BAB II KAJIAN TEORETIS A. Peran Komite Sekolah Sebagai

advertisement
BAB II
KAJIAN TEORETIS
A. Peran Komite Sekolah Sebagai Pendukung (Supporting Agency)
Komite sekolah sebagai pendukung (supporting) baik yang berwujud finansial,
pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan,
minimal dalam mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu, dalam bentuk kegiatan-kegiatan sebagai
berikut : (a) mengadakan pertemuan secara berkala dengan stakeholder dilingkungan
sekolah; (b) mendorong peran serta masyarakat dan dan dunia usaha/industri untuk
mendukung penyelenggaraan pembelajaran yang bermutu; (c) memotivasi masyarakat
yang kalangan menengah ke atas untuk meningkatkan komitmennya bagi upaya
peningkatan mutu pembelajaran disekolah; (d) mendorong orang tua dan masyarakat
untuk berpartisipasi dalam pendidikan seperti: (1) mendorong peran serta masyarakat dan
dunia usaha dalam penyediaan sarana dan prasarana serta biaya pendidikan untuk
masyarakat tidak mampu;
(2) ikut memotivasi masyarakat untuk melaksanakan
kebijakan pendidikan sekolah.
Dari peran diatas, terlihat bahwa komite sekolah sebagai pendukung kegiatan
layanan pendidikan termanifestasi dalam bentuk (1) pengelolaan sumber daya yang
mencakup: a) memantau kondisi ketenagaan pendidikan di sekolah, b) mobilisasi guru
sukarelawan unutk menanggulangi kekurangan guru di sekolah; serta c) mobilisasi tenaga
kependidikan non guru untuk mengisi kekurangan disekolah. (2) pengelolaan sarana dan
prasarana yang mencakup: a) memantau kondisi sarana dan prasarana yang ada di
sekolah; b) mobilisasi bantuan sarana dan prasarana di sekolah; c) mengkoordinasi
dukungan sarana dan prasarana di sekolah. (3) pengelolaan anggaran yang mencakup: a)
memantau kondisi anggaran pendidikan di sekolah; b) mobilisasi dukungan terhadap
anggaran pendidikan di sekolah; c) mengkoordinasi dukungan terhadap anggaran
pendidikan di sekolah; d) mengevaluasi pelaksanaan dukungan anggaran di sekolah.
Uraian tersebut mengandung maksud komite sekolah berfungsi memantau kondisi
tenaga kependidikan di sekolah. Hal ini dimaksudkan agar kekurangan tenaga
kependidikan dalam beberapa sekolah disuatu daerah tidak dibiarkan terus terjadi.
Komite sekolah juga dapat mengidentifikasi tenaga ahli yang ada dalam masyarakat,
yang dapat dimanfaatkan bagi sekolah. Sarana dan prasarana juga harus mendapat
perhatian penting, karena komite sekolah berfungsi memfasilitasi kebutuhan sarana dan
prasarana pendidikan di sekolah melalui sumber daya yang ada pada masyarakat, dan
berkoordinasi dengan komite sekolah.
Menurut Salim Moch, (2011:101) komite sekolah dalam prakteknya dapat
memberikan dukungan berupa upaya mendorong orang tua siswa dan masyarakat untuk
ikut memikirkan dan berpartisipasi dalam penyelengaraan pendidikan. Dapat pula komite
sekolah menggalang dana dari masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan
pendidikan dengan menyampaikan terlebih dahulu program sekolah dan program komite
sekolah. Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan bagi siswa dan guru merupakan bentuk dukungan yang
sangat perlu dikembangkan oleh komite sekolah. Semua dukungan tersebut tidak terlepas
dari mekanisme penyampaian melalui lembaga komite sekolah.
Widodo, dkk (2008:208) menyatakan bahwa peran komite sekolah sebagai
pemberi dukungan terhadap dana anggaran menjadi prioritas utama, terutama apabila
sekolah mengadakan kegiatan yang menelan biaya melebihi dari yang telah dianggarkan
oleh pemerintah. Kegiatan dukungan dalam masalah pendanaan biasanya ditempuh
secara prosedural dan berhati-hati. Sikap demikian perlu diambil mengingat telah ada
dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Namun demikian, demi kepentingan program
sekolah, komite selalu berupaya mengakomodir permintaan tambahan anggaran untuk
kegiatan yang hanya bersifat unggulan.
Berkaitan dengan peran komite sekolah mengenai mobilisasi dana anggaran yang
bersumber dari wali murid, komite menunjuk bendahara untuk menampung dana
tersebut. Penggunaan dana selalu dibukukan dan dikerjakan administrasinya secara
akuntabel dan transparan. Hal tersebut berjalan pada tahun-tahun sebelumnya, sebelum
adanya pengguliran sekolah gratis oleh pemerintah daerah dimana pihak sekolah dilarang
untuk memungut biaya dari para siswa. Sehingga sekarang peran dari komite sekolah
kaitannya dengan dana agak berkurang, karena sudah tidak ada lagi keuangan yang bisa
diatur oleh komite yang bersumber dari orang tua/wai murid. Kemudian biasanya hasil
laporan pertanggungjawaban penggunaan dana dipajang di papan yang strategis.
Kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh komite sekolah dalam hal pelaksanaan dukungan
anggaran ditempuh secara berkala. Kegiatan kunjungan dan rapat serta pertemuanpertemuan merupakan sarana untuk mengevaluasi kegiatan dukungan terhadap anggaran.
