kebijakkan redaksional surat kabar republika dalam penulisan

advertisement
KEBIJAKAN REDAKSIONAL SURAT KABAR
REPUBLIKA DALAM PENULISAN BERITA PADA
RUBRIK INTERNASIONAL
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I.)
Oleh
Ahmad Zakaria
NIM: 106051101914
KONSENTRASI JURNALISTIK
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
ABSTRAK
Ahmad Zakaria
KEBIJAKAN REDAKSIONAL SURAT KABAR REPUBLIKA DALAM
PENULISAN BERITA PADA RUBRIK INTERNASIONAL
Penerbitan pers khususnya surat kabar Republika, hampir semuanya
menyediakan kolom atau rubrik untuk berita. Ini merupakan perwujudan dari
institusi pers sebagai lembaga kontrol sosial. Berita dalam penerbitan pers dapat
berasal dari masyarakat luas dan wartawan yang meliput dan membuatnya.
Kebijakkan redaksional itu penting untuk menyikapi suatu peristiwa, karena
dalam dunia pemberitaan yang penting bukan saja peristiwa, tetapi juga sikap
terhadap peristiwa itu sendiri. Kalau suatu media massa tidak memiliki kebijakan
redaksi, maka dipastikan beritanya tidak akan konsisten, karena ia tidak
mempunyai pendirian dalam memberitakan atau menuliskan suatu peristiwa,
khususnya berita internasional.
Bagaimana kebijakan redaksional Republika dalam menentukan tulisan
berita yang layak dan tidak layak dimuat pada rubrik internasional ?
Berita yang layak muat adalah berita yang mempunyai news value dan ada
nuansa keumatannya, karena ini berdasarkan persetujuan redaktur internasional
Republika. Sedangkan berita yang tidak layak muat adalah berita yang tidak
mempunyai news value. Lalu berita internasional yang tidak layak muat, akan
menjadi arisp saja.
Mengutip Sudirman Tebba, kebijakan redaksional merupakan dasar
pertimbangan suatu lembaga media massa untuk memberitakan atau menyiarkan
suatu berita. Kebijakan redaksional juga merupakan sikap redaksi suatu lembaga
media massa, terutama media cetak, terhadap masalah aktual yang sedang
berkembang, yang biasanya dituangkan dalam bentuk berita (internasional).
Adapun metode penelitian yang peneliti gunakan adalah dengan
pendekatan kualitatif. Yaitu penelitian yang melaporkan data dengan
menerangkan dan memberi gambaran mengenai data yang terkumpul secara apa
adanya dan kemudian tersebut disimpulkan.
Dengan bantuan wawancara dengan pihak redaksi, didapatkan bahwa
proses awal untuk mendapatkan berita internasional dikirim dari dua kantor beita
langganan yaitu Ap dan reuters. Lalu berita diseleksi, mana berita yang layak
muat dan tidak, kemudian diterjemahkan oleh reporter, setelah itu diedit lagi oleh
redaktur internasional, setelah berita diedit kemudian oleh redaktur pelaksana,
berita hasil editan akan dicek ulang sebelum masuk percetakan.
Dapat disimpulkan bahwa kebijakan redaksional Republika dalam
penulisan berita pada rubrik internasional, akan lolos seleksi atau berita yang
layak muat apabila berita tersebut mempunyai news value dan berpihak pada umat
Islam.
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji serta syukur kehadirat Allah SWT atas berkat
rahmat-Nya yang telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Shalawat dan salam
tak lupa selalu tercurahkan kepada Nabi besar
Muhammad SAW, beserta keluarga, para sahabat, dan umatnya.
Tiada kata yang dapat mewakili luapan hati penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini. Akhirnya berkat usaha dan doa, skripsi yang berjudul KEBIJAKAN
REDAKSIONAL SURAT KABAR REPUBLIKA DALAM PENULISAN
BERITA PADA RUBRIK INTERNASIONAL ini dapat rampung.
Selesainya skripsi ini tentunya tidak lepas dari dukungan dan bantuan serta
bimbingan semua pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa
terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada yang terhormat:
1. Orang tua tercinta, Bapak dan Ibu (Muhammad Salbani dan
Sopiah) yang telah memberikan doa, kasih sayang, dan motivasi
kepada penulis. Semoga Allah selalu memberikan yang terbaik
untuk kalian. Amin. Serta kakak dan adikku Laila Masyitoh dan
Hayati Hidayah, yang telah banyak membantu dan menghibur diri
ini di kala penat.
2. Dr. H. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, sekaligus dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan penulisan serta
arahan dan perhatian kepada penulis. Terima kasih atas bimbingan,
ii
ilmu dan dorongan yang telah Bapak berikan kepada penulis dalam
mengerjakan skripsi ini.
3.
Drs. Wahidin Saputra, MA, selaku Pembantu Dekan I Bidang
Akademik, Drs. H. Mahmud Jalal, MA, selaku Pembantu Dekan II
Bidang Administrasi Umum dan Drs. Studi Rizal L.K, MA, selaku
Pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Drs. Suhaimi, M. Si, selaku Ketua Konsentrasi Jurnalistik dan
Rubiyanah, MA, selaku Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik yang
selalu siap membantu dalam masalah akademik. Terima kasih atas
segala bimbingan, do’a dan dukungannya.
5. Dosen-dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yang
namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih
atas ilmu dan dedikasi yang diberikan kepada penulis. Semoga
menjadi ilmu yang bermanfaat bagi penulis. Amin.
6. Segenap staff dan karyawan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.
7. Ketua sidang skripsi bapak Drs. H. Mahmud Jalal, MA, sekertaris
sidang skripsi bapak Dr. Moh. Ali, penguji satu bapak Drs. H.
Asep Usman Ismail, MA dan penguji dua Ibu Rubiyanah, MA.
8. Nur Hasan Murtiaji, Redaktur Internasional Surat Kabar Republika
yang sudah bersedia meluangkan waktunya untuk diwawancarai.
Selain itu, terima kasih kepada seluruh staf redaksi Surat Kabar
iii
Republika yang telah mengizinkan saya melakukan penelitian dan
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih
atas bantuan yang diberikan.
9. Teman-teman seperjuanganku di Konsentrasi Jurnalistik angkatan
2006 : Abi, Yanti, Lisa, Deros, Jose, Aida, Puteri, Gesta, Eka, Ira,
Mimi, Yuni, Jendral, Agung, Dzikri, Danang, Dirga, Rere, Yikki,
Novita, Irham, Nina, Rara, Fitri, Edy, Ogi, Bend, Agnes, Jay,
Baduy, Risni, Mahbub
Terima kasih atas kerja sama yang solid
selama ini, kalian sungguh luar biasa.
10. Sahabat-sahabat terbaikku : Aisyah, Hardi, Ina, Topan, Sona, Nday
dan Deden. Terima kasih atas semangatnya dan motivasinya,
semoga jadi sahabat selamanya.
11. Sahabat-sahabatku Shadow terkasih. Terima kasih atas canda,
tawa, tangis, bantuan dan dorongan yang membuatku menjadi lebih
berarti.
Dan kepada semua pihak yang telah langsung atau tidak langsung
membantu penulis dalam menyelasaikan skripsi ini, semoga Allah membalas budi
baik yang telah kalian berikan. Amin.
Jakarta, Juni 2010
Penulis.
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK…………………………………………………………………........i
KATA PENGANTAR…………………………………………………….........ii
DAFTAR ISI.………………………………………………………………..….v
DAFTAR GAMBAR……...……………………………………………….…..vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………...…………........1
B. Batasan dan Rumusan Masalah…………………………….......….4
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………….....5
D. Metodologi Penelitian….………………………………….….........5
E. Penelitian Terdahulu………………………………………………..7
F. Sistematika Penulisan………………………………………………8
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kebijakan Redaksional....................................................................10
1.Pengertian Kebijakan Redaksional.............................................10
2.Konsep Kebijakan Media Massa................................................11
B. Ideologi Media…………………………………………….............12
C. Visi Misi Organisasi Media Massa..................................................16
D. Berita................................................................................................17
1. Pengertian Berita........................................................................17
2. Nilai Berita.................................................................................20
3. Jenis Berita dan Konsep Berita..................................................23
4. Proses Pencarian Berita dan Teknik Penulisan Berita...............26
E. Pengertian Surat Kabar....................................................................29
BAB III PROFIL SURAT KABAR REPUBLIKA
A. Sejarah serta Perkembangan Republika...........................................30
B. Visi dan Misi Republika..................................................................32
C. Struktur Redaksi Surat Kabar Republika.........................................34
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Temuan...........................................................................................36
1. Proses Pengumpulan Naskah Berita.........................................37
2. Proses Penyeleksian Naskah Berita..........................................38
3.Proses Penyuntingan Naskah Berita..........................................40
B. Analisis Kebijakan..........................................................................44
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................46
B. Saran.............................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................47
LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................
v
DAFTAR GAMBAR
1.
Skema Manajemen Berita Internasional di Republika……………………42
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Surat kabar Republika adalah salah satu koran nasional yang dilahirkan
oleh kalangan komunitas Muslim di Indonesia pada 4 Januari 1993. Penerbitan
tersebut sebagai upaya panjang kalangan umat Islam, khususnya wartawan
profesional muda yang dipimpin oleh ex wartawan Tempo, Zaim Uchrowi.
Kehadiran Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dapat menembus
pembatasan ketat pemerintah untuk izin penerbitan saat itu.
“Harian Umum Republika diterbitkan atas kehendak mewujudkan media
massa yang mampu mendorong bangsa menjadi kritis dan berkualitas.
Yakni bangsa yang mampu sederajat dengan bangsa maju lain di dunia,
memegang nilai-nilai spiritualitas sebagai perwujudan Pancasila sebagai
filsafat bangsa, serta memiliki arah gerak seperti digariskan UUD 1945.” 1
Nama Republika sendiri merupakan ide dari Presiden Soeharto, pada
awalnya harian ini akan diberi nama “Republik”. Penerbitan Republika menjadi
berkah bagi umat. Sebelum masa itu, aspirasi umat tidak mendapat tempat dalam
wacana nasional. Kehadiran media ini bukan hanya memberi saluran bagi aspirasi
tersebut, namun juga menumbuhkan pluralisme informasi di masyarakat. Karena
itu kalangan umat antusias memberi dukungan, antara lain dengan membeli saham
sebanyak satu lembar saham per orang. PT Abdi Bangsa Tbk sebagai penerbit
Republika pun menjadi perusahaan media pertama yang menjadi perusahaan
publik. Mengelola usaha penerbitan koran bukan perkara sederhana. Selain sarat
dengan modal dan sarat SDM, bisnis inipun sarat teknologi. Keberhasilan
1
Lampiran company profile Republika
2
Republika menapaki usia 15 tahun merupakan buah upaya keras manajemen dan
seluruh awak pekerja di PT Abdi Bangsa Tbk yang dilakukan oleh perusahaan
yang menerbitkan koran ini sejak 1993 untuk mengelola segala kerumitan itu.
