respon macam pupuk dan varietas terhadap pertumbuhan dan hasil

advertisement
Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 5., September 2012
ISSN : 2086-7719
RESPON MACAM PUPUK DAN VARIETAS
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL PADI DALAM S R I
(SYSTEM OF RICE INTENSIFICATION)
Bambang Sriwijaya
Anggit Bimanyu
Program Studi Agroteknologi, Fakultas Agroindustri, Universitas Mercu Buana Yogyakarta, Jl.
Wates Km 10 Yogyakarta 55753
e-mail: [email protected]
ABSTRACT
Research of Response of Kinds Fertilizer and Varieties of Rice Growth and Yield In
System of Rice Intensification aims to find response range of fertilizers and the varieties of the
growth and yield of rice in System of Rice Intensification. Research has been carried out in the
villages of Margokaton, Seyegan, Sleman Regency in November 2009 until March 2010. The
height of a place of 300 meters above sea level with a type of soil regosol. Research is 3 X 3
factorial experiment that compiled using Randomized Completele Block Design with three
replicates. The first factor of fertilizer that organic fertilizers, inorganic fertilizers, organic
fertilizers and combination with inorganic fertilizers. The second factor is the local varieties of
rice varieties (Rojolele) and hybrid varieties (Ceherang and IR-64). The result showed that the
treatment combination of organic fertilizer with inorganic fertilizers provide growth and better
yield compared to the treatment of organic fertilizer and inorganic fertilizers. Varieties rojolele
give quantity and quality results better than varieties IR 64 and Ciherang
Keywords: SRI (System of Rice Intensification), Variety, Fertilizer
PENDAHULUAN
Kebutuhan pangan berupa beras di
Beras di Indonesia merupakan salah
satu bahan pangan pokok. Permintaan
terhadap beras sebagai makanan utama
sebagian
besar
penduduk
Indonesia
mengalami peningkatan sebesar 2,23% per
tahun, dan proyeksi permintaan beras pada
tahun 2010 sekitar 41,50 juta ton (Swastika
et al., 2000). Selanjutnya dikatakan bahwa
defisit beras akan meningkat sekitar 13,50%
per tahun (12,78 juta ton pada tahun 2010)
apabila
tidak
dilakukan
peningkatan
produktivitas dan perluasan areal panen.
Indonesia dalam satu tahun sebanyak
34.000.000
ton.
Untuk
memenuhi
kebutuhan beras tersebut diperlukan suatu
panen padi yang sempurna, tanpa ada
kegagalan–kegagalan. Pada kondisi normal
untuk memenuhi kebutuhan pangan di
Indonesia
memerlukan
import
beras
sebanyak tidak kurang dari 2.000.000 ton
per tahun (Kusbiantoro, 2003).
Berbagai
kalangan
di
tingkat
nasional, regional maupun internasional
memandang bahwa isu tentang kelangkaan
35
Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 5., September 2012
dan
krisis
pangan
(food
crisis)
serta
perubahan iklim global (global climate
changes)
merupakan
salah
satu
daya yang perlu mendapatkan perhatian
dengan sangat serius. Dampak pemanasan
global serta praktek produksi pertanian
eksploitatif
produksi
dan
sangat
mengancam
ketersediaan
pangan.
Lembaga internasional termasuk badan
pangan dunia serta pembuat kebijakan
pertanian
nasional
telah
hasil yang tinggi, menyebabkan bahan
organik tanah menurun.
inti
persoalan di bidang pertanian dan sumber
yang
ISSN : 2086-7719
mengusulkan
berbagai strategi dalam rangka mengatasi
persoalan pangan dan lingkungan yang
Selain itu tidak semua jenis padi
cocok untuk dibudidayakan secara organik.
Padi hibrida kurang cocok ditanam secara
organik karena diperoleh melalui proses
pemuliaan
Pertanian
(1998)
produktivitas padi masih memungkinkan,
hingga
saat
ini
rata–rata
produktivitas yang dicapai di tingkat petani
penyakit tertentu, tetapi umumnya padi
hibrida
Adanya
tersebut
hanya
dapat
tumbuh
dan
berproduksi optimal bila disertai dengan
aplikasi pupuk kimia dalam jumlah yang
banyak (Andoko, 2008).
secara organik hanyalah jenis atau varietas
lokal; antara lain Rojolele, Menthik, Pandan,
dan Lestari. Agar produksi optimal jenis
padi ini tidak menuntut penggunaan pupuk
kimia.
masih di bawah potensi hasil atau hasil
penelitian.
Walaupun
Varietas padi yang cocok ditanam
menyatakan bahwa peluang peningkatan
karena
laboratorium.
merupakan varietas unggul tahan hama dan
semakin rumit (Subejo, 2009).
Menteri
di
kesenjangan
mengindikasikan
hasil
Tanaman
mempunyai
potensi
padi
yang
sebenarnya
besar
untuk
bahwa
meberikan hasil yang tinggi. Ini hanya dapat
penerapan teknologi di tingkat petani masih
dicapai bila tanaman dengan kondisi yang
belum optimal sesuai anjuran.
baik untuk pertumbuhannya. Hal ini dapat
Herre & White (1997) menyatakan
bahwa peningkatan produksi padi dapat
dilakukan
melalui
perbaikan
di
bidang
nutrisi tanaman, yaitu melalui pemupukan.
