi, schingga orang tersebut akan bekerja keras. Hal ini dimaklumi karena dorongan yang begitu tinggi menghasilkan sesuai target yang mereka tetapkan. Kinerjanya akan dipantau oleh individu yang bersangkutan dan tidak akan membutuhkan terlalu banyak pengawasan serta semangat juangnya akan tinggi Budaya Organisasional Menurut penelitian yang diadakan Denison, Haalan dan Goelzer budaya organisasional yang kuat dan positif adalah budaya yang dapat meningkatkan efektivitas dalam organisasi. Budaya organisasional setidaknya memiliki beberapa manfaat positif antara lain: (1) empowering employees; (2) having a team orientation; (3) having a clear strategic direction and intent; (4) possessing a strong and recognizable vision (dalam Robbins & Judge, 2011). Menurut Robbins Robbins & Judge (2011) budaya organisasional adalah suatu sistem yang dimiliki oleh anggota organisasi tersebut yang membuat organisasinya berbeda dengan organisasi lainnya. Menurut Bateman & Snell (2007) budaya organisasional adalah himpunan asumsi penting tentang organisasi dan tujuan-tujuannya dan tentang bagaimana cara mereka berbagi nilai-nilai yang ada dalam perusahaan. Menurut Cameron dan Quinn (2006) budaya organisasional dapat dibagi menjadi empat bagian menurut tipologinya, yaitu: (1) clan culture adalah organisasi yang merupakan tempat paling bersahabat untuk bekerja. Para anggota organisasi saling berbagi antar sesamanya. Ia mirip dengan keluarga di luar rumah. Pemimpin, atau kepala organisasi, dipandang selaku mentor dan mungkin juga figur orang tua. Organisasi terbangun atas loyalitas dan tradisi. Komitmen para anggota terhadap organisasi cukup tinggi. Di samping itu, organisasi menekankan pada keuntungan jangka panjang dari pembangunan sumber daya manusia dan sangat memperhatikan kohesi organisasi dan moral. Kesuksesan didefinisikan dalam pengertian sensitivitas pada penikmat jasa dan perhatian pada orang lain. Clan culture menempatkan kerja tim, keterlibatan anggota, dan konsensus pada prioritas tertinggi. (2) adhocracy culture adalah organisasi yang merupakan tempat bekerja yang dinamis. Kinerja Mardiana (2001, 2002, 2009, 2010, 2011, 2012), Gibson (1987), Dessler (1997) menyatakan bahwa kinerja adalah suatu prestasi kerja. Heriningsih (2005, 2006, 2007) meneliti tentang soft skills yang memotivasi untuk meraihpretasi/kinerja dalam suatu organisasi. Karena organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia, maka kinerja 8 sesungguhnya merupakan perilaku manusia di dalam organisasi yang memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Menurut Supardi (1989), kinerja adalah kegiatan dan hasil yang dapat dicapai atau ditunjukkan oleh seseorang di dalam pelaksanaan tugas atau pekerjaan. Dapat dikatakan juga bahwa prestasi merupakan perwujudan atau penampilan seseorang dalam pelaksanaan pekerjaan. Seseorang dapat dikatakan berprestasi baik apabila mereka dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik, yang berarti pula mencapai sasaran atau standar kerja yang telah ditetapkan atau bahkan melebihi standar yang telah ditentukan. Pengukuran dan penilaian prestasi kerja merupakan usaha membandingkan hasil kerja yang telah dilakukan karyawan dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Dessler (1997) ada 5 lima faktor dalam penilai kinerja yang populer yaitu : 1) Kualitas pekerjaan, meliputi akurasi, ketelitian, penampilan dan penerimaan keluaran. 2) Kuantitas pekerjaan, meliputi volume keluaran dan kontribusi 3) Supervisi yang diperlukan, meliputi membutuhkan saran, arahan atau perbaikan. 4) Kehadiran, meliputi : regularitas, dapat dipercayai/dihandalkan dan ketepatan waktu. 