Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2017, pp. 771~779 771 Analisis Positioning Akom BSI Jakarta “Kuliah Cepat Kerjapun Dapat” Adianta Sebayang AKOM BSI Jakarta [email protected] Abstrak Positioning adalah strategi komunikasi yang rancang oleh pemasar untuk menciptakan gambaran, citra atau identitas dalam benak atau pikiran konsumen target terhadap produk, merek atau perusahaan. Positioning adalah perbandingan relatif kompetitif dari produk yang diluncurkan di pasar dan dipersepsikan oleh konsumen target. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis posisi AKOM BSI Jakarta yang tertanam di benak mahasiswa, menganalisis pesaing-pesaing terdekat AKOM BSI Jakarta, menganalisis tingkat loyalitas mahasiswa AKOM BSI Jakarta dan menganalisis positioning AKOM BSI Jakarta berdasarkan persepsi mahasiswa. Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah mahasiswa baru dari AKOM BSI Jakarta. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan dalam pengolahan data adalah analisis deskriptif, analisis biplot, multidimensional scalling dan brand switching pattern matrix dengan alat pengolah data SPSS dan Microsoft Excell. Berdasarkan hasil penilaian responden, tingkat loyalitas mahasiswa AKOM BSI Jakarta dapat dikatakan sangat loyal yaitu sebesar 86,84%. AKOM BSI Jakarta diposisikan mahasiswa sebagai Perguruan Tinggi Swasta yang unggul dalam bidang praktek dan biaya kuliah yang terjangkau. Kata kunci : Positioning, Loyalitas, AKOM-BSI, Setiap PTS memiliki tujuan untuk I. PENDAHULUAN menyelenggarakan pendidikan tinggi Pembangunan pendidikan sangat penting berkualitas yang relevan dengan karena perannya dalam mencapai kemajuan pembangunan berkelanjutan, melaksanakan di berbagai bidang kehidupan seperti: sosial, penelitian dan pelayanan kepada masyarakat ekonomi, politik, dan budaya. Karena itu, untuk memacu kemajuan dan perkembangan Pemerintah berkewajiban untuk memenuhi ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni, hak setiap warga negara dalam memperoleh dan penerapannya secara arif, menyediakan layanan pendidikan guna meningkatkan dan mengembangkan fasilitas serta sumber kualitas hidup. Salah satu peran pemerintah daya untuk memacu terselenggaranya dalam meningkatkan mutu pendidikan tinggi pendidikan, penelitian dan pelayanan kepada dilakukan melalui otonomisasi Perguruan masyarakat serta memenuhi kemandirian Tinggi, yang memberi Perguruan Tinggi pegawai dalam melaksanakan tugas, tanggung jawab lebih besar dengan tetap mengembangkan secara konsisten dan berdasar pada prinsip akuntabilitas publik. dinamis bidang ilmu pengetahuan dan Perguruan Tinggi juga diberi keleluasaan teknologi serta seni bagi kesejahteraan umat untuk mengelola sumber daya yang manusia, membina, mengembangkan dan dimilikinya. mewujudkan kecendikiawanan Civitas Dengan adanya peraturan pemerintah Akademika yang berbudi dan beradab, tentang penetapan Perguruan Tinggi Swasta memberikan penghargaan dalam pendidikan (PTS) diharapkan Perguruan Tinggi dapat tinggi. menghasilkan lulusan yang berkualitas. Oleh Permasalahan karena itu pemerintah memberikan otonomi Salah satu faktor penting yang harus seluas-luasnya kepada Perguruan Tinggi diperhatikan dalam menyusun strategi adalah yang berstatus Swasta untuk mengatur dan mendefinisikan kebutukan konsumen, dengan mengurus secara mandiri penyelenggaraan menonjolkan keistimewaan dari produk yang layanan Tri Dharma Perguruan Tinggi serta ditawarkan. Tingkat persaingan yang sangat tugas lainnya sesuai dengan peraturan ketat seperti yang telah dijelaskan diatas perundang-undangan yang berlaku. membuat setiap universitas berusaha meningkatkan kualitas lulusannya sehingga Diterima 13 Februari, 2017; Revisi 28 Februari, 2017; Disetujui 15 Maret 2017 ISBN: 978-602-61242-0-3 dapat bersaing dalam dunia kerja. Melihat hal tersebut maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana kesadaran mahasiswa akan posisi Perguruan Tinggi Swasta? 2. Tingkat loyalitas mahasiswa terhadap Perguruan Tinggi Swasta? 3. Bagaimana positioning AKOM BSI Jakarta berdasarkan pemetaan persepsi mahasiswa? Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: Menganalisis posisi Perguruan Tinggi Swasta yang tertanam di benak mahasiswa, menganalisis pesaingpesaing terdekat AKOM BSI Jakarta, menganalisis tingkat loyalitas mahasiswa terhadap Perguruan Tinggi Swasta, dan menganalisis positioning AKOM BSI Jakarta berdasarkan persepsi mahasiswa Ekuitas Merek Ekuitas merek adalah seperangkat aset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek, nama dan simbol yang mampu menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa, baik pada perusahaan maupun pada pelanggan. Aset dan liabilitas adalah suatu nilai atau bobot yang sangat berarti bagi perusahaan yang mencerminkan kekayaan perusahaan, baik yang terlihat maupun tidak, salah satunya adalah merek. Agar aset dan liabilitas mendasari ekuitas merek, maka aset dan liabilitas merek harus berhubungan dengan nama atau sebuah simbol, sehingga jika dilakukan perubahan terhadap nama dan simbol merek, beberapa atau semua aset dan liabilitas yang menjadi dasar ekuitas merek akan berubah pula (Durianto dalam Wardhani,2006). Aset yang dikandung dapat membantu pelanggan dalam menafsirkan, memproses dan menyimpan informasi yang terkait dengan produk dan merek tersebut. Ekuitas merek dapat mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian atas dasar pengalaman masa lalu dalam penggunaan atau kedekatan, asosiasi dengan berbagai karakteristik merek. Dalam kenyataannya, persepsi mutu dan asosiasi merek dapat mempertinggi tingkat kepuasan konsumen. Kotler (2000) mengemukakan bahwa merek bervariasi dalam hal kekuatan KNiST, 30 Maret 2017 dan nilai yang dimilikinya di pasar. Pada satu ekstrem adalah merek yang tidak diketahui oleh sebagian besar pembeli di pasar. Dalam hal ini ditemui merek terhadap pembeli memiliki tingkat kesadaran merek (Brand awareness) tinggi (diukur berdasarkan ingatan atau pengakuan atas merek tersebut), merek yang memiliki tingkat penerimaan merek (brand acceptability) yang tinggi, dengan perkataan lain, merek yang sebagian besar pelanggan tidak akan menolak untuk membelinya. Selain itu terdapat merek yang memiliki tingkat prefensi merek (brand preference) tinggi. Merek- merek yang memiliki nilai-nilai seperti di atas adalah merek-merek yang dipilih dibandingkan dengan merek-merek yang tidak mempunyai nilai serupa. Ekuitas merek dapat dikelompokan ke dalam lima katagori, yaitu : 1. Brand awareness (kesadaran merek), menunjukan kesanggupan seorang calon pembeli untuk menggali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari kategori produk tertentu. 2. Brand association (asosiasi merek), mencerminkan pencitraan suatu merek terhadap suatu kesan tertentu dalam kaitannya dengan kebiasaan, gaya hidup, manfaat, atribut produk, geografis, harga, pesaing, selebritis, dan lain-lain. 3. Perceived quality (persepsi mutu), mencerminkan persepsi pelanggan terhadap keseluruhan mutu/keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkenaan dengan maksud yang diharapkan. 4. Brand loyaty (loyalitas merek), mencerminkan tingkat keterikatan konsumen dengan suatu merek produk. 5. Other proprietary brand assets (aset-aset merek lainnya). Kesadaran Merek Kesadaran merek merupakan kesanggupan seseorang calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagian dari katagori produk tertentu. Kesadaran merek membutuhkan jangkauan kontinum (continuum ranging) dari persamaan yang tidak pasti bahwa merek tertentu dikenal, menjadi keyakinan bahwa produk tersebut merupakan satu-satunya dalam kelas produk selanjutnya. Peran kesadaran merek dalam keseluruan ekuitas merek tergantung dari sejauh mana tingkatan kesadaran yang dicapai oleh suatu merek. Tingkatan kesadaran merek secara berurutan (Durianto, 2004) adalah sebagai berikut : 772 ISBN: 978-602-61242-0-3 a. Unaware of brand (tidak menyadari merek); merupakan tingkat yang paling rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen tidak menyadari akan adanya suatu merek. b. Brand recognition (pengenalan merek); tingkat minimal dari kesadaran merek. Hal ini