Setelah BJ Habibie tak lagi menjadi Presiden dan seiring dengan surutnya
kiprah ICMI selaku pemegang saham mayoritas PT Abdi Bangsa, pada akhir
2000, mayoritas saham koran ini dimiliki oleh kelompok Mahaka Media.
Walaupun berganti kepemilikan, Republika tak mengalami perubahan visi dan
misi, namun, harus diakui ada perbedaan gaya dibandingkan dengan sebelumnya.
Sentuhan bisnis dan independensi Republika menjadi makin profesional dan
matang sebagai koran nasional untuk komunitas Muslim. Mulai tahun 2004,
Republika dikelola oleh PT Republika Media Mandiri (RMM). Sementara PT
Abdi Bangsa naik menjadi perusahaan induk (Holding Company). Di bawah PT
RMM, Republika terus melakukan inovasi penyajian untuk kepuasan pelanggan.
Republika pertama kali tampil dengan “Desain Blok”, hingga berhasil
memperoleh juara pertama Lomba Perwajahan Media Cetak 1993. Tahun 1995
membuka situs surat kabar pertama di Indonesia. Tahun 1997, menjadi yang
pertama mengoperasikan Sistem Cetak Jarak Jauh (SCJJ). Republika juga sebagai
koran pertama yang menerbitkan halaman khusus daerah. Pada 31 Januari 2000,
Republika menjadi koran pertama yang melakukan resizing. Pada umumnya koran
di Indonesia menggunakan kertas ukuran sembilan kolom, hal ini terlihat tidak
ergonomis. Ketika seluruh koran pada 2005 berubah ke delapan kolom, maka 2
Januari 2006 Republika berubah menjadi tujuh kolom. Tahun 2006, mulai edisi
September, Republika memberikan sisipan gratis majalah olahraga “Arena”.
3
Republika juga menjadi koran pertama yang sejak awal menjadi perusahaan
terbuka dan telah listing di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Banyak keberhasilan yang
telah diraih oleh Republika. Di antaranya melahirkan institusi sosial Dompet
Dhuafa Republika, sebuah yayasan mandiri yang bergerak di bidang
kemanusiaan. 2
Telah diuraikan di atas, bahwa dalam memperjuangkan suatu media
bukanlah hal yang mudah. Media tersebut harus siap bersaing dengan media
lainnya. Media tersebut juga harus intens melakukan berbagai inovasi. Inovasi
tersebut dapat berupa sajian dalam bentuk yang beragam. Salah satunya
memberikan bonus perminggunya, rubrik menarik, ataupun low price, namun
dengan content yang variatif. Dan dalam era globalisasi ini, para insan media juga
berlomba untuk menyuguhkan ide dan informasi mereka lewat media cetak, salah
satunya adalah surat kabar nasional Republika, yang menyugguhkan rubrik
internasional.
Penerbitan pers khususnya surat kabar, hampir semuanya menyediakan
kolom atau rubrik untuk berita. Ini merupakan perwujudan dari institusi pers
sebagai lembaga kontrol sosial. Berita dalam penerbitan pers dapat berasal dari
masyarakat luas dan wartawan yang meliput dan membuatnya. 3
Kebijakan redaksional itu penting untuk menyikapi suatu peristiwa, karena
dalam dunia pemberitaan yang penting bukan saja peristiwa, tetapi juga sikap
terhadap peristiwa itu sendiri. Kalau suatu media massa tidak memiliki kebijakan
2
3
Lampiran company profile Republika
Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers (Bandung: Rosda, 2004), h. 67.
4
redaksi, maka dipastikan beritanya tidak akan konsisten, karena ia tidak
mempunyai pendirian dalam memberitakan atau menuliskan suatu peristiwa.
Pertama kebijakan redaksional merupakan proses pengambilan keputusan
oleh tim redaksi tentang standar baku operasionalisasi pembuatan berita,
khususnya pada pembuatan berita internasional, dimana intervensi positif sebagai
suatu tim kerja atau working group dalam merumuskan berbagai keputusan terkait
dengan prosedur dan mekanisme maupun nilai berita yang akan dimuat atau
diterbitkan oleh Surat Kabar Republika. Kedua, bahwa ukuran penentuan nilai
sebuah peristiwa/kegiatan yang memiliki nilai berita (Internasional), apabila
secara realitas mengandung satu atau lebih unsur kelayakan sebagai berita
internasional. Dengan latar belakang masalah di atas, peneliti merasa tertarik
untuk menulis sebuah skripsi yang berjudul ”KEBIJAKAN REDAKSIONAL
SURAT KABAR REPUBLIKA DALAM PENULISAN BERITA PADA
RUBRIK INTERNASIONAL”.
B.
Batasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar tidak terlalu luas dalam pengelolaan data, maka penelitian ini
dibatasi pada kebijakan redaksional surat kabar Republika dalam penulisan berita
internasional pada rubrik internasional.
2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:.
a)
Bagaimana kebijakan redaksional Republika dalam menentukan tulisan
berita yang layak dan tidak layak dimuat pada rubrik internasional ?
5
C.
1.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini terbagi dua, yaitu:
a.
Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui, apa yang
dimaksud dengan kebijakan redaksional, bagaimana kebijakan itu dibuat, serta
diterapkan pada rubrik yang ada dalam media tersebut.
b.
Tujuan Khusus
Tujuan khususnya, yaitu untuk mengetahui, menemukan, menjabarkan
serta menganalisa kebijakan redaksional Surat Kabar Republika dalam penulisan
berita pada rubrik internasional.
2.
a.
Manfaat dari penelitian ini juga terbagi dua, yaitu:
Manfaat Akademis
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang bagaimana
pertimbangan kebijakan redaksioanl Surat Kabar Republika dalam penulisan
berita pada rubrik internasional.
b.
Manfaat Praktis
Manfaat praktisnya, supaya penelitian ini bisa menjadi rujukkan penelitian
yang juga membahas masalah kebijakan redaksional.
D.
1.
Metodologi Penelitian
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan
metodologi kualitatif sebagai mekanisme penelitian yang menghasilkan data
6
deskriptif berupa kata-kata, baik itu tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang dapat diamati oleh peneliti. 4
Dalam penerapannya, pendekatan kualitatif menggunakan metode
pengumpulan data dan metode analisis yang bersifat nonkuantitatif, seperti
penggunaan instrument wawancara mendalam dan pengamatan. 5 Metode yang
digunakan dalam penelitian ini ialah analisis deskriptif yang berfokus pada
penelitan nonhipotesis sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu
merumuskan hipotesis. 6
2.
Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitan ini adalah Surat Kabar Republika. Sedangkan yang
menjadi objek penelitiannya adalah seputar kebijakan redaksioanl surat kabar
Republika dalam penulisan berita pada rubrik internasional.
3.
Teknik Pengumupulan Data
Dalam mengumpulkan data penelitian, peneliti mewawancarai lansung
redaktur internasional, yaitu bapak Nur Hasan Murtiaji. Wawancara dilakukan
pada tanggal 12 April 2010, di kantor Republika. Wawancara tersebut peneliti
butuhkan agar mendapatkan data atau informasi yang akurat. Sedangkan studi
pustaka, peneliti dapatkan dari buku, juga dari artikel dari internet yang berkaitan
dengan bahasan penelitian guna menunjang peneliti dalam mengolah data.
4
Lexy J. Moeleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosda, 2002), h. 3.
Antonius Birowo, Metode Penelitian Komunikasi ( Yogyakarta: Gintanyali, 2004). H.
6
Suharismi Arikonto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT. Bina
Aksara, 1989), h. 194.
5
7
4.
Teknik Analisis Data
Analisis data peneliti lakukan setelah semua data yang dibutuhkan telah
terkumpul. Tekniknya dengan cara mendeskripsikan data yang diperoleh, yaitu
dari hasil observasi dan wawancara dengan redaktur rubrik Internasional. Datadata tersebut peneliti deskripsikan secara apa adanya serta didukung oleh data
yang didapatkan dari dokumen arsip maupun sumber lainnya yang berkaitan
dengan bahasan penelitian ini.
5.
Tempat dan Waktu Penelitain
Tempat penelitian ini adalah kantor redaksional Republika Jl. Warung
Buncit Raya No. 37 Jakarta Selatan 12510. Serta perpustakaan sebagai tempat
pengumpulan dokumen, arsip dan data-data kepustakaan lainnya. Dengan segala
pertimbangan dan persiapan yang harus dilakukan untuk penelitian ini maka
waktu pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan terhitung mulai bulan
Februari sampai April 2010.
E.
Penelitian Terdahulu
Penelitian ini terinspirasi dari skripsi karya:
1.
Oke Wintoro mengenai Kebijakan Redaksional Koran Seputar Indonesia
dalam Opini Suara Mahasiswa. Dalam penelitiannya, Oke mendeskripsikan
bagaimana koran Seputar Indonesia menentukkan opini yang layak muat
atau tidak dengan bersandar pada kebijakkan yang ada.
2.
Diah Yuliana mengenai Kebijakan Redaksional Metro TV dan Program
Penyajian Snapshot. Lewat analisa studi kasusnya, ia menjelaskan.
Bagaimana kebijakkan redaksional Metro TV dibuat dan apa saja yang
8
menjadi dasar pertimbangannya. Sehingga mampu membuat kebijakkan
yang dijadikan tolak ukur dalam penyajian sebuah program beritanya.
Kedua skripsi di atas, peneliti jadikan tinjauan pustaka, karena dasarnya
penelitiannya sama, yaitu membahas mengenai kebijakan redaksional. Akan
tetapi, baik media maupun fokus penelitian kami berbeda. Peneliti mencoba
menggunakan media lain, yaitu surat kabar Republika dengan fokus penelitian
pada penulisan berita pada rubrik internasional, agar menambah khasanah
penelitian.
F.