Pemupukan
senantiasa
dilakukan
dan
menjadikan pupuk sebagai sarana vital
untuk peningkatan hasil padi.
Pemakaian
pupuk
dilakukan melalui proses pengelolaan air,
tanah, dan tanaman. System of Rice
Intensification (SRI) adalah suatu cara
budidaya tanaman padi yang intensif dan
efisien dengan proses manajemen sistem
perakaran yang berbasis pada pengelolaan
air,
tanah,
dan tanaman.
Dalam
SRI
tanaman diperlakukan sebagai organisme
anorganik
hidup
sebagaimana
mestinya,
tidak
secara intensif dan penggunaan bahan
diperlakukan seperti mesin yang dapat
organik yang terabaikan untuk mengejar
dimanipulasi. Semua unsur potensi dalam
36
Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 5., September 2012
tanaman
dikembangkan
dengan
ISSN : 2086-7719
cara
nyata. Uji coba petani di beberapa daerah
memberikan kondisi yang sesuai untuk
misalnya di Ciamis, Garut, dan Tasik
pertumbuhannya (Sutaryat, 2008).
memberikan hasil berturut–turut mulai dari
Berdasarkan teknik SRI tanaman
padi tidak dianggap sebagai tanaman air,
tetapi
dalam
pertumbuhannya
membutuhkan air. Oleh karena itu tanaman
padi ditanam pada kondisi tanah yang tidak
tergenang
dengan
tujuan
menyediakan
oksigen lebih banyak di dalam tanah yang
kemudian dimanfaatkan oleh akar. Pada
kondisi tidak tergenang maka akar akan
tumbuh lebih subur dan besar, dapat
menyerap nutrisi lebih banyak sehingga
mendorong tumbuhnya tunas yang optimal.
Metode ini menggunakan benih
dan input yang lebih sedikit dibandingkan
metode tradisional
(misalnya air) atau
metode yang lebih modern (pemakaian
pupuk dan asupan kimiawi)
(Las et al.,
1999).
9,4 ton/ha, 11 ton/ha, dan 11,2 ton/ha;
bahkan terakhir ada yang mencapai 12,5
ton/ha. Demikian juga ujicoba pemula di
Cianjur, Bekasi, Sukabumi, dan Bandung
selalu di atas 8 ton/ha; meskipun dalam
penerapannya masih jauh dari sempurna.
Cara SRI juga meningkatkan kualitas bulir
padi yang dihasilkan. Produk beras rasanya
lebih pulen dan lebih tahan untuk disimpan
(Sutaryat, 2008).
Dalam mengelola usaha pertanian
setiap petani berusaha agar hasil yang
diperoleh maksimum. Untuk
diharapkan mampu melakukan inovasi baru,
yaitu memadukan
sistem produksi pertanian yang holistik dan
terpadu, mengoptimalkan kesehatan dan
produktivitas agroekosistem secara alami,
sehingga mampu menghasilkan pangan
sistem budidaya SRI
dengan pemakaian pupuk organik dan
anorganik.
Penelitian
Budidaya model SRI merupakan
itu petani
ini
bertujuan
untuk
mengetahui pengaruh jenis pupuk organik
dan anorganik serta campuran keduanya
terhadap
pertumbuhan
dan
hasil
padi
varietas Ciherang, IR–64, dan Rojolele
dalam System of Rice Intensification (SRI).
yang cukup berkualitas dan berkelanjutan.
Sehubungan
dengan
hal
itu
model
MATERI DAN METODE
pertanian SRI ini dapat dijadikan salah satu
pilihan
model
untuk
dikembangkan,
karena
dibangun
dan
Penelitian dilaksanakan di Dusun
penggunaan
air
Susukan, Desa Margokaton, Kecamatan
yang hemat merupakan salah satu langkah
Seyegan,
dalam mengantisipasi krisis air.
Istimewa Yogyakarta pada bulan November
Menanam padi dengan cara SRI
dapat meningkatkan produktivitas secara
Kabupaten
Sleman,
Daerah
2009 sampai dengan Juni 2010. Tempat
penelitian terletak pada ketinggian 300 m di
37
Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 5., September 2012
ISSN : 2086-7719
atas permukaan laut, dengan jenis tanah
Gabah calon benih padi diseleksi
Regosol.
dengan direndam air garam.
Bahan
yang
digunakan
dalam
penelitian ini meliputi benih padi yang terdiri
atas 3 varietas (Ciherang, IR-64 dan
Rojolele), pupuk organik (pupuk kandang
sapi), pupuk anorganik (Urea, SP-36, KCl).
Alat
penelitian
yang
ini
digunakan
antara
lain
dalam
timbangan,
Kepekatan
air
garam
diukur
dengan memasukkan telur itik
mentah ke dalam air garam.
Garam yang digunakan garam
grosok (kasar). Berat
telur itik
segar 62,5 gram. Garam 650
gram dilarutkan ke dalam air 4
liter.
