KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA LANJUT USIA YANG

advertisement
KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA LANJUT USIA YANG
TINGGAL DI PANTI WREDHA
Dien Noorfitria Laxmi
Sri Widyawati
Otih Jembarwati
Fakultas Psikologi Universitas Semarang
ABSTRAK
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yang bertujuan untuk
mengetahui gambaran secara menyeluruh kesejahteraan psikologis pada lanjut
usia yang tinggal di Panti Wredha serta faktor-faktor apa saja yang berpengaruh
terhadap kesejahteraan psikologis pada lanjut usia yang tinggal di Panti Wredha.
Tema penelitian ini berfokus pada gambaran kesejahteraan psikologis yang
dimiliki oleh lanjut usia yang tinggal di Panti Wredha, serta faktor yang
berpengaruh terhadap terbentuknya kesejahteraan psikologis pada lanjut usia yang
tinggal di Panti Wredha.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode wawancara,
observasi, dan dokumentasi. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 3 orang,
dengan ciri-ciri berumur 70 tahun ke atas serta tinggal di Panti Wredha lebih dari
1 tahun. Sebagai informan penelitian yang dapat menjadi data pembanding data
utama, peneliti menggunakan 6 orang informan yang berasal dari pegawai Panti
Wredha dan orang yang memiliki hubungan dekat dengan subyek.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesejahteraan psikologis pada lanjut
usia yang tinggal di Panti Wredha pada dasarnya memiliki kesejahteraan
psikologis yang baik terhadap penerimaan diri, hubungan positif dengan orang
lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi.
Faktor-faktor yang memengaruhi terbentuknya kesejahteraan psikologis pada
lanjut usia yang tinggal di Panti Wredha adalah kelompok sosial, uang, kesehatan,
pendidikan, dan religius.
Kata Kunci : Kesejahteraan Psikologis, Lanjut Usia, Panti Wredha
122
PSYCHOLOGICAL WELL-BEING IN THE ELDERLY LIVING IN
NURSING HOMES
ABSTRACT
This study used a qualitative method, which aimed to describe the overall
psychological well-being in the elderly lived in nursing homes as well as what
factors were influenced the elderly’s psychological well-being lived in nursing
homes. The theme of this research focused on the psychological well-being picture
owned by the elderly lived in nursing homes, as well as factors that influence the
formation of psychological well-being in the elderly lived in nursing homes.
Research’s data was collected by interviews, observation and
documentation. Subjects in this study consisted of 3 people, with a typical age of
70 years and over lived in nursing homes more than 1 year. This research used 6
informants from nursing homes and the employee, who has close tied to the
subjects.
The results showed that psychological well-being in the elderly lived in
nursing homes basically have a good psychological well-being of self-acceptance,
positive relations with others, autonomy, environmental mastery, purpose in life
and personal growth. Factors that influenced the formation of psycological wellbeing in the elderly lived in nursing homes was a social group, money, health,
education, and religious.
Keyword : Psychological Well-Being, Elderly, Nursing Home
daya
PENDAHULUAN
Tua merupakan tahap terakhir
organ
ingat,
lain,
metabolisme,
fungsi
dan
psikis
secara
dalam rentang kehidupan seseorang.
mengalami
Biasanya lanjut usia (lansia) akan
kehilangan sosok anak, dan merasa
ditandai dengan perubahan fisik dan
ditinggalkan,
psikologis tertentu yang disebabkan
semakin tua lansia akan semakin
karena adanya proses peralihan dari
cemas akan datangnya kematian.
masa dewasa madya ke masa lansia,
Hurlock (1999:380) mengungkapkan
dimana
tersebut
bahwa efek tersebut menentukan,
adanya
sampai sejauh tertentu, apakah pria
penurunan fungsi organ tubuh fisik
atau wanita lansia tersebut akan
ditunjukkan
perubahan
dengan
kesepian,
serta
yang
merasa
sudah
seperti pengelihatan, pendengaran,
123
melakukan penyesuaian diri secara
(2005:114)
baik atau buruk.
bahwa
Keadaan
seseorang
juga
para
mengungkapkan
lanjut
usia
yang
yang
mempunyai mental yang sehat masih
sehat secara mental yang memiliki
dapat melakukan banyak hal positif.