Sistematika Penulisan
Agar penulisan skripsi ini bersifat sistematis maka dalam penulisannya,
penulis berpedoman pada buku yang berjudul Pedoman Penulisan Karya Ilmiah
(Skripsi, Tesis, dan
Disertasi), karya Hamid Nasuhi, dkk, terbitan Ceqda,
Jakarta, 2007. Penulis membagi skripsi ini menjadi (5) lima bab. Adapun
sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
membahas
Latar
Belakang
Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat
Penelitian,
Tinjauan
Pustaka,
Metodologi
Penelitian
dan
Sistematika Penulisan.
BAB II
KERANGKA
TEORI
membahas
Kebijakan
Redaksional,
ideologi media, visi dan misi organisasi media massa, Berita .
BAB III
PROFIL KORAN REPUBLIKA membahas Sejarah serta
perkembangan Surat Kabar Republika, Visi dan Misi serta Tujuan
9
Didirikannya Surat Kabar Republika, Struktur Redaksional Surat
Kabar Republika.
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Membahas tentang temuan, serta hasil analisis penelitian mengenai
kebijakan redaksional republika dalam penulisan berita mana yang
layak dan tidak layak dimuat pada rubrik internasional
BAB V
PENUTUP membahas kesimpulan dan saran, merupakan bab
penutup yang memuat kesimpulan penulisan dan saran dari penulis
sekaligus untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dalam
perumusan masalah.
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
1.
Kebijakan Redaksional
Pengertian Kebijakan Redaksional
Kebijakkan redaksional adalah merupakan dasar pertimbangan suatu
lembaga media massa untuk memberitakan atau menyiarkan suatu berita.
Kebijakan redaksional juga merupakan sikap redaksi suatu lembaga media massa,
terutama media cetak, terhadap masalah aktual yang sedang berkembang, yang
biasanya dituangkan dalam bentuk berita (internasional). 1
Dasar pertimbangan suatu lembaga media massa untuk menyiarkan atau
tidak menyiarkan peristiwa, pertama-tama ditentukan oleh sifat media massa yang
bersangkutan. Media massa itu ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat
khusus. Media massa yang bersifat khusus, misalnya media massa ekonomi,
hanya menyiarkan berita ekonomi dan hal-hal yang berkaitan dengan masalah
ekonomi, media massa politik hanya menyiarkan berita politik dan hal-hal yang
berkaitan dengan masalah politik dan sebagainya. Kemudian kalau media massa
itu bersifat bersifat umum, maka ia pada perinsipnya dapat menyiarkan setiap
peristiwa yang menarik dan penting. Tetapi karena peristiwa yang menarik itu
banyak, maka belum tentu bisa menyiarkan semuanya sehingga harus ditentukan
dasar pertimbangannya untuk menyiarkan atau tidak menyiarkan suatu peristiwa. 2
1
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h. 150.
2
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, h.151.
11
2.
Konsep Kebijakan Media Massa
Kebijakan redaksional yang dibuat oleh sebuah media massa, berkaitan
erat dengan kebijakan media massa sesuai dengan hukum media massa yang
berlaku di negara masing-masing dan teori pers yang dianut oleh negara tersebut.
Dalam buku Jurnalistik Baru karangan Sudirman Tebba, menjelaskan
mengenai bagaimana Indonesia menganut teori pers. Konsep kebebasan pers
muncul sebagai reaksi pers otoriter yang berkembang sebelumnya, karena pers
otoriter tidak dianggap demokratis dan tidak relevan dengan gagasan kebebasan
individu yang muncul sebagai konsekuensi dari berkembangnya paham
liberalisme dan individualisme dalam masyarakat.
Tetapi perkembangan pers itu menimbulkan kekhawatiran yang lalu
mendorong lahirnya suatu gagasan dan teori pers tanggung jawab sosial. Pencetus
teori tanggung jawab sosial berpendapat bahwa orang-orang yang menguasai
media massa harus bertanggung jawab kepada masyarakat.
Itu sebabnya pers di Indonesia, terutama sejak pemerintahan orde baru,
dinyatakan sebagai pers yang bebas dan bertanggung jawab, yaitu pers yang
menjalankan fungsinya sebagai penyebar informasi yang objektif, dalam
menyalurkan aspirasi rakyat dan meluaskan komunikasi dan partisipasi
masyarakat. 3
Tujuan kebijakan media massa, paling tidak bisa dilihat dari dua segi,
sosiologi dan komunikasi. Dari sisi sosiologi, tujuan kebijakan komunikasi adalah
3
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, h.47-48.
12
untuk menempatkan proses komunikasi sebagai salah satu bagian dari dinamika
sosial yang tidak merugikan masyarakat.
Dengan demikian, masyarakat bisa mengendalikan proses komunikasi
yang terjadi di antara mereka. Tegasnya, dari sudut sosiologi, kebijakan
komunikasi memberdayakan masyarakat dalam melakukan proses komunikasi. 4
Lebih jelasnya Ana Nadhya Abrar mengungkapkan:
Sesungguhnya kebijakan media massa termasuk kebijakan komunikasi,
yaitu kebijakan komunikasi yang menggunakan media massa. Sebagai
kebijakan komunikasi, kebijakan media massa merupakan kebijakan
publik. Itulah sebabnya kebijakan media massa harus memiliki paling
tidak lima kriteria, yaitu: (1) memiliki tujuan tertentu; (2) berisi tindakan
pejabat pemerintah; (3) memperlihatkan apa yang akan dilakukan
pemerintah; (4) bisa bersifat positif dan negatif; dan (5) bersifat memaksa
(otoritatif).
Kalau kebijakan media massa tidak mengandung kelima kriteria ini, maka
kebijakan tersebut tidak lengkap dan akan menimbulkan masalah di belakang hari.
Kebijakan seperti ini harus diubah. Proses perubahan kebijakan inilah yang
kemudian disebut advokasi kebijakan media massa. 5
B.
Ideologi Media
Sebelum membahas lebih jauh mengenai ideologi media, alangkah lebih
baik jika peneliti menjabarkan dahulu beberapa pengertian ideologi. Pemahaman
mengenai ideologi pastilah berbeda menurut para ahli, artinya penggunaan kata
ideologi memiliki arti yang berbeda dan tidak ada keseragaman mengenai
pengertian ideologi.
4
Ana Nadhya Abrar. “Konsep Dasar Hukum Media Massa,” artikel ini diakses pada 1
maret 2010. http://ikuii.files.wordpress.com/2008/02/handout-1-konsep-dasar-hukum-mediamassa.pdf
5
Ana Nadhya Abrar. Konsep Dasar Hukum Media Massa.
13
Secara etimologis, ideologi berasal dari bahasa Greek, terdiri atas kata
idea dan logia. Idea berasal dari kata idein yang berarti melihat. Sedangkan logia
berarti pengetahuan atau teori. Ideologi menurut arti kata ialah pengucapan dari
yang terlihat atau pengutaraan apa yang terumus di dalam pikiran sebagai hasil
dari pemikiran. Menurut Gramsci, ideologi lebih dari sekedar sistem ide. James
Lull berpendapat, ideologi merupakan ungkapan yang paling tepat untuk
mendeskripsikan nilai dan agenda publik dari bangsa, kelompok agama, kandidat
dan pergerakan politik, dll. 6 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arti dari
ideologi ialah kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat
(kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup atau cara
berpikir seseorang atau suatu golongan.
Raymond William mengklasifikasikan kata ideologi kedalam tiga
penggunaan utama : 7
1) Ideologi merupakan sebuah sistem kepercayaan yang dimiliki
kelompok atau kelas tertentu.
2) Ideologi merupakan sebuah kesadaran palsu.
3) Ideologi merupakan proses umum produksi makna dan ide. Ideologi di
sini adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan produksi
makna.
6
Alex Sobur, Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Semiotika
dan Framing (Bandung : Rosdakarya, 2004) h. 64-65.
7
Doni, “Konstruksi Media Cetak Atas Realitas (Analisis Framing Terhadap Pemberitaan
Baitul Muslimin Indonesia PDI-P di Harian Kompas dan Republika),” (Skripsi S 1 Fakultas
Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008).
14
Penggunaan pertama lebih pada aspek psikologis. Penggunaan kedua, bisa
mencakup media ideologis, yakni mencakup sistem-sistem pendidikan, politik,
hukum dan media massa. Aspek penggunaan ketiga, lebih menekankan pada
istilah yang digunakan untuk melukiskan produk sosial atas makna.
Sphere
of
Deviance
Sphere of
Sphere
consensus
of
legitimate controversy
Uraian Gambar 1
Peta Ideologi Pamela J. Shoemaker
Peta ideologi Pamela J. Shoemaker, membagi jurnalistik ke dalam tiga
bidang, yakni bidang penyimpangan (sphere of deviance), bidang kontroversi
(sphere of legitimate controversy), dan bidang konsensus (sphere of consensus).
Bidang terluar, yakni bidang penyimpangan, di mana dalam wilayah
penyimpangan, suatu peristiwa, gagasan atau perilaku (realitas) tertentu
dikucilkan dan dipandang menyimpang. Berisi nilai yang dipahami bersama oleh
komunitas. Bidang yang paling tengah, yakni bidang kontroversi, di mana dalam
wilayah kontroversi, suatu peristiwa, perilaku, atau gagasan (realitas) dipandang
menyimpang dan buruk. Dalam bidang ini, realitas masih diperdebatkan atau
15
dipandang kontroversi. Sedangkan bidang yang paling luar, yakni bidang
konsensus, di mana dalam wilayah konsensus menunjukkan bagaimana realitas
tersebut dipahami dan disepakati secara bersama-sama sebagai realitas yang
sesuai dengan nilai-nilai ideologi kelompok. 8 Teori ini menjelaskan bagaimana
sebuah ideologi yang ada dalam sebuah media massa dapat mempengaruhi
bagaimana sebuah peristiwa dibingkai oleh media tersebut dalam membuat suatu
kebijakan redaksional.
Ideologi sebuah media massa berupa citra ideal yang dikemas oleh media
massa seperti fakta dan dipahami sebagai realitas kongkrit. Ideologi media massa
menghasilkan wacana media massa berupa konstruk kultural, termasuk berita
surat kabar. Ideologi media dapat tercermin dari isi media massa berupa produk
dari media massa tersebut.
Media massa mempunyai kemampuan untuk memilih dan memilah-milah
serta menentukan isu apa saja yang akan ditampilkan dan isu apa saja yang harus
disembunyikan sesuai kebijakan redaksional medianya. Selain itu juga
menentukan isu apa yang harus ditonjolkan, sehingga isu tersebut dipandang
penting oleh khalayak. Kemampuan media massa yang seperti itulah yang dikenal
sebagai kemampuan media massa menjalankan fungsi agenda setting.
