bab i kondisi lingkungan hidup dan kecenderungannya

advertisement
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
BAB I
KONDISI LINGKUNGAN HIDUP
DAN KECENDERUNGANNYA
Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan bertujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, meningkatkan sumber daya manusia, dan sekaligus
memberikan jaminan untuk aspirasi generasi masa kini dan generasi yang akan
datang.
Tujuan pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan dapat berhasil, apabila
dalam perumusan dan perencanaan pembangunan memperhatikan perubahan
kependudukan, peningkatan kebutuhan hidup, dan peningkatan kegiatan sosial
ekonomi yang dapat memberikan tekanan sumber daya alam.
1.1. LAHAN DAN HUTAN
1.1.1. Lahan
Lahan adalah bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian
lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi, dan bahkan
keadaan vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh
terhadap penggunaan lahan. Lahan dalam pengertian yang lebih luas termasuk
yang telah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas fauna dan manusia baik di masa lalu
maupun saat sekarang, seperti tindakan konservasi tanah dan reklamasi pada suatu
lahan tertentu. Setiap aktivitas manusia baik langsung maupun tidak langsung
selalu terkait dengan lahan, seperti untuk pertanian, pemukiman, transportasi,
industri atau untuk rekreasi, sehingga dapat dikatakan bahwa lahan merupakan
sumberdaya alam yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia.
Lahan bersifat dinamis karena lahan bukan hanya merupakan tempat dari berbagai
ekosistem tetapi juga merupakan bagian dari ekosistem-ekosistem tersebut. Lahan
juga merupakan konsep geografis karena dalam pemanfaatannya selalu terkait
dengan ruang atau lokasi tertentu, sehingga karakteristiknya juga akan sangat
berbeda tergantung dari lokasinya. Dengan demikian kemampuan atau daya
dukung lahan untuk suatu penggunaan tertentu juga akan berbeda dari suatu
tempat ke tempat lainnya.
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman I - 1
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Sumberdaya lahan dapat dinilai dalam aspek atau atribut yang berbeda dalam
pemanfaatannya. Perbedaan dalam cara penilaian lahan ini akan menyebabkan
perbedaan dalam penggunaannya. Seorang petani yang akan memanfaatkan lahan
tentu lebih memperhatikan aspek ketersediaan air, kesuburan lahan atau
kemudahan untuk diolah, sebaliknya seorang pengembang perumahan akan lebih
memperhatikan aspek ruang atau lokasi dari lahan yang bersangkutan. Sehingga,
penggunaan lahan yang berbeda akan memberikan dampak yang berbeda pula
terhadap lahan sebagai suatu bentang alam.
Penggunaan lahan merupakan bentuk campur tangan manusia terhadap sumber
daya lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun
spiritual. Campur tangan manusia ini sangat jelas terutama dalam memanipulasi
kondisi ataupun proses-proses ekologi yang berlangsung pada suatu areal. Dalam
penggunaan lahan ini manusia berperan sebagai pengatur ekosistem, yaitu dengan
menyingkirkan komponen-komponen yang dianggap tidak berguna ataupun dengan
mengembangkan komponen yang diperkirakan akan menunjang penggunaan
lahannya. Misalnya diubahnya areal hutan yang heterogen menjadi lahan
perkebunan yang homogen karena budidaya perkebunan lebih menguntungkan
daripada hutan. Demikian juga dengan pengalihfungsian lahan rawa menjadi lahan
tambang, lahan terbuka menjadi perkebunan dan sebagainya.
Pola penggunaan lahan bersifat sangat dinamis, bervariasi menurut waktu dan
tempat. Dalam menentukan penggunaan lahan, terdapat tiga faktor penting yang
perlu dipertimbangkan yaitu faktor fisik lahan, faktor ekonomi, serta faktor
kelembagaan. Selain itu faktor kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat juga
akan mempengaruhi pola penggunaan lahan.
Faktor kelayakan ekonomi adalah seluruh persyaratan yang diperlukan untuk
pengelolaan suatu penggunaan lahan. Pengelola lahan tidak akan memanfaatkan
lahannya kecuali bila penggunaan tersebut, termasuk dalam hal ini teknologi yang
diterapkan, telah diperhitungkan akan memberikan suatu keuntungan atau hasil
yang lebih besar dari biaya modalnya.
Perubahan penggunaan lahan sebagai suatu proses perubahan dari penggunaan
lahan sebelumnya ke penggunaan lahan lainnya yang dapat bersifat permanen
maupun sementara, dan merupakan bentuk konsekuensi logis adanya pertumbuhan
dan transformasi perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat yang sedang
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman I - 2
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
berkembang. Apabila penggunaan lahan untuk sawah berubah menjadi pemukiman
atau industri maka perubahan penggunaan lahan ini bersifat permanen dan tidak
dapat kembali (irreversible) tetapi jika beralih guna menjadi perkebunan biasanya
bersifat sementara. Perubahan penggunaan lahan pertanian berkaitan erat dengan
perubahan orientasi ekonomi, sosial, budaya dan politik masyarakat. Perubahan
penggunaan lahan pertanian ke non pertanian bukanlah semata-mata fenomena
fisik berkurangnya luasan lahan, melainkan merupakan fenomena dinamis yang
menyangkut aspek-aspek kehidupan manusia, karena secara agregat berkaitan erat
dengan perubahan orientasi ekonomi, sosial budaya dan politik masyarakat.
Perubahan penggunaan lahan dalam pelaksanaan pembangunan tidak dapat
dihindari. Perubahan tersebut terjadi karena adanya keperluan untuk memenuhi
kebutuhan penduduk yang makin meningkat jumlahnya dan berkaitan dengan
meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik. Sebagai contoh
meningkatnya kebutuhan akan ruang tempat hidup, transportasi dan tempat
rekreasi akan mendorong terjadinya perubahan penggunaan lahan.
Kabupaten Sukamara resmi terbentuk tahun 2002 yang merupakan hasil
pemekaran dari Kabupaten Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan Tengah. Secara
astronomi, Kabupaten Sukamara terletak pada 2019’ Lintang Selatan sampai
dengan 3007’ Lintang Selatan dan 110025’ Bujur Timur sampai dengan 1110 9’ Bujur
Timur.
Sedangkan secara geografis, Kabupaten Sukamara dibatasi wilayah sebagai
berikut:

Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Lamandau

Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kotawaringin Barat

Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa

Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Ketapang Propinsi Kalimantan
Barat
Luas wilayah Kabupaten Sukamara sebesar 3.827 km2. Karakteristik geologi
sebelah barat dan utara merupakan daerah daratan dengan ketinggian antara 7 100 meter dari atas permukaan laut, sedangkan wilayah selatan yang berbatasan
langsung dengan Laut Jawa merupakan dataran rendah yang cukup potensial untuk
sektor perikanan dan pertanian terutama padi sawah.