sejumlah kualitas kesehatan mental
Pada
kenyataannya
masih
yang positif seperti penyesuain aktif
banyak lansia yang sulit untuk dapat
terhadap lingkungan, dan kesatuan
menerima perubahan dalam dirinya,
kepribadian, disebut Shek (dalam
apalagi kalau lansia tersebut tinggal
Hutapea,
sebagai
di Panti Wredha. Sebagian besar
kesejahteraan psikologis. Sehingga,
lansia merasakan tinggal di Panti
mencapai kesejahteraan psikologis
Wredha biasanya membuat lansia
merupakan
tinggal
2011:65)
hal
yang
sangat
dalam
kondisi
dimana
dibutuhkan oleh para lansia, dimana
hubungan dengan orang lain rendah,
kesejahteraan
sendiri
merasa terisolasi, mobilitas terbatas,
diartikan secara berbeda oleh tokoh-
pengamanan sosial yang terbatas,
tokoh yang berbeda.
terorientasi
psikologis
Penelitian ini, menggunakan
definisi
kesejahteraan
pada
kegiatan
rutin,
aktivitas yang tidak kreatif, merasa
psikologis
tidak dapat kumpul dengan keluarga,
yang digunakan adalah definisi yang
merasa kesepian, dan merasa sudah
diajukan Carol D. Ryff. Menurut
tidak dibutuhkan lagi oleh keluarga
Ryff (1989:1070), individu yang
mereka.
memiliki kesejahteraan psikologis
Buktinya
semakin
banyak
positif adalah individu yang mampu
lansia yang tinggal di Panti Wredha.
menerima dirinya sendiri, mampu
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan
membina hubungan positif dengan
data yang diperoleh dari Dinas Sosial
orang lain, mampu menjadi individu
Provinsi Jawa Tengah (2013) yang
yang mandiri, mampu menguasai
menyatakan bahwa, terdapat 5 Panti
lingkungan, memiliki tujuan hidup,
Wredha yang terdaftar di Kota
dan tetap berupaya untuk menjadi
Semarang, dengan jumlah lansia
individu
yang terdaftar adalah 361 orang.
yang
Hardywinoto
terus
dan
tumbuh.
Setiabudhi
Dimana
jumlah
lansia
tertinggi
124
terdapat di Unit Rehabilitasi Sosial
berserah diri, pemarah, merasa tidak
Pucang Gading, yaitu sebanyak 140
puas, merasa sudah tidak dibutuhkan
orang, kemudian Yayasan Pelayanan
lagi dengan keluarga, murung, putus
Kristen
126
asa, sering menyendiri, tidak mau
orang. Panti Wredha Rindang Asih II
melakukan aktivitas baik fisik, olah
terdapat 35 orang, Panti Wredha Al-
raga, atau kurang gerak, makan tidak
Ashari dan Panti Wredha Harapan
teratur dan kurang minum, minum
Ibu memiliki jumlah lansia yang
obat penenang dan penghilang rasa
sama yaitu 30 orang.
sakit
PELKRIS
terdapat
Padahal, lansia yang tinggal
tanpa aturan, dan merasa
kesepian.
di Panti Wredha, biasanya akan
Lansia
yang
memiliki
menetap dalam jangka waktu yang
kesejahteraan psikologis yang baik
panjang dan umumnya selama sisa
walaupun tinggal di Panti Wredha,
hidup mereka. ditambah lagi, kalau
maka lansia akan tetap merasa
lansia tersebut jarang dijenguk oleh
senang dengan hal-hal yang bisa
keluarganya, maka akan semakin
lansia lakukan di Panti tersebut,
kecil
sedangkan
penerimaan
dirinya
untuk
lansia
yang
kurang
menjadi pribadi yang utuh, sehingga
kesejahteraan psikologisnya bahkan
yang terlihat pada diri lansia adalah
yang tidak memiliki kesejahteraan
sikap putus asa dan tidak dapat
psikologis maka akan merasakan
berbuat
keterpurukan.
apa-apa
mengakibatkan
lagi
semakin
yang
rendah
Melihat
masalah-masalah
kesejahteraan psikologis pada lansia
yang terjadi pada lansia, maka perlu
dan lansia akan memunculkan sikap
diperoleh suatu cara untuk mencegah
yang kurang baik terhadap dirinya.