penting pada saat seseorang pembeli memilih suatu merek saat melakukan pembelian. c. Brand recall (pengingatan kembali terhadap merek); pengingatan kembali terhadap merek didasarkan pada permintaan seseorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam kelas produk. Hal ini diistilahkan dengan pengingatan kembali tanpa bantuan, karena berbeda dari tugas pengenalan, responden tidak perlu dibantu untuk memunculkan merek tersebut. d. Top of mind (puncak pikiran); apabila seseorang ditanya secara langsung tanpa diberi bantuan pengingatan dan ia dapat menyebutkan satu nama merek, maka merek yang paling banyak disebutkan pertama sekali merupakan puncak pikiran. Dengan kata lain, merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada di dalam benak konsumen. Positioning Setelah pasar sasaran dipilih, maka proses selanjutnya adalah melakukan positioning. Positioning pada dasarnya adalah suatu strategi untuk memasuki jendela otak konsumen. Positioning biasanya tidak menjadi masalah dan tidak dianggap penting selama barang-barang yang tersedia dalam suatu masyarakat tidak begitu banyak, dan persaingan belum menjadi suatu yang penting. Positioning baru akan menjadi penting apabila persaingan sudah sangat sengit. Positioning adalah bentuk dari strategi komunikasi untuk memasuki jendela otak konsumen agar produk dan merek yang ditawarkan mengandung arti tertentu yang dalam berbagai segi mencerminkan keunggulan terhadap produk atau merek dalam hubungan asosiatif, dengan demikian positioning berkaitan dengan bagaimana produsen memposisikan produk atau mereknya diantara pesaing dan memposisikan produknya dengan merek dibenak konsumen atau pelanggan (Kasali, 1998) Dalam pemasaran, positioning adalah teknik yang coba dibuat oleh pemasar untuk menciptakan gambaran, citra atau identitas dalam benak atau pikiran konsumen target KNiST, 30 Maret 2017 terhadap produk, merek atau perusahaan. Positioning adalah perbandingan relatif kompetitif dari produk yang diluncurkan di pasar dan dipersepsikan oleh konsumen target. Posisi produk adalah bagaimana pembeli potensial melihat dan menilai produk tersebut. Menurut Kotler, 1997 dalam Kasali (1998), penentuan posisi (Positioning) adalah tindakan yang dilakukan marketer untuk membuat citra produk dan hal-hal yang ingin ditawarkan kepada pasarnya berhasil memperoleh posisi yang jelas dan mengandung arti dalam benak sasaran konsumennya. Positioning tidak boleh dilakukan secara semena-mena. Produk harus didesain berdasarkan positioning yang diharapkan di dalam pikiran; positioning harus diputuskan sebelum produk tersebut didesain. Positioning adalah pemetaan persepsi dan merupakan saat produk atau jasa sesuai dengan pangsa pasar. Positioning yang efektif menempatkan produk atau jasa dalam baris pertama ingatan pembeli potensial. Positioning adalah alat yang sanggat kuat untuk menciptakan citra. citra adalah hasil reprentasi dari keinginan menjadi apa yang diinginkan, melakukan apa yang ingin dilakukan dan mendapatkan apa yang ingin didapatkan. Menurut Kasali (1998), sebelum menentukan positioning ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1. Positioning adalah strategi komunikasi Komunikasi dilakukan untuk menjembatani produk/merek/nama perusahaan dengan calon konsumen. Meski positioning bukanlah sesuatu yang dilakukan terhadap produk, komunikasi berhubungan dengan atributatribut yang secara fisik maupun non fisik melekat pada produk perusahaan. Warna, disain, tulisan yang tertera di label, kemasan, nama merek adalah diantaranya. Selain itu perlu diingat bahwa komunikasi menyangkut aspek yang luas. Ia bukan semata-mata berhubungan dengan iklan meski iklan menyita porsi anggaran komunikasi yang sangat besar. Komunikasi menyangkut soal citra yang disalurkan memalui model iklan, media yang dipilih, outlet yang menyalurkan produk perusahaan, sikap para manajer dan tenaga penjual, berbagai bentuk sponsorship, produk-produk terkait, bentuk fisik bangunan, manajer/CEO/komisaris yang diangkat dan sebagainya. 