B. Peran Komite Sekolah Sebagai Pengontrol (Controlling Agency)
Komite sekolah sebagai pengontrol (controlling) dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan. Minimal
melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan
keluaran pendidikan dari satuan pendidikan. Dalam bentuk kegiatan-kegiatan sebagai
berikut: (a) meminta penjelasan sekolah tentang hasil belajar siswa di sekolahnya; (b)
mencari penyebab ketidakberhasilan belajar siswa, dan memperkuat berbagai hal yang
menjadi keberhasilan belajar siswa; (c) menyampaikan hasil kajian pelaksanaan program
sekolah kepada stakeholder secara periodik, baik yang berupa keberhasilan maupun
kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran program sekolah; (d) menyampaikan
laporan pertanggungjawaban bantuan masyarakat baik berupa materi, maupun non materi
kepada masyarakat dan pemerintah setempat.
Dengan
demikian
komite
sekolah
sebagai
lembaga
pengontrol
dalam
penyelenggaraan pendidikan adalah melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan
pendidikan
sebagai
masukan
bagi
para
pengambil
kebijakan
dalam
rangka
penyempurnaan kebijakan dan program dalam rangka peningkatan angka keluaran
pendidikan.
Moch, (2011:102) menyatakan bahwa komite sekolah dapat melaksanakan
pengawasan terhadap kebijakan yang diambil oleh penyelenggaran/management sekolah,
juga dapat melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap program yang telah ditetapkan
bersama. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah juga menjadi bagian dari pengawasan
komite. Selain itu ada juga yang tidak kalah pentingnya, yaitu kontrol terhadap keluaran
pendidikan
dengan
harapan
bahwa
keluaran
pendidikan mempunyai masa depan yang dengan bekal yang cukup. Kebijakan yangdiam
bil oleh penyelenggaran/management sekolah yang diperkirakan dapat memberikan
beban berat bagi siswa maupun masyarakat., dan yang diperkirakan tidak sejalan dengan
tujuan sekolah dapat diberikan pengarahannya oleh komite. Penyusunan program
bersama komite sekolah, apabila dalam pelaksanaannya ada perbedaan atau tidak sejalan
dengan tujuannya, dapat pula dikontrol agar kembali pada upaya pencapaian arah dan
tujuan semula. Terhadap jalannya penyelenggaraan sekolah, komite mempunyai peran
kontrol pula. Dalam menyelengarakan kegiatan sekolah diharapkan memenuhi beberapa
harapan agar suasana sekolah benar-benar memiliki rasa nyaman, aman bagi siswa dan
para tenaga kependidikan.
Kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh komite pada dasarnya ditujukan untuk
memaksimalkan pencapaian tujuan pengembangan siswa sebagai peserta didik.
Pengembangan kehidupan siswa sebagai pribadi sekurang-kurangnya mencakup upaya
untuk: 1) memperkuat dasar keimanan dan ketaqwaan, 2) membiasakan untuk
berperilaku yang baik, 3) memberikan pengetahuan dan ketrampilan dasar, 4) memelihara
kesehatan jasmani dan rohani, 5) memberikan kemampuan untuk belajar dan, 6)
membentuk kepribadian yang mantap dan mandiri. Widodo, dkk, (2008:208).
Komite sekolah sebagai badan pengontrol kegiatan sekolah meliputi pengawasan
penggunaan dana dan laporan pertanggungjawaban. Penggunaan dana yang mendapatkan
pengawasan akan menyebabkan tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Kegiatan
pengawasan merupakan hal yang esensial dalam bidang manajemen. Pengawasan yang
ketat dan terkendali membuat sekolah lebih berhati-hati. Kegiatan sekolah yang selalu
mendapatkan pengawasan akan memiliki tingkat kemajuan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan yang tidak pernah mendapatkan pengawasan.
Prinsip pengawasan yang dianut komite sekolah bertujuan agar: 1) memajukan
kualitas pembelajaran dan pertumbuhan anak, 2) memperkokoh tujuan dan meningkatkan
kualitas hidup serta, 3) tetap menggairahkan komite untuk menjalin hubungan yang baik
dengan sekolah.
C. Peran Komite Sekolah Sebagai Pemberi Pertimbangan (Advisory Agency)
Komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan
kebijakan pendidikan di tingkat satuan pendidikan, minimal dalam memberikan masukan,
pertimbangan dan rekomendasi kepada satuan pendidikan. Agar masukan tersebut sesuai
dengan kebutuhan satauan pendidikan, diperlukan informasi-informasi yang didasarkan
pada kegiatan-kegiatan sebagai berikut: (a) mengadakan pendataan kondisi sosial
ekonomi masyarakat dan sumber daya pendidikan di masyarakat sekitar sekolah; (b)
menganalisis hasil pendataan sebagai bahan pemberian masukan, pertimbangan dan
rekomendasi secara tertulis kepada sekolah; (c) memberikan pertimbangan kepada
sekolah dalam rangka pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP); (d)
memberikan pertimbangan kepada sekolah untuk meningkatkan mutu pembelajaran; (e)
memberikan pertimbangan kepada sekolah untuk menyelenggarakan pembelajaran yang
menyenangkan (PAKEM); (f) memberikan masukan dan pertimbangan kepada sekolah
dalam penyusunan visi, misi, tujuan, kebijakan, program dan kegiatan pendidikan di
sekolah.