atau mengurangi beban dari masalah-
Maryam,
Ekasari,
masalah tersebut. Salah satu cara
Rosidawati, Jubaedi, dan Batubara
tersebut
(2011:39)
menciptakan lingkungan yang sehat
mengatakan
bahwa
yaitu
dan
perilaku yang kurang baik adalah
terciptanya suasana yang nyaman
lansia
dan kondusif bagi lansia. Lansia
mengalami
kurang
diharapkan
cara
perilaku lansia berkaitan dengan
akan
aman,
dengan
dengan
125
mampu meningkatkan kesejahteraan
holistik
psikologisnya guna tercapainya rasa
penelitian ini menggunakan metode
aman dan kedamaian dalam diri
pengumpulan
lansia walaupun tinggal di Panti
observasi (data pendukung), dan
Wredha, sehingga lansia mampu
dokumentasi
memaksimalkan
yang
Dimana wawancara merupakan data
dimilikinya, serta menjadikan Panti
utama dalam penelitian kualitatif
Wredha sebagai tempat yang nyaman
yang
dan aman yang dapat mendorong
selebihnya merupakan data tambahan
lansia untuk lebih sejahtera dalam
yang berupa
menghadapi masa tuannya.
mengenai keseharian subyek dan
potensi
Berdasarkan uraian di atas
maka, fokus penelitian ini adalah
(menyeluruh).
data
(data
beruapa
Dalam
wawancara,
pendukung).
kata-kata,
observasi
dan
langsung
dokumentasi yang berupa foto.
Subyek
penelitian
yang
untuk menggambarkan kesejahteraan
dipilih adalah lansia yang berumur
psikologis pada lansia yang tinggal
70 tahun ke atas yang tinggal di Panti
di Panti Wredha, serta faktor-faktor
Wredha lebih dari 1 tahun.
apa saja yang berpengaruh terhadap
terbentuknya
Uji kredibilitas data atau
kesejahteraan
kepercayaan data sesuai dengan fakta
psikologis pada lansia yang tinggal
di lapangan dengan memperpanjang
di Panti Wredha. Sehingga hasilnya
keikutsertaan peneliti dalam proses
diharapkan dapat menjadi bahan
pengumpulan
rujukan
(Bungin, 2003:59). Semakin lama
untuk
meningkatkan
kesejahteraan psikologis pada lansia
peneliti
yang tinggal di Panti Wredha.
pengumpulan
semakin
data
terlibat
di
dalam
data,
Penelitian ini menggunakan
memungkinkan
akan
derajat
serta melakukan triangulasi yang
pendekatan kualitatif fenomenologis.
memungkinkan
Penelitian ini termasuk penelitian
informasi
kualitatif dikarenakan peneliti ingin
selengkap-lengkapnya.
gambaran
maka
proses
kepercayaan data yang dikumpulkan
METODE PENELITIAN
mendapatkan
lapangan
diperoleh
seluas-luasnya
variasi
atau
secara
126
Keabsahan
pada
kesejahteraan psikologis pada lanjut
menggunakan
usia (lansia) yang tinggal di Panti
triangulasi metode dan pemeriksaan
Wredha menjadi hal yang perlu
sejawat melalui diskusi. Dimana
diperhatikan agar lansia yang tinggal
triangulasi metode menurut Patton
di Panti Wredha dapat memenuhi
(dalam Moleong, 2004:330) terdapat
dimensi-dimensi
dua
psikologis
penelitian
data
ini
strategi,
yaitu
pengecekan
derajat kepercayaan penemuan hasil
penelitian
beberapa
kesejahteraan
untuk
mencapai
kesejahteraan psikologis.
teknik
Pada dasarnya, kesejahteraan
pengumpulan data dan pengecekan
psikologis
derajat kepercayaan beberapa sumber
dimensi, antara lain penerimaan diri,
data dengan metode yang sama.
hubungan positif dengan orang lain,
Sedangkan,
otonomi,
pemeriksaan
sejawat
memiliki
penguasaan
tujuan
jalan
pribadi. Seperti halnya dikatakan
dengan
dosen
pembimbing dan pekerja sosial yang
oleh
Ryff
berada di Panti Wredha.
mengatakan
dan
lingkungan,
pada penelitian ini dilakukan dengan
diskusi
hidup
dimensi-
pertumbuhan
(1989:1070-1072)
bahwa
dimensi
kesejahteraan psikologis memiliki
dimensi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kesejahteraan
yang
dapat
mengukur
psikologis
kualitas hidup nilai tinggi rendahnya
merupakan individu yang memiliki
kesejahteraan psikologis itu sendiri
kesejahteraan
positif,
dengan melihat penerimaan diri,
dimana individu mampu meneriman
hubungan positif dengan orang lain,
dirinya sendiri, mampu membina
otonomi,
hubungan positif dengan orang lain,
tujuan
mampu
pribadi. Dalam hal ini, subyek
psikologis
menjadi
mandiri,
individu
mampu
yang
menguasai
penguasaan
hidup
mempunyai
dan
lingkungan,
pertumbuhan
kualitas hidup yang
lingkungan, memiliki tujuan dan
berbeda-beda
tetap
kesejahteraan psikologisnya.