2. Positioning yang bersifat dinamis Perlu diingat bahwa persepsi konsumen terhadap suatu produk/merek/nama bersifat relatif 773 ISBN: 978-602-61242-0-3 terhadap struktur persaingan. Begitu keadaan pasar berubah, begitu sebuah pemimpin pasar jatuh, atau begitu pendatang baru berhasil menguasai tempat tertentu maka positioning produk perusahaan pun berubah. Oleh karena itu, patut dipahami bahwa positioning adalah strategi yang harus terus menerus dievaluasi, dikembangkan, dipelihara dan dibesarkan. 3. Positioning berhubungan dengan event marketing Karena positioning berhubungan dengan citra di benak konsumen, pemasar harus mengembangkan strategi Marketing Public Relation (MPR) melalui event marketing yang dipilih yang sesuai dengan karakter produk perusahaan. 4. Positioning berhubungan dengan atributatribut produk Konsumen pada dasarnya tidak membeli produk, tetapi mengkombinasikan atribut. Ekonom Kelvin Lancaster dalam Kasali (1998) menyatakan bahwa suatu barang tidak dengan sendirinya memberikan utility. “Barang itu memiliki karakteristik dan karakteristikkarakteristik itulah yang membangkitkan utility”. Karakteristik itulah yang didalam positioning disebut atribut. Atribut-atribut itulah yang ditonjolkan produsen dalam positioning. 5. Positioning memberi arti Positioning memberi arti dan pertamatama pemasar harus mencari atribut-atribut apa yang dianggap penting oleh konsumen (sasaran pasarnya) dan atribut-atribut dikombinasikan itu mengandung arti 6. Atribut-atribut yang dipilih harus unik Selain unik atribut-atribut yang hendak ditonjolkan harus dapat dibedakan dengan yang sudah diakui milik pesaing. Beberapa jenis produk yang pesaingnya sedikit, umumnya konsumen tidak memiliki kesulitan untuk membedakan, tetapi untuk produkproduk lain yang pasarnya yang demikian banyak mungkin konsumen akan mengalami kesulitan. 7. Positioning harus diungkapkan dalam bentuk suatu pernyataan (positioning statement) Pernyataan ini selain memuat atribut-atribut yang penting bagi konsumen, harus dinyatakan dengan mudah, enak didengar dan harus dapat dipercaya. Secara umum, semakin beralasan klaim yang diajukan, semakin objektif, maka semakin dipercaya. KNiST, 30 Maret 2017 a) b) Ries dan trout dalam Kotler (2004) berpendapat bahwa penentuan posisi dimulai dengan produk. Tetapi positioning bukanlah apa yang dilakukan perusahaan terhadap suatu produk, melainkan apa yang perusahaan lakukan terhadap akal pikiran calon-calon pelanggannya. Jadi, perusahaan memposisikan produk itu di dalam pikiran calon pelanggan. Selain itu produk terkenal pada umumnya memiliki suatu posisi tersendiri di banak konsumen. Merek-merek yang sudah memiliki posisinya masing-masing di benak konsumen akan sulit bagi pesaing untuk mencurinya. Pesaing hanya memiliki tiga pilihan strategi. Strategi pertama adalah memperkuat posisinya sendiri saat ini di benak konsumen. Strategi kedua adalah mencari dan merebut posisi baru yang belum ditempati kemudian menggeser (deposition) atau mengubah (reposition) posisi persaingan. Pemasar harus mengidentifikasi atribut atau manfaat penting yang dapat dimiliki suatu merek secara meyakinkan. Strategi ketiga adalah strategi kelompok-eksekutif. Positioning mengharuskan perusahaan mengerjakan tiap aspek terwujud dari produk, harga, tempat, dan promosi guna mendukung strategi positioning yang dipilih. Menuruk Kasali (1998), selain menggunakan atribut sebagai alat untuk mengembangkan pernyataan positioning, praktisi pemasaran juga dapat menggunakan cara lain: Positioning berdasarkan perbedaan produk, pemasar dapat menunjukan kepada pasarnya dimana letak perbedaan produknya terhadap pesaing (unique product feature). Produsen yang menghasilkan produk prioritas dapat melakukan cara ini. Kelemahan cara ini adalah perbedaan yang ditonjolkan mudah ditiru oleh pesaing. Positioning berdasarkan manfaat produk, manfaat produk dapat pula ditonjolkan sebagai positioning sepanjang dianggap penting oleh konsumen. Ada banyak bentuk manfaat yang ditonjolkan seperti waktu, kemudahan, kejelasan, kejujuran, kenikmatan, murah, jaminan, dan sebagainya. Manfaat yang bersifat ekonomis (murah, wajar, sesuai denan kualitasnya), fisik (tahan lama, bagus, 774 ISBN: 978-602-61242-0-3 enak dilihat) atau emosional (berhubungan dengan self image). c) Positioning berdasarkan pemakaian, disini distribusi yang ditonjolkan adalah pemakaian produk itu. Positioning berdasarkan kategori produk, positioning ini biasanya dilakukan oleh produk-produk baru yang muncul dalam suatu kategori produk. Positioning kepada pesaing, di Indonesia pemasar dilarang mengiklankan produknya dengan membandingkan dirinya kepada para pesaingnya. Positioning berdasarkan pesaing di dalam periklanan moderen adalah hal yang sudah menjadi hal biasa dimanamana. Positioning melalui imajinasi. Positioning memang merupakan hubungan asosiatif. Pemasar dapat mengembangkan positioning produknya dengan menggunakan imajinasi-imajinasi seperti tempat, orang, benda-benda, situasi dan lain sebagainya. Positioning berdasarkan masalah. Terutama untuk produk-produk/jasa- jasa baru yang belum begitu dikenal. Produk (barang atau jasa) baru biasanya diciptakan untuk memberi solusi kepada konsumennya. Masalah yang dirasakan dalam masyarakat atau dialami konsumen diangkat ke permukaan, dan produk yang ditawarkan diposisikan untuk memecahkan persoalan tersebut. Persoalan itu biasanya berhubungan dengan sesuatu yang aktual, dapat berupa persoalan jangka pendek yang waktunya singkat sekali untuk diatasi (atau masyarakat segera beralih kepada persoalan lain yang dinilai lebih penting) atau suatu persoalan yang dinamis dan jangka panjang. Dalam menentukan positioning perusahaan harus menghindari empat kesalahan utama dalam positioning, menurut Kotler dalam Kasali (1998) antara lain: Positioning yang kurang (underpositioning). Produk mengalami underpositioning apabila keunggulan produknya tidak dirasakan konsumen. produk tidak memiliki posisi yang jelas sehingga dianggap sama saja dengan kumpulan produk lainnya di pasar. Masalahnya konsumen tidak bisa KNiST, 30 Maret 2017 membedakan mereka dengan merekmerek lainnya 1. Positioning yang berlebihan (overpositioning). Adakalanya pemasar terlalu sempit memposisikan produknya sehingga mengurangi minat konsumen yang masuk dalam segmen pasarnya 2. Positioning yang membingungkan (confused positioning). Konsumen bisa mengalami keragu-raguan karena pemasar menekankan terlalu banyak atribut. 3. Positioning yang meragukan (doubtful positioning). Positioning ini diragukan kabenarannya karena tidak didukung bukti yang memadai. Konsumen tidak percaya, karena selain tidak didukung bukti yang kuat, mereka mungkin memiliki pengalaman tertentu terhadap merek tersebut, atau marketing mix yang diterapkan tidak konsisten dengan keberadaan produk Persepsi Konsumen Konsep persepsi berhubungan erat dengan bagaimana konsumen memproses informasi. Proses berfikir melibatkan sesuatu yang disebut persepsi. Persepsi inilah yang menjadi pusat perhatian para ahli positioning. Dapat dikatakan juga bahwa prsepsi mengatur indra-indra kita menafsirkan berbagai informasi dalam bentuk yang lebih berarti. Menurut Kotler 1997, persepsi adalah suatu proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan dan mengintepretasikan informasi menjadi suatu gambaran yang berarti mengenai suatu objek. Persepsi seseorang tergantung pada seberapa jauh suatu objek memberi arti dan manfaat terhadap seseorang dan persepsi juga melibatkan derajat kesadaran, suatu arti atau penghargaan terhadap suatu objek tersebut. Mowen dalam Apriantoro (2006) mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses dimana individu terekspos oleh informasi, menyediakan kapasitor prosesor yang lebih luas dan mengintrepretasikan informasi tersebut. Persepsi memegang peranan penting dalam konsep Positioning karena manusia menafsirkan suatu produk atau merek melalui persepsi yaitu hubungan asosiatif yang disimpan melalui proses sensasi (Kasali 1998). Persepsi tidak hanya bergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu itu sendiri. 