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman I - 3
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Secara administratif, Kabupaten Sukamara terbagi atas 5 kecamatan, yaitu
Kecamatan Jelai, Kecamatan Pantai Lunci, Kecamatan Sukamara, Kecamatan Balai
Riam, dan Kecamatan Permata Kecubung. Luas daratan terbesar terdapat pada
Kecamatan Sukamara dan luas daratan terkecil adalah Kecamatan Balai Riam.
Tabel 1.1. Luas Wilayah Administrasi Kabupaten Sukamara Menurut Kecamatan
No
Kecamatan
2
Luas (km )
1
Jelai
796
2
Pantai Lunci
804
3
Sukamara
1.028
4
Balai Riam
539
5
Permata Kecubung
660
Jumlah
3.827
Sumber: Sukamara Dalam Angka 2012
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman I - 4
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Gambar 1.1. Peta Administrasi Kabupaten Sukamara
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman I - 5
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
1.1.1.1. Lahan Peruntukan Pertanian
Lahan pertanian dikategorikan menjadi dua macam, yaitu lahan pertanian sawah
dan non sawah. Pertambahan penduduk menyebabkan menurunnya luas lahan
pertanian. Pada tahun 2007, lahan pertanian Kabupaten Sukamara seluas 354.281
Ha, namun pada tahun 2011 turun menjadi 94.584 Ha.
Mayoritas penduduk di Kabupaten Sukamara bekerja di bidang pertanian.
Karenanya banyak kawasan hutan yang diubah menjadi lahan pertanian. Namun,
sebagian besar merupakan pertanian non sawah yaitu 86.490 Ha. Dari tabel 1.2,
dapat kita lihat adanya konversi lahan. Misalnya saja lahan yang tadinya dijadikan
sawah irigasi berubah menjadi sawah non irigasi seperti di kecamatan Balai Riam
dan Permata Kecubung.
Tabel 1.2. Luas wilayah dan penggunaan lahan (Ha) di Kabupaten Sukamara
Kecamatan
No
1
2
3
Non
Sawah
Sawah Non
Non
Pertanian
Irigasi
Irigasi
Sawah
(Ha)
Jelai
2.695
371
162
47.362
- Kuala Jelai
1.750
350
0
1.300
- Sungai Baru
360
6
72
23.262
- Sungai Bundung
100
0
0
0
- Sungai Raja
350
15
25
0
- Pulau Nibung
135
0
65
22.800
Pantai Lunci
359
1.523
1.055
76.431
- Sungai Damar
77
423
20
9.080
- Sungai Tabuk
250
100
285
31.665
- Sungai Cabang Barat
0
0
500
9.300
- Sungai Pasir
32
1.000
250
26.386
Sukamara
451
2.254
24.032
66.541
- Mendawai
0
0
100
0
300
300
1.200
11.600
- Pudu
0
12
600
9.488
- Padang
0
325
36
28.339
- Kartamulia
46
30
8.250
6.474
- Sukaraja
0
100
0
0
105
1487
12.186
0
- Petarikan
0
0
1.660
10.640
Balai Riam
4
136
53.185
575
Kelurahan/Desa
- Natai Sedawak
- Pangkalan Muntai
4
Pertanian (Ha)
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman I - 6
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
5
- Jihing
0
32
7.463
5
- Air Dua
0
50
9.325
25
- Bukit Sungkai
0
15
1.879
206
- Lupu Peruca
0
25
15.548
27
- Sekuningan Baru
4
5
1.059
32
- Balai Riam
0
5
7.675
20
- Bangun Jaya
0
2
1.842
256
- Pempaning
0
2
8.394
4
Permata Kecubung
1
300
8.056
17.316
- Natai Kondang
0
0
800
300
- Ajang
0
0
300
8300
- Laman Baru
0
300
756
316
- Kenawan
0
0
4.000
8.000
- Semantun
0
0
600
300
- Sembikuan
1
0
0
0
- Nibung Terjun
0
0
1.600
100
Jumlah
3.510
4.584
86.490
208.225
Sumber: Potensi Desa Kabupaten Sukamara 2012
Gambar 1.2. Persentase Penggunaan Lahan di Wilayah Kabupaten Sukamara
1.51%
1.16%
Pertanian Sawah Irigasi
28.56%
Pertanian Sawah Non
Irigasi
68.76%
Pertanian Non Sawah
Non Pertanian
Sumber: Potensi Desa Kabupaten Sukamara 2012
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman I - 7
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
1.1.1.2. Lahan Peruntukan Perhubungan
Transportasi yang ada di Kabupaten Sukamara meliputi transportasi darat dan air.
Sarana penunjang transportasi darat adalah tersedianya jalan dengan kondisi jalan
yang layak untuk dilewati. Hal tersebut penting untuk kegiatan pengangkutan
penumpang dan barang. Panjang Jalan Kabupaten terus mengalami peningkatan
dari tahun ke tahun.
Pada tahun 2007 panjang jalan kabupaten mencapai 314,48 km, sedangkan pada
tahun 2011 mencapai 359,54 km. Hal ini menunjukkan antara tahun 2007 – 2011
terdapat kegiatan pembuatan jalan baru yang menghubungkan antara daerah yang
satu dengan daerah lainnya, sehingga tidak ada daerah yang terisolasi. Dengan
demikian terjadi pertambahan lahan untuk perhubungan. Berbeda dengan jalan
kabupaten, panjang jalan provinsi dari tahun ke tahun tidak mengalami perubahan,
yaitu 91,20 km.
Tabel 1.3. Panjang Jalan menurut Jenis Jalan (km) Tahun 2007 – 2011
No
Jenis Jalan
2007
2008
Tahun
2009
2010
2011
1
Jalan Negara
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
2
Jalan Provinsi
91,20
91,20
91,20
91,20
91,20
3
Jalan Kabupaten
314,48
323,48
333,48
346,32
359,54
Jumlah
405,68
414,68
424,68
437,52
450,74
Sumber: Sukamara Dalam Angka 2012
1.1.1.3. Lahan Peruntukan Perindustian
Di Kabupaten Sukamara terdapat 6 perusahaan sawit
yang memiliki area
perkebunan sawit, yaitu PT. HHK (Harapan Hibrida Kalbar), PT. KSK (Kusuma
Sawit Kalimantan), PT. GCM (Graha Cakra Mulia), PT. Sungai Rangit, PT. SMG
(Sumber Mahardika Graha), dan PT. SKM (Sukses Karya Mandiri). Selain
perkebunan kelapa sawit, perusahaan-perusahaan tersebut memiliki pabrik
pengolahan sawit yang akan menghasilkan limbah. Pengolahan limbah di
perusahan-perusahaan tersebut cukup baik, sehingga jarang sekali terjadi kasus
pencemaran lingkungan.
