KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA LANJUT USIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA Dien Noorfitria Laxmi Sri Widyawati Otih Jembarwati Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yang bertujuan untuk mengetahui gambaran secara menyeluruh kesejahteraan psikologis pada lanjut usia yang tinggal di Panti Wredha serta faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kesejahteraan psikologis pada lanjut usia yang tinggal di Panti Wredha. Tema penelitian ini berfokus pada gambaran kesejahteraan psikologis yang dimiliki oleh lanjut usia yang tinggal di Panti Wredha, serta faktor yang berpengaruh terhadap terbentuknya kesejahteraan psikologis pada lanjut usia yang tinggal di Panti Wredha. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 3 orang, dengan ciri-ciri berumur 70 tahun ke atas serta tinggal di Panti Wredha lebih dari 1 tahun. Sebagai informan penelitian yang dapat menjadi data pembanding data utama, peneliti menggunakan 6 orang informan yang berasal dari pegawai Panti Wredha dan orang yang memiliki hubungan dekat dengan subyek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesejahteraan psikologis pada lanjut usia yang tinggal di Panti Wredha pada dasarnya memiliki kesejahteraan psikologis yang baik terhadap penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi. Faktor-faktor yang memengaruhi terbentuknya kesejahteraan psikologis pada lanjut usia yang tinggal di Panti Wredha adalah kelompok sosial, uang, kesehatan, pendidikan, dan religius. Kata Kunci : Kesejahteraan Psikologis, Lanjut Usia, Panti Wredha 122 PSYCHOLOGICAL WELL-BEING IN THE ELDERLY LIVING IN NURSING HOMES ABSTRACT This study used a qualitative method, which aimed to describe the overall psychological well-being in the elderly lived in nursing homes as well as what factors were influenced the elderly’s psychological well-being lived in nursing homes. The theme of this research focused on the psychological well-being picture owned by the elderly lived in nursing homes, as well as factors that influence the formation of psychological well-being in the elderly lived in nursing homes. Research’s data was collected by interviews, observation and documentation. Subjects in this study consisted of 3 people, with a typical age of 70 years and over lived in nursing homes more than 1 year. This research used 6 informants from nursing homes and the employee, who has close tied to the subjects. The results showed that psychological well-being in the elderly lived in nursing homes basically have a good psychological well-being of self-acceptance, positive relations with others, autonomy, environmental mastery, purpose in life and personal growth. Factors that influenced the formation of psycological wellbeing in the elderly lived in nursing homes was a social group, money, health, education, and religious. Keyword : Psychological Well-Being, Elderly, Nursing Home daya PENDAHULUAN Tua merupakan tahap terakhir organ ingat, lain, metabolisme, fungsi dan psikis secara dalam rentang kehidupan seseorang. mengalami Biasanya lanjut usia (lansia) akan kehilangan sosok anak, dan merasa ditandai dengan perubahan fisik dan ditinggalkan, psikologis tertentu yang disebabkan semakin tua lansia akan semakin karena adanya proses peralihan dari cemas akan datangnya kematian. masa dewasa madya ke masa lansia, Hurlock (1999:380) mengungkapkan dimana tersebut bahwa efek tersebut menentukan, adanya sampai sejauh tertentu, apakah pria penurunan fungsi organ tubuh fisik atau wanita lansia tersebut akan ditunjukkan