Teori agenda setting ialah teori yang membahas mengenai dampak media /
efek komunikasi massa terhadap masyarakat dan budaya. Teori ini dikemukakan
oleh Maxwell McCombs dan Donald Shaw, dengan publikasi pertamanya “The
Agenda Setting Function of The Mass Media”. Model agenda setting
8
Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, h. 127-128.
16
mengasumsikan adanya hubungan yang positif antara penilaian yang diberikan
media pada suatu persoalan dengan perhatian yang diberikan khalayak terhadap
suatu persoalan. Agenda setting menonjolkan isu apa yang dianggap penting oleh
media, akan dianggap penting juga oleh masyarakat. Apa yang dilupakan media,
akan luput dari perhatian masyarakat. 9 Ada tiga proses agenda setting 10 :
1) Media agenda di mana isu didiskusikan dalam media
2) Public agenda ketika isu didiskusikan dan secara pribadi sesuai
dengan khalayak
3) Policy agenda pada saat para pembuat kebijakan menyadari
pentingnya isu tersebut
Realitas yang dihadirkan media massa, harusnya dilihat oleh khalayak
sebagai realitas tangan kedua (second hand reality). Realitas yang diterima
khalayak ini bukan realitas yang sesungguhnya, melainkan sesuatu yang dianggap
sebagai realitas semu. Fakta semu inilah yang dianggap sebagai fakta oleh publik,
sebab publik tidak mungkin melihat langsung fakta sesungguhnya selain yang
disajikan oleh media massa.
“Sebagaimana diketahui bahwa setiap orang adalah representasi dari
budaya masyarakatnya, maka representasi media massa adalah
representasi budaya para redaktur dan desk sebuah media massa
dipengaruhi juga oleh kekuasaan kapitalisme termasuk budayanya,
sehingga secara langsung nilai kapitalisme ikut mendominasi nilai-nilai
yang ada dalam pemberitaan media massa.”11
C.
Visi Misi Organisasi Media Massa
Thomas S. Bateman dan Scott A Snell mendefinisikan visi sebagai
strategic vision yang bergerak melampaui pernyataann misi untuk menunjukkan
9
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung : Rosda Karya, 2004), h.
68.
10
11
http://en.wikipedia.org/wiki/Agenda-Setting theory diakses pada 9 Mei 2009
Burhan Bungin, Sosiologi Komunikasi, h. 229.
17
suatu perspektif tentang arah perusahaan dan ingin menjadi seperti apa perusahaan
tersebut. Sedangkan misi didefinisikan sebagai tujuan dasar dan nilai suatu
organisasi, sesuai dengan lingkup operasinya. 12 Sementara itu, visi dan misi
media secara khusus, harus mencakup tiga hal penting, yaitu :
1) Visi Ekonomi
Visi ekonomi, yaitu tujuan yang berkaitan dengan posisi keuangan
sebuah organisasi media massa dan terfokus pada penerimaan,
pengeluaran dan keuntungan
2) Visi Service
Visi service, yaitu tujuan yang berhubungan dengan produk
jurnalistik yang dapat menarik pembaca dan dapat direspon sesuai
dengan kepentingan dan kebutuhan mereka. Tujuan ini merupakan
bentuk kontribusi dari organisasi media massa tersebut bagi kehidupan
masyarakat
3) Visi Personal
Visi Personal, yaitu tujuan yang berhubungan dengan individu
yang dipekerjakan oleh organisasi media massa tersebut.
D.
1.
Berita
Pengertian Berita
Berita merupakan hal atau peristiwa yang terjadi di dunia, oleh karena itu
semua media baik cetak maupun elektronik selalu menyajikan berita atau
informasi yang dipublikasikan kepada khalayak. Tidak ada pengertian khusus
12
http://digilib.petra.ac.id/viewer, diakses pada 24 Juni 2009
18
mengenai berita, namun ada beberapa pendapat yang mendefinisikan tentang apa
itu berita.
Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat membagi definisi
berita berdasarkan wilayah kekuatan dunia, yakni berdasarkan pers Timur dan
pers Barat. Dalam pers Timur, berita adalah suatu “proses”, proses yang
ditentukan arahnya. Tidak didasarkan pada maksud untuk memuaskan nafsu
“churiosity’ segala sesuatu yang “luar biasa” dan “amazing”, melainkan pada
keharusan ikut berusaha mengorganisasikan pembangunan dan pemeliharaan
negara sosialis. Bahkan Lenin memberikan definisi berita sebagai “a collective
organizer, a collective agitator, a collective propagandist.” 13
Sedangkan pers Barat memandang berita itu sebagai “komoditi”, sebagai
“barang dagangan” yang dapat diperjualbelikan. Oleh karena itu, sebagai barang
dagangan ia harus “menarik”, seperti yang dikemukakan oleh Lord Nortchliffe
bahwa “News is anything out of ordinary” (Berita adalah segala sesuatu yang
tidak biasa). 14
Selain itu, banyak yang mendefinisikan tentang berita. Asep Saeful
Muhtadi mengutip Bruce D. Itule mendefinisikan berita dengan mengungkap
contoh, berita adalah “man bites dog”, dengan kata lain berita merupakan sesuatu
yang memang belum pernah terjadi, atau belum pernah didengar sebelumnya. 15
13
Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik; Teori dan Praktek,
(Bandung: Rosda,2005), h. 32
14
Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik; Teori dan
Praktek,.h. 33
15
Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik; Pendekatan Teori dan Praktek, (Jakarta: Logos,
1999) h. 108
19
Sedangkan Sudirman Tebba menyatakan bahwa berita adalah jalan cerita
tentang peristiwa. Ini berarti bahwa suatu berita setidaknya mengandung dua hal,
yaitu peristiwa dan jalan ceritanya. Jalan cerita tanpa peristiwa atau peristiwa
tanpa jalan cerita tidak dapat disebut berita. 16
Paul De Massener dalam buku Here’s The News: Unesco Associate yang
dikutip oleh AS Haris Sumadiria, menyatakan bahwa news atau berita adalah
sebuah informasi yang penting dan menarik serta minat khalayak pendengar. Juga
menurut Charnley dan James M. Neal menjabarkan bahwa berita adalah laporan
tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang
penting, menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan kepada
khalayak. 17
Pada leksikon komunikasi, berita didefinisikan sebagai berikut:
1. Fakta atau gagasan yang dapat menarik perhatian orang banyak dan
tepat waktunya disiarkan.
2. Pernyataan yang bertujuan untuk memberitahu.
3. Laporan tentang peristiwa atau pendapat yang disiarkan atau untuk
diketahui secara umum. 18
16
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, (Jakarta: Kalam Indonesia, 2005) h. 55
AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia; Menulis Berita dan Feature, (Bandung:
Remaja Rosda Karya, cet. kedua 2006) h. 64
18
Harimukti Kridaksana, (ed), Leksikon Komunikasi, (Jakarta: PT Pradya Paramita,
1984), h. 20
17
20
Kustadi
Suhendang
memandang
berita
sebagai
laporan
atau
pemberitahuan tentang segala peristiwa aktual yang menarik perhatian orang
banyak. 19
Robert Park membatasi berita sebagai laporan tentang peristiwa yang luar
biasa atau tidak terduga. Dennis McQuail mengatakan ”semua peristiwa yang
dilaporkan sebagai berita yang bersifat luar biasa atau paling sedikit tak terduga
sebagai syarat yang lebih penting ketimbang ’signifikan nyata’ berita sendiri. 20
2.
Nilai Berita
Berita menampilkan fakta, tetapi tidak setiap fakta adalah berita. 21 Ada
faktor-faktor tertentu mengapa berita ini layak dipublikasikan sedangkan berita itu
tidak, berita memiliki beberapa kriteria nilai apa saja yang lazim dipakai dalam
memilih berita.
Menurut Downie JR dan Kaiser yang dikutip Septiawan Santana K, nilai
berita merupakan istilah yang tidak mudah untuk didefinisikan. Istilah ini meliputi
segala sesuatu yang tidak mudah dikonsepsikan. Ketinggian nilainya tidak mudah
untuk dikongkretkan. Nilai berita juga menjadi rumit bila dikaitkan dengan
sulitnya membuat konsep berita. 22
Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat menjelaskan nilainilai berita sebagai berikut:
•
Aktualitas (Timeliness), bagi sebuah surat kabar, semakin aktual berita19
Kustandi Suhendang, Pengantar Jurnalistik; seputar Organisasi, Produk, dan Kode
Etik, (Bandung: Nuansa, 2004), h. 103
20
Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa; Suatu Pengantar, (Jakarta: Erlangga,
1996), h. 190
21
AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia; Menulis Berita dan Feature. h. 63
22
Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2005) h. 17
21
beritanya, semakin baru peristiwanya terjadi, semakin tinggi nilai
beritanya. Saat ini ada surat kabar menerapkan kebijakan untuk dua kali
terbit dalam sehari pagi dan sore, seperti yang dilakukan oleh Koran
Seputar Indonesia dan Kompas.
•
Kedekatan (Proximity), peristiwa yang mengandung unsur kedekatan
dengan pembaca, akan menarik perhatian. Unsur kedekatan ini tidak harus
dalam pengertian fisik, tapi juga bisa kedekatan emosional, misalnya,
penderitaan kaum muslim di palestina akan menggugah kaum muslim di
Indonesia meski secara fisik letak kedua Negara sangat jauh. Semakin
dekat lingkaran itu ke tempat jatuhnya batu, semakin kuat pula lingkaran
gelombangnya, kian dekat dengan pembaca, kian menarik berita itu. Oleh
karena itu saat ini semakin menjamurnya Koran-koran yang berskala lokal
di beberapa daerah.
•
Keterkenalan (Prominence), kejadian yang menyangkut tokoh terkenal
(prominent names) memang akan banyak menarik pembaca, ”personages
make news” dan ”news about prominent persons make copy” (“tokoh
membuat berita” dan ”tokoh-tokoh terkenal membuat naskah berita”).
Misalnya presiden Soesilo Bambang Yudhoyono terjatuh ketika bermain
Sepak Bola, bisa menjadi berita, tetapi kalau hal serupa dialami oleh
seorang
sipil
meski
menghiraukannya.
bernama
sama,
tak
banyak
orang
yang
22
Nama-nama terkenal ini tidak harus diartikan orang saja, tapi bisa juga
tempat-tempat terkenal, peristiwa-peristiwa terkenal, tanggal-tanggal
terkenal dan situasi-situasi terkenal memiliki pula nilai berita yang tinggi.