Gabah
calon
benih
dimasukkan ke dalam air garam,
sprayer, penggaris, role meter, oven.
gabah yang tenggelam dipakai
Penelitian merupakan percobaan
faktorial 3 X 3, yaitu faktor pertama jenis
pupuk yang terdiri atas 3 aras, yaitu (P1)
Pupuk organik, (P2) Pupuk anorganik, (P3)
Pupuk organik dan anorganik. Faktor kedua
macam varietas padi yang terdiri atas 3
aras, yaitu
(V1) Varietas Ciherang, (V2)
Varietas IR-64, dan (V3) Varietas Rojolele.
Dari kedua faktor tersebut menghasilkan
untuk benih sedangkan yang
terapung tidak digunakan. Benih
hasil seleksi di cuci kemudian
direndam air bersih selama 48
jam.
Setelah
48
jam
benih
diangkat dan dicuci dengan air
bersih,
kemudian
dikeringanginkan selama 24 jam
(Fakultas Teknologi Pertanian
UGM, 2009).
9 kombinasi perlakuan, yaitu:
P1V1
P1V2
P1V3
P2V1
P2V2
P2V3
P3V1
P3V2
P3V3
b. Persemaian
Benih
ditanam
Kebutuhan
pada
benih
besek.
untuk
satu
besek ukuran 15 X 15 cm
sebanyak kurang lebih 5 gram.
Percobaan
disusun
dalam
Rancangan Acak Kelompok Lengkap
dengan 3 ulangan, sehingga terdapat 27
petak perlakuan.
Pelaksanaan Penelitian
Tanah sebagai media tumbuh
dicampur dengan pupuk organik
perbandingan
1
dilapisi
pada
a. Persiapan benih
1.
Besek
dasarnya
setinggi kurang lebih setengah
besek.
1. Pembibitan
daun
:
Tanah
yang
telah
dicampur dengan pupuk organik
dimasukkan ke dalam besek,
selanjutnya ditaburkan benih ke
38
Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 5., September 2012
ISSN : 2086-7719
dalam media persemaian dan
ditabur dan dibenamkan ke dalam
ditutup dengan abu dan jerami.
tanah dengan kondisi air macak–
Benih yang disebar tidak boleh
macak. Ini dilakukan pada petak
tumpang
penelitian yang menggunakan pupuk
tindih.
Penyiraman
dilakukan 2 kali sehari. Pada
organik
umur 5 hari jerami diangkat,
organik dengan anorganik.
karena
benih
sudah
mulai
tumbuh. Bibit siap tanam pada
umur14 hari.
membersihkan sisa–sisa tanaman,
tanah
diolah. Lahan
dibuat
petakan–petakan
ukuran
3 m X 3 m sebanyak 27
dengan
petak, dan sekeliling petak penelitian
dibuat saluran irigasi untuk keluar
dan masuknya air.
Saluran air
masuk dan keluar dibuat sendiri–
untuk
III.
pupuk
Penghalusan
dan
perataan tanah dilakukan pada tiga
air macak–macak.
Persiapan lahan dimulai dengan
sendiri
Tahap
campuran
hari sebelum tanam dengan kondisi
2. Persiapan Lahan
selanjutnya
dan
setiap
petaknya,
sehingga air tidak masuk ke dalam
petak–petak yang lain,
3. Penanaman
Bibit padi ditanam pada umur 14 hari
setelah
semai,
sekam
dibiarkan
menempel dengan akar tunas. Pada
sekam
masih
sebagai
tersedia
sumber
makanan
energi
yang
penting bagi bibit muda.
Jumlah
bibit per lubang hanya satu. Bibit
harus di tanam secepat mungkin,
sekitar setengah jam dari media
persemaian. Benih ditanam dangkal
dengan perakaran horizontal seperti
Pengolahan tanah ini dibagi menjadi
huruf L. Jika akar tertekuk ke atas,
tiga tahap:
benih
Tahap
I.
Pembalikan
tanah
dilakukan pada 20 hari sebelum
tanam dengan mencangkul. Hal ini
untuk
mendapatkan
kedalaman
tanah sesuai dengan kebutuhan
tanaman.
mencangkul.
sekaligus
energi
besar
dalam pertumbuhan kembali, dan
akar
baru
akan
tumbuh
dari
ujungnya. Benih ditanam dengan
jarak tanam 22 cm X 22 cm.
4. Pemeliharaan
a. Penyiangan
Tahap II. Dilakukan pada 15 hari
sebelum
memerlukan
tanam
Pada
dilakukan
dengan
tahap
ini
pemberian
pupuk kandang. Pupuk kandang
Pembersihan gulma dilakukan
dengan
tangan
dan
menggunakan alat sederhana.
Penyiangan pertama pada umur
tanaman 15 Hari Setelah Tanam
39
Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 5., September 2012
ISSN : 2086-7719
(HST), penyiangan kedua 25
pupuk dasar yang diberikan 15
HST, penyiangan ketiga 35 HST,
hari
sebelum
tanam.
Cara
penyiangan keempat 45 HST
pemberiannya
dengan
cara
dan penyiangan yang terakhir 65
disebar keseluruh permukaan
HST.
tanah dengan dosis 10 ton/ha
(9 kg/9 m2). Untuk selanjutnya
b. Pemupukan
1) Perlakuan
pupuk
organik.
