8 BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Manajemen Konstruksi

advertisement
BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1
Manajemen Konstruksi
Dalam sebuah proyek konstruksi, terdapat sangat banyak perilaku dan fenomena
kegiatan proyek yang mungkin dapat terjadi. Untuk mengantisipasi perilaku –
perilaku dan fenomena yang mungkin dapat terjadi pada proyek dibutuhkan cara
pengelolaan yang disebut dengan manajemen proyek. Manajemen proyek
tumbuh karena adanya dorongan untuk mencari pendekatan pengelolaan yang
sesuai dengan tuntutan dan sifat kegiatan proyek. Suatu kegiatan yang dinamis
dan berbeda dengan kegiatan operasional rutin.
Manajemen proyek adalah merencanakan, mengorganisir, memimpin, dan
mengendalikan sumber daya perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek
yang telah ditentukan. Lebih jauh, manajemen proyek menggunakan pendekatan
sistem dan hirarki (arus kegiatan) vertical maupun horizontal (Soeharto, I.,
1997).
1. Merencanakan
Dalam tahap perencanaan, manajemen proyek harus mampu menyusun
secara cermat urutan pelaksanaan kegiatan dan penggunaan sumber daya,
agar proyek dapat diselesaikan secepat mungkin dengan penggunaan sumber
daya sehemat mungkin.
8
9
2. Mengorganisir
Diperlukan susunan organisasi yang memadai untuk memacu terjadinya
komunikasi antara sejumlah organisasi peserta proyek, dengan tujuan
dicapainya penggunaan sumber daya secara optimal.
3. Memimpin
Dalam proyek konstruksi diperlukan seorang pemimpin proyek yang dapat
memimpin tim dalam bentuk koordinasi dan integrasi. Pemimpin proyek ini
diperlukan agar kegiatan dapat menjadi sinkron dan seluruh organisasi yang
terlibat dapat bekerja sebagai satu kesatuan.
4. Mengendalikan
Dalam proyek konstruksi, sangat diperlukan adanya hubungan yang erat
antara perencanaan dan pengendalian proyek, sehingga dapat mendeteksi
penyimpangan yang terjadi di proyek sedini mungkin.
Tujuan Manajemen Konstruksi adalah mengelola pelaksanaan dari suatu proyek
konstruksi sehingga memperoleh hasil yang optimal sesuai dengan persyaratan
yang diinginkan oleh pemilik proyek, persyaratan yang diberikan biasanya
terkait dengan waktu pelaksanaan, biaya konstruksi, dan mutu bangunan
konstruksi, sehingga harus selalu diusahakan adanya pengawasan terhadap
waktu, biaya, dan mutu bangunan konstruksi, mulai dari tahap perencanaan
sampai tahap pelaksanaan.
10
2.1.1
Fungsi Dasar Manajemen Konstruksi
Fungsi dasar manajemen proyek terdiri dari pengelolaan lingkup kerja, waktu,
biaya, mutu. Aspek – aspek ini merupakan kunci keberhasilan dari suatu proyek.
1. Pengelolaan lingkup proyek
Lingkup proyek adalah seluruh kegiatan atau pekerjaan yang harus dilakukan
untuk menghasilkan sebuah produk yang menjadi tujuan dari proyek tersebut.
Sehingga pengelolaan lingkup proyek berfungsi untuk mengelola lingkup
proyek yang memuat kuantitas, kualitas, spesifikasi, dan kriteria dari suatu
proyek. Perlu juga diusahakan agar masalah – masalah yang penting jangan
sampai membuka peluang timbulnya interpretasi yang berbeda antara pihak –
pihak yang berkepentingan (pemilik dan kontraktor).
2. Pengelolaan waktu/jadwal
Waktu merupakan salah satu sasaran utama dalam sebuah proyek.
Keterlambatan yang terjadi dapat mengakibatkan berbagai macam bentuk
kerugian, misalnya penambahan biaya. Pengelolaan waktu meliputi
perencanaan, penyusunan, dan pengendalian jadwal.