berupaya
untuk
menjadi
dalam
mencapai
individu yang terus tumbuh (Ryff,
Penerimaan diri pada subyek
1989:1070). Dalam penelitian ini,
penelitian ini ditunjukkan dengan
127
adanya penerimaan diri baik secara
orang
fisik, psikis dan sosialnya. Dimana
perilaku saling percaya dengan orang
subyek sangat terbuka menceritakan
lain, peduli dengan kesejahteraan
masa lalu dan keadaan yang subyek
orang lain, cepat akrab dengan orang
alami saat ini dengan senang hati dan
lain hal tersebut ditunjukkan dengan
dengan penuh dengan senyuman.
subyek cepat akrab dengan peneliti,
Sehingga,
pada
bercerita banyak dengan peneliti,
baik.
Dimana
masih berhubungan baik dengan
itu
sendiri
keluarga, teman lama, dan sesama
merupakan hal yang sangat penting
lansia lain yang tinggal di Panti
bagi lansia yang tinggal di Panti
Wredha. Sedangkan bagi subyek
Wredha,
Jung
yang tidak memiliki hubungan positif
2005:139)
dengan orang lain, subyek lebih
penerimaan diri merupakan suatu
kepada sering berdiam diri, tidak
keyakinan mendasar untuk menjadi
menjalin hubungan
diri sendiri, bukan diri orang lain.
orang
Dengan begitu diharapkan subyek
menyendiri.
subyek
penerimaan
sangat
penerimaan
(dalam
diri
karena
menurut
Schultz,
mampu
diri
menerima
semua
lain
lain,
akan
dan
menunjukkan
baik dengan
lebih
senang
Hal tersebut seperti yang
pengalaman hidup, sejarah hidup,
diungkapkan
oleh
Maryam,
dkk
latar belakang hidup, lingkungan
(2011:39) bahwa perilaku lansia
pergaulan, dan masa-masa yang telah
sangat berkaitan dengan perilaku
dilalui oleh subyek itu sendiri.
yang kurang baik yaitu lansia akan
Hardywinoto dan Setiabudhi
mengalami kurang berserah diri,
(2005:114) juga mengatakan bahwa
pemarah, merasa tidak puas, merasa
para lanjut usia yang mempunyai
sudah tidak dibutuhkan lagi dengan
mental yang sehat masih dapat
keluarga, murung, putus asa, sering
melakukan
hal
positif.
menyendiri, tidak mau melakukan
tersebut
sangat
aktivitas baik fisik, olah raga, atau
berkaitan dengan hubungan positif
kurang gerak, makan tidak teratur
dengan orang lain. Subyek yang
dan kurang minum, minum obat
Sehingga
banyak
hal
memiliki hubungan positif dengan
128
penenang dan penghilang rasa sakit
kurang diperhatikan, karena bagi
tanpa aturan, dan merasa kesepian.
subyek pertumbuhan pribadi sudah
Otonomi pada subyek sangat
baik,
karena
memiliki
dengan alat indera mereka yang
untuk
sudah menurun, sehingga sulit untuk
mempertahankan pilihan yang telah
membaca koran, mendengar berita,
mereka ambil. Subyek juga mandiri
dan membuat-buat kerajinan yang
untuk
aktivitas
membutuhkan daya konsentrasi yang
keseharian mereka seperti mencuci,
tinggi serta cara-cara yang susah
membersihkan tempat tidur mereka
untuk
dan subyek mampu menciptakan
fungsi fisik mereka.
lingkungan yang subyek inginkan.
Pada
kebulatan
subyek
sulit bagi mereka, apa lagi ditambah
tekad
menjalankan
diikuti
dengan
penurunan
penelitian
ini
Sedangkan tujuan hidup pada subyek
terdapat
adalah kematian, dimana kematian
memengaruhi perilaku Kesejahteraan
bukanlah seperti yang dikatakan oleh
psikologis pada lansia yang tinggal
Berk (2012:245) pada sisi lain, usia
di Panti Wredha, salah satu yang
senja
membawa
kekhawatiran
paling berpengaruh adalah kelompok
tentang
penurunan
fungsi
sosial.