Pupuk diberikan bersamaan
dengan
pengolahan
tanah
kedua, yaitu 15 hari sebelum
tanam dengan dosis 10 ton/ha
(9
m2).
kg/9
Cara
pemberiannya dengan disebar
merata ke seluruh permukaan
tanah.
Setelah
disebarkan
pupuk dibiarkan selama empat
hari.
Selanjutnya
cangkul
tanah
sehingga
tersebut
dapat
di
pupuk
menyatu
dengan tanah.
2) Perlakuan pupuk anorganik.
Pupuk
anorganik
sebanyak
masing
2
diberikan
kali,
setelah
masing–
penyiangan
pertama (ketika tanaman padi
berumur
3
penyiangan
tanaman
minggu)
ketiga
padi
dan
(ketika
berumur
7
minggu) dengan cara disebar.
Dosis pemupukan: Urea 250
kg/ha (0,225 kg/9 m2), SP-36
100 kg/ha (0,09 kg/9 m2), dan
KCl 50 kg/ha (0,045 kg/9 m2).
3) Perlakuan pupuk organik dan
pupuk
anorganik.
Pupuk
organik
digunakan
sebagai
setelah
masa
pemupukan
tanam
menggunakan
pupuk anorganik dengan dosis
Urea 250 kg/ha (0,225 kg/9
m2), SP-36 100 kg/ha (0,09
kg/9 m2), dan KCl 50 kg/ha
(0,045 kg/9 m2). Pemberian
pupuk ini dilakukan sebanyak
2 kali masing– masing setelah
penyiangan
pertama
tanaman
padi
minggu)
dan
(ketika
berumur
3
penyiangan
ketiga (ketika tanaman padi
berumur 7 minggu) dengan
cara disebar.
c. Pengairan atau irigasi
Waktu
pengolahan
tanah
keadaan air macak–macak, ini
adalah
cara
SRI
dalam
penggunaan sedikit air. Umur
padi 1 sampai 8 HST keadaan
tanah lembab (tidak digenang),
umur 9 HST
digenang 3 cm
untuk memudahkan penyiangan
I, setelah itu tanah dibiarkan
lembab sampai umur 18 HST.
Pada umur 19 HST tanaman
digenangi untuk penyiangan II,
selanjutnya
pengeringan
kembali. Demikian selanjutnya
dengan
interval
waktu
yang
40
Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 5., September 2012
sama
sampai
ISSN : 2086-7719
tanaman
diamati dengan menghitung jumlah
berbunga. Pada saat tanaman
hari mulai tanam sampai dengan
berbunga
tercapainya 50% populasi tiap unit
digenang
kembali
setinggi 3 cm sampai pada
masak susu, lalu dikeringkan
kembali
sampai
percobaan berbunga.
2. Variabel
menjelang
hasil
meliputi
panjang
malai, jumlah gabah isi per malai,
panen.
bobot 1000 biji pada kadar air 16 %,
bobot gabah kering isi per rumpun,
5. Pemungutan hasil panen
bobot
Pemungutan hasil dilakukan setelah
Pengamatan
gabah masak yang ditandai dengan
per
dilakukan
petak.
setelah
Analisis Data
kurang lebih 110 HST atau sesuai
umur masing – masing varietas padi.
segar
tanaman dipanen.
bulir padi menguning. Pemanenan
dilakukan setelah tanaman berumur
gabah
Data dianalisis dengan sidik ragam
pada jenjang nyata 5 %. Apabila terdapat
beda nyata dilanjutkan dengan Duncan’s
Pengamatan
Multiple Range Test (DMRT) pada jenjang
Pengamatan
dilakukan
untuk
nyata 5%.
memperoleh data-data sebagai
berikut:
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Variabel pertumbuhan meliputi tinggi
tanaman, jumlah anakan total, saat
Hasil
berbunga, bobot kering tanaman per
1. Tinggi tanaman
rumpun.
Pengamatan
Hasil
dilakukan
analisis
tinggi
tanaman
sampai
minggu ke 2, 4, dan 6 tidak ada beda nyata
dengan 6 minggu setelah tanam
dan tidak terjadi interaksi antara perlakuan
untuk variabel tinggi tanaman dan
jenis pupuk dan macam varietas. Purata
jumlah
sedangkan
tinggi tanaman minggu ke 2, 4, dan 6
ditimbang
setelah tanam disajikan pada Tabel 1 dan
mulai
berat
umur
2
anakan
kering
minggu
total,
tanaman
pada saat berbunga. Saat berbunga
Tabel 2.
41
Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 5., September 2012
ISSN : 2086-7719
Tabel 1. Purata tinggi tanaman (cm) minggu ke 2, 4, 6 setelah tanam pada perlakuan jenis
pupuk
Tinggi Tanaman Minggu ke
Pupuk
2
4
6
Organik
27,29 p
56,51 p
72,00 p
Anorganik
29,21 p
55,66 p
75,98 p
Organik&anorganik
27,98 p
56,79 p
75,33 p
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji F pada taraf 5%.