Berdasarkan peran di atas, menunjukkan bahwa komite sekolah memiliki peran
mengidentifikasi sumber daya pendidikan di sekolah serta memberikan masukan dan
pertimbangan dalam menetapkan RAPBS, termasuk dalam penyelenggaraan rapat
RAPBS. Sedangkan dalam pelaksanaan program yang menyangkut: kurikuklum, proses
belajar mengajar, dan penilaian, komite sekolah berperan memberikan pertimbangan
mengenai muatan lokal kepada pengambil kebijakan pendidikan di daerah, termasuk
dalam pengembangan dan strategi pembelajaran, sertai evaluasi pendidikan.
Menurut Moch, (2011:103) bahwa komite sekolah dalam prakteknya dapat
memberikan pertimbangan, masukan dan rekomendasi kepada penyelenggaraan sekolah
tidak hanya pada saat dibutuhkan. Tetapi dapat juga dilakukan pada saat komite sekolah
memandang perlu untuk memberi pertimbangan.
Menurut Widodo, dkk (2008:207) bahwa hubungan komite sekolah dengan
sekolah di dalam menjalankan peran pengembangan sekolah dapat tercermin dari uraian
tugas komite sekolah. Pertimbangan mengenai sarana dan prasarana sekolah dalam
pengembangan sekolah menjadi perhatian rutin bagi komite sekolah. Komite sekolah
setelah mengadakan pengamatan terhadap proses pembelajaran yang dihubungkan
dengan kondisi fisik, ditindak lanjuti dengan memberi pertimbangan kepada sekolah
tentang sarana dan prasarana sekolah. Masukan dan pertimbangan mengenai prasarana
dan sarana sekolah dibahas dalam rapat atau pertemuan sekolah. Sarana dan prasarana
yang belum mendapatkan bantuan dari pemerintah menjadi sasaran utama dalam
pembahasan antara komite sekolah dengan sekolah.
D. Peran Komite Sekolah Sebagai Penghubung (Mediator) Antara Pemerintah Dengan
Masyarakat
Komite sekolah sebagai mediator antara pemerintah dengan masyarakat di satuan
pendidikan seperti: (a) melakukan kerjasama dengan masyarakat baik perorangan,
organisasi pemerintah dan kemasyarakatan untuk penyelenggaraan pendidikan dan
pembelajaran yang bermutu seperti: (1) membina dan hubungan kerjasama yang
harmonis dengan seluruh stakeholder pendidikan di sekitar sekolah; (2) mengadakan
penjagaan tentang kemungkinan untuk dapat mengadakan kerjasama dengan lembaga
lain diluar sekolah untuk memajukan mutu pembelajaran di sekolah. (b) menampung dan
menganalisis aspirasi ide, tuntutan dan berbagai kebutuhan pendidikan yang di ajukan
oleh masyarakat dalam bentuk: (1) menyebarkan kuesioner untuk memperoleh masukan,
saran dan ide kreatif dari stakeholder pendidikan di sekitar sekolah; (2) menyampaiakan
laporan kepada masyarakat secara tertulis tentang hasil pengamatannya terhadap
perkembangan pendidikan di daerah sekitar sekolah.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa peran komite sekolah sebagai mediator
dalam kaitannya dengan penyelenggaraan pendidikan adalah kerelaan masyarakat dalam
memberikan bantuan untuk pendidikan dengan melakukan organisasi dengan berbagai
pihak terkait dalam pendidikan.
Widodo, dkk (2008:209) bahwa pelaksanaan peran mediator tersebut memiliki
tujuan antara lain memberikan informasi tentang tujuan-tujuan, program-program serta
kebutuhan-kebutuhan sekolah kepada masyarakat. Disamping itu juga memberikan
penerangan kepada sekolah tentang kebutuhan, harapan dan tuntutan masyarakat yang
ditujukan kepada sekolah. Dalam perannya sebagai penghubung antara sekolah dan
masyarakat terinci pada program kegiatan komite sekolah. Program tersebut antara lain:
1) menjalin kerja sama dengan dunia usaha dan industry; 2) membina hubungan yang
sinergis antara sekolah dan stakeholders; 3) mengadakan sarasehan pendidikan; 4)
menyelenggarakan diskusi pendidikan; 5) menerbitkan media komunikasi; dan 6)
pemutahiran data. Program kegiatan yang disusun agar lebih konkrit dan dapat
terlaksana, maka harus disertai dengan alokasi dana anggaran. Komite sekolah dalam
menjalankan perannya sebagai mediator dengan kegiatan antara lain: mengidentifikasi
aspirasi masyarakat, menampung usulan kebijakan program yang berasal dari wali murid,
masyarakat maupun komite sekolah. Komite sekolah sebagai mediator membuat
perumusan kegiatan mediasi antara sekolah dengan pemerintah, elemen masyarakat, wali
murid serta dunia industri. Rumusan mediasi tersebut kemudian dibahas bersama sekolah
untuk disusun ke dalam suatu proposal. Proposal yang diajuakan meliputi: 1) pengajuan
kegiatan; 2) permintaan nara sumber kegiatan; 3) pengajuan bantuan sarana prasarana; 4)
pengajuan bantuan anggaran untuk pengembangan sekolah.
