Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, meningkatkan sumber daya manusia, dan sekaligus memberikan jaminan untuk aspirasi generasi masa kini dan generasi yang akan datang. Tujuan pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan dapat berhasil, apabila dalam perumusan dan perencanaan pembangunan memperhatikan perubahan kependudukan, peningkatan kebutuhan hidup, dan peningkatan kegiatan sosial ekonomi yang dapat memberikan tekanan sumber daya alam. 1.1. LAHAN DAN HUTAN 1.1.1. Lahan Lahan adalah bagian dari bentang alam (landscape) yang mencakup pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, tanah, hidrologi, dan bahkan keadaan vegetasi alami yang semuanya secara potensial akan berpengaruh terhadap penggunaan lahan. Lahan dalam pengertian yang lebih luas termasuk yang telah dipengaruhi oleh berbagai aktivitas fauna dan manusia baik di masa lalu maupun saat sekarang, seperti tindakan konservasi tanah dan reklamasi pada suatu lahan tertentu. Setiap aktivitas manusia baik langsung maupun tidak langsung selalu terkait dengan lahan, seperti untuk pertanian, pemukiman, transportasi, industri atau untuk rekreasi, sehingga dapat dikatakan bahwa lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Lahan bersifat dinamis karena lahan bukan hanya merupakan tempat dari berbagai ekosistem tetapi juga merupakan bagian dari ekosistem-ekosistem tersebut. Lahan juga merupakan konsep geografis karena dalam pemanfaatannya selalu terkait dengan ruang atau lokasi tertentu, sehingga karakteristiknya juga akan sangat berbeda tergantung dari lokasinya. Dengan demikian kemampuan atau daya dukung lahan untuk suatu penggunaan tertentu juga akan berbeda dari suatu tempat ke tempat lainnya. Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara Halaman I - 1 Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya Sumberdaya lahan dapat dinilai dalam aspek atau atribut yang berbeda dalam pemanfaatannya. Perbedaan dalam cara penilaian lahan ini akan menyebabkan perbedaan dalam penggunaannya. Seorang petani yang akan memanfaatkan lahan tentu lebih memperhatikan aspek ketersediaan air, kesuburan lahan atau kemudahan untuk diolah, sebaliknya seorang pengembang perumahan akan lebih memperhatikan aspek ruang atau lokasi dari lahan yang bersangkutan. Sehingga, penggunaan lahan yang berbeda akan memberikan dampak yang berbeda pula terhadap lahan sebagai suatu bentang alam. Penggunaan lahan merupakan bentuk campur tangan manusia terhadap sumber daya lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun spiritual. Campur tangan manusia ini sangat jelas terutama dalam memanipulasi kondisi ataupun proses-proses ekologi yang berlangsung pada suatu areal. Dalam penggunaan lahan ini manusia berperan sebagai pengatur ekosistem, yaitu dengan menyingkirkan komponen-komponen yang dianggap tidak berguna ataupun dengan mengembangkan komponen yang diperkirakan akan menunjang penggunaan lahannya. Misalnya diubahnya areal hutan yang heterogen menjadi lahan perkebunan yang homogen karena budidaya perkebunan lebih menguntungkan daripada hutan. Demikian juga dengan pengalihfungsian lahan rawa menjadi lahan tambang, lahan terbuka menjadi perkebunan dan sebagainya. Pola penggunaan lahan bersifat sangat dinamis, bervariasi menurut waktu dan tempat. Dalam menentukan penggunaan lahan, terdapat tiga faktor penting yang perlu dipertimbangkan yaitu faktor fisik lahan, faktor ekonomi, serta faktor kelembagaan. Selain itu faktor kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat juga akan mempengaruhi pola penggunaan lahan. Faktor kelayakan ekonomi adalah seluruh persyaratan yang diperlukan untuk pengelolaan suatu penggunaan lahan. Pengelola lahan tidak akan memanfaatkan lahannya kecuali bila penggunaan tersebut, termasuk dalam hal ini teknologi yang diterapkan, telah diperhitungkan akan memberikan suatu keuntungan atau hasil yang lebih besar dari biaya modalnya. Perubahan penggunaan lahan sebagai suatu proses perubahan dari penggunaan lahan sebelumnya ke penggunaan lahan lainnya yang dapat bersifat permanen maupun sementara, dan merupakan bentuk konsekuensi logis adanya pertumbuhan dan transformasi perubahan struktur sosial ekonomi masyarakat yang sedang Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara Halaman I - 2 Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya berkembang. Apabila penggunaan lahan untuk sawah berubah menjadi pemukiman atau industri maka perubahan penggunaan lahan ini bersifat permanen dan tidak dapat kembali (irreversible) tetapi jika beralih guna menjadi perkebunan biasanya bersifat sementara. Perubahan penggunaan lahan pertanian berkaitan erat dengan perubahan orientasi ekonomi, sosial, budaya dan politik masyarakat. Perubahan penggunaan lahan pertanian ke non pertanian bukanlah semata-mata fenomena fisik berkurangnya luasan lahan, melainkan merupakan fenomena dinamis yang menyangkut aspek-aspek kehidupan manusia, karena secara agregat berkaitan erat dengan perubahan orientasi ekonomi, sosial budaya dan politik masyarakat. Perubahan penggunaan lahan dalam pelaksanaan pembangunan tidak dapat dihindari. Perubahan tersebut terjadi karena adanya keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang makin meningkat jumlahnya dan berkaitan dengan meningkatnya tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih baik. Sebagai contoh meningkatnya kebutuhan akan ruang tempat hidup, transportasi dan tempat rekreasi akan mendorong terjadinya perubahan penggunaan lahan. Kabupaten Sukamara resmi terbentuk tahun 2002 yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Kotawaringin Barat Provinsi Kalimantan Tengah. Secara astronomi, Kabupaten Sukamara terletak pada 2019’ Lintang Selatan sampai dengan 3007’ Lintang Selatan dan 110025’ Bujur Timur sampai dengan 1110 9’ Bujur Timur. Sedangkan secara geografis, Kabupaten Sukamara dibatasi wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Lamandau Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kotawaringin Barat Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Ketapang Propinsi Kalimantan Barat Luas wilayah Kabupaten Sukamara sebesar 3.827 km2. Karakteristik geologi sebelah barat dan utara merupakan daerah daratan dengan ketinggian antara 7 100 meter dari atas permukaan laut, sedangkan wilayah selatan yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa merupakan dataran rendah yang cukup potensial untuk sektor perikanan dan pertanian terutama padi sawah. Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara Halaman I - 3 Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya Secara administratif, Kabupaten Sukamara terbagi atas 5 kecamatan, yaitu Kecamatan Jelai, Kecamatan Pantai Lunci, Kecamatan Sukamara, Kecamatan Balai Riam, dan Kecamatan Permata Kecubung. Luas daratan terbesar terdapat pada Kecamatan Sukamara dan luas daratan terkecil adalah Kecamatan Balai Riam. Tabel 1.1. Luas Wilayah Administrasi Kabupaten Sukamara Menurut Kecamatan No Kecamatan 2 Luas (km ) 1 Jelai 796 2 Pantai Lunci 804 3 Sukamara 1.028 4 Balai Riam 539 5 Permata Kecubung 660 Jumlah 3.827 Sumber: Sukamara Dalam Angka 2012 Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara Halaman I - 4 Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya Gambar 1.1. Peta Administrasi Kabupaten Sukamara Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara Halaman I - 5 Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya 1.1.1.1. Lahan Peruntukan Pertanian Lahan pertanian dikategorikan menjadi dua macam, yaitu lahan pertanian sawah dan non sawah. Pertambahan penduduk menyebabkan menurunnya luas lahan pertanian. Pada tahun 2007, lahan pertanian Kabupaten Sukamara seluas 354.281 Ha, namun pada tahun 2011 turun menjadi 94.584 Ha. Mayoritas penduduk di Kabupaten Sukamara bekerja di bidang pertanian. Karenanya banyak kawasan hutan yang diubah menjadi lahan pertanian. Namun, sebagian besar merupakan pertanian non sawah yaitu 86.490 Ha. Dari tabel 1.2, dapat kita lihat adanya konversi lahan. Misalnya saja lahan yang tadinya dijadikan sawah irigasi berubah menjadi sawah non irigasi seperti di kecamatan Balai Riam dan Permata Kecubung. Tabel 1.2. Luas wilayah dan penggunaan lahan (Ha) di Kabupaten Sukamara Kecamatan No 1 2 3 Non Sawah Sawah Non Non Pertanian Irigasi Irigasi Sawah (Ha) Jelai 2.695 371 162 47.362 - Kuala Jelai 1.750 350 0 1.300 - Sungai Baru 360 6 72 23.262 - Sungai Bundung 100 0 0 0 - Sungai Raja 350 15 25 0 - Pulau Nibung 135 0 65 22.800 Pantai Lunci 359 1.523 1.055 76.431 - Sungai Damar 77 423 20 9.080 - Sungai Tabuk 250 100 285 31.665 - Sungai Cabang Barat 0 0 500 9.300 - Sungai Pasir 32 1.000 250 26.386 Sukamara 451 2.254 24.032 66.541 - Mendawai 0 0 100 0 300 300 1.200 11.600 - Pudu 0 12 600 9.488 - Padang 0 325 36 28.339 - Kartamulia 46 30 8.250 6.474 - Sukaraja 0 100 0 0 105 1487 12.186 0 - Petarikan 0 0 1.660 10.640 Balai Riam 4 136 53.185 575 Kelurahan/Desa - Natai Sedawak - Pangkalan Muntai 4 Pertanian (Ha) Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara Halaman I - 6 Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya 5 - Jihing 0 32 7.463 5 - Air Dua 0 50 9.325 25 - Bukit Sungkai 0 15 1.879 206 - Lupu Peruca 0 25 15.548 27 - Sekuningan Baru 4 5 1.059 32 - Balai Riam 0 5 7.675 20 - Bangun Jaya 0 2 1.842 256 - Pempaning 0 2 8.394 4 Permata Kecubung 1 300 8.056 17.316 - Natai Kondang 0 0 800 300 - Ajang 0 0 300 8300 - Laman Baru 0 300 756 316 - Kenawan 0 0 4.000 8.000 - Semantun 0 0 600 300 - Sembikuan 1 0 0 0 - Nibung Terjun 0 0 1.600 100 Jumlah 3.510 4.584 86.490 208.225 Sumber: Potensi Desa Kabupaten Sukamara 2012 Gambar 1.2. Persentase Penggunaan Lahan di Wilayah Kabupaten Sukamara 1.51% 1.16% Pertanian Sawah Irigasi 28.56% Pertanian Sawah Non Irigasi 68.76% Pertanian Non Sawah Non Pertanian Sumber: Potensi Desa Kabupaten Sukamara 2012 Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara Halaman I - 7 Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya 1.1.1.2. Lahan Peruntukan Perhubungan Transportasi yang ada di Kabupaten Sukamara meliputi transportasi darat dan air. Sarana penunjang transportasi darat adalah tersedianya jalan dengan kondisi jalan yang layak untuk dilewati. Hal tersebut penting untuk kegiatan pengangkutan penumpang dan barang. Panjang Jalan Kabupaten terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 panjang jalan kabupaten mencapai 314,48 km, sedangkan pada tahun 2011 mencapai 359,54 km. Hal ini menunjukkan antara tahun 2007 – 2011 terdapat kegiatan pembuatan jalan baru yang menghubungkan antara daerah yang satu dengan daerah lainnya, sehingga tidak ada daerah yang terisolasi. Dengan demikian terjadi pertambahan lahan untuk perhubungan. Berbeda dengan jalan kabupaten, panjang jalan provinsi dari tahun ke tahun tidak mengalami perubahan, yaitu 91,20 km. Tabel 1.3. Panjang Jalan menurut Jenis Jalan (km) Tahun 2007 – 2011 No Jenis Jalan 2007 2008 Tahun 2009 2010 2011 1 Jalan Negara 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2 Jalan Provinsi 91,20 91,20 91,20 91,20 91,20 3 Jalan Kabupaten 314,48 323,48 333,48 346,32 359,54 Jumlah 405,68 414,68 424,68 437,52 450,74 Sumber: Sukamara Dalam Angka 2012 1.1.1.3. Lahan Peruntukan Perindustian Di Kabupaten Sukamara terdapat 6 perusahaan sawit yang memiliki area perkebunan sawit, yaitu PT. HHK (Harapan Hibrida Kalbar), PT. KSK (Kusuma Sawit Kalimantan), PT. GCM (Graha Cakra Mulia), PT. Sungai Rangit, PT. SMG (Sumber Mahardika Graha), dan PT. SKM (Sukses Karya Mandiri). Selain perkebunan kelapa sawit, perusahaan-perusahaan tersebut memiliki pabrik pengolahan sawit yang akan menghasilkan limbah. Pengolahan limbah di perusahan-perusahaan tersebut cukup baik, sehingga jarang sekali terjadi kasus pencemaran lingkungan. Sebagian besar industri di Kabupaten Sukamara masih bersifat home industri yang masih memakai rumah pribadi sebagai area produksi. Meskipun begitu sudah ada Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara Halaman I - 8 Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya beberapa investor yang berminat membuat