Tabel 2. Purata tinggi tanaman (cm) minggu ke 2, 4, 6 setelah tanam pada perlakuan macam
varietas
Tinggi Tanaman Minggu ke
Pupuk
2
4
6
Ciherang
28,36 a
56,70 a
74,68 a
IR-64
28,26 a
56,38 a
72,84 a
Rojolele
27,85 a
55,88 a
75,78 a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji F pada taraf 5%.
2. Jumlah anakan
pupuk dan macam varietas. Purata jumlah
Hasil analisis jumlah anakan minggu
anakan minggu ke 2, 4, 6 setelah tanam
ke 2, 4, 6 tidak ada beda nyata dan tidak
disajikan pada Tabel 3 dan 4.
terjadi interaksi antara perlakuan jenis
Tabel 3. Purata jumlah anakan (batang) minggu ke 2, 4, 6 setelah tanam pada perlakuan jenis
pupuk
Tinggi Tanaman Minggu ke
Pupuk
2
4
6
Organik
4,48 p
21,07 p
29,85 p
Anorganik
5,41 p
23,00 p
30,63 p
Organik&anorganik
5,00 p
23,07 p
31,22 p
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji F pada taraf 5%.
42
Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 5., September 2012
ISSN : 2086-7719
Tabel 4. Purata jumlah anakan (batang) minggu ke 2, 4, 6 setelah tanam pada perlakuan
macam varietas
Tinggi Tanaman Minggu ke
Pupuk
2
4
6
Ciherang
5,26 a
22,44 a
28,48 a
IR-64
5,07 a
23,44 a
33,19 a
Rojolele
4,56 a
21,26 a
30,04 a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji F pada taraf 5%.
macam varietas
3. Saat berbunga
Hasil analisis saat berbunga ada
beda nyata. Perlakuan jenis pupuk dan
terjadi interaksi. Hasil
Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) saat
berbunga disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Purata saat berbunga (hari)
Varietas
Pupuk
Rata-rata
Ciherang
IR-64
Rojolele
Organik
69,67 de
56,33 f
77,33 a
67,78
Anorganik
69,33 e
55,67 f
76,00 b
67,00
Organik&anorganik
70,33 d
56,33 f
74,67 c
67,11
69,78
56,11
76,00
Rata-rata
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom dan baris yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT pada taraf 5%.
Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa
saat berbunga tanaman padi varietas IR –
4. Bobot kering tanaman per rumpun
Hasil
analisis
bobot
kering
64 pada berbagai perlakuan pupuk lebih
tanaman per rumpun ada beda nyata dan
cepat
Ciherang
maupun
tidak terjadi interaksi antara perlakuan jenis
Sedangkan
varietas
pupuk dan macam varietas. Hasil DMRT
Ciherang lebih cepat dari varietas Rojolele.
bobot kering tanaman per rumpun disajikan
Varietas IR – 64 dengan berbagai macam
pada Tabel 6.
varietas
dari
varietas
Rojolele.
pupuk tidak beda nyata.
43
Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 5., September 2012
ISSN : 2086-7719
Tabel 6. Purata bobot kering tanaman per rumpun (g)
Varietas
Pupuk
Rata-rata
Ciherang
IR-64
Rojolele
Organik
47,83
60,55
42,03
50,14 q
Anorganik
42,75
36,72
62,29
47,25 q
Organik&anorganik
84,79
56,57
89,25
76,87 p
58,46 a
51,28 a
64,52 a
Rata-rata
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom dan baris yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT pada taraf 5%.
Pada
bahwa
Tabel
perlakuan
6
menunjukkan
pupuk
Hasil analisis panjang malai tidak
kombinasi organik dan anorganik untuk
ada beda nyata dan tidak terjadi interaksi
bobot
antara perlakuan jenis pupuk dan macam
kering
pemberian
5. Panjang malai
tanaman
lebih
baik
dibandingkan perlakuan pemberian pupuk
varietas. Purata panjang malai
organik maupun pupuk anorganik.
pada Tabel 7.
disajikan
Tabel 7. Purata panjang malai (cm)
Varietas
Pupuk
Rata-rata
Ciherang
IR-64
Rojolele
Organik
56,79
56,39
58,03
57,07 p
Anorganik
64,18
61,64
59,90
61,91 p
Organik&anorganik
66,15
69,19
66,63
67,32 p
62,37 a
62,40 a
61,52 a
Rata-rata
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom dan baris yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji F pada taraf 5%.
6. Jumlah gabah isi per malai
Hasil analisis jumlah gabah isi per
terjadi interaksi. Purata jumlah gabah isi per
malai disajikan pada Tabel 8.
malai tidak ada beda nyata dan perlakuan
jenis pupuk dan macam varietas tidak
44
Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 5., September 2012
7. Bobot 1000 biji padi
ISSN : 2086-7719
antara perlakuan jenis pupuk dan macam
Hasil analisis bobot 1000 biji padi
ada beda nyata dan tidak terjadi interaksi
varietas. Hasil DMRT bobot 1000 biji padi
disajikan pada Tabel 9.