fisik,
faktor-faktor
juga
Dimana
yang
kelompok
sosial
kesepian tidak dikendaki dan momok
menurut Allport (dalam Schultz,
semakin dekatnya kematian. Namun
2005:31) bahwa orang-orang yang
kenyataannya, kematian adalah hal
sehat
yang subyek anggap sebagai hal
memperlihatkan cinta terhadap orang
harus
tua, anak, partner, teman akrab. Apa
subyek
mereka
lebih
hadapi,
kepada
sehingga
psikologis
mampu
dan
yang dihasilkan oleh kapasitas untuk
menjalankan perintah agama seperti
cinta ini adalah suatu perasaan
shalat tepat waktu dan berdzikir,
perluasan diri yang berkembang
subyek
amal
biak. Orang yang mengungkapkan
shalah yang dapat mereka bawa
partisipasi otentik dengan orang yang
ketika meninggal nanti.
dicintai
mengatakan
taat
secara
hanya
Pertumbuhan pribadi
pada
subyek merupakan hal yang sangat
dan
kesejahteraannya;
pentingnya
perhatikan
hal
dengan
ini
sama
kesejahteraan
129
individu sendiri. Dimana dengan
(2012:224)
adanya
finansial menjadi faktor utama dan
hal
tersebut
menumbuhkan
identitas
suatu
diri
yang
dapat
perasaan
berkembang
dengan baik.
pertama
bahwa
kebutuhan
yang
kemudian
memengaruhi
pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan lainnya yang
Subyek
yang
memiliki
memengaruhi
kebahagiaan
pada
kelompok sosial yang baik, maka
lansia. Melalui diskusi kelompok
subyek akan lebih kepada menerima
terarah lansia yang dilakukan Utami
diri mereka, memiliki hubungan
(dalam Faturochman, Tyas, Minza
yang baik dengan oranng lain,
dan Lufityanto, 2012:224), jawaban
memiliki otonomi dan penguasaan
spontan yang muncul dari partisipan
lingkungan, karena dengan adanya
saat ditanya mengenai hal yang
hal tersebut subyek merasa masih
membuat mereka bahagia adalah
dibutuhkan dan masih dihormati.
dengan memiliki uang.
Namun tidak lepas dari hal itu uang
juga
sangat
subyek,
berpengaruh
karena
menurut
bagi
Kesehatan juga merupakan
faktor
penting
karena
menurut
subyek
subyek, dengan adanya kesehatan
apabila mereka tidak memegang
dalam dirinya, maka subyek mampu
uang subyek akan merasa bingung
melakukan dan mengerjakan segala
dan tidak dapat membeli apa yang
sesuatunya sendiri. Oleh karena itu,
subyek
inginkan.
Ditambah lagi
kebersihan,
dengan
adanya
dagang
yang
perlakuan pada diri subyek sangat
berjualan di dalam Panti menambah
mereka perhatikan agar tidak mudah
lansia mengatakan uang adalah hal
sakit, ketika subyek merasa kurang
yang penting, apa lagi ada temannya
enak badan maka, subyek akan
yang berbelanja, menambah subyek
segera mengobati dirinya, dan ada
ingin
juga yang setiap seminggu sekali cek
membeli
seperti
teman-
temannya.
Tyas,
Minza
serta
up ke rumah sakit yang menangani
Hal tersebut seperti yang
diungkapkan
keamanan,
oleh
dan
Faturochman,
Lufityanto
mereka dari dulu. Dari penjelasan
tersebut sama halnya yang dikatakan
oleh
Komnas
Lansia
(dalam
130
Faturochman,
Tyas,
Minza
dan
PENUTUP
Lufityanto, 2012: 224) mengatakan
bahwa
kesehatan lebih berperan
karena
kesehatan
yang
buruk
memengaruhi kehidupan keseharian.
Berdasarkan hasil penemuan,
analisis dan pembahasan tiap kasus
dapat
disimpulkan
Kesejahteraan
bahwa:
psikologis
akan
Pendidikan merupakan hal
meningkat apabila lanjut usia dapat
penting, karena dengan pendidikan
memiliki penerimaan diri, hubungan
subyek dapat menambah wawasan
positif terhadap orang lain, otonomi,
mengenai pertumbuhan pribadi pada
penguasaan lingkungan, tujuan hidup
diri subyek untuk mengaji yang
dan pertumbuhan pribadi yang baik.
berhubungan dengan religius. Serta
Dimensi
yang
paling
bagi subyek yang berpendidikan
menonjol pada lanjut usia yang
memiliki pola pikir yang berbeda
tinggal
dengan subyek yang kurang atau
dasarnya mampu menerima dirinya
bahkan tidak memiliki pendidikan.