5) Konservasi, meliputi ; pencegahan, pemborosan, kerusakan dan pemeliharaan peralatan. Self Esteem Istilah self esteem (harga diri) pertama kali dikenalkan oleh William James (1983-1890) seorang Psikolog berkebangsaan Amerika. Self esteem merupakan tema sosial yang paling tua dan paling banyak ditulis. Rodewalt dan Tragakis (2003) menyatakan bahwa self esteem merupakan “top three covariates” dalam penelitian psikologi dan sosial bersama dengan “gender” dan “efektivitas negatif” (Mruk, 2006). Low self esteem (harga diri rendah) sering dihubungkan dengan permasalahan gangguan mental seperti, depresi, kecemasan, dan permasalahan belajar. Juga beberapa kesulitan seperti, kegagalan, kerugian, dan kemunduran. Sebaliknya, high self esteem (harga diri tinggi) diyakini menjadi dasar bagi perkembangan mental yang sehat, kesuksesan, dan kehidupan yang efektif. Self-esteem diartikan dalam istilah percaya diri meskipun tidak sepenuhnya menggambarkan makna yang sesungguhnya. “selfesteem adalah penerimaan diri sendiri, oleh diri sendiri berkaitan bahwa kita pantas, berharga, mampu dan berguna tak peduli dengan apa pun yang sudah, sedang atau bakal terjadi. Tumbuhnya perasaan aku bisa dan aku berharga merupakan inti dari pengertian selfesteem”. Self-esteem merupakan kumpulan dari kepercayaan atau perasaan tentang diri kita 9 atau persepsi kita terhadap diri sendiri tentang motivasi, sikap, perilaku, dan penyesuaian emosi yang mempengaruhi kita. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan pula bahwa self esteem berkenaan dengan: (a) kemampuan kita untuk memahami apa yang dapat kita lakukan dan apa yang telah dilakukan, (b) penetapan tujuan dan arah hidup sendiri, (c) kemampuan untuk tidak merasa iri terhadap prestasi orang lain (Nathaniel Branden & Coopersmith,2014). HIPOTESIS 1) Ada pengaruh langsung motivasi terhadap kinerja wanita-wanita pengrajin mete 2) Ada pengaruh tidak langsung motivasi terhadap kinerja wanita-wanita pengrajin mete yang dimediasi self-esteem 3) Ada pengaruh langsung budaya organisasional terhadap kinerja wanita-wanita pengrajin mete 4) Ada pengaruh tidak langsung budaya organisasional terhadap kinerja wanita-wanita pengrajin mete yang dimediasi self-esteem. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian Sensus. Jumlah populasi 60 orang wanita pengrajin mete dan diambil semua sebagai responden penelitian. Analisis Partial Least Square (PLS) Untuk menguji hipotiesis penelitian ini digunakan teknik Analisis Partial Least Square (PLS), sebagai metode umum untuk mengestimasikan model jalur yang menggunakan konstruk laten dengan indikator ganda. PLS di kembangkan sebagai alternatif untuk situasi dimana dasar teori pada perancangan model lemah atau indikator yang tersedia tidak memenuhi model pengukuran refleksi. PLS merupakan metode analisis yang powerfull karena dapat diterapkan pada semua skala data tidak membutuhkan banyak asumsi dan ukuran sampel tidak harus besar. Estimasi parameter yang didapat dengan PLS dapat dikategorikan menjadi tiga. Pertama, adalah weight estimate yang digunakan untuk menciptakan skor variabel laten. Kedua, mencerminkan estimasi jalur (path estimate) yang menghubungkan variabel laten dan antar variabel laten dan indikatornya (loading). Ketiga, berkaitan dengan means dan lokasi parameter (nilai konstanta regresi untuk indikator dan variabel laten. Untuk memperoleh ketiga estimasi ini, PLS menggunakan proses iterasi 3 tahap dan setiap tahap iterasi menghasilkan estimasi. Tahap pertama, menghasilkan weight estimate, tahap kedua menghasilkan estimasi untuk inner model dan , dan tahap ketiga menghasilkan estimasi means dan lokasi 10 HASIL DAN PEMBAHASAN TABEL 1. Rekapitulasi Hasil Analisis pengaruh langsung dan tidak langsung Antar Variabel Penelitian No Pengaruh Koefisien Jalur Pengaruh 1 X1 Y 0,648 langsung 2 X2 Y 0,040 langsung 3 X1 Z Y 0,511 Tidak langsung 4 X2 Z Y 0,010 Tidak langsung Keterangan X1 adalah variabel indipendent Motivasi X2 adalaha variabel