Sebagian besar industri di Kabupaten Sukamara masih bersifat home industri yang
masih memakai rumah pribadi sebagai area produksi. Meskipun begitu sudah ada
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman I - 8
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
beberapa investor yang berminat membuat pertambangan di Kabupaten Sukamara.
Karena adanya beberapa daerah yang memiliki tambang, seperti bauksit dan biji
besi. Tahap saat ini, para investor masih melakukan eksplorasi belum eksploitasi.
Sektor pertambangan di Kabupaten Sukamara memiliki beberapa jenis yang
merupakan jenis bahan galian C, ini merupakan potensi yang sangat baik bagi
perkembangan daerah di kedepan. Terdapat beberapa bahan tambang potensial
yang diketahui saat ini di Kabupaten Sukamara yaitu Kaolin, Pasir Kuarsa, Kristal
Kuarsa, Batuan Beku/Batu belah, Zircon, Bauksit.
a)
Kaolin, merupakan salah satu jenis mineral industri keramik. Kebutuhan lain
untuk kaolin dengan kualitas baik adalah untuk industri farmasi dan kosmetika.
Kaolin berkadar 30 % (AI2O3) terbentuk dari hasil proses dekomposisi dan
merupakan pelapukan dari batuan yang kaya akan silikat aluminium. Kaolin
sendiri di Kabupaten Sukamara terdapat di Kecamatan Jelai tepatnya di Desa
Sei tabuk dan Sei Pinang.
b)
Pasir Kuarsa berkadar 98 % (SiO2) merupakan bahan gelas dan kaca.
Terbentuk dari endapan sediment dengan ukuran butir pasir dan mempunyai
komposisi dominant kristal kuarsa. Kebutuhan pasar dalam negeri untuk pasir
kuarsa saat ini meningkat terutama untuk bahan industri gelas. Pasir kuarsa
sebagai bahan mentah dan industri gelas merupakan satu peluang untuk
memperluas ekspor didaerah. Endapan utama pasir kuarsa berada di
Kecamatan Balai Riam dan Jelai, tepatnya di desa Ajang dan Sei Tabuk
dengan sumber daya hipotetik 764.000 m3 dan volume cadangan 1.191.840
m3.
c)
Kristal Kuarsa/Batu Kecubung. Di Kalimantan Tengah dikenal 3 macam kristal
kuarsa yaitu yang berwarna ungu, putih dan kecoklatan (istilah pasar
menyebutnya kecubung). Jenis ini telah lama diusahakan oleh masyarakat
Kabupaten Sukamara. Lokasi endapan kristal kuarsa di Kabupaten Sukamara
terdapat di daerah Ajang dan karena sifatnya yang sporadic maka data pasti
tentang cadangan ataupun jumlah produksinya belum diketahui dengan pasti.
d)
Batuan Beku/Batu Belah. Batuan beku adalah hasil pembekuan magma
berkomposisi asam sampai basa. Batuan beku adalah jenis batuan yang
terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa
proses
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman I - 9
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
1.1.1.4. Lahan Peruntukan Pemukiman
Jumlah penduduk Kabupaten Sukamara pada tahun 2012 adalah 56.700 ribu jiwa.
Pertumbuhan pendudukan pada tahun tersebut 3,5 persen. Angka pertumbuhan
penduduk akan menjadi lebih besar untuk tahun-tahun selanjutnya karena
Kabupaten Sukamara menjadi daerah tujuan transmigrasi.
Lahan hutan yang ada di Kabupaten Sukamara mengalami perubahan fungsi untuk
menjadi lahan permukiman. Luas area hutan semakin berkurang dan lahan
permukiman semakin bertambah.
1.1.1.5. Lahan Peruntukan Lainnya
Sebagian besar wilayah Sukamara berupa sungai dan rawa-rawa gambut. Banyak
lahan di dekat daerah sungai dan rawa-rawa yang digunakan sebagai tempat
budidaya perikanan. Ikan-ikan tersebut dijual di pasar. Sehingga kegiatan ini
mendukung perekonomian masyarakat.
Selain itu, lahan rekreasi juga banyak terdapat di Kabupaten Sukamara. Tempattempat yang menjadi tujuan pariwisata antara lain: Pantai Tanjung Nipah, Pantai
Sungai Remis, Danau Burung, dan Bukit Patung. Banyaknya tempat-tempat tujuan
wisata di menunjukkan bahwa pariwisata mampu mendukung pertumbuhan
perekonomian Kabupaten Sukamara.
1.1.2. Hutan
Hutan adalah karunia alam yang memiliki potensi dan fungsi untuk menjaga
keseimbangan lingkungan. Potensi dan fungsi tersebut mengandung manfaat bagi
populasi manusia bila dikelola secara benar dan bijaksana. Kelestarian manfaat
yang timbul karena potensi dan fungsi didalamnya dapat diwujudkan selama
keberadaannya dapat dipertahankan dalam bentuk yang ideal.
Berdasarkan fungsinya, ada beberapa jenis hutan yaitu:
-
Hutan Wisata
Hutan wisata adalah hutan yang dijadikan suaka alam yang ditujukan untuk
melindungi tumbuh-tumbuhan serta hewan/binatang langka agar tidak
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman I - 10
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
musnah/punah di masa depan. Hutan suaka alam dilarang untuk ditebang
dan diganggu dialih fungsi sebagai buka hutan. Biasanya hutan wisata
menjadi tempat rekreasi orang dan tempat penelitian.
-
Hutan Cadangan (Hutan Konversi)
Hutan cadangan merupakan hutan produksi yang dicadangkan untuk dilepas
guna memenuhi kepentingan diluar kehutanan seperti untuk pertanian,
perkebunan, pertambangan, kawasan industri atau permukiman penduduk.
-
Hutan Lindung
Hutan lindung adalah hutan yang difungsikan sebagai penjaga keteraturan
air dalam tanah (fungsi hidrolisis), menjaga tanah agar tidak terjadi erosi
serta untuk mengatur iklim (fungsi klimatologis) sebagai penanggulang
pencematan udara seperti CO2 (karbon dioksida) dan CO (karbon
monoksida). Hutan lindung sangat dilindungi dari perusakan penebangan
hutan membabibuta yang umumnya terdapat di sekitar lereng dan bibir
pantai.
-
Hutan Produksi / Hutan Industri
Hutan produksi yaitu adalah hutan yang dapat dikelola untuk menghasilkan
sesuatu yang bernilai ekonomi. Hutan produksi dapat dikategorikan menjadi
dua golongan yakni hutan rimba dan hutan budidaya. Hutan rimba adalah
hutan yang alami sedangkan hutan budidaya adalah hutan yang sengaja
dikelola manusia yang biasanya terdiri dari satu jenis tanaman saja. Hutan
rimba yang diusahakan manusia harus menebang pohon dengan sistem
tebang pilih dengan memilih pohon yang cukup umur dan ukuran saja agar
yang masih kecil tidak ikut rusak.