Pelaksanaan peran komite sekolah sebagai penghubung telah membuktikan
adanya upaya mendorong tumbuhnya perhatian masyarakat dan membuka akses
hubungan masyarakat. Peran komite sekolah sebagai penghubung juga memiliki fungsi
dalam mensosialisasikan program sekolah kepada masyarakat. Komite juga berperan
memfasilitasi masukan dari masyarakat terhadap kebijakan program pengembangan
sekolah. Sebagai penghubung dengan masyarakat, komite juga berperan dalam
menampung pengaduan, keluahan dari masyarakat terhadap kinerja sekolah. Masukan
yang berasal dari masyarakat kemudian dikomunikasikan kepada sekolah agar
memperoleh perhatian yang pada gilirannya menjadi dasar perumusan program
kebijakan.
E. Peran Komite Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Menurut Utomo, (2012:25) bahwa peran komite sekolah dalam meningkatkan
pendidikan perlu mendapat dukungan dari seluruh komponen pendidikan, baik guru,
kepala sekolah, siswa, orang tua/wali murid, masyarakat dan institusi pendidikan. Oleh
karena itu perlu kerja sama dan koordinasi yang erat di antara komponen pendidikan
tersebut sehingga upaya peningkatan mutu pendidikan yang dilaksanakan dapat efektif
dan efisien.
Komite Sekolah merupakan nama baru pengganti Badan Pembantu Penyelenggara
Pendidikan (BP3). Secara substansial kedua istilah tersebut tidak begitu mengalami
perbedaan yang membedakan hanya terletak pada pengoptimalan peran serta masyarakat
dalam mendukung dan mewujudkan mutu pendidikan.
Kepmendiknas nomor: 044/U/2002 dalam Utomo, (2012:47) komite sekolah
adalah badan mandiri yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka
meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan
pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur
pendidikan di luar sekolah.
Masaong dan Ansar, (2007:165) mengemukakan bahwa komite sekolah yang
berkedudukan disetiap satuan pendidikan, merupakan badan mandiri yang tidak memiliki
hubungan hierarkis dengan lembaga pemerintahan. Komite sekolah dapat terdiri dari
satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan dalam jenjang yang sama, atau
beberapa satuan pendidikan yang berbeda jenjang, tetapi berada pada lokasi yang
berdekatan, atau satuan pendidikan yang dikelola oleh suatu penyelenggraan pendidikan,
atau karena pertimbangan lain, tanpa intervensi dengan lembaga pemerintahan.
Hasbullah, (2006:47) mengemukakan komite sekolah merupakan badan mandiri
yang mewadahi peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu pemerataan,
dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan baik pada pendidikan
prasekolah, jalur pendidikan sekolah, maupun jalur pendidikan luar sekolah. Anggotaanggota komite sekolah terdiri dari kepala sekolah dan dewan guru, orang tua siswa, dan
masyarakat.
Berdasarkan
pendapat
tersebut
menggambarkan
bahwa
komite
sekolah
merupakan badan yang bersifat mandiri, tidak mempunyai hubungan yang hierarkis
dengan sekolah maupun lembaga pemerintah lainnya. Melainkan komite sekolah harus
dibentuk berdasarkan prakarsa masyarakat yang peduli pendidikan, bukan didasarkan
pada arahan atau instruksi dari lembaga pemerintahan.
Umaedi, dkk (2008:39) dalam Mangopa (2010:10) menjelaskan bahwa komite
sekolah sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu
pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga,
sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota yang tidak mempunyai hubungan hierarkis.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan komite sekolah bukan saja diminta
dukungan dana, tetapi dapat mewadahi masyarakat diberi kesempatan untuk terlibat di
dalam pengambilan kebijakan penyelenggaraan pendidikan pada satuan pendidikan dan
pengendalian mutu pendidikan. Komite sekolah diposisikan sebagai salah satu
stakeholder yang penting disamping pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Bahkan
peran serta tersebut diwadahi dari tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, sampai ke
satuan pendidikan (sekolah).
Purnami, (2012:4) komite sekolah adalah badan yang mewadahi peran serta
masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan dan efesiensi pengelolaan
pendidikan. Salah satu tujuan pembentukan komite sekolah adalah meningkatkan
tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan
pendidikan. Hal ini berarti peran serta masyarakat sangat dibutuhkan dalam peningkatan
layanan pendidikan, bukan hanya sekedar memberikan bantuan berwujud material saja,
namun juga diperlukan bantuan yang berupa pemikiran, ide, dan gagasan-gagasan
inovatif demi kemajuan sekolah.
Masduki (2003:3) menjelaskan komite sekolah merupakan partner kerja dengan
sekolah, yang secara bersama mendorong partisipasi warga sekolah dan masyarakat, serta
memberi masukan kepada sekolah sesuai dengan aspirasi masyarakat yang telah
berkembang.
Pendapat tersebut mengisyaratkan bahwa komite sekolah sebagai partner kerja
sekolah, dalam aplikasinya turut membantu dalam memberi pertimbangan, kebijakan dan
menyalurkan ide dan berbagai kebutuhan pendidikan serta menampung dan menganalisa
aspirasi dan memberi rekomendasi kepada sekolah dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan.
Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan, maka dapat dikatakan bahwa
betapa pun besar dan luas peran komite sekolah, bukanlah lembaga eksekutif atau yang
mengelolah pelaksanaan-pelaksanaan kebijakan menjadi tanggung jawab birokrasi
pendidikan ditingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota, sebagai partner kerja sesuai
dengan lingkupnya. Keterlibatan komite sekolah pada titik-titik kegiatan strategis seperti:
pembahasan perencanaan sekolah, monitoring, pelaksanaan dan evaluasi hasil
pelaksanaan pendidikan secara keseluruhan, disamping mendukung pelaksanaan program
baik dalam bentuk finansial maupun non finansial. Keterlibatan komite sekolah dalam
melaksanakan tugasnya adalah atas nama lembaga, bukan pribadi. Apa yang mereka
lakukan harus dipertanggungjawabkan kepada lembaga adan jika terdapat penyimpangan
tentu akan dituntut sesuai dengan aturan perundangan yang berlaku.
F. Tujuan dan Fungsi Komite
Pembentukan komite sekolah tidak terlepas dari upaya mensinergikan dukungan
dan peran serta masyarakat baik yang terdiri dari: perorangan, kelompok, tokoh
masyarakat, dunia usaha, organisasi profesi, dan organisasi kemasyarakatan lainnya serta
orang tua peserta didik untuk bersama-sama sekolah mengusahakan tercapainya
peningkatan mutu, pemerataan dan efisiensi pengelolaan pendidikan secara demokratis
dan akuntabilitas dalam rangka tujuan pendidikan nasional.
Ansar dan Masaong, (2007:165) mengemukakan bahwa komite sekolah bertujuan
: (1) mewadahi dan menyalurkan aspirasi serta prakarsa masyarakat dalam melahirkan
kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan; (2) meningkatkan
tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan
pendidikan; dan (3) menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan
demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan
pendidikan.
Hasbullah, (2006:90) menyatakan bahwa pada dasarnya komite sekolah berada di
tengah-tengah antara orang tua murid, murid, guru, masyarakat setempat, dan kalangan
swasta disatu pihak dengan pihak sekolah sebagai institusi, kepala sekolah, dinas
pendidikan wilayahnya, dan pemerintah daerah dipihak lainnya. Peran komite sekolah
diharapkan menjambatani kepentingan keduanya.
Pendapat tersebut mencerminkan bahwa tujuan komite sekolah adalah diharapkan
dapat mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prekarsa masyarakat, meningkatkan
tanggung jawab dan peran sertanya, menciptakan suasana dan kondisi yang transparan,
akuntabel, dan demokratis dalam penyelenggaraan pendidikan, dengan tujuan utamanya
adalah meningkatkan mutu pembelajaran di satuan pendidikan, sehingga dihasilkan
luluskan yang bermutu ditinjau dari aspek akademik dan non akademik.
Menurut Hasbullah, (2006:93) bahwa fungsi komite sekolah yaitu (1) mendorong
tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan
yang
bermutu;
(2)
melakukan
kerjasama
dengan
masyarakat
(perorangan/organisasi/dunia usaha/dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu; (3) menampung dan menganalisis aspirasi,
ide,
tuntutan,
dan
berbagai
kebutuhan
pendidikan
yang
diajukan oleh masyarakat; (4)memberikan masukan, pertimbangan,dan rekomendasi
kepada satuan pendidikan (kebijakan dan program pendidikan, Rencana Anggaran
Pendidikan dan Belanja Sekolah (RAPBS), kriteria kinerja satuan pendidikan, kriteria
tenaga pendidikan, kriteria fasilitas pendidikan, dan hal-hal lain yang terkait dengan
pendidikan); (5) mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan
guna mendukung dalam peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan; (6) menggalang
dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di satuan
pendidikan; (7) melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,
penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
Bismi, (2012:134) menyatakan bahwa (a) fungsi komite sekolah sendiri yakni,
mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan
pendidikan yang bermutu; (b) melakukan kerjasama dengan masyarakat dan pemerintah
berkenaan dengan penyelenggaraan pendiidikan bermutu; (c) menampung dan
menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan
oleh masyarakat; (d) memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada
satuan pendidikan; (e) mendororng orang tua siswa dan masyarakat untuk berpartisipasi
dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu pendidikan dan pemerataan
pendidikan; (f) menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan
pendidikan di satuan pendidikan; (g) melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap
kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
Berdasarkan pendapat diatas bahwa fungsi komite sekolah mendorong peran serta
masyarakat untuk dapat berpartisipasi terhadap sekolah, serta memberikan suatu masukan
dan pertimbangan kepada satuan pendidikan. Komite sekolah juga dapat menggalang
dana dari pihak masyarakat dalam rangka meningkatkan pendidikan di setiap satuan
pendidikan.
Demikian perlu ditegaskan bahwa tujuan dan funfsi pembentukan komite sekolah
sebagai wadah dan bentuk peran serta masyarakat dalam pendidikan bukanlah suatu
kebijakan yang ekslusif atau terpisah. Ia merupakan bagaian dari serangkaian kebijakan
pendidikan yang disemangati oleh desentralisasi, demokratis, transparansi, dan
akuntabilitas pelaksanaan sistem pendidikan nasional.
Secara kontekstual, peran komite sekolah adalah (1) Pemberi pertimbangan
(advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanan kebijakan pendidikan di satuan
pendidikan; (2) Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial,
pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; (3)
Pengontrol
(controlling
agency)
dalam
rangka
transparansi
dan
akuntabilitas
penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan; (4) Mediator antara
pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan.
a. Memberdayakan Masyarakat Melalui Komite Sekolah dan Dewan Pendidikan
Di dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal
54 dikemukakan: (1) peran serta masyarakat dalam pendidikan meliputi peran serta
perorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi, pengusaha, dan organisasi
kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pelayanan pendidikan;
(2) masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil
pendidikan.