indipendent Budaya Organisasional Z adalah variabel intervening/mediasi Self Esteem Y adalah variabel dependent Kinerja PENTINGNYA MOTIVASI DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA Dari Tabel 1 diatas dapat dilihat pengaruh langsung motivasi terhadap kinerja sebesar 0,648 sedangkan pengaruh budaya organisasional terhadap kinerja sebesar 0,040 dari hasil ini menunjukkan bahwa pentingnya motivasi dan budaya organisasional untuk menciptakan kinerja yang tinggi, karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, agar mau bekerja dengan giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi motivasi karyawan adalah bagaimana budaya perusahaan yang berjalan atau ada di perusahaan tersebut. Budaya perusahaan menjadi semacam sebuah rules yang tidak tertulis dan bahkan sudah menjadi sebuah kebiasaan yang berlangsung sejak awal berdirinya perusahaan tersebut. Motivasi semakin penting karena manajer/pemimpin membagikan pekerjaan kepada bawahannya untuk dikerjakan dengan baik dan terintegrasi kepada tujuan yang diinginkan. Budaya organisasi adalah sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi. Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam 11 memanfaatkan sumber daya sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi. Budaya perusahaan juga dapat menjadi trademark sebuah perusahaan apabila rules yang diterapkan itu sangat unik. Setiap organisasi memiliki budaya organisasi yang berfungsi untuk membentuk aturan atau pedoman dalam berfikir dan bertindak dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Hal ini berarti budaya organisasi yang tumbuh dan terpelihara dengan baik akan mampu memacu organisasi ke arah perkembangan yang lebih baik. Selain itu, tekanan utama dalam perubahan dan pengembangan budaya organisasi adalah mencoba untuk mengubah nilai-nilai, sikap dan perilaku dari anggota organisasi secara keseluruhan. Budaya organisasi mampu menjadi faktor kunci keberhasilan organisasi, tetapi dapat pula menjadi faktor utama kegagalan organisasi. Menurut Robbins (2003) kuat lemahnya budaya sebuah organisasi dapat dipantau dengan melihat 3 (tiga) hal yaitu : 1. Arah, apakah nilai-nilai yang hidup searah atau selaras atau mendukung tujuan-tujuan organisasi. 2. Penyebaran , apakah nilai-nilai budaya tersebut dihayati dan dimiliki oleh semua anggota dalam organisasi, atau hanya oleh sekelompok kecil manajer tingkat atas. 3. Intensitas, apakah pengaruh budaya tertentu memberi tekanan (biasanya melalui tekanan kelompok) yang kuat pada anggota organisasi hingga ditaati atau tidak. Sebuah kinerja seseorang yang menunjukan pada prestasi, pasti akan selalu mendambakan penghargaan terhadap hasil pekerjaanya dan mengharapkan imbalan yang adil. Kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melakukan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Penilaiaan kinerja perlu dilakukan secara seobyektif mungkin karena akan memotivasi karyawan dalam melakukan kegiatannya. Hal ini sesuai dengan Mardiana (2004,2009, dan 2012). Disamping itu penilaan kinerja dapat memberikan informasi untuk kepentingan pemberian dalam gaji, promosi dan memantai pekerjaan karyawan. Berbagai cara ditempuh untuk meningkatkan kinerja karyawan misalnya melalui pendidikan dan pelatihan, pemberian kompensasi dan motivasi serta menciptakan lingkungan kerja yang baik. Masrukhin dan Waridin, 2006 mengatakan bahwa secara garis besar, kinerja dapat dipahami sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, guna mencapai tujuan organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum, dan sesuai dengan moral maupun etika. 