Tabel 8. Purata jumlah gabah isi per malai (biji)
Varietas
Pupuk
Rata-rata
Ciherang
IR-64
Rojolele
Organik
76,50
69,95
65,96
70,80 p
Anorganik
83,37
87,18
87,54
86,03 p
Organik&anorganik
93,20
98,68
103,14
98,34 p
84,36 a
85,27 a
85,55 a
Rata-rata
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom dan baris yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji F pada taraf 5%.
Tabel 9. Purata bobot 1000 biji (g)
Varietas
Pupuk
Rata-rata
Ciherang
IR-64
Rojolele
Organik
27,67
27,13
25,55
26,79 p
Anorganik
28,22
27,63
25,58
27,15 p
Organik&anorganik
28,05
28,37
26,19
27,54 p
27,98 a
27,72 a
25,78 b
Rata-rata
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom dan baris yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT pada taraf 5%.
Hasil analisis bobot 1000 biji padi
8.
Bobot gabah kering isi per rumpun
ada beda nyata dan tidak terjadi interaksi
Hasil analisis bobot gabah kering
antara perlakuan jenis pupuk dan macam
isi per rumpun tidak ada beda nyata dan
varietas. Hasil DMRT bobot 1000 biji padi
tidak terjadi interaksi antara perlakuan jenis
disajikan pada Tabel 9.
pupuk dan macam varietas. Purata bobot
Pada Tabel 9 menunjukkan bahwa
bobot 1000 biji padi varietas Ciherang dan
gabah kering isi per rumpun disajikan pada
Tabel 10.
varietas IR – 64 lebih berat dibandingkan
dengan varietas Rojolele.
45
Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 5., September 2012
ISSN : 2086-7719
Tabel 10. Purata bobot gabah kering isi per rumpun (g)
Varietas
Pupuk
Rata-rata
Ciherang
IR-64
Rojolele
Organik
32,95
27,55
22,58
27,69 p
Anorganik
32,72
24,65
34,15
30,51 p
Organik&anorganik
38,16
34,11
41,70
37,99 p
Rata-rata
34,61 a
28,77 a
32,81 a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom dan baris yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata menurut Uji F pada taraf 5%.
9. Bobot gabah segar per petak
interaksi antara perlakuan jenis pupuk dan
Hasil analisis bobot gabah segar
per petak ada beda nyata dan tidak terjadi
macam varietas. Hasil DMRT bobot gabah
segar per petak disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11. Purata bobot gabah segar per petak (kg)
Varietas
Pupuk
Rata-rata
Ciherang
IR-64
Rojolele
Organik
4,00
3,75
5,08
4,28 q
Anorganik
5,17
4,67
4,92
4,92 p
Organik&anorganik
5,25
4,42
5,25
4,97 p
Rata-rata
4,81 ab
4,28 ab
5,08 a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama dalam kolom dan baris yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT pada taraf 5%.
Pada
Tabel
11
PEMBAHASAN
menunjukkan
bahwa bobot segar gabah per petak untuk
Pada tinggi tanaman dan jumlah
macam varietas cenderung sama berat.
anakan umur 2, 4, dan 6 minggu jenis
Sedangkan
pupuk
pupuk dan macam varietas tidak terjadi
pupuk kombinasi organik
interaksi. Tetapi kalau dibandingkan hasil
dan anorganik menunjukkan hasil yang
percobaan dengan diskripsi tanaman padi
lebih berat dibandingkan dengan perlakuan
masing-masing
pupuk organik.
berbeda.
anorganik dan
pada
perlakuan
varietas
hasilnya
akan
Pada diskripsi tinggi tanaman
maksimal untuk varietas Ciherang 115 cm,
46
Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 5., September 2012
ISSN : 2086-7719
IR-64 85 cm, dan Rojolele 155 cm;
dimanfaatkan oleh akar. Pada kondisi tidak
sedangkan hasil percobaan tinggi tanaman
tergenang maka akar akan tumbuh lebih
rata-rata untuk varietas Ciherang 74,68 cm,
subur dan besar, dapat menyerap nutrisi
IR-64 72,84 cm, Rojolele 75,78 cm. Ini
lebih
menunjukkan bahwa varietas IR-64 lebih
tumbuhnya tunas yang optimal.
banyak
respon terhadap pemupukan di bandingkan
dengan vrietas yang lainnya. Varietas IR-64
merupakan
Rojolele
varietas
varietas
varietas
unggul
lokal,
hibrida.
nasional,
dan
Ciherang
Andoko,
(2008)
mengatakan, padi varietas unggul tahan
hama
dan
penyakit
tertentu,
tetapi
umumnya padi hibrida hanya dapat tumbuh
dan
berproduksi
optimal
bila
disertai
dengan aplikasi pupuk kimia dalam jumlah
banyak. Tanpa pupuk kimia padi tersebut
tidak akan tumbuh subur dan berproduksi
optimal.