3. Pengelolaan biaya
Biaya juga merupakan salah satu sasaran utama dalam sebuah proyek.
Pengelolaan biaya meliputi segala aspek yang berkaitan dengan hubungan
antara dana dan kegiatan proyek. Mulai dari proses memperkirakan jumlah
dana yag diperlukan, mencari, dan memilih sumber serta macam
pembiayaan, perencanaan, serta pengendalian alokasi pemakaian biaya
sampai kepada akuntansi dam administrasi pinjaman dan keuangan.
4. Mengelola kualitas dan mutu
11
Kualitas dan mutu yang dimiliki oleh sebuah produk haruslah memenuhi
syarat yang telah ditentukan dalam dokumen kontrak. Agar suatu produk
memenuhi syarat yang telah ditentukan, maka dibutuhkan pengelolaan
terhadap kualitas dan mutu yang memiliki fungsi untuk mengkaji syarat –
syarat yang dikehendaki oleh pemilik proyek, kemudian menjabarkan
persyaratan tersebut menjadi kriteria dan spesifikasi, lalu menuangkannya
menjadi gambar produksi. Kemudian merencanakan dan mengendalikan
aspek mutu pada tahap implementasi. Pengelolaan kualitas dan mutu
dilakukan dengan cara menyusun program penjaminan (Quality Assurance),
dan pengendalian mutu (Quality Control).
2.1.2
Fungsi Integrasi Management Konstruksi
Fungsi integrasi dalam managemen proyek terdiri dari pengelolaan sumber daya,
pembelian/kontrak, risiko, dan komunikasi.
1. Pengelolaan sumber daya
Pengelolaan sumber daya terbagi atas dua yaitu pengelolaan sumber daya
manusia dan pengelolaan sumber daya non-manusia. Pengelolaan sumber
daya manusia meliputi inventarisasi kebutuhan, merekrut, membentuk tim,
melatih, memotivasi, serta membimbing agar mampu menangani kegiatan
proyek yang menjadi tanggung jawabnya. Serta pengelolaan sumber daya
non-manusia yang meliputi sumberdaya yang berbentuk material seperti
peralatan konstruksi.
12
2. Pengelolaan kontrak dan pembelian
Dalam setiap proyek selalu terdapat perjanjian yang mengikat pihak-pihak
peserta, seperti pemilik, kontraktor, konsultan, dan lain-lain. Sehingga dalam
pengelolaan kontrak dan pembelian diperlukan pengetahuan dan pengalaman
yang cukup dalam berbagai hal, seperti pengenalan material dan sumbernya,
pengenalan rekanan, produsen, dan lain-lain.para pengelola kontrak dan
pembelian ini dituntut memiliki kemampuan dalam evaluasi, negosiasi, dan
administrasi.
3. Pengelolaan risiko
Mengelola risiko berarti mengidentifikasi secara sistematis jenis, besar, dan
sumber terjadinya risiko selama siklus proyek, kemudian mencari solusi
terbaik dalam menghadapi risiko tersebut.
4. Pengelolaan komunikasi
Dalam suatu proyek kontruksi hamper selalu melibatkan banyak pihak,
seperti pemilik, kontraktor, konsultan dan lain-lain. Dengan banyaknya pihak
yang terlibat ini maka komunikasi memegang peranan penting dalam rangka
mencapai keberhasilan sebuah proyek. Biasanya digunakan software sebagai
sarana komunikasi, sehingga proses pengumpulan, dan pengolahan data serta
informasi dari setiap pihak yang terlibat dapat dilakukan dengan cepat dan
akurat.
13
2.2
Metode Pelaksanaan Konstruksi
Fungsi dasar manajemen proyek terdiri dari pengelolaan lingkup kerja, waktu,
biaya, dan mutu. Mengelola pelaksanaan dari suatu proyek konstruksi sehingga
memperoleh hasil yang optimal. Dalam pengelolaan suatu proyek konstruksi,
agar mendapat hasil yang optimal maka dibutuhkan metode pelaksanaan
konstruksi yang sesuai dengan proyek konstruksi. Dalam pembangunan gedung
bertingkat banyak metode yang dapat digunakan untuk mencapai hasil yang
optimal, dalam penelitian ini akan dibahas tentang metode pracetak dan metode
konvensional yang sering digunakan dalam pembangunan.