12 Budaya perusahaan dapat mempunyai dampak yang berarti terhadap kinerja ekonomi jangka panjang. Perusahaan-perusahaan dengan budaya yang mementingkan setiap komponen utama manajerial dan kepemimpinan manajerial pada semua tingkat berkinerja melebihi perusahaan yang tidak memiliki ciri-ciri tersebut dengan perbedaan yang besar. Budaya kuat membantu kinerja bisnis karena menciptakan suatu tingkat motivasi yang luar biasa dalam diri karyawan. Perusahaan harus berusaha untuk memenuhi kebutuhan karyawan sehingga akan menimbulkan motivasi dalam diri mereka. Jika karyawan termotivasi untuk bekerja dengan lebih baik produktivitas kerja akan meningkat. Jika produktivitas meningkat berarti prestasi kerja karyawan juga meningkat. Dan jika prestasi kerja karyawan meningkat berarti tujuan perusahaan dalam upaya memotivasi dan menerapkan budaya organisasi kepada karyawannya berhasil. Karyawan yang telah dimotivasi akan menunjukan suatu sikap keinginan dan kesanggupan untuk mengerjakan pekerjaan dengan baik untuk mencapai prestasi kerja yang maksimum, dan sikap inilah yang disebut dengan semangat karyawan dalam bekerja. Jadi pada akhirnya karyawan yang telah dimotivasi akan bersemangat dalam bekerja yang kemudian akan menunjukan suatu upaya untuk mematuhi budaya organisasi yang diterapkan pada perusahaan untuk meningkatkan prestasi kerja yang optimal demi mencapai sebuah tujuan yang diinginkan. PENTINGNYA MEDIASI KEPRIBADIAN SELF-ESTEEM TERHADAP KINERJA Dari tabel 1 diatas dapat dilihat pengaruh tidak langsung motivasi terhadap kinerja yang dimediasi self esteem sebesar 0,511 sedangkan pengaruh tidak langsung budaya organisasional terhadap kinerja yang dimediasi self esteem sebesar 0,010, hasil ini menunjukkan bahwa self esteem dapat dan mampu memediasi pengaruh tidak langsung motivasi dan budaya organisasional terhadap kinerja wanita-wanita pengrajin mete di dusun krikilan Brebah Sleman, Self-esteem akan mendorong usaha keras untuk meningkatkan kinerja terbukti dari nilai total pengaruh tidak langsung 1,159 lebih besar dari nilai total pengaruh langsung 0,050 Nathaniel Branden & Coopersmith,2014, menyatakan bahwa Self-esteem merupakan kumpulan dari kepercayaan atau perasaan tentang diri kita atau persepsi kita terhadap diri sendiri tentang motivasi, sikap, perilaku, dan penyesuaian emosi yang mempengaruhi kita. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan pula bahwa self-esteem berkenaan dengan: (a) kemampuan kita untuk memahami apa yang dapat kita lakukan dan apa yang telah dilakukan, (b) penetapan tujuan dan arah hidup sendiri, (c) kemampuan untuk tidak merasa iri terhadap prestasi orang lain. Low self-esteem (harga diri rendah) sering dihubungkan dengan permasalahan gangguan 13 mental seperti, depresi, kecemasan, dan permasalahan belajar. Juga beberapa kesulitan seperti, kegagalan, kerugian, dan kemunduran. Sebaliknya, high self-esteem (harga diri tinggi) diyakini menjadi dasar bagi perkembangan mental yang sehat, kesuksesan, dan kehidupan yang efektif. Self-esteem diartikan dalam istilah percaya diri meskipun tidak sepenuhnya menggambarkan makna yang sesungguhnya. “self-esteem adalah penerimaan diri sendiri, oleh diri sendiri berkaitan bahwa kita pantas, berharga, mampu dan berguna tak peduli dengan apa pun yang sudah, sedang atau bakal terjadi. Tumbuhnya perasaan aku bisa dan aku berharga merupakan inti dari pengertian self-esteem”. Individu yang nyaman dalam bekerja, memandang tugas-tugas yang sulit sebagai tantangan untuk dikuasai dari pada sebagai ancaman untuk dihindari. Mereka memiliki minat yang lebih kuat dan keasyikan yang mendalam pada kegiatan pekerjaan, menyusun tujuan yang menantang mereka, dan memelihara komitmen yang kuat serta mempertinggi dan mendukung usaha-usaha mereka dalam menghadapi kegagalan. Mereka lebih cepat memulihkan apabila mengalami kegagalan atau kemunduran dalam bekerja. Self-esteem yang tinggi membantu membuat perasaan tenang dalam mendekati tugas dan kegiatan yang sulit. Sebaliknya, orang yang meragukan kemampuan dirinya, mereka bisa percaya bahwa sesuatu itu lebih sulit daripada yang sesungguhnya. Manfaat dari mediasi Self-esteem dalam kinerja: 1. Self-esteem yang dimiliki, akan menetapkan apa yang akan ia lakukan dalam menghadapi suatu tugas untuk mencapai tujuan yang diiinginkannya. 