Sesuai SK. Menteri Kehutanan Nomor 529 Tahun 2012, Kabupaten Sukamara
memiliki hutan seluas 327.616,8836 Ha yang terdiri atas:

suaka margasatwa: 30.952,0811 Ha

hutan produksi: 137.462,0101 Ha

hutan produksi terbatas : 21.892,6886 Ha

hutan produksi konversi: 68.692,7971 Ha

hutan kota: 60,00 Ha

areal penggunaan lainnya: 68.557,3067 Ha
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman I - 11
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Gambar 1.3 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Statusnya Kabupaten Sukamara
20.92%
0.02%
Suaka Margasatwa
9.45%
Hutan Produksi
20.97%
41.96%
6.68%
Hutan Produksi Terbatas
Hutan Produksi Konversi
Hutan Kota
Areal Penggunaan Lainnya
Sumber: Hasil Olah Data Kantor Lingkungan Hidup
1.1.2.1. Hutan cadangan atau Hutan Konversi
Ada beberapa wilayah hutan di Kabupaten Sukamara yang dicadangkan untuk
dilepas guna memenuhi kepentingan diluar kehutanan seperti untuk pertanian,
perkebunan, pertambangan, kawasan industri atau permukiman penduduk. Sesuai
dengan SK. Menteri Kehutanan Nomor 529 Tahun 2012, luas hutan konversi di
Kabupaten Sukamara adalah 68.692,7971 Ha.
1.1.2.2. Hutan Lindung
Hutan lindung di Sukamara terletak di Desa Balai Riam, yaitu Bukit Patung. Hutan
ini memiliki berbagai vegetasi dan binatang-binatang yang dilindungi. Keberadaan
hutan lindung Bukit Patung memberikan keuntungan bagi masyarakat Sukamara,
seperti terlindunginya vegetasi langka. Selain itu, hutan lindung dapat berfungsi
sebagai daerah resapan air hujan karena letak Bukit Patung yang termasuk daerah
hulu Sungai Jelai.
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman I - 12
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
1.1.2.3. Hutan Produksi
Berdasarkan Sukamara Dalam Angka 2012 jumlah seluruh hutan produksi di
Kabupaten Sukamara seluas 172.321 ha yang terdiri atas hutan produksi terbatas,
hutan produksi tetap, dan hutan produksi konversi. Hutan produksi terbatas
sebanyak 9,76% dari total seluruh hutan produksi. Sedangkan hutan produksi tetap
dan hutan produksi konversi masing-masing seluas 58,72% dan 31,52% dari total
seluruh hutan produksi.
Gambar 1.4. Luas Hutan Produksi Kabupaten Sukamara 2011
9,76%
31,52%
Hutan Produksi Terbatas
58,72%
Hutan Produksi Tetap
Hutan Produksi Konversi
Sumber: Sukamara Dalam Angka 2012
1.1.2.4. Hutan Kota
Kota yang sehat mestinya memiliki sejumlah lahan terbuka hijau. Lahan ini
bermanfaat menjadi sumber udara bersih untuk mengimbangi pencemaran udara
dan suara bising dari mesin pabrik atau kendaran bermotor. Menurut PP 63 Tahun
2002, hutan kota adalah sebidang lahan yang bertumbuhan pohon pohon yang
kompak dan rapat didalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun
tanah hak yang luasnya minimal 0,25 hektar, yang ditetapkan sebagai hutan kota
oleh pejabat yang berwenang.
Sebagai kabupaten pemekaran, Kota Sukamara termasuk dalam kategori kota kecil.
Oleh karenanya, permukiman perkotaan dapat dikatakan belum terlalu padat
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman I - 13
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
dibandingkan kota-kota besar lainnya. Namun, untuk menjaga kualitas udara
perkotaan, dalam pembangunannya Kabupaten Sukamara memiliki area yang
dijadikan sebagai hutan kota. Dalam Keputusan Bupati Sukamara No. 133 Tahun
2008 Tentang Penetapan Kawasan Wisata Alam seluas 42 Ha di Kecamatan
Sukamara sebagai hutan kota, yaitu: Desa Natai Sedawak seluas ± 30 Ha,
Kelurahan Mendawai ± 5 Ha, dan Kelurahan Padang ± 7 Ha.
1.1.3. Lahan Kritis
Penetapan lahan kritis mengacu pada lahan yang telah rusak karena kehilangan
penutupan vegetasinya, sehingga kehilangan atau berkurang fungsinya sebagai
penahan air, pengendali erosi, siklus hara, pengatur iklim mikro, dan retensi karbon.
Luas lahan kritis berbeda di tiap kecamatan. Luas lahan kritis terbesar adalah
Kecamatan Pantai Lunci, sedangkan luas lahan kritis terkecil adalah Kecamatan
Balai Riam. Luas lahan kritis pada Kecamatan Pantai Lunci terbesar karena kondisi
geografis Kecamatan Pantai Lunci yang hampir sebagian besar wilayahnya
berpasir, tandus, dan bersemak.
Gambar 1.5. Luas Lahan Kritis Menurut Kecamatan
17.22%
14.16%
Jelai
7.44%
26.20%
Pantai Lunci
34.98%
Sukamara
Balai Riam
Permata Kecubung
Sumber: Dishutbun Data Spasial 2008
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman I - 14
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
1.2. KEANEKARAGAMAN HAYATI
Keanekaragaman hayati disebut juga “Biodiversitas”. Keanekaragaman dari
makhluk hidup dapat terjadi karena akibat adanya perbedaan warna, ukuran,
bentuk, jumlah, tekstur, penampilan dan sifat-sifat lainnya. Keanekaragaman hayati
dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah
sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk bersel satu hingga mahluk
bersel banyak; dan tingkat organisasi kehidupan individu sampai tingkat interaksi
kompleks, misalnya dari spesies sampai ekosistem.
1.2.1. Keanekaragaman Ekosistem
Keanekaragaman ekosistem merupakan keanekaragaman komunitas yang terdiri
hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme di suatu habitat. Dalam ekosistem, makhluk
hidup selalu berinteraksi, baik antar makhluk hidup itu sendiri maupun antara
makhluk hidup dengan lingkungannya (faktor abiotik) seperti oksigen, cahaya
matahari, air, tanah, cuaca, dan faktor abiotik lainnya. Komponen abiotik yang
berbeda menyebabkan adanya perbedaan cara adaptasi berbagai jenis makhluk
hidup (komponen biotik). Hal ini menunjukkan adanya keanekaragaman ekosistem.