Jumlah
sehingga
mendorong
Saat berbunga tanaman terjadi
interaksi antara perlakuan jenis pupuk dan
macam varietas. Saat berbunga varietas
IR–64
dan
Ciherang
tidak
begitu
terpengaruh dengan perlakuan jenis pupuk,
namun IR-64 lebih cepat dari Ciherang; dan
yang paling lama Rojolele. Hal ini terlihat
bahwa varietas unggul IR–64 dan Ciherang
lebih
kuat
secara
genetik
responnya
terhadap pemberian pupuk dibandingkan
Rojolele. Bisa juga disebabkan karena sifat
genetis
yang
berkaitan
dengan
umur
tanaman. Tanaman yang umurnya pendek
anakan
untuk
saat berbunganya lebih cepat daripada
varietas Ciherang 17 batang, IR-64 banyak,
tanaman yang umurnya panjang. Ini sesuai
Rojolele
dengan diskripsi tanaman padi; Varietas IR–
9
pada
batang;
Ciherang 28,48
batang,
diskripsi
hasil
percobaan
batang, IR-64
Rojolele
30,04
33,19
batang.
Ini
64 umur panennya 115 hari, Ciherang 116125, hari, dan Rojolele 155 hari.
membuktikan bahwa sistem tanam SRI bisa
meningkatkan
jumlah
anakan
untuk
tanaman padi. Hal ini bisa kita lihat semua
varietas jumlah anakannya lebih banyak
dari diskripsi, terutama varietas Rojolele.
Sutaryat (2008) mengatakan, bahwa pada
teknik SRI tanaman padi tidak dianggap
sebagai
tanaman
air
tetapi
dalam
pertumbuhannya membutuhkan air. Oleh
karena itu tanaman padi ditanam pada
kondisi tanah yang tidak tergenang dengan
tujuan menyediakan oksigen lebih banyak
di
dalam
tanah
yang
kemudian
Macam varietas tidak berpengaruh
terhadap bobot kering tanaman, sedangkan
jenis pupuk berpengaruh. Pupuk organik
dan anorganik pengaruhnya sama, tetapi
setelah
keduanya
dicampur
bobot
keringnya menjadi meningkat. Hal Ini dapat
terjadi karena penambahan pupuk organik
dapat memperbaiki struktur tanah, dan
meningkatkan penyerapan air. Pengaruh
lebih
lanjut
unsur
hara
mengakibatkan
menjadi
lebih
meningkatkan
oleh
tanaman,
pertumbuhan
baik.
penyerapan
yang
tanaman
Tanaman
yang
47
Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 5., September 2012
ISSN : 2086-7719
pertumbuhannya baik dapat melakukan
nutrisi dan mineral yang cukup, sehingga
fotosintisis
sehingga
menyebabkan terjadinya mobilisasi dan
fotosintat yang dihasilkan menjadi lebih
transport dari bagian vegetatif ketempat
banyak. Bobot kering tanaman merupakan
perkembangan buah dan biji (Gardner et
hasil dari proses fotosintesis yang tidak lain
al., 1991).
adalah
yang
lebih
fotosintat,
baik,
sehingga
naiknya
fotosintat sama juga naiknya bobot kering
tanaman. Adiningsih (1984 dan Rochayati,
1988) mengatakan,
organik
merupakan
perbaikan
yang
penambahan bahan
lingkungan
antara
lain
suatu
tindakan
tumbuh
tanaman
dapat
meningkatkan
efisiensi pupuk, meningkatkan produktivitas
tanah dan mengurangi kebutuhan pupuk
terutama
pupuk
K.
Sutanto
(2002)
mengatakan, pupuk organik merupakan
Pada bobot gabah kering isi per
rumpun perlakuan jenis pupuk dan macam
varietas tidak berpengaruh dan tidak terjadi
interaksi.
Mulai
pembungaan
sampai
dengan pembuahan dikendalikan
lingkungan;
terutama
temperatur,
dan
oleh
fotoperiodesitas,
oleh
faktor
genetik
(internal), terutama pengaturan tumbuhan,
hasil fotosintesis, dan
pasokan nutrient
(misalnya nitrogen) (Gardner et al., 1991).
bahan pembenah tanah yang paling baik
Hasil analisis bobot gabah segar
dibanding bahan pembenah lainnya. Selain
per petak ada pengaruh pada perlakuan
itu juga mengandung unsur mikro dan
jenis pupuk dan macam varietas. Kedua
mampu meningkatkan kelembaban tanah
perlakuan
dan
pupuk
memperbaiki
pengatusan
dakhil
(internal drainage).
tidak
berpengaruh
terhadap
panjang malai. Hal ini diduga karena
adanya
sifat
genetis
masing–masing
varietas tanaman padi. Begitu pula pada
jumlah gabah isi per malai dan bobot gabah
kering isi per rumpun
Perlakuan
mempengaruhi
macam
perlakuan
tersebut
tidak
interaksi.
bobotnya
paling
Pada
tinggi
kombinasi organik dengan anorganik. Untuk
macam varietas pengaruhnya cenderung
sama. Hal tersebut disebabkan karena
pupuk yang diberikan mempunyai pengaruh
pada sifat fisik tanah, sehingga penguraian–
penguraian yang terjadi mempertinggi kadar
bunga tanah yang dapat memperbaiki
struktur tanah, menjadikan tanah mudah
jenis
bobot
varietas
organik
terjadi
dibandingkan dengan pupuk anorganik dan
Perlakuan jenis pupuk dan macam
varietas
tidak
pupuk
1000
biji,
berpengaruh.