perubahan dengan kesepian, serta yang merasa sudah seperti pengelihatan, pendengaran, 123 melakukan penyesuaian diri secara (2005:114) baik atau buruk. bahwa Keadaan seseorang juga para mengungkapkan lanjut usia yang yang mempunyai mental yang sehat masih sehat secara mental yang memiliki dapat melakukan banyak hal positif. sejumlah kualitas kesehatan mental Pada kenyataannya masih yang positif seperti penyesuain aktif banyak lansia yang sulit untuk dapat terhadap lingkungan, dan kesatuan menerima perubahan dalam dirinya, kepribadian, disebut Shek (dalam apalagi kalau lansia tersebut tinggal Hutapea, sebagai di Panti Wredha. Sebagian besar kesejahteraan psikologis. Sehingga, lansia merasakan tinggal di Panti mencapai kesejahteraan psikologis Wredha biasanya membuat lansia merupakan tinggal 2011:65) hal yang sangat dalam kondisi dimana dibutuhkan oleh para lansia, dimana hubungan dengan orang lain rendah, kesejahteraan sendiri merasa terisolasi, mobilitas terbatas, diartikan secara berbeda oleh tokoh- pengamanan sosial yang terbatas, tokoh yang berbeda. terorientasi psikologis Penelitian ini, menggunakan definisi kesejahteraan pada kegiatan rutin, aktivitas yang tidak kreatif, merasa psikologis tidak dapat kumpul dengan keluarga, yang digunakan adalah definisi yang merasa kesepian, dan merasa sudah diajukan Carol D. Ryff. Menurut tidak dibutuhkan lagi oleh keluarga Ryff (1989:1070), individu yang mereka. memiliki kesejahteraan psikologis Buktinya semakin banyak positif adalah individu yang mampu lansia yang tinggal di Panti Wredha. menerima dirinya sendiri, mampu Hal tersebut dapat dibuktikan dengan membina hubungan positif dengan data yang diperoleh dari Dinas Sosial orang lain, mampu menjadi individu Provinsi Jawa Tengah (2013) yang yang mandiri, mampu menguasai menyatakan bahwa, terdapat 5 Panti lingkungan, memiliki tujuan hidup, Wredha yang terdaftar di Kota dan tetap berupaya untuk menjadi Semarang, dengan jumlah lansia individu yang terdaftar adalah 361 orang. yang Hardywinoto terus dan tumbuh. Setiabudhi Dimana jumlah lansia tertinggi 124 terdapat di Unit Rehabilitasi Sosial berserah diri, pemarah, merasa tidak Pucang Gading, yaitu sebanyak 140 puas, merasa sudah tidak dibutuhkan orang, kemudian Yayasan Pelayanan lagi dengan keluarga, murung, putus Kristen 126 asa, sering menyendiri, tidak mau orang. Panti Wredha Rindang Asih II melakukan aktivitas baik fisik, olah terdapat 35 orang, Panti Wredha Al- raga, atau kurang gerak, makan tidak Ashari dan Panti Wredha Harapan teratur dan kurang minum, minum Ibu memiliki jumlah lansia yang obat penenang dan penghilang rasa sama yaitu 30 orang. sakit PELKRIS terdapat Padahal, lansia yang tinggal tanpa aturan, dan merasa kesepian. di Panti Wredha, biasanya akan Lansia yang memiliki menetap dalam jangka waktu yang kesejahteraan psikologis yang baik panjang dan umumnya selama sisa walaupun tinggal di Panti Wredha, hidup mereka. ditambah lagi, kalau maka lansia akan tetap merasa lansia tersebut jarang dijenguk oleh senang dengan hal-hal yang bisa keluarganya, maka akan semakin lansia lakukan di Panti tersebut, kecil sedangkan penerimaan dirinya untuk lansia yang kurang menjadi pribadi yang utuh, sehingga kesejahteraan psikologisnya bahkan yang terlihat pada diri lansia adalah yang tidak memiliki kesejahteraan sikap putus asa dan tidak dapat psikologis maka akan merasakan berbuat keterpurukan. apa-apa mengakibatkan lagi semakin yang rendah Melihat masalah-masalah kesejahteraan psikologis pada lansia yang terjadi pada lansia, maka perlu dan lansia akan memunculkan