2. Self-esteem sebagai mediator yang cukup berpengaruh terhadap pemilihan karir seseorang. 3. Memiliki keinginan untuk bertahan pada suatu tugas, bagi Individu yang memiliki Self-esteem yang tinggi biasanya akan berusaha keras untuk menghadapi kesulitan dan bertahan dalam mengerjakan suatu tugas bila mereka telah mempunyai keterampilan prasyarat 4. Memiliki kualitas usaha dalam strategi untuk memproses suatu tugas secara lebih mendalam dengan yang Self-esteem tinggi. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MEDIASI SELF-ESTEEM Menurut Bandura (1986) ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi mediasi kepribadian Self-esteem: 1. Pengalaman Keberhasilan (mastery experiences) 14 Keberhasilan yang sering didapatkan akan meningkatkan self-esteem yang dimiliki seseorang sedangkan kegagalan akan menurunkan self-esteem. Apabila keberhasilan yang didapat seseorang lebih banyak karena faktor-faktor di luar dirinya, biasanya tidak akan membawa pengaruh terhadap peningkatan self-esteem. Akan tetapi, jika keberhasilan tersebut didapatkan dengan melalui hambatan yang besar dan merupakan hasil perjuangannya sendiri, maka hal itu akan membawa pengaruh pada peningkatan self-esteem. Pengalaman Orang Lain (vicarious experiences), pengalaman keberhasilan orang lain yang memiliki kemiripan dengan individu dalam mengerjakan suatu tugas biasanya akan meningkatkan self-esteem seseorang dalam mengerjakan tugas yang sama. Self-esteem tersebut didapat melalui social models yang biasanya terjadi pada diri seseorang yang kurang pengetahuan tentang kemampuan dirinya sehingga mendorong seseorang untuk melakukan modeling. Namun self-esteem yang didapat tidak akan terlalu berpengaruh bila model yang diamati tidak memiliki kemiripan atau berbeda dengan model. 2. Persuasi Sosial (Social Persuation) Informasi tentang kemampuan yang disampaikan secara verbal oleh seseorang yang berpengaruh biasanya digunakan untuk meyakinkan seseorang bahwa ia cukup mampu melakukan suatu tugas. 3. Keadaan fisiologis dan emosional (physiological and emotional states) Kecemasan dan stress yang terjadi dalam diri seseorang ketika melakukan tugas sering diartikan sebagai suatu kegagalan. Pada umumnya seseorang cenderung akan mengharapkan keberhasilan dalam kondisi yang tidak diwarnai oleh ketegangan dan tidak merasakan adanya keluhan atau gangguan somatic lainnya. Self esteem yang tinggi biasanya ditandai oleh rendahnya tingkat stress dan kecemasan sebaliknya self esteem yang rendah ditandai oleh tingkat stress dan kecemasan yang tinggi pula. Walaupun program pemberdayaan dan budaya organisasi telah dilakukan, namun permasalahan terkait dengan sumberdaya manusia masih saja terjadi di perusahaan. Permasalahan tersebut meliputi tingkat kedisiplinan, dimana hampir tiap hari ada karyawan yang terlambat selain itu juga meninggalkan tempat kerja lebih awal ataupun mangkir dari pekerjaan, kedisiplinan karyawan juga ditunjukkan dengan ruang kerja mereka yang kurang tertata rapi. Permasalahan lain yang muncul adalah masih adanya karyawan yang keluar masuk tiap tahunnya. Akan tetapi jika indikasi-indikasi dari tingkat kepusan kerja yang rendah masih muncul, maka hal tersebut menjadi suatu masalah. Pada perusahaan harus berusaha giat untuk memenuhi kebutuhan karyawan 15 sehingga akan menimbulkan motivasi dalam diri mereka dalam bekerja secara optimal. Apabila karyawan termotivasi untuk bekerja dengan lebih baik maka, produktivitas kerja akan meningkat, jika produktivitas meningkat berarti prestasi kerja karyawan juga meningkat. Dan