•
Dampak (Consequence), ungkapan bahwa berita adalah sejarah dalam
keadaannya yang tergesa-gesa, pentingnya mengukur luasnya dampak dari
suatu peristiwa. Peristiwa yang memiliki dampak luas terhadap
masyarakat. Untuk mengukur luasnya dampak yang ditimbulkan oleh
suatu peristiwa ini juga dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan,
berapa banyak manusia yang terkena dampaknya? seberapa luas? Dan
untuk berapa lama? jawaban terhadap pertanyaan ini akan menentukan
apakah kita menghadapi berita besar atau berita biasa.
•
Human interest, dalam berita human interest terkandung unsur yang
menarik empati, simpati, atau menggugah perasaan khalayak yang
membacanya. Tidak ada satu pun berita bisa dimuat dalam surat kabar
kecuali berita itu memiliki unsur human interest. 23
Sedangkan menurut Luwi Ishwara, peristiwa-peristiwa yang memiliki nilai
berita yakni:
• Konflik, kebanyakan konflik adalah berita. Konflik fisik seperti perang
adalah layak berita karena adanya kerugian dan korban. Kekerasan itu
sendiri membangkitkan emosi dari yang menyaksikan dan mungkin ada
kepentingan langsung. Asep Saeful Muhtadi menyatakan sesuatu
23
Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik….h. 61
23
pergolakan memang selalu menimbulkan perhatian masyarakat. 24
• Kemajuan dan bencana, menurutnya dari konflik biasanya muncul pihak
yang menang dan pihak yang kalah. Demikian pula berita bencana alam
seperti tsunami di Aceh, banjir yang melanda perkotaan maupun pedesaan,
dan lain-lain.
• Konsekuensi, semua peristiwa yang layak menjadi berita mempunyai
konsekuensi, suatu peristiwa yang mengakibatkan timbulnya suatu
rangkaian peristiwa yang mempengaruhi orang banyak adalah layak berita.
• Kemasyhuran dan terkemuka, bahwa suatu nama bisa membuat berita dan
nama besar membuat berita lebih besar.
• Saat yang tepat dan kedekatan, sebagai ukuran yang diterapkan pada
semua peristiwa dalam membedakan berita dari yang bukan berita.
• Kegan jilan, yakni kejadian atau peristiwa yang tidak biasa.
• Human interest
• Seks, faktor ini umum untuk dipertimbangkan oleh para editor sebagai
nilai berita, bila dihubungkan dengan orang terkenal. 25 Misalnya kisah
skandal seks mantan presiden AS Bill Clinton.
3.
Jenis Berita dan Konsep Berita
Berbagai elemen nilai berita tersebut harus dipaparkan dengan bahasa dan
pelaporan berita. Yang tata cara penulisannya tidak sama dengan penulisan
makalah, atau laporan pertanggungjawaban.
24
25
Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktek. h. 153
Luwi Ishwara, Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar, (Jakarta: Kompas, 2005) h. 53
24
Karena itu berita dibagi ke beberapa kategori, berita berat (hard news) dan
berita ringan (soft news). 26 Berita berat menunjuk pada peristiwa yang
mengguncangkan dan menyita perhatian dan harus disampaikan secepat mungkin
seperti banjir, gempa, tsunami, dan lain-lain. Sedangkan berita ringan menunjuk
kepada peristiwa unsur-unsur kemanusiaan, seperti pernikahan seorang waria,
kehidupan korban bencana, dan lain sebagainya.
Menurut AS Haris Sumadiria berita dapat di kelompokkan kepada berbagai
jenis tertentu sesuai dengan tingkatannya:
1. Straight news report adalah laporan langsung mengenai suatu
peristiwa. Misalnya sebuah peliputan langsung tentang kematian
mantan presiden Soeharto setelah beberapa hari dirawat di rumah
sakit.
2. Depth news report, laporan langsung suatu peristiwa secara
mendalam, wartawan mencari fakta-fakta lebih mengenai peristiwa itu
sebagai informasi tambahan. Tentang kematian mantan presiden
Soeharto, reporter akan memasukan berita tentang kesehatan Soeharto
selama dirawat sampai ia menghembuskan nafas terakhirnya.
3. Comprehensive news merupakan laporan tentang suatu peristiwa
secara menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek. Comprehensive news
mencoba menggabungkan berbagai serpihan berita Straight news
dalam bangunan cerita peristiwa.
4. Interpretative report, berita ini biasanya memfokuskan sebuah isu,
26
AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia…. h. 66
25
masalah, atau peristiwa-peristiwa kontroversial.
5. Feature story, ialah kisah peristiwa atau situasi yang menimbulkan
kegemparan atau imaji-imaji (pencitraan). 27 Wartawan mencari fakta
untuk menarik perhatian pembacanya, penulis feature menyajikan
suatu pengalaman pembaca (reading experiences) yang lebih
bergantung pada gaya penulisan dari pada pentingnya informasi yang
disajikan.
6. Depth reporting, pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam,
lengkap dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau aktual.
7. Investigative reporting, wartawan melakukan penyelidikan untuk
memperoleh fakta yang tersembunyi demi tujuan.
8. Editorial writing, adalah pikiran sebuah institusi yang diuji di depan
sidang pendpat umum, editorial menyajikan berita fakta dan opini
yang menafsirkan berita-berita yang penting dan mempengaruhi
pendapat umum. 28
Terdapat empat konsep yang harus dipenuhi oleh sebuah berita yang layak
dipublikasikan. Yaitu:
1)
Cepat, yakni aktual atau ketetapan waktu, hal ini terkandung
makna dari berita (news), yakni sesuatu yang baru (new).
2)
Nyata (faktual), yakni informasi tentang sebuah fakta bukan fiksi
atau karangan. Fakta dalam dunia jurnalistik terdiri dari kejadian
nyata (real event), pendapat (opinion), dan pernyataan (statement)
27
28
Septiawan Santana K, Jurnalisme...h. 20
AS Haris Sumadiria, Jurnalistik Indonesia… h. 69-71
26
sumber berita.
3)
Penting, artinya menyangkut kepentingan orang banyak.peristiwa
yang berpengaruh pada masyarakat secara luas, perlu diketahui dan
diinformasikan kepada orang banyak.
4)
Menarik, artinya mengundang orang untuk membaca berita yang
kita tulis. 29
4.
Proses Pencarian Berita dan Teknik Penulisan Berita
Proses kerja redaksional menentukan apakah suatu peristiwa memiliki
nilai berita sesungguhnya atau tidak, seorang redaktur menentukan apa yang harus
diliputi, sementara seorang reporter menentukan bagaimana cara meliputnya
dengan tahap pencarian dan penggarapan berita, setelah seluruh materi terkumpul,
maka tahap selanjutnya ialah melakukan penulisan dan penyuntingan (editing).
Sebelum seorang reporter turun ke lapangan, ia harus lebih dahulu
mendengarkan dari redakturnya tentang hasil rapat redaksi di pagi hari. Rapat pagi
biasanya dipimpin oleh pemimpin redaksi atau redaktur pelaksana untuk
menentukan berita-berita apa saja yang harus diliput.
Luwi Ishwara mengutip pernyataan mantan wartawan Wall Street Journal
Ronald Buel mengatakan bahwa proses jurnalisme mempunyai lima lapisan
keputusan:
1. Penugasan (data assignment), yang menentukan apa yang layak diliput
dan mengapa?
2. Pengumpulan (data Collecting), yang menentukan bila informasi itu
29
Asep Syamsul Romli, Jurnalistik Praktis, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001) h. 3
27
yang telah dikumpulkan itu cukup?
3. Evaluasi (data evaluation), yang menentukan apa yang penting untuk
dimasukkan dalam berita?
4. Penulisan (data writing), yang menentukan kata-kata apa yang perlu
digunakan?
5. Penyuntingan (data editing), yang menentukan berita mana yang perlu
diberikan judul yang besar dan dimuat di halaman muka, tulisan mana
yang perlu dipotong, cerita mana yang perlu diubah. 30
Untuk membuat berita, paling tidak harus memenuhi dua syarat, yaitu:
1) Faktanya tidak boleh diputar sedemikian rupa, sehingga kebenaran
tinggal sebagian saja.
2) Berita harus menceritakan segala aspek secara lengkap. Dalam
menulis berita dikenal ”satu masalah dalam satu berita”, artinya,
suatu berita harus dikupas dari satu masalah saja (monofacta) dan
bukan banyak masalah (multifacta) karena akan menimbulkan
kesukaran penafsiran, yang menyebabkan berita menjadi tidak
sempurna. 31
Dalam sebuah karya jurnalistik, gaya atau teknik penulisan perlu
diperhatikan sebab dalam pekerjaan jurnalistik unsur kecepatan dan ketepatan
mutlak dijadikan patokan. Hal ini sesuai dengan unsur layak berita. Berbeda
dengan sebuah penulisan novel atau drama atau semua penulisan yang bukan
berita, yang memulai jalan ceritanya dengan latar belakang jalannya berita yang
30
Luwi Ishwara, Catatan-Catatan …. h. 91-92
Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2002), h. 47-48
31
28
terus berkembang menuju klimaks. Berbeda halnya dengan penulisan berita yang
dimulai dengan klimaks dalam alinea pertama atau biasa disebut lead, kemudian
berkembang menjadi rincian berita yang berfungsi sebagai pendukung dan
pelengkap saja yang lazim disebut dengan tubuh berita.
Teknik melaporkan atau menulis berita merujuk kepada pola piramida
terbalik, model menulis yang mengikuti bentuk segitiga yang terbalik, bagian
atasnya lebar, bagian bawahnya menyempit. Inti berita ditekankan di bagian awal,
selanjutnya semakin ke bawah, menuju bagian akhir semakin tidak penting, hanya
sisipan-sisipan keterangan. 32
Tulisan gaya ini mengacu kepada unsur 5W+1H yakni apa (What), siapa
(Who), kapan (When), di mana (Where), mengapa (Why), dan bagaimana (How).
Keenam unsur ini harus dinyatakan dalam kalimat yang ringkas, jelas, dan
menarik, sehingga pembaca tinggal ”melahapnya” saja. Jika mempunyai banyak
waktu bisa membaca paragraf-paragraf lainnya dari yang penting hingga sama
sekali tidak penting.