Masaong dan Ansar, (2011:165) mengemukakan bahwa di masyarakat ada dewan
pendidikan dan komite sekolah yang berperan sebagai berikut: (1) Masyarakat berperan
dalam peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang peliputi perencanaan, pengawasan,
dan evaluasi program pendidikan melalui dewan pendidikan dan komite sekolah; (2)
Dewan pendidikan sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan
mutu pelayanan pendidikan dengan memberikan pertimbangan, arahan, dan dukungan
tenaga, sarana dan prasarana serta pengawasan pendidikan ditingkat nasional, provinsi,
dan Kabupaten/Kota yang tidak mempunyai hubungan hierarkis; (3) Komite sekolah
sebagai lembaga mandiri dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dan
memberikan pertimbangan, arahan, dan dukungan tenaga, sarana, dan prasarana serta
pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan.
b. Pemberdayaan Komite Sekolah
Peran serta masyarakat melalui komite sekolah memiliki posisi yang amat
strategis dalam mengembangkan tanggung jawab masyarakat. Iklim demokratis dalam
pengelolaan sekolah dicerminkan dalam peran serta masyarakat dalam hal-hal berikut: (a)
membangun sikap kepemilikan sekolah, (b) merumuskan kebijakan sekolah, (c)
membangun kesadaran mutu, (d) perhatian terhadap kehidupan akademik sekolah, (e)
membangun tatakerja kelembagaan sekolah.
Dalam upayanya memenuhi layanan belajar yang memuaskan, maka aspirasi
masyarakat melalui komite sekolah diakomodasikan dalam berbagai kepentingan yang
ditujukan pada peningkatan kinerja sekolah, antara lain direfleksikan pada rumusan visi,
misi, tujuan dan program-program prioritas sekolah. Dengan cara demikian, setiap
sekolah akan memiliki ciri khasnya masing-masing yang direfleksikan dalam rumusan
visi, misi, program prioritas dan sasaran-sasaran yang akan dicapai dalam pengembangan
sekolah.
G. Konsep Dasar Partisipasi Masyarakat
1. Pengertian Partisipasi
Menurut Sastropoetro, (1995:24) dalam Turindra (2009:56) bahwa partisipasi
adalah keikutsertaan, peran serta tau keterlibatan yang berkitan dengan keadaaan
lahiriahnya.
Partisipasi merupakan keikutsertaan atau keterlibatan seseorang (individu atau
warga masyarakat) dalam suatu kegiatan tertentu. Keikutsertaan atau keterlibatan yang
dimaksud di sini bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif ditujukan oleh yang
bersangkutan. Oleh karena itu, partisipasi akan lebih tepat diartikan sebagi keikutsertaan
seseorang didalam suatu kelompok sosial untuk mengambil bagian dalam kegiatan
masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri.
Partisipasi adalah keikutsertaan, peran serta atau keterlibatan yang berkitan
dengan keadaaan lahiriahnya.
Tiga alasan mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat sangat penting
yaitu: a) Partispasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi
mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakata, tanpa kehadirannya program
pembangunan serta proyek-proyek akan gagal; b) Bahwa masyarakat akan lebih
mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses
persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan mengetahui seluk beluk proyek
tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap poyek tersebut; c) Yang
mendorong adanya partisiapsi umum di banyak negara karena timbul anggapan bahwa
merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan
masyarakat mereka sendiri. Hal ini selaras dengan konsep man-cetered development yaitu
pembangunan yang diarahkan demi perbaiakan nasib manusia.
Berdasarkan pengertian ini partisipasi dapat diartikan keikutsertaan atau
keterlibatan seseorang dalam suatu kegiatan tertentu. Keikutsertaan atau keterlibatan
yang dimaksud di sini bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif ditujukan oleh yang
bersangkutan. Oleh karena itu, partisipasi akan lebih tepat diartikan sebagi keikutsertaan
seseorang didalam suatu kelompok sosial untuk mengambil bagian dalam kegiatan
masyarakatnya, di luar pekerjaan atau profesinya sendiri.
2. Pengertian Masyarakat
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang
membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar
interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata
"masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya,
sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas.
Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama
lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang
hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Dalam bahasa Inggris masyarakat adalah society yang pengertiannya mencakup
interaksi sosial, perubahan sosial, dan rasa kebersamaan. Istilah masyarakat disebut pula
sistem sosial.
Masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu
sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas
yang sama.
Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama dalam
waktu yang relatif lama dan mampu membuat keteraturan dalam kehidupan bersama dan
mereka menganggap sebagai satu kesatuan sosial.