baik secara fisik, psikis dan sosial,
Sedangkan religius merupakan hal
tetap mampu menjalin hubungan
yang penting, karena tujuan hidup
dengan keluarga, teman lama dan
mereka adalah menunggu kematian,
mampu menjalin hubungan baik
sehingga
waktu,
dengan lanjut usia lain yang tinggal
berdzikir dan menambah wawasan
di Panti Wredha. Memiliki kebulatan
agama merupakan hal yang dapat
tekad
membuat subyek tenang dan dapat
penguasaan lingkungan subyek juga
menerima dirinya. Hal tersebut sama
baik karena didukung dengan adanya
dengan penelitian Nelma, Bintari dan
hubungan positif yang baik dan
Nurwiyanti
yang
otonomi yang baik. Adanya tujuan
mengatakan bahwa seseorang yang
hidup kecuali kematian dan tidak
memiliki
adanya pertumbuhan pribadi. Dalam
shalat
tepat
(2012:49)
memiliki
komitmen
di
dan
ini,
Panti
Wredha
otonomi
maka
yang
perlu
pada
baik,
beragama yang tinggi maka orang
hal
adanya
tersebut akan memiliki kesejahteraan
peningkatan kesejahteraan psikologis
psikologis yang tinggi pula.
pada dimensi tujuan hidup dan
pertumbuhan pribadi.
131
Faktor
yang
berpengaruh
terhadap terbentuknya kesejahteraan
psikologis pada lanjut usia yang
tinggal di Panti Wredha antara lain
uang,
kesehatan,
kelompok
sosial
Masing-masing
pendidikan,
dan
religius.
faktor
seperti
kelompok sosial, uang, kesehatan,
pendidikan, dan religius yang sangat
berpengaruh terhadap kesejahteraan
psikologis pada lanjut usia yang
tinggal di Panti Wredha. Faktorfaktor tersebut memiliki pengaruh
tersendiri bagi diri lanjut usia yang
tinggal di Panti Wredha yang terlihat
pada setiap perilaku lanjut usia yang
mampu menonjolkan kesejahteraan
psikologis pada dirinya.
Masyarakat.
Pustaka Pelajar.
Yogyakarta:
Hurlock, Elizabeth. B. 1999.
Psikologi
Perkembangan:
Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan, Edisi
Kelima. Jakarta: Erlangga.
Hutapea, Bonar. 2011. Emotional
Inteligence dan Psychologycal
Well-being Pada Manusia
Lanjut
Usia
Anggota
Organisasi
Berbasis
Keagamaan di Jakarta. Jurnal
Insan, vol. 13, No. 2, bulan
Agustus. Universitas Persada
Indonesia Y.A.I.
Maryam, R. Siti, Ekasari, Mia Fatma,
Rosidawati, Jubaedi, Ahmad,
& Batubara, Irwan. 2011.
Mengenal Usia Lanjut dan
Perawatannya.
Jakarta:
Salemba Medika.
Moleong, Lexy. J. 2004. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya.
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, B. 2003. Analisis Data
Penelitian Kualitatif. Jakarta:
PT. Raja Grasindo Persada.
Berk, Laura. E. 2012. Development
Through The Lifespan: Dari
Dewasa
awal
Sampai
Menjelang Ajal, Volume 2,
Edisi Kelima. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Faturochman, Tyas, Tri Hayuning,
Minza, Wenty Marina, &
Lufityanto, Galang. 2012.
Psikologi Untuk Kesejahteraan
Nelma, Hapsarini, Bintari, Dini
Rahma & Nurwiyanti, Fivi.
2012. Hubungan Komitmen
Beragama
Dengan
Kesejahteraan Psikologis Pada
Masyarakat
Jakarta
Usia
Dewasa. Jurnal Psikologi
Pitutur, Vol. 1, No. 1, Bulan
Juni. Universitas Indonesia.
Ryff, Carol. D. 1989. Happiness Is
Everything,
or
Is
It?
Explorations on the Meaning
of Psychological Well-Being.
Journal of Personality and
Social Psychology, 57, 6, 10691081.
132
Setiabudhi, Tony, & Hardywinoto.
2005. Panduan Gerontologi
Tinjauan Dari Berbagai Aspek.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Schultz, Duane. 2005. Psikologi
Pertumbuhan:
Model-model
Kepribadian
Sehat.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
133
Download