Pertanian dalam Arti Luas

advertisement
Kategori : Column
Judu : Pertanian dalam Arti Luas
Tanggal Posting : 02 Juli 2014
Pertanian dalam Arti Luas
Kamis, 12 Juni 2014 | 00:27 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Agus Pakpahan, ekonom kelembagaan
Hidup di zaman informasi atau digital ini, kita wajib bersyukur bahwa capres-cawapres Prabowo
Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla masih menempatkan pertanian sebagai prioritas
pembangunan nasional. Bahkan kita perlu memanfaatkan zaman informasi atau digital ini sebagai bagian
utama guna mengatasi ketertinggalan kita di bidang pertanian. Salah satu intinya adalah revolusi di
bidang pendidikan, research and development, serta penciptaan dan penataan pasar.
Dalam tulisan ini, saya menempatkan konservasi pada urutan pertama. Alasannya adalah pertanian dan
konservasi adalah menyatu untuk menginternalisasi keberlanjutan lingkungan, di mana keduanya tak
terpisahkan. Apalagi untuk Indonesia yang berada dalam konfigurasi wilayah kepulauan. Luas lahan
daratan kita sangatlah sempit. Selain itu, konservasi di daratan akan menyelamatkan laut dari polusi atau
penyebab kerusakan lingkungan lainnya yang dikirim dari daratan. Konservasi tanah dan air, misalnya,
juga merupakan investasi yang bisa meningkatkan pendapatan dan kesempatan kerja serta mendorong
pertumbuhan ekonomi. Meluasnya hutan rakyat di Jawa dapat dijadikan sebagai satu contoh, nilai output
kayu sengon per hektare bisa lebih dari Rp 150 juta. Artinya, dalam lima tahun, waktu tunggu per 1 juta
hektare di Jawa akan menghasilkan Rp 150 triliun.
Mutu lingkungan yang baik akan memberi kesempatan yang lebih banyak, menurunkan biaya produksi,
dan menjamin keberlanjutan sistem ekonomi. Pertanian berlandaskan konservasi di atas menciptakan
prakondisi untuk kemajuan peradaban yang dilanjutkan oleh lahirnya industrialisasi, perdagangan, serta
seni dan budaya yang lebih tinggi. Jadi, pertanian bukanlah kegiatan ekonomi yang sempit. Ia bukan pula
sejajar dengan kegiatan ekonomi lainnya, melainkan sebagai prakondisi kemajuan di seluruh bidang
kehidupan.
Pangan sebagai output pertanian juga tidak hanya berarti beras, telur, atau daging. Pangan lebih baik bila
kita artikan sebagai penentu kehidupan yang sehat, suasana aman dan damai, serta gambaran kita sebagai
bangsa yang kuat dan beradab. Itulah "nilai tukar" pangan. Kalau demikian, apa kaitannya dengan
pertanian? Sangat jelas, input dan proses produksi serta transaksi antara pertanian dan non-pertanian
harus dijamin berada dalam kondisi terbaik dalam hal eksistensinya, fungsinya, dan kesejahteraannya.
Misalnya, tidak mungkin pangan produksinya naik apabila faktor-faktor produksinya, seperti lahan dan
teknologi, menurun. Tidak mungkin pertanian maju apabila petani dan keluarganya miskin.
Produk primer pertanian adalah produk biologis. Karena itu pula, semua produk pertanian bisa
menghasilkan banyak produk, termasuk energi, baik dalam bentuk gas, cair, atau padat. Sangat menarik
untuk menentukan pilihan kebijakan dan strategi untuk memanfaatkan produk pertanian sebagai sumber
energi. Satu di antara banyak input hasil pertanian untuk energi ini adalah pemanfaatan limbah atau
sampah biologis/organik. Dengan menetapkan prinsip zero waste, manfaat limbah/sampah untuk energi
ini sangat terbuka. Termasuk di dalamnya adalah memanfaatkan limbah organik rumah tangga di
perkotaan.
page 1 / 2
Kita bisa membuktikan bahwa pertanian adalah pencipta kondisi untuk kemajuan sektor lain dan
kemajuan peradaban secara umum. Pertanian maju, maka negara akan kaya, kuat, aman, dan damai.
Tinggal kebijakan dan strateginya saja untuk mewujudkan hal tersebut.
sumber : tempo.co Kamis, 12 Juni 2014
page 2 / 2
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
Download