pertambangan di Kabupaten Sukamara. Karena adanya beberapa daerah yang memiliki tambang, seperti bauksit dan biji besi. Tahap saat ini, para investor masih melakukan eksplorasi belum eksploitasi. Sektor pertambangan di Kabupaten Sukamara memiliki beberapa jenis yang merupakan jenis bahan galian C, ini merupakan potensi yang sangat baik bagi perkembangan daerah di kedepan. Terdapat beberapa bahan tambang potensial yang diketahui saat ini di Kabupaten Sukamara yaitu Kaolin, Pasir Kuarsa, Kristal Kuarsa, Batuan Beku/Batu belah, Zircon, Bauksit. a) Kaolin, merupakan salah satu jenis mineral industri keramik. Kebutuhan lain untuk kaolin dengan kualitas baik adalah untuk industri farmasi dan kosmetika. Kaolin berkadar 30 % (AI2O3) terbentuk dari hasil proses dekomposisi dan merupakan pelapukan dari batuan yang kaya akan silikat aluminium. Kaolin sendiri di Kabupaten Sukamara terdapat di Kecamatan Jelai tepatnya di Desa Sei tabuk dan Sei Pinang. b) Pasir Kuarsa berkadar 98 % (SiO2) merupakan bahan gelas dan kaca. Terbentuk dari endapan sediment dengan ukuran butir pasir dan mempunyai komposisi dominant kristal kuarsa. Kebutuhan pasar dalam negeri untuk pasir kuarsa saat ini meningkat terutama untuk bahan industri gelas. Pasir kuarsa sebagai bahan mentah dan industri gelas merupakan satu peluang untuk memperluas ekspor didaerah. Endapan utama pasir kuarsa berada di Kecamatan Balai Riam dan Jelai, tepatnya di desa Ajang dan Sei Tabuk dengan sumber daya hipotetik 764.000 m3 dan volume cadangan 1.191.840 m3. c) Kristal Kuarsa/Batu Kecubung. Di Kalimantan Tengah dikenal 3 macam kristal kuarsa yaitu yang berwarna ungu, putih dan kecoklatan (istilah pasar menyebutnya kecubung). Jenis ini telah lama diusahakan oleh masyarakat Kabupaten Sukamara. Lokasi endapan kristal kuarsa di Kabupaten Sukamara terdapat di daerah Ajang dan karena sifatnya yang sporadic maka data pasti tentang cadangan ataupun jumlah produksinya belum diketahui dengan pasti. d) Batuan Beku/Batu Belah. Batuan beku adalah hasil pembekuan magma berkomposisi asam sampai basa. Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara Halaman I - 9 Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya 1.1.1.4. Lahan Peruntukan Pemukiman Jumlah penduduk Kabupaten Sukamara pada tahun 2012 adalah 56.700 ribu jiwa. Pertumbuhan pendudukan pada tahun tersebut 3,5 persen. Angka pertumbuhan penduduk akan menjadi lebih besar untuk tahun-tahun selanjutnya karena Kabupaten Sukamara menjadi daerah tujuan transmigrasi. Lahan hutan yang ada di Kabupaten Sukamara mengalami perubahan fungsi untuk menjadi lahan permukiman. Luas area hutan semakin berkurang dan lahan permukiman semakin bertambah. 1.1.1.5. Lahan Peruntukan Lainnya Sebagian besar wilayah Sukamara berupa sungai dan rawa-rawa gambut. Banyak lahan di dekat daerah sungai dan rawa-rawa yang digunakan sebagai tempat budidaya perikanan. Ikan-ikan tersebut dijual di pasar. Sehingga kegiatan ini mendukung perekonomian masyarakat. Selain itu, lahan rekreasi juga banyak terdapat di Kabupaten Sukamara. Tempattempat yang menjadi tujuan pariwisata antara lain: Pantai Tanjung Nipah, Pantai Sungai Remis, Danau Burung, dan Bukit Patung. Banyaknya tempat-tempat tujuan wisata di menunjukkan bahwa pariwisata mampu mendukung pertumbuhan perekonomian Kabupaten Sukamara. 1.1.2. Hutan Hutan adalah karunia alam yang memiliki potensi dan fungsi untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Potensi dan fungsi tersebut mengandung manfaat bagi populasi manusia bila dikelola secara benar dan bijaksana. Kelestarian manfaat yang timbul karena potensi dan fungsi didalamnya dapat diwujudkan selama keberadaannya dapat dipertahankan dalam bentuk yang ideal. Berdasarkan fungsinya, ada beberapa jenis hutan yaitu: - Hutan Wisata Hutan wisata adalah hutan yang dijadikan suaka alam yang ditujukan untuk melindungi tumbuh-tumbuhan serta hewan/binatang langka agar tidak Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara Halaman I - 10 Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya musnah/punah di masa depan. Hutan suaka alam dilarang untuk ditebang dan diganggu dialih fungsi sebagai buka hutan. Biasanya hutan wisata menjadi tempat rekreasi orang dan tempat penelitian. - Hutan Cadangan (Hutan Konversi) Hutan cadangan merupakan hutan produksi yang dicadangkan untuk dilepas guna memenuhi kepentingan diluar kehutanan seperti untuk pertanian, perkebunan, pertambangan, kawasan industri atau permukiman penduduk. - Hutan Lindung Hutan lindung adalah hutan yang difungsikan sebagai penjaga keteraturan air dalam tanah (fungsi hidrolisis), menjaga tanah agar tidak terjadi erosi serta untuk mengatur iklim (fungsi klimatologis) sebagai penanggulang pencematan udara seperti CO2 (karbon dioksida) dan CO (karbon monoksida). Hutan lindung sangat dilindungi dari perusakan penebangan hutan membabibuta yang umumnya terdapat di sekitar lereng dan bibir pantai. - Hutan Produksi / Hutan Industri Hutan produksi yaitu adalah hutan yang dapat dikelola untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomi. Hutan produksi dapat dikategorikan menjadi dua golongan yakni hutan rimba dan hutan budidaya. Hutan rimba adalah hutan yang alami sedangkan hutan budidaya adalah hutan yang sengaja dikelola manusia yang biasanya terdiri dari satu jenis tanaman saja. Hutan rimba yang diusahakan manusia harus menebang pohon dengan sistem tebang pilih dengan memilih pohon yang cukup umur dan ukuran saja agar yang masih kecil tidak ikut rusak. Sesuai SK. Menteri Kehutanan Nomor 529 Tahun 2012, Kabupaten Sukamara memiliki hutan seluas 327.616,8836 Ha yang terdiri atas: suaka margasatwa: 30.952,0811 Ha hutan produksi: 137.462,0101 Ha hutan produksi terbatas : 21.892,6886 Ha hutan produksi konversi: 68.692,7971 Ha hutan kota: 60,00 Ha areal penggunaan lainnya: 68.557,3067 Ha Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara Halaman I - 11 Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya Gambar 1.3 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Statusnya