sikap diperoleh suatu cara untuk mencegah yang kurang baik terhadap dirinya. atau mengurangi beban dari masalah- Maryam, Ekasari, masalah tersebut. Salah satu cara Rosidawati, Jubaedi, dan Batubara tersebut (2011:39) menciptakan lingkungan yang sehat mengatakan bahwa yaitu dan perilaku yang kurang baik adalah terciptanya suasana yang nyaman lansia dan kondusif bagi lansia. Lansia mengalami kurang diharapkan cara perilaku lansia berkaitan dengan akan aman, dengan dengan 125 mampu meningkatkan kesejahteraan holistik psikologisnya guna tercapainya rasa penelitian ini menggunakan metode aman dan kedamaian dalam diri pengumpulan lansia walaupun tinggal di Panti observasi (data pendukung), dan Wredha, sehingga lansia mampu dokumentasi memaksimalkan yang Dimana wawancara merupakan data dimilikinya, serta menjadikan Panti utama dalam penelitian kualitatif Wredha sebagai tempat yang nyaman yang dan aman yang dapat mendorong selebihnya merupakan data tambahan lansia untuk lebih sejahtera dalam yang berupa menghadapi masa tuannya. mengenai keseharian subyek dan potensi Berdasarkan uraian di atas maka, fokus penelitian ini adalah (menyeluruh). data (data beruapa Dalam wawancara, pendukung). kata-kata, observasi dan langsung dokumentasi yang berupa foto. Subyek penelitian yang untuk menggambarkan kesejahteraan dipilih adalah lansia yang berumur psikologis pada lansia yang tinggal 70 tahun ke atas yang tinggal di Panti di Panti Wredha, serta faktor-faktor Wredha lebih dari 1 tahun. apa saja yang berpengaruh terhadap terbentuknya Uji kredibilitas data atau kesejahteraan kepercayaan data sesuai dengan fakta psikologis pada lansia yang tinggal di lapangan dengan memperpanjang di Panti Wredha. Sehingga hasilnya keikutsertaan peneliti dalam proses diharapkan dapat menjadi bahan pengumpulan rujukan (Bungin, 2003:59). Semakin lama untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis pada lansia peneliti yang tinggal di Panti Wredha. pengumpulan semakin data terlibat di dalam data, Penelitian ini menggunakan memungkinkan akan derajat serta melakukan triangulasi yang pendekatan kualitatif fenomenologis. memungkinkan Penelitian ini termasuk penelitian informasi kualitatif dikarenakan peneliti ingin selengkap-lengkapnya. gambaran maka proses kepercayaan data yang dikumpulkan METODE PENELITIAN mendapatkan lapangan diperoleh seluas-luasnya variasi atau secara 126 Keabsahan pada kesejahteraan psikologis pada lanjut menggunakan usia (lansia) yang tinggal di Panti triangulasi metode dan pemeriksaan Wredha menjadi hal yang perlu sejawat melalui diskusi. Dimana diperhatikan agar lansia yang tinggal triangulasi metode menurut Patton di Panti Wredha dapat memenuhi (dalam Moleong, 2004:330) terdapat dimensi-dimensi dua psikologis penelitian data ini strategi, yaitu pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa kesejahteraan untuk mencapai kesejahteraan psikologis. teknik Pada dasarnya, kesejahteraan pengumpulan data dan pengecekan psikologis derajat kepercayaan beberapa sumber dimensi, antara lain penerimaan diri, data dengan metode yang sama. hubungan positif dengan orang lain, Sedangkan, otonomi, pemeriksaan sejawat memiliki penguasaan tujuan jalan pribadi. Seperti halnya dikatakan dengan dosen pembimbing dan pekerja sosial yang oleh Ryff berada di Panti Wredha. mengatakan dan lingkungan, pada penelitian ini dilakukan dengan diskusi hidup dimensi- pertumbuhan (1989:1070-1072) bahwa dimensi kesejahteraan psikologis memiliki dimensi HASIL DAN PEMBAHASAN Kesejahteraan yang dapat mengukur psikologis kualitas hidup nilai