Dalam
pembangunannya,
Kabupaten
Sukamara
memperhatikan kelestarian
ekosistem. Salah satunya adalah Danau Burung. Danau Burung memiliki
keanekaragaman ekosistem. Kondisi lingkungan yang lestari menjadikan Danau
Burung sebagai tempat persinggahan burung-burung liar yang melakukan migrasi.
Luas Danau Burung lebih kurang 76.110 Ha.
Gambar 1.6. Danau Burung sebagai Tempat Persinggahan Burung yang Bermigrasi.
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman I - 15
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
1.2.2. Keanekaragaman Spesies
Keanekaragaman spesies menunjukkan kepada keragaman spesies dalam suatu
daerah. Keragaman seperti ini dapat diukur dengan banyak cara, jumlah spesies
dalam suatu daerah sering digunakan sebagai tolok ukurnya.
Kabupaten Sukamara memiliki keanekaragaman spesies yang dilindungi baik flora
maupun fauna. Sampai saat ini, flora dan fauna baru 37 spesies yang diketahui, dan
22 spesies diantaranya adalah spesies yang dilindungi. Berikut ini jenis tumbuhan
yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang
Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Tabel 1.4. Keadaan Flora yang dilindungi
No
Nama ilmiah
Nama daerah
1
Cystostachys lakka
Pinang Merah
2
Paraphalaenopsis sp.
Anggrek
3
Nephentes sp.
Kantong Semar
4
Shorea sp.
Tengkawang
5
Casuarina equisetifolia
Cemara Laut
6
Euginenia
Jambu-Jambu
7
Xylocarpus moluccensis
Nyirih
8
Eugenia sp
Ubar
9
Casuarina sumatrana
Aro
10
Rhizophora apiculata
Bakau
Sumber: Distanak Kab. Sukamara, 2011
Tabel 1.5. Jenis Fauna yang dilindungi
No
Nama ilmiah
Nama daerah
1
Cervus timorensi
Rusa
2
Cynogale benneti
Musang Air
3
Manis javanica
Trenggiling
4
Helarctos malayanus
Beruang Madu
5
Tragulus javanica
Kancil
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman I - 16
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
6
Hylobatidae
Owa-owa
7
Hystrix brachyura
Landak
8
Pongo pygmaeus
Orang Utan
9
Chitra indica
Labi-labi
10
Crocodylus porosus
Buaya
11
Hylobates sundactilus
Siamang
Sumber: Distanak Kab. Sukamara, 2011
1.3. AIR
Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apa pun juga.
Tanpa air manusia, hewan dan tanaman tidak akan dapat hidup. Penyediaan air
untuk kehidupan di bumi mengikuti suatu siklus hidrologi yaitu suatu siklus yang
menggambarkan sirkulasi air secara terus menerus melalui prose alami. Melalui
siklus ini, ketersediaan air bagi manusia dan organisme lainnya dapat diperoleh dari
2 sumber, yaitu air tanah dan air permukaan.
- Air Tanah
Air tanah adalah air yang berada di bawar permukaan tanah. Air tanah dapat kita
bagi lagi menjadi dua, yakni air tanah preatis dan air tanah artesis. Air tanah
preatis adalah air tanah yang letaknya tidak jauh dari permukaan tanah serta
berada di atas lapisan kedap air / impermeable. Air tanah artesis letaknya sangat
jauh di dalam tanah serta berada di antara dua lapisan kedap air.
- Air Permukaan
Air pemukaan adalah air yang berada di permukaan tanah dan dapat dengan
mudah dilihat oleh mata kita. Contoh air permukaan seperti laut, sungai, danau,
kali, rawa, empang, dan lain sebagainya. Air permukaan dapat dibedakan
menjadi dua jenis yaitu : perairan darat dan perairan laut. Perairan darat adalah
air permukaan yang berada di atas daratan misalnya seperti rawa-rawa, danau,
sungai, dan lain sebagainya. Perairan laut adalah air permukaan yang berada di
lautan luas.
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman I - 17
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
1.3.1. Ketersediaan dan Konsumsi Air
Pertambahan jumlah penduduk membawa banyak konsekuensi, salah satunya
terhadap ketersediaan air. Kemungkinan di tahun-tahun yang mendatang
ketersediaan air bersih akan berkurang, bahkan dapat mencapai tahap kritis. Hal ini
disebabkan pertambahan jumlah penduduk, angka harapan hidup semakin tinggi,
dan pemborosan pemakaian air.
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sebagai satu-satunya perusahan yang
bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat Sukamara.
Pada tahun 2011, jumlah rumah tangga yang mendapat kebutuhan air bersih
sebanyak 112.664.
1.3.2. Kualitas air
1.3.2.1. Sungai
Sungai merupakan bagian tak terpisahkan dari lingkungan sosial masyarakat.
Masyarakat yang tinggal di tepi sungai memanfaatkan sungai dalam keseharian
mereka seperti untuk minum, masak, mencuci pakaian dan perabotan rumah
tangga, atau untuk mengairi sawah, budidaya perikanan.
Sebagian besar masyarakat di Kabupaten Sukamara tinggal di tepi sungai. Ada dua
sungai besar yang melintasi Kabupaten Sukamara, yaitu Sungai Jelai dan Sungai
Mapam. Sungai Jelai merupakan perbatasan antara Kabupaten Sukamara dengan
Kabupaten Ketapang.
Pengambilan sampel air di lakukan di DAS Jelai di beberapa titik pantau. Ada
beberapa parameter yang melebihi baku mutu. Hal ini dikarenakan pengujian
sampel dilakukan di Banjar Baru – Kalimantan Selatan, tepatnya di Balai Riset dan
Standardisasi Industri (Baristrand) yang berada di bawah naungan Kementrian
Perindustrian. Dibutuhkan waktu 2 x 24 jam untuk mengirim sampel air ke, sehingga
sampel air terpaksa diawetkan dengan asam sulfat (H2SO4) dan asam nitrat (HNO3)
dengan konsentrasi 1 – 2 N. Oleh karenanya, pH air menjadi sangat rendah. Selain
itu, kondisi lingkungan di sekitar titik pantau memang berlimpah pada salah satu
parameter. Terlepas dari itu, DAS Jelai dikatakan tidak mengalami pencemaran.
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman I - 18
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Di beberapa daerah tertentu, air memiliki kadar besi yang cukup tinggi. Secara fisik,
dapat dilihat air berwarna kekuning-kuningan. pH air di daerah tersebut juga rendah
akibat tingginya kadar besi.
Gambar 1.7. Aktivitas masyarakat di Sungai Jelai
Sumber: Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara, 2012
1.3.2.2. Air Laut
Di sebelah selatan, Kabupaten Sukamara berbatasan dengan Laut Jawa. Ada dua
kecamatan yang merupakan daerah pesisir, yaitu Kecamatan Pantai Lunci dan
Kecamatan Jelai. Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air laut Kabupaten
Sukamara dapat dikatakan cukup baik. Hal ini didasarkan dengan tidak adanya
lapisan minyak dan bahan pencemar lainnya.