Pada Straight news pembukaan atau lead ditempatkan pada awal berita,
yang isinya berupa fokus peristiwa atau ringkasan tentang apa yang terjadi.33
Lead atau teras berita harus mencerminkan keseluruhan isi berita. Karena ia
berada pada paragraf pertama yang bertujuan untuk memancing khalayak
pembaca untuk tertarik membaca informasi-informasi lainnya yang berada di
32
33
Septiawan Santana K, Jurnalisme...h. 22
Luwi Ishwara, Catatan-Catatan… h. 117
29
paragraf-paragraf selanjutnya (tubuh berita). Friedlander dan Lee menyatakan
informasi di puncak piramid (lead) merupakan informasi yang sangat penting.34
Selain itu, ada teknik penulisan berita yang disebut piramida terbalik
bertumpuk, maksudnya tidak semua unsur penting dalam berita ditempatkan di
bagian lead, tetapi disebar dalam semua bagian berita itu. Jadi, dalam setiap alinea
berita ada unsur penting, sehingga khalayak tertarik mengikuti seluruh isi berita
itu dan bukan hanya leadnya. 35
E.
Pengertian Surat Kabar
Surat kabar atau koran adalah barang cetakan yang berisi berita, informasi,
dan pendidikan yang terbit secara kontinyu yang biasanya harian. Ada juga yang
berpendapat bahwa surat kabar adalah salah satu bentuk media cetak yang tidak
dijilid, dalam ukuran normal tiap halaman terdiri 9 kolom. Ada yang terbit 8
halaman, 12 halaman, 16 halaman, dan ada yang lebih dari jumlah itu. Surat kabar
adalah merupakan alat komunikasi massa dan tumbuhlah industri media massa
press, dimana perkembangannya mengikuti perkembangan masyarakatnya serta
perkembangan teknologi. 36
34
Septiawan Santana K, Jurnalisme...h. 23
Sudirman Tebba, Jurnalistik…h. 60
36
Edwi Arief Sosiawan, Perkembangan Teknologi Komunikasi (PDF Acrobat.com) di
akses pada tanggal 20 Desember 2009.
35
30
BAB III
PROFIL SURAT KABAR REPUBLIKA
A.
Sejarah serta Perkembangan Republika
Republika adalah koran nasional yang dilahirkan oleh kalangan komunitas
Muslim di Indonesia pada 4 Januari 1993. Penerbitan tersebut sebagai upaya
panjang kalangan umat Islam, khususnya wartawan profesional muda yang
dipimpin oleh ex wartawan Tempo, Zaim Uchrowi. Kehadiran Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dapat menembus pembatasan ketat
pemerintah untuk izin penerbitan saat itu.
“Harian Umum Republika diterbitkan atas kehendak mewujudkan media
massa yang mampu mendorong bangsa menjadi kritis dan berkualitas.
Yakni bangsa yang mampu sederajat dengan bangsa maju lain di dunia,
memegang nilai-nilai spiritualitas sebagai perwujudan Pancasila sebagai
filsafat bangsa, serta memiliki arah gerak seperti digariskan UUD 1945.” 1
Nama Republika sendiri merupakan ide dari Presiden Soeharto, pada
awalnya harian ini akan diberi nama “Republik”. Penerbitan Republika menjadi
berkah bagi umat. Sebelum masa itu, aspirasi umat tidak mendapat tempat dalam
wacana nasional. Kehadiran media ini bukan hanya memberi saluran bagi aspirasi
tersebut, namun juga menumbuhkan pluralisme informasi di masyarakat. Karena
itu kalangan umat antusias memberi dukungan, antara lain dengan membeli saham
sebanyak satu lembar saham per orang. PT Abdi Bangsa Tbk sebagai penerbit
Republika pun menjadi perusahaan media pertama yang menjadi perusahaan
publik. Mengelola usaha penerbitan koran bukan perkara sederhana. Selain sarat
dengan modal dan sarat SDM, bisnis inipun sarat teknologi. Keberhasilan
1
Lampiran company profile Republika
31
Republika menapaki usia 15 tahun merupakan buah upaya keras manajemen dan
seluruh awak pekerja di PT Abdi Bangsa Tbk yang dilakukan oleh perusahaan
yang menerbitkan koran ini sejak 1993 untuk mengelola segala kerumitan itu.
Setelah BJ Habibie tak lagi menjadi Presiden dan seiring dengan surutnya
kiprah ICMI selaku pemegang saham mayoritas PT Abdi Bangsa, pada akhir
2000, mayoritas saham koran ini dimiliki oleh kelompok Mahaka Media. Walau
berganti kepemilikan, Republika tak mengalami perubahan visi dan misi. Namun,
harus diakui ada perbedaan gaya dibandingkan dengan sebelumnya. Sentuhan
bisnis dan independensi Republika menjadi makin profesional dan matang sebagai
koran nasional untuk komunitas muslim. Mulai tahun 2004, Republika dikelola
oleh PT Republika Media Mandiri (RMM). Sementara PT Abdi Bangsa naik
menjadi perusahaan induk (Holding Company). Di bawah PT RMM, Republika
terus melakukan inovasi penyajian untuk kepuasan pelanggan.
Republika pertama kali tampil dengan “Desain Blok”, hingga berhasil
memperoleh juara pertama Lomba Perwajahan Media Cetak 1993. Tahun 1995
membuka situs surat kabar pertama di Indonesia. Tahun 1997, menjadi yang
pertama mengoperasikan Sistem Cetak Jarak Jauh (SCJJ). Republika juga sebagai
koran pertama yang menerbitkan halaman khusus daerah. Pada 31 Januari 2000,
Republika menjadi koran pertama yang melakukan resizing. Pada umumnya koran
di Indonesia menggunakan kertas ukuran sembilan kolom, hal ini terlihat tidak
ergonomis. Ketika seluruh koran pada 2005 berubah ke delapan kolom, maka 2
Januari 2006 Republika berubah menjadi tujuh kolom. Tahun 2006, mulai edisi
September, Republika memberikan sisipan gratis majalah olahraga “Arena”.
32
Republika juga menjadi koran pertama yang sejak awal menjadi perusahaan
terbuka dan telah listing di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Banyak keberhasilan yang
telah diraih oleh Republika. Di antaranya melahirkan institusi sosial Dompet
Dhuafa Republika, sebuah yayasan mandiri yang bergerak di bidang kemanusiaan.
Berdasarkan hasil riset AC Nielsen 2002-2003, mayoritas pembaca
Republika adalah kaum muda dan berpendidikan tinggi. Mereka umumnya berasal
dari kalangan berpendidikan menengah ke atas (87%), berpenghasilan
Rp.1.000.000 (69%) dengan terbanyak rentang di atas Rp.2.000.000 (45%)
dengan pengeluaran umumnya di atas Rp.1.000.000. Sejak mulai terbit pada
tanggal 4 januari 1993, oplah penjualan Republika terus meningkat. Sepuluh hari
sejak terbit, oplah Republika sudah mencapai 100.000 eksemplar. Padahal rencana
awal terbit hanya diperkirakan sekitar 40.000 eksemplar per hari pada semester
pertama tahun 1993, berarti oplah Republika meningkat 2,5 kali lipat dari rencana
awal. Pada semester kedua, oplah Republika naik menjadi 130.000 eksemplar dan
memasuki tahun kedua sudah meningkat menjadi 160.000 eksemplar per hari.2
B.
Visi dan Misi Republika
Visi Harian Republika
Menjadikan harian Republika sebagai koran umat yang terpercaya dan
mengedepankan nilai-nilai universal yang sejuk, toleran, damai, cerdas dan
profesional, namun mempunyai prinsip dalam keterlibatannya menjaga persatuan
2
Doni, “Konstruksi Media Cetak Atas Realitas (Analisis Framing Terhadap Pemberitaan
Baitul Muslimin Indonesia PDI-P di Harian Kompas dan Republika),” (Skripsi S 1 Fakultas
Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008).
33
bangsa dan kepentingan umat Islam yang berdasarkan pemahaman Rahmatan Lil
Alamin. 3
Misi Harian Republika
Misi Republika di berbagai bidang kehidupan adalah sebagai berikut:
1. Dalam
bidang
politik,
Republika
mendorong
demokratisasi
dan
optimalisasi lembaga-lembaga negara, partisipasi politik semua lapisan
masyarakat dan pengutamaan kejujuran dan moralitas dalam politik
2. Dalam bidang ekonomi, keterbukaan dan demokratisasi ekonomi menjadi
kepedulian
Republika,
mempromosikan
profesionalisme
yang
mengindahkan nilai-nilai kemanusiaan dalam manajemen, menekankan
perlunya pemerataan sumber-sumber daya ekonomi dan mempromosikan
prinsip-prinsip etika dan moralitas dalam bisnis
3. Dalam bidang budaya, Republika mendukung sikap yang terbuka dan
apresiatif terhadap bentuk-bentuk kebudayaan yang menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan, dari manapun datangnya, mempromosikan
bentuk-bentuk kesenian dan hiburan yang sehat, mencerdasakan,
menghaluskan perasaan, mempertajam kepekaan nurani, serta bersikap
kritis terhadap bentuk-bentuk kebudayaan yang cenderung mereduksi
manusia dan mendangkalkan nilai-nilai kemanusiaan
4. Dalam bidang agama, Republika mendorong sikap beragama yang terbuka
sekaligus kritis terhadap realitas sosial-ekonomi kontemporer
5. Memprioritaskan
3
pengembangan
pemasaran
harian
Lampiran company profile Republika & http://republika.co.id
Republika
di
34
jabodetabek, tanpa harus mematikan di daerah yang sudah ada
6. Merajut tali persaudaraan dengan organisasi Islam di Indonesia
7. Bekerjasama dengan mitra usaha di dalam pengembangan pasar harian
Republika di luar pulau Jawa
8. Mengamati peluang pengembangan “Koran Komunitas” seperti misalnya
“Bintaro Pos”, “Depok Pos”, “Bekasi Pos” atau jenis koran lainnya
9. Mengelola Kantor Perwakilan sebagai “semi otonomi”
10. Menjadikan PT Republika Media Mandiri sebagai “sister company” yang
sehat
11. Menjadikan harian Republika sebagai koran # ONE.
C.
1.
