BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan membutuhkan dana untuk memulai usaha di perusahaannya, aktivitas penggunaan dana tersebut untuk membiayai kegiatan operasional sehari-hari, misalnya pembelian bahan baku, membayar gaji karyawan, persekot sewa dan lain sebagainya termasuk membiayai yang bersifat jangka panjang. Dana yang digunakan untuk pembiayaan kegiatan operasional sehari-hari di sebut modal kerja. Pengelolan modal kerja menjadi faktor yang penting guna menjadi penentuan kebijakan perusahaan untuk kedepannya agar memberikan feedback yang baik untuk keberlangsungan perusahaan. Perusahaan sebaiknya dapat mengontrol modal kerja dengan baik agar mendapat profitabilitas yang tinggi. Pengelolaan modal kerja memiliki pengaruh dalam kemampuan perusahaan memperoleh laba (profitabilitas). Perusahaan yang tingkat profitabilitas tinggi memilki tingkat efisiensi penggunaan modal kerja yang tinggi pula pada perusahaan tersebut. (Aulia, 2011). Pada penelitian ini profitabilitas menggunakan rasio keuangan yakni gross profit margin (GPM), net profit margin (NPM), dan return on equity (ROE). Menurut (Brigham dan Houston, 2013) modal kerja terkadang disebut modal kerja bruto yang sederhananya mengacu pada aset lancar yang digunakan dalam operasi. Modal kerja disebut juga seluruh aset jangka pendek, atau aset lancar yaitu kas, efek yang dapat diperjualbelikan, persediaan dan piutang usaha. 1 Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) modal kerja adalah bagian modal yang beredar dalam jangka waktu pendek, yaitu beredar dari uang menjadi persediaan barang piutang, dan menjadi uang kembali. Menurut Lukman (2004) gross profit margin (GPM) adalah persentase laba kotor berbanding dengan penjualan. Semakin besar gross profit margin (GPM) semakin baik keadaan perusahaan, hal itu menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih rendah di bandingkan dengan penjualan. Net profit margin (NPM) menurut Lukman (2004) merupakan rasio antara laba bersih berbanding dengan penjualan. Menurut Mamduh (2012) return on equity (ROE) adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih. Angka return on equity (ROE) yang tinggi menunjukkan tingkat profitabilitas yang tinggi. Penelitian yang dilakukan Nurcahyo terdapat hubungan positif antara modal kerja dengan laba usaha yang diperoleh perusahaan. Hasil penelitian oleh Noer Sasangko dan Silfia K menyatakan terdapat rasio yang di pengaruhi oleh modal kerja adalah gross profit margin dan operating profit margin, sedangkan net profit margin, return on investmen, dan rate of return equity tidak dipengaruhi. Penelitian oleh Riza Wahyu menyatakan bahwa efisiensi modal kerja dapat meningkatkan profitabilitas yaitu sebesar 11% setiap kenaikan 1% modal kerja. Hasil dari penelitian Supriadi dan Puspitasari tersebut menunjukkan pengaruh modal kerja terhadap penjualan dan profitabilitas mengalami signifikansi atau pengaruh positif. Untuk penelitian oleh Elisa dan Aditya tersebut menghasilkan pengaruh negatif yang signifikan antara hutang jangka pendek dengan profitabilitas, sedangkan utang jangka panjang tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap profitabilitas dan total hutang memiliki pengaruh negatif terhadap profitabilitas. Pada penelitian ini akan menggunakan objek penelitian yang bergerak pada bidang barang konsumsi, bidang tersebut termasuk dalam perusahaan manufaktur. Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang bergerak dalam pengolahan pembuatan produk. Perusahaan manufaktur memiliki 3 sektor yakni sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri dan sektor industri barang konsumsi. Perbedaan pada penelitian terdahulu yang mendorong untuk melakukan penelitian berkaitan dengan “pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan sektor indutri konsumsi yang terdaftar di BEI berturut-turut tahun 2010-2012”.