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat di lihat bahwa masyarakat merupakan
organisasi manusia yang selalu berhubungan satu sama lain dan memiliki unsur-unsur
pokok
sebagai
berikut:
(a)
Orang-orang
dalam
jumlah
relatif
besar
saling
berinteraksi,baik antara individu dengan kelompok maupun antarkelompok sehingga
menjadi satu kesatuan sosial budaya; (b) Adanya kerja sama yang secara otomatis terjadi
salam setiap masyarakat, baik dalam skala kecil (antar individu) maupun dalam skala luas
(antar kelompok). Kerja sama ini meliputi berbagai aspek kehidupan seperti ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan; (c) Berada dalam
wilayah dengan batas-batas tertentu yang merupakan wadah tempat berlangsungnya suatu
tata kehidupan bersama. Ada dua macam wilayah yang oleh Robert Lawang di sebut
satuan administratif (desa-kecamatan-kabupaten-provinsi), dan satuan teritorial (kawasan
pedesaan-perkotaan); (d) Berlangsung dalam waktu relatif lama, serta memiliki norma
sosial tertentu yang menjadi pedoman dalam sistem tata kelakuan dan hubungan warga
masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya.
3. Pengertian Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat dalam
memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat tersebut.
Partisipasi masyarakat menurut Isbandi (2007:27) dalam Firmansyah Saca,
(2009:97) adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan
potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif
solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan
masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.
Soemarto (2003:23) dalam Turindra (2009:39) partisipasi masyarakat adalah
proses ketika warga sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi,
mengambil peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan, dan
pemantauan kebijakan-kebijakan langsung mempengaruhi kehidupan mereka.
Masyarakat merupakan partner sekolah dalam melaksanakan pendidikan dan
pembelajaran, karena sekolah merupakan bagian integral dari masyarakat. Kerjasama
antara keduanya sangat penting untuk meningkatkan keterlibatan, kepedulian,
kepemilikan, dan dukungan operasional, baik moral maupun finansial. Hubungan sekolah
dengan mayarakat sebenarnya sudah disentralisasikan, tetapi pelaksanaannya belum
optimal. Persoalaannya sebagaimana sekolah dapat lebih mengoptimalkan serta
meningkatkan intensitas dan ekstensitas hubungannya dengan masyarakat.
a. Strategi Peningkatan Peran Serta Masyarakat
Menurut Sagala, (2009 : 97) peran serta masyarakat yang telah teridentifikasi,
baik kinerjanya dan harapannya dalam pengembangan pendidikan. Perlu ditindak
lanjuti agar mutu keterlibatan mereka semakin tinggi dalam membantu
pengembangan pendidikan yang diterjemahkan dalam keterlibatannya dalam
membantu memperbaiki kinerja sekolah baik dari sisi manajemen, proses belajar
mengajar dan mutu pelayanan pendidikan pada masyarakat secara luas. Untuk itu
jenis partisipasi mereka sejauh ini perlu dikaji agar ditemukan langkah konkrit sesuai
potensi yang mereka miliki dan nantinya mampu mereka kembangkan karena sesuai
dengan nilai lokal mereka.
Keterbatasan bentuk dan lingkup partisipasi masyarakat dalam pengembangan
pendidikan dan peningkatan mutu proses belajar mengajar disekolah bias disebabkan
rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai lingkup kegiatan yang dilakukan
sekolah. Hal ini erat hubungannya dengan strategi komunikasi yang selama ini
terbangun antara pihak pemerinta daerah kabupaten/kota, dinas pendidikan, sekolah
dan masyarakat. Lemahnya strategi komunikasi yang dikembangkan oleh pemerintah
daerah kabupaten/kota dan dinas pendidikan serta sekolah ke masyarakat
mengakibatkan sekolah hanya berkutat dengan dirinya sendiri. Padahal masyarakat
membutuhkan informasi yang cukup mengenai pendidikan dari mereka.
b. Menggalang Partisipasi Masyarakat
Menurut Mulyasa, (2007:167) bahwa partisipasi orang tua merupakan keterlibatan
tua secara nyata dalam suatu kegiatan. Partisipasi itu bisa berupa gagasan, kritik
pembangunan, dukungan dan pelaksanaan pendidikan. Mengingat bahwa salah satu
kunci sukses menggalang partisipasi orang tua adalah menjalin hubungan yang
harmonis, maka perlu diprogramkan beberapa hal sebagai berikut: (1) Melibatkan
orang tua secara proporsional, dan professional dalam mengembangkan perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi program sekolah. Misalnya dalam mengembangkan
program unggulan sekolah, dan life skill; (2) Menjalin komunikasi secara intensif.
Secara proaktif sekolah menghubungi orang tua peserta didik dengan cara sebagai
berikut (a) Mengucapkan selamat datang dan bergabung dengan sekolah dan dewan
pendidikan serta komite sekolah, bagi orang tua peserta didik baru. Setelah itu perlu
dilakukan perkenalan dan orientasi singkat agar mereka mengetahui sekolah dengan
berbagai program dan aktivitasnya; (b) Mengadakan rapat secara rutin dengan orang
tua, sehingga rapat efektif dan orang tua dapat saling kenal; (c) Mengirimkan sekolah
secara priodik, sehingga orang tua mengetahui program, dan perkembangan sekolah;
(d) Membagikan daftar tenaga kependidikan secara lengkap termasuk alamat nomor
telfon dan tugas pokok sehinggs orang tua dapat berhubungan secara tepat waktu dan
tepat sasaran; (e) Mengundang orang tua dalam rangka mengembangkan kreativitas d
an prestasi peserta didik; (f) Mengadakan kunjungan rumah untuk memecahkan
masalah dan mengembangkan pribadi peserta didik; (g) Mengadakan pembagian
tugas dan tanggungjawab antara sekolah dengan orang tua dalam pembinaan pribadi
perserta didik yakni (1) Melibatkan orang tua dalam berbagai program dan kegiatan
disekolah yang bersifat social kemasyarakatan, seperti bakti social, perpisahan,
peringatan hari besar nasional, keagamaan, dan pentas seni. Perlibatan orang tua
disesuaikan dengan hobi, kemampuan, dan pekerjaan mereka dengan program dan
kegiatan yang akan dilakukan oleh sekolah; (2) Melibatkan orang tua dalam
mengambil berbagai keputusan, agar meraka merasa
bertanggungjawab
untuk
melaksankannya; (3) Mendorong guru untuk mendayagunakan orang tua sebagai
sumber belajar dan menunjang keberhasilan belajar peserta didik.