jika prestasi kerja karyawan meningkat berarti tujuan perusahaan dalam upaya memotivasi dan menerapkan budaya organisasi kepada karyawannya akan berhasil. Karyawan yang telah dimotivasi akan menunjukan suatu sikap keinginan dan kesanggupan untuk mengerjakan suatu pekerjaan dengan baik untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal, dan sikap inilah yang disebut dengan semangat bekerja. Jadi pada akhirnya karyawan yang telah dimotivasi akan bersemangat dalam bekerja yang kemudian akan menunjukan suatu upaya untuk mematuhi budaya organisasi yang diterapkan untuk meningkatkan prestasi kerja yang optimal. Tujuan motivasi terhadap kinerja diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan kepuasan kerja karyawan. 2. Meningkatkan kedisiplinan karyawan. 3. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik. 4. Meningkatkan kreatifitas, dan partisipasi kepada karyawan. 5. Meningkatkan rasa tanggung jawab karyawan terhadap tugas-tugasnya. Wenny Kristina, 2008 menyimpulkan bahwa kepribadian self esteem sangatlah besar pengaruhnya terhadap pembentukan kinerja karyawan, sedangkan Fitriani, 2001 menyimpulkan kepribadian self esteem sangatlah besar pengaruhnya terhadap pembentukan kepuasan kerja. Untuk itu perlulah dibentuk self esteem yang tinggi, yaitu dengan cara pihak manajemen menerapkan sistem penilaian terhadap hasil kerja individu artinya jika dalam melakukan pekerjaan diselesaikan oleh suatu team maka penilaian tidak hanya diberikan kepada team tersebut melainkan juga kepada individu yang berada pada team tersebut. Budaya telah menjadi suatu konsep yang sangat penting dalam memahami individu atau kelompok manusia dalam waktu yang cukup lama. Budaya pada hakekatnya merupakan proses integrasi dari suatu perilaku manusia yang mencakup pikiran, ucapan dan perbuatan dengan proses pembelajaran. Dalam kehidupannya manusia dipengaruhi oleh budaya dimana manusia berada. Menurut Chasanah, 2010 menyatakan bahwa, Budaya organisasi sangatlah penting keberadaannya, untuk itu agar kinerja karyawan dapat terus meningkat maka perlu penanaman dalam diri masing-masing individu agar mereka paham mengenai 16 makna sebenarnya berkaitan dengan budaya organisasi, terutama disini adalah budaya adaptasi yaitu pemahaman misi dan tujuan yang jelas. Budaya organisasi merupakan suatu kesepakatan bersama para anggota dalam suatu organisasi atau perusahaan sehingga mempermudah lahirnya kesepakatan yang lebih luas untuk kepentingan perorangan ataupun kelompok. Keutamaan budaya organisasi merupakan pengendali dan arah dalam membentuk sikap dan perilaku manusia yang melibatkan diri dalam suatu kegiatan organisasi. Secara individu maupun kelompok seseorang tidak akan terlepas dengan budaya organisasi dan pada umumnya mereka akan dipengaruhi oleh keaneka ragaman sumber-sumber daya yang ada sebagai stimulus seseorang bertindak. Standar kinerja menjelaskan tingkat-tingkat kinerja yang diharapkan , dan merupakan bahan perbandingan, tujuan atau target tergantung dari pendekatan yang diambil. Standar kinerja yang baik itu, terukur, dan mudah dipahami, menguntungkan baik bagi organisasi maupun bagi karyawan. Standar kinerja mendefiniskan tentang pekerjaan yang tergolong memuaskan. Penilaian kinerja adalah proses evaluasi dari seberapa karyawan yang mengerjakan pekerjaannya ketika dibandingkan dengan standar perusahaan, dan kemudian mengkomunikasinnya dengan karyawan. Stres atau dalam kondisi lelah dengan adanya banyak pekerjaan dan tuntutan yang harus dilaksanakan dapat mengurangi self-esteem pada diri individu, jika tingkat stres individu rendah maka tinggi self-esteem sebaliknya jika stres tinggi maka faktor-faktor yang mempengaruhi mediasi kepribadian self-esteem pada individu rendah. Self esteem berkenaan dengan kemampuan kita untuk memahami apa yang dapat