terjadi
disebabkan
diolah dan terisi oksigen yang cukup. Pupuk
tetapi
yang diberikan mampu membentuk bunga
Kedua
interaksi.
karena
tidak
tanah
yang
dapat
meningkatkan
daya
Hal
penahan air. Tanah akan mampu menahan
pengaruh
banyak air sehingga terbentuk air tanah
genetik tanaman yang melekat pada setiap
yang
bermanfaat,
varietas. Pertumbuhan biji membutuhkan
memudahkan
akar
karena
–
akar
akan
tanaman
48
Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 5., September 2012
ISSN : 2086-7719
menyerap unsur hara bagi pertumbuhan
(Terjemahan), Universitas Indonesia,
dan perkembangan tanaman.
Jakarta
Gomez,
K.A.
&
A.A.
Gomez.
1995.
Prosedur Statistika untuk Penelitian
KESIMPULAN
Pertanian
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
(Terjemahan
A.
Sjamsuddin & J.S. Baharsyah). Edisi
Kedua. UI Press, Jakarta.
Herre. E. A. & W. C. White. 1997. Profil
1. Kombinasi pupuk organik dengan
pupuk
anorganik
memberikan
Pasar dalam O.P. Englestad (editor).
Teknologi dan Penggunaan Pupuk.
pertumbuhan dan hasil yang lebih
Gadjah
baik dibandingkan dengan perlakuan
Yogyakarta. 1-6 hal.
pupuk organik dan pupuk anorganik.
2. Varietas
Rojolele
memberikan
kuantitas maupun kualitas hasil yang
lebih baik dibanding dengan varietas
IR–64 maupun Ciherang.
Kusbiantoro,
Mada
B.
University
2003.
Press.
Budidaya
Padi
dengan Model Singgang Replanting,
Seminar
"Upaya
Mengatasi
Instabilitas Ekonomi dan Iceamanan
Akibat Adanya Potensi Kekurangan
Air". 23 Maret 2003. Karawang
DAFTAR PUSTAKA
Menteri Pertanian. 1998. Kebijaksanaan
Adiningsih, S J. 1984. Pengaruh Beberapa
Peningkatan Produksi Padi Nasional.
Faktor Terhadap Penyediaan Kalium
Seminar
Tanah Sawah Daerah Sukabumi dan
Produksi
Bogor.
Sistem
Disertasi
Fakultas
Pascasarjana IPB, Bogor.
Nasional
Padi
Tabela
Peningkatan
Nasional
Padi
melalui
Sawah
dan
Pemanfaatan Lahan Kurang Produktif
Bandar Lampung, Dalam Seminar
Andoko, A. 2008. Budidaya Padi Secara
Organik. Penebar Swadaya. Jakarta.
David, Christine C. and Keijiro Otsuka.
1994. Modern Rice Technology and
Income Distribution in Asia. Lynne
Rienner Publishers/International Rice
Research Institute (IRRI).
Gardner.F.P, R.B Pearce, R.L Mitchell.
1991, Fisiologi Tanaman Budidaya
Nasional
yang
dilaksanakan
di
Bandar Lampung tanggal 9 – 10
Desember 1998. 17 p.
Rochayati,
Sri.
Organik
1988.
dalam
Peranan
Bahan
Meningkatkan
Efisiensi Pupuk dan Produktivitas
Tanah. Dalam M. Sudjadi (eds.) Pros.
Lokakarya Nasional Efisiensi Pupuk.
Puslittan, Bogor. Hal 161-181.
49
Jurnal AgriSains Vol. 4 No. 5., September 2012
Subejo,
M
Nastul
Indonesian
Pradana
2009.
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Science
Gadjah Mada. 2009. Rencana Kajian
http://www.iasa-
UGM : Teknologi Tanam Padi Hemat
Agricultural
Association/IASA
ISSN : 2086-7719
pusat.org/latest/perangkap-malthus-
Air
pertarungan-ledakan-penduduk-dan-
Yogyakarta.
pangan.html. Juni 2009.
Sutanto,
Rachman.
Metode
SRI
200
–2011.
Badan Litbang Pertanian. 1998. Laporan
2002.
Pertanian
Hasil
Penelitian
Optimalisasi
Organik Menuju Pertanian Alternatif
Pemanfaatan Sumberdaya Alam dan
dan
Teknologi
Berkelanjutan.
Kanisius,
untuk
Pengembangan
Sektor Pertanian dalam Pelita VII.
Yogyakarta. Hal 35 – 37.
Puslittanak, Bogor. 386 hal.
Sutaryat, A., 2008, Sistem Pengelolaan
Pertanian
dengan
Ramah
Metoda
Intensification
Lingkungan
System
(SRI),
of
Rice
Lembaga
Pertanian Sehat, Bogor.
Swastika, D.K.S, P.U. Hadi, dan Nyak
Ilham. 2000. Proyeksi Penawaran
dan Permintaan Komoditas Tanaman
Pangan 2000-10. Pusat Penelitian
Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor. 13
hal.
50
Download