Struktur Redaksi Surat Kabar Republika
Struktur Redaksi Republika
Pemimpin Redaksi
: Ikhwanul Kiram Mashuri
Wapemred
: Nasihin Masha
Redaktur Pelaksana
: Agung P. Vazza
Kepala Newsroom
: Arys Hilman
Kepala Rol
: Irfan Junaidi
Redaktur Senior
: Anif Punto Utomo
Wakil Redaktur Pelaksana I
: Elba Damhuri
Wakil Redaktur Pelaksana II
: Selamat Ginting
Wakil Redaktur Pelaksana III/
Art Director
: Sri Kumara Dewatasari
35
Asisten Redaksi Pelaksana
:
Subroto
(Nasional),
Irwan
Ariefyanto (Hal 1 dan Opini), Rakhmat Hadi Sucipto (Ekonomi Bisnis),
Nurul S. Hamami (Olahraga, Hiburan, Internasional), Syahrudin El Fikri
(Agama), Nina Chairani (Ahad & Akhir Pekan), Bidramnanta (Special
Product).
Sekretaris Redaksi
: Fachrul Ratzi
Surat Izin Usaha Penerbitan Pers :
SK Menpen No. 283/SK/MENPEN/SIUPP/A.7/1992
Alamat
:
Jl. Warung Buncit Raya No. 37 Jakarta Selatan 12510
Telphone
: (021) 7803747
Faks
: (021) 7983623
E-mail
: [email protected]
36
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A.
Temuan
Dalam membantu perkembangan berita di Indonesia, khususnya berita
internasional. Setiap tulisan yang dimuat dalam media massa, baik berupa berita
lokal, berita nasioanl maupun berita internasional, tentunya tidak dapat dipisahkan
dari kebijakan redaksional yang ada dalam media yang bersangkutan. Termasuk
penghayatan nilai-nilai jurnalisme yang dianut oleh redaktur, wartawan di
lapangan, maupun penulis lepas yang mengirimkan editorial ke media massa.
Kebijakan redaksional merupakan pedoman yang biasanya bersifat tersirat
yang menjadi acuan redaksi dalam mengelola penerbitannya. Dengan kata lain,
kebijakan redaksional merupakan kaidah dalam setiap langkah operasional
pemberitaan. Dalam jurnalisme, redaktur adalah penjaga gawang atau dalam
bahasa asing sering disebut dengan istilah gatekeeper. Karena redaktur memiliki
tugas untuk menentukan apakah berita yang diterima akan dimuat atau tidak.
Keberadaan kebijakan redaksi penting adanya untuk kelangsungan sebuah
perusahaan media massa, karena kebijakan redaksional adalah pembeda antara
media satu dengan media lainnya. 1 Ketika membuat kebijakannya, sebuah media
pasti memiliki dasar pertimbangan sendiri. Dasar pertimbangan suatu media
massa ditentukkan oleh sifat media itu sendiri, apakah khusus atau umum. Selain
itu, berdasarkan ideologi agama, bisnis dan politik.
1
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru (Ciputat: Kalam Indonesia, 2005), h. 150.
37
Dasar pertimbangan ideologis ditentukan oleh latar belakang pendiri atau
pemiliknya. Sedangkan dasar pertimbangan politik, dikarenakan kehidupan pers
tidak pernah lepas dari masalah politik, selain itu kehidupan pers di suatu negara
merupakan indikator demokrasi. Dasar pertimbangan kebijakan redaksional
selanjutnya adalah bisnis. hal ini terkait dengan masuknya media massa dalam
ranah industri, yang menyebabkan media massa harus berpikir “untung” dan
“rugi.” 2
Untuk mengetahui kebijakan redaksional Surat Kabar Republika dalam
penulisan berita pada rubrik internasional dapat diketahui dari proses-proses kerja
yang dilaksanakan redaktur internasional. Proses-proses tersebut meliputi tiga
tahapan proses, yang pertama proses pengumpulan berita, proses penyeleksian
berita dan proses penyuntingan berita. Dengan menggunakan pertimbangan
tersebut, Surat Kabar Republika membuat sebuah kebijakan yang diterapkan
dalam
menentukan
berita-berita
yang
layak
muat
atau
tidak.
Untuk
menentukannya, Surat Kabar Republika malakukan beberapa tahapan, sebagai
berikut :
1. Proses Pengumpulan Naskah Berita
Berdasarkan hasil temuan yang saya dapat dari narasumber yang saya
wawancarai, bahwa setiap berita internasional berasal dari langganan dua kantor
berita, yaitu AP dan Reuters, lalu semua berita yang masuk dikirim mereka
melalui
media
online
ke
kantor
Republika
[email protected].
2
Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, h. 151-154.
dengan
via
email:
38
Kiriman berita dari dua kantor berita Ap dan Reuters selalu masuk setiap
saat, namun untuk berita-berita internasional yang tertentu, pihak redaksi
internasional memiliki batas maksimal. Biasanya, batas maksimal berita
internasional tertentu yang akan segera dicetak dan diterbitkan, paling lambat jam
16:00 WIB karena pukul 17:00 WIB harus sudah selesai diedit dan diolah, lalu
jam 19:00 WIB harus sudah dicetak. Adapun berita yang baru masuk pukul 18:00
WIB, itu hanya foto beritanya saja, tapi caption fotonya yang agak diperpanjang. 3
2. Proses Penyelesian Naskah Berita
Berita-berita internasional yang masuk newsroom akan ditampung oleh
redaktur internasional. Lalu diberi penilaian oleh redaktur internasional
Republika, mana yang layak muat atau tidak dan diseleksi mana yang layak untuk
menjadi berita haedline, berita kedua, feature dan kilas. Menjelang rapat
presentasi berita internasional, naskah berita internasional akan dibagikan pada
reporter untuk diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, lalu
diserahkan lagi ke redaktur internasional untuk pengeditingan berita internasional
yang sudah diterjemah oleh reporter.
Berikut ini hasil petikan wawancara dengan bapak Nur Hasan Murtiaji
selaku readaktur internasional Republika, mengenai kriteria penulisan berita yang
seperti apa yang layak dimuat atau diterbitkan dalam rubrik internasional:
“Kriteria yang pertama pada informasinya, apakah informasinya punya
news value atau tidak. News value dalam hal ini informasi itu penting bagi
pembaca untuk diketahui, menarik, bersifat mendidik atau bersifat
pembelajaran. Terus, pokoknya dia mempunyai news value atau nilai
berita. Contohnya berita kecelakaan pesawat yang mengakibatkan presiden
3
Wawancara pribadi dengan Nur Hasan Murtiaji, Redaktur Internasional Surat Kabar
Republika, Jakarta, 08 April 2010.
39
Polandia tewas. Itu akan menjadi berita utama. Itu news value. Kalau
berita seperti itu pasti kita angkat dan dijadikan berita utama.”
Berdasarkan informasi yang saya dapat dari bapak Nur Hasan Murtiaji,
selaku redaktur Internasional Republika, bahwa penyeleksian berita internasional,
adalah berita yang mempunyai news value untuk dijadikan berita headline serta
berita yang ada keberpihakan umat, misalnya berita kondisi Palestina terkini dan
negeri-negeri Islam lainnya.
Berikut ini hasil petikan wawancara dengan bapak Nur Hasan Murtiaji
selaku readaktur internasional Republika, mengenai penyeleksian berita
Internasional:
“Dalam penyeleksian berita internasional sesuai dengan ideologi
Republika yaitu Islam, kita lebih mengambil berita yang ada nuansa
keumatannya. Kita berupaya berita internasional dengan berdasarkan
konsep Islam. Misalnya kita mempunyai tempat terbatas mana yang akan
dijadikan headline. Contohya ada dua berita yang tersedia, yaitu berita
pemilu Inggris dan al-Quds. Kita akan lebih memilih al-Quds karena
perspektif kita, yaitu menyangkut dengan umat (Islam) dalam arti
keseluruhan. Berita ini yang kita seleksi dan kita angkat, karena ini
termasuk ciri khas Republika.” 4
Penilaian yang dilakukan oleh penanggung jawab rubrik internasional
dalam rapat presentasi berita internasional ditentukan oleh dua faktor, yaitu:
1. Faktor Teknis
Faktor teknis, maksudnya adalah penilaian berita internasional berdasarkan
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) atau dilihat berdasarkan kelengkapan isi
berita, sesuai dengan fakta-fakta yang sesungguhnya.
2. Faktor Non-teknis
4
Wawancara pribadi dengan Nur Hasan Murtiaji, Redaktur Internasional Surat Kabar
Republika, Jakarta, 08 April 2010.
40
Faktor non-Teknis adalah penilaian berdasarkan isi pesan dari berita
internasional. Dengan kata lain, penilaian berdasarkan sisi nilai moral.
Penilaian ini perlu agar Republika mewujudkan visi dan misinya sebagai
harian nasional yang berkualitas serta mengarahkan berita yang keberpihakan
pada umat.
Berita yang layak muat adalah berita yang mempunyai news value dan ada
nuansa keumatannya, karena ini berdasarkan persetujuan redaktur internasional
Republika. Sedangkan berita yang tidak layak muat adalah berita yang tidak
mempunyai news value. Lalu berita internasional yang tidak layak muat, akan
menjadi arsip saja. Berita internasional yang dinyatakan layak muat akan
memasuki tahapan selanjutnya, yaitu proses penyuntingan.
3. Proses Penyuntingan Naskah Berita
Proses ini adalah proses memperbaiki atau penyempurnaan tulisan secara
redaksional. Proses ini dilakukan oleh seorang editor. Secara redaksional, editor
memperbaiki kata dan kalimat supaya logis, mudah dipahami dan tidak ganjil.
Setiap kata dan kalimat yang terdapat dalam berita itu harus benar, baik secara
ejaan atau cara penulisannya; tanda baca, tata bahasa, angka, nama dan alamat.
Juga harus benar-benar punya arti dan enak dibaca. 5
Tugas editorlah untuk menentukan apakah isi tulisan itu dapat dengan mudah
dimengerti pembaca atau malah membingungkan. Tugas editor pula untuk
menempatkan berita sesuai dengan ruang yang ada.
5
Asep Syamsul M. Romli, Jurnalistik Praktis Untuk Pemula (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2003), h. 67-68.
41
Sebelum diedit dan diterbitkan, berita-berita internasional akan melalui proses
ini : Berita-berita internasional yang telah dikirim AP dan Reuters akan ditampung
oleh sekertaris redaksi. Sebelum rapat presentasi berita internasional, sekertaris
redaksi membagikan semua berita internasional yang telah dikirim dari AP dan
Reuters ke redaktur internasional. Ditangan redaktur, berita tersebut dipilih mana
berita yang layak terbit atau tidak. Berita yang tidak layak muat atau terbit, akan
dikembalikan ke sekertaris redaksi dan akan dijadikan arsip, lalu berita yang layak
muat dan terbit akan dibawa ke rapat presentasi berita untuk dipresentasikan.