tinggi rendahnya merupakan individu yang memiliki kesejahteraan psikologis itu sendiri kesejahteraan positif, dengan melihat penerimaan diri, dimana individu mampu meneriman hubungan positif dengan orang lain, dirinya sendiri, mampu membina otonomi, hubungan positif dengan orang lain, tujuan mampu pribadi. Dalam hal ini, subyek psikologis menjadi mandiri, individu mampu yang menguasai penguasaan hidup mempunyai dan lingkungan, pertumbuhan kualitas hidup yang lingkungan, memiliki tujuan dan berbeda-beda tetap kesejahteraan psikologisnya. berupaya untuk menjadi dalam mencapai individu yang terus tumbuh (Ryff, Penerimaan diri pada subyek 1989:1070). Dalam penelitian ini, penelitian ini ditunjukkan dengan 127 adanya penerimaan diri baik secara orang fisik, psikis dan sosialnya. Dimana perilaku saling percaya dengan orang subyek sangat terbuka menceritakan lain, peduli dengan kesejahteraan masa lalu dan keadaan yang subyek orang lain, cepat akrab dengan orang alami saat ini dengan senang hati dan lain hal tersebut ditunjukkan dengan dengan penuh dengan senyuman. subyek cepat akrab dengan peneliti, Sehingga, pada bercerita banyak dengan peneliti, baik. Dimana masih berhubungan baik dengan itu sendiri keluarga, teman lama, dan sesama merupakan hal yang sangat penting lansia lain yang tinggal di Panti bagi lansia yang tinggal di Panti Wredha. Sedangkan bagi subyek Wredha, Jung yang tidak memiliki hubungan positif 2005:139) dengan orang lain, subyek lebih penerimaan diri merupakan suatu kepada sering berdiam diri, tidak keyakinan mendasar untuk menjadi menjalin hubungan diri sendiri, bukan diri orang lain. orang Dengan begitu diharapkan subyek menyendiri. subyek penerimaan sangat penerimaan (dalam diri karena menurut Schultz, mampu diri menerima semua lain lain, akan dan menunjukkan baik dengan lebih senang Hal tersebut seperti yang pengalaman hidup, sejarah hidup, diungkapkan oleh Maryam, dkk latar belakang hidup, lingkungan (2011:39) bahwa perilaku lansia pergaulan, dan masa-masa yang telah sangat berkaitan dengan perilaku dilalui oleh subyek itu sendiri. yang kurang baik yaitu lansia akan Hardywinoto dan Setiabudhi mengalami kurang berserah diri, (2005:114) juga mengatakan bahwa pemarah, merasa tidak puas, merasa para lanjut usia yang mempunyai sudah tidak dibutuhkan lagi dengan mental yang sehat masih dapat keluarga, murung, putus asa, sering melakukan hal positif. menyendiri, tidak mau melakukan tersebut sangat aktivitas baik fisik, olah raga, atau berkaitan dengan hubungan positif kurang gerak, makan tidak teratur dengan orang lain. Subyek yang dan kurang minum, minum obat Sehingga banyak hal memiliki hubungan positif dengan 128 penenang dan penghilang rasa sakit kurang diperhatikan, karena bagi tanpa aturan, dan merasa kesepian. subyek pertumbuhan pribadi sudah Otonomi pada subyek sangat baik, karena memiliki dengan alat indera mereka yang untuk sudah menurun, sehingga sulit untuk mempertahankan pilihan yang telah membaca koran, mendengar berita, mereka ambil. Subyek juga mandiri dan membuat-buat kerajinan yang untuk aktivitas membutuhkan daya konsentrasi yang keseharian mereka seperti mencuci, tinggi serta cara-cara yang susah membersihkan tempat tidur mereka untuk dan subyek mampu menciptakan fungsi fisik mereka. lingkungan yang subyek inginkan. Pada kebulatan subyek sulit bagi mereka, apa lagi ditambah tekad menjalankan diikuti dengan penurunan penelitian ini Sedangkan tujuan hidup pada subyek terdapat adalah kematian, dimana kematian memengaruhi perilaku Kesejahteraan bukanlah seperti yang dikatakan oleh