Kabupaten Sukamara 20.92% 0.02% Suaka Margasatwa 9.45% Hutan Produksi 20.97% 41.96% 6.68% Hutan Produksi Terbatas Hutan Produksi Konversi Hutan Kota Areal Penggunaan Lainnya Sumber: Hasil Olah Data Kantor Lingkungan Hidup 1.1.2.1. Hutan cadangan atau Hutan Konversi Ada beberapa wilayah hutan di Kabupaten Sukamara yang dicadangkan untuk dilepas guna memenuhi kepentingan diluar kehutanan seperti untuk pertanian, perkebunan, pertambangan, kawasan industri atau permukiman penduduk. Sesuai dengan SK. Menteri Kehutanan Nomor 529 Tahun 2012, luas hutan konversi di Kabupaten Sukamara adalah 68.692,7971 Ha. 1.1.2.2. Hutan Lindung Hutan lindung di Sukamara terletak di Desa Balai Riam, yaitu Bukit Patung. Hutan ini memiliki berbagai vegetasi dan binatang-binatang yang dilindungi. Keberadaan hutan lindung Bukit Patung memberikan keuntungan bagi masyarakat Sukamara, seperti terlindunginya vegetasi langka. Selain itu, hutan lindung dapat berfungsi sebagai daerah resapan air hujan karena letak Bukit Patung yang termasuk daerah hulu Sungai Jelai. Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara Halaman I - 12 Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya 1.1.2.3. Hutan Produksi Berdasarkan Sukamara Dalam Angka 2012 jumlah seluruh hutan produksi di Kabupaten Sukamara seluas 172.321 ha yang terdiri atas hutan produksi terbatas, hutan produksi tetap, dan hutan produksi konversi. Hutan produksi terbatas sebanyak 9,76% dari total seluruh hutan produksi. Sedangkan hutan produksi tetap dan hutan produksi konversi masing-masing seluas 58,72% dan 31,52% dari total seluruh hutan produksi. Gambar 1.4. Luas Hutan Produksi Kabupaten Sukamara 2011 9,76% 31,52% Hutan Produksi Terbatas 58,72% Hutan Produksi Tetap Hutan Produksi Konversi Sumber: Sukamara Dalam Angka 2012 1.1.2.4. Hutan Kota Kota yang sehat mestinya memiliki sejumlah lahan terbuka hijau. Lahan ini bermanfaat menjadi sumber udara bersih untuk mengimbangi pencemaran udara dan suara bising dari mesin pabrik atau kendaran bermotor. Menurut PP 63 Tahun 2002, hutan kota adalah sebidang lahan yang bertumbuhan pohon pohon yang kompak dan rapat didalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak yang luasnya minimal 0,25 hektar, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Sebagai kabupaten pemekaran, Kota Sukamara termasuk dalam kategori kota kecil. Oleh karenanya, permukiman perkotaan dapat dikatakan belum terlalu padat Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara Halaman I - 13 Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya dibandingkan kota-kota besar lainnya. Namun, untuk menjaga kualitas udara perkotaan, dalam pembangunannya Kabupaten Sukamara memiliki area yang dijadikan sebagai hutan kota. Dalam Keputusan Bupati Sukamara No. 133 Tahun 2008 Tentang Penetapan Kawasan Wisata Alam seluas 42 Ha di Kecamatan Sukamara sebagai hutan kota, yaitu: Desa Natai Sedawak seluas ± 30 Ha, Kelurahan Mendawai ± 5 Ha, dan Kelurahan Padang ± 7 Ha. 1.1.3. Lahan Kritis Penetapan lahan kritis mengacu pada lahan yang telah rusak karena kehilangan penutupan vegetasinya, sehingga kehilangan atau berkurang fungsinya sebagai penahan air, pengendali erosi, siklus hara, pengatur iklim mikro, dan retensi karbon. Luas lahan kritis berbeda di tiap kecamatan. Luas lahan kritis terbesar adalah Kecamatan Pantai Lunci, sedangkan luas lahan kritis terkecil adalah Kecamatan Balai Riam. Luas lahan kritis pada Kecamatan Pantai Lunci terbesar karena kondisi geografis Kecamatan Pantai Lunci yang hampir sebagian besar wilayahnya berpasir, tandus, dan bersemak. Gambar 1.5. Luas Lahan Kritis Menurut Kecamatan 17.22% 14.16% Jelai 7.44% 26.20% Pantai Lunci 34.98% Sukamara Balai Riam Permata Kecubung Sumber: Dishutbun Data Spasial 2008 Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara Halaman I - 14 Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya 1.2. KEANEKARAGAMAN HAYATI Keanekaragaman hayati disebut juga “Biodiversitas”. Keanekaragaman dari makhluk hidup dapat terjadi karena akibat adanya perbedaan warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan dan sifat-sifat lainnya. Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk bersel satu hingga mahluk bersel banyak; dan tingkat organisasi kehidupan individu sampai tingkat interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai ekosistem. 1.2.1. Keanekaragaman Ekosistem Keanekaragaman ekosistem merupakan keanekaragaman komunitas yang terdiri hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme di suatu habitat. Dalam ekosistem, makhluk hidup selalu berinteraksi, baik antar makhluk hidup itu sendiri maupun antara makhluk hidup dengan lingkungannya (faktor abiotik) seperti oksigen, cahaya matahari, air, tanah, cuaca, dan faktor abiotik lainnya. Komponen abiotik yang berbeda menyebabkan adanya perbedaan cara adaptasi berbagai jenis makhluk hidup (komponen biotik). Hal ini menunjukkan adanya keanekaragaman ekosistem. Dalam pembangunannya, Kabupaten Sukamara memperhatikan kelestarian ekosistem. Salah satunya adalah Danau Burung. Danau Burung memiliki keanekaragaman ekosistem. Kondisi lingkungan yang lestari menjadikan Danau Burung sebagai tempat persinggahan burung-burung liar yang melakukan migrasi. Luas Danau Burung lebih kurang 76.110 Ha. Gambar 1.6. Danau Burung sebagai Tempat Persinggahan Burung yang Bermigrasi. Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara Halaman I - 15 Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya 1.2.2. Keanekaragaman Spesies Keanekaragaman spesies menunjukkan kepada keragaman spesies dalam suatu daerah. Keragaman seperti ini dapat diukur dengan banyak cara, jumlah spesies dalam suatu daerah sering digunakan sebagai tolok ukurnya. Kabupaten Sukamara memiliki keanekaragaman spesies yang dilindungi baik flora maupun fauna. Sampai saat ini, flora dan fauna baru 37 spesies yang diketahui, dan 22 spesies diantaranya adalah spesies yang dilindungi. Berikut ini jenis tumbuhan yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Tabel 1.4. Keadaan Flora yang dilindungi No Nama ilmiah Nama daerah 1 Cystostachys lakka Pinang Merah 2 Paraphalaenopsis sp. Anggrek 3 Nephentes sp. Kantong Semar 4 Shorea sp. Tengkawang 5 Casuarina equisetifolia Cemara Laut 6 Euginenia Jambu-Jambu 7 Xylocarpus moluccensis Nyirih 8 Eugenia sp Ubar 9 Casuarina sumatrana Aro 10 Rhizophora apiculata Bakau Sumber: Distanak Kab. Sukamara, 2011 Tabel 1.5. Jenis Fauna yang dilindungi No Nama ilmiah Nama daerah 1 Cervus timorensi Rusa 2 Cynogale benneti Musang Air 3 Manis javanica Trenggiling 4 Helarctos malayanus Beruang Madu 5 Tragulus javanica Kancil Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara Halaman I - 16 Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya 6 Hylobatidae Owa-owa 7 Hystrix brachyura Landak 8 Pongo pygmaeus Orang Utan 9 Chitra indica Labi-labi 10 Crocodylus porosus Buaya 11 Hylobates sundactilus Siamang Sumber: Distanak Kab. Sukamara, 2011 1.3. AIR Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apa pun juga. Tanpa air manusia, hewan dan tanaman tidak akan dapat hidup. Penyediaan air untuk kehidupan di bumi mengikuti suatu siklus hidrologi yaitu suatu siklus yang menggambarkan sirkulasi air secara terus menerus melalui prose alami. Melalui siklus ini, ketersediaan air bagi manusia dan organisme lainnya dapat diperoleh dari 2 sumber, yaitu air tanah dan air permukaan. - Air Tanah Air tanah adalah air yang berada di bawar permukaan tanah. Air tanah dapat kita bagi lagi menjadi dua, yakni air tanah preatis dan air tanah artesis. Air tanah preatis adalah air tanah yang letaknya tidak jauh dari permukaan tanah serta berada di atas lapisan kedap air / impermeable. Air tanah artesis letaknya sangat jauh di dalam tanah serta berada di antara dua lapisan kedap air. - Air Permukaan Air pemukaan adalah air yang berada di permukaan tanah dan dapat dengan mudah dilihat oleh mata kita. Contoh air permukaan seperti laut, sungai, danau, kali, rawa, empang, dan lain sebagainya. Air permukaan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu : perairan darat dan perairan laut. Perairan darat adalah air permukaan yang berada di atas daratan misalnya seperti rawa-rawa, danau, sungai, dan lain sebagainya. Perairan laut adalah air permukaan yang berada di lautan luas. Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara Halaman I - 17 Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya 1.3.1. Ketersediaan dan Konsumsi Air Pertambahan jumlah penduduk membawa banyak konsekuensi, salah satunya terhadap ketersediaan air. Kemungkinan di tahun-tahun yang mendatang ketersediaan air bersih akan berkurang, bahkan dapat mencapai tahap kritis. Hal ini disebabkan pertambahan jumlah penduduk, angka harapan hidup semakin tinggi, dan pemborosan pemakaian air. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) sebagai satu-satunya perusahan yang bertanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat Sukamara. Pada tahun 2011, jumlah rumah tangga yang mendapat kebutuhan air bersih sebanyak 112.664. 1.3.2. Kualitas air 1.3.2.1. Sungai Sungai merupakan bagian tak terpisahkan dari lingkungan sosial masyarakat. Masyarakat yang tinggal di tepi sungai memanfaatkan sungai dalam keseharian mereka seperti untuk minum, masak, mencuci pakaian dan perabotan rumah tangga, atau untuk mengairi sawah, budidaya perikanan. Sebagian besar masyarakat di Kabupaten Sukamara tinggal di tepi sungai. Ada dua sungai besar yang melintasi Kabupaten Sukamara, yaitu Sungai Jelai dan Sungai Mapam. Sungai Jelai merupakan perbatasan antara Kabupaten Sukamara dengan Kabupaten Ketapang. Pengambilan sampel air di lakukan di DAS Jelai di beberapa titik pantau. Ada beberapa parameter yang melebihi baku mutu. Hal ini dikarenakan pengujian sampel dilakukan di Banjar Baru – Kalimantan Selatan, tepatnya di Balai Riset dan Standardisasi Industri (Baristrand) yang berada di bawah naungan Kementrian Perindustrian. Dibutuhkan waktu 2 x 24 jam untuk mengirim sampel air ke, sehingga sampel air terpaksa diawetkan dengan asam sulfat (H2SO4) dan asam nitrat (HNO3) dengan konsentrasi 1 – 2 N. Oleh karenanya, pH air menjadi sangat rendah. Selain itu, kondisi lingkungan di sekitar titik pantau memang berlimpah pada salah satu parameter. Terlepas dari itu, DAS Jelai dikatakan tidak mengalami pencemaran. Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara Halaman I - 18 Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya Di beberapa daerah tertentu, air memiliki kadar besi yang cukup tinggi. Secara fisik, dapat dilihat air berwarna kekuning-kuningan. pH air di daerah tersebut juga rendah akibat tingginya kadar besi. Gambar 1.7. Aktivitas masyarakat di Sungai Jelai Sumber: Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara, 2012 1.3.2.2. Air Laut Di sebelah selatan, Kabupaten Sukamara berbatasan dengan Laut Jawa. Ada dua kecamatan yang merupakan daerah pesisir, yaitu Kecamatan Pantai Lunci dan Kecamatan Jelai. Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air laut Kabupaten Sukamara dapat dikatakan cukup baik. Hal ini didasarkan dengan tidak adanya lapisan minyak dan bahan pencemar lainnya. 1.4. UDARA Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi bumi. Komposisi campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Kualitas dari udara yang telah berubah komposisinya dari komposisi udara alamiahnya adalah udara Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara Halaman I - 19 Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya yang sudah tercemar sehingga tidak dapat menyangga kehidupan. Udara merupakan komponen kehidupan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia maupun makhluk hidup lainnya seperti tumbuhan dan hewan. Tanpa makan dan minum kita bisa hidup untuk beberapa hari tetapi tanpa udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja. Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 12 Tahun 2010, yang dimaksud pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga melampaui baku mutu udara yang telah ditetapkan. Sedangkan udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya. Pemantauan kualitas udara ambien dilakukan untuk mengetahui tingkat pencemaran. Pencemaran terjadi karena adanya sumber pencemar. Sumber pencemar adalah setiap usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan bahan pencemar ke udara yang menyebabkan udara tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Udara di alam tidak pernah ditemukan bersih tanpa polutan sama sekali. Pencemaran udara pada suatu tingkat tertentu dapat merupakan campuran dari satu atau lebih bahan pencemar, baik berupa padatan, cairan, atau gas yang masuk terdispersi ke udara dan kemudian menyebar ke lingkungan sekitarnya. Kecepatan penyebaran ini tentu tergantung pada keadaan geografis dan metereologi setempat. Sebagian besar pencemar udara (sekitar 75%) berasal gas buangan hasil pembakaran bahan bakar fosil. Sumber polusi yang utama berasal dari kendaraan bermotor. Sumber-sumber polusi lainnya misalnya pembakaran termasuk pembakaran hutan, proses industri, pembuangan limbah dan lain-lain. Kegiatan pemantauan udara ambien perlu dilakukan untuk mengetahui penurunan kualitas udara, dapat memperkirakan dampak terhadap lingkungan akibat pencemaran udara, dan untuk mengetahui tingkat keberhasilan program pemerintah dalam rangka menjaga kualitas udara di Kabupaten Sukamara. Pada musim kemarau, seperti halnya kabupaten-kabupaten lain di Kalimantan Tengah, di Kabupaten Sukamara juga hampir selalu terjadi kebakaran hutan dan lahan semak belukar. Pada bulan Agustus 2012 tercatat 21 titik kebakaran lahan Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara Halaman I - 20 Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya semak belukar di wilayah Kecamatan Sukamara. Sedangkan, kebakaran hutan terjadi di Kecamatan Permata Kecubung dengan lahan seluas 1,7 Ha. Asap kebakaran hutan tersebut menimbulkan kabut asap pada malam maupun pagi hari. Berikut ini beberapa dampak yang ditimbulkan akibat kebakaran hutan. Sungai menjadi kering di saat musim kemarau, sehingga banyak ikan mati. Meningkatnya jumlah penderita penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan kanker paru-paru. Hal ini bisa menyebabkan kematian bagi penderita berusia lanjut dan anak-anak. Banyaknya sekolah yang terpaksa diliburkan pada saat kabut asap berada di tingkat yang berbahaya. Penduduk dihimbau tidak bepergian jika tidak ada keperluan mendesak. Hal ini mengganggu kegiatan keagamaan dan mengurangi kegiatan perdagangan/ekonomi. Gangguan asap juga terjadi pada sarana perhubungan/transportasi yaitu berkurangnya batas pandang. Banyak pelabuhan udara yang ditutup pada saat pagi hari di musim kemarau karena jarak pandang yang terbatas bisa berbahaya bagi penerbangan. Sering terjadi kecelakaan tabrakan antar perahu di sungai-sungai, karena terbatasnya jarak pandang. Terbunuhnya spesies-spesies termasuk spesies endemik/khas di suatu daerah sebelum sempat dikenali/diteliti. Gambar 1.8. Kebakaran Lahan di Kelurahan Padang Sumber: Kantor Lingkungan Hidup, 2012 Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara Halaman I - 21 Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara beserta Dinas-Dinas terkait selalu gencar menyosialisasikan bahaya dari kebakaran hutan, lahan dan semak belukar. Diharapkan dengan adanya kegiatan ini kesadaran masyarakat terhadap bahaya kebakaran hutan semakin meningkat. Banyak tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan. Salah satunya adalah membuka lahan dengan tidak membakar. Pada saat musim kemarau, unit Pemadam Kebakaran (Damkar) Sukamara yang berjumlah 30 orang bersiaga penuh sehingga terjadinya kebakaran hutan dan lahan tidak merambah kemana-mana. Namun, hal itu tidak mencukupi, tetap dibutuhkan kesadaran warga untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar. Pencemaran udara dapat melintasi wilayah administrasi sebuah kabupaten. Ini terbukti dengan terjadinya pencemaran asap kebakaran hutan dan lahan di Kota Sukamara. Asap kebakaran hutan dan lahan tidak hanya berasal dari Kabupaten Sukamara tetapi juga berasal dari kebakaran hutan di Kabupaten Ketapang. Jadi dapat dikatakan bahwa kebakaran hutan merupakan permasalahan regional, bukan hanya permasalahan sebuah kabupaten saja. Oleh karena itu, pemerintah provinsi Kalimantan tengah membuat hujan buatan untuk mengurangi asap yang timbul akibat kebakaran hutan. Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah juga gencar melakukan sosialisasi kebakaran hutan. Salah satunya adalah dengan keluarnya Peraturan Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Gurbernur Kalimantan Tengah Nomor 52 Tahun 2008 tentang Pedoman Pembukaan Lahan dan Pekarangan Bagi Masyarakat Kalimantan Tengah. 1.5. LAUT, PESISIR, DAN PANTAI Laut, pesisir, dan pantai sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan. Wilayah Pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut, dengan batas ke arah darat meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang mendapat pengaruh dari sifat-sifat laut, seperti angin laut, pasang surut, perembesan air laut (intrusi) yang dicirikan dengan vegetasi yang khas, sedangkan batas wilayah pesisir ke arah laut mencakup bagian atau batas terluar dari daerah paparan benua (continental shelf), dimana cirri-ciri perairan ini masih dipengaruhi oleh proses alami yang terjadi Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara Halaman I - 22 Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar maupun proses yang disebabkan oleh kegiatan manusia, seperti penggundulan hutan dan pencemaran. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007, wilayah pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Wilayah pesisir merupakan sumber daya potensial di Indonesia, yang merupakan suatu wilayah peralihan antara daratan dan lautan. Sumber daya ini sangat besar yang didukung oleh adanya garis pantai sepanjang sekitar 81.000 km. Garis pantai yang panjang ini menyimpan potensi kekayaan sumber alam yang besar. Potensi itu diantaranya potensi hayati dan non hayati. Potensi hayati misalnya: perikanan, hutan mangrove, dan terumbu karang, sedangkan potensi nonhayati misalnya: mineral dan bahan tambang serta pariwisata. Di sebelah selatan, Kabupaten Sukamara berbatasan dengan Laut Jawa. Oleh karenanya Kabupaten Sukamara memiliki beberapa pantai, yaitu Pantai Kuala Jelai, Pantai Tanjung Nipah, Pantai Tanjung Selaka, Pantai Sungai Ramis, dan Pantai Kampung Baru. Kabupaten Sukamara memiliki pantai sepanjang sekitar 75 km dengan potensi perikanan laut 16.000 ton dan potensi tambak 19.000 ha. Selain pantai, daerah pesisir Kabupaten Sukamara juga terdapat hutan mangrove. Hutan mangrove terdapat di beberapa desa dan ekosistem mangrove terluas terdapat di Desa Sei Pasir. Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting di wilayah pesisir. Selain mempunyai fungsi ekologis sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, tempat pemijahan dan asuhan bagi bermacam biota, penahan abrasi, penahan amukan angin taufan, dan tsunami, penyerap limbah, pencegah intrusi air laut, dan lain sebagainya, hutan mangrove juga mempunyai fungsi ekonomis seperti penyedia kayu, daun-daunan sebagai bahan baku obat obatan, dan lain-lain. Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara Halaman I - 23 Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya Gambar 1.9. Hutan Mangrove di Kecamatan Pantai Lunci Sumber: Kantor Lingkungan Hidup, 2012 Terumbu Karang adalah bangunan ribuan karang yang menjadi tempat hidup berbagai ikan dan makhluk laut lainnya. Bayangkanlah terumbu karang sebagai sebuah kota yang sangat sibuk, bangunannya terdiri dari karang-karang, dengan ikan-ikan dan makhluk laut sebagai penghuninya. Karang yang hidup di laut, tampak terlihat seperti batuan atau tanaman. Tetapi mereka sebenarnya adalah sekumpulan hewan-hewan kecil yang dinamakan polip. Ada dua macam karang, yaitu karang batu (hard corals) dan karang lunak (soft corals). Karang batu merupakan karang pembentuk terumbu karena tubuhnya yang keras seperti batu. Kerangkanya terbuat dari kalsium karbonat atau zat kapur. Karang batu bekerja sama dengan alga yang disebut zooxanthellae. Karang batu hanya hidup di perairan dangkal dimana sinar matahari masih didapatkan. Karang lunak bentuknya seperti tanaman dan tidak bekerja sama dengan alga. Karang lunak dapat hidup baik di perairan dangkal maupun di perairan dalam yang gelap. Polip karang bentuknya seperti sebuah karung dan memiliki tangan-tangan yang dinamakan tentakel. Polip menyerap kalsium karbonat dari air laut untuk membangun rangka luar zat kapur yang dapat melindungi tubuh polip yang sangat lembut. Pada tentakel polip terdapat racun yang digunakan untuk menangkap berbagai jenis hewan dan tumbuhan laut yang sangat kecil atau disebut plankton sebagai makanan tambahannya. Tentakel karang terbuka pada malam hari dan digunakan untuk menangkap plankton yang melayang-layang terbawa arus. Karang batu mendapatkan makanan dari zooxanthellae. Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara Halaman I - 24 Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya Selama satu tahun rata-rata karang hanya dapat menghasilkan batu karang setinggi 1 cm saja. Jadi selama 100 tahun karang batu itu hanya tumbuh 100 cm. Terumbu karang memberikan manfaat yang luar biasa kepada bumi dan seisinya. Manfaat terumbu karang bagi manusia adalah pelindung pantai dari hempasan ombak, tempat berkembang biak bagi ikan, dan sumber protein bagi masyarakat serta menyediakan makanan, tempat tinggal, dan perlindungan bagi makhluk laut. Terumbu karang adalah ekosistem yang rentan dan mudah rusak. Terumbu karang dapat rusak oleh beberapa proses antara lain: pengendapan, pencemaran, penangkapan ikan yang merusak, sampah, gempa, bintang laut pemangsa karang yang disebut bulu seribu. Salah satu tindakan untuk membantu melestarikan Terumbu Karang adalah tidak membeli souvenir atau barang-barang yang terbuat dari karang atau makhluk laut lainnya seperti karang yang dikeringkan, ikan buntal yang diawetkan, kerang-kerang besar, dan lain-lain. Terumbu karang di Kabupaten Sukamara, terletak di Desa Sungai Raja Kecamatan Pantai Lunci. Posisi terumbu karang berada di laut dengan jarak sekitar 7 km dari bibir pantai Desa Sungai Raja. Dibutuhkan perlengkapan menyelam, apabila ingin melihat terumbu karang secara langsung. Untuk mengetahui keberadaan terumbu karang tersebut dapat juga dengan mengamati permukaan air laut di area terumbu, dimana banyak gelembung udara yang muncul. 1.6. IKLIM Pada umumnya orang sering menyatakan kondisi iklim sama saja dengan kondisi cuaca, padahal kedua istilah tersebut adalah suatu kondisi yang tidak sama. Cuaca didefinisikan sebagai keadaan atmosfer secara keseluruhan pada suatu saat termasuk perubahan, perkembangan dan menghilangnya suatu fenomena. Keadaan atmosfer yang dinyatakan dengan nilai berbagai parameter, antara lain suhu, tekanan, angin, kelembaban dan berbagai fenomena hujan, disuatu tempat atau wilayah selama kurun waktu yang pendek (menit, jam, hari, bulan, musim, tahun). Ilmu yang mempelajari seluk beluk tentang cuaca disebut meteorologi. Sedangkan iklim didefinisikan sebagai sintesis kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang, yang secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara Halaman I - 25 Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya statistik yang berbeda dengan keadaan pada setiap saatnya. Ilmu yang mempelajari seluk beluk tentang iklim disebut klimatologi. Adapun definisi perubahan iklim adalah berubahnya kondisi fisik atmosfer bumi antara lain suhu dan distribusi curah hujan yang membawa dampak luas terhadap berbagai sektor kehidupan manusia. Perubahan fisik ini tidak terjadi hanya sesaat tetapi dalam kurun waktu yang panjang. Perubahan iklim dapat dikatakan sebagai perubahan rata-rata salah satu atau lebih elemen cuaca pada suatu daerah tertentu. Sedangkan istilah perubahan iklim skala global adalah perubahan iklim dengan acuan wilayah bumi secara keseluruhan. Selain itu juga diperjelas bahwa perubahan