Melalu proses ini akan ditentukan kembali mana berita yang akan jadi headline,
berita ke dua, feature dan kilas, berdasarkan keputusan bersama atau keputusan
redaktur internasional saja. Oleh karenanya, Republika memberikan ketentuan
penulisan, khususnya penulisan berita internasional, yaitu, untuk headline
minimal 3500 karakter dan maksimalnya 4000 karakter. Untuk berita kedua
maksimal 3000 karakter dan minimal 2500 karakter. Khusus feature, maksimal
4000 karakter dan minimal 3000 karakter, tapi sesuai besar fotonya. Sedangkan
kilas maksimal 1300 karakter dan minimal 1200 karakter dengan 1 sapsi. Setelah
berita diedit, berita kemudian diperikas kembali oleh redaktur pelaksana. Apablia
sudah tidak terdapat kesalahan, maka berita dicetak. 6
6
Wawancara pribadi dengan Nur Hasan Murtiaji, Redaktur Internasional Surat Kabar
Republika, Jakarta, 08 April 2010.
42
Skema Manajemen Berita Internasional di Republika
Kiriman berita dari AP
dan reuters ke Republika
Sekertaris
Redaksi
Redaktur
Internasional
Berita yang
diterima
Kemudian Reporter
menterjemahkan
beritanya
Lalu berita diedit lagi oleh redaktur
internasional, mana yang jadi headline,
berita kedua, feature dan kilas.
Selesai diedit oleh redaktur
internasional, lalu dicek ulang
lagi oleh redaktur pelaksana.
Selesai dicek, lalu berita
siap dicetak dan diterbitkan.
Berita yang tidak
layak muat
Berita yang tidak layak muat,
hanya akan dijadikan arsip saja.
Karena berita yang tidak layak
muat ini tidak mempunyai news
value dan keberpihakan umat
(Islam).
43
•
Uraian Skema
Dari skema di atas dapat terlihat dengan jelas alur tulisan yang masuk ke meja
redaksi hingga pada penerbitannya. Yang pertama berita internasional bersumber
dari kantor berita langganan yaitu AP dan Reuters, kiriman berita internasional
dari AP dan Reuters yang masuk ke ruang redaksi, di tampung oleh sekertaris
redaksi, lalu dari sekertaris redaksi diberikan kepada redaktur internasional untuk
diolah. Setelah berita terkumpul di redaktur internasional, dia yang memilih mana
berita yang layak muat dan tidak. Setelah berita yang layak muat terpilih, lalu
berita-berita tersebut diberikan kepada reporter untuk diterjemahkan. Selesai
diterjemahkan reporter, dikembalikan lagi ke redaktur internasional untuk diedit
mana yang cocok menjadi headline, berita kedua, feature dan kilas. Setelah berita
diedit, lalu berita internasional tersebut diperiksa lagi oleh redaktur pelaksana,
setelah diperiksa dan tidak ada kesalahan, maka berita-berita internasional
tersebut siap dicetak dan diterbitkan. Namun ada satu gambar yang tidak ada
kelanjutannya, yaitu berita yang tidak layak muat. Sebagaimana dikatakan
redaktur internasional Republika, bahwa idealnya dalam penyeleksian berita,
berita tersebut harus mempunyai news value dan berpihak pada umat, maka berita
tersebut layak muat dan akan diterbitkan.
Terlihat dari penjabaran di atas bahwa Republika, memiliki kebijakan dalam
penulisan berita, khususnya berita internasional. Mempertimbangkan bahwa berita
yang lolos seleksi untuk di muat adalah berita yang mempunyai news value dan
berpihak pada umat.
44
B. Analisis Kebijakan
Yang menentukan kebijakan berita internasional itu layak atau tidak layak
untuk dimuat adalah redaktur internasional. Adapun kriteria berita yang layak
muat di rubrik internasional adalah berita yang mempunyai news value dan
keberpihakan pada keumatan. Keumatan disini maksudnya, masyarakat secara
luas tidak memandang suku agama dan lain-lain. Itu secara umum, sedangkan
secara khususnya untuk umat Islam keseluruhan.
Berita internasional yang mempunyai news value adalah berita yang
informasinya itu penting untuk diketahui, menarik dan bersifat mendidik. Adapun
ideologi surat kabar Republika dalam penulisan berita internasional, bukan hanya
pada agama saja, melainkan juga nilai-nilai yang dihayati, seperti kemanusiaan,
kebangsaan dan sebagainya.
Contonya, pada lampiran ke-2 berita internasional, yang menampilkan berita
korban sipil serangan NATO. Berita tersebut mempunyai nilai kemanusiaan,
karena menggambarkan tindakan semena-mena pasukan NATO terhadap rakyat
sipil. Berdasarkan berita tersebut, diharapakan agar pembaca dapat tergugah
hatinya untuk membantu korban serangan pasukan NATO. Apalagi yang menjadi
korban serangan pasukan NATO adalah umat Islam. Selain itu juga, berita
tersebut mengandung nilai pembelajaran agar kita semua tidak semena-mena
untuk melakukan kekerasan terhadap sesama manusia. 7
Contoh lainnya terdapat pada lampiran berita internasional ke-9, berita tentang
presiden Polandia Lech Kaczynski tewas. Pada berita tersebut mengandung nilai
7
Lampiran ke- 2 Berita Internasional Republika, 17 Februari 2010, berita hal. 1.
45
keterkenalan (prominence) dan human interest, karena memberitakan tentang
suatu kejadian yang menyangkut tokoh terkenal yakni meninggalnya presiden
Polandia. Berita ini juga menjadi menarik untuk diketahui karena meninggalnya
presiden Polandia disebabkan oleh suatu kecelakaan. 8
Pada lampiran terakhir, berita Israel bombardir jalur Gaza. Pada berita ini
terdapat nilai kedekatan (Proximity) dan human interest, karena berita tersebut
menggambarkan tentang kejahatan yang dilakukan oleh tentara Israel di jalur
Gaza. Berdasarkan berita tersebut diharapkan agar dunia internasional bisa
mengetahui tentang kejahatan yang dilakukan oleh tentara Israel terhadap umat
Islam di jalur Gaza. Dengan pemberitaan seperti ini, diharapkan akan
memunculkan solidaritas di antara umat Islam untuk membantu saudara mereka
yang tertindas di jalur Gaza. 9
Berdasarkan nilai-nilai tersebutlah, kebijakan redaksional republika terbentuk,
untuk menentukan berita yang layak muat untuk diterbitkan.
8
9
Lampiran ke- 9 Berita Internasional Republika, 11 April 2010, berita hal. 1.
Lampiran ke- 11 Berita Internasional Republika, 30 Mei 2010, berita hal. 1.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Bahwa berita yang layak muat adalah berita yang mempunyai news value
dan ada nuansa keumatannya, karena ini berdasarkan persetujuan redaktur
internasional Republika. Sedangkan berita yang tidak layak muat adalah berita
yang tidak mempunyai news value. Lalu berita internasional yang tidak layak
muat, akan menjadi arsip saja.
B.
Saran
Mengacu pada hasil analisa dan kesimpulan, penulis mempunyai saran
untuk surat kabar Republika, di antaranya :
1. Kepada surat kabar Republika, untuk tetap konsisten sebagai koran literasi.
Sehingga dapat menjadi sumber informasi dan inspirasi pembaca serta sebagai
wahana edukasi bagi pembaca berita, khususnya pada pembaca berita
internasional.
2. Kepada redaksi surat kabar Republika, untuk selalu berpegang pada kebijakan
redaksional yang ada, agar tidak menyimpang dalam menyeleksi berita-berita
yang masuk ke redaksi, sehingga pembaca mendapatkan bahan bacaan yang
berkualitas lagi bermanfaat.
3. Kepada pembaca, khususnya Mahasiswa Konsentrasi Jurnalistik agar dapat
memanfaatkan penelitian ini dengan sebaik-baiknya.
46
47
DAFTAR PUSTAKA
Arikonto, Suharismi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Bina
Aksara, 1989
Birowo, Antonious. Metode Penelitian Komunikasi. Yogyakarta: Gitanyali, 2004.
Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006.
Djuroto, Totok. Manajemen Penerbitan Pers . Bandung: Rosda, 2004.
Eriyanto. Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta: PT
LkiS Pelangi Aksara, 2005.
Haris, AS Sumadiria. Jurnalistik Indonesia; Menulis Berita dan Feature. Bandung:
Remaja Rosda Karya, cet. kedua 2006.
Ishwara, Luwi. Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: Kompas, 2005.
Kridaksana, Harimukti. Leksikon Komunikasi. Jakarta: PT Pradya Paramita, 1984.
Kusumaningrat, Hikmat dan Kusumaningrat, Purnama. Jurnalistik; Teori dan Praktek.
Bandung: Rosda, 2005.
McQuail, Dennis. Teori Komunikasi Massa; Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga, 1996.
Moeleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda, 2002.
48
Muhtadi, Asep Saeful. Jurnalistik; Pendekatan Teori dan Praktek. Jakarta: Logos, 1999.
Rakhmat, Jalaluddin. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung : Rosda Karya, 2004.
Romli, Asep Syamsul. Jurnalistik Praktis. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2001.
Santana K, Septiawan. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2005.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Semiotika
dan Framing. Bandung : Rosdakarya, 2004.
Sosiawan, Edwi Arief. Perkembangan Teknologi Komunikasi (PDF Acrobat.com) di
akses pada tanggal 20 Desember 2009.
Suhendang, Kustandi. Pengantar Jurnalistik; seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik.
Bandung: Nuansa, 2004.
Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru. Ciputat: Kalam Indonesia, 2005.
Sumber Lain :
Abrar, Ana Nadhya. “Konsep Dasar Hukum Media Massa,” artikel ini diakses pada 1
maret 2010. http://ikuii.files.wordpress.com/2008/02/handout-1-konsep-dasarhukum-media-massa.pdf
Doni, “Konstruksi Media Cetak Atas Realitas (Analisis Framing Terhadap Pemberitaan
Baitul Muslimin Indonesia PDI-P di Harian Kompas dan Republika),” (Skripsi S
1 Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008).
49
http://en.wikipedia.org/wiki/Agenda-Setting theory diakses pada 9 Mei 2009
http://digilib.petra.ac.id/viewer, diakses pada 24 Juni 2009
Lampiran company profile Republika & http://republika.co.id
Wawancara pribadi dengan Nur Hasan Murtiaji, Redaktur Internasional Surat Kabar
Republika, Jakarta, 12 April 2010.
Download