2.2.1
Metode Pracetak
Definisi dari kata metode pracetak adalah sebuah metode yang mana komponen
– komponen dari sebuah gedung seperti kolom, balok, plat lantai, dan lain – lain
tidak dicetak langsung ditempat atau dicor pada tempat pemasangan komponen
tersebut, melainkan dicetak di pabrik. Karena percetakan dari komponen –
komponen ini dilakukan di pabrik maka dapat mempermudah proses
pengecorannya, dan komponen – komponen pracetak ini diberi waktu
pengerasan sehingga mencapai kuat tekan rencana sebelum dilakukan
pemasangan. Jadi komponen – komponen pracetak dipasang sebagai komponen
yang sudah jadi, sehingga untuk menjadi sebuah bangunan gedung, komponen
ini akan dirangkai dengan komponen lainnya.
Karena metode ini dilakukan di pabrik, maka mutu dari komponen – komponen
struktur tersebut dapat terjaga dengan baik, namun metode pracetak ini dapat
14
digunakan jika jumlah bentuk komponen tipical dari sebuah konstruksi mencapai
angka minimum tertentu.
1. Pembuatan Beton Pracetak
Proses dari fabrikasi beton pracetak terbagi dalam tiga tahapan, yaitu
a. Tahap Desain
Dalam tahap ini proses fabrikasi beton pracetak didesain dimensi, kuat
tekan, dan lainnya sesuai dengan permintaan konstruksi. Syarat yang
harus dipenuhi dalam tahap desain ini adalah syarat kekuatan, kekakuan,
dan kestabilan pada masa layan.
b. Tahap Produksi
Tahap produksi terdiri dari:
1. Persiapan
2. Pabrikasi tulangan dan cetakkan
3. Pengadukan beton
4. Pengecoran beton
5. Pemindahan beton yang baru selesai di cor
6. Pemadatan beton
7. Finishing / repairing beton
8. Curing beton
Ada beberapa hal yang mendapat perhatian penting pada saat tahap
produksi, yaitu:
1. Desain dari produk yang akan dibuat
2. Mutu bahan pembuatan beton
3. Mutu cetakan beton
15
4. Kuat tekan beton
5. Dimensi dari beton
6. Posisi pemasangan
7. Perawatan beton
8. Pemindahan dan penyimpanan beton
9. Pencatatan
c. Tahap Pasca Produksi
Tahap pasca produksi terdiri dari:
1. Penanganan
2. Penyimpanan
3. Penumpukan
4. Pengiriman
5. Pemasangan di lapangan
2. Prinsip – Prinsip Dalam Desain Struktural
Prinsip – prinsip yang diterapkan dalam desain struktural dalam metode
pracetak yaitu:
a. Struktur terdiri dari sejumlah komponen yaitu kolom, balok, plat lantai,
dan lainnya.
b. Tiap tipe komponen memiliki sedikit perbedaan
c. Sistem sambungan yang sederhana, dan sama satu dengan yang lainnya
sehingga pada waktu pemasangan dapat menggunakan metode dan alat
yang sejenis.
d. Tiap komponen memiliki berat yang sama sehingga bisa diangkat dan
disusun dengan alat yang sama.
16
3. Klasifikasi Sistem Pracetak yaitu :
Sebagai komponen struktur :
-
Tiang pancang beton dan sistem sambungan.
-
Pelat lantai pracetak.
-
Dinding luar (skin wall).
-
Komponen Tangga ( Precast Stair )
-
Girder jembatan dan jalan layang.
-
Turap.
Sebagai sistem struktur :
-
Sistem Waffle Crete (1995).
-
Sistem Column-Slab (1996).
-
Sistem L Shape Wall (1996).
-
Sistem All Load Bearing Wall (1997).
-
Sistem Bangunan Jasubakim (1998).