1.4. UDARA
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi
bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Kualitas dari udara
yang telah berubah komposisinya dari komposisi udara alamiahnya adalah udara
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman I - 19
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
yang sudah tercemar sehingga tidak dapat menyangga kehidupan. Udara
merupakan komponen kehidupan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup
manusia maupun makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan hewan. Tanpa
makan dan minum kita bisa hidup untuk beberapa hari tetapi tanpa udara kita hanya
dapat hidup untuk beberapa menit saja.
Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2010, yang
dimaksud pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi,
dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga
melampaui baku mutu udara yang telah ditetapkan. Sedangkan udara ambien
adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam
wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi
kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya.
Pemantauan
kualitas
udara
ambien
dilakukan
untuk
mengetahui
tingkat
pencemaran.
Pencemaran terjadi karena adanya sumber pencemar. Sumber pencemar adalah
setiap usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan bahan pencemar ke udara yang
menyebabkan udara tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan sama sekali.
Pencemaran udara pada suatu tingkat tertentu dapat merupakan campuran dari
satu atau lebih bahan pencemar, baik berupa padatan, cairan, atau gas yang masuk
terdispersi ke udara dan kemudian menyebar ke lingkungan sekitarnya. Kecepatan
penyebaran ini tentu tergantung pada keadaan geografis dan metereologi setempat.
Sebagian besar pencemar udara (sekitar 75%) berasal gas buangan hasil
pembakaran bahan bakar fosil. Sumber polusi yang utama berasal dari kendaraan
bermotor.
Sumber-sumber
polusi
lainnya
misalnya
pembakaran
termasuk
pembakaran hutan, proses industri, pembuangan limbah dan lain-lain.
Kegiatan pemantauan udara ambien perlu dilakukan untuk mengetahui penurunan
kualitas udara, dapat memperkirakan dampak terhadap lingkungan akibat
pencemaran udara, dan untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pemerintah
dalam rangka menjaga kualitas udara di Kabupaten Sukamara.
Pada musim kemarau, seperti halnya kabupaten-kabupaten lain di Kalimantan
Tengah, di Kabupaten Sukamara juga hampir selalu terjadi kebakaran hutan dan
lahan semak belukar. Pada bulan Agustus 2012 tercatat 21 titik kebakaran lahan
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman I - 20
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
semak belukar di wilayah Kecamatan Sukamara. Sedangkan, kebakaran hutan
terjadi di Kecamatan Permata Kecubung dengan lahan seluas 1,7 Ha. Asap
kebakaran hutan tersebut menimbulkan kabut asap pada malam maupun pagi hari.
Berikut ini beberapa dampak yang ditimbulkan akibat kebakaran hutan.
 Sungai menjadi kering di saat musim kemarau, sehingga banyak ikan mati.
 Meningkatnya jumlah penderita penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA)
dan kanker paru-paru. Hal ini bisa menyebabkan kematian bagi penderita
berusia lanjut dan anak-anak.
 Banyaknya sekolah yang terpaksa diliburkan pada saat kabut asap berada di
tingkat yang berbahaya. Penduduk dihimbau tidak bepergian jika tidak ada
keperluan mendesak. Hal ini mengganggu kegiatan keagamaan dan mengurangi
kegiatan
perdagangan/ekonomi. Gangguan asap juga terjadi pada sarana
perhubungan/transportasi yaitu berkurangnya batas pandang. Banyak pelabuhan
udara yang ditutup pada saat pagi hari di musim kemarau karena jarak pandang
yang terbatas bisa berbahaya bagi penerbangan. Sering terjadi kecelakaan
tabrakan antar perahu di sungai-sungai, karena terbatasnya jarak pandang.
 Terbunuhnya spesies-spesies termasuk spesies endemik/khas di suatu daerah
sebelum sempat dikenali/diteliti.
Gambar 1.8. Kebakaran Lahan di Kelurahan Padang
Sumber: Kantor Lingkungan Hidup, 2012
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman I - 21
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara beserta Dinas-Dinas terkait selalu
gencar menyosialisasikan bahaya dari kebakaran hutan, lahan dan semak belukar.
Diharapkan dengan adanya kegiatan ini kesadaran masyarakat terhadap bahaya
kebakaran hutan semakin meningkat. Banyak tindakan yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya kebakaran hutan. Salah satunya adalah membuka lahan
dengan tidak membakar.
Pada saat musim kemarau, unit Pemadam Kebakaran (Damkar) Sukamara yang
berjumlah 30 orang bersiaga penuh sehingga terjadinya kebakaran hutan dan lahan
tidak merambah kemana-mana. Namun, hal itu tidak mencukupi, tetap dibutuhkan
kesadaran warga untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar.
Pencemaran udara dapat melintasi wilayah administrasi sebuah kabupaten. Ini
terbukti dengan terjadinya pencemaran asap kebakaran hutan dan lahan di Kota
Sukamara. Asap kebakaran hutan dan lahan tidak hanya berasal dari Kabupaten
Sukamara tetapi juga berasal dari kebakaran hutan di Kabupaten Ketapang. Jadi
dapat dikatakan bahwa kebakaran hutan merupakan permasalahan regional, bukan
hanya permasalahan sebuah kabupaten saja. Oleh karena itu, pemerintah provinsi
Kalimantan tengah membuat hujan buatan untuk mengurangi asap yang timbul
akibat kebakaran hutan.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah juga gencar melakukan sosialisasi
kebakaran hutan. Salah satunya adalah dengan keluarnya Peraturan Gubernur
Kalimantan Tengah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan
Gurbernur Kalimantan Tengah Nomor 52 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pembukaan Lahan dan Pekarangan Bagi Masyarakat Kalimantan Tengah.
1.5. LAUT, PESISIR, DAN PANTAI
Laut, pesisir, dan pantai sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan. Wilayah
Pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, dengan batas ke arah darat
meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang mendapat pengaruh
dari sifat-sifat laut, seperti angin laut, pasang surut, perembesan air laut (intrusi)
yang dicirikan dengan vegetasi yang khas, sedangkan batas wilayah pesisir ke arah
laut mencakup bagian atau batas terluar dari daerah paparan benua (continental
shelf), dimana cirri-ciri perairan ini masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman I - 22
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar maupun proses yang disebabkan
oleh kegiatan manusia, seperti penggundulan hutan dan pencemaran.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007, wilayah
pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi
oleh perubahan di darat dan laut. Wilayah pesisir merupakan sumber daya potensial
di Indonesia, yang merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan.