Untuk merealisasikan program di atas dan mendorong partisipasi orang tua dalam
kegiatan sekolah, kepala sekolah harus melakukan hal-hal sebagai berikut (1)
Mengidentifikasikan kegiatan sekolah dan partisipasi orang tua dalam program dan
kegiatan sekolah. Upaya untuk melibatkan guru, tenaga kependidikan, dan wakil dewan
pendidikan serta komite sekolah dalam identifikasi tersebut; (2) Menyusun tugas-tugas
yang dapat dilakukan bersama dengan orang tua secara fleksibel; (3) Membantu guru
mengembangkan program pelibatan orang tua dalam berbagai aktivitas sekolah, dan
pembelajaran; (4) Menginformasikan secara luas program sekolah, dan membuka
peluang bagi orang tua untuk melibatkan diri dalam program tersebut; (5) Mengundang
orang tua untuk menjadi relawan dalam berbagai aktivitas sekolah; (6) Memberi
penghargaan secara proporsional dan professional terhadapa keterlibatan orang tua dalam
berbagai program dan kegiatan sekolah.
4. Hubungan Sekolah Dengan Masyarakat
Mulyasa, (2005:50) menyatakan bahwa hubungan sekolah dengan masyarakat
pada hekikatnya merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan
mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik disekolah. Dalam hal ini, sekolah
sebagai sistem sosial merupakan bagian integral dari sistem sosial yang lebih besar, yaitu
masyarakat. Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat dalam
mencapai tujuan sekolah atau pendidikan secara efektik dan efisien. Sebaliknya sekolah
juga harus menunjang pencapaian tujan atau pemenuhan kebutuhan masyarakat,
khususnya kebutuhan pendidikan. Oleh karena itu, sekolah berkewajiban untuk memberi
penerangan tentang tujuan-tujuan, program-program, kebutuhan, serta keadaan
masyarakat. Sebaliknya, sekolah juga harus mengetahui dengan jelas apa kebutuhan,
harapan, dan tuntutan masyarakat, terutama terhadap sekolah. Dengan perkataan lain,
antara sekolah dan masyarakat harus dibina suatu hubungan yang harmonis.
Hubungan sekolah dengan masyarakat bertujuan antara lain untuk (1) memajukan
kualitas pembelajaran, dan pertumbuhan anak; (2) memperkokoh tujuan serta
meningkatkan kualitas hidup dan penghidupan masyarakat; dan (3) menggairahkan
masyarakat untuk melnjalin hubungan dengan sekolah. Untuk merealisasikan tujuan
tersebut, banyak cara yang bisa dilakukan oleh sekolah dalam menarik simpati
masyarakat terhadap sekolah dan menjalin hubungan yang harmonis antara sekolah dan
masyarakat.
Jika hubungan sekolah dengan masyarakat berjalan dengan baik, rasa tanggung
jawab dan partisipasi masyarakat untuk memajukan sekolah juga akan baik dan tinggi.
Agar tercipta hubungan dan kerjasama yang baik antara sekolah dan masyarakat,
masyarakat perlu mengetahui dan memiliki gambaran yang jelas tentang sekolah yang
bersangkutan.
Mulyasa, (2008:177) menyatakan Husemas adalah suatu proses komunikasi
antara sekolah dengan masyarakat untuk meningkatkan pengertian masyarakat tentang
kebutuhan dan kegiatan pendidikan serta mendorong minat dan kerjasama dalam
peningkatan dan pengembangan sekolah. Husemas ini merupakan usaha koperatif untuk
menjaga dan mengembangkan saluran informasi dua arah yang efisien serta saling
pengertian antara sekolah, personel sekolah dengan masyarakat.
Tujuan utama yang ingin dicapai dengan mengembangkan kegiatan Husemas
adalah (1) Peningkatan pemahaman masyarakat tentang tujuan serta sasaran yang ingin
direalisasikan sekolah; (2) Peningkatan pemahaman sekolah tentang keadaan serta
aspirasi masyarakat tersebut terhadap sekolah; (3) Peningkatan usaha orang tua siswa dan
guru-guru dalam memenuhi kebutuhan anak didik, serta meningkatkan kuantitas serta
kualitas bantuan orang tua siswa dalam pendidikan di sekolah; (4) Peningkatan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya peran serta mereka dalam memajukan pendidikan di
sekolah dalam era pembangunan; (5) Terpeliharanya kepercayaan masyarakat terhadapa
sekolah serta apa yang dilakukan oleh sekolah; (6) Pertanggungjawaban sekolah atas
harapan yang dibebankan masyarakat kepada sekolah; (7) Dukungan serta bantuan dari
masyarakat dalam memperoleh sumber-sumber yang diperlukan untuk meneruskan dan
meningkatkan program sekolah.
Download