kita lakukan dan apa yang telah dilakukan, penetapan tujuan dan arah hidup sendiri, serta kemampuan untuk tidak merasa iri terhadap prestasi orang lain. Self-esteem merupakan kumpulan dari kepercayaan atau perasaan tentang diri kita atau persepsi kita terhadap diri sendiri tentang motivasi, sikap, perilaku, dan penyesuaian emosi yang mempengaruhi kita.Orang yang percaya diri dengan kemampuannya cenderung untuk berhasil, sedangkan orang yang selalu merasa gagal cenderung untuk gagal. Self esteem berhubungan dengan kinerja dimana jika seseorang memiliki Self esteem, yang tinggi maka cenderung untuk berhasil dalam tugasnya sehingga meningkatkan kepuasan atas apa yang dikerjakannya. Organisasi yang mempekerjakan individu dengan nilai-nilai yang menimbulkan kepuasan kerja karyawan, sebaliknya apabila tidak ada kesesuaian antara karakteristik karyawan dengan budaya organisasi akan menimbulkan karyawan yang kurang termotivasi dan komitmen kerjanya rendah serta tidak terciptanya kepuasan kerja.Budaya organisasi yang kuat akan memicu 17 karyawan untuk berpikir, berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai organisasi. Menurut Sutanto, 2002, menyatakan bahwa Kesesuaian antara budaya organisasi dengan anggota organisasi yang mendukungnya akan menimbulkan kepuasan kerja dan kinerja karyawan meningkat, sehingga akan meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan. Kepercayaan terhadap kemampuan diri, keyakinan terhadap keberhasilan yang selalu dicapai membuat seseorang bekerja lebih giat dan selalu menghasilkan yang terbaik. Sedangkan self esteem merupakan sebuah kepercayaan diri, harga diri dan rasa percaya diri tentang probabilitas bahwa seseorang dapat melaksanakan dengan sukses beberapa tindakan atau masa depan dan mencapai beberapa hasil PENUTUP Self-esteem tidak mampu memediasi pengaruh motivasi dan budaya organisasional terhadap kinerja wanita kelompok pengrajin mete tetapi significant positif memediasi karena dapat membantu dalam mengatasi masalah yang ada dalam diri pekerja secara individual maupun kelompok dengan lebih baik. Self-esteem akan mendorong usaha keras untuk meningkatkan kinerja terbukti dari nilai total pengaruh tidak langsung 1,159 lebih besar dari nilai total pengaruh langsung 0,050 Jika karyawan termotivasi untuk bekerja dengan lebih baik produktivitas kerja akan meningkat. Jika produktivitas meningkat berarti prestasi kerja karyawan juga meningkat. Dan jika prestasi kerja karyawan meningkat berarti tujuan perusahaan dalam upaya memotivasi dan menerapkan budaya organisasi kepada karyawannya pun ikut berhasil. Motivasi dan budaya organisasi terhadaap kinerja dengan mediasi kepribadian self esteem, dapat terlaksana dengan baik demi memajukan kesejahteraan seorang pegawai ataupun perusahaan. Dengan adanya itu semua karyawan bisa termotivasi lagi untuk bekerja lebih keras dan lebih giat lagi. Organisasi adalah tempat atau wadah dimana seorang pekerja yang mempunyai jabatannya masingmasing, dan yang dapat memotivasi pekerja dalam bekerja adalah keadilan gaji, kekuasaan dan ancaman, pujian dan pengakuan, dan memberikan contoh tauladan. Salah satu aspek dalam meningkatkan kinerja karyawan ialah pemberian motivasi kepada karyawan.Bahwa kepuasan kerja merupakan suatu cara pandang seseorang yang bersifat positif maupun negatif tentang pekerjaannya. Kepuasan kerja berkaitan dengan organisasi akan terlihat dari produktivitas kinerja yang diperoleh memuaskan atau tidak memuaskan sehingga sudah tentu akan mempengaruhi juga perilaku organisasi. 18 DAFTAR PUSTAKA Bandura, A. 1993. Perceived Self-efficacy in Cognitive Development and Functioning. Educational Psychologist, 28, 117-148. Bandura, A. 1997. Self-Efficacy: The exercise of control. New York: W. H. Freeman and Company. Bandura, A. 1986. Social Foundations of Thought and Action: A Social Cognitive Theory. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall. Chasanah, Nur. 2008.Analis Pengaruh Empowerment, Self Efficacy Dan Budaya Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan (Studi Empiris pada Karyawan PT. Mayora Tbk Regional Jateng dan DIY). Tesis. Program Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro Semarang. Nawawi, Hadari. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT. Bumi Aksara, Jakarta. Mangkunegara, A.P, (2000), Manajemen Sumber Daya Manusia Cetakan I, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mardiana, Tri. Heriningsih, Sucahyo. 2014. Pengaruh Motivasi Dan Budaya Organizational Terhadap Kinerja Yang Dimediasi Self Efficacy. Proposal Penelitian Hibah Fundamental. Kemenristek & Dikti RI. Mardiana, Tri. 2011. Anteseden Kepuasan Kerja dan Pengaruhnya Terhadap Intensi Turn Over (Studi Pada Perawat Rumah Sakit Golongan C). Jurnal Manajemen Inovasi dan Bisnis. Mardiana, Tri. 2009. Pengaruh Sumber Stres Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Tenaga Edukatif Di Lembaga Pendidikan Tinggi (Studi Kasus Pada Fakultas Ekonomi UPN”Veteran” Yogyakarta. Call Paper Seminar Nasional Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur Mardiana, Tri. 2004. Pengaruh Karakteristik Individu, Karakeristik Pekerjaan dan Pengalaman Kerja Terhadap komitmen Perawat RS Panti Rapih Di DI Yogyakarta. Jurnal Ilmiah TELAAH BISNIS. Masjaya, Dayang dan Nur, 2014. Pengaruh Motivasi Dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Di Kantor Badan Perencanaan Pengembangan Daerah Kabupaten Kutai Karta Negara. Jurnal Administrativ Reform 2(4): 2559-2571 ISSN 2338-7637. Masrukin dan Waridin, 2006. Pengaruh Motivasi, Kepuasan Kerja, Budaya Organisasi dan Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai, EKOBIS, Vol. 7, No. 2. Muhid, Abd, 2009. Self-Efficacy (Perspektif Teori Kognitif Sosial dan Implikasinya terhadap Pendidikan). Tadris. Volume4. 19 Ostroff, C, 1992, “The Relationship Between Satisfaction Attitudes and Performance an Organization Level Analysis”, Journal of Applied Psychology, Vol.77,No. 68. Robbins, Stephen P. 2003. Perilaku Organisasi. Edisi Kesembilan. Jakarta: PT Indeks Kelompok Gramedia. Sutanto, Aftoni, 2002, Peran Budaya Organisasi untuk Meningkatkan Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan, Benefit, Vol 6, No.2. Waldman, David A., 1994, The Contribution of Total Anality Management to aTheory of Work performance, Academy of Management Review, Vol 19 No.3, pp 210-536. http://artikel-manajemen.blogspot.com/2008/10/pemahaman-kinerja-karyawan.html. diaskes pada tanggal 7 Mei 2015. http://residivis-champus.blogspot.com/2011/06/self-efficacy.html diaskes pada tanggal 7 Mei 2015. https://julrahmatiyalfajri.wordpress.com/2014/07/10/pengaruh-kepemimpinan-terhadapmotivasi-budaya-organisasi-dan-kinerja/. Diaskes pada tanggal 8 Mei 2015. https://prezi.com/.../pengaruh-self-efficacy-dan-self-esteem-terhadap-kin... Pengaruh Self-efficacy dan Self-esteem Terhadap Kinerja Karyawan pada PT Intikom Berlian Mustika. Wenny Kristina 2008-011-431 ... C Engko - Simposium Nasional Akuntansi, 2006 - stietrisakti.ac.id This study examines the effect of job satisfaction on job performance with self esteem and self efficacy as an intervening variable. The purpose of this study is to find empirical evidence about the presence of a) the positive effect of job satisfaction on self esteem, b) ... SN Kilapong - JURNAL RISET EKONOMI, MANAJEMEN, …, 2013 - ejournal.unsrat.ac.id ... KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL, SELF EFFICACY, SELF ESTEEM PENGARUHNYA TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT. ... lebih dari apa yang diharapkan yang membawa pengaruh terhadap peningkatan kinerja ... (Fitriani, 2001) 3. Self esteem (Variabel X3 ... 20