-
Sistem Bresphaka (1999).
-
Sistem cerucuk matras beton.
4. Metode Pemasangan
Ada beberapa prinsip dalam pemasangan beton pracetak, yaitu:
a. Cara pemasangan perbagian (Vertikal)
-
Dilakukan trave per trave
-
Cocok untuk bangunan dengan luas lantai besar
-
Perlu landasan yang kuat
-
Lengan momen untuk tower crane tidak terlalu besar
17
-
Biasa untuk 3 samapi 5 tingkat
b. Cara pemasangan perlapis (Horizontal)
-
Dilakukan Lantai perlantai
-
Perlu tower crane yang dapat menggapai seluruh bagian bangunan
-
Karena momen crane yang besar, sehingga berat komponen menjadi
terbatas terutama untuk plat lantai.
-
Crane yang biasa digunakan adalah tower crane putar
-
Diperlukan penunjang kolom selama pemasangan
c. Cara pemasangan Lift Slab
-
Kolom menerus plat lantai dicor satu diatas yang lain
-
Alat pengangkat hidraulis
-
Perlu pasak untuk mengunci dalam pemasangan
d. Cara pemasangan Jack Block
-
Lantai teratas disiapkan diatas permukaan tanah, kemudian hidraulis
jack dipasang dibawah komponen pendukung vertikal.
-
Dengan mengatur secara berganti penggunaan hidraulis jack dan
penempatan penunjang (dari blok beton) seluruh komponen diangkat
ke atas.
-
Setelah mencapai ketinggian lantai yang diinginkan, lantai berikutnya
dipersiapkan di permukaan tanah.
-
Dilanjutkan hingga lantai paling bawah.
e. Cara pemasangan kombinasi
-
Menggunakan berbagai cara dalam pemasangan
18
5. Kelebihan Dan Kekurangan Metode Pracetak
Kelebihan metode pracetak adalah:
a. Sistem ini memungkinkan terjadinya quality control yang baik :
-
Pada metode pracetak karena pengecoran terjadi di pabrik, maka
komponen beton pracetak menjadi lebih mudah dikerjakan sehingga
hasil produksi dapat terukur dengan baik.
-
Pada metode pracetak sudah dipikirkan tentang metode pemasangan
sehingga pemasangan komponen menjadi lebih mudah sehingga lebih
menjamin kualitas struktur dalam konstruksi bangunan.
b. Pelaksanaan lebih singkat :
-
Dengan metode pracetak maka komponen pracetak dapat langsung
diproduksi bersamaan dengan pelaksanaan struktur.
-
Karena komponen pracetak telah mendapat waktu yang cukup untuk
pemadatan maka pada saat pelaksanaan struktur atas, struktur yang
dibawahnya sudah dapat dilakukan pekerjaan finishing arsitektur.
c. Tidak terpengaruh cuaca :
-
Dengan metode pracetak, maka komponen – komponen struktur
dicetak di pabrik sehingga tidak akan terpengaruh oleh cuaca.
d. Ramah lingkungan :
-
Penggunaan material kayu sebagai cetakan dapat dikurangi hingga
seminimal mungkin.
-
Limbah material sangat sedikit.
19
-
Dengan metode pracetak maka dalam proses pembangunan
komponen-komponen yang telah dibuat hanya perlu dirakit satu sama
lainnya sehingga meminimalkan gangguan polusi suara dan udara.
e. Lebih ekonomis terhadap biaya :
-
Dengan adanya quality control yang lebih baik maka nilai faktor
keamanan dapat diturunkan menjadi lebih efisien.
-
Penggunaan cetakan dan perancah dapat direduksi sehingga
menghemat material untuk cetakan.
-
Dengan metode pracetak, karena komponen-komponen di cetak di
pabrik maka dapat langsung dicetak dalam jumlah besar, sehingga
dapat mempersingkat waktu konstruksi total.
-
Meningkatkan Produktivitas tenaga kerja di lapangan.
Kekurangan sistem pracetak :
a. Analisa yang lebih rumit :
-
Dengan metode pracetak maka diperlukan perhitungan dalam sistem
sambungan.