psikologis pada lansia yang tinggal Berk (2012:245) pada sisi lain, usia di Panti Wredha, salah satu yang senja membawa kekhawatiran paling berpengaruh adalah kelompok tentang penurunan fungsi sosial. fisik, faktor-faktor juga Dimana yang kelompok sosial kesepian tidak dikendaki dan momok menurut Allport (dalam Schultz, semakin dekatnya kematian. Namun 2005:31) bahwa orang-orang yang kenyataannya, kematian adalah hal sehat yang subyek anggap sebagai hal memperlihatkan cinta terhadap orang harus tua, anak, partner, teman akrab. Apa subyek mereka lebih hadapi, kepada sehingga psikologis mampu dan yang dihasilkan oleh kapasitas untuk menjalankan perintah agama seperti cinta ini adalah suatu perasaan shalat tepat waktu dan berdzikir, perluasan diri yang berkembang subyek amal biak. Orang yang mengungkapkan shalah yang dapat mereka bawa partisipasi otentik dengan orang yang ketika meninggal nanti. dicintai mengatakan taat secara hanya Pertumbuhan pribadi pada subyek merupakan hal yang sangat dan kesejahteraannya; pentingnya perhatikan hal dengan ini sama kesejahteraan 129 individu sendiri. Dimana dengan (2012:224) adanya finansial menjadi faktor utama dan hal tersebut menumbuhkan identitas suatu diri yang dapat perasaan berkembang dengan baik. pertama bahwa kebutuhan yang kemudian memengaruhi pemenuhan kebutuhan-kebutuhan lainnya yang Subyek yang memiliki memengaruhi kebahagiaan pada kelompok sosial yang baik, maka lansia. Melalui diskusi kelompok subyek akan lebih kepada menerima terarah lansia yang dilakukan Utami diri mereka, memiliki hubungan (dalam Faturochman, Tyas, Minza yang baik dengan oranng lain, dan Lufityanto, 2012:224), jawaban memiliki otonomi dan penguasaan spontan yang muncul dari partisipan lingkungan, karena dengan adanya saat ditanya mengenai hal yang hal tersebut subyek merasa masih membuat mereka bahagia adalah dibutuhkan dan masih dihormati. dengan memiliki uang. Namun tidak lepas dari hal itu uang juga sangat subyek, berpengaruh karena menurut bagi Kesehatan juga merupakan faktor penting karena menurut subyek subyek, dengan adanya kesehatan apabila mereka tidak memegang dalam dirinya, maka subyek mampu uang subyek akan merasa bingung melakukan dan mengerjakan segala dan tidak dapat membeli apa yang sesuatunya sendiri. Oleh karena itu, subyek inginkan. Ditambah lagi kebersihan, dengan adanya dagang yang perlakuan pada diri subyek sangat berjualan di dalam Panti menambah mereka perhatikan agar tidak mudah lansia mengatakan uang adalah hal sakit, ketika subyek merasa kurang yang penting, apa lagi ada temannya enak badan maka, subyek akan yang berbelanja, menambah subyek segera mengobati dirinya, dan ada ingin juga yang setiap seminggu sekali cek membeli seperti teman- temannya. Tyas, Minza serta up ke rumah sakit yang menangani Hal tersebut seperti yang diungkapkan keamanan, oleh dan Faturochman, Lufityanto mereka dari dulu. Dari penjelasan tersebut sama halnya yang dikatakan oleh Komnas Lansia (dalam 130 Faturochman, Tyas, Minza dan PENUTUP Lufityanto, 2012: 224) mengatakan bahwa kesehatan lebih berperan karena kesehatan yang buruk memengaruhi kehidupan keseharian. Berdasarkan hasil penemuan, analisis dan pembahasan tiap kasus dapat disimpulkan Kesejahteraan bahwa: psikologis akan Pendidikan merupakan hal meningkat apabila lanjut usia dapat penting, karena dengan pendidikan memiliki penerimaan diri, hubungan subyek dapat menambah wawasan positif terhadap orang lain, otonomi, mengenai pertumbuhan pribadi pada penguasaan lingkungan, tujuan hidup diri subyek untuk mengaji yang dan pertumbuhan