Sumber daya ini sangat besar yang didukung oleh adanya garis pantai sepanjang
sekitar 81.000 km. Garis pantai yang panjang ini menyimpan potensi kekayaan
sumber alam yang besar. Potensi itu diantaranya potensi hayati dan non hayati.
Potensi hayati misalnya: perikanan, hutan mangrove, dan terumbu karang,
sedangkan potensi nonhayati misalnya: mineral dan bahan tambang serta
pariwisata.
Di sebelah selatan, Kabupaten Sukamara berbatasan dengan Laut Jawa. Oleh
karenanya Kabupaten Sukamara memiliki beberapa pantai, yaitu Pantai Kuala Jelai,
Pantai Tanjung Nipah, Pantai Tanjung Selaka, Pantai Sungai Ramis, dan Pantai
Kampung Baru. Kabupaten Sukamara memiliki pantai sepanjang sekitar 75 km
dengan potensi perikanan laut 16.000 ton dan potensi tambak 19.000 ha.
Selain pantai, daerah pesisir Kabupaten Sukamara juga terdapat hutan mangrove.
Hutan mangrove terdapat di beberapa desa dan ekosistem mangrove terluas
terdapat di Desa Sei Pasir.
Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting
di wilayah pesisir. Selain mempunyai fungsi ekologis sebagai penyedia nutrien bagi
biota perairan, tempat pemijahan dan asuhan bagi bermacam biota, penahan
abrasi, penahan amukan angin taufan, dan tsunami, penyerap limbah, pencegah
intrusi air laut, dan lain sebagainya, hutan mangrove juga mempunyai fungsi
ekonomis seperti penyedia kayu, daun-daunan sebagai bahan baku obat obatan,
dan lain-lain.
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman I - 23
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Gambar 1.9. Hutan Mangrove di Kecamatan Pantai Lunci
Sumber: Kantor Lingkungan Hidup, 2012
Terumbu Karang adalah bangunan ribuan karang yang menjadi tempat hidup
berbagai ikan dan makhluk laut lainnya. Bayangkanlah terumbu karang sebagai
sebuah kota yang sangat sibuk, bangunannya terdiri dari karang-karang, dengan
ikan-ikan dan makhluk laut sebagai penghuninya.
Karang yang hidup di laut, tampak terlihat seperti batuan atau tanaman. Tetapi
mereka sebenarnya adalah sekumpulan hewan-hewan kecil yang dinamakan polip.
Ada dua macam karang, yaitu karang batu (hard corals) dan karang lunak (soft
corals). Karang batu merupakan karang pembentuk terumbu karena tubuhnya yang
keras seperti batu. Kerangkanya terbuat dari kalsium karbonat atau zat kapur.
Karang batu bekerja sama dengan alga yang disebut zooxanthellae. Karang batu
hanya hidup di perairan dangkal dimana sinar matahari masih didapatkan. Karang
lunak bentuknya seperti tanaman dan tidak bekerja sama dengan alga. Karang
lunak dapat hidup baik di perairan dangkal maupun di perairan dalam yang gelap.
Polip karang bentuknya seperti sebuah karung dan memiliki tangan-tangan yang
dinamakan tentakel. Polip menyerap kalsium karbonat dari air laut untuk
membangun rangka luar zat kapur yang dapat melindungi tubuh polip yang sangat
lembut.
Pada tentakel polip terdapat racun yang digunakan untuk menangkap berbagai jenis
hewan dan tumbuhan laut yang sangat kecil atau disebut plankton sebagai
makanan tambahannya. Tentakel karang terbuka pada malam hari dan digunakan
untuk menangkap plankton yang melayang-layang terbawa arus. Karang batu
mendapatkan makanan dari zooxanthellae.
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman I - 24
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Selama satu tahun rata-rata karang hanya dapat menghasilkan batu karang setinggi
1 cm saja. Jadi selama 100 tahun karang batu itu hanya tumbuh 100 cm.
Terumbu karang memberikan manfaat yang luar biasa kepada bumi dan seisinya.
Manfaat terumbu karang bagi manusia adalah pelindung pantai dari hempasan
ombak, tempat berkembang biak bagi ikan, dan sumber protein bagi masyarakat
serta menyediakan makanan, tempat tinggal, dan perlindungan bagi makhluk laut.
Terumbu karang adalah ekosistem yang rentan dan mudah rusak. Terumbu karang
dapat rusak oleh beberapa proses antara lain: pengendapan, pencemaran,
penangkapan ikan yang merusak, sampah, gempa, bintang laut pemangsa karang
yang disebut bulu seribu. Salah satu tindakan untuk membantu melestarikan
Terumbu Karang adalah tidak membeli souvenir atau barang-barang yang terbuat
dari karang atau makhluk laut lainnya seperti karang yang dikeringkan, ikan buntal
yang diawetkan, kerang-kerang besar, dan lain-lain.
Terumbu karang di Kabupaten Sukamara, terletak di Desa Sungai Raja Kecamatan
Pantai Lunci. Posisi terumbu karang berada di laut dengan jarak sekitar 7 km dari
bibir pantai Desa Sungai Raja. Dibutuhkan perlengkapan menyelam, apabila ingin
melihat terumbu karang secara langsung. Untuk mengetahui keberadaan terumbu
karang tersebut dapat juga dengan mengamati permukaan air laut di area terumbu,
dimana banyak gelembung udara yang muncul.
1.6. IKLIM
Pada umumnya orang sering menyatakan kondisi iklim sama saja dengan kondisi
cuaca, padahal kedua istilah tersebut adalah suatu kondisi yang tidak sama. Cuaca
didefinisikan sebagai keadaan atmosfer secara keseluruhan pada suatu saat
termasuk perubahan, perkembangan dan menghilangnya suatu fenomena.
Keadaan atmosfer yang dinyatakan dengan nilai berbagai parameter, antara lain
suhu, tekanan, angin, kelembaban dan berbagai fenomena hujan, disuatu tempat
atau wilayah selama kurun waktu yang pendek (menit, jam, hari, bulan, musim,
tahun). Ilmu yang mempelajari seluk beluk tentang cuaca disebut meteorologi.
Sedangkan iklim didefinisikan sebagai sintesis kejadian cuaca selama kurun waktu
yang panjang, yang secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman I - 25
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
statistik yang berbeda dengan keadaan pada setiap saatnya. Ilmu yang mempelajari
seluk beluk tentang iklim disebut klimatologi.
Adapun definisi perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi
antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap
berbagai sektor kehidupan manusia. Perubahan fisik ini tidak terjadi hanya sesaat
tetapi dalam kurun waktu yang panjang. Perubahan iklim dapat dikatakan sebagai
perubahan rata-rata salah satu atau lebih elemen cuaca pada suatu daerah tertentu.