-
Sistem instalasi harus dipikirkan agar komponen-komponen tersebut
dapat dipasang dengan mudah.
b. Membutuhkan investasi yang besar dan teknologi maju :
-
Butuh lahan yang luas sebagai tempat pabrikasi beton.
-
Beton diproduksi secara massal sehingga butuh modal investasi yang
besar
20
c. Dibutuhkan kemahiran dan ketelitian :
-
Komponen-komponen harus dibuat sedemikian mungkin sehingga
pas saat dipasang.
d. Diperlukan peralatan produksi (transportasi dan ereksi) :
-
2.2.2
Pembuatan dan penyimpanan ditempat yang berbeda.
Metode Konvensional
Dalam metode konvensional seluruh komponen bangunannya dicor di lapangan
atau di tempat proyek. metode ini merupakan metode yang paling sering
dijumpai dalam proyek konstruksi.
2.3
Rencana Anggaran Biaya
Rencana anggaran biaya atau bisa disebut juga estimasi biaya adalah perkiraan
biaya-biaya yang diperlukan untuk tiap pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi,
sehingga diperoleh biaya total yang diperlukan untuk menyelesaikan proyek
tersebut.
Tujuan dari penyusunan rencana anggaran biaya ini adalah:
1. Bagi pemilik proyek
a. Sebagai patokan dalam hal penyediaan dana.
b. Untuk mengetahui kelayakan dari proyek tersebut ditinjau dari segi
ekonomi.
c. Sebagai bahan evaluasi dalam proyek.
d. Sebagai dasar pembanding dalam pelelangan.
e. Untuk menentukan besarnya pajak dan asuransi.
21
2. Bagi konsultan
a. Sebagai bahan perencanaan
b. Pemilihan alternatif proyek
3. Bagi kontraktor
a. Sebagai dasar untuk mengikuti pelelangan dan pengajuan penawaran
b. Dasar perkiraan modal yang harus disediakan
c. Sebagai dasar dalam penyediaan bahan, alat, tenaga, dan waktu untuk
pelaksanaan konstruksi.
2.3.1
Rencana Anggaran Biaya Beton Konvensional
Dalam penyusunan rencana anggaran biaya secara konvensional, terdapat dua
macam cara penyusunan, yaitu :
1. Rencana anggaran biaya kasar
Rencana anggaran biaya dimana perhitungannya hanya didasarkan pada luas
lantai bangunan yang dikalikan dengan satuan harga per m2. Rencana
anggaran biaya kasar biasanya digunakan jika ingin mengetahui anggaran
biaya proyek secara cepat dengan cara pendekatan.
Satuan harga bangunan per m2 dibedakan atas :
a. Kelas bangunan
b. Tipe
c. Lokasi bangunan
Kelas dan tipe bangunan didasarkan pada :
a. Jumlah tingkat bangunan
b. Struktur bangunan
22
c. Bahan bangunan yang digunakan
d. Kelas bangunan (A, B, atau C)
2. Rencana anggaran biaya secara rinci
Rencana anggaran biaya secara rinci
adalah
rencana
anggaran
biaya
dimana perhitungannya didasarkan pada volume tiap jenis pekerjaan
dikalikan dengan harga satuan tiap pekerjaan tersebut, dan dihitung untuk
seluruh jenis pekerjaan yang dikerjakan pada proyek tersebut. Sehingga dapat
diperoleh total dari rencana anggaran biaya untuk suatu konstruksi.
Gambar 2.1 Bagan perhitungan anggaran biaya beton konvensional
23
2.3.2
Rencana Anggaran Biaya Beton Pracetak
Rencana anggaran biaya pada beton konvensional hampir sama dengan rencana
anggaran biaya beton pracetak, hanya saja karena beton pracetak dikerjakan di
pabrik maka terdapat perbedaan dalam kegiatan proyek yang dilakukan, dan
koefisien yang digunakan.
Gambar 2.2 Bagan perhitungan anggaran biaya beton pracetak
Download