pribadi yang baik. berhubungan dengan religius. Serta Dimensi yang paling bagi subyek yang berpendidikan menonjol pada lanjut usia yang memiliki pola pikir yang berbeda tinggal dengan subyek yang kurang atau dasarnya mampu menerima dirinya bahkan tidak memiliki pendidikan. baik secara fisik, psikis dan sosial, Sedangkan religius merupakan hal tetap mampu menjalin hubungan yang penting, karena tujuan hidup dengan keluarga, teman lama dan mereka adalah menunggu kematian, mampu menjalin hubungan baik sehingga waktu, dengan lanjut usia lain yang tinggal berdzikir dan menambah wawasan di Panti Wredha. Memiliki kebulatan agama merupakan hal yang dapat tekad membuat subyek tenang dan dapat penguasaan lingkungan subyek juga menerima dirinya. Hal tersebut sama baik karena didukung dengan adanya dengan penelitian Nelma, Bintari dan hubungan positif yang baik dan Nurwiyanti yang otonomi yang baik. Adanya tujuan mengatakan bahwa seseorang yang hidup kecuali kematian dan tidak memiliki adanya pertumbuhan pribadi. Dalam shalat tepat (2012:49) memiliki komitmen di dan ini, Panti Wredha otonomi maka yang perlu pada baik, beragama yang tinggi maka orang hal adanya tersebut akan memiliki kesejahteraan peningkatan kesejahteraan psikologis psikologis yang tinggi pula. pada dimensi tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi. 131 Faktor yang berpengaruh terhadap terbentuknya kesejahteraan psikologis pada lanjut usia yang tinggal di Panti Wredha antara lain uang, kesehatan, kelompok sosial Masing-masing pendidikan, dan religius. faktor seperti kelompok sosial, uang, kesehatan, pendidikan, dan religius yang sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan psikologis pada lanjut usia yang tinggal di Panti Wredha. Faktorfaktor tersebut memiliki pengaruh tersendiri bagi diri lanjut usia yang tinggal di Panti Wredha yang terlihat pada setiap perilaku lanjut usia yang mampu menonjolkan kesejahteraan psikologis pada dirinya. Masyarakat. Pustaka Pelajar. Yogyakarta: Hurlock, Elizabeth. B. 1999. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Hutapea, Bonar. 2011. Emotional Inteligence dan Psychologycal Well-being Pada Manusia Lanjut Usia Anggota Organisasi Berbasis Keagamaan di Jakarta. Jurnal Insan, vol. 13, No. 2, bulan Agustus. Universitas Persada Indonesia Y.A.I. Maryam, R. Siti, Ekasari, Mia Fatma, Rosidawati, Jubaedi, Ahmad, & Batubara, Irwan. 2011. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika. Moleong, Lexy. J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. DAFTAR PUSTAKA Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada. Berk, Laura. E. 2012. Development Through The Lifespan: Dari Dewasa awal Sampai Menjelang Ajal, Volume 2, Edisi Kelima. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Faturochman, Tyas, Tri Hayuning, Minza, Wenty Marina, & Lufityanto, Galang. 2012. Psikologi Untuk Kesejahteraan Nelma, Hapsarini, Bintari, Dini Rahma & Nurwiyanti, Fivi. 2012. Hubungan Komitmen Beragama Dengan Kesejahteraan Psikologis Pada Masyarakat Jakarta Usia Dewasa. Jurnal Psikologi Pitutur, Vol. 1, No. 1, Bulan Juni. Universitas Indonesia. Ryff, Carol. D. 1989. Happiness Is Everything, or Is It? Explorations on the Meaning of Psychological Well-Being. Journal of Personality and Social Psychology, 57, 6, 10691081. 132 Setiabudhi, Tony, & Hardywinoto. 2005. Panduan Gerontologi Tinjauan Dari Berbagai Aspek. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Schultz, Duane. 2005. Psikologi Pertumbuhan: Model-model Kepribadian Sehat. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. 133