775 ISBN: 978-602-61242-0-3 Persepsi dapat sangat beragam antara individu yang satu dengan yang lain yang mengalami realitas yang sama. Persepsi seseorang dapat dibedakan atas dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi pengalaman, kebutuhan saat itu, nilai-nilai yang dianutnya dan ekspektasi. Sedangkan faktor eksternal meliputi produk, sifat-sifat stimulus dan situasi lingkungan. Loyalitas Konsumen Memiliki konsumen yang loyal adalah tujuan akhir dari semua perusahaan. Tetapi kebanyakan dari perusahaan tidak mengetahui bahwa loyalitas konsumen dapat dibentuk melalui beberapa tahapan mulai dari mencari konsumen potensial sampai dengan advocate customers yang akan membawa keuntungan bagi perusahaan. Menurut Evans dan Berman (1982) bahwa loyalitas dinilai sebagai tulang punggung perusahaan dalam berhubungan dengan konsumen. Perusahaan yang mempunyai pelanggan yang loyal berarti sudah mencapai satu langkah lebih maju dalam hal pemuasan pelanggan. Konsumen yang loyal juga merupakan keuntungan tersendiri dan bila ditambah dengan pembinaan hubungan terus menerus, biaya melayani konsumen akan berkurang. Mempertahankan pelanggan lama akan lebih mudah daripada mencari pelanggan baru. Bahkan seiring dengan perjalanan waktu konsumen yang loyal menjadi pembangunan bisnis, membeli lebih banyak, membayar lebih tinggi dan membawa konsumen baru. Loyalitas dapat membuat konsumen melakukan pembelian secara konsisten terhadap pemilihan suatu merek. Konsumen akan berusaha untuk meminimumkan resiko, waktu dan proses pengambilan keputusan. Pengalaman juga penting karena berhubungan dengan kebiasaan dalam pengambilan keputusan. Pilihan baik dan pembelian yang tetap terhadap suatu merek pada suatu waktu akan berulang kembali karena adanya pengalaman yang baik pada tindakan sebelumnya (Evans dan Berman, 1982). Sedangkan Griffin (1995), menyatakan bahwa loyalitas konsumen adalah suatu komitmen yang kuat dari konsumen sehingga bersedia melakukan pembelian ulang terhadap produk atau jasa yang disukai secara konsisten dan dalam jangka panjang, tanpa terpengaruh oleh situasi dan usaha-usaha marketing dari produk lain yang berusaha membuat mereka beralih KNiST, 30 Maret 2017 untuk membeli produk lain tersebut. Jadi loyalitas konsumen adalah suatu sikap yang berkomitmen untuk tetap menggunakan produk atau pelayanan dari penyedia tertentu. Menurut Griffin (1995), bahwa tingkatan konsumen yang loyal adalah : 1. Suspects (tersangka), meliputi semua orang yang mungkin akan membeli barang/jasa perusahaan. Kita menyebutnya sebagai suspects karena yakin bahwa mereka akan membeli tetapi belum mengetahui apapun mengenai perusahaan dan barang/jasa yang ditawarkan. Prospects (yang diharapkan), adalah orangorang yang memiliki kebutuhan akan barang/jasa tertentu, dan mempunyai keyakinan untuk membelinya. Para prospects ini meskipun mereka belum melakukan pembelian, mereka telah mengetahui keberadaan perusahaan dan barang/jasa yang ditawarkan, karena seseorang telah merekomendasikan barang/jasa tersebut kepadanya. Disqualified Prospects (yang tidak berkemampuan), yaitu prospek yang telah mengetahui keberadaan barang/jasa tertentu tetapi tidak mempunyai kemampuan untuk membeli barang/jasa tersebut. First Time Customers (pembeli baru), yaitu konsumen yang membeli untuk pertama kalinya, mereka masih menjadi konsumen baru. Repeat Customers (pembeli berulang-ulang), yaitu konsumen yang telah melakukan pembelian suatu produk sebanyak dua kali atau lebih. Clients (pelanggan tetap), yaitu membeli semua barang/jasa yang mereka butuhkan dan ditawarkan perusahaan, mereka membeli secara teratur. Hubungan dengan jenis konsumen ini sudah kuat dan berlangsung lama yang membuat mereka tidak terpengaruh oleh daya tarik produk perusahaan pesaing. Advocates (pelanggan tetap dan pendukung), yaitu seperti clients akan tetapi juga mengajak teman-teman mereka yang lain agar membeli barang/jasa dari perusahaan yang bersangkutan. 2. METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data skunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner. Kuesioner yang dibagikan untuk mengetahui persepsi konsumen yang nantinya dibutuhkan dalam membentuk perceptual map baik itu pesaing 776 ISBN: 978-602-61242-0-3 terdekat maupun positioning AKOM BSI Jakarta. Data sekunder diperoleh dari data yang diperoleh dari informasi- informasi yang bersifat umum seperti surat kabar, laporan penelitian, dan informasi-informasi dari instasi terkait. Metode Pengambilan Sampel Pemilihan responden di lokasi penelitian dipilih berdasarkan quota sampling yakni merupakan salah satu jenis non probability sampling. Ukuran responden tersebut didasarkan pada pendapat Slovin, sebanyak 100 orang responden dari mahasiswa baru AKOM-BSI. Analisis Data. Analisi data menggunakan statistika deskriptif berusaha menjelaskan atau menggambarkan berbagai karakteristik data seperti rata-rata, median maupun variasi data. Kegiatan statistika deskriptif antara lain menyajikan data dalam bentuk tabel dan grafik. Sebuah tabel berguna untuk mengetahui hubungan antara beberapa variabel. Analisis deskriptif dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik variabel-variabel yang berkaitan, mengestimasi berapa besar jumlah kelompok, mengetahui persepsi konsumen terhadap suatu produk tertentu, mengetahui berapa besar variabel dan mengetahui prediksi spesifik (Rangkuti, 2003). 3. PEMBAHASAN Hasil riset dan pembahasan dari penelitan ini adalah sebagai berikut : Karakteristik Responden Berdasarkan data karakteristik responden penelitian dapat di gambarkan sebagai berikut : Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dari 100 orang responden, jumlah responden laki-laki sebesar 40 orang atau 40%, sedangkan jumlah responden wanita adalah 60 orang atau 60% . Karakteristik Responden Berdasarkan Jurusan Sekolah Asal Jumlah responden yang berasal dari jurusan IPA merupakan yang terbanyak yaitu sebesar 86 atau 86%, yang berasal dari jurusan IPS sebesar 11 atau 11%, yang berasal dari jurusan kejuruan sebesar 2 atau 2%, sedangkan yang berasal dari jurusan bahasa sebesar 1 atau 1%. Karakteristik Responden Berdasarkan Status Sekolah Asal Jumlah responden yang berasal dari sekolah negeri merupakan yang terbanyak yaitu KNiST, 30 Maret 2017 sebesar 82 atau 82%, sedangkan yang berasal dari sekolah swasta sebesar 18 atau 18%. Analisis Kesadaran Merek Ekuitas merek diantaranya bergantung pada seberapa dikenalnya merek tersebut. Dalam terminologi pemberian merek (branding), hal ini disebut kesadaran merek. Ada dua keadaan yang akan dihadapi sebuah merek, yaitu apakah akan menjadi merek dikenal (aware brand) atau merek tidak dikenal (unware brand). Merek yang dikenal kemungkinan dikenal dengan cara dibantu mengingat (recognized brand) atau tanpa dibantu (recalled brand). Diantara merek-merek yang termasuk golongan recalled brand, ada satu merek yang menempati posisi tertinggi yaitu disebut pikiran puncak (top of mind). Penelitian ini hanya menganalisis merek-merek yang tergolong recalled brand dan recognized brand. Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah responden yang harus diingatkan tentang keberadaan AKOM BSI Jakarta sebesar 35%. Loyalitas Responden Responden yang tidak akan pindah dari perguruan tinggi Berikut adalah tabulasi mahasiswa yang tidak akan pindah dari Perguruan Tinggi yang ditempati saat ini untuk AKOM BSI Jakarta. Mayoritas responden AKOM BSI Jakarta menyatakan tidak akan pindah dari AKOM BSI Jakarta, ini terlihat pada rataan responden sebesar 4,1 yang berarti masuk dalam katagori baik (rentang 3,66-5,00). Berdasarkan data yang diperoleh 89,474 % responden AKOM BSI Jakarta menjawab setuju dan sangat setuju tidak akan pindah dari AKOM BSI Jakarta. 