iklim mungkin karena proses alam internal maupun ada kekuatan eksternal, atau ulah manusia yang terus menerus merubah komposisi atmosfer dan tata guna lahan. Istilah perubahan iklim sering digunakan secara tertukar dengan istilah ’pemanasan global’, padahal fenomena pemanasan global hanya merupakan bagian dari perubahan iklim, karena parameter iklim tidak hanya temperatur saja, melainkan ada parameter lain yang terkait seperti presipitasi, kondisi awan, angin, maupun radiasi matahari. Pemanasan global merupakan peningkatan rata-rata temperatur atmosfer yang dekat dengan permukaan bumi dan di troposfer, yang dapat berkontribusi pada perubahan pola iklim global. Pemanasan global terjadi sebagai akibat meningkatnya jumlah emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer. Naiknya intensitas efek rumah kaca yang terjadi karena adanya gas dalam atmosfer yang menyerap sinar panas yaitu sinar infra merah yang dipancarkan oleh bumi menjadikan perubahan iklim global. Meskipun pemanasan global hanya merupakan 1 bagian dalam fenomena perubahan iklim, namun pemanasan global menjadi hal yang penting untuk dikaji. Hal tersebut karena perubahan temperatur akan memperikan dampak yang signifikan terhadap aktivitas manusia. Perubahan temperatur bumi dapat mengubah kondisi lingkungan yang pada tahap selanjutkan akan berdampak pada tempat dimana kita dapat hidup, apa tumbuhan yang kita makan dapat tumbuh, bagaimana dan dimana kita dapat menanam bahan makanan, dan organisme apa yang dapat mengancam. Ini artinya bahwa pemanasan global akan mengancam kehidupan manusia secara menyeluruh. Kabupaten Sukamara termasuk dalam daerah khatulistiwa pada posisi 2019’ Lintang Selatan sampai dengan 3007’ Lintang Selatan dan 110025’ Bujur Timur sampai Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara Halaman I - 26 Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya dengan 1110 9’ Bujur Timur. Berkaitan dengan posisi tersebut, Kabupaten Sukamara dipengaruhi iklim tropis basah dengan ciri-ciri khas hujan terjadi di sepanjang tahun dan suhu rata-rata 24-330C. Curah hujan Kabupaten Sukamara tahun 2011 masih tergolong tinggi meskipun lebih rendah dibanding tahun 2010. Curah hujan pada tahun 2011 tertinggi terjadi pada bulan Desember dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juni. Pada bulan Desember 2011, curah hujan hampir mencapai 500 mm. sedangkan pada bulan Juni 2011 curah hujan hanya mencapai 16 mm. Sedangkan jumlah hari hujan terjadi antara 6 sampai dengan 25 hari setiap bulannya. Curah hujan Kabupaten Sukamara tahun 2010 dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Desember. Pada bulan Maret 2010, curah hujan hampir mencapai 500 mm, sedangkan pada bulan Desember 2010 curah hujan mencapai 155,4 mm. Sedangkan jumlah hari hujan terjadi antara 19 sampai dengan 28 hari setiap bulannya. Beberapa daerah di Kabupaten Sukamara berbukit-bukit seperti Kecamatan Balai Riam dan Permata Kecubung. Namun, tidak terjadi bencana longsor pada daerah tersebut meskipun curah hujan pada bulan-bulan tertentu cukup tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa hutan di Kabupaten Sukamara terjaga dengan baik dan fungsinya sebagai penahan erosi tidak menurun. Temperatur maksimum di daerah Kabupaten Sukamara sepanjang tahun 2011 berkisar antara 31,4 oC sampai dengan 33,6 oC, temperatur minimum berkisar antara 21,5 oC sampai dengan 23,2 oC, dan rata-rata temperatur berkisar 26,7 oC sampai dengan 28,3 oC. Sebagai catatan, data iklim ini masih mengacu Kabupaten Kotawaringin Barat karena iklim di Kabupaten Sukamara belum ada badan yang mengukur. Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara Halaman I - 27 Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya Gambar 1.10. Curah Hujan Kabupaten Sukamara Sepanjang Tahun 2011 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des 77 151 487 254 253 306 178 128 117 41 79 16 Sumber: Sukamara Dalam Angka 2012 1.7. BENCANA ALAM Bencana alam adalah suatu peristiwa alam yang mengakibatkan dampak besar bagi populasi manusia. Peristiwa alam dapat berupa letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, badai salju, banjir, erosi, kekeringan, hujan es, gelombang panas, hurikan, badai tropis, taifun, tornado, kebakaran liar dan wabah penyakit. Beberapa bencana alam terjadi tidak secara alami. Contohnya adalah kelaparan, yaitu kekurangan bahan pangan dalam jumlah besar yang disebabkan oleh kombinasi faktor manusia dan alam. Contoh lainnya adalah banjir dan tanah longsor. Penyebab banjir dan erosi, antara lain penebangan pohon yang tiada henti, membuang sampah yang tidak pada tempatnya, dan kurangnya kesadaran terhadap lingkungan kita. Selama tiga tahun terakhir ada beberapa bencana yang melanda Kabupaten Sukamara seperti banjir, banjir bandang, gelombang pasang, angin puyuh, dan kekeringan. Untuk mengantisipasi terjadinya bencana alam di kemudian hari, sebagian besar masyarakat mengandalkan gotong royong antar warga. Pada tahun 2011, di Kecamatan Balai Riam, tercatat ada 5 desa yang mengalami banjir, yaitu Desa Jihing, Desa Air Dua, Desa Lupu Peruca, Desa Balai Riam, dan Desa Pempaning. Bencana banjir bandang dan angin puyuh terjadi di daerah yang dekat dengan pantai, yaitu Desa Sungai Damar yang merupakan wilayah Kecamatan Pantai Lunci. Bencana kekeringan juga melanda desa tersebut. Kondisi Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara Halaman I - 28 Kondisi Lingkungan Hidup dan Kecenderungannya geografis yang kurang menguntungkan menyebabkan kelangkaan air tawar pada musim kemarau. Desa Kuala Jelai yang merupakan ibukota Kecamatan Jelai terletak di daerah muara Sungai Jelai. Desa tersebut mengalami bencana gelombang pasang laut. Di tahun 2012, tidak terjadi bencana alam. Namun, terjadi kebakaran di pemukiman padat penduduk, yang menyebabkan beberapa rumah penduduk terbakar. Dengan adanya kejadian tersebut, diharapkan warga menjadi lebih berhati-hati dan waspada terhadap bahaya kebakaran. Status Lingkungan Hidup Kabupaten Sukamara Halaman I - 29