Sedangkan istilah perubahan iklim skala global adalah perubahan iklim dengan
acuan wilayah bumi secara keseluruhan. Selain itu juga diperjelas bahwa
perubahan iklim mungkin karena proses alam internal maupun ada kekuatan
eksternal, atau ulah manusia yang terus menerus merubah komposisi atmosfer dan
tata guna lahan.
Istilah perubahan iklim sering digunakan secara tertukar dengan istilah ’pemanasan
global’, padahal fenomena pemanasan global hanya merupakan bagian dari
perubahan iklim, karena parameter iklim tidak hanya temperatur saja, melainkan
ada parameter lain yang terkait seperti presipitasi, kondisi awan, angin, maupun
radiasi matahari. Pemanasan global merupakan peningkatan rata-rata temperatur
atmosfer yang dekat dengan permukaan bumi dan di troposfer, yang dapat
berkontribusi pada perubahan pola iklim global. Pemanasan global terjadi sebagai
akibat meningkatnya jumlah emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer. Naiknya
intensitas efek rumah kaca yang terjadi karena adanya gas dalam atmosfer yang
menyerap sinar panas yaitu sinar infra merah yang dipancarkan oleh bumi
menjadikan perubahan iklim global.
Meskipun pemanasan global hanya merupakan 1 bagian dalam fenomena
perubahan iklim, namun pemanasan global menjadi hal yang penting untuk dikaji.
Hal tersebut karena perubahan temperatur akan memperikan dampak yang
signifikan terhadap aktivitas manusia. Perubahan temperatur bumi dapat mengubah
kondisi lingkungan yang pada tahap selanjutkan akan berdampak pada tempat
dimana kita dapat hidup, apa tumbuhan yang kita makan dapat tumbuh, bagaimana
dan dimana kita dapat menanam bahan makanan, dan organisme apa yang dapat
mengancam. Ini artinya bahwa pemanasan global akan mengancam kehidupan
manusia secara menyeluruh.
Kabupaten Sukamara termasuk dalam daerah khatulistiwa pada posisi 2019’ Lintang
Selatan sampai dengan 3007’ Lintang Selatan dan 110025’ Bujur Timur sampai
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman I - 26
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
dengan 1110 9’ Bujur Timur. Berkaitan dengan posisi tersebut, Kabupaten
Sukamara dipengaruhi iklim tropis
basah dengan ciri-ciri khas hujan terjadi di
sepanjang tahun dan suhu rata-rata 24-330C.
Curah hujan Kabupaten Sukamara tahun 2011 masih tergolong tinggi meskipun
lebih rendah dibanding tahun 2010. Curah hujan pada tahun 2011 tertinggi terjadi
pada bulan Desember dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juni. Pada
bulan Desember 2011, curah hujan hampir mencapai 500 mm. sedangkan pada
bulan Juni 2011 curah hujan hanya mencapai 16 mm. Sedangkan jumlah hari hujan
terjadi antara 6 sampai dengan 25 hari setiap bulannya.
Curah hujan Kabupaten Sukamara tahun 2010 dengan curah hujan tertinggi terjadi
pada bulan Maret dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Desember. Pada
bulan Maret 2010, curah hujan hampir mencapai 500 mm, sedangkan pada bulan
Desember 2010 curah hujan mencapai 155,4 mm. Sedangkan jumlah hari hujan
terjadi antara 19 sampai dengan 28 hari setiap bulannya.
Beberapa daerah di Kabupaten Sukamara berbukit-bukit seperti Kecamatan Balai
Riam dan Permata Kecubung. Namun, tidak terjadi bencana longsor pada daerah
tersebut meskipun curah hujan pada bulan-bulan tertentu cukup tinggi. Sehingga
dapat dikatakan bahwa hutan di Kabupaten Sukamara terjaga dengan baik dan
fungsinya sebagai penahan erosi tidak menurun.
Temperatur maksimum di daerah Kabupaten Sukamara sepanjang tahun 2011
berkisar antara 31,4 oC sampai dengan 33,6 oC, temperatur minimum berkisar
antara 21,5 oC sampai dengan 23,2 oC, dan rata-rata temperatur berkisar 26,7 oC
sampai dengan 28,3 oC.
Sebagai catatan, data iklim ini masih mengacu Kabupaten Kotawaringin Barat
karena iklim di Kabupaten Sukamara belum ada badan yang mengukur.
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman I - 27
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
Gambar 1.10. Curah Hujan Kabupaten Sukamara Sepanjang Tahun 2011
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Ags
Sep
Okt
Nov
Des
77
151
487
254
253
306
178
128
117 41
79
16
Sumber: Sukamara Dalam Angka 2012
1.7. BENCANA ALAM
Bencana alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi
populasi manusia. Peristiwa alam dapat berupa letusan gunung berapi, gempa
bumi, tsunami, badai salju, banjir, erosi, kekeringan, hujan es, gelombang panas,
hurikan, badai tropis, taifun, tornado, kebakaran liar dan wabah penyakit. Beberapa
bencana alam terjadi tidak secara alami. Contohnya adalah kelaparan, yaitu
kekurangan bahan pangan dalam jumlah besar yang disebabkan oleh kombinasi
faktor manusia dan alam. Contoh lainnya adalah banjir dan tanah longsor.
Penyebab banjir dan erosi, antara lain penebangan pohon yang tiada henti,
membuang sampah yang tidak pada tempatnya, dan kurangnya kesadaran
terhadap lingkungan kita.
Selama tiga tahun terakhir ada beberapa bencana yang melanda Kabupaten
Sukamara seperti banjir, banjir bandang, gelombang pasang, angin puyuh, dan
kekeringan. Untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam di kemudian hari,
sebagian besar masyarakat mengandalkan gotong royong antar warga.
Pada tahun 2011, di Kecamatan Balai Riam, tercatat ada 5 desa yang mengalami
banjir, yaitu Desa Jihing, Desa Air Dua, Desa Lupu Peruca, Desa Balai Riam, dan
Desa Pempaning. Bencana banjir bandang dan angin puyuh terjadi di daerah yang
dekat dengan pantai, yaitu Desa Sungai Damar yang merupakan wilayah
Kecamatan Pantai Lunci. Bencana kekeringan juga melanda desa tersebut. Kondisi
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman I - 28
Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya
geografis yang kurang menguntungkan menyebabkan kelangkaan air tawar pada
musim kemarau.
Desa Kuala Jelai yang merupakan ibukota Kecamatan Jelai terletak di daerah
muara Sungai Jelai. Desa tersebut mengalami bencana gelombang pasang laut.
Di tahun 2012, tidak terjadi bencana alam. Namun, terjadi kebakaran di pemukiman
padat penduduk, yang menyebabkan beberapa rumah penduduk terbakar. Dengan
adanya kejadian tersebut, diharapkan warga menjadi lebih berhati-hati dan waspada
terhadap bahaya kebakaran.
Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara
Halaman I - 29
Download