4.3.2. Responden yang akan merekomendasikan perguruan tinggi kepada orang lain Tabulasi responden yang akan merekomendasikan Perguruan Tinggi kepada orang lain adalah dengan menghitung jawaban setuju dan sangat setuju pada pertanyaan akan merekomendasikan Perguruan Tinggi kepada orang lain. Jumlah responden AKOM BSI Jakarta yang akan merekomendasikan AKOM BSI Jakarta kepada orang lain sebesar 84,21 % dengan rataan sebesar 4,00 yang termasuk dalam katagori baik. 777 ISBN: 978-602-61242-0-3 Responden mengatakan ha-hal positif tentang Perguruan Tinggi Kepada Orang Lain Berikut ini tabulasi responden yang akan mengatakan hal-hal yang positif tentang AKOM BSI Jakarta. Rataan responden AKOM BSI Jakarta setuju dan sangat setuju mengatakan hal-hal positif tentang AKOM BSI Jakarta kepada orang lain sebesar 4.1 masuk dalam katagori baik. Sebesar 89,47 % responden AKOM BSI Jakarta menyatakan setuju dan sangat setuju untuk mengatakan hal-hal yang positif tentang AKOM BSI Jakarta kepada orang lain. Loyalitas Responden Perguruan Tinggi Berdasarkan hasil tabulasi dengan menggunakan Brand Switching Pattern Matrix untuk mengukur tingkat responden yang tidak akan pindah dari Perguruan Tinggi, responden yang akan merekomendasikan Perguruan Tinggi kepada orang lain, responden yang mengatakan halhal yang positif tentang Perguruan Tinggi kepada orang lain, kemudian diolah dengan menggunakan analisis deskriptif untuk memperoleh tingkat loyalitas responden terhadap Perguruan Tinggi. Berdasarkan hasil pengolahan analisis deskriptif, pengukuran loyalitas responden terhadap Perguruan Tinggi menghasilkan tingkat loyalitas mahasiswa terhadap Perguruan Tinggi. Untuk tingkat loyalitas mahasiswa AKOM BSI Jakarta terhadap AKOM BSI Jakarta dapat dikatakan sangat loyal yaitu sebesar 86.84%. 4.4. Analisis Positioning AKOM BSI Jakarta Analisis deskriptif hasil persepsi konsumen merupakan analisis yang meringkas informasi yang terkandung dalam data atribut berdasarkan pilihan responden. Analisis ini digunakan untuk melihat penilaian responden terhadap AKOM BSI Jakarta. Dalam analisis ini digunakan nilai median atau nilai tengah yang kemudian diringkas dalam bentuk bar chart agar lebih mudah dan menarik untuk diinterepretansi. Berdasarkan analisis deskriptif persepsi konsumen dapat diketahui atribut-atribut yang menjadi keunggulan dan kelemahan baik AKOM BSI Jakarta maupun pesaingnya. Berdasarkan analisis deskriptif persepsi konsumen AKOM BSI Jakarta memiliki keunggulan sebagai Perguruan tinggi Swasta yang memiliki biaya kuliah lebih terjangkau dibandingkan para pesaingnya. Hasil analisis deskriptif persepsi responden menghasilkan atribut-atribut yang menjadi keunggulan dan kelemahan baik AKOM BSI KNiST, 30 Maret 2017 Jakarta maupun pesaingnya yang merupakan persepsi dibenak responden. Berdasarkan hasil tersebut, responden memposisiskan AKOM BSI Jakarta sebagai Perguruan Tinggi Swasta yang unggul dalam bidang biaya kuliah yang terjangkau serta kuliah yang cepat dan tidak sulit mendapatkan kerja 4. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan penulis, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. AKOM BSI Jakarta sebagai perguruan tinggi yang diingat mahasiswa yaitu sebesar 21% responden. 2. Tingkat loyalitas mahasiswa AKOM BSI Jakarta terhadap AKOM BSI Jakarta dapat dikatakan sangat loyal yaitu sebesar 86,84%. 3. AKOM BSI Jakarta diposisikan mahasiswa sebagai Perguruan Tinggi Swasta yang unggul dalam bidang biaya kuliah yang terjangkau serta kuliah yang cepat dan tidak sulit mendapatkan kerja. REFERENSI Apriantoro. 2006. Analisis Positioning Popeyes Chicken and Seafood dalam Pasar Restoran Fast Food di Kota Bogor. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Durianto, D., Sugiarto dan T. Sitinjak. 2001. Strategi Menaklukan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek. Gramedia Pustaka Utama. Evans IR dan B Berman. 1982. Essential of Marketing. Mc Milan Publishing Co. New York. Kartajaya, H. 2003. Hermawan Kartajaya on Marketing. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Kasali, R. 2003. Membidik Pasar Indonesia: Strategi Targeting Pisitioning. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Konrol (Terjemahan, Jilid I-II). PT. Prenhalindo, Jakarta. 778 ISBN: 978-602-61242-0-3 Rangkuti, F. 2003. Riset Pemasaran. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Santoso, S. 2002. Buku Latihan SPSS: Statistik Multivariat. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta BIODATA PENULIS Adianta Sebayang, S.Sos, MM, Akademi Komunikasi BSI Jakarta, Jl. Kayu Jati 5 No.2 Rawamangun, Jakarta Timur KNiST, 30 Maret 2017 779